•
•
•
MAN us 1A
RIMBABunga RampaiDongeng Sumatra Utara
PERPUSTAKAAH
PUSAT BAHASA
DEPAfrrElilEi^ P£HDItM?Wi MASiOHAL
00003464
Manusia Rimba:
Bonga rampai Dongeng Snmatta Utara
Diterbitkan pertama kali pada tahun 2003 olehBagian Proyek Pembinaan Buku SastraIndonesia dan Daerah JakartaPusat Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IVRawamangun Jakarta
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-undang
Isi buku ini, balk sebagian maupun seluruhnya,dilarang diperbanyak dalam bcntuk apa pimtanpa izin tertulis dari penerbit,kecuali dalam hal pengutipanuntuk keperluan penulisan artikel atau karangan ihniah
Penyelaras bahasa; Sri SayektiPenata rupa sampul; Gerdi W.K.
PERPUSTAKAAN PUIAT iAHAM
iV\A
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
TW. :J
Ho. Incuk :
Tgl,
^^\
899.222 02
UMR UMRY, Shafwan Hadi (Editor)b Manusia Rimba:: Bunga Rampai Dongeng
Sumatra Utara/Shafwan Hadi Umry.—Jakarta: Pusat Bahasa, 2003.
ISBN 979 685 350 7
1. KESUSASTRAAN SUMATRA UTARA
2. tXDNGENG
Jamaica
KATA PENGANTAR
KERALA PUSAT BAHASA
Salah satu upaya pencerdasan kehi-dupan bangsa adalah peningkatan
minat baca masyarakat Indonesia. Peningkatan minat baca harus ditunjangdengan penyediaan bacaan bermutuyang tinggi bagi masyarakat yang ting-kat keberaksaraan dan minat bacanyasudah tinggi. Untuk itu, periu diupaya-kan ketersediaan buku dan jenis bacaanlain yang cukup. Bagi masyarakat yangtingkat keberaksaraannya rendah perludiupayakan bacaan yang dapat menim-bulkan rangsangan peningkatan minatbacanya agar tidak tertinggal dari kema-juan kelompok masyarakat lainnya.Adapun bagi masyarakat yang belumrpampu membaca dan menulis perlu diupayakan penyediaan bacaan agar me-reka memiliki kemampuan dan wawas-an seperti halnya kelompok masyarakatlainnya yang telah mampu membacadan menulis.
Pada dasarnya setiap orang ber-kepentingan dengan perluasan wawas-
§4unatta ̂ Ctaui
IV
an dan pengetahuan, bukan saja karenafaktor internal (tingkat keberaksaraandan minat baca orang yang bersangkut-an), melainkan juga karena faktor eks-ternal yang dari waktu ke waktu makin
meningkat, balk mutu maupun jumlah.Interaksi antara faktor internal dan eks-
ternal itu dalam salah satu bentuknyamelahirkan keperluan terhadap bukuyang memenuhi kebutuhan masyarakatpembacanya.
Buku yang dapat mempertuas wa-wasan dan pengetahuan itu ttdak hanyatentang kehidupan masa kini, tetapi jugakehidupan masa lain. Sebubungan de-ngan itu, karya sastra lama yang me-muat informasi kehidupan masa laluperlu dihadirkan kembali dalam kehidupan masa kini karena banyak menyimpankehidupan masa lalu yang tidak kecilperanannya dalam menata kehidupanmasa kini.
Sehubungan dengan hai itu, pe-nerbitan buku Manusia Rimba: BungaRampai Dongeng Sumatra Utara ini perlu disambut dengan gembira karenaakan memperluas wawasan pembacanya yang sekaligus memperkaya khaza-nah kepustakaan Indonesia. Pada ke-sempatan ini kepada penyusun, yaitu
Sumotca '^toca
Sdr. Shafwan Hadi Umry dan Sdr. Suro-so, saya ucapkan terima kasih danpenghargaan yang tinggi. Demikian pulahalnya kepada Sdr. Teguh Dewabrata,Pemimpin Bagian Proyek PembinaanBuku Sastra Indonesia dan Daerah-
Jakarta, beserta staf saya sampaikanpenghargaan dan ucapan terima kasihatas segala upayanya dalam menyiap-kan naskah siap cetak untuk penerbitanbuku ini.
Mudah-mudahan buku ini memberi
manfaat bagi para pembacanya demimemperluas wawasan dan pengetahu-an masyarakat Indonesia tentang kehi-dupan masa lalu untuk menyongsongkehidupan ke depan yang lebih baik.
Dr. Dendy Sugono
$«ui^ §u«iMil4a ̂ CtoML
SEJUNTAI KATA
Kampung Aren, salah satu desa diKecamatan Bosar Maligas, Kabupa-
ten Simalungun, Sumatera Utara adalah
desa penghasil gula merah. Berton-tonhasil bumi dari desa ini dan sekitamya,yaitu berupa gula merah dibawa pendu-duknya untuk dijual di Pematang Slan-tar.
Gula merah tersebut diperolehpenduduk dari hasil menoreh tangkaibuah pohon aren sehingga mengeluar-kan air yang bernama air nira. Air niraitu manis rasanya. Tetes demi tetes niraditampung selama satu malam daiamsebuah bumbung bambu yang digan-tungkan di tangkai buah yang ditoreh.Keesokan harinya air nira diambil dan
dimasak sehingga mengental menjadigula merah.
Tumbuhan aren yang termasuk je-nis rum pun palem juga sangat banyakditemukan di Kampung Aren dan se
kitamya. Pohon aren tumbuh berumpun-rumpun seperti pohon bambu. Serabut
^umuU.i *?( tata
vu
batangnya bemama ijuk dan dapat digu-nakan sebagai atap rumah dan sebagaibahan sapu pembersih lantai rumah.
Buahnya yang telah dikupas berwarnaputih dan dapat diolah dan dapat dijadi-kan makanan yang bernama kolang-kaling. Biasanya makanan ini dihidang-kan pada waktu hari raya Idul Fitri.
Sehari-hari makanan ini dijadikan buahcampuran minuman es.
Menurut cerita yang terdapat didesa Aren, pohon-pohon aren ini adalah
penjelmaan tubuh Dewi Areni, sebagai
tanda terima kasihnya kepada pendu-duk kampung Aren sebagai santapanbagi anak yang ditinggalkannya di
dunia.
Beragam cerita rakyat tentangasal-usul pohon aren yang terdapat diseluruh penjuru tanah air. Namun, ceritadongeng yang satu ini mempunyai versitersendiri. Keabsahannya tentu tidak da
pat diterima oleh akal. Namun, sebagaiwarisan budaya yang bernilai seni ben-tuk ini harus dilestarikan.
Semoga naskah tulisan ini mem-bawa manfaat bagi kita semua.
Shafwan Hadi UmrySuroso
Suitultca
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
SEJUNTAI KATA vi
DAFTAR ISI viii
Cerita Pertama 1
I. Manusia Rimba 1
II. Dolok Maponggol 10
III. Bebum Rusa dan Kera 14
IV. Sijurang Mandopa MelawanSerigala 20
V. Kerbau Barumun 24
VI. Sidarapati Hijrah Ke Barumun 27
VII. Pulang Ke Negeri 30
VIII. Gunung Manobot danKerbau Barumun 33
''UXatA
IX
Cerita Kedua 39SRI DAYANG 39
Cerita KetigaKISAH NILAM BAYA 69
1. Pawang Satria Dari Sungai Nipah .... 69
2. Nilam Baya 75
3. Datuk Indra Jaya 78
4. Perkawlnan 81
5. Nilam Permata 84
6. Pinangan 86
7. Sahabat 89
8. Perhelatan 92
9. Kerinduan 94
10. Kepergian 96
Cerita Keem pat
LEGENDA PEROMPAK
LAUTMALAKA 1001. Sungai Sembilang 100
^4iA^a ^on^en^ ^ILXMa
2. Pertolongan Nelayan 105
3. Tamu Dari Luar 116
4. Bandar Malaka 128
5. Pulau Pandan 131
6. Rembulan di Atas Tanjung Tiram 140
Cerita Kelima
MAS MERAH (Cerita Rakyat Langkat)SRI MESING 144
1. Pangkalan Haru 145
2. Kuala Langkat 150
Cerita Keenam
ARENI (Cerita Rakyat Simalungun) 154
1. Dewi Areni di Kahyangan 154
2. Turun ke Bumi 158
3. Pertemuan 162
4. Permaisuri Kerajaan Simalungun 167
5. Fitnah 171
XI
6. Kembali ke Kahyangan 175
7. Tahta Baginda Arena 180
Tentang Penyusun 182
Btui^ dLompoi SitmaUtL ̂ CtauL
Cerita Pertama
I
MANUSIA RIMBAWeni Hawariyuni
Konon kabarnya di kawasan DolokSigopulon pernah hidup seorang manusiasakti dan perkasa. la hidup sendirian didalam hutan. Rumahnya di atas pohonraksasa dan sering mengembara ke ber-bagai daerah dalam rimba. Wilayah hi-dupnya di sekitar Arse, sepanjang daerahpegunungan sampai menyusur ke SungaiBilah Sungai Kanan dan Sungai Barumundaerah Tapanuli bagian selatan. la mem-punyai beberapa binatang piaraan, antaralain burung Sidarapati. Saat berburu Man-dopa, berkelahi dengan binatang buas dihutan.
Pada suatu hari Sijurang Mandopapergi berburu ke hutan yang rim bun danmenyeramkan. Bahkan, hutan itu sukarditembus sinar matahari. Ketiga sampai dilembah hutan di tepi sungai, SijurangMandopa teijebak ke dalam lubuk sungaitak jauh dari rawa-rawa saat memburulelaki perkasa itu. Meskipun telah men-
SumdlfA
dengar siulan Sidarapati, ia sulit mele-paskan diri dari jebakan buaya-buayabuas dan ganas itu. Berkat keperkasaandan ketangkasaannya ia berhasil menge-lakkan diri dari terkaman buaya liar. Na-mun, seekor di antaranya menerkam le-ngan Sijurang Mandopa. Dengan ketang-kasannya yang mengagumkam, SijurangMandopa berhasil memegang kedua mu-lut lancip yang berduri tegar itu. Bahkan,ia membuka mulut buaya itu lalu mengo-yaknya seperti mengoyak daun Jendelaberdaun dua. Dalam tempo tiga jam limaekor buaya telah terkapar ditaklukkan Sijurang Mandopa. Sidarapati bersiul gem-bira lalu hinggap di bahu Sijurang Mandopa seakan-akan menyambut keme-nangan tuannya yang gagah perkasa.
Tak berapa lama kemudian, lelakiitu naik ke atas tebing. la beijalan dengantertatih-tatih akibat kelelahan setelah ber-
tarung dengan buaya. Sambil menahansakit ia member! isyarat kepada Sidarapati untuk mencari obat penyembuhluka-luka di sekujur tubuhnya. Di bawahpohon rambung tua ia duduk dan mere-bahkan diri sambil menantikan Sidarapati.Tidak lama kemudian Sidarapati datangmembawa teman-temannya sambil mem-bawa bulung suhat untuk penyembuh tu-
dtompai ̂ on^en^ ^Cta«a
buh Sijurang Mandopa. Beberapa daunkeladi (bulung suhat) yang dikoyak Sida-rapati dengan paruhnya lalu diambil Sijurang Mandopa membaiut tubuh dan ie-ngannya. Berkat daya tubuh yang iuarbiasa tubuh Sijurang Mandopa sehatkembali lalu pulang ke lereng Doiok Sigo-pulon.
Sejak kedatangan Sijurang Mandopa, suasana lingkungannya menjadi ra-mai karena siulan burung yang salingbercengkerama.
Sijurang Mandopa mulai bekeijamengumpulkan akar pohon dan rotan disebuah hutan. Hutan itu juga cocok untukmemasang jerat kawanan rusa. Biasanyakalau sudah memasuki hutan SijurangMandopa tak lupa memasang lukah disepanjang Sungai Arse. Lukahnya jarangkosong karena ikan segar dan berkilat di-timpa matahari berkumpul dalam lukahnya. Ikan-ikan yang besar lalu dipang-gang dan sebagian disimpan dalam sum-pit yang tersandang dibahunya. BurungSidarapati bersiul girang menyertai keper-gian pagi itu dan turut menikmati sisa-sisamakanan tuannya.
Sijurang Mandopa mempunyai sebi-lah parang yang sangat tajam dan sebilahpisau masing-masing tersisipdi pinggang-
dtompai
nya. Terkadang pisau itu dilekatkan di
antara kedua bibirnya bila ia berayun un-tuk mempercepat peijalanannya.
Sambil betjalan Sijurang Mandopamemandang sebuah padang yang agaklapang. Awan putih berlapis langit birumenandakan cuaca sungguh baik untukmelakukan peijalanan. Sijurang Mandopalaiu memberi isyarat kepada burungnyaagar menuju ke arah timur. Sidarapati sa-ngat setia dan tak henti-hentinya bernya-nyl. Burung Sidarapati itu mempunyai ke-istimewaan bemyanyi dan mampu me-nyampaikan i^arat-isyarat berkat penga-jaran yang diberikan oleh Sijurang Mandopa. Sidarapati pada mulanya ditemu-kan Sijurang Mandopa ketika masih keciltersangkut di ranting belukar. Rupanyainduk sang burung telah hilang dan ke-mungkinan b^r dimakan ser^la. Olehkarena Sijurang "Mand^^ inenemukanbult34)ulu burung yang -penuh bercak-bercak darah di sekitar tempat itu. Burungitu lalu ii^itfa SijiasRig f^^andopa ke ru-matuiya. Mhirnya, ̂idars^ti diasuh dandffiENt^ oleh manusia sakti itu. Rasa sa-
yang Sijurang Mandopa bertambah dalamkarena burung itu tidak ingin pergi jauhdari kediamannya. Bila menjelang pagi,
^R.a«itpai SumoUa ̂CtauL
Sidarapati selalu membangunkan tuan-nya.
Pernah sekali peristiwa, SijurangMandopa merasa kehilangan siul dan ke-indahan bulu burung Sidarapati. Oleh ka-
rena burung itu menghilang seiama tigahari. Timbui dugaan Sijurang Mandopa
bahwa burung itu telah pergi mening-galkan dirinya untuk selamanya. Padahal,
Sijurang Mandopa tak pemah mengabai-kan Sidarapati. Makanan selalu disedia-
kan untuk burung kesayangannya itu.Sijurang Mandopa merasa pena-
saran. la lalu mencari ke sana kemari,
tapi tak kunjung bersua. Sijurang Mandopa hampir melupakan nasib burungnya.
Akan tetapi, suatu hari ia terkejut men-dengar siulan Sidarapati yang masih tetapdikenalnya. la lalu keluar dari lingkunganbelukar memandang ke atas dan ke se-kitar belukar. Leiaki itu lalu tersenyum danmemberi isyarat agar Sidarapati mende-
kat padanya. Namun, Sidarapati hanyasebentar terbang merendah kemudianterbang ke langit tinggi. Sijurang Mandopa berusaha memanggilnya. Tak berapa
lama kemudian, Sidarapati kembali diser-
tai berpuluh jenis darapati yang lain. Ter-nyata Sidarapati sengaja membawa te-
mannya untuk tinggal bersama manusia
^uA^a Stunolca
6
yang dianggap sebagai pelindung dari se-rangan musuh dan kedinginan. Sejak ke-
datangan burung itu, suasana lingkungan
tempat tinggal Sijurang Mandopa ramaioleh siulan burung.
Suatu hari, Sijurang Mandopa pergike hutan memasang jerat uhtuk menang-
kap kawanan rusa yang selalu mellntasi
daerah Sijurang Mandopa. Kawanan rusaitu pergi mencari air. Biasanya, kalau Sijurang Mandopa sudah memasuki hutan
rimba, raja hutan alias harimau selalumenghindarkan diri bertemu dengannya.
Oleh karena itu, Sijurang Mandopa jarangberpapasan dengan raja hutan yang ke-betulan sedang mencari mangsanya. Ke-
duanya sering mengadu kepandaian dankehebatan dalam berkelahi. Tapi raja hu
tan itu selalu melarikan diri karena kewa-
lahan menghadapi serangan manusiasakti itu. Sebagai manusia yang tinggaldan hidup berdampingan dengan bina-
tang buas, Sijurang Mandopa selalu was-pada.
Di suatu tempat, Sijurang Mandopamengumpulkan akar-akar pohon dan ro-
tan. Kumpulan rotan itu lalu ditarik di se-panjang jalan sambil melemparkan be-
berapa rotan yang terlepas dari ikatannyadan berseru, "Tubu ma hotang\°. Setiap
SuinAtul 'tUauL
rotan yang dilemparkan itu ada yang ter-pacak di tumpur dan makin lama akhirnyatumbuh suburmenjadi pohon kayu.
Beberapa lama kemudian, SijurangMandopa terlihat memanggul seekor rusadi pundaknya. Langkahnya ringandan se-sekalt bersiul dan suara sipongangnyabergema memecah kesunyian hutan be-lantara. SIdarapatI dari atas pohon kayubersiul meniru tingkah laku tuannya.
Oi sebuah pematang di suatu gu-nung yang agak curam, Sijurang Mandopa mencium bau tak enak. Firasatnyamenduga ia berada di dekat raja hutan.Tiba-tiba Sidarapati bersiul menyampai-kan kabar ada bahaya. Memang benar,Sijurang Mandopa melihat seekor hari-mau sedang bersiap menerkam seekoranak kambing yang terjerat di semak be-
lukar. Sijurang Mandopa mendapatkankeduanya sehingga raja hutan merasamarah melihat mangsanya diganggu olehpihak lain, la berbalik dan menerkam Sijurang Mandopa. Akan tetapi, raja hutanitu disambut oleh manusia sakti denganberkelit sambil melepaskan tendangan keperut sang harimau. Sambil mengaungganas, ia menyerang kembali ke arah Sijurang Mandopa. Namun, dengan kece-patan yang luar biasa Sijurang Mandopa
Saituitui ̂ Ctoui
dapat memegang leher sang harimau danmembantingkannya ke dinding tebing hu-tan. Akhimya harimau meioncat dan me-larikan diri ke daiam semak hutan. Sangkambing seiamat dan mengembik perla-han-lahan sambll menjilati tangan Slju-rang Mandopa, penyelamatnya, seolah-olah mengucapkan terlma kasih karena
telah melepaskan dirinya dari cengke-raman si raja hutan.
Tiba-tiba Sidarapati datang laluhinggap ke bahu Sijurang Mandopa sam-bil bersiul tak henti-hentinya. Hal itu dilihatoleh Sijurang Mandopa. Tiba-tiba ia ter-
ingat akan hasil buruannya yang telahditinggalkan tak jauh dari tempat itu. la
lalu berlari mendapatkannya tapi binatangitu telah hilang. Sijurang Mandopa meng-garuk kepala tanda kecewa. Kiranya
bangkai rusa telah dilarikan oleh temanharimau yang lain ketika Sijurang Mando
pa sedang bertarung dengan harimauyang ingin menerkam sang kambing. Dengan langkah lemah Sijurang Mandopapergi menemui kambing yang telah dise-
lamatkannya. Walaupun demikian, hati-
nya bergembira juga karena telah dapatmenyelamatkan anak kambing dari maut.
Beberapa waktu kemudian, kam
bing itu didatangi kawannya yang lain se-
Sumotca
lain buruan Sijurang Mandopa yang di-tangkapnya hidup-hidup. Kambing-kam-blng itu akhlmya berkembang biak dl ka-wasan Sijurang Mandopa. Tempat ituakhirnya dinamakan orang Tor Sidara-patl (Gunung Merpati). Menurut cerita,daerah Tor Sidarapati banyak didapatikambing-kambing liar oleh pendudukyang pemah mencari kayu atau berburudi hutan di sekitar Dolok Sipiongot.Daerah tempat Sijurang Mandopa diobatioleh Sidarapati dengan ramuan BulungSuhat (daun keladi) dan sekarang dina-mai sekarang kampung Aek Suhat
ilRxunjiai ^tumUta ̂ 2Ci<ua
II
DOLOK MAPONGGOL
Suatu hari Sijurang Mandopa bar-angkat berburu sambil mancari daerahbaru. Olah karana ia tidak batah bardiamagak lama di daarah yang taiah dikua-sainya. Binatang plaraannya dibiarkan ba-bas hidup dangan santosa dl daarah sua-ka sang manusia sakti tarsabut. la parlumancari tampat yang balum pamah di-santuhnya. Sidarapati tatap mangikutlnyauntuk mancari daarah-daarah lain. Malaluipangamatan dan panciumannya yang ta-jam Sidarapati banyak mambantu Sijurang Mandopa manamukan lahan yangbaik untuk partanian dan pamukiman.
Di sabuah kawasan yang agak ting-gi, ia muiai bakaija mambuka hutan danmambuat saluran air yang mangalir darigunung. Di tampat itulah ia muiai mambuat tampat tinggal dangan mangguna-kan kayu hutan. Kayu-kayu itu iaiu dita-bangnya. la juga mancari rotan sabagaipangikat tiang rumah untuk panyanggatampat tinggainya. Katika ia sadang ba-
1 StMrnitwi 'tClow
11
ketja Sidarapati asyik bernyanyi menghi-burnya. Terkadang burung itu meloncatdari dahan ke dahan yang lain sambil me-matuk buah-buahan di hutan yang tum-buh lebat. Kadang la minum di kali dan didaun yang bergoyang. Menjelang hari ke-tiga kubu kediaman Sijurang Mandopahampir selesai. Akan tetapi, ia masih me-meriukan rotan lebih banyak untuk peng-ikat tiang pohon agar jangan ditumbang-kan oleh angin bila hujan turun lebat.
Dengan menyandang parang iapergi ke tempat tumbuhan rotan di semakhutan di seberang gunung yang jauh. Se-jak pagi sampai tengah hari semua rotantelah dikumpulkannya dan diikat untuk di-bawa pulang. Rotan-rotan yang besar itudan panjangnya melebihi berpuluh-puluhdepa diseretnya di sepanjang jalan. Da-lam petjalanan, ia tidak mendapat ham-batan dan kesukaran. Oleh karena se-mangat Sijurang Mandopa pantang me-nyerah bertahta dalam dirinya.
Bekas rotan yang diseretnya di sepanjang jalan itu akhimya membentukjalan baru tak ubahnya jalan yang ditem-puh oleh seekor naga raksasa. Rotanyang dibawanya begitu panjang dan hampir mencapai berpuluh kilometer. Di se-buah belokan yang agak teijal, ia terpak-
^OAtpol SiunotcA ̂ l[Xa*a
12
sa bersusah payah menarik dan menyeretbebannya. Oleh karena banyak pohon-pohon kecil tumbang dan rebah ketika di-laluinya. Langkah Sijurang Mandopa me-nahan beban berat sehingga menciptakanlubang-lubang sebesar kubangan kerbaubila ia menginjak tanah yang lunak.
Tatkala menuruni lereng gunung,
ujung rotan yang dibawanya tersangkut disebuah puncak gunung. Rotan itu terlUitkarena Sijurang Mandopa berusaha me-nariknya sambii mengelilingi pinggang gunung. la berkali-kali gaga! melepaskan rotan itu dari puncak gunung. Cuaca begituterik sehingga peluh mengucur di seluruhtubuhnya. la tetap bertekad melepaskanrotan itu dari badan gunung. Oleh karenajengkel timbullah amarahnya. Suaranyamemecahkan keriuhan bunyi margasatwa
yang sayup-sayup sampai. Dengan me-ngumpulkan kekuatan tenaganya akhir-nya rotan itu dapat ditarik bersamaandengan bunyi yang gemuruh. Akibatnya,sekerat tubuh gunung itu terbawa ber-sama rotan. Bagian gunung yang robohitu bergulingan ke bawah dan mengham-burkan batu-batuan sebesar gajah. Menu-
rut cerita gunung yang patah itu sampaikini dinamai orang Dolok Maponggolyang berarti gunung yang patah.
Somalca ̂ CIma
13
Sijurang Mandopa merasa lega me-
lihat rotannya sudah berhasil lepas darigunung tersebut. Dengan penuh sema-ngat ia kemudian pulang ke rumah yangtelah disiapkannya.
Ill
BERBURU
RUSA DAN KERA
Suatu malam Sijurang Mandopamerebahkan dirinya di atas tempat ke-
diamannya. Langit gelap pekat sehinggasunyi meliputi lingkungan tempat tinggal-
nya. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar
suara siamang yang sayup-sayup sam-pai. Bunyi desau air sungai sesekali terdengar membentur batu-batu yang berge-letakan di pinggirnya. Namun, suaradengkur Sijurang Mandopa mengatasi ke-sunyian lingkungan itu. Suara dengkurnyalebih seram dari suara margasatwa hutan.
Di malam hari binatang liar terkejutmendengar dengkur Sijurang Mandopadan akhirnya cepat-cepat meninggalkantempat itu. Binatang liar yang sudah hafalakan kekuatan dan ketangkasan SijurangMandopa lebih baik menghindarkan diridaripada menerima resiko akibat per-
buatan manusia sakti itu.
Sijurang Mandopa pernah tidur se-harian tanpa bangun untuk berburu ataumencari ikan. Malam ini dengkur panjang
^umaUa "tCla«a
15
Sijurang Mandopa menandakan terlalulelah beketja. Keesokan harinya mataharitelah tnembangunkan penghuni hutanbelantara itu. Akan tetapi, Sijurang Mandopa lebih banyak memilih tidur sepuas-puasnya. Siul Sidarapati diacuhkannya.Kalau sudah begini Sidarapati terbangsendirian dan pulang sore hari.
Ketika tengah hari, Sijurang Mandopa tersentak dibangunkan oleh sengatanmatahari. la hanya terbangun sebentar la-lu membuka matanya. Tidak lama kemu-dian, Sijurang Mandopa tidur kembalisambil memperdengarkan dengkurnyayang meresahkan burung-burung hutan.
Serombongan kera hutan bergan-tungan sambil bersahut-sahutan me-
manggil temannya. Rupanya mereka me-lihat makanan di kediaman Sijurang Mandopa. Rombongan kera itu berlomba-lom-ba mencuri buah-buahan yang dikumpul-kan Sijurang Mandopa. Kulit pisang danmangga dilemparkan kera-kera itu ke de-kat Sijurang Mandopa yang nyenyak tidur.Setumpukan kulit pisang hinggap di mulutSijurang Mandopa sehingga terbangunperlahan sambil membuka matanya.
Manusia perkasa itu merasa t#^ganggu tidurnya. Tiba-tiba ia menguappanjang. Beberapa ekor kera lari sambil
SuAUltia
16
mengejek tingkah laku Sijurang Mandopa.Seekor kera teijatuh di dekatnya mungkinkarena takut atau terkejut melihat tubuhkekar manusia sakti itu. Tanpa pikir pan-jang kera itu ditangkap Sijurang Mandopa. Beberapa saat kemudian tangan yangkekar itu mengonyak tubuh sang kera dandengan lahapnya iaiu dimasukan ke mu-lutnya karena lapar. Daging kera yang te-lah diiahap itu menimbulkan kesedapantersendiri bagihya.
Tidak lama kemudian kawanan kera
yang berada di atas pohon masing-ma-sing meiarikan diri ke dahan pohon yanglebih tinggi. Timbullah keinginan SijurangMandopa untuk mengumpulkan dagingkera sebagai bahan makanan tambahan.
Sijurang Mandopa mengambil um-balang (sejenis ketapel yang terbuat dariakar rotan dengan menggunakan peluru-nya batu-batu padas yang tajam) di ba-wah kolong rumah. Lalu Sijurang Mandopa mulai mencaii sasaran dengan menggunakan umbalangnya. Akhirnya, beberapa kera berguguran ke bawah pohon.Berburu kera merupakan bagian kege-marannya. Sampai kini, konon orang ma-sih menjumpai peluru batu yang dilepas-kan melalui umbalangnya tinggal tersang-kut di atas dahan kayu.
