I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya
kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh
masyarakat adalah kebutuhan protein yang dapat dipenuhi oleh protein nabati atau
protein hewani. Dengan demikian Kebutuhan protein setiap tahun selalu meningkat
terutama protein hewani. Salah satu protein hewani yang paling murah dan terjangkau
semua kalangan adalah telur. Perkembangan peternakan ayam petelurpun terus
berkembang untuk memenuhi permintaan konsumen. Sudah banyak peternakan ayam
petelur di indonesia khususnya di jawa barat, mulai dari peternak rakyat skala kecil
sampai perusaan komersil. Perkembangan peternakan ayam petelur komersil tentunya
harus didukung oleh penyediaan DOC ayam petelur.
1.2. Permasalahan
Salah satu masalah yang dihadapi oleh peternakan ayam petelur adalah
susahnya mendapatkan DOC yang berkualitas dengan harga terjangkau, hal tersebut
karena perusahaan yang menyediakan DOC ayam petelur masih sangat sedikit,. Selain
itu perusahaan yang menyediakan DOC ayam peteur tidak tersebar dengan merata,
hanya berada di daerah-daerah tertentu saja. Biasanya mereka dapat memonopoli harga
pasar. Untuk mendirikan sebuah perusahaan pembibitan ayam petelur tentunya
membutuhkan dana yang tidak sedikit, itulah yang menjadi penyebab sedikitnya
perusahaan pembibitan ayam petelur.
1.3. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam usaha pembibitan ayam petelur ini
adalah metode analisis kriteria investasi. Dengan menghitung NPV, B/C Ratio,
IRR, BEP, dan Pay Back Period.
1
II
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
2.1. Permintaan dan Penawaran
Dalam pembangunan usaha, aspek pasar harus benar-benar diperhatikan.
Sektor pemasaran sangat memegang peranan penting, termasuk permintaan dan
penawaran yang ada di pasar. Tujuan usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal, sedangkan besar kecilnya keuntungan akan diraih tergantung kepada
keberhasilan dalam sektor pemasaran.
Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pada
peternakan pembibitan ayam petelur kopmersil adalah:
1. Harga bahan baku (ternak, pakan, dan obat-obatan dan juga biaya produksi
lainnya), semakin tinggi harga bahan baku maka akan meningkatkan biaya
produksi dan akan mempengaruhi terhadap harga jual DOC.
2. Harga produk utama (DOC Betina).
3. Harga jual produk sampingan (DOC Jantan, kotoran dan ayam afkir).
4. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein, hal ini akan
berpengaruh terhadap permintaan telur dimasyarakat.
5. Meminimalkan biaya produksi sehingga harga DOC dan ayam afkir dapat
bersaing di pasar.
Dalam penentuan permintaan dan penawaran dapat dilihat dari perkembangan
peternakan ayam petelur komersil di wilayan pulau Jawa. Yang kami lihat permintaan
DOC untuk ayam petelur komersil dipulau Jawa cukup besar. Selain itu hal lain yang
harus diperhatikan dalam permintaan adalah adanya perusahaan lain yang sejenis,
adanya perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama akan mengurangi
permintaan dari konsumen.
2.2. Pangsa Pasar
Pemasaran hasil produksi berupa DOC Jantan dan DOC Betina akan dipasarkan
keseluruh wilyah Jawa barat dan sekitarnya wilayah Jakarta, sedangkan untuk ayam afkir
dan pupuk organik akan dipasarkan di daerah bandung dan sekitarnya. Hasil produk
utama yaitu DOC betina akan dipasarkan langsung kepada peternak-peternak ayam
2
petelur komersil, sedangkan ayam afir dijual langsung kepada konsumen. Untuk kotoran
kan dijual langsung kepada petani-petani sayuran di daerah bandung dan sekitarnya.
