Download - Mengevaluasi hasil usaha
EVALUASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA KECIL
SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BMT BERINGHARJO, KAUMAN, YOGYAKARTA
SKRPISI
Oleh:
Nama : Evy Meirina Budi Astuti
Nomor Mahasiswa : 00312127
Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pada tanggal 29 Maret 2007
Dosen Pembimbing
( DR. M. Akhyar Adnan, MBA, Ak )
EVALUASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA KECIL SEBELUM
DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN DARI BMT
BERINGHARJO, KAUMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
Nama : Evy Meirina Budi Astuti
Nomor Mahasiswa : 00312127
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA 2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap muslim diatur oleh ketentuan Syari’ah (hukum Islam) yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Hal ini
bertujuan untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan sosial sesuai dengan
perintah Allah SWT. Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan syariah adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin
kepercayaan, kehidupan, kecerdasan, keturunan dan kesejahteraan
(Triyuwono dan As’udi, 2001).
Peningkatan kesejahteraan (sosial dan ekonomi) dan perlindungan
terhadap kepemilikan merupakan tujuan dari syari’ah, yang diharapkan dapat
menembus seluruh interaksi manusia, sosial, ekonomi, politik, serta bukan
sebagai fenomena yang terisolasi. Bahkan dibidang bisnis dan ekonomi
semua harus bergerak kearah keadilan sehingga secara keseluruhan
mendukung, bukan melemahkan sehingga menghilangkan kesejahteraan
sosial dan ekonomi. Dalam ajaran Islam yang terpenting dalam menegakkan
keadilan dan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta membatasi eksploitasi
dalam transaksi bisnis adalah pelarangan semua bentuk upaya “memperkaya”
diri secara tidak sah. Al-Qur’an mempertegas dengan memerintahkan kaum
1
2
muslimin untuk tidak saling berebut harta secara bathil atau dengan cara yang
tidak dibenarkan (Al-Baqarah:188, An-Nisa’: 29, dan At-Taubah:34).
Telah disadari sebelumnya bahwa salah satu ciri umum yang melekat
pada masyarakat pedesaan di Indonesia adalah permodalan yang lemah.
Padahal modal merupakan unsur pertama dalam mendukung peningkatan
produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan itu sendiri, lebih-lebih bagi
pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah (usaha kecil). Usaha
kecil disini antara lain adalah pedagang keliling, pedagang barang-barang
konsumsi, pedagang sayur, warung kebutuhan dapur, warung makan,
pengusaha-pengusaha pertanian, pengusaha laundry. Golongan ekonomi
lemah umumnya kekurangan modal, sehingga sering mengalami kesulitan
dalam mengembangkan usahanya. Dengan berpedoman pada surat An-Nisa’
ayat 29 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (Departemen Agama RI, 1992).
Untuk menghindari agar pengusaha atau pedagang ekonomi lemah,
khususnya pengusaha kecil, terdesaknya kebutuhan permodalan usaha
sehingga mengambil jalan pragmatis dengan mencari permodalan dari
rentenir. Pola kredit yang dijalankan rentenir sangat praktis dan sederhana.
Hubungan baik dan kepercayaanlah yang mendasari pemberian kredit dari
rentenir kepada pengusaha kecil. Namun di balik pelayanan yang diberikan
3
oleh rentenir---kapan saja pengusaha kecil dapat meminjam modal untuk
usahanya, realisasi kreditnya tidak memerlukan kantor khusus bisa melalui
berjualan atau pertemuan RT,arisan—pengusaha kecil harus menanggung
suku bunga yang sangat tinggi bahkan banyak yang lebih tinggi dari tingkat
profitabilitas usaha yang dibiayai. Banyak pengusaha kecil yang tidak
memperhitungkan dengan kondisi tersebut sehingga terjebak hutang yang
lama kelamaan akan mematikan usahanya.
Pemberian pinjaman modal usaha sifatnya sementara dan sebagai
rangsangan untuk mendorong produksi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan usaha kecil. Dengan meningkatnya pendapatan maka
kesejahteraan dan keadilan masyarakat dapat terwujud. Kepedulian umat
Islam turut campur tangan membantu mengatasi masalah ini dengan
mendirikan BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). Dengan berdirinya BMT akan
memberikan kemudahan pelayanan jasa semi perbankan, terutama bagi
pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu
menggali potensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan
serta mengembangkan perekonomian di pedesaan.
Jika dilihat saat ini, banyak dijumpai lembaga pembiayaan di pedesaan.
Hanya hasil kerja lembaga pembiayaan desa dengan berbagai pelayanan yang
ditawarkan belum begitu mencapai sasaran seperti yang diharapkan.
Mengingat begitu pentingnya permodalan bagi masyarakat pedesaan dan kota
4
kecil sementara lembaga pembiayaan yang ada belum begitu sukses
mengatasinya maka sangat perlu dipikirkan lembaga dan pola pembiayaan
yang mampu menyentuh golongan ekonomi lemah di pedesaan dan kota kecil
yang benar-benar membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan usaha
dan pendapatan mereka.
Dengan demikian keberadaan BMT diharapkan mampu mempunyai
efek yang sangat kuat dalam menjalankan misinya dan dapat mengurangi
ketergantungan pengusaha kecil dari lembaga-lembaga keuangan informal
yang bunganya relatif terlalu tinggi. Pemberian pembiyaaan sedapat mungkin
dapat memandirikan ekonomi pengusaha kecil. Di daerah Yogyakarta,
khususnya daerah Ngasem dan sekitarnya terdapat usaha kecil yang
berprospek bagus. Namun ada juga pengusaha kecil yang sangat
membutuhkan pembiayaan untuk meningkatkan usaha dan taraf hidup
mereka karena keterbatasan modal. Melalui BMT Beringharjo Kauman
diharapkan pembiayaan yang diberikan dapat membantu meningkatkan
pendapatan usaha kecil dan memandirikan ekonomi usaha kecil.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian ilmiah
dengan judul : EVALUASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA KECIL
SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN DARI BMT
BERINGHARJO KAUMAN, YOGYAKARTA.
5
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis akan
mengidentifikasi masalah yang ada yaitu : “Sejauh mana pembiayaan
musyarakah yang diberikan BMT Beringharjo mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan pengusaha kecil di Yogyakarta ?”.
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pembiayaan yang diberikan BMT Beringharjo terhadap
pendapatan usaha kecil di Yogyakarta.
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan dan
dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang
melakukan penelitian serupa.
2. Memberikan masukan kepada pengusaha kecil dalam mengambil
keputusan untuk memperoleh modal.
3. Dapat dijadikan pertimbangan BMT dalam mengambil keputusan untuk
pemberian pembiayaan.
6
1.4. Sistematika Penyusunan Skripsi
BAB PERTAMA : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB KEDUA : KAJIAN PUSTAKA
Menerangkan tentang teori-teori yang menjelaskan
mengenai permasalahan yang akan diteliti secara
ringkas dan merumuskan hipotesis penelitian.
BAB KETIGA : METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang sampel, data, teknik analisa data
dan pengujian hipotesis yang digunakan dalam
penelitian.
BAB KEEMPAT : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil analisa data dan
pembahasannya.
BAB KELIMA : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan,
keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian
mendatang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.0. Pendahuluan
Salah satu ciri umum yang melekat pada masyarakat di Indonesia
adalah permodalan yang lemah. Padahal modal merupakan unsur pertama
dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat. Di
daerah pedesaan banyak dijumpai pengusaha kecil yang berprospek bagus
tetapi terhambat oleh modal sehingga kesulitan dalam mengembangan
usahanya.
Untuk menghindari agar pengusaha atau pedagang ekonomi lemah,
khususnya pengusaha kecil di daerah akan terdesaknya kebutuhan
permodalan usaha masih banyak dijumpai dengan mengambil jalan
pragmatis yaitu mencari permodalan dari rentenir. Maka dibutuhkan suatu
lembaga keuangan semi perbankan tetapi berlandaskan syari’ah. Beberapa
tahun ini banyak dijumpai keberadaan BMT (Baitul Maal Wat Tamwil).
Dengan berdirinya BMT akan memberikan kemudahan pelayanan jasa semi
perbankan, terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi
lemah sehingga akan mampu menggali potensi, meningkatkan produktivitas,
meningkatkan pendapatan serta mengembangkan perekonomian di pedesaan.
7
8
Pemberian pinjaman modal usaha sifatnya sementara dan sebagai
rangsangan untuk mendorong produksi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan usaha kecil. Dengan meningkatnya pendapatan maka
kesejahteraan dan keadilan masyarakat dapat terwujud.
Bab ini merupakan pengantar untuk memahami pengaruh pembiayaan
terhadap pendapatan. Sistematika bab ini adalah bagian pertama dimulai
dengan pendahuluan. Kedua merupakan pengertian pendapatan. Bagian
ketiga menguraikan tentang pembiayaan. Bagian keempat meguraikan
tentang prinsip-prinsip pembiayaan. Bagian kelima menguraikan tentang
keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Bagian keenam menjelaskan
tentang persiapan analisis pemberian pembiayaan. Bagian ketujuh
menjelaskan tentang prosedur dan proses pembiayaan. Bagian kedelapan
menguraikan pengaruh pembiayaan terhadap pendapatan. Bagian kesembilan
menjelaskan tentang pengusaha kecil dan perusahaan kecil. Bagian kesepuluh
menjelaskan pembiayaan di BMT Beringharjo.
2.1. Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam
liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang berakibat dari
investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang
bertujuan meraih keuntungan (Antonio, 2001). Dalam akuntansi, pendapatan
9
merepresentasi capaian atau hasil dan biaya merepresentasi upaya. Dengan
demikian, konsep upaya dan hasil mempunyai implikasi bahwa pendapatan
dihasilkan oleh biaya. Artinya hanya dengan biaya, pendapatan dapat
tercipta. Pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu
dan bukan karena proses selama satu periode (Suwardjono, 2005).
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi
dan penjualan benar-benar terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang.
Pendapatan belum dapat dinyatakan ada dan diakui sebelum terjadinya
penjualan yang nyata.
