Download - Makalah tokoh sosiologi
Oleh :
Nama : Bagus Ridhani
Kelas : X1
SMAN 1 BARABAI
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehinnga dapat menyelesaikan tugas makalah sosiologi yang
berjudul “Tokoh-Tokoh Sosiologi” ini.
Saya menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, serta masih banyak kekurangan. Saya mohon kritik dan saran
dari teman-teman semua agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Guru mata pelajaran
Sosiologi atas bimbingannya, dan juga kepada teman-teman yang terlibat
didalamnya, sehingga makalah ini bisa tersusun.
Akhirnya, Saya berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi saya
sendiri ataupun semua pihak yang memerlukan.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR………………………………………………………...….. i
DAFTAR ISI…………..……………………………………………………...…. ii
i
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah..………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN………………..…………………………………….. 2
2.1 Karl Max ................................................................................. 2
2.1.1 Teori Karl Max............................................................... 3
2.1.2 Analisa Karl Max Tentang Kapitalisme............................ 4
2.2 Ferdinan Tonnies ................................................................... 8
2.2.1 Teori Ferdinan Tonnies ……….....................................
9
2.3. Talcot Parsons ...................................................................... 13
2.3.1 Teori Talcot Parsons……………………………………… 16
BAB III PENUTUP………………………………………………………….. 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang telah melalui proses
perkembangan pemikiran filosofi dan empirical-histories. Fenomena sosial
yang terjadi di Eropa Barat antara abad ke-15 hingga abad ke-18
merupakan latar belakang yang sangat mempengaruhi perkembangan
sosiologi. Sosiologi dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki
banyak pengertian dikarenakan sangat banyak masalah sosiologi yang
ada di masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang terus berkembang.
Suatu pandangan dan pemahaman yang digagas oleh pakar sosiologi
pada jaman tertentu, akan mendapat kritikan dan pembaharuan oleh
pakar sosiologi pada jaman berikutnya, tergantung dari situasi sosial dan
politk pada jamannya, dengan menjadikan pandangan yang dahulu
sebagai titik tolak untuk mendapatkan gagasan baru.
1.2 Rumusan Masalah
a. siapa sajakah tokoh tokoh yang berperan dalam teori teori
sosiologi ?
b. bagaimana mereka bisa mencetuskan teori tersebut ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk lebih mengetahui biografi para ahli sosiologi
b. Untuk Memahami apa yang di fikirkan para ahli tersebut
c. Untuk Mengetahui tentang makna teori teori tersebut
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karl Max
Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan
dengan Prancis di tahun 1818. lahir setelah perang Napoleon, dan
setahun setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The Principles of
Political Economy”. Dia merupakan pendiri Idiologi komunis yang
sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya
sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang
revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang
Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah
menyelesaikan gelar Ph. D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin,
dan Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx
merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran
dari David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx
tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan
oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat juka,”sejarah berproses
melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis,
tesis. Namun segea akan berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis.
Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini akan terus berulang,
sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang
berproses menjdai lebih baik.”
Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-
1895) menuliskan sebuah buku “Das Kapital”, yang isinya kurang lebih
tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang
kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan
daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang
berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis
(seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lai yang
diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam
bukunya tersebut antara lan :
2
1. pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi
tujuan-tujuan publik.
2. pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.
3. pengapusan seluruh hak-hak warisan.
4. penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau
pemberontak.
5. sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal
negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.
6. sentralisasi alat-alat komunikasi, dan transportasi di tangan negara.
7. perluasan pabrik dan alat-alat produksi yang dimilki oleh negara,
menggarap tanah yang tanah, dan meningkatkan guna tanah yang sesuai
dengan perencanaan umum.
Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan (alienasi)
manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya
tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan
sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil
keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan
kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia
menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendepat bahwa dalam
ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi,
dan pengaruh kebradaan pasar pada manusia. Sehingga sangat penting
untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi, ketamakan,
pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan
kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-
lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah tidak
memepertimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan
produksi.
2.1.1 Teori Karl Marx
Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :
masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.
3
Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialise.
Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitlisme.
Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.
Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua
kelas, yaitu:
1. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.2. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang
kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam
masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi produksi. Dimana
nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang berakibat perubahan
kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem feodal menjadi
penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya satu-satunya
biaya sosial untuk memproduksi barang adalah buruh.
2.1.2 Analisa Karl Marx Tentang Kapitalisme
Karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis
memunculkan akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai
pertentangan pada kapitalisme menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu.
Kritik karl marx ini tertuang pada hukum Karl Marx tentang kapitalisme,
yang berisi tentang :
1. Surplus pengangguran
Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx
berpendapat bahwa selalu terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja yang
erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga menjadi surplus value
dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx melihat ada 2 faktor
penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct
Recruitment yang terjadi akibat penggantian tenaga kerja manusia oleh
4
mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect Recruitment yang terjadi akibat
adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja.