Saaia^ca
17
Setelah bosan berburu kera, ia per-gi berburu rusa yang berkeliaran di se-
panjang gunung-gemunung dan rimba ra-ya. Suatu hari ia bersama Sidarapati me-masang jerat untuk rusa. Tiba-tiba mere-
ka ditubruk oleh seeker rusa yang cukupbesar. Untungtah Sljurang Mandopa da-pat mengelakkan diri ke samping dengan
menjatuhkan diri. Ketika Sijurang Mando^pa terjatuh, rusa itu melarikan diri ke se-mak hutan. la lalu bangkit mengejar bu-ruannya dan kembali mencari jejak rusaitu sambil menyiapkan umbaiangnya. Tapiumbalang itu kurang tepat untuk melum-pulikan rusa karena berkali-kali menghin-dar dan menipu diri pandangan SijurangMandopa.
Oi suatu tempat Sijurang Mandopamampu menggiring rusa ke tengah pa-dang yang datar. Akan tetapi, ketika di-bidik rusa sering meleset karena kelin-cahan mengelakkan diri. Setelah sampai
di tengah lembah yang kering, rusa itukehilangan tempat untuk melarikan diri.
Oleh karena di sebelah kanan ada ping-gang gunung yang sangat tetjal sehingga
sulit menahan lompatannya. Di sebelahkiri jurang dalam menantikan tubuhnyabila sang rusa melompat.
Di saat rusa kebingungan Sijurang
^R.a4np4u ^IjiUua
18
Mandopa memutar-mutar umba-
langnya lalu langsung melempar dengancukup dahsyat ke arah rusa. Binatang itu
terpekik karena punggung belakangnya
terkena lemparan peluru umbalang Siju-rang Mandopa. Namun, binatang itu ha-
nya tersungkur sebentar lalu bangkit kem-
bali setelah meninggalkan cahaya kilat disekitar tubuhnya. Sijurang Mandopa me-
rasa dipennainkan oleh rusa. Akhirnya,
binatang itu lenyap dari pandangannya.
Semua tempat di sekitarnya diraba dan
dikuakkannya namun jejak dan bau rusa
tidak tercium.
Sijurang Mandopa mendapat isya-
rat dari Sidarapati bahwa sang rusa ber-
ada di atas pohon kayu yang besar se-hingga jejak dan baunya tidak terbawaangin. Benaiiah petunjuk Sidarapati. Ke-tika pohon kayu itu dinaiki Sijurang Mandopa, sang rusa menggelepur meregangnyawanya. Dengan menggunakan parangdan tali rotan rusa tersebut dapat disem-
belih lalu dibawa pulang.Sidarapati ikut mengiringi manusia
sakti itu sambil bersiul-siul kegirangan.Sesampainya di tempat terlihat SijurangMandopa sudah asyik melahap binatang
buruannya dan beberapa ekor ikan yangdiambil dari lukahnya. Sehabis makan Si-
{R/ACTtpoi SumoCca ̂ ICtwta
19
jurang Mandopa tidur dengan lelapnyadan kini dengkumya memecahkan kese-pian hutan. Sidarapati terbang ke langittinggi menemui kawan-kawannya.
IV
SIJURANG MANDOPA
MELAWAN SERIGALA
Pada satu malam rumah Sijurang
Mandopa ditiup angin keras. Beberapatiangnya bergoyangan diterpa angin. Taklama kemudian hujan tumn disertai anginbercampur debu sehingga daun-daun.Berguguran. Saat itu Sijurang Mandopabelum pulang ke rumahnya. la sedangberburu rusa bersama Sidarapati. Daerahperburuan mereka juga ditiup angin ken-cang. Namun, Sijurang Mandopa bertekattetap menantikan kawanan rusa keluardari dalam semak belukar.
Biasanya kalau hujan mulai turunbinatang liar seperti rusa, kancil, dan babibanyak berkeliaran mencari makanan. Sijurang Mandopa heran dan berpikir. la ti-dak pernah mengalami hal seperti itu.Sambil menyandang umbalangnya iamemberi isyarat pada Sidarapati untukkembali. Mereka terpaksa merambahi ja-lan yang digenangi air hujan. Tiba-tiba seeker ular besar menyusup ke dalam se-
^4unjMii ̂ an^tn^ S«unaUa
21
mak ketika Sijurang Mandopa melintas di
jalan itu. Sampai di pinggir sungai la ber-henti mellhat air sungai sudah meiuapdan mengeiuarkan suara yang gemuruh.Batang kayu dan segala tanah beriumpurmenjadi satu dengan arus air mengaiirkencang ke hilir.
Sijurang Mandopa dengan bersu-sah payah menyeberangi sungai itu dengan cara berenang. Beberapa kali ia di-
bawa arus air yang deras. Akan teapi,dengan segala keperkasaannya ia berha-sil mencapai tanah seberang. Dengan pe-ngamatan yang tajam ia berusaha me-
nyimak arah rumahnya. Sidarapati ber-tengger di bahunya sambil mengepakkan
sayapnya menjaga keseimbangan badan-nya. Burung itu sampai basah kuyup. Be-gitu juga dengan Sijurang Mandopa. Dikejauhan dan dalam kegelapan malam iahanya dapat mendengar raungan serigalayang berada di sekitar kediamannya. Sijurang Mandopa mempercepat langkahnya.Sesampai di sekitar rumahnya ia melihatsekawanan serigala sedang memperdayaseekor anjing kurus. Tampaknya perkela-hian tak seimbang. Anjing itu melompatmenghindar terkaman para serigala. Sijurang Mandopa terpaksa ikut cam pur ta-ngan untuk membela sang anjing dengan
Sumalfa '^UjLoul
22
cara menghalau serigala yang buas-buasitu. Namun, ia mendapat serangan secaratiba-tiba dari serigala lain yang tak kalahhebatnya menerkam Sijurang Mandopa.
SidarapatI terbang menjauh dan ha-nya dapat menatap pertarungan itu dariatas pohon kayu. Sijurang Mandopa taksempat mempergunakan umbalang danpisaunya karena ia didesak dari berbagaijurusan oleti kawanan srigala. Kan tetapi,ia berhasil melemparkan dua ekor srigalake udara dan jatuh ke atas batu-batuyang tajam di pinggir bukit. Namun, ke-
jadian itu tidak membuat takut kawanan
serigala yang lain. Oleh karena merekadidorong naluri buasnya untuk berebut
dan mengoyak tubuh Sijurang Mandopa.Serigala itu tak mampu menghancurkanpertatianan Sijurang Mandopa. Oleh karena lelaki sakti itu dapat melemparkan be-berapa serigala lain ke udara dan ke din-ding gunung. Akibatnya, mereka mati ber-
gelimpangan. Barulah tiga ekor serigalayang lain masih hidup lalu mengambillangkah seribu meninggalkan arena pem-
bantaian itu.
Sijurang Mandopa melirik kian ke-mari mencari anjing yang hampir mati ta-di. Dilihatnya anjing itu rebah berlumurandarah. Akibat luka yang dideritanya ia tak
^^unpoi Siunatta ̂ UXoml
23
mampu berdiri dan hanya merintih kesa-kitan. Dengan sigap Sijurang Mandopamembawa anjing itu masuk ke dalamrumahnya. la mengambil daun salim-batuk lalu mengunyahnya sampai iumat.Lumatan daun itu oleh Sijurang Mandopadiolesi ke seiuruh tubuh anjing itu. Sem-buran yang diludahkan Sijurang Mandopake tubuh anjing itu jatuh ke tanah.Akhirnya, sisa-sisa daun itu tuntbuh suburdan dapat dipakai sebagai obat yang se-ring digunakan orang untuk mengusir roh,seperti akibat tersapa atau diganggu olehroh dan jembalang hutan.
Dalam tempo dua had anjing itu su-dah dapat menjulurkan lldahnya memintamakan. Segala luka dl tubuhnya ber-angsur hilang. Akhirnya, anjing itu menja-di piaraan kesayangan Sijurang Mandopadan selalu ikut berburu bersama tuannya.la diajarkan oleh Sijurang Mandopa caraberburu dan melacak jejak rusa.
SiutuiUa
V
KERBAU BARUMUN
Pada suatu hari, Sijurang Mandopaberangkat meninggalkan daerah Arse danpergi menyusur Sungai Asahan. la ber-niat untuk mencari daerah baru sekaligusmemperluas daerah pengembaraannya.Peijaianan itu disertai oleh anjingnyayang setia. Sebelum berangkat, ditatap-nya daerah pemukimannya untuk terakhirkalinya. Anjingnya sekali-kali melompatke arah tuannya seolah-olah mengucap-kan janji setia untuk mendampingi keper-giannya.
Peijaianan yang dilakukan SijurangMandopa kali ini memerlukan waktu ber-hari'hari. Sebilah parang dan senjata um-balang tersandang di bahunya. Terka-dang suaranya bersipongang. Burung-burung bangau dan belibis beterbanganmenghindarkan diri bila melihat dan men-dengar langkah kakinya memijak tanahpegunungan.
Setelah beijalan selama tujuh haritujuh malam, mereka barulah sampai di
^Cta«a
25
sebuah kawasan lembah yang cukup luas
dan memenuhi syarat bagi Sijurang Man-
dopa untuk membuka hutan dan mem-buat pemukiman. Di sebuah lembah yang
agak gelap darl sinar matahari ia melihatseekor ular piton sedang meliliti leher se
eker kerbau hutan dan ekor ular itu ber-
gantung pada sebuah dahan pohon. Kerbau itu berusaha melepaskan diri dengan
mengerahkan tenaga sekuat-kuatnya.
Tanduknya tak dapat digunakan untukmenghadapi sang ular. Lilitan tubuh ularItu seperti ingin cepat meremukkan tubuhsang kerbau.
Sijurang Mandopa tercengang melihat kejadlan Itu la perlu membantu ker
bau yang sedang kepayahan, sebab bllakerbau Itu dapat diselamatkan dapatmembantunya untuk membuka hutan. la
mencari batu sebagai peluru umbalang-
nya. Tangan kanannya yang kuat Itu dl-ayun-ayunkannya untuk menumpukkan
tembakan ke arah tubuh ular Itu. Lalu ba
tu Itu dllepaskannya dan meluncur dengan kencang ke arah tubuh ular yang
terjuntal dl atas pohon. Batu Itu tepat
mengenal sasarannya. KInl ular Itu ter-
paksa melepaskan dirl darl cabang pohondan meluncur ke bawah serta mencoba
meliliti tubuh sang kerbau yang berada
^twtultul
26
dalam posisi yang tidak menguntungkanuntuk melawan.
Sijurang Mandopa terpaksa turuntangan untuk menyelamatkan nasib sangkerbau. Parang yang tajam berkali-kalidicencangkan ke tubuh sang ular. Darahbersemburan ke tubuh sang ular. Tak be-rapa lama lilitannya di tubuh kerbau se-makin melemah dan akhirnya sang ularrebah ke tanah. Kerbau itu berusaha
menghindarkan diri dan mendengus-de-nguskan mulutnya sambll matanya ber-kedip-kedip ke arah Sijurang Mandopa."Nah, sekarang la tidak akan mebinasa-kanmu lag!. Marl ikut aku ke sana," pe-rintah Sijurang Mandopa kepada kerbau
yang tunduk patuh menuruti petjalananmanusia penyelamatnya.
Syahdan kerbau piaraan SijurangMandopa bertambah banyak karena kerbau yang pernah ditolongnya membawa
kawanan yang lain untuk membantu lelaki
itu membuka hutan dan perladangan.
CBun^ StuiuiltA
VI
SIDARAPATIHURAH
KE BARUMUN
Beberapa tahun lamanya SijurangMandopa hidup aman damat di daerahBarumun. Waktu berganti dan masa ber-tukar, menyebabkan usia Sijurang Mandopa juga semakin tua. Jenggot dan ram-butnya semakin memutih. Tapi kegagah-annya sebagai manusia rimba yang saktitetap terlihat. Masa tuanya mulai mela-kukan bertapa. Dalam bersemedl, la ja-rang berburu atau mencarl ikan dl sungal.AnJIngnya bertugas mengantarkan ma-kanan ke dalam gua tempat SijurangMandopa bersemedl.
Konon menurut cerlta hampir tigabulan la tetap bertapa dengan cara ber-plndah tempat. Kadang-kadang la dudukterpekur dl dalam sungal yang mengallr.Hanya kepalanya yang muncul dl permu-kaan air. Sehlngga beberapa helal ram butgondrongnya berklbasan diterpa arus air.Bermacam-macam binatang buas, sepertiular dan buaya mencoba menguslk seme-
28
dinya. Namun, ia tak tergoda untuk me-ninggalkan tapanya.
Setelah beberapa lama bertapa diatas air yang mengalir, la pergi mengam-bil rotan yang besar-besar dan menglkat-nya menjadi satu pada sebuah pohonyang lain. Rotan yang mirip tikar raksasaitu lalu dinaiki dan ia tidur di atasnya.
Pada suatu hari, ia tersentak men-
dengar suara burung yang cukup dike-nalnya. la lalu membuka matanya. Sinarmatahari berpencaran di sekitar rimbunanpohon kayu. la tersenyum sambil melirikke atas. "Itu pasti, suara Sidarapati" te-riaknya. la lalu meluncur turun dan pergimenatap langit biru. Berpuluh-puluh te-man Sidarapati terbang di udara. Di pa-ruhnya masing-masing terselip setangkaipadi. Sidarapati singgah di bahunya danbersiul-siul seolah mengucapkan selamatbertemu dengan tuan gurunya. Sambiltertawa Sijurang Mandopa menerima setangkai padi dari paruh Sidarapati lalu di-letakkan disampingnya. Berbarengan dengan itu semua kawan Sidarapati melon-tarkan tangkai padi dari mulutnya masing-masing. Di atas tanah itu Sijurang Mandopa melihat tumpukan benih yang ku-ning emas pertanda anugerah yang da-tang dari dewa "Oh, inilah hasil perta-
{Bw<U|A
29
paanku yang lalu," desisnya dalam hati.Pertapaanku ternyata telah dikabulkanoleh dewa yang menjadl pemegang jagatraya. la semakin takjub lalu mengambilsebagian tumpukan pad! itu dinikmatinyasejenak. Sijurang Mandopa tersenyum,"Alangkah nikmatnya," bisiknya denganmata yang bersinar bahagia.
Konon kabarnya tumpukan padi ituakhirnya tumbuh menjadl beratus-ratustangkai. Alangkah ajaibnya karena di dae-rah yang gersang dan tandus itu telahberubah menjadl daerah yang subur bagikehijauan padi dan tumbuhan lainnya.
^amji43i ^iMnatxa
VII
PULANG KE NE6ERI
Suatu hari Sijurang Mandopa tegakmenatap arah suatu daerah yang jauh.
Dilihatnya gugusan hutan yang hijau me-magar gunung. Rasa Rindunya munculuntuk kembali ke Dolok Sigopulon. Sambil
mengelus janggutnya yang hampir selu-ruhnya memutih ia tersenyum. Tekatnyasudah semakin kuat untuk kembali men-
jenguk daerah tempat tinggalnya yang
pertama.
Setelah berkemas membawa ke-
perluannya ia pergi ke padang rumputyang hijau seluas mata memandang. lamenjerit memanggil kerbau piaraannyayang sedang hidup bebas di hutan rimba.Tak beberapa lama kemudian munculberpuluh-puluh kerbau yang besar dan
kukuh. Kerbau-kerbau menguak gembira
di kaki Sijurang Mandopa seolah-olah
berkata dan siap sedia menerima perintah
dari tuannya.
"Kita besok berangkat pulang ke
Dolok Sigopulon, hai para kerbauku yang
Sumoita
31
perkasa," kata Sijurang Mandopa sambil
mengelus kepala kerbau yang pernah di-tolongnya. Binatang itu menggoyang-go-yangkan kepalanya dan saling menguak
sesamanya tanda setuju atas perintahSijurang Mandopa.
Pagi harinya Sijurang Mandopa me-nyiapkan perbekalannya. Sebilah parang
sakti mandraguna terselip di pinggang-nya. la iaiu memanggil Sidarapati untuk
bersiap-siap melakukan perjalanan pu-lang ke tanah kelahiran. Sidarapati bersiul
gembira dan sesekali hinggap di bahutuannya dan satu saat sudah bertengger
di kepala kerbau yang asyik menguak-nguak sepanjang perjalanan.
Menjelang tengah hari armada pia-raan Sijurang Mandopa berhenti di se-buah tempat yang dipenuhi batu-batu gu-nung yang terjal. Sijurang Mandopa lalu
naik ke atas batu membuka perbekalan
nya. Sementara itu, kerbaunya asyik me-nguyah rumput di padang hijau tak jauhdari sebuah sungai yang airnya berasaldari gunung itu. Sijurang Mandopa makan
bersama Sidarapati. Setelah selesai makan, Sijurang Mandopa mencabut si parang saktinya dan mengasahnya tajam-tajam di sebuah batu gunung yang ter-hampar. Bekas asahan parang Sijurang
32
Mandopa lama-lama dikenal orang de-ngan pengirkiran (tempat mengasahparang).
Pada saat perjalanan itu SijurangMandopa bersendau gurau dengan ker-bau piaraannya. Kerbau itu menaikkanSijurang Mandopa ke atas tengkuknyadengan menggunakan tanduknya yangpanjang dan runcing. Sijurang Mandopatertawa gembira duduk di atas kuduk kerbau kesayangannya.
Bma^ Swmitca '^[XoM
VII)
GUNUNG MANOBOT
DAN KERBAU
BARUMUN
Oi sebuah hutan yang cukup leb^Sijurang Mandopa sibuk memimpin rorti'bongannya dengan seksama dan waspi-da. Oleh karena kini mereka berada da-
lam hutan yang geiap dan seram. Di de-pan mereka terlihat sebuah sungai yangiebar dan curam menggemuruh suaranyameneijang mengikuti arus. Sijurang Mandopa menghentikan rombongannya danberusaha mencarl batang pohon yangcukup besar untuk jembatan menghu-bungkan mereka ke seberang. Tak jauhdarl tempat itu Sijurang Mandopa melihatsebuah pohon kayu purba yang tumbang.Nampaknya pohon itu sudah lama rebahdi atas tanah. Sebagian akar pohon itumencuat ke pemiukaan tanah. SijurangMandopa menyeret pohon bersama akar-nya dan melemparkannya lurus ke seberang tebing sungai di depannya. Tak be-
^utruitta-
34
rapa lama telah terbentuk jembatan yangtelah dilemparkan oieh Sijurang Mando-pa. Dengan sorak dan suara gempltasemua rombongan kerbau itu bergerom-bol menempuh jembatan tersebut. Lamakelamaan daerah itu dinamai orang hiteu-
rat yang artinya jembatan akar pohon.Mereka meneruskan perjalanan
melalui ceruk-ceruk tebing dan pingganggunung yang ditumbuhi daun yang iebatdan hitam pekat. Di daerah itu SijurangMandopa sering menemukan kesukaran.Kadangkala kaki kerbaunya tergelincir ka-rena memijak pasir putih yang berkilauanseperti cahaya bulan. Kadang kaki kerbaunya terbenam di lumpur sehingga Sijurang Mandopa terpaksa membantu me-lepaskan kesulitan yang menimpa hewanpiaraannya. Mendaki gunung yang terjal,iicin, dan mudah runtuh tepinya membuatrombongan Sijurang Mandopa berguling-an kembali ke bawah. Untunglah pohonyang bergeiimpangan yang rebah di ta-nah menahan tubuh mereka. Ada yangtersangkut kaki dan tanduknya di cela-cela pohon mati. Saat seperti itu SijurangMandopa merasa geli melihat ulah kerbaunya.
Beberapa kerbaunya menggeleparmeiepaskan dirinya dari akar pohon yang
SiuiuUtA
36
membelit tubuhnya. Sijurang Mandopa
terpaksa mempergunakan parang untukmenebas pohon yang mencengkeram tu-buh kerbaunya. Akan tetapii bersamaanpohon itu putus dari akarnya bersamaan
itu pula tubuh kerbaunya berguling ke ba-wah.
Sijurang Mandopa penasaran danmenebas pohon yang lain untuk mem-bebaskan kerbau dari cengkeraman maulakar dan cabang-cabang pohon. Namun,peristiwa itu beruiang kembali. Kerbaunyasemakin berguling ke bawah dan akhirnyatersungkur ke dalam jurang yang hitamgelap seperti mulut jembaiang yang me-nunggu mangsanya.
Sijurang Mandopa mengeluarkansegaia tenaga dan akainya untuk menye-lamatkan hewan piaraannya. Tapi usaha-nya itu banyak yang gagal. Satu demisatu kerbau itu mengalami cedera. Diantara kawanan kerbau itu ada yang jatuhsakit dan meninggal mendadak dan adapula yang teijerumus ke dalam jurangyang dalam. Yang paling menyedihkanhati Sijurang Mandopa iaiah kerbau ke-sayangannya tak dapat melepaskan diridari celah gunung karena tanduknya ter-sangkut. Berkali-kali Sijurang Mandopaberusaha melepaskan tanduk kerbau itu
^un^a Stuiuitm ̂ Ct<ua
36
dari celah gunung tapi usahanya sia-sia.Kerbaunya menguak dan berusahamenggerakkan tubuhnya seperti bantengyang siap berlaga. Namun, yang diha-dapinya bukanlah binatang hidup tapibenda-benda keras yang membeku dankaku. Gunung Itu tak ubahnya pembunuhberdarah dingin.
Empat hari iamanya kerbau itu berusaha melepaskan diri dari celah gunungitu namun tak berhasii. Matanya memerahdan busa air dari mulut kerbau itu keluar
semakin lama badannya yang perkasatak dapat bergerak secara leluasa. Siju-rang Mandopa berusaha membebaskankerbau itu dari cengkeraman gunung de-ngan menetak sedikit demi sedikit batu-
batu gunung yang tajam dan keras. Padahari kelima pekerjaan Sijurang Mandopaberakhir. Kerbau kesayangannya mati ter-sangkut di ceruk gunung yang tajam ka-rena tidak berhasii dilepaskan oleh Sijurang Mandopa. Barangkali usaha SijurangMandopa dengan parang tajam yang di-kenal kehebatannya tak dapat menahanajal sehingga merenggut nyawa kerbaunya.
Manusia perkasa itu akhirnya me-langkah lesu lalu meninggalkan kerbaukesayangannya yang telah mati tei^ng-
Sumatca ̂ Ctaca
37
kut di ceruk gunung. la tegak iunglai disisi gunung sambii menyesali niatnya ka-
rena membawa kerbau piaraannya untukkembali ke kampungnya. Kemudian iabetjalan menyisir tebing gunung dan ber-
sumpah sambii berteriak dan meraung.
"Ahotiiiii ... segala makhluk di hutan
semesta ini, aku bersumpah sejak hari ini
dan masa datang tidak ada kerbau baru-
mun selamat sampai ke Dolok Sigopulon.
Barang siapa yang mencoba membawakerbau dari sana seperti aku yang kinimembawanya, dia akan gagal dan akankecewa. Oleh karena gunung ini adalahpenghalang terbesar yang tak dapat di-
hancurkan."
Menurut cerita gunung penghalangpeijalanan kerbau Sijurang Mandopa kinidisebut orang dengan Gunung Manobot(Artinya gunung penghalang). Sijurang
Mandopa berkali-kali lari ke segenap arah
delapan penjuru angin sambii berteriak
sebagaimana ucapan yang telah dite-riakkannya bersahut-sahutan. TeriakanSijurang Mandopa dipantulkan kembali
oleh lingkungan itu.
Sijurang Mandopa meneruskan per-
jalanannya hanya ditemani Sidarapatihingga sampai kembali ke Dolok Sigopulon. Setelah beberapa tahun menikmati
^uoioXmi
38
usia tuanya di daerah kesayangannya,
akhirnya manusia perkasa yang telahbanyak berjasa mempertahankan keles-tarian alam itu akhirnya menghembuskan
nafasnya terakhir dalam pangkuan hutanrimba.
Konon kabarnya menurut cerita ka-
lau ada orang yang berdagang kerbau
barumun ke daerah Dolok (kota Sipiongot
sekarang in!) selalu mengalami kegagal-an, yaitu semua kerbau yang dibawa ke
Sana jatuh sakit. Percaya atau tidak per-caya pembaca dapat sekali-kali tinggaldan diam di daerah suaka Sijurang
Mandopa. Namun yang jeias kisah hidupdan petualangan Sijurang Mandopa telah
meninggalkan warisan yang abadi bagi
penduduk di sana.
Bun^ $/a«npai 8tt4iuit«a tCtoM
Cerita Kedua
SR^DAYANGWent Hawariyuni
Pada zaman dahulu daerah Lang-
kat merupakan sebuah kerajaan yangsangat besar. Rakyat negeri int sebagianbesar hidupnya sebagai petani. Tanah
pertanian mereka luas dan gembur se-
hingga tanaman tumbuh subur. Bahkan,kehidupan mereka pun serba makmur.
Di negeri ini hiduplah sepasangsuami istri yang sangat rajin bertani. Se-panjang harl pasangan suami istri itu
menghabiskan waktunya di ladang atau disawah. Mereka sudah lama membina ru-
mahtangga namun mereka belum mem-punyai anak.
Pada suatu hari suami istri itu se-
dang beristirahat di gubuk yang terletak ditengah-tengah sawah mereka yang ham-pir panen. Angin berhembus sepoi-sepoibasah. Angin ini menimbuikan gelombangkecil di lautan padi mereka yang mengu-ning karena diterpa teriknya matahari. Be-
berapa ekor burung manyar terbang me-
40
lesat dari rimbunan rumpun padi yang sa-
ngat berisi."Alangkah senangnya kalau kita
mempunyai seorang anak laki-laki sehing-
ga pekerjaan kita ada yang membantu.Manual padi, menyiangi rumput, sampaimencangkul. Rasanya aku tak terialu ie-
lah," kata sang suami sambil merebahkanbadannya ke balai-balai kecil melepaslelah.
"lya kaiau anak kita lahir iaki-laki.Seandainya Tuhan mengasih anak pe-rempuan, tentunya aku akan mendidiknyaagar ia tumbuh menjadi gadis yang can-tik. Kalau ia cantik, barangkali anak bang-sawan akan melamarnya. Kita bisa hidup
enak punya menantu bangsawan," selaistrinya.
"Jangan asal ngomong istriku, kita
sebagai petani jangan mengharapkanyang muluk-muluk. Cita-cita memang iia-rus setinggi langit tetapi bayang-bayanghams sepanjang badan."
"Lho apa saiahnya, kita punya me
nantu bangsawan suamiku, kalau gadiskita cantik?" sela istrinya.
"Sudahlah istriku, jangan banyakmenghayal, aku mau tidur sebentar. Badan ini rasanya remuk. Pinggangku se-pertinya mau patah," kata sang suami
dtompoi Sumattd
41
sambil menguap. Angin siang itu telahmembuat petani laki-laki itu mengantuk.Istrinya hanya mengumpat dalam hati ka-rena pendapatnya seperti tak dihiraukan.
Dalam hatinya la berdoa mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Esa memberikan anakperempuan.
Beberapa tahun kemudian, pasang-an petani itu dikaruniai seorang anak perempuan. Atas kesepakatan bersama,
anak itu diberi nama Sri Dayang. Mereka
menyambut kehadiran Sri Dayang de-ngan penuh rasa syukur dan rasa keba-
hagiaan yang mendalam. Apalagi bagisang istri. Cita-citanya untuk memanjakananak perempuannya telah tercapai.
Hari berganti hari, Sri Dayang tum-buh menjadi gadis yang sangat cantik.Kecantikan Sri Dayang tak ada yang me-nandingi di kampung itu. Walaupun cantik, Sri Dayang tidak sombong. la sangatramah dan sopan. Banyak sekali pemu-da-pemuda di kampung itu yang inginmelamar menjadi istrinya. Namun, se-muanya ditolak mentah-mentah, terutama
oleh emak Sri Dayang. Melihat kenyataanitu, hati Sri Dayang sangat sedih.
