Download - Makalah Shalat Jumat 2 Glmbang
PELAKSANAAN SHALAT JUM’AT DUA
GELOMBANG
MAKALAH
Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Mashail Fiqhiyah
Dosen pengampu: Ust. M.Rifai L.c
Oleh :
1. M.MANAHILUL IRFAN
2. DEDI
3. SUNARYA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-HIDAYAH KOTA BOGOR
2013 M/1435 H
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah
kepada umat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada Nabi kita
Muhammad Saw. yang tidak ada nabi setelahnya. sebagai contoh dan panutan yang
paling baik bagi seluruh umat manusia.
Alhamdulillah kami dapat menyusun Makalah dengan tema "Pelaksanaan
shalat Jumat dua gelombang” Walaupun kami sadari masih banyak kekurangan yang
belum bisa kami tutupi dalam pembuatannya. Dengan adanya makalah ini mudah-
mudahan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan terutama penyusun dan
semoga makalah ini dapat menjadi pelengkap nilai dalam mata kuliah Mashail
Fiqhiyah
Saran dan masukkan sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik di
masa yang akan datang. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya. Amin.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Bogor, 19 Januari 2014
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 02
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 03
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 04
A. Latar belakang ......................................................................................... 04
B. Rumusan masalah...................................................................................... 05
C. Tujuan penulisan ....................................................................................... 05
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 06
A. Pengertian shalat jum’at ............................................................................ 06
B. Hukum shalat jum’at ................................................................................. 07
C. Syarat wajib shalat jum’at ......................................................................... 09
D. Syarat sahnya shalat jum’at ....................................................................... 10
E. Hal Yang Harus Diperhatikan Seputar Pelaksanaan Shalat Jum'at …….. 10
BAB III Pelaksanaan shalat jum’at gelombang ke-2……………………………. 13
A. Pelaksanaan shalat jum’at dua gelombang……………………………… 13
B. Fatwa MUI tentang pelaksanaan shalat jum’at dua gelombang………… 18
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 19
A. Kesimpulan .................................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 20
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hari jum’at merupakan hari yang paling utama diantara hari yang lain, dan
sebagai hari raya mingguan. Karena itu pada hari tersebut disunahkan memberi
kelapangan nafkah pada anggota keluarga, misalnya; memasak yang lebih enak dari
pada hari-hari biasa, memberi uang saku lebih dari pada hari-hari biasa.
Dalam penamaan jum’ah, ulama’ sediri berbeda pendapat , sebagian
mengatakan sebab pada hari itu dikumpulkan berbagai bentuk kebajikan. Sedangkan
yang lain mengatakan sebab pada hari itu Nabi Adam bertemu dengan Hawa di bumi
musdalifah.1
Kesadaran umat islam untuk menjalankan kewajiban agamanya dewasa ini
dirasakan semakin meningkat. Hal ini antara lain ditandai dengan syiar agama yang
semakin semarak, dan membludaknya masjid-masjid dalam shalat jum’at.
Penyelengaraan shalat jum’at tidak hanya di permukiman, tapi juga di perkantoran,
pertokoan dan kawasan industri.
Namun hal ini belum sepenuhnya di imbangi oleh penyediaan sarana dan
prasarana ibadah yang cukup memadai, serta masih terdapatnya faktor-faktor
kondisional yang menyebabkan tidak terpenuhinya hasrat untuk menjalankan ibadah
sebagaimana mestinya. Para karyawan pabrik, misalnya, tidak dapat secara bersama-
sama melaksanakan shalat jum’at karena ada proses yang tidak dapat di tinggal sama
sekali. Hal ini yang membuat sebagian orang menyelenggarakan shalat jum’at secara
bergantian, bertahap, atau shalat jum’at dalam dua shif. Dalam masalah ini timbul
suatu pertanyaan, yaitu bolehkah menyelenggarakan shalat jum’at kedua dan
seterusnya ?
