Download - MEISYA DWI PUTRI-FSH.pdf
PERANAN PERBANKAN SYARIAH DALAM MENCIPTAKAN STABILITAS MONETER DI SUDAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Meisya Dwi Putri NIM: 104046101590
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H / 2008 M
PERANAN PERBANKAN SYARIAH DALAM MENCIPTAKAN STABILITAS MONETER DI SUDAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Meisya Dwi Putri NIM: 104046101590
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERANAN PERBANKAN SYARIAH DALAM MENCIPTAKAN STABILITAS MONETER DI SUDAN telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 02 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.Ei) pada program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 02 Desember 2008 Mengesahkan Dekan Fakultas Syariah dan hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP : 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag.
NIP: 150289264 ( )
2. Sekretaris : Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag
NIP : 150290159 ( )
3. Pembimbing I : Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM.
NIP: 150210422 ( )
4. Penguji I : Prof. Dr. H. Fathurrhman Djamil, MA.
NIP: 150222824 ( )
5. Penguji II : A.M Hasan Ali, M.Ag.
NIP: 150370226 ( )
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 04 November 2008
Meisya Dwi Putri
ABSTRAK
Tujuan penulis mengangkat karya ini, yaitu penulis berharap dengan adanya pembahasan mengenai perbankan syariah dan peranannya terhadap stabilitas moneter di Sudan, dapat menjadi contoh untuk negara Indonesia yang masih menggunakan sistem konvensional pada setiap kegiatan ekonomi dalam pemerintahan, dan dalam kegiatan perbankan. Meskipun bank syariah sudah mulai berkembang, namun bank syariah belum cukup berperan dalam menjaga kestabilan ekonomi di Indonesia.
Dalam karya ilmiah ini akan dijawab dari permasalahan yang telah
dirumuskan yaitu bagaimana peranan perbankan syariah dalam menciptakan stabilitas moneter di Sudan dan bagaimana keadaaan ekonomi Sudan setelah dan sebelum menggunakan sistem ekonomi syariah.
Dari perumusan masalah dapat diketahui bahwa, setelah Sudan melakukan
Islamisasi terhadap sistem perekonomianya, peran bank syariah cukup membantu mencapai stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Sudan.
Untuk itu sebelumnya, perlu juga mengetahui bagaimana sejarah kebijakan
moneter Islam, perbankan Islam, pengertian stabilitas moneter dan pencapaian stabilitas moneter, serta kebijakan moneter pada zaman Rasulullah.
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, dan jenis penelitianya
menggunakan Library Research yaitu penelitian kepustakaan, dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui data primer dan data sekunder, Subjek yang akan diteliti ialah negara Sudan, sedangkan objek penelitiannya ialah perbankan syariah di Sudan. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Melalui instrumen-instrumen yang digunakan yaitu instrumen yang sesuai
dengan syariah Islam, dengan bertahap Sudan mampu memperbaiki ekonominya. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat, namun hal itupun dipengaruhi oleh kondisi di dalam negara Sudan, jika terjadi konflik maka kestabilan ekonomi mudah terguncang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan rahman Nya,
dan salawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah SWT untuk seluruh umat manusia
di dunia sebagai penuntun kehidupan ini. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyusun karya tulis ini, di antaranya:
1. Kepada Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus dosen pembimbing dalam pembuatan skripsi ini Bapak Prof. Dr.
H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Terima kasih banyak penulis
haturkan kepada Beliau yang bersedia menjadi pembimbing dan
meluangkan waktu untuk penulis serta membantu penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag Ketua Program studi Muamalat (Ekonomi Islam).
3. Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag Sekertaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu mendukung gerak
dan laju penulis dalam dunia perkuliahan dan seluruh staff akademik dan
administrasi yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama
melaksanakan studi.
5. Pengurus dan Staff perpustakaan Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah yang telah meluangkan waktu memberikan fasilitas dan
beberapa referensi untuk penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada seorang wanita yang membesarkan walau tak melahirkan, yang
mengantarkan ku pada mimpi-mimpi masa depan oleh hangat belaian
tangannya, dialah nenek Hj. Siti Sutimah. Kepada seorang lelaki yang
sangat penulis cintai dialah kakek H. Karim Suryadi, terima kasih karena
telah membesarkan penulis, kasih sayang kalian tak akan pernah dapat
terbalas dengan apapun jua. Kepada ayahanda Andi Yusuf Fakihuddin dan
Ibunda Marwati, terima kasih atas semuanya, dan kepada teteh ( Ayu) dan
adik-adik ( Tia dan Diaf) terima kasih atas semangatnya walau kita jauh,
walau kita tak hidup bersama dalam satu atap. Dan untuk keluarga penulis
yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak untuk
dukungannya.
7. Teman-teman seperjuangan didalam perahu Ekonomi Islam, dalam
mengarungi bahtera waktu demi cita-cita dan harapan, suka dan duka kita
bersama. Kalian adalah kenangan yang tak akan terlupakan ketika muda
jauhi kita. Romai dan teman-teman lainya Terima kasih untuk saran-saran,
nasihat-nasihat untuk penulis yang sangat bermanfaat, semoga kita menjadi
generasi berikutnya dalam memperjuangkan ekonomi Islam di negara ini.
8. Untuk sahabat-sahabat penulis dari (MAN 4 Model Jakarta). Ulfa, Mahbub,
Zaenal, Adji terima kasih semangat yang telah kalian berikan, semoga
persahabatan di antara kita tak akan lekang dimakan waktu, dan semoga kita
semua menjadi manusia-manusia yang bermanfaat, Amin.
9. Untuk Donie Kadewandana Malik, terima kasih atas semangat dan motivasi
untuk mewujudkan cita-cita bersama, sekaligus editor dalam pembuatan
skripsi ini, banyak hal yang penulis dapat dalam pembuatan skripsi darinya
yang menyangkut tata cara pembuatan skripsi.
Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan
balasan dan pahala yang setimpal kepada mereka atas jasa-jasa yang diberikan.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi para
pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR ...........................................................................................i DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Perumusan Masalah........................................................................ 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 11 D. Tinjauan Pustaka............................................................................. 12 E. Metode Penelitian .......................................................................... 12 F. Sistematika Penulisan......................................................................15
BAB II KERANGKA TEORETIS
A. Sejarah Kebijakan Moneter Islam...................................................18 B. Perbankan Islam..............................................................................20 C. Pengertian Stabilitas Moneter dan Pencapaian Stabilitas
Moneter............................................................................................31 D. Kebijakan Moneter pada Zaman Rasulullah.....…..........................42
BAB III GAMBARAN UMUM PERBANKAN SYARIAH DI SUDAN
A. Sejarah Perbankan Syariah Sudan.................................................. 51 B. Manajeman Moneter yang digunakan Sudan.................................54 C. Instrumen Moneter yang digunakan Sudan.....................................56 D. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah di Sudan.....................63 E. Akad Bank Syariah di Sudan...........................................................68 F. Produk Perbankan Syariah di Sudan................................................71
BAB IV PERANAN PERBANKAN SYARIAH TERHADAP STABILITAS MONETER DI SUDAN A. Peranan Perbankan Syariah Terhadap Stabilitas Moneter di
Sudan...............................................................................................76 B. Ekonomi Sudan Sebelum dan Sesudah Islamisasi........ .............. 84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................90 B. Saran...............................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................93 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah bank syariah dewasa ini bukan merupakan hal asing bagi masyarakat
Indonesia. Diawali pada tahun 1992 dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia
sebagai bank syariah pertama, di saat bank-bank konvensional terkena krisis moneter,
bank syariah tetap digdaya dan kini bank syariah semakin banyak diminati oleh
berbagai lapisan masyarakat, termasuk masyarakat yang beragama non muslim.
Sehingga, banyak bank konvensional membuka unit khusus bank syariah.1
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia
sudah seyogyanya jika kehadiran bank syariah menjadi suatu hal yang diharapkan.
Tidak hanya untuk memperkuat perekonomian masyarakat, tetapi lebih dari itu juga
sebagai sarana mengoptimalkan wujud ketaatan sebagai seorang muslim.
Syariah merupakan suatu aturan yang menyangkut hukum yang berlaku yang
dibebankan kepada mukallaf (orang-orang yang berakal), mengenai apa yang harus
dijauhi dan yang harus dikerjakan sesuai dengan perintah-perintah dan larangan-
larangan dalam Al-Qur’an dan Hadis.
1Karnaen Perwataatmaja dan Henry Tanjung, dalam Pengantar Penerbit, Bank Syariah: Teori,
Praktik, dan Peranannya (Jakarta: PT. Senayan Abadi, 2007), hal. v
Islam sebagai Ad-din mengandung ajaran yang komprehensif dan sempurna
(Syumul). Yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek ibadah,
tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam.
Kesempurnaan Islam itu tidak saja diakui oleh intelektual muslim, tetapi juga
para ilmuan dari barat. Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia
adalah aspek ekonomi (Mu’amalah/Iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi
cukup banyak, baik dalam Al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijtihad para ulama. Hal ini
menunjukan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besar. Ayat yang
terpanjang dalam Al-Qur’an yaitu ayat 282 dalam surat Al-Baqarah yang berisi
tentang masalah perekonomian, bukan masalah ibadah (Mahdhah) atau Aqidah.
Kemudian Allah meminta kepada hambaNya untuk masuk Islam secara kaffah atau
menyeluruh, perintah ini pun tercantum dalam Firman Allah SWT dalam surat Al-
Baqarah ayat 208 dan ayat 85.
Ayat tersebut mewajibkan kaum muslimin supaya masuk ke dalam Islam
secara utuh dan menyeluruh. Namun sangat disesalkan, dalam bidang dan aktivitas
ekonomi, banyak sekali umat Islam mengabaikan ajaran ekonomi syariah dan
bergumul dengan sistem ekonomi ribawi.2
Pemikiran ekonomi Islam lahir dari kenyataan bahwa Islam adalah sistem
yang diturunkan Allah kepada umat manusia untuk menata berbagai aspek
kehidupanya di seluruh ruang dan waktu. Islam dengan begitu merupakan konsep
2Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII)
tentang sebuah proyek peradaban. Dan peradaban selalu berdiri di atas tempat
kerangka ini yaitu bumi, tanah, waktu, manusia dan sistem. Jadi tanah merupakan
Land Scape peradaban umat manusia sepanjang masa. Jika manusia berasal dari tanah
dan seluruh kehidupan biologisnya untuk survive (bertahan hidup) secara keseluruhan
disuplai dari tanah, maka hubungan manusia dengan tanah merupakan sesuatu yang
azali dan primer. Dalam pengertiannya yang sangat natural, ekonomi sesungguhnya
membahas hubungan antara manusia dengan tanahnya sebagai proses
mempertahankan dan melanjutkan serta menikmati kehidupannya.3
Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka
panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (Falah). Chapra menyatakan
Falah berarti terpenuhinya kebutuhan individu masyarakat dengan tidak
mengabaikan keseimbangan makro ekonomi (kepentingan sosial), keseimbangan
ekologi dan tetap memperhatikan nilai-nilai keluarga dan norma-norma.
Baru tiga dasawarsa menjelang abad 21, muncul kesadaran baru umat Islam
untuk mengembangkan kembali kajian ekonomi syariah. Ajaran Islam tentang
ekonomi, kembali mendapat perhatian serius dan berkembang menjadi disiplin ilmu
yang berdiri sendiri. Pada era tersebut, lahir dan muncul para ahli ekonomi syariah
yang handal dan memiliki kapasitas keilmuan yang memadai dalam bidang
Muamalah. Sebagai realisasi dari ekonomi syariah, maka sejak tahun 1975
didirikanlah Internasional Development Bank (IDB) di Jeddah. Setelah itu, di
3
Wawasan Islam dan Ekonomi: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997)
berbagai negara baik negeri-negeri muslim maupun bukan, berkembang pula
lembaga-lembaga keuangan syariah.
Sekarang di dunia telah berkembang lebih dari 400-an lembaga keuangan dan
perbankan yang tersebar di 75 negara, baik di Eropa, Amerika, Timur Tengah
maupun kawasan Asia lainnya. Perkembangan aset–aset bank mencatat jumlah
fantastis yaitu 15 % setahun. Kinerja bank – bank Islam cukup tangguh dengan hasil
keuntungannya di atas perbankan konvensional.4
Sehubungan dengan penggunaan otoritas moneter yang dilakukan bank
sentral, sebagai pemegang kendali money supply untuk mencapai tujuan kebijakan
moneter yang salah satunya yaitu pertumbuhan ekonomi. Dilakukan dengan
menetapkan target yang menggunakan beberapa instrumen pokok dari kebijakan
moneter dalam teori konvensional yang selama ini diterapkan yaitu kebijakan pasar
terbuka, penentuan cadangan wajib minimum, penentuan discount rate, moral
suasion yang bersifat himbauan atau bujukan kepada bank untuk meningkatkan
permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka, ketika ekonomi berada dalam
keadaan depresi.
Instrumen moneter pada bank syariah yaitu dengan menggunakan prinsip
syariah. Dalam ekonomi Islam, bank sentral tidak dapat menetapkan kebijakan
discount rate seperti pada instrumen moneter konvensional. Bank sentral memerlukan
instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan moneter dalam ekonomi
4Agung Coriandri, Kehebatan Ekonomi Syari’ah, artikel diakses pada 15 Maret 2008 dari
http://[email protected]
Islam. Penghapusan sistem bunga tidak menghambat bank untuk mengontrol jumlah
uang beredar dalam ekonomi. Secara mendasar terdapat instrumen kebijakan moneter
dalam ekonomi Islam, antara lain yaitu:
1. Reserve ratio
2. Moral suassion
3. Lending ratio
4. Refinance ratio
5. Profit sharing ratio
6. Islamic sukuk
7. GIC (goverment investment certivicate)5
Dari ke tujuh instrumen kebijakan moneter di atas akan dipaparkan
pengertiannya satu persatu pada bab selanjutnya.
Seiring kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank sentral, tentunya
bank sentral tidak hanya melakukan tugasnya sendiri, melainkan bank sentral
membutuhkan dukungan dari bank-bank komersil lainnya yang berada dibawah
naungan bank sentral. Untuk pencapaian sistem moneter yang baik, otoritas moneter
harus melakukan pengawasan pada keseluruhan sistem. Sektor moneter adalah
jaringan penting yang mempengaruhi sektor ekonomi rill. Sehingga kebijakan
moneter merupakan instrumen penting atas kebijakan publik dari sistem ekonomi
5Karnaen Perwataatmaja dan Henry Tanjung, Bank Syariah, hal. 160
modern. Pada ekonomi Islam hal itu juga benar, namun terdapat perbedaan pada
tujuan dasar yaitu pelarangan bunga dalam Islam6.
Bank syariah diartikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasianya didasarkan pada prinsip ekonomi Islam.
Perbankan syariah sebagai lembaga yang menjalankan tugas fungsional sebagai
perantara keuangan antara pihak yang uangnya berlebih (surplus unit) kepada pihak
yang kekurangan uang (defisit unit), secara konseptual bank syariah memiliki fungsi
sebagai perantara, sekaligus katalisator bagi terciptanya berbagai transaksi
perekonomian.
Interaksi antara bank dengan pelaku ekonomi atas dasar prinsip keadilan, yang
memungkinkan terjadinya realokasi sumber-sumber dana secara lebih merata ke
segenap unit ekonomi yang membutuhkan, dan tersalurnya kembali seluruh dana
masyarakat kedalam roda perekonomian secara riil. Dengan demikian, bank syariah
mungkin akan menciptakan keseimbangan antara sektor keuangan dan sektor riil
yang secara positif dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi secara optimal
dan semua potensi ekonomi bagi kesejahteraan umat.
Pada gilirannya, akan tercipta berbagai lapangan kerja dan kesempatan
berusaha yang lebih luas dan merata. Dengan demikian, persoalan kemiskinan dan
pengangguran akan dapat teratasi.7
6Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002)
Terdapat fenomena yang menarik sebagai penyebab krisis moneter yang
melanda Indonesia, seperti pendekatan jumlah uang beredar telah dipilih oleh otoritas
moneter semenjak kebijakan moneter Indonesia beralih dari sistem pengendalian
moneter langsung ke sistem pengendalian moneter tidak langsung pada tahun 1983,
sistem pengendalian tidak langsung mengandalkan peran pasar keuangan dalam
mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor riil. Sangat disadari bahwa pasar
keuangan belum berjalan efisien mengingat pasar keuangan belum berkembang pada
saat itu, pada waktu itu pemerintah berkeyakinan bahwa secara bertahap mekanisme
pasar akan semakin efisien sejalan dengan berkembangnya pasar keuangan.8
Pada tahun 1983 merupakan suatu langkah awal memodernisasikan bidang
moneter di Indonesia. Dengan dilepasnya sistem pengendalian moneter secara
langsung seperti penetapan suku bunga simpanan dan kredit bank. Pelaksanaan
kebijakan moneter mengandalkan pada uang primer sebagai target operasional,
dengan target nilai tukar nominal sebagai jangkar (anchor) kebijakan.
Dengan sasaran akhir yang beragam, kebijakan moneter sulit dilakukan secara
terfokus karena adanya benturan kebijakan moneter dalam rangka menekan laju
inflasi dengan upaya menekan pertumbuhan ekonomi, perkembangan yang sangat
cepat di pasar keuangan akibat serangkaian deregulasi dan semakin terintegrasinya
7Muhammad Alim, Peran Perbankan Syariah dalam Menggerakan Sektor Ekonomi Rill,
Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah, edisi 14 thn II-Februari, 2008 8Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, (Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2008), hal. 95-96
perekonomian domestik dengan luar negeri menyebabkan hubungan antara agregat
moneter dengan output dan inflasi menjadi tidak stabil.