Sumber pendapatan dapat terjadi dari transaksi modal atau pendanaan
(financing); laba dari penjualan aktiva seperti aktiva tetap, surat-surat
berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan; revaluasi aktiva;
hadiah, sumbangan atau penemuan dan penyerahan produk perusahaan (hasil
penjualan produk). Dari kelima hal yang disebutkan yang merupakan sumber
utama pendapatan adalah hasil penjualan produk (Suwardjono, 2005).
Pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang dimiliki, jika
modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang didapat
juga tinggi. Namun jika modal kecil maka hasil produksi rendah sehingga
pendapatan yang diperoleh rendah. Untuk menambah modal usaha guna
meningkatkan pendapatan maka dibutuhkan suatu pembiayaan.
10
2.2. Pembiayaan
Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian atau
perkembangan suatu kegiatan usaha, maka akan dirasakan perlu adanya
sumber-sumber untuk penyediaan dana untuk membiayai kegiatan usaha
yang semakin berkembang. Dana yang diperlukan untuk kegiatan usaha
merupakan salah satu faktor produksi selain sumber tenaga kerja, bahan
baku/bahan penolong, kemampuan teknologi, dan manajemen. Modal yang
diperlukan dalam kegiatan usaha dapat membantu meningkatkan pendapatan
usaha.
Pengertian pembiayaan berdasar prinsip Syari’ah menurut UU No.10
tahun 1998, tentang perbankan pasal 1 ayat 12 adalah :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebutsetelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
(www.depkeu.go.id)
Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada
masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah
dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana
(Muhammad, 2002).
11
2.3. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan lebih dikenal dengan istilah 5C,
yaitu :
1) Character (karakter)
Yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran yaitu
kemauan untuk memenuhi kewajibannya.
2) Capacity (kemampuan)
Adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan
melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya
yang akan dibiayai oleh bank.
3) Capital (modal)
Adalah penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon
debitur diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi
modalnya.
4) Colateral (jaminan)
Adalah barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur
sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Hal ini bertujuan untuk alat
pengaman jika usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau
12
sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari
hasil usahanya yang normal.
5) Condition of economic (kondisi ekonomi)
Adalah untuk mengetahui sejauh mana kondisi yang mempengaruhi
perekonomian suatu negara akan memberikan dampak negatif maupun
positif terhadap perusahaan yang memperoleh dana (Mulyono, 1996).
Prinsip 5C ini dapat ditambah 2C sehingga menjadi 7C atau Seven C’s
of Credit yaitu :
1) Constraint (batasan/ hambatan)
Adalah batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak
memungkinkan seseorang melakukan binis di suatu tempat.
2) Coverage of insurance
Menurut H.Mahmuddin (2004), yang dikutip oleh Firdaus Yusuf (2006)
selain prinsip 7C dalam kredit terdapat prinsip lima 5P yaitu :
1) Person atau People
Adalah penilaian pribadi dan kemampuan usaha calon nasabah, tenaga
kerja dan pengelola serta orang-orang yang terlibat langsung dalam bisnis
nasabah.
2) Purpose
Adalah penilaian tujuan nasabah dalam mengambil kredit.
3) Prospect
13
Adalah menilai masa depan usaha dan perhitungan bank antara resiko dan
pendapatan yang diperoleh.
4) Payment
Adalah penilaian kemampuan membayar kembali kredit.
5) Protection
Adalah kemungkinan gagal sehingga perlu jaminan sebagai benteng
terakhir perlindungan dan berbagai asuransi perlindungan dan berbagai
asuransi perlindungan bagi nasabah dan bank.
Menurut Kasmir (2004), yang dikutip oleh Firdaus Yusuf (2006) prinsip
5P bisa ditambah 2P yaitu Party dan Profitability. Party mengklasifikasikan
nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Sedangkan Profitability adalah
untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba
apabila kredit diberikan.
Prinsip-prinsip di atas sebaiknya satu sama lain dimiliki oleh calon
debitur dalam posisi yang seimbang, artinya semua sama-sama memenuhi
syarat dan tidak akan ada artinya jika satu prinsip baik sekali sedangkan
prinsip lainnya kurang. Apalagi untuk prinsip character yang tidak bisa
ditawar-tawar.
14
2.4. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
2.4.1. Sejarah dan Latar Belakang Lahirnya BMT
Keluasan sistem bunga yang memperkukuh ekonomi kapitalis sangat
tampak di negara-negara terbelakang dan berkembang. Dengan bunga, para
kapitalis leluasa mengusai perusahaan lokal yang terjebak utang. Indonesia
yang kaya akan sumber daya alamnya (SDA) jatuh dalam utang yang luar
biasa besarnya. SDA ada batasnya tetapi bunga akan terus berkembang.
Ekonomi bebas bunga yang diwajibkan Islam menyiratkan bahwa tidak
boleh netral terhadap berbagai kepentingan untuk mempertahankan bisnis.
Ekonomi bebas bunga memiliki tujuan yaitu menjamin orang untuk hidup,
meningkatkan taraf hidup dan tidak membiarkan individu bebas sebebas-
bebasnya. Selain itu harus memilhara sumber daya alam dan makhluk
lainnya, termasuk bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup generasi-
genarasi berikutnya (Widodo,1999).
Setelah diundangkannya UU No. 7/1992 tentang perbankan bagi hasil
mulai diakomodasikan, berdirilah Bank Mu’amalat Indonesia (BMI) yang
merupakan bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia.
Kemudian diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan rakyat Syari’ah
(BPRS). Namun karena dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggup
menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-
15
lembaga simpan pinjam yang disebut Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
(Zainul Arifin, 2001).
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan pengembangan dari konsep
ekonomi dalam Islam terutama dalam keuangan. Istilah BMT adalah
penggabungan dari Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal adalah
lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba
(sosial). Sumber dana Baitul Maal diperoleh dari zakat, infak, dan sodhaqoh
atau sumber-sumber lain yang sifatnya halal. Kemudian dana tersebut
disalurkan kepada mustahik (orang-orang yang berhak menerimanya) dan
digunakan untuk hal-hal yang sifatnya untuk kebaikan. Sedangkan Baitul
Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat yang sifatnya profit oriented. Penghimpunan
dana diperoleh melalui simpanan para anggota, simpanan pihak ketiga dan
penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang
dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah (Widodo, 1999).
2.4.2. Prinsip dan Peran serta Fungsi Kegiatan BMT
Visi dari BMT adalah meningkatkan kualitas ibadah anggota BMT
sehingga mampu berperan sebagai khalifah Allah (Ridwan, 2004).
Misi dari BMT adalah menerapkan prinsip-prinsip syari’ah dalam
kegiatan ekonomi, memperdayakan pengusaha mikro atau kelas bawah untuk
16
berpartisipasi dalam modal melalui simpanan penyertaan modal, sehingga
dapat menikmati hasil-hasil BMT (Ridwan, 2004).
Tujuan BMT adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta meningkatkan kekuatan dan
posisi pengusaha kelas bawah dengan pelaku ekonomi yang lain (Ridwan,
2004).
BMT bersifat usaha bisnis, mandiri ditumbuhkembangkan secara
swadaya dan dikelola secara profesional sehingga mencapai tingkat efisiensi
tertinggi. Aspek bisnis BMT adalah kunci sukses mengembangkan BMT,
yang diharapkan mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para
deposannya dan mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya
sejajar dengan lembaga lain.
Asas dan landasan BMT adalah Pancasila dan UUD 1945 serta
berprinip Syari’ah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah),
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme
(Ridwan, 2004).
Untuk menjaga kepercayaan para anggotanya, BMT selalu berpegang
teguh pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Dari, untuk, dan kepada anggota.
2. Kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah.
3. Mandiri, Swadaya, dan Musyawarah.
17
4. Semangat jihad, Istoqomah, dan professional.
5. Menjiwai mu’amalat Islamiyah (Ridwan, 2004).
Dalam usaha memajukan kesejahteraan anggotanya, BMT berperan
sebagai :
1. Motor penggerak perekonomian masyarakat bawah dari seluruh
masyarakat Indonesia.
2. Ujung tombak pelaksanaan ekonomi Syari’ah.
3. Penghubung antara Aghnia dan Dhu’afa ( Ridwan, 2004).
Dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi :
1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat
(Pokusma), dan daerah kerjanya.
2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih
professional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam
menghadapi persaingan global.
3. Menggalang dan memobilsasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya
sebagai shohibul maal dengan dhu’afa sebagai mudharib, terutama untuk
dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, dan lain-lain.
18
5. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pemilik
dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan
pengguna dana (mudharib) untuk pengembangan usaha produktif (Ridwan,
2004).
Ciri-ciri BMT adalah sebagai berikut :
1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat.
2. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan
penggunaan dana-dana sosial untuk kesejahteraan orang banyak serta dapat
menyelenggarakan kegitan pendidikan untuk memperdayakan anggotanya
dalam rangka menunjang ekonomi.
3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat
sekitarnya.
4. Milik bersama masyarakat kecil dari lingkungan BMT itu sendiri,
bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas dasar ini
BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan (Ridwan,2004).
19
2.4.3. Produk-produk BMT
2.4.3.1. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana
yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor
produktif dalam bentuk pembiayaan.
Sumber-sumber dana BMT berasal dari simpanan para anggota,
pinjaman atau sumbangan dari pihak ketiga dan dari SHU yang dicadangkan.
Prinsip utama dalam penghimpunan dana ini adalah kepercayaan, artinya
kemauan masyarakat untuk menaruh dananya pada BMT sangat dipengaruhi
oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT itu sendiri. Menurut
Muhammad Ridwan (2004), karena BMT pada prinsipnya merupakan
lembaga amanah (trust), sehingga setiap insan BMT harus dapat
menunjukkan sikap amanah tersebut.
Prinsip simpanan di BMT menganut asas wadi’ah dan mudharabah.
