Download - MINI PROJECT DONNY.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita orang–orang lansia yaitu
anemia, dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada lansia.
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan
gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease).3 Prevalensi anemia pada pria
lanjut usia adalah 6-30% , sedangkan pada wanita lanjut usia adalah 10-22%12. Akan
tetapi, prevalensi tersebut meningkat secara signifikan pada usia di atas 75 tahun.12
Anemia pada lansia di atas 85 tahun juga diasosiasikan dengan meningkatnya morbiditas
dan meningkatnya risiko mortalitas tersebut bahkan meningkat dua kali lipat jika
dibandingkan dengan lanjut usia dengan kadar hemoglobin yang normal.11
Meningkatnya insidensi anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah
menimbulkan spekulasi bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan
konsekuensi dari pertambahan usia.17 Akan tetapi tingginya angka kejadian penyakit
kronik dan anemia penyakit kronik, hendaknya menjadikan para klinisi untuk lebih
waspada terhadap anemia pada lansia. 13. Anemia ringan pada usia lanjut dengan
penyakit kronik ditemukan berhubungan dengan penyakit lain/penyakit penyerta yang
meningkatkan morbiditas, bahkan mortalitas.5 Pada lansia penderita anemia, berbagai
penyakit penyerta lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama. 5,16,17 Hal ini dapat membawa dampak yang buruk kepada orang–orang lansia. Dari suatu
hasil studi dilaporkan bahwa laki–laki lansia yang menderita anemia, resiko kematiannya
lebih besar dibandingkan wanita lansia yang menderita anemia. Juga dilaporkan bahwa
lansia yang menderita anemia oleh karena penyakit infeksi mempunyai resiko kematian
lebih tinggi. 5,20,21
Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit kronik.
Manifestasi penyakit kronik pada lansia seringkali berbeda dengan penyakit kronik pada
usia muda.1 Prevalensi dan akumulasi penyakit kronik yang meningkat pada lansia,
sering memberikan gejala yang mengaburkan atau menutupi gejala penyakit atau
masalah akut yang baru dialami karena adanya tumpang tindih antara tanda dan gejala
penyakit kronik dan akut.19 Dengan besarnya prevalensi anemia penyakit kronik pada
lansia, dapat dikatakan bahwa anemia menjadi gejala yang paling sering timbul pada
lansia dengan penyakit kronik.19 Namun, karena frekuensinya yang demikian sering,
anemia seringkali tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para dokter di praktek
klinik.3 Oleh sebab itu, dalam diagnosis anemia pada lansia tidaklah cukup hanya sampai
kepada label anemia saja, tetapi harus dipikirkan mengenai penyakit yang mendasarinya.
Sehingga, perlu dilakukan evaluasi lanjutan walaupun gejala klinis yang lain tidak ada.3
Berdasarkan uraian di atas, masalah anemia pada lansia perlu mendapat perhatian
yang lebih besar karena dapat semakin memperburuk keadaan umum penderita. Untuk
itu sangat penting dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh usia terhadap
anemia penyakit kronik pada lansia.
B. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi pada lansia dengan anemia :
a. Anemia pada lansia di atas 85 tahun meningkatkan morbiditas dan meningkatnya
risiko mortalitas menjadi dua kali lipat jika dibandingkan dengan lanjut usia dengan
kadar hemoglobin yang normal
b. Anemia ringan pada usia lanjut berhubungan dengan penyakit lain/penyakit penyerta
yang meningkatkan morbiditas, bahkan mortalitas.
c. Pada lansia penderita anemia, berbagai penyakit penyerta lebih mudah timbul dan
penyembuhan penyakit akan semakin lama
d. Dari suatu hasil studi dilaporkan bahwa laki–laki lansia yang menderita anemia,
resiko kematiannya lebih besar dibandingkan wanita lansia yang menderita anemia
e. Lansia yang menderita anemia oleh karena penyakit infeksi mempunyai resiko
kematian lebih tinggi
C. Tujuan
a) Tujuan umum
Deteksi dini Anemia pada Warga Kelurahan Purworejo dengan usia lebih dari
45 tahun
b) Tujuan khusus
1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas pada lansia dengan anemia
2. Menurunkan morbiditas dan mortalitas pada lansia dengan anemia dengan penyakit
lain/ penyakit penyerta
3. Mencegah timbulnya penyakit penyerta pada lansia dengan anemia, dan
memanjangnya waktu penyembuhan pada lansia dengan anemia.