"Mak, mengapa pemuda-pemudayang ingin melamarku ditolak semua? Bu-kankah di antara mereka ada pemuda
0l.a4?ipai
42
yang baik dan rajin bekeija? Betapa ke-cewa hati mereka, Mak. Aku semakin tak
mengerti dengan penolakan ini Mak,"tanya Sri Dayang suatu hari, ketika orangtuanya baru menolak rombongan yangakan melamar dirinya.
"Sri Dayang gadlsku yang manis.Dengar ya, Nak. Emak tidak suka samapemuda-pemuda kampung kita yang per-
nah melamarmu. Mereka semua petanl
seperti kita. Mereka orang kampung.Emak ingin kamu disunting bangsawan.Emak ingin punya menantu putra bangsawan. Dengan demikian, kita akan hidupenak. Kau pun akan tinggai di istana. Kauakan hidup enak karena tak perlu ber-
ladang dan ke sawah menanam padi.Tubuhmu akan selalu muda tak seperti
badan dan kulit Emak yang hitam ter-
sengat terik matahari," jawab emaknyaenteng.
"Tapi, Mak. Aku tak pernah ber-mimpi dilamar seorang bangsawan. SriDayang tak pernah punya cita-cita hidupdi istana yang gemerlapan harta benda.Sri Dayang impikan ya kehidupan sepertikita sekarang, yaitu bertani, beriadang,beternak. Hidup di kampung yang serbatenang bersama burung-burung dan uda-ra segar. BetuI, Mak. Sri Dayang tak per-
{Bun^
43
nah punya cita-cita menjadi istri bang-sawan."
"Dengarlah Emak, Sri Dayang. Se-mua ini demi kebahagiaanmu. Emak inginkau hidup bahagia. Emak ingin kau tetapcantik. Emak tidak ingin kau menjadipetani."
"Tapi, Mak. Bukankah kebahagiaanitu hanya ada di istana raja. Sri Dayangmerasa cukup bahagia menjadi gadis petani seperti kita," bela Sri Dayang. Men-
dengar keributan kecil bapak Sri Dayangpun ikut bicara.
"Sri Dayang anak kita kan sudahbesar, Mak. la sudah tahu mana yangterbaik buat dirinya. Jangan kita paksakankehendak kita terus."
"Bapak diam saja! Laki-laki tahuapa? Pokoknya Sri Dayang harus kawindengan bangsawan. Syukur ia bisa di-pinang putra mahkota kerajaan Langkat.Dengan demikian ia akan menjadi ratu dinegeri ini. Mulai besok Emak akan men-
carikan daun-daun untuk ramuan iulur
kulitmu. Biar kulitmu tetap kuning dan kaunampak tetap awet muda. Dan yang pen-ting, mulai hari ini Emak melarang kau keluar rumah!"
"Tapi. Mak...!"
"Tidak ada tapi^tapian. Ingat, Emak
dtomjiai StMmiUa
44
tidak mau main-main, ini semua untuk
kepentinganmu juga!" bentak emak SriDayang. Perempuan itu marah. Keingin-annya untuk memingit anak gadisnya su-dah bulat. Tak ada yang berani mem-bantah emak Sri Dayang walaupun suami
sendiri.
Sejak saat itu Sri Dayang menjadigadis pingitan. la tidak boleh ke iuarrumah. Hari-hari yang berlalu indah hanya
dijalani di dalam kamar. Kedua orangtuanya tak mengijinkan ia ke Iuar rumah.Apalagi pergi ke ladang membantu ber-tani, pekerjaan rumah pun sudah beresdiketjakan emaknya.
Hati Sri Dayang sangat sedih kare-
na menjadi gadis pingitan. la tak mampumelawan kedua orang tuanya. Padahal, ia
ingin sekali membantu orang tuanya diladang. la ingin berbakti dan tidak maumenjadi gadis pemalas. Namun, semuahanya impian. Semua keinginannya takmungkin menjadi kenyataan karena ia te-lah dilarang keras oleh emaknya untuk keIuar rumah. Setiap hari ia hanya tinggal di
kamar sambil melulur tubuhnya dengan
ramuan daun-daun dan rempah-rempahbuatan emaknya. Mengingat nasibnya
yang kurang beruntung, Sri Dayanghanya bisa menangis pilu. Kalau saja
dtompoi SumoUa ̂ ta«a
45
rumahnya tidak dikunci dari luar olehemaknya ia ingin berlari menghirup udarabebas.
***
Pagi sangat cerah karena di ufuktimur matahari bam saja mekar. Dengandiiringi nyanyian burung-burung, sangsurya menebarkan sinar kehangatan. Em-bun masih menyisakan tetes-tetes akhir-nya pada pucuk daun dan rerumputan.Udara terasa sangat sejuk dan segar.
Para petani negeri Langkat di pagiitu hendak berangkat ke ladang. Merekaberjalan beriringan. Senyum mereka sangat cerah. Itu pertanda tahun ini merekamendapat hasil yang melimpah. Merekasangat gembira ketika berangkat kerjasambil bersenandung kecil iagu-lagu ri-ang. Ada juga yang hanya bersiul-siulsaja menumpahkan keriangan hati mem-bunuh sunyi. Matahari di ufuk timur makin
perkasa saja.
Ketika sampai di ladang, merekadengan giat bekerja. Mereka mencangkulladang yang teiah selesai dipanen danmembuat gundukan-gundukan kecil. Ta-nah yang gem bur tak perlu diberi pupuklagi karena humus daun-daun telah men-Jadi pupuk. Tapi kalau ada tanah yang se-dikit gersang, mereka memupuk dengan
Sanutiwi
46
pupuk kandang berupa kotoran hewanternak sehingga bisa menyuburkan tanah.Mereka terus betjuang mengolah tanahagar bisa menghasiikan bahan pangan.Mereka menanam bermacam-macam ta-
naman. Ada tanaman keras dan palawija,
seperti kopl, iada, cengkeh, pala, pinang,dan bermacam-macam tanaman keras
lainnya.Namun, petanl itu ada juga yang
hanya menanam umbi-umbian dan sayur-mayur, antara lain ubi kayu atau sing-kong, ubi rambat, dan berbagai macamtalas. Selain itu, petani juga menanamkacang panjang, bayam, sawi, cabe, labu,dan berbagai macam sayur-mayur.
Negeri Langkat adalah negeri petani. Negeri ini bagai surga buat para petani. Oleh karena sejauh mata memandangsawah luas terbentang. Para petani mengolah sawahnya dengan gembira. Wa-laupun bertempur dengan lumpur. Dalammengolah tanah, para petani dibantu olehhewan ternak mereka, yaitu kerbau dansapi untuk membajak. Bahkan mencang-kul, menyemai benih, dan menanam padi.Serumpun demi serumpun mereka tanamdi lumpur. Dengan penuh pengharapandan kesabaran mereka menunggu panen
datang. Alangkah senangnya mereka bila
dLa«npai Jamaica
47
musim panen tiba. Padi yang menguningkeemasan bagai lautan harapan. Mereka
menuai dengan hati yang damai. Bulir-bulir padi yang masak dan padat, mem-buat mereka berbadan sehat.
Demiklanlah, sang waktu terus ber-
putar. Tanpa terasa hari-hari beiialu be-gitu cepat saling susul menyusul sllih ber-ganti. Musim kemarau berakhir karenadatangnya musim penghujan. Begitu jugasebaliknya, musim panen telah usai laludiganti musim tanam tanpa pernah ber-henti. Para petani terus bekerja untukmencukupi kebutuhan keluarga.
Meskipun menjalani hidup sebagai
gadis pingitan, keinginan untuk hidup wa-jar tak pernah surut di hati Sri Dayang. laseialu memohon kepada orang tuanya
agar dirinya diperbolehkan turut ke la-dang.
"Mak, PakI Bukankah musim tanam
padi telah tiba? Izinkan Sri Dayang turunke sawah. Sri Dayang sudah rindu ber-lumpur, menanam padi, menyiangi rum-
put-rumput liar," pinta Sri Dayang padasuatu malam.
"Oh, jangan anakkul Emak dan ba-
pakmu masih sanggup mengeijakan sawah ladang kita. Emak takut, nanti ram-
^u«i^ ̂R.amjuu SiuiuiUa ̂ CtoM
48
butmu yang hitam-legam itu akan menjadimerah terbakar matahari. Kulitmu yangkuning langsat itu akan menjadi kelabu.Bagaimana mungkin calon permaisuri rajaakan mempunyai kulit sehitam kulit gadis-gadis kampung. Jangan sampai terjadibegitu, Dayang anakku. Emak takut itu!"
"Emak, emak. Kapan emak mem-buang impian giia itu? Sri Dayang tetapSri Dayang anak emak dan bapak yanghidupnya hanya bertani. Dayang bukanturunan bangsawan, mak."
"Jangan khawatir, anakku. Impianemak sebentar lagi tercapai. LihatlahlEmak telah membuatmu semakin hari
semakin bertambah cantik. Kulitmu sema
kin bertambah mulus, berkat ramuan
yang emak buat. Besok emak dan bapakakan pergi ke kota kerajaan. Emak akan
menjual semua hasil sawah ladang kitaselama satu tahun. Emak akan membe-
likan sesuatu yang akan membuat dirimusemakin menarik. Suatu hari nanti, pastiakan datang rombongan hulubalang kerajaan yang akan memboyongmu ke istana.Bila itu terjadi, oh alangkah bahagianyaemak dan bapakmu ini."
"Setelah bapak berpikir dengan ma-tang. Lama bapak memikirkan dirimu,Nak. Apa yang menjadi cita-cita emakmu
Sampai ^Ctata
49
ada benarnya juga, Nak. Orang tua manayang tidak ingin anaknya bahagia. Apa-lagi kau telah menjadi gadis cantik. Rasa-nya sayang bila gadis secantik kau hanyaakan mendapatkan pemuda kampungyang hanya mengandalkan hidupnya se-bagai petani," seia bapak Sri Dayang.
Mendengar penuturan kedua orangtuanya, hat! Sri Dayang semakin menjerit.Hatinya perih bagai tersayat-sayat sem-bilu. Sebagai seorang anak yang inginberbakti kepada kedua orang tuanya, wa-laupun hatinya kecewa, Sri Dayang takpernah membantah kehendak kedua
orang tuanya. la hanya bisa melampias-kan kekecewaan hatinya dengan me-nangis. Malam itu tangis Sri Dayang ter-dengar sangat menyayat. la sepertinyaingin menguras air matanya sampai habiskarena tak ada lagi tempat beriindung.Kedua orang tuanya telah merampas ke-bebasan hidupnya. Rumah yang tenangtelah berubah menjadi penjara bagi jiwadan raganya.
Apa yang dikatakan kedua orangtua Sri Dayang ternyata tidak main-mainlagi. Keesokan harinya kedua orang tuaitu langsung pergi ke pasar di kota raja.Pagi-pagi benar mereka pergi. Bapak SriDayang memikol padi dan emak Sri
^umatiA tUoca
50
Dayang menggendong berbagai basil bu-mi yang lain. Ketika sampai di pasar, ter-nyata penjualan basil panen mereka be-lum cukup untuk membeli berbagai ma-
cam perbiasan buat anaknya Sri Dayangagar kelibatan cantik. Mereka terpaksapulang lagi untuk mengambil basil bumi-
nya. Demikianlab, kedua orang tua itubari itu sibuk menguras basil usaba tani-nya selama satu tabun.
Menjelang senja kedua orang tua
itu pulang dengan wajab berseri-seri.Oleb karena mereka telab berbasil mem-
belikan berbagai macam perbiasan untuk
anak gadisnya."Pasti anak gadis kita akan semakin
kelibatan cantik, Pak. Apalagi kalung inisepertinya cocok dengan lebernya yang
jenjang," kata emak Sri Dayang padasuaminya.
"Pokoknya apa yang terbaik buat
anak kita. Aku selalu mendukung. Mudab-
mudaban kita cepat dapat menantu se-
orang bangsawan." Begitulab sepanjangperjalanan pulang kedua orang tua SriDayang selalu berbarap agar mereka ce
pat dapat menantu bangsawan.Kegembiraan kedua orang tuanya
ternyata tak disambut dengan gembiraoleb Sri Dayang. Gadis itu justru semakin
^tuu^ dtompoi Siunatta
51
sedih. la merasa seperti boneka yanghanya menjadi pajangan di rumah sendlri.
"Engkau hams gembira, Dayanggadisku! Lihatlah, emak telah menabungselama satu tahun hanya untuk memba-hagiakanmu. Emak telah membelikanmu
gelang, cincin, dan kalung yang gemer-lapan. Dengan memakai kalung ini, kau
past! akan kellhatan lebih cantik dan lebih
menarik. Semua mata pemuda kampungsini sampai punggawa kerajaan past!
akan terkesima bila mellhatmu. Mereka
semua akan tergila-glla. Sayang apabila
mereka hendak melamannu, emak me-
nolak. Kecuali darah biru, yaltu merekayang benar-benar keturunan raja," kata
emak Sri Dayang sambil memakaikankaung ke leher Sri Dayang.
"Wah, apa kata emakmu benar,
Dayang. Dengan memakai kalung kau se-makin rupawan."
"Emak. Apakah emak sayang samaDayang?"
"Lho, mengapa engkau tanyakan
hal itu Dayang?""Maafkan Dayang, mak. Dayang se-
benarnya merasa tersiksa sekali. Dayangsudah besar, mak. Dayang sudah bisa
menentukan mana yang terbaik dan ma-
na yang tidak balk buat Dayang. Dayang
SufliatuL
52
tidak suka dengan perhiasan-perhiasan
ini. Kita hams hidup sederhana, mak. Kita
kan hidup di kampung. Hidup dan kehi-dupan kita pun seharusnya menyesuai-
kan diri. Bukankah dengan hidup demi-
kian kita telah memamerkan harta kita?
Dayang risih, mak. Kaiau disuruh pakaikalung dan semua perhiasan ini. BetuI,
mak. Dayang malu.""Dengar, Dayang! Emak tidak suka
engkau selalu membantah. Dayang itu
anak emak. Semua perintah orang tuahams kau patuhi sebagai anak."
Seperti maiam-malam sebeiumnya,Sri Dayang pun tak mampu bicara lagi.
la sudah kehabisan kata-kata. Se-
orang anak yang baik memang harus pa-
tuh kepada orang tuanya sehingga semua
perintah kedua orang tuanya harus ditu-
ruti walaupun terasa berat. Sri Dayanglalu bergegas menuju kamar tidurnya.
Malam itu ia menangis lagi. Dari balikdinding kamarnya terdengar tangis yangsemakin lama semakin menyayat pilu.
Keinginan Sri Dayang untuk menja-
lani hidup dengan normal sebagai gadis
kampung, seperti teman-teman sebaya-
nya sampai terbawa mimpi. Dalam mimpi-nya malam itu Sri Dayang merasakankebebasan yang selama ini dirindukan. la
53
merasa sangat bahagia. la merasa se-perti burung-burung yang bisa terbang kemana saja sesuka hatinya.
Sri Dayang bisa bebas bekerja disawah ladang milik kedua orang tuanya.Diiringi nyanyian burung-burung yang ber-senandung tentang pagi, ia bekeija takmengenal lelah. Pagi itu, matahari di ufuktimur sangat cerah. Sang surya memberi-kan kehangatan buat kehidupan.
Ketika matahari sudah condong ke
arah barat, dari jauh terdengar sayup-sa-yup suara seruling bambu yang ditiupoleh seorang gembala kerbau. Lagu yangterdengar dibawa angin itu sangat men-dayu-dayu menyentuh kalbu. Sungguhsyahdu cukup merdu bagi kalbu yang se-dang terbuai rindu.
"Oh, sawah yang sedang mengu-
ning terbentang. Bulir padi yang bernasbagai lautan emas adalah harapan pa-man tani akan panen yang melimpah danbebas hama serta gangguan. Jika panentelah tiba, musim petik telah datang,alangkah senang dan gembiranya hatikita. Hilang sudah rasa lelah jika melihathasil yang cukup melimpah. Pesta panenpun dirayakan dengan penuh suka cita.Semua yang hadir merasa bahagia. Apa-lagi buat pemuda dan pemudi, di saat
^Aun^ai Su«tuit«A
54
seperti itulah mereka saling pandang, sa-
ling janji, dan saling berbalas pantun."Begitulah kira-kira tetjemahan senandungseruling bambu yang terdengar bersamatiupan sang bayu.
Lama sekali hat! Sri Dayang mere-
sapi kata-kata tetjemahan syair senan
dung seruling bambu itu. Gadis itu pun
tersenyum simpul sendiri."Hai, Dayang! Angin apa yang
membawamu ke ladang! Nanti kulitmu
hitam tersengat matahari dan keringatmu
bau Lumpur," terdengar ejekan dari te-tangga sawah. Sri Dayang menjadi malu
mendapat sindiran itu. la ingin menjawabtapi mulutnya bagai terkunci.
"Hai, Dayang mengapa kau diam
saja! Mengapa engkau bersedih. Apakahgerangan yang sedang melanda hatimu?Kudengar emakmu selalu bercerita bah-
wa kau akan dipinang putra mahkota RajaLangkat. Apakah benar kabar itu, Dayang? Kalau memang benar, alangkahsenangnya kau Dayang, gadis kampungyang bernasib mujurl" teriak suara itu lagi.
Sri Dayang pun tak mampu menja
wab pertanyaan-pertanyaan itu lagi. Mulutnya semakin terkatup rapat.
"Tidak benar! Itu tidak benar! Aku
55
tak pemah bermimpi menjadi permaisuri!
Teriak hati Sri Dayang.Ketika senja hampir padam, Sri Da
yang pun pulang ke rumah. Dalam perja-
lanan menuju ke rumah, hati Sri Dayang
merasa sedikit lega. Hari itu ia bisa mem-
bantu emak dan bapaknya. Rasa lelahdan penat setelah seharian kerja, tak di-
rasakannya. Sebagai gadis petani, iamemang harus menjalani hidup sebagai-mana gadis kampung.
Perjalanan dari iadang ke rumah SriDayang melewati sungai yang airnya sa-
ngat jemih. Hati Sri Dayang pun terbujukuntuk mandi di sungai yang bening danpenuh bebatuan hitam itu.
"Ah, alangkah segarnya badan inijika menyelam dalam air sungai beningini,° suara batin hati Sri Dayang.
Namun, ketika gadis itu hendak
mandi, tiba-tiba dari arah hulu meluncur
seekor ular kobra yang cukup besar. Uiar
itu mendesis keras. Kepala ular kobra itumenjulur membentuk seperti sendok. Li-dahnya menjulur ke luar sambil mengejarSri Dayang. Gadis itu pun berteriak-teriakminta tolong.
"Tolong...! Tolong...! Ular...! To-long...!" teriak Sri Dayang parau sambilberlari sekuat tenaga. Dengan cepat pula
SiwruUta
56
ular kobra itu mengejar Sri Dayang."Tolong...! Tolong... Mak! Tolong...
Pak!°
"Tok...! Tok...! Dayang! Dayang!Ada apa, Nak! Buka pintu... Nak! Tok!Tok! Buka pintu cepat!°teriak Mak SriDayang dari luar.
Dengan nafas yang memburu dankeringat dingin membasahi seiuruh tubuh-nya, Sri Dayang seketika sadar bahwa itusemua hanya teijadi di alam mimpi.
"Oh, aku bermimpi rupanya," batin
Sri Dayang iirih."Dayang! Dayang, buka pintunya,
Nak!"
"Ya, sebentar, Mak!"
"Ada apa, Dayang. Tengah maiambegini kok teriak-teriak. Emak sampai ka-get mendengarteriakanmu itu."
"Tidak apa-apa, Mak.""Kau pasti mimpi. Coba ceritakan
apa yang terjadi dalam mimpimu itu,Dayang?"
"Tidak, Mak. Dayang tak bermimpiapa-apa."
"Jangan bohong, Dayang. Cerita
kan saja mimpimu itu," desak mak SriDayang.
Dengan terbata-bata, akhirnya SriDayang menceritakan mimpinya pada
57
malam itu.
"Bagus! Itu pertanda bagus, Da-yang. Apaiagi ularnya ular kobra. Kata ne-nek moyang kita, kalau seseorang mimpidigigit ular, past! orang itu sedang ada
yang mau melamar. Ya, apaiagi kaugadis
yang cantik. Ular dalam mimpimu itu ular
Kobra. Kobra adalah rajanya ular berbisa.Pasti impianmu sebentar lagi akan menja-di kenyataan. Kauakan dipinang anak ra
ja. Percayalah, Dayang. Oh, betapa ba-hagianya hatiku. Oh, Dewata yang agungterima kasih atas kemurahanmu!"
Mendengar penjelasan emaknya
hati Sri Dayang semakin sedih. Gadis itupun menutup pintu kamarnya kembali. la
ingin melupakan mimpinya yang seramitu. la ingin melanjutkan tidurnya yang te-lah terputus. Di luar udara sangat dingin
dan beku.
Malam itu langit kelam. Mendung
kelabu menutupi hampir permukaan la
ngit.Tak satu pun kerlip bintang-gumin-
tang terlihat apaiagi bagi rembulan sang
dewi malam. Sejak senja tadi langit me-
mang terlihat sangat murung. Semurung
dan sesedih hati Sri Dayang yang sedang
gelisah di dalam pembaringan kamarnya
yang bisu. Gadis itu ingin segera mem-
^wnalUa.
vr
58
bunuh keresahan hatinya. la ingin segeramelupakan mimpinya yang seram. Na-
mun, matanya tak mampu terpejam de-ngan segera. Pikiran gadis itu pun sema-kin tersiksa. Dari celah dinding kamamyayang sedikit berlobang, Sri Dayang bisamembayangkan betapa malam Itu me-
mang berlalu dengan kekelaman pekat
tanpa secercah cahaya rembulan.
Ketika terdengar ayam jantan ber-kokok untuk yang pertama kalinya pun,
mata Sri Dayang belum bisa terpejam.Gadis itu terbayang kembali mimpi se-
ramnya. la menjadi semakin gelisah an-
tara keinginannya lepas dari hidup pi-ngitan dan menghirup nafas kebebasan
menjadi campur aduk melanda jiwanya. lajuga terkenang masa-masa indahnya diwaktu kecil apalagi kalau purnama tiba.
Setiap bulan purnama tiba ketikabulan bulat penuh di atas langit yang
bening bersih, ia teringat masa lalunya.Ditemani tatapan sejuta bintang-bintang
sang dewi malam tersenyum cerah yangmenerangi kegelapan malam, anak-anak
kampung pun menggelegar berbagai ma-
cam permainan. Gobak sodor, petak um-pet, dan kucing-kucingan adalah nama-nama jenis pennainan yang digelar anak-
59
anak kampung. Mereka bersuka ria men-
jemput purnama.Sri Dayang bersama teman-teman
sebaya turut gembira. Namun, kegembl-raan itu tak berlangsung lama, kalauemak dan bapaknya menyuruhnya pu-lang.
"Dayang! Dayang sudah malam.Nantl kakimu tertusuk duri. Anak perem-puan tak pantas main petak umpet. Ayopulang. Hari sudah larut!" teriak emaknya.Dengan perasaan tertekan Sri Dayangpun pulang ke rumahnya. la meninggal-kan teman-temanya yang tengah asyikbermain mencumbui bulan hingga tengahmalam.
"Uh, emak sepertinya tak sayang
aku dari kecil. Oleh karena sejak kecil akusudah tak bisa bergerak bebas. Sampaimain-main di sekitar rumah pun dibatasi,"desah gadis itu lirih mengenang masa kecil nya yang tak bahagia. Pada saat ma-tahari hendak terbit dalam sekejap gadisitu terlena dibuai mimpi yang indah penuhkenangan.
Ketika terjaga ternyata matahari sudah cukup tinggi. Kedua orang tuanya su
dah lama pergi ke ladang. Seperti biasa-nya segala kebutuhan Sri Dayang sudahdipersiapkan emaknya. la tak perlu su-
tBim^
60
sah-susah menanak nasi, menjerang air,dan mencuci pakaiannya. Oleh karenasegala keperluan dan kebutuhannya se-mua sudah ada di depan matanya. Lantalrumah pun sudah berslh. la tak diberi se-
dikit pun pekeijaan rumah agar badannyabisa bergerak. Satu-satunya tugas rutin-nya hanya mandi dan merawat tubuhnyaagar tetap tetjaga dari kotoran dan terik
matahari.
"Aku sudah bosan menjaiani hidupseperti ini. Aku harus berontak. Aku harus
menyusul orang tuaku ke sawah. Akuharus...!" Teriak Sri Dayang lantang.
Gadis itu terus berteriak-teriak sen-
dirian. Sorot matanya liar, la Ingin berontak dan ingin bebas. Bahkan, SriDayang ingin lepas dari pingitan keduaorang tuanya. Keinginannya untuk bebassudah lama terpendam. Hari itu seperti-nya mendapat kekuatan baru sehinggatekadnya sudah bulat. la ingin segera menyusul emaknya di ladang. Dengan sege-nap kekuatan tenaganya ia berhasil men-dobrak pintu rumahnya. Setelah segalasesuatunya lengkap, dengan langkah ter-buru-buru, Sri Dayang terus melangkahmenuju ladang. Ketlka sampai di ladang,kedua orang tuanya sangat murka.
"Dasar anak tak tau diri! Dasar anak
{Bun^ Jamaica
61
bandel! Mau jadi apa kau Dayang, me-langgar perintah orang tua!" bentak emak-nya.
"Kita hajar saja, Mak! Biar tahu ka-lau kita tak akan main-main!" sahut ba-
paknya sambil mengambil ranting pohonyang tidak teiialu besar.
"Ampun, Mak! Ampun, Mak! Am-
pun, Pak!" teriak Sri Dayang ketika keduaorang tuanya dengan penuh kemarahan
memukul dirinya. Kedua orang tuanya itubagai kemasukan setan. Mereka berdua
seperti lupa daratan. Hari itu Sri Dayangmendapat pukulan yang bertubi-tubi darikedua orang tuanya. Mereka tak hanyacukup dengan memukul anak semata wa-
yangnya itu. Batikan, emak Sri Dayangberhasii menarik rambut Sri Dayang yanghitam iegam. Dipuntirnya rambut anak ga-disnya itu. Sri Dayang tak bisa berbuatapa-apa. la hanya bisa melolong mintaampun kepada kedua orang tuanya itu.Namun, teriakan Sri Dayang dan tangis-nya tak mampu menghentikan kemarahan
kedua orang tuanya.
"Ampun, Mak! Dayang tobat, Mak!Ampun, Pak! Ampun...!" Ratap Sri Dayang lagi.
"Anak tak tahu diri. Sudah disuruh
hidup enak kok malah membangkang.
dLuitjiai ̂ on^ea^ ̂umalta
62
Rasakan ini!" teriak bapak Sri Dayangsambii menghunus sebilah parang.
"Jangan, Pak! Jangan dibunuh. Ku-rasa kita cukup memukulnya saja. Kalaudibunuh, nanti kita tak bisa punya me-nantu bangsawan," emak Sri Dayang ber-teriak-teriak menghentikan niat suaminyayang hampir kalap.
Hancur lebur perasaan Sri Dayanghari itu. Keinginannya untuk hidup bebasmusnah sudah. Seluruh tubuhnya terasasakit akibat pukuian dari kedua orangtuanya. la harus mengubur dalam-dalamkeinginannya untuk menjaiani kehidupannormal.
Sejak kejadian itu, kedua orang tuaSri Dayang semakin memperketat pingit-annya. Kalau pada hari-hari biasanya iahanya dipingit di dalam rumah. Namun,sejak kejadian itu, Sri Dayang dikurungdalam kamar khusus yang terkunci dariluar. Hati Sri Dayang semakin hancur.Hari-hari berlalu begitu sunyi dan sepi. lapun semakin tersiksa.