Akibatnya, kebijakan moneter berdasarkan pendekatan kuantitas menjadi
berkurang efektifitasnya. Pada tahun 1998 kebijakan moneter memasuki suatu
periode pengetatan, terutama untuk mencegah terjadinya hiperinflasi, yaitu dengan
upaya menghentikan semua bentuk ekspansi moneter agar tidak terjadi kelebihan
likuiditas dalam perekonomian. Bank sentral menerapkan kembali kebijakan moneter
ketat yang sempat kehilangan kendalinya ketika terpaksa harus menyalurkan
pinjaman likuiditas besar-basaran kepada perbankan untuk menghentikan rush.9
Pada saat ini Indonesia sedang mengembangkan tingkat pertumbuhan
perbankan syariah, bank syariah telah membuktikan kemampuannya dalam menahan
goncangan terutama pada saat krisis global yang melanda negara- negara di dunia
termasuk Indonesia. Hal ini telah mematahkan ketangguhan sistem kapitalis yang
selama ini diterapkan, meskipun demikian bank-bank di Indonesia belum sepenuhnya
menggunakan prinsip syariah, sehingga perbankan syariah belum banyak ikut serta
dalam menciptakan kestabilan moneter di Indonesia.
Oleh karena itu penulis mencoba memasukan negara Sudan sebagai contoh
kasus, dimana Bank Sentral Sudan telah menerapkan sistem moneternya dengan
prinsip syariah. Sebelum melakukan Islamisasi, selama beberapa tahun bank-bank
syariah di Sudan beroperasi berdampingan dengan bank-bank konvensional (dual
banking system), bank-bank tersebut sebelumnya telah dinasionalisasi pada tahun
9 Ibid, hal. 97
1970. Faisal Islamic Bank of Sudan mulai beroperasi sejak 1978 dengan dekrit
khusus, disusul pada 1983 oleh El Tadamon Islamic Bank, Sudanese Islamic Bank,
dan Islamic Coperative Development Bank (dimiliki oleh lembaga-lembaga koperasi),
dan pada 1984 Al Baraka Bank dan Islamic Bank of Western Sudan. Namun kondisi
ini berubah pada September 1984 ketika seluruh sistem perbankan “diislamisasi”
Sebelum sistem perbankan diislamisasi Bank Sentral Sudan (Central Bank Of
Sudan-BOS) sangat tergantung pada instrumen langsung, yaitu: Interest Rate
Controls, Credit Ceiling, Statutory Liquidity Ratio, Bank Rate (rediscount rate).
Instrumen ini tampak sangat efektif pada awalnya, sebab pada waktu itu ekonomi
Sudan ditandai dengan sistem keuangan tidak ada persaingan (non- competitive
financial), pasar modal primer dan sekunder kurang dikembangkan serta adanya
kelangkaan modal. Sekalipun begitu, instrumen yang demikian mengarahkan pada
distorsi sumber daya bank, campur tangan pemerintah dengan mekanisme harga,
pendistribusian kredit, kesalahan alokasi dan distrorsi kompetisi dengan pembebanan
hambatan manajemen aset bank. Sebagai hasilnya BOS mengambil jalan instrumen
tidak langsung (indirect instrument) seperti persyaratan cadangan (reserve
requitment) dan operasi pasar terbuka (open market operation), (pembelian dan
penjualan sekuritas pemerintah).10
Dengan begitu sangat diharapkan Indonesia bisa mengikuti langkah Sudan,
yaitu mengislamisasikan sistem perekonomian terutama di sektor perbankan. Setelah
10Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002)
diketahui bahwa sistem konvensional atau kapitalis yang selama ini digunakan tidak
berhasil membawa rakyat Indonesia kepada kesejahteraan. Karena sistem ini
berasaskan pada sekulerisme yaitu memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama, dan
tidak memasukan unsur norma ataupun aturan tertentu, sedangkan Allah SWT
menyuruh hambanya untuk berpegang pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai syariat.
Dimana ada sebuah kalimat bijak yang mengatakan bahwa ”akal tanpa
panduan Al-Qur’an akan menjadi musibah, dan Al-Qur’an tanpa bimbingan akal akan
tersesat”, dalam hal ini ekonomi Islam adalah sebuah ajaran yang bertujuan
memberikan solusi hidup yang lebih baik tanpa mengabaikan ajaran-ajaran agama.
Sedangkan ilmu ekonomi hanya mengantarkan kita kepada pemahaman bagaimana
kegiatan ekonomi berjalan.
Sedangkan proses integrasi antara filosofi ekonomi ke dalam ilmu ekonomi
murni disebabkan adanya pandangan bahwa kehidupan di dunia tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan akhirat, semuanya harus seimbang karena dunia adalah
ladang sawah akhirat. Apa return yang kita peroleh di akhirat nanti akan bergantung
pada apa yang kita investasikan selama di dunia.11
11Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, (Jakarta, November, 2003) h.6-7
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis mencoba merumuskan
masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan perbankan syariah dalam menciptakan stabilitas moneter
di Sudan?
2. Bagaimana keadaaan ekonomi Sudan setelah dan sebelum menggunakan
sistem ekonomi syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana peranan perbankan syariah dalam
menciptakan stabilitas moneter di Sudan?
b. Untuk mengetahui bagaimana keadaaan ekonomi Sudan setelah dan
sebelum menggunakan sistem ekonomi syariah?
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis. Skripsi ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
tentang ekonomi Islam, serta memberikan kontribusi khususnya dalam
pengembangan perbankan syariah di negara muslim yang market
share perbankan syariahnya sudah besar seperti negara Sudan.
b. Secara praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal
bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain juga memberi masukan
akademis, tentang peranan perbankan syariah dalam menciptakan
stabilitas moneter kasus Sudan.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini bukanlah jenis penelitian terdahulu yang dilanjutkan. Namun
penelitian ini adalah awal dari judul yang di angkat oleh penulis, karena belum ada
yang mengangkat jenis penelitian ini dengan judul yang sama sebelumnya. Sehingga
penulis tidak mencantumkan studi terdahulu pada karya ilmiah ini.
Dalam penelitian ini penulis mengambil bahan referensi dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan judul skripsi. Seperti buku-buku yang berkaitan dengan Teori
Perbankan, Ekonomi Islam, Moneter Islam dan Perbankan Syariah, dan buku-buku
yang menyangkut tentang perbankan Islam di Sudan diantaranya: Ascarya “ Akad
Dan Produk Perbankan Syariah”, Muhammad “ Kebijakan Moneter Dan Fiskan
Dalam Ekonomi Islam”, Adiwarman A. Karim “ Ekonomi Mikro Islam”, serta buku
yang berkaitan dengan bank-bank Islam di negara muslim seperti dalam buku
Muhammad Amin Suma “Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan
kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek
analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan
budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk
memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.
Pendekatan kualitatif tidak menggunakan prosedur statistik dalam
pendekatannya, melainkan dengan berbagai macam sarana. Sarana tersebut antara
lain dengan wawancara, pengamatan, atau dapat juga melalui dokumen, naskah,
buku, dan lain-lain.12
Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu
pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti
kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat
utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus
terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat,
peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian,
interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.13
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis melakukan proses penelitian melalui
interprestasi data, guna untuk pencapaian pemahaman melalui kata yang dianalisis
sebelumnya yang didapat dari berbagai macam media seperti buku-buku, artikel, dan
dokumen yang berhubungan dengan judul skripsi ini.
12Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Penerjemah
Muhammad Shodia dan Imam Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 4. 13
Ibid., h. 303.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah library research (penelitian
kepustakaan), yaitu data-data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan
dengan judul skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu
data sekunder. Dimana data sekunder (Secondary-Sources), yaitu berupa tulisan lain
yang mendukung tema skripsi, yang diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti media
cetak dan elektronik.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek yang akan diteliti ialah negara Sudan, sedangkan objek penelitiannya
ialah perbankan syariah di Sudan.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Yaitu analisis yang cara kerjanya diawali dengan menggambarkan masalah,
mengumpulkan, menyusun, dan menyeleksi data, lalu data-data yang terkumpul
dianalisa dan diinterpretasikan.
Teknik Penulisan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku
pedoman yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah buku Pedoman
Penulisan Skripsi yang disusun oleh Tim Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005.
F. Sistematika Penulisan
BAB I Membahas Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan
BAB II Membahas Pengertian Perbankan Islam, Pengertian Stabilitas Moneter
dan Pencapaian Stabilitas Moneter serta Kebijakan Moneter pada
zaman Rasulullah.
BAB III Membahas Sejarah Perbankan Syariah di Sudan, Manajeman
Moneter Sudan, Instrumen Moneter yang digunakan Sudan
BAB IV Membahas Peranan Perbankan Syariah terhadap Stabilitas Moneter
di Sudan dan perekonomiannya sebelum dan sesudah melakukan
Islamisasi
BAB V Membahas Kesimpulan dan Saran
BAB II
KERANGKA TEORETIS
Implementasi kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dari
kebijakan ekonomi makro lainya, seperti kebijakan fiskal, sektoral, dan kebijakan
lainya. Semuanya mengarah pada satu tujuan akhir, yakni kesejahteraan sosial
masyarakat atau sosial welfare. Secara keseluruhan, kebijakan fiskal merupakan
kebijakan yang terkait dengan anggaran pemerintah, bersama-sama dengan kebijakan
moneter mempengaruhi sisi permintaan (demand side) dalam perekonomian,
kebijakan sektoral seperti kebijakan di bidang perdagangan, perindustrian,
pertambangan, pertanian, tenaga kerja, dan lain-lain, yang mempengaruhi sisi
penawaran (supply side).14
Dalam perekonomian, pemerintah sebagai regulator bertugas untuk mengatur,
dan mengendalikan kontrol atas jalannya roda perekonomian agar negara mampu
memajukan ekonominya sehingga banyak rakyat yang dapat hidup dengan layak,
damai dan sejahtera. Dewasa ini tidak ada satu negara pun yang tidak menjadikan
pemerintah sebagi salah satu pihak yang ikut campur tangan dalam kegiatan
perekonomian meskipun wewenang atau otoritas yang dimilikinya berbeda-beda
antara pemerintah di satu negara dengan pemerintah negara lain. Pemerintah memiliki
kemampuan untuk memenuhi tugas-tugasnya (mengatur, mengendalikan, dan
14Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, edisi 1 (Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2008), hal. 910.
mengontrol jalannya roda perekonomian) mengingat pemerintah memiliki alat-alat
negara yang berkemampuan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu tidaklah
berlebihan jika dikemukakan bahwa pada dasarnya pemerintahlah yang menjadi
penguasa tunggal di dalam perekonomian. Adapun bentuk-bentuk kekuasaan
pemerintah di lapangan perekonomian seperti yang dikemukakan J.E Meade adalah:
� Banking system (sistem perbankan), yang biasa juga disebut monetary
authority (penguasa moneter). Terutama yang berhubungan dengan lembaga-
lembaga yang bertugas menetapkan banyaknya uang dan mengendalikan
peredaraannya di dalam masyarakat.
� Fiscal authority (penguasa fiskal) yaitu semua lembaga pusat maupun daerah
yang bertugas mengatur penerimaan dan pengeluaran dana-dana pemerintah
(pusat maupun daerah) terutama yang berhubungan dengan perpajakan.
� Coomercial authority (penguasa perdagangan) yaitu suatu bentuk kekuasaan
pemerintah untuk mengatur lalu lintas perdagangan, misalnya tentang
pengaturan ekspor impor, jenis-jenis barang dagangan, pengaturan para
pedagang, pengacara dan lain sebagainya.
� Exchange control (pengendalian devisa), yang dimaksudkan adalah kekuasaan
pemerintah yang bertanggung jawab atau yang mengatur kelembagaan berikut
kontrol dan pengendaliannya atas pembiayaan yang dilakukan oleh suatu
daerah.15
15M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam (Ciputat: Kholam Publishing, 2008) hal. 168-169.
Kebijakan ekonomi makro dikatakan optimal apabila terdapat suatu
koordinasi antar kebijakan yang mengarah pada pencapaian sasaran secara
keseluruhan sehingga dampak yang kurang menguntungkan dapat dihindari.16
Ekonomi mikro menyuguhkan kajian teori ekonomi yang membahas perilaku
pelaku ekonomi yang lebih kecil yaitu konsumen individu atau perusahaan atau
setidaknya satu industri. Kajian lama dan tradisional selalu menyebutkan bahwa teori
ekonomi mikro sebagai teori harga, sedangkan ekonomi makro membahas
sekelompok masyarakat, masyarakat dunia dan negara, dalam kajian tradisional
ekonomi makro disebut sebagai teori pendapatan.17 Kedua kajian itu menyuguhkan
prinsip-prinsip yang sering dijadikan sebagai suatu hukum ekonomi yang digunakan
sebagai pedoman untuk mengambil keputusan.
A. Sejarah Kebijakan Moneter Islam
Sistem keuangan pada zaman Rasulullah digunakan Bimetalic Standard yaitu
emas dan perak (dirham dan dinar) karena keduanya merupakan alat pembayaran
yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukar emas dan perak pada masa
Rasulullah ini relatif stabil dengan nilai kurs dinar-dirham 1:10. Namun demikian
16Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro
dan Makro (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000) 17Iskandar Putong, Teori Ekonomi Mikro, Kajian Konvensional dan Wacana Syariah (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005), hal. 4-5.
stabilitas nilai uang pernah mengalami gangguan karena adanya disequilibrium antara
supply dan demand.18
Pada masa yang lain, pernah nilai tukar dinar dan dirham mengalami berbagai
fluktuasi dengan nilai yang paling rendah pada level 1:35 sampai dengan 1:50.
Instabilitasi dalam nilai tukar uang ini akan menimbulkan uang kualitas buruk
menggantikan uang kualitas baik ( bad coins to drive good coins out of circulations).
Ketika itu perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami tiga kali
evolusi yaitu:
� The gold coin standard: dimana logam emas mulia sebagai mata uang yang
aktif dalam peredaran.
� The gold billion standard: dimana logam emas bukanlah alat tukar yang
beredar namun otoritas moneter menjadikan logam emas sebagai parameter
dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar
� gold exchange standard (bretton woods system): dimana otoritas moneter
menentukan nilai tukar Domestic Currency dengan Foreign Currency yang
mampu di Back-Up secara penuh oleh cadangan emas yang dimiliki. Dengan
sistem keuangan yang demikian pesat telah memunculkan uang fiducier
(Credit Money) yaitu uang yang keberadaannya tidak di Back-Up oleh emas
dan perak.19
18Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 177. 19
Ibid hal. 178.
B. Perbankan Islam
Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari banco dalam
bahasa Italia, yang berarti peti atau lemari atau bangku. Kata peti atau lemari
menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti
emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Rupanya berasal dari kebiasaan yang
berlaku di zaman dulu, ada orang yang ingin menukar uang, dan dilayani di pinggir
jalan dengan satu meja, orang yang duduk menghadapi meja disebut ”bancherii”,
kemudian menjelma menjadi bankir. Bank telah ada sejak zaman kerajaan Babilonia,
zaman Yunani, Romawi, dimana bankirnya adalah para pendeta-pendeta, dan
uangnya tersimpan di candi-candi yang telah terjamin keamanannya.
Dalam Al-Qur’an istilah bank tidak disebutkan secara explisit. Tetapi jika
yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,
manajeman, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas,
seperti zakat, shadaqah, ghanimah (rampasan perang), ba’i (jual beli), dayn (utang
dagang), maal (harta), dan sebagainya yang memiliki kegiatan tertentu dalam
kegiatan ekonomi.20
Umumnya yang dimaksud dengan perbankan Islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang oprasinya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
syariah. Kegiatan perbankan akan selalu berkaitan dengan pemindahan uang dari
20 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2003) hal. 27.
yang surplus sampai kepada yang defisit, atau orang yang meminta pembiayaan
seperti kredit. Dimana si peminjam diharuskan memberikan asetnya sebagai jaminan,
selain itu juga terdapat juga jual beli surat-surat berharga seperti cek wesel, surat
wesel dan kertas dagang.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 mengenai
perbankan syariah , dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga yang melaksanakan tiga
fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan
jasa pengiriman uang.
Dalam menjalankan kegiatannya bank-bank Islam harus mematuhi syariat-
syariat Islam, diantaranya kegiatan transaksi yang dilakukan harus bebas dari unsur
riba dan gharar, dan bank syariah tidak boleh menyetujui nasabah yang mengajukan
pembiayaan untuk modal usaha, dimana usaha yang akan dirintis adalah usaha yang
tidak halal dan bertentangan dengan hukum-hukum Islam, seperti membuka usaha
diskotik, menjual minum-minuman berakohol dan lain sebagainya.
Pelarangan riba yang menjadi dasar adanya perbankan syariah merupakan
landasan atau acuan dalam menerapkan sistem bagi hasil atau profit and loss sharing.
Allah SWT menerangkan melalui Al-Quran dan Hadis tentang pelarangan riba,
seperti pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275-279 sebagai berikut:
������� �� ��������
�� ������ �� �� �� � �� !�"
#☺⌧& �' � �� (����
*+,-.#/�0�� 234,5678� 92��
:��#☺5� � #;��<4= >?@ABC�"�
�D +�4� #☺AB" E56�;5�
�FH�� �� ������ I JF#*CKLC
M� #E56�;5� �'��#*LC
�� ������ � 2#☺4� NOL+��#2
PQ4���> �� 2�R� S�*"O��T
�T#@�0B4� N�K44� �� #O�#U
VNO��5�CKLC WOX" Y� � �Z��LC
#[�� #;]A34��C^�4� ,�3#4_`CK
TJa� � >?�b Qcd��
�eC�"3#9 fgh"i j#4_☺�� M�
�� ������ T"�>���LC
�k34�#lmn� I M�LC �� o�p4��
JF+& qT7V⌧& sE�tCK fgh�i J�"
������� � �a��L+ � ���☺��LC
�k3#4"�3mn� � ��4�CKLC
Ou� O�mn� �v 4L+LC
Ou� ��Jw� t@4� >?�b��_yCK
#la�� >?"@"O�LT ��LC E> #9
>?"@5[O��z ��LC >?�b �e B�w4��
fghhi #@{�C�A3�� �������
� �a��L+ � � | ��
�CvT4=LC �� LWp}�� 92��
� ������ �" t0a+&
�~��a��4{� fgh�i �"�4� >?��
� ��#�5V4 � B4=��4� ��>�#4"�
92�R� Y� S�K"� ULTLC � �" LC
t0>.� >?�.O�4� vJCv+vT
>?�.��<L 5�CK �� �e ☺"�_�4 ��LC
�e ☺O�_�� fgh�i
Artinya: ”orang-orang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang-orang yang kemasukan syeitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba,
maka baginya apa yang telah diambilnya dulu(sebelum datang larangan), dan
urusannya terserah kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamny(275) .Allah
memusnahkan Riba dan menyuburkan shedekah, dan Allah tidak menyukai oarang-
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa(276). Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan sembahyang dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati(277). Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut)jika kamu orang-orang yang beriman(278). Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketauhilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok
hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak di zalimi(279).