1 Mukhammad Sokhi Asyadi, Fikih Ibadah(Grobogan: Ponpes Fadllul Wahid, 2011) hlm. 159
5
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian shalat jum’at?
2. Apa Hukum shalat jum’at?
3. Apa saja syarat wajib shalat jum’at?
4. Apa saja syarat sahnya shalat jum’at?
5. Hal apa saja yang harus diperhatikan pada pelaksanaan shalat jum’at?
6. Apa hukum shalat jum’at 2 gelombang?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian dari shalat jum’at
2. Agar mengetahui apa Hukum melaksanakan shalat jum’at
3. Agar mengetahui apa saja syarat wajib shalat jum’at
4. Agar mengetahui apa saja syarat sahnya shalat jum’at
5. Agar mengetahui hal apa saja yang harus diperhatikan pada pelaksanaan
shalat jum’at
6. Agar mengetahui apa hukumnya shalat jum’at 2 gelombang
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Jum’at
Kata Al-Jum’uah berasal dari kata ijtima’. Ia disebut hari jum’at karena pada
hari itu penciptaan Adam dihimpun dari air dan tanah.2
Shalat jum’ah disyariatkan di Makkah pada malam Isro’. Namun saat itu belum
dapat dikerjakan karena waktu itu pengikut beliau masih sedikit belum ada empat
puluh orang, sehingga tidak menetapi syarat jum’ah. Dan baru dikerjakan setelah
beliau Nabi hijrah ke Madinah, dan pertama mengerjakannya adalah As’ad bin
zuroroh bersama Mush’ab bin Umair, persisnya di Quba’.3
Dinamakan dengan shalat jumat karena pada hari itu orang-orang dengan
jumlah yang besar berkumpul di satu tempat. Dalam shahih Bukhari, shahih muslim
dan kitab-kitab hadis lainnya diriwayatkan:
Bahwa rasulullah bersabda,
“ Hari-hari yang paling afdhal adalah hari jumat”
“Kita adalah umat yang terakhir tapi pada hari kiamat kita adalah umat yang
pertama dan terdepan. Sedangkan, umat terdahulu lebih dahulu diturunkan kitab
kepada mereka sebelum kita, jugatelah diturunkan kepada mereka hari ini (jumat)
yang diwajibkan atas kita. Kemudian mereka berselisih tentang hari itu, maka Allah
member petunjuk kepada kita mengenai hari itu dan dan orang-orang pun menjadi
pengikut kita.”
2Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,(Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 303 3 Mukhammad Sokhi Asyadi, Fikih Ibadah…hlm. 159-160
7
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Allah menyesatkan umat sebelum kita dari hari jumat: orang-orang yahudi
memiliki hari sabtu dan orang-orang nashrani memiliki hari ahad. Kemudian Allah
mendatangkan kita dan member petunjuk kepada kita pada hari jumat.”
Pada hari jumat umat islam disyariatkan untuk berkumpul agar mengingat
kebesaran nikmat Allah. Pada hari itu juga disyariatkan adanya khotbah, untuk
mengingatkan orang-orang terhadap nikmat Allah tersebut, serta memotivasi mereka
untuk mensyukurinya. Pada hari itu juga disyariatkan untuk dilakukan shalat pada
tengah hari, agar orang-orang dapat berkumpul dalam satu masjid. Allah
memerintahkan orang-orang mukmin untuk menghadirinya dan medengarkan
khutbah serta melakukan shlat berjamaah.4
B. Hukum shalat jum’at
Perihal wajibnya shalat jum’at untuk setiap individu sudah menjadi kesepakatan
kalangan fuqaha. Shalat jum’at hukumnya Fardlu ain bagi setiap muslim yang
mukallaf, laki-laki, merdeka, sehat, dan bukan musafir.5
Allah Swt. Berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 9
$ pκš‰ r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (#þθ ãΖtΒ#u #sŒ Î) š”ÏŠθ çΡ Íο 4θ n=¢Á=Ï9 ÏΒ ÏΘöθ tƒ Ïπyè ßϑàf ø9 $# (# öθyè ó™ $$ sù 4’ n<Î) Ì�ø. ÏŒ «! $# (#ρ â‘sŒ uρ
yìø‹ t7ø9 $# 4 öΝä3Ï9≡sŒ ×�ö� yz öΝä3©9 βÎ) óΟ çGΨä. tβθßϑ n= ÷ès? ∩∪
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada
hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”6
4 Saleh Al-faujan, Fiqih sehari-hari, Jakarta: Gema Insani press, 2005, hlm.182-183
5 M.rifa’I, Fiqih islam, Semarang: PT. Karya toha Putra, 1978, hlm.175
6Al-Qur’an terjemah , Depag, 2007, hlm.554
8
Para ulama mengatakan bahwa shalat jum’at adalah shalat fardlu yang berdiri
sendiri, bukan pengganti dari shalat zuhur. Umar ibnul khathab r.a. berkata,” shalat
jum’at adalah dua rakaat. Ia adalah shalat yang sempurna bukan shalat qashar. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad saw.”
