MAKALAH MANAJERIAL PENDlDlKAN INKLUSIF Dl SDN 11
LUBUKBUAYA
PADANG
- IL! -_.--- . ,; oLE!'ISI 54(hd 120ry - M . - , y ~ # lpdk\iT,Y?!? '371.9 Has m - 2
OLEH : x~yl? lYASl : _.- . + .=--
Dra. *J. YARMlS H A s m , ~ . p d
Dl SAMPAIKAN PADA SEMINAR NASIONAL PENDlDlKAN INKLUSIF
PENDlDlKAN UNTUK SEMUA DALAM RANGKA PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN ANAK
( PROGRAM DOKTOR ILMU PENDlDlKAN 1 . -
PADA TANGGAL 23 FEBRUARI 2010
U N I V E R S I T A S N E G E R I P A D A N G
2 0 1 0
IMPLIKASI MANAJERIAL INKLUSI di SDN 11 LUBUK BUAYA
PADANG
I. PENDAHULUAN
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang memberikan
kesemapatan pada anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti
pendidikan dalam sistem persekolahan regular dengan memperhatikan
dan menyesuaikan kebutuhan individual anak.
Adapun beberapa dasar pelaksanaanya adalah, education for All,
PBB-UNESCO di Bangkok tahun 1991, Salamanca Statement yang
ditetapkan pada konferensi dunia tahun 1994 tentang Pendidikan
Kebutuhan Khusus,UUD 1945 pasal 31, tentang hak warga Negara
untuk memperoleh pendidikan, UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, tentang
pendidikan khusus dan pendidikan pelayanan khusus.
Salah satu karakteristik terpenting dari sekolah inklusi adalah salah
satu komunitas yang kohesif menerima dan responsive terhadap
kebutuhan individual siswa. Untuk itu, Sapon-Sheevin (dalam
Sunardi,2002) mengemukakan lima pt-ofil pembelajaran di sekolah
inklusi yaitu:
Pendidikan inklusi berarti 1) Menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat 2) Menerima keanekaragaman 3) Guru mempunyai tanggung jawab menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara penuh 4) Menekankan suasana dan perilaku sosial 5) Menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dan sebagainya.
Pendidikan inklusi yang heterogen memerlukan perubahan
pelaksanaan kurikulum secara mendasar pembelajaran di kelas inklusi
akan bergeser dari pendekatan pembelajaran kompetitif yang kaku,
mengacu materi tertentu ke pendekatan pembelajaran kooperatif yang
melibatkan kerjasama antar siswa, dan bahan belajar tematik.
Pendidikan inklusi berarti menyiapkan dan mendorong guru untuk
mengajar secara interaktif. Perubahan dalam kurikulum berkaitan erat
dengan perubahan metode pembelajaran. Model kelas tradisional di
mana seseorang guru secara sendirian berjuang untuk dapat memenuhi
kebutuhan semua anak di kelas yang harus bergeser dengan model
antar siswa saling bekerjasama, saling mengajar dan belajar, dan secara
aktif saling berpartisipasi dan bertanggungjawab terhadap
pendidikannya sendiri dan pendidikan teman-temannya, semua anak
berada di satu kelas bukan untuk berkompetensi melainkan untuk saling
belajar dan mengajar dengan yang lain.
Pendidikan inklusi berarti penyediaan dorongan bagi guru dan
kelasnya secara terus menerus dan penghapusan hambatan yang
berkaitan dengan isolasi profesi. Aspek terpenting dari pendidikan inklusi
adalah pengajaran dengan tim, berkolaborasi, konsultasi dan berbagai
cara mengukur keterampilan, pengetahuan, dar: bantuan individu yang
bertugas mendidik sekelompok anak. Kerjasama guru dan profesi lain
dalam satu tim sangat diperlukan seperti dengan para professional, ahli
bina bicara, petugas bimbingan, guru pembimbing khusus dan
sebagainya. Oleh karena itu untuk dapat bekerjasama dengan orang lain
secara baik memerlukan latihan dan dorongan terus menerus.