2. Penurunan tingkat keuntungan
Dalam model Karl Marx dirumuskan bahwa tingkat keuntungan (P)
mempunyai hubungan positif dengan tingkat surplus Value (S’) dan
mempunyai hubungan negative dengan organic komposition of capita
(Q).P=S’(1-Q)
Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk tidak berubah.
Setiap kenaikan dalam organic composition of capital akan menghasilkan
penurunan pada tingkat keuntungan, melalui mekanisme sebagai berikut.
Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk
menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada
lebih banya fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga
kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat
pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai
akibat dari naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para
kapitalis akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan
mesin dengan menambah organic composition of capital. Jika tingkat
surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada
organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada
level yang lebih rendah.
3. Krisis Bisnis
Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa
adanya perubahan orientasi atau tujuan dari proses produksi dari tujuan
nilai guna pada zaman ekonomi barter berubah menjadi tujuan nilai tukar
dan keuntungan saat dibawah kapitalisme, menyebabkan terjadinya
fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi barter, produse hanya menghasilkan
barang untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan komoditi yang lain,
sehingga pada saat ekonomi barter ini tidak pernah terjadi over produksi.
Sedangkan ketika tujuan produksi berubah menjadi nilai tukar dan
5
keuntungan maka terjadinya over produksi pada suatu perekonomian
akan mungkin terjadi. Over produksi itu sendiri akan berdampak pada
menurunnya tingkat keuntungan.
Perubahan tingkat keuntungan tersebut akan berdampak pada
pengeluaran untuk infestasi. Volatility dari pengeluaran infestasi inilah
yang menurut pendapat Karl Mark merupakan penyebab umum dari
fluktuasi pada keseluruhan aktifitas ekonomi. menghasilkan siklus bisnis,
hal ini Karl Marx bercermin pada pertumbuhan dramatic pada industry
tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai berikut. Adanya ledakan
pada teknologi akan menyebabkan peningkatan akumulasi dari modal dan
permintaan pada tenaga kerja. Jumlah pengangguran akan berkurang,
tingkat upah akan naik, surplus value akan berkurang, dan tingkat surplus
value akan berkurangdan akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan.
Penurunan tingkat keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi
modal dan akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx
depresi ini mempunyai elemen yang akhirnya, cepat atau lambat akan
menyebabkan ekspansi yang baru pada kegiatan ekonomi.
Teori klasikmelihat bahwaadanya pasar di harapkan dapat
memecahkan masalah alokasi sumber daya yang ada, hal ini akan
menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam jangka panjang.
4. Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis
Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas
bergantung pada kapitalis itu sendiri yang berupaya untuk mengubah
jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi profit dalam kaitannya
dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai hukumnya itu untuk menjelaskan
fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh
profit yang besar, aliran kapitalis menambah komposisi modal an ternyata
hal itu justru menurunkan profit.
Kaum kapitalis secara periodic akan berusaha menanggulangi
jatuhnya nilai profit dengan mengurangi infestasi secara berlebih yang
dapat menyebabkan aktifitas ekonomi mengalami fluktuasi yang nantinya
bias menyebabkan krisis.
6
Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi
dalam aktifitas bisnis, yaitu: jatuhnya nilai profit, factor teknologi baru yang
tidak sama, dan tidak proporsionalnya pengembangan dalam suatu sector
ekonomi yang nantinya dapat menyebabkan penurunan dalam level
kegiatan ekonomi.
Fluktuasi menurutnya terjadi dalam suatu system karena pada
dasarnya kebanyakan dari aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari
jumlah profit sebanyak mungkin.
Adapun teori karl marx tentang krisis bisnis mungkin banyak terdapat
kekurangan secara internal, tidak diragukan lagi bahwa pandangannya
tentang kapitalis secara mendasar belum stabil. Meskipun begitu, visi dari
karl marx tentang teori kapitalis ini secara lebih lanjut tidak mendapat
smabutan oleh teori orthodox sapai tahun 1930.
5. Konsentrasi modal
Meskipun model karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar
persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-
perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun karena ketatnya
persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri kecil
sehingga akan mengurangi persaingan.
Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan
peusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi
pada modal. Karl Marx menujukan bahwa perusahaan yang besar lebih
bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang perusahaan yang
kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar itu dapat
memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara
perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan
monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan
sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.
7
6. Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar
kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya
tingkat kesengsaraan pada kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan
secara absolut menunjukkan pendapatan dari masyarakat secara global
menurun dalam sistem kapitalis dan juga menunjukan bahwa bagian
pendapatan nasional mereka menjadi turun di kemudian hari.
Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal
yang harus dilakukan untuk menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan
lebih memperhatikan pada kualitas hidup mereka.
2.2 Ferdinan Tonnies
Ferdinand Tonnies lahir tahun 1855 di Schleswig, Holstein, Jerman
Timur. Kuliahnya di universitas Tubingen di Husum, dan tahun 1877
menerima gelar doctor sastra klasik. Kemudian ia tertarik mempelajari
filsafat, sejarah, psikologi, ekonomi, dan sosiologi. Tahun 1881 memulai
karirnya sebagai dosen di Universitas Kiel.
Bersama dengan Max Weber, George Simmel, Werner Sombart, ia
mendirikan German Sosiologycal Assocoation di tahun 1909. Ia hidup
dijaman Nazi dan menentangnya. Semasa hidupnya telah menghasilkan
karya, terutama bidang Sosiologi dan Filossofi. Ia meninggal dunia pada 9
April 1936. Karyanya, antara lain, sebagai berikut; gemeinschaft und
gesellschaft (1887), custom (1909), sociological studies and criticism (3
jilid, 1952), introduction to sociology (1937) dan lain-lain.
Ferdinand Tonnies dalam karya gemeinschaft und gesellschaft
(1887), mengenalkan teori bentuk kehidupan social di masyarakat, yaitu;
gemeinschaft (community, paguyuban, komunitas) dan geselschaft
(society, patembayan, masyarakat). Sebagai sosiolog, FerdinandTonnies
termasuk mazhab organis dan evolusioner, bersama Herbert Spencer,
W.G. Summer, Emile Durkheim.
8
2.2.1 Teori Ferdinan Tonnies
Dua masyarakat menurut Ferdinand Tonnies:
1. Masyarakat yang bertipe zweekwille
Yaitu masyarakat yang didasarkan pada kemauanrasional yang
hendak mencapai suatu tujuan. apabila orang hendak mencapai suatu
tujuan tertentu dan mengambil tindakan rasional kearah itu. Suatu no
nonsense mentality menuntun orang dalam merencanakan langkah-
langkahtepatuntukmencapaitujuanitu. (dikutip dari buku sosiologi klasik
dan modern jilid I karangan Johnson, Doyle Paul) menonjol di kalangan
pedagang, ilmuwan dan pejabat- pejabat.
2. Masyarakat triebwille
Yaitu masyarakat yang didasarkan pada dorongan batin berupa
perasaan. Mengikuti sejumlah langkah atau tindakan, yang tidak berasal
dari perhitungan akal- budi melulu, melainkan dari watak, hati, atau jiwa
yang bersangkutan. Triebwille bersumber pada selera, perasaan,
kecenderungan psikis, tradisi atau keyakinan orang. . (dikutip dari buku
sosiologi klasik dan modern jilid I karangan Johnson, Doyle Paul) paling
menonjol di kalangan kaum petani, orang seniman, rakyat sederhana,
khususnya wanita dan generasi muda.
Maka Ferdinand Tonnies mengeluarkanteori:
1. Gemeinschaft (paguyuban)
Merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota- anggotanya
diikat dalam hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah dan bersifat
kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan persatuan batin yang juga
bersifat nyata dan organis sebagaimana dapat diumpamakan peralatan
hidup tubuh manusia atau hewan. Sedangkan menurut Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi gemeinschaft adalah bentuk hidup bersama
yang lebih bersesuaian dengan triebwille. Kebersamaan dan kerjasama
tidak dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan di luar, melainkan
9
dihayati sebagai tujuan dalam dirinya.(dikutip dari buku soiologi suatu
pengatar. karangan Soekanto, Soerjono) Orangnya merasa dekat satu
sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Suasanalah yang
dianggap penting daripada tujuan. Spontanitas diutamakan diatas undang-
undang atau keteraturan. Toennies menyebut sebagai contoh keluarga,
lingkungan tetangga, sahabat- sahabat, serikat pertukangan dalam abad
pertengahan, gereja, desa, dan lain sebagainya. Para anggota
diperstukan dan disemangati dalam perilaku sosial mereka oleh ikatan
persaudaraan, simpati dan perasaan lainnya sehingga mereka terlibat
secara psikis dalam suka duka hidup bersama. Dengan kata lain bahwa
mereka sehati dan sejiwa. Menurut Ferdinand Toennies prototipe semua
persekutuan hidup yang dinamakan gemeinschaft itu keluarga. Ketiga
soko guru yang menyokong gemeinschaft adalah:
a. Gemeinschaft by blood (ikatan darah)
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau
keturunan. Contoh: kekerabatan, masyarakatmasyarakatsuatu daerah
yang terdapat di daerah lain. Seperti ikatan mahasiswa Jambi di
Yogyakarta.
b. Gemeinschaft of place (ikatan tempat)
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang
saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapat saling tolong
menolong. Contoh: RT dan RW.
c. Gemeinschaft of mind (ikatan pernikahan)
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran
yang sama.