Shalat jum’at dikatakan sebagai shalat fardhu yang berdiri sendiri karena di
dalamnya banyak hal yang berbeda dengan shalat zhuhur, ia lebih utama dari shalat
zhuhur dan kewajibannya lebih ditekankan.Hal ini karena adanya ancaman yang lebih
keras bagi orang yang tidak melaksanakannya, juga karena ia mempunyai syarat-
syarat dan kekhususan-kekhususan tersendiri yang tidak ada di dalam shalat zhuhur.
Disamping itu, bagi orang yang wajib melaksanakannya, shalat zhuhur tidak dapat
menggantikan shalat jum’at tersebut selama belum habis waktunya. Apabila
waktunya sudah habis, maka shalat zhuhur merupakan pengganti baginya.
Allah Swt. Berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 9
$ pκš‰ r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (#þθ ãΖtΒ#u #sŒ Î) š”ÏŠθ çΡ Íο 4θ n=¢Á=Ï9 ÏΒ ÏΘöθ tƒ Ïπyè ßϑàf ø9 $# (# öθyè ó™ $$ sù 4’ n<Î) Ì�ø. ÏŒ «! $# (#ρ â‘sŒ uρ
yìø‹ t7ø9 $# 4 öΝä3Ï9≡sŒ ×�ö� yz öΝä3©9 βÎ) óΟ çGΨä. tβθßϑ n= ÷ès? ∩∪
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari
jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”7
7Al-Qur’an terjemah , Depag, 2007, hlm.554
9
Perintah diatas menunjukkan hukum wajib. Disamping itu, ada sabda Nabi
Saw:
عن عبد اهللا بن عمر وأبى هريرة رضي اهللا عنهما أنـهما سمعا رسول اهللا صلعم
أوليختمن اهللا علي ليـنتهين أقـوام عن ودعهم الجمعات : يقول على أعوادمنبره
)والنساءي أخرجه مسلم(. قـلوبهم
“hendaklah khalayak menghentikan pembangkangannya terhadap shalat jum’at, atau Allah (perlu)mengunci hati mereka.” (HR. Muslim dan nasai)
Hadis Thariq bin Syihab dari Nabi Saw, beliau bersabda:
الجمعة حق واجب على كل مسلم إال أربعة عبد مملوك أو امرأة أو صبي أو مريض
Shalat jum’at adalah hak yang wajib atas setiap orang muslim kecuali atas empat orang: budak belian, wanita, anak-anak, atau orang sakit.