Pendidikan inklusi berarti melibatkan orangtua secara bermakna
dalam proses perencanaan. Selama ini pendidikan bagi anak cacat yang
sekarang disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) lebih
banyak diselenggarakan secara segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB)
dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Sementara itu lokasi SLB dan
SDLB pada umumnya berada di ibukota Kabupaten, padahal anak-anak
berkebutuhan khusus tersebar tak hanya di ibukota kabupaten, namun
hampir seluruh daerah (Kecamatanldesa), akibatnya sebagian anak
berkebutuhan khusus tidak dapat bersekolah karena lokasi SLB dan
SDLB yang jauh dari tempat tinggalnya, sedangkan sekolah regular
terdekat belum memiliki kesadaran untuk menerima anak dengan
kebutuhan khusus, karena guru merasa tidak memiliki kemampuan
untuk melayaninya.
Berdasarkan data BPPS Sumbar tahun 2005 jumlah anak
berkebutuhan khusus tercatat sebanyak 9080 orang. Sementara yang
sudah terlayani dalam lembaga pendidikan dasar baru sekitar 2900
orang sekitar 31,93%. Angka tersebut akan terus bergerak dinamis
setiap tahun, sehingga anak berkebutuhan khusus membutuhkan
layanann pendidikan menjelang tahun 2010 akan berkisar antara 10.000
sampai 1 1.000. Kenyataan tersebut, diperlukan alternatif sistem
pecdidikan alain yang lebih memberikan peluang bagi perluasan dan
peningkatan mutu layanan pendidikan bagi ABK. Untuk mengantisipasi
permasalahan ini, model pendidikan inklusi merupakan sistem
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak untuk
memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, humanis dan demokratis.
Mengacu kepada hal-ha1 diatas tidaklah berlebihan bila sebagai
salah satu instansi pendidikan SDN 11 Lubuk Buaya ikut terlibat dalam
melaksanakan pendidikan inklusi yang sedang ngencar-ngencarnya
digalakkan oleh pemerintah. Mengingat bahwa ha1 itu adalah tanggung
jawab bersama bukan tanggung jawab perorangan atau kelompok
pendidikan tertentu. Banyak ha1 yang bisa kita dapatkarr pada saat ini
untuk menanggani anak-anak ABK yang dianggap suatu kemustahillan,
ha1 ini disebabkan minimnya pengetahuan dan kurangnya daya dukung
di sekolah. Adanya kendala-kendala yang dihadapi tidak menyurutkan
langkah-langkah untuk menanggani masalah tersebut dalam melakukan
berbagai program dengan melibatkan pihak-pihak lain yang terkait. .
II. Awal Dimulainya Pendidikan inklusi di SDN. 3 1 Lubuk Buaya
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama
pendampingan di SDN 11 Lubuk Buaya bahwa SDN tersebut baru
melaksanakan inklusi pada tahun 2006. Di SDN 11 Lubuk Bilaya saat ini
terdapat beberapa orang anak ABK seperti anak berkesulitan belajar
membaca, menulis, dan berhitung (CALISTUNG), anak tunarungu, anak
austis dan salah satu anak tunanetra yang berasal dari SLB Negeri 2
padang. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis pihak SLB yang
bekerja sama dengan pihak SD, dan kedua anak tersebut dapat
dicobakan untuk mengikuti pendidikan inklusi bersama-sama dengan
anak normal lainnya. Dari kegiatan belajar mengajar yang telah
berlangsung selama satu semester dapat diketahui bahwa guru kelas
mengalami kendala yang begitu berarti. Guru kelas juga memberikan
perhatian yang khusus kepada siswa seperti guru membantu siswa
dalam membuat soal. Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas guru
masih menggunakan kurikulum serta metode yang sama dengan anak
normal, jadi guru masih belum memahami bagaimana cara
menyesuaikan kurikulum dengan keadaan anak tunanetra.
