INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
PROYEK AKHIR
MENENTUKAN DAN MELIHAT TITIK HOTSPOT PADA
TOWER 150 KV DI PASAR KEMIS BARU-PASAR KEMIS
LAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
THERMOVISI
DISUSUN OLEH:
DESTI FARTIKA
NIM: 201771081
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK FAKULTAS
KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLIGI – PLN
JAKARTA 2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
PROYEK AKHIR DENGAN JUDUL
MENENTUKAN DAN MELIHAT TITIK HOTSPOT PADA
TOWER 150 KV DI PASAR KEMIS BARU-PASAR KEMIS
LAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
THERMOVISI
DISUSUN OLEH:
DESTI FARTIKA
NIM: 201771081
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI
PERSYRATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
Jakarta,15 Juli 2020 Mengetahui,
Kepala Program Studi Disetujui, Diploma III Teknologi Listrik Dosen Pembimbing Utama (Retno Aita Diantari ST., MT) (Erlina ST., MT.)
Dosen Pembimbing Kedua
(Christiono, ST., MT.)
ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Desti Fartika
NIM : 201771081
Program Studi : DIII Teknologi Listrik
Judul : Menentukan Dan Melihat Titik Hotspot Pada Tower
150 kV Di Pasar Kemis Baru-Pasar Kemis Lama
Dengan Menggunakan Metode Thermovisi
Telah disidangkan dan dinyatakan lulus sidang proyek akhir pada program
Diploma III program studi teknologi listrik Institut Teknologi – PLN pada
(13/08/2020)
Mengetahui,
Kepala Program Studi
Diploma III Teknologi Listrik
(Retno Aita Diantari, ST., MT)
Nama penguji Jabatan Tanda Tangan
1. Retno Aita Diantari, ST., MT Ketua penguji
2. Novi Gusti Pahiyanti, ST., MT Sekretaris
3. Septianissa Azahra, ST., MT Anggota
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR
Nama : Desti Fartika
NIM :2Q1771081
Prodi : Dlll Tekonolgi Listrik
Judul Proyek Akhir : Menentukan Dan Melihat Titik Hotspotpada Tower
150kv Di Pasar Kemis Baru - Pasar Kemis Lama
Dengan Menggunakan Metode Thermovisi
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Proyek Akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya baik di
lingkungan lnstitut Teknologi - PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar putaka. Pernyataan ini
dibuat dengan penuh kesadraan dan rasa tanggung jawab serta bersedia
memikul segala resiko jika ternyata pernyataan ini tidak benar.
Jakarta, 15 Juli 2O2A
DESTI FARTIKANIM : 2a1772A81
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademika Institut Teknologi – PLN, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : DESTI FARTIKA
NIM : 201771081
Program Studi : DIPLOMA TIGA
Prodi : TEKNOLOGI LISTRIK
Jenis Karya : PROYEK AKHIR
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Nonexclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
MENENTUKAN DAN MELIHAT TITIK HOTSPOT PADA TOWER 150 KV DI
PASAR KEMIS BARU-PASAR KEMIS LAMA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE THERMOVISI beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan
hak bebas royalty non eklusif ini Institut Teknologi – PLN berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan proyek Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 15 Juli 2020
Yang menyatakan,
DESTI FARTIKA
v
MENENTUKAN DAN MELIHAT TITIK HOTSPOT PADA TOWER 150 KV DI PASAR KEMIS BARU-PASAR KEMIS
LAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE THERMOVISI
Desti Fartika, 201771081 Dibawah bimbingan Erlina, ST., MT
dan Christiono, ST.,MT
ABSTRAK
Hotspot merupakan kondisi dimana peralatan sistem Jaringan Transmisi baik di SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) Maupun SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) mengalami panas yang terpusat pada satu titik yang disebabkan akibat besarnya aliran arus yang melewati pada suatu peralatan. Anomali penyebab terjadinya hotspot yang sering terjadi disebabkan oleh clamp nya kendor, kapasitas bebannya berlebihan, kotor / berkarat dan perbedaan massa jenis, sehingga perlu ditindaklanjuti sesegera mungkin. Untuk itu diperlukan pengukuran rutin sebagai pendeteksian dini terhadap anomali hotspot dengan cara melakukan In Service Measurement / Inspeksi Level 2 dengan periode triwulan (6 bulanan / per semester) saat peralatan dalam keadaan berbeban. Untuk mengetahui terjadinya hotspot maka diperlukan pengukuran suhu dengan metode thermovisi, dimana alat yang digunakan adalah thermo imager satir G96. Hasil pengukuran selisih suhu clamp terhadap konduktor diambil sebanyak 12 sempel dan diketahui 11 dalam kondisi baik dan 1 dalam kondisi rencanakan perbaikan yaitu pada fasa R Penghantar 2 arah Pasar kemis baru dimana anomali hotspot pada titik ini disebabkan clamp nya kendor, kotor, korosi / berkarat, hingga mencapai suhu 42,5,⁰C dengan arus maksimum yang di capai 670 ampere dan arus saat di thermo sebesar 520 ampere dan harus segera dilakukan perbaikan agar tidak mengganggu keandalan sistem. Dalam penelitian proyek akhir ini penulis menggunakan metode kuantitatif, karena data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk angka dari mulai pengumpulan data, pengolahan atau perhitungan data, hingga hasil yang di dapat juga dalam bentuk angka.
Kata kunci : anomali hotspot, metode thermovisi, jaringan transmisi
vi
DETERMINE AND VIEW HOTSPOTS ON THE 150 KV TOWER IN THE NEW KEMIS MARKET – THE OLD
KEMIS MARKET USING THE THERMOVISION METHOD
Desti Fartika, 201771081 Advisors Erlina, ST., MT and
Christiono, ST.,MT
ABSTRACT
Hotspot is a condition in which the trransmission network system equipment in both the SUTT (High voltage air line) and SUTET (extra high voltage air line) experience heat that is concentrated at one point due to the large current flow passing through an equipment. Anomalies that cause hotspot that often occur are due to loose clamps, excessive load capacity, dirty/rust and differences in density, so it needs to be followed up as soon as possible, for this reason, routine measurements are required as early detection of hotspot anomalies by means of in service measurement/inpection level 2 with a quarterly period (6 months / per semester) when the equipment is in a load condition. To determine the occurrence of a hotspot, it is necessary to measure the temperature with the thermovision method, where the instrument used is the G96 satiric thermo imager. The results of the measurement of the diference between the temperature of the clamp and the conductor were taken as many as 12 samples and it was known that 11 were in good condiition and 1 was in a repair plan condition, namely in the R conductor 2 direction phase of Pasar Kemis Baru where the hotspot anomaly at this point was due to the clamp being loose, dirty, corrosing/rush, until it reaches a temperature of 42,5⁰C with a maximum current at thermo of 670 ampere and a current at thermo of 520 ampere and repairs must be made immediately. In this final project research the author uses quantitative methods, because the data used in this study are in the form of members, starting from data collection, processing or calculating data to the results that can also be in the form of numbers.