2.3. Strategi Pemasaran
Dalam pemasaran hasil produk kami, perusahaan kami akan melakukan berbagai
cara dalam memasarkan produk untuk memenuhi dan mencapai target pemasaran yang
telah ditentukan antara lain dengan cara:
1. Melihat situasi permintaan DOC ayam petelur komersil di pulau jawa cukup
prospek dan masih terbatasnya perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan
ayam petelur komersil di jawa barat, maka perusaan kami berusaha untuk
memenuhi permintaan pasar di jawa barat dan sekitarnya.
2. Berusaha meningkatkan kualitas genetik DOC agar lebih tahan terhadap
penyakit dan memiliki produktifitas yang tinggi.
3. Membangun jaringan dengan para peternak ayam petelur komersil di wilayah
jawa barat dan sekitarnya.
4. Memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen agar konsumen merasa puas
dan ada kepercayaan konsumen.
5. Membuat promosi-promosi iklan di berbagai media massa maupun dari
peternak ayam petelur komersil di lapangan.
3
III
ASPEK TEKNIS
3.1. Pemilihan Lokasi
Lokasi yang dipilih untuk pembangunan perusahaan peternakan pembibitan
ayam petelur adalah di daerah kabupaten Subang tepatnya di Desa Kosar Kecamatan
Cipeundeuy Kabupaten Subang-Jawa barat. Loaksi tersebut sangat strategis karena jauh
dari pemukiman penduduk, dekat dengan akses jalan raya, dan sarana dan prasarana
liannya yang mendukung.
3.2. Perkandangan dan Bangunan Pendukung
Perkandangan yang digunakan adalah close house dengan sistem litter dan
terdiri dari tiga buah kandang yaitu kandang untuk DOC (starter), kandang pullet
(grower), dan kandang produksi (layer). Jarak antar kandang 20 m. Hal tersebut untuk
mengurangi penyebaran penyakit.
Untuk kandang fase starter hanya dibangun satu buah kandang dengan luas 60
m2 (6 m x 10 m) dengn kapasitas 1000 ekor. Sedangkan untuk kandang fase grower dan
fase produksi masing-masing dibangun tiga buah kandang dengan jarak antar kandang 4
m. Untuk luas kandang fase grower 160 m2 (8 m x 20 m) dengan kapasitas 1000 ekor,
dan luas kandang fase produksi 600 m2 (20 m x 30m) dengan kapasitas 1000 ekor
dilengkapi dengan sarang (nest).
Delain kandang, bangunan lainnya adalah kantor dengan luas 30 m2, ruangan
penetasan 80 m2, mess untuk karyawan tetap 120 m2, gudang pakan 100 m2, dan
gudang peralatan 40 m2. Untuk denah bangunan dapat dilihat di lampiran 1.
3.3. Asumsi dan Koefisien Teknis
Untuk asumsi dan koefisien teknis yang digunakan dalam penyusunan studi
kelayakan ini dapat dilihat di tabel berikut:
4
Tabel 1. Tabel Koefisien Teknis
ZOOTEKNIS Koefisien Satuan
Target penjualan DOC Betina 20.000 ekor/bulan
pembelian DOC PS 1.000 ekor
Ayam Betina 90 %
Pengafkiran ayam 18 bulan
Jumlah ayam afkir 964 ekor/periode produksi
Fase starter 2 bulan
Mortalitas Fase starter 2 %/periode
Fase grower 4 bulan
Mortalitas Fase grower 1 %/periode
