Download - Mandiri PBL SK 3
Harvien Bhayangkara1102013124
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat
1.1. Makroskopik
Def : bag sistem reproduksi pria yg mengelilingi urethra.
Bentuk : ovoid, ujung caudal disebut apex, prostate, bersandar pada serabu serabut
medial M.levatorani dan M.levator Prostata
Mengeluarkan semen yg membawa sperma.
Ukuran : sebesar buah kenari.
Terletak carianl dari trigonum urogenitale, Antara vesica urinaria (caudal) dengan
diaphragm urogenitalis
Sintopi :
Kanan dan kiri terdapat tepi bebas m. levatorani
Dorsal terdapat rectum (pars ampullaris) da m.pubococcygeus
Ventral terdapat spatium praevesicale (cavum retzii) yang memisahkannya dari
symphysis urogenitalis
Extraperitoneal (tidak dibungkus peritoneum)
Melingkari urethra pars prostatica
Ada basis prostate dan apex prostate terletak di antara sphincter uretha externa VU.
Facies anterior, posterior, dan facies inferolaterales
Pada prostat dewasa , masih dapat di bedakan lobus lateralis kanan dan kiri yang
menonjol yang saling dihubungkan oleh jar. Muculo fibrous disebut Isthmus.
Permukaan cranialnya disebut Basis prostat, dinding prostatnya merupakan lanjutan
dari dinding Collum vesicae tanpa batas yang jelas.
Bagian ventral prostat, difiksasi oleh Lig.pubo prostatica mediale.
Permukaan dorsal disebut oleh Vasa deferentia dan vesiculae seminalis dan terpisah
dari membrana prostaticoperitoneale (DENONVILLLIER) dan fascia rectalis.
Biasanya pada prostat, di daerah uvula pada bibir posterior collum vesciae terjadi
pembesaran prostat oleh para klinis di anggap sebagai : Hipertrofi medan lobe
Vaskularisasi
aa.vesicales inferior r (cabang dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang
dari a.mesenterium inferior), dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna).
Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic
1
Harvien Bhayangkara1102013124
Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu: 1.
Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prostatic
junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar
periurethral. 2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi
beberapa cabang yang memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar
paraurethral) (A.T.K. Cockett dan K. Koshiba, 1979; Snell, 1992)
Aliran Limfe
Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian
bersatu untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe
iliaca interna , iliaca eksterna, obturatoria dan sakral. (A.T.K. Cockett dan K.
Koshiba, 1979; Snell, 1992)
Persarafan
Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari
Hipogastricus dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis. (Snell, 1992)
Terdiri dari 5 lobus :
Lobus anterior :
- terletak didepan Urethra pars prostatica
- unsur kelenjar tidak berkembang
- embryologi : berasal dari dinding depan
urethra pars prostatica.
Lobus lateral :
- paling berkembang Benign prostat hyperplasia
- terletak sebelah lateral dari Urethra pars prostatica
Lobus medius :
- sinonim : Lobus medianus
- berkembang dari dinding posterior Urethra pars prostatica
- terletak diatas Ductus ejakulatorius
- sering menjadi BPH
Lobus posterior :
- berkembang dari dinding dorsal urethra
- lobus posterior ini yang teraba pada rectal toucher Ca.prostata.
2
Harvien Bhayangkara1102013124
- bagian prostat yg berhadapan dgn rectum
- terletak dibawah muara Ductus ejakulatorius
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Sofwan, A. 2015. Bahan Kuliah Anatomi SistemUrinarius. Jakarta: FK YARSI
1.2. Mikroskopik
Terbenam dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh
jaringan ikat kolagen dan serat elastis.
Otot membentuk masa padat dan dibungkus oleh kapsula yang tipis dan kuat serta
melekat erat pada stroma.
Epitel: berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah
tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar.
Konkremen (corpora amylacea) : kondensasi sekret yg mungkin mengalami
perkapuran
Tdd 30-50 kel tubuloalveolar bercabang, 16 – 32 saluran keluar bermuara di ki-ka
kolikulus seminalis
Alveoli kel, mbtk lipatan 2 mukosa
3
Harvien Bhayangkara1102013124
Sekret prostat: cairan seperti susu, bersifat agak alkalis, kaya dengan enzim
proteolitik, terutama fibrinolisin yang membantu pencairan semen dan juga
mengandung sejumlah besar fosfatase asam.
