Download - Makalah Sistem Digestive Kasus 1
MAKALAH SISTEM DIGESTIVE KASUS 1
KEP (KEKURANGAN ENERGI PROTEIN)Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Digestive
DisusunOleh :
Gilang Purnama (220110120087) Muti Cyla Diareka (220110120134)
Randi Febriana (220110120095) Lovi Meilina (220110120141)
Tiara Nurrachmi P. (220110120101) Nurrachma Ariestanti (220110120146)
Tiara Dwinda P. (220110120109) Rias Ganjar Pratiwi (220110120153)
Sri Endah Lestari (220110120115) Lathifani Azka (220110120161)
Ridha Ranailla (220110120121) Citra Dwi Lestari (220110120167)
Elva Sujana (220110120128)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2014
Kasus 1 : KEP
“Sakit Hatiku Sebuncit Perutku”
An. A seorang anak perempuan berusia 8 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan sering
BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak dua minggu terakhir. Pasien baru dibawa ke rumah
sakit karena tidak memiliki biaya untuk berobat. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : BB 20 kg,
TB : 135 cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis yang dalam, tampak pendiam,
mata sayu dan sembab, perut buncit, kaki bengkak, suhu rabaan dingin, pada palpasi terdapat
pembesaran hepar 1-2 cm. Hasil pemeriksaanya lab menunjukkan : Hb. 8,7, Gula Darah Sewaktu
52 gr %, K = 3 mEq/l, Mg=1.
Selama dilakukan pengkajian oleh perawat, klien selalu melihat pada ibunya dan mimik muka
seperti mau menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak mau bergaul dengan teman
sebaya dan tidak punya keinginan apapun. Ibu mengeluh karena harga obat yang diresepkan
dokter sangat mahal dan ibu berkata tidak tahu harus kemana mencari uang untuk membeli obat
tersebut.
Klien dalam tiga bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat
kelelahan dan sulit berrkonsentrasi. Klien tinggal di daerah padat penduduk dan rumahnya seluas
42 m². Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh di pasar. Sedangkan ibunya
tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.
Mindmap
ETIOLOGI
Patofisiologi
KEP
KONSEP
ASKEP
PENGKAJIAN
ANALISA DATA
DIAGNOSA
PERENCANAAN
DEFINISIINSIDENSI MANIFESTASI
KLINISKLASIFIKASI
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN(TERAPI)
PENGKAJIAN FOKUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PERAN PERAWAT
PENCEGAHAN
EVALUASI
PEMBAHASAN
1. Definisi
KEP merupakan suatu keadaan kurang gizi yang biasanya disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein yang dibutuhkan dalam makanan sehari-hari sehingga nantinya
angka kecukupan gizi tidak bisa terpenuhi secara baik. (Slide Materi Kuliah Bu Ikeu)
KEP adalah ketidak seimbangan selular antara intake nutrien dengan kalori kebutuhan tubuh
yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik (blossner,
2005).
2. Etiologi
- Peranan Diet
- Peranan faktor sosial : pantangan/tabu-tabu, perceraian, ibu yang bekerja pada tempat
yang jauh, dll.
- Karena adanya peranan dari kepadatan penduduk : akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dari peningkatan jumlah penduduk dengan kesediaan dari kebutuhan
pangan itu sendiri.
- Peranan Infeksi
- Faktor Kemiskinan
(Slide Materi Ibu Ikeu)
Dari sumber lain dinyatakan bahwa kekurangan makanan tidak selalu menjadi salah satu
penyebab utama dari malnutrisi, di negara berkembang sendiri gangguan penyerapan karena
diare kronik dapat menjadi salah satu faktor pencetus. Faktor tambahan lain yang
melatarbelakangi terjadinya KEP yaitu diantaranya masalah sosial, ekonomi, biologi, dan
lingkungan.kemiskinan dalam hal ini menjadi salah satu penyebab yang paling mendasar
karena berhubungan dengan kesediaan pangan, tempat tinggal yang kumuh, padat dan tidak
sehat serta tidak mampunya masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan (wong).