4. Mengurangi angka mortalitas pada lansia dengan anemia yang disebabkan oleh
penyakit infeksi
D. Manfaat
Manfaat dari Pemeriksaan hemoglobin pada warga dengan usia diatas 45 tahun
adalah untuk mendeteksi adanya warga dengan anemia, dan dipetakan berdasarkan wilayah
tempat tinggal. Dengan adanya data hemoglobin, maka dapat diketahui sebaran warga
dengan anemia, dan dapat dilakukan beberapa hal :
a. Mencari penyakit yang mendasarinya
b. Mencari akibat yang sudah timbul dari anemia
c. Memberikan terapi medikamentosa dan edukasi pada lansia dengan anemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pengertian
lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Keadaan
ini dibagi menjadi dua, yaitu Lanjut Usia Potensial dan Lanjut Usia Tidak Potensial.
Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/ jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak
Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu
- Usia Pertengahan (middle age) : umur 45-59 tahun
- Lanjut Usia (elderly) : umur 60-74 tahun
- Lanjut Usia Tua (old) : umur 75-90 tahun
- Usia Sangat Tua (very old) : umur diatas 90 tahun
Departemen Kesehatan RI menggolongkan lanjut usia menjadi tiga kelompok, yaitu
- Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia
- Kelompok Lansia (65 tahun ke atas)
- Kelompok Lansia resiko tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu : aspek biologis, aspek ekonomi dan
aspek sosial (Wijayanti, 2008).
Secara biologis, penduduk yang disebut lansia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentan terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal
ini disebabkan karena terjadinya perubahan dalam struktur sel, jaringan, serta sistem
organ. Secara ekonomi, lansia dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya.
Banyak yang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan manfaat,
bahkan ada yang beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan
negatif, sebagai beban keluarga dan masyarakat. Sedangkan secara sosial, lansia
merupakan satu kelompok sosial sendiri. Dinegara barat, lansia menempati strata sosial
dibawah kaum muda, sedangkan di Indonesia, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi
yang harus dihormati oleh warga muda (Wijayanti, 2008).
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita orang–orang lansia yaitu
anemia, dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada lansia.
Anemia merupakan masalah yang signifikan pada pasien usia lanjut. Anemia bukanlah
suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai
macam penyakit dasar (underlying disease).3 Prevalensi anemia pada pria lanjut usia
adalah 6-30% , sedangkan pada wanita lanjut usia adalah 10-22%12. Akan tetapi,
prevalensi tersebut meningkat secara signifikan pada usia di atas 75 tahun.1
Meningkatnya insidensi anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah
menimbulkan spekulasi bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan
konsekuensi dari pertambahan usia.2 Akan tetapi tingginya angka kejadian penyakit
kronik dan anemia penyakit kronik, hendaknya menjadikan para klinisi untuk lebih
waspada terhadap anemia pada lansia. Pada lansia penderita anemia, berbagai penyakit
penyerta lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama. Hal ini
dapat membawa dampak yang buruk kepada orang–orang lansia. Dari suatu hasil studi
dilaporkan bahwa laki-laki lansia yang menderita anemia, resiko kematiannya lebih besar
dibandingkan wanita lansia yang menderita anemia. Juga dilaporkan bahwa lansia yang
menderita anemia oleh karena penyakit infeksi mempunyai resiko kematian lebih tinggi.3
Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit kronik. Manifestasi
penyakit kronik pada lansia seringkali berbeda dengan penyakit kronik pada usia muda.
