Transcript
Page 1: Masalah Perkembangan Peserta Didik

MASALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKDALAM PROSES MEMBACA

Membaca merupakan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dalam KBBI). Hal inilah yang menyebabkan kemampuan membaca sangat penting bagi seseorang. Di era globalisasi ini setiap orang dituntut untuk mampu membaca dengan baik dan benar. Intonasi, ekspresi, dan pemahaman merupakan sebagian hal penting lainnya yang harus dikembangkan dalam kemampuan membaca.

Kemampuan membaca bagi seseorang dipengaruhi sejak masa kecilnya. Pembelajaran dan pendidikan yang ditempuh merupakan hal dasar yang menjadi salah satu langkah dalam mengembangkan kemampuan membaca. Anak akan mampu membaca jika telah diajarkan hal dasar dalam membaca seperti pengenalan huruf dan cara penyebutan.

Selain itu, kemampuan anak dalam membaca dipengaruhi oleh banyak faktor: metode pengajaran yang digunakan oleh guru, kualitas buku-buku yang digunakan, minat baca orang tua, serta kesiapan fisik dan mental (emosional) anak itu sendiri. Beberapa di antara faktor-faktor di atas berada di luar kendali orang tua, tetapi faktor-faktor lainnya ada di tangan mereka. Namun, apa pun penyebab kesukaran anak dalam membaca, para orang tua dapat berbuat banyak untuk membantu mereka mengatasinya.

Persoalannya adalah, kapan kemampuan membaca mulai diajarakan? Bagaimana metode yang tepat untuk mengajarkan membaca ini? jawabannya merupakan sebuah polemik di masyarakat. Bagaimana tidak? Sebagian ahli mengatakan bahwa membaca baru dapat diajarkan setalah anak masuk SD sebagaimana kebijakan kurikulum TK sekarang ini. Namun banyak ahli juga mengatakan bahwa membaca harus diajarkan sedari sejak dini mungkin.

Durkim (dalam Nurbiana Dhieni, 2005: 5.2) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak. Dia meyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak yang diajarkan membaca sejak dini. Artinya sedini mungkin anak diajarkan cara membaca, maka anak tersebut tidak menadapatkan efek negatif. Sehingga perkembangan anak tidak akan terhambat sedikit pun. Steinberg (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.2) juga mengemukakan bahwa anak-anak yang mendapatkan pelajaran membaca dini umumnya lebih maju di sekolah. Hal tersebut masih diperkuat oleh pendapat Moleong (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.3) yang mengatakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak TK adalah kemampuan membaca dan menulis.

Seorang anak yang lebih lambat dari anak-anak lain yang sebaya dalam proses pembelajaran membaca, tidaklah selalu berarti memunyai masalah serius dalam bidang ini. Tingkat perkembangan masing-masing anak dalam keterampilan membaca berbeda satu dengan lainnya. Beberapa anak mulai dapat

Page 2: Masalah Perkembangan Peserta Didik

membaca pada usia dini dan mengalami kemajuan yang pesat. Anak-anak lain baru dapat membaca pada usia yang lebih besar dan kemajuannya lambat. Kemampuan rata-rata dalam pembelajaran membaca ada di antara kedua ekstrim di atas.

Perbedaan tingkat perkembangan dalam kemampuan anak membaca tidak berkaitan dengan tingkat kecerdasan ("pandai" atau "bodoh") anak tersebut. Seorang anak yang dapat membaca sejak usia dini bukanlah berarti bahwa ia lebih pandai membaca dari mereka yang belajar membaca pada usia yang lebih besar, dan anak yang mulai membaca pada usia lebih besar tidaklah berarti bahwa ia memunyai masalah dalam pembelajaran membaca. Anak-anak memang belajar membaca pada tingkatan usia yang berbeda-beda, sama halnya dengan ketika mereka belajar berbicara atau berjalan.