Dengan terjadinya penurunan nafsu makan sendiri bisa diakibatkan dari kesehatan
lingkungan yang buruk, penyakit kronik, dan gangguan emosional.
Hipermetabolisme biasanya disebabkan karena aspek pertumbuhan, perkembangan, dan
aktivitas fisik yang nantinya dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi, sehingga nantinya dapat
menyebabkan penyakit malnutrisi.
(FKUI.1991.Jakarta:Gaya Baru)
3. Insidensi
KEP 32 % terjadi pada negara berkembang, asia tengah dan Afrika lima kalilebih besar
daripada Amerika.
Beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan
penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP.
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan persentasi BB ideal terhadap tinggi badan
· KEP ringan: >80-90% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)
· KEP sedang: >70-80% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)
· KEP berat: ≤ 70% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)
b. Klasifikasi KEP menurut Depkes RI :
Kategori Status BB/U (%Baku WHO-NCHS, 1983)
Overweight Gizi lebih > 120 % Median BB/U
Normal Gizi Baik 80 % – 120 % Median BB/U
KEP I Gizi Sedang 70 % – 79,9 % Median BB/U
KEP II Gizi Kurang 60 % – 69,9 % Median BB/U
KEP III Gizi Buruk < 60 % Median BB/U
Sumber: Depkes RI(1999:26)
c. Klasifikasi menurut Gomez (1956)
Klasifikasi ini didasarkan pada perbandingan berat badan individu dengan berat badan
yang diharapkan pada anak seusiannya. Klasifikasi gomes ini mengelompokan KEP
menjadi:
Derajat KEP Berat badan persen dari
baku
0 = normal =/> 90%
1 = ringan 89-75%
2 = sedang 74 – 60 %
3 = Berat < 60%
*Baku = persentil 50 Harvard
Departemen Kesehatan RI juga memodifikasi Klasifikasi gomes ini demi adannya
keseragaman persepsi di Indonesia menjadi:
Derajat KEP Berat badan persen dari
baku
0 = normal =/> 80%
1 = Gizi Kurang 60 – 79%
2 = Gizi Buruk < 60%
d. Berdasarkan etiologinya:
· Primer: apabila KEP terjadi karena kurang asupan nutrisi akibat madsalah ekonomi
social pendidikan yang kurang tentang gizi,.
· Sekunder: dikarenakan adanya penyakit utama seperti congenital, infeksi kronik, dan
kelainan pencernaan dan metabolic yang mengakibatkan penurunan penyerapan nutrisi
e. Berdasarkan manifestasi klinisnya:
Kwashiorkor ditandai oleh: edema yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan
membulat, mata sayu, rambut tipis dan kemerah seperti rambut jagung, mudah dicabut dan
gampang rontok, cengen, rewel, apatis, hepatomegali, hipotrofi, bercak merah kecoklatan
di kulit, dan mudah terkelupas, sering disertai penyakit infeksi terutama akut seperti diare
dan anemia
Marasmus ditandai oleh: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti
orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal, bahkan
tidak ada, perut cekung, iga gambang,sering disertai infeksi dan diare
Marasmik-kwashiorkor: campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor
5. Manifestasi KlinisDiagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya tanda sebagai berikut:
Nyeri abdomen (akut abdomen)
Dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang
makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal)
Demam tinggi atau hipotermia
Tatikardi
Dehidrasi
Hipotensi
Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak
sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi
peritoneum
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat
pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu
pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan
steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran(misalnya
trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita
dengan paraplegia dan penderita geriatric.
6. Komplikasi
Komplikasi
a. Komplikasi Marasmus
1. Hipoglikemia
2. Hipotermi
3. Infeksi
4. Sepsis
5. Dehidrasi
6. Diare
b. Komplikasi Kwashiorkor
1. Gangguan keseimbangan elektrolit asam basa
2. Infeksi berat
3. Pneumonia
4. Gagal ginjal
5. Syok kardiogenik
6. Syok hipovolemik
7. Kecacatan fisik dan mental permanen
7. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan Non-Farmako
Berdasarkan DEPKES RI tahun 2013, buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk
Alur Pemeriksaan:
10 hal langkah utama yang dilakukan untuk mengatasi KEP berat (Marasmus, Kwashiorkor, Marasmus-Kwashiorkor)
1.
Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat
menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak
tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36o Celcius. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya
lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan
lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada
dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus
dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.
3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah ada
riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan
kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan:
a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan
memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan
rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.
b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit
yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena (infus)
RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
a. Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
b. Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa
diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan
2x (dengan pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa
makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat
5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik spektrum
luar.
6. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun anemia biasa
terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau
makan dan BB nya mulai naik (pada minggu II). Pemberian Fe pada masa stabilisasi
dapat memperburuk keadaan infeksinya .
Berikan setiap hari :
- Tambahan multivitamin lain
- Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi
- Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis tunggal.
- Vitamin A oral 1 kali.
- Dosis tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin A
7. Pemberian makanan, balita KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase:
Fase Stabilisasi (1–2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang, Pemberian makanan harus
dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan
protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula
WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian makanan harus
disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil,
sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5
gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila
anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula WHO 75/pengganti/modisco
½ dengan gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula
WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadual pemberian makanan harus
sesuai dengan kebutuhan anak.
8. Perhatikan masa tumbuh kejar balita
Fase ini meliputi 2 fase, transisi dan rehabilitasi :
a. Fase Transisi (minggu II)
1) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk menghindari
resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak.
2) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 – 1.0 gr/100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100 ml) dalam jangka waktu
48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat digunakan asal kandungan energi dan
protein sama
3) Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada
saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian (200 ml/kg bb/hari).
b. Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)
1) Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas dan
sering.
2) Energi : 150–220 kkal/kg bb/hari.
3) Protein : 4–6 gr/kgbb/hari.
4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan formula
karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.
5) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.
9. Berikan stimulasi dan dukungan emosional
Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya
diberikan :
kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan,.lakukan terapi bermain terstruktur 15-
330 menit/har, rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu
(memberi makan, memandikan, bermain)
Persiapan untuk tindak lanjut di rumah :
Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau
oleh tenaga kesehatan puskesmas/bidan di desa.
Pengobatan penyakit penyerta ( Farmako)1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum
keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan
dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kal
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
• Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari
• Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
• Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi
ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain
oleh Candida. Tatalaksana :
a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%
selama 10 menit
b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
c. usahakan agar daerah perineum tetap kering
d.umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri
preparat Zn peroral
3. Parasit/ cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik
lain.
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan
formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan
penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja
mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-
foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan
TB.
Tindakan kegawatan
a. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan
keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena,
sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar
dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
· Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status hidrasi
syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam
berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per
oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula
khusus (F-75/pengganti).
· Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan
cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10
ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula
(F-75/pengganti)
b. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
· Hb
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
- Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan
'packed red cells' untuk transfusi dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai. Perhatikan adanya
reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas
setelah transfusi Hb tetap
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsy hati
Ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebatnya sehingga sel hati valkual
lemak besar.
2. Pemeriksaan serum
- Pemeriksaan albumin serum menurun
- Glukosadarahrendah
- Asam amino essensial plasma menurun
- Kolesterol serum rendah
- Kadar kalium dan magnesium menurun sehingga menimbulkan gangguan metabolik
pada otot, ginjal dan pancreas
- Penurunannilaikomponen serum darinilai normal menunjukkangangguannutrisi.
3. PemeriksaanHb
Untuk mengetahui kekurangan zat besi, sering terjadi pada anak balita.
4. Pemeriksaan urine
Meliputi pemeriksaan nitrogen dan urine kreatinin.Jika kadar nitrogen urea rendah
menujukkan adanya penurunan pengambilan intake protein sedang bila terjadi
peningkatan urine creatinin menunjukkan peningkatan urine creatinin menunjukkan
peningkatan intake protein otot.
9. Pencegahan
Adapun pencegahan dari Kekurangan Energi Protein:
1. Penuhi asupan nutrisi anak
2. Hindari dari suasana lingkungan yang tidak mendukung kesehatan anak
3. Rutin perikssa status gizi anak
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilakukan dengan baik bila penyebabnya
diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang baik untuk
pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi8.