"Wahai Dewata penguasa jagad. Dimana letak keadilan dUnia!" Mengapahamba tersiksa begini? Mengapa keduaorang tua hamba begitu kejam terhadaphamba? Kapankah berakhir semua deritadan siksaan ini. Wahai Dewata yang
£Bun^ {ILomjiai SumoUa ̂lLta*a
63
Agung, tolonglah hambamu ini yang le-mah tiada daya!" ratap Sri Dayang ber-
ulang-ulang. Hati gadis itu pun menjadiputus asa.
Di tengah-tengah hatinya yang se-
dang berduka, Sri Dayang tetap mengu-capkan doa-doa kepada para dewata,
yang menguasai segala penjuru mataangin, bumi, dan langit. Hingga padasuatu hari, langit yang cerah tiba-tiba sajatertutup awan hitam. Dalam waktu singkathujan badai pun turun. Petlr meledak me-mekakkan telinga. Angin ribut meroboh-kan pepohonan. Alam sepertinya sedangmurka. Langit menumpahkan segala isi-nya.
"Oh, Dewata Nan Agung. Tolonglah
hambamu ini yang lemah tak berdaya.
Semua yang ada di bumi ini telah mem-benci hamba. Di mana letak keadilan du-
nia ini. Kedua orang tua hamba pun telahmembenci hamba. Mereka sudah tak sa-
yang lagi pada hambamu ini. Hamba ingin
bebas. Tolonglah, wahai Dewata NanPerkasa penguasa jagad raya," ratap SriDayang.
Ketika hujan badai telah reda, dari
celah-celah dinding kamar Sri Dayang
tiba-tiba muncul gumpalan asap putih.
Makin lama asap putih itu makin tebal
^umalia
64
memenuhi ruangan. Saat asap itu lenyapdari pandangan gadis itu, di hadapannyatelah berdiri seorang kakek-kakek berpa-kaian serba putih.
"Jangan takut, hai Sri Dayang, gadis cantik yang sedang berduka," sapaorang tua itu lembut.
"Kakek siapa?" tanya Sri Dayanggemetar.
"Akulah Datuk Pertapa Sakti yangakan menolongmu, Dayang"
"Benarkah itu?"
"Benar, Dayang. Sekarang apayang kauinginkan. Katakan saja. DewataNan Agung akan mengabulkan semuapermintaanmu!"
"Terima kasih, Datuk Pertapa Sakti.Hamba sudah bosan hidup sebagai gadispingitan. Kedua orang tua hamba terlalumemanjakan hamba. Dari kecil selalu di-batasi ruang gerak kehidupan hamba.Padahal, hamba ingin menjalani kehidupan ini dengan normal. Namun, semuakeinginan hamba selalu dilarang tanpaalasan yang jelas dan masuk akal. Manamungkin hamba sebagai gadis kampungmampu memenuhi keinginan emak hamba agar disunting oleh putra mahkota ke-rajaan. Sedikit pun hamba tak pernahbermimpi menjadi manantu Baginda Raja
Sumotui '^tUXoAA
65
Langkat. Ketika hamba mencoba membe-rontak, kedua orang tua hamba makin
kejam. Hamba telah menjadi gadis pingit-
an selama bertahun-tahun. Untuk itu,
hamba ingin bebas. Jadikanlah hamba
apa saja yang penting hamba bisa hidup
bebas merdeka tanpa tali yang menge-
kang hamba. Hamba ingin hidup di alam
bebas yang luas," pinta Sri Dayang me-melas. Butir-butir bening meleleh dari
sudut kedua bola matanya yang lelah."Baiklah, Dayang. Semua keingin-
anmu akan dikabulkan. Pejamkanlah kedua matamu."
Sri Dayang lalu memenuhi segaiapermintaan Datuk Pertapa Sakti. la me-
mejamkan matanya. Ketika membuka
matanya, gadis cantik itu telah menjelmamenjadi seeker burung yang sangat in-dah.
"Sekarang, engkau bisa terbang bebas ke mana engkau suka, Dayang" kataDatuk Pertapa Sakti.
"Terima kasih, Datuk Pertapa Sakti."
"Tapi ingat, Dayang. Walaupun ke
dua orang tuamu telah memingitmu, engkau Jangan dendam kepada mereka. Se
karang susullah mereka di ladang. Kata-kan terus terang bahwa dirimu telah men-
^ompoi
66
jelma menjadi seekor burung.""Baiklah Datuk Pertapa Sakti, ham-
ba akan segera menemui kedua orangtua hamba. Namun, ada yang ingin ham-ba tanyakan, sebagai seekor burung, bu-kankah hamba harus tahu nama hamba
sendiri?" tanya Sri Dayang yang telahberubah wujud.
"Oh, ya Datuk hampir lupa. Mulaisaat ini, engkau kuberi nama BurungBalam. Makanlah biji-bijian yang pak tanitanam, kelak pun para petani akan se-nang memeliharamu di rumah-rumah me-
reka!" jelas Datuk Pertapa Sakti. Setelahberkata demikian, asap putih tebal me-ngepul memenuhi ruangan kembali. Pada
saat asap itu hilang, Datuk Pertapa Saktiitu pun lenyap dari pandangan si BurungBalam jelmaan Sri dayang. Lalu BurungBalam itu pun melesat terbang menujuladang tempat kedua orang tuanya be-kerja.
Ketika sampai di ladang, keduaorang tua Sri Dayang sedang giat beker-ja. Burung Balam itu hinggap pada se-buah ranting pohon tepat di atas mereka
bekeija.
"Oi, Emak. Oi, Bapak! Akulah SriDayang anakmu. Kini telah berubah wu-
judku. Burung Balam namaku!" seru Bu-
'^on^en^ Su«tuit«a '^HXana.
71
Sebutan Pawang yang disandang-nya, karena Pawang Satria bersahabaterat dan mengertr kehidupan binatangmelata dan berbisa, seperti buaya, ular, li-pan, kala, dan lain-lainnya. Telah banyakorang yang sembuh- diobatinya, sepertilumpuh sehingga dapat berjalan atau pa-tah tulang, serta kelu, digigit ular berbisa.Begitu juga, biia ada orang yang hilangtersesat di hutan Bukit Barisan, dapat di-ketemukannya. Walaupun telah bertahun-tahun berkeluarga, mereka beium dikaru-niai keturunan. Setiap maiam sebelumberanjak tidur, mereka senantiasa berdoaagar memperdeh anak, sebagai buah ha-ti, pengarang jantung, dan cibiran tulang.
Pada suatu ketika, saat bulan pur-
nama, mereka duduk berdua memandangkilauan air Sungai Nipah yang terasa in-dah. Beberapa kali terlihat buaya menga-pungkan dirinya. Di antaranya sepasangbuaya putih yang sangat besar besertaseeker yang masih kecil. Dayang Merduberkata di samping suaminya, "Makhlukitu mengerti keindahan, ya Pak. Andai-kata kita punya anak seperti buaya itu,aku pun tidak menolaknya."
"Kita tak boleh berputus asa. Suatusaat kita akan memperdeh anak sebagai
72
buah hati, pengarang jantung, dan cibirantulang."
Pada suatu hari, Pawang Satriaberperahu pergi ke lubuk di rimba huluSungai Nipah untuk menangkap ikan. lajuga akan mengambii lukah atau bubunyayang telah tujuh hari di tahannya. Lubuksungai itu sangat dalam. Seiain airnyaderas menikung, pada bagian yang te-nang ada buaya yang berkeliaran. Buayaitu sedang mengintai bahkan ada yangmemangsa burung bangau yang sedangmencari ikan. Tak seperti biasanya, sete-lah ikan diperolehnya, ia menahan kem-bali lukahnya di dalam air, dan setelahbeberapa hari kemudian diambil lagi.
Ketika Pawang Satria akan beran-jak pulang, belum sepenggalah perahu-nya menghilir seiain sayup-sayup gemer-cik air yang menghempas ke batu, ter-dengarlah suara tangis bayi.
"Tak mungkin," katanya dalam hati.Akan tetapi, ditepikan perahunya untukmencari asal suara tangis bayi. Betapaterkejutnya Pawang Satria menyaksikanhal ini. DIsapu-sapu matanya berulangkali. Temyata ia tak bermimpi namunmustahil. Dilihatnya seorang bayi terba-ring di daunan yang kering. Tak jauh daribayi itu terdapat seonggok kulit buaya.
SumoUa
73
"Bayi siapa ini," katanya dalam hati.Untuk meyakinkan bahwa bayi tersebutada pemiliknya, la berteriak keras-keras.
"A.... hoi siapa di sini." Namun, ha-nya suaranya saja yang membahana me-mecah kesunyian hutan tiada jawaban.
Setelah yakin tidak ada yang men-jawab Pawang Satria cepat membawabayi itu pulang beserta kulit buaya yangdijumpainya. Keanehan juga terjadi tiba-tiba bayi tersebut diam tidak menangis dipangkuannya. Ditatapnya wajah bayi itu."Alangkah cantiknya bayi ini, akan kura-wat sepenuh hati. Terima kasih, YangMaha Pencipta," katanya dalam hati. Ha-nya sesekali ia mengayuh tetapi pera-hunya tetap melaju.
Setelah sampai bahkan perahunyabelum ditambatkan, Pawang Satria berteriak memanggil istrinya. Secepatnya Da-yang Merdu menjemput suaminya yangmenggendong sesuatu. Dayang Merdubertanya, "Bayi siapa ini Kanda?"
"Yang Kuasa telah mengabulkanpermintaan kita Dinda," jawab PawangSatria dengan gembira.
"Bawa dan uruslah!"
Setelah semuanya selesai, PawangSatria menceritakan kembali seluruh keja-dian serta juga keanehan yang dialami-
Stuiuirfa ̂ CtoM
74
nya. Kulit buaya kecil tersebut lalu di-simpannya dengan rapi di dalam peti diruangan tersendiri. Kelak menurutnya kulit tersebut akarv dijadlkan perhiasan din-ding.
Betapa gembiranya perasaan Da-yang Merdu walaupun sesungguhnya iatak tahu siapa pemiiik bayi itu. Sejak itumereka merawat sang bayi dan beri namaNilam Baya. Warga menjadi gempar.Akan tetapi, kegembiraan itu kemudianmenjadi reda dengan sendirinya. Hari ber-ganti bulan, bulan berganti tahun. NilamBaya beranjak remaja.
2. NILAIV^ BAYA
Semenjak keberadaan Nilam Baya
di tengah-tengah Pawang Satria, kehi-dupan mereka semakin bahagia. Pawang
Satria semakin dikenal di seluruh Tanah
Batu Bara dan bahkan di seluruh tanah
Deli. Kecantikan Nilam Baya menjadibuah bibir bagi yang melihatnya dan bagi
yang mendengar beritanya ingin segeramenyaksikan, rambutnya yang hitam ter-
gerai, dan ikal mengurai. Tingginya se-mampai. Kulitnya mulus kuning langsatbagaikan pualam. Bila nyamuk hinggap
menghampirinya seakan tergelincir kare-
na halusnya. Matanya berbinar. Hidung,pipi, dan bibirnya elok dipandang. Leher-
nya yang jenjang sungguh menawan.Keterampilannya sebagai seorang wanita
tiada pula cacat celanya. Demikian pula
adat sopan santunnya sangat terpuji.
Kalau Nilam Baya berbicara orang akanbetah mendengarnya. Suaranya yang
merdu baik berbicara maupun berden-
dang bagaikan bulu perindu.
Dayang Merdu bangga akan kecan
tikan Nilam Baya. Akan tetapi, sesekali ia
^Cla/ia.
76
timbul rasa was-wasnya. Dari manakahsebenarnya asal Nilam Baya? Siapakahgerangan orang tuanya? Keraguannyapernah ditanyakan kepada PawangSatria, suaminya, ketika Nilam Baya tidakbersama mereka.
"Kanda, ada sesuatu ha! yang anehpada diri anak kita," kata Dayang Merdu.
"Berapa bar! yang lalu Dinda teiahmemindahkan kulit ke lumbung pad! ketiang di ruang tengah. Nilam Baya men-carinya dan menanyakan kepadaku. Se-telah kukatakan tempatnya dengan ter-senyum ia mengatakan bahwa kulit itu
pakaiannya. Bagaimanakah ini Kanda?""Tidak baik berpraduga. Dinda ja-
ngan pikirkan yang tidak-tidak. Bukankah
sejak kehadiran anak itu, kehidupan kitasemakin sejahtera dan warga kita sema-kin makmur," jawab Pawang Satria.
"Tetapi Kanda, apakah Nilam Bayabukan penjelmaan dari peri sungai yangbaik? Suatu keanehan lagi Kanda, NilamBaya sangat senang makan daging dari-pada makanan yang lainnya? la pun senang mandi di sungai. Walau pun wanita,
ia bisa berenang atau menyelam dan takada yang menandinginya. Seakan-akan
...," kata Dayang Merdu tidak jadi mene-ruskan kata-katanya.
dLontpoi Sumotca ̂ ILtauL
77
"Sudahlah istriku, singkirkan pikiran
dan bayangan yang menggodamu. Lihat-lah betapa cantiknya putri kita." Hibur Pa-wang Satria sambii menunjuk Nilam Bayayang sedang berjalan gemulai dan tang-kas.
Sejak itu, Dayang Merdu tidak per-nah mengkhawatirkan siapa sebenarnyadan dari mana asal-usul Nilam Baya.Bahkan, kasih mereka semakin bertam-
bah terhadap Nilam Baya. Tidak hanyakeluarga Pawang Satria, bahkan wargasekitarnya teramat sayang dan hormatkepada Nilam Baya. Bila tidak melihatsehari saja mereka menanyakan karenatimbul rasa rindunya.
Demikian kehidupan Nilam Baya
yang kian hari semakin rupawan.
Buo^ ^on^«n^ StutuiUa
3. DATUK INDRA JAVA
Bila di hulu Sungai Nipah bertempat
tinggal Pawang Satha, di hilir sungai yang
masih dalam kawasan Tanah Batubara,
terdapat suatu kepenghuiuan di bawah
pimpinan Datuk indra Jaya, putra Datuk
Indra Dewa.
Jarak antara kedua tempat ini ti-
daklah jauh. Oleh karena bila kehiiir de-ngan perahu, lamanya sehari. Tetapi, bila
ke hulu menjadi sehari semalam. Demi-kian pula, di antara rumah Pawang Satria
dan istana Datuk Indra Jaya terdapat be-
berapa kepenghuiuan yang juga dipimpinoleh datuk-datuk yang lain. Oleh karena
itu, sepanjang Sungai Nipah tidak pernahsunyi karena ramai oleh perdaganganatau nelayan yang pergi menuju laut le-pas untuk menangkap ikan. Perdagang-
annya sehingga maju warganya tidak adayang miskin.
Datuk Indra Jaya sangat arif dan
bijaksana. Wajahnya tampan dan tubuh-nya kekar. Usianya masih muda. Beliausenantiasa bersifat adil bagi setiap war
ganya karena hukum selalu ditegakkan
SfumUui
79
dan disiplin dijalankan. Kemakmuran te-lah dicapai wilayah ini. Tetapi masih ada
yang kurang sempurna. Datuk Indra Jaya
belum memiliki Istri. Telah banyak dara
jelita yang diperkenalkan padanya. Dari
putri bangsawan yang rupawan sampai-sampai pada dara jelita yang kaya. Na-
mun, semuanya belum menggugah ha-
tinya atau belum berkenan untuk menyun-tingnya.
Pada suatu hari, Datuk Indra Jaya
pergi berburu ke hulu Sungai Nipah. De-ngan berbekal secukupnya dan ditemanibeberapa pengawal yang setia, mereka
berangkat berperahu. Setelah sehari se-malam berperahu mereka sampai ke te-
ngah rimba belantara. Mereka lalu mema-sang jerat. Tidak lama mereka menantitiga ekor rusa masuk keperangkapnya.Rusa itu tidak disembelih tetapi diikat dandibawa pulang. Tak lama kemudian mereka berangkat pulang.
Mendekati tepian sungai tempat
tinggal Pawang Satria, lantai perahu tera-sa ada yang mengetuk-ngetuk. Seakan-akan memberi isyarat, mereka harus me-nepi. Untuk mengetahui dengan pasti, para pengawal memeriksa perahu. DatukIndra Jaya naik ke darat. Pawang Satriamelihat kedatangan Datuk Indra Jaya.
Sumotui
80
Datuk Indra Jaya tidak mengatakan siapadirinya dan dari mana asal serta pakaian-nya yang bersahaja namun dari sikapnya,tahulah Pawang Satria bahwa DatukIndra Jaya bukan rakyat biasa. Sebalik-nya, Datuk Indra Jaya menduga inllahPawang Satria yang termasyur itu.
Pawang Satria lalu Berkata, "Suatukehormatan bagi hamba sekeluarga bilaTuanku singgah di gubuk hamba."
"Dengan senang hati dan penuhkebahagiaan kami sambut undangan Tu-an Guru yang mulia," kata Datuk IndraJaya.
Saat itu bertemulah Datuk Indra
Jaya dengan Nilam Baya ketika membe-rikan hidangan. Betapa kagumnya DatukIndra Jaya menyaksikan kecantikan Nilam
Baya. Wajahnya bercahaya, jarinya yanglentik, dan langkahnya yang gemulaimembuat hati Datuk Indra Jaya bergetar.
Setelah penatnya hilang, merekameneruskan perjalanan kembali pulang.
Sejak itu pikiran Datuk Indra Jayatiada menentu. Kata orang itulah penyakitcinta. Mengetahui anaknya mabuk kepa-yang, Datuk Indra Dewa mencari penye-babnya. Ternyata Datuk Indra Jaya terke-na panah asmara yang dilepas oleh Nilam Baya, putri tunggal Pawang Satria.
^tLXa/ia
4. PERKAWfNAN
Singkat cerita, Datuk Indra Dewamengirimkan utusannya untuk meresekkeluarga Pawang Satria. Apakah NilamBaya teiah ada tunangannya. Temyatautusan tersebut disambut dengan baikoleh keluarga Pawang Satria. Kata ber-jawab gayung bersambut. Pada kesem-patan Itu, Pawang Satria bertanya kepadaNilam Baya.
"Anakku Nilam Baya, telah datangutusan dari Indra Dewa yang ingin me-nyuntingmu sebagai istri Datuk Indra Ja-ya." Bagaimanakah tanggapanmu anakku? tanya Pawang Satria.
Dengan lemah lembut dan sopansantun menjawablah Nilam Baya.
"Ayahanda, yang baik bagi ayah-anda dan bunda, baik pula bagi ananda,bakti ananda kepada ayah-bunda."
Sekembalinya utusan Datuk IndraDewa yang telah memperoleh jawabandari Nilam Baya berkenan untuk diper-sunting Datuk Indra Jaya lalu pinangan di-siapkan.
Untuk kedua kalinya, Datuk IndraDewa mengirimkan kembali utusan. Pi-
£B<ui^a ̂ .Ofiipai
82
nangan dilaksanakan mereka menuju kerumah Pawang Satria dengan membawa
tepak sirih. Utusan pinangan menyiapkan
maksud dan tujuan melalui pantun danpepatah-petitih, sesuai adat Melayu.Utusan ini disambut dengan meriah. Tikar
adat digelar dan hidangan disajikan. Ta-pak sirih sebagai tanda persaudaraan di-
terima oleh keluarga Pawang Satria.Setelah pinangan diterima utusan mena-nyakan persyaratan melamar Nilam Baya.
Keluarga Pawang Satria hanya me-
minta peralatan sesuai dengan adat Me
layu Batubara.
Sesuai dengan tradisi adat Melayu
Batubara, setelah meresek dilalui, dipi-
nang telah dijalankan, antaran pun dilak
sanakan. Tapak sirih senantiasa tetap di-
bawa sebagai pembuka acara. Untuk
acara pinangan dibawa pula baju dari
sutera, sepatu dari baldu, perhiasan emaspermata, dan jamuan untuk pesta. Semua
ini adalah hadiah dari Datuk Indra Jaya
untuk putri Nilam Baya.
Pawang Satria beserta kaum kera-
batnya menerima utusan antaran Datuk
Indra Jaya. Tiga bulan purnama menda-tang pesta kawin akan dilaksanakan.
Sesuai dengan kesepakatan penge-
tua dan pemangku adat dari kedua belah
83
pihak, pada hari perkawinan yang telahditetapkan berangkatlah Datuk Indra Ja-ya. la berbusana raja-raja lengkap de-ngan pengawalnya serta wanita pembawa
juadah. Baiai di junjung berumbai megah,iringan perempuan berhias indah.
Setibanya di darat, Datuk Indra Ja-ya disambut oleh wanita-wanita dengantaburan bunga mawar, beras kuning danputih. Datuk Indra Jaya tidak diperkenan-kan berjalan melainkan di dukung olehpengawal yang gagah. la lalu dipertemu-kan dengan Nilam Baya dan diiringi dengan dayang-dayang.
Acara demi acara telah dilalui. Pes-
ta keramaian dilaksanakan selama tujuhhari tujuh malam. Setelah itu, Nilam Bayadibawa ke istana Datuk Indra Jaya.
Di sini pun pesta dilanjutkan selama
lima belas hari siang dan malam. Keramaian setiap hari di gelar dengan acara,pencak silat dan senandung tiada keting-galan.
Setelah itu, hiduplah Datuk IndraJaya bersama istrinya, Nilam Baya sertawarga Batubara dengan damai, aman,dan sentosa serta makmur dan berba-
hagia.
^tunaUa ''ICtaui
5. NILAM PERMATA
Selang beberapa tahun kemudian
setelah usai pesta perkawinan, Nilam
Baya pun hamil, semakin kasihiah DatukIndra Jaya kepada istrinya. Tujuh bulansetelah kehamilan kembali kenduri dilak-
sanakan dan seluruh penduduk negeri di-undang. Pesta tujuh bulan kehamilan in!
bag! adat Batubara disebut melenggang.Kenduri in! harus dilaksanakan karena se-
bagai ungkapan bahagia agar kelahiranbayitidak terhalang.
Beberapa waktu berlalu, lahirlah se-
orang putri dari perkawinan ini. Sesuaidengan adat budaya Melayu, setelah em-pat puluh hari kelahiran, kenduri pun dilaksanakan untuk penabalan nama bagi
anak yang lahir. Kemudian, putri ini diberi
nama Nilam Permata.
Betapa bahangianya Datuk Indra
Jaya bersama istrinya Nilam Baya. Seba-gaimana ibunya yang cantik jelita sertaayahnya yang gagah perkasa, tiada ber-beda dengan Nilam Permata. Bagi NilamPermata, yang lebih tua hormat senan-
tiasa disandang dan yang muda senan-
SumattA
85
tiasa disayang. Bahkan, rasa benci dan iriharuslah hilang sebagai bekal dalam per-
gaulan.
Sungguh, Nilam Permata menjadikembang di Batubara. Hari demi hari Ni
lam Permata tumbuh menjadi remaja danbanyak pemujanya, baik teman pria mau-pun wanita. Semua kagum atas kecan-tikan parasnya. Orang mengatakan padasaat itu kecatikan Nilam Permata tiada
terlukiskan atau terucapkan dengan kata-
kata. Wajahnya bersinar bagai rembulanpurnama, matanya bagai bintang kejora,aiisnya bagai semut beriring, rambutnyabagai mayang terurai, bibirnya bak delimamerekah, pipinya bak pauh di layang,
pinggangnya ramping bagai pohon pi-nang, dan lehernya jenjang. Nilam Bayamendidik anaknya menyulam, masak danberadat sopan.
'^ICXa^
6. PINANGAN
Setelah mencapai usia tujuh belas
tahun, semakin bertambah pula kecan-
tikan Nilam Permata. Paras wajahnya
yang ayu terberita ke seluruh wilayahBatubara.
Pada waktu itu ada beberapa ke-
penghuluan, seperti, Lima Laras, TanahDatar, Air Putih, Lima Puluh, Tinngi Raja,
Dolok dan lain-lainnya. Teiah terbetik ke-cantikan Nilam Permata Timbul hasrat
bagi datuk-datuk itu untuk mempersuntingNilam Permata, bagi putra mereka yangmerupakan pewaris tahta.
Pertama sekali seorang datuk diBatubara mengirimkan utusannya padaDatuk Indra Jaya, yang akan meminangNilam Permata. Karena Nilam Permata
masih belia, pinangan ini tidak segera di-terima. Bukan berarti ditampik tetapi ha-
nya ditunda sementara.Hal pinang-meminang ini disampai-
kan Datuk Indra Jaya beserta istrinya ke-pada Nilam Penmata. Sebagai anak yangberbakti kepada orang tua, Nilam Permata menyeratikan keputusan kebijaksana-
87
an ini kepada ayah-bundanya.Belum tuntas putusan pinangan di-
berikan telah datang pula utusan daridatuk kepenghuiuan lain dengan maksudyang sama, untuk meminang Nilam Per-mata. Betapa bingung Datuk Indra Jayamenghadapi ini. Sebagaimana pinanganpertama, pinangan yang lain ini pun di-tunda dan kepastian belum dibehkanagar tidak menimbulkan kekecewaan.
Berselang waktu beberapa hari ke-
mudian datang lagi utusan peminang darikepenghuiuan yang lain lagi. Sama seper-
ti jawaban pertama, jawaban pinangan inipun, tetap ditunda.
Belum genap sebulan, belum lepas
dari pinangan pertama, kedua, dan keti-ga, datang pula utusan dari kepenghuiuanyang lain pula. Penampikan pinangan bu-kankah tujuan mereka, melainkan untukmempererat tali persaudaraan?.
Berkata Datuk Indra Jaya dalam
hatinya, "Bangaimana ini, anakku hanyasemata wayang tetapi yang datang inginmeminang ada empat orang, bagaikanmakan buah simalakama, seperti pinang
an terdahulu, pinangan ini pun ditundajawabannya."
Telah tersiar kabar bahwa putri Da
tuk Indra Jaya dilamar oleh empat orang
Sumotui ̂'ILXaAa
90
tang, biia diusir ketiganya menjauh kem-bali ke kandang masing-masing.
Tepat tatkala bulan purnama, Nilam
Baya memanggil putrinya, Nilam Per-
mata. Di tengah malam buta tanpa di-
ketahul seorang jua pun, dibawanya pu
trinya ke tepian Sungai Nipah, seakan-akan ada yang memberi tahu. Ketiga ekormakhluk sahabat Nilam Permata meng-ikutinya. Tiada suara dan tiada berkataNilam Permata bersipuh di hadapan bun-
danya. Demikian pula ketiga hewan itududuk sejajar bersama. Tiba-tiba langitgelap semua hitam pekat sehingga bulantiada teriihat. Tak lama kemudian langitberangsur cerah karena bertebaran bin-
tang di angkasa sehingga bulan pun ber-sinar dengan megah. Disinarnya yang te-maram samar-samar teriihat empat orang
wanita menghadap Nilam Baya. Kelimaorang ini kembali ke istana Datuk IndraJaya.
Keesokan harinya seakan-akan ti-
dak terjadi apa-apa. Ketika Datuk IndraJaya memanggil putrinya di kamar, ke-luarlah empat orang dara yang berwajah
dan berbaju serupa. Bahkan, tinggi danbentuknya juga sama. Datuk Indra Jayatak tlapat membedakan yang mana Nilam
Permata.
SiHiuilta '^Ctoia
91
Setelah duduk, satu per satu berka-ta dengan suara tiada berbeda.
"Ayah, Bunda, Ananda Nilam Per-mata."
"Ananda Nilam Kesuma."
"Ananda Nilam Kencana."
"Ananda Nilam Cahaya."Kini giliran Datuk Indra Jaya berta-
nya kepada Nilam Baya, "Istriku, siapakahmereka?"