Pada kanker prostat terdapat peningkatan kadar enzim fosfatase asam di dalam
darah. Pada gambaran histologi, sekret terlihat sebagai massa granular yang
asidofilik. Seringkali mengandung badan-badan bulat atau bulat telur disebut
konkremen prostat (corpora amilase) yang merupakan kondensasi sekret yang
mungkin mengalami perkapuran. (Junqueira, 2007)
Prostat mempunyai tiga zona yang berbeda, antara lain (Lesson and Paparo, 1995) :
a. Zona sentralis. Zona ini memiliki epitel bertingkat dan meliputi 25% dari
volume kelenjar.
b. Zona perifer. Kelenjar prostat memiliki 70% zona perifer yang terdiri dari
banyak epitel biasa dan merupakan tempat utama terjadinya kanker prostat.
c. Zona transisional. Mempunyai arti klinik yang penting karena merupakan
tempat sebagian besar BPH berasal.
4
Harvien Bhayangkara1102013124
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Prostat
Fungsi kelenjar prostat pada umumnya sebagai sumber nutrisi dan perlindungan spermatozoa
yaitu dengan cara:
1. Mengeluarkan cairan alkalis yang berfungsi untuk menetralkan sekresi vagina yang asam. Fungsi ini bertujuan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa
2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk enghasilkan fibrin yang bertujuan untuk membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasikan dapa bertahan di dalam saluran reproduksi wanita . setelah itu bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin ,yaitu suatu enzim pengurai fibrin dari prostat,sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanita
Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
3. Memahami dan Menjelaskan Benign Hiperplasia Prostat (BPH)
3.1. Definisi
Istilah BPH ataubenign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah
histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.
Hiperplasia prostat benignabini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun.
Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.
http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf
3.2. Epidemiologi
Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun.
Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.
Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai
gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan
Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus tetapi berdasarkan
kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan
memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang jelas prevalensi sangat
5
Harvien Bhayangkara1102013124
tergantung pada golongan umur. Sebenarnya perubahan-perubahan kearah terjadinya
pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan
mikroskopoik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar
membesar) dan kemudian baru manifes dengan gejala klinik. (D. Rahardjo, 1993)
Prevalensi BPH pada orang kulit putih dan Afrika-Amerika (afro) hampir sama . Namun,
BPH cenderung lebih berat dan progresif pada pria Afrika-Amerika, mungkin karena
kadar testosteron yang lebih tinggi,aktivitas 5-alpha-reductase, ekspresi reseptor
androgen, dan aktivitas faktor pertumbuhan pada populasi ini. Aktivitas meningkat
menyebabkan tingkat peningkatan hiperplasia prostat dan pembesaran berikutnya dan
adanya gejala sisa.
3.3. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hyperplasia
prostat tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).
Beberapa hipotesis yang di duga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat adalah
1. Teori Dihidrotesteron
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosterone di dalam sel prostat
oleh enzim 5 alfa-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah
terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA
pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat.
Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda
dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5 alfa-
reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini
menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga
replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.
6
Harvien Bhayangkara1102013124
2. Ketidakseimbangan antara estrogen – testosterone
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun sedangkan kadar estrogen
relative tetap, sehingga perbandingan antara estrogen dan testosterone relative
meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam
terjadinya proloferasi sel sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas
sel sel prostat terhadap rangsangan hormone androgen, meningkatkan jumlah
reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel sel prostat (apoptosis).
Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-
sel baru akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel sel prostat yang telah ada
mempunyai umur yang lebih pajang sehingga massa prostat jadi lebih besar.
3. Interkasi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel sel stroma melalui suatu mediator (growth
factor) tertentu. Setelah sel sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan
estradiol, sel sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel sel stroma itu sendiri secara intakrin dan autokrin, serta
mempengaruhi sel sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya
proloferasi sel sel epitel maupun sel stroma.
4. Berkurangnya kematian sel porstat
Program kematian sel (apotosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk
mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi
7
Harvien Bhayangkara1102013124
dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel sel yang mengalami apoptosis akan
difagositosis oleh sel sel disekitarnya kemudian di degradasi oleh enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,
penambahan jumlah sel sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Berkurangnya jumlah sel sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat
sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.
Diduga hormone androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel setelah
dilakukan kastrasi, terjai peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.
Estrogen diduga mampu memperpanjang usia sel sel prostat, sedangkan faktor
pertumbuhan TGFbeta berperan dalam proses apoptosis.
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel sel yang telah apoptosis, selalu dibentuk sel sel baru. Di dalam
kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan
berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan
hormone androgen, sehingga jika hormone ini kadarnya menurun seperti yang
terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel
sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga
terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel
8
Harvien Bhayangkara1102013124
3.4. Klasifikasi
Menurut Rumahorbo (2000 : 71), terdapat empat derajat pembesaran kelenjar prostat
yaitu sebagai berikut:
1. Derajat Rektal
Derajat rektal dipergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat ke arah
rektum. Rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis,
dapat digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata. Tetapi rectal
toucher pada hipertropi prostat di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih dari 1
cm dan berat prostat diatas 35 gram.
Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu
sebagai berikut :
1). Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm
2). Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm
3). Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm
4). Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm
5). Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm
Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadang-kadang dengan rectal
toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat terjadi bila bagian
yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis. Pada derajat ini klien
mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas, pancaran urine lemah, harus
mengedan saat BAK, nocturia tetapi belum ada sisa urine.
2. Derajat Klinik
Derajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK
sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang keluar dari
kateter disebut sisa urine atau residual urine. Residual urine dibagi beberapa derajat
yaitu sebagai berikut:
1. Normal sisa urine adalah nol
2. Derajat I sisa urine 0-50 ml
9
Harvien Bhayangkara1102013124
3. Derajat II sisa urine 50-100 ml
4. Derajat III sisa urine 100-150 ml
5. Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali.
Bila kandung kemih telah penuh dan klien merasa kesakitan, maka urine akan keluar
secara menetes dan periodik, hal ini disebut Over Flow Incontinencia. Pada derajat
ini telah terdapat sisa urine sehingga dapat terjadi infeksi atau cystitis, nocturia
semakin bertambah dan kadang-kadang terjadi hematuria.
3. Derajat Intra Vesikal
Derajat ini dapat ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen atau cystogram,
panendoscopy. Bila lobus medialis melewati muara uretra, berarti telah sampai
pada stadium tiga derajat intra vesikal. Gejala yang timbul pada stadium ini adalah
sisa urine sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi semakin hebat
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di daerah pinggang
serta kemungkinan telah terjadi pyelitis dan trabekulasi bertambah.
4. Derajat Intra Uretral
Derajat ini dapat ditentukan dengan menggunakan panendoscopy untuk melihat
sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini
telah terjadi retensio urine total.
3.5. Patofisiologi
Perubahan patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan
oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan
kekuatankontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem
parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap
awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada
leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan
ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat
detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang
10
Harvien Bhayangkara1102013124
disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat
aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung
kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.
Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala
obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga
kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada
akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena
pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung
kemih, sehingga sering berkontraksiwalaupun belum penuh atau dikatakan sebagai
hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit
ditahan/urgency, disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu lagi
menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan
obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi kronik
menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak
dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi
kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis
urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan
iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinariamenjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi
refluksmenyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
11
Harvien Bhayangkara1102013124
3.6. Manifestasi
Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi
dan iritasi.
1. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan
kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis
miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan
(straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang
yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.
2. Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran
prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun
belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan
gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari
12
Harvien Bhayangkara1102013124
(nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat
miksi (disuria) (Mansjoer,2000)
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium:
1. Stadium I: Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
2. Stadium II: Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak
BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
3. Stadium III: Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4. Stadium IV: Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine
menetes secara periodik (over flowin kontinen).
Menurut Smeltzer (2002) menyebutkan bahwa :
Manifestasi dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin
berkemih, anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus
mengejan saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah
berkemih), retensi urine akut. Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui
pemeriksaan di bawah ini :
1. Rectal Gradding
Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :
- Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum
- Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum.
- Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum.
- Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum.
- Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.
2. Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing
dahulu kemudian dipasang kateter.
13
Harvien Bhayangkara1102013124
- Normal : Tidak ada sisa
- Grade I : sisa 0-50 cc
- Grade II : sisa 50-150 cc
- Grade III : sisa > 150 cc
- Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing
Gejala BPH mungkin melibatkan masalah mengosongkan kandung kemih atau masalah
dengan penyimpanan kandung kemih.Gejala yang berhubungan dengan kandung kemih
mengosongkan meliputi:
Kesulitan mulai aliran urin (keraguan dan melelahkan).
Penurunan kekuatan aliran urin (lemah aliran).
Dribbling setelah buang air kecil.
Perasaan kandung kemih tidak benar-benar kosong.
Dorongan untuk buang air kecil lagi segera setelah buang air kecil.
Rasa sakit saat buang air kecil (disuria).
Gejala yang berhubungan dengan penyimpanan kandung kemih meliputi:
Bangun pada malam hari untuk buang air kecil (Nokturia).
Sering kencing.
Dorongan yang tiba-tiba, tak terkendali untuk buang air kecil.
3.7. Diagnosis dan DD
Anamnesis
Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau
wawancara yang cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang
dideritanya. Anamnesis meliputi:
- Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu
- Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah
mengalami cedera, infeksi, atau pem-bedahan)
- Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual
- Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi
14
Harvien Bhayangkara1102013124
- Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan
pembedahan.
Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya
gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adalah International Prostate Symptom
Score (IPSS). WHO dan AUA telah mengembangkan dan mensahkan prostate
symptom score yang telah distandarisasi. Skor ini berguna untuk menilai dan
memantau keadaan pasien BPH.
Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0
hingga 5 dengan total maksimum 35. Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan
diharapkan pasien mengisi sendiri tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien BPH dapat
digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Skor 0-7: bergejala ringan
b. Skor 8-19: bergejala sedang
c. Skor 20-35: bergejala berat.
Selain 7 pertanyaan di atas, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu
pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (quality of life atau QoL) yang juga
terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.
Nama : No. Catatan medik :
Umur : Tanggal pemeriksaan :
International Prostate Symptom Score (IPSS)
Dalam 1 bulan terakhirTidakperna
h
Kurangdari
sekalidalamlima kali
Kurangdari
setengah
Kadang-kadang(sekitar50%)
Lebihdari
setengah
Hampirselalu
Skor
1. Seberapa sering Anda merasa masih ada sisa selesai kencing?
0 1 2 3 4 5
2. Seberapa sering Anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah selesai kencing?
0 1 2 3 4 5
3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa
0 1 2 3 4 5
15
Harvien Bhayangkara1102013124
Anda kencing terputus-putus?
4. Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?
0 1 2 3 4 5
5. Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?
0 1 2 3 4 5
6. Seberapa sering Anda harus mengejan untuk mulai kencing?
0 1 2 3 4 5
7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?
0 1 2 3 4 5
Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) =
Senang
sekaliSenang
Pada umumny
a puas
Campuran antara puas dan
tidak
Pada umumnya tidak puas
Tidak bahagi
a
Buruk
sekali
Seandainya Anda harus menghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencingseperti saat ini, bagaimana perasaan Anda?
Skor kualitas hidup (QoL) =
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik pada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya
distensi buli-buli
2. Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaan yang
penting pada pasien BPH .
Pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping pemeriksaan fisik pada
regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Mengukur
volume prostat dengan DRE cenderung underestimate daripada pengukuran dengan
metode lain, sehingga jika prostat teraba besar, hampir pasti bahwa ukuran
sebenarnya memang besar. Kecurigaan suatu keganasan pada pemeriksaan colok
dubur, ternyata hanya 26-34% yang positif kanker prostat pada pemeriksaan biopsi.
16
Harvien Bhayangkara1102013124
Sensitifitas pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar
33%.
Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah,
simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul. Colok dubur pada BPH
menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus
kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada
karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin
antara lobus prostat tidak simetri.
Gambar 1. Pemeriksaan Colok Dubur
Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan fungsi
neuromusluler ekstremitas bawah. Disamping itu pada DRE diperhatikan pula tonus
sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan
pada busur refleks di daerah sakral.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
Urinalisis dan Mikroskopis
Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan
hematuria.
BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu
buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antara-
nya: karsinoma buli-buli in situ atau striktura uretra, pada pemeriksaan
urinalisis menunjukkan adanya kelainan.
17
Harvien Bhayangkara1102013124
Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah memakai
kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali
telah ada leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.
Kultur urine
Untuk kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan
pemeriksaan kultur urine
Sitologi Urine
kalau terdapat kecurigaan adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan
pemeriksaan ini.
Catatan harian Miksi (Voiding diaries)
Voiding diaries saat ini dipakai secara luas untuk menilai fungsi traktus
urinarius bagian bawah dengan reliabilitas dan validitas yang cukup baik.
Pencatatan miksi ini sangat berguna pada pasien yang mengeluh nokturia
sebagai keluhan yang menonjol.
Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang
dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan dapat
diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor
akibat obstruksi infra-vesika, atau karena poliuria akibat asupan air yang
berlebih.
Sebaiknya pencatatan dikerjakan 7 hari berturut-turut untuk mendapatkan
hasil yang baik
18
Harvien Bhayangkara1102013124
Uroflowmetri
Uroflometri adalah pencatatan tentang pancaran urine selama proses miksi
secara elektronik.
Ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah
(infravesika) yang tidak invasif,mudah dan untuk evaluasi sebelum &
sesudah terapi.
Informasi yang diperoleh: volume miksi, pancaran maksimum (Qmax),
pancaran rata-rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
pancaran maksimum, dan lama pancaran
Hasil uroflometri tidak spesifik menunjukkan penyebab terjadinya
kelainan pancaran urine, sebab pancaran urine yang lemah dapat
disebabkan karena BOO (bladder outlet obstruction) atau kelemahan otot
detrusor
Pada IC-BPH 2000, terdapat korelasi antara nilai Qmax dengan derajat
BOO sebagai berikut:
Qmax < 10 ml/detik 90% BOO
Qmax 10-14 ml/detik 67% BOO
Qmax >15 ml/detik 30% BOO
19
Harvien Bhayangkara1102013124
Qmax = dipakai untuk meramalkan hasil pembedahan serta dipengaruhi
oleh: usia, jumlah urine yang dikemihkan, serta terdapat variasi induvidual
yang cukup besar
Penilaian ada tidaknya BOO sebaiknya tidak hanya dari hasil Qmax saja,
tetapi juga digabungkan dengan pemeriksaan lain yaitu kombinasi
pemeriksaan skor IPSS, volume prostat, dan Qmax cukup akurat dalam
menentukan adanya BOO.