Prevalensi dan akumulasi penyakit kronik yang meningkat pada lansia, sering
memberikan gejala yang mengaburkan atau menutupi gejala penyakit atau masalah akut
yang baru dialami karena adanya tumpang tindih antara tanda dan gejala penyakit kronik
dan akut. Dengan besarnya prevalensi anemia penyakit kronik pada lansia, dapat
dikatakan bahwa anemia menjadi gejala yang paling sering timbul pada lansia dengan
penyakit kronik. Namun, karena frekuensinya yang demikian sering, anemia seringkali
tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para dokter di praktek klinik.3 Oleh sebab
itu, dalam diagnosis anemia pada lansia tidaklah cukup hanya sampai kepada label
anemia saja, tetapi harus dipikirkan mengenai penyakit yang mendasarinya. Sehingga,
perlu dilakukan evaluasi lanjutan walaupun gejala klinis yang lain tidak ada.4
ETIOLOGI
Anemia pada lanjut usia dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain
genetik, defisiensi vitamin, defisiensi besi, dan penyakit lain. Penyebab anemia yang paling
umum pada lanjut usia adalah penyakit kronik, termasuk inflamasi kronik, keganasan, dan
infeksi kronik. Sedangkan Menurut hasil studi NHANES III (National Health and Nutrition
Examination Study), terdapat 3 penyebab utama anemia pada usia lanjut, yaitu :3
1. Defisiensi nutrisi / kehilangan darah
2. Inflamasi / penyakit kronik
3. Anemia yang tidak dapat dijelaskan (unexplained)
Proses menua akan berjalan searah dengan menurunnya kapasitas fungsional, baik
pada tingkat seluler maupun tingkat organ. Menurunnya kapasitas untuk berespon terhadap
lingkungan internal yang berubah cenderung membuat orang usia lanjut sulit untuk
memelihara kestabilan status fisik. Lansia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang disebut
sebagai “penyakit degeneratif“. Dengan banyaknya distorsi dan penurunan cadangan sistem
fisiologis akan terjadi pula gangguan terhadap system hematopoiesis.4
Menurut The Baltimore Longitudinal Study of Aging, proses menua dibedakan atas 2
bagian yaitu proses menua normal (primary aging) dan proses menua patologis (secondary
aging). Proses menua normal merupakan suatu proses yang ringan (benign), ditandai dengan
turunnya fungsi secara bertahap tetapi tidak ada penyakit sama sekali sehingga kesehatan
tetap terjaga baik. Sedangkan proses menua patologis ditandai dengan kemunduran fungsi
organ sejalan dengan umur tetapi bukan akibat umur bertambah tua, melainkan akibat
penyakit yang muncul pada umur tua.5
Menurut Lodovico Balducci, khususnya pada kasus keganasan, anemia pada pasien
lanjut usia dapat menyebabkan turunnya mobilitas, mengurangi kemampuan respon pasien
lanjut usia untuk menerima pengobatan, dan bahkan dapat menimbulkan delirium dam
demensia.2
Perbedaan derajat anemia yang timbul dari penyakit kronik tidak hanya disebabkan
oleh kronisitas penyakit itu sendiri. Hal-hal yang dapat menurunkan nilai hemoglobin secara
cepat antara lain adalah adanya perdarahan organ, gejala penyerta yang timbul (melena,
hematemesis) serta tindakan medis seperti post operasi, post amputasi, dan lain-lain.5
EPIDEMIOLOGI
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) definisi anemia (<13g Hb / dL untuk
pria dan <12 g Hb / dL untuk wanita). Menurut NHANES III (Third National Health and
Nutrition Examination Study) 11,0% pria dan 10,2% wanita menderita anemia sperti pada
gambar 1. Meskipun prevalensi anemia lebih besar pada wanita dibandingkan pria berusia
<75 tahun, pada usia 75 tahun prevalensi laki-laki melebihi sekitar 5 % prevalensi
perempuan.6
Berdasarkan studi NHANES III, kejadian anemia pada pria dan wanita yang lebih tua
dari usia 65 masing-masing adalah 11% dan 10%. Prevalensi anemia naik dengan cepat
setelah usia 50, mendekati tingkat yang lebih besar dari 20% pada orang-orang berusia 85
tahun atau lebih. Diperkirakan bahwa lebih dari 3 juta orang Amerika berusia 65 tahun dan
lebih tua mengalami anemia. Sebuah perbedaan etnis yang luas juga tercatat, dengan kulit
hitam non-Hispanik memiliki tingkat anemia tiga kali lipat dari kulit putih non-Hispanik.1
PATOFISIOLOGI
Kondisi fisik dan psikososial lansia yang mulai menurun menimbulkan berbagai
masalah kesehatan. Permasalahan yang biasanya muncul adalah penyakit degeneratif dan
masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi.