2. Gesellschaft (patembayan)
Merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir
yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.
Gesellschaft bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, serta
strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan pada
10
sebuah mesin. Sedangkan menerut Selo Soemardjan dan Soeliman
Soemardi gesellscaft merupakan tipe asosiasi dimana relasi- relasi
kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor- faktor
lahiriah seperti persetujuan, peraturan, undang- undang dan sebagainya.
( dikutipdaribukusoiologisuatupengatar. karangan Soekanto,
Soerjono) Menurut Toennies teori gesellschaft berhubungan dengan
penjumlahan atau kumpulan orang yang dibentuk atau secara buatan.
Apabila dilihat secara sepintas kumpulan itu mirip dengan
gemeinschaft yaitu sejauh para individual hidup bersama dan tinggal
bersama secara damai tetapi dalam gemeinschaft mereka pada dasarnya
terus bersatu sekalipun ada faktor- faktor yang memisahkan, sedang
dalam gesellschaft pada dasarnya mereka tetap terpisah satu dari yang
lain, sekalipun ada faktor- faktor yang mempersatukan. Toennies
memakai istilah “hidup yang organis dan nyata (real)” untuk relasi- relasi
yang berlaku didalam gemeinschaft dan istilah “ struktur yang khayal dan
mekanis” untuk relasi- relasi yang berlaku di dalam gesellschaft. Namun
Toennies tidak pernah mengatakan bahwa tipe masyarakat gemeinschaft
adalah (sama dengan ) organisme, dan tipe masyarakat gesellschaft
adalah (sama dengan mekanisme). Sebaliknya ia menolak banyak ralisme
maupun nominalisme, yang kedua- duanya sejak aristoteles selalu di
bandingkan oleh filsuf- filsuf dan telah menghasilakan dua gambaran
masyarkat yang ekstrem. Ia hanya bertujuan untuk melukiskan atas cara
abstrak dan dengan memakai konsep- konsep dua bentuk atau tipe
kehidupan bersama yang berbeda- beda dan merupakan dua
kemungkinan abstrak.
Sebagaimana telah dikatakan oleh Cooley, bahwa konsep- konsep
egoisme dan altruisme, pilihan bebas dan kewajiban sosial, hanya saling
menolak dibidang konseptual saja, sedang dalam kenyataannya mereka
tetap terjalin menjadi satu hidup, demikian juga halnya dengan konsep-
kosep gemeinschaft dan gesellschaft. Dalam kenyataan praktis mereka
tidak saling menolak, sebab tidak mungkin ada gemeinschaft tanpa ciri- cir
gesellschaft dan tidak ada gesellschaft tanpa ciri- ciri gemeinschaft.
11
Misalnya, keluarga tradisional dan masyarakat desa,yang merupakan
contoh- contoh gemeinschaft tidak akan dapat bertahan terus, seandainya
tidak ada peraturan, undang- undang, sistem kepemimpinan dan sistem
peradilan. Sekalipun orangnya didorong oleh idealisme dan kemauan baik
dan menggabungkan diri kedalam suatu gemeinschaft, mereka tetap
membutuhkan beberapa kepastian yang menyangkut rejeki dan
kebutuhan lain.di pihak lain, walaupun suatu perusahaan atau administrasi
negara diatur dan diselenggarkan secara birokratis dan rasional menurut
gambaran gesellschaft, unsur- unsur manusia yang nonrasional akan
tetap ikut memainkan peran dan mempengaruhi interaksi orang yang
bersangkutan. Seandainya tidak, mereka menjadi kumpulan robot- robot
yang tidak berjiwa. Sama sebagaimana zweekwille dan triebwille selalu
terjalin.
Toennies menegaskan, bahwa setiap relasi selalu mengungkapkan
ketunggalan dalam kebhinekaan, dan kebhinekan dalam ketunggalannya.
Hanya kalau kita membuat suatu deskripsi yang umum dan abstrak, kita
mempertentangkan unsur yang satu terhadap unsur yang lainnya.
Misalnya, kita berkata bahwa seorang seniman menharapkan
penghargaan, sedang seorang pedagang mengharapkan keuntungan. Ini
suatu pertentangan abstrak dan generalisasi. Sebab dalam kenyataan
hidup kedua hal tampak dalam keadaan tercampur. Seniman juga harus
mencari uang dan si pedagang sebagai manusia juga menginginkan
penghargaan. Begitu pula dengan kedua tipe masyarakat, mereka selalu
berbentuk campuran. Pola interaksi yang berlaku dalam gemeinschaft dan
pola yang berlaku dalam gesellschaft tidak salig menolak atau
bertentangan satu sama lain. Tiap-tiap relasi mengandung dua aspek,
selalu ada dua hal yang kait mengkait dan tidak mungkin dipisahkan.
