Download - Materi PKN
ARTIKEL 1
1. Judul
The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic
Achievement, Attitude and Concept Learning
2. Penulis
Orhan Akınoğlu and Ruhan Özkardeş Tandoğan dari Marmara Üniversitesi, Istanbul,
TURKEY
3. Variabel yang diteliti
Variabel Bebas : Problem-Based Active Learning
Variabel Terikat : Peningkatan Prestasi Akademik, Sikap dan Konsep Belajar
4. Teori yang mendasari
Problem-Based Active Learning
Model pembelajaran Problem-Based Active Learning merupakan model pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk aktif dalam menggali informasi dalam rangka memecahkan
permasalahan yang diberikan. Dengan penerapan Problem-Based Active Learning dapat
membuat siswa perpikir kritis. Dasar dari pembelajaran berbasis masalah adalah
terutama terdiri dari 'Masalah, Solusi, Praktek,
Penelitian, Questioning, Realisme, Orisinalitas dan
Integrasi
5. Rumusan Masalah, Tujuan dan Hipotesis
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1) Apakah pembelajaran aktif berbasis masalah berpengaruh terhadap prestasi akademik
siswa?
2) Apakah pembelajaran aktif berbasis masalah berpengaruh terhadap sikap konsep
belajar siswa?
b. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dampak dari pembelajaran aktif berbasis
masalah pada prestasi akademik dan konsep belajar siswa.
c. Hipotesis
1) Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi akademik antara kelompok siswa yang
belajar dengan model pembelajaran aktif berbasis dan kelompok siswa yang belajar
dengan model konvensional
2) Terdapat perbedaan yang signifikan sikap belajar antara kelompok siswa yang belajar
dengan model pembelajaran aktif berbasis masalah dan kelompok siswa yang belajar
dengan model konvensional
6. Instrumentasi (Metode Pengumpulan Data)
Data prestasi akademik siswa dikumpulkan dengan tes. Data sikap belajar siswa
dikumpulkan dengan lembar observasi skala sikap.
7. Desain Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan
a) Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualititatif dan
kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif dimensi , model tes berbasis pada pre -test dan
posttest dengan kelompok penelitian - kontrol dimanfaatkan . Di bidang penelitian
kualitatif , analisis dokumen adalah dieksekusi
b) Tehnik Analisis Data
Tehnik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah t-test dan analisis dokumen.
c) Kesimpulan
1) Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi akademik antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran aktif berbasis masalah dengan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan metode tradisional dengan nilai t = -2,237; p<0,05.
2) Terdapat perbedaan yang signifikan sikap belajar antara kelompok siswa yang belajar
dengan model pembelajaran aktif berbasis masalah dan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan metode tradisional dengan nilai t = -2,343; p<0,05.
ARTIKEL 2
1. Judul
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI DAN
BERWAWASAN KONSERVASI
2. Penulis
Sumiyadi dari Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
3. Variabel yang diteliti
Produk : Pengembangan Pembelajaran IPA berbasis Inkuiri dan Berwawasan Konservasi
Objek : Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains siswa
4. Teori yang mendasari
Perangkat Pembelajaran IPA berbasis Inkuiri dan Berwawasan Konservasi
Praktikum melalui pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan kemampuan kognitif
siswa, sikap ilmiah dan keterampilan proses sains (Ergül, 2011). Penelitian yang dilakukan
oleh Hasanah (2011) menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang menerapkan strategi
Guided Inquiry Laboratory Work pada Tema Pencemaran Air efektif meningkatkan hasil
belajar siswa dan sikap ilmiah. Yakar &Baykara (2014) menyatakan bahwa pembelajaran
inkuri berbasis praktikum dapat meningkatkan ketrampilan proses sains dan sikap mahasiswa
calon guru IPA
5. Rumusan Masalah, Tujuan dan Hipotesis
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
(1) Apakah perangkat pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri
dan berwawasan konservasi pada tema pencemaran lingkungan di kelas VII yang
dikembangkan valid?
(2) Apakah perangkat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan berwawasan
konservasi pada tema pencemaran lingkungan di kelas VII yang dikembangkan
efektif ?
(3) Apakah perangkat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan berwawasan
konservasi pada tema pencemaran lingkungan dikelas VII dapat meningkatkan
ketrampilan proses sains?