Kebutuhan zat gizi lansia lansia yang tergolong aktif tidak jauh berbeda, bahkan
cenderung sama dengan orang dewasa sehat. Lansia yang tergolong sehat masih mampu
untuk mengurus diri mereka sendiri, sedangkan sebagian lain sudah sangat terbatas
kemampuannya bahkan bergantung pada orang lain.3
Anemia pada lansia merupakan satu dari berbagai masalah kesehatan yang berkaitan
dengan gizi. Penyebab anemia paling umum pada usia lanjut adalah penyakit kronis (35%)
dan defisiensi besi (15%). Namun pada sejumlah besar kasus, mekanisme yang mendasari
terjadinya anemia masih belum dapat dijelaskan.5
Pada umumnya lansia sudah tidak memiliki gigi yang sempurna lagi. Oleh karenanya,
lansia memiliki keterbatasan untuk mengkonsumsi sumber zat besi hewani (besi heme).
Padahal ketersediaan biologik besi heme pada sumber hewani lebih tinggi dari sumber nabati.
Kurangnya konsumsi dari sumber pangan hewani juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi.
Sementara itu, lapisan lambung lansia yang menipis mengakibatkan sekresi HCl dan
pepsin berkurang. Sehingga berdampak terhadap menurunnya penyerapan vitamin B12 dan
zat besi.
Di lain sisi, anemia akibat penyakit kronik merupakan penyebab anemia terbanyak
bagi lansia. Anemia ini terjadi karena gangguan homeostasis besi yang akan menimbulkan
hipoferemia. Hipoferemia adalah bagian respon tubuh terhadap infeksi, keganasan, dan
inflamasi. Rendahnya kadar besi serum pada penyakit kronik mengurangi zat-zat gizi esensial
bagi se-sel ganas yang sedang melakukan invasi. Sehingga sebenarnya hipoferemia
merupakan respon tubuh terhadap infeksi, keganasan, dan inflamasi.1,3,4
Penuaan dan perkembangan komorbiditas terkait usia telah dikaitkan dengan
peningkatan kronis kadar sitokin proinflamasi seperti TNF, IL-6, IL-1ß, migrasi makrofag
faktor penghambat (MIF), dan protein fase akut. Peningkatan kronis kadar sitokin
proinflamasi seperti IL-6, TNF?, IL-1ß, dan MIFtelah dikaitkan dengan pengembangan
sejumlah penyakit penyerta yang berkaitan dengan usia. MIF adalah sitokin yang
disekresikan oleh makrofag dan sel T, dan meningkatan sejumlah gangguan inflamasi.1
Patofisiologi unexplained anemia pada pasien usia lanjut yang kurang dipahami.
Meskipun myelodysplasia dan penyebab umum lain dari anemia berpotensi menjelaskan
sebagian dari unexplained anemia, kontribusi gabungan mereka relatif rendah. Dampak dari
kekurangan vitamin, di luar zat besi, vitamin B12, dan folat, atau dampak potensial dari
penyakit ginjal subklinis pada pengembangan unexplained anemia masih kurang dipelajari.