Fase produksi 12 bulan
Mortalitas Fase produksi 1 %/periode
Produksi Telur (HDP) Bulan ke 1-12 (%) 10 50 70 80 90 95 90 90 85 80 75 70
Jumlah hari rata-rata 30 hari/bulan
Daya tetas 85 %
Waktu Penetasan 21 hari
sex ratio DOC betina 50 %
Konsumsi pakan
Fase starter 2.000 gram/periode
Fase grower 100 gram/ekor/hari
Fase produksi 110 gram/ekor/hari
Manure 100 kg/kandang/bulan
5
Tabel 2. Tabel Asumsi Harga
No Asumsi harga Jumlah Satuan Harga Satuan
1 DOC Betina PS 2700 ekor 10000 Rp/ekor
DOC Jantan PS 300 ekor 5000 Rp/ekor
DOC Betina 20000 ekor/bulan 2500 Rp/ekor
DOC Jantan 20000 Ekor/bulan 1500 Rp/ekor
2 Kandang 2340 m2 500000 Rp/m²
Ruang Penetasan 80 m
2 500000 Rp/m²
3 Peralatan
a. Tempat pakan 300 Buah 200000 Rp/buah
b. Tempat minum 150 Buah 200000 Rp/buah
c. sekop 6 Buah 45000 Rp/buah
d. gerobak 3 Buah 1000000 Rp/buah
e. egg tray 200 Buah 20000 Rp/buah
g. Mesin Tetas 5 Unit 5000000 Rp/unit
h. mobil pickup 2 Unit 60000000 Rp/unit
i. Mobil Box 3 Unit 70000000 Rp/unit
k. mobil truk 2 Unit 120000000 Rp/unit
4 Culling 264 Ekor/periode 50000 Rp/ ekor
5 Manure 100 Kg/kandang/bulan 500 Rp/kg
6 Tenaga kerja
a. anak kandang 12 Orang 2000000 Rp/orang/bulan
b. Manajer 1 Orang 5000000 Rp/orang/bulan
8 pelengkap
7 a. Kantor 30 m² 1000000 Rp/m²
b. Mess 120 m² 3000000 Rp/m²
c. Gudang pakan 60 m² 150000 Rp/m²
9 Luas lahan keseluruhan 6400 m² 80000 Rp/m²
3.4. Dinamika Populasi
Tabel 3. Tabel dinamika Populasi per tahun
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Kandang grower 973 975 978 1953
Kandang layer 1940 2905 3885 3889 1930
Total populasi ayam 2913 3880 4862,6 5842 1930
Jumlah Produksi Telur 94360 638858 650635 654546 637615
Daya Tetas 85% 49030 537556 556364 544205 550879
DOC FS Betina 24515 268778 278182 272102 275440
DOC FS Jantan 24515 268778 278182 272102 275440
Ayam Afkir 0 1928 2891,37 2891,37 1928
Untuk tabel dinamika populasi per bulan dapat dilihat di lampiran 2
6
IV
ASPEK KEUANGAN
4.1. Proyeksi Kebutuhan Investasi
Tabel 4. Tabel Kebutuhan Investasi
No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
A PRAOPERASI
1. Perizinan 1 Paket 1.000.000 1.000.000
2.Pembuatan Proposal 5 Buah 100.000 500.000
3. Feasibility study 1 Paket 1.000.000 1.000.000
Sub Total 2.500.000
B INVESTASI TETAP
1 Kandang 2340 m2 90.000,00 210.600.000,00
2 Peralatan
a. Tempat pakan 300 buah 200.000,00 60.000.000,00
b. Tempat minum 150 buah 200.000,00 30.000.000,00
c. sekop 6 buah 45.000,00 270.000,00
d. gerobak 3 buah 1.000.000,00 3.000.000,00
e. egg tray 200 buah 20.000,00 4.000.000,00
f. Mesin Tetas 5 unit 5.000.000,00 25.000.000,00
g. mobil pickup 2 unit 60.000.000,00 120.000.000,00
h. Mobil Box 3 unit 70.000.000,00 210.000.000,00
i. mobil truk 2 unit 120.000.000,00 240.000.000,00
j. Instalasi Listrik 1 unit 10.000.000,00 10.000.000,00