Pemeriksaan Residual Urin
Residual urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine
yang tertinggal di dalam buli-buli setelah miksi. Tujuh puluh delapan
persen pria normal mempunyai residual urine kurang dari 5 mL dan semua
pria normalmempunyai residu urine tidak lebih dari 12 mL
Dapat dilakukan secara invasif (lebih efektif), yaitu dengan melakukan
pengukuran langsung sisa urine melalui kateterisasi uretra setelah pasien
berkemih, maupun non invasif, yaitu dengan mengukur sisaurine melalui
USG atau bladder scan
Variasi perbedaan volume residual urine ini tampak nyata pada residual
urine yang cukup banyak (>150 ml), sedangkan volume residual urine
yang tidak terlalu banyak (<120 ml) hasil pengukuran dari waktu ke waktu
hampir sama
Pemeriksaan Urodinamika/Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow
Studies)
Dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya
kontraksi otot detrusor yang melemah yang tidak dapat dilakukan
uroflowmetri.
Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan
pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan
cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat
diukur.
20
Harvien Bhayangkara1102013124
Indikasi pemeriksaan urodinamika pada BPH adalah: berusia kurang dari
50 tahun atau lebih dari 80 tahun dengan volume residual urine>300 mL,
Qmax>10 ml/detik, setelah menjalani pembedahan radikal pada daerah
pelvis, setelah gagal dengan terapi invasif, atau kecurigaan adanya buli-
buli neurogenic
2. Darah
Pemeriksaan Prostate Specific Antigent (PSA)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi
bukan cancer specific.
Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari
BPH; dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti: (a) pertumbuhan volume
prostat lebih cepat, (b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek,
dan (c) lebih mudah terjadinya retensi urine akut
Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan
kadar PSA
Tes Faal Ginjal (Elektrolit ,BUN dan Kreatinin)
Evaluasi ini adalah alat skrining berguna untuk insufisiensi ginjal kronis
pada pasien yang memiliki Residual Postvoid yang tinggi (PVR) .Sebuah
pengukuran kreatinin serum rutin meningkat mengindikasikan untuk
evaluasi terhadap sistem urinaria bagian atas . Tapi kreatinin tidak
diindikasikan dalam evaluasi awal pria dengan gejala-gejala saluran kemih
(LUT) sekunder untuk BPH.
3. Pencitraan
Foto Polos Abdomen (BNO)
Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya
batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga
dapat untuk menghetahui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma
prostat.
Pielografi Intravena (IVP)
21
Harvien Bhayangkara1102013124
Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling
defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal
ureter membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish).
Mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter
ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli – buli yaitu
adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli – buli.
Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
Sistogram retrograde
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka
sistogram retrograddapat pula memberi gambaran indentasi.
USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya
kemungkinan pembesaran prostatmaligna, sebagai petunjuk untuk
melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume vesicaurinaria dan
jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di
dalam vesica urinaria seperti batu, tumor dan divertikel.
Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada
pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat
memberikan gambaran kemungkinan tumor di dalam vesica aurinaria atau
sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu
radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi keterangan mengenai
basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat
penonjolan prostat ke dalam uretra.
Pemeriksaan Patologi Anatomi
22
Harvien Bhayangkara1102013124
Makroskopik: Jaringan warna kecoklatan sebanyak 30cc.
Mikroskopik: Sediaan jaringan prostat
terdiri dari stroma dan asini kelenjar prostat.
Asini dilapisi epitel kubis proliferatif,
sebagian asini dengan lumen melebar kistik,
dalam lumen terdapat corpora amylaceae.
Stroma jaringan ikat fibromuskuler
bersebukan sel limfosit.
