Download - Manfaat mikroorganisme 1
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada pokoknya makhluk
hidup dapat digolngkan berdasarkan jenis-jenis tertentu, misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan[1].
Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi mikroorganisme dan makroorganisme. Manusia
merupakan faktor biotik yang mempunyai pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan
dan melipatkan, atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan fungsinya,
makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik
(organismeautotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan
cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau[1].[2]
Konsumer adalah organisme heterotrof yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan tergantung
kepada organisme lain, baik yang bersifat heterotrof maupun yang autotrof. Konsumer biasanya
merupakan hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara langsung (herbivora) dinamakan konsumer
primer. Hewan yang memakan konsumer primer dinamakan konsumer II dan seterusnya sehingga
terbentuk suatu rantai makanan. Konsumer terakhir disebut konsumer puncak. Contoh konsumer puncak
adalah manusia[1][2].
Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik menjadi anorganik untuk kemudian
digunakan oleh produsen. Dekomposer dapat disebut juga sebagai organisme detritivor atau pemakan
bangkai. Contoh organisme dekomposer adalah bakteri pembusuk dan jamur
Setiap makhluk hidup hanya dapat hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang cocok,yang disebut
habitat.Didalam ekosistem,setiap organisme mempunya fungsi dan tugas tertentu .Hal ini dikenal dengan
nisia.Oleh karena itu, komponen biotik ekosistem dapat dikelompokkan berdasarkan nisia tadi.Secara garis
besar ada empat nisia[1
Produsen[sunting | sunting sumber]
Produsen yaitu organisme yang dapat menyusun senyawa organik (mengandung bahan kehidupan) dari bahan
anorganik (tidak mengandung bahan kehidupan) menjadi makananya sendiri. Di dalam membentuk
makananya sendiri, organisme ini dibantu oleh cahaya matahari dan sering disebut organisme autotrof. Yang
termasuk kelompok ini meliputi tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri dan Ganggang biru-hijau[1][3].
Fakta Mikroba:
Jika anda mengambil segenggam tanah berarti anda memegang ratusan bahkan ribuan dari berbagai jenis mikroba.
Ada 10 kali lebih banyak bakteri dalam sistem pencernaan manusia daripada jumlah sel di seluruh tubuh. Ada sekitar 1 kg bakteri.
Setidaknya mikroba menghasilkan setengah dari oksigen yang kita hirup.
Tanpa mikroba, semua tanaman, hewan, dan manusia akan mati.
Semua tanaman bergantung pada mikroba untuk kelangsungan hidup mereka dan membuat dunia ini menjadi lebih bersih. TSS BIOTIC Solutions adalah kombinasi dari beragam mikroba alami (tidak dimodifikasi secara genetika) yang dapat meningkatkan kinerja praktek pertanian konvensional dan organik.
Tanaman tidak dapat menyerap secara maksimal nutrisi dari tanah yang dibutuhkan tanpa mikroba yang bekerja di tanah. Mikroba yang dimaksud adalah mikroba hidup, yang memiliki gizi untuk bertahan hidup dengan mengkomsumsi nutrisi yang berasal dari bahan organik. Karena mereka mengkonsumsi nutrisi yang mereka butuhkan, mikroba membuat makanan seperti nitrogen, karbon, oksigen, hidrogen, fosfor, kalium dan trace mineral untuk tanaman. Mikroba TSS adalah mikroba yang mengkonversi NPK dan mineral dalam tanah menjadi bentuk tanaman yang tumbuh berkembang dan memproduksi makanan sehingga menghasilkan keuntungan bagi kita.Mikroorganisme berlimpah di dalam tanah dan sangat penting untuk membusukkan residu organik dan mendaur-ulang nutrisi tanah. Bakteri adalah mikroba tanah terkecil dan paling kuat serta dapat bertahan dalam kondisi yang keras seperti pembajakan lahan.
Dalam tanah yang sehat ada banyak spesies bakteri dan jamur dalam jumlah besar, dan banyak mikroorganisme lainnya. Untuk satu sendok makan tanah yang sehat setidaknya ada satu miliar lebih mikroba yang bermanfaat. Masalah saat ini adalah tanah pada umumnya memiliki populasi yang rendah dari mikroba yang bermanfaat. Sekarang anda bisa mengisi tanah dengan TSS untuk membantu pertumbuhan tanaman anda yang sangat berharga.