Namun demikian, dalam tipe gemeinschaft unsur hukum, peraturan, dan
disiplin kurang diperhatikan dan sama menonjol seperti dalam
gesellschaft, sedang unsur perasaan dan solidaritas, yang berasal dari
penghargaan (triebwille) tidak begitu menonjol dalam gesellschaft.
12
Paradigm atau alasan Ferdinand Tonnies mengeluarkan teori tersebut
adalah:
a. paradigma fakta sosial
b. paradigma fenomena sosial
c. paradigma tingkah laku atau perilaku sosial
3. Evolusi Tanpa Kemajuan
Evolusi tanpa kemajuan yang diungkapkan oleh Ferdinan Tonnies
sebagai bentuk perubahan pola pikir. Seseorang mengharapakan suatu
keadaan yang pada dasarnya bertolak belakang dengan kenyataan.Hal ini
berkaitan dengan kerinduan atau nostalgia masyarakat gesellschaft pada
pola hubungnan sosial layaknya masyarakat gemeinschaft.
2.3 Talcott Parsons
Parson lahir tahun 1902 di Colorado Spring, Colorado. Ia berasal dari
latar belakang religius dan intelektual. Ayahnya seorang Pendeta, profesor
dan akhirnya menjadi rektor sebuah perguruan tinggi kecil. Parsons
mendapat gelar sarjana muda dari Universitas Amherst tahun 1924 dan
menyiapkan disertasinya di London School of Economics. Di tahun
berikutnya ia pindah ke Heidelberg, Jerman. Max Weber lama berkarir di
Heildelberg dan meski ia telah meninggal 5 tahun sebelum kedatangan
Parsons, pengaruh Weber tetap bertahan dan jandanya terus
menyelengarakan diskusi ilmiah di rumah dan Parsons menghadirinya.
Parson sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan sangat dipengaruhi oleh
karya Weber dan akhirnya menulis disertainya di Heidelberg, yang
sebagian menjelaskan karya Weber.
Parsons mengajar di Harvard pada 1927 dan meski berganti jurusan
beberapa kali, ia tetap di Harvard hingga akhir hayatnya tahun 1979.
Kemajuan kariernya tak begitu cepat. Ia tak mendapatkan jabatan
profesor hingga tahun 1939. dua tahun sebelumnya ia menerbitkan The
Structure Social Action, sebuah buku yang tak hanya memperkenalkan
13
pemikiran sosiolog utama seperti Weber kepada sejumlah besar sosiolog,
tetapi juga meletakkan landasan bagi teori yang dikembangkan Parsons
sendiri.
Sesudah itu karier akademis Parsons maju pesat. Dia menjadi ketua
jurusan sosiologi di Harvard pada 1944 dan dua tahun kemudian
mendirikan Departemen Hubungan Sosial yang tak hanya memasukkan
sosiolog, tetapi juga berbagai sarjana ilmu sosial lainnya. Tahun 1949, ia
terpilih menjadi Presiden The American Sociological Association. Tahun
1950-an dan menjelang tahun 1960-an, dengan diterbitkan buku seperti
The Social System (1951) Parsons menjadi tokoh dominan dalam
sosiologi Amerika.
Tetapi, di akhir 1960-an Parsons mendapat serangan dari sayap
radikal sosiologi Amerika yang baru muncul. Parsons dinilai
berpandangan politik konservatif dan teorinya dianggap sangat konservatif
dan tak lebih dari dianggap sangat konservatif dan hak lebih dari sebuah
skema kategorisasi yang rumit. Tetapi tahun 1980-an timbul kembali
perhatian terhadap teori Parsons, tak hanya di Amerika Serikat, tetapi di
seluruh dunia (Alexander , 1982:83; Buxton, 1985; camic, 1990; Holton
dan Tumer, 1986; Sciulli dan Gerstein, 1985). Horton dan Tumer mungkin
terlalu berlebihan ketika mengatakan bahwa “karya Parsons
mencerminkan sumbangan yang lebih berpengaruh terhadap teori
sosiologi ketimbang Marx, Weber, Durkheim, atau pengikut mereka masa
kini sekalipun” (1986:13). Pemikiran Parsons tak hanya memengaruhi
pemikir konservatif, tetapi juga teoritisi neo-Marxian, terutama Jurgen
Habermas.
Setelah kematian Parsons, sejumlah berkas mahasiswanya,
semuanya sosiolog sangat terkenal, merenungkan arti penting teorinya
maupun pencipta teori itu sendiri. Dalam renungan mereka, pada sosiolog
ini mengemukakan pengertian menarik tentang Parsons dan karyanya.