Karenanya akan banyak dampak yang terjadi diakibatkan olehnya, sudah kita
ketahui bahwa sistem bunga (riba) digunakan oleh bank-bank konvensional dimana
akibatnya dapat kita rasakan sekarang ini. Bukan hanya Islam yang melarang
transaksi riba atau membungakan uang, melainkan agama dari non Islam pun
melarang kegiatan transaksi yang mengandung riba, seperti dalam kitab Yahudi yaitu
exodus (keluaran) pasal 22 ayat 25 yang mengatakan ”jika engkau meminjamkan
uang kepada salah seorang ummatku, orang yang miskin diantara mu, maka
janganlah engkau berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau
bebankan bunga terhadapnya”. Kemudian dalam kitab Deuteronomy (ulangan)pasal
23 ayat 19 ” janganlah engkau membungakan kepada sudaramu baik uang maupun
bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan”. Dan dalam kitab Levicitus
(Imamat) pasal 35 ayat 7 ” janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba
darinya melainkan engkau harus takut akan Allah mu , supaya saudaramu bisa hidup
diantara mu. Janganlah engkau memberi uang kepadanya dengan meminta bunga,
juga makanan mu, janganlah kau memberikan dengan meminta riba”.21
Krisis ekonomi yang berkepanjangan merupakan salah satu akibat dari
penerapan bunga pada perbankan Indonesia. Yang diawali terjadinya Negative
Spread pada bank-bank yang berbasis bunga. Mengapa terjadi Negative Spread, ini
terjadi karena bank mengalami aset yang sangat rendah sedangkan bank memiliki
kewajiban membayar bunga kepada para nasabah. Kemudian perbankan
konvensional mengalami ketidakstabilan yang diawali terjadinya ketidak simetrisan
pada sisi aset dan sisi liabilities (kewajiban) pada neraca keuangan (balance sheet).
Dimana liabilities bersifat tetap (fixed) sedangkan aset bersifat fleksibel.
Jika liabilitas ( kewajiban) lebih banyak dari pada aset, berarti bank harus
membayar kewajiban bunga kepada nasabahnya. Tetapi bank hanya mempunyai
sedikit uang untuk membayar kewajiban bunga kepada nasabahnya, akibatnya bank
bangkrut dan bank akan mengalami insolvant, yaitu bank tidak mampu membayar
21Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003) hal. 7
PPEENNGGAALLIIHHAANN HHAARRTTAA
KKEEPPAADDAA YYAANNGG KKAAYYAA
PPAASSAARR
BBLLMM
JJEENNUUHH
EEVVEERRYYBBOODDYY SSOOMMEEBBOODDYY
PPEENNYYIIMMPPAANN
TTDDKK TTAAHHUU
BBAANNKK KKOONNVVEENNSSIIOONNAALL PPEEMMIINNJJAAMM
BBUUNNGGAA PPIINNJJAAMMAANN
BBUUNNGGAA
SSIIMMPPAANNAANN
>>
IINNFFLLAASSII
>>
ii LLNN
BBEERRSSAAIINNGG
SSPPRREEAADD ++ ==
KKRREEDDIITT MMAACCEETT SSIITTAA JJAAMMIINNAANN
CCUUKKUUPP
TTIIDDAAKK CCUUKKUUPP
BBAANNKK RRUUGGII
NNOONN KKUUKK
8800%%
KKUUKK
2200%%
PPEENNYYIIMMPPAANN
PPEEDDAAGGAANNGG
PPRROODDUUSSEENN
HHAARRGGAA
BBIIAAYYAA PPRROODD..
UUPPAAHH BBUURRUUHH
KKWWAALLIITTAASS OO..KK
IINNFFLLAATTOOIIRR
PPAASSAARR
SSDDHH
JJEENNUUHH
R A K Y A T J E L A T A
6,98 14,93 7,95
kewajiban bunga kepada beberapa nasabah karena tidak memiliki uang. Lalu dalam
keadaan insolvant, bank akan menaikan suku bunga untuk menarik minat para
penabung agar menyimpan uangnya dibank.
Strategi ini ditujukan untuk menambah aset bank yang semakin menipis
melalui uang yang ditabungkan oleh para nasabah, mungkin dalam jangka pendek
aset memang semakin bertambah. Tetapi dalam jangka panjangnya kewajiban bank
akan semakin besar, bahkan akan semakin besar melebihi aset. Dalam permasalahan
ini bank bukannya menyelesaikan pada sisi aset melainkan menambah masalah
melalui sisi kewajiban. Akibatnya bank akan menjual seluruh asetnya dengan harga
murah untuk membayar kewajiban bank pada nasabahnya, hal ini menyebabkan nilai
aset bank yang bersangkutan akan semakin kecil dan pada akhirnya bangkrut.
Dibawah ini adalah skim dari proses pembungaan uang.
1.1 ProsesPembungaan Uang22
Yang sangat ironis Spread merupakan sumber utama penghasilan bank
konvensional, hal ini akan semakin melemahkan kondisi bank-bank konvensional
pada keadaan krisis yang akan menjerumuskan ekonomi pada jurang depresi
(titik terendah dalam siklus aktivitas ekonomi). Yang kemudian akan melaju menuju
pada resesi (penurunan siklus bisnis dimana terdapat tingkat pengangguran yang
tinggi).
Dengan semakin berkembangnya perbankan-perbankan syariah, yang akan
semakin merebut perhatian masyarakat baik di luar negeri maupun di dalam negeri,
diharapkan perbankan syariah mampu menjadi solusi bagi krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Diingat bahwa awal krisis yang terjadi dimulai dengan sistem
kapitalis yang sudah dapat dibuktikan bahwa sistem banyak menimbulkan mudharat
untuk masyarakat. Sehingga sistem kapitalis tidak dapat mencapai Maqhashid
Syariah atau tujuan mencapai Mashlahah untuk rakyat banyak.
Dimana salah satu tujuan dari Maqhashid Syariah adalah dalam rangka
menjaga harta manusia yang merupakan amanat dari Allah SWT.23 Karena sistem itu
memisahkan antara ilmu pengetahuan dengan agama (sekuler), yang mengabaikan
dimensi normatif atau moral yang menghilangkan kesakralan agama.
22Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah: Teori, Praktik dan
Peranannya, hal.27. 23 Sofiniyah Gufron, Sistem Kerja Pasar Modal Syariah, Jakarta, Renaisan, 2005, H. 12.
Istilah kapitalis ini berarti kekuasaan ada di tangan pemegang kapital
”capital” atau pemodal, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasari keuntungan,
dimana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini. Ada tiga unsur penting dalam
kapitalisme yaitu, pengutamaan kepentingan pribadi, persaingan, dan pengerukan
keuntungan. Dalam hal ini persaingan terjadi secara sengit dan kasar, sebagaimana
konteksnya Charles Darwin ”yang kuat akan hidup dan yang lemah akan hancur”.24
sehingga jelaslah sistem ini tidak mencapai Maqashid Syariah karena tidak
ditemukan didalamnya tujuan untuk mewujudkan mashlahah bersama.
Bank Islam memiliki berberapa fungsi diantaranya sebagai manajemen
investasi, investasi, jasa-jasa keuangan berikut penjelasannya:
� Manajemen Investasi
Bank Islam dalam melaksanakan fungsi berdasarkan kontrak
mudharabah atau kontrak perwakilan. Yaitu bank dalam kapasitasnya
sebagai mudharib pihak yang dapat melaksanakan investasi dana dari
pihak lain menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung,
dalam hal kerugian, sepenuhnya menjadi resiko penyedia dana (Shahibul
Maal), sedangkan bank tidak ikut menanggungnya
� Bank Islam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha
(baik dana modal maupun dana rekening investasi yang konsisten dengan
syariah. Contohnya: kontrak Al-Murabahah, Al-Musyarakah dan lain-lain.
24Nando Baskara, ”Mafia” Bisnis Yahudi, Narasi, yogyakarta, 2008. h. 38-39
Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terbatas (unrectricted
mudharabah) dan terbatas (restricted mudharabah). Rekening investasi
tidak terbatas yaitu pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada
bank Islam untuk menginvestasikan dana dengan cara yang dianggap paling
baik dan fleksible, tanpa menerapkan pembatasan jenis, waktu dan bidang
usaha investasi.
Sedangkan rekening investasi terbatas, yaitu pemegang rekening ini
menerapkan pembatasan tertentu dalam hal sejenis, bidang dan waktu pada
saat bank menginvestasikan dananya. Lebih jauh lagi bank Islam dapat
dibatasi dari mencampurkan dananya sendiri dengan dana rekening investasi
terbatas untuk tujuan investasi, bahkan bisa juga ada pembatasan lain yang
diterapkan pemegang rekening investasi.
� Jasa-jasa Keuangan
Bank Islam juga dapat menawarkan berbagai jasa keuangan lainya
berdasarkan upah (Fee Based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau
penyewaan. Misalnya: garansi, transfer dan lain sebagainya.
� Jasa Sosial
Bank Islam melaksanakan jasa sosial melalui dana Qard (pinjaman
kebajikan), zakat, dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.25
25 Syihabudin Said, Ma’zumi, Falsafah dan Perilaku Ekonomi Islam, Diadit Media, 2008, h. 66
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Pasal 4
mengenai fungsi perbankan syariah , dalam undang-undang ini yang dimaksud
dengan:
(1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat.
(2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelolazakat.
(3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
(4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.26
Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan perbankan di negara yang bersangkutan. Sebab
industri perbankan yang maju merupakan sumber pendanaan pembangunan jangka
panjang yang stabil. Perbankan mendukung kegiatan perekonomian melalui
pembiayaan kegiatan usaha yang dilakukan melalui pemberian kesempatan kepada
masyarakat guna memperoleh modal untuk berpartisipasi dalam pembangunan
ekonomi nasional. Karena itu, perbankan merupakan unsur yang memegang peran
sangat penting dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara.
26www.google.co.id, UU RI Perbankan Syariah.
Bank sebagai lokomotif pembangunan ekonomi mempunyai beberapa tujuan.
Metwally (1995) mengemukakan bahwa tujuan bank Islam adalah mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melaksanakan semua
kegiatan perbankan, finansial, komersial, dan investasi dengan prinsip-prinsip Islam,
dimana bank Islam bertujuan untuk:
� Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat miskin,
meminimalisir kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan kualitas dan
kegiatan usaha, peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat.
� Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan
terutama dalam bidang ekonomi keuangan.
Tujuan ini dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan ekonomi umat yang
sebagian besar enggan berhubungan dengan bank konvensional karena adanya
anggapan bahwa bunga bank adalah riba.
Terdapat beberapa tujuan lain menurut Abdurrahman:
� Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islami,
khususnya muamalah yang berhubungan dengan bank agar terhindar dari
praktek-praktek riba atau jenis-jenis perdagangan lain yang mengandung
unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang
dalam Islam selain itu juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi umat.
� Meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha
yang lebih besar terutama terhadap kelompok-kelompok miskin yang
diarahkan pada kegiatan usaha produktif, menuju terciptanya kemandirian
berusaha (berwiraswasta).
� Menciptakan keadilan dibidang ekonomi, dan dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang
amat besar antara pemilik modal (pihak yang surplus) dengan pihak yang
membutuhkan dana( pihak yang defisit)
� Menanggulangi kemiskinan yang pada umumnya merupakan program
utama dari negara-negara berkembang.
� Menjaga stabilitas ekonomi moneter pemerintah
� Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank-bank non Islam
C. Pengertian Stabilitas Moneter dan Pencapaian Stabilitas Moneter
Adapun moneter (monetary) diartikan dengan sesuatu yang berhubungan
dengan uang, sedangkan dalam ilmu ekonomi dan perekonomian kata moneter
digunakan dan diartikan sebagai pengaruh uang dalam fungsi perekonomian. Artinya
moneter adalah peredaran uang, ekonomi moneter berarti kegiatan individu atau
kelompok orang, organisasi yang mengatur peredaraan uang dalam lalu lintas
masyarakat dari mulai cakupan mikro hingga makro. Ekonomi moneter merupakan
bagian dari ilmu ekonomi yang khusus mempelajari tentang fungsi uang terhadap
aktifitas perekonomian. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan ekonomi moneter
mempelajari beberapa hal yaitu:
Fungsi dan peranan uang dalam sistem perekonomian:
� Pengaruh sistem moneter terhadap jumlah uang beredar.
� Pengaruh jumlah uang beredar dan kredit terhadap aktifitas perekonomian.
� Pengaruh suku bunga terhadap permintaan uang moneter internasional.
� Lembaga-lembaga keuangan bank dan bukan bank.
� Lembaga keuangan internasional.
Teori moneter menekankan pentingnya kebutuhan akan suatu hubungan yang
seimbang antara jumlah uang yang tersedia untuk membiayai pembelian barang dan
jasa, dan kemampuan dari perekonomian itu untuk memproduksi barang dan jasa
tersebut. Disisi lain teori ini memberikan suatu penjelasan tentang inflasi yang
dipusatkan pada peningkatan dalam jumlah besar dalam penawaran uang.
Stabilitas moneter adalah keseimbangan jumlah peredaran uang, dimana
stabilitas moneter sangat diharapkan terjadi dalam perekonomian suatu negara. Untuk
itu perlu dilakukan beberapa hal, melalui kebijakan moneter yang mempengaruhi
secara langsung sisi penawaran dari uang beredar.
Sementara perubahan sisi permintaan uang, merupakan respon masyarakat
terhadap berbagai kebijakan dibidang ekonomi. Interaksi antara kekuatan penawaran
dan permintaan terhadap uang beredar, akan menentukan pasar uang yang tercermin
pada perkembangan suku bunga dan jumlah uang beredar. Selanjutnya keadaan pasar
uang tersebut setelah berinteraksi dengan pasar barang pada gilirannya akan
menentukan keadaan sektor riil, yaitu ; pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi,
kesempatan kerja, tingkat harga, tingkat bunga, dan neraca pembayaran.27
Kebijakan moneter yang dibuat, yang mempunyai tujuan salah satunya
menciptakan stabilitas moneter sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa bila
kebijakan moneter terlalu ekspansif dalam arti jumlah uang beredar bertambah dan
melebihi dari yang diminta oleh masyarakat pada tingkat bunga, pendapatan dan
harga tertentu, hal itu menyebabkan masyarakat terdorong untuk membelanjakan
uangnya dengan meningkatkan permintaan atas barang dan jasa. pada gilirannya
permintaan aggregat dapat mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa di
dalam negeri (demand-full inflation).
Sebaliknya jika kebijakan moneter terlalu kontraktif, hal tersebut akan
mengurangi hasrat masyarakat untuk membelanjakan uangnya sehingga permintaan
barang dan jasa baik untuk konsumsi, produksi maupun investasi akan berkurang.
Dan mengekibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi serta tidak tercapainya
sasaran akhir pembangunan ekonomi. Oleh karna itu, kebijakan moneter berfungsi
bukan hanya sebagai stabilisator, tetapi juga sebagai katalisator pembangunan
ekonomi melalui perannya dalam mempengaruhi jumlah uang beredar yang
dibutuhkan dalam perekonomian.28
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara.
Biasanya otoritas moneter dipegang oleh bank sentral suatu negara. Dengan kata lain,
27 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia,), hal. 67 28 Ibid h. 68
kebijakan moneter merupakan instrumen bank sentral yang sengaja dirancang
sedemikian rupa untuk mempengaruhi variabel-variabel finansial seperti suku bunga
dan tingkat penawaran uang. Kebijakan moneter juga merupakan upaya untuk
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan
tetap menjaga kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut bank sentral sebagai
otoritas moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persedian barang agar inflasi dapat terkendali, sehingga tercapainya kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan atau distribusi barang. Kestabilan moneter
mempunyai misi yaitu mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah melalui
pemeliharaan stabilitas moneter serta dengan mendorong stabilitas sistem keuangan
untuk kepentingan pembangunan nasional yang berkesinambungan.29
Target akhir (ultimate target) kebijakan moneter adalah variabel-variabel
yang ingin dicapai oleh otoritas moneter. Untuk memudahkan karena di kebanyakan
negara otoritas moneter adalah bank sentral, indikator kebijakan-kebijakan moneter
adalah variabel-variabel yang ingin dikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir
dapat tercapai.30
Sasaran akhir kebijakan moneter merupakan target kebijakan ekonomi yang
pada umumnya juga merupakan target kebijakan moneter yaitu, stabilitas harga,
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, kesempatan kerja dan keseimbangan neraca
pembayaran. Stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran merupakan
29Moalboros, Kebijakan Moneter dalam Al-Qur’an dan Hadis, diakses pada 10 April 2007
dari http://www.indoforum.org 30Aulia Pohan,Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, hal.37
sarana pendukung untuk tercapainya sasaran akhir dari kebijakan ekonomi yaitu
kesejahteraan masyarakat.
