Download - Makalah Seminar Kel 6 Fix
SEMINAR KELOMPOK 6
Contoh Area Keperawatan Komunitas: Kesehatan Kerja
Disusun Oleh :
Anisah Puspita Sari 115070201131019
Aprilia Dwi Puspitasari 115070207131011
Chindy Purbo Labdo 115070207131009
Defri Andrian Dwi A 115070207131019
Dwi Puji Rahayu 115070207131008
Seli Elfianah 115070207131018
Siti Sulaicha 115070213131001
Sugeng T. R 115070207131017
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah specialisasi ilmu kesehatan/ kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja
memperoleh drajat kesehatan setinggi - tingginya, baik fisik, mental
ataupun social dengan usaha – usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit – penyakit/ gannguan – gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor – faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit –
penyakit umum (Effendy, 1998).
Beberapa undang-undang pada tahun 1960 dan 1970-an untuk
melindungi keselamatan pekerja dan kesehatan menyebabkan
peningkatan kebutuhan perawat kesehatan kerja. Khususnya, melalui
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan The National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), yang menghasilkan
kebutuhan besar untuk perawat di tempat kerja untuk memenuhi tuntutan
dengan banyak standar sedang dilaksanakan.
Di Indonesia UU NO. 13 TAHUN 2003 tentang ketenagakerjaan
Pasal 86 dimana Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan
kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama. Serta Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
Keselamatan kerja harus dilindungi dari bahan bahaya yang dapat
menyebabkan penyakit, kecacatan, dan bahkan yang dapat menyebabkan
kematian. Bahan bahaya yang terdapat ditempat kerja antara lain bahan
kimia (chemical) dan bahan biologis.
Mengingat bahan bahaya yang terdapat ditempat kerja maka
diperlukan suatu perawatan kesehatan kerja yang meliputi berbagai upaya
penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya
baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan
kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan
drajat kesehatan para tenaga kerja.
Untuk mencapai perawatan kesehatan kerja yang maksimal
diperlukan kesinambungan antar pihak yang menjalankannya.
Keperawatan komunitas adalah salah satu pihak yang diharapkan mampu
menjadikan perawatan kesehatan kerja sesuai dengan fungsinya dan
dapat memaksimalkan manfaat untuk masyarakat. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai perawatan kesehatan kerja.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalan ini adalah untuk mengetahui
Contoh Area Keperawatan Komunitas : Kesehatan Kerja
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk
menjelaskan mengenai:
1. Definisi perawatan kesehatan kerja
2. Sejarah perawatan kesehatan kerja
3. Bahan bahaya di tempat kerja
4. Praktik perawatan kesehatan kerja
5. Isu praktik perawatan kesehatan kerja
TEORI DAN KONSEP
1. KONSEP DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3)
merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3
adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih; perusahaan
yang mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang Sistem Manajemen K3,
terdapat 5 (lima) ketentuan yang harus perusahaan/pengusaha
laksanakan, yaitu:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3;
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
ManajemenK3 secara berkesinambungan dengan tujuan
meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terdapat beberapa alasan yang mengungkapan pentingnya Sistem
Manajemen K3 diterapkan dalam suatu perusahaan/laboratorium. Alasan
tersebut dapat dilihat dari aspek manusiawi, ekonomi, UU dan Peraturan,
serta nama baik Jerusalem 2010. Berikut adalah argumentasi betapa
pentingnya Sistem Manajemen K3.
a. Alasan Manusiawi. Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa
berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan,
merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini di
karenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan
penderitaan bagi korbannya (misalnya kematian, cacat/luka berat,
luka ringan), melainkan juga penderitaan bagi keluarganya. Oleh
karena itu pengusaha atau sekolah mempunyai kewajiban untuk
melindungi pekerja atau siswanya dengan cara menyediakan
lapangan kerja yang aman.
b. Alasan Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan
menimbulkan kerugian ekonomi, seperti kerusakan mesin,
peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, dan biaya
santunan kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-
langkah pencegahan kecelakaan, maka selain dapat mencegah
terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga dapat menghemat
biaya yang harus dikeluarkan.
c. Alasan UU dan Peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan oleh
pemerintah atau suatu organisasi bidang keselamatan kerja
dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang
terjadi, makin meningkatnya pembangunan dengan menggunakan
teknologi modern, pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas
kerja yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja
dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang konstruksi.
d. Nama Baik Institusi. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi
yang baik dapat mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing
dengan perusahaan lain. Reputasi atau citra perusahaan juga
merupakan sumber daya penting terutama bagi industry jasa,
termasuk jasa konstruksi, karena berhubungan dengan
kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek. Prestasi
keselamatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan
itu, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselamatan kerja
yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan
secara tidak langsung.
Keselamatan Kerja
Selain kesehatan yang tak kalah pentingnya adalah Keselamatan
Kerja. Keselamatan kerja merupakan keadaan terhindar dari bahaya saat
melakukan kerja. Menurut Suma‟mur (1987) dalam Jerusalem 2010,
keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja
menyangkut semua proses produksi dan distribusi baik barang maupun
jasa. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja maupun
masyarakat pada umumnya. Tasliman (1993)sependapat dengan
Suma‟mur bahwa keselamatan dan kesehatan kerja menyangkut semua
unsur yang terkait di dalam aktifitas kerja. Ia menyangkut subjek atau
orang yang melakukan pekerjaan, objek (material) yaitu benda-benda atau
barang-barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang dipergunakan dalam
bekerja berupa mesin-mesin dan peralatan lainnya, serta menyangkut
lingkungannya, baik manusia maupun benda-benda atau barang.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga
kerja. Kecelakaan selain menjadi hambatan langsung, juga merugikan
secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja,
terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada
lingkungan kerja, dan lain-lain. Secara umum keselamatan kerja dapat
dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna
menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar
dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi
penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan
jam kerja yang manusiawi. Pendapat lain mengatakan Keselamatan
(safety) meliputi:(1). Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of
accident loss) dan (2). kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak bisa diterima (the ability to
identify and eliminate unacceptable risks).
Pengertian K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America
Society of Safety and Engineering (ASSE), K3 diartikan sebagai bidang
kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang
ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan
Keselamatan (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik
jasa maupun industri. Istilah lainnya adalah ergonomi yang merupakan
keilmuan dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian
manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna tercapainya
pelakasanaan pekerjaan secara baik. Perkembangan pembangunan
setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkanpula meningkatnya resiko kecelakaan
di lingkungan kerja. Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami,
yaitu: (1) aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja; (2)
diterapkan untuk melindungi tenaga kerja; (3) resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Kesehatan Kerja
Produktifitas optimal dalam dunia pekerjaan merupakan dambaan setiap
manager atau pemilik usaha, karena dengan demikian sasaran
keuntungan akan dapat dicapai. Kesehatan (Health) berarti derajat/ tingkat
keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and
psychological well being ofthe individual). Kesehatan Kerja, yaitu : suatu
ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja
melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerjayang
diwujudkan melaluii pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan
makanan yang bergizi.
Program kesehatan di usaha busana bertujuan untuk mewujudkan
lingkungan usaha busana yang aman, nyaman dan sehat bagi seluruh
pekerjai, dan pengunjung, di dalam dan di lingkungan Usaha busana.
Sehingga kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan
yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha busana dapat di tekan atau bila
mungkin di hilangkan. Empat pilar strategi yang telah ditetapkan tuntuk
mendukung visi Kementrian Kesehatan dalam rangka merujudkan
“kesehatan karja” adalah:
a. Strategi paradigma sehat yang harus dilaksanakan secara
serempak dan bertanggung jawab dari semua lapisan. Termasuk
partisipasi aktif lintas sektor dan seluruh potendi masyarakat.
b. Strategi Profesionalisme, yaitu memelihara pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata dan terjangkau.
c. Strategi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM),
guna memantapkan kemandirian masyarakat hidup sehat,
diperlukan peran aktif dan pembiayaan.
d. Strategi Desentralisasi, intinya adalah pendelegasian wewenang
yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur
systempemerintahan kerumahtanggaannya sendiri.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO di Linz Australia, dihasilkan
beberapa definisi sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja: penyakit akibat kerja ini mempunyai
penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan,
yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebeb yang mudah
diakui.(pekerjaan sebagai pencetus sakit atau penyakit) atau lebih
dikenal dengan sebagai man made disease. Pencegahan dapat
dimulai dengan pengendalian secermat mungkin pengganggu
kesehatan atau pengganggu kerja. Gangguan ini terdiri dari:
1. Beban kerja (berat, sedang, ringan, atau fisik, psikis, dan sosial).
2. Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja seperti
faktorfisik, kimia, biologi, dan psikologi.
3. Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan sendiri yang meliputi
kemahiran, ketrampilan, usia, daya tahan tubuh, jenis kelamin,
gizi,ukuran tubuh, dan motivasi kerja.
b. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan –Work related
disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen
penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang peranan
bersama dengan faktor resiko lainnya dalam berkembangnya
penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.
c. Penyakit yang mengenai populasi pekerja adalah penyakit yang
terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang
buruk bagi kesehatan.