k. Pompa air 5 unit 5.000.000,00 25.000.000,00
3 perlengkapan
a. Kantor 30 m² 1.000.000,00 30.000.000,00
b. Mess 120 m² 3.000.000,00 360.000.000,00
c. Gudang pakan 60 m² 150.000,00 9.000.000,00
4 Luas lahan keseluruhan 6400 m² 80.000,00 512.000.000,00
Sub Total 1.848.870.000,00
7
Tabel Lanjutan Tabel Kebutuha Investasi
C MODAL KERJA
5 Ternak
Betina 2700 ekor 10.000,00 27.000.000,00
Jantan 300 ekor 5.000,00 1.500.000,00
6 Ransum
Ransum starter 4000 gram/ekor/periode starter 5 60.000.000
Ransum Grower 100 gram/ekor/hari 4,5 158.165.642
Ransum Produksi 110 gram/ekor/hari 4,5 129.780.675
7 Tenaga kerja
a. anak kandang 12 orang 2.000.000 288.000.000
b. Manajer 1 orang 5.000.000 60.000.000
c. Tenaga Kerja lepas 2 orang 1.000.000 24.000.000
listrik 1 unit/bulan 10.000.000 120.000.000
Sub Total 868.446.316,54
Total Kebutuhan Investasi 2.719.816.316,54
Investasi awal yang dibutuhkan ditahun pertama dalam peternakan kami
sebesar 2.719.816.316,54. Biaya tersebut terdiri dari praoperasi, investasi tetap yang
akan digunakan untuk membeli lahan, membangun kandang dan fasilitas
pendukungnya, modal kerja awal untuk pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan lainnya
.
8
9
10
V
ANALISIS INVESTASI
5.1. Net Present Value (NPV)
NPV (Net Present Value) adalah salah satu kriteria yang banyak digunakan
untuk menentukan apakah rencana usaha tersebut layak (feasible) untuk
dilaksanakan atau tidak. Perhitungan NPV adalah menghitung arus pendapatan (net
benefit) yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital
(SOCC) sebagai discount factor.
Cara perhitungan adalah sebagaberikut:
𝑁𝑃𝑉 =
𝑛
𝑖=1
NB
(1 + i)
Dimana: NB = Net benefit = Benefit – Cost
C = Biaya investasi + Biaya operasi
I = Discount factor
N = Tahun (waktu)
Apabila NPV > 0 (lebih besar dari nol), maka rencana usaha atau proyek
tersebut dikatakan feasible (go) untuk dilaksanakan. Tetapi apabila NPV < 0 (lebih
kecil dari nol), maka rencana usaha tersebut berada dalam keadaan impas (break
even). Dimana jumlah penerimaan sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (TR =
TC).
Tabel 7. Tabel Penghitungan NPV
Tahun Analisis total Cost Total Benefit
DF (12%) PVC PVB
PV Net Benefit
0 3.100.055.171 2.840.634.005 1,00 3.100.055.171 2.840.634.005 -259.421.167
1 1.141.636.933 1.049.683.437 0,89 1.019.318.690 937.217.354 -82.101.336
2 1.122.387.965 1.297.019.791 0,80 894.760.814 1.033.976.237 139.215.423
3 1.122.346.096 1.536.747.456 0,71 798.863.782 1.093.826.485 294.962.703
4 1.121.464.201 1.748.483.376 0,64 712.710.774 1.111.192.795 398.482.021
Jumlah 6.525.709.232 7.016.846.877 491.137.644
Dari penghitungan diatas pada suku bunga Bank 12% didapatkan NPV
sebesar 491.137.644. Dari nilai NPV tersebut maka usaha pembibitan tersebut layak
untuk dijalankan karena nilai NPV lebih besar dari nol (0).
