Download - makalah pengelolaan pendidikan.doc
MAKALAH
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing
Syafrial, S.Pd., M.Pd.
DI SUSUN OLEH :
LISDA NOPIYANA
136710774
4 F
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI SENDRATASIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai “Pengelolaan Pendidikan”.
Semoga makalah ini mampu menambahkan pengetahuan, khususnya bagi
kami sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca. Kami juga mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca itupun demi kesempurnaan dan kemajuan makalah
kami.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pekanbaru, 15 Februari 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................11.2 Rumusan masalah.....................................................................................21.3 Tujuan makalah........................................................................................2
Bab II Pembahasan..........................................................................................3
2.1 Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan.................................................3 2.1.1 Konsep Dasar Pengelolaan Pendidikan............................................ . .3 2.1.2 Fungsi dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan.................................... . .5 2.1.3 Pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Pendidikan................. . .72.2 Klasifikasi dan Konsep Administrasi Pendidikan.................................. . .9
2.2.1 Kebenaran Absolut.......................................................................... . .9 2.2.2 Kebenaran Nisbi.............................................................................. . .9 2.2.3 Ontologi........................................................................................... .10 2.2.4 Epistimologi..................................................................................... .10 2.2.5 Aksiologi......................................................................................... .11
2.3 Organisasi Manajemen Pendidikan dan Pengelolaan Satuan Pendidikan.................................................................................. .11 2.3.1 Pengertian Organisasi dan Manajemen Pendidikan......................... .11 2.3.2 Fungsi Pengelolaan Sekolah............................................................ .13
2.3.3 Prinsip Pengelolaan Sekolah........................................................... .14 2.3.4 Bidang-bidang Pengelolaan Sekolah............................................... .15
2.4 Kepemimpinan dalam Pendidikan......................................................... .16 2.4.1 Pengertian Kepemimpinan Pendidikan............................................ .16 2.4.2 Fungsi Kepemimpinan Pendidikan.................................................. .17
2.4.3 Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan ............................................. .18 2.4.4 Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan ...................................... .20 2.4.5 Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan ...................................... .21
Bab III Penutup .......................................................................................... .23
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... .23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi membawa dampak yang besar bagi kelangsungan hidup manusia
di dunia. Pada masa globalisasi saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang dengan pesat. Setiap negara dapat mengetahui kondisi
suatu negara yang lain dengan mudah. Hal ini menimbulkan persaingan yang
ketat antar negara, setiap negara akan berusaha meningkatkan daya saing barang
dan jasa yang dihasilkannya melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Globalisasi telah mendorong berbagai lembaga tidak terkecuali sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikannya. Peningkatan mutu tersebut diarahkan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing
dalam menghadapi tantangan global.
Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi suatu bangsa. Bangsa yang
maju salah satunya dapat dilihat dari pendidikannya. Penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan di sekolah pada dasarnya mencakup kegiatan:
“perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan” Engkoswara, (2001: 2). Kegiatan
ini merupakan fungsi pokok kegiatan administrasi pendidikan, dimana kegiatan
ini merupakan suatu sistem yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah. Adapun bidang garapan
administrasi pendidikan mencakup penataan sumber daya yang mendukung
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, yaitu: Sumber Daya Manusia
(guru dan siswa), sumber fasilitas, keuangan, hubungan sekolah dan
masyarakat,dan sumber belajar (kurikulum). Pengawasan merupakan salah satu
fungsi administrasi pendidikan. Yang bertujuan “untuk menjaga dan mendorong
agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar,
1
berhasil guna, dan tepat guna sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku” Depdikbud, (1989:69).
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini berusaha untuk menjelaskan tentang :
1. Apa saja komponen-komponen dari wawasan dasar pengelolaan pendidikan?2. Apa saja klasifikasi dan konsep administrasi pendidikan?
3. Apa saja yang dibahas dalam organisasi manajemen pendidikan dan pengelolaan
satuan pedidikan?
4. Apa saja komponen-komponen kepemimpinan dalam pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui komponen-komponen dari wawasan dasar pengelolaan
pendidikan.
2. Mengetahui klasifikasi dan knsep administrasi pendidikan.
3. Mengetahui masalah dalam organisasi manajemen pendidikan dan
pengelolaan satuan pendidikan.
4. Mengetahui komponen-komponen kepemimpinan dalam pendidikan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan
2.1.1 Konsep dasar Pengelolaan Pendidikan
Kata pengelolaan itu berasal dari kata manajemen. Sedangkan istilah
manajemen sama saja artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna :1983).