- Pemberian ASI sampai umur dua tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk
bayi.
- Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur enam bulan ke
atas.
- Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
- Pemberian imunisasi.
- Mengikuti program KB untuk mencegah kehamilan yang terlalu sering.
- Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat, merupakan upaya
pencegahan jangka panjang.
- Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
10. Prognosis
Bila klien ditangani dengan cepat sebelum terjadi komplikasi yang lebih parah maka klien
masih dapat disembuhkan, namun jika sudah terjadi komplikasi kronis maka kemungkinan
sembuh sangat sedikit, jika sembuh kemungkinan pasien akan mengalami kecacatan mental
dan fisik, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dampak terburuk adalah kematian akibat tidak berfungsinya saluran pernafasan akibat
gangguan ISPA. Perkembangan psikomotorik anak pun dapat terganggu, hingga anak
mengalami gangguan mental.
PATOFISIOLOGI
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Diagnose Medis : Malnutrisi (kekurangan energi protein)
Penanggung Jawab : -
b. Anamnesa
• Keluhan utama : klien mengeluh sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak 2
minggu terakhir
• Riwayat penyakit sekarang : klien mengeluh sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak
2 minggu terakhir
•Riwayat masa lalu : -
•Riwayat Kesehatan keluarga : -
•Riwayat Biospikospiritual Sosial :
Selama dilakuakn pengkajian oleh perawat, klien selau melihat pada ibunya dan mimic muka
seperti mau menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak mau bergaul dengan teman
sebaya dan tidak punya keinginan apapun.
Klien dalam 3 bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat
kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Klien tinggal di daerah padat penduduk dan rumahnya
seluas 42 m². Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh di pasar. Sedangkan
ibunya, tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.
•Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : BB = 20kg TB= 135cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis dalam,
tampak pendiam, mata sayu sembab, perut buncit, kaki bengkak dan mimik muka seperti mau
nangis.
Palpasi : suhu rabaan dingin, pembesaran hepar 1-2cm
•Pemeriksaan Lab :
Hb : 8,7 N : 12,1 – 15,3
Gula Darah : 52 gr% N : 60 – 100 mg/dl
K : 3 mEq/l N : 3,5 – 5
Mg : 1 mEq/l N : 1,3 – 2,1
2. Analisa Data
No. Data yang Menyimpang Etiologi Masalah 1. DS : Klien mengeluh BAB sering, 5-6
kali sehariDO : BB :20 kg•TB : 135 cm•Rambut kusamdan kering•Kulit keringdan garis yangdalam•Perut buncit•Kaki bengkak•Suhu rabaandingin•Pembesaranhepar 1-2 cm
factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)
Malabsorbsi usus
Infeksi virus&bakteri
Motilitas usus
Diare
Deficit volume cairan
Deficit volume cairan b.d. penyerapan cairan dari usus d.d diare
2. DO : • BB :20 kg• TB : 135 cm•Hb : 8.7 gr/dl• Rambut kusamdan kering•Kulit keringdan garis yangdalam•Perut buncit•Kaki bengkak•Suhu rabaandingin•Glukosa: 52gr%•K : 3 mEq/L•Mg : 1 mEq/L
factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)
gangguan nutrisi
karbohidrat <<
pembakaran lemak
lemak tubuh dipakai
Gangguan nutrisi kurangdari kebutuhanberhubungan dengan kurang asupan nutrisi akibat faktor ekonomi ditandai dengan berat badan rendah, diare
utnuk proses metabolisme
cadangan lemak
BB
Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. DS :DO :
factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)
gangguan nutrisi
vitamin&mineral <<
Vit. A, C, E, (vitamin C&protein)
Rambut kusam
Resiko Infeksi
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh (khususnya kekebalan seluler).