Keyword: hotspot anomaly, thermovision method, transmission netwok
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... i
LEMBAR PENGESAHAN PROYEK AKHIR ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR ......................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian........................................................... 1
1.2.1 Identifikasi Masalah ................................................................. 1
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah .......................................................... 2
1.2.3 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................... 4
2.2 Landasan Teori ......................................................................... 5
2.2.1 Sistem Transmisi ....................................................................... 5
2.2.2 Penghantar… ............................................................................ 5
2.2.3 Structure Tiang Tower… ................................................... 8
2.2.4 Panas… .......................................................................... 11
2.2.5 Temperatur ...................................................................... 12
2.2.6 Prinsip Dasar Thermovisi ................................................. 12
viii
2.2.7 Thermovision ................................................................... 13
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...................................................... 13
3.1 Perancangan Penelitian .......................................................... 13
3.2 Teknis Analisis ........................................................................ 15
3.2.1 Pengukuran Thermovisi .......................................................... 15
Bab IV Hasil Dan Pembahasan .............................................................. 19
4.1 Hasil ........................................................................................ 19
4.2 Pembahasan ........................................................................... 20
4.2.1 Penyebab Terjadinya Hotspot ............................................ 20
4.2.2 Penentuan Kategori Hotspot/Kondisi Sambungan .............. 21
4.2.3 Dampak Hotspot Terhadap Keandalan Sistem ................... 23
4.2.4 Bagaimana Cara Penanggulangan Hotspot ....................... 23
Bab V Penutup ........................................................................................ 25
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 25
5.2 Saran ....................................................................................... 25
Daftar Pustaka ........................................................................................ 26
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. 27
Lampiran – Lampiran ............................................................................. 28
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rekomendasi Hasil Thermovisi Klem Dan Konduktor....................... 16
Tabel 3.2 Jenis Konduktor Pada Sutt Arah Pskbr-Psklm .................................. 17
Tabel 3.3 Standar Torsi Maksimum Berdasarkan Diameter Baut Dan Kelas Baut .......................................................................................................................... 17
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................... 18
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Thermovisi Sutt 150 Kv Penghantar 1 PSKBR-PSKLM .............................................................................................................. 21
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Thermovisi Sutt 150 Kv Penghantar 2 PSKBR-PSKLM ............................................................................................................. 22
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bbc (Bare Copper Conductor) ........................................................ 6
Gambar 2.2 All Aluminium Alloy Conductor… .................................................... 6
Gambar 2.3 Aluminium Conductor Stell Reinforced ........................................... 7
Gambar 2.4 Thermal Resistant Aluminium Conductor Stell Reinforced ............. 7
Gambar 2.5 Tension Tower… ............................................................................ 8
Gambar 2.6 Suspension Tower… ...................................................................... 9
Gambar 3.1 Diagram Penelitian ....................................................................... 13
Gambar 4.2 Baut Yang Digunakan Pada Clamp Jumper ................................ 24
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Lembar Bimbingan Pembimbing Utama .................................. A1
Lampiran B Foto Kegiatan Perbaikan ......................................................... B1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik adalah salah satu energi yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk
kebutuhan setiap hari, tenaga listrik yang digunakan diperoleh dengan di
lakukannya pemeliharaan secara rutin untuk menjaga peralatan supaya tidak
terjadi adanya gangguan sehingga tidak mengakibatkan kerusakan pada
peralatan. Anomali yang sering terjadi adalah ditemukan suhu panas yang
terpusat pada satu titik seperti pada sambungan terminal antar kabel konduktor,
apabila dibiarkan saja secara terus menerus akan berakibat fatal terhadap
peralatan dan dapat mengganggu kerja sistem.
Berdasarkan hal ini maka dilakukanlah uji thermovisi pada jaringan
transmisi 150 kv jalur Pasar Kemis Baru-Pasar Kemis Lama dengan
menggunakan alat uji thermovisi yaitu thermal image thermovisi merk SATIR
G96. Dimana tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui suhu panas (hotspot)
pada sambungan konduktor maupun pada bagian klem nya dengan cara melihat
sinar inframerah yang dipancarkan oleh alat tersebut lalu ditampilkan pada layar
monitor dengan demikian dapat terdeteksi tower transmisi 150 kv dalam keadaan
normal atau ditemukannya anomali hotspot.
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi pada saluran transmisi tegangan tinggi yang
dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan mekanik transmisi serta
mengurangi kehandalan sistem pada saluran transmisi tegangan tinggi yaitu
terjadinya panas berlebih (hotspot) pada klem sambungan atau titik-titik
sambungan pada konduktor. Hal ini disebabkan karena adanya penumpukan
arus pada titik-titik sambungan konduktor.
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penulis membatasi
ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :
2
1. Metode pendeteksian hotspot menggunakan Thermal Image Thermovisi
Merk SATIR G96.
2. Pekerjaan hotspot yang dijadikan studi adalah pekerjaan perbaikan
hotspot pada tower PSKBR-PSKLM pada fasa R.
3. Membahas hotspot pada konduktor jenis ACSR.
4. Pekerjaan hotspot yang dijadikan studi adalah pekerjaan perbaikan
hotspot pada 2 konduktor.
1.2.3 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya hotspot ?
2. Bagaimana penentuan kategori hotspot atau kondisi sambungan pada
jaringan transmisi ?
3. Dampak hotspot terhadap keandalan sistem ?
4. Bagaimana cara penanggulangan hotspot ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan proyek akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan mengenai anomali hotspot dan ikut terjun
langsung di lapangan.
2. Mengetahui prinsip kerja metode thermovisi dalam menangani Hotspot
pada titik-titik sambungan.
3. Mengetahui cara penanganan hotspot yang terjadi pada titik-titik
sambungan.