Oleh sebab itu, pengelolaan pendidikan dapat pula diartikan sebagai upaya
untuk menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan.
Moh. Rifai (1982) menjelaskan pengertian administrasi sebagai
berikut:
Administrasi ialah keseluruhan proses yang mempergunakan dan mengikut-sertakan semua sumber potensi yang tersedia dan yang sesuai, baik personal maupun material, dalam usaha untuk mencapai bersama suatu tujuan secara efektif dan efisien (h. 25).
Sementara itu Sondang P. Siagian (1983) mendefisinikan pengertian
administrasi adalah sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang
manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengertian administrasi
mengandung makna adanya (1) tujuan yang mesti dapat direalisasikan guna
kepentingan lembaga, individu atau pun kelompok, (2) keterlibatan personil,
material dan juga finansial dalam posisinya yang saling mendukung dan satu
sama lain saling memerlukan dan juga saling melengkapi, (3) proses yang
terus menerus dan berkesinambungan yang dimulai dari hal yang kecil dan
sederhana sampai kepada hal yang besar dan rumit, (4) pengawasan atau
kontrol guna keteraturan, keseimbangan dan keselarasan, (5) tepat guna dan
berhasil guna supaya tidak terjadi penghambur-hamburan waktu, tenaga,
biaya dan juga fasilitas agar dapat mencapai keberhasilan dan produktivitas
3
yang cukup memadai, (6) hubungan manusiawi yang menempatkan manusia
sebagai unsur utama dan terhormat serta memiliki kepentingan di dalamnya.
Dudung A. Dasuqi dan Setyo Somantri (1994) menyampaikan
beberapa alasan tentang perlunya kaidah-kaidah administrasi diterapkan
dalam bidang pendidikan. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka mengantisipasi tuntutan perkembangan dan juga tuntutan
pembangunan yang terjadi pada tingkat lokal, regional atau pun global
sehingga pendidikan dapat merencanakan, menyediakan, mengelola dan
juga mengatur berbagai tuntutan yang ada guna kepentingan
pembangunan itu sendiri atau guna kelanjutan dari pembangunan yang
berkesinambungan.
2. Produk atau hasil dari pembangunan pendidikan yang berbentuk fisik atau
pun non-fisik yang berupa ilmu atau pengetahuan dalam ruang lingkup
lokal, regional dan global. Agar produk atau hasil dari pembangunan
pendidikan ini dapat dirasakan manfaatnya bagi kehidupan manusia yang
tentunya memerlukan penataan dan penggunaan yang memadai sesuai
dengan kaidah-kaidah administrasi yang telah teruji keberhasilannya.
3. Peranan dan tugas dari lembaga pendidikan (persekolahan) makin lama
semakin bertambah dan semakin beragam sehingga lembaga pendidikan
atau persekolahan ini tidak hanya memerlukan tenaga guru sebagai
pengajar saja akan tetapi juga memerlukan berbagai macam tenaga
kependidikan lain seperti pengelola pendidikan, administrator, manajer,
planner, supervisor dan juga counsellordalam proses belajar mengajar.
4. Tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi dan juga tuntutan dari hidup
manusia itu sendiri yang keduanya mesti seimbang dan selaras yang
berakibat harus seimbang dan selarasnya lembaga pendidikan sebagai
produsen dan individu sebagai konsumennya.
5. Tuntutan dari masyarakat terhadap lembaga pendidikan atau persekolahan
yang menuntut peralatan dan fasilitas yang memadai serta personil yang
4
berkualitas sebagai jaminan lembaga pendidikan atau persekolahan dalam
merebut kepercayaan konsumen tenaga kerja di bursa tenaga kerja.
Perencanaan, pengelolaan dan kualitas mutu keluaran dari lembaga
pendidikan atau persekolahan tidak sepenuhnya dapat dipercayakan hanya
kepada guru saja walaupun guru tersebut memiliki kualitas yang cukup
tinggi.
6. Pendidikan dan lembaga pendidikan dewasa ini telah menjadi ajang bisnis
yang memerlukan penanganan yang lebih serius untuk dapat merebut
persaingan yang sehat.
2.1.2. Fungsi dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan
1. Membuat putusan
Membuat putusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari
baik secara individu atau pun secara kelompok dalam suatu organisasi.
Oteng Sutisna (1983:149) mengemukakan bahwa 'suatu putusan sebenarnya
proses memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif yang
mungkin'.
Pembuatan putusan merupakan salah satu fungsi administrasi yang
mesti dilakukan oleh para administrator yang akan membawa dampak
terhadap seluruh organisasi, prilakunya dan hasil-hasil dari putusan itu.