Sebelum kita mencoba memahami tahapan perkembangan dalam pembelajaran membaca, perlu kita kenali lebih dahulu bagaimana proses membaca itu sendiri terjadi.

Membaca melibatkan serangkaian proses mental yang kompleks dan proses ini ditentukan oleh kematangan perkembangan struktur bagian otak tertentu:

1. Pengenalan kata-kata.2. Proses "decoding" - kemampuan membaca huruf-huruf yang memunyai

bunyi bermakna.3. Artikulasi bunyi - kemampuan membedakan berbagai bunyi dari huruf

vokal tertentu (misalnya kata "makan" ada dua bunyi yang berbeda untuk vokal "a").

4. Analisis sekuensial - menelusuri rangkaian huruf-huruf dan bunyi-bunyi yang ditimbulkannya.

5. Persepsi (pengertian) mengenai berbagai konsep dan gagasan.Setiap proses di atas merupakan fungsi neurofisiologis yang kompleks.

Namun untuk menguasai proses membaca, anak tidak dapat hanya menguasai satu atau beberapa di antara kelima fungsi di atas, mereka juga harus menguasai kelima hal tersebut secara simultan (bersamaan).

Sedangkan tahapan perekmbangan membaca menurut Cochrane Efal (dalam Nurbiana Dhieni 2005: 5.9) perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahapan, yakni:1. Tahap Fantasi (Magical Stage)

Tahap ini anak akan mulai belajar menggunakan buku. Anak mulai berpikir bahwa buku it penting dengan cara membolak-balik buku. Kada anak juga suka membaca buku kesukaannua. Pada tahap ini orang tua hendaknya memberikan model atau contoh akan arti pentingnya membaca dengan cara membacakan sesuatu untuk anak, atau membicrakan tentang buku bersama anak.

2. Tahap Pembetukan Konsep Diri (Self Concept Stage)

Page 3: Masalah Perkembangan Peserta Didik

Anak memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai melibatkan dirinya dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku. Orang tua perlu memberikan rangsangan dengan jalan membacakan buku pada anak. Berikan akses pada anak untuk memperoleh buku-buku kesukaannya.

3. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)Anak menyadari cetakan yang tampak dan mulai dapat menemukan kata yang sudah dikenal. Orang tua perlu membacakan sesuatu kepada anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada anak melalui lagu atau puisi. Dan berikan kesempatan membaca sesering mungkin.

4. Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage)Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak mulai tertarik pada bacaan dan mulai membaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca kardus susu, pasta gigi dan lain-lain. Pada tahap ini orang tua masih harus membacakan sesuatu pada anak. Namun jangan paksa anak untuk membaca huruf demi huruf dengan sempurna.

5. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)Anak dapat membaca berbagai jenis buku secara bebas. Orang tua dan guru masih harus tetap membacakan buku pada anak. Tindakan tersebut dimaksudkan dapat mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya. Bantu anak memilih bacaan yang sesuai.Huruf dan kata-kata merupakan suatu yang abstrak bagi anak-anak, sehingga

untuk mengenalkannya guru harus membuatnya menjadi nyata dengan mengasosiasikan pada hal-hal yang mudah diingat oleh anak. Pertama kali mengenalkan huruf biasanya guru memusatkan hanya pada huruf awal suatu kata yang sudah di kenal anak. Dan agar tidak ada kesan pemaksaan “belajar membaca” pada anak maka harus dilakukan dengan menyenangkan.

Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau kemampuan kesiapan membaca perlu dikuasai anak terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca. Kemampuan kesiapan membaca yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan membedakan auditorialAnak-anak harus memahami suara-suara umum di lingkungan mereka. Mereka harus memahami suara yang dihasilkan oleh konsonan atau vocal.

2. Kemampuan diskriminasi visual.3. Kemampuan membuat hubungan suara-simbol.4. Kemampuan perseptual motoris.5. Kemampuan bahasa lisan.6. Membangun sebuah latar belakang pengalaman.7. Interpretasi gambar.