(4) Apakah perangkat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan berwawasan
konservasi pada tema pencemaran lingkungan dikelas VII dapat meningkatkan
karakter siswa?
b. Tujuan
Tujuan penelitian ini mengembangkan Perangkat Pembelajaran IPA berbasisinkuiri dan
berwawasan konservasi pada tema pencemaran lingkungan yang valid, efektif, dan dapat
mampu meningkatkan keterampilan proses sains, dan karakter siswa.
c. Hipotesis
Terdapat perbedaan kemampuan kognitif antara siswa yang dibelajarkan dengan
perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri dan berwawasan konservasi dan siswa yang
dibelajarkan dengan model konvensional.
6. Instrumentasi (Metode Pengumpulan Data)
Validitas perangkat pembelajaran diperoleh dengan instrument lembar validasi. Data
kemampuan kognitif siswa dikumpulkan dengan tes. Data keterampilan proses sains siswa
dikumpulkan dengan lembar observasi.
7. Desain Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan
a) Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development
(R&D). Uji coba lapangan menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan
Nonequivalent Control Group Pretest Posttest Design. Validitas perangkat pembelajaran
dan keterampilan proses sains siswa dianalisis menggunakan statistic deskriptif. Untuk
menguji keefektifan perangkat pembelajaran terhadap kemampuan kognitif digunakan t-
test.
b) Tehnik Analisis Data
Validitas perangkat pembelajaran dan keterampilan proses sains siswa dianalisis
menggunakan statistic deskriptif. Untuk menguji keefektifan perangkat pembelajaran
terhadap kemampuan kognitif digunakan t-test.
c) Kesimpulan
Validitas perangkat pembelajaran berada pada kategori sangat valid, perangkat
pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif
dengan perbedaan hasil perhitungan independent sample t-test untuk kelompok eksperimen
dengan N-gain 0,37 (kategori sedang) dan kelompok control dengan N-gain 0,11 (kategori
rendah), peningkatan rata-rata persentase ketercapaian KPS di bawah 70% pada pertemuan
pertama menjadi lebih dari 90% pada pertemuan ke-4, peningkatan rata-rata persentase
ketercapaian sikap di bawah 50% pada pertemuan pertama menjadi lebih dari 90% pada
pertemuan ke-4
ARTIKEL 3
1. Judul
KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
2. Penulis
Chalimatus Sa’diyah dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas PGRI Semarang.
3. Variabel yang diteliti
Variable bebas: Model Problem Based Learning (PBL)
Variabel terikat: Hasil Belajar
4. Teori yang mendasari
Model Problem Based Learning
Borrow dalam Huda (2013:271) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju
pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama
dalam proses pembelajaran”. PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma
pengajaran menuju paradigma pembelajaran (Barr dan Tagg dalam Huda, 2013). Jadi,
fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru. Sedangkan
Finkle dan Torp dalam Shoimin (2014:130) menyatakan bahwa PBL atau Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran
yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar
pengetahuan dan ketrampilan dengan menempatkan peserta didik dalam peran aktif
sebagai pemecah permasalahan sehari hari yang tidak terstruktur dengan baik).
5. Rumusan Masalah, Tujuan dan Hipotesis
a. Rumusan Masalah
Bagaimana keefektifan model PBL terhadap hasil belajar siswa kelas V tema organ tubuh
manusia dan hewan di SD HJ Isriati Baiturrahman 1 Semarang?
b. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model PBL terhadap
hasil belajar siswa kelas V tema organ tubuh manusia dan hewan di SD HJ. Isriati
Baiturrahman 1 Semarang
c. Hipotesis
1) Ho: Model PBL tidak efektif terhadap hasil belajar siswa kelas V SD HJ Isriati
Baiturrahman 1 Semarang..
Ha: Model PBL efektif terhadap hasil belajar siswa kelas V SD HJ Isriati Baiturrahman 1
Semarang.
6. Instrumentasi (Metode Pengumpulan Data)
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes untuk
mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Tes yang digunakan dalam bentuk
tes obyektif pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (a, b, c dan d) yang berjumlah 40
butir soal. Tes yang digunakan telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan indeks
kesukaran tes. Berdasarkan uji validitas dari 40 butir soal yang diuji, diperoleh 30 butir
soal yang valid dan reliabel. Berdasarkan hasil uji daya beda dari 30 butir soal, diperoleh
sebanyak 4 butir soal memiliki daya pembeda sangat baik (SB), 16 butir soal memiliki daya
pembeda baik (B), 10 butir soal memiliki daya pembeda cukup (C), 10
butir soal memiliki daya pembeda yang jelek (J) dengan indeks kesukaran perangkat tes
pada kategori sedang..
