Download - Miranti Lbm 5 Skn
STEP 7
HIPERKES
1. Definisi dan tujuan?
Hiperkes adalah lapangan kesehatan yang meliputi pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja melalui pengobatan,perawatan serta
menciptakan higiene perusahaan yang memenuhi syarat. Higiene perusahaan
merupakan spesialisasi kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan pencegahan
dan pengendalian terhadap faktor-faktor pengganggu kesehatan karyawan yang
bersifat medis.
tujuan higiene perusahaan
Hakikatnya adalah
o sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, yang dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja
o sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam
produksi
Dari situ dapat dirinci mengenai tujuan utama Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung
Agung
Jakarta
o Tujuan :
Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani,
nelayan, pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya.
Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2
pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari perusahaan.
Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat konsumennya.
Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat
dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
Entjang, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000
2. Usaha / program yg dilakukan hiperkes?
Pencegahan dan pemberantasan penyakit2 dan kecelakaan2 akibat
kerja.
Pemeliharan dan peningkatan kesehatan kerja.
Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas
tenaga manusia.
Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan2, cara pembuangan sampah/
sisa2 pengolahan dsb.
Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan2 dari perusahaan yang
bersangkutan.
Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya2 yang
mungkin ditimbulkan oleh hasil2 produksi perusahaan.
Entjang, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000
3. Kebijakan pemerintah tentang hiperkes?
Undang- Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan- Ketentuan
Pokok Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat ketentuan2 pokok tentang
tenaga kerja, mengatur higiene higiene perusahaan dan kesehatan kerja
sbb :
a) Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (pasal 9)
b) Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
Norma kesehatan kerja dan higiene perusahaan
Norma keselamatan kerja
Norma kerja
Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja.
4. Apa yg dimaksud dengan lingkungan kerja , alat2 yg digunkan untuk
mengukur higenitas perusahaan?
Lingkung kerja; fisik, kimia(bahn yg igunkn dipt), biologi dan
social( sesame pekerja dan masyarakat sekitar)
Alat2 yg digunakan:
-termometer
- sound survey meter u/ mengukur kebisingn
-lux meter u/pencahayaan
- personal dust sampler u/ debu
- gas kromatograf u/ mengukur gas dan uap
5. Apa ruang lingkup hiperkes?
Ruang lingkup Hiperkes?
Pengamanan bahan baku produksi dan hasil produksi
Pengamanan proses produksi
Penyesuaian alat dan tenaga kerja
Kesehatan kuratif dan preventif
o sasaran adalah lingkungan kerja yaitu sebagai upaya
pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan akibat produksi perusahaan.
o bersifat teknik
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
6. Aspek2 utama dalam hiperkes?
a. Pengenalan lingkungan bermanfaat guna mengetahui secara kualitatif
bahaya potensial di tempat kerja, menentukan lokasi, jenis dan metode
pengujian yang perlu dilakukan.
b. Penilaian / evaluasi lingkungan dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga
dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau
tidak korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya, serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
c. Pengendalian metode teknik untuk menurunkan tingkat faktor bahaya
lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir dan sekaligus pekerja.
- Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)
Disain dan tata letak yang adekuat
Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada
sumbernya.
Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain
untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat
pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat .
Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu
yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya
kesehatan di lingkungan kerja.
Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang
penting, terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya
berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lain.
7. Apa saja yang berperan dalam menjalankan hiperkes?
8. Apa manfaat hiperkes?
- Meningkatkn derajat kesehatan
- Meingkayt produktifitas dan efiseisi kerj akryamean
- menurunkan kecelakaan akibat kerja
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Apa tujuan kesehatan dan keselamatan kerja?
Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan
kecelakaan akibat kerja
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja
Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar
dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan
tersebut
Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
2. Definisi kesehatan & keselamtan kerja?
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat
atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja
dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan
perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan
kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan
akibat kerja atau lingkungan kerja.