Terdapat pendapat bahwa kelebihan dari sitokin proinflamasi merupakan faktor penentu
penting unexplained anemia pada pasien usia lanjut, dan bahwa mereka menginduksi anemia
dengan menekan pembentukan koloni erythroid (MIF / TNF? / IL-1ß) di satu sisi dan
penurunan pemanfaatan besi (IL -6/hepcidin) di sisi lain.1
Ferrucci et al melakukan pengumpulan data dari sampel yang representatif dari orang
lanjut usia terdaftar dalam studi InCHIANTI untuk meneliti hubungan antara mediator
proinflamasi dan subyek lansia dengan unexplained anemia. Dalam studi ini, 42 dari 124
orang anemia memenuhi kriteria untuk unexplained anemia.1
DIAGNOSIS
Anemia sering memiliki onset berbahaya pada orang tua. Meskipun penurunan akut
pada hemoglobin akan menyebabkan gejala deplesi volume, seperti pusing dan jatuh, onset
lambat anemia lebih baik ditoleransi, dengan gejala berkembang sebagai mekanisme
kompensasi yang gagal. Orang tua tidak dapat meningkatkan denyut jantung dan cardiac
output seperti halnya orang muda, dengan dyspnea, kelelahan, dan kebingungan menjadi
lebih umum sebagai gejala anemia yang memburuk. Ada beberapa tanda-tanda pada
pemeriksaan fisik yang spesifik untuk anemia ringan atau sedang. Konjungtiva pucat
biasanya dicatat ketika tingkat hemoglobin turun di bawah 9 g per dL (90 g per L) . Pada
orang dengan beberapa penyakit kronis, dokter mungkin mengabaikan gejala anemia atau
atribut terhadap proses penyakit yang mendasarinya. Dengan demikian, adalah penting untuk
memiliki indeks kecurigaan yang tinggi ketika orang tua hadir bahkan dengan gejala
penurunan yang tidak kelihatan. Hitung darah lengkap atau pengukuran hematokrit akan
cepat mengkonfirmasi diagnosis anemia.7
Tiga algoritma berikut disajikan untuk membantu mengidentifikasi penyebab yang
mendasari atau etiologi untuk anemia. Algoritma didasarkan pada probabilitas, dengan
pengertian bahwa kebanyakan anemia adalah multifaktorial, dan itu sulit untuk
mengidentifikasi penyebab yang mendasari. 7
BAB III
METODE
A. Judul Mini Project
Pemeriksaan hemoglobin pada prelansia dan lansia di kelurahan Purworejo
B. Kegiatan
a. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan
karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan.
Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan
desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut.
Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap
posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
1. calon kader yang akan dilatih
2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4. adanya perlengkapan yang memadai
5. pendanaan yang cukup
6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )
B. Sasaran
Sasaran Pemeriksaan Hemoglobin adalah warga Kelurahan Purworejo dengan usia
diatas 45 tahun
C. Tempat
1. PKD Kelurahan Purworejo
2. Posyandu Lansia RW 1, RW2, RW3, RW4
D. Pelaksana
dr Donny Austine Wibisono
E. Teknis Pelaksanaan
a. Input
1. Kegiatan : Pertemuan dan pengarahan dengan Lurah Purworejo
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
2. Kegiatan : Berkoordinasi dengan bidan kelurahan Purworejo sehubungan dengan
sarana, prasarana dan teknis pemeriksaan hemoglobin
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
3. Kegiatan : Pencarian kepustakaan Anemia pada lansia
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
b. Proses
Perencanaan (P1)
1. Kegiatan: Menyiapkan sarana dan prasarana pemeriksaan hemoglobin metode
sahli
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
2. Kegiatan: Pertemuan dengan Pendamping untuk menetukan sasaran
pemeriksaan hemoglobin
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
3. Kegiatan: Pertemua dengan pendamping untuk mempersiapkan sarana dan
prasarana serta mengkoordinasikan waktu pelaksanaan
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
4. Kegiatan: Pertemuan dengan bidan desa untuk mengkoordinasikan waktu
pelaksanaan dilakukannya pemeriksaan hemoglobin metode sahli pada prelansia
dan lansia kelurahan Purworejo
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
5. Kegiatan: Mempersiapkan materi edukasi tentang anemia pada lansia
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015
Penggerakan
Kegiatan : Melakukan pemeriksaan hemoglobin metode sahli pada warga kelurahan
Purworejo dengan usia lebih dari 45 tahun bersamaan dengan
berlangsungnya posyandu lansia pada masing-masing RW.