7. Desain Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan
a) Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian true experimental dengan bentuk pretest-posttest control group desain.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD HJ Isriati Baiturrahman
1 Semarang. Sampel penelitian ini ditetapkan 2 kelas dengan 60 siswa yang di tentukan
menggunakan teknik sampling purposive.
b) Analisis Data
Analisis pada penelitia ini dianalisis dengan menggunakan uji-t (t-test) dengan
menggunakan rumus uji-t pihak kanan.
c) Kesimpulan
Dari hasil perhitungan hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t
satu pihak kanan diperoleh t hitung > ttabel, yaitu 1,789 > 1,67 pada taraf signifikan 5%
dan dk = 60. Sehingga hipotesis nol (H0) yang diajukan ditolak dan hipotesis alternatif (H
a ) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model PBL efektif terhadap hasil belajar siswa
kelas V SD HJ Isriati Baiturrahman 1 Semarang. Kelas yang menerapkan model PBL
memiliki skor rata-rata hasil belajar 87,73 dengan nilai gain sebesar 0,40 dalam kategori
gain sedang (medium-gain) dan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensioanal
memiliki skor rata-rata hasil belajar 84,93 dengan nilai gain sebesar 0,29 dalam kategori
gain rendah (lowgain) dengan ketuntasan belajar klasikal baik kelas eksperimen atau kelas
kontrol adalah 100% tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model PBL efektif terhadap hasil belajar siswa kelas V SD HJ Isriati Baiturrahman
1 Semarang
ARTIKEL 4
1. Judul
Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar
2. Penulis
Yokebed dari Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas
Maret Jl. Ahmad Yani 78124, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
3. Variabel yang diteliti
Variable bebas: Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Variabel terikat: Motivasi Belajar, Hasil Belajar
4. Teori yang mendasari
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan
mahasiswa harus melakukan pencarian atau penggalian informasi (inquiry). Pembelajaran
berbasis masalah ini dapat melibatkan mahasiswa untuk berpikir analisis logis dan kritis,
penggunaan analogi dan berpikir divergen, integrasi kreatif dan sintesis. Pada
pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa diperhadapkan dengan masalah-masalah
autentik dalam kehidupan sehari-hari. Situasi ini menjadi titik tolak pembelajaran untuk
memahami konsep atau prinsip dan memecahkan masalah tersebut
melalui investigasi dan penyelidikan (Arends, 2008). Sintaks model pembelajaran berbasis
masalah terdiri dari 5 tahap yaitu orientasi masalah, mengorganisasikan mahasiswa belajar,
membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
5. Rumusan Masalah, Tujuan dan Hipotesis
a. Rumusan Masalah
Apakah Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains dapat Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Hasil Belajar Mahasiswa?
b. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pembelajaran Biologi Menggunakan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains dapat
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Mahasiswa.
c. Hipotesis
Ho: Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains tidak dapat Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Hasil Belajar Mahasiswa.
Ha: Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains dapat Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar Mahasiswa.
6. Instrumentasi (Metode Pengumpulan Data)
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes untuk mengukur
prestasi belajar kognitif dan keterampilan proses sains. Hasil belajar pada ranah afektif di
ukur menggunakan teknik non tes menggunakan lembar observasi dan angket. KPS diukur
menggunakan lembar observasi dan tes. Pengukuran motivasi belajar dilakukan tiap akhir
siklus dengan menggunakan angket. Analisis data melalui tahapan reduksi data, penyajian
data, kesimpulan, dan verifikasi.
7. Desain Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan
a) Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing- masing
siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Setting penelitian
dilaksanakan pada mahasiswa Pendidikan Biologi semester II FKIP Universitas Tanjungpura
Tahun Akademik 2011/2012 pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. Penelitian dilaksanakan
dari bulan Maret 2012 –Juni 2012.
b) Analisis Data
Analisis pada penelitia ini dianalisis statistic menggunakan uji Paired Samples T- Tes.
c) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Motivasi dan hasil belajar
ranah kognitif, afektif dan KPS mengalami peningkatan. Mahasiswa yang memiliki
motivasi tinggi Pra Siklus, Siklus I, II, III (31,57%; 63,15%; 68,42%; 79%). Pada ranah
kognitif jumlah mahasiswa yang lulus Pra Siklus, Siklus I, II, III (26, 31%; 68,42%;
89,47%; 94,73%). Pada ranah afektif rata-rata nilai pada Pra Siklus, Siklus I, II, III (31,08;
75,20; 82,6; 87,42) sedangkan nilai rata-rata KPS Pra Siklus, Siklus
I, II, III (52,81; 58,10; 61,62; 78,38); 6) terdapat perbedaan signifikan Keterampilan Proses
Sains antara siklus II dan siklus III (sign = 0,000); 7) terdapat perbedaan signifikan hasil
belajar kognitif antara siklus I dan Siklus II (sign = 0,000); 8) terdapat perbedaan
signifikan hasil belajar ranah afektif antara Pra Siklus dan Siklus
I (sign = 0,000), Siklus I dan Siklus II (sign = 0,000), siklus II dan siklus III (sign = 0,000).
