Download - Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa
MATERI TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN JIWA
A. Teknik Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan
pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan parasimpatetis ini. Teknik relaksasi
semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan
kecemasan (Jacobson & Wolpe dalam Utami, 2002), membantu orang yang
mengalami insomnia (Friedman et.al. 1991), dan asma (Huntley, et.al., 2002).
1. Definisi
Relaksasi adalah suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan
dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya
gangguan (Oxford-University,1998). Tujuan dari teknik relaksasi adalah
mencapai keadaan relaks menyeluruh, mencakup keadaan relaks secara fisiologis,
secara kognitif dan secara behavioral, secara fisiologis, keadaan relaks ditandai
dengan penurunan kadar epinefrin dan non-epinefrin dalam darah, penurunan
frekuensi denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan
frekuensi napas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan otot,
metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada ekstremitas
(Townsend, 1977).
Manifestasi kognitif pada keadaan relaks adalah perubahan status
kesadaran dari beta dimana kondisi mental berada dalam keadaan siaga penuh
menjadi alfa yang menunjukkan status kesadaran, kemampuan menganalisa,
konsentrasi, kreativitas, dan proses meningkat. Sedangkan manifestasi behavioral
pada keadaan relaks adalah distraksi pada stimulus lingkungan menurun,
merespon pertanyaan yang diajukan walau tidak berniat melakukan interaksi
verbal, tenang, tanpa tanda-tanda kelelahan; tingkah laku umum seperti mata
menutup, rahang menegang, jari-jari membuka, dan kepala menyandar atau jatuh
kesamping (Townsend, 1977).
2. Jenis-Jenis Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi
respon internal individu terhadap nyeri. Lemone, et.all, 1996 menyebutkan bahwa
tindakan relaksasi mencakup 1) latihan pernapasan diafragma; 2) teknik relaksasi
progresif; 3) guided imagery; 4) meditasi. Beberapa contoh teknik relaksasi :
a. Teknik relaksasi pernapasan dalam (deep breathing)
Teknik pernapasan dalam merupakan teknik dasar dari
perkembangan teknik relaksasi lainnya. Dasar konsep teknik pernapasan
adalah semakin banyak paru terpenuhi oleh oksigen maka semakin turun
derajat ketegangan. Teknik relaksasi pernapasan bermanfaat karna efektif
mereduksi kecemasan (misal karena operasi), depresi, iritabilitas
(sensitif, cepat tersinggung ) ketegangan, kelelahan (Davis et.all,1995).
Teknik relaksasi dengan latihan nafas dalam sangat mudah
dilakukan kapan saja dan dimana saja yang dibutuhkan hanya posisi
paling nyaman (bisa duduk, berbaring, berdiri) taruh satu tangan diatas
perut yang lainya diatas dada kemudian ambil nafas sampai terasa
memenuhi seluruh kapasitas paru, tahan nafas sesaat keluarkan perlahan
melalui bibir seperti anda mau bersiul agar aliran udarah terkontrol,
rasakan perubahan kontur abdomen sewaktu dikosongkan, ulangi siklus
inspirasi-ekspirasi sambil terus fokuskan seluruh kesadaran pada suara
nafas, jalani latihan ini selama 5 sampai 10 menit (Townsend, 1977 ).
b. Guided imagery
Guided imagery adalah sebuah proses yang menggunakan
kekuatan pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri
memelihara kesehatan atau relaks melalui komunikasi dalam tubuh
melibatkan semua indra (visual, sentuhan, penciuman, penglihatan dan
pendengaran). Dengan begitu terbentuklah keseimbangan antara pikiran,
tubuh dan jiwa.
Tujuan dari guided imagery adalah mengarahkan secara lembut
seseorang ke dalam keadaandimana pikiran mereka tenang dan tetap.
Teknik guided imageri dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya
yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan
fokus pada nafas mereka. Klien didorong untuk relaks, mengosongkan
pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan yang membuat damai
dan tenang.
Klien dibawa menuju tempat spesial dalam imajinasi mereka
(misal: sebuah pantai tropis, air terjun, lereng pegunungan, dll), mereka
dapat merasa aman dan bebas dari segala gangguan (interupsi).
Pendegaran difokuskan pada semua detail dari pemandangan tersebut,
pada apa yang terlihat, terdengar dan tercium dimana mereka berada di
tempat special tersebut.