Di antara ratusan spesies bakteri tanah yang menguntungkan, ada Azotobacter (mikrobadapat mengambil nitrogen dari atmosfer yang tidak dapat diakses tanaman, dan merilisnya di dalam tanah untuk penyerapan akar tanaman untuk pertumbuhan tanaman. Ketika Azotobacter mengikat nitrogen yang cukup dalam tanah, maka secara signifikan kebutuhan untuk pupuk akan berkurang. Sementara itu, Bakteri lain mengurai bahan organik lainnya dan bahkan menurunkan residu pestisida yang berada di tanah Anda.
Bakteri tanah secara maksimal bekerja mengurangi pemadatan tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan menciptakan ruang-ruang mikroskopis atau kamar di dalam tanah untuk menahan udara atau air. Beberapa bakteri tanah seperti Bacillus (mikroba TSS), bertindak sebagai polisi yang akan menekan patogen penyebab penyakit pada tanaman sehingga dapat mengurangi penggunakan fungisida.
Akar Jamur sangat berharga, sehingga ada puluhan jamur lainnya yang menguntungkan didalam tanah yang sehat yang melakukan tugas penting. Beberapa jamur bekerja sama dengan bakteri untuk menekan berbagai patogen tanaman.
Sementara itu jamur lainnya seperti Trichoderma (mikroba TSS) akan menghasilkan berbagai hormon alami untuk mengurangi stress sehingga tanaman tumbuh lebih baik.
Manfaat Mikro-organisme sangat berharga, yakni untuk membebaskan nutrisi yang di dalam tanah yang "terikat". Sebagai contoh; Banyak tanah punya cadangan fosfat yang besar, namun ironisnya tanaman kelaparan akan fosfat, sehingga banyak petani menambahkan pupuk fosfat (organik atau kimia) ke tanah yang sebenarnya sudah memiliki banyak fosfat. Fosfor adalah mineral yang sangat aktif "asam" mineral, untuk itu dibutuhkan asam kuat atau mikro-organisme seperti Pseudomonas (mikroba TSS) untuk memecah fosfat agar mudah diserap tanaman.
Manfaat/Kegiatan Mikroba Tanah TSS :
Mikroorganisme hidup di tanah dan mendekomposisi, bahan organik dalam berbagai cara;
Mikroorganisme memperbaiki struktur tanah; Mikroorganisme menghasilkan nutrisi dari bahan organik
selama proses dekomposisi, beberapa nutrisi larut dalam mineral ke dalam tanah, sedangkan mikroba lainnya membawa nutrisi kebawah permukaan tanah untuk kemudian diberikan ketanaman;
Beberapa mikroorganisme membentuk hubungan simbiotik dengan tanaman yakni, mikroba mendapatkan gula dari tanaman dan mikroba membantu tanaman mendapatkan nutrisi dari bahan organik;
Beberapa mikroorganisme melindungi tanaman dari virus dan patogen jahat;
Beberapa mikroorganisme mengurai racun dan pestisida dalam tanah, sekaligus mencegah racun dan pestisida masuk ke air tanah;
Banyak produk dipasaran mengklaim bahwa mereka dapat membantu mengembalikan mikroba menguntungkan didalam tanah yang berkurang. Beberapa diantaranya berbentuk bubuk dan cairan lainnya. Hal ini sangat penting bahwa Anda produk "ASLI" mikroba yang menguntungkan -
TSS adalah "ASLI" produk mikro-organisme dan tidak hanya memulihkan kembali mikroba tanah yang menguntungkan tetapi akan melengkapi kekurangan pupuk, dan membantu penyerapan nutrisi pupuk agar lebih baik .
Mikroba Tanah butuh Makan
Mikroba tanah bisa merubah tanah yang tandus menjadi tanah yang subur, ada satu langkah lain yang harus diambil untuk mendapatkan nilai yang lebih - Anda harus menambahkan bahan organik dari beberapa jenis untuk tanah Anda. Alasannya adalah bahwa bakteri dan jamur yang menguntungkan perlu bahan organik sebagai makanan bagi diri mereka sendiri. Mikroba tidak akan bekerja dengan baik jika Anda mengaplikasikan mereka ke tanah yang kekurangan bahan organik. Sayangnya, sebagian besar perusahaan yang menjual produk-produk mikroba tidak memberitahu Anda informasi tentang hal yang penting ini, untuk menambahkan bahan organik didalam tanah saat menggunakan produk mereka. Informasi lebih lanjut tentang hal ini, Anda dapat menghubungi BIOTIC Solutions dan kami akan membantu Anda untuk mendapatkan informasi lebih dari TSSkami dan informasi untuk tanah Anda.