Kriteria Pembesaran Prostat
Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah :
1) Rektal grading
Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :
derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum
derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum
derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum
derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum
2) Berdasarkan jumlah residual urine
derajat 1 : < 50 ml
derajat 2 : 50-100 ml
derajat 3 : >100 ml
derajat 4 : retensi urin total
3) Intra vesikal grading
derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet
derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter
derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter
derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter
4) Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi :
23
Harvien Bhayangkara1102013124
derajat 1 : kissing 1 cm
derajat 2 : kissing 2 cm
derajat 3 : kissing 3 cm
derajat 4 : kissing >3 cm8
DIAGNOSIS BANDING
KARSINOMA PROSTAT
Karsinoma prostat dapat dibedakan dengan BPH berdasarkan gambaran
patologisnya dan screening untuk karsinoma prostat. Screening karsinoma prostat
dilakukan dengan pemeriksaan Prostat Spesific Antigen (PSA) dan Rectal Touche
(RT).Pada pemeriksaan IVU ditemukan gambaran filling defect dengan tepi yang
ireguler dan terbentuknya kurvatura pada buli-buli akibat penekanan dari massa
Pada pemeriksaan USG diketahui adanya area hipo-ekoik (60%) yang merupakan
salah satu tanda adanya kanker prostat dan sekaligus mengetahui kemungkinan
adanya ekstensi tumor ke ekstrakapsuler Selain itu dengan bimbingan USG dapat
diambil contoh jaringan pada area yang dicurigai keanasan melalui biopsi aspirasi
dengan jarum halus (BAJAH).
KARSINOMA BULI-BULI
Karsinoma buli-buli dapat dibedakan dengan BPH berdasarkan gejala klinis dan
gambaran patologisnya. Gejala klinis yang khas pada karsinoma buli-buli adalah
gross hematuria tanpa rasa nyeri (>80%). Gejala ini bisa atau tanpa disertai gejala
iritatif seperti frekuensi, urgensi, dan disuria.
Cara pemeriksaan radiologik untuk diagnosis adalah: tiap pasien dengan hematuria
di sarankan pemeriksaan sistoskopi. Sebelum sistoskopi , urin yang baru
dikeluarkan diperiksa secara sitologik untuk melihat sel tumor. Kemudian
dilakukan pemeriksaan IVU. Pemeriksaan IVU dapat mendeteksi adanya tumor
buli-buli berupa filling defect dengan permukaan yang ireguler dan mendeteksi
adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum. Didapatkannya
hidroureter atau hidtronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor
24
Harvien Bhayangkara1102013124
ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menetukan ekstensi
tumor ke organ sekitarnya.
KELEMAHAN DETRUSOR KANTUNG KEMIHo kelainan medula spinalis
o neuropatia diabetes mellitus
o pasca bedah radikal di pelvis
o farmakologik
KANDUNG KEMIH NEUROPATI, disebabkan oleh:
o kelainan neurologik
o neuropati perifer
o diabetes mellitus
o alkoholisme
o farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
OBSTRUKSI FUNGSIONALo dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor
dengan relaksasi sfingter o ketidakstabilan detrusor
KEKAKUAN LEHER KANDUNG KEMIHo Fibrosis
RESISTENSI URETRA YANG MENINGKAT DIKARENAKANo hiperplasia prostat jinak atau ganas
o kelainan yang menyumbatkan uretra
o uretralitiasis
o uretritis akut atau kronik
PROSTATITIS AKUT ATAU KRONIK
3.8. Tatalaksana
25
Harvien Bhayangkara1102013124
1) Watchful waiting
Watchful waiting merupakan penatalaksanaan pilihan untuk pasien BPH
dengan symptom score ringan (0-7). Besarnya risiko BPH menjadi lebih berat dan
munculnya komplikasi tidak dapat ditentukan pada terapi ini, sehingga pasien dengan
gejala BPH ringan menjadi lebih berat tidak dapat dihindarkan, akan tetapi beberapa
pasien ada yang mengalami perbaikan gejala secara spontan.
2) Medikamentosa
A. Penghambat alfa (alpha blocker )
Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-α1, dan prostat
memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis.Komponen yang berperan
dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai oleh
reseptor α1a.Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa
perbaikan subjektif dan objektif terhadap gejala dan tanda (sign and symptom)
BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasikan berdasarkan
selektifitas reseptor dan waktu paruhnya
26
Harvien Bhayangkara1102013124
B. Penghambat 5α-Reduktase (5α-Reductase inhibitors)
Finasteride adalah penghambat 5α-Reduktase yang menghambat perubahan
testosteron menjadi dihydratestosteron.Obat ini mempengaruhi komponen epitel
prostat, yang menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki
gejala.Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek
maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala.
C. Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5α-Reduktase
memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin
hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian
terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung.
D. Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan
untuk tujuan medis.Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa
selama beberapa tahun.Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan
keamanan fitoterapi belum banyak diuji.
3) Operasi konvensional
A. Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
Sembilan puluh lima persen simpel prostatektomi dapat dilakukan melalui
endoskopi. Umumnya dilakukan dengan anastesi spinal dan dirawat di rumah
sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP
lebih tinggi dan bersifat invasif minimal. Risiko TURP adalah antara lain
ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%) dan inkotinensia urin (<1%) > (2).