Didalam pelaksanaan, inklusi .anakT tunanetra ditempatkan di kelas
biasa bersama anak normal lainnya. Namun setiap hari kecuali jum'at
dan sabtu guru pembimbing khusus (GPK) datang untuk membimbing
anak didalam kelas (ruang sumber). Guru pembimbing khusus (GPK)
berkerjasama membantu guru kelas untuk memahami masalah anak
dan mencari jalan untuk menangani masalah tersebut, seperti
memahami prinsip pembelajaran bagi anak tunanetra mengenal konsep
atau metode yang sesuai dengan kebutuhan ABK. Pada saat yang
dibutuhkan guru GPK datang mendampingi anak, tapi anak fetap disuruh
untuk mandiri dalam belajar. Guru pembimbing khusus di SD Negeri 11
Lubuk Buaya itu pada awalnya ada dua orang, tetapi sekarang hanya
tinggal satu orang. Guru tersebut selain menjadi GPK beliau juga
mengajar di SLB 2 Padang.
Siswa yang mengalami tunanetra ini juga mendapatkan nilai di
kelas yang tidak mengecewakan terbukti dengan anak mendapatkan
rangking sepuluh besar di kelas namun anak agak lemah didalam
pelajaran matematika. Kerjasama antara guru dan orangtua anak juga
tidak mengalami kendala. Guru GPK telah membuat program khusus
untuk menanggani anak-anak ABK lainnya di ruangan sumber, seperti
membrikan program pembelajaran individu untuk anak autis yang
dilakukan pada pagi hari. Setiap hari ada saja anak yang datang ke
ruangan sumber berdasarkan laporan dari guru kelas masing-masing.
Ill. Model Pendidikan lnklusi di SDN 11 Lubuk Buaya Padang
Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari model
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi diartikan
dengan memasukkan anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler
bersama anak lainnya dengan menggunakan kurikulum yang sama,
tetapi bagi anak yang berkebutuhan khuslis pada gangguan mata baik
low vision maupun tunanetra menggunkaan kelas reguler dengan full out
artinya anak belajar bersama dengan anak lainnya di kelas reguler
namun dalam jam atau waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke
ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbng khusus. Adapun
pemilihan model tersebut di tentukan oleh: I) Jumlah anak berkebutuhan
khusus yang dilayani sekitar 8 orang. 2) Jenis kebutuhan masing-masing
anak seperti tunanetra, low vision, slow liener, kesulitan belajar
CALISTUNG dan autis. 3) Gradasi (tingkat kebutuhan anak) berbeda-
beda sesuai dengan karakteristik anak. 4) Ketersedian dan kesiapan
tenaga kependidikan di SDN 11 Lubuk Buaya mempunyai GPK satu
orang yang datangnya dari senin sampai kamis, ha1 ini disebabkan
beliau juga mengajar di SLB 2 padang. 5) Sarana dan prasarana yang
tersedia, walaupun belum cukup memadai namun bisa dilaksanakan.
Nashichin dalam L.K.M. Marentek (2007: 145) mengemukakan
pendidikan inklusif adalah pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang
mempunyai kebutuhan khusus di sekolah reguler (SD,SLTP,SMU, dan
SMK) yang tergolong luar biasa baik dalam arti berkelainan, lamban
belajar maupun yang berkesulitan belajar.
Pengertian pendidikan inklusif menurut informasi guru pembimbing
khusus ditinjau dari segi agama, budaya, hukum, dan kemampuan anak,
menyatakan bahwa pad2 hakekatnya antara anak normal dengan anak
berkebutuhan khusus adalah sama, hanya bentuk perlakuannya yang
berbeda misalnya cara berkomunikasi, menerima dan menyampaikan
informasi, mobilitas dan lainnya. Ditinjau dari segi budaya ia
menyatakan bahwa untuk masing-masing anak yang berkebutuhan
khusus memiliki sebutan yang berbeda misalnya sipenunggu rumah,
penabuh lesung, dan lain-lain. Pengertian inklusif ditinjau dari segi
hukum diperoleh dari sosialiasi sistem pendidikan inklusif.