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada prinsipnya sasaran atau tujuan dari K3 adalah :
a. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
b. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
c. Menjamin proses produksi aman dan lancar
Sedangkan tujuan keselamatan kerja menurut Suma‟mur, (1985) dalam
Jerusalem 2010 adalah sebagai berikut:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas masyarakat.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat
kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
Sementara itu, peraturan perundangan No. I tahun 1970 Pasal 3 tentang
keselamatan kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
caradan proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanamanatau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. (Tia ,
Setiawan dan Harun, 1980:11-12)
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam
bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14
tahun 1969 tentang pokok – pokok mengenai tenaga kerja yang
selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan
bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama, akan tetapi pekerja mempunyai kewajiban untuk memberikan
kontribusi pada kondisi tersebut dengan berperilaku yang bertanggung
jawab. Setiap cidera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat
dihindari dengan sistem kerja, peralatan, substansi, training dan supervisi
yang tepat. Sakit, cidera dan perilaku yang tidak mendukung
kesehatan,keselamatan dan keamanan kerja akan mengakibatkan
menurunnya produktifitas kerja. Salah satu masalah yang hampir setiap
hari terjadi di tempat kerja adalah kecelakaan yang menimbulkan hal-hal
yang tidak kita inginkan, seperti kerusakan peralatan, cedera tubuh,
kecacatan bahkan kematian.
2. DEFINISI KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja yaitu suatu ilmu yang penerapannya untuk
meningkatkan kualitas hidup tenaga kesehatan kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujudkan melalui
pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi
(Jerusalam & Khayati, 2010).
Kesehatan kerja adalah specialisasi ilmu kesehatan/ kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja
memperoleh drajat kesehatan setinggi - tingginya, baik fisik, mental
ataupun social dengan usaha – usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit – penyakit/ gannguan – gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor – faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit –
penyakit umum (Effendy, 1998).
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian anatara
kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang –
undang kesehatan tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja
adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan
dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia
dan meliputi aspek kesehatan dari pekerka itu sendiri (Efendi & Makhfudli,
2009).
Pengertian perawatan kesehatan kerja (Occupation Health Nursing)
merupakan cabang dari perawatan kesehatan masyarakat, yang
memberikan pelayanan pada tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja.
Pelayanan berfokus pada promosi, proteksi, dan pemulihan kesehatan
naker dalam hubungannya dengan keselamatan dan lingkungan kerja
yang sehat. Pelayanan keperawatan kesehatan kerja bersufat otonom dan
independen dalam menetukan penatalaksanaan keperawatan bidang
kesehatan kerja. (American Association of Occupational Health Nursing,
1994).
3. SEJARAH PERAWATAN KESEHATAN KERJA
Keperawatan kesehatan kerja, kemudian disebut keperawatan
industri dimulai pada paruh kedua abad ke-19 di Norwich, Inggris. Ketika
Philipa Fowerday disewa oleh J. & J. Coleman Cormpany pada tahun
1878. Karyanya di perusahaan mustard terutama untuk bekerja di klinik
dan menyediakan layanan perawatan di rumah kepada karyawan dan
keluarga mereka (Godfrey. 1978). Meskipun perusahaan tersebut
menyediakan pelayanan perawatan akut dan tersier bagi karyawan,
kepercayaan adalah bahwa perawatan pencegahan lebih baik daripada
mengobati dalam hal hidup sehat dan berkualitas. Perawat segera
dipekerjakan oleh perusahaan lain mencoba memberikan pelayanan
kesehatan bagi karyawan yang sakit dan terluka di tempat kerja serta
layanan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan sanitasi dan
kebersihan, terutama mengingat tingginya tingkat tuberkulosis waktu itu
(Slaney, 1984.)
Perawatan untuk para pekerja dimulai pada tahun 1888 dan disebut
keperawatan industri. Sekelompok penambang batubara Pennsylvania
menyewa Betty Moulder, lulusan sekolah rumah sakit Blockley
keperawatan di philadelphia (sekarang philadelphia rumah sakit umum),
untuk mengurus mereka dan rekan kerja dan keluarga yang sakit
(AAOHN, 1976). Ada Mayo Stewart, disewa pada tahun 1885 oleh
perusahaan marmer vermont di rutland, Vermont merupakan pengguna
keperawatan industri yang pertama. Dengan naik sepeda, Nona Stewart
mengunjungi karyawan yang sakit di rumah mereka, dan memberikan
perawatan darurat, serta mangajarkan ibu cara merawat anak-anak
mereka, dan mengajarkan kebiasaan hidup sehat (Felton,
1985;M Stanhope, 2013).
Pelayanan kesehatan karyawan atau pekerja tumbuh pesat selama
tahun 1900-an sebagai perusahaan yang diakui bahwa penyediaan
pelayanan kesehatan tempat kerja dapat menyebabkan tenaga kerja lebih
produktif. Pada waktu itu, terjadinya kecelakaan kerja dipandang sebagai
bagian tak terhindarkan dari para pekerja. Namun, masyarakat tidak
mendukung sikap tersebut, dan sistem untuk kompensasi bagi para
pekerja muncul hingga sampai sekarang (McGarth, 1945; M Stanhope,
2013).
Pada tahun 1913, upaya pertama mengorganisir di dalam
keperawatan industri Amerika dimulai di New England dengan
pembentukan pertama perawat registry industri dan pembentukan
Asosiasi New England Perawat industri 'pada tahun 1918. In 1917, Boston
University College of Busing Administration menawarkan kursus pertama
pendidikan khusus perawat industri yang berfokus pada isu-isu kesehatan
dan ekonomi industri. Hal ini diikuti pada tahun 1920 oleh beberapa
perguruan tinggi dan universitas menawarkan jumlah yang sedikit dalam
kebersihan industri di mana perawat industri berpartisipasi (Godfrey, 1978)
Keperawatan industri tumbuh pesat selama paruh pertama abad
kedua puluh. Fasilitas pendidikan banyak didirikan, seperti halnya
professional societies. Pada Perang dunia ii terdapat sekitar 4000
keperawatan industri (brown, 1981). The American Assosiation of
Industrial Nursing (AAIN) (yang sekarang menjadi The American
Association of Occupational Health Nurse) didirikan sebagai organisasi
keperawatan nasional pertama pada tahun 1942. Tujuan AAIN adalah
untuk meningkatkan pendidikan keperawatan industri dan praktek serta
untuk mempromosikan upaya kolaboratif interprofesional (Roger, 1988;
M Stanhope, 2013).
Bagian dari beberapa undang-undang pada tahun 1960 dan 1970-
an untuk melindungi keselamatan pekerja dan kesehatan menyebabkan
peningkatan kebutuhan perawat kesehatan kerja (Federal Coal Mine
Safety and Health Act,1969). The Occupational health (OSH) pada tahun
1970 merupakan hokum pertama yang mengatur tentang keamanan dan
kesehatan kondisi kerja.
Sebagai lingkup perawat kesehatan kerja tentang praktek diperluas
jauh, AAIN berubah nama menjadi American Asosiasi Perawat Kesehatan
Kerja pada tahun 1977, dengan keanggotaan sekarang sekitar 13.000
perawat kesehatan kerja. Tahun 1980-an membawa ekspansi ke peran
yang lebih promosi kesehatan, manajemen, pengembangan kebijakan,
penelitian dan kewirausahaan. Beberapa standar Apakah diumumkan
untuk melindungi pekerja dari paparan (fig., Hazard Communication
Standard, 1.983), dan pada tahun 1988, 'Keselamatan dan Kesehatan,
Administrasi (OSHA) menyewa jasa konsultan perawat kesehatan
pertama untuk memberikan bantuan teknis dalam pengembangan
standar, konsultasi lapangan, dan pekerjaan keahlian keperawatan
kesehatan. Pada tahun 1993, di Kantor Kesehatan Keperawatan didirikan
dalam lembaga tersebut.
Khususnya, melalui Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) dan The National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH), yang menghasilkan kebutuhan besar untuk perawat di tempat
kerja untuk memenuhi tuntutan dengan banyak standar sedang
dilaksanakan. Dengan OSHA, tindakan utama berfokus pada melindungi
pekerja dari pekerjaan berbahaya. NIOSH berfokus pada pendidikan dan
penelitian. Pada 1993 kantor keperawatan kesehatan kerja didirikan
dalam suatu lembaga. Di samping penyediaan layanan kesehatan
langsung, perawat lebih terlibat daripada sebelumnya dalam pembuatan
kebijakan dan manajemen pelayanan kesehatan kerja. Di samping itu,
pada tahun 1998, AAOHN mengadopsi konsep kesehatan lingkungan
sebagai komponen penting dari lapangan latihan. Untuk tujuan ini,
AAOHN telah memasukkan istilah "environment" seperti dalam pekerjaan
dan lingkungan perawat kesehatan yang ada, dalam dokumen-dokumen
dan publikasi. Pada tahun 1999, AAOHN menerbitkan set pertama
kompetensi dalam keperawatan kesehatan kerja, yang telah diperbarui,
dan mendirikan fundation AAOHN untuk mendukung kegiatan pendidikan,
penelitian, dan kepemimpinan dalam keperawatan kesehatan kerja. Peran
kesehatan lingkungan dan penempaan hubungan yang berkelanjutan di
masyarakat perlu untuk lebih meningkatkan kesehatan pekerja.