C. Syarat wajib shalat jum’at
1. Beragama islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Sehat
6. Bermukim
7. Laki-laki
10
D. Syarat sahnya shalat jum’at
1. Telah masuk waktu. Shalat jumat adalah shalat fardhu, maka pelaksanaannya
diwajibkan setelah masuk waktu sebagaimana shalat fardhu lainnya. Shalat jum’at
tidak sah apabila dilaksankan sebelum atau sesudah waktunya, hal ini berdasarkan
firman Allah dalm surat an-nisaa ayat 103
#sŒ Î*sù ÞΟ çFøŠŸÒs% nο4θ n=¢Á9 $# (#ρã� à2 øŒ$$ sù ©!$# $ Vϑ≈uŠÏ% #YŠθ ãèè%uρ 4’ n?tãuρ öΝà6Î/θ ãΖã_ 4 # sŒÎ*sù öΝçGΨtΡù' yϑ ôÛ$#
(#θ ßϑŠÏ%r' sù nο 4θn=¢Á9 $# 4 ¨βÎ) nο4θ n=¢Á9 $# ôMtΡ% x. ’ n? tã šÏΖÏΒ÷σ ßϑø9 $# $ Y7≈tF Ï. $ Y?θè% öθΒ ∩⊇⊃⊂∪
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”
2. Didirikan di tengah-tengah pemukiman, baik dalam kota (misrho), desa (balad),
atau dukuh (quryah)
3. Dilakukan secara berjamaah
4. Didahului dua khutbah.
Hal ini dikarenakan Rasulullah selalu melakukannya. Ibnu umar r.a. berkata,
“Rasulullah selalu menyampaikan dua khotbah dalam keadaan berdiri dan beliau
memisah dua khutbah tersebut dengan duduk.” Demikian hadis riwayat mutafaq
alaih.8
E. Hal Yang Harus Diperhatikan Seputar Pelaksanaan Shalat Jum'at
Hal Yang Harus Diperhatikan Seputar Pelaksanaan Shalat Jum'at diantaranya:9
1. Diwajbkan mandi atas mereka yang menghadiri shalat Jum'at. Rasulullah
bersabda : "Mandi di hari jum'at hukumnya wajib atas setiap yang sudah bemimpi
8 Saleh Al-faujan, Fiqih sehari-hari, Jakarta: Gema Insani press, 2005, hlm.193-194
9 Muslim.or.id, Seputar Pelaksanaan Shalat Jum'at ”http//Muslim.or.id”, diakses ( 20 oktober 2013 )
11
(baligh).H.R.muslim
2. Memakai baju yang paling bersih dan memakai wewangian parfum (wangi-
wangian).
3. Berpag-pagi menghdirinya,yaitu beberapa waktu sebelum didirikan, Rasulullah
bersabda : "Barangsiapa yang mandi janabah (mandi besar) di hariصلى هللا عليه وسلم
jum'at, lalu berangkat ke masjid pada jam (gelombang pertama) petama seakan-akan
dia telah bekurban unta, dan yang berangkat pada gelombang kedua seakan-akan
berkurban sapi, pada gelombang ketiga seakan-akan berkurban kibas yang gemuk,
pada gelombang keempat seakan-akan berkurban ayam, pada gelombang kelima
seakan-akan berkurban telur. Dan bila Imam telah naik mimbar maka hadirlah para
malaikat mendengarkan peringatan yang disampaikan. " (HR. Malik)
4. Sesampainya didalam masjid disunnahkan Shalat Nafilah semampunya:
empatraka'atataulebih.
5. Menghentikan pembicaraan dan semua yang bersifat main-main,seperti menyapu
debu, krikil atau lainnya, ketika imam naik mimbar untuk berkhutbah. Rasulullah
bersabda : "Bila kamu berkata pada temanmu "Diamlah" sedangصلى هللا عليه وسلم
imam sedang berkhutbah, sungguh kamu telah berbuat sia-sia. " (HR. Muslim).