Apabila bank sentral melakukan ekspansi moneter untuk mendorong tingkat
pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja, tindakan tersebut
mempunyai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kestabilan harga dan
keseimbangan neraca pembayaran. Ekspansi moneter yang berlebihan cenderung
mendorong laju inflasi, yang pada akhirnya mempengaruhi kegiatan ekspor, impor
barang dan jasa. Sebaliknya, kebijakan moneter yang ketat dapat menunjang
tercapainya kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Namun
kebijakan moneter ketat juga akan mendorong kenaikan suku bunga yang pada
giliranya akan menghambat investasi dan produksi, yang akan mengakibatkan
rendahnya pertumbuhan ekonomi dan meluasnya tingkat pengangguran. Dalam teori
ekonomi dikenal ”trade-off” antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, dalam menetapkan kebijakan moneter, bank sentral
dihadapkan kepada dua pilihan. Pilihan pertama, bank sentral dapat memilih salah
satu sasaran untuk dicapai secara optimal dan mengabaikan sasaran lainya. Misalnya,
memilih tingkat petumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengabaikan tingkat
inflasi. Pilihan kedua, bank sentral memilih pencapaian semua sasaran secara
serempak, tetapi tidak optimal. Misalnya menginginkan pertumbuhan ekonomi yang
tidak begitu tinggi demi tetap terpeliharanya tingkat inflasi yang masih dapat di
toleransi.31
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 diawali dari krisis
di bidang moneter yang dipicu oleh empat faktor utama, yaitu:
� Persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini pasti terikat
dengan mata uang negara lain. Tidak pada dirinya sendiri sehingga nilainya
tidak pernah stabil, dan bila nilai tertentu berfluktuasi pasti akan
mempengaruhi kestabilan mata uang lain.
� Kenyataan bahwa uang tidak lagi difungsikan sebagai mestinya tapi juga
dipergunakan sebagai komoditi yang diperdagangkan dan ditarik keuntungan
atau bunga dari setiap pinjaman atau penyimpanan uang.
� Faktor hutang, pada tahun 1997 banyak hutang-hutang baik hutang
pemerintah maupun hutang swasta yang mengalami jatuh tempo. Hutang
tersebut harus dibayar dalam bentuk mata uang dollar Amerika, sehingga mata
uang Indonesia (rupiah) terdepresiasi sebanyak 300%, terhadap mata uang
negara Amerika.
� Faktor non ekonomi, seperti spekulan dipasar valuta asing, seperti yang
dilakukan oleh George Soros, demi meraup keuntungan yang besar
memborong dollar secara besar-besaran dan melempar rupiah kepasaran,
sehingga terjadi kelangkaan dollar dan membanjirnya rupiah. Sesuai dengan
hukum pasar maka nilai rupiah terus menurun dan nilai dollar semakin naik,
31
Ibid, hal. 40.
kenaikan ini terjadi secara tidak wajar.32 Di bawah ini adalah bagan mengenai
awal mula terjadinya krisis ekonomi:
1.2 proses terjadinya krisis ekonomi33
Indikator kebijakan moneter adalah sasaran menengah untuk mencapai
sasaran akhir. Indikator penting sekali peranannya, karena berfungsi sebagai indikasi
apakah arah suatu kebijakan moneter tetap tertuju kepada sasaran yang ingin dicapai
atau tidak, sekaligus sebagai pengukur sejauh mana pencapaian hasil dari kebijakan
moneter. Indikator juga sebagai pembimbing kebijakan moneter menuju pencapaian
sasaran yang diinginkan.
32 Moalboros, Kebijakan Moneter dalam Al-Qur’an dan Hadis, diakses pada 10 April 2007
dari http://www.indoforum.org 33 Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah: Teori, Praktik dan
Peranannya, hal.33.
DIIKUTI NEGARA ASEAN LAINNYA
PROSES TERJADINYA KRISIS EKONOMI DAN UPAYA MENGATASINYA
DEVALUASI BATH TERHADAP US$
TERJADI CAPITAL FLIGHT
HUTANG VALUTA ASING DALAM
RUPIAH MEMBENGKAK
IMPOR BAHAN BAKU
MANUFAKTUR TERTAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TURUN
DRASTIS
KEBUTUHAN AKAN VALUTA
ASING NAIK
TERJADI KELANGKAAN BARANG & JASA
TERJADI DEMAND PULL
INFLATION
KAPASITAS PRODUKSI TURUN =
PENGANGGURAN MENINGKAT
DAYA BELI MASYARAKAT TURUN
NILAI TUKAR RUPIAH SEMAKIN TERPURUK
PERTUMBUHAN EKONOMI
TERHENTI / STAGNAN
TERJADI STAGFLASI
MMEENNGGUURRAANNGGII PPAASSOOKKAANN RRUUPPIIAAHH
DDAALLAAMM SSIISSTTEEMM BBUUNNGGAA MMEENNAAMMBBAAHH PPAASSOOKKAANN DDEEVVIISSAA
DDAANN BBAARRAANNGG
CCEEGGAAHH
CCAAPPIITT
AALL
FFLLIIGGHHTT
EEXXPPOORR
TT
DDRRIIVVEE
JJUUAALL
SSAAHHAA
MM
BBUUMMNN//
HHUUTTAANN
GG
BBAARRUU
KKOONNTTRR
LL
DDEEVVIISS
AA//
PPEENNJJAA
DDWWAALL
AANN
HHUUTTAANN
GG IINNDDRRAA PPAARRIISS
CCLLUUBB
CC
GG
II
II
MM
FF
II
DD
BB
KKEEBBIIJJAAKKAANN
UUAANNGG KKEETTAATT
PPEENNUUTTUUPPAANN //
TTAAKKEEOOVVEERR
BBAANNKK BBUUNNGGAA SSBBII
NNAAIIKK
CCAADDAANNGGAANN
WWAAJJIIBB NNAAIIKK
BBUUNNGGAA
BBAANNKK
NNAAIIKK
NNEEGGAATTIIFF
SSPPRREEAADD
IINNDDEEQQUUAA
CCYY
CCAAPPIITTAALL
NNOONN
PPEERRFFOORRMMII
NNGG
UPAYA MENGATASI STAGFLASI YANG TELAH DILAKUKAN
MMEECCAARRII KKEESSEEIIMMBBAANNGGAANN
BBAARRUU YYAANNGG KKOONNDDUUSSIIFF
Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti yang
terpenting, ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya instabilitasi nilai
tukar uang akan mengakibatkan perekonomian tidak berjalan pada titik
keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk merealisasikan keadilan
dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ibnu khaldun mengatakan bahwa
suatu negeri tidak akan mungkin mampu melakukan pembangunan secara
berkesinambungan tanpa adanya keadilan dalam sistem yang dianutnya. Stabilitas
harga berarti stabilnya keadilan uang dalam fungsinya sehingga perekonomian akan
relatif berada dalam kondisi yang memungkinkan teralokasinya sumber daya secara
merata, terdistribusinya pendapatan, full employment dan stabilitas perekonomian.34
Dengan kata lain dapat juga dikemukakan bahwa upaya regulasi untuk
mengendalikan permintaan uang dengan suku bunga sebagai instrumen moneter
malah akan mengakibatkan penyalahgunaan sumber dana untuk tujuan yang tidak
lagi produktif. Regulasi yang dicirikan dengan memainkan peranan suku bunga dalam
sektor makro telah membawa permintaan uang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
yang kurang perlu, investasi yang kurang produktif dan tingginya spekulan. Oleh
karena itulah para ekonomi Islam lebih mengandalkan pada tiga variabel-variabel
penting didalam permintaan uang. Variabel-variabel tersebut adalah:
� Nilai-nilai moral.
� Lembaga-lembaga sosial ekonomi dan politik, termasuk mekanisme harga.
34Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, hal.179
� Tingkat keuntungan riil sebagai pengganti keberadaan suku bunga.35
Ketiga variabel ini akan saling mendukung dalam mengendalikan permintaan
uang. Meskipun secara langsung nilai moral kurang mampu menentukan seberapa
besar jumlah uang yang diminta, namun variabel ini akan mengurangi sikap konsumsi
yang boros dan akan terhindari dalam penggunaan uang yang bersifat spekulatif.
Mekanisme harga juga akan membatu mengalokasikan sumber daya pada tujuan yang
lebih efisien. Keberadaan suku bunga sebagai instrumen mediatery dalam sistem
keuangan dapat menjadikan pola konsumsi masyarakat diluar batas kemampuannya
dan mengarahkan investasi pada bidang produktif atau spekulatif, disebabkan sistem
bunga telah gagal sebagai mekanisme kontrol terhadap penggunaan dana pinjaman.
Dengan adanya tingkat keuntungan sebagai pengganti dari keberadaan suku
bunga diharapkan akan lebih mampu untuk mengarahkan pada pola permintaan uang
yang ditujukan untuk konsumsi yang tidak berlebihan dan investasi yang berorientasi
keuntungan disektor riil. Berkorespondensinya ketiga veriabel dalam satu sistem ini
akan dapat menciptakan pola permintaan uang yang relatif stabil.36
Dalam ekonomi Islam tidak terdapat sistem bunga, sehingga bank sentral
tidak dapat menerapkan discount rate. Bank sentral Islam menggunakan instrumen
yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan moneter dalam ekonomi Islam. Secara
mendasar, terdapat beberapa instrumen dalam ekonomi Islam yaitu:
� Reserve Ratio
35
Ibid, hal.180. 36
Ibid, hal.180.
Suatu persentase dari simpanan bank komersil yang harus dipegang oleh
bank sentral. Maksudnya yaitu untuk memperkecil jumlah uang yang ada
pada bank komersil, karena dengan begitu semakin sedikit pula bank
komersil memberikan kredit, sehingga jumlah uang beredarpun menurun.
Namun jika bank sentral ingin menambah jumlah uang beredar maka
bank sentral akan menurunkan Reserve Ratio, dampak yang akan terjadi
adalah sebaliknya.
� Moral Suassion
Maksudnya bank sentral bisa membujuk bank komersil untuk
meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka, ketika
ekonomi dalam keadaan depresi. Karena dengan demikian uang dapat di
pompa ke dalam ekonomi. Yaitu uang akan mengalir ke masyarakat
dengan begitu daya beli meningkat, total permintaan akan meningkat
sehingga keuntungan pun akan meningkat.
� Lending Ratio
Maksudnya Lending Ratio disini yaitu pinjaman kebajikan atau Qardhul
Hassan, karena dalam ekonomi Islam tidak mengenal pinjaman dengan
bunga.
� Refinance Ratio
Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga yang diberikan bank
komersil kepada nasabah yang kemudian dibayarkan kembali oleh bank
sentral.
� Proft Sharing Ratio
Adalah rasio yang harus ditentukan dalam memulai suatu bisnis. Ketika
bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, rasio keuntungan
untuk nasabah penabung harus ditingkatkan, sehingga akan lebih banyak
uang mengalir ke bank, hal ini akan menjadi daya tarik bagi penabung
untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan mudharabah.
� Islamic Sukuk
Adalah obligasi pemerintah dimana property yang mengikuti sukuk
tersebut. Pendapatan akan di distribusikan kepada pemegang sukuk di
waktu akhir tahun, dalam jangka waktu bulanan atau tiga bulanan. Sukuk
dapat dijadikan instrumen kebijakan moneter, karena ketika inflasi
pemerintah mengeluarkan sukuk lebih banyak lagi. Sehingga uang akan
mengalir ke bank sentral dan jumlah uag beredar akan tereduksi. Sukuk
memiliki kapasitas untuk menaikan dan menurunkan jumlah uang beredar.
� GIC ( Goverment Invesment Certificate)
Adalah suatu sertifikat yang tidak ada komitmen untuk memberikan
tambahan apapun ketika nanti akan dikembalikan (Qardhul Hassan).
Tetapi pada akhir tahun pemerintah akan memberikan hadiah atau hibah
yang jumlahnya terserah pemerintah. Kapanpun bank sentral ingin
menurunkan jumlah uang sertifikat itu akan di jual kepada bank komersial,
dan uang akan mengalir ke bank sentral dan menurunkan kemampuan
penciptaan kredit pada bank komersial. Dan ketika bank sentral ingin
meningkatkan jumlah uang beredar maka bank sentral akan membeli
kembali dari bank komersial, dan dampaknya akan sebaliknya.
Dua dari instrument ini yaitu Moral Suassion dan Reserve Ratio juga
digunakan pada bank sentral dengan sistem sekuler. 37
D. Kebijakan Moneter Rasulullah
Mata uang yang dipergunakan bangsa Arab, baik sebelum Islam maupun
sesudahnya adalah dinar dan dirham. Kedua mata uang tersebut memiliki nilai yang
tetap dan karenanya tidak ada masalah dalam perputaran uang. Jika dirham
diasumsikan sebagai satuan uang, nilai dinar adalah perkalian dari dirham, sedangkan
jika diasumsikan dinar sebagai unit moneter, nilainya adalah sepuluh kali dirham.
Walaupun demikian, dalam perkembangan berikutnya dirham lebih umum digunakan
dari pada dinar. Hal ini sangat berkaitan erat dengan penaklukan tentara Islam
terhadap hampir seluruh wilayah kekaisaran Persia. Sementara itu, tidak semua
wilayah kekaisaran Romawi berhasil dikuasai tentara Islam.38
Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad Saw, kedua mata uang ini di
impor, dinar dari Romawi dan dirham dari Persia. Besarnya volume impor dinar dan
dirham juga barang-barang komoditas, bergantung kapada volume komoditas yang
diekspor oleh kedua negara tersebut dan wilayah-wilayah lain yang berada dibawah
pengaruhnya. Lazimnya, uang akan diimpor jika permintaan uang (money demand)
37 Karnaen A. Perwataatmadja dan Tanjung Hendri, Bank Syari’ah 38 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Pustaka Asatruss Jakarta, Jakarta, 2005. h. 22
pada pasar internal mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, komoditas akan diimpor
jika permintaan uang akan mengalami penurunan. Hal yang menarik disini adalah
tidak adanya pembatasan terhadap impor uang karena permintaan internal dari Hijaz
terhadap dinar dan dirham secara proposional sangat kecil, sehingga tidak
berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan dalam perekonomian Romawi dan
Persia. Namun demikian, selama pemerintahan Nabi Muhammad Saw, uang tidak
dipenuhi dari keuangan negara semata, tetapi juga dari hasil perdagangan luar
negeri.39
Pada masa ini, motif permintaan uang yaitu untuk transaksi. Sementara itu
pada saat terjadi peperangan antara kaum Quraisy dengan kaum Muslimin telah
menimbulkan permintaan uang untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang tidak
terduga. Ketika penduduk Arab banyak yang memeluk Islam, jumlah populasi kaum
muslimin berkembang dengan pesat. Disamping itu, harta rampasan perang dibagikan
kepada kaum muslimin, sehingga standar hidup dan pendapatan mereka meningkat.
Berdasarkan peristiwa ini melalui kebijakannya Nabi Muhammad Saw meningkatkan
kemampuan produksi dan ketenagakerjaan kaum muslimin secara terus menerus.
Keseluruhan dari faktor ini meningkatkan permintaan transaksi terhadap uang dalam
perekonomian pada periode awal Islam.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi stabilitas nilai uang adalah uang
beredar atau percepatan perputaran uang, larangan terhadap praktek bunga dan kanz
mencegah tertahannya uang ditangan pemilik modal dan mencegah dinar dan dirham
39Ibid h. 23
keluar dari perputaran uang. Keduanya mendorong percepatan peredaran uang yang
signifikan. Kemudian Rasul juga mendorong masyarakat untuk melakukan kerjasama
dan mendesak memberikan Qard Al-Hasan yang akan semakin memperkuat
percepatan peredaran uang.
Pasar memiliki pengaruh yang kuat terhadap peredaran uang monopoli kaum
Quraisy yang telah ada kini semakin berkurang, hal ini meningkatkan efisiensi
pertukaran dan membawa perekonomian kepada distribusi pendapatan yang lebih
baik. Setelah hijrah, secara bertahap uang beredar begitu cepat dan semakin
meningkat. Berikut dibawah ini adalah beberapa kebijakan dan instrumen yang
dipakai pada awal periode Islam dan Khulafau Rasyidin diantaranya yaitu:
� Valuta asing dari Persia dan Romawi yang dikenal oleh seluruh lapisan
masyarakat Arab, bahkan menjadi alat bayar resminya adalah dinar dan
dirham.
� Sistem devisa bebas ditetapakan, tidak ada halangan sedikitpun untuk
mengimpor dinar dan dirham.
� Transaksi tidak tunai diterima luas di kalangan pedagang.
� Cek dan promissory note lazim digunakan,misalnya Umar Bin Khatab r.a
menggunakan instrument ini ketika melakukan impor barang- barang yang
baru dari Mesir ke Madinah.
� Instrument faktory (anjak piutang) yang baru popular ditahun 1980-an, telah
dikenal dengan nama hiwalah, tetapi tentunya bebas dari unsur bunga.40
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas, Islam
tidak menggunakan instrument bunga atau penawaran uang baru melalui percetakan
defisit anggaran. Namun dalam Islam yang dilakukan adalah mempercepat perputaran
uang dan membangun infrastruktur sektor riil. Faktor pendorong percepatan
perputaran uang adalah disebabkan kelebihan likuiditas. Uang tidak boleh ditimbun
dan tidak boleh dipinjamkan dengan bunga. Sedangkan faktor penarikan uang adalah
berbentuk syirkah atau mudharabah. Keuntungan utama dari kerjasama bisnis adalah
pelaku dan penyandang dana bersama-sama, mendapat pengalaman, informasi,
metode supervise, manajeman dan pengetahuan akan resiko suatu bisnis. Akumulasi
dari informasi ini akan menurunkan tingkat resiko investasi.41
Jelaslah kebijakan moneter Rasulullah SAW selalu terkait dengan sektor riil
perekonomian. Hasilnya adalah pertumbuhan sekaligus stabilitas.
Menurut Kadim As-sadr, penulisan artikel berjudul money and monetary
policies in early Islamic period, ditujukan untuk mempelajari secara mendalam
mengenai:
� Media tukar yang digunakan pada awal periode Islam
� Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas dan fluktuasi nilai uang
40Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, edisi pertama (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002)
41Ibid
� Metode untuk menarik tabungan dan pengarahan proses investasi yang
digunakan oleh para pemimpin Islam pada periode awal.
Alasan Sadr mengupas tiga bahasan tersebut adalah, bahwa pokok
pembahasan ini sangat membantu dalam mencapai pengetahuan tentang kebijakan
moneter di awal periode Islam dan perannya dalam pengembangan ekonomi pada
masa awal terciptanya masyarakat Islam.