(M Stanhope, 2013)
Prioritas akan digunakan untuk menargetkan dana hibah oleh
NORA untuk kerja penelitian keperawatan kesehatan. Pada tahun 1996,
pertama National Occupational Agenda Riset (NORA) dikembangkan,
dipelopori oleh National Institut Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(NIOSH) dalam kemitraan dengan lebih 500 kelompok dan individu. Nora
telah mengidentifikasi 21 prioritas penelitian untuk kesehatan dan
keselamatan kerja yang pendanaannya ditargetkan pada prioritas NORA
(CDC, 1999)
Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Indonesia
Dengan memperhatikan keadaan hukum kerja di zaman
prakemerdekaan, tentunya dapat diperkirakan bagaimana riwayat
kesehatan kerja ini. Perbudakan, perhambaan, rodi, dan poenale sanksi
yang mewarnai hubungan kerja di zaman itu menunjukkan pula
kurangnya perhatian pemerintah Hindia Belanda akan kesehatan kerja.
Hal yang dicari pada saat itu adalah pengeksplotasian tenaga kerja
secara penuh demi kepentingan pihak penjajah, sedangkan kepentingan
tenaga kerja tidak diperhatikan sama sekali.
Zaman Perbudakan
Zaman perbudakan ini secara legistis yaitu menurut peraturan
perundangan dinyatakan berakhir pada tanggal 31 Desember 1921. Jika
dibandingkan dengan Negara lain, berkat aturan adat yang dijiwai oleh
kepribadian bangsa, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab para
budak agak lumayan kedudukannya.
Regerings Reglement (RR) tahun 1818 (semacam Undang-undang Dasar
Hindia Belanda) pada pasal 115 memerintahkan supaya diadakan
peraturan- perturan mengenai perlakuan terhadap keluarga budak.
Peraturan pelaksananya dimuat dalam Staatsblad 1825 No.44 ditetapkan
bahwa :
1. Harus dijaga agar anggota-anggota keluarga budak bertempat
tinggal bersama-sama, maksudnya seorang budak yang telah
berkeluarga tidak boleh dipisahkan dari istri dan anaknya.
2. Para pemilik diwajibkan bertindak baik terhadap para budak
mereka.
3. Penganiayaan seorang budak diancam dengan pidana berupa
denda antara Rp.10,00 dan Rp.500,00 dan pidana lain yang
dijatuhkan oleh pengadilan untuk penganiayaan biasa.
Usaha dari pihak tidak resmi seperti dari “Javaans Menschlievend
Genootschaap” yaitu nama baru bagi “Java Benevolent Institution” dari
zaman pemerintahan Thomas Stamford Raffles antara tahun 1818 dan
1824 mencoba untuk menghapuskan perbudakan tetapi tidak membawa
hasil. Terjadi pertentangan pendapat yang menyatakan bahwa
penghapusan budak merupakan pelanggaran besar terhadap hak para
pemilik budak dan disisi lain berpendapat bahwa kezaliman lebih besar
apabila merendahkan manusia menjadi barang milik.
Baru pada tahun 1854 dalam Regeringsreglement 1854 pasal 115
sampai 117 kemudian menjadi pasal-pasal 169 sampai 171 Indische
Staatsregeling 1926, dengan tegas ditetapkan penghapusan perbudakan.
Pasal 115 menetapkan paling lambat 1 Januari 1860 perbudakan di
seluruh Indonesia dihapuskan dan selnjutnya memerintahkan supaya
diadakan peraturan-peraturan persiapan dan pelaksanaan tentang
penghapusan dan ganti rugi sebagai akibat penghapusan.
Zaman Rodi
Zaman rodi atau kerja paksa ini berlaku bersamaan dengan zaman
perbudakan dan berakhir resminya di Jawa dan Madura pada tanggal 1
Februari 1938, kecuali di tanah partikelir yang baru dihapuskan pada
tahun 1946 oleh Coamacab (Commando Officer Allied Military
Administration, Civil Affairs Branch) dalam Noodverordening Particuliere
Landrijen 1946 Java en Madura.
Kesehatan kerja bagi pekerja rodi lebih diperuntukkan pada kekhawatiran
kehabisan jumlah pekerja paksa, bukan karena prikemanusiaan.
Kesehatan kerja pada bidang rodi ini lebih terletak pada pembatasan jam
kerja. Misalnya hanya boleh sehari seminggu dan paling banyak 52 hari
dalam setahun dan seharinya tidak boleh lebih dari 12 jam kerja rodi.
Jarak antara rumah dan tempat kerja juga diperhatikan. Tetapi hal ini pun
dilanggar oleh pihak yang berkepentingan karena kurangnya
pengawasan. Penghapusan rodi dilakukan dengan membayar uang
pembebasan atau tebusan kepada Pemerintah dan bersamaan dengan itu
gaji pegawai dinaikkan dengan uang pembebasan itu.
Poenale Sanksi
Zaman poenale sanksi meliputi antara tahun 1872 dan 1879 serta
antara masa 1880 dan 1941, berakhir pada tanggal 1 Januari 1942.
Kedudukan buruh/pekerja dalam hubungannya dengan majikan ditetapkan
sebagai berikut;
1. buruh tidak boleh meninggalkan perusahaan, tanpa izin tertulis dari
pengusaha, administrasi atau pegawai yang diberi wewenang untuk
itu. Apabila hal itu tetap dilakukan maka buruh dikenai tindak
pidana yang disebut melarikan diri. Hukuman untuk itu adalah
denda atau kerja dengan makan tanpa upah, biasanya disebut
“krakal” selama-lamanya 1 bulan.
2. buruh wajib secara teratur melakukan pekerjaannya.
3. jika buruh meninggalkan perusahaan, ia wajib selalu membwa dan
atas permintaan yang berwajib memperhatikan kartu keterangan
yang memuat identitas buruh dan lamanya hubungan kerja.
4. jika buruh dalam masa hubungan kerja diadili atau menjalani
pidana, maka sesudahnya atas biaya perusahaan ia dapat di bawa
kembali ke perusahaan. Demikian pula jika buruh setelah menjalani
istirahat, sakit dan sebagainya jika tidak kembali lagi ke perusahaan
maka dapat dipanggil kembali.
5. dilarang memberi pemondokan kepada seorang buruh yang tidak
dapat membuktikan kebebasannya dari kewajiban bekerja.
6. dalam keadaan bagaimanapun, buruh tidak dapat memutuskan
hubungan kerjanya secara sepihak.
Dalam lembaga poenale sanksi yang menyerahkan pribadi buruh
sepenuhnya kepada wewenang perusahaan / majikan tidak dapat
diharapkan adanya perlindungan buruh. Satu-satunya jalan untuk
memberikan perlindungan bagi buruh itu pda kedudukan manusia social
adalah penghapusan poenale sanksi yang terjadi pada tangga 1 Januari
1942.
Zaman Modern
Kesehatan kerja di Indonesia dimulai pada dasawarsa ketiga abad
XX. Kesehatan kerja pertama kali diatur dalam :
1. Maatregelen ter Beperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid
van de Vroewen, yang biasanya disingkat Maatregelen, yaitu
peraturan tentang pembatsan pekerjaan anak dan wanita pada
malam hari, yang dikeluarkan dengan Ordonantie No. 647 Tahun
1925, mulai berlaku tanggal 1 Maret 1926.
2. Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige
Persoonen ann Boord van Scepen, biasanya disingkat „Bepalingen
Betreffende‟, yaitu peraturan tentang pekerjaan anak dan orang
muda di kapal, yang diberlakukan dengan Ordonantie No. 87 tahun
1926, mulai berlaku 1 Mei 1926.
Selain Maatregelen dan Bepalingen Betreffende, peraturan lain yang
dikwalifikasi sebagai peraturan kesehatan kerja, yang dikeluarkan oleh
pemerintah Hindia Belanda adalah :
1. Mijn Politie Reglement, Stb No. 341 tahun 1931 (peraturan tentang
pengawasan di tambang)
2. Voorschriften omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der an
motorrijtuigen (tentang waktu kerja dan waktu mengaso bagi
pengemudi kendaraan bermotor).
3. Riauw Panglongregeling (tentang panglong di Riau)
4. Panglongkeur Soematra Oostkust (tentang panglong di Sumatera
Timur).
5. Aanvullende Plantersregeling (peraturan perburuhan di perusahaan
perkebunan).
6. Arbeidsregeling nijverheidsberijvn (peraturan perburuhan di
perusahaan perindustrian).
Di Indonesia secara historis peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja telah ada sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan
dan diberlakukannya Undang-undang Dasar 1945, maka beberapa
peraturan termasuk peraturan keselamatan kerja yang pada saat itu
berlaku yaitu Veiligheids Reglement telah dicabut dan diganti dengan
Undag-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.
Setelah kemerdekaan pula yang pertama-tama menjadi perhatian
pemerintah adalah masalah kesehatan kerja. Sewaktu Imdonesia masih
berbentuk serikat beribukota di Yogyakarta pada tannga 20 April 1948
mengundangkan Undang-undang No.12 Tahun 1948 tentang kerja.