6. Bila masuk masjid dan imam sedang berkhutbah, tetap disunnahkan shalat shalat
tyahiyatul masjid dua raka'at. Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda, "Bila seseorang
masuk masjid hendaklah shalat dua raka'at dengan ringkas meskipun imam tengah
berkhutbah.(H.R. Abu Dawud)
7. Pada shalat shubuh di hari jum'at dianjurkan untuk membaca surat As Sajadah pada
raka'at pertama dan surat Al Insan pada raka'at kedua. Berdasarkan riwayat dari Abu
Hurairoh هللا عنه رضي bahwa nabi صلى هللا عليه وسلمbiasa membaca pada shalat shubuh
hari jum'at Alof Lam Min Tanzil, Yaitu As Sajadah dan Hal A'ta Alal Insan (surat:Al-
Insan,(HR.Bukhari:891)
8. Dilarang (makruh) melangkahi pundak-pundak jama'ah lain dan memisahkan dua
orang dari tempat duduknya. Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda kepada seseorang
yang dilihatnya melangkahi pundak selainya : "Duduklah karena kamu telah
menyakiti orang lain" (HR. Abu Dawud)
9. Ketika adzan tealah dikumandangkan di hramkan berjual beli juga pekerjaan lain,
12
Allah عزوجلberfirman : "Wahai orang-orang beriman, apabila kamu diseru untuk
melaksanakan shalat jum'at maka bersegerahlah mengingat Allah عزوجلdan
tinggalkan jual beli, dan itu lebih baik bagi kamu jika kami mengetahuinya." (Jum'at:
9)
10. Disunnahkan membaca Surat Al- Kahfi di malam atau siangnya. Rasulullah صلى
bersabda, "Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi di hari jum'atهللا عليه وسلم
niscaya Allah عزوجلmeneranginya dengan cahaya antara dua jum'at." (HR. Al
Hakim)
11. Meperbanyak shalawat dan salam atas Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbeliua bersabda
: "perbanyaklah membaca salawat atasku pada malam atau siang hari jum'at. Barang
siapa yang mau mengerjakannya maka aku menjadi saksi dan pemberi syafa'at
padanya kelak di hari akhirat." (HR. Baihaqi dengan sanad Jayyid)
12. Jika seseorang masuk masjid sedang imam dan keadaan berkhutbah, maka ia tetap
harus mengerjakan shalat sunnah tahiyatul masjid. Hal itu sebagaiman disebutkan
dalam hadits jabir رضي هللا عنه, " Seseorang laki-laki masuk masjid pada saat nabi صلى
,berkhutbah kepada manusia pada hari jum'at, maka beliau bertanyaهللا عليه وسلم
apakah engaku sudah shalat wahai fulan ? ia menjawab, "belum" Beliau صلى هللا عليه
bersabda, " Berdirilah dan Shalatlah. " (HR. Bukhari" 930)وسلم
13. Meperbanyak do'a padanya karena didalamnya terdapat waktu yang mustajab,
Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda, "Sesungguhnya di hari jum'at dan satu waktu
yang tiada seorang muslim nmemohon kebaikan kepada Allah عزوجلbertapatan
dengannya kecuali akan dikabulkan permohonannya." (HR. Muslim)
13
BAB III
PELAKSANAAN SHALAT JUM’AT GELOMBANG KE 2
A. Hukum melaksanakan shalat jum’at 2 gelombang
Dalam dunia modern sekarang ini terdapat sejumlah industri yang sistem
operasionalnya bersifat nonstop 24 jam, tanpa henti, serta harus ditangani secara
langsung dan terus menerus, dan jika operasionalnya dihentikan beberapa saat saja,
atau tidak ditangani secara langsung (ditunggu), mesin industri menjadi rusak yang
pada akhirnya timbul kerugian besar dan para pekerja kehilangan pekerjaan yang
menjadi sumber penghasilannya. Dengan sifat industri seperti itu, muslim yang
bekerja di industri tersebut tidak bisa melaksanakan salat jum’at kecuali jika
dilakukan secara dua gelombang/shift, sehingga mereka bertanya-tanya tentang
status hukumnya.