4. Mengetahui penyebab bisa terjadinya hotspot.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dalam penulisan proyek akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan pengalaman di bidang kelistrikan dengan cara menerapkan
ilmu selama bangku perkuliahan dengan terjun langsung di lapangan.
2. Untuk memperoleh kesempatan dalam menganalisa permasalahan yang
3
ada di lapangan berdasarkan teori yang diperoleh selama proses
penelitian.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan memberikan gambaran objek
kepada pembaca mengenai topik yang akan dibahas, maka disusun sistematika
sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang,
permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI, berisi tentang teori-teori yang
berkaitan dengan topik penelitian. BAB III METODE PENELITIAN, berisi tentang
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN,
berisi tentang hasil dan pembahasan berdasarkan data penelitian diperoleh. BAB
V PENUTUP, berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian ini.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Untuk membantu pembuatan proyek akhir ini, dibutuhkan adanya
beberapa referensi yang dapat menjadi acuan penulis dalam melakukan
penelitian.
1. Desinthia dinarpritika ramadhani, 2019. Dalam proyek akhir yang
berjudul Teknik Penanganan Hotspot Pada Titik-Titik
Sambungan Konduktor Dengan Metode Double Jumper, terbit di
STT-PLN. Dalam proyek akhir ini membahas tentang cara
penanganan hotspot/hotpoint dengan metode double jumper dimana
bertujuan untuk mengurangi penumpukan arus di satu titik yang
menyebabkan panas.
2. Ramadhani roni putra, 2018. Dalam skripsi yang berjudul
Thermovisi Untuk Melihat Hot Point Pada Gardu Induk 150kV
Palur. Dalam skripsi ini membahas tentang cara melihat
hotpoint/hotspot dengan thermovisi.
3. Aditya Hendriyan, 2019. Dalam tugas akhir ON THE JOB TRAINING
PLN Angkatan 61 yang berjudul Optimasi Pendeteksian Hotspot
Dan Perbaikan Metode Kerja Penanganan Anomali Hotspot Pada
Jalur 28 Tower 500 KV.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Sistem Transmisi
Proses awal penyaluran tenaga listrik dimulai dari tempat
pembangkit tenaga listrik atau power plant sampai substation distribution
sehingga dapat disalurkan pada konsumen pengguna listrik. Saluran
transmisi dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan kapasitas yang disalurkan
yaitu [1] :
1. Saluran Udara Tegangan Ekstrak Tinggi (SUTET)
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT)
5
2.2.2 Penghantar (Conductor)
Konduktor yang memiliki nilai tahanan jenis yang kecil merupakan
konduktor yang baik/bagus. Secara umum logam bersifat konduktif seperti
emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu), aluminium (Al), seng (Zn), besi (Fe),
ini mempunyai tahanan jenis berturut-turut semakin besar. [2] Jadi emas
merupakan bahan penghantar yang baik karena memiliki nilai tahanan yang
paling kecil, namun karena emas harga nya sangat mahal maka secara
ekonomis tembaga dan aluminium lah yang paling banyak digunakan
sebagai bahan penghantar. Berikut beberapa jenis penghantar telanjang
yang digunakan disaluran transmisi di indonesia antara lain sebagai berikut:
1. BBC (Bare copper conductor) setengah keras
Conductor ini terbuat dari tembaga elektrolit yang
kemurniannya tidak boleh kurang dari 99.90% tembaga. Conduktor ini
nanti nya dipilin dengan rapat dan rapi menurut standar yang berlaku.
[2]
2. BBC Keras
Conductor jenis ini memiliki daya hantar jenis sama dengan
BBC setengah keras, namun untuk BBC keras mempunyai daya
hantar lebih tinggi. Jika melihat dari tahanan jenis dan kuat tariknya
maka jenis BBC setengah keras mempunyai sifat listrik yang lebih baik
dari BBC keras namun dalam segi kekuatan mekanisnya sebaliknya.
Gambar 2.1 BBC (Bare Copper conductor) [2]
3. All Aluminium Conductor (AAC)
Conductor jenis ini terbuat dari bahan aluminium keras
dimana tahan jenis kawat ini bergantung dari kemurnian serta
6
kondisi dari bahan aluminium itu sendiri, kuat tarik dari bahan ini
minimumnya adalah 7 kg/mm2 . [1]
Gambar 2.2 All Aluminium Conductor (AAC) [1]
Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi Dan Ekstra
Tinggi (SUTT/SUTET)
4. All Aluminium Alloy Conductor (AAAC)
Alloy adalah campuran logam yang terdiri dari campuran
aluminium, magnesium, dan silikon. Kuat tarik minimun dari bahan
ini adalah 30 kg/mm2. [2]
5. Aluminium Conductor Steel Reinforced (ACSR)
Bahan untuk yang digunakan untuk membuat conductor jenis
ini adalah menggunakan aluminium keras dan baja kawat dengan kuat
tarik yang tinngi berlapis kan seng yang digunakan sebagai pelindung
/ penunjang. Kawat baja yang sebagai penunjang diletakkan di posisi
tengah sesuai dengan kontruksi ACSR, kuat tarik dari pada aluminium
pada jenis kabel ini sama dengan kuat tarik pada kawat aluminium
pada AAC. [1]
Gambar 2.3 Aluminium Conductor Steel Reinforced (ACSR) [1]
Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi Dan Ekstra
Tinggi (SUTT/SUTET)
7
6. Thermal Resistant Aluminium Conductor Steel Reinforced (TACSR)
Kontruksi conductor jenis ini secara umum sama dengan (ACSR)
tapi yang membedakannya adalah TACSR menggunakan material /
bahan yang lebih tahan terhadap panas, sehingga dan dibebani arus
lebih besar lagi. [1]
Gambar 2.4 Thermal Resistant Aluminium Conductor Steel
Reinforced (TACSR)
Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi Dan Ekstra
Tinggi (SUTT/SUTET) [1]
2.2.3. Structure Tiang Tower Transmisi
Kontruksi tiang tower merupakan bangunan kuat dan kokoh yang
sebagai penopang atau penyangga konduktor agar tetap dalam jalurnya.