Sedangkan dalam arti luas inklusij uga berarti melibatkan seluruh
peserta didik tanpa terkecuali seperti:
a. Anak yang memiliki kesulitan melihat, mendengar, yang tidak
dapat berjalan, atau yang lebih lamban dalam belajar.
b. Anak yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan
bahasa pengantar yang digunakan di kelas.
c. Anak yang beresiko putus sekolah karena sakit, kelaparan,
atau tidak berprestasi dengan baik.
d. Anak berasal dari golongan agama dan kasta yang berbeda.
e. Anak yang sedang hamil.
f. Anak yang terinveksi HIVIAIDS.
g. Anak yang berusia sekolah tapi tidak sekolah.
a. Pengertian Lingkungan lnklusif Ramah Terhadap Pembelajaran
(LIRP)
Lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran diartikan dengan
mengikutsertakan anak berkelainan di kelas reguler bersama anak-
anak lainnya, seperti anak yang mengalami kesulitan melihat atau
mendengar,yang tidak dapat berjalan dan lebih lambat dalam belajar
serta a n a ~ autis. Namun secara luas inklusif juga berarti melibatkan
seluruh peserta didik tanpa terkecuali. lnklusif berarti bahwa sebagai
guru bertanggung jawab untuk mengupayakan bantuan dalam
menjaring dan memberikan layanan pendidikan pada semua anak dari
otoritas sekolah, masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan
kesehatan, pemimpin masyarakat dan lain-lain (Dirjen PLB:2004)
Pembelajaran yang ramah terhadap anak dan guru. Berarti anak
dan guru belajar suatu komunitas, guru menempatkan anak sebagai
pusat pembelajaran, guru mendorong partisipasi anak dalam belajar,
guru memiliki minat memberikan layanan pendidikan yang terbaik
(tarmansyah:2007).
b. Landasan Pendidikan inklusi
Landasan pendidikan inklusi terbagi atas: 1) Landasan filosofi. 2)
Landasan yuridis. 3) Landasan pedagogis. 4) Landasan Empiris
c. Alasan perlunya pendidikan inklusi
Alasan perlunya pendidikan inklusi adalah sebagai berikut:
a) Pendidikan inklusif lebih menjamin bagi terbentuknya masyarakat
yang dsmokratis. b) Pendidikan inklusif lebih sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan pandangan hidup yar?g dianut oleh bangsa
indonesia. c) Pendidikan inklusif yang dikelola secara benar dapat
menghindarkan siswa yang membutuhkan layanan pendidikan khusus
terbebasdari rasa rzndah diri atau arogansi bagi yang dikaruniai
keunggulan. d) Pendidikan inklusif memungkinkan siswa dapat saling
belajar tentang pengetahuan dan pengalaman dengan sesamanya. e)
Pendidikan inklusif memungkinkan siswa untuk menghargai perbedaan.
f) Pendidikan inklusif memudahkan siswa untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan masyarakat. g) Pendidikan inklusif dapat
meningkatkan kepekaan sosial. h) Pendidikan inklusif memerlukan
biaya pendidikan yang lebih murah. i) Guru dapat saling belajar
dengan siswa.
d. Prinsip-prinsip Pendidikan lnklusif
a. Mengalami dan menghargai perbedaan siswa dan bahwa semua
anak dapat belajar dan bahwa anak semua anak memerlukan
support.
b. Menerima dan mengargai bahwa semua anak berbeda dalarn
beberapa ha1 dan memiliki kebutuhan belajar berbeda.
c. Menyediakan struktur pendidikan, system dan metodologi belajar
agar mampu memenuhi kebutuhan sernua siswa.