11
5.2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat kamampuan suatu proyek dalam mengembalikan modal
pinjaman. IRR menunjukan besarnya tingkat discount rate pada saat NPV sama dengan
nol (0). Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari nilai SOCC (Social
Opportunity Cost of Capital). IRR didapatkan dengan mencari tingkat discount factor
yang menghasilkan NPV =0. Untuk mendapatkan nilai NPV = 0 dengan cara mencoba –
coba mencari tingkat discount factor yang menghasilkan nilai NPV positif mendekati nilai
nol (NPV 1) serta yang menghasilkan nilai NPV negative mendekati nol (NPV 2).
Penghitungan IRR dilakukan dengan teknik interpolasi sebagai berikut:
IRR = 𝑖1 +𝑁𝑃𝑉1
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 . (𝑖2 − 𝑖1)
Dimana :
𝑖1 = tingkat discount rate yang menghasilkan 𝑁𝑃𝑉1
𝑖2 = tingkat discount rate yang menghasilkan𝑁𝑃𝑉2
𝑁𝑃𝑉1 = NPV bernilai positif mendekati nilai nol (0)
𝑁𝑃𝑉2 = NPV bernilai negatif mendekati nilai nol (0)
Tabel 8. Tabel penghitungan IRR
Tahun Analisis total Cost Total Benefit
DF (50%) PVC PVB PV Net Benefit
0 3.100.055.171 2.840.634.005 1,00 3.100.055.171 2.840.634.005 -259.421.167
1 1.141.636.933 1.049.683.437 0,67 761.091.289 699.788.958 -61.302.331
2 1.122.387.965 1.297.019.791 0,44 498.839.096 576.453.241 77.614.145
3 1.122.346.096 1.536.747.456 0,30 332.546.991 455.332.580 122.785.588
4 1.121.464.201 1.748.483.376 0,20 221.523.793 345.379.432 123.855.640
4.914.056.340 4.917.588.215 3.531.875
Tahun Analisis total Cost Total Benefit
DF (51%) PVC PVB PV Net Benefit
0 3.100.055.171 2.840.634.005 1,00 3.100.055.171 2.840.634.005 -259.421.167
1 1.141.636.933 1.049.683.437 0,66 756.050.949 695.154.594 -60.896.355
2 1.122.387.965 1.297.019.791 0,44 492.253.833 568.843.380 76.589.547
3 1.122.346.096 1.536.747.456 0,29 325.983.755 446.346.014 120.362.259
4 1.121.464.201 1.748.483.376 0,19 215.713.649 336.320.793 120.607.144
4.890.057.358 4.887.298.786 -2.758.572
Dari tabel diatas didapatkan
𝑖1 = 50% NPV1 = 3.531.875
𝑖2 = 51% NPV2 = -2.758.572
12
Maka nilai IRR = 50% +3.531.875
3.531.875−( −2.758.572 ). (51 − 50)
= 50% + (0,56 x 1)
= 50,56%
Dari hasil penghitungan IRR diatas didapatkan nilai IRR sebesar 50,56%, nilai IRR
tersebut lebih besar dari nilai SOCC (12%) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan
5.3. B/C Ratio (Gross B/C dan Net B/C)
a). Net B/C
Net B/C merupakan perbandingan antara total net benefit positif (+) yang telah
didiscount dengan total net benefit negatif (-) yang telah didiscount. Untuk dapat
menghitung Net B/C , selama umur proyek harus ada arus kas bersih (NB) yang bernilai
negatif.