Sebab proses pembuatan putusan merupakan suatu usaha untuk mencapai
tujuan-tujuan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya. Urutan langkah-
langkah pembuatan putusan adalah sebagai berikut:
a.menentukan masalah;
b.menganalisa situasi yang ada;
c.mengembangkan alternatif-alternatif kemungkinan;
d.menganalisa alternatif-alternatif kemungkinan;
e.memilih altenatif yang paling mungkin.
2. Merencanakan
5
Merencanakan adalah kegiatan persiapan untuk mengantisipasi
tindakan-tindakan apa yang akan dilaksanakan. Perencanaan adalah juga
dapat merumuskan tujuan-tujuan dan teknik-teknik untuk dapat mewujudkan
tujuan tersebut.
3. Mengorganisasikan
Mengorganisasikan merupakan suatu gerak langkah menuju ke arah
pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan fungsi
pengorganisasian ini harus dapat menghasilkan suatu organisasi yang dapat
bergerak dengan suatu kesatuan yang bulat. Pengorganisasian juga
merupakan suatu fungsi administrasi ke-dua setelah fungsi perencanaan.
Dalam suatu organisasi yang baik semua bagiannya semestinya dapat
bekerja dalam suatu keselarasan dari bagian-bagian yang terpisah menuju
kepada suatu kesatuan yang tak terpisahkan disebabkan adanya unsur-unsur
yang mempersatukan.
4. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan berarti menyalurkan informasi, ide, penjelasan,
perasaan, pertanyaan dari orang yang satu kepada orang yang lain atau dari
kelompok yang satu kepada kelompok yang lain. Mengkomunikasikan
dalam suatu organisasi adalah dimaksudkan untuk dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku para anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau secara
berkelompok.
5. Mengkoordinasikan
Mengkoordinasikan adalah serangkaian kegiatan untuk
mempersatukan sumbangan dan saran dari para anggota organisasi, bahan
dan sumber-sumber lain yang terdapat dalam organisasi itu ke arah
pencapaian tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama. Dengan kata lain
tanpa koordinasi yang baik dalam organisasi akan sulit untuk dapat
mengharapkan tercapai keteraturan kegiatan dengan tertib dalam upaya
untuk mengejar tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi tersebut. Dengan
6
koordinasi unit-unit yang terpisah dalam organisasi diupayakan untuk saling
dihubungkan dengan unit-unit yang lainnya itu sehingga unit-unit yang
terpisah tadi saling mempengaruhi unit-unit lain menjadi satu kesatuan yang
terintegrasi dan harmonis. Fungsi koordinasi adalah mempersatukan unit-
unit dan menciptakan setiap unit itu untuk saling melengkapi dan
mendukung unit yang lainnya.
6. Mengawasi
Pengertian pengawasan adalah sebagai suatu proses fungsi dan prinsip
administrasi untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan apa yang
semestinya terjadi. Apabila tidak sesuai dengan semestinya maka perlu
adanya penyesuaian yang mesti dilakukan. Dengan kata lain pengawasan
adalah fungsi administratif untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
7. Menilai
Penilaian sebagai seperangkat kegiatan yang dapat menentukan baik
tidaknya program-program atau kegiatan-kegiatan organisasi yang sedang
dijalankan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan
menerapkan proses penilaian terhadap suatu program atau kegiatan yang
sedang dijalankan organisasi kekuatan dan kelemahan dari program atau
kegiatan tersebut dapat diketahui untuk dapat terus dipertahankan
kekuatannya dan sedikit demi sedikit dikurangi untuk dihilangkan
kelemahannya dalam menjalankan program atau kegiatan organisasi
berikutnya.
2.1.3. Pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Pendidikan
1. Pendekatan Organisasi Klasik
Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan
manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Taylor seorang yang
memiliki latar belakang dan pengalaman sebagai buruh, juru ketik,
7
mekanik, dan akhirnya berpengalaman sebagai kepala teknik yang hidup
antara tahun 1856 sampai dengan tahun 1915. Gerakan ini mencari upaya
untuk dapat menggunakan orang secara efektif dalam organisasi industri.
Konsep dari gerakan ini adalah orang dapat juga bekerja layaknya sebagai
mesin. Frederick Taylor dan teman-temannya berkeyakinan bahwa para
pekerja yang didorong motivasi ekonomi dan keinginan psikologis yang
terbatas yang memerlukan arahan-arahan tetap.
a. Pendekatan Hubungan Manusia
Pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan
berkembang sebagai reaksi terhadap pendekatan organisasi klasik.