Setelah Indonesia berbentuk Negara kesatuan UU No.12 tahun 1948 ini di
berlakukan ke seluruh wilayah Indonesia dengan UU No.2 Tahun 1951.
Undang-undang pokok kerja ini mamuat aturan dasar mengenai :
1. Pekerjaan anak
2. Pekerjaan orang muda
3. Pekerjaan wanita
4. Waktu kerja, istirahat, dan mengaso
5. Tempat kerja dan perumahan buruh, untuk semua pekerjaan tidak
membeda-bedakan tempatnya, misalnya di bengkel, di pabrik, di
rumah sakit, di perusahaan pertanian, perhubungan,
pertambangan, dan lain-lain.
Undang-undang No.12 Tahun 1948 merupakan undang-undang pokok
sehingga memerlukan peraturan pelaksana yang lebih rinci. Mengingat
keadaaan Indonesia yang masih di awal kemerdekaan, maka peraturan
pelaksana dibuat secara bertahap. Peraturan pelaksana yang sempat
dikeluarkan pada masa itu adalah :
1. Peraturan pemerintah No.3 Tahun 1950 yang memberlakukan
aturan waktu kerja, istirahat, dan mengaso serta mengatur tata
cara pengusaha untuk dapat mengadakan penyimpangan dari
waktu kerja.
2. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 1954 yang mengatur
tentang berlakunya ketentuan cuti tahunan bagi pekerja/buruh.
Berbeda dengan undang-undang pokok lainnya, undang-undang
kerja mempunyai ketentuan bahwa semua ketentuan yang ada hanya
akan berlaku jika ada peraturan pelaksananya. Sampai saat undang-
undang kerja dicabut dan digantikan dengan Undng-undang No.13 Tahun
2003, peraturan pelaksana yang baru keluar hanya kedua peraturan
tersebut. Maka hanya kedua aturan undang-undang kerja itu yang sempat
berlaku.
4. Bahan Bahaya di Tempat Kerja
Kerja dan bahan bahaya di tempat kerja
Pekerja banyak terpampang bahan bahaya di tempat kerja
sehingga mengakibatkan penyakit dan cidera. Terdapat sekitar 138 juta
pekerja di amerika serikat (Bureau of Labor Statistics, 1999). Setiap hari,
sekitar 137 individu meninggal dari penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan, disertai tambahan 16 kematian dari cidera pada saat bekerja.
Seriap 5 detik, seorang pekerja mengalami cidera; setiap 10 detik seorang
pekerja mengalami kecacatan sementara atau total. NIOSH
memperkirakan bahwa sedikitnya 10 juta cidera terjadi pada saat
seseorang bekerja setiap tahun, kira – kira 3 juta orang diantaranya
mengalami cidera parah, dan setiap hari kerja lebih dari 10,000 orang
mengalami cidera sehingga kehilangan waktu bekerja. Table 40-3
menunjukan cidera yang berhubungan dengan kerja paling tinggi secara
sepesifik industry. Pada tahun 1994, cidera yang berhubungan dengan
kerja sendiri menghabiskan 121 milliar dolar karena kehilangan gaji dan
produktivitas, biaya administrasi, perawatan kesehatan, dan biaya lainnya.
Dan itu belum termasuk penyakit yang berhubungan dengan kerja.
Table: Nonfatal Occpational injury incidence rates in the united states by
industry, private sector
Work related Nonfatal Injuries
(per 100 full time worker)
Construction
Agriculture
Manufacturing
Transportation/public untilities
Wholesale/retail trade
Mining
Services
Finance, insurance, realty
12,5
11,0
10,8
8,8
8,2
7,0
6,8
2,7
Average
Kontruksi memiliki nilai cidera yang lebih tinggi pada sector privat
dibandingkan dengan yang lain (12,9 melawan 8,3 per 100 pekerja).
Pabrik yang memProduksi potongan kayu dan kayu memiliki pekerja yang
cidera daripada produser bahan lain, dan perusahan truk dan gudang
memiliki nilai cidera pada sector penyedia jasa. Cidera pertambangan ,
termasuk yang melibatkan oli dan eksplorasi gas. Menurun pada
pertengahan 1980an tapi tetap tinggi. Hampir setengah dari 170,000
kecacatan dikarenakan cidera pada pertanian setiap tahun hasilnya
secara permanen memburuk , menghabiskan kira – kira 2,5 juta dolar
untuk biaya rumah sakit dan rehabilisasi,. Laporan dari cidera antara
perawat rumah dan pemberi peawatan personal telah meningkat, dengan
cidera punggung terhitung lebih dari 40% dari laporan ini. Dan
diperkirakan 2,4 juta cidera mata terjadi di tempat kerja setiap tahun,
dikarena terekspos bahan kimia, radiasi, fisik dan biologi, dengan lebih
dari 60% pekerja yang mengalami cidera mata tidak memakai
perlindungan mata pada saat cidera.(Buerau of labor, 1995).
New cases of reported occupational illness in united states, by category of
illness, private sector
Category of illness Number percentage
- Disorders
associated with
repeated trauma
- Skin disease
disorders
- Disosders caused
by physical agent
- Respiratory
conditions caused
by toxic agent
- Poisoning
- Dust disease of the
lung
- All other
occupational illness
459,300
120,800
37, 400
36,900
13,400
4,800
759,400
61
16
5
5
2
1
100
Penyakit lebih sulit diperkirakan karena seringkali terjadi priode
laten yang lama antara terekspose di tempat kerja dan penyakit yang
muncul dan kurangnya recognisi dari bagian kelinis bahwa penyakit
berhubungan dengan tempat kerja. Karena itu, kejadian relative dan
prevalensi dari penyakit yang berhubungan dengan kerja tidak dilaporkan.
Ini berarti penyakit seperti gangguan kulit, yang lebih mudah diketahui,
lebih banyak dilaporkan dan dirawat. (table 40-4).
Ini mungkin memberikan arti salah dari keparahan penyakit yang
berhubungan dengan kerja.
1. Alergi dan iritasi kulit
Ditempat kerja. Kulit adalah rute penting dari exposure dari
bahan kimia dan kontaminasi bahan lain. Berdasarkan bureau of
labor statistics amerika serikat, penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan sebagian besar dalam bentuk alergi dan iritasi
kulit adalah di tempat kedua tipe penyakit yang berhubungan
dengan tempat kerja yang paling sering. Dari tahun 1983 sampai
tahun 1994, nilai dari penyakit kulit yang berhubungan dengan
tempat kerja meningkat dari 64 sampai 81 kasus pr 100,000
pekerja. Pada tahun 1994, kira- kira 66,000 kasus penyakit kulit
yang berhubungan dengan tempat kerja dilaporkan telah terjadi,
terhitung kira-kira 13% dari semua penyakit yang berhubungan
dengan kerja. Selain itu penyakit kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan sebagian besar tidak dilaporkan, sehingga nilai
sebernarnya dari kasus baru mungkin lebih banya beberapa kali
dari pada yang tercatat. Diperkirakan biaya tahunan, termasuk
kehilangan waktu kerja dan kehingan produktivitas yang
berhubungan dengan penyakit kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan , mungkin mencapai 1 miliyar dolar setiap tahun. Nilai
Klaim Kompensasi pekerja untuk penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan bervariasi bedasarkan negara dan membentang
dari 12 sampai 108 per 100,000 pekerja setiap tahun. Laporan
prevalensi dari nasionnal health interview survey dermatitis yang
berhubungan dengan tempat kerja pada tahun 1988 mencapai 2%
(1,700 kasus per 100,000 pekerja)
Iritasi dermatitis kontak adalah yang paling sering penyakit
kulit yang berhubunga dengan pekerjaan, biasanya dihasilkan dari
reaksi toxic iritasi bahan kimia seperti cairan pelarut dan pemotong.
Alergi kulit diperkirakan 20% sampai 24% dari semua kontak
dermatitis. Ini disebabkan oleh variasi dari zat seperti latex dan
beberapa pestisida yang menyebabkan reaksi alergi ( reaksi
hipersensitivitas uang tertunda). Kontak urtikaria (gatal-gatal
muncul sesaat setelah allergen menyentuh kulit) dipertimbangkan
disini dan juga karena hal itu dapat berevolusi menjadi contact
dermatitis. Beberapa zat dapat menyebabkan alergi irritant dan
dermatitis dan juga contact urticaria. Contohnya, latex, yang telah
dilaporkan menyebabkan gangguan kulit samapai dengan 10% dari
tenaga kesehatan yang terekspos, yang paling sering
menyebabkan irritant dermatitis, namun hal itu juga menghasilkan
alergi kontak dan contact urticaria.
Kerena perkembangan iritasi dan alergi kulit yang
berhubungan dengan pekerjaan sangat jelek, pencegahan sangat
penting dilakukan. Klien dengan dermatitis kontak yang
berhubungan dengan kerja sering berkembang menjadi penyakit
kulit. Dengan beribu potensi kimia berbahaya di perkenalkan ke
tempat kerja setiap tahun dan dengan ancaman dari penyakit kulit
yang banyak muncul seperti alergi latex, intervesi harus
dikembangkan untuk mengurangi iritasi dan alergi sentuhan kulit.