Beberapa pandangan selintas mengenai Parsons yang direproduksi di sini
bukan dimaksudkan untuk membuat gambaran yang masuk akal, tetapi
14
dimaksudkan untuk mengemukakan pandangan selintas yang provokatif
mengenai Parsons dan karya-karyanya.
Robert Merton adalah salah seorang mahasiswanya ketika Parsons
baru saja mulai mengajar di Harvard. Merton yang menjadi teoritisi
terkenal karena teori ciptaannya sendiri, menjelaskan bahwa mahasiswa
pascasarjana yang datang ke Harvard di tahun-tahun itu bukan hendak
belajar dengan Parsons, tetapi dengan Sorokin, anggota senior jurusan
sosiologi yang telah menjadi musuh utama parsons (Zafirovski, 2001) :
Generasi mahasiswa pascasarjana yang paling awal datang ke
Harvard, dan tak seorangpun yang ingin belajar dengan Parsons. Mereka
tak mungkin berbuat demikian selain karena alasan paling sederhana;
pada 1931 ia belum dikenal publik apalagi sebagai seorang sosiolog.
Meski kami mahasiswa belajar dengan Sorokin yang masyhur, sebagian
diantara kami diharuskan bekerja dengan Parsons yang tak terkenal itu.
(Merton, 1980-69).
Celaan Merton tentang kuliah pertama Parsons dalam teori, juga menarik,
terutama karena materi yang disajikan adalah basis untuk salah satu buku
teori paling berpengaruh dalam sejarah sosiologi :
Lama sebelum Parsons menjadi salah seorang tokoh tua terkenal di
dunia sosiologi, bagi kami mahasiswa angkatan paling awal, dia hanyalah
seorang pemuda yang sudah tua. Kemasyhurannya berasal dari kuliah
pertamanya dalam teori yang kemudian menjadi inti karya besarnya, The
Structure of Social Action, yang tidak terbit hingga lima tahun setelah
publikasi lisannya di kelas (Merton, 1980:69-70).Meski tak semua orang
sependapat dengan penilaian positif Merton tentang Parsons, mereka
akan mengakui penilaian berikut :Kematian Parsons menandai
berakhirnya suatu era dalam sosiologi. Ketika (suatu era baru) dimulai, era
itu benar-benar akan dibentengi oleh tradisi besar pemikiran sosiologi
yang ia tinggalkan untuk kita (Merton, 1980:71).
15
2.3.1 Teori Talcott Parsons
Talcot parson mempunyai teori yang mengemukakan tentang social
cybernatic yang awalnya di kemukakan oleh Durkheim. Menurut talcot
parson, masyarakat bukan persamaan tetapi dapat dikatakan sebagai
masyarakat jika mereka dapat mengintegrasikan suatu perbedaan-
perbedaan. Didalam integrasi itu terdapat suatu proses-proses dalam
perbedaan. Masyarakat ada jika sudah terbentuk suatu sistem. Manusia
menciptakan suatu hubungan yang bertujuan menciptakan hal-hal yang
terdapat didalam benak kita yang biasa dikatakan dengan super ego.
Tallcot parson mengadakan suatu penelitian yaitu tentang perkembangan
masyarakat Eropa. Dalam hal adanya kekuasaan terhadap gereja.
Didalam kekuasaan gereja kelompok yang satu menghancurkan yang lain.
Kekuasaan gereja itu muncul satu mekanisme yang terdapat dalam
hukum dan hukum tersebut telah diterapkan dalam negara tersebut.
Tallcot parson juga berbicara tentang kondisi prasyarat yang artinya
menggambarkan masyarakat melalui proses-proses. Kondisi prasyarat
merupakan gambaran yang berjaring-jaring yang biasa disebut dengan
Cyber. Parson sebagai sistem sosial. Esensi sistem sosial menurut Tallcot
Parson disebut dengan Cybernatic. Menurut Tallcot Parson, walaupun kita
mempunyai sebuah konflik tetapi tetap mempunyai tujuan yang jelas.
Menurut pendapat dari Tallcot Parson, masyarakat itu saling
keterkaitan dalam menjalankan suatu hubungan atau interaksi, sehingga
kondisi satu merupakan prasyarat dalam kehidupan. Esensi masyarakat
itu berawal dari yang kecil menuju yang lebih besar kemudian menjadi
prasyarat. Terdapat proses-proses yang ditandai dalam 4 fungsi, yaitu
sumber ekonomi atau fungsi adaptasi, yang mendorong fungsi adaptasi
adalah menyesuaikan dengan kemampuan. Fungsi adaptasi ini dijalankan
oleh sistem ekonomi. Jika individu mau berkorban maka suatu integrasi
membutuhkan sumber daya. Yang kedua adalah pencapaian tujuan.