4. DO : • Menurutibunya,Anak Adalam tigabulan terakhir tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan dan kelelahanDS:• Perut buncit• Pembesaran
hepar 1-2 cm• Kaki bengkak• Hb : 8.7 gr/dl• Glukosa : 52 gr%
factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)
gangguan nutrisi
karbohidrat <<
Intoleransi aktivitas dengan metabolism anaerob ditandai dengan mudah lelah
glukosa
metabolism
energy
metabolism anaerob
asam laktat
mudah lelah
intoleransi aktivitas5. DO : Menurut ibunya:
•klien sering cengeng•Tidak maubergaul dengan teman sebaya•Tidak punya keinginan apapun
DS:• BB :20 kg• TB : 135 cm, Rambut kusam dan kering,Kulit kering dan garis yang dalam, Perut buncit, Kaki bengkak
factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)
gangguan nutrisi
karbohidrat <<
glukosa
metabolism
energy
pemecahan lemak
Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan penurunan metabolism sel dan energi ditandai dengan apatis, tidak bersekolah 3 bulan
atropi
apatis, aktivitas
Gangguan tumbuh Kembang
6. DS :DO :
Faktor sosial ekonomi, status pendidikan ibu, asupan nutrisi, status kesehatan
Deficit Pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dan penyakit berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang pajanan informasi
3. Diagnosa Keperawatan1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan malabsorpsi usus ditandai dengan diare2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan nutrisi akibat faktor ekonomi ditandai dengan berat badan rendah, diare3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh (khususnya kekebalan
seluler).4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolism anaerob ditandai dengan mudah
lelah5. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan metabolism sel dan energi
ditandai dengan apatis, tidak bersekolah 3 bulan6. Defisiensi pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dan penyakit berhubungan dengan
keterbatasan kognitif dan kurang pajanan informasi
4. Perencanaan Keperawatan
DX
Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan perawatan, keurangan volume cairan sapat diatasi (hidrasi baik). Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
Mandiri1. Monitor keseimbangan
cairan tubuh. Ukur asupan dan keluran dengan mengukur berat jenis urine.
2. Berikan cairan segera sesuian indikasi melalui IV.
3. Berikan cairan oralit.4. Berikan minum air
mineral sering.5. Timbang berat badan
1. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
2. Mengatasi kekurangan cairan untuk mencegah terjadinya gangguan perfusi lebih lanjut.
3. Mengatasi pengeluaran cairan terus menerus akibat diare.
4. Minum air mineral dapat mempercepat pemenuhan cairan tubuh.
setiap hari. 5. Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya..
2. Setelah dilakukan perawatan, dapat Menunjukkan status nutrisi klien terpenuhi, proses metabolisme dalam tubuh kembali normal. Kriteria hasil: Berat badan bertambah, nafsu makan meningkat.
Mandiri1. Monitor asupan gizi
dan output cairan (muntah, diare).
2. Timbang berat badan setiap hari.
3. Pemberian multivitamin.
Kolaborasi
4.Pemberian makan :
- Porsi kecil, sering,
rendah serat dan
rendah laktosa
- Energi:
100kkal/kgBB/hari
- Protein: 1-1,5
g/kgBB/hari
5. Evaluasi terhadap
pola makan, tanda
perubahan kebutuhan
nutrisi (turgor kulit,
nafsu makan,
kemampuan absorpsi,
bising usus, dan TTV)
1. Memberikan pedoman untuk pemberian asupan gizi yang sesuai.
2. Pemberian asupan gizi tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya.
3. Multivitamin akan membantu klien meningkatkan nafsu makan agar nutrisi terpenuhi.
4. Pemberian makan porsi kecil dan sering akan membantu mempercepat pemenuhan gizi dalam hal peningkatan berat badan.
5. Evaluasi pola makan untuk mengetahui nutrisi yang harus diberikan selanjutnya.
3.Tujuan: Resiko infeksi dapat diatasi.Kriteria Hasil:
- Penyakit tidak menyebar ke
1.Terapkan universal precaution atau standar kehati-hatian dalam setiap tindakan dengan cara mencuci tangan,
1. terhindar dari penderita yang terkena infeksi.
2. Untuk mencegah terjadinya infeksi
seluruh bagian tubuh lainnya.
menjaga kebersihan, cara kontak dengan penderita.2. Berikan imunisasi lengkap, pada anak yang belum diberikan imunisasi sesuai jadwal imunisasi3.Monitor tanda lanjut dari infeksi seperti suhu, nadi, jumlah frekuensi dan tanda-tanda infeksi lain.