1. Prinsip Wadi’ah
Wadi’ah berarti titipan. Simpanan Wadi’ah merupakan akad penitipan
barang atau uang pada BMT. BMT mempunyai kewajiban menjaga dan
merawat barang tersebut dengan baik serta mengembalikan saat penitip
(muwadi’) menghendakinya (Ridwan, 2004). Wadi’ah dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Wadi’ah Amanah
20
Adalah penitipan barang atau uang tetapi BMT tidak memiliki hak
untuk mendayagunakan titipan tersebut. BMT dapat mensyaratkan adanya
jasa (fee) kepada penitip (muwadi’) sebagai imbalan atas pengamanan,
pemeliharaan dan administrasinya. Wadi’ah amanah sering berlaku pada
bank dengan jenis produknya kotak penyimpanan (save deposit box)
(Ridwan, 2004).
b. Wadi’ah Yad Dhamanah
Adalah akad penitipan barang atau uang (umumnya berbentuk uang)
kepada BMT, namun BMT memiliki hak ntuk mendayagunakan dana
tersebut. Deposan mendapatkan imbalan berupa bonus yang besarnya
tergantung dengan kebijakan manajemen BMT. Namun produk ini kurang
berkembang karena deposan menghendaki adanya bagi hasil yang layak.
2. Prinsip Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerja sama modal dari pemilik dana
(shohibul maal) dengan pengelola dana atau pengusaha (mudharib) atas dasar
bagi hasil. Dalam hal ini, BMT berfungsi sebagai mudharib dan penyimpan
dana sebagai shohibul maal. Menurut Ridwan (2004) ada ketentuan yang
berlaku untuk sistem mudharabah yaitu :
a. Modal
- Harus diserahkan secara tunai.
21
- Dinyatakan dalam nilai nominal yang jelas.
- Langsung diserahkan kepada mudharib untuk segera memulai usaha.
b. Pembagian Hasil
- Nisbah bagi hasil harus disepakati diawal perjanjian.
- Pembagian hasilnya dapat dilakukan saat mudharib telah mengembalikan
seluruh modalnya atau sesuai dengan periode tertentu yang disepakati.
c. Resiko
- Bila terjadi kerugian usaha, maka semua kerugian akan ditanggung oleh
shohibul maal, dan mudharib tidak akan mendapatkan keuntungan usaha.
- Untuk memperkecil resiko, shohibul maal dapat mensyaratkan batasan-
batasan tertentu kepada mudharib.
2.4.3.2. Produk-produk pembiayaan BMT
Produk-produk pembiayaan yang diberikan oleh BMT adalah :
1) Pembiayaan Mudharabah
Adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan
mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di
muka (PSAK No. 59, para:6). Jika terjadi kerugian, seluruh kerugian
ditanggung oleh pemilik dana, tetapi jika kerugian disebabkan oleh pengelola
dana yang menanggung adalah pengelola dana (PSAK No. 59, para:7).
22
2) Pembiayaan Musyarakah
Adalah akad kerjasama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan (PSAK
No.59, para:35). BMT menyediakan sebagian dari modal usaha keseluruhan
dan pihak BMT dapat dilibatkan dalam proses manajemen. Jika terjadi
kerugian maka dibebankan secara proporsional sesuai modal yang disetorkan
(PSAK No. 59, para:39).
3) Pembiayaan Bai’bi Tsaman ‘Ajil (BBA)
Adalah hubungan akad jual beli dengan pembayaran tangguh atau
angsuran dan bank mendapat hasil mark-up.
4) Pembiayaan Murabahah
Adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli (PSAK No. 59, para:
52). Murabahah sebenarnya hampir sama dengan BBA perbedaannya pada
murabahah pembayaran dilakukan oleh anggota setelah jatuh tempo
pengembalian dengan harga dasar barang yang dibeli ditambah keuntungan
yang telah disepakati.
5) Ijarah
Adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (objekl sewa) dan
musta’ji (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang
disewakannya (PSAK No.59, para :105).
23
6) Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa yang
disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obkek sewa pada saat
tertentu sesuai dengan akad sewa (PSAK No. 59, para : 105).
7) Pembiayaan Qardhul Hasan
Adalah pinjaman yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain yang
harus dikembalikan pada waktu yang diperjanjikan, tanpa disertai imbalan
apapun (Modul Short Course Perbankan Syariah Intermediate Level
Angkatan IV, 2006).
Agar dapat memaksimalkan pengelolaan dana, maka manajemen BMT
harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan yaitu :
a. Aman
Adalah keyakinan bahwa dana yang telah dilempar dapat ditarik kembali
sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Untuk menciptakan kondisi
tersebut, sebelum dilakukan pencairan pembiaayan, BMT harus melakukan
survey usaha telebih dahulu untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai
layak.
b.Lancar
Adalah keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan cepat.
Semakin cepat dan lancar perputaran dananya maka pengembangan BMT
akan semakin baik.
24
c. Menguntungkan
Adalah perhitungan atau proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa dana
yang dilempar akan menghasilkan pendapatan. Semakin tepat dalam
memproyeksi usaha, kemungkinan besar gagal dapat diminimalisasi.
2.4.4. Manfaat Pembiayaan
Manfaat yang diperoleh dari pembiayaan yang diberikan BMT antara lain :
1) Manfaat pembiayaan ditinjau dari sudut kepentingan debitur
Dengan adanya pembiayaan dari BMT akan terpenuhi kebutuhan dana
atau modal dalam melaksanakan suatu usaha (Mulyono, 1996).
2) Manfaat pembiayaan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas
Pembiayaan dari BMT dapat meningkatkan pendapatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat (Mulyono, 1996). Selain itu dengan menyimpan dana
di BMT masyarakat berharap dana yang disimpan kembali utuh dan aman.
Masyarakat pengusaha akan sangat diuntungkan karena membantu
memperoleh faktor-faktor produksi dengan mudah dan cepat (Mulyono,
1996).
25
2.5. Persiapan Analisis Pemberian Pembiayaan
Kegiatan analisis merupakan pekerjaan yang sangat komplek karena
harus menilai suatu kondisi eksternal dengan data yang mungkin tidak
lengkap. Pengumpulan informasi harus dilakukan sedetail mungkin agar
dalam pemberian pembiayaan dapat berjalan lancar.
Tujuan analisis pembiayaan menurut Muhammad Ridwan (2004) ada
dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan
adalah pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam
rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa,
bahkan konsumsi yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan adalah :
1. Untuk menilai kelayakan usaha calon debitur.
2. Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan.
3. Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
Analisis pembiayaan sebagai alat untuk memberikan jawaban atau
mengambil keputusan tentang masalah-masalah :
1) Kepada siapa pembiayaan itu harus diberikan.
2) Untuk apa pembiayaan itu harus diberikan.
3) Apakah calon nasabah debitur yang akan menerima pembiayaan
kiranya akan mampu mengembalikan hutang pokoknya ditambah dengan
bagi hasil atau mark up serta kewajiban lainnya.
26
4) Berapa jumlah uang yang layak untuk diberikan.
5) Apakah kredit atau pembiayaan yang akan diberikan tersebut cukup
aman atau resikonya kecil (Mulyono, 1996).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat analisis
pembiayaan adalah :
1) Menilai kelayakan usaha calon debitur.
2) Menekan akibat tidak terbayarnya pembiayaan.
3) Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
2.6. Prosedur dan Proses Pembiayaan
Prosedur pembiayaan adalah gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan kegiatan pembiayaan. Seseorang yang berhubungan dengan
pembiayaan harus menmpuh prosedur pembiayaan yang sehat, meliputi
prosedur persetujuan pembiayaan. Prosedur administrasi dan prosedur
pengawasan pembiayaan.
Persetujuan pembiayaan kepada setiap nasabah harus dilakukan melalui
proses penilaian yang objektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan
dengan objek pembiayaan. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan
kepada semua pihak yang terkait bahwa nasabah dapat memenuhi segala
kewajibannya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati
(Zainul Arifin, 2005).
27
Aspek-aspek yang perlu diperhatiakan dalam prsedur pembiayaan
adalah :
1. Berkas dan pencatatan.
2. Data pokok dan analisis pendahuluan.
a. Realisasi pembelian, produksi, dan penjualan.
b. Rencana pembelian, produksi, dan penjualan.
c. Jaminan.
d. Laporan keuangan.
e. Data kualitatif dari calon debitur.
3. Penelitian data.
4. Penelitian atas realisasi usaha.
5. Penelitian atas rencana usaha.
6. Penelitian dan penilaian barang jaminan.
7. Laporan keuangan dan penelitiannya.
Proses dasar pembiayaan meliputi aplikasi, analisis permohonan
pembiayaan, penyusunan struktur pembiayaan dan penyiapan dokumen
pembiayaan, realisasi pembiayaan, pembinaan dan pengawasan serta
penyelesaian pembiayaan. Untuk lebih jelasnya akan digambarkan di bawah
ini :
28
Aplikasi Pembiayaan
Analisis Pembiayaan Evaluasi masing-masing permohonan
Evaluasi kesesuaian dengan kebijakan
Struktur Pembiayaan
Realisasi Pembiayaan
Pembinaan & Pengawasan (monitoring) Kesesuaian dengan peraturan dan kebijaksanaan
Penyelesaian Pembiayaan Review pembiayaan
Pemecahan masalah pembiayaann
Gambar 2.1. Proses Pembiayaan
Sumber: Zainul Arifin, 2005.
2.7. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pendapatan
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan
kewajiban perusahaan yang timbul dari penyerahan barang/jasa atau kegiatan
29
usaha lainnya (Mardiasmo, 1995). Pendapatan merupakan salah satu faktor
penunjang usaha atau aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan
hidup.
Hal ini mendorong manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk
eksistensi dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Tindakan-tindakan ini dilakukan karena seiring terdorong oleh kuatnya minat
dan keinginan manusia untuk memperhatikan hidupnya, dimana dalam hal ini
terdapat persoalan bagaimana usaha yang diinginkannya.Untuk mendapatkan
keinginan tersebut diperoleh suatu pendapatan sebagai penunjang.
Suatu pendapatan usaha tergantung dari besar kecilnya modal yang
digunakan. Jika modal besar maka produk yang dihasilkan juga besar
sehingga pendapatannya pun meningkat. Begitu juga sebaliknya jika modal
yang digunakan kecil maka produk yang dihasilkan hanya sedikit dan
pendapatan yang diperoleh juga sedikit. Untuk itu diperlukan pembiayaan
umtuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil.