Maka berkata Nilam Baya, "Kanda,ampuni Dinda, mereka adalah anak-anak
kita. Yang Kuasa telah mengabulkan per-mohonan Dinda. Bukankah anak kita te
lah dipinang empat orang Datuk?"Datuk Indra Jaya terharu menyam-
but mereka. Penduduk Batubara menjadigempar atas kehadiran putri-putri DatukIndra Jaya, yaitu Nilam Permata, NilamKesuma, Nilam Kencana, dan NilamCahaya.
Namun lambat laun hal ini menjadireda dan mereka bekeija seperti sedia-kala.
8. PERHELATAN
Kehadiaran putri-putri Datuk Indra Jayatelah terdengar dan diketahui oleh datu-datuk yang meminangnya sehinggabetapa suka cita mereka. Selanjutnya,mereka segera mengirimkan utusan untukpeminangan. Betapa bahagianya datuk-datuk ini. Pinangan mereka diterima.Masing-masing datuk menerima NilamPermata, Nilam Kesuma, Nilam Kencana,dan Nilam Cahaya, sebagai calon istri.Antaran pun lalu dikirimkan. Datuk IndraJaya akan menyelenggarakan pesta rak-yat besar-besaran, sebulan penuh, tigapuluh hari tiga puluh malam. Datuk IndraJaya mencanangkan pengumuman per-kawinan putri-putri nya.
Menjelang pesta perkawinan akandiadakan -semua ikan, ternak, sayuran,
dan buah-buahan tumbuh dengan subur,pepohonan pun berbuah lebat.
Tepat pada hari yang telah diten-tukan, pelaminan didirikan untuk keempatpasangan disandingkan. Mempelai wanitaberwajah serupa. Hanya merekalah yangtahu, yang mana suaminya. Sebaliknya
^<ui^ S<unatui ̂ Cta«a
93
datuk-datuk ini tidak tahu yang manaistrinya. Demikianlah pula seluruh wargadi Batubara, tiada tahu yang mana putriDatuk Indra Jaya yang sebenarnya.
Bendera dipasang di mana-mana.Seluruh warga bersuka ria. Bila slang harlpertunjukan pencak silat dan blla malamharl senandung didendangkan, Japin danrebana tidak ketlnggalan. Cahaya lampukerllp-kerllp berkllauan dan Istana terangbenderang.
Makanan yang lezat citra rasanyadihldangkan dengan hiasan dan dibentukberaneka rupa sehlngga menlmbulkan se-lera. Usal sudah keramalan dan datuk-
datuk kemball ke negerlnya membawaIstrinya maslng-maslng. DI kepenghuluanInl pun keramalan kemball digelar. Takkalah keramalan yang dllaksanakan olehDatuk Indra Jaya. Selanjutnya merekahidup berbahagla.
^R.ampai Sunutica
9. KERiNDUAN
Kini tinggalah Datuk Indra Jaya ber-
sama istrinya. Warganya semakin mak-
mur jua. Sesekali secara bergantian ataubersama-sama keempat putrinya datang
mengunjunginya. Berkat perkawinananak-anaknya dahuiunya kepenghuluan
di Batubara terlepas satu dengan lainnya,kini antara kepenghuluan yang satu dengan kepenghuluan yang lain telah diikattali persaudaraan sehingga rakyat semakin bersatu dan kemakmuran semakin ter-
capai. Betapa damainya hidup di Batubara. nelayan, petani, dan pedagang se-mua hidupnya senang.
Bertahun telah berselang tetapi Da
tuk Indra Jaya belum mengetahui yangmana putri kandungnya. Sebenarnya bu-kanlah menjadi persoalan karena keempat putri ini sama hormat dan sayangnyakepada Datuk Indra Jaya serta NilamBaya. Bahkan juga kepada Atok danneneknya, Pawang Satria dan Dayang
Merdu serta Datuk Indra Dewa dan istri
nya.
Namun, misteri ini terungkap sete-
lah pada suatu Jtetika Datuk Indra Jaya
^R.a4npai Sunuiica ̂ CtoM
95
mengunjungi anak-anaknya. Pada waktumakan bersama, Datuk Indra Jaya meng-
amati makan putrinya yang seorangpunputrinya sangat menggemari sayuran,yang seorang pula menggemari buah-buahan, dan yang seorang lagi menyukai
daging dan ikan, serta yang seorang pulasemua hidangan dimakan secara wajartidak ada yang istimewa.
Setelah itu, mengertilah Datuk IndraJaya yang mana anaknya yang sebenar-nya. Namun, sebagai orang tua yang bi-jaksana la tidak pemah membeda-beda-
kan perhatiannya terhadap anak-anak-
nya. Kian hari kian kasih jua mereka.
^Aun^ai §<unat«a
10. KEPERGIAN
Di dunia yang pana tidak ada yang
kekal abadi. Usia Datuk Indra Jaya se-makin tua, namun penampilannya tetap
prima, demikain pila Nilam Baya, kecan-tikannya tidak pudar ditelan masa. Sesuaidengan janji yang kuasa, makhluk didunia harus kembali ke asalnya.
Suatu ketika, Nilam Baya meminta
diantar Datuk Indra Jaya ke kampung ha-
lamanya ke rumah Pawang Satria. Se-sampai di sana, saat bulan purnama tibaberkatalah Nilam Baya kepada Datuk
Indra Jaya, Pawang Satria, dan DayangMerdu.
"Kanda, Ayah, dan Bunda, ada se-suatu yang ingin Ananda sampaikan yangakan mengubah hidup kita."
"Apakah gerangan Dinda," tanyaDatuk Indra Jaya.
"Terima kasih Kanda, Ayah, dan
Bunda. Dinda harap, Kanda kuat mene-
rima kenyataan ini. Tiada seorang punyang menanyakan asal-usul Dinda yangsebenarnya. Sekali lagi, terima kasih atascurahan kasih sayang yang diberikan ke-
Stunalca ̂ Cta«a
97
pada Dinda. Kini saatnya Dinda mening-galkan segala-galanya termasuk orangyang dinda cintai."
Hampir tak percaya dan betapa ter-kejutnya Datuk Indra Jaya.
"Dinda berkatalah yang sebenar-nya," kata Datuk Indra Jaya mengiba.
Seterusnya berkata Nilam Baya,"Ayah, Bunda, dan Kanda, sebenarnyabeta adalah keturunan peri yang men-jelma di alam manusia. Tidak dapat dice-gah lagi Kanda, kini saatnya Dinda haruskembali malam ini. Ampunilah kesalahanDinda, kutitipkan keempat putri-putri kita."
Selanjutnya, Nilam Baya bersujudkepada Pawang Satria, Dayang Merdu,dan terakhir pada Datuk Indra Jaya.
"Kanda, Ayah, dan Bunda, janganditangisi kepergian beta. Kini antarkan beta ketepian sungai."
Nilam Baya berdiri kemudian ber-jalan dan diringi oleh Datuk Indra Jayadan Dayang Merdu.
Sesampainya di tepian sungai tiba-tiba gelap, namun hanya sesaat. Akantetapi, ketika bulan terang kembali NilamBaya telah gaib. Di atas riak air SungaiNipah terdengar gemercik air yang ter-sibak sesuatu makhluk berenang ke hulu.Sadarlah mereka apa yang telah teijadi.
Sumoita ̂ tata
98
Keesokan harinya setelah Nilam
Baya pergi, Dayang Merdu ingin melihatpeti tempat kulit buaya dahulu tersimpan.Terkejut juga Dayang Merdu karena kulitbuaya yang seiama in! tersimpan turutraip. Hal ini telah diduga oleh Pawang
Satria dan Datuk Indra Jaya. Tidak bera-
pa lama mereka kembali ke istananya.Kemudian setelah beberapa kali bulan
purnama tiba Datuk Indra Jaya pun wafat.Warga di Batubara berduka. Akan tetapi,kedukaan mereka tidak berlanjut serius:
Beberapa hari kemudian kehidupan ber-jalan seperti sediakala.
Mereka yang pergi boleh tiada, ki-sah Nilam Baya tetap dikenang dan diceritakan turun temurun dari nenek kepa-
da cucunya sampai saat ini.Pada umumnya cerita dongeng ber-
tujuan untuk pendidikan. Pertentanganantara yang jahat dan yang baik/benarberakhir dengan yang baik/benar pastimenang, sedangkan yang jahat pasti ka-lah.
Demikian pula legenda yang terda-
pat di Pulau Pandan. Suatu lokasi wisataalam di Batubara pulau yang hanya dihunioleh penjaga mercu suar ini menurutberitanya selalu dijadikan sarang perom-pak laut Selat Malaka.
^Cta«a
Pada waktu duduk di bangku SMPtahun 1962-1965, penulis mengunjungiPulau PandaiT bersama dengan BapakMuhammad Isya (Guru SMP LabuhanRuko) beserta teman-teman. Ketika ma-lam hari, Pak Isya bercerita kepada kamitentang keganasan dan kekejaman pe-rompak Selat Malaka. Secara simbolikPak Isya menasihati kami agar tidak ber-buat jahat karena setiap perbuatan jahatakan memperoleh malapetaka.
Dongeng dari Bapak MuhammadIsya inl penulis tuangkan ke dalam bentuktulisan agar dapat diketahui dan dipelajarigenerasi yang akan datang. Namun, penulis menyadari sudah tentu banyak hal-hal yang belum sempurna dalam penu-lisan dongeng ini. Atas kekurangan haitersebut penulis menghaturkan mohonmaaf serta ucapan terima kasih penulissampaikan khususnya kepada BapakMuhammad Isya atas segala bantuan se-hingga terwujudnya dongeng ini dari bentuk lisan menjadi tulisan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esamelimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita.
Suroso KS
©onjtnj SumaUa.
LEGENDA PEROMPAK
LAUT MALAKA
I. SUNGAI SEMBILANGSuroso K.S.
Sejak zaman dahulu kala BandarTanjung Tiram ramai dikunjungi perahu.Tidak saja perahu dari kepulauan Nusan^tara tetapi perahu dagang dari Seme-nanjung Malaka berlabuh di bandar ini.Tanjung yang menjadi bandar ini sangatstrategis sekali. Tanahnya yang menjorokke laut merupakan tanjung diampit olehdua sungai, yaitu Sungai Nipah danSungai Sembilang. Hulu kedua sungai inibertemu sehingga membentuk muara.
Ujung Tanjung tidak berada di ping-gir laut tetapi terlindung oleh daratan sehingga dermaga pelabuhan tidak diterpaoleh ganasnya ombak Selat Malaka.
tMama Tanjung Tiram diberikan olehmasyarakat karena di tanjung ini dahulukala banyak ditemukan tiram, yaitu seje-nis binatang laut yang sangat keras ku-litnya dan hidup di pinggir pantai. SungaiNipah, dinamakan demikian karena se-
§«motcA
101
panjang tepi sungai menjelang TanjungTiram banyak ditemukan pohon nipah,sejenis tumbuh-tumbuhan yang daunnyadipergunakan sebagai atap rumah. Samahalnya dengan Sungai Sembilang dina-makan demikian karena di sungai ini banyak terdapat ikan sembilang, yaitu sejenis ikan lele yang hidup di pertemuan an-tara sungai dan laut.
Namun, Sungai Sembilang disebutjuga oleh sebagian masyarakat dengannama Sungai Nonang. Hal tersebut dilihatkarena air sungainya yang tenang. Adajuga yang menyebut Sungai Muka. Olehkarena sungai ini melintasi desa yangbernama Desa Sungai Muka. Di antaraketiga nama tersebut, nama SungaiSembilanglah yang selalu dipergunakanoleh masyarakat.
Tidak jauh dari Bandar Tanjung Tiram terdapat istana Datuk Tanjung. Se-benarnya istana tersebut tidak pernahdiberi nama. Namun, masyarakatlah yangmemberi nama demikian karena istanatersebut milik Datuk Tanjung.
Adapun nama sebenarnya DatukTanjung adalah Datuk Indra Wangsa karena Datuk Indra Wangsa berkuasa diTanjung Titam sehingga beliau disebutDatuk Tanjung.
^uit^ ̂itaAtpai ̂ an^«n^ Sumotia
102
istana Datuk Tanjung sangat Indahdan megah. Sebagaimana rumah sukuMelayu, istana ini pun pada bagian dasarmerupakan kolong setinggi tegak pelepahkelapa sehingga anak-anak dapat ber-main atau orang melintas di bawahnya.Tiang istana yang jumlahnya ratusanbatang dan sangat besar, adalah sejeniskayu pilihan yang didatangkan dari hutanmelalui Sembilang.
Selain berkolong, istana ini terdiriatas tiga lantai. Lantai pertama adalahtempat singgasana Datuk Tanjung sertauntuk menerima tamu atau urusan kera-
jaan. Lantai kedua dipergunakan untukkediaman keluarga, seperti peraduanatau ruang santap serta tempat menyim-pan barang-barang kerajaan. Ruang yangpaling atas merupakan anjung perangin-an, yaitu tempat raja beserta keluarganyabersenang-senang atau menyaksikan ke-indahan Bandar Tanjung Tiram dari jauh.Dari ruang ini juga dipergunakan untukmengawasi perahu-perahu yang masukatau ke luar bandar. Perahu yang bersan-dar di dermaga dikenakan cukai untuk1<as kerajaan. Hampir di setiap sudutruang istana terdapat benda-bendabuatan negara Tiongkok yang sangat ha-lus dan mengagumkan.
103
Daun pintu dan jendela semua ber-
motif Melayu dan berbentuk daun sirih
atau keluk keris silih berganti. Tidak adadinding yang tak beijendela. Bahkan, ka-mar dalam juga beijendela. Menurut ceri-
ta, bila pengawal istana hanya seorang
diri menutup jendela tidak selesai dalam
sehari. Wama kuning, merah, dan hijau
menghiasi daun pintu dan jendela. Atapistana terbuat dari bahan kayu. Bila dilihatdari jauh menimbulkan kesan betapa ko-
kohnya istana Datuk Tanjung.Di depan istana terdapat taman
yang luas penuh dengan bunga mawar
dan pepohonan yang menyejukkan. Ter-hampar rerumputan yang mengtiijau ba-
gaikan permadani. Bebatuan yang ter-susun rapi menambah keindahan taman.
Di taman ini setiap hari Tuk Uncu dan
dibantu beberapa orang temannya beker-ja dengan tekun merawat taman. Tamanini juga tempat bermain para dayang dankeluarga Datuk Tanjung.
Taman bunga ini berbatas denganSungai Sembilang. Di tempat yang landai,air yang jernih dan berpasir dijadikan
tempat pemandian keluarga istana. Mere-
ka mandi berlimau dan berbunga rampaimenjadikan tubuh segar dan kulit halus.
Selain pemandian, beberapa sampan ter-
^umotul
104
tambat di situ. Sampan ini untuk berolahraga dayung.
SiunoUa ̂ Cta«a
2. PERTOLONGAN
NELAYAN
Sebagaimana lazimnya setiap ke-luarga, Datuk Tanjung memiliki seorangpermasuri bernama Tun Banang. Menurutkabarnya, Tun Banang berasal dari ke-luarga bangsawan dari tanah seberang.Ketika pesta perkawinan Datuk Tanjungdengan Tun Banang dilangsungkan, ja-muan dilangsungkan tujuh hari tujuh ma-lam. Rakyat berpesta dan bersuka cita.
Beda dengan ayahandanya yangarif dan bijaksana. Sebaliknya, DatukTanjung terkenal bengis dan kikir. Apabilarakyat tidak membayar cukai, tanpa belaskasihan hartanya disita oleh kerajaan se-hingga harta Datuk Tanjung pun semakinmellmpah ruah. Datuk Tanjung dikaruniaibeberapa putra dan putri dl antaranya adayang sudah kawin. Walaupun telah ber-keluarga, mereka tinggal dl istana sehing-ga istana Datuk Tanjung senantiasa ter-lihat ramai. Ramainya juga disebabkankehadiran dayang dan pengawal istanaserta petugas lainnya.
^R/ompoi §tumaUa ̂ LUim
106
Rambani adalah anak Datuk Tan-
jung yang paling bungsu. Wajahnya sa-
ngat cantik. Kulitnya sangat halus ba-gaikan kualam kuning langsat. Rambut-nya hitam panjang bergeiombang. Tubuh-nya tinggi semampai serta jalannya lemahgemulai.
Hidung, dagu, bibir, dan pipinya
begitu indah dan sempurna sungguh me-nawan, tak jemu blla mata memandang.Tidak hanya kecantikannya, perilakuRambani pun sangat simpatik. Hampir se-
tiap saat di mana Rambani berada senan-tiasa ditemani oleh dayang-dayang.
Suatu hari di musim kemarau, angin
berhembus sepoi-sepoi dari arah laut. Air
pasang mulai naik. Matahari sudah sepa-ruh turun dari puncak langit. Udara masihterasa panas, tetapi Rambani dan bebe-rapa dayang berdendang riang. Candadan gelak tawa silih berganti. Sore harimereka baru merasa penat bernyanyi danmenari lalu bemnain air sambil mandi di
pantai Sungai Sembilang. Tak ketinggal-an juga Rambani. Namun, kali ini seakan-akan ada sesuatu yang menarik untukdiketahui Rambani. la tidak bermain di
tepian tetapi tanpa disadari telah beradadi pinggir sungai yang licin dan penuhbebatuan. Tak terduga Rambani terpele-
dtompoi ̂ an^an^^umaXM '^tiXana
107
set dan jatuh ke dalam air yang dalam.Dayang-dayang berteriak memohon per-tolongan. Rambani beberapa kali timbultenggelam dan semakin jauh terbawaarus air serta semakin ketengah. Beberapa dayang mencoba berenang menge-jarnya tetapi tak berani mendekat keRambani.
Teriakan dayang-dayang menyen-
takkan Nadir, seorang pemuda tampanyang bekerja sebagai nelayan. Nadir se-dang bersampan akan pulang. Terlihatoleh Nadir lambaian tangan Rambaniyang menggapai-gapai mengharapkanpertolongan. Tanpa berpikir panjang, di-arahkan sampannya ke tempat Rambanitenggelam. Walau Rambani sudah tidakkelihatan lagi di permukaan air, dari riakair yang bergerak. Nadir mengerti di ma-na posisi Rambani berada. Dengan tang-kas Nadir terjun ke dalam air. la berenangdan menyelam mencari Rambani. Bagai-kan seeker lumba-lumba, sesesaat kemu-
dian Nadir timbul di permukaan air.Di darat dayang-dayang berteriak
histeris dan ada yang lari ke istana mem-beritahukan keadaan Rambani pada Da-
tuk Tanjung. Tidak berasa lama kemudianorang semakin banyak berkumpul di tepisungai. Ada yang menagis dan ada ber-
Siwnotta '^Cla*A
108
doa untuk keselamatan Rambani.
Oari permukaan air, hampir di te-ngah sungai, tertlhat Nadir menghela tu-buh Rambani. Beberapa kali tubuh Rambani diangkat ke atas untuk memberi ke-sempatan bernapas dan bergerak. Akhir-nya, dengan bersusah payah Nadir ber-hasil membawa Rambani berenang ketepi dan menggendongnnya ke darat. Se-lanjutnya, Nadir menyerahkan Rambanitanpa berkata sepatah pun kepada da-yang-dayang. Ternyata Nadir telah ber-hasil menyelamatkan jiwa Rambani yanghanyut terbawa arus Sungai Sembiiang.
Wajah Rambani kelihatan pucat. lalalu dibaringkan di atas rerumputan. Se-orang dayang mengangkat-angkat tubuhRambani agar air yang terminum ke luardari mulutnya. Napas Rambani masih
berdenyut. Di tengah-tengah perhatianorang tertuju kepada Rambani, perlahan-lahan Nadir mengundurkan diri tanpa di-ketahui orang. Sesaat kemudian, DatukTanjung beserta Tun Banang tiba ditempat Rambani terbaring. Mereka me-nangis terharu karena Rambani telahsadar dari pingsannya.
Nadir berenang kembali ke tengahsungai untuk menghampiri sampannyayang semakin menjauh terbawa air. De-
dtomjMii Swiuitca ̂ CLua
109
ngan tangkas bak seekor ikan ia be-renang sangat cepat seperti tak ada ke-lelehan baginya walaupun telah berenangsedemikian jauh. Dengan tangkas ia naikke atas sampannya iaiu mengayuh men-jauh dari tepian sungai. Dari jauh terlihatoleh Nadir orang-orang yang tadinya ber-kumpul di tepi sungai kembali ke istana.Hanya beberapa orang saja yang masihberdiri di pinggir sungai. Periahan-lahanmatahari pun kembali ke peraduannya.Gelap malam dan cahaya rembulan ber-baur menjadi temaram. Hanya sesekalikilau air memantu! ke permukaan SungaiSembilang.
Tidak seperti biasanya, kali ini Nadirpulang terlambat. Rasa riang senantiasaterbesit di wajahnya. Apa yang telah ter-jadi tak dikenangnya lagi. Kejadian yangbaru ia alami diceritakan kepada kakek-nya yang bernama Tuk Uncu. Nadir ting-gai bersama kakeknya. Dalam keseha-riannya Nadir beketja sebagai nelayan,sedangkan Tuk Uncu bekerja di istanaDatuk Tanjung, yaitu menanam dan me-rawat kebun.
Bila tidak diberitahukan oleh Nadir,
Tuk Uncu tidak mengetahui petaka yangdialami Rambani. Musibah Rambani baru
Slunjo. ©oojaij Sumotu '^Ct<ua
110
diketahui setelah Tuk Uncu selesai be-
kerja dan pulang ke rumahnya.Berhari-hari Rambani berupaya un-
tuk mengetahui dan ingin bertemu de-ngan pemuda yang telah manyelamatkanjiwanya. Kepada dayang istana dipesan-kannya agar mencari siapa penolongnya.Demikian pula kepada Tuk Uncu, Rambani menceritakan musibah yang dialamiserta keinginannya untuk bersua denganpenolongnya. Tidak bermaksud untukmencari muka, Tuk Uncu mengatakanbahwa yang menolong Rambani itu ada-iah Nadir, cucunya.
Betapa bahagianya Rambani setelah mengetahui penolongnya adalah Nadir. Selanjutnya Rambani berkata kepadaTuk Uncu ketika di taman, "Tuk Uncu, bu-di orang yang menolong hamba takkanterlupakan dan takkan terbalas sampai keliang lahat sekalipun. Mohonlah Tuk Uncu, hamba ingin bertemu dengan KandaNadir. Hamba ingin mengucapkan terimakasih kepadanya."
"Tapi Tuan Putri...," berkata ragu-ragu Tuk Uncu.
"Bagaimana bila Datuk Tanjung mengetahui?"
"Tuk Uncu, memang tak mudahorang datang ke istana. Bila nanti Kanda
^ILiaux
111
Nadir datang, ajakiah Kanda Nadir be-kerja di taman dan kepada Ayahandakatakanlah Kanda Nadir adalah pekeija ditaman," demikan Rambani mengharapkandan menjeiaskan kepada Tuk Uncu.
"Baiklah Tuan Putri, bila nanti Nadir
tiba akan hamba perkenalkan kepadaTuan Putri," jawab Tuk Uncu.
Beberapa hari kemudian, Tuk Uncubeketja di taman dibantu oleh pekerjayang tampan. Walau baru sekali bekerjadi taman, pekeija tampan itu keiihatancekatan, tangkas, dan rajin. Pemuda ter-sebut tak lain adalah Nadir.
Untuk menghindari kecurigaan Da-tuk Tanjung, Tuk Uncu memohon agar
Nadir dapat diterima bekerja di taman. lamenjeiaskan, mungkin suatu saat akanmenggantikannya bekerja dikarenakanusianya yang semakin tua. Hanya beberapa dayang saja yang mengenali wajahNadir dan mengingatnya ketika Rambanitenggelam. Kini Nadir bekerja di taman.Dengan rajin dan cermat taman itu setiaphari dirawat dan ditanaminya bunga silihberganti sehingga taman istana Datuk
Tanjung semakin semarak dan menawan.
Keberadaan Nadir diketahui oleh
Rambani dan disambutnya dengan suka
§«<n4ll«a '^Ctaca
112
cita. Dengan ditemani para dayang,Rambani menemui Nadir di taman. Ketika
Rambani mendekatinya, Nadir senyumdan memberi hormat. Seterusnya Nadirbekeija tanpa menghiraukannya.
Perlahan Rambani mendekat sam-
bil berkata, "Kanda Nadir, hamba sangatberhutang budi pada Kanda dan hamba
menyampaikan rasa terima kasih nan tak
terhingga. Andaikan Kanda tidak meno-long hamba... tentu...," tak kuasa Ram
bani meneruskan kata-katanya.Sekilas Nadir menatap wajah Ram
bani, selanjutnya Nadir berkata, "Tuan
Putri... hamba hanya menjalankan kewa-jiban."
"Andaikata Kanda Nadir, tidak me-
nolong hamba apalah yang terjadi ter-hadap diri hamba?" kata Rambani sambil
memetik beberapa tangkai mawar untukdibawa pulang ke istana.
"Budi Kanda tetap hamba kenangsampai akhir hayat."
"Tuan Putri, langkah, rezeki, perte-
muan, dan maut, hanyanlah Yang Kuasa
yang mengaturnya. Kita hanya pelaku-nya," kata Nadir sambil terus bekeija.
Aroma kembang semerbak mewa-
ngi. Angin berhembus perlahan dan langitcerah tiada berawan. Rambani menatap
Sumat«<L ̂ Cta«a
113
wajah Nadir, la berkata lirih, "Kanda Nadir, hamba memohon, bila Kanda ber-
kenan tetaplah beketja di sini agar hambadekat dengan Kanda untuk membalasbudi. Waiau apa pun yang terjadi hambaingin berada di sisi Kanda."
Bukan kepalang terkejutnya Nadirmendengar pernyataan Rambani. Tidak-kah salah apa yang telah didengarnya?Atau bermimpikah dirinya? Sadar apayang terjadi di depannya. Dengan per-lahan Nadir menjawab, "Maafkan hambaTuan Putri. Hamba menyadari keadaanhamba. Samudra luas tempat hamba ber-main. Ombak dan geiombang adalah sa-habat hamba. Ikan di laut tumpuan ha-
rapan hamba dan keluarga dapatkahhamba meninggaikannya?"
Berlinang air mata Rambani, men
dengar kata-kata Nadir, la menyadaribahwa Nadir takkan terpisahkan dengan
laut. Rambani segera berkata, "Kandaesok kita bersua lagi agar orang tuahamba tidak curiga, hamba bermohondiri. Satu harapan senantiasalah di taman
ini agar hamba dapat menjenguk Kanda."
Rambani eegera beranjak pergi di-
iringi dayang-dayang. Nadir memandangdengan tatapan dan berulang seribu per-
^.ompai SuinAtta ̂ Cta*A
114
tanyaan. Mengapa Rambani memintanyabekeija di taman istana? Mengapa Rambani menginginkan senantiasa dekat de-ngan Nadir? Mungkinkah kumbang men-capai rembulan? Namun, apa pun yangdialaminya tidak membuat Nadir mabuk
kepayang. Bahkan, keesokan harinyaNadir bekerja di taman seperti sediakala.
Nadir bekerja bersama Tuk Uncu dengarvsemangat. Taman bunga Datuk Tanjungsemakin bersih dan semarak.
Suatu sore, saat Nadir kembali me-
nyirami mawar yang diselang-seling de-ngan anggrek dan kembang kertas yang
beraneka warna, Rambani diiringi da-yang-dayang menghampiri Nadir. Wajah
ceria Rambani akhir-akhir ini menambah
kecantikannya. Tak segan-segan Rambani bermanja pada Nadir dan meminta ma
war atau anggrek untuk penghias jam-bangan di istana atau kamar. Bahkan,
secara sembunyi-sembunyi Rambani me-ngirimkan penganan pada Tuk Uncu danNadir. Rambani meminta berbagai mawardan anggrek kepada Nadir, "Kanda, lusa
hamba mohon kembangnya lagi untuk
menghias kamar hamba. Bersediakah
Kanda memberinya?"