Page 4: Masalah Perkembangan Peserta Didik

8. Progesi dari kiri ke kanan.9. Kemampuan merangkai.10. Penggunaan bahasa mulut.11. Pengenalan melihat kata.12. Lateralisasi.13. Koordinasi gerak.

Tanda-tanda kesiapan membaca:1. Apakah anak sudah dapat memahami bahasa lisan?2. Apakah anak sudah dapat mengujarkan kata-kata dengan jelas?3. Apakah anak sudah dapat mengingat kata-kata?4. Apakah anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf?5. Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?6. Apakah anak sudah dapat membedakan bunyi dengan baik?Banyak metode yang bisa diterapkan dalam upaya mengenalkan huruf

diantaranya metode bercerita, tanya jawab serta permainan dengan kartu bergambar.

Seorang anak yang perkembangannya normal (tidak mengalami gangguan fungsi otak atau fisik lainnya), keterampilannya dalam membaca meningkat secara bertahap namun terus-menerus. Di kelas satu SD mereka belajar bahwa lambang-lambang yang tertulis (huruf-huruf) memunyai arti tertentu, dan mereka menghimpun kosa kata sederhana dalam jumlah terbatas. Pada akhir tahun pertama ini, anak-anak rata-rata mampu mengenali sejumlah kata yang umum dan dapat memahami kata-kata yang masih asing baginya dengan cara mengeja dan menduganya berdasarkan konteks bacaan. Anak dapat membaca bacaan sederhana baik lisan maupun dalam hati.Pada akhir kelas tiga SD, anak-anak dapat mengenali banyak kata-kata. Mereka dapat memahami apa yang mereka baca, kemampuan membaca dalam hati lebih cepat daripada membaca dengan bersuara, dan mereka bersikap positif terhadap kegiatan membaca. Sejalan dengan kemajuan belajar mereka di kelas empat, lima dan enam SD, perbendaharaan dan pengenalan kata-kata juga meningkat, demikian pula kemampuan komprehensif (kemampuan untuk memahami isi teks bacaan) serta keterampilan belajar dalam bidang-bidang lainnya.Kesulitan dalam membaca timbul bila ada faktor-faktor dari anak itu sendiri, dari lingkungannya -- atau kedua-duanya -- yang menghambat perkembangan normal dalam keterampilan membaca. Seorang anak yang lambat perkembangannya, tetapi terus-menerus mengalami kemajuan, mungkin tidak mengalami kesulitan serius dalam membaca. Tanda-tanda adanya kesulitan membaca antara lain ialah:

1. anak umumnya berprestasi rendah di sekolah dalam membaca dan mata pelajaran lainnya,

2. menunjukkan perasan tidak suka terhadap pelajaran membaca, dan3. gelisah serta tegang bila membaca.

Page 5: Masalah Perkembangan Peserta Didik

Bila putra-putri Anda menunjukkan gejala-gejala di atas, tidaklah berguna untuk menyalahkan diri Anda atau mereka dengan sebutan "bodoh", "kurang menyimak di kelas", atau "malas". Sebaliknya, banyak kemajuan dapat dicapai bila Anda bekerja sama dengan anak Anda untuk mengatasi kesulitan ini.Biasanya kesulitan membaca memunyai lebih dari satu penyebab, sehingga pemecahannya pun dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan. Banyak faktor yang memungkinkan timbulnya masalah-masalah dalam membaca: cara pengajaran yang kurang tepat, usia anak belum mencukupi, masalah-masalah penyesuaian diri dengan lingkungan, hambatan/cacat fisik, dan bahkan adanya tuntutan berlebihan untuk mencapai prestasi tinggi dari orang tua maupun guru kelas.Anak-anak dengan kesulitan membaca dapat dijumpai pada hampir setiap tingkatan kemampuan intelektual. Kesulitan membaca biasanya disertai dengan masalah punyesuaian diri dan keadaan sosial. Kadang-kadang penyebab utamanya adalah masalah-masalah pribadi (emosional), tetapi lebih sering masalah pribadi itu justru timbul karena anak gagal dalam proses pembelajaran membaca. Untuk sebagian besar murid SD, gangguan emosional tersebut biasanya menghilang ketika mereka berhasil membaca dengan lebih baik.