Peningkatan usaha kecil kunci utamanya adalah modal. Bagi usaha
kecil, sering dijumpai pemerolehan modal diiringi dengan membayar bunga
yang cukup tinggi. Sehingga pinjaman menjadi beban yang sewaktu-waktu
dapat menjadi boomerang bila terjadi kemacetan angsuran. Pada umumnya
pedagang kecil dan industri rumah tangga mempunyai margin (keuntungan)
30
atau pendapatan yang cukup tinggi namun tidak bisa lepas dari keterbatasan
modal. Untuk itu perlu adanya bantuan dalam pembiayaan.
2.8. Pengusaha Kecil atau Perusahaan Kecil
Menurut UU No. 9 Tahun 1995 pasal 1 ayat 1 tentang usaha kecil,
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan yang diatur dalam UU ini.
Kriteria yang ditetapkan dalam UU no. 9 Tahun 1995 tentang usaha
kecil adalah :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 , tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau,
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar.
3. Milik Warga Negara Indonesia.
3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anal perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung atau
tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
4. Bentuk usaha adalah orang perorangan, tidak boleh berbadan hukum
atau badan usaha yang bebrbadan hukum, termasuk koperasi.
Yang termasuk usaha kecil adalah :
a. Pedagang keliling
31
b. Pedagang barang-barang konsumsi
c. Pedagang sayuran dan buah-buahan
d. Pedagang kebutuhan rumah tangga
e. Warung makan
f. Pengusaha-pengusaha pertanian
Keunggulan dari pengusaha kecil (Bambang dan Adi, 1994) adalah :
1) Hubungan yang lebih pribadi dengan langganan, penyuplai, dan
karyawan.
2) Lebih efisien dalam berbagai hal.
3) Sumber inovasi, termasuk fleksibilitas dalam berbagai tindakan.
4) Faktor pengontrol bagi perusahaan besar yang cenderung
mengembangkan monopoli.
5) Kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.
6) Produksi atau pengembangan pemimpin-pemimpin.
Sedangkan kelemahan dari pengusaha kecil (Bambang dan Adi, 1994)
adalah :
1) Kurangnya kemampuan mengelola akibat dari kurangnya latihan dan
pengembangan.
2) Lemahnya daya finasial.
3) Posisi bersaing yang kurang kuat.
4) Sistem pencatatan kurang sempurna.
32
5) Kurangnya terkoordinasinya produksi dengan penjualan.
6) Meningkatnya kompleksitas operasi.
Dan yang menyebabkan gagalnya pengusaha kecil dalam
mengembangkan usahanya, antara lain :
1) Kelalaian.
2) Pemalsuan.
3) Bencana.
4) Iklim usaha yang kurang mendukung pengembangan usaha kecil.
5) Kurangnya pengalaman termasuk ketidakmampuan, kurang memadainya
latihan dan pengalaman manajerial serta ketidakseimbangan pengalaman
( Bambang dan Adi, 1994).
Dari hal tersebut diatas sangat diperlukan pemberian pembiayaan bagi
usaha kecil yang berguna dalam peningkatan pendapatannya. Pembiayaan
yang diberikan sebagai modal usaha bukan berasal dari rentenir yang
sekarang ini masih dijumpai di daerah pedesaan. Bukan membantu
pengusaha kecil melainkan menghambat pengembangan usaha mereka akibat
bunga yang tinggi. Pembiayaan yang berasal dari BMT diharapkan
mendorong pengusaha kecil untuk dapat meningkatkan produksinya sehingga
meningkatkan pendapatan dan mampu bersaing dengan pengusaha lain.
33
2.9. Pembiayaan di BMT Beringharjo
2.9.1. Manajemen Pembiayaan BMT Beringharjo
Tujuan pembiayaan yang dilakukan BMT Beringharjo terkait dengan
stake holdernya :
1. Pemilik
Dari sumber pendapatan BMT, para pemilik mengharapkan akan
memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada BMT
Beringharjo.
2. Pegawai
Mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari BMT Beringharjo.
3. Masyarakat
a. Pemilik dana, sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana
yang diinvestasikan akan memperoleh bagi hasil.
b. Debitur yang bersangkutan, dengan penyediaan dana baginya, mereka
terbantu guna menjalankan usaha, terbantu untuk pengadaan barang yang
diinginkan.
c. Masyarakat umumnya yaitu konsumen, mereka dapat memperoleh barang
yang dibutuhkannya.
4. Pemerintah
Dengan adanya penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan negate, disamping itu akan memperoleh pajak
34
(berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh BMT dan
perusahaan).
5. BMT
Hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan dapat meneruskan dan
mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluaskan jaringan
usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya.
(Modul Pembiayaann BMT Beringharjo,2005).
Pembiayaan dengan akad musyarakah atau akad untuk usaha berlaku
profit sharing dan lost sharing. Dimana jika ada keuntungan maka berbagi
keuntungan dan apabila mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan
ditanggung bersama. Namun demikan ada ketentuan menyangkut lost sharing
dimana jika terjadi kerugian karena wan prestasi maka pihak BMT tidak ikut
menanggung kerugian. Dengan sistem bagi hasil ini akan mengurangi resiko
kerugian nasabah maupun pihak BMT sendiri, karena apabila nasabah tidak
mendapatkan keuntungan dari usahanya maka BMT tidak akan mendapatkan
bagi hasil.
35
2.9.2. Prosedur Penyaluran Produk Pembiayaan BMT Beringharjo
Anggota
Penabung Pembiayaan
Mengisi SPP (Surat Permohonan Pembiayaan)
Uji Kelayakan dan Survei
Rapat Komite Tidak
Administrasi dan realisasi
Membuat akad perjanjian
Monitoring Evaluasi
Register Buku Induk
Register Realisasi
Selesai
Ya
Nasabah datang
Gambar.2.2. Prosedur Penyaluran Pembiayaan
Wawancara Jasa Mitra (Jasmit)
Sumber : BMT Beringharjo.
Keterangan :
1. Nasabah datang ke BMT Beringharjo untuk mengajukan pembiayaan.
36
2. Bagian Jasa Mitra (Jasmit) akan mewawancarai nasabah yang berkaitan
dengan keputusan pembiayaan, kemudian nasabah mengisi formulir atau
SPP (Surat Permohonan Pembiayaan).
3. Team survey dari BMT akan mensurvey tempat usaha, tempat tinggal dan
barang yang dijadikan jaminan oleh nasabah. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisisr penipuan juga untuk mengetahui kelayakan untuk diberi
pembiayaan.
4. Pihak BMT mengadakan rapat komite atas pembiayaan yang diajukan.
Apakah pengajuan pembiayaan layak atau tidak dengan memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan.
5. Untuk pengajuan pembiayaan yang diterima maka pihak BMT dan
nasabah membuat akad perjanjian. Kemudian melekukan administrasi
dan realisasi. Setiap akad akan dimasukkan ke dalam buku induk dan
yang direalisasi dimasukkan ke register realisasi.
6. Setiap nasabah yang mempunyai perjanjian akad dengan BMT
Beringharjo, selalu dipantau dan dievaluasi atas lancar tidaknya dalam
melakukan pengangsuran (Modul Pembiayaan BMT Beringharjo, 2005).
Syarat-syarat untuk mengajukan pembiayaan di BMT Beringharjo
adalah :
1) Berkelakuan baik.
2) Identitas jelas, mempunyai KTP berdomisili di Yogyakarta.
37
3) Jujur, amanah, dan bertanggung jawab.
4) Aktif menjalankan perintah agama.
5) Terbuka.
6) Memiliki usaha atau pekerjaan tetap.
7) Bersedia disurvei ke rumah/tempat usaha.
8) Bersedia menyerahkan jaminan.
9) Pengajuan pembiayaan disetujui oleh istri atau suami atau anggota
keluarga yang lain.
10) Usaha yang dibiayai oleh BMT Beringharjo adalah bukan usaha yang
baru mau jalan, tetapi sudah berjalan minimal 3 bulan.
11) Bila pembiayaan untuk usaha maka jenis usaha tersebut tidak
bertentangan dengan syarat/peraturan pemerintah.
12) Jika pembiayaan untuk membeli barang maka barang yang dibeli adalah
barang yang bermanfaat.
13) Mengisi formulir permohonan pembiayaan.
(Modul Pembiayaan BMT Beringharjo, 2005).
38
2.9.3. Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT Beringharjo
Resiko yang terjadi dari pinjaman-pinjaman yang tertunda atau
ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah
dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka lembaga keuangan
syari’ah dan konvensional harus mampu menganalisis penyebab
permasalahannya, yaitu :
1. Analisa sebab kemacetan.
a. Aspek Internal
- Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut.
- Manajemen tidak baik atau kurang rapi.
- Laporan Keuangan tidak lengkap.
- Penggunaan dana yang tudak sesuai dengan perencanaan.
- Perencanaan yang kurang matang.
- Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut.
b. Aspek Eksternal
- Aspek pasar kurang mendukung.
- Kemampuan daya beli masyarakat kurang.
- Pengaruh lain di luar usaha.
- Kenakalan peminjam.
2. Menggali potensi peminjam.
39
Harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan
mengantisipasi penyebab kemacetan usaha/ angsuran. Perlu digali potensi
yang ada pada peminjam agar dana lebih efektif digunakan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan :
1) Adakah peminjam memiliki kecakapan lain?
2) Adakah peminjam memiliki usaha lainnya?
3) Adakah penghasilan lain peminjam?
3. Melakukan perbaikan akad (remedial).
4. Memberi pinjaman ulang, mungkin pembiayaan murabahah, mudharabah,
atau Qardhul Hasan.
5. Penundaan pembayaran.
6. Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan
margin baru (rescheduling).
7. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil (Modul Pembiayaan
BMT Beringharjo, 2005).
Tiga upaya penanganan pembiayaan yang lazim diterapkan oleh
lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syari’ah termasuk
BMT Beringharjo :
1. Rescheduling
Adalah menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil
jumlah angsuran.