^Aun^ai §ttinat«a ̂ ICtata
115
"Tuan Putri, semua kembang di ta-man ini milik Tuan Putri. Hamba bersedia
memetiknya. Apalagi untuk penghias ka-mar Tuan Putri. Semoga Tuan Putri ber-kenan menerimanya," jawab Nadir.
Bahagia Rambani mendengar ja-waban Nadir. Dalam hatinya ia berkata,ternyata Nadir tidak hanya tampan rupa-nya, tetapi juga ramah dan sepertinyaNadir... menyayangi Rambani.
Setelah memperoleh berbagai kembang dari taman, Rambani dan dayang-dayang berdentang riang seperti biasa-nya. Mereka pun kembali ke istana. Ram
bani lalu pamit pada Nadir dan tak lupamenitipkan penganan untuk Tuk Uncu.
Kembang mawar yang diperolehdari taman, diletakkan Rambani di kamar-
nya. Malam harinya ketika tertidur, ia
bermimpi kembang mawar yang ada dide-katnya menjelma menjadi Nadir. Sepertinya Nadir datang menghampiri dan men-cium keningnya. Tangan Rambani lalumenyambut dan memegang lengan Nadir.Ketika tersentak bangun, ia ternyata memegang setangkai mawar kecil pembe-rian Nadir yang kini berada di dadanya.Sampai menjelang pagi Rambani tak da-pat memejamkan matanya. Wajah Nadirsenantiasa bermain di kelopak matanya.
dLompoi SufliAtca ̂ HXcMA
3.TAMU DARI LUAR
Elang Leka melekik-lekik, jauh ting-gi di angkasa. Ombak Selat Malaka me-
nepak-nepak Bandar Tanjung Tiram. Se-buah perahu layar bertiang tiga perlahan-lahan merapat ke dermaga. Menilik ben-tuk dan layarnya yang tergulung rapi da-pat diketahui bahwa perahu ini telah ter-
biasa mengarungi gelombang dan badai.Ada juga perahu dagang atau perahukerajaan. Awak perahunya banyak dantubuhnya kekar-kekar. Siapa pun pemi-
liknya niscaya adalah orang kaya dan ter-pandang. Tak lama kemudian para awak
perahu turun ke darat. Seorang di antara-nya dipayungi oleh hamba sahayanya.Beliau adalah Oatuk Mudra, pemilik perahu. Mereka beijalan menuju istana.
Sesampainya di istana, setelah me-lapor pada pengawal raja, mereka diper-
kenankan menghadap Datuk Tanjung.Datuk Mudra lalu duduk berdampingan.
Selanjutnya Datuk Mudra memperkenal-kan diri. "Paduka yang mulia Datuk Indra
Wangsa, yang berkuasa di Tanjung Tiram, perkenankanlah hamba Datuk Mu-
(ILlmpai Sumotul
117
dra dari tanah Semenanjung Malaka.Hamba pemilik Perahu Haru. Kami mo-hon Datuk memperkenankan kami turunke darat dalam beberapa hari ini. Olehkarena perahu hamba mengalami beberapa kerusakan yang harus diperbaiki.Sebagai tanda terima kasih hamba per-sembahkan bingkisan ini."
"Dengan senang hati kami mene-rima kedatangan Datuk Mudra. Datuk danseluruh awak dapat tinggal di TanjungTiram sampai kapan pun. Wilayah kamiterbuka untuk siapa saja. Atas pemberiancendera mata, kami ucapkan terima ka
sih." Jawab Datuk Tanjung bersuka cita.Betapa gembiranya Datuk Tanjung
menerima hadiah-hadiah dari Datuk Mu
dra. Diterimanya sebilah pedang ber-sepuh emas. Bahan sutra dari India untukpermaisuri dan putrinya. Selain itu, kera-mik-keramik dari Tiongkok dan permadanidari Parsi.
Walaupun belum pernah sampai keTanjung Tiram, Datuk Mudra telah me-ngetahui kecantikan Rambani. itulah se-benarnya maksud kedatangannya. inginmelihat Rambani yang konon menurut
khabamya sangat cantik dan rupawan.Datuk Mudra pandai mengambil hati Datuk Tanjung. Diundangnya Datuk Tanjung
SwauUca ̂ Cta«a
118
dan permaisuri beserta Rambani naik ke
perahunya. Namun, Rambani tak turut.Rambani lebih senang berada di tamanmenemui Nadir daripada melihat perahuDatuk Mudra.
Walaupun kecewa tidak dapat melihat kecantikan Rambani, Datuk Mudratidak berputus asa. Di perahunya, beliaumenunjukan harta kekayaan kepada Datuk Tanjung. Seiain itu, beliau juga mem-berikan perhiasan emas kepada Tun Ba-nang dan putrinya. Dengan senyum ceria,Datuk Mudra memasang jerat untuk me-mikat Rambani. Dalam pertemuan ituDatuk Mudra menyatakan belum memilikipermaisuri.
Bila dicermati, wajah Datuk Mudramasih berusia muda. Wajahnya terlihatlebih tua karena senantiasa berada di laut
dan mengawasi anak buahnya yang ke-kar-kekar. Untuk menghadapi anak buahnya, Datuk Mudra harus bertangan besi.
Datuk Mudra tak putus asa meng-utus awak perahunya untuk melihat danbertemu langsung menyaksikan kecantikan Rambani secara diam-diam. Benar
saja, beberapa saat kemudian DatukMudra telah dapat menerima laporan dariawaknya, "Benar Datuk, Rambani, PutriDatuk Tanjung sungguh sangat cantik ru-
dtompoi ^Cla«A
119
pawan. Muda belia dan belum dipersun-ting orang. Kami melihat Datuklah yangpantas menjadi pendampingnya sebagaipangeran."
Tersenyum bangga Datuk Mudra
memperoleh pujian dari awaknya. la laiu
berkata, "Esok bar! engkau hams bertemudengan Rambani. Berikan hadiah kalung
permata in! untuknya. IngatI Engkau hams panda! mengambil hatinya. Apabila
gaga! dalam tugasmu, hukuman menan-timu. Seballknya kalau berhasii hadiahmenantimu. Pergilahi"
"Baik Datuk. Perintah Datuk hamba
iaksanakan," kata awak perahu meggigilketakutan. la menyadari Datuk Mudra bi-
cara sungguh-sungguh. Pantang perin-
tahnya dibantah dan keinginannya ditolak.Jika bersabda harus dilaksanakan. Ke
inginannya untuk mempersunting Rambani telah berada dalam benaknya.
Kedatangan Datuk Mudra beserta
awak perahunya telah diketahui Rambani.
Demikian pula pemberian cendera matadan ketika ibunya memberikan hadiah
baju sutra dari Datuk Mudra sedikit pun
tak disentuhnya. Bag! Rambani lebih ba-hagia menerima setangkai mawar dariNadir daripada sehelai autra pemberianDatuk Mudra.
SuAUlluL
120
Seperti biasanya, hari itu Rambanibermain di taman beserta dayang-dayang
tak jauh dari tempat Nadir bekeija mera-wat taman. Seorang lelaki menghampiriRambani. Ternyata lelaki tersebut adalahutusan Datuk Mudra. Utusan tersebut
berkata, "Tuan Putri, hamba diutus DatukMudra. Kedatangan hamba menghadapTuan Putri adalah untuk menyerahkanhadiah berupa seuntai kalung permatayang tiada ternilai harganya. TerimalahTuan Putri. Datuk Mudra mengharap
Tuan Putri berkenan menerimanya".Tanpa menghiraukan utusan Datuk
Mudra, apalagi menerima pemberiannya,Rambani beserta para dayang lalu kem-
bali ke istana. Kepada seorang dayangRambani berkata, "Wahai dayang setia,katakan kepada utusan Datuk Mudra, takselayaknya hamba menerima pemberianDatuk Mudra karena hamba tak menge-
nalnya".Sang dayang pun beranjak pergi
menyampaikan pesan Rambani. Tertegunutusan Datuk Mudra atas kegagalannyamemberikan hadiah untuk Rambani. Ter-
bayang di matanya kemarahan DatukMudra. Cemeti dan siksa pasti diterima-nya. la berkata dalam hatinya, "Daripadsiksa yang kuterima, lebih baik aku tak
SLwyoi §u«tt4lX«a ̂ CtoM
\<ry
121
kembali ke perahu. Permata ini dapatkujadikan bekalku".
Dengan perasaan gelisah DatukMudra menanti kedatangan utusannya.Sam pal waktu yang telah ditentukanutusannya tak kembali juga. Datuk Mudra
menduga bahwa utusannya gaga! dan
telah melarikan diri beserta membawa
perhiasannya. Tetapi hal itu tak berartlbag! Datuk Mudra. Masih banyak harta
perhiasannya.Telah berhari-hari Datuk Mudra ber-
ada dl Tanjung Tiram. Setiap hari ada sa-
ja yang diberikan pada Datuk Tanjungdan keluarganya. Hal itu sebagai siasatuntuk mengambil hati Rambani. Dan sete-
lah dirasanya jerat sudah mengena, padasuatu hari dikirimnyalah utusan secararesmi untuk meminang Rambani sebagai
calon permaisuri. Datuk Mudra merasa
tak sepadan dengan Rambani tetapi Datuk Tanjung tak berdaya untuk menolak
pinangan Datuk Mudra. Selain itu, DatukTanjung juga telah silau atas harta yangdiberikan Datuk Mudra. Tanpa perse-tujuan Rambani pinangan diterima. Sudah
hal yang lazim bila seorang anak harusmengikuti kehendak orang tuanya.
Betapa hancur luluh perasaanRambani mengetahui dirinya telah dipi-
^unuitia .aia
122
nang Datuk Mudra yang tidak dicintainyanamun diterima oleh Datuk Tanjung. Dito-
laknya keinginan ayahandanya, ia takberdaya. Terbayang olehnya wajah Nadirpenuh kecewa. Setiap haria Rambani
hanya menangis saja. Bahkan ia enggan
ke luar dari kamarnya.Tiba saatnya pesta perkawinan Da
tuk Mudra dengan Rambani diselengga-
rakan. Selama tujuh hari tujuh malam ja-muan dirayakan dan rakyat diundang. Hi-
buran tari dan senandung diadakan setiap
malam. Semua adalah pemberian Datuk
Mudra.
Di antara para pengunjung yangmenyaksikan pesta perkawinan Rambani
dan Datuk Mudra, terlihat juga Nadir. Darijauh ditatapnya berganti-ganti antara wajah Datuk Mudra dengan Rambani. Se-akan-akan ia tidak percaya dengan apa
yang disaksikannya. Belum mencapaisempurna Rambani mengatakan, tidakingin jauh dari sisinya. Namun apa ke-nyataanya? Dengan rasa sedih dan laradipendam lukanya seorang diri. Tiadatampak derita batin di wajahnya, walausesaat benih bersemi patah tiada ber-
ganti.Usai sudah perhelatan. Setiap ma
lam Rambani menatap bintang di langit,
£R.iun|ial ^umaJUa ̂ Ctata
123
hal Datuk Mudra hanya sesekalt saja
menemuinya. Walau kembang di taman
tiada berubah, Rambani- tak hendak
mengunjunginya. Walaupun tak lagt pergike taman senantiasa Nadir tetap mengi-rimkan kembang mawar seperti sediakaia. Kin! tiada lag! gerak tawa Rambanibeserta dayang-dayang. Setiap hari Rambani temnenung dan wajahnya selalumurung.
Tun Banang, Ibunda Rambani me-
rasa cemas tertiadap keadaan Rambani.Demikian pula Datuk Tanjung semula di-
anggapnya bila Rambani berbaiut emasdan permata akan merasa bahagia. Ke-dua orang tuannya menyesal atas perka-
winan ini. Namun, apa daya semua telahterlanjur, nasi telah menjadi bubur. Pa-nganan yang dihidangkan dayang-dayang
yang lezat citra rasanya tak menimbuikanselera makan Rambani. Rambani lebih
banyak berada di beranda atau di jendela
yang menghadap ke taman. la berbicaradan berbisik sendiri, seakan-akan mende-
ngar rayuan kembang di taman. Hanyabeberapa hari setelah usai perkawinarr,
tubuh Rambani telah jauh berubah. Mata-
nya semakin cekung tanpa sinar kehi-
dupan. Tubuhnya susut tinggal kulit pem-
balut tulang.
dtomjuii
124
Berbeda halnya dengan Oatuk Mu-dra ̂ telah perkawinannya dengan Ram-bani, seperti sedia kala. Minuman arak
dan judi adalah sahabatnya. Rambanibeberapa kali menjumpal Datuk Mudradalam keadaan mabuk minuman keras.
Tiada sedikit pun sopan dan rasa hor-matnya kepada keiuarga istana. Hal itujualah yang membuat Rambani semakinmerana sepanjang hari.
Belum genap empat puluh hari usia
perkawinan Datuk Mudra dengan Rambani. Inai di tangan pun belum hilang.Sebagai seorang pelaut Datuk Mudra tak
merasa betah berhari-hari di darat. Jiwa
petualangan lautnya senantiasa mengge-
lora. Pada suatu malam yang larut, em-bun mulai turun ke bumi, air pasang mulai
surut ke laut, Perahu Haru perlahan-lahanmeninggalkan perairan Tanjung Tiram.Semakin lama semakin melaju jauh dari
daratan menuju samudra luas. Layar pun
berkembang bahtera melaju. Seluruh
awak perahu bersorak gembira melepaskejenuhan mereka ̂selama sebulan lebih
di darat. Mereka berlayar terus sampai
menemuimangsa mereka di tengah laut.Setelah matahari terbit dan meman-
carkan sinamya, seluruh &awak perahu
mengeluarkan «meriam-meriam sulut di
125
geladak kapal. Bendera hitam yang ber-hias tengkorak kepala manusia dari tu-lang tungkai kaki dinaikkan. Ternyata se-benamya bahwa Datuk Mudra adalah se-orang perompak laut Selat Malaka yangsangat ditakuti oleh para nelayan dan pe-dagang. Setiap perahu pedagang yangberpapasan dengan perahu Datuk Mudra,harus menyerahkan upeti. Apabila takmau menyerahkan dengan lunak, merekadirampas dengan kekerasan dan tidakjarang pula perahu mangsa Datuk Mudradijarah hartanya dan ditenggelamkan.
Betapa terkejutnya Datuk Tanjung
atas kepergian Datuk Mudra tanpa pamit,baik kepadanya maupun kepada Ram-bani. Bilau mengetahui kepergian Datuk
Mudra dari Rambani. Datuk Mudra telah
pergi bersama perahunya. KepergianDatuk Mudra bersama perahunya, Ram
bani menerima dan menyambutnya dengan senyum. Tak sedikit pun rasa ke-cewa atas kepergian suaminya.
Hari telah berganti minggu, minggu
pun berganti bulan, kesehatan Rambanitelah pulih kembali. Masa lalu Rambani
tak seorang pun yang mengungkitnya.Dan sungguhpun kesehatan Rambani pu
lih namun perutnya semakin membesar.Rambani hamil sebagai buah perkawinan-
dtampai
126
nya dengan Datuk Mudra. Setelah genapsembilan buian sepuluh hari, Rambani
pun melahirkan seorang putra yang sehat
serta tampan rupanya. Putra ini diberi
nama Ulung Laut.
Datuk Mudra, tak pernah kembaii
ke Tanjung Tiram. Akan tetapi, kabarburung, apa yang dilakukan oleh Datuk
Mudra telah diketahui oleh Datuk Tanjungdan Rambani. Kelahiran Ulung Laut pun
tidak diketahui oleh Datuk Mudra.
Tuk Uncu telah tiada. Perawatan ta-
man istana diserahkan kepada Nadir.
Rambani seperti dahulu, selalu bermain di
taman, kini diikuti oleh Ulung Laut. Se-hari-hari Ulung Laut senantiasa bermain
dan belajar dari Nadir. Bahkan, UlungLaut pun tak dapat terpisah dengan Nadir.Nadirlah gurunya. Sebagai guru siiat danjuga ayah angkatnya. Selain itu, Rambanijuga senantiasa mengajarkan kepadaanaknya berbudi pekerti luhur, hormatkepada yang lebih tua, dan sayangkepada yang muda. Selain itu, bersikapjujur dan berani juga ditanamkannya kepada Ulung Laut. Sampai menjelangdewasa Ulung Laut tak tahu siapa ayah-nya.
Berbeda dengan sikap Datuk Mudrayang mempunyai watak kasar, angkara
dtamjuU ''ILtMa
127
murka, dan bengis. Berkat asuhan Nadir,Ulung Laut menjadi seorang remaja yangsopan, cerdas, dan pemberani. Tidak he-ran jika seluruh kerabat istana amat me-
nyayangi Ulung Laut. Di mana Nadir ber-ada di sana Ulung Laut pun berada.
Perilaku Rambani terhadap Nadirsangat menghormatinya. Semua kebutuh-an Nadir dipenuhi oleh istana melaluiUlung Laut. Walaupun tidak ada ikatan
kekeluargaan atau hubungan sebagaisuami istri, batin mereka sepertinya sangat dekat. Mereka saling menghormatidan tanpa diminta, bila seseorang mem-butuhkan, yang lain langsung membe-rikan. Ikatan batin ini tetjalin karena berkat pertolongan Nadir ketika Rambanitenggelam di Sungai Sembilang. Hubungan itu berlanjut ditambah lagi dengan ke-hadiran Ulung Laut yang sama-sama mereka kasihi.
Datuk Tanjung semenjak Rambanijatuh sakit dan keberadaan Ulung Laut,telah berubah sifatnya. Kini beliau menjadi seorang raja yang dermawan. arif, danbijaksana. Bahkan, rakyat kecil pun ba-nyak ditolongnya sehingga Datuk Tanjungsangat disegani dan dicintai oleh rakyat-nya.
4. BANDAR MALAKA
Perairan Selat Malaka sangat ramai
karena selat ini menghubungkan antara
dua benua, yaitu timur dan barat. Perahu-
perahu yang melintas di selat seringsinggah di pelabuhan alam Bandar Mala
ka. Bandar Malaka menjadi sangat ramai.
Di samping Itu, bandar Ini merupakan
pusat perdagangan dunia. Bahkan, se-gala bangsa dan lapisan masyarakat ter-himpun di pelabuhan ini. Dunia perda
gangan dari sisi yang jujur dan yang ge-
lap juga berada di bandar ini. Di sinilahUlung Laut menimba ilmu. la merantaumeninggalkan kampung halamannya un-
tuk mencari sesuatu yang ada di dadanyanamun tak pernah diungkapkannya .
Dalam pengembaraannya, Ulung
Laut ditemani oleh Nadir. Nadir bekerjasebagai awak kapal yang sehari-hari ber-
tugas menjaga kebersihan kapal. Walaupun hanya sebagai petugas kebersihan,
Nadir, pekeijaan itu dilakukan dengansungguh-sungguh sehingga tidak ada se-
dikit pun bagian kapal yang tidak dibersih-kannya, lebih-lebih yang menjadi tang-
SufrultM
129
gung jawabnya.
Bila malam hail sebelum beranjaktidur, Ulung Laut senantiasa melakukan'latihan persilatan bela diri. la senantiasa>
meningkatkan latihannya. Bahkan, tak se-gan-segan Ulung Laut belajar dari awakkapal yang lain. Untuk menguji ketang-kasannya, Ulung Laut selalu berhadapandua atau tiga orang lawan tandingnya se-kaligus.
Semula Ulung Laut hanya diberikantugas untuk membersihkan bagian gela-dak kapal. Namun, berkat kejujurannyaakhirnya, la memperoleh kepercayaan se-hingga ditugasi dl ruang nakhoda kapat.Sejak itu, keberadaan Ulung Laut menjadiperhatian nakhoda. Setelah berbulan-
bulan bekeija yang diawali sebagai pesu-ruh, Ulung Laut kini diangkat sebagaipembantu utama nakhoda kapal dagangMalaka Jaya. Kapal itu juga dilengkapipersenjataan yang sewaktu-waktu dapatmenumpas keganasannya perompak lautSelat Malaka.
Selain bekeija sebagai nakhoda kapal, Ulung Laut kini juga merupakan sau-dagar yang mengarungi kepulauan nu-santara. Tidak terlalu lama selang dua ta-hun lamanya, tanpa terasa Ulung Laut te-lah berada di Bandar Malaka. Ulung Laut
130
telah menjadi saudagar yang terkenaltangkas, gagah, dan dermawan. SesekaliUlang Laut kembali ke Tanjung Tiram me-nemui ibunya. Demikian pula Nadir se-nantiasa turut serta karena selaku orang
terdekat dengan Ulang Laut dan merupa-kan penasihatnya.
Hampir seluruh kepulauan nusan-
tara telah dikunjunginya. Bahkan, daratankerajaan lain, seperti Siam, India, danCina telah beberapa kali dikunjunginyadalam urusan dunia perdagangan. Per-niagaan Ulung Laut maju dengan pesat-nya. Bahkan, ia memiliki penwakilanhampir di setiap pelabuhan. Selain perdagangan, Ulung Laut sedikit demi sedikitjuga memusnahkan setiap perampokyang menganggu perairan Selat Malaka.
Bttn^ Sumalui ̂ Cta«a
5. PULAU RANDAN
Angin turutan berhembus dengan
nyaman. Ombak laut saling berkejaransehingga layar terkembang bahtera punmelaju. Perahu Malaka Jaya dengan lin-cahnya membelah gelombang Selat Malaka. Di atas geladak teriihat Nadir danUlung Laut memberi komando pada awakkapal agar bahtera sampai ke tern pattujuan tepat waktunya. Seperti biasanyapelayaran in! pun dinakhodahi langsung
oleh Ulung Laut. Tidak sia-sia Datuk Tan-jung memberi nama Ulung Laut. Sesuaidengan namanya Ulung Laut sangat per-
kasa baik di darat maupun di laut. Pe-tualangannya untuk menaklukkan samu-
dera serta armada niaga laut sangat tang-
guh. Sehingga sesama saudagar UlungLaut amat disegani.
Saat Malaka Jaya berada di laut
lepas antara Pulau Berhala dan PulauPandan dari jauh, Ulung Laut melihat titikhitam. Hal itu berarti Malaka Jaya akan
berpapasan dengan perahu lain. Semakindekat semakin jelas bahwa titik hitam ter-
{Bua^ ^on^«A^ SumuiUa '^Ctata
132
sebut adalah perahu yang memasang
bendera hitam bergambar tengkorak ma-nusia. Ulung Laut memaklumi siapa yangbakal dihadapinya. Secepatnya UlungLaut memerintahkan awak kapalnya agar
bersiap-siap berperang menghadapi ba-jak laut yang sangat terkenal ganas itu.
Tak pelak lag!, kapal tersebut adalah kapal perampok laut di bawah koman-do Datuk Mudra. Mengetahui kapal Mala-ka Jaya tidak menaikkan bendera putihsebagai tanda takluk, Datuk Mudra meng-arahkan meriam-meriamnya ke arah ka
pal Malaka Jaya. Sebuah peluruh sulutmeriam berapi tepat mengenai sasaran-nya. Tiang layar Malaka Jaya patah danbahtera tersebut oleng beberapa saat.
Dengan tangkas bak seekor elangmenyambar, Ulung Laut member! koman-do agar anak buahnya berjuang dengangiglh sampai titik darah penghabisan. Ke-dua kapal itu lalu merapat. Sebagianawak kapal Malaka Jaya berusaha me-madamkan api yang membakar layar
sampai padam.Awak kapal kedua belah pihak sa
ting beiiompatan baik ke Kapal Haru mau-pun ke Kapal Malaka Jaya. Mereka satingmencari dan berhadapan dengan musuh-
nya masing-masing. Bunyi gemercing pe-
133
dang dan teriakan kesakitan terdengar diSana sini. Dari tempat yang lebih tinggi,Ulung Laut memberi aba-aba perintah.Beberapa perampok yang mencoba men-dekat tewas di sekeliling Ulung Laut. De-mikian pula Nadir, bagaikan seekor hari-mau yang mengejar mangsanya ia me-lompat dan memburu setiap perampoklaut. Sebagai seorang pendekar laut,Nadir ingin perairan Selat Malaka amandan tenteram serta bebas dari gangguanbajak laut. Telah banyak bajak laut yangditewaskan oleh awak Kapal Malaka Jayanamun banyak juga anak buah UlungLaut yang gugur.
Peperangan telah berlangsung beberapa saat. Denga gagah perkasa DatukMudra memimpin para pembajak. la me-ngamati anak buahnya semakin sedikit.
Untuk itu, Datuk Mudra segera memerin-tahkan agar seluruh pembajak kembali keKapal Haru dan mundur perlaha-lahan.Datuk Mudra menyadari kekalahannyakarena pembajak semakin sedikit jumlah-nya. Akan tetapi, menurut perhitungandengan tiang layar yang telah patah Kapal Haru masih bisa menjauh sehinggaMalaka Jaya tidak sanggup mengejarnya.
Perlahan-lahan Kapal Haru mulaimerenggang dan berusaha lari mening-
^u(u|A ̂ .ofnpoi ^umatta '^Ctata
134
galkan Malaka Jaya. Bajak iaut yang ter-
tinggal dilucuti dan ditawan di atas ge-ladak Malaka Jaya yang terus memburu
Kapal Haru. Ulung Laut berusaha me-nangkap dan memusnahkan para pem-bajak hidup atau mati. Dengan tiang kapalutama yang patah, Malaka Jaya dapatjuga mengejar Kapal Haru. Beberapa kapal yang mengetahui peperangan in! ber-gabung dengan Malaka Jaya untuk meng-habisi bajak laut yang senantiasa meng-ganggu perahu dagang.
Setelah merasa kalah dalam per-
tempuran di laut, Datuk Mudra mencobamengadakan perlawanan di darat, yaitu diPulau Pandan yang selalu dijadikan mar-
kas bajak laut. Sebagian kecil bajak lautlalu turun ke darat bersama Datuk Mudra
untuk memperoleh bantuan bajak laut lainyang berada di Pulau Pandan.
Dari segala penjuru Pulau Pandandikepung sekoci-sekoci perahu MalakaJaya yang berpencar menjadi tiga pasu-kan. Pasukan pertama, dipimpin olehUlung Laut mengejar perampok laut yangberada di Pulau Pandan. Pasukan kedua,
dipimpin oleh Nadir untuk menguasaiKapal Haru. Dan pasukan ketiga, menja-gai keamanan Kapal Malaka Jaya.
Ulung Laut terus mengejar Datuk
§4uiuit«a
135
Mudra tanpa mengenal lelah dan menge-tahui latar belakang siapa yang dikejar-nya. Bagi Ulung Laut inilah kesempatanuntuk membasmi bajak laut sampai habis.
Hampir seluruh bajak laut dapat ditawan
dan bertekuk lutut terhadap pasukan
Malaka Jaya. Walaupun demlkian, Datuk
Mudra tetap bertahan dan mengadakanperlawanan. Terakhirpeperangan adalahpersilatan antara Ulung Laut dan Datuk
Mudra, yaitu persilatan antara ayah dananak tanpa masing-masing mengetahui-nya. Sebenarnya, pendekar tua in! telah
kehabisan tenaga. Akan tetapi, DatukMudra tetap berjuang sampai hayat dikandung badan. Lebih balk mat! berka-
lang tanah daripada hidup menanggungmalu.
Mereka berperang terus. Datuk
Mudra dan Ulung Laut mengerahkan ke-perkasaannya dalam jurus-jurus ilmu persilatan. Masing-masing menghunus kerisuntuk menyudahi pertempuram ini. De-ngan lantang Ulung Laut berteriak, "Hai
perampok tua menyerahlah ... seluruhanak buahmu telah kami tawan."
"Anak muda, walau anak buahku
musnah semuanya diriku belum habis.
Hadapi aku kalau kau benar-benar pah-
Sampai ^umalui
136
lawan," demikian kata Datuk Mudra me-nantang Ulung Laut.