2. Asma dan penyakit paru obstruksi kronis
Asma dan penyakit paru obstruksi kronis adalah penyakit
dari jalan nafas paru, lebih dari 20 juta pekerja amerika serikat
berpotensi terekspos agen yang dapat menyebabkan penyakit ini,
termasuk 9 juta pekerja yang selama bekerja terekspos sensitizer
yang dikenal sbagai toluene diisocyanate CDTI, sebuah bahan
penting dalam pembuatan poliuretan, dan irritant, seperti ammonia,
digunakan dalam pembuatan pewarna, bahan kimia, plastic, dan
bahan peledak (levy & wegman, 1995). Asma yang berhubungan
dengan pekerjaan adalah penyakit respiratori yang berhubungan
dengan kerja yang paling umum didiagnostik pada klien yang
diperiksa di klinik tempat kerja.
Asma dan penyakit paru obstruksi kronis terhitung hampr
mencapai 18 juta kunjungan dokter pada tahun 1985 dan di
perkirakan 800,000 penerimaan rumah sakit, asma dan penyakit
paru obstruksi kronis menyebabkan hamper 92,000 kematian di
amerika serikat, membuat penyakit jalan nafas menjadi peringkat 4
penyebab kematian keseluruhan. Mortalitas dari asma dan penyakit
paru obstruksi kronis meningkat setiap tahun. Diperkirakan asma
yang berhubungan dengan kerja menghabiskan kira-kira $400 juta.
NIOSH melaporkan bahwa asma sekarang berefek pada lebih dari
10 juta orang di amerika serikat dan sedang meningkat dalam hal
prevalensi, bukti terbaru menyatakan bahwa sebanyak 28% dari
kasus asma orang dewasa mungkin disebabkan oleh tempat krja.
Ditambah kepada mereka yang mengembangkan asma yang
berhubungan dengan kerja sebagai hasil eksposure di tempat kerja
terhadap sensitizer dan iritan. Banyak pekerja tidak peka terhadap
asma yang pra ada mungkin akan tambah parah karena lingkungan
kerja. Setiap tahun , jumlah dari kasus asma bertambah, dan area
masalah baru yang utama mulai muncul. Seperti contoh , sebagai
hasil dari peningkatan pengguanaan sarung tangan pelindung,
dikarenakan diperkenalkannya universal precaution dan regulasi
OSHA pada pathogen yang menular melalui darah, latex alergi
menjadi masalah utama untuk pekerja medis. Sejumlah signifikan
dari pekerja ini (2,5% pada satu studi) telah mengembangkan asma
yang berhubungan dengan asma.
Morbiditas dari asma yang berhubungan dengan asma dapat
dicegah, diagnose awal memegang peran utama untuk intervensi
yang efektif. Resolusi komplet dari gejala dan keabnomalan fungsi
paru-paru paling sering ktika terefek dari eksposure individual di
hentikan pada awal perjalanan penyakit, jadi diagnosis awal
memegang peran penting dalam intervensi yang efektif.
Hubungan dari penyakit paru obstruksi kronis dengan
eksposure tempat kerja juga tercatat dengan baik dari berbagai
studi dari agen tempat pekerja (contoh , debu batu bara, debu
gandum, debu kapas). Investigasi dari consensus kesehatan dari
eksposur tertentu di lingkungan umum, dimana eksposur jauh lebih
rendah dari pada tempat kerja, juga menyebutkan bahwa penyakit
paru obstruksi kronis berasal dari kondisi lingkungan berdebu
mungkin sebuah penyebab penting dari penyakit yang dapat
dicegah dan kematian. Mereka yang dengan penyakit paru dari
penyebab lain sangat rentan terhadap barang berbahaya untuk
repirasi. Walaupun rokok tetap menjadi penyebab utama dari
penyakit pulmonal di amerika serikat, banyak eksposure pekerjaan
dan lingkungan , mereka berdua sendiri atau dikombinasikan
dengan merokok, diketahui sebagai penyakit paru obstruksi kronis.
Perkiraan penyakit paru obstruksi kronis di populasi umum adalah
14%
3. Kesuburan dan kelainan kehamilan
Kelainan dari reproduksi termasuk cacat bayi, gangguan
perkembangan , aborsi spontan, berat badan bayi rendah,
kelahiran sebelum waktunya dan gangguan lainnya yang berefek
pada janin; mereka juga termasuk pengurangan kesuburan,
impoten, dan ganguan menstruasi. Kemandulan sekarang
diperkirakan diderita oleh 2 juta pasangan diamerika. Satu dari dua
belas menemukan mereka tidak bisa hamil setelah 12 bulan
melakukan intercourse yang tidak terlindungi. Walaupun tidak
semua pasangan mandul mencari bantuan medis, telah
diperkirakan sekitar $1 miliar telah dihabiskan pada 1987 pada
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kemandulan.
Pada 1991, kunjungan dokter untuk pelayanan pada pasien mandul
mencapai 1.7 juta. Walaupun sejumlah eksposure pada pekerjaan
telah menunjukan gangguan pada gangguan kesuburan (contoh
pestisida, pelarut) penyebab rata-rata dari eksposure yang
menyebabkan kemandulan pada laki-laki dan perempuan tidak
diketahui. Selain itu, tren global pada penurunan jumlah sperma
pada pria telah meningkatkan perhatian pada tentang peran dari
zat kimia yang ditemui di tempat kerja dan dilingkungan.
Kecacatan lahir penyebab utama dari mortalitas bayi di
amerika serikat, terhitung 20% kematian bayi (lebih dari 8,000) per
tahun. Setiap tahunya, kira-kira 120,000 bayi lahir di amerika
mengalami cacat – kira-kira 3 per 100 kelahiran bayi hidup. Pada
tahun 1992 biaya untuk 17 dari cacat bayi dan cerebral palsy telah
diperkirakan mencapai $8 juta. Cacat tabung saraf, yang termasuk
spina bifida dan anencephaly, terjadi pada 4,000 kehamilan setiap
tahun, dimana setiap kasus baru dari spina bifida memiliki biaya
selama hidup sekitar $294,000. Dari semua anak di amerika
serikat, 17% memiliki beberapa tipe gangguan perkembangan.
Perkembangan penting dari retardasi mental, cerebral palsy,
gangguan pendengaran, dan gangguan pendengaran mencapai
2% dari semua anak usia sekolah.
Sebagian besar cacat kelahiran dan gangguan
perkembangan disebabkan karena sebab yang tidak diketahui.
Contribusi rata-rata dari eksposure dari tempat kerja pada
gangguan reproduksi dan keabnormalan bawaan tidak diketahui.
Walaupun beberapa bahan berbahaya untuk reproduksi telah
ditemukan oleh manusia, sebagian besar lebih dari 1,000 tempat
bahan kimia di tempat kerja telah menunjukan keabnormalan pada
system reproduksi pada hewan belum dilakukan studi pada
manusia. Sebagai tambahan, sebagian besar dari 4 juta campuran
bahan kimia lainnya sebagai bahan komersil masih belum di test.
Bahan dan aktivitas yang mengganggu aktivitas hormonal system
reproduksi (contoh shift kerja atau pestisida yang memiliki aktivitas
esterogen) juga butuh dievaluasi. Sama juga, efek dari factor fisik
seperti berdiri yang terlalu lama, meraih atau mengangkat, atau
efek interaksi dari stressor tempat kerja dan eksposure dalam
kehamilan dan kesuburan belum di investigasi.
Walaupun jumlah total dari pekerja yang berpotensi
terekspos bahan berbahya untuk reproduksi susah di perkirakan, ¾
dari wanita yang bekerja dan lebih banyak laki-laki yang bekerja
dalam usia subur, lebih dari setengah dari anak di amerika lahir dari
ibu yang bekerja. Angka yang sangat banyak dari pekerja yang
dalam masa subur bersam dengan sejumlah bahan kimia ditempat
kerja, fisik, dan agen biologi menyatakan sejumlah besar pekerja
memiliki resiko gangguan reproduksi.
Walaupun penyebab gangguan reproduksi dan gangguan
kehamilan belum diketahui, kehilangan produktivitas dan
penderitaan yang mendalam yang berefek pada seseorang dan
keluarga adalah bukstinya. Kontribusi dari pekerjaan masih belum
dieksplore, karena pekerja kesehatan reproduksi baru saja muncul
sebagai focus yang serius dari investigasi. Mengidentifikasi bahan
berbahaya pada tempat kerja memiliki potensi untuk mengurangi
beberapa miliyar dolar dan membantu orang yang menderita
karena gangguan reproduksi.
4. Kehilangan pendengaran
Kasus kehilangan pendengaran sangat sering terjadi pada
pekerja di Amerika Serikat. Hal ini merupakan hal yang sudah
normal di alami pekerja di sana. Lebih dari 30 ribu pekerja terpapar
suara keras di tengah pekerjaannya, dan 9 ribu diantaranya
memiliki resiko untuk terkena kehilangan pendengaran. Hal ini
terjadi pada pekerja muda atau tua, perempuan atau laki-laki.
Kehilangan pendengaran telah masuk dalam permasalahan
yang sedang disorot oleh pemerintahan amerika serikat, selain 2
faktor resiko yang sering terjadi yaitu cidera atau kelumpuhan.