TSS terintegrasi dengan bahan organik yang melebihi pupuk lainnya dan pestisida.
Bidang Pertanian
Dalam bidang pertanian, peranan mikroorganisme sa ngat penting. Hal ini mengingat telah terjadi hubungan antara tumbuhan dan hewan. Beberapa jenis bakteri yang tergolong parasit misalnya Bdellovibrio bacteriovorus, Rickettsia, Chlamydia merupakan obligat parasit. Mikroorganisme yang sering menyerang tanaman, antara lain Ervinia, Corynebacterium, Pseudomonas, Ustilago, dan Puccinia.
Pada beberapa jenis mikroorganisme yang bersifat patogen atau tidak menguntungkan tersebut, oleh seorang mikrobiolog Veteriner bersama dengan ahli patologi tumbuh an berupaya mencari jenis mikroorganisme lain yang mampu menghasilkan zat yang dapat menghentikan atau membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen
tersebut. Dari be berapa uji coba, akhirnya ditemukan salah satu bakteri seperti Bacillus thuringensis . Hasil ekskresi dari bakteri ini dikembangkan dan dibuat menjadi pestisida. Selain itu, jenis bakteri Bdellovibrio bacteriovorus, yang bersifat parasit terhadap bakteri lain, juga digunakan sebagai penghasil pestisida.
Bidang Lingkungan
Dampak perkembangan teknologi dan industri pada akhir abad 20an memberi banyak kerugian, khususnya kerugian dalam lingkungan. Kerusakan lingkungan oleh pengolahan industri yang tidak bertanggung jawab menjadi akar permasalahan dalam kehidupan manusia. Banyak zat zat berbahaya yang dibuang ke alam tanpa bertanggung jawab, seperti etanol, asam asetat, asam organik, butanol, dan aseton.
Oleh karena itu, perlu pengolahan air limbah dan pembuatan kompos. Peran mikroorganisme dalam dekom posisi dan detoksifikasi air selokan, akan membantu mengu rangi pencemaran pada pembuangan limbah industri kimia. Untuk itu, upaya mengembangbiakkan mikroorganisme yang dapat mencerna limbahlimbah atau bahan pencemar lainnya selalu dilakukan.
ublikasi >> Buletin >> Buletin Nomor 5 Tahun 2011 >> Peran dan pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL) mendukung pertanian organik
PENDAHULUAN
Kecenderungan ketergantungan petani pada penggunaan pupuk dan pestisida anorganik sejak diterapkannya
revolusi hijau (1970-2005) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan dengan degradasi lingkungan. Subsidi
harga dari pemerintah dan pengaruh pupuk dan pestisida anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ikut
mendorong preferensi petani terhadap pupuk anorganik sehingga penggunaan bahan organik sebagai komponen
pembentuk kesuburan tanah semakin ditinggalkan.
Bahan organik memiliki peranan penting sebagai sumber karbon, dalam pengertian luas sebagai sumber pakan,
dan juga sebagai sumber energi untuk mendukung kehidupan dan berkembangbiaknya berbagai jenis mikroba
tanah (Sisworo, 2006). Penurunan kandungan bahan organik tanah menyebabkan mikroba dalam tanah mengalami
defisiensi karbon sebagai pakan sehingga perkembangan populasidan aktivitasnya terhambat. Hal ini
mengakibatkan proses mineralisasi hara menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman akan terhambat. Tanah yang
mengalami defisiensi sumber energi bagi mikroba menjadi berstatus lelah atau fatigue (Pirngadi, 2009). Kondisi
tersebut berdasarkan salah satu indikator kesuburan tanah adalah kandungan C-Organik. Komponen C-Organik
dari 65 % tanah di Indonesia di bawah 1 %, yang harusnya diatas 2 %. Hal tersebut lebih diperburuk dengan
kondisi dimana pertambahan input pada tanah sebagai media tanam tidak lagi mampu meningkatkan produksi
tanaman (levelling off).