ARTIKEL 5
1. Judul
PENALARAN MATEMATIS DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND
MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN
PENEMUAN TERBIMBING
2. Penulis
Marfi Ario dari Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
.
3. Variabel yang diteliti
Variable bebas: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Variabel terikat: Penalaran Matematis
4. Teori yang mendasari
Pembelajaran Berbasis Masalah
Arends (2012) menyatakan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi dalam
jumlah besar kepada siswa seperti pada pembelajaran langsung dan ceramah. PBM
dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektualnya, melalui
pengorganisasian pelajaran di seputar situasisituasi kehidupan nyata. Langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah adalah: a) mengorientasikan siswa kepada masalah; b)
mengorganisasikan siswa untuk belajar; c) membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok;
d) mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya; e) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2011; Arends, 2012; Ibrahim, 2012)
Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan menurut Wilcox (Hosnan, 2014) adalah suatu
pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan
aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dan guru mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
siswa untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip bagi mereka sendiri. Pada
penelitian ini, pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran penemuan terbimbing.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Markaban (2006) bahwa metode penemuan murni
kurang tepat karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep
dasar untuk dapat menemukan sesuatu. Hal ini terkait erat dengan karakteristik pelajaran
Penalaran Matematis
Kemampuan penalaran matematis merupakan aspek kognitif yang menjadi
salah satu tujuan pembelajaran matematika. Selain aspek kognitif, tujuan pembelajaran
matematika juga harus mencakup aspek afektif. Menurut Mullis, dkk. (2012) terdapat
hubungan yang positif antara sikap dengan prestasi matematika. Oleh karena itu, aspek
afektif merupakan aspek yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa.
Mathematical Habits of Mind
Salah satu aspek afektif yang penting untuk dimiliki siswa adalah kebiasaan berpikir.
Costa & Kallick (2008) menamakan perilaku cerdas dengan istilah habits of mind (kebiasaan
berpikir). Kebiasaan berpikir dalam matematika dikenal dengan istilah mathematical habits of
mind. Istilah mathematical habits of mind digunakan oleh matematikawan, para pendidik, dan
para ahli untuk menggambarkan intisari dari makna doing mathematics dan think
mathematically (Seeley, 2014). Mathematical habits of mind penting bagi siswa dalam belajar
matematika. Hal ini dinyatakan oleh Mark, dkk. (2010: 505) bahwa “developing mathematical
habits of mind in the middle grades is essential for students who are making the critical
transition from artihmetic to algebra”. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya mathematical
habits of mind dalam pembelajaran matematik
5. Rumusan Masalah, Tujuan dan Hipotesis
a. Rumusan Masalah
Bagaimanakah peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical Habits of Mind
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing?
b. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical
Habits of Mind Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing ?
c. Hipotesis
Ho: Tidak terdapat peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical Habits of Mind
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing
Ha: Terdapat peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical Habits of Mind
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing.
6. Instrumentasi (Metode Pengumpulan Data)
Instrumen penelitian ini adalah tes berupa soal uraian untuk mengukur
kemampuan penalaran matematis siswa dan angket untuk mengukur mathematical habits of
mind siswa..