Permasalahan yang di akibatkan karena kehilangan pendengaran
terdiri dari
a. Menurunnya kualitas hidup di karenakan isolasi sosial dan rasa
tidaknyaman di karenakan bunyi mendering yang selalu
mengganggu.
b. Terganggunya komunikasi dengan anggota keluarga,
masyarakat, dan rekan di dalam pekerjaannya
c. Berkurangnya kemampuan untuk melihat tanda-tanda di dalam
pekerjaan.
d. Kehilangan produktifitas dan meningkatkan insiden yang di
hasilkan dari miskomunikasi dan isolasi.
5. Penyakit infeksi
Kasus terjadinya infeksi dalam pekerjaan melibatkan
beberapa hal yang tidak bisa diprediksi sumbernya. Dari beberapa
hal tersebut badan perlindungan kesehatan pekerja Amerika
Serikat mengatakan bahwa beberapa sebab terjadinya infeksi
adalah melalui darah, transplantasi organ dan patogen dari udara.
Selain itu tidak adaya perlindungan yang baik bagi pekerja
terkadang menjadikan pekerja sangat riskan terkena infeksi seperti
influenza, typus, dan TB. Selain itu pola kebersihan juga
menyumbang 2% dari tertularnya beberapa pekerja. Seperti
berjabat tangan saat tangannya sedang terluka, ini meningkatkan
terinfeksi melalui darah. Beberapa virus yang sering tertular adalah
TB dan hepatitis c akibat pola hidup pekerja di Amerika serikat.
6. Ketidak normalan pada anggota gerak
Ketidak normalan otot gerak dari leher sampai ke anggota
gerak terjadi dari berbagai faktor pekerjaan di antaranya pekerja
yang membutuhkan mobilitas tinggi, beban tubuh, dan pekerja
elektronik serta beberapa pekerjaan yang membutuhkan mobilitas
tinggi pada otot.
Ketidak normalan otot dapat terjadi di leher, tangan, bahkan
jari jari. Ketidak normalan ini bisa di akibatkan karena sistem saraf
atau gangguan otot antara lain carpal tunner sindrom. Sedang pada
otot tenosynovitis.
Pada tahun 1994, terdapat 332.000 gangguan otot gerak
disebabkan karena trauma. Bahkan dapat di duga sekitar 65% di
antaranya mengalami kelemahan. Kondisi seperti ini dapat terjadi
saat pekerja bekerja penuh waktu tanpa istirahat yang cukup.
7. Cidera Trauma
Cidera yang fatal
Dari tahun 1980 sampai 1992, lebih dari 77.000 pekerja
meninggal dikarenakan mengalami cidera traumatik. Itu berarti
sekitar 16 pekerja meninggal setiap hari di tengah bekerja. Hal ini
bisa terjadi disebabkan kurangnya pengetahuan pekerja akan
keamanan diri. Beberapa kasus trauma yang sangat fatal adalah di
karenakan oleh beberapa pekerjaan seperti berikut, pemotog kayu,
kecelakaan pada kendaraan, kecelakaan pada aliran listrik dll.
Cidera tidak fatal
Di tahun 1994, 6,3 ribu pekerja memiliki resiko cidera pada
pekerjaannya di hasilkan karena kehilangan waktu bekerja,
pertolongan kesehatan pada pertolongan pertama. Dengan adanya
kesiapan pada beberapa faktor pendukung dalam bekerja akan
sangat mengurangi insidensi terjadinya kecelakaan kerja.
Bahan bahaya di tempat kerja
a. Bahan kimia
Bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya
dan campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan
manusia mampu mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-
batas tertentu. Keracunan terjadi apabila batas-batas tersebut
dilampui dimana badan tidak mampu mengatasinya(melalui saluran
pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Derajad racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan
kimia yang menyebabkan keracunan. Racun dari bahan kimia sangat
beragam (contoh ; beberapa tetesan bahan kimia bisa mematikan,
sementara yang lain baru memberikan efek kalau dikonsumsi dalam
jumlah yang besar).
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang
digolongkan kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi
yang menyatakan bahwa bahan tersebut berbahaya, biasanya
informasi tersebut dalam “lembar data keselamatan (chemical safety
data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi penting untuk para
pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan bahayanya dan
cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri,supplier, penggolongan,
bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat.
Faktor-faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di
area lingkungan tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan
bahan kimia meliputi ; derajat racun, sifat-sifat fisik dari bahan, tata cara
kerja, sifat dasar, tempat/jalan masuk, kerentanan individu para pekerja,
dan kombinasi faktor-faktor sampai dengan akan menibulkan situasi
yang berbahaya.
Mengenal Bahaya Bahan Kimia Di Tempat Kerja
Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Bahan kimia berbahaya
Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan
yang pada suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan
(penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan
pembuangan).
b. Bahan kimia mudah meledak
Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya
yang sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan,
tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang
berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai dengan
tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta
suara yang keras.
c. Bahan kimia mudah terbakar
Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada
suatu kondisi tertentu, Akan menghasilkan nyala API. Tingkat
bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin
rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya
d. Bahan kimia beracun
Merupakan bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, dapat
mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan
kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. Sifat
racun dari bahan dapat berupa kronik atau akut dan sering tergantung
pada jumlah bahan tersebut yang masuk kedalam tubuh.
e. Bahan kimia korosif
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan
bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan
logam-logam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali dapat
menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang
kulit dan system pernafasan.
f. Bahan kimia radioaktif
Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk
memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar
gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan
tubuh manusia.Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya
apabila satu atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat
didalam bahan kimia tersebut, yang selain mudah meledak, dapat pula
menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan.
g. Bahan kimia oksidator
Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan
tidak stabil, mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau
penguraianya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain
ledakan. Bahan oksidator terdiri dari:
- Oksidator organik: Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen
Peroksida, Periodat, Persulfat.
- Peroksida organik: Benzil Peroksida, Asetil Peroksida,
Eteroksida, Asam Parasetat.
- Peroksida- peroksida organik dapat pula terbentuk pada
penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton, ester, senyawa-
senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat eksplosif.
h. Bahan kimia reaktif
Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-
bahan lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-
gas yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi.Sifat reaktif
dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :
- Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah
bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah
terbakar.
- Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat
mudah bereaksi dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang
mudah terbakar atau gas-gas beracun serta bersifat korosif.
i. Bahan reaktif terhadap air
Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat
meledak atau terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi
secara eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau
mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh :
- Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca)
- Logam Halida (Alumunium tibromida)
- Oksida logam anhidrat (CaO)
- Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida)
Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat
yang kering dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan
bahan reaktif diatas juga reaktif terhadap asam. Selain itu juga
terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam
secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau
menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif,
contoh : Kalium Klorat/perklorat, Kalium Permanganat, Asam Akromat
(Cr₂O₃).
j. Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun
laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah
karena tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat
racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar.
Gas-gas tersebut diatas dalam silinder yang bertekanan, harus
disimpan dalam keadaan terlindung, bebas panas, dan goncangan
serta terikat kuat dan bebas dari kebocoran kran.
Sistem Klasifikasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi
bahan berbahaya seperti tabel berikut ini.
b. Bahan Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang
berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus,
bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan
seperti produk serat alam yang terdegradasi.
Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan
infeksi dan non-infeksi.Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat
dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
Identifikasi resiko bahaya factor biologi di lingkungan tempat
kerja, yaitumelalui agents penyebab penyakit seperti: Mikro
organisme (bakteri, virus, fungi) → toksin, infeksi, alergi, Arthopoda
(serangga, dll) → sengatan → infeksi, Tumbuhan tingkat tingkat tinggi
(toksin & allergen) → dermatitis, asma, pilek, Tumbuhan tingkat tingkat
rendah (yang membentuk spora), Vertebrata (protein allergen) →
urine, saliva, faeces, kulit/rambut → allergi, Inervertebrata selain
Arthopoda (cacing, protozoa).
a. Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung
dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat
kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak
dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang
yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri: anthrax
(kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala, atralagia,
enokkarditis), lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya
b. Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relative tidak umum dijumpai.
Pekerja yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit,
laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.Contoh:
Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella,
chlamydia, psittaci. Masuknya M.O. kedalam tubuh tidak selalu
mengakibatkan infeksi, dipengaruhi oleh banyak faktor, aanata lain:
Virulensi, Route of infection, Daya tahan tubuh
c. Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300
nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus
menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan
oleh virus: influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
(HIV) → menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh,
ditularkan melalui:Tranfusi darah yang tercemar, Tertusuk/teriris
jarum/pisau yag terkontaminasi, Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu
melahirkan pekerja berisiko (HIV) → Pekerja RS, Pekerja yang sering
ganti-ganti pasangan.
d. Parasit
Malaria → gigitan nyamuk anopheles, Ansxylostomiosis →anemia
khronis, Jamur → gatal gatal dikulit. Jamur dapat berupa sel tunggal atau
koloni, tetapi berbentuk lebih komplekkarena berupa multi sel.
Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari
organisme atau hewan lain.
e. Hewan
- Seraangga → sengatan
- Binatang berbisa → gigitan → ular
- Binatang buas → Carnovora
f. Tumbuhan
- Debu kayu→ Allergi & asma
- Debu kapas → allergi saluran nafas
g. Organisme viable dan racun biogenic.
- Organisme viabel termasuk di dalamnya jamur, spora dan
mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan
bakteri.