Tiang atau tower terbagi menjadi 7 jenis menurut fungsinya yaitu :
1. Tension Tower (Tiang Penegang)
Pada tower jenis ini tiang penegang merupakan tower yang menaggung
gaya tarik yang lebih besar dibandingkan dengan gaya berat nya. [1]
Gambar 2.5 Tension Tower
8
2. Suspension tower (tiang penyangga)
Tower ini merupakan jenis tiang penyangga yang dimana pada tiang
ini hampir semua nya menaggung atau sebagai penyangga gaya berat,
biasanya kontruksi jenis tiang ini menggunakan tiang latticetipe piramid atau
zig-zag. [3]
Gambar 2.6 Suspension Tower
3. Dead End Tower (Tiang Akhir)
Tiang jenis ini merupakan tiang/tower yang di tempatkan diujung
SUTT/SUTET yang akan masuk ke gardu induk yang fungsi nya untuk
sepenuhnya menanggung gaya tarik konduktor-konduktor dari satu arah saja.
[2]
4. Section Tower (Tiang Penyekat)
Tower jenis ini merupakan tiang penyekat antara sejumlah tower
dengan penyekat tower yang lainnya. [1]
5. Tiang transposision
Tower ini merupakan termasuk jenis tower tension yang dimana
berfungsi sebagai tempat perubahan posisi kawat fasa untuk memperbaiki
impedansi transmisi.
6. Gantry tower (tiang portal)
Tower jenis ini merupakan tiang berbentuk portal yang berfungsi
sebagai persilangan antara dua saluran transmis. [3]
7. Combined tower
9
Tower jenis ini merupakan tiang kombinasi yang digunakan oleh 2
saluran transmisi yang tegangan operasinya berbeda. [1]
2.2.4 Pemeliharaan Saluran Transmisi
Pemeliharaan SUTT/ SUTET berperan sangat penting dalam menunjang
kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada konsumen.
Pemeliharaan SUTT/ SUTET merupakan suatu kegiatan yang berfungsi dalam
menjaga keandalan sistem sehingga dalam pengoperasiannya SUTT / SUTET
dapat berjalan sesuai kinerjanya. [1] Pemeliharaan ini dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu :
2.2.4.1 Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance)
Adalah pemeliharaan secara periodic / berkala dengan melakukan
inspeksi dan pengujian fungsi untuk mendeteksi adanya potensi kelainan atau
kegagalan pada peralatan dan mempertahankan unjuk kerjanya. [1] Secara
garis besar, ruang lingkup pemeliharaan rutin meliputi :
1. In Service Visual Inspection
Adalah pekerjaan secara berkala/ periodik dimana kondisi peralatan
saat operasi dengan sederhana pendeteksian memanfaatkan indera
penglihatan dan alat ukur bantu. Tujuan dari pemeliharaan ini untuk
mendapatkan indikasi awal ketidaknormalan peralatan (anomali) agar dapat
melakukan Evaluasi Level 1 serta sebagai informasi bagi pengembangan
atau tindakan pemeliharaan. [1]
2. Ground Patrol
Ground patrol adalah jenis pekerjaan pemantauan/pemeriksaan secara
berkala/ periodik terhadap jalur transmisi (SUTT/ SUTET) tanpa memanjat
tower, yang dilakukan oleh Line walker (Petugas Ground Patrol). Hasil
pemeriksaan Ground patrol merupakan input yang dijadikan acuan tindak
lanjut untuk Planned Corrective Maintenance. [1]
3. Climb up Inspection
Climb up inspection adalah jenis pekerjaan pemeriksaan secara berkala /
periodik terhadap tower berikut perlengkapannya yang dilakukan oleh Climber
(petugas pemeliharaan) dengan cara memanjat tower pada SUTT/ SUTET
10
dalam keadaan beroperasi. Hasil pemeriksaan ini nantinya dijadikan acuan
tindak lanjut untuk Planned Corrective Maintenance. [1]
2.2.4.2 Predictive Maintenance
Disebut juga dengan Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition Based
Maintenance). Jenis pemeliharaan ini dilakukan dengan kegiatan monitoring dan
membuat analisa tren terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat memprediksi
kondisi dan gejala kerusakan secara dini. Hasil dari pemeliharaan ini dijadikan
sebagai acuan tindak lanjut untuk Planned Corrective Maintenance. [1]
Panas merupakan salah satu energi yang dimana panas ini dapat dirubah
bentuknya menjadi bentuk energi lain ataupun sebaliknya energi lain dapat
berubah menjadi panas [2]. Menurut konsep thermodinamika panas yaitu
perpindahaan energi dari satu benda ke benda lain karena perbedaan suhu
kedua benda tersebut. Semua benda memiliki energi panas, yaitu panas dari
benda itu sendiri.
Jumlah panas itu sendiri di simbolkan sebagai Q, dan diukur dalam Joule
sesuai Satuan Internasional (SI).
Q = M x C x ∆T (2.1)
Keterangan:
2.2.5 Temperatur
Temperature adalah suatu ukuran energi kinetik rata-rata dari suatu
molekul. Jika energi kinetik rata-rata nya tinggi maka temperatur nya ikut tinggi.
Temperatur bukan bentuk dari energi namun temperatur mendefinisikan status
dari benda secara relatif (panas atau dingin). Temperatur akan naik atau turun
sebanding dengan peningkatan atau penurunan energi dari obyek. Temperatur
dari obyek memudahkan kita bagaimana memberikan panas ke obyek lain.
Termperatur diukur dalam Kelvin (K) sesuai Satuan Internasional (SI). [2]
Q = Banyaknya Kalor (Jumlah Panas) Dalam (Joule)
M = Massa Benda Dalam (Kg)
C = Kalor Jenis Dalam Joule/Kg (°C)
ΔT = Besarnya Perubahan Suhu Dalam(°C).
11
2.2.6 Prinsip Dasar Thermovisi
2.2.6.1 Gelombang [4]
Gelombang ialah gangguan atau variasi yang merupakan transfer energi
dari satu titik ke titik yang lain pada dan disertai dengan deformasi (perubahan)
elastis atau variasi tekanan, listrik atau intensitas magnetik, energi potensial atau
temperature. Gelombang Elektromagnetik biasanya dikarakteristikkan dengan
panjang gelombang, λ (lamda) satuan yang biasa dipergunakan adalah mm,
mikrometer (1 μm = 10-6m = 1/1000 mm). Panjang gelombang yang dapat dilihat
oleh mata manusia adalah 0,4 μm (ungu) hingga 0,7 μm (merah).
2.2.6.2 Infra Merah (InfraRed) [4]
Infra Merah (infrared) adalah sinar elektromagnet yang panjang
gelombangnya lebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 µm dan 1 mm.