Untuk maksud dan alasan tersebut, maka Sadr mengupas bahasanya dengan
berbagai topik :
� Pentingnya perdagangan dan media pertukaran pada periode awal Islam
� Penawaran dan permintaan uang pada periode awal Islam
� Percepatan sirkulasi uang
� Pengaruh kebijakan fiskal terhadap nilai uang pada periode awal Islam
� Mobilisasi dan penggunaan tabungan
� Praktik bisnis yang dilarang
� Instrument kebijakan moneter
� Metode pengalokasian kredit
Keseimbangan supply dan demand di pasar uang adalah derived market dari
keseimbangan aggregate supply dan aggregate demand di pasar barang dan jasa.
Nilai emas dan perak yang terkandung dalam dinar dan dirham sama dengan nilai
nominalnya, sehingga dapat dikatakan penawaran uang elastis sempurna terhadap
tingkat pendapatan. Tidak adanya larangan impor dinar atau dirham berarti
penawaran uang elastis, kelebihan penawaran uang dapat di ubah menjadi perhiasan
emas atau perak. Tidak terjadi kelebihan penawaran atau permintaan sehingga nilai
uang stabil. Untuk menjaga kestabilan ini, beberapa hal berikut dilarang:
� Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang adalah hanya untuk keperluan
transaksi dan berjaga-jaga.
� Penimbunan mata uang (At-Taubah: 34-35) sebagaimana dilarangnya
penimbunan barang. Berikut di bawah ini ayat yang bersangkutan dengan
penimbunan mata uang:
Qc�lC�A3�� �~�����
�D �a��L+ J�" ad��H�� �Z�R�
T�._*0� i��;b(��LC
�� ��+&��L64� �q<L 5�CK :JJ��
iF�,3�.5�"� �eCTl�n��LC 2��
iF6".#U Y� I �������LC
�eC�(��I�� ��#b���
4Q!��V5�LC ��LC Qc�� � �Va�� W"~
iF6".#U Y� ?�bdp���;4�
q�⌧6#�"� �t[��CK f�i
�'> �� �T#☺5�+� #@5[O��z W"~ T�B
9tJa#@#y �(L I�4� Qc�
>?@�b�.py >?cz� �a�yLC
>?�bvT @�LC � ⌧63#b ��
>?�(���� >�+Ip��VBs� � ��C+64�
�� s+�a+& �eCvw��I4 f�"i
”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang
alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil
dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (35). Pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
� Transaksi talaqi rukban, yaitu mencegat penjual dari kampung di luar kota
untuk mendapat keuntungan dari ketidaktahuan harga. Distorsi harga ini
merupakan cikal bakal spekulasi.
� Transaksi kali bi kali, yaitu bukan transaksi tidak tunai. Inilah indahnya
Islam, transaksi tunai diperbolehkan, namun transaksi future tanpa ada
barangnya dilarang, transaksi maya ini merupakan salah satu pintu riba.
� Segala bentuk riba (Al-Baqarah: 278)42
#@{�C�A3�� ������� � �a��L+
� � | �� �CvT4=LC ��
LWp}�� 92�� � ������ �"
t0a+& �~��a��4{� fgh�i Terjemahan :”Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman”.
42Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) hal. 28.
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK ISLAM DI SUDAN
Republik Sudan adalah sebuah negara di Afrika Timur laut yang merupakan
negara terbesar di Afrika dengan luas daratan 2.5 juta kilo meter kuadrat dan
seringkali masih dianggap bagian Timur Tengah. 12% terdiri dari pertanian, 18%
hutan dan sisanya adalah gurun yang luas. Ibukotanya adalah Khartoum dan nama
negara ini yaitu Republik Sudan, jenis pemerintahannya memakai sistem rezim
otoriter atau tradisioanal.
Sudan berbatasan dengan Mesir di utara, Eritrea dan Ethiopia timur, Kenya
dan Uganda di Tenggara, Kongo dan Republik Afrika Tengah di Barat Daya, Chad di
Barat, Libya di Barat Laut.43 Moyoritas agama dari rakyat Sudan yaitu muslim sunni
sebanyak 70%, kepercayaan yang turun temurun sebanyak 25%, nasrani 5% (tersebar
di utara Sudan dan di ibu kota), bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, Nubian,
bahasa Sudan dan Inggris. Namun bahasa resminya adalah bahasa Arab, mata uang
Sudan adalah dinar. Sistem resmi negara yang dipakai yaitu didasari oleh hukum
yang dibawa oleh Inggris dan hukum Islam. Hukum Islam diterapkan untuk semua
penduduk di negara bagian utara sesuai dengan agama mereka.
Pemerintah Sudan merupakan pemerintah dengan orientasi Islam yang
menerapkan hukum Islam secara menyeluruh sejak tahun 1991. Dengan demikian,
43 Geografi Sudan, diakses pada 10 agustus 2008 dari http:// www.id.wikipedia.org
pemerintah Sudan memiliki kecenderungan untuk menerapkan sistem ekonomi dan
keuangan Islam, termasuk sistem perbankannya.44
Islamisasi sistem ekonomi dan keuangan dilakukan oleh Jendral Numeiry
yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1983, ketika hukum Islam pertama kali
diterapkan, sebagai tindak lanjut dari undang-undang tersebut, bank komersial yang
belum beroperasi secara syariah harus dikonversi menjadi bank syariah pada
September 1984. Dengan berakhirnya masa pemerintahan Jendral Numeiry proses
Islamisasi sistem ekonomi menjadi tersendat. Kemudian mulai digalakan lagi pada
tahun 1990. Strategi yang digunakan adalah pengembangan secara komprehensif
dengan langkah pertama mewajibkan semua bank melakukan konversi menjadi bank
Islam. Persiapan infrastruktur hukum dan kelembagaan dilakukan menyusul
kemudian. Bank Of Sudan mendirikan dewan pengawas syariah (Sharia High
Supervisor Board). Dewan tinggi syariah ini didirikan untuk memastikan bahwa
operasi perbankan benar-benar sesuai dengan prinsip syariah. Setelah selesainya
Islamisasi sistem perbankan, surat berharga seperti obligasi dan treasure bills yang
masih berbasis bunga diganti dengan Instrumen keuangan yang sesuai dengan sistem
Islam.45
44Ascarya, Akad dan Pengembangan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 134. 45 Ibid.
A. Sejarah Perbankan Syariah di Sudan
Melihat gagasannya yang ingin membebaskan diri dari mekanisme bunga,
pembentukan bank Islam mula-mula banyak menimbulkan keraguan. Hal tersebut
muncul mengingat anggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah sesuatu
yang mustahil dan tidak lazim, sehingga timbul pula pertanyaan tentang bagaimana
nantinya bank Islam tersebut akan membiayai operasinya46. Sejak satu sampai dua
dasawarsa belakangan ini, ekonomi dan keuangan Islam telah menunjukan
eksistensinya dihampir semua negara Islam satu-satunya lembaga ekonomi Islam
yang dapat dikatakan tidak pernah mati apalagi dimatikan dalam sejarah yaitu zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.47
Secara kelembagaan yang merupakan bank Islam pertama adalah Myt-Ghamr
Bank. Didirikan di Mesir pada tahun 1963, dengan bantuan permodalan dari Raja
Faisal Arab Saudi dan merupakan binaan dari Prof. Dr. Abdul Aziz Ahmad El Nagar.
Myt-Ghamr Bank dianggap berhasil memadukan manajemen perbankan Jerman
dengan prinsip muamalah Islam dengan menerjemahkannya dalam produk-produk
bank yang sesuai untuk daerah pedesaan yang sebagian besar orientasinya adalah
industri pertanian. Namun karena persoalan politik, pada tahun 1967 Bank Islam Myt-
Ghamr ditutup. Kemudian pada tahun 1971 di Mesir berhasil didirikan kembali bank
Islam dengan nama Nasser Social Bank, hanya tujuannya lebih bersifat sosial
daripada komersil.
46Wayan R. Susila dan Rohayati Suprihatini, Perkembangan Bank Islam, diakses pada 10 Februari 2008 dari http://www.ipard.com. 47Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam.
Pemikiran yang sudah muncul pada tahun 50-an tidak langsung memberikan
jalan yang lapang bagi perbankan Islam. Tahun 1960-an, bank syariah hanya menjadi
diskursus teoritis. Belum ada langkah konkrit yang memungkinkan implementasi
praktis gagasan tersebut. Padahal, telah muncul kesadaran bahwa bank syariah
merupakan solusi masalah ekonomi untuk menghasilkan kesejahteraan sosial di
negara-negara Islam. Dual Economi System dinegara muslim menjadi element
penguat sektor riil, yang mengimbangi sektor moneter bahkan sektor sosial ekonomi
Islam semakin menambah kuat struktur perekonomian riil. Namun kekuatan
pengimbangnya sangat tergantung dengan porsi atau kontribusi keuangan Islam
berkat sektor sosialnya terhadap perekonomian nasional.48
Secara internasional, perkembangan perbankan Islam pertama kali diprakarsai
oleh Mesir. Karena Mesir telah mengilhami diadakannya konferensi ekonomi Islam
pertama di Makkah pada tahun 1975. Sebagai tindak lanjut rekomendasi dari
konferensi tersebut, dua tahun kemudian, lahirlah Islamic Development Bank (IDB)
yang kemudian diikuti oleh pendirian lembaga-lembaga keuangan Islam diberbagai
negara, termasuk negara-negara bukan anggota OKI, seperti Philipina, Inggris,
Australia, Amerika Serikat dan Rusia.
Sejak saat itu mendekati awal dekade 1980-an, bank-bank Islam bermunculan
di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh dan
Turki. Secara garis besar lembaga-lembaga perbankan Islam yang bermunculan itu
48Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam atas Jawaban Kekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta, 2007) hal. 268
dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni sebagai Bank Islam Komersial (Islamic
Commercial Bank), seperti Faysal Islamic Bank (Mesir dan Sudan), Kuwait Finance
House, Dubai Islamic Bank, Jordan Islamic Bank for Finance and Investment,
Bahrain Islamic Bank dan Islamic International Bank for Finance and Development;
atau lembaga investasi dengan bentuk international holding companies, seperti Daar
Al-Maal Al-Islami (Geneva), Islamic Investment Company of the Gulf, Islamic
Investment Company (Bahama), Islamic Investment Company (Sudan), Bahrain
Islamic Investment Bank (Manama) dan Islamic Investment House (Amman).49
Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank, yang
didirikan tahun 1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari berbagai negara. Pada
tahun 1977 berdiri dua bank Islam dengan nama Faysal Islamic Bank di Mesir dan
Sudan. Dan pada tahun itu pula pemerintah Kuwait mendirikan Kuwait Finance
House.
Proposal tersebut diterima, dan Sidang menyetujui rencana pendirian Bank
Islam Internasional dan Federasi Bank Islam. Bahkan sebagai tambahan diusulkan
pula pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi dan
Pembangunan Negara-Negara Islam (Investment and Development Body of Islamic
Countries), serta pembentukan perwakilan-perwakilan khusus yaitu Asosiasi bank-
49Islamic Development Bank, , Cost Efficiency In Islamic Banking, (Islamis Research and
Training Institute The Case Of Sudan) hal. 9
bank Islam (Association of Islamic Banks) sebagai badan konsultatif masalah-masalah
ekonomi dan perbankan Islam.
Pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libya bulan Maret 1973,
usulan sebagaimana disebutkan di atas kembali diagendakan. Bulan Juli 1973, komite
ahli yang mewakili negara-negara Islam penghasil minyak bertemu di Jeddah untuk
membicarakan pendirian Bank Islam. Rancangan pendirian bank tersebut, berupa
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dibahas pada pertemuan kedua, bulan
Mei 1972. Pada Sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah tahun 1975 berhasil
disetujui rancangan pendirian Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2
milyar dinar dan beranggotakan semua negara anggota OKI termasuk Sudan.
B. Manajeman Moneter Sudan
Instrumen perbankan tradisional adalah sistem bunga, yang merupakan
instrumen yang dilarang oleh bank Islam. Walaupun Instrumen langsung tradisional
yang tidak menggunakan bunga adalah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam,
instrumen tradisional itu adalah fleksibel, secara tegas dilarang dalam perbankan
Islam. Sistem perbankan Islam instrumen tradisional (banks rate, discount rete, open
market operation dengan sekuritas bunga yang di tetapkan di depan) tidak digunakan,
tetapi sejumlah instrumen kebijakan moneter tersebut dapat digunakan untuk
mengontrol uang dan kredit, yang disebut dengan: reserve requitment, overall and
selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary base. Operasi pasar
terbuka dapat juga dikendalikan melalui bentuk sekuritas berdasarkan ekuitas (equity-
based type of securities).50
Di Sudan sebelum Islamisasi sistem perbankan sentral Sudan (Central Bank
Of Sudan- BOS) sangat tergantung pada instrumen langsung, yaitu Interest Rate
Controls, dan instrumen yang masih menggunakan sistem tradisional (sistem bunga).
Pada tahun 1984, dan setelah pengenalan hukum syariah di Sudan, bank sentral
mengeluarkan aturan bagi semua bank yang beroprasi di Sudan mengikuti prinsip
Islam dalam aktivitasnya dan dianjurkan supaya tidak menerima deposito yang
berbasis bunga atau mengeluarkan kredit dengan unsur riba. Sebagai hasilnya bank
sentral Sudan berhadapan dengan masalah-masalah penggantian instrumen keuangan
tradisional dengan instrumen keuangan Islami yang diterapkan dalam praktik.
Perannya untuk mengawasi dan mengarahkan bank, yaitu: untuk memperluas atau
memperkecil uang (dana) atau kredit, mengimplementasikan kebijakan moneter dan
melindungi kepentingan masyarakat pada saat yang bersamaan.51
Kebijakan moneter Sudan merupakan masalah yang berkaitan dengan tujuan
kebijakan makroekonomi, yang mencakup upaya peningkatan tingkat pertumbuhan
GDP dan stabilitas moneter melalui penurunan tingkat inflasi. Tujuan kebijakan
moneter dapat di simpulkan sebagai berikut:
� Membantu mencapai tujuan strategis komprehensif negara.
� Mencapai keseluruhan tujuan ekonomi, yaitu:
50
Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam. 51 Ibid.
� Mengembangkan sektor ekonomi yang diprioritaskan
� Mengurangi inflasi
� Berusaha mencapai distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang wajar
� Melanjutkan Islamisasi sistem perbankan dan meningkatkan image bank
Islam sebagai bank komprehensif dan memberikan layanan penuh
� Menjamin bahwa kredit yang tidak sehat akan di selesaikan oleh bank sesuai
dengan aturan perbankan yang berlaku.
� Mendorong tegaknya dan pengembangan portofolio kredit.
C. Instrumen Moneter yang di Pakai Sudan
Di Sudan, Bank Of Sudan telah sukses meluncurkan sertifikat Central Bank
Musharaka Certificate (CMC), yang dikeluarkan untuk menyeimbangkan saham
pemerintah di bank-bank konvensional dan dalam rangka pengendalian likuiditas
perekonomian yang dikeluarkan pada juni 1998.
Selain itu, Sudan juga telah menyiapkan surat hutang pemerintah dengan
prinsip mudharabah sebagai instrumen untuk mendapatkan dana guna membiayai
proyek pembangunan milik pemerintah, dengan nama Goverment Musyaraka
Certificate (GMC) instrumen ini setera dengan treasure bills atau surat hutang
negara. Di Pakistan, institusi perbankan dan keuangan telah menerbitkan sebuah surat
berharga dengan berbasis musyarakah untuk menggantikan surat hutang yang
berbasis bunga dengan nama Participation Term Certificate (PTC).52
Dalam buku Ascarya ”Akad Dan Produk Bank Syariah” Instrumen yang
dikeluarkan pemerintah Sudan adalah Goverment Invesment Certificate (GICs) yang
diperkenalkan pada tahun 2003, instrumen ini setara dengan obligasi atau Goverment
Bonds yang menggunakan akad berpola bagi hasil.53 Namun dalam buku Muhammad
”Kebijakan Moneter Dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam” instrumen ketiga ini adalah
sukuk atau ijarah.
Data komparasi dari kelompok negara-negara yang telah menerapkan prinsip
perbankan Islam secara holistik dalam sistem perekonomiannya (Iran, Pakistan dan
Sudan) dengan kelompok beberapa negara terpilih yang menerapkan prinsip
perbankan konvensional (Bangladesh, Mesir dan Yordania), menunjukan bahwa
likuiditas sistem perbankan nasional mereka amat jauh berbeda. Pada tahun 1997,
persentase demand deposit yang terdiri dari investment account berbasis kontrak
mudharabah terhadap total deposit sistem perbankan nasional. Pada negara-negara
kelompok pertama di atas berturut-turut, 40%, 34% dan 87 %. Persentase ini sangat
jauh melampaui persentase demand deposit pada kelompok negara lainya dengan
sistem perbankan konvensional yang berturut-turut Cuma 16%, 10% dan 17 % (IMF,
1998)54
52 Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam. 53 Ascarya, Akad dan Pengembangan Produk Bank Syariah, hal. 136 54Davy Hendri, Manajemen Utang Pemerintah dalam Persfektif Moneter, diakses pada 20 Juli 2008 dari http://www geocities.com
Untuk mencapai target dari kebijakan moneter yang telah diterapkan, bank
sentral Sudan menggunakan seperangkat instrumen moneter baik langsung maupun
tidak langsung, keduanya dipertimbangkan dalam hal hakikat dan besaran instrumen
tersebut yang telah digunakan sejak permulaan dekade saat ini.
Walaupun kebijakan moneter dalam ekonomi Islam maupun non- Islam
bertujuan untuk mencapai tujuan mokroekonomi yang sama, instrumen ini digunakan
untuk tujuan yang secara sungguh-sungguh berbeda diantara kedua sistem tersebut.55
Sementara itu banyak instrumen kebijakan moneter langsung tradisional,
sehingga tidak mengandalkan pada bunga, dan tetap konsisten dengan prinsip Islam.