Dalam melakukan teknik ini,dapat juga digunakan uadiotape
dengan musik yang lembut atau suara-suara alam sebagai background,
waktu yang digunakan 10-20 menit. Manfaat guided imagery diantaranya
mengurangi stress dan kecemasan, mengurangi nyeri, mengurangi efek
samping, mengurangi tekanan darah tinggi, mengurangi level gula darah
(diabetes), mengurangi alergi dan gejala pernapasan, mengurangi sakit
kepala, mengurangi biaya rumah sakit, meningkatkan penyembuhan luka
dan tulang, dan lain-lain (Townsend, 1977).
c. Teknik relaksasi Progresif
Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti.
1. Definisi relaksasi Progresif
Edmund Jacobson (1929) dalam bukunya menjelaskan
bahwa teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam
yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti.
Berdasarkan kenyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada
kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan
ketegangan otot (Davis, dkk, 1995).
Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian
pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Murphy, 1996).
2. Pengunaan Teknik Relaksasi Progresif Mempunyai Keuntungan
a. Bagi individu yang mengunakan latihan relaksasi progresif akan
memberikan kesempatan yang baik untuk latihan, dengan
demikian akan meningkatkan keterampilan dasar relaksasi;
b. Bagi individu yang mengalami ketegangan kronis akan
menolong untuk mengelolah melemahkan rangsangan sehari –
hari;
c. Bagi individu yang menjadi tegang dalam situasi – situasi
khusus, (Bernstein dan Borkovic, 1973).
d. Sedangkan menurut Townsend, 1996 menjabarkan keuntungan
dari teknik ini adalah menurunkan ketegangan otot, kecemasan,
insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasma otot, nyeri
leher – punggung, tekanan darah tinggi, fobi ringan, dan gagap
ringan.
3. Posisi Dalam Melakukan Teknik Relaksasi Progresif
Posisikan tubuh secara nyaman yaitu dengan berbaring dengan
bantal dibawah kepala dan lutut, atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang.
4. Cara Melakukan Teknik Relaksasi Progresif
Cara melakukan teknik relaksasi progresif adalah:
a) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan bisep dan lengan
bawah (sikap Charles Atlas) selama lima sampai tujuh detik.
Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan tegangkan otot
sepenuhnya kemudian relaks.selama 12 sampai 30 detik.
b) Kerutkan dahi ke atas, pada saat yang sama tekan kepala
sejauh mungkin ke belakang, putar searah jarum jam dan
kebalikannya selanjutnya relaks; kemudian kerutkan otot
muka seperti menari: cemberut, mata dikedipkan, bibir
dimonyongkan kedepan lidah ditekan di langit-langit, dan
bahu dibungkukkan. Di lanjutkan selama lima sampai tujuh
detik. Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan tegangkan
otot sepenuhnya kemudian relaks.selama 12 sampai 30 detik;
c) Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik napas
dalam masuk, tekan keluar lambung, ditahan. Relaks. Nafas
dalam, tekan keluar perut, tahan, relaks; d) Tarik kaki dan ibu
jari ke belakang mengarah ke muka,tahan, relaks. Lipat ibu
jari, secara serentak kencangkan betis, paha, dan pantat
selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk
memikirkan rasanya dan tegangkan otot sepenuhnya
kemudian relaks.selama 12 sampai 30 detik. Selama
melakukan teknik relaksasi catat respon non verbal klien, jika
klien menjadi agitasi atau tidak nyaman, hentikan latihan ,
dan jika klien terlihat kesulitan relaxing hanya sebagian
tubuh,perawat melambatkan kecepatan latihan dan
berkonsentrasi pada bagian tubuh yang tegang. (Greenberg,
2002).
Berikut adalah langkah awal yang dilakukan adalah sebuah ruang
(dapat tertutup atau terbuka) yang memungkinkan udara bebas keluar
masuk sangat dianjurkan dalam latihan relaksasi. Kursi yang dapat
fleksibel naik dan turun (lihat gambar 1) lebih diutamakan daripada
tempat tidur sehingga dapat diletakkan di tempat-tempat yang
diinginkan.
Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai
otot otot yang dilatih:
1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang
dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan. Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat,
sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan
dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.
Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan
ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke
langit-langit.
3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps
adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan.
Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga
menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi
untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan
cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu
akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian
gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung
atas, dan leher.
5. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang
ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang
dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk
dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
ototototnya terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras
mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-
otot yang mengendalikan gerakan mata.
6. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang,
diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang.
7. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot
sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
8. Gerakan kesembilandan gerakan kesepuluh ditujukan untuk
merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan
diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat
beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada
permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher
bagian depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke
muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya.
Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.
9. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.
Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari
sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan
dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi tegang
dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks,
letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot
menjadi lemas.
10.Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk
melemaskan otototot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk
menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada
saat ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega.
Sebagaimana dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali
lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan
rileks.
11.Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketigabelas bertujuan untuk
melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik
kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut
menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas,
kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.
Gerakan 14 dan 15 adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki.
Gerakan ini dilakukan secara berurutan.
12.Gerakan keempatbelas bertujuan untuk melatih otot-otot paha,
dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat
gambar delapan) sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini
dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar delapan), sedemikian
sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur
relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru
setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing
dua kali.
B. Restrain
Pengekangan atau pengikatan fisik (restrain) pada klien gangguan jiwa dilakukan disaat berbahaya baik pada diri sendiri atau orang lain atau strategi yang lainnya sudah tidak dapat dijalankan secara efektif.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan pengekangan fisik (restrain) pada
klien gangguan jiwa, adalah sebagai berikut:
1. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena
harga diri klien berkurang karena pengekangan.
2. Siapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekangan yang aman dan
nyaman.
3. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman.
5. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
6. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, ikat dengan posisi anatomis,
ikatan tidak terjangkau oleh klien.
7. Lakukan supervisi dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa
nyaman.
8. Perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit: warna,
temperatur, sensasi; Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara
bergantian setiap 2 jam; Lakukan perubahan posisi tidur dan periksa tanda-
tanda vital setiap 2 jam)
9. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan kebersihan
diri.
10. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap.
11. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu
persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak
kemudian kembali ke lingkungan semula.
12. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien.
C. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan
keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang
pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat.
Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah
mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok
sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.
1. Tujuan
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah
meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan
balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan
kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau
perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi
kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah meningkatkan
identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan
ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan
ketrampilan ekspresi diri, social, meningkatkan kepercayaan diri,
empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan
masalah.
2. Karakteristik Pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik
klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien
dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri,
isolasi social : menarik diri, dan perubahan persepsi sensori.
3. Landasan Teori
a. Model Terapi Aktivitas Kelompok
1. Focal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan
berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah
membantu kelompok memahami konflik dan membantu
penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan pendapat antar
anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader
mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.
2. Model komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi,
bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok
menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan
ketrampilan interpersonal dan social anggota kelompok. Tugas
leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar
anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya
komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab
terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis :
verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang
disampaikan harus dipahami orang lain.
3. Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan
melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model
ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota
merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist
bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari
interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah
laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
4. Model psikodrama
Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk
berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau
peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota
diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang
pernah dialami.
b. Metoda
1. Kelompok didaktik
2. Kelompok social terapeutik
3. Kelompok insipirasi represif
4. Psikodrama
5. Kelompok interaksi bebas
c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
1. Orientasi realitas
Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang
mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan
tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus
internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus
eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat
membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien
sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri dan klien
mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik
klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham,
ilusi dan depersonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain, klien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal
dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.
2. Sosialisasi
Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau
dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi
dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan
tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta
menerima stimulus eksternal. Karakteritistik klien : kurang
berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan
ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak
social kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan
cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab
seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina
trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.
3. Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami
kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya
memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi
perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan
orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual,
mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien :
gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai,
menarik diri dari realita, inisiati atau ide – ide yang negatif,
kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan
mengikuti kegiatan.
4. Stimulasi sensori
Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang
mengalami kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan
kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran
jasmani, dan mengekspresikan perasaan.
5. Penyaluran energy
Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara
konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari destruktif menjadi
konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan
hubungan interpersonal.
d. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase –
fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan
kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan
kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan
keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi
yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing –
masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan
mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif
dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang
telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan
dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak
sukses atau sukses.
e. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
2. Sebagai leader dan co leader
3. Sebagai fasilitator
4. Sebagai observer
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
f. Pelaksanaan
Pelaksanaan dan uraian kegiatan sesuai macam terapi aktivitas
kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Lilik Ma'rifatul Azizah. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu