Download - Makalah Screening
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan tujuan kesehatan kerja menurut World Health
Organization (WHO) dan International Labour Association (ILO), kesehatan
kerja bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan guna
meningkatkan kapasitas kerja, mencegah penyakit pada pekerja sebagai
akibat dari kondisi kerjanya, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
lingkungan kerja sesuai dengan fisik dan psikologis. Sejalan dengan tujuan
inilah maka penting untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada para
pegawai sebagai screening terhadap status kesehatan mereka. Jelas tampak
adanya korelasi antara status kesehatan pegawai dengan produktivitas atau
kerugian suatu institusi atau organisasi.
Di negara maju seperti Amerika, lebih dari 60% angka kesakitan dan
kematian berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit Jantung
sebagai pembunuh no.1 di Amerika telah menghabiskan dana sebesar 5,2
milyar dollar setahun dimana 3 juta dollar diantaranya merupakan dana yang
dikeluarkan karena kehilangan hari-hari kerja akibat pegawai yang sakit.
Dengan kata lain, pegawai yang tidak sehat menyebabkan kerugian tidak
hanya dari segi finansial namun juga produktivitas, akibat mereka menjadi
lebih sering tidak masuk kerja.
1
Pemeriksaan kesehatan (Medical Check Up) adalah suatu prosedur yang
dilakukan untuk mengetahui status kesehatan individu saat ini dan sebagai
usaha untuk memelihara kesehatan secara berkala. Pemeriksaan kesehatan
sebagai screening adalah suatu bentuk tindakan pencegahan dan sering
digunakan untuk mendeteksi adanya suatu penyakit secara dini.
Melalui pemeriksaan kesehatan yang tepat dan teliti dapat membantu
dalam mendeteksi suatu penyakit yang tidak diketahui sebelumnya karena
tidak menimbulkan keluhan pada individu yang bersangkutan. Penyakit dan
gangguan kesehatan yang dapat dideteksi lebih dini tentu dapat
mempermudah kontrol dan tindakan pengobatan sehingga mencegah penyakit
berkembang menjadi lebih serius dan yang tidak kalah penting adalah tidak
mengurangi kualitas hidup individu tersebut.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sangat penting untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan produktivitas kerja serta mencegah terjadinya penyakit
pada pekerja akibat dari kondisi kerjanya. Kapasitas dan produktivitas
pegawai juga ditentukan oleh keadaan kesehatannya. Dimana hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk kebiasaan hidup sehari-hari dan
kondisi lingkungan pekerjaan, yang pada akhirnya akan ikut menentukan
kinerja masing-masing pegawai. Bersandar pada pengertian inilah maka
penting untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala kepada
seluruh pegawai.
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan kepada pegawai adalah untuk
memberi jaminan pegawai tersebut cocok untuk dipekerjakan dan tetap dalam
2
keadaan bugar sepanjang masa kerja. Selain itu juga sebagai deteksi dini
(screening) dan penanganan penyakit akibat kerja/penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Pelaksanaan dari pemeriksaan kesehatan pegawai juga memiliki
landasan hukum yang mengatur, yaitu sesuai dengan UU Kesehatan no.23 /
1992, pasal 23, ayat 2 : Kesehatan Kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan screening?
2. Bagaimana tujuan dan sasaran screening?
3. Bagaimana proses pelaksanaan screening?
4. Apa saja jenis-jenis screening?
5. Bagaimana kriteria pelaksanaan screening?
6. Bagaimana hasil evaluasi screening?
7. Bagaimana aplikasi screening dalam kesehatan dan tenaga kerja?
8. Apa tujuan dilakukan screening di tempat kerja?
9. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan kesehatan tenaga kerja?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
3
1. Pengertian screening
2. tujuan dan sasaran screening
3. Proses pelaksanaan screening
4. Jenis-jenis screening
5. Kriteria pelaksanaan screening
6. Hasil evaluasi screening
7. Aplikasi screening dalam kesehatan dan tenaga kerja
8. Tujuan dilakukan screening di tempat kerja
9. Jenis-jenis pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Screening
Screening atau penyaringan kasus atau tes tapis adalah suatu startegi
yang digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada
individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara
aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak
gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu
melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat
memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar
menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana
dan cepat untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang
tampaknya sehat, tetapi kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka
yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening dilakukan untuk
mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka
dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang
lebih pasti.
Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah
yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang
diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular dengan
harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.