Pendekatan hubungan manusia ini dipelopori oleh Mary Parker Follett
(1868-1933) orang yang pertama kali mengenal pentingnya faktor-
faktor manusia dalam administrasi. Mary Follet juga banyak menulis
yang berkenaan dengan sisi manusia dalam administrasi. Mary Follet
percaya bahwa masalah yang mendasar dalam semua organisasi
adalah mengembangkan dan mempertahankan hubungan dinamis dan
harmonis. Walaupun terjadi konflik, menurut pemikiran Mary Follet,
konflik tersebut merupakan suatu proses yang normal bagi
pengembangan hal yang mengakibatkan terjadinya konflik itu.
b. Pendekatan Prilaku
Pendekatan prilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara
hubungan sosial dengan struktur formal dan menambahkannya
dengan proposisi yang diambil dari psikologi, sosiologi, ilmu politik
dan ekonomi. Pendekatan ini dipelopori oleh Chester I. Barnard yang
hidup antara tahun 1886 sampai dengan tahun 1961. Barnard adalah
seorang kepala eksekutif pada perusahaan Bell Telepone di New
Jersey yang menulis buku dengan judul "Functions of the Executive"
(1938). Dalam buku ini Barnard mengulas secara lengkap teori
perilaku yang kooperatif dalam organisasi formal. Barnard
8
menyimpulkan bahwa kontribusi kerjanya berkenaan dengan konsep
struktur dan dinamis. Konsep-konsep struktur yang dianggap penting
adalah individu, sistem kerja sama, organisasi formal, organisasi
formal yang komplek, dan juga organisasi informal. Konsep-konsep
dinamis yang penting, menurut Barnard, adalah kerelaan, kerjasama,
komunikasi, otoritas, proses keputusan, dan keseimbangan dinamik.
Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan
manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Taylor seorang
yang memiliki latar belakang dan pengalaman sebagai buruh, juru
ketik, mekanik, dan akhirnya berpengalaman sebagai kepala teknik
yang hidup antara tahun 1856 sampai dengan tahun 1915. Gerakan ini
mencari upaya untuk dapat menggunakan orang secara efektif dalam
organisasi industri. Konsep dari gerakan ini adalah orang dapat juga
bekerja layaknya sebagai mesin.
2.2 Klasifikasi dan Konsep Administrasi Pendidikan
2.2.1 Kebenaran Absolut
Orang yang faham ilmu logika tentu tahu bahwa sebenaran kebenaran
absolut itu ada. Kebenaran absolut disebut juga kebenaran objektif. Yaitu
kebenaran berdasarkan fakta, referensi, analisa dan melalui pengujian empiris
walaupun secara logika. Wilayah logika:
-bisa dirasakan oleh pancaindera
-bersifat universal
-berdasarkan hukum/rumus/postulat
2.2.2 Kebenaran Nisbi
Filsafat bersifat nisbi sebagai hasil berfikir manusia untuk memenuhi
keingintahuannya dalam mencar dan mengungkapkan kebenaran yang dapat
berubah dan berkembang.
9
2.2.3 Ontologi
Pertama-tama panda latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu
pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan
melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara
empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia
yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak
mulia dalam situasi pendidikan atau diharapokan melampaui manusia
sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai
ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-
baiknya).
2.2.4 Epistimologi
Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu
pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung
jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan
oleh tenaga pemula namun telaah atas objek formil ilmu pendidikan
memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin stui empirik
dengan studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu
bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai
instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan
pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang
jujur dan menyatu dengan objeknya.
Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian
(verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk mencapai kearifan
(kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka validitas
internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan
seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian
etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar
dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskaan objek formalnya, telaah ilmu
10
pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju
kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom yang mempunyi
objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hnya
menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell &
Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat
diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis
dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942).
2.2.5 Aksiologi
Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang
otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya
bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh
karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu
seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk
menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol
terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif
dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai
mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu
pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Implikasinya ialah bahwa
ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu perilaku kepada ilmu-ilmu sosial,
dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat
unifikasi satu-satunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990).