7. Desain Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan
a) Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan desain the pretest-post-tes
two treatment design, yaitu kelas eksperimen 1 menerima perlakuan 1 dan kelas
eksperimen 2 menerima perlakuan 2 (Cohen, dkk., 2007). Pada penelitian ini, kelas
eksperimen 1 diberikan pembelajaran berbasis masalah dan kelas eksperimen 2 diberikan
pembelajaran penemuan terbimbing. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI salah satu SMK swasta di Kota Pekanbaru tahun ajaran 2014/2015
yang terdiri dari enam kelas. Sampel pada penelitian ini adalah kelas XI.1 dan XI.4.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Sampel di kedua kelas eksperimen masing-masing dibagi berdasarkan kategori
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Skor yang digunakan untuk menentukan kategori KAM siswa diperoleh dari beberapa
nilai ulangan harian siswa
b) Analisis Data
Validitas tes dan angket pada penelitian ini diukur menggunakan rumus
korelasi product moment pearson dan derajat reliabilitas dihitung dengan rumus
cronbachalpha (Arikunto, 2013)
c) Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, beberapa
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing; 2) terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa ditinjau dari kategori
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa; 3) tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan KAM siswa terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa; 4) tidak terdapat perbedaan mathematical habits of mind
siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing. Kesimpulan lainnya adalah
kemampuan penalaran matematis terkait erat dengan kemampuan pemahaman matematis.
Kesulitan yang banyak dialami siswa disebabkan karena kurangnya pemahaman
matematis siswa.
ARTIKEL 6
1. Judul
PENALARAN MATEMATIS DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND
MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN
PENEMUAN TERBIMBING
2. Penulis
Marfi Ario dari Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
.
3. Variabel yang diteliti
Variable bebas: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Variabel terikat: Penalaran Matematis
4. Teori yang mendasari
Pembelajaran Berbasis Masalah
Arends (2012) menyatakan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi dalam
jumlah besar kepada siswa seperti pada pembelajaran langsung dan ceramah. PBM
dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektualnya, melalui
pengorganisasian pelajaran di seputar situasisituasi kehidupan nyata. Langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah adalah: a) mengorientasikan siswa kepada masalah; b)
mengorganisasikan siswa untuk belajar; c) membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok;
d) mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya; e) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2011; Arends, 2012; Ibrahim, 2012)
Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan menurut Wilcox (Hosnan, 2014) adalah suatu
pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan
aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dan guru mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
siswa untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip bagi mereka sendiri. Pada
penelitian ini, pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran penemuan terbimbing.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Markaban (2006) bahwa metode penemuan murni
kurang tepat karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep
dasar untuk dapat menemukan sesuatu. Hal ini terkait erat dengan karakteristik pelajaran
Penalaran Matematis
Kemampuan penalaran matematis merupakan aspek kognitif yang menjadi
salah satu tujuan pembelajaran matematika. Selain aspek kognitif, tujuan pembelajaran
matematika juga harus mencakup aspek afektif. Menurut Mullis, dkk. (2012) terdapat
hubungan yang positif antara sikap dengan prestasi matematika. Oleh karena itu, aspek
afektif merupakan aspek yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa.
Mathematical Habits of Mind
Salah satu aspek afektif yang penting untuk dimiliki siswa adalah kebiasaan berpikir.
Costa & Kallick (2008) menamakan perilaku cerdas dengan istilah habits of mind (kebiasaan
berpikir). Kebiasaan berpikir dalam matematika dikenal dengan istilah mathematical habits of
mind. Istilah mathematical habits of mind digunakan oleh matematikawan, para pendidik, dan
para ahli untuk menggambarkan intisari dari makna doing mathematics dan think
mathematically (Seeley, 2014). Mathematical habits of mind penting bagi siswa dalam belajar
matematika. Hal ini dinyatakan oleh Mark, dkk. (2010: 505) bahwa “developing mathematical
habits of mind in the middle grades is essential for students who are making the critical
transition from artihmetic to algebra”. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya mathematical
habits of mind dalam pembelajaran matematik
5. Rumusan Masalah, Tujuan dan Hipotesis
a. Rumusan Masalah
Bagaimanakah peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical Habits of Mind
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing?
b. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical
Habits of Mind Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing ?
c. Hipotesis
2) Ho: Tidak terdapat peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical Habits of Mind
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing
Ha: Terdapat peningkatan Penalaran Matematis dan Mathematical Habits of Mind
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penemuan Terbimbing.
6. Instrumentasi (Metode Pengumpulan Data)
Instrumen penelitian ini adalah tes berupa soal uraian untuk mengukur
kemampuan penalaran matematis siswa dan angket untuk mengukur mathematical habits of
mind siswa..