Dan oleh karena itu dapat digunakan oleh bank sentral, sedangkan instrumen tidak
langsung tradisional meskipun lebih fleksibel namun masih berhubungan dengan
bunga sehingga tetap harus dapat dihindari oleh Bank sentral Islami dalam
menerapkan kebijakan moneternya, sehingga hanya dapat menerima instrumen yang
sesuai dengan syariah, dengan melarang pembayaran dan penerimaan bunga dalam
transaksi keuangan.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan kebijakan moneter tersebut, bank
sentral Sudan mengadopsi instrumen moneter langsung dan tidak langsung, yang
mempengaruhi baik supply maupun permintaan kredit bank, yaitu:
a. Ukuran atau aturan sisi penawaran (Supply)
Instrumen ini bertujuan untuk mengontrol kredit dari sistem perbankan
melalui batas kemampuan pembiayaan bank, yang meliputi:
55 Ibid, Muhammad, Kebijakan Moneter Dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam.
� Reserve Ratio
Setiap bank harus menyandangkan pada simpanan di BOS (Bank Of Sudan)
sedikitnya 20% (10% untuk simpanan dalam mata uang asing) dari total
dana simpanan masyarakat (dengan pengecualian simpanan investasi) yang
direfleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut.
� Internal Liquidity Ratio
Bank-bank komersial harus mencapai dan menjaga rasio likuiditas sebesar
10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk mata uang lokal.
� Credit Ceiling
Plafon kredit diprioritaskan pada pembiayaan yang ditujukan pada sektor-
sektor yang penting, seperti:
� Pertanian
� Ekspor
� Industri
� Pertambangan dan energi
� Transportasi dan pergudangan
� Profesional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil
� Sektor perumahan rakyat
� Investasi pada pasar saham resmi khartoum
Dimana minimun 90% dari dana kredit bank harus dialokasikan pada sektor
prioritas tersebut dan sisanya dialokasikan pada sektor non-prioritas termasuk
perdagangan domestik dan jasa yang tidak berhubungan dengan sektor prioritas.56
b. Ukuran atau aturan sisi permintaan (Demand)
Bank of Sudan telah berhasil menerapkan mekanisme margin keuntungan,
persentase partisipasi dengan musyarakah, dan ukuran permintaan lainya
sebagai instrumen moneter, khususnya pada beberapa tahun terakhir untuk
mengatur biaya pinjaman. BOS menerapkan sistem ”floor rate”, yang
digunakan sebagai alat moral suassion. Regulasi sisi permintaan ini
diharapkan berpengaruh pada kemauan peminjam atas kredit bank, yang
meliputi: marjin keuntungan minimum untuk perjanjian Murabahah,
berkisar antara 10%-50%, tergantung pada sektor dan mata uang yang
digunakan. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian musyarakah
sebagai alat untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya untuk
kredit, sampai dengan tahun 1998 jendela pembiayaan di BOS sebagai
fasilitas siaga yang dapat digunakan bank-bank, jika mereka memintanya
baik untuk keperluan karena kekurangan likuiditas maupun pembiayaan
investasi.
Aturan-aturan administratif dan kuantitatif, diantaranya adalah:
1. Ketentuan minimum 50% dari total kredit yang diberikan harus untuk
daerah rural:
56Adiwarman A karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT Radja Grafindo, 2007), hal. 230.
2. Kelompok bank-bank dapat membentuk portofolio kredit untuk sektor
prioritas hanya jika mereka memberitahukan BOS sebelumnya.
3. Kredit tidak akan diberikan kepada orang atau institusi yang gagal
memenuhi kewajibannya pada sistem perbankan kecuali jika disetujui
sebelumnya oleh BOS.
4. Persentase tertentu akan diambil dari pendapatan bank yang gagal dalam
menyelesaikan keterlambatan pembayaran kredit nasabahnya dimana
jumlah nominalnya akan ditambahkan pada bad deb provision.
5. Seluruh kredit harus dipastikan melalui bagian legal yang mematuhi
ketentuan syariah.
6. Operasi foreign exchange sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai
tukar uang, bukan untuk fungsi kontrol likuiditas.57
Dalam kaitan ini BOS memperkenalkan tiga instrumen yang sesuai dengan
syariah, yang termasuk ke dalam instrumen operasi pasar terbuka atau OMO (Open
Market Operations), yaitu CMC (The Central Bank Musharaka Certificate) dan
GMC (Goverment Musharaka Certificate ) dan Ijara’.
1) The Central Bank Musharaka Certificate (CMC), dimana fungsi sekuritas
bank sentral konvensional sebagai pengendali likuiditas uang terpenuhi
dengan keberadaan sekuritas yang berdasarkan sistem bagi hasil. CMC
memiliki karakteristik sebagai berikut:
57Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, hal.172
� Tidak mempunyai tanggal jatuh tempo.
� Berbasis ekuitas dalam jumlah tertentu dari investasi BOS dan
pemerintah di bank-bank komersial.
� Mempunyai nilai nominal uniform yang sebanding dengan nilai
akuntansi dari total jumlah investasi di bagi jumlah CMC yang
diterbitkan.
� Dapat diperdagangkan oleh pemilik dipasar sekunder melalui prosedur
administrasi standar, sedangkan pada pasar primer penjual adalah
melalui pelelangan.
2. Goverment Musharaka Certificate (GMC)
Yaitu instrumen yang memungkinkan pemerintah untuk melakukan
pengumpulan dana melalui penerbitan sekuritas yang menjanjikan kepada
investor suatu pengembalian yang di negosiasikan sebelumnya atas dasar
investasi mereka pada kumpulan asset pemerintah yang berbentuk kepada
kepemilikan pada perusahaan-perusahaan publik atau patungan yang
menguntungkan dalam oprasinya. Secara garis besar, kegunaan GMC ini
adalah, untuk: pembiayaan anggaran: instrumen OMO bagi BOS; mobilisasi
tabungan nasional; mendorong investasi; sebagai alat pengembangan pasar
uang yang sesuai dengan syariat Islam.
3. Ijara’ certificate (Sukuk)
Yaitu suatu sekuritas yang dimaksudkan untuk memobilisasi simpanan jangka
panjang yang digunakan untuk pembangunan proyek infrastruktur jangka
panjang yang dilakukan melalui sekuritas asset pemerintah berwujud, seperti
lapangan terbang, jalan raya, bangunan, pabrik, sekolah, rumah sakit,
pembangkit listrik, penyulingan minyak dan lainya. Dikarenakan pendapatan
yang dihasilkan oleh sekuritas ini (pendapatan sewa), serta basis assetnya
yang berwujud serta tersekuritas, maka sukuk ini dapat diperdagangkan di
pasar sekunder. Sukuk ini adalah instrumen finansial yang merepresentasikan
tiga perjanjian dasar, yaitu (1) perjanjian pembelian asset; (2) perjanjian sewa-
menyewa; dan (3) perjanjian penjualan asset.58
D. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah di Sudan
Strategi yang dipilih oleh pemerintah Sudan pada saat itu ialah strategi secara
komprehensif dengan langkah pertama mewajibkan semua bank melakukan konversi
menjadi bank Islam, setelah semua bank dikonversi menjadi bank Islam BOS
mendirikan dewan tinggi pengawas syariah di dalam struktur yang setingkat dengan
dewan gubernur. Kemudian, surat-surat berharga pemerintah yang masih berbasis
bunga seperti treasury bills dan obligasi pemerintah diganti dengan instrumen yang
sesuai dengan sistem Islam. Selain itu terdapat Strategi lainnya yang di lakukan yaitu:
a. Restrukturisasi Sistem Perbankan
Bank of Sudan (BOS) mengeluarkan kebijakan perbankan komprehensif
untuk tahun 1999-2002, yang menargetkan perkembangan sistem perbankan
di berbagai aspek, yaitu:
58
Ibid, hal. 56
� Pengembangan manajemen likuiditas.
� Pengorganisasian pasar valuta asing.
� Pengenalan teknologi perbankan.
� Pengawalan proses Islamisasi sistem perbankan.
Implementasi program restrukturisasi sistem perbankan dimulai tahun 2000
dengan tujuan untuk mendirikan institusi keuangan besar dan sehat dan dapat
menghadapi kompetisi perbankan ditingkat internasional, program ini meliputi
beberapa fase yaitu:
� Merger
� Tingkat modal minimum.
� Sektor bank pemerintah.
� Bank komersial.
� Bank dengan spesialisasi
� Cabang bank asing
� Pembiayaan macet di sistem perbankan dan
� Faktor-faktor yang membantu implementasi program.
� Program-program di atas masih terus berlanjut setelah tahun 2002.59
b. Instrumen Manajemen Likuiditas
Dalam pengembangan instrumen keuangan perbankan syariah,
pemerintah Sudan mengeluarkan beberapa instrumen nonfiskal syariah dalam
rangka pengendalian likuiditas perekonomian. Instrumen pertama ialah
59Ascarya, Akad dan Pengembangan Produk Bank Syariah, hal. 135
Central Bank Musharaka Sertificates (CMCs) yang dikeluarkan pada Juni
1998, instrumen ini setara dengan sertifikat bank sentral seperti Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) yang menggunakan akad berpola bagi hasil
Musyarakah.
Instrumen kedua adalah Goverment Musharaka certificates (GMCs)
yang dikeluarkan pada kuartal akhir 1998. instruman ini setara dengan Surat
Utang Negara (SUN) yang juga menggunakan akad berpola bagi hasil
Musyarakah.
Dan yang ketiga adalah Goverment Invesment Certificates (GICs)
yang diperkenalkan pada tahun 2003. Invesment ini setara dengan Goverment
Bonds atau obligasi pemerintah yang menggunakan pola bagi hasil.
c. Pengembangan Teknologi Perbankan
Dalam pengembangan teknologi perbankan, kebijakan perbankan
diarahkan untuk mendirikan jaringan dan pusat tekonologi dan informasi di
BOS. Pengembangan sistem perbankan meliputi sistem cabang, pengawasan
dan keuntungan manajerial.
Ada beberapa hal yang mencerminkan karakteristik perbankan syariah di
Sudan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Sistem Keuangan dan Perbankan.
Sudan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh terutama ekonomi
secara bertahap sejak tahun 1984 setelah konversi total lembaga keuangan
sangat diuntungkan karena infrastruktur dan perangkat lain juga dikonversi
sehingga hambatan oprasional bisa diminimalkan.
2. Aliran Pemikiran.
Mayoritas penduduk muslim menganut mazhab syarifi’i atau maliki.
Pendapat ulama di Sudan pada umumnya sama dengan pendapat ulama timur
tengah mengenai aplikasi tentang penerapan prinsip syariah dalam dunia
perbankan.
3. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-undang.
Sejak diberlakukannya syariah Islam di Sudan, undang-undang yang
mengatur lembaga keuangan diperbaharui sesuai dengan prinsip syariah.
Undang-undang perbankan yang baru dikeluarkan pada tahun 1991 yang
kemudian disempurnakan pada tahun 2003 untuk dapat disesuaikan dengan
perubahan-perubahan perbankan di dalam negeri dan luar negeri, dan undang-
undang yang baru memiliki landasan hukum yang kuat untuk menjalankan
operasinya secara syariah penuh.
Bank sudan diperkenankan untuk membeli dan menjual aset untuk
mendapatkan untung sehingga pola jual beli dan sewa diterapkan secara
menyeluruh. Bahkan, bank memiliki gudang dan inventori barang yang akan
dijualnya secara Murabahah.
4. Kedudukan Dewan Syariah.
Tugas utama dewan pengawas syariah (Sharia High Supervisory
Board) pada umumnya, antara lain: 1) bertindak sebagai satu-satunya badan
otoritas yang memberikan saran kepada BOS berkaitan dengan operasi
perbankan dan lembaga keuangan lainnya; 2) mengoordinasi isu-isu syariah
tentang keuangan dan perbankan syariah; dan 3) menganalisis dan
mengevaluasi aspek-aspek syariah dari skim atau produk baru yang diajukan
oleh institusi perbankan dan lembaga keuangan lain.
Selain itu keberadaan dewan pengawas syariah di dalam struktur bank
sentral dimaksudkan untuk meningkatkan respon dan efektivitas pengambilan
keputusan dan fatwa-fatwa yang berhubungan dengan permasalahan syariah
yang dihadapi oleh perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Dewan pengawas syariah juga melakukan berbagai macam penelitian,
menyelenggarakan konprensi, seminar dan rangkaian pengajaran yang bekerja
sama dengan satuan-satuan kerja terkait di BOS, dan menyediakan layanan
konsultasi kepada perbankan dan lembaga-lembaga lainya terkait dengan
hukum Islam.
5. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya.
Seperti yang telah dipaparkan, bahwa strategi yang digunakan yaitu
memilih pendakatan komprehensif yang bertahap dan tidak melanggar dan
serta hati-hati dengan prinsip syariah. Seperti menerapkan bentuk Murabahah
sederhana, dimana bank menyimpan stok barang yang akan dijual, membatasi
marjin keuntungan pembiayaan Murabahah, membatasi pangsa Murabahah
dalam portofolio bank dan melakukan penilaian kualitas pembiayaan bagi
hasil ( mudharabah dan musyarakah ) pada akhir periode. Dengan cara ini
pangsa pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) diperbankan
Sudan mencapai 28.9 persen pada tahun 2003, sementara pembiayaan
Murabahah mencapai 44.7 persen. Prestasi yang dicapai perbankan Sudan ini
merupakan pencapaian terbaik dibandingkan perbankan syariah di negara
lain.60
E. Akad Bank Syariah di Sudan
Bank syariah di Sudan menerapkan akad-akad yang disepakati oleh sebagian
(jumhur ulama) sesuai dengan prinsip syariah untuk produk dan instrumen keuangan
syariah yang ditawarkan kepada nasabah. Akad-akad tersebut meliputi akad-akad
untuk pendanaan, pembiayaan, dan jasa perbankan, sebagai berikut:
� Pendanaan : Wadiah, Mudharabah
� pembiayaan: Murabahah Sederhana, Salam, Mudharabah, Musyarakah,
Ijarah, dan Mugawla
� Jasa Perbankan : Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, Sharf, dan Ujr
� Instrumen Keuangan Syariah: Musyarakah, Mudharabah, Ujr
Akad-akad yang digunakan bank syariah di Sudan dapat diklasifikasikan pada
tabel berikut:
60 Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, hal.139
Akad Pendanaan Pembiayaan Jasa perbankan
Standar Wadiah,
Mudharabah
Salam,Mudharabah, Musyarakah,
Ijara
Wakalah,Kafalah,Hawalah,
Rahn, Sharf, Ujr
Khas Murabahah sederhana,
Tawarruq, Mugawla
Kurang
digunakan
Istisna
Banyak
digunakan
Murabahah Sederhana,
Mudharabah, Musyarakah, Salam,
Qardh al Hasanah
Pada tabel di atas terlihat bahwa selain menggunakan akad-akad standar,
perbankan syariah Sudan juga menggunakan akad-akad khas yang jarang diterapkan
di negara lain, yaitu Murabahah sederhana dan Mugawla. Akad salam banyak
digunakan untuk pembiayaan disektor pertanian. Sementara itu akad Istisna tidak
populer di Sudan.61
Beberapa akad khas yang digunakan perbankan syariah di Sudan, seperti
Murabahah sederhana yaitu bentuk akad Murabahah ketika penjual memasarkan
barangnya kepada pembeli dengan harga sesuai harga perolehan ditambahin marjin
keuntungan yang diinginkan.
Murabahah yang dipraktikan oleh bank syariah di Sudan mempunyai
karakteristik atau ketentuan yang berbeda dengan Murabahah di bank negara lain.
Perbedaan karakteristik atau ketentuan tersebut, antara lain:
a) Bank syariah memiliki stok barang yang akan dijual.
b) Marjin keuntungan bank syariah dibatasi
61 Ibid h. 140
c) Portofolio Murabahah dibatasi
Karakteristik Murabahah yang berbeda ini dilandasi pada pemahaman
Murabahah bukanlah akad utama dan ideal untuk digunakan dalam transaksi bank
syariah, melainkan akad-akad bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah.
Pandangan ini merupakan pandangan yang berhati-hati dalam penerapan prinsip-
prinsip syariah, seperti yang dikemukakan oleh Usmani (1999), yang mengatakan
bahwa bentuk pembiayaan Murabahah bukan merupakan bentuk pembiayaan utama
yang sesuai dengan syariah.
Tawarruq juga merupakan akad khas perbankan syariah di Sudan yang
merupakan akad jual beli yang melibatkan tiga pihak, ketika pemilik barang menjual
barangnya kepada pembeli pertama dengan harga dan pembayaran tunda, dan
kemudian pembeli pertama menjual kembali barang tersebut kepada pembeli akhir
dengan harga dan pembayaran tunai. Harga tunda lebih tinggi dari pada harga tunai,
sehingga pembeli pertama seperti mendapatkan pinjaman uang dengan pembayaran
tunda. Dibawah ini adalah tabel mengenai pendapat ulama tentang tawarruq sebagai
berikut:
Ulama Pendapat Alasan
Jumhur ulama Boleh Diartikan sebagai jual beli
Bin Baaz Boleh Berbeda dengan bai’ al-Inah dan memudahkan serta
memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhannya
Ibn Uthaimeen Boleh Merupakan salah satu jenis pinjaman yang
diperbolehkan dengan membeli suatu butir untuk
suatu pembayaran angsuran, kemudian menjualnya
kepada orang lain.
Ibn Taimiyah Dilarang Sama Dengan Bai’ Al- Inah. Namun Dibolehkan
Dengan Syariat:
• Bahwa Seseorang Sedang Kekurangan Uang. Jika
Tidak Kekurangan Uang Maka Tidak Diizinkan.
• Bahwa Ia Tidak Memperoleh Uang Dengan Cara
Yang Diizinkan, Seperti Dengan Cara Pinjaman.