Sejak masa Nabi sampai dengan abad kedua puluh Masehi, masalah
pelaksanaan salat Jum’at dua gelombang belum pernah dibicarakan atau difatwakan
oleh para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa masalah tersebut tidak dibenarkan dan
tidak dapat dipandang sebagai masalah khilafiyah. Atas dasar itu, ketika surat kabar
al-Jumhuriyah (Mesir), edisi 7 April 1955, menyiarkan sebuah keputusan (qarar),
ulama terkemuka saat itu, Mahmud Syaltut, menegaskan, antara lain, sebagai berikut:
“Himbauan untuk melakukan salat Jum’at dua kali di satu tempat dan pada
waktu yang sama --kecuali diselingi waktu untuk memberikan kesempatan kepada
gelombang pertama keluar dan gelombang kedua masuk masjid dalam dua kali
berjamaah dan dengan dua kali khutbah, belum pernah dikenal, baik pada masa
sekarang maupun pada masa lalu, juga tidak mempunyai sandaran (dasar) dalam
syari’ah. Dengan demikian, hal ketiga ini dipandang sebagai tasyri’(penetapan
hukum) sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah.”
14
Mendirikan shalat jum’at lebih dari satu dalam satu desa diperbolehkan jika
memang ada hajat, semisal; banyaknya jumlah prnduduk sehingga tidak mungkin
dikumpulkan dalam satu tempat, atau terjadi sengketa antar kedua kubu yang tak
mungkin disatukan, atau jaraknya yang berjauhan1011
Ta’addud jum’at berbeda dengan jum’atan dua shif/angkatan atau lebih
(insya-ul jum’ah ba’da jum’ah). Ta’adud jum’ah ialah berbilangnya penyelenggaraan
jamaah jum’at dalam satu masa di suatu tempat, dan hukumnya boleh dengan syarat-
syarat tertentu.
Pendapat sebagian ulama mengenai Ta’addud jum’at diperbolehkan dengan
syarat-syarat tertentu antara lain tercantum dalam kitab:
ومن جوازه أيضا وقـوع خصام وعداوة بـين أهل : ١٧٧ص / ١القليوبي ج
تكن مشقة جانبي البـلدة وإن لم
Al-Qalyuubi, I/ 177: Di antara sebab yang memperbolehkannya juga adalah terjadinya pertengkaran dan permusuhan antara dua kelompok di dalam satu desa, meskipun tidak ada kesulitan.
وإن تـعددت الحاجة فجمعة الكل صحيحة، سواء : ١٨٦تنوير القلوب ص
.وقع إحرام األءمة معا أو مرتـبا
Tanwir al-qulub, hal 186: jika banyak kebutuhan yang tidak bisa dihindari maka
shalat jum’at masing-masing kelompok tersebut sah, tidak peduli apakah takbiratul
ihram masing-masing imam bersamaan atau berurutan.12
11 Muhammad sokhi asyhadi, fikih ibadah... hlm. 168
12 Aziz Masyhuri, Permasalahan thariqah, (Surabaya: khalista, 2006) hlm. 193-194.
15
دها ثالثة أسباب جواز تـعد ة أنئم لصالة يق محل ض : والحاصل من كالم اال
بحيث ال يسع المجتمعين غالبا ولقتال بـين الفئتـين بشرطه وبـعد أطراف البـلد
إذال بأن كان بمحل ال يسع النداء أو بمحل لو خرج منه بـعد الفجر لم يدر كها
ها إال بـعد الفجر )٧٩: البغية. (يـلزم السعي إليـ
Bughyatul murtasyid, hlm 79: kesimpulan dari pendapat para tokoh ulama adalah,
bahwa sebab-sebab diperbolehkan berbilangnya shalat jum’at ada tiga: 1) tempat
pelaksanaan shalat sempit sehingga tidak mampu memuat (semua) jamaah sekaligus,
2) terjadi peperangan antar dua golongan berbagai syarat yang terkait dengan
peperangan, 3) jarak batas daerah dengan daerah yang lain berjauhan, sehingga
sura azan tidak terdengar, atau berada di suatu daerah yang seandainya, keluar ke
daerah lain (yang melaksanakan jum’atan) setelah terbit fajar, maka waktunya tidak
mncukupi. Hal ini, karena tidak ada keharusan untuk berusaha pergi ke daerah lain
tersebut kecuali setelah terbitnya fajar.13
Adapun jum’atan dua shif/angkatan atau lebih (insya-ul jum’ah ba’da jum’ah)
yang artinya penyelenggaranya shalat jum’at lebih dari satu di suatu tempat, maka
hukumnya tidak sah. Jalan keluarnya adalah sebagai berikut:
1. Karyawan seperti itu wajib berikhtiar semaksimal mungkin agar dapat
menunaikan jum’atan shif pertama.