Untuk menolong anak-anak yang mengalami kesulitan membaca, hal terpenting yang dapat Anda lakukan ialah membacakan cerita-cerita dengan suara keras. Hal ini penting khususnya pada usia prasekolah, tetapi orang tua harus melanjutkan kebiasan ini selama usia sekolah. Manfaat terbesar diperoleh melalui cara ini bila orang tua menjelaskan arti kata-kata yang tidak dipahami oleh anak dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang mendorong anak untuk berpikir. Pertanyaan-pertanyaan yang mendalam menuntut anak untuk menggunakan daya ingatnya dan memikirkan pengalaman-pengalaman mereka. Anak-anak juga perlu dituntun untuk menceritakan kembali isi cerita dan mendiskusikan tokoh-tokoh favorit mereka dan peristiwa-peristiwa tertentu yang menarik mereka. Adalah baik jika seorang ayah juga membaca bersama anak-anak atau membacakan sesuatu untuk mereka dan menjadi teladan (model) pria dalam hal minat baca.

Suatu kegiatan lain yang cukup efektif untuk menolong anak dalam mengatasi kesulitan membaca ialah menggunakan rekaman cerita/dongeng. Apabila kaset/pita rekaman cerita semacam ini sukar diperoleh di toko-toko buku terdekat, Anda dapat juga membuat rekaman cerita sendiri. Doronglah anak Anda untuk mendengarkan rekaman cerita tersebut sambil mengikuti jalan ceritanya dalam buku. Bila Anda membuat rekaman sendiri, pastikan bahwa Anda membaca lambat-lambat dan dalam ungkapan-ungkapan yang bermakna. Berikan cukup

Page 6: Masalah Perkembangan Peserta Didik

waktu untuk anak membuka halaman buku, dan tunjukkanlah kepadanva informasi-informasi yang penting melalui gambar-gambar dan grafik atau peta.

Berikanlah buku sebagai hadiah pada kesempatan-kesempatan yang tepat. Pilihlah cerita-cerita yang dapat membantu anak-anak untuk menghadapi masalah mereka, dengan mengidentifikasikan mereka dengan salah satu tokoh Yang berada dalam situasi serupa atau pilihlah buku-buku nonfiksi yang membahas bidang-bidang ilmu pengetahuan yang diminati oleh anak Anda.

Doronglah anak Anda untuk memanfaatkan buku sebagai cara untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Jadikan diri Anda sendiri sebagai teladan dalam kegemaran membaca dan sediakan waktu sebanyak mungkin untuk membacakan buku-buku kepada anak-anak Anda. Berikan pujian bila mereka aktif membaca. Bila kebiasaan membaca merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dalam keluarga Anda, anak akan merasakannya juga, dan meniru kesukaan tersebut.

Alkitab berkata bahwa pencobaan-pencobaan yang kita hadapi (kesulitan anak dalam membaca, kecemasan kita sebagai orang tua karena masalah ini) adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan kita (1 Kor. 10:13). Kita dapat sepenuhnya bergantung pada kesetiaan Allah yang berjanji untuk memberikan jalan keluar, berupa kesabaran dalam usaha kita untuk menolong anak-anak mengatasi kesulitan dalam membaca. (liu)

Sumber: "Helping A Child with Reading Problems" dalam Parents and Children (Wheaton, IL: Victor Books, 1987).

Sourche:-Nurbiana Dhieni, (2005) Metode Pengembangan Bahasa : Jakarta, UT-Depdiknas (2000), Permainan Membaca dan Menulis : Jakarta.


Top Related