Sinar infra merah ini adalah cahaya yang tidak tampak. Apabila dilihat dengan
mrenggunakan alat spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan
nampak pada spectrum elektromagnet dengan panjang gelombang di atas
panjang gelombang cahaya merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya
infra merah ini akan tidak tampak oleh mata namun radiasi panas yang
ditimbulkannya masih dapat terasa / dideteksi.
2.2.6.3 Radiasi
Radiasi adalah energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang. Karena dalam hal ini kita membahas tentang thermovisi, maka
radiasi yang terjadi adalah radiasi thermal. kecepatan cahaya radiasi dalam
merambat sebesar, 3 x 1010 cm/s. Kecepatan ini sama dengan hasil perkalian
panjang gelombang dengan frekuensi radiasi [2] :
C = λ x f (2.2)
Dimana :
C : Kecepatan Cahaya (3 X 1010 Cm/S)
Λ : Panjang Gelombang (10-8 Cm)
F : Frekuensi
2.2.7 Thermovision
Thermovision adalah salah satu aktifitas pengukuran yang dilakukan
12
untuk mengetahui temperatur/suhu suatu objek yang sedang diamati. [5] Alat
yang diguinakan untuk melakukan uji thermovisi merupakan thermal imager merk
SATIR G96 yang digunakan untuk menampilkan gambar suatu objek
berdasarkan pencitraan temperaturnya. Tinggi rendahnya temperatur
berdasarkan warna hasil pencitraan. Aktifitas ini sangat membantu untuk
mengamati bagian peralatan yang suhunya tinggi akibat losses atau rugi-rugi.
Semakin tinggi rugi-rugi, maka semakin tinggi pula suhu yang akan dihasilkan.
Pada thermovisi saluran transmisi suhu yang diukur yaitu perbedaan
selisih suhu antara titik sambungan (clamp) dengan suhu konduktor. Hal itu untuk
memastikan tidak terjadi pemanasan berlebih (overheating) antara klem dengan
konduktor yang biasanya berbentuk titik panas (hotspot).
Dari hasil pengukuran yang didapat akan dievaluasi kembali apa
permasalahan yang terjadi pada bagian yang terindentifikasi mengalami anomali
sehingga kerusakan yang fatal dapat dicegah. Selain nilai suhu yang sudah
diperoleh maka diperlukan Data tambahan untuk evaluasi hasil thermovisi yaitu
beban saat pengukuran dan beban tertinggi yang pernah dicapai (Ampere). lalu
dihitung selisih (ΔT akhir) antara suhu konduktor dan klem dengan mengunakan
rumus berikut [5] :
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor (2.3)
Dimana :
ΔTakhir = Selisih Suhu Klem Terhadap Konduktor (°C)
I Maks = Arus Maksimal (Ampere)
I Saat Thermovisi = Arus Saat Thermovisi (Ampere)
T Klem = Suhu Klem (°C)
T Kondukor = Suhu Konduktor (°C)
13
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal
ini karena data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk angka dari
mulai pengumpulan data, pengolahan atau perhitungan data, hingga hasil yang
di dapat juga dalam bentuk angka. Berikut dapat dilihat diagram alir penelitian
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian
Untuk membantu dalam penyusunan proyek akhir ini, maka perlu adanya
susunan perencangan penelitiann. Perancangan penelitian ini merupakan
14
membahas langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyelesaian masalah.
Dilihat dari diagram alir diatas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pencarian landasan-landasan teori yang
diperoleh dari berbagai buku, jurnal dan lain-lain untuk melengkapi konsep
dan teori, sehingga memiliki landasan dan keilmuan yang baik dan sesuai.
2. Pengumpulan Data
Selanjutnya pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung
di lapangan tempat melakukan penelitian, dalam hal ini tempat penelitian
akan dilakukan di Tower jalur PSKBR-PSKLM, dimana kegiatan yang kita
lakukan adalah melakukan thermovisi pada bagian konduktor dan klem
tower untuk menentukan dan melihat titik hotspot dan mengkategorikan
hasil thermovisi.
3. Pengolahan Data
Setelah dilakukannya pengambilan data dilanjutkan dengan
melakukan pengolahan data agar data yang dihasilkan sesuai indeks yang
di inginkan.
4. Analisa data
Setelah mendapatkan data yang sesuai maka tahap selanjutnya
data dioalah atau dievaluasi.
5. Penyusunan Proyek Akhir
Pada tahapan ini Proyek Akhir akan disusun berdasarkan hasil
penelitian sehingga menjadi laporan penelitian secara utuh.
3.2 Teknis Analisis
Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis
statistik deskriptif [3]. Di mana dalam penelitian ini akan dilakukan menganalisis
terhadap data-data teknis yang terjadi pada sistem jaringan SUTT di PSKBR-
PSKLM. selanjutnya diolah untuk hasil yang diinginkan. Data yang diolah ini
nantinya akan dideskripsikan pada saat proses menganalisa data.
Selama melakukan penelitian, penulis akan melakukan kegiatan
penelitian seperti halnya yang telah dicantumkan di dalam gambar diagram
penelitian di atas. Hal pertama yang dilakukan yaitu jelas mengumpulkan data-
15
data yang diperlukan untuk kelangsungan dalam melakukan penelitian, lalu lanjut
dalam Pengambilan data. Selanjutnya bila semua data yang dibutuhkan sudah
lengkap maka penulis akan Melihat dan menentukan titik hotspot dengan
menggunakan metode thermovisi dan Mengkategorikan hotspot, setelah
mengetahui adanya hotspot dilakukan tindak lanjut pada titik yang terjadi Hotspot.
Lalu lakukan Analisa Data dan Pembuatan Proyek Akhir.
3.2.1 Pengukuran Thermovisi
Pengukuran thermovisi adalah salah satu teknik dari jarak jauh untuk
melihat suhu dengan menggunakan alat thermal imagers yang kemudian
ditangkap dan ditampilkan ke sebuah display dengan menggunakan teknologi
inframerah. Supaya tahu suhu panas pada sambungan clamp maupun pada
konduktor. [5]
Pada metode ini dilakukan di 2 titik pengukuran yaitu suhu pada konduktor
dan suhu pada klem. Standar pengukuran thermovisi untuk membandingkan
suhu klem dan suhu konduktor menggunakan persamaan pendekatan ΔT (Delta
–T). Rumus perbandingan suhu klem dan suhu konduktor sebagai berikut :
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × T Klem − T Konduktor (3.1)
Keterangan :
ΔTakhir = Selisih Suhu Klem Terhadap Konduktor (°C)
I Maks = Arus Maksimal (Ampere)
I Saat Thermovisi = Arus Saat Thermovisi (Ampere)
T Klem = Suhu Klem (°C)
T Kondukor = Suhu Konduktor (°C)
Tabel 3.1 Rekomendasi Hasil Thermovisi Klem Dan Konduktor
No ∆T Rekomendasi
1 0 - <10o C Kondisi normal, pengukuran berikutnya dilakukan
sesuai jadwal
2 10o - 25 oC Perlu dilakukan pengukuran 1 bulan lagi
3 25o - 40 oC Perlu direncanakan perbaikan
16
4 40o - 70o C Perlu dilakukan perbaikan
5 >70o C Kondisi darurat
Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi Dan Ekstra
Tinggi (SUTT/SUTET) [1]
Pada SUTT 150KV Pasar Kemis Baru-Pasar Kemis Lama ini menggunakan jenis
konduktor sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jenis Konduktor Pada SUTT Arah Pasar Kemis Baru-Pasar Kemis Lama [2]
No. Type Dove
Number / diameterof wire
1 AI (No/mm) 26 / 3.72
AS (No/mm) 7 / 2.89
2
Culculated cross section area
AI (No/mm²)
AS (No/mm²)
282.6
45.9
3 Approx overall diameter (mm) 23.6
4 Apporax weight of conductor
(kg/km) 1,086
5 Calculated breaking load (kN) 97
6 DC Resistance at 20 ⁰C Max
(ohm/km) 0.09736
8 Current currying capacity (A) 719
9 Standard length per reel (m) 2,000
17
Tabel 3.3 Standar Torsi Maksimum berdasarkan Diameter Baut dan Kelas
Baut [2]
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hotspot merupakan kondisi dimana peralatan sistem Jaringan Transmisi baik
di SUTT (Saluran Udara Tegangan tinggi) maupun SUTET (Saluran Udara
Tegangan Ekstrak Tinggi) mengalami panas yang terpusat pada satu titik yang
disebabkan akibat besarnya aliran arus yang melewati pada suatu peralatan,
Hotspot dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan saluran tegangan tinggi.
Pada pengolahan data untuk penanganan hotspot pada titik sambungan hal yang
dilakukan pertama kali menentukan titik hotspot dengan melakukan pengukuran
thermovisi. Thermovisi dilakukan untuk mengetahui suhu pada titik-titik
sambungan konduktor
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Thermovisi SUTT 150 KV Penghantar 1 Pasar
Kemis Baru-Pasar Kemis Lama
Tower Nama
peralatan Fasa
Arus Yang Pernah Di
Capai (A)
Arus Saat Arus
Shooting (A)
Suhu Klem Saat
Shooting (⁰C)
Suhu Kawat Saat Di
Shooting (⁰C)
Selisih Suhu Pada
Beban Max (⁰C)
Kondisi
A B C D
TAH31
Penghantar 1 Arah Pasar Kemis Lama
R 670 520 0 0 0,0 Kondisi
baik
S 670 520 0 0 0,0 Kondisi
baik
T 670 520 0 0 0,0 Kondisi
baik
Penghantar
1 Arah Pasar Kemis Baru
R 670 520 0 0 0,0 Kondisi
baik
S 670 520 0 0 0,0 Kondisi
baik
T 670 520 0 0 0,0 Kondisi
baik
19
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Thermovisi SUTT 150 KV Penghantar 2 Pasar
Kemis Baru-Pasar Kemis Lama
Tower Nama
peralatan Fasa
Arus yang pernah di
capai (A)
Arus saat Arus
Shooting (A)
Suhu klem Saat
shooting (⁰C)
Suhu kawat saat di
shooting (⁰C)
Selisih suhu pada
beban max (⁰C)
Keterangan
A B C D
TAH31
Penghantar
2 Arah Pasar Kemis Lama
R 670 520 41,0 34,7 10,5 Ukur 1 bulan lagi
S 670 520 42,5 36,3 10,3 Ukur 1 bulan lagi
T 670 520 42,6 35,0 12,6 Ukur 1 bulan lagi
Penghantar
2 Arah Pasar Kemis Baru
R 670 520 59,2 33,6 42,5 Perbaiki segera
S 670 520 41,5 34,8 11,1 Ukur 1 bulan lagi
T 670 520 43,5 33,2 17,1 Ukur 1 bulan lagi
Pada tabel penghantar 1 arah Pasar Kemis Baru maupun arah Pasar Kemis
Lama diatas dapat di lihat dari hasil selisih suhu pada beban atau ∆T
menunjukkan dalam kondisi baik. Sedangkan penghantar 2 arah PSKLM pada
fasa R, S, dan T dalam suhu rekomendasi suhu antara 10⁰ C - 25⁰ C menunjukkan
penghantar dalam kondisi untuk diukur ulang 1 bulan lagi, lalu pada penghantar 2
arah Pasar Kemis Baru pada fasa R terdeteksi suhu hotspot dikarenakan hasil
yang ditunjukkan sebesar 42,5⁰ C sehingga harus dilakukan perbaikan segera
mungkin pada penghantar. Kemudian, hasil pengolahan data dari perhitungan
suhu thermovisi tersebut, diambil suhu maksimal dari perhitungan lalu dianalisa
keterangan suhu tersebut apakah perlu ada nya perbaikan atau tidak.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyebab Terjadinya Hotspot
Ada beberapa penyebab terjadinya hotspot pada tabel 4.2 Hasil
Pengukuran Thermovisi SUTT 150 Kv penghantar 2 arah Pasar Kemis
20
Baru yaitu sebagai berikut :
a. Kotor, karena sebelum pemasangan tidak dilakukan pembersihan
terlebih dahulu
b. Longgar, karena terjadi susut muai pada konduktor dan
pengencangan clamp tidak sesuai standar
c. Pendeteksian hotspot belum optimal, karena teknik pengukuran
thermovisi belum tepat.
d. Material tidak sesuai, karena nilai tahanan material clamp tinggi
e. Overload, disebabkan oleh beban melebihi kemampuan hantar
arus (KHA)
f. Korosi, disebabkan oleh material tidak tahan korosif
4.2.2 Penentuan Kategori Hotspot Atau Kondisi Sambungan
Penentuan kategori hotspot dapat dilihat dari perhitungan suhu thermovisi
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor
Berikut contoh perhitungan suhu thermovisi untuk salah satu tower SUTT
Penghantar 2 arah Pasar Kemis Lama.