Permasalahan diatas menimbulkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan suatu sistem pertanian yang ramah
lingkungan untuk suatu keberlanjutan. Selain itu didukung pula oleh berkembangnya kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan yang menjadikan produk organik sebagai tren bahan makanan yang dikonsumsi. Konsep
pertanian berkelanjutan yang diterapkan dalam era Revolusi Hijau Lestari (RHL) yang dicetuskan sejak tahun 2006
yaitu peningkatan produktivitas tanaman dengan mengacu sistem agroekologi alamiah yang secara lestari dapat
mendukung kehidupan biota diatasnya. Secara alamiah, siklus karbon biologis dan unsur lainnya terjadi secara in
situ, sehingga berdampak terhadap keberlanjutan kehidupan biota penyusun ekologi. Sumarno (2006)
menyatakan bahwa hara untuk pertumbuhan tanaman optimal dan untuk mempertahankan kesuburan tanah dapat
berasal dari : asli tanah (indigenenous nutrients), endapan lumpur dari wilayah hulu; dari pengairan; dari air hujan;
dari pupuk organik; dari pupuk anorganik (sintesis); dari residu tanaman; dan penambatan N oleh tanaman legum;
tumbuhan air dan mikroba; dan bahkan dari debu, abu gunung dan kilat. Hara yang berasal dari dekomposisi
mikroba, hewan rendah dan hewan tinggi juga merupakan sumber hara yang legitimate pada teknologi Revolusi
Hijau Lestari. Penerapan pertanian organik merupakan pilihan yang bijaksana untuk mewujudkan pertanian lestari.
Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan yang bersifat hukum pengembalian (low of
return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua bahan organik ke dalam tanah, baik
dalam bentuk residu dan limbah pertanian maupun ternakyang selanjutnya bertujuan untuk memenuhi makanan
pada tanah yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Limbah organik seperti sisa-sisa
tanaman dan kotoran ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus
dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh
tamanan. Proses pengomposan secara alami memerlukan waktu yang lama sehingga diperlukan mikroba
dekomposer yang mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikroorganisme Lokal (MOL) banyak
ditemukan di lapang dan sudah terbukti bermanfaat sebagai dekomposer, pupuk hayati dan pestisida hayati.
Saat ini telah banyak mikroba pengompos komersil yang ada di pasaran tetapi masih mengalami tantangan dalam
pengembangannya ditingkat petani dalam hal efektivitas dan efisiensi dekomposer yang digunakan terkait dengan
mutu yang dihasilkan, biaya dan tingkat kemudahan aplikasinya. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang
mempunyai keuntungan dari segi biaya yang relatif murah dan kemudahan aplikasinya merupakan pilihan yang
telah diterapkan oleh beberapa petani di beberapa daerah. Selain sebagai dekomposer, MOL juga digunakan
sebagai pupuk dan pestisida hayati yang dapat diaplikasikan langsung ke tanaman.
PELUANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA
Di Indonesia, setiap tahunnya lebih dari 165 juta ton bahan organik dihasilkan dari limbah panen tanaman pangan
dan hortikultura, namun potensi tersebut pada umumnya belum terkelola dengan baik. Di lain pihak, kandungan
bahan organik dalam tanah pertanian saat ini rendah, rata-rata kurang dari 2 % (Pirngadi, 2009). Umumnya bahan
organik yang dihasilkan dari limbah pertanian dialihkan oleh petani untuk berbagai penggunaan lain yang
seyogianya dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik.
Pilihan untuk menerapkan pertanian organik telah disadari oleh beberapa kalangan untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan tanaman tanpa mengabaikan prinsip enviromental sustainability. Berbagai pemikiran
tentang pertanian organik yang dipahami masyarakat.
Pertanian organik dipahami sebagai teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa
menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tetapi jika melihat kondisi saat ini yang menuntut peningkatan
produktivitas dan kemampuan tanah menyediakan hara maka terdapat pemikiran bahwa pertanian organik (dan
penggunaan pupuk organik) juga merupakan sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah
satu masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk buatan (kimia anorganik). Pestisida
dan herbisida digunakan secara selektif dan rasional atau menggunakan biopestisida. Landasan prinsipilnya adalah
sistem pertanian modern, mengutamakan produktivitas, efisiensi produksi, serta keamanan dan kelestarian
lingkungan dan sumber daya. Akan tetapi menurut IFOAM (2005), pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejateraan.
Oleh kerenanya, harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan
yang dapat berefek merugikan kesehatan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat
besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah
diolah untuk sawah dan perkebunan. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar
internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih
banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk
mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida
hayati dan lain-lain (Litbang Pertanian, 2011).