Net B/C = 𝑁𝐵 1+𝑖 −𝑛 (𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 )
𝑁𝐵 1+𝑖 −𝑛 (𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 )
Dari tabel 6 dapat dihitung nilai Net B/C perusaan pembiitan ayam petelur ini adalah:
NB positif = 139.215.423 + 294.962.703 + 398.482.021 = 832.660.147
NB negatif = 259.421.167 + 82.101.336 = 341.522.503
Net B/C = 832.660 .147
(341.522 .503 ) = 2,44
Dari perhitungan diatas didapatkan nilai Net B/C = 2,24 artinya perusahaan tersebut
layak karena nilai Net B/C > 1 (lebih besar dari 1)
b). Gross B/C
Gross B/C adalah perbandingan antara total benefit kotor yang telah di discount dengan
total cost yang telah di discount pula. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut:
Gross B/C = 𝑃𝑉𝐵
𝑃𝑉𝐶
Berdasarkan data pada Tabel 6 maka dapat dihitung besarnya Gross B/C
Gross B/C = 𝟕.𝟎𝟏𝟔.𝟖𝟒𝟔.𝟖𝟕𝟕
𝟔.𝟓𝟐𝟓.𝟕𝟎𝟗.𝟐𝟑𝟐 = 1,08
Nilai gross B/C > 0 berarti rencana usaha feasible untuk dilaksanakan
13
5.4. Payback Periode (PBP)
Tabel 9. Tabel PBP (Payback Periode)
Tahun Analisis
Investasi Total cost Total benefit Benefit komulatif
0 3.100.055.171
2.840.634.005 2.840.634.005
1 1.141.636.933 1.049.683.437 3.890.317.442
2 1.122.387.965 1.297.019.791 5.187.337.233
3 1.122.346.096 1.536.747.456 6.724.084.689
4 1.121.464.201 1.748.483.376 8.472.568.066
Total 3.100.055.171 4.507.835.195 8.472.568.066
Dalam suatu rencana usaha lama waktu pengembalian investasi seringkali
dijadikan sebagai salah satu penilaian / indikator kelayakan investasi. Pay Back Period
(PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya investasi yang merupakan nilai kumulatif
dari arus penerimaan (benefit). Semakin cepat suatu rencana usaha dapat
mengembalikan biaya investasi maka semakin cepat pula suatu usaha dapat
menghasilkan keuntungan. Apabila suatu usaha yang direncanakan, pengembalian
investasinya lambat maka beban yang harus ditanggung atas sejumlah dana investasi
menjadi berat terutama apabila dana investasi berasal dari dana pinjaman, karena ada
sejumlah beban bunga pinjaman yang harus dibayarkan. Pay back period adalah jangka
waktu tertentu yang menunjukkan adanya arus penerimaan (cash In flows) secara
kumulatif sama dengan jumlah investasi.
Secara matematis PBP dapat dihitung sebagai berikut:
PBP = Tp−1 + 𝐼𝑖− 𝐵𝑖−1
𝐵𝑝
Dimana PBP = Pay back period
T p-1 = Tahun sebelum terdapat PBP
Ii = Jumlah investasi
Bi-1 = Jumlah benefit sebelum pay back period
B p = Jumlah benefit pada tahun pay back period berada.
Dari tabel 8 nilai PBP didapat T p-1 = 2-1 = 1
Ii = 3.100.055.171
Bi-1 = 2.840.634.005
B p = 1.049.683.437.
14
4
4
PBP =1 + 3.100 .055.171− 2.840 .634.005
1.049.683 .437= 1,25 𝑡𝑎𝑢𝑛
PBP = 1,25 tahun artinya perusahaan ini akan dapat mengembalikan biaya investasi
setelah 1 tahun 3 bulan.
5.5. Break Event Point (BEP)
Tabel 10. Tabel BEP (Break Event Point)
Tahun Analisis
Investasi Total cost Total benefit Komulatif Cost
Benefit komulatif
0 3.100.055.171
2.840.634.005 3.100.055.171 2.840.634.005
1 1.141.636.933 1.049.683.437 4.241.692.105 3.890.317.442
2 1.122.387.965 1.297.019.791 5.364.080.070 5.187.337.233
3 1.122.346.096 1.536.747.456 6.486.426.166 6.724.084.689
4 1.121.464.201 1.748.483.376 7.607.890.367 8.472.568.066
Total 3.100.055.171 4.507.835.195 8.472.568.066
Selain pay back period yang perlu diketahui dalam penyusunan studi kelayakan
adalah break even point (BEP). Break even point (titik impas) adalah suatu titik
keseimbangan dimana total benefit sama besarnya dengan total pengeluaran
Penghitungan BEP dalam suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan
berapa lama waktu yang diperlukan proyek/usaha untuk dapat menutup seluruh biaya.