40
Syarat Perubahan
- Potensi usaha masih ada - Jangka waktu pembiayaan
- Kemampuan debitur ada - Jadwal angsuran diperbaharui
dengan lebih realistis
- Problem cashflow sementara - Grace periode atau jatuh tempo
- Plafond tetap - Jumlah angsuran sesuai
kemampuan
2. Restrukturisasi
Adalah melakukan penataan ulang, pengalihan atau pembiayaan ulang.
Syarat Perubahan
- Potensi usaha ada
(pertambahan)
- Jangka plafond
- Kemampuan debitur ada - Persyaratan diperketat
-Problem cashflow sementara - Jadwal angsuran dibuat realistis
- Planfond berubah - Jaminan diadakan
3. Reconditioning
Adalah memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha.
41
Syarat Perubahan
- Potensi usaha ada - Harga jual di mark up
- Sarana usaha memadai - Agunan/ jaminan
- Problem cashflow dan
manajemen
- Status kepemlikan BMT
- Plafond tetap -Pengurus, nama dan status
perusahaan
( Modul Pembiayaan BMT Beringharjo, 2005).
2.10. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh BMT
kepada usaha kecil terhadap pendapatan belum penulis temukan.
2.11. Hipotesis
Hipotesis dalam pembshasan fungsional antara variable-variabel dalam
penelitian adalah :
Hipotesis nol (Ho) : Pembiayaan yang diberikan BMT
memberikan tidak berpengaruh positif
terhadap pendapatan usaha kecil.
Hipotesis pertama (H1) : Pembiayaan yang diberikan BMT
memberikan pengaruh positif terhadap
pendapatan usaha kecil.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Subjek Penelitian
3.1.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah nasabah di BMT Beringharjo
Kauman, Yogyakarta. Jumlahnya adalah 300 orang (BMT Beringharjo
Kauman, 2006).
3.1.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah nasabah yang melakukan pembiayaan di
BMT Beringharjo yang termasuk pengusaha kecil.
Sampel ditentukan dengan metode random sampling yaitu suatu
cara pemilihan sejumlah elemen dari populasi untuk menjadi anggota
sampel, pemilihan dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap elemen
mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 25 responden dari
total jumlah nasabah pembiayaan 100 nasabah yang terdapat di BMT
Beringharjo Kauman, Yogyakarta.
42
43
3.2. Sumber Data
1. Data Primer
Adalah data yang diperoleh secara langsung dari objeknya. Dalam hal
ini objeknya adalah usaha kecil yang memperoleh pembiayaan dari BMT
Beringharjo.. Data yang dianalisis adalah data tentang pendapatan usaha
kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT
Beringharjo.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari literatur, majalah, Koran, dan
bacaan-bacaan lain yang mendukung penelitian ini.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode :
1. Kuesioner
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara membuat daftar
pertanyaan sebelumnya dan disampaikan kepada responden untuk
mendapatkan jawaban.
2. Wawancara
Adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab
secara langsung dengan responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian.
44
3. Dokumentasi
Adalah proses pengumpulan data yang dimbil dari dokumen-dokumen
yang dimiliki oleh BMT dan literatur yang ada kaitannya dengan masalah
yang diteliti.
3.3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah pendapatan usaha kecil merupakan
variabel terikat. Sedangkan pembiayaan merupakan variabel bebas.
1. Pendapatan
Pendapatan ditunjukkan dengan aliran aktiva baru yang masuk ke
perusahaan dari konsumen sebagai penukar produk perusahaan baik
berupa barang atau jasa. Rekening pendapatan mencerminkan danb
berguna untuk mengukur kenaikan aktiva atau sumber ekonomi
perusahaan yang berasal dari kegiatan usahanya.
Pendapatan diukur ketika telah terjadi penjualan. Pendapatan yang
diukur sesuai jumlah rupiah produk yang terjual, baru akan menjadi
pendapatan yang sepenuhnya setelah produk tersebut selesai diproduksi
dan penjualan benar-benar terjadi.
2. Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan untuk menambah modal usaha sangat
mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan.
45
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu analisa yang digunakan untuk
membutuhkan kebenaran yang pada kenyataannya harus dapat
disesuaikan dengan masalah yang akan dianalisa untuk membuktikan
kebenaran hipotesis. Analisis yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh mutlak pendapatan bersih pada para pedagang sebelum dan
sesudah pembiayaan dari BMT adalah dengan menggunakan teknik
analisa statistik uji-t, dengan rumus sebagai berikut :
t = nS
D
D /
dimana :
D__
= n
D∑
S D = 1
__2
−
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛−∑
n
D D
T = t hitung
D___
= Beda pinjaman bersih sebelum dan sesudah pemberian
pinjaman dari BMT
= Standar Deviasi S D
46
n = jumlah sampel
3.5. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis maka dilakukan pengujian dengan uji t (t-
Test).
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :
a. Memformulasikan hipotesis
H O = μ1 = μ 2
= pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh
positif terhadap peningkatan pendapatan pengusah kecil.
H 1 = μ1 ≠ μ 2
= pembiayaan yang diberikan berpengaruh positif
terhadap peningkatan pengusaha kecil.
b. Menentukan level of significant
=0.05 /2 (n-1)
c. Menentukan daerah tolak dan daerah terima dengan menggunakan uji
dua sisi yaitu :
47
0 t table− t table
Daerah Terima
Daerah Tolak Daerah Tolak
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari analisis data ini untuk mengetahui signifikansi pengaruh
pendapatan usaha kecil sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT
Beringharjo. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang penulis peroleh,
maka untuk membuktikan hipotesis digunakan teknik analisis uji-t.
4.1. Pendapatan Usaha Kecil Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan dari BMT Beringharjo Kauman
Pengusaha kecil atau pedagang kecil dalam menjalankan usahanya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah tangganya dari masing-masing
responden yang dijadikan sampel, mempunyai pendapatan yang berbeda-
beda satu sama lain. Usaha kecil sebelum memperoleh pembiayaan
pendapatan yang dihasilkan dari usahanya begitu sedikit, tetapi sesudah
memperoleh pembiayaan pendapatan yang dihasilkan bertambah. Untuk
mengetahui gambaran bahwa dari masing-masing pengusaha kecil yang
dijadikan sampel, sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT mengalami
peningkatan dapat dilihat pada tabel-1. Dan untuk memperoleh gambaran
besarnya rata-rata pendapatan perbulan pengusaha kecil atau pedagang kecil
48
49
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT Beringharjo
Kauman dapat dilihat pada tabel-2.
Tabel 4.1
Pendapatan Bersih Bulanan Usaha Kecil Sebelum dan Sesudah
Memperoleh Pembiayaan Dari BMT Beringharjo Kauman
No. Resp Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) 1 200000 300000 2 250000 450000 3 200000 250000 4 100000 200000 5 100000 200000 6 100000 150000 7 200000 300000 8 70000 150000 9 150000 300000 10 250000 400000 11 450000 700000 12 250000 300000 13 200000 250000 14 700000 1200000 15 200000 450000 16 150000 200000 17 120000 250000 18 100000 180000 19 300000 500000 20 125000 220000 21 200000 380000 22 70000 100000 23 75000 130000 24 135000 240000 25 70000 100000
Jumlah 4765000 7900000 Sumber : Data Kuesioner 25 Responden tahun 2006
50
Tabel 4.2
Kertas Kerja Uji-t Mean Sebelum dan Sesudah Usaha Kecil
Memperoleh Pembiayaan dari BMT Beringharjo Kauman
X X1 No. 2 D ⎟⎟⎠
⎞−⎜⎜
⎝
⎛ DD___
⎟⎟⎠
⎞−⎜⎜
⎝
⎛ DD___ ²
1 200000 300000 100000 -25400 6451600002 250000 450000 200000 74600 55651600003 200000 250000 50000 -75400 56851600004 100000 200000 100000 -25400 6451600005 100000 200000 100000 -25400 6451600006 100000 150000 50000 -75400 56851600007 200000 300000 100000 -25400 6451600008 70000 150000 80000 -45400 20611600009 150000 300000 150000 24600 60516000010 250000 400000 150000 24600 60516000011 450000 700000 250000 124600 1552516000012 250000 300000 50000 -75400 568516000013 200000 250000 50000 -75400 568516000014 700000 1200000 500000 374600 1.40325E+1115 200000 450000 250000 124600 1552516000016 150000 200000 50000 -75400 568516000017 120000 250000 130000 4600 2116000018 100000 180000 80000 -45400 206116000019 300000 500000 200000 74600 556516000020 125000 220000 95000 -30400 92416000021 200000 380000 180000 54600 298116000022 70000 100000 30000 -95400 910116000023 75000 130000 55000 -70400 495616000024 135000 240000 105000 -20400 41616000025 70000 100000 30000 -95400 9101160000
Jumlah 4765000 7900000 3135000 246,346,000,000Jml. Rt 190600 316000 125400 -Sumber : Data Kuesioner 25 Responden tahun 2006 yang diolah
51
Tabel 4.3
Untuk Memperoleh Hasil D ( XX 21− ) adalah sebagai berikut :
No. X 1 X 2 D ( XX 21− )
1 200000 300000 100000 2 250000 450000 200000 3 200000 250000 50000 4 100000 200000 100000 5 100000 200000 100000 6 100000 150000 50000 7 200000 300000 100000 8 70000 150000 80000 9 150000 300000 150000 10 250000 400000 150000 11 450000 700000 250000 12 250000 300000 50000 13 200000 250000 50000 14 700000 1200000 500000 15 200000 450000 250000 16 150000 200000 50000 17 120000 250000 130000 18 100000 180000 80000 19 300000 500000 200000 20 125000 220000 95000 21 200000 380000 180000 22 70000 100000 30000 23 75000 130000 55000 24 135000 240000 105000 25 70000 100000 30000
Jumlah 4765000 7900000 3135000 Sumber: Tabel 4.2 yang diolah
52
Tabel 4.4
Untuk Memperoleh Hasil dari dapat dihitung sebagai berikut )(__
DD −
No. D D___
( ) DD___
−
1 100000 125400 -254002 200000 125400 -746003 50000 125400 754004 100000 125400 254005 100000 125400 254006 50000 125400 754007 100000 125400 254008 80000 125400 454009 150000 125400 -2460010 150000 125400 -2460011 250000 125400 -12460012 50000 125400 7540013 50000 125400 7540014 500000 125400 -37460015 250000 125400 -12460016 50000 125400 7540017 130000 125400 -460018 80000 125400 4540019 200000 125400 -7460020 95000 125400 3040021 180000 125400 -5460022 30000 125400 9540023 55000 125400 7040024 105000 125400 2040025 30000 125400 95400
Jumlah 3135000 -Sumber Data : Tabel 4.2 yang diolah
53
Dan untuk memperoleh rata-rata dari D atau XX 21− adalah sebagai
berikut :
D__
= nD∑
25
3135000=
= 125400
Keterangan :
∑ = Nilai hasil mutlak yang diterima usaha kecil setelah memperoleh
pembiayaan dari BMT
D = Perbedaan atau selisih antara XX 21−
D__
= Hasil perbedaan XX 21−
n = Jumlah responden
X 1 = Tingkat pendapatan usaha kecil sesudah memperoleh pembiayaan
dari BMT
X 2 = Tingkat pendapatan usaha kecil sebelum memperoleh pembiayaan
dari BMT
54
Tabel 4.5
Untuk Mendapatkan Hasil adalah sebagai berikut : 2__
)( DD−
No. ( ) DD
___
− 2__
)( DD − 1 -25400 645160000 2 74600 5565160000 3 -75400 5685160000 4 -25400 645160000 5 -25400 645160000 6 -75400 5685160000 7 -25400 645160000 8 -45400 2061160000 9 24600 605160000 10 24600 605160000 11 124600 15525160000 12 -75400 5685160000 13 -75400 5685160000 14 374600 14032500000 15 124600 15525160000 16 -75400 5685160000 17 4600 21160000 18 -45400 2061160000 19 74600 5565160000 20 -30400 924160000 21 54600 2981160000 22 -95400 9101160000 23 -70400 4956160000 24 -20400 416160000 25 -95400 9101160000
Jumlah - 246,346,000,000 Sumber : Data Primer yang diolah
55
4.2 Pembiayaan yang Diberikan BMT Beringharjo Kauman Kepada
Pengusaha Kecil
Dalam usaha membantu pengusaha kecil atau pedagang kecil untuk
meningkatkan pendapatannya, cara yang ditempuh BMT Beringharjo yaitu
dengan memberikan pembiayaan sebagai modal yang bebas dari unsur riba.