5
Contoh Uji screening antara lain yaitu pemeriksaan rontgen,
pemeriksaan sitologi, dan pameriksaan tekanan darah. Uji screening tidaklah
bersifat diagnostik. Orang-orang dengan temuan positif atau mencurigakan
harus dirujuk ke Dokter untuk diagnosis dan pengobatannya.
B. Tujuan dan Sasaran Screening
1. Tujuan
a. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas
terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita
penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit
(Population at risk).
b. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan
secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan
dan tidak menjadi sumber penularan penyakit.
c. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2. Sasaran
Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :
a. Penyakit kronis
b. Keadaan yg potensial/high risk
c. Penyaringan yg dpt dilakukan scr:
d. Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.)
e. Infeksi Virus (Hepatitis)
6
f. Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner,
Ca Serviks, Ca Prostat, Glaukoma)
g. HIV-AIDS
C. Proses Pelaksanaan Screening
1. Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang
dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
a. Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
b. Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
2. Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik
a. Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
b. Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan
ulang secara periodik).
D. Jenis-jenis Screening
Ada 4 jenis screening, yaitu
1. Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening pra kanker leher rahim dengan metode IVA pada
22.000 wanita
2. Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji
penyaringan pada saat yang sama.
7
Contoh: skrining pada penyakit aids
3. Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena
paparan yang spesifik.
Contoh : screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan
timbal.
4. Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita–penderita yang
berkonsultasi kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.
E. Kriteria Pelaksanaan Screening
1. Sifat Penyakit
a. Serius
b. Prevalensi tinggi pada tahap praklinik
c. Periode yg panjang diantara tanda – tanda pertama sampai timbulnya
penyakit
2. Uji Diagnostik
a. Sensitif dan Spesifik
b. Sederhana dan Murah
c. Aman dan Dapat Diterima
d. Reliable
e. Fasilitas adekwat
8
3. Diagnosis dan Pengobatan
a. Efektif dan dapat diterima
b. Pengobatan g aman telah tersedia.
F. Hasil Evaluasi Screening
Hasil ScreeningStatus Penyakit
Ada Tidak Ada
Postif True post False post
Negatif False neg True neg
Keterangan:
a = True post/ positif benar
b = False post/Positif semu
c = False neg/negatif semu
d = True neg/negatif benar
Untuk menilai hasil screening dibuthkan kriteria seperti berikut:
1. Validitas
Validitas adalah kemampuan tes/screening untuk menentukan individu
mana yang benar sakit dan mana yang tidak sakit. Indikator untuk menilai
validitas hasil screening adalah sebagai berikut:
a. Sensitivitas
Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi
individu dengan tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit.
9
Sensitivitas = a/a+c
b. Spesifisitas
Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi
individu dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.
Spesivisitas = d/b+d
c. Positive Predictive Value (Ppv)
Persentase pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.
PPV = a/a+b
d. Negative Predictive Value (Npv)
Persentase pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.
NPV = d/c+d
e. Nilai perkiraan kecermatan:
1) Nilai Kecermatan (+) (Positive accuracy) : Proporsi jumlah yang
sakit thd semua hasil tes (+)
Rumus y = a / a+b
2) Nilai Kecermatan (-) (Negative accuracy) : Proporsi jumlah yang tdk
sakit thd semua hasil tes (-)
Rumus z = d / c+d
Selain nilai kecermatan, dpt juga dihitung nilai komlemennya yaitu :
1) False positive rate: Jumlah hasil tes (+) semua dibagi dgn jumlah
seluruh hsl tes (+)
Rumus b/ a + b atau 1 – y
10
2) False negative rate: Jumlah hasil tes (-) semua dibagi dgn jumlah
seluruh hsl tes (-)
Rumus c/ c + d atau 1 – z
2. Realibilitas
Pemeriksaan yg dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan
sesuatu yg konsisten. reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji
dilakukan pada waktu itu dalam hal keterulangannya (repeatibility).
3. YIELD (hasil)
Yield merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk
menyebut tes screening. Yield adalah angka atau jumlah screening yang
dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode waktu, jumlah penyakit
yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat
dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji. Status
penyakit, keparahan, tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran
fisik, dan faktor lain yang mempengaruhi dan berdampak pada responden
dan temuan tes.