3. Mendeteksi dini apabila terjadi infeksi.
4. Setelah 24 jamaktivitas klienmembaik
1.Lakukan teknik distraksi dan relak-sasi
2.Kaji toleransi klien terhadapaktivitas
3.Kaji kesiapan klien untukmeningkatkan aktivitas
1. Meningkatkan rasa nyaman klien
2. Menentukan tindakan selanjutnya
3.Memotivasi klien untuk segeraSembuh
5. Tupen :pertumbuhan danperkembangan klienmembaikTupan :Klien mencapaipertumbuhan danperkembangansesuai standar usia.Kriteria hasil :Pertumbuhan fisisksesuai standar usia,perkembanganmotorik, bahasa,sosialisasi denganlingkungan
1.Ajarkan kepada orang tua tentang
standar pertumbuhan fisik dan tugas-
tugas perkembangan sesuai usia anak.
2. lakukan pemberian makanan sesuai
program terapi diet pemulihan.
3.lakukanpengukur-an antropo-metriksecara berkala.
4.lakukan stimulasi tingkatperkembangan sesuai dengan usia klien.
5. lakuakan rujukan ke lembaga pendu-kung strimulasi pertumbuhan dan perkembangan.
1. meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Diet khusus untuk pemenuhanmalnutrisi diprogramkan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhananak dan kemampuan toleransi
pencernaan.3. Menilai perkembang-an
masalahKlien4. Stimulasi diperlukan
untukmengejar keter-lambatanperkembang-an anak dalam aspek
motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. mempertahankan
kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memperdayakan sistem pendukung yang ada.
6. Pengetahuan klien dan keluarga meningkat.
Mandiri1. Berikan pendidikan
kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi dengan gizi seimbang.
2. Demonstrasikan atau beri contoh bahan makanan, berikan alternatif makanan pengganti dari protein hewani bila dirasa mahal dengan protein nabati seperti tempe dan kacang kacangan.
1. Klien dan keluarga mengetahui kebutuhan nutrisi seimbang untuk mempercepat penyembuhan.
2. Pemenuhan protein sangat penting untuk penyembuhan klien.
5.Evaluasi
1. Pasien tidak kekurangan volume cairan
Tanda-tanda vital stabil
BAB berhenti dan kembali normal
Intake dan output cairan tubuh pasien seimbang
2. Status nutrisi klien terpenuhi, proses metabolisme dalam tubuh kembali normal. Kriteria
hasil: Berat badan bertambah, nafsu makan meningkat.Nyeri akut berkurang atau hilang;
Melaporkan nyeri pasien berkurang/terkontrol;
Menujukkan ekspresi wajah rileks.
3. Risiko infeksi dapat diatasi
Penyakit tidak menyebar ke seluruh bagian tubuh lainnya
4. Aktivitas kembali normal
5. Pertumbuhan kembali normal, klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai
standar usia
6. Pengetahuan klien dan keluarga meningkat, bisa menangani dan mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
Peran perawat dalam penyakit KEP :
a. Advokasi
Bantu pembiayaan klien,dengan memfasilitasi klien untuk mendapatkan
BPJS/SKTM/JAMKESMAS agar bisa digratiskan
Minta kepada dokter agar obat yang diberikan bukan obat yang mahal,kalau bisa yang
generic
b. Educator
Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu klien tentang gizi yang baik bagi anak
Penkes :
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi
dengan gizi seimbang
b. Demonstrasikan /berikan penyuluhan tentang bahan makanan dan makanan alternative
pengganti dari protein hewani bila dirasa mahal dengan protein nabati seperti tempe dan
kacang-kacangan
LO :
1. Kompartmen cairan tubuh :
- Intrasel (didalam sel)
- Ekstrasel : - intravaskular (di dalam pembuluh darah), transeluler (rongga tubuh,
pleura, perikardium), intertisial (diantara sel, jaringan limfe)