• Bahwa Kontrak Tidak Meliputi Format Riba
• Peminjam Tidak Menjualnya Sampai Ia Telah
Menempati Tentangnya Dan Memindahkan
Kepemilikannya Sebab Nabi melarang penjualan
suatu butir sebelum pedagang pindah gerak
Abu Hanifah Dilarang Boleh, jika melibatkan pihak ketiga (bukan sale and
buy back)
Akad tawarruq banyak digunakan di negara Timur Tengah sebagai
manajemen likuiditas. Tawarruq disebut juga sebagai credit murabaha.62
F. Produk Perbankan Syariah di Sudan
Produk dan jasa di Sudan sangat bervariasi mencapai lebih dari 40 jenis
produk dan jasa keuangan syariah dengan menggunakan akad yang bervariasi juga.
Produk dan jasa yang ditawarkan sangat mirip dengan yang ditawarkan perbankan
konvensional. Di Sudan, penamaan produk dan jasa keuangan syariah mengikuti
nama produk dan jasa keuangan konvensional dengan menambah inisial i di
belakangnya yang menunjukan bahwa produk dan jasa tersebut adalah produk dan
jasa yang menggunakan prinsip syariah (Islamic). Misalnya, tabungan atau saving
account- i, pembiayaan proyek atau project financing diberi nama project financing-
i, dan seterusnya. Dibawah ini adalah produk dan jasa keuangan di Sudan:
62 Ibid h. 145
� Pendanaan
Produk/jasa akad
Giro Wadiah yadhamanah
Tabungan Wadiah yadhamanah/ Mudharabah
Deposito/investasi umum Mudharabah
Deposito/ /investasi khusus Mudharabah
� Pembiayaan
Produk/jasa Akad
Modal kerja Mudharabah, Musyarakah
Investasi Mudharabah,Musyarakah,Murabahah
Pembiayaan proyek Mudharabah,Musyarakah,Murabahah
Pengadaan barang investasi Mudharabah,Musyarakah,Murabahah
Pembiayaan perdagangan DN Musyarakah
Pembiayaan barang impor Musyarakah
Pembiayaan pertanian Musyarakah, Salam
Pembiayaan peralatan Murabahah
Pembiayaan aset tetap Murabahah
Pembiayaan stok barang Murabahah
Pengadaan barang konsumsi Murabahah
Pembiayaan properti Murabahah
Pembiayaan rumah/toko/kantor Murabahah
Pembiayaan kendaraan bermotor Murabahah
Pembiayaan komputer Murabahah
Pembiayaan pabrik dan mesin Murabahah, Istisna
Pemesanan barang investasi Istisna
Renovasi Istisna
Pembiayaan talangan Qard
Pinjaman kebajikan Qardul hasan
Gadai Rahn/ Qard
Takeover Hawalah
• Aplikasi Musyarakah dalam Perdagangan Dalam Negeri
Bank syariah di Sudan (Al-Baraka Islamic Bank) menggunakan
musyarakah untuk membiayai jual beli barang pasar lokal. Dalam hal ini bank
melakukan perjanjian kemitraan (patnership) dengan nasabah untuk jual beli
barang-barang lokal yang spesifikasinya telah ditentukan oleh nasabah. Total
biaya barang dan kontribusi dalam biaya barang sesuai dengan kesepakatan,
rekening khusus musyarakah dibuka pada bank tersebut segera setelah selesai
akad ditandatangani dan menjadi tanggung jawab para mitra.
Keuntungan dibagi sesuai dengan porsi bersama dari keuntungan
bersih kepada nasabah. Sisanya dibagikan kepada para mitra sesuai proporsi
modalnya. Jika terjadi kerugian, para mitra menanggung kerugian sesuai porsi
modalnya.
• Aplikasi Musyarakah pada Impor Barang
Bank syariah di Sudan juga menggunakan musyarakah untuk
membiayai impor barang, akad ini pada dasarnya sama dengan
perdagangan luar negeri hanya berbeda pada detailnya. Dalam hal ini
importir meminta bank untuk berpartisipasi dalam impor dan penjualan
barang tertentu. Biaya total impor dan kontribusi modal masing-masing
ditetapkan, dan biayanya dari keseluruhan transaksi dalam valuta asingnya.
Pihak importir akan membayar sebagian kontribusinya setelah akad ditanda
tangani dan sisanya setelah menerima invoice.
Rekening khusus musyarakah dibuka lalu bank membuka L/C
(letter of credit) untuk kepentingan importir dan membayar penuh kepada
eksportir setelah menerima dokumen pengapalan barang. Kemudian biaya
asuransi dibebankan kepada rekening transaksi. Importir bertanggung
jawab atas urusan pabean, dan penjualan barang.
Keuntungan bersih dibagi sesuai dengan porsi yang disepakati dan
jika terjadi kerugian ditanggung bersama sesuai porsi modalnya.
� Jasa Perbankan
• Jasa Produk
Akad yang digunakan oleh jasa produk ini sebagian besar menggunkan
akad Ujr, diikuti wakalah dan kafalah.
• Jasa Operasional
Akad yang ditawarkan pada jasa operasional sebagian besar
menggunakan akad wakalah.
• Jasa Investasi
Akad yang ditawarkan pada jasa investasi semuanya menggunkan
mudharabah muqayadah.63
63 Ascarya, Akad Dan Pengembangan Produk Bank Syariah, hal. 145-150
BAB IV
PERANAN PERBANKAN SYARIAH TERHADAP STABILITAS MONETER
DI SUDAN
A. Peranan Perbankan Syariah dalam Menciptakan Stabilitas Moneter di
Sudan
Negara Sudan yang termasuk ke dalam anggota negara Arab, pada data tahun
2004 menyebutkan nilai impor Arab dari komoditi pertanian mencapai angka 21,7
milyar dolar per tahun dan komoditi bahan makanan senilai 18,3 milyar dolar
setahun. Angka tersebut sudah pasti membengkak dengan kenaikan harga pangan
dunia dalam dua tahun belakangan ini yang kenaikannya mencapai 80 % pada tahun
2007 dan 35 % pada awal tahun 2008 ini.
Mengapa bisa demikian, apakah karena Arab tidak memiliki lahan pertanian
yang cukup untuk berswasembada pangan, jawabannya adalah lahan pertanian di
Arab sangat luas (meskipun sebagian besar luas daratan terdiri dari padang pasir)
yang apabila dimanfaatkan separuhnya atau sepertiga saja dari lahan tersebut sudah
lebih dari mencukupi kebutuhan
Yang jelas tidak adanya perhatian terhadap sektor pertanian, hal ini lebih
dimaksudkan sebagai dampak “bom” minyak sejak tahun 70-an lalu. Sehingga
semboyan negara-negara Arab kaya minyak adalah “money can buy” lalu
mengenyampingkan investasi disektor pertanian yang sangat vital tersebut.
Namun pada saat ini, Minyak bumi menjadi tulang punggung ekonomi.
Ekspor minyak bumi dimulai pada paruh 1999 dan sejak saat itu baik produksi
maupun perannya bagi perekonomian meningkat pesat. Minyak Sudan mulai
dieksplorasi pada pertengahan 70-an dan bisa mengkover kebutuhan ekonomi dan
energi Sudan. Menurut CIA Fact Book, Sudan secara total memiliki cadangan minyak
yang sudah terbukti (Oil-proved reserve) sebesar 6,49 miliar barel (estimasi 2007).
Carola Hoyos pada 2 Maret 2006 menulis di Sudan Tribun bahwa produksi minyak
Sudan sebesar 500.000 barel/hari. Sedangkan untuk produksi tahun 2008 menurut
catatan Wikipedia sebesar 520.000 barel/hari.64
Pada tahun 70-an ketika minyak tidak menjadi solusi, maka alternatif yang
paling mendekati kenyataan untuk mengatasi bahaya keamanan pangan Arab adalah
pemanfaatan lahan pertanian di Sudan. Yang merupakan negara Arab terluas dengan
areal 2,5 juta km2 atau sekitar 250 juta hektar. Areal pertaniannya mencapai 84 juta
hektar dan sekitar 65 juta hektar atau menyamai luas seluruh areal pertanian semua
negara Arab lainnya, belum tergarap.
Dalam sebuah wacana Abdullah Al-Qafari dalam artikelnya di harian Al-
Riyadh (Senin, 7/4/08) beliau mengibaratkan Sudan sebagai lumbung gandum dan
depot roti bagi seluruh negara Arab bila negara-negara Arab kaya mau berinvestasi di
negara tersebut. Sudan adalah depot roti arab yang membutuhkan kemitraan strategis
dengan negara-negara Arab kaya sebab negara ini kesulitan sumber investor. Kita
64www.traveldocs.com, Sudan Africa, Maklumat Politik Sudan, diakses pada tanggal 03 november 2008.
tidak mungkin memaksakan peningkatan produk pertanian di negara-negara Arab
yang lahan pertaniannya terbatas.65
Apa yang dinyatakan Al-Qafari itu sebenarnya pernah dicoba Arab Saudi
pada tahun 80-an. Saat itu negeri produsen minyak terbesar didunia itu
mengumumkan keberhasilannya swasembada gandum (makanan pokok). Tapi
harganya terlalu mahal yakni terkurasnya air dalam tanah yang diperkirakan akan
kering dalam tempo dua dekade. Akhirnya belum lama ini, negara petrodollar
tersebut mengumumkan penghentian kebijakan swasembada yang menyebabkan air
dalam perut bumi kering tersebut.
Jalan keluarnya adalah menanam modal di Sudan. Sebuah keputusan yang
tepat seperti dilaporkan TV MBC, Saudi yang berpusat di Dubai (Senin, 7/4/08). Yang
mengatakan bahwa Bersama dengan Mesir, negeri tempat dua tanah suci umat Islam
sedunia itu mulai melakukan investasi besar-besaran dibidang pertanian di Sudan.
Selama ini memang bukan karena masalah modal, tapi “Political Will” negara-negara
kaya Arab yang belum ada disamping masih termakan rayuan negara-negara industri
Barat agar terus mengimpor bahan pangan dari luar.66
Pertanian dan minyak merupakan tulang punggung dari ekonomi Sudan,
kontribusinya kepada GDP sebesar 48% dan memberikan pekerjaan kepada penduduk
sebanyak 65% dari populasi. Dan negara menyediakan sebanyak 80% dari laba
ekspor. Sektor pertanian merupakan sumber dari bahan mentah yang kemudian
65EIU, Global Peace Index, diakses pada 24 Juli 2008 dari http://hdrstats.undp.org/countries/datasheets 66
Ibid
diproses di pabrik yang letaknya di Sudan, dan ikut menyumbangkan sekitar 17%
pada GDP. Pada masa itu, kondisi pertumbuhan ekonomi tidak menentu
menyebabkan terjadi ketergantungan yang sangat pada sektor pertanian, dan
perubahan badan pada pasar komoditas dasar.
Pemerintah Sudan mengembangkan kebijakan moneter untuk mendorong
sektor pertanian. Untuk mempertingginya persaingan pada ekspor pertanian Sudan,
Semua pajak langsung pada produksi pertanian dibatasi. Bank di instruksikan
langsung 50% pendanaan mereka pada sektor pertanian. Pada tahun 1993 pembiayaan
atau pendanaan bank pada sektor pertanian ditambahkan dari 7% dari total
pembiayaan sebanyak 35% dan mengalami kemunduran sebanyak 22% pada tahun
2000. Penambahan pembiayaan pada sektor pertanian, yaitu pada biaya industri dan
sektor ekspor.
Ekonomi Sudan menurut laporan New York Times termasuk diantara 10
negara di dunia dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada dua tahun terakhir.
Sudan pada dasarnya adalah negara agraris. Sektor pertanian merupakan sektor yang
menyerap sebagian besar angkatan kerja (80 %) tetapi hanya memberikan kontribusi
GDP sebesar 31,9 %. Sebaliknya sektor industri yang menyerap 7 % angkatan kerja
dan menyumbang 34,2 % GDP, sementara sektor jasa menyerap 13 % angkatan kerja
dan menyumbang 33,9 % GDP.67
Bank Sudan telah didirikan pada tahun 1960 untuk mengawasi sektor bank
yang memiliki cabang bank asing. Di tahun 1960 bank komersil juga telah didirikan
67www.traveldocs.com, Sudan Africa, diakses pada tanggal 03 november 2008.
dari 100% modal Sudan. Yang pertama didirikan pada tahun 1977 yaitu Faisal
Islamic Bank, perubahan pertama untuk sektor perbankan pada tahun 1983 ketika
keputusan dibuat disesuaikan dengan semua transaksi pembiayaan berprinsip Islam.
Sejak tahun 1983 beberapa bank Islam dimasukan pada pasar Sudan, seperti
Tadamoun Islamic bank, Sudanese Islamic bank, Albaraka Bank. Sejak 1992 Sudan
membangun seluruh sektor pembiayaan dengan menggunakan prinsip Islam dan
semua transaksi pembiayaan yang tidak sesuai dengan syariah tidak diperbolehkan.68
Struktur lembaga pada sektor bank telah ditetapkan pada tahun 1990.
Aktivitas bank Islam berkembang pesat setelah tahun 1975 sebagai hasil dari
booming harga minyak yang membawa modal masuk dalam jumlah yang sangat
banyak, oleh karena itu ditambah permintaan dari para investor muslim yang ingin
menginvestasi dengan jalan yang tidak bertentangan dengan syariah. Di tahun 1970an
institusi pendanaan Islam di fokuskan pada pendanaan perdagangan dan kegiatan
sewa. Di tahun 1990an jumlah dana investasi Islam yang baru diluncurkan untuk
mengatur banyaknya jumlah fortofolio yang terbagi di perusahaan-perusahaan yang
aktivitasnya cocok dengan prinsip Islam dan banyak bank-bank komersil dimulai
dengan kegiatan bank Islam. Para banker melaporkan bahwa ada lebih dari 113 bank
Islam dan institusi investasi Islam memegang lebih $ 147 miliar dari aset seluruh
dunia.69
68
Islamic Development Bank, hal.18 69
Islamic Development Bank, hal. 11
Bank Islam memiliki prospek yang bagus dan diharapkan berkembang lebih
lanjut dengan populasi muslim yang diperkirakan sebanyak 1.2 bn dari seluruh dunia
dan institusi pendanaan Islam belum cukup diuntungkan dari potensi mereka pada
aset yang dihasilkan. Pasar pendanaan Islam masih dibawah pembangunan dan
mereka menghadapi tantangan yang serius. Sudan salah satu negara yang membangun
sistem pendanaan dengan prinsip Islam, pertama ukuran efisiensi bank Islam di
Sudan menggunakan analisis batas cadangan biaya, kedua menyediakan gagasan
rekomendasi pembuat kebijakan untuk Sudan dan strategi manajemen bank sebagai
kelangsungan hidup menggabungkan bank dan menampilkan bank asing vis-à-vis
dengan bank domestik.70
Pada tahun 1990-2000, bank Islam di Sudan belum menciptakan keadaan
yang stabil. Meskipun rata-rata efisiensi hampir stabil pada tahun 1990-2000, namun
terdapat perbedaan efisiensi yang luas antara bank-bank di Sudan. Bank asing walau
kecil jumlahnya, mereka lebih efisien dibandingkan bank negeri dan bank-bank yang
bekerja sama dengan asing. Pada saat itu bank Sudan belum siap untuk menghadapi
tantangan globalisasi.71
Bank Islam di Sudan memulai fungsinya pada februari 1960, dengan formasi
yang bersifat alami. Di ibaratkan bank sebagai seseorang yang juridikal yang telah
memilki status mandiri. Sasaran hasil dari BOS adalah:
70
Ibid, hal.12 71
Ibid, hal.10
1. Untuk mengatur pengeluaran mata uang dan koin.
2. Mengatur dan memonitor aktivitas dari sistem perbankan di dalam negeri.
3. Untuk memastikan stabilitas keuangan dalam negeri.
4. Untuk memastikan pengembangan yang seimbang dan sistematis dari
ekonomi Sudan.
5. Untuk memperkuat stabilitas mata uang eksternal.
6. Sebagai tindakan bankir kepada pemerintah dan sebagai penasihat dalam
masalah keuangan.
Oleh karena itu hukum diperlukan untuk menyelesaikan beberapa fungsi
berikut:
1. Mengeluarkan uang kertas dan koin dan mengendalikan peredaranya.
2. Mengatur utang negara internal dan eksternal.
3. Merumuskan dan menerapkan strategi keuangan.
4. Menyelesaikan perencanaan dan riset dalam rangka memudahkan
pengembangan yang menyangkut ekonomi.
5. Mengatur volume kredit dalam peredaraanya dalam negeri.
Pada saat itu terdapat beberapa hal yang menarik ditemukan muncul di sektor
perbankan diantaranya, untuk memperbaiki efisiensi bank Sudan menambahkan
pembayaran Capital Ratio mereka yang rendah tetapi tidak selesai dengan
menggabungkan dan aktivitas pendapatan saja, bank Sudan memiliki keuntungan dari
sistem murabahah dan musyarakah dimana pembiayaan belum sepenuhnya
digunakan, bank Sudan sungguh-sungguh mengimplementasikan program untuk
mengembangkan modal untuk mengurangi arus pada level ketidak efesiensian
harga.72
Sejak pertengahan 1990 telah ada kemajuan nyata didalam peraturan dan
pengawasan bank. BOS telah mulai untuk mengurangi pembatasan keuangan dan
sistem bank yang liberal dan bank-bank yang berhubungan pada aktivitas pasar dalam
inter- bank.
Prinsip-prinsip akunting yang seragam untuk semua lembaga keuangan di
Sudan telah diperkenalkan pada 1998. Kunci item pada neraca bank telah dimonitor
oleh BOS. Bank menyampaikan informasi yang spesifik kepada BOS setiap hari,
mingguan, bulanan, kuartal dan basis tahunan. Finance Ceiling untuk pertanian turun
ke 30 persen pada 1998. Sejak 1999 tidak ada keuangan minimum yang diperlukan
untuk sektor pertanian, lembaga keuangan bebas untuk mengalokasikan keuangan ke
sektor ekonomi yang berbeda tanpa interversi dari BOS. Margin keuntungan atas
murabahah yang dikeluarkan oleh BOS merupakan tanda dan bank bebas untuk
menetapkan batas keuntungan mereka sendiri.