Usaha kecil yang banyak mendapat bantuan berupa pembiayaan dari
BMT Beringharjo Kauman adalah pedagang sayur, pedagang sembako,
pedagang kebutuhan dapur, dan pedagang buah.
BMT Beringharjo sebelum memberikan pembiayaan kepada usaha
kecil terlebih dahulu melakukan survei mengenai usaha yang dijalankan.
Setelah itu baru ditentukan besarnya pembiayaan yang akan diberikan.
4.3. Analisis Uji-t dan Pembahasan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang
diberikan oleh BMT Beringharjo Kauman bagi pengusaha kecil. Untuk lebih
jelasnya hasil analisis terebut dapat dilihat pada lampiran
Langkah-langkah pembuktiannya adalah sebagai berikut :
56
1. Level of significant (df)
(α ) = 0,05 dengan tingkat keyakinan 95% dan resiko sebesar 5% didapat
dari t-tabel sebesar (α /2 ); (n-1) yaitu 2,064.
2. Kriteria Pengujian
Ho diterima apabila : -2,064 ≤ t-hitung ≤ 2,064.
Ho ditolak apabila : t-hitung > 2,064 atau t-hitung < -2,064.
3. Rumus uji-t
t = nSD
D/
___
Keterangan :
t = t hitung
D___
= Hasil perbedaan XX 21−
S D = Standar Deviasi
n = Jumlah sampel
Berdasarkan kertas kerja tersebut di atas, untuk menentukan nilai t
terlebih dahulu harus diperhitungkan beda rata-rata dan standart deviasi.
Dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut :
= D__
nD∑
57
= 25
3135000
= 125400
S D=
1
__2
−
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛−∑
n
D D
= 24
000.000.346.246
= 01026441667
= 20680,52
Dengan diketahuinya beda rata-rata dan standard deviasi di atas maka
t-hitung dapat dihitung sebagai berikut :
t = nS
D
D /
__
= 5/52,20680
125400
= 104,4136
125400
= 30,3184
58
4. Kesimpulan
Dengan t-tabel (0,025;25) = 2,064
0 064,2− 064,2
Daerah Terima
Daerah Tolak Daerah Tolak
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh t-hitung sebesar 30,3814.
Ternyata t-hitung terletak di daerah penolakan Ho, yaitu t-hitung > t- table
atau 30,3814 > 2.064.
Berarti dapat dikatakan bahwa dengan adanya pemberian pembiayaan
dari BMT Beringharjo Kauman, pendapatan pengusaha kecil mengalami
peningkatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data pada bab IV, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Keberadaan BMT Beringharjo Kauman sangat membantu usaha
kecil yang kekurangan modal dengan pembiayaan yang diberikan.
2. Rata-rata pendapatan nasabah sebelum adanya pembiayaan yang
diberikan BMT Beringharjo Kauman adalah Rp 190.600,00 dan
sesudah pembiayaan dari BMT Beringharjo Kauman sebesar Rp
316.000,00. Dari hasil analisis uji-t diperoleh t-hitung sebesar
30,3184 dan t-tabel sebesar 2,064, jika dibandingkan antara t-hitung
dan t-tabel maka diperoleh t-hitung > t-tabel. Ini berarti Hi diterima
dan Ho ditolak, yaitu sesudah pembiayaan yang diberikan oleh
BMT Beringharjo Kauman, pendapatan pengusaha kecil mengalami
peningkatan.
5.2. Saran
Adapun keterbatasan-keterbatasan dan saran yang dapat diajukan
penulis dari penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut :
59
60
1. Dalam menyusun skripsi ini penulis menghadapi kendala yaitu
terbatasnya sampel, karena responden yang termasuk pengusaha
kecil ada yang tidak mau dilibatkan dalam penelitian dengan alasan
tidak mau diketahui besarnya pendapatan yang mereka peroleh.
Maka dari itu penulis mencoba memberi saran bagi penelitian-
penelitian berikutnya untuk mengambil sampel di lingkup pasar
yang lebih besar.
2. Penelitian ini hanya menggunakan pendapatan bersih penjualan
rata-rata perbulan, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya
disarankan untuk menggunakan pendapatan rata-rata per minggu.
3. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi
peneliti lain untuk mengembangkan maupun mengoreksi dan
melakukan perbaikan seperlunya.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Moh. Syafi’i, 2001, Bank Syari’ah dari Teori Kepraktek, Gema Insani
Press, Jakarta. Arifin, Zainul, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Pustaka Alvabet,
Jakarta. Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta.
Cahyono, Bambang Tri dan Adi, Sugiyo, 1994, Manjemen Industri Kecil, Liberty, Yogyakarta.
Departemen Agama RI, 1992, Al Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan
Penyelenggara dan Penerjemah Kitab Suci, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia,2002, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.59,
Salemba Empat, Jakarta. Mardalis,1990, Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal, Melton Putra,
Jakarta. Mardiasmo, 1995, Akuntansi Keuangan Dasar 2, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.
Mulyono, Teguh Pudjo, 1996, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil, BPFE, Yogyakarta.
Online, http:/www.depkop.go.id, 2006 Online, http:/www.depkeu.go.id, 2006 Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), UII
Press,Yogyakarta. Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Salemba Empat, Jakarta. Subiyakto, Haryono, 2001, Statistik Inferen Untuk Bisnis, STIE YKPN, Yogyakarta.
Suwardjono, 2005, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
61
62
Syahrul dan Nizar, M. A. 2000, Kamus Akuntansi, Jakarta, Citra Harta Prima.
Triyuwono, Iwan dan As’udi, Moh, 2001, Akuntansi Syari’ah, Memformulasikan Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat, Salemba Empat, Jakarta.
Widodo, Hertanto, 1999, Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wat Tamwil
(BMT), Dompet Duafa Republika. Yussuf, Firdaus, SE.SS, Evaluasi Non Performing Loan (NPL) Pembiayaan
Qardhul Hasan Bank BNI Syariah Yogyakarta, Thesis Magister, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006
L A M P I R A N
I. Deskripsi BMT Beringharjo dan Produknya
I.1. Sejarah BMT Beringharjo
BMT adalah salah satu organisasi bisnis yang menghimpun dan
menyalurkan dana yang bersifat komersial (mencari keuntungan) yang sesuai
prinsip syariah. Fungsi dari BMT adalah sebagai intermediasi antara pihak
yang membutuhkan dana, tetapi selama ini fungsinya hanya ditangani oleh
bank konvensional.
Kesulitan yang paling mendasar untuk mendapat pembiayaan dari bank
konvensional adalah menyangkut jaminan, jika jaminan tidak memadai maka
bank tidak bersedia memberikan pembiayaan, walaupun pembiayaan yang
diajukan tidak besar. Sehingga banyak yang memilih memnjam kepada
rentenir.
BMT Beringharjo, sejak awal diniatkan untuk mengisi celah yang tidak
disentuh bank umum dan bank konvensional yaitu masyarakat usaha kecil
dan menengah. Dipilih Beringharjo selain karena tempatnya strategis,
perputaran uang sangat cepat juga disanalah banyak rakyat kecil yang
memerlukan bantuan.
Awal berdirinya BMT Beringharjo dimulai dengan diadakannya Diklat
Manajemen Zakat, Infaq, Sodhaqah dan Ekonomi Syari’ah di Bank
Perkreditan Syari’ah Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat
tanggal 1-5 September 1994. Kemudian di Semarang pada tanggal 2-6
November 1994. Diklat ini diprakarsai oleh Dompet Dhuafa (DD) Republika
dan Asosiasi Bank Perkreditan Syariah se-Indonesia (ASBISINDO). Kedua
diklat tersebut menjadi tonggak terbentuknya Forum Ekonomi Syari’ah
(FES). Diklat ketiga diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 5-11
Januari 1995. Ketiga diklat tersebut terdapat beberapa peserta mengikuti
magang dan diberi kesempatan mendirikan BMT yang dimodali Dompet
Dhuafa Republika.