Karena pendidikan inklusi diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran
l i kelas maka yang berkarakteristik yang terpenting dari pendidikan
inklusi adalah suatu komunitas yang kohesif, menerima dan responsive
terhadap individual setiap siswa. Untuk itu ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan, yaitu:
a. lnklusi b~rar t i menciptakan dan rnenjaga komunitas kelas yang
hangat, menerima keanekaragarnan dan perbedaan.
b. lnklusi berarti penerapan kurikulum yang multilevel dan
multimodalitas.
c. lnklusi berarti menyiapkan dan mendorong guru dan kelasnya
secara interaktif.
d. lnklusi berartti menyediakan dorongan bagi guru dan kelasnya
secara terus-menerus dan penghapusan hambatan yang
berkaitan dengan isolasi profesi.
e. lnklusi berarti melibatkan orangtua secara bermakna dalam
proses perencanaan.
Karena di dalam kelas inklusi terdapat anak yang mengalami
kelainanlpenyimpangan baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
atau sensoris neurologis dibanding dengan anak pada umumnya.
Depdikbud (1994:l) mengemukakan asas-asaslprinsip pembelajaran
yaitu: a) prinsip Apersepsi. b) Prinsip Peragaan. c) Prinsip Motivasi. d)
Prinsip bekerja sendiri. e) Prinsip Koperas. 9 Prinsip penyesuaian
kepada individu anak. g) Prinsip korelasi. h) Prinsip ulangan yang
teratur
e. Cara Pembelajaran Anak Pada Kelas lnklusi
Icelas inklusif tidak hanya melibatkan anak penyandang CACAT di
kelas, tetapi semua anak dengan latar belakang dan kemampuan yang
berbeds. Menerima anak dengan kemampuan yang beragam di kelas
hanya sebagai tantangan. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana
memenuhi semua kebutuhan belajarnya, serta memberikan perhatian
khusus lepada anak tersebut. Adapun cara-cara membelajarkan anak
pada kelas inklusif yaitu Dirjen PLB: (2004):
a. Berbagai cara belajar anak
Dalam mempelajari berbagai macam IPA diantara anak yang
satu dengan anak lainnyaakan menggunakan cara yang berbeda.
Mereka mungkin menggunakan beberapa cara belajar agar ingat dan
memahami pelajaran. Oleh karena itu merupakan ha1 yang penting
bagi seorang guru mempergunakan strategis pembelajaran yang
berbeda yang mencakup alur belajar yang mereka pakai.
b. Pembelajaran Partisipatori
Dalam kelas inklusif anak memiliki cara belajar yang berbeda-
beda. Maka pada pembelajarannya guru harus mampu
mempergunakan berbagai variasi metode pelajaran dan kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan belajar anak. Pembelajaran aktif dan
partisipatori biasa menggunakan banyak cara untuk membantu anak
dalam belajar. Pembelajaran partisi~atori hadala pembelajaran melalui
berbagai kegiatan dan metode pembelajaran, kegiatan ini sering
dikaitkan dengan pengalaman praktis anak setiap harinya. (Dirjen
PLB:2004)
Pembelajaran partisipatori adalah :
1) Anak aktif dan ikut berpartisipasi dalam pembelajarannya.
2) Dikaitkan dengan pengalaman praktis anak
3) Apa yang dipelajari dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
anak. (Tarmansyah:2007)
Dalam pembelajaran partisipatori seorang guru harus
mempunyai kreatifitas yang mampu membelajarkan anak dengan
ramah dan menyenangkan.
IV. Pengelolaan Pendidikan lnklusi di SDN 11 Lubuk Buaya Padang
1. Membentuk tim inklusi yang di dalamnya terdiri dari koordinator,
bendahara, sekretaris, humas, sarana dan prasarana tim inilah
yang mengelola terlaksananya program inklusi di sekolah yang
dibantu oleh guru SLB 2 Padang yang datang sebagai GPK dalam
mengelola proses untuk anak ABK.