Pada tahap awal kita harus menentukan pada tahun ke berapa total penerimaan
(benefit kumulatif) mulai dapat menutup total biaya (biaya kumulatif). Baru kemudian
melalui teknik interpolasi dicari tepatnya waktu saat posisi TB = TC. Dengan
menggunakan persamaan berikut:
BEP = 𝑇𝑏−1 𝐶𝑖− 𝐵𝑖−1
𝐵𝑝
Dimana: BEP = Break even point
𝑇𝑏−1 = Tahun sebelum terdapat BEP
𝐶𝑖 = Jumlah biaya
𝐵𝑖−1 = Jumlah benefit sebelum break even point
Bb = Jumlah benefit pada break even point berada
Maka 𝑇𝑏−1 = 4 – 1 = 3
𝐶𝑖 = 7.607.890.367
𝐵𝑖−1 = 6.724.084.689
15
Bb = 8.472.568.066
BEP = 3 + 7.607 .890.367− 6.724 .084 .689
8.472.568 .066 = 3,10
BEP = 3,10 artinya perusahaan tersebut dapat menutupi seluruh pengeluaran
setelah 3 tahun 1 bulan 6 hari.
16
VI
ASPEK LINGKUNGAN
6.1. Pendugaan Dampak Lingkungan
Setiap sesuatu pasti mempuny dampak, baik itu dampak positif maupun dampak
negatif. Tidak terkecuali dalam usaha peternakan. Dalam usaha pembibitan ayam
petelur komersil ini mempunyai dampak positif dan negatif bagi lingkungan.
Dampak positif dari usaha pembibitan ayam petelur komersil adalah:
1. membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
2. Menambah PAD (Pendapatan Asli daerah)
3. Meningkatkan pembangunan masyarakat.
Sedangkan damapak negatifnya adalah:
1. Polusi lingkungan (polusi udara dan air)
2. Timbulnya bibit penyakit (lalat)
6.2. Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan
Dari permasalahan diatasperlu dikaji lebih dalam agar adanya usaha membawa
dampak positif yang sebesar-besarnya dan dampak negatif sekecil mungkin bagi
masyarakat. Untuk itu diperlukan pengolahan limbah agar limbah yang dihasilkan tidak
mencemari lingkungan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
pengolahan limbah untuk mengolah kotoran menjadi pupuk kandang yang dapat
bermanfaat atau langsung di jual pada petani sayuran. Selain itu perlu diperhatikan
sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang agar tidak menimbulkan bau (polusi
udara). Untuk meminimalkan penyebaran bibit-bibit penyakit dapat dilakukan dengan
penerapan biosecurity yang benar.
17
VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka kami menyimpuulkan bahwa pembangunan usaha
pembibitan ayam petelur komersil di daerah jawa barat sangat menjanjikan. Dari
proyeksi yang kami lakukan , perusahaan yang akan kami bangun sangat layak untuk
dilaksanakan, namun dalam pelaksanaanya kami sadari masih banyak kendala yang akan
kami hadapi, termasuk biaya investasi yang cukup besar.
7.2. Saran
Saran yang kami ajukan untuk pelaksanaan usaha ini adalah:
1. Dalam pemilihan lokasi harus diperhatikan kondisi masyarakat, bukan hanya
dilihat dari manfaat yang akan didapat oleh perusahaan, tetap juga harus
memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar.
2. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan dampak perusahaan terhadap
lingkungan sekitar, jangan sampai menimbulkan dampak negatif yang tidak
seimbang dengan dampak positif perusahaan.
3. Dalam pelaksanaanya perusahaan harus selalu memperhatikan kondisi pasar.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
9