2. Sebaiknya ditugaskan kepada karyawati untuk menjaga produksi agar karyawan
dapat menunaikan shalat jum’at.
3. Dalam hal ikhtiar tersebut bila tidak berhasil maka kewajiban shalat jum’at
menjadi gugur dan wajib menunaikan shalat zhuhur dan dianjurkan berjamaah. Jika
ada udzur syar’i di dalam meninggalkan shalat jum’at demikian ini dengan
menggamti shalat zhuhur hukumnya tidak berdosa. Tetapi jika tidak ada uzur syar’i,
hukumnya berdosa.
16
Rekomendasinya adalah kepada para produsen/pengusaha agar memberikan
jaminan kebebasan kepada karyawan untuk menjalankan agamanya, dan
menjalaankan shalat.
Pendapat sebagian ulama bahwa pelaksanaan salat jum’at lebih dari satu kali
tidak dibenarkan, antara lain tercantum dalam kitab:
ر المأموم فاليجوز استحالفه ألنه يشبه إنشاء جمعة بـعد أخرى وهوممتنع .أما غيـ
)٧٦/٢الحواشي المدينة (
Adapun selain makmum, maka tidak boleh menggantikannya, karena dengan
membentuk shalat jum’at setelah shalat jum’at yang lain (dalam satu masa secara
serentak ditempat yang sama). Dan hal ini tidak diperkenankan. ( al-hawasyil
madaniyyah juz II,hlm. 76)
ر أو لغيره سن له أن يصلي الظهر من فاته صالة الجمعة لعذ : الشافعية قالو
)٤٠/ ٢ .الفقه عل مذاهب األربعة. (في جما عة
Para ulama syafi’i berpendapat, barang siapa yang ketinggalan shalat jum’at karena
sesuatu uzur atau lainnya, maka disunatkan untuk shalat zhuhur berjama’ah (al-fiqh
‘ala madzahibul arba’ah, juz I, hlm. 406).
حت إذا كان يـوم الجمعة لم يقمها إال في مسجده صلى اهللا عليه وسلم ولم ...
قموها في يـر خص عليه الصالة والسالم مع فـرط حبه للتـيسير على امته في أن ي
دة أو يصلي بمون يـتـيسر له الحضور أول الوقت وياذن في أن تـقام مساجد متـعد
بـعده جمعة وجمعة وثالثة وهكذا لباقي الذين اليستطيع أن يحضروا، وكان ذلك
)١٨٩/١تنوير القلب . (ر عليهم لو كن أيس
17
…sehingga jika sudah datang hari jum’at, maka ia tidak melaksanakan shalat jum’at
kecuali di mesjid Rasullullah Saw. Dan rasullullah Saw. meskipun sangat ingin untuk
memberikan kemudahan kepada umatnya tidak memberikan dispensasi untuk
mendirikan shalat jum’at di banyak mesjid, atau shalat bersama orang yang bisa
datang kepadanya di awal waktu, dan mendirikan shalat jum’at yang ke dua dan
ketiga sesudahnya. Demikian halnya bagi mereka yang tidak bisa datang. Dan yang
demikian itu lebih mudah bagi mereka seandainya memeng diperkenankan. (tanwirul
qulub juz I, hlm. 189).14
Sebagai ibadah, bentuk maupun tata cara pelaksanaan slat jum’at harus
mengikuti segala ketentuan yang telah ditetepkan hukum islam (syariah) serta
dipraktikan oleh rasullullah. Kaidah fikih menegaskan:
الزحلي، نظرية الظرورة الشرعية، لدكتور وهبة(التشر ع عبادة إال بشرع هللا
)مكتبة الفارابي: دمشق
“suatu ibadah tidak disyariatkan kecuali disyariatkan oleh Allah.”