2. Sumber daya manusia dalam ha1 ini adalah guru SD yang di
kuliahkan pada program S1 PGSD UNP untuk meningkatkan
potensi dalam memahami dan menganggani anak ABK dan
sekolah mengikut sertakan guru-guru untuk mengikuti seminar yang
ada kaitan dengan pendidikan inklusi.
3. Dana yang dipergunakar! sebagai biaya operasional adalah dana
yang diperoleh melalui pengajuan proposal di direktorat PLB
melalui dinas pendidikan yang dipakai untuk melengkapi sarana
dan prasarana yang menunjang dalam menanggani ABK.
4. Menjalin kerjasama dengan instansi yang terkait seperti SLB 2
padang, UNP jurusan PLB yang terkait dengan penangganan ABK.
%anajemen ( Id id ikan In@wW di' SDT 11 L u b u ~ ~ u a y a
5. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan orangtua atau wali
murid sehingga antara sekolah dan orangtua senantiasa
melaporkan perkembangan anaknya.
6. Bekerjasama dengan kurikulum, guru-guru kelas untuk
mengembangkan kurikulum dan silabus yang sudah ada dan di
sesuaikan dengan kebutuhan siswa yang ada di sekolah.
V. Evaluasi
1. Kendala Yang Dihadapi:
a) Masih ada guru yang belum bisa memaharni siswa yang
berkebutuhan khusus.
b) Sarana dan Prasarana yang belurn cukup rnemadai adanya ABK
yang kurang terlayani karena GPK yang dimiliki hanya satu.
c) Kurangnya waktu guru dalam menghadapi dan rnenangani ABK
karena memiliki tugas ganda yaitu sebagai guru SLB dan GPK di
SDN 11 lubuk buaya padang.
2. Usaha yang dilakukan:
a) Melakukan sosialisasi secara berkala dan rnengundang
narasumber baik untuk guru, karyawan, ataupun siswa dan
orangtua.
b) Melengkapi sarana dan prasarana, misalnya rnernbeli alat peraga
untuk menunjang proses pembelajaran.
c) Memberikan pelatihan keterampilan sebagai bekal kecakapan
hidup untuk ABK dan menjalin kerjasama dengan instansi terkait
seperti SLB sebagai pembina dan jurusan PLB
d) Mengirimi guru -guru untuk mengikuti seminar dan pelatihan yang
bersangkutan dengan pendidikan lnklusi
VI. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
SDN 11 Lubuk Buaya telah melaksanakan pendidikan inklusi
dan telah terjalin kerjasama antara guru GPK dengan guru kelas
dalam penyampain materi guru kelas tidak mengalami kendala,
kemudian ruangan sumber masih belum cukup memadai untuk
menanggani ABK masih adanya guru yang belum memahami anak
ABK
b. Saran
1. Agar guru dapat menciptakan hubungan yang hangat dengan
memberikan perhatian secara individual, diharapkan kepala
sekolah dapat mengupayakan fasilitas sarana dan prasarana
2. Memgirimkan guru-guru untuk mengikuti pelatihan keterampilan
yang berkaitan deng pendidikan inklusi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat Fatohi.2006. Metodologi penelitian Dan Teknk Pengumpulan Data. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandhi Delphi. 2006. Pembelajran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama.
Budiyanto.2005. Pengantar Pendidikan lnklusif Berbasis Muatan Lokal. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas.2004. Mengenal Pendidikan Terpadu. Jakarta: Depdi knas.
L. K.M. Marentek.2007. Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta: Depdiknas.
Sumadi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sunardi. 2002. Kecendrungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Dirjendikti.
UNESC0.2003. Konseptual Paper UNESCO Inclusive Education. A Challenge and a vision
http:/lportal.unesco.orq/education/en/ev. php
Tarmansya h. 2007. Manajemen Pendidikan lnklusi. PLB. U NP