- Perkembangan produk bacterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang
beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage
&sludge treatment, dll.
- Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire‟s disease
h. Alergi Biogenik
- Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein,
enzim.
- Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit
binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces
binatang.
- Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses
fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan
kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur
jaringan).
- Pada orang yang sensitif, pemajanan allergen dapat menimbulkan
gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
- Contoh :Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum,
tepung bawang dsb
Mikroorganisme Penyebab Penyakit Di Tempat Kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang
mungkin ditemukan di tempat kerja, diantaranya:
a. Daerah pertanian :
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja
dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti: Tetanus, Leptospirosis,
cacing, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan
hasil metabolisme jamur.
b. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik):
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan
adalah bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : tuberculosis
(paru), burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), Bronchitis
dan Infeksi saluran pernapasanlainnya seperti Pneumonia.
c. Daerah peternakan: terutama yang mengolah kulit hewan serta
produk-produk dari hewan.
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti
ini misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan
atau terhirup, burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), Infeksi
Salmonella.
d. Di Laboratorium:
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar
terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani organisme
atau bahan-bahan yang megandung organisme pathogen.
e. Di Perkantoran: terutama yang menggunakan pendingin tanpa
ventilasi alami.
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap
penyakit seperti: Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran
pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme yang hidup
pada air yang terdapat pada system pendingin, Legionnaire
disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin
dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
5. Praktik Perawatan Kesehatan Kerja
Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Kerja
Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian
antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik secara
fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi
pekerjaan yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik
secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat
pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan
kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan
pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya (Efendi & Makhfudli, 2009).
Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit pada
Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan
penyakit (five level of prevention diseases) pada penyakit akibat kerja:
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Misalnya: pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai,
rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan
dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan
pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection)
Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta
proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and
prompt treatment)
Misalnya: diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera
serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation)
Misalnya: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara
sempurna, dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Misalnya: rehabilitasi dan memperkerjakan kembali para pekerja
yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang
sesuai (Efendi & Makhfudli, 2009).
Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan kerja (K3) di
industri adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Perawat
- Mengkaji masalah kesehatan
- Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
- Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap
pekerja
- Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilakukan
2. Tugas Perawat
- Mengawasi lingkungan pekerja
- Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
- Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
- Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan
perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang
mempunyai masalah kesehatan
- Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap
pekerja
- Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
- Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap
pekerja dan keluarganya
- Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
- Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3
(Effendy, 1998).
- Membuat daftar resiko kecelakaan yang mungkin terjadi disetiap
item pekerjaan.
Misalnya pada pekerjaan galian tanah akan memungkinkan
terjadi kelongsorantanah, pekerja terkena cangkul, sehingga
diketahui upaya pencegahanya sepertipembuatan tembok
sementara dari bamboo untuk menahan tanah serta
memasangrambu-rambu hat-hati pada lokasi galian tanah
- Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara membuat
jadwal sebelumnyaseperti waktu pagi hari sebelum bekerja
dapat dibunyikan suara speaker “Selamatbekerja, gunakan alat
pelindung diri, hat-hati dalam bekerja karena keluargamenunggu
dirumah atau kata-kata lain yang dapat mengingatkan setiap
pekerjaproyek untuk berhati-hati dalam bekerja.
- Membuat rambu-rambu kecelakaan kerja, memasang pagar
pengaman pada voidyang memungkinkan adanya resiko jatuh,
memasang tabung pemadam kebakaranpada area rawan
kebakaran.
- Menjaga kebersihan proyek dapat membuat lingkungan kerja
nyaman sehinggaemosi negatif yang mungkin timbul saat
bekerja dapat dikurangi karena haltersebut dapat menyebabkan
kecelakaan proyek akibat pikiran sedang tidak focus terhadap
pekerjaan.
- Menjalin kerjasama dengan pelayan kesehatan atau rumah sakit
terdekat darilokasi proyek sehingga sewaktu-waktu terjadi
kecelakaan dapat ditangani secaracepat untuk mencegah hal-
hal selanjutnya yang tidak diinginkan.
- Penyediaan perangkat pengaman kecelakaan kerja dari mulai
personil sampaiperalatan mungkin terlihat mahal namun biaya
tersebut akan lebih murah jikatidak mengadakanya sehingga
terjadi kecelakaan sehingga dapat menghentikanjalannya
pekerjaan atau pengalihan aktifitas pekerjaan pada upaya
menyelamatkan korban kecelakaan.
Praktik keperawatan kesehatan kerja
Praktik keperawatan kesehatan kerja didefinisikan secara dramatis
dari waktu ke waktu dengan penekanan pada otonomi pengambilan
keputusan,pencegahan praktik mandiri dan promosi kesehatan,analisis
dan ketrampilan , majemen dan perkembangan kebijakan.
Praktek kesehatan kerja selalu terkait dengan ilmu keperawatan
kesehatan masyarakat diarahkan pada peningkatan kesehatan penduduk.
The American Public Health nursing (APHA)mendefinisikan keperawatan
kesehatan masyarakat sebagai berikut keperawatan kesehatan
masyarakat adalah praktek yang mempromosikan dan melindungi
kesehatan penduduka dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki
perawata dari keperawatan, sosial dan penelitian tentang kesehatan
masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan masyarakat adalah proses yang
sistematis dimana:
1. kebutuhan kesehatan dan perawatan kesehatan dibutuhkan
masyarakat untuk mengidentifikasi keluarga, penduduk dan individu
yang bermanfaat sebagai promosi kesehatan atau orang beresiko
sakit,cedera,cacat dan kematian dini
2. rencana untuk intervensi dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan yang diidentifikasi yang memperhitungkan sumber daya
terhadap kesehatan dan pencegahan terjadinnya
sakit,cedera,kecacatan dan kematian dini
3. rencana tersebut dilaksanakan secara efektif, efisien dan adil
4. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana inteventions
berdampak pada status kesehatan individu dan populasi
5. hasil dari proces digunakan untuk mempengaruhi dan perawatan
pengiriman langsung, penyebaran sumber daya kesehatan dan
perkembangan lokal, regional, negara dan kebijakan helath
nasional dan penelitian untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah penyakit.
Model perawat dikelola dalam kesehatan kerja
Menurut american nurses association ada 5 model pelayan kesehatan
primer tempat kerja yang dikelola kesehatan kerja dan disampaikan oleh
perawat kesehatan kerja yang mana sebagai penyedia layanan kesehatan
dengan biaya yang efektif
1. model 1: satu unit perawat
Model ini dapat menjadi pilihan terbaik bagi perusahaan dengan
sumber daya yang terbatas, beberapa bahaya di tempat kerja, atau
perawat workforce.the kecil bertindak sebagai ahli di rumah pada
masalah kesehatan terkait dan mengembangkan jaringan
berkualitas, rujukan berbasis masyarakat untuk tidak diberikan
pelayanan di rumah
2. model 2:beberapa perawat
Model ini sangat ideal untuk menengah.jenis model ini sangat
penting ditawarkan di situs perawat yang dikelola fokus perawatan
center dan pada perawatan primer serta penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan cedera
3. Model 3. koalisi konsorsium Model-perusahaan
Model ini dirancang untuk kelompok pengusaha kecil untuk
memberikan pelayanan perawat terpusat dikelola, layanan klinic.
berdiri bebas tersedia di situs selama jam diperluas pelayanan
dengan rumah sakit setempat menyediakan layanan selama jam
melalui pengaturan penyedia layanan
4. model 4: pemimpin n besar dengan menjangkau pengusaha kecil
Model ini adalah yang terbaik untuk pengusaha besar dengan pada
layanan situs yang menyediakan layanan kepada pengusaha kecil
melalui pengaturan kontrak
5. Model 5 : kerja konsultan perawat kesehatan
Model ini berfokus pada penyediaan pelayanan oleh perawat
kesehatan kerja bertindak sebagai konsultan untuk ruang lingkup
kecil di lokasi yang tersebar secara geografis.
5. Isu Praktik Kesehatan Kerja
Pemerintahan
Tindakan praktik keperawatan diatur oleh pemerintah dan negara
yang berdampak baik untuk praktek keperawatan itu sendri. Keselamatan
dan kesehatan kerja diatur dalam hukum tahun 1970 yang memastikan
sejauh mana pekerjaan yang aman untuk pria dan wanita dengan tetap
melestarikan dan menjaga sumber daya mansia yang ada.Undang-
undang ini dikelola oleh OSHA (namun jika perusahaan ingin membuat
undang-undang sendiri tentang keselaman ,kesehatan kerja harus ijin dulu
dengan OSHA). Peraturan-peraturan tersebut antara lain
mengurangi bahaya pada tempat kerja dan untuk meningkatkan
program keselamatan dan kesehatan kerja
menyediakan peneltian dan pengembangn ilmu untuk keamanan
dan keselamatan pegawai
menetapkan tanggung jawab dan hak untuk pegawai atau
karyawan dengan atasan untuk mencapai keadaan aman
seluruhnya.
melakukan pencatatan dan pelaporan penyakit dan cidera kerja
yang terkait dengan pekerjaan tersebut
membuat program pelatihan untuk meingkatkan jumlah kompetensi
personil dalam menjaga keamanan dan keselamatan kerja.
melakukan pengembangan, analisis dan evaluasi dari program
keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilkukan
Perawat kesehatan kerja biasanya adalah orang yang bertanggung
jawab untuk Perkembangan dan pelaksanaan program vaksinasi hepatitis
B dan pasca pajanan tindak lanjut. tindakan standart yang dilakukan untuk
perawat tersebut adalah dengan mewajibkan vaksinasi hepatitis B,jika
karyawan memilih untuk tidak menerima tawaran dari vaksinasi hepatitis
B, dia wajib harus menandatangani surat pernyataan penolakan. evaluasi
pasca pajanan dan tindak lanjut sangat penting untuk safey dan
kesehatan karyawan, untuk itu, komponen yang paling penting dari pasca
pajanan yang efektif mengevaluasi adalah metode untuk melaporkan
eksposur. Eksposur harus dilaporkan dan ditindaklanjuti segera. konseling
pegawai mengenai risiko infeksi, pentingnya pengujian awal untuk
menentukan. apakahtransmisitelah terjadi,
danrekomendasiuntukprofilaksispasca
pajanansebuahpereventionpenularanpenyakitesesial.dan harusterjadi
selamabeberapa sesi.