Dan hadist nabi Saw:
إذا امرتكم بامر فأتـوا منه ما استطعتم
“jika aku memerintahkan kepadamu suatu hal, lakukanlah semampumu” (HR.
Bukhari dan muslim).
18
B. Fatwa MUI tentang pelaksanaan shalat jum’at dua gelombang
Pada tanggal: 28 Juli tahun 2000 MUI menetapkan bahwa :
1. Pelaksanaan salat Jum’at dua gelombang (lebih dari satu kali) di tempat yang sama
pada waktu yang berbeda hukumnya tidak sah, walaupun terdapat ‘uzur syar’i (alasan
yang dibenarkan secara hukum).
2. Orang Islam yang tidak dapat melaksanakan salat Jum’at disebabkan suatu ‘uzur
syar’i hanya diwajibkan melaksanakan salat Zuhur.
3. Menghimbau kepada semua pimpinan perusahaan/industri agar sedapat mungkin
mengupayakan setiap pekerjanya yang muslim dapat menunaikan salat Jum’at
sebagaimana mestinya.
4. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap muslim yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua
pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.15
15
mui.or.id/ Seputar Pelaksanaan Shalat Jum'at ”http//Mui.or.id”, diakses ( 15 oktober 2013 )
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menimbang bahwa tedapat banyak industri yang sistem operasionalnya 24 jam,
dengan sistem seperti itu maka banyak karyawan yang tidak dapat melaksanakan
shalat jum’at, kecuali jika melakukan shalat jum’at yang kedua (dua gelombang), dan
mengingat bahwa hukum shalat jum’at adalah fardhu a’in dan pendapat ulama bahwa
pelaksanaan shalat jum’at lebih dari satu kali tidak dibenarkan, maka bagi karyawan
yang demikian itu hukumnya tidak sah. Dan seharusnya bagi semua pimpinan
perusahaan atau industri mengupayakan kepada setiap pekerjanya yang muslim dapat
menunaikan shalat jum’at. Sebagai pelajar kita semua dapat menyimpulkan
bahwasanya pelaksanaan shalat jum’at 2 gelombang tidak ada tuntunannya dalam
syariat islam walaupun dengan alasan atau sebab apapun, para ulama dulu maupun
sekarang tidak ada yang membolehkan pelaksanaan shalat jum’at secara 2
gelombang/ 2 sif.
B. Saran
Apabila kita semua sudah mengetahui Tata cara shalat jum’at sesuai apa yang di
ajarakan oleh rasulullah Saw. Maka hendaknya kita mengikutinya dan tidak
membuat-buat suatu hukum yang baru seperti halnya shalat jum’at 2 gelombang yang
tidak sesuai dengan tuntunan syariat islam.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005
2. Muslim.or.id, Seputar Pelaksanaan Shalat Jum'at ” http//Muslim.or.id”,
diakses 20 Oktober 2013
3. Rifa’i, Moh, Fiqih Islam, Semarang : P.T. Karya Toha Putra, 1978
4. Mukhammad Sokhi Asyadi, Fikih Ibadah
5. Al-Qur’an Terjemah, Depag 2007
6. Effendi, Miftah, Sejarah tape recorder, “http//Miftaheffendi.blog.spot.com”
7. Sokhi Asyadi, Mukhammad, Fikih Ibadah, Grobogan: Ponpes Fadllul Wahid,
2011
8. Masyhuri, Aziz, Permasalahan thariqah, Surabaya: khalista, 2006
9. Mui.or.id, Pelaksanaan Shalat Jum'at 2 gelombang” http//Mui.or.id”, diakses
15 oktober 2013
21