Nomor pole 31 fasa R
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor
= (670
520) 2 × (41,0 − 34,7)
= 10,5⁰ C
Nomor pole 31 fasa S
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor
= (670
520) 2 × (42,5 − 36,3)
= 10,30𝐶
Nomor pole 31 fasa T
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor
21
= (670
520) 2 × (42,6 − 35,0)
= 12,6 0𝐶
Penghantar 2 arah Pasar Kemis Baru
Nomor pole 31 fasa R
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor
= (670
520) 2 × (59,2 − 33,8)
= 42,5 0𝐶
Nomor pole 31 fasa S
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor
= (670
520) 2 × (42,6 − 35,0)
= 11,1 0𝐶
Nomor pole 31 fasa T
∆Ta𝑘ℎ𝑖𝑟 = (Imaks
Isaat thermovisi) 2 × Tklem − Tkonduktor
= (670
520) 2 × (43,5 − 33,2)
= 17,1 0𝐶
Pada nomor pole 31 PHT 2 arah Pasar Kemis Lama fasa R, S, dan T
didapat hasil perhitungan suhu thermovisi adalah,10,5⁰C, 10,3⁰C, 12,6⁰C, yang
mana dalam rekomendasi hasil pengukuran thermovisi itu menjukkan kondisi/
keterangan untuk ukur 1 bulan lagi. Sadangkan pada 2 arah Pasar Kemis Baru
fasa R menunjukkan hasil suhu thermovisi sebesar 42,5⁰C yang dimana kondisi
ini menunjukan harus dilakukan perbaikan segera mungkin. Maka pada
sambungan ini yang harus dilakukan perbaikan segera, sedangkan pada fasa S
dan T menunjukkan hasil sebesar 11,1⁰C, 17,1 ⁰C dimana menunjukkan
kondisi / keterangan untuk ukur 1 bulan lagi. Kemudian, hasil pengolahan data
dari perhitungan suhu thermovisi tersebut, diambil suhu maksimal dari
perhitungan lalu dianalisa keterangan suhu tersebut apakah perlu adanya
22
perbaikan atau tidak. Berikut rekomendasi hasil pengukuran thermovisi menurut
buka pedoman pemeliharaan SUTT/SUTET.
Tabel 4.3 Rekomendasi Hasil Thermovisi Klem Dan Konduktor
No ∆T Rekomendasi
1 0 - <10⁰ C Kondisi normal, pengukuran berikutnya
dilakukan sesuai jadwal
2 10⁰-25⁰ C Perlu dilakukan pengukuran 1 bulan lagi
3 25⁰-40⁰ C Perlu direncanakan perbaikan
4 40⁰-70⁰ C Perlu dilakukan perbaikan
5 >70⁰ C Kondisi darurat
4.2.3 Dampak Hotspot Terhadap Keandalan Sistem
Saluran transmisi mempunyai danpak paling besar bila mengalami
gangguan, karena ini akan berarti terputusnya kontinuitas penyaluran beban.
Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengurangi akibat adanya gangguan
tersebut atau memisahkan bagian yang terganggu dari sistem, gangguan
yang sering terjadi pada jaringan transmisi adalah terdapat hotspot di titik-titik
sambungan klem ataupun sambungan konduktor yang dapat merusak
sambungan / peralatan apabila hotspot terjadi secara terus menerus secara
kontinyu dampak terbesar yang akan terjadi pada sambungan yaitu
sambungan akan putus / meleleh dan terjadi gangguan ke tanah, sehingga
akan mengganggu keandalan sistem jaringan.
4.2.4 Bagaimana Cara Penanggulangan Hotspot ?
Seperti yang kita ketahui penyebab anomali hotspot disebabkan
banyak faktor nya yaitu seperti sambungan klem maupun sambungan
konduktor nya dalam keadaan kotor, longgar, pendeteksian hotspot belum
optimal, material yang digunakan tidak sesuai, terjadi overload, maupun
korosi. Namun perbaikan hotspot yang dikerjakan pada tanggal 4 februari
2020 pada tower A31 SUTT 150 KV PSKBR-PSKLM disebabkan oleh
sambungan klem maupun sambungan konduktornya dalam keadaan kotor
dan longgar. Berikut solusi yang dapat saya paparkan dalam perbaikan
23
anomali hotspot.
1. Kotor Perbaikan Hotspot Pada Fasa R Dengan Suhu 42,5 °C, Dilakukan
Pembersihan Terlebih Dahulu Pada Bagian Sambungan Klem Dan
Sambungan Konduktor Nya Setelah Bersih Lakukan Pemasangan Mur Dan
Baut Yang Menghubungkan Tension Clamp Dengan Clamp Jumper.
2. Longgar
Penggunaan Spring Washer atau Ring Per adalah wajib sebagai alat
untuk mengkompensasi perubahan kekencangan baut pada saat susut muai
konduktor dikarenakan perbedaan pembebanan pada saluran. Bila
kekencangan baut kurang maka clamp akan longgar dan menjadi sumber
potensi hotspot sedangkan bila terlalu kencang maka dapat merusak clamp.
Untuk memperbaiki metode pengencangan ini disarankan
menggunakan Kunci Torsi (Torque Wrench) agar pengencangan lebih terukur
sehingga perbaikan anomali hotspot menjadi optimal. Besar torsi yang
digunakan untuk pengencangan baut pada clamp sebesar 55 Nm s/d 65 Nm.
Hal ini didasari oleh eksperimen yang pernah dilakukan oleh tim PDKB Cilegon
dan berdasarkan standar torsi maksimum dari kualitas baut yang digunakan
yaitu 8.8. Aset kunci momen di ULTG Cikupa hanya ada 1 buah dengan model
klik, merkdengan berkapasitas hingga 200 Nm.
Gambar 4.1 Baut yang digunakan pada clamp jumper [2]
24
3. Korosi
Perbaikan hotspot pada fasa R dengan suhu 42,5 °C, yang disebabakan
faktor korosi maka dilakukan pembersihan terlebih dahulu pada bagian
sambungan klem dengan cara melaukan penyikatan atau di amplas apabila
setelah dilakukan penyikatan dan di amplas sambungan klem masih berkarat
maka solusi terakhir adalah ganti dengan material yang tahan dengan korosi.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam proposal proyek akhir ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyebab terjadinya hotspot pada penghantar 2 arah Pasar Kemia Baru
disebabkan karena baut nya kotor dan longgar.