G. Screening bagi Tenaga Kerja
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sangat penting untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan produktivitas kerja serta mencegah terjadinya penyakit
pada pekerja akibat dari kondisi kerjanya. Kapasitas dan produktivitas
pegawai juga ditentukan oleh keadaan kesehatannya. Dimana hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk kebiasaan hidup sehari-hari dan
kondisi lingkungan pekerjaan, yang pada akhirnya akan ikut menentukan
11
kinerja masing-masing pegawai. Bersandar pada pengertian inilah maka
penting untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pegawai.
Pelaksanaan dari pemeriksaan kesehatan pegawai juga memiliki
landasan hukum yang mengatur, yaitu sesuai dengan UU Kesehatan no.23 /
1992, pasal 23, ayat 2 : Kesehatan Kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
Paket pemeriksaan tenaga kerja yang efektif dan efisien dapat disusun
berdasarkan kelompok risiko pekerjaan sebagai berikut :
1. Medical Check Up untuk administrasi office.
2. Medical Check Up untuk terkena bahan kimia berbahaya/debu.
3. Medical Check Up untuk terkena panas melewati NAB.
4. Medical Check Up driver.
5. Medical Check Up pekerja dengan aspek ergonomi (repetitif pada tangan
dan jari).
6. Medical Check Up yang berhubungan dengan manual handling.
7. Medical Check Up yang bekerja di ketinggian.
8. Medical Check Up pegawai terkena bising.
9. Medical Check Up berdasar usia : < 30 th, 30 – 40 th, > 40 th.
Contoh aplikasi screening diperusahaan adalah pekerja semprot
pestisida wajib diperiksa kadar kolinesterasenya 6 bulan sekalai walupun
tidak menimbulkan gejala.
12
H. Tujuan Screening Tenaga Kerja
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan
Tahun 1992 Pasal 23).
Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam
hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja
di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
13
I. Jenis-Jenis Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan
pekerja merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk diterapkan.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal
Fungsi dari pemeriksaan kesehatan awal dari seorang karyawan
tentunya adalah menilai kelayakan seseorang karyawan sebelum diterima
menjadi pekerja. Dari pemeriksaan awal juga akan mendeteksi hal-hal apa
saja yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan sehingga bila
suatu nanti diperlukan akan dapat dipergunakan. Sebaiknya pemeriksaan
awal dilakukan untuk seluruh calon karyawan karena dikhawatirkan bila
tidak dilakukan menyeluruh akan menimbulkan impact yang luar biasa
dikemudian hari terutama terhadap masalah kesehatan (Biaya kesehatan).
Pemeriksaan awal itu diperuntukkan bagi semua karyawan yg masuk
ke dalam perusahaan. permeriksaan berkala itu MCU rutin, biasanya
1x/thn atau 2 thn 1 x. sedangkan pemeriksaan khusus itu lebih bergantung
pada jenis/potensi bahaya yang ada dari pekerjaan terkait, jadi seberapa
sering dilakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan apa saja yg
sebaiknya dilakukan itu bergantung pada jenis bahaya yang ada dari
pekerjaan itu sendiri. Untuk jenisnya apa rasanya bisa didiskusikan dengan
provider MCUnya atau dengan dokter perusahaan. Inti dari pemeriksaan
kesehatan ini adalah melihat ada/tidaknya PAK, jadi sebaiknya
pemeriksaan ini diberikan kepada semua karyawan.
14
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala merupakan mata rantai dalam usaha
peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Banyak manfaat dapat
diperoleh dari pemeriksaan berkala ini. Disamping Untuk mengetahui
kondisi kesehatan secara berkala. Sarana ini dapat digunakan untuk deteksi
dini penyakit-penyakit keganasan, kardiovaskuler & degeneratif serta
untuk memantau perkembangan penyakit kronis.
Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setahun sekali atau
setahun 2 kali. Ini penting sekali untuk mengetahui keadaan kesehatan
karyawan dan mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh pekerjaan untuk
selanjutnya dilakukan pengobatan dan penyembuhan bagi karyawan dan
perbaikan apabila ternyata tempat kerja menimbulkan permasalahan
kesehatan.
Pemeriksaaan berkala dilakukan dengan selang waktu yang teratur
setelah pemeriksaaan awal sebelum penempatan, Pada check rutin, tidak
selalu dilakukan pemeriksaan medis lengkap, terutama bila tanda-tanda
sakit jelas. Prosedur pemeriksaan kesehatan berkala yaitu:
a. Cakupan dan keberkalaan pemeriksaan kesehatan tersebut hendaknya
didasarkan pada sifat dan luasnya risiko yang terlibat. Pemeriksaan
hendaknya difokuskan pada organ sistem tubuh yang paling mungkin
terpengaruhi bahan-bahan berbahaya di tempat kerja tersebut. Contoh:
audiometri adalah uji yang sangat penting untuk mereka yang bekerja
pada lingkungan yang bising.