Dua orang peserta yang mengikuti diklat tersebut adalah Mursyida
Rambe dan Ninawati. Setelah mengikuti diklat kemudian magang di BPR
Syari’ah Margi Rizki Bahagia Bantul, Yogyakarta. Setelah magang kemudian
mulai melakukan survey pasar, lokasi, lobi-lobi, dan persiapan lain untuk
pendirian BMT di Yogyakarta.
Dengan bermodalkan uang sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)
dan niat baik untuk melakukan perubahan bagi kaum dhuafa serta semangat
yang pantang menyerah, kedua orang ini yaitu Mursyida Rambe dan
Ninawati didukung support dari Dompet Dhuafa Republika, dibantu oleh Hj.
Nazny Yenny, S.Ag. dan Moh. Affan Hamdani, SE berhasil mendirikan BMT
Bina Dhuafa Beringharjo pada tanggal 31 Desember 1994 bertempat di
kompleks Masjid Muttaqin, Pasar Beringharjo. Pemberian nama BMT tidak
lepas dari kiprah awal mereka yang berlokasi di pasar Beringharjo dan
pemberian nama Beringharjo diilhami oleh perkataan Bapak Edi Sudewo
yang waktu itu ikut mendampingi pendirian BMT.
Semua serba terbatas, sederhana dan darurat. Untuk administrasi kantor
dengan meminjam mesin ketik teman kos selama satu tahun. Meja dan kursi
meminjam dari ruang takmir Masjid Muttaqin. Fasilitas telepon juga
meminjam dari seorang sahabat. Setealah bulan ketiga pendirian BMT
pengelolanya kaget karena mendapat honor sebesar Rp 20.000,-. Mereka
tidak menyangka kalau mendapat honor yang sebelumnya tidak diduga.
BMT Bina Dhuafa Beringharjo didirikan bersamaan denagn 17 BMT
lain di Indonesia pada tanggal 21 April 1995 di Yogyakarta oleh Menristek,
Prof. DR. Ing. BJ. Habibie. Kantor pertama berad di kompleks Masjid
Muttaqin, Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Tahun 1997 BMT Bina Dhuafa
Beringharjo memliki badan hukum koperasi dengan nomer 157/BH/KWK-
12/V/1997. Hubungan kerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika terus
terjalin erat, terlebih setelah MoU (Memorandum of Understanding) kedua
pada tanggal 10 Maret 2001. Dompet Dhuafa Republika juga menambah
modal pada BMT.
Dukungan dana dari Dompet Dhuafa Republika membuat
perkembangan BMT semakin baik. Tahun 2000 mempunyai kantor kedua
yang terletak di jalan Kauman,Yogyakarta dengan karyawan sebanyak 43
orang dan asset per September 2004 sebesar Rp 7 milyar. Pada hari Rabu
tanggal 21 Januari 2004 BMT kembali membuka kantor ketiga di jalan
Malioboro tepatnya di komplek Kepatihan.
Dipilihnya brandmark Bina Dhuafa merupakan implementasi
kegelisahan para pendirinya untuk bisa bertindak nyata meningkatkan
pemberdayaan ekonomi kelas bawah yang sering dimanfaatkan oleh
tengkulak(rentenir) dan pemodal dengan jalan yang tidak wajar. Sector
ekonomi kelas bawah ini sering dilupakan dan tidak digarap oleh bank umum
dan konvensional karena tidak mungkin profitable. Oleh karena itu komitmen
besar bersama kaum dhuafa terus dipegang dan dijalankan sampai sekarang
oleh BMT. Sebagi alternative mitra kerja dalam usaha, BMT memberikan
siraman rohani kepada segenap anggota di Masjid Muttaqin di kawasan Pasar
Beringharjo sehingga dapat diharapkan pada pedagang kecil juga memiliki
modal spiritual.
Pada tahun 2005 BMT Bina Dhuafa Beringharjo diubah namanya
menjadi BMT Beringhajo dengan alasan bahwa yang perlu dan yang akan
dibantu oleh BMT Beringharjo tidak terbatas pada dhuafa saja melainkan
seluruh umat, khususnya muslim yang memrlukan bantuan. Pada tahun 2006
ini BMT Beringharjo telah memiliki tiga kantor , 59 karyawan, asset yang
dimiliki lebih dari Rp 12 milyar dan jumlah mitra lebih dari 14.000 orang.
I.2. Visi, Misi dan Tujuan serta Ekspansi BMT Beringharjo
Visi dari BMT Beringharjo adalah “ Terkemuka Berbasis Syariah”.
Misi BMT Beringharjo yaitu :
1. Terus menghidupkan lembaga keuangan syari’ah yang sehat, berkeadilan,
dan menentramkan.
2. Menciptakan dan mengembangkan usaha baru yang tangguh dan
excellent.
Tujuan BMT Beringharjo adalah :
1. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan karyawan.
2. Memberi kemanfaatan yang berkelanjutan kepada mitra usaha.
Untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan BMT Beringharjo
kepada masyarakat senantiasa terus dilakukan. Karena kesuksesan misinya
ditentukan oleh kinerja dari perusahaan tersebut. Dalam meningkatkan
kualitas pelayanan BMT Beringharjo dikembangkan budaya kerja (
Corporate Culture ) “CARE” adalah Cepat, Amanah, Resik, Empati.
Cepat, maksudnya di dalam pelayanan. BMT Beringharjo
mengembangkan budaya kerja yang tidak hanya berorientasi rapid an lengkap
tetapi juga cepat.
Amanah, dalam mengembangkan budaya kerja yang sesuai dengan
aturan dan tata tertib yang ada. Berkaitan dengan waktu, janji, dan deskripsi
kerja baik mitra maupun karyawan.
Resik, mengembangkan budaya yang bersih pada karyawan dan m,itra
baik fisik dan non fisik.
Empati, mampu memahami jiwa dan perasaan mitra serta sesama rekan
kerja kemudian ikut berupaya semaksimal mungkin untuk membantunya.
Dengan adanya budaya kerja yang dikembangkan BMT Beringharjo
telah membantu menarik simpati nasabah. Hal ini terbukti dengan semakin
bertambahnya jumlah nasabah dan jumlah mitra yang datnag untuk
melakukan akad penyimpana dan akad pembiayaan.
I.3. Struktur Organisasi BMT Beringharjo
Pada tahun 2006 jumlah SDM di BMT Beringharjo adalah 62 orang yang
terdiri dari 59 orang karyawan dan 3 orang pengurus utama.
Nama lembaga : BMT Beringharjo
Alamat Kantor 1 : Jl. Pabringan Komplek Masjid Muttaqin,
Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Telp (0274)
543986.
Alamat Kantor 2 : Jl. Kauman No. 14 Yogyakarta. Telp/ Fax
(0274) 373075.
Alamat Kantor 3 : Jl. Malioboro No. 14 Komplek Kepatihan
Yogyakarta. Telp/ Fax (0274) 542750.
Badan Hukum : Koperasi No. 157/BH/KWK-12/V/1997
Pengurus : Dra. Mursyida Rambe
Ninawati, SH
Hj. Nazny Yenny, S.Ag
Moh. Affan Hamdani, SE
Direktur : Dra. Mursyida Rambe
General Manager (GM) : Rury Febrianto, SE
Manajer Kantor 1 : Maya Dayu Murti, A.Md.
Manajer Kantor 2 : Sigit Istomo P.,SE
Manajer Kantor 3 : Muhammad Ismail, SE
Konsultan Manajemen : Drs. M. Akhyar Adnan, MBA, Ak.,Ph.D.
Struktur organisasi BMT Beringharjo digambarkan dibawah ini :
RAT
Direktur
GM
1. Kadiv CRD 2. Kadiv Keuangan 3. Kadiv Umum & Personalia 4. Kadiv IT 1. Pengawasan Syari’ah
2. Pengawasan Manajemen
Kabag Operasional
Kabag Operasional
Kabag Operasional
Manajer Area 1 Manajer Area 2 Manajer Area 3
Kabag Marketing
Kabag Marketing
1.Jasmit 2.Teller 3.Akunting 4.Staf Adm
1. Staf AO
2. Staf LO
3. Staf FO
4. Staf Adm
1. Staf AO 2. Staf Adm 3. Adm
Pembiaya-an
1.Jasmit 2.Teller 3.Akunting 4.Staf Adm
1. Staf AO
2. Staf FO
3. Staf Adm
Kabag Marketing
1.Jasmit 2.Teller 3.Akunting 4. Staf Adm
Gambar: Struktur Organisasi BMT Beringharjo
BMT Beringharjo merupakan lembaga keuangan syari’ah yang
berbadan hukum koperasi. Sehingga kekuasaan tertinggi adalah RAT.
Direktur bertugas dan bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen
organisasi. Di bawah direktur ada GM atau manajer umum yang merupakan
penanggung jawab atas operasional BMT Beringharjo secara keseluruhan
yaitu kantor 1, kantor 2, dan kantor 3. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
GM dibantu oleh Kadiv (Kepala Divisi). Kadiv CRD atau Ceremedial
bertugas menangani kredit bermasalah. Kadiv Keuangan bertugas
mensirkulasi arus kas (keuangan) semua BMT. Kadiv Umum dan Personalia
bertugas melengkapi kebutuhan bMT baik internal maupun eksternal. Tugas
dari Kadiv IT adalah mengatur semua masalah teknologi. GM membawahi
manajer area 1, manajer area 2, dan manajer area 3 yang semuanya dibantu
oleh Kabag (Kepala Bagian) Marketing dan Kabag Operasional dan
karyawan yang ada dibawahnya.
Dalam BMT Beringharjo terdapat pengawasan syari’ah atau Dewan
Pengawasan Syari’ah yang bertugas mengawasi jalannya operasional BMT
Beringharjo sehari-hari agar selalu sesuai denagn ketentuan syari’ah.