2. Dari 12 sampel hasil perhitungan dan pengukuran menghasilkan 11
sambungan dalam “kondisi baik” dengan suhu pada fasa R, S, dan T pada
penghantar 1 sebesar 0⁰ C, dan pada penghantar 2 arah Pasar Kemis
Lama suhu mencapai fasa R= 10.5⁰ C, S= 10,3⁰ C, T=12,6⁰ C, sedangkan
pada penghantar 2 arah Pasar Kemis Baru fasa S=11,1⁰ C, T=17,1⁰ C,
dan 1 sambungan dalam “kondisi segera dillakujan perbaikan” pada fasa
R dengan suhu mencapai 42,5⁰ C, dari kondisi-kondisi ini dapat dijadikan
acuan untuk menindak lanjuti keadaan pada bagian sambungan peralatan.
3. Apabila hotspot terjadi secara terus menerus secara kontinyu dampak
terbesar yang akan terjadi pada sambungan yaitu sambungan akan
putus/meleleh sehingga akan mengurangi keandalan sistem.
4. Penanganan anomali hotspot yang disebabkan oleh faktor kotor maka
solusi nya lakukan pembersihan sebelum dipasang dengan cara di lap dan
disikat pada sambungan, jika disebabkan oleh longgar maka solusi nya
dilakukan pengencangan pada klem dengan menggunakan kunci torsi
dengan mengacu standar ASTM, jika disebabkan oleh korosi maka solusi
nya diamplas namun amplas saja tidak cukup untuk menghilangkan karat
nya maka diganti dengan material yang tahan korosi.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pengujian tahanan kontak sebelum
dan sesudah pekerjaan penanganan anomali hotspot.
2. Lakukan perbaikan segera mungkin apabila ditemukan anomali hotspot
pada sambungan peralatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
[1] N. Pamudji, Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi Dan
Ekstrak Tinggi (SUTT/SUTET), Jakarta: PT PLN PERSERO, 2014.
[2] A. Hendrian, “Optimasi Pendeteksian Hotspot Dan Perbaikan Metode Kerja
Penanganan Anomali Hotspot P ada Jalur 28 Tower 500 KV,” 2019.
[3] D. D. Ramadhani, “Teknik Penanganan Hotspot Pada Titik-Titik Sambungan
Konduktor Dengan Metode Double Jumper,” 2019.
[4] A. Kurbana , “Analisis Thermovisi Untuk Menemukan Hotpoint Pada Gardu
Induk 150 KV Pedan Dengan Menggunakan C#,” 2019.
[5] B. Anwar , “Penentuan Hotpoint Dengan Menggunakan Metode Thermovisi
Pada Gardu Induk 150 KV Purwodadi. Teknik Elektro.Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,” 2019.
[6] R. R. Putra , “Thermovisi Dalam Melihat Hotpoint Pada Gardu Induk 150 KV.
Palur. Teknik Elektro. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Surakarta,” 2018.
[7] F. Hermawan , “Suhu Panas (Hotpoint) Pada Gardu Induk Panakkukang,”
2018.
[8] I. W. T. Wiraprtama dan A. A. G. Ekayana, “Realtime Monitoring Suhu Klem
Jumper Pada SIstem Transmisi Tegangan Tinggi,” Nasioanal Pendidikan
Teknik Informatika (JANAPATI), vol. 6, no. 1, Maret 2017.
[9] I. M. Widiarsana, I. M. Mataram dan Y. P. Sudarmojo, “Identifikasi Jenis
Gangguan Pada Jaringan Transmisi Menggunakan Metode Jaring Syaraf
Tiruan,” Teknologi Elektro, vol. 17, no. 1, Januari-April 2018.
[10] L. N. Widyastuti, “Analisis Gangguan Sistem Transmisi Listrik Menggunakan
Metode Root Cause Analisis (RCA).Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro,” 2014.
27
`DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Personal
NIM : 201771081
Nama : Desti Fartika
Tempat/ Tgl. Lahir : Pungguk Lama, 07 Desember 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : DIII Teknologi Listrik
Alamat Rumah : Jl.H.Mukmin Kelapa Tujuh,Gg Manggis No 47,
Kotabumi Selatan, Lampung Utara, Lampung
No. HP : 085717369718
Email : [email protected]
Personal web : -
B. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN 06 Kelapa Tujuh - 2011
SMP SMPN 10 Kotabumi - 2014
SMA SMAN 3 Kotabumi IPA 2017
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 15 juli 2020
( Desti Fartika )
28
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A-1
LAMPIRAN A Lembar Bimbingan Pembimbing Utama
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
LEMBAR BIMBINGAN PROYEK AKHIR
Nama Mahasiswa : Desti Fartika
NIM : 201771081
Program Studi : Teknologi Listrik
Jenjang : Diploma
Pembimbing Utama (Materi) : Erlina, S. T., M. T
Judul Tugas Akhir** : Menentukan dan Melihat Titik Hotspot Pada
Tower 150 kV di Pasar Kemis Baru-Pasar
Kemis Lama dengan menggunakan Metode
Thermovisi
Tgl Materi Bimbingan
Paraf Pembimbing
11/02/2020 Konsultasi tentang judul yang ingin di
bahas untuk proyek akhir.
22/02/2020 Konsultasi tentang rumusan masalah,
ruang lingkup pembahasan.
04/03/2020 Konsultasi tentang teori penunjang
atau bab 2 proposal proyek akhir.
20/03/2020 Konsultasi metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data.
05/04/2020 Konsultasi bab 1-3 laporan proposal
proyek akhir.
13/04/2020 Konsultasi materi ppt untuk sidang
proposal proyek akhir.
21/04/2020 Bimbingan laporan magang.
04/05/2020 Konsultasi judul kegiatan laporan
magang.
20/05/2020 Bimbingan bab 4 proyek akhir.
A-2
01/06/2020 Konsultasi pembahasan laporan
magang.
18/06/2020 Konsultasi pembahasan bab 4 proyek
akhir dan kesimpulan.
03/07/2020 Bimbingan bab 1-5 laporan proyek
akhir.
15/07/2020 Konsultasi isi abstrak, serta lampiran-
lampiran.
B-1
LAMPIRAN B Foto Kegiatan Perbaikan
Sebelum Dilakukannya Perbaikan
Proses Perbaikan Anomali Hotspot
Setelah Dilakukannya Perbaikan