2.3 Organisasi Manajemen Pendidikan dan Pengelolaan Satuan Pendidikan
2.3.1 Pengertian Organisasi dan Manajemen Pendidikan
Organisasi merupakan pengelompokan orang-orang kedalam aktivitas
kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi walaupun
pekerjaannya berbeda-beda dan bermacam-macam, dengan organisasi
dimaksudkan supaya pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik
11
(Henry Fayol, F. Drucker, 1997:4). Pengorganisasian merupakan penyusunan
dan pengelompokkan bermacam-macam pekerjaan, Misalnya berdasarkan
jenis yang harus dikerjakan, menurut urutannya, menurut sifatnya, menurut
fungsinya, menurut waktu dan kecepatannya. Sedangkan organisasi
merupakan penugasan orang-orang kedalam fungsi pekerjaan yang harus
dilakukan agar terjadi aktivitas kerja sama dalam mencapai tujuan. ( Daniel
Griffiths, 1959).
Di dalam organisasi ada tujuan yang akan dicapai, aturan bekerja, norma
yang harus ditaati, metode dan prosedur mengerjakan, orang yang
menjalankan pekerjaan, kesatuan arah dan perintah, koordinasi, kontrol dan
kerja sama, hubungan sosial diantara orang-orang yang ada didalamnya, serta
penghargaan kepada setiap orang yang telah melaksanakan pekerjaannya.
( Barnard, 1938. Currier Davis ,1951. John D Millet, 1954. Luther Gulic,
Albert Lepawasky,1960. Amitai Etzioni, 1964). Manajemen merupakan usaha
yang sistimatis dalam mengatur dan menggerakkan orang-orang yang ada di
dalam organisasi agar mereka bekerja sepenuh kesanggupan dan kemampuan
yang dimilikinya. Manajemen berhubungan dengan usaha menggerakkan dan
mengendalikan orang-orang yang ada di dalam organisasi supaya mereka
bekerja secara optimal. Supaya mereka bekerja dengan penuh semangat,
mencurahkan segenap kemampuan, kecakapan, akal-fikiran dan keterampilan
yang dimilikinya supaya tujuan yang ditetapkan terwujud. Jadi manajemen
berhubungan dengan usaha mewujudkan tujuan kedalam berbagai penataan
kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang. Manajemen berhubungan dengan
merencanakan kegiatan, melaksanakannya dengan menata sebaik mungkin,
dan mengawasinya supaya sesuai dengan rencana dan berhasil mencapai
tujuan seperti digariskan dalam rencana, secara mudah, murah dan lancar.
Manajemen berhubungan dengan penataan, penyelenggaraan dan pelaksanaan,
pengawasan berbagai kegiatan, yang kegiatan itu ditugaskan kepada anggota
organisasi untuk dilaksanakan. Sebagai tugas pokok dan jenis pekerjaan yang
12
harus dilakukan oleh manusia yang berada di dalam organisasi. Jadi organisasi
dan manajemen adalah dua masalah berbeda yang sulit dipisahkan tetapi dapat
dibedakan.
Kedua-duanya saling berkaitan dan berhubungan sangat erat. Organisasi
menyangkut pemberian fungsi dalam bentuk kegiatan dan pekerjaan yang
harus dilakukan oleh orang-orang sesuai dengan latar belakang keahliannya.
Sedangkan manajemen berhubungan dengan usaha mewujudkan tujuan yang
telah direncanakan, mengendalikan dan mengawasi orang yang bekerja dalam
organisasi. Organisasi dapat disamakan dengan “hard ware” dan manajemen
dengan “soft ware”. Atau mobil dengan energi yang menyebabkannya
bergerak. Organisasi dan manajemen dapat disamakan seperti komandan
sebagai manajer dengan pasukannya. Kapten kesebelasan sepak bola dengan
anggota timnya. Albert Lepawsky menyatakan kesatuan ini dalam ungkapan;
“a good manager is a good organizer”. (1960:417).
2.3.2 Fungsi Pengelolaan Sekolah
Untuk mencapai efisiensi serta efektivitas dalam manajemen, maka segala
tindakan dan kegiatan baru sebaiknya dilaksanakan dengan pertimbangan atau
perhitungan yang rasional. Sehubungan dengan pemikiran tersebut di atas,
maka diperlukan langkah-langkah kegiatan dengan perumusannya secara jelas
dan tegas, agar antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya tidak
rancu adanya. Rumusan dari langkah-langkah tersebut, disebut fungsi
manajemen. Fungsi manajemen merupakan pemuatan pengarahan mental
(pikiran, kemauan dan perasaan) dan tenaga jasmaniah untuk mewujudkan
sesuatu sebagai sasaran. Sasaran itu telah direncanakan sebelumnya. Dengan
demikian fungsi manajemen merupakan sesuatu dari kegiatan yang menuju
kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
13
Proses kegiatan tersebut, pada pokoknya berdasarkan kepada tiga macam
fungsi manajemen, atau ada orang yang menyebutkan pula bahwa fungsi-
fungsi manajemen antara lain:
a) Perencanaan (planning);
b) Pelaksanaan (execution); dan
c) Penilaian (evaluation).