7. Desain Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan
a) Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan desain the pretest-post-tes
two treatment design, yaitu kelas eksperimen 1 menerima perlakuan 1 dan kelas
eksperimen 2 menerima perlakuan 2 (Cohen, dkk., 2007). Pada penelitian ini, kelas
eksperimen 1 diberikan pembelajaran berbasis masalah dan kelas eksperimen 2 diberikan
pembelajaran penemuan terbimbing. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI salah satu SMK swasta di Kota Pekanbaru tahun ajaran 2014/2015
yang terdiri dari enam kelas. Sampel pada penelitian ini adalah kelas XI.1 dan XI.4.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Sampel di kedua kelas eksperimen masing-masing dibagi berdasarkan kategori
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Skor yang digunakan untuk menentukan kategori KAM siswa diperoleh dari beberapa
nilai ulangan harian siswa
b) Analisis Data
Validitas tes dan angket pada penelitian ini diukur menggunakan rumus
korelasi product moment pearson dan derajat reliabilitas dihitung dengan rumus
cronbachalpha (Arikunto, 2013)
c) Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, beberapa
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing; 2) terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa ditinjau dari kategori
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa; 3) tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan KAM siswa terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa; 4) tidak terdapat perbedaan mathematical habits of mind
siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing. Kesimpulan lainnya adalah
kemampuan penalaran matematis terkait erat dengan kemampuan pemahaman matematis.
Kesulitan yang banyak dialami siswa disebabkan karena kurangnya pemahaman
matematis siswa.
ARTIKEL 7
1. Judul
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN
MEDIA VISUAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR
IPA PADA SISWA KELAS IV GUGUS II KECAMATAN ABANG KABUPATEN
KARANGASEM
2. Penulis
Kadek Merta dari Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
.
3. Variabel yang diteliti
Variable bebas: Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Visual
Variabel terikat: Hasil Belajar IPA
4. Teori yang mendasari
Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Visual
Riyanto (2009:159) yang menyatakan bahwa pendekatan Kontekstual (Contextual
Teachingand Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berdasarkan konsep tersebut, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa serta proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Selain itu, siswa juga dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang
mereka hadapi dalam situasi nyata, misalnya dalam bentuk simulasi dan masalah yang
memang ada di dunia nyata. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya
nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal
untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu mereka membutuhkan guru sebagai pengarah dan
pembimbing. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri,
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola produktif dan bermakna
5. Rumusan Masalah, Tujuan dan Hipotesis
a. Rumusan Masalah
(1)Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten
Karangasem.
(2)Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten
Karangasem
(3)Apakah perbedaan motivasi secara simultan antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten
Karangasem
b. Tujuan
(1)Untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual
berbantuan media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang,
Kabupaten Karangasem.
(2)Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten
Karangasem
(3)Untuk mengetahui perbedaan motivasi secara simultan antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual
berbantuan media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang,
Kabupaten Karangasem
c. Hipotesis
1) Ho: Tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual
berbantuan media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang,
Kabupaten Karangasem..
Ha: Terdapat perbedaan motivasi berprestasi antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.
2) Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem
3) Ho : Tidak terdapat perbedaan motivasi secara simultan antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual
berbantuan media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang,
Kabupaten Karangasem
Ha : Terdapat perbedaan motivasi secara simultan antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem
6. Instrumentasi (Metode Pengumpulan Data)
Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan metode pengumpulan data yang disesuaikan
dengan tuntunan data dari masing-masing rumusan permasalahan. Berkaitan dengan
permasalahan yang dikaji pada penelitian ini maka ada dua jenis data yang diperlukan yakni
motivasi berprestasi dan hasil belajar IPA siswa. Oleh karena itu, data penelitian motivasi
berprestasi dan hasil belajar IPA yang diperoleh harus valid dan reliabel.
7. Desain Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan
a) Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment), karena tidak
dlakukan pengontrolan semua variable yang muncul, dan juga tidak dilakukan
pengendalian secara ketat seperti pada eksperimen murni. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah The Posttest-Only Control-Group Design. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem
tahun pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel penelitian melalui random sampling ,yang
dirandom adalah kelas, teknik pengambilan sampel dari populasi sangat sederhana dengan
mengambil secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi, dengan syarat anggota
populasi homogen.
b) Analisis Data
Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan teknik
MANOVA dengan taraf signifikansi 0,05 berbantuan SPSS 17.00 for windows.
c) Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah diuraikan kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut
Pertama, Terdapat perbedaan motivasi berprestasi antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual
berbantuan media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang,
Kabupaten Karangasem
Kedua, Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual berbantuan
media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang, Kabupaten
Karangasem
Ketiga, Terdapat perbedaan motivasi secara simultan antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajarana kontekstual
berbantuan media visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPA kelas IV di SD Gugus II, Kecamatan Abang,
Kabupaten Karangasem