NEW URBAN AGENDAVISI : • Membangun kota untuk semua, dgn setiap orang dpt
menggunakan & menikmati lingkungan perkotaan.
PRINSIP POKOK : • Tidak ada orang yang tertinggal, dgn menghilangkan
kemiskinan; menjamin adanya hak, peluang & akses yg sama untuk semua layanan & prasarana perkotaan;
• Menjamin partisipasi warga, keselamatan; dan • Menghilangkan diskriminasi & segala bentuk
kekerasan.
ISU GLOBAL PENGEMBANGAN KOTA
URBAN ISSUES
PERMASALAHAN KAWASAN
PERKOTAAN
MUNCULNYA MEGA URBAN
Standar Pelayanan Kawasan Perkotaan
PENGELOLAAN & PENDANAAN KAW.
PERKOTAAN
Pendanaan Kota
Pengelolaan Kota
PERUMAHAN UNTUK YANG BERPENDAPATAN
RENDAH
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN
MITIGASI DAN PENGELOLAAN
RESILIENT- DISASTER
Sistem Peringatan Dini
Prosedur Dan Standar
Pengelolaan Kawasan Perkotaan Hijau
Pengembangan Smart Cities
Isu Strategis Indonesia New Urban Action (INUAct)
1. Urbanisasi yg tidak dikelola secara produktif & berkelanjutan.
2. Peningkatan konektivitas antarnegara (globalisasi) memberikan peluang pembangunan berwawasan global serta ancaman terhadap aspek keberkelanjutan.
3. Penataan & pemanfaatan ruang perkotaan & antarwilayah yg tidak efisien.
4. Segmentasi kelas sosial masyarakat dlm mewujudkan kota yg inklusif.
5. Disparitas antarwilayah & kesenjangan pertumbuhan ekonomi perkotaan.
6. Terbatasnya kapasitas pemerintah dlm mengelola kota. 7. Revolusi teknologi yg pesat tidak diimbangi peningkatan
kapasitas serta pemerataan infrastruktur TIK. 8. Degradasi lingkungan perkotaan.
• Visi pembangunan jangka panjang Kota Malang adalah “Terwujudnya Kota Malang Sebagai Kota Pendidikan yang Berkualitas, Berbudaya, Berwawasan Lingkungan Menuju Masyarakat Sejahtera”.
Isu Strategis Pembangunan Kota Malang
• Arus urbanisasi tinggi, ketimpangan ekonomi dan ketersediaan lahan terbatas.
• Perkembangan perkotaan ke wilayah pinggiran yang tidak terstruktur dan terencana (urban sprawl).
• Penurunan kualitas lingkungan hidup (genangan/banjir, kemacetan/emisi gas buang, RTH Publik terbatas, kualitas & kuantitas air tanah menurun).
• Bertambahnya jumlah penduduk berimplikasi pada pemenuhan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)…..RTH Makam, PJU
• Masyarakat menengah kebawah semakin sulit menjangkau perumahan yang layak sebagai akibat dinamika perkembangan menuju “Kota Metropolitan”.
• Titik kemacetan terus bertambah. • Keberadaan permukiman kumuh. • Ancaman longsor pada bangunan
permukiman di sempadan sungai. • Permasalahan sosial (anak jalanan,
gepeng dll). • Bertambahnya kawasan banjir. • PJU Ilegal. • Alih fungsi lahan pertanian menjadi
perumahan dipinggiran Kota Malang. • Terbatasnya lahan untuk
pengembangan RTH Publik.
Permasalahan Kota Malang
LUAS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA MALANG
No JENIS RTH LUAS (Ha) Prosentase (%)1 Hutan kota 36,65 0,332 Taman dan jalur hijau 224,01 2,033 Lapangan olahraga 59,19 0,534 Makam 94,73 0,86
5 Sempadan sungai, semak, dan pohon. 426,94 3,87
6 Sempadan rel KA 5,31 0,04JUMLAH 846,73 7,69%
Sumber : Amin, 2016
KENDALA OPTIMASI RTH
• Harga lahan yang terus melambung, dan alokasi anggaran terbatas.
• Kesadaran masyarakat akan pemenuhan RTH Privat rendah.
• Lahan seluas 42,58 Ha di sempadan sungai eksistingnya berupa permukiman sejumlah 2.058 unit bangunan.
• Lahan seluas 43,13 Ha di sempadan rel KA ditempati 2.405 unit bangunan.
• Lahan seluas 146,4 Ha di sempadan SUTT ditempati 2.137 unit bangunan.