PERAN DAN KEUNTUNGAN PENGGUNAAN MOL
Gambar 1. Biang beberapa jenis MOL
Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia
setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi
sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit
tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik
terutama sebagai fungisida. Larutan MOL dibuat sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah dari
rumah tangga atau tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong
pisang, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain. Bahan utama dalam larutan MOL teridiri dari
3 jenis komponen, antara lain : Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang dan gandum ;
Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira dan; Sumber bakteri : keong mas, buah-buahan
misalnya tomat, pepaya, dan kotoran hewan (Purwasasmita, 2009).
Kurnia et.al (2003) melakukan analisis sampel larutan MOL Berenuk dan larutan MOL Air Kelapa dan Sampah
Dapur. Ditemukan bahwa larutan MOL berenuk mengandung bacillus sp, sacharomyces sp, azospirillium sp, dan
azotobacter. MOL sampah dapur mengandung pseudomonas, aspegillus sp, dan lactobacillus sp.
Keunggulan utama penggunaan MOL adalah murah bahkan tanpa biaya, selain itu ada beberapa keuntungan :
Mendukung pertanian ramah lingkungan
Dapat mengatasi permasalahan pencemaran limbah pertanian dan limbah rumah tangga
Pembuatan serta aplikasinya mudah dilakukan
Mengandung unsur kompleks dan mikroba yang bermanfaat dalam produk pupuk dan dekomposer organik
yang dihasilkan.
Memperkaya keanekaragaman biota tanah
Memperbaiki kualitas tanah dan tanaman
Secara umum, pemanfaatan MOL salah satu upaya meningkatkan kemandirian petani. Beberapa jenis larutan MOL
yang telah diaplikasikan oleh petani dibeberapa daerah antara lain :
MOL buah-buahan yang diaplikasikan pada tanaman sebagai pupuk dan dekomposer dalam pembuatan
kompos
MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman
MOL bonggol pisang untuk dekomposer saat pembuatan kompos
MOL sayuran yang disemprotkan pada tanaman padi
MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
Jenis dan Pembuatan MOL
Beberapa jenis MOL dan cara membuatnya yang telah dikenal antara lain :
1. MOL Buah-buahan
Bahan :
Limbah buah-buahan Pepaya, pisang, mangga, apel dll,10 Kg
Gula merah 1 kg dicairkan
10 liter air kelapa
Cara Membuat :
a. Buah-buahan ditumbuk/dihaluskan
b. Masukkan ke dalam drum/tong plastic
c. Campurkan dengan air kelapa
d. Masukkan gula merah yang telah dicair
e. Tutup dengan plastik, beri lubang udara dengan cara memasukkan slang plastik yang dihubungkan dengan botol
yang sudah terisi air
f. Biarkan selama 10 – 15 hari
Cara Penggunaan :
a. Campurkan MOL buah-buahan yang telah jadi dan air dengan komposisi 1 : 5 liter, kemudian tambahkan gula 1
ons. Siramkan pada bahan organik (bahan baku kompos) yang akan dikomposkan
b. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur
dengan air tawar sebanyak 14 liter. Untuk tanaman padi, waktu penyemprotan dilakukan pada umur tanaman
akhir vegetatif (55 – 60 hari).
2. MOL Nasi Basi
Salah satu limbah rumah tangga yang paling banyak diproduksi tiap
harinya adalah nasi basi. Nasi basi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan MOL untuk bioaktifator maupun
pupuk hayati. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Nasi basi, secukupnya
Air
Gula pasir, 5 sendok makan
Cara Membuat :
a. Kepal-kepal nasi basi sebesar bola pingpong
b. Letakkan bola-bola nasi tersebut di dalam kardus, lalu tutup dengan dedaunan (misalnya daun pisang yang
membusuk. Dalam jangka waktu 3 hari, akan tumbuh jamur-jamur berwarna kuning, jingga dan merah
Cara Penggunaan :
a. Campurkan MOL nasi basi yang telah jadi dan air dengan komposisi 1 : 5 liter, kemudian tambahkan gula 1 ons.
Siramkan pada bahan organik (bahan baku kompos) yang akan dikomposkan
b. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur air
tawar sebanyak 14 liter.