Waktu : minggu ke-2 Februari 2015 - minggu ke-3 Maret 2015
Pelaksanaan
1. Kegiatan : Pemberian materi mengenai komponen posyandu lansia, pelayanan
kesehatan di posyandu lansia, dan mekanisme pelaksanaan kegiatan posyandu lansia.
Pelatihan pengisian buku registrasi posyandu lansia. Simulasi pelaksanaan kegiatan
posyandu lansia.
Waktu : Minggu ke-4 September 2014
2. Kegiatan : Membantu pelaksanaan posyandu lansia (membantu mempersiapkan
sarana dan prasarana dan melakukan pemeriksaan kesehatan sebagai
dokter puskesmas)
Waktu : Minggu pertama Oktober 2014
3. Kegiatan : Mengkoordinir kader untuk melakukan evaluasi dan memecahkan
masalah dalam menyelanggarakan posyandu lansia
Waktu : Minggu ke-2 Oktober 2014
Pengawasan, Pengendalian, Penilaian
A. Pengawasan
Kegiatan : Mengawasi jalannya pembinaan kader dan pelaksanaan posyandu lansia
Desa Mudal
Waktu : Minggu pertama Oktober 2014
B. Pengendalian
Kegiatan : Pengendalian pembinaan kader dan pelaksanaan posyandu lansia Desa
Mudal
Waktu : Minggu pertama Oktober 2014
C. Penilaian
Kegiatan : Penilaian pembinaan kader dan pelaksanaan posyandu lansia Desa Mudal
Waktu : Minggu pertama Oktober 2014
DAFTAR PUSTAKA
1. Vanasse, J., Berliner, N. 2010. Anemia in Elderly Patients: An Emerging Problem for
the 21st Century. Harvard Medical School: Boston [Accessed 2013 May 14]
Available from :
http://asheducationbook.hematologylibrary.org/content/2010/1/271.full.pdf
2. Smith DL,. 2000. Anemia in the elderly. American Family Physician. [Accessed 2013
May 14] Available from : http://www.aafp.org/afp/20001001/1565.html
3. Sudoyo AW. Anemia pada usia lanjut. Naskah Lengkap Penyakit Dalam-PIT 2006:
236-241
4. Sudoyo. W, Setyowati B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
5. Balducci L. Anemia and physical decline in the elderly. 2007. [Accessed 2013 May
15] Available from :
http://www.anemia.org/professionals/research/articles/commentary_anemia_independ
ent.jsp
6. Guralnik,jm.,et al., 2005. Anemia in the Elderly: A Public Health Crisis in
Hematology. [Accessed 2013 May 15] Available from :
http://asheducationbook.hematologylibrary.org/content/2005/1/528.full.pdf
7. BROSS, MH., 2010. Anemia in Older Persons. . [Accessed 2013 May 15] Available
from : http://familymed.uthscsa.edu/geriatrics/reading%20resources/virtual_library/
Outpatient/Anemia10.pdf
Temanggung, 13 Agustus 2014
Mengetahui,
Pendamping Dokter Internship Peserta
dr. Novelia Dian T. dr. Syaiful Alam
NIP. 19621104 199010 2001
F7. PROPOSAL MINI PROJECT
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI
PADA PRELANSIA DAN LANSIA
KELURAHAN PURWOREJO
Disusun Oleh :
dr Donny Austine Wibisono
Pembimbing :
dr Novelia Dian T
Dokter Internship Puskesmas Dharmarini
Periode 16 Desember – 15 April 2015
PUSKESMAS DHARMA RINI TEMANGGUNG
2015