2.3.3 Prinsip Pengelolaan Sekolah
1. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan
mekanisme kerja.
Tujuan dari suatu organisasi, merupakan titik akhir yang berkedudukan
penting, karena itu tujuan harus disadari serta dihayati oleh para
pelaksananya.
2. Mengkoordinasi wewenang dan tanggungjawab.
Kalau orang ingin melihat hasil tanggunggjawab seseorang terhadap
perkerjaannya, maka ia harus diberi wewenang dan kesempatan yang sesuai
dengan tanggungjawab yang diberikannya dalam tempat pekerjaannya.
3. Memberi tanggungjawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan
sifat-sifat dan kemampuannya.
Tanggungjawab yang diberikan pada seseorang harus sesuai dengan watak
orang itu sendiri. Penempatan orang itu harus sesuai dengan bakat-bakatnya,
latihan-latihan yang pernah diperolehnya dan pengalaman yang pernah
dialaminya.
4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia
Agar supaya pimpinan tidak akan mengalami kesalahan serius (blunder),
maka faktor-faktor psikologis manusia ini harus dipahami benar-benar. Dalam
setiap situasi kerjasama setiap individu itu memerlukannya adanya kemaun,
ambisi, prasangka, dan sebagainya, hal-hal yang peka ini perlu diketahui oleh
pimpinan. Demikianlah dalam merumuskan “policy” atau prosedur,
14
hendaknya tidak hanya mempertimbangkan pada pengaruh yang tidak
langsung yang berupa sikap-sikap dari orang-orang yang terlibat dalam
pelaksanaan harus juga mendapat perhatian dengan sebaik-baiknya.
5. Relativitas nilai-nilai
Pengertian relativitas ini ialah suatu kondisi atau keadaan yang selalu
berhubungan dengan faktor-faktor lain. Dalam pelaksanaan kegiatan
manajemen, nilai-nilai yang ada pada sesuatu prinsip ialah tergantung atau ada
hubungan dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan kerja, termasuk nilai-nilai
yang ada dalam prinsip-prinsip lain. Karena itu tidak dibenarkan suatu
keputusan yang mengakibatkan konflik antara prinsip yang satu dengan
prinsip yang lain.
2.3.4 Bidang-bidang Pengelolaan Pendidikan
Penggolongan kegiatan sekolah terbagi menjadi beberapa macam dan istilah
yang digunakan bermacam pula, ada yang menyebutnya “Substantive
problems” (Stephen J. Kozenovik, 1982), juga menyebut kegiatan (Tim Kerja,
Administrasi SD, 1981:5) dan ada pula yang menyebut pengelolaan (J.F.
Tahalele dan Soekarto Indrafachrudin, Kepemimpinan Pendidikan, 1975:38),
dan sebagainya. James M. Lipham dan James A. Hoeh, merumuskan menjadi
lima macam pengelolaan sekolah, yaitu:
a.“Instructional program”
b.“Staff personnel”
c.“Student personnel”
d.“Financial and physical resources”
e.“School-Community relationship”
(James M. Lipham and James A. Hoeh, The Pricipalship, 1974:5)
15
2.4 Kepemimpinan dalam Pendidikan
2.4.1 Pengertian Kepemimpian Pendidikan
Menurut D.E. McFarland mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau
pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam
memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. J.M. Pfiffner
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan
memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang di
inginkan. Oteng Sutisna mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan
bentuk dan proses baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan
berbuat begitu membangkitkan kerja sama ke arah tercapainya tujuan.
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau
kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan sebelumnya. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan
memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama
(mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan
untuk memperoleh consensus anggota organisasi untuk melakukan tugas
manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada satu lembaga satuan
pendidikan. Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses pendidikan
termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Kepemimpinan pendidikan
adalah pemimpin yang proses keberadaannya dapat dipilih secara langsung,
ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.
16
2.4.2 Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi
pokok, yaitu:
1. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana
perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakan
dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan
pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang
diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari
pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah
keputusan di tetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back)
untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan.
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-
orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas melakukan
semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama
dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan
bukan pelaksana.