2. Nilai normal :
K : 3,6-5,8
Mg : 1,5-2,3
Hb : 10-16 (anak)
GDS : 70-100
3. Cairan intravaskuler keluar ke intertisial cairan intravaskuler menurun darah kental
aliran darah lambat kemampuan Hb mengikat oksigen turun Hb turun
4. Diare dan asupan K rendah gangguan penyerapan K,Mg, Na turun
5. Asupan protein dan karbohidrat turun gangguan metabolisme glukosa dalam tubuh
turun hepatomegali kerusakan sintesa glikogen tidak terjadi glukoneogenesis
kadar GDS turun
6. Hb turun karena defisiensi asam folat dab B12
7. Mg turun karena defisiensi Mg
8. Fungsi Vitamin :
B1 : koenzim metabolisme
B2 : Pernafasan
B6 : Saraf
B12 : Anti anemia
LAMPIRAN SGD KASUS 1
Step 1 :
1. Mg (randi) : Magnesium (lathifani)
Step 2 :
1. Apa yang menyebabkan BAB sering ? (gilang)
2. BB dan TB normal untuk anak usia 8 tahun ? (muti)
3. Penyebab mata sayu, sembab, suhu rabaan dingin ? (endah)
4. Penyebab perut buncit dan kaki bengkak ? (elva)
5. Normal Gula Darah Sewaktu ? (randi)
6. Pemeriksaan kalium untuk apa ? (nurrachma)
7. Dampak psikososial keluarga? (lovi)
8. Penanganan dan pencegahan BAB sering ? (citra)
9. Kira-kira penyakit apa? Penyebab? (elva)
10. Mengapa si klien tidak mempunyai keinginan apapun ? (gilang)
11. Pembesaran hepar karena apa ? ( tiara n.)
12. Status gizi normal anak usia 8 tahun ? ( rias)
13. Komplikasi ? (endah)
14. Penkes keluarga ? (lovi)
15. Peran perawat ? (lathifani)
16. Perkembangan terganggu atau tidak ? (Ridha)
17. Pemeriksaan yang lain ? (lathifani)
18. Penyebab kelelahan ? (muti)
19. Obat herbal ? (endah)
20. Pengaruh lingkungan ? (elva)
21. Apakah cengeng dan tidak mau bergaul merupakan tanda dan gejala ? (rias)
22. Normal Mg dan nama pemeriksaan ? (lathifani)
Step 3 :
9. KEP (Kekurangan Energi Protein) (nurrachma)
Penyebab : kemiskinan, lingkungan padat penduduk, kebersihan, pendidikan orang tua
Kwarsiorkor (endah)
Saat ibu hamil kurang protein, ASI tidak eksklusif
KEP ada 2 : (rias)
1. Marasmus : kurang kalori
2. Kwarsiorkor : kurang kalori dan protein
Ada tiga tingkatan : (ridha)
1. Marasmus
2. Kwarsiorkor
3. Marasmus-Kwarsiorkor
20. Berpengaruh, apabila tinggal di daerah kumuh dan kurang mampu nutrisi tidak tercukupi
(muti)
Kebersihan, pola makan, cara pemenuhan kebutuhan ortu pada anak, sanitasi lingkungan
(citra)
16. Terganggu dari BB dan TB tidak sesuai, harusnya sesuai setelah 3 bulan. Karena akibat
dari BB dan TB turun (randi)
2.BB
TB ²(dalam meter ) (tiara n.)
Rasio : 18,5 – 25 (ridha)
1. Penyebab karena infeksi (nurrachma)
Karena bakteri/virus : virus mengiritasi mukosa usus sehingga penyerapan tidak sempurna
mengakibatkan banyak elektrolit yang terbuang (elva)
Makanan dan lingkungan yang tidak bersih sehingga menimbulkan bakteri (endah)
Kaitannya dengan daya tahan tubuh (lathifani)
21. Iya (endah)
10. Apatis (endah)
13. Anemia karena Hb turun, dehidrasi (gilang)
Dehidrasi ditandai dengan kulit kering dan dilakukan pemenuhan kebutuhan cairan
(ridha)
Hipoglukemi, Hipotermi (elva)
Energi dan protein turun maka karbohirat dalam tubuh juga turun sehingga menyebabkan
hipoglukemi (ridha)
Edema karena kurang protein sehingga kurang asam amino ke otot mengakibatkan
menurunnya produksi albumin (endah)
Makanan yang tidak bergizi, maka nutrisi ke sel-sel tubuh juga kurang karena tubuh
selalu melakukan katabolisme sehingga kebutuhan protein meningkat, mengakibatkan
defisiensi protein jadi kwarsiorkor (elva)
5. Nilai normal GDS 100-120 atau 80-100 (lathifani)
60-100 (tiara d.)