I.4. Produk-Produk BMT Beringharjo
Produk-produk yang ditawarkan oleh BMT Beringharjo digolongkan
menjadi dua yaitu produk simpanan (Funding) dan produk pembiayaan
(Financing-Lending).
Produk-produk simpanan dari BMT Beringharjo adalah:
1. Wadi’ah Yad Dhamanah
Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu atau
badan hukum yang harus dan ditarik kapan saja sesuai keinginan penyimpan.
Prinsipnya antara lain adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain baik
individu atau badan hukum harus dijaga dan dikembalikan sesuai keinginan
penyimpan; penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil
manfaat dari titipan tersebut; penyimpan mempunyai kewajiban terhadap
kehilangan atau kerusakan; dan imbalan yang diberikan berupa insentif
(bonus) yang tidak disyaratkan sebelumnya.
2. Mudharabah Biasa
Yang termasuk dalam golongan mudharabah biasa adalah :
1) Akad Qurban
Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk qurban.
Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan, dengan setoran awal
minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .
2) Akad Haji
Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk
menunaikan ibadah haji. Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan,
dengan setoran awal minimal Rp 100.000,- selanjutnya minimal Rp
5.000,- .
3) Akad Pendidikan
Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk
pendidikan. Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan, dengan
setoran awal minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .
4) Akad Walimahan
Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk
pernikahan. Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan, dengan
setoran awal minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .
5) Simpanan Tamasya Mitra (SIMTARA)
Adalah simpanan untuk tamasya yang diadakan oleh pihak BMT. Setoran
awal minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .
3. Simpanan Mudharabah Berjangka
Adalah suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih dalam suatu
proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan
bertanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi sesuai dengan
penyertaanya masing-masing. Terdapat tiga pilihan jangka waktu yaitu 3
bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dengan saldo minimum Rp 1.000.000,- dan
nisbah bagi hasilnya sebesar 30% : 70% untuk 3 bulan, 35% : 65% untuk 6
bulan, dan 40% : 60% untuk 12 bulan.
Produk-produk pembiayaan dari BMT Beringharjo adalah :
1. Musyarakah
Adalah kerjasama antara pihak I (BMT) sebagai pemodal dengan pihak II
(Nasabah) sebagai pengelola, dimana pihak pertama menyertakan
modalnya kepada usaha milik pihak kedua. Pembagian hasilnya
ditentukan berdasar kesepakatan bersama. Grace periode paling lama dua
tahun dengan pengembalian modal setiap bulan..
2. Murabahah
Adalah akad jual beli antara BMT dengan nasabah. BMT menyediakan
barang kebutuhan anggota yaitu barang-barang investasi, usaha elektronik
atau kebutuhan lain dengan pembayaran angsuran harian, mingguan, atau
bulanan.
3. Bai’ Tahsiri atau Ijarah Muntahia Bittamlik
Adalah akad sewa beli disertai perpindahan kepemilikan barang yang
disewa pada akhir pembayaran---atau istilah asingnya Leasing— antara
BMT denagn nasabah, pembayaran sewa secara tempo/ angsuran. Selama
belum lunas status barang masih milik BMT.
4. Ijarah
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti kepemilikan atas barang tersebut.
Ijarah yang ditawarkan BMT Beringharjo terdapat dua macam, yaitu :
1) Ijarah Manfaat adalah ijarah tanpa perpindahan kepemilikan dengan
pembiayaan angsuran atau jatuh tempo. Contohnya membiayai kontrak/
sewa rumah.
2) Ijarah Jasa yaitu seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa event
organizer atau jasa lainnya yang berbentuk layanan non material,
misalnya biaya SPP sekolah dan biaya rumah sakit.
5. Qardhul Hasan
Adalah akad pembiayaan yang bersifat social, artinya jika realisasi
pembiayaan Rp 100.000,- maka pengembaliannya juga sebesar Rp
100.000,- dengan jumlah angsuran sesuai kemampuan.
6. ZIS atau Zakat, Infak, Shadaqah
Membantu masyarakat lewat program beasiswa dan kesehatan. Selain itu
BMT Beringharjo juga menghimpun dana zakat, infak, dan shadaqah dari
para aghniya (orang berkecukupan) untuk disalurkan kepada yang
membutuhkan melalui program :
1) GAPERA (Gerakan Pemberdayaan Masyarakat).
2) Beasiswa Pendidikan (SD, SLTP, dan SMU).
3) Layanan Kesehatan.
4) Kegiatan Sosial Keagamaan.
7. Sektor Riil
BMT Beringharjo juga melakukan pembiayaan dalam sector rill, pada
tahun 2004-2005 BMT Beringharjo telah mengembangkan bisnis properti
dengan membangun perumahan muslim dan bisnis pakan ternak alternatif.
Tahun 2006 ini telah membangun toko oleh-oleh khas Yogyakarta.
QUESTIONANAIRE
Kepada Yth,
Nasabah (Mudharib)
BMT Beringharjo
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Di tengah kesulitan ekonomi yang sedang dihadapi di Indonesia serta
kenaikan harga-harga pokok mengakibatkan kesulitan dalam pengembangan usaha
kecil karena permodalan yang lemah. Kami, Evy Meirina Budi Astuti, mahasiswa
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, mencoba
untuk menganalisis pengaruh pembiayaan pada pendapatan usaha kecil dari BMT
Beringharjo, Yogyakarta dalam skrpisi berjudul “Pengaruh Pendapatan Usaha
Kecil Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari BMT Beringharjo,
Yogyakarta”. Angket ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang
diberikan BMT Beringharjo terhadap pendapatan usaha kecil. Hasil yang didapat
dari kuisioner ini hanya untuk kebutuhan untuk penelitian semata, bukan untuk
dipublikasikan, dan kami jaga kerahasiannya.
Agar hasil penelitian ini dapat optimal, kami mengharap Anda dapat mengisi
daftar pertanyaan yang diajukan secara sunguh-sungguh dan sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Mei 2006
(Evy Meirina Budi Astuti)
QUESTIONNAIRE
I. Nama Anda : (boleh tidak diisi)
II. Umur Anda :
III. Jenis kelamin Anda : Perempuan Laki - laki
IV. Pendidikan terakhir Anda :
a. Sekolah Dasar (SD) b. SLTP c. SMA d. Akademi e. Sarjana
V. Pekerjaan Anda :
a. PNS atau TNI b. Karyawan Swasta c. Pensiunan PNS/ TNI d. Wiraswasta e. Karyawan f. Lainnya,sebutkan……………
VI. Sudah berapa lama menjadi nasabah atau anggota BMT “Beringharjo” ?
a. ≤ 6 bulan b. 1- 2 tahun c. 3 -4 tahun d. 5 tahun e. ≥ 6 tahun f. Lainnya, sebutkan…………
VII. Usaha yang Anda jalani saat ini :
a. Pedagang konveksi b. Pedagang barang konsumsi c. Pedagang sayur d. Warung kebutuhan dapur e. Warung makan f. Pengusaha pertanian g. Lainnya, sebutkan………………….
82
VIII. Sudah berapa lama Anda menjalani usaha ini ?
a. ≤ 6 bulan b. 1-2 tahun c. 3-4 tahun d. 5 tahun e. ≥ 6 tahun f. Lainnya, sebutkan…………
IX. Modal awal yang Anda keluarkan untuk usaha ini ?
a. ≤ Rp 500.000,- b. Rp 501.000,- s/d Rp 1.499.000,- c. Rp 1.500.000,- s/d Rp 2.000.000,- d. Rp 2.500.000,- s/d Rp 3.000.000,- e. ≥ Rp 3.001.000,- f. Lainnya,sebutkan………………
X. Modal awal yang dikeluarkan berasal dari ?
a. Modal Sendiri b. Meminjam kepada BMT “Beringharjo” c. Lainnya, sebutkan…………………….
XI. Pembiayaan yang ditawarkan BMT “Beringharjo” yang Anda pilih untuk
usaha ini :
a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah c. Pembiayaan Murabahah d. Pembiayaan Bai’bi Tsaman ‘Ajil e. Pembiayaan Qardhul Hasan
XII. Jangka waktu pembiayaan Anda adalah :
a. 1 tahun b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun e. 5 tahun f. ≥ 5tahun g. Lainnya, sebutkan…………
XIII. Pembiayaan yang Anda dapatkan sesuai dengan akad kerjasama :
Rp (sebutkan).
83
XIV. Porsi bagi hasil yang disepakati antara Anda dengan BMT
“Beringharjo” sebesar (dalam %) :
a. 20 : 80 b. 25 : 75 c. 30 : 70 d. 40 : 60 e. 50 : 50 f. Lainnya, sebutkan…………
XV. Jaminan yang Anda berikan untuk pembiayaan kepada BMT
“Beringharjo” adalah:
a. Tabungan b. Surat BPKB kendaraan roda 2 c. Surat BPKB kendaraan roda 4 d. Sertifikat tanah e. Lainnya, sebutkan…………..
XVI. Pembayaran kembali atas pembiayaan (angsuran) kepada BMT
“Beringharjo” sebesar Rp
(sebutkan).
XVII. Pendapatan yang Anda peroleh SEBELUM melakukan akad pembiayaan
dengan BMT “Beingharjo” :
a. ≤ Rp 200.000,- b. Rp 201.000,- s/d Rp 449.000,- c. Rp 450.000,- s/d Rp 700.000,- d. Rp 701.000,- s/d Rp 949.000,- e. Rp 950.000,- s/d Rp 1.200.000,- f. ≥ Rp 1.201.000,- g. Lainnya, sebutkan……………
XVIII. Pendapatan yang Anda peroleh SETELAH melakukan akad pembiayaan
dengan BMT “Beringharjo” :
a. ≤ Rp 200.000,- b. Rp 201.000,- s/d Rp 449.000,- c. Rp 450.000,- s/d Rp 700.000,- d. Rp 701.000,- s/d Rp 949.000,- e. Rp 950.000,- s/d Rp 1.200.000,- f. ≥ Rp 1.201.000,-
84