Semula pertarungan mereka berja-rak. Akan tetapi, akhirnya keduanya ber-gumul dan berguling ke atas dan ke ba-wah silih berganti. Ulung Laut ingin me-nangkap Datuk Mudra hidup-hidup untukdiajak ke jalan yang benar. Datuk Mudramelawan terus dan berhasrat membunuh
Ulung Laut. Akhirnya, dengan kerls ter-hunus Ulung Laut dapat menyudahi per-tempuran Itu. Datuk Mudra terluka terka-par bersimpah darah. Datuk Mudra telahbanyak merugikan perdagangan UlungLaut. Namun, melihat musuhnya terkulaitak berdaya timbul rasa iba serta belaskasihan di hat! Ulung Laut. DipapahnyaDatuk Mudra yang telah terkulai lemahuntuk diberi obat di kapal.
Bersamaan dengan berakhirnya pe-perangan di darat, pasukan Nadir pun tibauntuk memberi bantuan setelah terlebih
dahulu menguasai bajak laut Kapal Haru.Mereka bersorak-sorak gembira atas ke-menangannya menumpas bajak laut.
Betapa terkejutnya Nadir setelahmendekat untuk membantu Ulung Laut
memapah Datuk Mudra. Diperhatikannyadengan jelas siapa yang berada di ha-dapannya. Ulung Laut pun bertanya pada
dtompoi ^wnatia ̂ KXiua
137
Nadir, "Siapakah gerangan la Paman?Kenalkah Paman dengannya?" Nadirtiada menjawab. Justru sebaliknya, Nadiryang bertanya, "Datuk Mudrakah?"
Mendengar namanya disebut, Datuk Mudra lalu memandang pada Nadir.Akan tetapi, Datuk Mudra tidak mengenai-nya. Sekali lagi Nadir bertanya, "Datuk ...adakah Datuk adalah Datuk Mudra?"
Datuk Mudra tetap membisu. Sekali lagiNadir berkata, "Datuk, bila Datuk benar
Datuk Mudra, hamba harus menjelaskansiapa yang Datuk hadapi sebelum akhir
hayat Datuk."
Dengan mengangguk lemah DatukMudra mengiyakan pertanyaan Nadir.
Tanpa disadari Nadir telah memeluk Datuk Mudra, yang dianggap saudaranya.Titik air mata Nadir meleleh sambil ber
kata, "Datuk Mudra, pemuda gagah yangberada di hadapanmu adalah anakmu...Ulung Laut, putra Rambani dari TanjungTiram."
Betapa terkejutnya mereka berdua.Tak sadar Ulung Laut bertanya, "DatukMudra... perampok laut... adalah ayahku.Benarkah paman?"
"Benar anakku. Datuk Mudra ini
adalah suami ibumu. Berpuluh tahun si-lam Datuk Mudra ini datang ke Tanjung
^unwitia
138
Tiram dan kawin dengan ibumu. Ketikaengkau masih dalam kandungan ibumu,Datuk Mudra meninggalkan Rambani...ibumu," tutur Nadir pada Ulung Laut.
Datuk Mudra terkulai lemas namun
sinar matanya masih menatap padaUlung Laut. Lirih ia berkata terputus-pu-tus, "Maafkan diriku yang hina... dan ke-salahanku. Sampai maafku kepada Rambani.... Benarkah engkau anakku?... Ka-lau benar.... Maafkan aku.... Anak mu-
da.... Kurasa ajaiku akan tiba.... Akubahagia.... Matiku di tanganmu.... Salammaafku untuk seluruh keluarga di TanjungTiram...."
Terharulah Ulung Laut sambil me-
meluk Datuk Mudra, "Ayah ... maafkanhamba karena telah melukaimu. Berta-
hun-tahun aku mencarimu. Ayah, berta-
hanlah. Kami akan membawa dan meng-
obatimu."
"Tidak, biarlah jasadku terkubur di
pulau ini. Tanpa diberi pusara. Maafkanaku, anakku... salam maafku untuk...Rambani ...," sesal Datuk Mudra terbata-
bata. Seiring ucapan menyebut namaRambani, Datuk Mudra pun menghem-buskan napasnya yang terakhir di pe-lukan Ulung Laut.
Sekali lagi Ulung Laut berkata lirih
ytamjMU dtunotta '^liXoAa
139
seraya memeluk jasad ayahnya erat-erat,"Maafkan kami ayah."
Di bawah pohon nyiur jasad DatukMudra lalu dikebumikan di Pulau Pandan
sesual dengan permintaannya. Seluruhawak Kapal Malaka Jaya member! hormatkepada jasad Datuk Mudra sebagal peng-hormatan seiaku ayah Ulung Laut. Ke-anehan teijadi dan mungkin sudah kehen-dak dari Yang Kuasa sebagal peringatan.Hujan pun turun dengan lebatnya mem-basahl seluruh daratan Pulau Pandan.
Namun, setelah hujan reda air hujan tidakmenghapuskan ceceran darah Datuk
Mudra dan para sahabatannya di beba-tuan. Bahkan, batu-batu yang lain jugaikut memerah dan abadi.
Tidak berapa lama seluruh awakkapal meninggalkan Pulau Pandan yangkembali sunyi seperti sedia kala. Pulau ini
hanya'sesekali dihunl oleh nelayan untukmengambil airtawar.
BtMiyi SumotKi
6. REMBULAN Dl ATAS
TANJUNG TIRAM
Semula tujuan pelayaran perahu
Malaka Jaya adalah kembali ke BandarMalaka. Oleh karena Tanjung Tiram dekatdengan Pulau Pandan, Ulung Laut memu-
tuskan akan singgah beberapa hari di
Tanjung Tiram. Selain rindu pada ibunya,Ulung Laut ingin member! istirahat ke-pada awak kapal yang letih berperang.
Malaka Jaya telah merapat di Tan
jung Tiram tanpa halangan. Sisa-sisa per-tempuran sudah tidak tampak lag! kecuali
tiang utama kapal yang patah. Keda-tangan Ulung Laut disambut dengan sukacita oleh Rambani dan segenap keluargakerajaan. Peluk cium antara ibu dan anaksungguh mengharukan. Oleh karena telahbertahun-tahun mereka tidak bersua ter-
pisah oleh samudera yang luas. Begitupula dengan Nadir. Tak kuasa menahanair matanya. Air mata bahagia. Tanpadisadari, ketika Rambani bersalaman de
ngan Nadir, Rambani mencium tanganNadir seraya berkata, "Terima kasih Kan-da. Budi Kanda tak dapat hamba memba-lasnya."
9Lamjiai
141
Walaupun hubungan Nadir denganUlung Laut sangat akrab sekaii, Nadir te-tap pulang ke rumahnya. Malam harinyaUlung Laut sengaja menjemput Nadiruntuk meyampaikan pesan Datuk Mudra.
Setelah seluruh keluarga hadir, UlungLaut menceritakan pertemuannya denganDatuk Mudra. Tanpa segan dan senan-tiasa hormat, Ulung Laut mengatakan
bahwa Datuk Mudralah ayahnya. Tidak
dikatakannya Datuk Mudra sebagai pe-rampok laut. Ulung Laut hanya meng-
ungkapkan telah bertemu dengan Datuk
Mudra saat akhir hayatnya. Permintaanmaafnya untuk semua keluarga di Tan-jung Tiram, khususnya permintaan maaf
nya kepada Rambani disampaikan juga.Bahkan, mengenai mayat Datuk Mudraterkubur di Pulau Pandan dan tak mung-kin baginya membawa jasad ayahanda-nya ke Tanjung Tiram juga diceritakan.
Air mata Rambani meleleh setelah
mendengar penuturan Ulung Laut. Terba-yang masa silamnya ketika ditinggalkanoleh Datuk Mudra. Mungkin juga Rambaniterharu atas segala upaya Ulung Laut untuk mencari dan bersua dengan ayah-andanya seberat dan sejeiek apa punyang dihadapinya.
Nadir diam terharu. Ulung Laut juga
^am|uu
142
menjelaskan apa yang dialaminya, Nadir-lah sebagi saksinya. Kehadiran Nadiradalah untuk memperkuat penjelasanUlung Laut. Selesai pertemuan, UiungLaut bersimpuh mencium lutut ibundanya.Demikian pula pada Nadir sebagai baktiseorang anak kepada orang tuanya. Se-pekan kemudian, Uiung Laut menjemputNadir untuk bermohon pamit, seraya ber-kata, "Esok Malaka Jaya berlayar kem-bali. Hamba akan melaut. Hati hamba
tiada tega meninggalkan bunda. Jasa pa-man, baik kepada bunda maupun kepadahamba tak ternilai dan tak terlupakan.
Harapan hamba tinggallah paman bersa-ma bunda."
Nadir menyimak kata demi kata pe-nyampaian Ulung Laut. Mengertilah Nadirapa yang dimaksud Ulung Laut. la tidaksegera menjawab, hanya kepalanyamengangguk dan dari sinar matanya me-mancarkan tanda setuju.
Keesokan harinya, Malaka Jaya
bertolak meninggalkan dermaga tua Tan-jung Tiram. Dari geladak, Ulung Lautmelambai-lambaikan tangannya. Perla-
han-lahan bahtera Malaka Jaya meng-
arungi samudera luas menuju BandarMalaka.
Di dermaga Nadir berdampingan
dtomjuii SlumatM
143
dengan Rambani, melepas anak yangsama-sama mereka cintai. Setelah Mala-
ka Jaya hilang dari pandangan, Nadir danRambani pulang, menyongsong hari de-pan yang tertinggal di masa lalu.
B4iA^a Su«iuit«a
MAS MERAH
Cerita Rakyat Langkat
SRI MERGING
Sri Mersing, ha! lagu MelayuNyanyian anak, senandung rinduKalau Nak tahu, untung nasibkuBagaikan kaca, terhempas ke batu
Sri Mersing.
0l,a«npai Sumotta
1. PANGKALAN HARU
Angin berhembus dengan semilirsehingga membelai pepohonan yang tum-buh rindang di sekitar istana PangkalanHam. Udara segar dan nyaman senan-tiasa terasa di istana ini. Selain bentuk
istana yang megah dan luas serta ber-koiong di bawahnya, setiingga orang da-pat melintas dan bekerja. Istana ini ba-nyak memiliki tiang-tiang kayu yang besardan ratusan jumlahnya. Pintu, jendeia,dan atapnya berornamen Melayu, yaitubermotif bunga dan keris sebagai simbolkerajaan Pangkalan Ham.
Istana kerajaan Pangkalan Haruterdiri dari bahan kekayuan yang berusiaratusan tahun. Bahkan, sangat terkenalkeunikkan dan keindahannya. Tanggamenuju serambi depan terbuat dari batupualam berjenjang dua puluh dan dihiasioleh dua tempayan besar yang berasaldari Tiongkok. Tempayan ini berisi air
untuk membasuh kaki. Barang siapa yangakan masuk ke istana tidak boleh me-
makai kasut dan harus membasuh kaki
terlebih dahulu. Dua orang pengawal se-
146
nantiasa berdiri di tangga untuk melapor
siapa yang akan datang menghadap raja.
Dari anjungan peranginan dapatmelihat taman istana yang luas dan di-tumbuhi oleh bunga-bunga nan indah.
Rumput bagaikan permadani dan beba-
tuan tertata letaknya. Sampai ke tepi
sungai, bunga tumbuh subur dan mena-wan. Di sudut taman terdapat pemandian
aiam yang senantiasa dipergunakan pu-tra-putri raja bermain perahu atau ber-
main air. Perahu-perahu nelayan dan
niaga senantiasa hilir mudik melintas. Air
sungai yang senantiasa jernih terus me-ngalir sampai ke Kuala Langkat dan hilirSungai Batang Serangan. Pada hari-hari
tertentu, kesenian dan lomba diadakan di
sungai ini sehingga nama kerajaan Pang-kalan Haru menjadi terkenal.
Kerajaan kecil ini rajanya bernamaWan lllam. Sebenarnya Wan lllam adalahbangsawan biasa yang martabatnya ma-
sih di bawah keturunan Datuk atau Sul
tan. Oleh karena keahliannya dalammenguasai strategi perdagangan dan per-
tanian di wilayahnya, tidak heran jika
kerajaan ini sangat maju dan banyakmemperoleh keuntungan. Dari perdagangan ini Wan lllam dapat membangunistananya nan megah dan indah. Darah
147
biru yang mengalir dalam tubuhnya men-jadikannya sombong. Menggapai manu-sia hidup terdiri atas kasta-kasta atau
golongan, menyebabkan Wan lllam me-
nganggap derajat bangsawan lebih muliadaripada rakyat biasa. Dalam pemerin-
tahannya, tidak banyak huiubalang danorang gajian karena memang Pangkalan
Haru adalah kerajaan kecil. Wan lllamhanya dibantu oleh bendahara raja dankadangkala tidak jarang permaisuri rajaturut menangani jalannya roda kerajaan.
Puan Sari adalah permaisuri Wanlllam yang juga berasal dari kalangan
bangsawan. Menurut kabar beritanya,Puan Sari masih kerabat dekat denganKerajaan Haru di Besitang. Walaupunderajat Puan Sari lebih mulia dan tinggidaripada Wan lllam tidaklah ragu Baginda
Raja Kerajaan Haru mengawinkan mere-ka berdua. Oleh karena Baginda melihat
kemampuan Wan lllam dapat membuat
istana Pangkalan Haru yang megah danmembentuk kerajaan.
Dari perkawinan antara Wan lllam
dan Puan Sari dikarunia beberapa orang
putra dan putri. Putra pertama bernama
Ulung Perkasa Alam yang telah ditentu-
kan kelak sebagai raja di Kerajaan Pang-
dtomjiai Sumatui
148
kalan Ham. Dan putri tunggal merekaadalah Mas Merah.
Kecantikan Mas Merah tiada tara-
nya. Kulitnya halus kuning langsat dantubuhnya langsing tinggi semampai. Ram-butnya yang ikal panjang bergelombang.Pipi, hidung, dan dagunya yang indahserta matanya yang binar sungguh sangatmenawan. Kecantikan Mas Merah menja-
di senandung nyanyian anak muda yangsedang diianda gejolak asmara. Mem-pakan suatu kebahagian dan kebanggaanapabila mereka teiah dapat menyaksikankerupawanan Mas Merah. Sungguhpunusianya masih remaja atau baru belasantahun, telah teriihat kecantikannya. Sema-kin dewasa semakin bertambah pula kecantikannya. Siapa saja yang telah ber-sua dengan Mas Merah tak dapat melu-pakannya.
Tidak berbeda, bila Mas Merah can-
tik mpawan, demikian pula saudara kan-dungnya, Ulung Perkasa Alam dan sau-dara-saudaranya yang lain juga gagahperkasa. Mereka bersaudara seakan-akan ditakdirkan oleh pencipta sebagaidewa turun dan menjelma di bumi.
Tubuhnya sangat sempurna karenaditempa sepanjang hari oleh ilmu bela diridan ilmu pengetahuan alam. Setiap hari
149
mereka belajar jurus-jurus pencak silat.Ulung Perkasa Alam berteman akrab
dengan Ramdan. Tidak jarang Ramdanberlayar di laut dan belajar di darat se-bagal iawan tanding Ulung Perkasa Alam.Mereka berdua kalah dan menang salingberganti. Karena peraturan yang diber-lakukan oleh Wan lllam sangat keras,Ulung Perkasa Alamlah yang senantiasamengunjungi Ramdan di rumahnya.
Walaupun Ramdan bersahabat dengan Ulung Perkasa Alam, la tidak cong-kak dan pongah. Bahkan, sebaliknyaRamdan berbudi pekerti mulia. la senan
tiasa memuliakan yang lebih tua, menya-yangi pada yang lebih muda, dan mena-
ruh hormat kepada yang sebaya. Sikapdan perangainya yang balk ditopang dengan wajah dan tubuhnya yang tampandan perkasa, jika Ulung Perkasa Alamberjalan bersama dengan Ramdan sepertibersaudara kandung layaknya. Hanyapakaian yang membedakan dan menun-jukan derajat mereka tidak sama.
Biui^
2. KUALA LANGKAT
Sebagaimana biasanya Ramdandan teman-temannya yang lain berguruuntuk mendalami iimu ketangkasan beladiri pencak silat. Konon kabarnya, per-guruan pencak silat dari Pangkalan Harudan diasuh oleh pendekar Datuk Putihyang sangat terkenal kesaktiannya. Ba-nyak murid yang dibinanya berasal daripelosok-pelosok Kerajaan Haru. Bahkan,banyak juga yang berasal dari Seme-nanjung Malaka.
Sudah menjadi kebiasaan bila padamalam bulan purnama dan ditimpali de-ngan cahaya suluh para pemuda danbeberapa pemudi melaksanakan latihandan pertandingan. Ramdan tak keting-galan juga pada kesempatan ini. Banyakpemuda yang ingin berlatih dan bertan-ding dengannya. Biasanya bila bertandingdengannya bukan saja adu tenaga danbatin yang dilaksanakan tetapi juga bagilawan-lawan Ramdan akan memperolehpelajaran dan ilmu bela diri.
Keperkasaan dan keterampilanRamdan serta persahabatannya denganUlung Perkasa Alam telah diketahui oleh
151
Mas Merah melalui dayang-dayangnya.Bahkan, Mas Merah memendam rasa
kagum dan simpati terhadap Ramdan.Apabila ada kesempatan pertandinganketangkasan untuk disaksikan oleh khala-yak ramai yang diikuti oleh Ramdan, Mas
Merah seiaiu berupaya turut menyaksi-kannya.
Pada suatu hari, pertandingan ketangkasan dilaksanakan di pantai KualaLangkat muara Sungai Batang Serangan.Mas Merah sangat berkeinginan menyak-sikan pertandingan ini. Dengan berbagaiupaya, akhirnya Mas Merah dapat me-nyaksikan keramaian pertandingan.
Seperti yang sering teijadi di setiappertandingan. Kali ini pun Ramdan ber-hasil sebagai pemenangnya. Kesempatanini dipergunakan oleh Mas Merah untuk
menemui Ramdan. Dengan tertunduk ma-lu, Ramdan menerima uluran tangan MasMerah. Selanjutnya Mas Merah berkata,"Salam bahagia atas keperkasaan Kan-da". ,
"Terima kasih, salam bahagia jugauntuk Tuan Putri." Bergetar suara Ram
dan karena tak biasanya ia berbicaradengan wanita. Sesungguhnya, walauRamdan gagah perkasa namun bila ber-hadapan dengan wanita ia sangat malu.
^(ui^ SumAtca '^CXata
152
"Kanda Ramdan, hamba ingin suatu
saat kita dapat bertemu lagi. BersediakahKanda?" Pinta Mas Merah.
Dengan tersenyum Ramdan menja-wab, "Sudah tentu Tuan Putri," kata Ram
dan sebagai jawaban dari Mas Merah.Setelah menyampaikan hal tersebut
dengan diiringi beberapa teman yang me-
rupakan dayang-dayang istana, Mas Merah pun berlalu dengan perasaan yangpenuh kebahagiaan.
Malam hari sepicing pun mata MasMerah tak terpejamkan. Bayangan wajahRamdan senantiasa bermain di kelopak
matanya. Terbayang ketika Ramdan ber-tanding melawan seterunya. Demikian pu-
la ketika mereka bersua dan berbicara.
Mas Merah mencoba menghilangkan bayangan wajah Ramdan dari pikirannyanamun wajah Ramdan kembali terbayang. Bahkan, terlintas pula bayanganRamdan dengan para pemuda dan bebe
rapa pemudi melaksanakan latihan danpertandingan. Tak ketinggalan juga Ramdan turut serta.
Dengan berpakaian raja-raja, MasMerah menemuinya di suatu taman bu-
nga yang indah. Menjeiang pagi setelahpenat dan geiisah barulah Mas Merahdapat tidur. Itu pun hanya sejenak karena
^unult«a
153
terdengar kokok ayanrr menandakan haritelah pagi.
Haii demi hari dilalui oleh Mas Me-
rah. Oirinya serasa hampa. la ingin se-
gera kembaii bersua dengan Ramdan.Kini sadarlah bahwa Mas Merah sesung-
guhnya telah jatuh cinta pada Ramdankarena senantiasa merasa gellsah. Se-perti kata orang tua tidur tak nyenyakmakan pun tak enak. Air diminum serasaduri, penganan dimakan serasa sekam.Panah asmara telah melanda dan obat-
nya hanyatah Ramdan.Akhir kesempatan untuk bersua
kembaii dengan Ramdan telah terbukaseluas-luasnya. Setahun sekali para ne-layan di Kerajaan Haru dan Pangkalan
Haru mengadakan jamuan laut
^R.a«npai Sttmat«a ̂ Cta4a
ARENI
Cerita Rakyat Simalungun
1. DEWI ARENI Dl
KAHYANGAN
Zaman dahulu manusia dapat ber-hubungan langsung dengan alam gaibdan menganut kepercayaan animisme.
Menurut yang empunya cerita sebagai-mana di bumi, dl angkasa raya, dan atamgaib juga sama. Perbedaannya bila dibumi terdapat alam sengsara tidak demi-
kian halnya di angkasa raya. Di angkasaterdapat kerajaan yang penuh dengan ke-indahan dan kegaiban makhluk-makhluk-
nya.
Saat itu, di angkasa terdapat suatut^erajaan yang bemama Indraloka yangdihuni oieh dewa dan dewi serta makhluk
peri lainnya. Kerajaan indraloka dipimpinoleh Raja Dewangga dan didampingi oleh
permaisuri yang bernama Dewi Ratna.AAereka telah dikarunia seorang pub'i
yang cantik jelita bernama Dewi Areni.Dewi Areni ini sedang beranjak dewasa.
Siimotca
155
Kecantikan Dewi Areni tiada taranya. la
berbudi luhur, cerdas, dan beriimu. Selain
Itu, Dewi Areni sangat patuh dan hormat
kepada kedua orang tuanya.
Kejayaan kahyangan Indraloka terli-
hat pada pepohonan yang menghijau ke-
milau dan makhtuk aneka satwa yang ce-
ria serta alamnya yang indah pennai.Suatu hari, Raja Dewangga didam-
pingi permaisurinya, Dewi Ratna, me-manggil Dewi Areni. Para penghuni istana
merasa heran. Apa gerangan yang telahterjadi. Setelah Dewi Areni duduk ber-
simpuh di hadapan ayah bundanya dan
dikeiilingi oleh penghuni istana, Raja Dewangga dengan kasih sayang bersabda,
"Ananda Dewi Areni, ketahuilah bahwa
penghuni kahyangan ini sangat mencin-taimu dan kin! telah hampir saatnya tahtaKerajaan Indraloka ini kuserahkan pada-mu. Namun, sebelum terlaksana ada se-
suatu batu ujian yang harus Ananda lalui.
Bersediakah Ananda melaksanakannya?""Ayahanda dan Ibunda yang tercin-
ta," jawab Dewi Areni dengan lembut.
"Seberat apa pun titah Ayahanda segeraAnanda laksanakan."
Betapa terharunya Raja Dewanggamendengar jawaban putrinya. la lalu ber-
kata, "Anakku, sebelum Ananda memang-
tiR/Ompai
156
ku jabatan ratu di Kerajaan Indraloka,
Ananda harus turun ke bumi dan menja-lani hidup di sana beberapa purnama.Setelah sampai waktunya Ananda kamijemput kembaii."
Beriinang air mata Dewi Areni men-dapat perlntah ayahandanya. Namun, se-
bagai anak yang berbakti, la tidak kuasa
menolaknya. Dengan lirih Dewi Areniberkata, "Baiklah Ayahanda. Segala titahAyah dan Bunda akan Ananda patuhi dan
iaksanakan. Ananda yakin titah Ayahandaadalah yang terbaik bagi Ananda. Segalarintangan dan penderitaan akan Ananda
hadapi. Ayah, Bunda izinkan Ananda ber-angkat saat ini juga. Semoga Ayahbunda
senantiasa mengawasi di mana pun
Ananda berada."
"Baiklah anakku, berangkatlah turun
ke bumi," sabda Raja Dewangga. "Akantetapi, Ananda ingat kahyangan adalah
tempat suci dan bila kembaii nanti tetapsendiri."
Rasa haru diiringi tatapan matadewa-dewi kahyangan. Dewi Areni bersu-
jud pada Raja Dewangga dan Dewi Rat-
na. la lalu berdiri dipeluk dan diciumdalam tangisan. Dengan tegar Dewi Arenimelangkah dengan diiringi tatapan mata
yang haru dari warga Kerajaan Indraloka.
SimiuUul
157
Mereka menyadari karena yang berang-
kat adalah Sri Ratu mereka.
Setelah ke luar dari istana Indra-
loka, dengan pesat Dewi Areni melayangbagai seekor burung membelah angin laluturun ke bumi.
'^on^en^ Sumotxa ̂ KjUua.
2. TURUN KE BUMI
Dewi Areni melayang-layang me-
nyeiinap di balik awan dan merendahmencari kehidupan baru. la lalu menjelma
menjadi manusia bernama Areni. Kakinyamencecah ke bum!. Areni mencoba mela-
yang kembali namun tak kuasa meng-angkat tubuhnya. Sadarlah Areni bahwadirinya harus tinggal di bumi, sesuai de-ngan janjinya pada ayah bundanya sam-pai suatu saat dijemput kembali kekahyangan.
Tiada sedikit pun tercemin rasa ke-
kesalan di wajah Areni setibanya di bumi.Wajahnya senantiasa ceria tiada putusasa. Dengan terpaan sinar mentari pipi-nya merona, hidungnya yang mangir, danrambutnya yang ikal tergurai karena di-hembus angin. Tubuhnya langsing se-mampai berjalan perlahan mengenali ling-kungan. Ditatapnya alam yang baru dike-nalnya. Dengan berbekal pakaian yangmelekat di badan dan berpedoman kearah terbitnya mataharl Areni menelusurijalan setapak yang pernah dilalui manusia.
Jalan setapak yang dilaluinya se-
^41*1^ Swnolta ̂ Ct4Ma
159
makin jelas sebagai petunjuk dan adanyatanda-tanda kehidupan penduduk tidakjauh lagi. Menjelang senja sayup-sayupterdengar olehnya suara ranting-rantingpatah karena dipijak seseorang. Tak lamakemudian terlihat sesosok lelaki tua me-
mikul kayu. Lelaki itu ternyata Pak Itam,petani desa yang mencari kayu bakaruntuk keperluan rumahnya. Pak Item ter-perangah kaget melihat Areni betjalan kearahnya. Dalam hat! la bertanya, "Siapagerangan wanita Ini? Di tengah hutan se-orang diri?"
Setelah mendekat, berkatalah Areni
kepada Pak Itam, "Bapak tua yang ber-budi tolonglah hamba. Hamba Areni hidupdi dunia sebatang kara tiada sanak sau-dara. Izinkanlah hamba menjadi anakmu.Akan kuabdikan diriku kepada Bapak."
"Siapakah engkau?" tanya PakItam. "Dari mana asalmu dan mengapaengkau tiba sendiri di hutan ini?"
"Bapak, hamba tidak dapat mene-rangkan siapa dan dari mana asal-usulhamba. Hamba mohon perlindungan dariBapak sekeluarga," menghiba Areni de-ngan titik air matanya.
Pak Item masih dalam kebingunganberhadapan dengan Areni. Namun, ke-gembiraan juga terhampar di wajahnya.
^uA^a ̂R.ampai SuAuittA
160
Sudah bertahun-tahun ia berumah tanggadengan Mak Itam tak kunjung dikaruniai
anak. Bukankah Areni memintanya agardijadikan anak angkat. Tentu Mak Itam
akan berbahagia juga. bisik Pak Itam. la
lalu menjawab, "Baiklah anakku Areni,
turutlah denganku. Sebelum matahari ter-benam kita sampai dl rumah." Suatu ke-
ajaiban bagi Pak Itam sepanjang jalantiada sedikit pun merasa berat beban
yang dipikulnya. Padahal, tad! sampai ge-metar tubuhnya menahan beban kayuyang dipikulnya. Langkahnya semakincepat. Tak lama kemudian, sampailah m-
ereka di rumah sederhana Pak Itam. Se-
bagaimana Pak Itam terkejut melihat dan
bertemu Areni, demikian pula Mak Itamterperanjat melihat suaminya kembali ber-sama seorang gadis remaja cantik. Tim-bul juga sak wasangka kepada suaminya.Namun, ia menahan perasaan keinginta-
huannya.