Didalam pencapaian tujuan terdapat beberapa suatu tujuan yang harus
dijalankan misalnya menentukan tujuan bersama dari suatu kelompok.
16
Mencari persamaan visi dan misi didalam suatu kelompok. Misalnya saja
negara yang mempunyai fungsi politik. Yang ketiga adalah integrasi.
Integrasi sebagai hukum yang terdiri dari suatu teks yang tertulis dan
terdapat bukti, kemudian setelah disepakati akan muncul suatu aturan-
aturan yang berlaku. Yang terakhir adalah pemeliharaan pola-pola yang
sudah ada. Didalam pemeliharaan pola-pola ini terdapat fungsi-fungsi
yang harus dijalankan. Misalnya dalam sistem budaya yaitu sistem cara
hidup bersama dengan pendidikan yang sudah ada.
Talcott Parson mengatakan seperti halnya teoretisi neoevolusi
lainnya, menunjukkan adanya perkembangan masyarakat tradisional.
Menurut Parsons, masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan
utama yaitu primitif, intermediate, dan modern. Dari tiga tahapan ini, oleh
Parsons dikembangkan lagi ke dalam sub klasifikasi evolusi sosial
sehingga menjadi lima tingkatan yaitu primitif, advanced primitif and
arcchaic, historic intermediate, seedbed societies, dan modern societies.
Parsons meyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan dengan
perkembangan keempat unsur subsistem utama yaitu kultural
(pendidikan), kehakiman (integrasi), pemerintahan (pencapain tujuan),
dan ekonomi (adaptasi). Tolak ukur yang digunakan Parsons untuk
mendeteksi dan sekaligus membedakan tingkatan perubahan masyarakat
(5 tingkatan) adalah artikulasi pengembangan fungsi integrasinya. Puncak
perkembangan terpenting terhadap fungsi integrasi ini adalah ditemukan
bahasa tulisan dan kunci terhadap sambungan proses evolusi sosial.
Penemuan simbol komunikasi bahasa menandai fase transisi dari
masyarakat primitif ke tingkat intermediate. Sedangkan penemuan hukum
formal menandai fase transisi dari intermediate ke masyarakat maju
(advanced).
Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan.
Seperti para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan
sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup.
Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi.
Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan
17
subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan
makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat
berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan
kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan
hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang
memandang optimis sebuah proses perubahan. Asumsi dasar dari Teori
Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu
kesatuan atas dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-
nilai tertentu yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga
masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara
fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian
masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu
sama lain berhubungan dan saling memiliki ketergantungan.
Teori Fungsionalisme Struktural mempunyai latar belakang kelahiran
dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme
biologis dengan struktur sosial dan berpandangan tentang adanya
keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat. Teori Fungsionalisme
Struktural Parsons mengungkapkan suatu keyakinan yang optimis
terhadap perubahan dan kelangsungan suatu sistem. Akan tetapi
optimisme Parson itu dipengaruhi oleh keberhasilan Amerika dalam
Perang Dunia II dan kembalinya masa kejayaan setelah depresi yang
parah itu. Parson memberikan jawaban atas masalah yang ada pada
fungsionalisme structural dengan menjelaskan beberapa asumsi yaitu
system mempunyai property keteraturan dan bagian-bagian yang saling
tergantung, system cenderung bergerak kea rah mempertahankan
keteraturan diri atau keseimbangan., system bergerak statis, artinya ia
akan bergerak pada proses perubahan yang teratur., sifat dasar bagian
suatu system akan mempengaruhi begian-bagian lainnya, system akam
memelihara batas-batas dengan lingkungannya, alokasi dan integrasi
merupakan ddua hal penting yang dibutuhkan untuk memelihara
keseimbangan system, system cenderung menuju kerah pemeliharaan
keseimbangan diri.
18
Teori fungsional ini menganut faham positivisme, yaitu suatu ajaran
yang menyatakan bahwa spesialisasi harus diganti dengan pengujian
pengalaman secara sistematis, sehingga dalam melakukan kajian
haruslah mengikuti aturan ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian,
fenomena tidak didekati secara kategoris, berdasarkan tujuan
membangun ilmu dan bukan untuk tujuan praktis. Analisis teori fungsional
bertujuan menemukan hukum-hukum universal (generalisasi) dan bukan
mencari keunikan-keunikan (partikularitas). Dengan demikian, teori
fungsional berhadapan dengan cakupan populasi yang amat luas,
sehingga tidak mungkin mengambilnya secara keseluruhan sebagai
sumber data. Sebagai jalan keluarnya, agar dapat mengkaji realitas
universal tersebut maka diperlukan representasi dengan cara melakukan
penarikan sejumlah sampel yang mewakili. Dengan kata lain, keterwakilan
(representatifitas) menjadi sangat penting.Walaupun fungsionalisme
struktural memiliki banyak pemuka yang tidak selalu harus merupakan
ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar berpendapat
bahwa sosiologi adalah merupakan suatu kajian tentang struktur-struktur
sosial sebagai suatu unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang
saling terkait.