• Luas kebutuhan RTH tidak cukup dgn alokasi 30% dari luas wilayah akan tetapi ada pertimbangan emisi gas buang yg dihasilkan dr aktivitas kota.
RTH PERKOTAAN :
1.RTH Taman Kota 2.Hutan Kota (ketersediaan air) 3.Sabuk Hijau 4.RTH Jalur Hijau Jalan 5.RTH Jalur Pedestrian Way 6.RTH dibawah jalan layang 7.RTH Fungsi Tertentu :
▪ Jalur Hijau (RTH) pada Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
▪ RTH Sempadan Sungai ▪ RTH Sumber Air Baku/Mata Air ▪ RTH Pemakaman
FUNGSI RTH :
A. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis: ! Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi
bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota);
! Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar;
! Sebagai peneduh; ! Produsen oksigen; ! Penyerap air hujan; ! penyedia habitat satwa; ! penyerap polutan media udara, air dan
tanah, serta; ! penahan angin.
B. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: ! Fungsi sosial dan budaya; ! Fungsi ekonomi; ! Fungsi estetika.
OPERASIONALISASI 9 ATRIBUT KOTA HIJAU
Green Community
Green Planning and
Design
Green Energy
Green Open
Green Waste
Green Transportation
Green Water
Green Building
Green Education
UPAYA MENGELOLA RTH• Optimasi lahan aset Pemkot untuk alokasi
RTH Publik. • Optimalisasi RTH Privat melalui mekanisme
perijinan IMB dan pengawasan bangunan. • Mensyaratkan ijin pembangunan perumahan
oleh developer utk memenuhi kebutuhan RTH Publik kaw. berdasarkan pembagian zoning.
• Mengajak seluruh elemen masyarakat (komunitas, swasta, pegiat lingkungan) untuk gerakan sadar lingkungan dan berupaya menambah luas dan sebaran RTH Publik.
KETENTUAN RTH PEMAKAMAN
• Ukuran makam 1 m x 2 m.
• Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m.
• Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan.
• Dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat.
• Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya.
• Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung.
• Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.
DAYA TAMPUNG LAHAN UTK MAKAM
• Keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah no. 534/kpts/m/2001 tentang pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penatan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum.
• Proporsi pemakaman diasumsikan sebesar 60% untuk lahan makam, 20% untuk jalan setapak dan 20% untuk penghijauan.
• Dibagi dengan luasan makam per satuan kavling, diasumsikan seluas 6 m2! didapat dari luasan makam (2,5 m + 0,5 m) x (0,5m+0,5 m).
• Penjabarannya luas makam 2,5 m X 1,5 m dengan jarak antara makam adalah sejauh 0,5 m dan kedalaman minimum 1,5 m.
• Bahwa 0.2 m2/penduduk dari luas kawasan (pemakaman umum). Kebutuhan lahan akan didasarkan pada proyeksi penduduk dikalikan 0,2 m.
PERMASALAHAN PJU
• Pemasangan PJU & PJL tanpa ijin. • Merubah data awal nomor PLN tanpa ijin. • Merubah dan/atau menambah daya tanpa
ijin. • Memindahkan PJU. • Merusak sarana prasarana PJU.
Permukiman Kumuh
Permukiman Kumuh adalah permukiman yg tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yg tinggi & kualitas bangunan serta sarana &
prasarana yg tidak memenuhi syarat. (UU 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman)
KONSEPSI PENANGANAN
KAWASAN KUMUH• Perencanaan berbasis survey
inventarisasi (kumuh ringan, sedang, berat), aspirasi, menjadi produk perencanaan yg implementatif & menggugah partisipasi warga.
• Peningkatan kualitas pendidikan generasi penerus, perluasan dan dukungan kesempatan berusaha, serta pelibatan dalam setiap tahapan penanganan secara partisipatif.
• Menetapkan isu bebas kawasan kumuh dengan spesifik motto yang “Khas dan Unik” serta “Menginspiratif” (kampung 3G, Kampung Ornamen Celaket dll).
• Sinergi & koordinasi yang solid antar SKPD, SATKER dan Peran Stakeholder (7 indikator kumuh).
POLA PENANGANAN KAWASAN KUMUH• Permukiman Kumuh di Kota
Malang ditangani dengan empat pola, yaitu : • Pengaturan (penyusunan NSPK
& Raperda Kaw Kumuh) & perencanaan (penyusunan RP3KP & RKP)
• Pemugaran (perbaikan & pembangunan kembali skala lingk. kolaborasi dgn Cipta Karya.