B. Transurethral Incision of the Prostate
Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi
hiperplasia komisura posterior (menaikan leher buli-buli).Pasien dengan keadaan
ini lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat.Prosedur ini lebih cepat dan
kurang menyakitkan dibandingkan TURP. Retrograde ejakulasi terjadi pada 25%
pasien.
C. Open Simple Prostatectomy
27
Harvien Bhayangkara1102013124
Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi
terbuka diperlukan.Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk
dilakukan enukleasi.Open prostatectomy juga dilakukan pada BPH dengan
divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak
memungkinkan. Open prostatectomy dapat dilakukan dengan pendekatan
suprapubik ataupun retropubik.
4) Terapi minimal invasif
A. Laser
Dua sumber energi utama yang digunakan pada operasi dengan sinar laser adalah
YAG dan holomium.
Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah:
o Kehilangan darah minimal.
o Sindroma TUR jarang terjadi.
o Dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan.
o Dapat dilakukan out patient procedure.
Kerugian operasi dengan laser
o Sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi.
o Pemasangan keteter postoperasi lebih lama.
o Lebih iritatif.
o Biaya besar
B. Transurethral Electrovaporization of the Prostate
Transurethral Electrovaporization of the Prostate menggunakan resektoskop.
Arus tegangan tinggi menyebabkan penguapan jaringan karena panas,
menghasilkan cekungan pada uretra pars prostatika. Prosedurnya lebih lama dari
TUR.
C. Hyperthermia
Hipertermia dihantarkan melaluli kateter transuretra.Bagian alat lainnya
mendinginkan mukosa uretra.Namun jika suhu lebih rendah dari 45°C, alat
pendingin tidak diperlukan.
28
Harvien Bhayangkara1102013124
D. Transurethal Needle Ablation of the Prostate
Transurethal Needle Ablation of the Prostate menggunakan kateter khusus yang
akan melalui uretra.
E. High Intensity Focused Ultrasound
High Intensity Focused Ultrasound berarti melakukan ablasi jaringan dengan
panas. Untrasound probe ditempatkan pada rektum.
F. Intraurethral Stents
Intraurethral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan
endoskopi dan dirancang untuk mempertahankan uretra pars prostatika tetap
paten.
G. Transurethral Balloon Dilation of the Prostate
Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat melebarkan
fossa prostatika dan leher buli- buli.Lebih efektif pada prostat yang ukurannya
kecil (<40>3).Teknik ini jarang digunakan sekarang ini.
3.9. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal.
29
Harvien Bhayangkara1102013124
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria
akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu,
stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang
dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonephritis
3.10.Prognosis
Lebih dari 90% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari gejala yang
dialami. Sekitar 10-20% akan mengalami kekambuhan penyumbatan dalam lima tahun.
Apabila tidak segera ditindak, BPH memiliki prognosis buruk karena dapat berkembang
menjadi kanker prostat.
3.11.Pencegahan
Untuk menghindari gangguan prostat, pria yang berusia 40 tahun ke atasn perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Menjalankan pola hidup yang sehat. Cara yang paling sederhana adalah
mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung antioksidan yang penting bagi
prostat, seperti tomat, alpukat, dan kacang-kacangan.
Cukupi kebutuhan lemak essensial. Asam lemak omega-3 dan mineral seng (Zn)
dapat mengurangi gejala gangguan prostat. Makanan yang kaya akan katekin,
terutama epigalokatekin galat (epigallocatechinsgallate), selenium, sulforafan, dan
vitamin C mendorong kemampuan sistem kekebalan tubuh dan menghilangkan
racun pencetus kanker (karsinogenik). Tidak hanya itu, zat-zat tersebut juga
meningkatkan pembentukan enzim penumpas sel tumor dan kanker, termasuk
kanker prostat.
Sering mengkonsumsi kubis-kubisan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan pria
yang sering mengkonsumsi kubis-kubisan kurang berisiko mendapatkan gangguan
prostat.
30
Harvien Bhayangkara1102013124
Periksalah kesehata prostat secara rutin ke dokter. Ini untuk mengantisipasi
munculnya gangguan pada prostat. Jika ditemukan adanya masalah, maka masalah
tersebut dapat ditangani dan diterapi dengan cepat.
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS <7, yaitu keluhan
ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapatkan terapi
apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai halhal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya:
jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam,
kurangi konsumsi makanan atau minuman yang dapat mengiritasi vesica urinaria
(kopi atau cokelat),
batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin,
kurangi makanan pedas dan asin, dan
jangan menahan kencing terlalu lama.