4. Fungsi Delegasi
17
Fungsi Delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun
tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti
kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan
pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan
aspirasi.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses
(efektif) mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas
kepemimpinan secara integral, yaitu pemimpin berkewajiban menjabarkan
program kerja, mampu memberikan petunjuk yang jelas, berusaha
mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat,
mengembangkan kerja sama yang harmonis, mampu memecahkan maalah
dan mengambil keputusan masalah sesuai batas tanggung jawab masing-
masing, menumbuhkembangkan kemampuan memikul tanggung jawab,
dan pemimpin harus mendayagunakan pengawasan sebagai alat
pengendali.
2.4.3 Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut
melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan
kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat
diklasifikasiakan kedalam empat tipe yaitu : tipe otoriter, tipe laissez-faire,
tipe demokratis dan tipe pseudo-demokratis.
1. Tipe otoriter
18
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan
“authoritarian” dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak
sebagai ditaktor terhdap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang
berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis,
atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
2. Tipe “Laissez -faire”
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
kepemimpinanya, dia membiarkan bawahanya berbuat sekehendaknya.
Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi tehadap
pekerjaan bawahanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan
sepenuhnya kepada bawahanya. Pembagian tugas dan kerjasama
diserahkan sepenuhnya pada bawahannya tampa petunjuk atau saran-
saran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga atau
semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
kelompok, dan bukan pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya
tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa
pengawasan dari pimpinan.
3. Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirka kepemimpinanya bukan
sebagai diktaktor, merupakan sebagai pemimpin di tengah tengah
kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha mestimulasi
anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam tingkatan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada
kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan
kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
4. Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik.
Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja
bersikap demokratis padahal dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia
19
mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-konsep yang ingin di tetapkan pada
lembaga yang dipimpinya, maka hal tersebut di diskusikan dan
dimusyawarahkan dengan bawahanya, tetapi situasi diatur dan diciptakan
sedemikian rupa sehingga akhirnya bawahan didesak agar menerima
ide/pikiran/konsep tersebut sebagai keputusan bersama.
2.4.4 Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan
1. Syarat-syarat formal
Seseorang yang menjabat kepala sekolah dilingkungan Departemen
Pendidikan Nasional diruskan dalam Kepmen Diknas RI No : 162/U/2003
tentang pedoman penugasan guru sebagai Kepala Sekolah.
2. Syarat-syarat fundamental
Nilai-nilai moral Pancasila menjadi syarat fundamental yang harus
dijadikan acuan, dihayati dan diamalkan oleh para calon pemimpin
pendidikan di Indonesia.
3. Syarat-syarat praktis
a. Memiliki kelebihan dalam pengetahuan dan kemampuan
b. Memiliki kelebihan dalam kepribadian
4. Syarat –syarat lainnya
a. Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik
b.Percaya diri sendiri dan bersifat membership
c. Cakap bergaul dan ramah tamah
d.Kreatif, inisiatif dan memiliki hasrat untuk maju dan berkembang
e. Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa
f. Memiliki keahlian atau ketrampilan dalam bidangnya
g.Suka menolong, memberi petunjuk dan menghukum secara bijaksana
h.Memiliki keseimbangan emosional dan bersifat sabar
i. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi
j. Berani mengambil keputusan dan tanggung jawab
20
k.Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya
l. Bijaksana dan selalu berlaku adil
m. Disiplin
n.Berpengetahuan dan berpandangan luas
o.Sehat jasmani dan rohani
2.4.5 Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan
Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan. Di bawah ini aan
diuraikan beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
pendidikan. Keterampilan keterampilan itu adalah : Keterampilan dalam
memimpin Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki
keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin
yang baik. Untuk hal itu ia harus menguasai bagaimana caranya: Menyusun
rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada
anggota kelompok, memupuk “morale” kelompok, bersama-sama membuat
keputusan, menghindarkan “working on the group” dan “working for the
group” dan mengembangkan “working within the group”, membagi dan
menyerahkan tanggung jawab, dan sebagainya. Untuk memperoleh
keterampilan diatas perlu pengalaman, dan karena itu pemimpin harus benar-
benar banyak bergaul, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan orang yang
dipimpinya. Yang penting jangan hanya tahu, tetapi harus dapat
melaksanakan. Keterampilan dalam hubungan insani Hubungan insani adalah
hubungan antar manusia.
Ada dua macam hubungan yang biasa kita hadapidalam kehidupan
sehari-hari: (1) hubungan fungsional atau hubunga formal, yaitu hubngan
karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan (2) hubungan pribadi atau
hubungan informal atau hubungan personal, ialah hubungan yang tidak
didasarkan atas tugas resmi atau pekerjaan, akan tetapi bersifat kekeluargaan.