Setelah Pak Itam memperkenalkan
Areni yang di temuinya di hutan, Mak Itampun menerima kehadirannya.
Setelah beberapa bulan kehadiran
Areni di desa Pak Itam. Namun, Areni
tiada merasa canggung dan segan mem-bantu seluruh pekerjaan Mak Itam. Sele-sai merapikan rumah, Areni menyiapkan
SumaluL
161
penganan orang tuanya untuk bekai keladang. Di ladang Areni tidak tinggaldiam. Dibantunya kedua orang tua ang-katnya bercocok tanam. Sehingga tidakterkira bahagianya keiuarga Pak Itam.Hasil tanamnya pun meiimpah ruah. Bah-kan, ternaknya pun gemuk-gemuk danberanak pinak. Perolehan rezeki in! bukan
saja diterima oleh keiuarga Pak Itam.Bahkan, seisi kampung semakin makmur.
Bila senja hari, Areni berteman dengangadis-gadis seusianya beramai-ramai ber-cengkrama mandi di sungai.
Menjelang malam hari mereka ber-sama-sama menenun kain atau menga-
nyam tikar. Sebagian penduduk sadarkemakmuran yang mereka peroleh da-
tang setelah kehadiran Areni di desanya.Keelokan gadis Areni telah menjadi puja-an jejaka di desanya bahkan bagi sesamawanita, kecantikannya menjadi buah bibir.Perangainya sangat menawan. Tak se-orang pun jejaka berani mencurahkan isihatinya pada Areni. Mereka sadar bahwahanya raja-raja dan bangsawan yang ber-hak mempersunting Areni. Tanpa terasa,Areni telah senang hidupnya di desa Pak
Itam.
^R.a«ttp4u 'tCtoca
3. PERTEMUAN
Desa Pak Itam berada di suatu Ke-rajaan Purba yang berada di kaki pegu-nungan Bukit Barisan. Dataran rendahyang terhampar luas adalah daerah per-tanlan yang amat subur. Berbatasan de-ngan hutan belantara yang maslh dihunioleh hewan-hewan margasatwa. Di per-batasan inilah desa Pak Itam bermukim.Sesekaii penghuni Kerajaan Purba meiin-tas melalui desa Pak itam untuk berburuke tengah hutan Bukit Barisan.
Di Kerajaan Purba pada masa itubertakhta Baginda Raja Purba yang mem-punyai beberapa orang putra, di antara-nya Purbajaya yang telah ditunjuk seba-gai putra mahkota Kerajaan Purba diSimalungun. Tidak ada rintangan bagiPurbajaya untuk menjadi raja karena se-lain ia putra suiung usianya sudah cukupdewasa untuk memangku jabatan seba-gai raja.
Sebagai seorang putra mahkota,Purbajaya memiliki ilmu bela diri yangtinggi. Jurus-jurus silat dikuasainya. Tu-buhnya yang kekar dan wajahnya yang
^R.am|uii jwij Sttmalca
163
tampan menjadi idaman setiap wanita.Permaisuri Raja Purba telait berulang kalimeminta agar Purbajaya segera beristri.Nam un, Purbajaya senantiasa menunda-nya. Sebagai dalih, Purbajaya masih inginmenambah ilmu. Suatu hal yang menjadikegemaran Purbajaya adalah berburu dihutan Bukit Barisan. Apabila Purbajaya
berburu, biasanya bersama dengan pe-ngawai raja dan melintasi desa Pak Itamuntuk menuju tempat petburuan. Sebagaiseorang putra mahkota, Purbajaya telahdikenai warganya.
Sudah menjadi tradisi pada masa
itu, peperangan antara kerajaan kecil se-rlng teijadi. Kerajaan yang satu menye-rang kerajaan yang lain. Kerajaan yanglemah harus memberi upeti kepada kerajaan yang kuat. Untuk menjaga keten-teraman itu para prajurit dan hulubalang
Kerajaan Purba dan keperkasaan Purbajaya sangat tangguh sehingga merekasangat disegani.
Suatu ketika, Purbajaya kembalipergi berburu ke hutan Pegunungan BukitBarisan bersama beberapa hulubalang
raja melintasi desa-desa, di antaranyadesa Pak Itam. Menjelang tengah hari,Purbajaya berpapasan dengan Areniyang sedang menuju ladang untuk me-
SuAiotca
164
ngantar makan siang bagi Pak Itam dan
istrinya. Dengan tunduk dan honnat Areni
menepi di tepi jalan. la tidak tahu bahwasiapa yang melintas di jalan itu. Namun,la maklum karena yang melintas adalahrombongan dan seorang di antaranya
berpenampilan gagah perkasa sehinggayakinlah dirinya berhadapan dengan putra
raja.Purbajaya tertegun sejenak me-
mandang Areni. Berdebar jantungnya.
Tak seperti biasanya bila ia melihat wa-
nita. Namun, kali ini diperlambat langkah-
nya, "Putri siapakah gerangan, wajahnyasungguh menawan." Sepanjang jalanpikirannya masih tertuju pada Areni.
Sampai ke tempat yang dituju, yaiturimba belantara dan buruan telah banyakdiperoleh. Namun, bayangan wajah Areni
tak pupus dari pelupuk mata Purbajaya.Tiba saatnya mereka kembali. Purbajayabemiat singgah di desa Pak Itam, tempat
pertama ia bertemu dengan Areni.Purbajaya ingin bertemu dengan
Areni. Namun, tujuannya ke rumah PakItam sekadar beramah tamah dengan
warganya. Untuk Pak Itam dan keluarga-nya diberikan juga basil binatang buruan-nya. Hada disangka Purbajaya kembalibertemu dengan Areni. Dengan sopan-
Sufluilui ̂ LUua
165
santun Areni menyuguhkan penganandan minuman kepada Purbajaya. Sese-
kali Purbajaya menatap wajah Areni.Betapa kagum Purbajaya akan kecantik-an Areni. Firasatnya menyatakan Areni
adalah penjelmaan bidadari kahyangan.Walaupun Pak Itam mengatakan bahwaAreni adalah putrinya yang berasa| darirakyat jeiata. Purbajaya tetap berniat un-tuk mempersunting Areni sebagai caion
permaisurinya kelak. Keinginan tersebutdiutarakan Purbajaya kepada Pak Itamdan keluarganya. Demikian juga kepadaAreni. Lalu Purbajaya berkata, "Pak Itam,
perkenankanlah dalam waktu dekat kamiakan kembali mempersunting Areni se
bagai permaisurl."
Merasa bahagia, haru, dan gemetarPak itam menjawab, "Baginda raja, kami
rakyat jeiata suatu karunia bagi kami, bilaAreni dipersunting Baginda. Apakah halini bukan malapetaka bagi kami?"
"Tidak Pak Itam, Areni tidak akan
kusia-siakan. Saat ini terimalah Areni se
bagai tanda bukti ucapanku. Beberapahari lagi akan datang utusan menjemputPak Itam dan keluarga beserta Areni. Dansebagai bukti, cincin pemiata ini kube-rikan pada Areni." Kemudian, Purbajayamenyerahkan sebentuk cincin pemiata
SumolMi '^iLXajut.
166
kepada Areni. Betapa bahagianya Areni.Namun, kebahagiaan itu tidak langsungdicetuskannya. Selanjutnya Areni berkata,"Segala titah Baginda hamba junjung ting-gi. Hamba akan menanti sampai Bagindakembali."
Tidak pernah Purbajaya merasa ba-hagia seperti saat ini. Dalam hatinya iaberkata inilah yang dinamakan cinta. Se-teiah mohon diri pada keluarga Pak Itam,Purbajaya berangkat pulang kembali keKerajaan Purba.
Sepanjang jalan masyarakat senan-tiasa memberikan rasa hormatnya kepadaPurbajaya karena mereka mengetahuiyang melintas tersebut adalah raja mereka.
SuflUlUa
4. PERRft^lSUm
KERAJAAM
SinftALUNGUN
Setelah tiba kembali di kerajaan
Purba, Purbajaya menceritakan seluruhpetjalanannya kepada ayah bundanya.Baginda Raja Purba menyambut baik ke-inginan Purbajaya untuk mempersuntingAreni, sebagai istrinya. Namun, hal ter-sebut tidak demikian dengan permaisuri.Maka berkatalah permaisuri dengan gun-dah gulana, "Anakku Purbajaya, sudahseharusnya Ananda beristri dan syukurAnanda dalam waktu singkat akan meiak-sanakan perkawinan. Namun, apakah sudah Ananda pikirkan untuk mempersun
ting rakyat jelata sebagai calon permaisuriKerajaan Purba?"
Dengan mantap dan menatap ibu-nya, Purbajaya menyakinkan seraya ber-kata, "Ibunda, Ananda telah melihat danberbicara langsung dengan Areni, betapaAreni berbudi pekerti luhur dan mulia."
"Purbajaya anakku," permaisuri ber-kata untuk menghalangi keinginan Purbajaya. "Ketahuilah sangat banyak putri
(Bua^ Sumotta
168
raja yang kita kenal untuk dipersuntingsebagai permaisuri kerajaan ini kelak. Bila
istrimu orang kebanyakan, kau sebagaiseorang raja tidak akan dihormati oleh
rakyat Kerajaan Purba."
Tidak pernah Purb^aya menampiksabda ibunya. Namun, kali ini ia tetapberkeras hati dan bertekad akan mem-
persunting Areni. Dengan rasa hormat iameyakinkan ibundanya, "Ibunda, sung-guhpun Areni anak orang kebanyakan,perilakunya sangat sopan-santun dan
tiada cacat celanya. Bahkan, paras wa-jahnya cantik merona. Belum pernah
Ananda menemui dara jelita serupawanAreni!"
Baginda Raja Purba menengahipertentangan istrinya dengan anaknya.
Beiiau lalu berkata, "Permaisuriku, Purba-
jaya telah matang dalam pikiran dan usia.la telah dapat menimbang antara yangbaik dan yang buruk. Walaupun demikian,
kita juga tetap senantiasa membimbing-nya. Siapa pun calon istri Purbajayaadalah anak kita juga. Untuk itu, marilah
kita bimbing dan memohon pada YangKuasa agar kita semua memperoleh ke-sejahteraan dunia dan alam fana."
Betapa bahagianya Purbajaya men-
dapat sambutan dari ayahandanya. la lalu
Sumat«a. ̂KXtua
169
berkata, "Ayahbunda terima kasih atasizin Ayahbunda dan mohon doa restuatas perkawinan hamba. Selanjutnya,izinkan hamba melaksanakan hal ini da-lam waktu secepatnya mengingat tiadarintangan yang harus dilalui. PersiapanAnanda telah matang baik dalam ha! ma-salah kerajaanmaupun perkawinan."
Anggukkan kebahagiaan tercermindi wajah Baginda Raja Purba yang diikutioleh seiuruh yang hadir. Setelah Purba-Jaya bersujud pada Ayahbundanya satuper satu, para penghuni istana KerajaanPurba memberi ucapan selamat atas kebahagiaan yang mewamai seiuruh istana.
Beberapa hari kemudian, arak-arak-an dari Kerajaan Purba menuju desa PakItam. Sepanjang jalan disebarkan jugamaklumat yarig isinya mengabarkan bah-wa putra mahkota Kerajaan Purba, yaituPurbajaya akan melaksanakan perkawinan dengan Areni. Isi maklumat tersebut
disambut rakyat Kerajaan Purba dengangegap gem pita dan rasa suka cita.
Setibanya di desa Pak Itam, utusanKerajaan Purba menyampaikan maksuddan tujuan kedatangan mereka. Beranekahadiah diberikan pada keluarga Pak Itamdan Areni. Bahkan, hadiah tersebut me-
ngalir Juga ke tetangga-tetangga Pak Itam
SunuEtca ̂ ijiXajUL
170
karena terlalu banyaknya.
■ Menyadari dirinya bukan berasatdari golongan bangsawan, Pak Itam danistrinya menyerahkan Areni pada utusanKerajaan Purba untuk dipersunting Purba-jaya. Dengan berpakaian yang indahAreni diusung dalam tandu menuju keistana. Masyarakat dapat melihat Areni disepanjang jaian berdecak kagum dan ter-pesona pada kecantikannya.
Sesampainya di istana pesta perka-winan pun dilaksanakan selama tujuh haritujuh malam. Kesenian rakyat ditampilkandan jamuan makan tiada dilupakan. Padahari itu Baginda Purba Raja yang telahmerasa uzur, secara resmi turun takhtadan penggantinya adalah Raja Purbajaya.Areni sebagai permaisuri memperoleh ge-lar Dewi dan lengkaplah ia bernama DewiAreni.
BuA4^ Sttmotm
5. FITNAH
Tidak semua keluarga KerajaanPurba menyambut gembira atas perka-winan Raja Purbajaya dengan DewiAreni. Dewi Bunga, ibunda Raja Purbajaya, walaupun dalam hatinya mengagumikeelokan dan kehaiusan bud! pekerti Dewi Areni, senantiasa merasa tidak senangatas pilihan anaknya. Di mata Dewi Bunga semua kelebihan yang dipunyai DewiAreni menjadi sima. Oleh karena DewiAreni berasal dari rakyat jelata bukan darikaum bangsawan ataupun ningrat. DewiBunga bertekad akan berupaya agar Dewi Areni tersingkir dari Kerajaan Purbadan harus kembali ke desanya sesuai dengan asalnya.
Telah saatnya Dewi Areni hidup dibumi. Kebahagian demi kebahagian yangtelah direngguknya, ia dapat meiupakanorang tuanya di kahyangan. Namun, se-sekali ia teringat juga akan alam kahyangan. Tiada seorang pun yang tahuasal-usul Dewi Areni yang sebenarnya.Dewi Areni tidak menyadari bahwa dibalikkebahagiaan yang diperoiehnya temyatadirinya terancam oleh perangai Dewi Bu-
SuAtA^ta ̂ Qa«a
172
nga, ibunda Rsya Purbajaya.Selain Dewi Areni yang berasal dari
desa Pak Itam, di Kerajaan Purba jugaada seorang pesuruh muda yang tampan.Pemuda itu bernama Alang. WalaupunDewi Areni dan Alang berasal dari desa
yang sama, mereka tiada pernah bertegursapa. Oleh karena perbedaan status mereka.
Dewi Bunga telah mengetahui desa
asal Dewi Areni dan Alang. Persamaan
asal desa ini dimanfaatkan oleh Dewi
Bunga untuk memfitnah Dewi Areni. Sua-tu ketika, Dewi Bunga berhasil menyuruhpelayan yang lain untuk mengambil pa-kaian Alang dan meletakkannya di bawahperaduan Dewi Areni.
Dengan wajah yang berpura-puradan penuh penyesalan Dewi Bunga me-nemui anaknya lalu berkata, "Anakku Purbajaya, ketahuilah bahwa istrimu telahberbuat aib. la mengkhianati dirimu dengan perbuatan keji, yaitu berduaan dikamarmu dengan seorang pemuda pelayan kerajaan yang berasal dari desa istrimu."
"Tidak mungkin ibunda," kata RajaPurbajaya. "Dewi Areni berbudi pekertiluhur dan berhati mulia."
"Purbajaya, ibu mengenal perWa-
^4iA^ dtompoi SamaUa. ̂̂ Ctata
173
takan manusia, naluri ibu tidaklah salah.
Bila anakku tidak yakin, lihatlah di bawah
peraduanmu," Dewi Bunga berkata danmenyerahkan kunci kamar pada RajaPurbajaya.
"Alang adalah pemuda sekampungdengan Areni. Kini mereka berdua di
beranda istana menantikan hukuman da-
rim u anakku. Rakyat telah mengetahuiperbuatan mereka. Bila dirimu tidak ber-
tindak, aib akan menimpa kita semua."Lanjut Dewi Bunga.
Dengan amarah yang memuncakRaja Purbajaya lalu mengambil anakkunci dari tangan ibunya. la lalu bergegasmemeriksa kamarnya. Amarah Purbajayasemakin memuncak setelah menemukan
pakaian bukan miliknya di kamarnya.Raja Purbajaya segera menuju ke
beranda. Dilihatnya istrinya dan Alang,pelayannya sedang berduaan. la semakinmarah. Dengan suara lantang dan kerastanpa memberikan kesempatan padaDewi Areni untuk mengemukakan yangsebenarnya, Raja Purbajaya mengusirDewi Areni. Dengan kasar dan keras RajaPurbajaya berseru, "Nyahlah engkau darihadapanku atau kubunuh kalian berdua."
Dengan berlinang air mata, DewiAreni berkata menghiba, "Kakanda Pur-
SwimUa ̂Ctaui
174
bajaya, diriku tak sekeji yang dituduhkan.Namun, karena diriku telah terusir, hambaakart kembaii ke asaiku. Selamat tinggalKanda, selamat tinggal orang yang telahkucintai."
Dewi Areni laiu menanggalkan seiu-
ruh perhiasan yang dikenakannya. Hanyapakaian yang melekat di badan dan di-temani oleh Alang mereka pulang ke desaPak Itam, kampung halaman mereka.
Betapa suka citanya Pak Itam danMak Itam menyambut kedatangan DewiAreni. Semua kejadian yang menimpanyatiada sedikit pun dituturkan oleh DewiAreni kepada orang tua angkatnya.
Hari berganti bulan, setelah genapkandungannya berusia sembilan bulansepuluh hari, Dewi Areni melahirkan se-orang putra. Sangat terharu Dewi Arenimenatap wajah anaknya, karena wajahanaknya bak pinang dibelah dua denganRaja Purbajaya, suaminya.
6. KEMBALI KE
KAHYANGAN
Betapa bahagianya Dewi Areni ka-rena telah melahirkan seorang bayi. Bayiitu lalu diberi nama Arena. Setelah kese-hatannya pulih, Dewi Areni sebagaimanabiasa selalu membantu Pak itam dan Makitam di ladang. Tanpa terasa sejak keha-diran Dewi Areni di bumi hasii tanamanmelimpah ruah dan ternak pun beranakpinak sehingga rakyat pun makmur.
Suatu hari, saat Dewi Areni danArena berada di ladang yang sedang ber-istirahat bersama dengan Pak Itam danMak Itam, tiba-tiba angin berhembus se-milir dan berbau harum. Bunyi-bunyianmerdu dan syahdu. Bau harum dan bunyinekara tersebut mengingatkan Dewi Areniseperti di kahyangan. Tak lama kemudiandari angkasa terbesit cahaya sepertibianglala yang meluncur dan berhenti dihadapan Dewi Areni. Saat itu sadarlahDewi Areni bahwa ayah dan bundanyadari kahyangan ke bumi untuk men-jemputnya kembali ke kahyangan. Tiadaterlihat oleh seorang pun dengan lemahlembut terdengar suara seseorang ber-
dtompoi StunaUa ̂ Cta*a
176
bicara, "Anakku Dew ArenI, telah tibasaatnya Ananda harus kemball ke ka-hyangan. Semua yang teijadi di bumi ha-nyalah merupakan ujian bagimu kelak se-belum dirimu menjadi ratu di kahyangan.Engkau telah lulus anakku. Kini tiba saatnya kita berkumpul kemball."
Walaupun tiada terlihat, Dewi Arenilalu bersujud kepada suara tersebut sera-ya berkata, "Ayahbunda, Ananda sangatterharu dan bahagia dapat kembali kekahyangan. Namun, bagaimana denganputraku Arena, Ayahanda? Hamba takkuasa berpisah dengannya."
Kemudian terdengar suara lagi,"Anakku Areni, sebagaimana saat engkaumampu ketika berpisah dengan kami.Saat ini pun engkau harus marnpu berpisah dengan putramu Arena. Alam kahyangan hanya mampu dicapai denganroh. Kelak bila putramu telah sampaisaatnya meninggalkan dunia, kita nantiakan berkumpul kembali."
Semua percakapan Dewi Areni dengan ayahandanya dapat didengar seca-ra jelas oleh Pak Itam dan Mak Itam. Saatitu, mereka mengertilah asal-usul DewiAreni. Selanjutnya, terdengar suara kembali, "Wahai Pak Tani yang mulia. Ku-ucapkan terima kasih atas penerimaan
SLifltjiai SoAMitta
177
anakku Dewi Areni. Kini Dewi Areni hams
kembali ke kahyangan. Sekarang kutitip-kan lagi cucuku Arena. Kelak Arena akan
menjadi raja di Kerajaan Purba ini. Dansebagai terima kasihku kujamin kemak-muran bagi seluruh rakyat kerajaan ini."
Dengan terharu Dewi Areni mena-tap putranya, seraya berkata, "Selamattinggai anakku, Arena. Aiam kita berbedasehingga kita harus berpisah. Suatu saatkita pasti bersua lagi. Selamat tinggaianakku. Cincin ini pemberian dari ayahmuuntukku. Kuserahkan cincin ini padamuagar engkau dapat membuktikan bahwa
engkau adalah putra Raja Purbajaya, ke-turunan raja-raja Kerajaan Purba. Sela
mat tinggai anakku."
Selesai Dewi Areni mengucapkanselamat tinggai dan menyerahkan cincinraiblah tubuhnya. Tiba-tiba memecahlahtangis Arena seakan-akan dirinya tak reladitinggalkan ibundanya. Perlahan-lahanbau hamm dan bunyi-bunyian hilang ber-ganti dengan bunyi desau angin sebagai-mana biasanya. Walaupun masih merasakeheranan, Pak Item dan Mak Itam lalu
memapah dan memangku Arena untukmendiamkannya.
Tiba-tiba dari tempat Dewi Areniberdiri tumbuhlah sebatang pohon besar
^4ui^ 0OA^en^ SumaUa
178
dan lurus. Pohon itu berdaun rindang dan
berpelepah. Pohon besar itu seperti ter-penggal lalu meneteskan air seperti airsusu yang langsung masuk ke mulutArena. Setelah merasa air yang dihirup-
nya seperti air susu ibunya. Arena diamtidak menangis lagi.
Selanjutnya, bila Arena haus danlapar oleh Mak Itam diberi minum air pohon penjelmaan dari jasad tubuh DewiAreni. Rasa air yang senantiasa menetes
tersebut sangat manis. Tidak hanya Arena, air yang menetes tersebut diminumjuga oleh Mak Itam dan Pak Itam sepertisusu. Bahkan, penduduk lainnya pun ikutmerasakannya.
Beberapa tahun kemudian, Arenamenjadi seorang pemuda yang tampan.Sebagaimana ibunya, Arena juga berbudipekerti luhur dan sangat menawan se-hingga masyarakat desanya sangat hor-mat dan sayang padanya. Demikian pula,pohon penjelmaan Dewi Areni semakinbanyak. Tumbuhnya berumpun dan olehpenduduk dapat dikembangbiakkan.
Sesungguhnya benar ucapan janji
Raja Dewangga dari kahyangan. Air yangberasal dari penjelmaan Dewi Areni rasa-nya manis dan dapat diolah menjadi guladan sebagai sumber penghidupan masya-
^CtoiA
179
rakat. Oleh karena, pohon tersebut se-bagai penjelmaan tubuh Dewi Areni, pohon tersebut dinamakan 'pohon aren'.Pohon tersebut tumbuh banyak di desaitu dan sampai saat ini desa tersebutmenjadi 'kampung aren'.
$4iA^a ̂ R.ain^ial j SiMRolta
7. TAHTA BAGIN1>A ARENA
Setelah bertahun-tahun ditinggal-
kan oleh ibunya, Arena menjadi seorangpemuda yang tampan dan perkasa. Arenadididik secara masyarakat biasa^ namunperangainya memperlihatkan ia seorangputra bangsawan.
Selain gagah perkasa dan satu halyang mengagumkan adalah wajahnya sa-ngat mirip dengan Raja Kerajaan Purba.Hal tersebut telah terbetik beritanya olehRaja Purbajaya.
Sejak kepergian Dewi Areni, RajaPurbajaya tidak lag! berpermaisuri. Setelah bertahun-tahun hidup tanpa permai-suri, Dewi Bunga dengan penuh penye-salan menceritakan perbuatan yang sebe-narnya dilakukannya bersama pelayan-nya telah memfitnah Dewi Areni. Namun,semuanya telah terlambat. Nasi telahmenjadi bubur, Dewi Areni telah tiada.Penyesalan tiada guna.
Raja Purbajaya ingin menebus se-mua kesalahan terhadap Dewi Areni.Pada suatu hari, Raja Purbajaya ber-angkat menemui Pak Itam dan Mak Itamdi desa dengan tujuan ingin melihat Arena
^tut^ SLoflipai
181
yang menurut cerita orang sangat miripdengan dirinya. Apakah hal tersebut be-nar dan dapat dipastikan Arena adalah
putranya? Berita tentang Arena dan usia-nya seumur dengan lamanya kepergianDewi Areni.
Setelah Raja Purbajaya bersua,betapa bahagianya Pak Itam dan MakItam. Selanjutnya, Pak Itam dan Mak Itammempertemukan Raja Purbajaya denganArena. Keduanya sangat terkejut seakan-akan berhadapan dengan cermin.
Hanya pakaian mereka yang mem-bedakan. Arena membuktikan bahwa diri
nya sebagai putra Raja Purbajaya, yaitudengan menyerahkan cincin pemberianibunya. Cincin itu diperoleh Dewi Areniketika Raja Purbajaya akan mempersun-ting Dewi Areni sebagai pemiaisuri.
Kemudian Pak Itam pun menceri-takan siapa sebenarnya Dewi Areni. RajaPurbajaya sadarlah kini, kemuliaan hatipermaisurinya yang telah tiada. RajaPurbajaya lalu beijanji untuk menyayangiArena. Dan sebagai wujud cintanya RajaPurbajaya menghormati pohon aren sebagai lam bang kemakmuran masyarakat.Atas izin Pak Itam dan Mak Itam, Arenadibawa ke Kerajaan Purba yang selanjutnya kelak menjadi putra mahkota.
SuAuUta
TENTANG PENYUSUN
SHAFWAN HADI UMRY, lahir di Perba-ungan 27 Januari 1951. Menyelesalkanpendidikan di IKIP Negeri Medan padatahun 1983. Menulis berbagai artikel,puisi, dan cerita pendek. Tahun 1985memenangi penulisan esai terbaik DewanKesenian Medan. Publikasi yang dibu-kukan, antara lain, Apresiasi Sastra (kum-pulan esai) dan Menyimak Ayat Ombak(kumpulan puisi). Menulis pula buku pe-lajaran bahasa dan sastra Indonesia untukSMU di Sumatra Utara. Selain itu, kerapmembawakan makalah di berbagai sim-posium dan seminar.
SiMntttwi
SUROSO, K.S., lahir 1 November 1949 diLangsa, Sumatera Utara. Lulusan SarjanaIlmu Perpustakaan Universitas SumateraUtara tahun 1986. Sehari-hari bekerja se-bagai pustakawan di Perpustakaan Nasi-onal Provinsi Sumatera Utara dan peng-ajar di Sekoiah Tinggi Bahasa Asing Ha-rapan, Medan. Pengaiaman bekerja, an-tara Iain, sebagai guru bahasa Indonesia(1970—1982) dan pustakawan Baperasda-su (2003—...). Tahun 1984, dianugerahisebagai pustakawan teladan pertama se-Sumatera Utara. Tiga tahun kemudian,1987, meraih peringkat ketiga pustakawan teladan se-Sumatera Utara. Banyakmenyusun cerita rakyat daerah SumateraUtara dan memperoleh penghargaan ataskarya-karyanya itu.
r' fAKAAIs
tBun^ OLompoi SiwruiUa A H A v' M! liASiOilAL,