Fungsi dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada
memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Ada
empat persyaratan mutlak yang harus ada supaya termasuk masyarakat
bisa berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah
singkatan dari Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency. Demi
keberlangsungan hidupnya, maka masyarakat harus menjalankan fungsi-
fungsi tersebut, yakni, Adaptasi (adaptation): supaya masyarakat bisa
bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan dengan dirinya, Pencapain tujuan (goal
attainment): sebuah sistem harus mampu menentukan tujuannya dan
berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu, Integrasi
(integration): masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-
komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal, dan Latency
19
atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiap masyarakat harus
mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui baik motivasi individu-
individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan mepertahankan
motivasi-motivasi itu.
Sistem Tindakan. Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara
bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian
itu pada umumya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain, bagian-
bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan
atau maksud tertentu, seperti halnya, Sistem organisme biologis (aspek
bilogis manusia sebagai satu sistem), dalam sistem tindakan berhubungan
dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan, Sistem kepribadian,
melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan
menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu,
Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol
komponen-komponen pembentuk masyarakat itu, dan Sistem kebudayaan
berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur
yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu. Skema Tindakan. Didalam
skema tindakan, terdapat empat komponen skema tindakan yang di
kemukakan oleh Talcott Parsons, yang pertama yaitu Pelaku atau actor,
dalam artian aktor atau pelaku ini dapat terdiri dari seorang individu atau
suatu koletifitas. Parsons melihat aktor ini sebagai termotivisir untuk
mencapai tujuan. Yang kedua yaitu Tujuan (goal) dalam artian tujuan yang
ingin dicapai biasanya selaras denga nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat. Yang ketiga yaitu Situasi dalam artian tindakan untuk
mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi. Hal-hal yang termasuk
dalam situasi ialah prasarana dan kondisi. Yang ke empat yaitu Standar-
standar normative dalam artian ini adalah skema tindakan yang paling
penting menurut Parsons. Guna mencapai tujuan, aktor harus memenuhi
sejumlah standar atau aturan yang berlaku. Perubahan Sosial. Konsep
perubahan sosial Parsons bersifat perlahan-lahan dan selalu dalam usaha
20
untuk menyesuaikan diri demi terciptanya kembali equilibrium. Dengan
kata lain, perubahan yang dimaksudkan oleh Parsons itu bersifat
evolusioner dan bukannya revolusioner.
Pendekatan fungsionalisme-struktural dapat dikaji melalui anggapan
-anggapan dasar yaitu, Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem
dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, Hubungan
saling mempengaruhi di antara bagian-bagian suatu sistem bersifat timbal
balik, Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapi dengan
sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung
bergerak kearah keseimbangan yang bersifat dinamis, Sistem sosial
senantiasa berproses ke arah integrasi sekalipun terjadi ketegangan,
disfungsi dan penyimpangan,Perubahan-perubahan dalam sistem sosial,
terjadi secara gradual (perlahan-lahan atau bertahap), melalui
penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner, Faktor paling
penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah
konsensus atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai
nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan mengani pengertian teori-teori menurut para ahli di
atas dapat di simpulkan bahwa pemikiran mereka mengenai teori-teori
tersebut sama namun dari tahun ke tahun pengertian yang sudah lama
lebih di kembangkan lagi menjadi pengertian yang lebih singkat namun
memiliki arti yang tidak berbeda jauh dengan pengertian sebelumnya.
Hal itu dikarenakan pemikiran orang modern lebih cepat dan melihat
dari permasalahan sosiologi jaman sekarang pun lebih beragam daripada
jaman dahulu, sehingga pemahaman yang lama harus di ubah sesuai
dengan waktu dimana para ahli tersebut tinggal.
Bukan berarti pemahaman yang sudah lalu ditinggalkan begitu saja,
pemahaman yang sudah lalu merupakan pedoman bagi para ahli jaman
sekarang untuk dijadikan bahan pemikiran untuk mengembangkan teori-
teori tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://moulidy.blogspot.co.id/2014/12/bab-i-pendahuluan-1.html
http://abu-abu-putih.blogspot.co.id/2012/07/karl-marx-dan-
pemikirannya.html
https://hobirsoleh.wordpress.com/tag/pemikiran-karl-marx-dan-teorinya/
http://triyono10-triyono10.blogspot.co.id/2012/01/teori-sosiologi-ferdinand-
tonnies.html
https://nurhidayati494.wordpress.com/2014/03/02/teori-talcott-parson/
23