21
Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan fungsional
atau hubungan pesonal, adalah saling menghargai. Bawahan menghargai
atasan dan sebaliknya atsan pun harus menghargai bawahan. Keterampian
proses dalam kelompok maksud utama dari proses kelompok ialah begai mana
meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya
sehingga potensi yang dimiliki anggota kelompok itu dapat diefektifkan
secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah hubungan insani dan
tangguang jawab bersama. Pemimpin harus jadi penengah, pendamai,
modertor dan bukan jadi hakim.
Keterampilan dalam administrasi personil Administrasi personil
mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang
dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efisien. Kegiatan dalam
administrasi personal ialah: seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan,
orientasi, pengawasan,bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan.
Menemukan kegiatan yang paling penting dari kegiatan di atas ialah kegiatan
seleksi dalam memilih orang yang paling sesuai dengan tugas dan pekerjaanya
yang berpedoman pada “the right man in the right place”.
Keterampilan dalam menilai Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha
untuk mengetahui sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan
atau sampai dimana suatu tujuan dapat dicapai. Yang dinilai biasanya ialah;
hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakanya. Adapun teknik dan
prosedur evaluasi ialah; menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/
ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang diolah menurut
kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.
Melaui evaluasi, guru dapat dibantu dalam meniali pekerjaanya sendiri,
mengetahui kekurangan dan kelebihanya. Selain guru, pesonil lainyapun perlu
dievaluasi seperti petugas (karyawan) tata usaha, petugas BK, dan
sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/ kekuranganya.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan pendidikan diartikan sebagai upaya untuk menerapkan kaidah-
kaidah administrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan dapat pula
diartikan sebagai serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
memotivasi, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur
dan mendayagunakan sumber manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sementara fungsi dan prinsip pengelolaan pendidikan, yakni: fungsi
membuat putusan, merencanakan, mengorganisasikan, mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan, mengawasi dan menilai.
Kemudian menyangkut tentang pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan
pendidikan yakni pendekatan organisai klasik sering disebut juga dengan gerakan
manajemen ilmiah. Gerakan ini mencari upaya untuk dapat menggunakan orang
secara efektif dalam organisasi industri. Pendekatan organisasi klasik ini dibagi
menjadi yaitu pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan
berkembang sebagai reaksi terhadap pendekatan organisasi klasik dan pendekatan
prilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara hubungan sosial dengan
struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi yang diambil dari psikologi,
sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.
Didalam pengelolaan pendidikan juga akan membentuk organisasi dan
manajemen pendidikan. Organisasi merupakan pengelompokan orang-orang kedalam
aktivitas kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Walaupun
pekerjaannya berbeda-beda dengan adanya organisasi dimaksudkan agar pekerjaan
tersebut dapat berjalan dengan lncar dan baik. Sedangkan manajemen merupakan
usaha yang sistematis dalam mengatur dan menggerakkan orang-orang yang ada di
23
dalam organisasi agar mereka bekerja sepenuh kesanggupan dan kemampuan yang
dimilikinya dan juga dengan tujuan mereka bekerja secara optimal.
Untuk mencapai efisiensi serta efektivitas dalam manajemen, maka segala
tindakan dan kegiatan baru sebaiknya dilaksanakan dengan pertimbangan atau
perhitungan yang rasional. Maka diperlukan langkah-langkah kegiatan dengan
perumusannya secara jelas dan tegas agar tidak rancu. Rumusan dari langkah-langkah
tersebut, disebut fungsi manajemen yang merupakan pemuatan pengarahan mental
(pikiran, kemauan dan perasaan) dan tenaga jasmaniah untuk mewujudkan sesuatu
sebagai sasaran. Selain itu terdapat juga prinsip pengelolaan sekolah yakni
memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme
kerja, mengkoordinasi wewenang dan tanggungjawab, memberi tanggungjawab pada
personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya, mengenal
secara baik faktor-faktor psikologis manusia dan relativitas nilai-nilai.
Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok
yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan sebelumnya. Jadi kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada satu
lembaga satuan pendidikan dan pemimpin yang proses keberadaannya dapat dipilih
secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah. Secara
operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok, yaitu
fungsi instruksi, fungsi konsultasi, fungsi partisipasi, fungsi delegasi, dan fungsi
pengendalian. Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut
melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja
yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasiakan kedalam
empat tipe yaitu : tipe otoriter, tipe laissez-faire, tipe demokratis dan tipe pseudo-
demokratis. Dalam kepemimpinan pendidikan ini juga membutuhkan syarat-syarat
dan keterampilan tertentu agar bisa dipilih atau diposisikan menjadi pemimpin.
24