• Peremajaan (mewujudkan permukiman yg lebih baik dgn pertimbangan keselamatan & keamanan skala kaw)
• Permukiman Kembali (memindahkan masy ke kaw baru, pengemb kampung susun, rusunawa).
• Manusiawi: secara fisik-lingkungan didisain pada skala manus ia , dan sos ia l -ekonomi m e m b e r i k a n k e s e j a h t e r a a n penduduk secara luas.
• Ekologis: kota mampu merespon isu lingkungan terkini termasuk di dalamnya adalah perubahan iklim
• C e r d a s : k o t a t u m b u h b e r d a s a r k a n p e m a h a m a n keberlanjutan: energy efficient, livable dan ekonomi kerakyatan.
Eco-city: kota yg Manusiawi, Ekologis, dan Cerdas (Johan Silas) ! kota ramah lingkungan.
Kota Malang memenangkan penghargaan ADIPURA KENCANA
MENUJU KOTA MALANG BERKELANJUTAN
• Lingkungan permukiman yang tidak sehat.
• Membuang sampah sembarangan & tidak ada upaya mengolah sampah.
• Membangun tidak sesuai peruntukan ruang dan atau tidak ber-IMB.
• Berkontribusi pada peningkatan emisi gas karbon.
• Tidak mengalokasikan RTH Privat pada area kavlingnya.
PERILAKU MASYARAKAT YG TIDAK MENDUKUNG KOTA BERKELANJUTAN
KRITERIA PEMB. BERKELANJUTAN
• PRO KEADILAN SOSIAL, keadilan dan kesetaraan akses terhadap SDA & pelayanan publik, menghargai diversitas budaya & kesetaraan gender.
• PRO EKONOMI KESEJAHTERAAN, pertumbuhan ekonomi ditujukan utk kesejahteraan semua anggota masyarakat, dapat dicapai melalui tehnologi inovatif yg berdampak minimum thd lingkungan.
• PRO LINGKUNGAN BERKELANJUTAN, etika lingkungan non-antroposentris mjd pedoman hidup masy, sehingga mereka selalu mengupayakan kelestarian & keseimbangan lingkungan, konservasi sumberdaya alam vital, & mengutamakan peningkatan kualitas hidup non-material.
PENTINGNYA PARTISIPASI UTK MENUJU KOTA BERKELANJUTAN
• Tanpa partisipasi masyarakat pembangunan berkelanjutan tidak berjalan dengan baik.
• Masyarakat menjadi bagian dari rencana pembangunan Kota Malang dan memperoleh manfaat dari pembangunan, bukan sebagai penonton.
PARTISIPASI AKAN TERJADI JIKA: • Merasakan keuntungan yg
akan diperoleh. • Kondisi lain adalah
bahwasanya partisipasi berkembang subur bila masy memiliki modal sosial yg baik (jumlah & frekuensi keg. masy, organisasi masy serta rasa kegotongroyongan.
• Partisipasi akan kuat bila masy menjadi bagian dari perencanaan pembangunan.
• Kelembagaan.
Referensi :
• Joga, Nirwono. 2017. Mewariskan Kota Layak Huni. Jakarta: PT. Gramedia.
• Joga, Nirwono dkk. 2017. Kota Cerdas Berkelanjutan. Jakarta: PT. Gramedia.
• Tri Juwono, Pitojo dan Aris Subagiyo. 2017. Ruang Air dan Tata Ruang: Pendekatan Penataan Ruang dan Pengelolaan DAS Berkelanjutan. Malang: UB Press.
• Joga, Nirwono dkk. 2014. Greenesia, Indonesia Menghijau. Jakarta: PT. Gramedia.
• Joga, Nirwono dkk. 2012. Memetakan Hijau Kota. Jakarta: PT. Gramedia.
• Joga, Nirwono dan Iwan Ismaun. 2011. RTH 30%!, Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta: PT Gramedia.
• Kuswartojo, Tjuk, dkk. 2005. Perumahan & Permukiman di Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
• Budihardjo, Eko. 2014. Reformasi Perkotaan. Jakarta: PT. Kompas.
• Inoguchi, Takashi, dkk. 2003. Kota dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.
• Ramadona, Aditya L. 2011. Membangun Kota Berkelanjutan. Yogyakarta: PSLH UGM & FEB UGM.
• Salim, Emil. 2010. Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. 2010. Jakarta: PT. Kompas.