15
b. Untuk setiap bahan berbahaya, periode antara paparan dan timbulnya
gangguan kesehatan merupakan faktor utama dalam menentukan
frekuensi pemeriksaan. Untuk bahan-bahan semacam itu, frekuensi
hendaknya ditentukan berdasarkan:
1) Riwayat alamiah penyakit meliputi kecepatan timbul atau dapat
terdeteksinya (dengan pemeriksaan penyaring) perubahan biokimia,
perilaku morfologis,dll.
2) Tingkat paparan terhadap bahan berbahaya tersebut dan terhadap
bahan-bahan lain yang berinteraksi.
3) Antisipasi kerentanan populasi dan individu terpapar (WHO,1995)
untuk meningkatkan produktivitas kerja.
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus ini pemeriksaannya bersifat spesifik
berdasarkan jenis potensi bahaya di tempat kerja. Yang dimaksud
parameter khusus itu adalah :
a. Feces culture setiap 6 bulan sekali untuk penjamah makanan/minuman
b. Audiometri setiap 1 tahun sekali untuk karyawan terpapar bising
c. Spirometri setiap 1 tahun sekali untuk karyawan terpapar chemical/dust
d. Spesialis mata setiap 1 tahun sekali untuk karyawan driver.
Bahkan pemeriksaan untuk liver function ( SGOT & SGPT )
dimasukkan dalam pemeriksaan khusus untuk karyawan terpapar
chemical/dust. Hal ini untuk melihat apakah hal ini ada korelasi dengan
paparan chemical/dust tersebut.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Screening atau penyaringan kasus atau tes tapis adalah suatu startegi yang
digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu
tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit
2. Tujuan screening antara lain deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan
gejala tidak khas dan melakukan pengobatan
3. Proses pelaksanaan screening terdiri dari 2 tahap. Tahap I yaitu
pemeriksaan umum dan tahap II yaitu pemeriksaan diagnostic
4. Ada 4 jenis screening yaitu penyaringan massal, penyaringan multiple,
penyaringan yang ditargetka dan penyaringan oportunistik.
5. Kriteria pelaksanaan screening dapat ditinjau dari sifat penyakitnya, uji
diagnostic, diagnosis dan pengobatan.
6. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pegawai diatur dalam UU Kesehatan
no.23 / 1992, pasal 23, ayat 2.
7. Tujuan screening di tempat kerja antara lain memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan kerja dan mencegah timbulnya gangguan
kesehatan.
8. Pemeriksaan kesehatan pekerja ada dua jenis yaitu pemeriksaan awal dan
pemeriksaan berkala
17
B. Saran
1. Agar kesehatan dan keselamatan pekerja dapat terjamin, maka screening
sebagai salah satu deteksi dini potensi bahaya penyakit akibat kerja harus
dilakukan oleh semua perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia sesuai
pedoman/ standar K3.
2. Diperlukan pengawasan dari pemerintah terhadap pelaksanaan screening
di tempat kerja agar semua perusahaan menjalankannya serta memberikan
sanksi kepada perusahaan yang tidak menjalankan screening.
18
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraini. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan MN. 2002. Pengantar Epidemiologi, Jakarta : Rineka Cipta
NN. 2010. Konsep Dasar Screening.
http://ikhwan554.blogspot.com/2010/03/konsep-dasar-screening.html
(Diakses pada 25 April 2013)
NN. 2008. Screening.
http://epidemiologidkn.blogspot.com/2008/01/screening.html (Diakses pada
26 April 2013)
NN. 2009. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja.
http://klinikpribadicikarang.blogspot.com/2009/03/pemeriksaan-kesehatan-
pekerja.html (Diakses pada 27 April 2013)
Made, Udayati. 2012. Uji Tapis (Screening Test).
http://udayatimade.blogspot.com/2012/05/uji-tapis-screening-test.html
(Diakses pada 25 April 2013)
Mahardhika, Dhika. 2011. Screening.
http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/25/screening/ (Diakses pada 26
April 2013)
19
Syamsudin, Udin. 2011. Pentingnya Screening/General Check Up.
http://bisnisorion.blogspot.com/2011/06/pentingnya-screeninggeneral-check-
up.html (Diakses pada 26 April 2013)
20