18. Kadar glukosa tubuh menurun sehingga anak mudah kelelahan (lovi)
Pengaruh albumin yang larut dalam air dan garam, cairan albumin menurun
mengakibatkan darah kental, koagulasi cepat, pembuluh darah tersumbat (elva)
15. Sebagai pendamping, pemberi penkes, penanganan awal kalau tidak diobati, pendekatan
kepada klien agar anak tidak minder dan cengeng, advokasi biaya pembelian obat dan
gizi yang cukup.
7. Cengeng, malas bergaul (tiara d.)
Intoleransi aktivitas (endah)
Keluarga stress karena biaya (lovi)
Perut buncit, minder (nurrachma)
17. Antopometri : penilaian fisik terhadap usia dan kebutuhan nutrisi (elva)
Pemeriksaan fungsi hati, albumin darah (citra)
Antopometri meliputi : BB, TB, lingkar lengan, dada, kepala, pinggul (ridha)
Ekg (endah)
Urinalisis (lathifani)
8. Oralit, bisa beli bisa buat sendiri dengan cara 2 sendok makan gula, 1 sendok teh garam
dan segelas air (lathifani) tetapi tidak terstandar oleh karena itu tidak
direkomendasikan membuat sendiri
Cairan dalam tubuh :
- Intrasel
- Ekstrasel : interstisial dan intravascular
Dalam tubuh mengandung 80% air
Pencegahan : Makanan harus bersih, cuci tangan sebelum makan, makan pisang karena
tinggi kalium, pemberian makanan berserat (endah)
23. Status gizi : TB, BB, penampilan fisik (lathifani)
Penyakit yang menyertai (gilang)
Riwayat kesehatan (endah)
Riwayat kesehatan keluarga (lathifani)
Keluhan (citra)
24. Defisit volume cairan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya asupan asupan protein d.d BB dan TB
turun
Gangguan tumbuh kembang b.d kurangnya interaksi social
Intoleransi aktivitas b.d kurangnya protein dalam otot
Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan
Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik d.d perut buncit dan kaki bengkak
Defisit knowledge gizi yang baik, penyakit dan penanganan b.d status kognitif tentang
penyakit
Diagnosa Intervensi
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d kurangnya asupan
asupan protein d.d BB dan TB
turun
Pemberian makanan TKTP
Sedikit tetapi sering
Makanan kesukaan pasien
Monitoring BB klien
Makanan mudah dicerna
Multivitamin
Kolaborasi dengan dokter
Kolaborasi dengan ahli gizi
Beri makanan berserat
6. Untuk mengetahui status elektrolit (ridha dan tiara D)
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE (Ed). 2010. Nelson Esensi Pediatri Edisi 4. Jakarta: EGC. P 80 – 84
Broker, Chris (Ed). 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC. P 358
Carpenito,Lynda Juall.2009.Diagnosis Keperawatan “Aplikasi pada Praktik Klinis”.
EGC:Jakarta.
Febry, Ayu B & Marendra, Z. 2008. Buku Pintar Balita. Jakarta: Wahyu Medika. P 13
Hatfield, Nancy T. 1998. Broadribb’s Introductory Pediatcric Nursing 7th Edition. China:
Lippincott-Raven. Elsevier.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika. P 100
Kurt J (Ed). 1999. Harrison Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. P 491
Mutaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi. Jakarta: Salemba Medika
Nelson. 1994. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Osborn, Cherryl and Annita B. Watson. 2010. Medical Surgical Nursing: Preparation For
Practice.
Slide Materi Ibu Ikeu
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier.
Jakarta: Salemba Medika P 329 – 338
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2059092-10-langkah-utama-tatalaksana-
kep/#ixzz2xM3Zf6IB