Negara Sudan telah banyak mengalami berubahan yang pesat dalam jangka
waktu yang tidak lama, namun pada tahun 2003 dalam sebuah wacana telah
menceritakan bahwa tata kota negara tersebut sangat kacau, diantaranya banyak jalan-
jalan yang hancur, jalan-jalan nya sempit, bangunan-bangunanya tampak tidak terurus
dan disisi-sisi jalan banyak tersimpan barang-barang impor yang belum di urus dan
72 Ibid.
lain sebagainya yang dapat merusak pemandangan kota dari negara tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya konflik Darfur.
Namun sejak tahun 2006, suasana negara Sudan berubah drastis. Jalan-jalan
luas, pusat pertokoan bertambah, bangunan-bangunan megah menjulang tinggi
bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan, beberapa mall dan pusat perbelanjaan besar
yang dibangun oleh pengusaha Saudi menambah semarak kota Khartoum.
B. Keadaaan Ekonomi Sudan Sebelum dan Setelah Menggunakan Sistem
Ekonomi Syariah
Sebelum sistem perbankan di Islamisasi, Bank Sentral Sudan (Central Bank
Of Sudan-BOS) sangat tergantung pada instrument langsung, yaitu: Interest Rate
Controls, Credit Ceiling, Statutory Liquidity Ratio, Bank Rate (rediscount rate).
Instrument ini tampaknya sangat efektif pada awalnya, sebab pada waktu itu ekonomi
Sudan ditandai dengan sistem keuangan tidak ada persaingan (non- competitive
financial) dan pasar modal primer dan sekunder kurang dikembangkan serta adanya
kelangkaan modal.
Sekalipun begitu, instrument yang demikian itu mengarahkan pada distorsi
sumber daya bank, campur tangan pemerintah dengan mekanisme harga,
pendistribusian kredit dan kesalahan alokasi dan distrorsi kompetisi dengan
pembebanan hambatan manajemen aset bank. Sebagai hasilnya BOS mengambil jalan
instrument tidak langsung (indirect instrument) seperti persyaratan cadangan (reserve
requitment) dan (open market operation) oprasi pasar terbuka, (pembelian dan
penjualan sekuritas pemerintah).
Pada tahun 1984, dan setelah pengenalan hukum syariah di Sudan, bank
sentral mengeluarkan aturan bagi semua bank yang beroprasi di Sudan mengikuti
prinsip Islam dalam aktivitasnya dan di anjurkan supaya tidak menerima deposito
yang berbasis bunga atau mengeluarkan kredit dengan unsur riba.
Penting untuk disebutkan disini, bahwa setelah Islamisasi dari sistem
perbankan di Sudan, BOS tidak memakai instrumen Treasure Bills dan obligasi yang
pada aplikasinya mengacu pada bunga. Sebagai pengganti bunga instrumen ini tegas
bahwa BOS telah mengeluarkan sertifikat keuangan yang sesuai dengan sistem
keuangan Islam.
Kebijakan moneter Sudan merupakan masalah yang berkaitan dengan tujuan
kebijakan makroekonomi, yang mencakup upaya peningkatan tingkat pertumbuhan
GDP dan stabilitas moneter melalui penurunan tingkat inflasi.
Pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) dan jasa yang diukur dalam
mata uang suatu merupakan nilai dari semua produk akhir, baik barang negara. GDP
negara Sudan setelah melakukan Islamisasi yaitu pada tahun 1994 rata-ratanya
hampir 7%, didapat dari produk nasionalnya yang mencapai $23.7 miliar, dan produk
nasional perkapita sebanyak $870. Rata-rata tingkat inflasi Sudan mencapai 112%
dan pengangguran sebayak 30%.Sedangkan pada tahun 2008 GDP Sudan mengalami
pertumbuhan sebanyak US$ 36.7, GDP perkapitanya sebanyak US$ 937. Dan jumlah
pengangguran pun berkurang menjadi hanya sebesar 19%, ILO (International Labour
Organitation) memasukan masyarakat Sudan yang kehilangan pekerjaanya.73
Agar lebih jelas lagi, dapat dilihat tabel berikut dibawah ini yang merupakan
tabel GDP (Gross Domestic Product) Sudan, dari tabel tersebut dapat kita lihat
perubahan dari peningkatan dan penurunan pertumbuhan yang terjadi di antara tahun
2007-2008 :
Keterangan 2007 2008
Jumlah GDP (US$PPP bn) 83.5 71.9
Jumlah GDP (US$ bn) 29.7 36.7
GDP per kapita 648 973
Gini coefficient 51 51
Harapan hidup 58.6 56.7
Pengangguran 19% 19%
Sumber : www.visionofhumanity.org/gpi/result/Sudan/2007-2008.
Angka pertumbuhan ekonomi Sudan pada tahun 2008 yaitu rata-rata 5,1%,
sedangkan inflasi rata-rata 9,2%. Mata uang Sudan adalah ‘Sudanese Dinar (SDD)’.
US $ 1,- sama dengan 263.306 SDD.74 Untuk lebih lengkapnya data-data tentang
pertumbuhan GDP Sudan dari tahun 1980 sampai 2008, terdapat pada lampiran. Dan
dari data tersebut semakin lama dari tahun ketahun GDP Sudan semakin meningkat,
namun pertumbuhan ekonomi merupakan suatu peristiwa yang tak dapat dipastikan,
73
Ibid, EIU, Global Peace Index. 74www.chamzawi.wordpress.com, Islam di Sudan, 26 july 2008, di akses pada tanggal 20 okt 2008.
semuanya bergantung pada peristiwa dan kondisi didalam negara tersebut, yang pada
dasarnya pertumbuhan ekonomi selalu berfluktuasi.
Dari data yang terlampir, sebelum Sudan menerapkan hukum Islam pada
sistem perekonomiannya GDP Sudan pada tahun 1980 hanya 2.5, dan semakin
meningkat sampai tahun 1982, namun pada tahun 1983 terjadi perang karena adanya
pemberontak kristen yang dibantu oleh AS dan menyebabkan krisis dinegara ini.
Akibatnya GDP Sudan menurun menjadi (-1.51). Namun, pada saat ini pertumbuhan
ekonomi Sudan sudah semakin membaik walau terkadang masih mengalami
penurunan, tetapi penurunan pertumbuhan ekonomi dari tahun-tahun sebelumnya
tidak signifikan dibandingkan sebelum diberlakukanya hukum Islam, pada tahun
1984.
Prinsip transaksi syariah yang digunakan oleh Sudan yang dikenal sebagai
Government musharakah Certificate (GMCs) dan Central Bank Musharakah
Certificate (CMC) sebagai salah satu instrument pengendalian moneter. Berbentuk
seperti surat hutang pemerintah dengan prinsip mudharabah, sebagai instrumen untuk
mendapatkan dana guna membiayai proyek pembangunan milik pemerintah,
instrumen ini setara dengan treasure bills atau surat hutang negara. Berikut adalah
tabel posisi (GMCs) pada tahun 2005 yaitu:
Particulars No. sertifikat Value(SDD juta)
Posisi sertifikat pada 15/02/2005 2.579.817 128.990.85
Sertifikat yang dikeluarkan 0 0
Sertifikat yang dicairkan 756.670 378.335
Posisi pada 15/02/2005 1.823.147 91.157.35
Sumber : Sudan Financial Services Company
Pada pertengahan februari 2005 tingkat inflasi sebesar 5.2%, pada saat itu
tingkat inflasi menurun dibandingkan pada pertengahan januari 2004 yaitu sebesar
8.4%. dan pada tahun 2006-2007 tingkat pertumbuhan PDB (Product Domestic
Bruto) yaitu lebih dari 10% pertahun dan laju inflasinya pada tahun 2007 yaitu
sebesar 5.3%.75
Pada beberapa tahun terakhir, keuntungan dari eksport minyak telah menjadi
mesin pendorong pertumbuhan ekonomi Sudan. GDP Sudan pada tahun 2003
mengalami pertumbuhan 6,1 % (wikipedia). Menurut CIA Fact Book pertumbuhan
ekonomi Sudan pada tahun 2006 dan 2007 diatas 10 %. GDP per kapita sebesar US $
2200 (est. 2007). Sedangkan angka inflasinya mencapai 8 % (est. 2007 – CIA Fact
Book). Meski angka pertumbuhannya pada beberapa tahun terakhir terhitung fastastis
namun angka penganggurannya masih besar (18,7 %) dan sebanyak 40 %
penduduknya berada dibawah garis kemiskinan.76
Artinya pertumbuhan ekonomi itu lebih banyak karena windfall profit dari
kenaikan harga minyak. Tinggal selanjutnya keuntungan yang besar itu harus
75www.bankof sudan.org..com, The Economic Brief , di akses pada tanggal 05 Agustus 2008. 76 www.traveldocs.com, Sudan Africa
disalurkan ke sektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja. Sudan menikmati
pertumbuhan tinggi baru tahun-tahun terakhir ini.77
Dari penjelasan di atas dapat diketahui Sudan mulai banyak mengalami
perkembangan dan kemajuan diberbagai bidang, terutama disektor riil yang
merupakan salah satu jalan peredaran uang dalam kegiatan ekonominya.
Dibawah ini terdapat beberapa nama-nama bank yang berdiri di Sudan dimana
sistem yang digunakan sesuai dengan prinsip Islam atau syariah, diantaranya yaitu:
1. Al Baraka Al Sudani, Khartoum. (Dallah Al Baraka Group)
2. Al Shamal Islamic Bank
3. Al Tadamon Islamic Bank, Khartoum
4. Animal Resources Bank
5. El Gharb Islamic Bank (Islamic Bank for Western Sudan)
6. Faisal Islamic Bank of Sudan, Khartoum
7. Islamic Bank of Western Sudan, Khartoum
8. Islamic Co-operative Development Bank, Khartoum
77
Ibid
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peran perbankan syariah terhadap stabilitas moneter Sudan yaitu melalui
beberapa instrument yang diambil BOS (Bank of Sudan) seperti instrument
tidak langsung (Indirect Instruments) yaitu persyaratan cadangan (reserve
requitment) dan (Open Market Operation) oprasi pasar terbuka, (pembelian
dan penjualan sekuritas pemerintah) dan melarang segala bentuk transaksi
yang berhubungan dengan riba, karena sebelumnya BOS menggunakan
instrument langsung (Interest Rate Controls, Credit Ceiling, Statutory
Liquidity Ratio, Bank Rate /rediscount rate), yang mempengaruhi Supply dan
Demand, dimana instrumen ini masih tidak sesuai dengan syariah Islam.
Dengan diterapkannya hukum Islam, berangsur-angsur kondisi ekonomi
Sudan semakin pulih meski diwarnai oleh keadaan negara yang tidak aman
akibat terjadinya konflik, hal ini berdampak pada krisis yang melanda negeri
itu. Setiap pertumbuhan ekonomi dalam satu negara selalu berfluktuasi, sesuai
dengan keadaan negara yang bersangkutan.
Dengan dilarangnya sistem riba pada perbankan di Sudan, dan menggantinya
dengan sistem syariah, maka sistem ini membatu Sudan meningkatkan
pertumbuhan dan menstabilkan ekonominya melalui instrumen-instrumen
yang sesuai dengan syariah. Dengan begitu terciptanya keadilan, melalui
pembiayaan dan penyimpanan dana masyarakat dengan sistem Profit And
Loss Sharing, semakin banyak masyarakat yang meminjam modal untuk
membuka usaha, darinya akan terbukalah kesempatan kerja dan seiring
dengan itu, maka pengangguran berkurang, pendapatan nasional dan daya beli
masyarakat pun meningkat.
2. keadaan ekonomi Sudan pada saat sebelum dan sesudah diterapkannya sistem
ekonomi syariah yaitu memiliki perbandingan yang cukup berbeda, dapat
dilihat dari lampiran data yang didapat, bahwa Sudan setelah melakukan
Islamisasi yaitu pada tahun 1994 rata-rata nya hampir 7%, didapat dari produk
nasionalnya yang mencapai $23.7 miliar, dan produk nasional perkapita
sebanyak $870. Rata-rata tingkat inflasi Sudan mencapai 112% dan
pengangguran sebayak 30%. Pada pertengahan februari 2005 tingkat inflasi
sebesar 5.2%, pada saat itu tingkat inflasi menurun dibandingkan pada
pertengahan januari 2004 yaitu sebesar 8.4%. Sedangkan pada tahun 2008
GDP Sudan mengalami pertumbuhan sebanyak US$ 36.7, GDP perkapitanya
sebanyak US$ 937. Dan jumlah pengangguran pun berkurang menjadi hanya
sebesar 19%. Hal ini menunjukan bahwa dari semua indikator pertumbuhan
ekonomi suatu negara, pertumbuhan dan stabilitas perekonomian Sudan
mengalami kemajuan pesat. Ditandai oleh GDP yang mengalami peningkatan
walau jumlah pengangguran masih besar. Artinya pertumbuhan ekonomi itu
lebih banyak karena windfall profit dari kenaikan harga minyak. Tinggal
selanjutnya keuntungan yang besar itu harus disalurkan ke sektor riil yang
banyak menyerap tenaga kerja.
Hal ini pun diharapkan bisa dilakukan oleh Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama muslim, dan merubah sistem konvensional yang condong
kepada kapitalis menjadi sebuah sistem yang berlandaskan pada hukum syariah,
karna telah terbukti bahwa sistem kapitalis, kini rapuh dan meluluh lantahkan
perekonomian negara-negara di dunia saat ini.
Dan diharapkan juga menjadi solusi atas krisis yang melanda negara-negara
didunia dewasa ini. Karena bank-bank yang menggunakan prinsip syariah telah
membuktikan ketangguhannya dalam menahan goncangan krisis global.
B. SARAN
1. Perlunya mengembangkan wawasan terhadap pemahaman terhadap dunia
syariah di negara- negara Islam seperti Sudan salah satunya yang telah
mengkonversi sistem ekonomi nya dari tradisional menjadi syariah.
2. Penambahan literature kepustakaan mengenai perbankan syariah dan moneter
kasus Sudan, sebagai bahan perbandingan moneter di Indonesia dan negara-
negara Islam lainnya.
3. Perlu diadakan kajian tentang moneter Islam dan ekonomi Islam serta
perananya dan prospek kedepan mengenai stabilitas moneter pada masa
mendatang. Serta keuntungan yang akan diperoleh untuk masyarakat agar
terciptanya mashlahah bersama, dan kajian-kajian lainya yang menyangkut
tentang keuntungan menerapkan sistem ekonomi Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Alim, Muhammad. Peran Perbankan Syariah dalam Menggerakan Sektor
Ekonomi Rill, Sharing Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah edisi 14 tn II-februari 2008.
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif,
Penerjemah Muhammad Shodia dan Imam Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 4.
Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, PT Raja Grafindo, Jakarta
2007 Coriandri, Agung. Kehebatan Ekonomi syariah. www.google.com, ekonomi-
[email protected] tanggal akses 12 Maret 2008.
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Pustaka Asatruss Jakarta, Jakarta, 2005. h. 22
Hendri, Davy. Manajemen Utang Pemerintah dalam Persfektif Moneter,
www.google.com , www geocities.com.
HR, Ridwan, Fiqih Politik Gagasan, Harapan dan Kenyataan, Yogyakarta. FH UII PRESS. Cetakan pertama desember 2007.
Hosen, Nibrasul Huda Ibrahim. Maqoshid syariah dalam transaksi ekonomi,
selasa 19 februari 2008, tanggal akses 21 september 2008. www.google.com. www.pkesinteraktif.com.
http://hdrstats.undp.org/countries/data_sheets/cty_ds_SDN.html,24 agust-us
2008, “global peace index 2008” EIU “2006”.
Islamic Development Bank, Islamis Research And Training Institute, Cost
Efficiency In Islamic Banking, the case of sudan. Karim, Adiwarman A. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema
Insani Press , Jakarta 2001 hal: 28
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islam. PT RajaGrafindo, Jakarta edisi kedua, 2007 Muhammad. Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2002.
Moalboros, Kebijakan moneter dalam Al-Qur’an dan Hadis,10 Appril
2007,www.google.com, indoforum.org Nando Baskara, ”Mafia” Bisnis Yahudi, Narasi, yogyakarta, 2008. h. 38-39
Putong, Iskandar. Teori Ekonomi Mikro, Kajian Konvensional dan Wacana
Syariah. mitra wacana media, edisi pertama 2005 jakarta,www.google.com , www. wikipedia.com
Perwataatmadja, Karnaen Anwar dan Tanjung Hendri. Bank Syari’ah Teori,
Praktik dan perananya. Jakarta. PT. Senayan Abadi, 2007.
Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di
Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada, 2008, edisi 1 Jakarta hal-910 Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2 , ekonisia kampus fakultas ekonomi UII yogyakarta.
Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam Atas Jawaban Kekacauan
Ekonomi Modern, 2007
Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi Dan
Keuangan Islam, kholam publishing, Ciputat, feb 2008, hal: 168-169 Susila, Wayan R dan Suprihatini, Rohayati. Perkembangan Bank Islam.
Sabtu, Februari 10, 2007, www.google.com, (http://.ipard.com). Said, Syihabudin, Ma’zumi, Falsafah dan Perilaku Ekonomi Islam, Diadit Media, 2008.
www.google.com , Kestabilan Moneter www.google.com , id.wikipedia.org, Sudan, tanggal akses 10 Agustus 2008. www.pesantrenvirtual.com, Agustianto. Maret 2008.
www.traveldocs.com, Sudan Africa, diakses pada tanggal 03 November 2008.
www.chamzawi.wordpress.com, Islam di Sudan, 26 July 2008, di akses pada tanggal 20 Oktober 2008. www.bankof sudan.org..com, The Economic Brief , di akses pada tanggal 05 Agustus 2008.
www.google.co.id, UU RI Perbankan Syariah.
Yusuf, Muhammad dan Wiroso. Bisnis Syariah. Jakarta.Mitra Wacana Media, 2007.