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan dapat di artikan sebagai interaksi antara
individu dan agen lingkungan yang mungkin mempengaruhi status
kesehatan. Termasuk tempat kerja, karena tempat kerja merupakan
tempat yang lebih beresiko terjadi bahaya. Kesehatan lingkungan telah
telah mempunyai konsep utama untuk praktek keperawatan yang umum.
Florence nightingale memandang lingkungan sebagai aspect yang
fundamental dari praktek keperawatan, dan intervensinya fokus pada
merubah lingkungan sebagai tujuan utama promosi kesehatan. Dia
mengemukakan 5 poin penting untuk menjamin kesehatan individu, yaitu:
udara bersih, air bersih, drainage yang efisien, kebersihan dan cahaya.
(Nightingale,1869)
Nightingale percaya bahwa perawat bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan
individu dan populasi, seperti ventilasi, keramaian, kehangatan,
kedinginan, dan kebersihan, dan bertanggung jawab pada perkembangan
cara yang dapat merusak lingkungan, sehingga kesehatan dan
penyembuhan dapat ditangani. Kesehatan lingkungan merupakan
perluasan dari kesehatan kerja perawat untuk mengidentifikasi bahaya
lingkungan, mengembangkan interaksi mereka, dan bekerja dengan
anggota tim kesehatan lain, management, pekerja, dan komunikasi untuk
menurunkan lingkungan dan pekerjaan yang beresiko mengganggu
kesehatan. (Rogers & Cox, 1998)
Perawat membutuhkan kompetensi tambahan dalam kesehatan
lingkungan diantaranya:
- Memahami interaksi antara agen lingkungan, seperti produk
pembuangan dengan sistem manusia dan dihubungkan dengan
tanda dan gejala penyakit
- Mengembangkan pencegahan, perlindungan, dan strrategi kontrol
untuk masalah lingkungan, seperti polusi udara dalam ruangan dll
- Mendiskusikan dampak ethic pada masalah kesehatan lingkungan
- Mempengaruhi kontrol pengaturan seperti komunitas penduduk
Kesehatan migran
Menurut the National center for farmwork health (1999), populasi
migran adalah satu macam, dan gabungan dari berbagai daerah.
Diperkirakan sekitar 85% migran bekerja sebagai minoritas, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang hispanic (termasuk mexican
america, puerto ricans, cubans).
Migran dan petani musiman memilih apel atau persik, panen
asparagus atau cabai, mengamati tomat dll. Pekerja manual (tidak dengan
mesin) sangat penting dalam produksi buah-buahan dan sayuran bebas
cacat seperti permintaan konsumen amerika. Buah, sayuran, dan industri
holtikultura khususnya bergantung pada pekerja migran dan petani
musiman. Selama dekade terakhir, lebih dari 85 % buah dan sayuran
diproduksi baik yang dipanen maupun yang dibudidayakan dengan
tangan.
Pekerjaan petani bergantung pada musim dan cuaca. Aktivitas
pertanian seperti penanaman, memangkas rumput, panen tidak dilakukan
dalam waktu satu tahun. Petani harus bisa bekerja dalam kondisi apapun
termasuk dingin dan panas yang ekstrim.
Pekerjaan petani sering memerlukan membungkukan badan,
bekerja dengan tanah, mendaki, membawa beban berat dan memiliki
kontak langsung dengan tanaman. Tanaman dan tanah sering dirawat
ddengan pestisida dan pupuk kimia. Beberapa tanaman seperti tembakau
dan strawbery menghasilkan reaksi kimia yang jadi racun bagi manusia
atau dapat menyebabkan reaksi alergi seperti dermatitis. Agen
perlindungan lingkungan memperkirakan 300.000 petani mengalami
keracunan pestisida akut setiap tahunnya. Laporan klinik mengindikasikan
masih banyak kasus keracunan pestisida yang tidak dilaporkan, karena
klien tidak berobat atau salah diagnosa karena gejala hampir sama
dengan penyakit lain seperti infeksi virus.
Banyak permasalahan kesehatan ditemukan di masyarakat umum,
khususnya masyarakat minoritas dan miskin, juga mempengaruhi petani
migran. Beberapa kesehatan lebih fokus pada peralatan pekerjaan yang
membahayakan petani. Dermatitis dan masalah pernapasan disebabkan
murni oleh jamur, dan pestisida pada umumnya. Minum air yang kurang
aman berkontribusi pada dehidrasi dan heat strok. Kondisi kesehatan lain
seperti TB, diabetes, kanker, hipertensi, depresi, dan HIV yang
membutuhkan monitoring dan frekuensi pengobatan yang hati-hati.
Migran dan pekerja musiman merupakan kelompok pekerja yang
dapat keuntungan besar dari pekerjaan dan lingkungan pelayanan
perawat. Ini dapat terselesaikan dengan pemberian perawatan langsung
oleh klinik, pendidikan cara bekerja dengan sehat dan mengamankan
bahaya, dan menginisiasi tempat kerja. Pekerjaan dan kesehatan
lingkungan perawat dapat mempunyai dampak besar pada promosi
kesehatan dan perlindungan populasi beresiko.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan kerja (Occupation Health Nursing)
merupakan cabang dari perawatan kesehatan masyarakat, yang
memberikan pelayanan pada tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja.
Pelayanan berfokus pada promosi, proteksi, dan pemulihan kesehatan
naker dalam hubungannya dengan keselamatan dan lingkungan kerja
yang sehat. Pelayanan keperawatan kesehatan kerja bersufat otonom dan
independen dalam menetukan penatalaksanaan keperawatan bidang
kesehatan kerja. (American Association of Occupational Health Nursing,
1994).
Perawatan untuk para pekerja dimulai pada tahun 1888 dan disebut
keperawatan industri. Pelayanan kesehatan karyawan atau pekerja
tumbuh pesat selama tahun 1900-an sebagai perusahaan yang diakui
bahwa penyediaan pelayanan kesehatan tempat kerja dapat
menyebabkan tenaga kerja lebih produktif. The American Assosiation of
Industrial Nursing (AAIN) (yang sekarang menjadi The American
Association of Occupational Health Nurse) didirikan sebagai organisasi
keperawatan nasional pertama pada tahun 1942. tujuan AAIN adalah
untuk meningkatkan pendidikan keperawatan industri dan praktek serta
untuk mempromosikan upaya kolaboratif interprofesional (Roger, 1988;
M Stanhope, 2013).
Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya
penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya
baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan
kondisi pekerjaan.
Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level
ofprevention diseases) pada penyakit akibat kerja:Peningkatan kesehatan
(health promotion), Perlindungan khusus (specific protection), Diagnosis
(deteksi) dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment), Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation),
Pemulihan kesehatan (rehabilitation).
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan seharusnya kita lebih mengahayati
perawatan kesehatan kerja, karena kesehatan kerja merupakan
pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan kesehatan tenaga kerja
yang memiliki risiko tinggi terkena suatu penyakit. Selayaknya kita
sebagai tenaga kesehatan turut mengembangkan program-program yang
ada pada perawatan kesehatan kerja. Sehingga kita dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Latar Muhamad. (2011). LINGKUNGAN KERJA FAKTOR KIMIA
BIOLOGI (Fakulatas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Efendi, Ferry, & Makhfudli. (2009). KEPERAWATAN KESEHATAN
KOMUNITAS. Teori dan Praktik dalam Keperawatan (Nursalam
Ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Jurusalem, Mohammad Adam &Khayati Enny Zuhny. 2010. Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja. Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta
Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat
(2 ed.). Jakarta: EGC.
M. Stanhope, J. Lancaster.2013. Public Health Nursing – Resives Reprint
:Population – Centered Health Care In Community. 8th Edition Ed:
Elservaier Health Science.
Jones, Bartlett Learning. (2001). Community Health Nursing: Caring for
the Public's Health (pp. 1018).
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Jakarta: Univ. Esa Unggul.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2005 tentag /erubahan Keempat Atas
PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul
karena Hubungan Kerja.
peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/MEN/1998 tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Pekerja.