3. MOL Keong Mas
Bahan :
Keong mas yang masih hidup (segar) 5 kg
Gula merah 1 kg atau buah Maja yang telah matang 2 buah,
jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter
Air kelapa 10 liter
Cara Membuat :
a. Keong mas ditumbuk hingga halus dan masukkan ke dalam tong
sampah
b. Campurkan dengan gula merah atau buah maja yang sudah dihaluskan atau air tebu.
c. Masukkan air kelapa dan aduk sampai merata
d. Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik sambungan pada botol yang telah berisi air
e. Biarkan selama 15 hari
Cara Aplikasi :
a. Pengomposan : cairan/ekstrak (MOL) keong mas dicampur air dengan konsentrasi 1 : 5 (artinya 1 liter cairan MOL
dicampur dengan 5 liter air tawar, kemudian tambahkan 1 ons gula merah aduk hingga rata dan siramkan pada
bahan organik yang akan dikomposkan
b. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur
dengan air tawar sebanyak 14 liter. Pada tanaman padi, sejak fase vegetatif hingga generatif pasca tanam yaitu
hari ke 10, 20, 30 dan 40. Semprotkan pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari.
4. MOL Rebung Bambu
Bahan :
2 buah rebung bambu kurang lebih 3 kg
Air beras 5 liter
1,5 ons gula merah atau bisa digunakan 1 buah maja.
Cara Membuat :
a. Rebung bambu ditumbuk halus atau diiris-iris kemudian masukan
kedalam ember atau tong plastik
b. Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau
tambahkan gula merah yang telah dihaluskan dan aduk sampai rata
c. Rendam dengan air cucian beras sebanyak 5 liter
d. Tutup rapat ember/tong dengan platik, dan berikan slang palstik yang disambungkan dengan air yang berada
pada botol
e. Biarkan selama 15 hari
KESIMPULAN
Larutan MOL dapat berfungsi sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik yang ramah
lingkungan.
MOL bermanfaat sebagai salah satu cara untuk mengatasi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian dan
rumah tangga, memperbaiki kualitas tanah dan tanaman, memperkaya biota tanah dan menghasilkan produk
yang aman dan sehat untuk mendukung pertanian organik.
Pemanfaatan MOL merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemandirian petani karena dalam
pembuatan dan pengaplikasiannya murah dan mudah dilaksanakan oleh petani dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
BP4K Sukabumi, 2011. Cara Pembuatan Mikroorganisme Lokal. http://bp4kkabsukabumi.net. Diakses 04 Juli 2011
IFOAM, 2005. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik (terjemahan). International Federations of Organic Agriculture
Movements. Bonn,Germany
Litbang Pertanian, 2011. Prospek Pertanian Organik di Indonesia. www.litbang.deptan.go.id. Diakses 04 Juli 2011.
Kurnia, K.P. Arbianto dan I.N.P. Aryantha (2003). Studi Patogenitas Bakteri Entamopathogenik Lokal pada Larva
Hyposidra Talaca Wlk dan Optimasi Medium Pertumbuhannya. Seminar Bulanan Bioteknologi – PPAU Bioteknologi
ITB, 15 September 2004, Bandung.
Pirngadi K., 2009. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan
Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1) : 48-64
Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan. Dalam Bioreaktor Tanaman.
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009.
Setiawan, B.S., dan Tim Penulis ETOSA IPB, 2010. Membuat Pupuk Kandang secara Cepat. Penebar Swadaya.
Jakarta
Sisworo, W.H., 2006. Swasembada Pangan dan Pertanian Berkelanjutan. Tantangan Abad Dua Satu : Pendekatan
Ilmu Tanah, tanaman dan Pemanfataan Iptek Nuklir. Dalam A. Hanafiah WS, Mugiono,dan E.L. Sisworo. Badan
Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta. 207 hal.
Sumarno, 2006. Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari. Buletin Iptek
Tanaman Pangan 1 (1) : 1-15
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangan. Kanisius,Yogyakarta. 219
hal.
Penulis : Herniwati dan Ir. Basir Nappu, MS
Kecenderungan ketergantungan petani pada penggunaan pupuk dan pestisida anorganik sejak diterapkannya
revolusi hijau (1970-2005) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan dengan degradasi lingkungan. Subsidi
harga dari pemerintah dan pengaruh pupuk dan pestisida anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ikut
mendorong preferensi petani terhadap pupuk anorganik sehingga penggunaan bahan organik sebagai komponen
pembentuk kesuburan tanah semakin ditinggalkan.
Terakhir Diperbaharui pada Kamis, 06 Desember 2012 10:06