4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap Colok Dubur
Sebagaimana hukum asalnya, bila ada dokter lelaki yang ahli, maka dialah yang wajib
menjalankan pemeriksaan atas seorang pasien lelaki. Bila tidak ada dokter wanita non
muslim yang dipilih. Jika masih belum ditemukan, maka dokter wanita muslim yang
melakukannya. Bila keberadaan dokter muslim tidak tersedia, bisa saja dokter non-muslim
yang menangani. Akan tetapi harus diperhatikan, dokter wanita yang melakukan pemeriksaan
hanya boleh melihat tubuh pasien wanita itu sesuai dengan kebutuhannya saja, yaitu saat
menganalisa penyakit dan mengobatinya, serta harus menjaga pandangan. Dan juga, saat
dokterm wanita menangani pasien lelaki, maka pasien lelaki itu harus disertai mahram, atau
istrinya, atau lelaki yang dapat dipercaya supaya tidak terjadi khalwat.
Dalam semua kondisi di atas, tidak boleh ada orang lain yang menyertai dokter wanita
kecuali yang memang diperlukan perannya. Selanjutnya, para dokter wanita itu harus
menjaga kerahasiaan si pasien lelaki. Bertolak dari keterangan di atas, bagaimanapun
keadaannya, sangat diperlukan kejujuran kaum wanita dan keluarganya tentang masalah ini.
Hendaklah terlebih dulu beriktikad untuk mencari dokter laik-laki. Tidak membuat
bermacam alasan dikarenakan malas untuk berusaha. Semua harus dilandasi dengan takwa
31
Harvien Bhayangkara1102013124
dan rasa takut kepada Allah, kemudian berusaha untuk mewujudkan tujuan-tujuan mulia di
atas. Allah Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An’am ayat 119:
ا م�ا أ م�م� ك ال� ص�اال� ف�ا أ د� ق�ا و�ا أه� ي� ال� ع�ا � الال� أمم� اس� ا ذم�ك�ر� م�م�اا م�واا م�ل أك� أ �ا ت ال� �ا أ أ م�م� ك ال� ا م�ا و�ا
أ م�م� أت أحطم�ر�ر� اض� حا م�ا �ال� إ أ م�حم� أك ي� ال� ع�ا ام�ا حر� ح�ا
ل� �ا ب مم� أال� ع� ا� أ �ا هم�وا �ا �اك ب ا ر� �ا �ن إ إ * أم ع�ل� أر� ي� �غ�ا ب أ �ه�م� ائ �ا أوا ه� ا
� �أ ب �ا 1ووان م�ض�ل ي ال� اا �ير4 ث �ا ك �ا �ن إ و�ا أه� ي� �ال� إ
�ا د�ينن �ا أت أمم�ع�
“(padahal) sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu.
Kecuali apa yang terpaksa.”
Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-
rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah
keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa harus
bertemu dan berobat kepada dokter yg berlainan jenis, ia harus didampingi mahram atau
suami/istrinya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau
ruang periksa. Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada
bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan dan kaki. Jika obyek pemeriksaan
menyangkut aurat, meskipun sudah ada perawat laki-laki – umpamanya– maka keberadaan
suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk
menjauhkan dari kecurigaan.
Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih mengobati
dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan
menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter
tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau
menyentuh badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau
semacamnya, dengan maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh
dan memandang tidak ada masalah.
Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang saja
dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter
harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat)
dan lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh
32
Harvien Bhayangkara1102013124
pasien laki-laki yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama
mengatakan.
Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter, para
terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi
pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang
haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya,
hendaklah ada pihak ketiga yang menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar
pengobatan.
Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Ja’far yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan
lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah (sepertinya dia perlu dengan
Rasulullah SAW) Fatimah mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam
kerudung tersebut (mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup
dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi
saya melihat dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita.
Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau
adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat Zaenab)
Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW.
Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:
�ه� �ي �ل إ م� ت اض�طر�ر� م�ا �ال إ م� �ك �ي ع�ل م� ح�ر� م�ا م� �ك ل ف�ص�ل� و�ق�د�
"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".
Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk
menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat,
seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.
Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-
rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah
keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa
harus bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi
33
Harvien Bhayangkara1102013124
mahramnya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau
ruang periksa.
Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh
yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat
wanita, meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita
lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di
dunia. Adab-adab tersebut antara lain:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka
menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada
wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara
kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan
wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak
pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia
kepada pemimpin).” (HR. Bukhari)
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara
yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Seandainya kepala seseorang
ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak
halal baginya.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan)
http://mariaagustinasw.blogspot.com/2011/10/adab-menghadapi-pasien-lawan-jenis.html
34