Secara implisit rumusan atau batasan ini, bahwa hakikat kesehatan kerja
mencakup dua hal, yakni pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat
kesehatan tenaga kerja yang. setinggi-tingginya. Kedua, sebagai alat
untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningkatnya
efisiensi dan produktivitas.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar”.
Jakarta : Rineka Cipta
3. Program 2 kesehatan & keselamatan kerja?
Program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga kerja.
Bertujuan memeriksa kesehatan fisik dan mental, terutama untuk
seleksi tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang tersedia,
di samping itu juga mengumpulkan data sebagai data dasar bagi
pemerintahan kesehatan berikutnya, setelah menjadi tenaga kerja tetap
di perusahaan tersebut.
Program pemeriksaan kesehatan berkala yang langsung dilakukan saat
tenaga kerja melakukan kegiatan pada bidang pekerjaannya. Program ini
bertujuan mengamati/supervisi berdasarkan data dasar tentang
kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam pengamatan
tersebut, terutama diamati sikap menyal dalam melakukan pekerjaan,
dan keadaan kesehatan menyeluruh saat melakukan pekerjaan. Tujuan
utamanya adalah mengamati segala kemungkinan yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kelancaran pekerjaan mereka.
Program pengobatan jalan, perawatan, pertolongan gawat darurat
dirumah sakit dan sub unitnya lainnya.
Program pengembangan ketrampilan serta pengetahuan tenaga unit
kesehatan kerja, dan juga program pengembangan perangkat teknis
kedokteran, dll
Program penyuluhan kesehatan. Merupakan program yang berintikan
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan tenaga kerja sendiri,
misalnya tata kehidupan dan pekerjaan yang sesuia dengan kaidah
kesehatan, terutama yang menyangkut kebersihan, penggunaan alat
pelindung/pengaman (helm, masker, air plug dll) yang mampu
melindungi gangguan kesehatan serta kecelakaan. Program penyuluhan
terutama diarahkan pada berbagai masalah yang ditemukan dari hasil
pengamatan/supervisi. Pelaksanaan program penyuluhan dapat
dilakukan secara masal ataupun pada saat supervisi.
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)
4. Apa Ruang lingkupnya?
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi2nya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor2 yang
membahayakan kesehatan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja
lebih menfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup
tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan
akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan
pendidikan atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang :
UNDIP
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik,mental
amupun kesejahteraan sosialnya.
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan lingkungan kerja.
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam
pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan faktor yang
membahaykan kesehatan
Menempatkan dan memeihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik,dan psikis pekerjaanya.
http://www.depkes.go.id
5. Faktor2 K3?
Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk mencapai kesehatan
masyarakat pekerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Untuk
mencapai itu diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang penulis sebut sebagai
diterminan kesehatan, kerja, yang mencakup tiga faktor utama, yakni:
beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan
kemampuan kerja.
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut
memerlukan kekuatan otot. atau pemikiran, adalah merupakan beban
bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban
fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan
si pelaku. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban
kerja para karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau
mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja. Misalnya alat
untuk mengangkat barang yang berat diciptakan gerobak, untuk
mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan mesin ketik, untuk
membantu mengurangi beban hitung-menghitung diciptakan kalkulator
atau komputer, dan sebagainya.
2. Beban tambahan
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan,
pekerja sering atau kadang-kadang memikul beban tambahan yang
berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan karena lingkungan
tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus diatasi oleh pekerja atau
karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat dikelompokkan
menjadi 5 faktor yakni:
Faktor fisik, misalnya: penerangan / pencahayaan yang tidak
cukup, suhu udara yang panas, kelembapan yang, tinggi atau
rendah, suara yang bising, dan sebagainya.
Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan
gangguan kerja, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dan
sebagainya.
Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhan-
tumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak enak dan
mengganggu misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang
tak teratur, dan sebagainya.
Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh atau anggota badan misalnya: meja atau kursi yang
terlalu tinggi atau pcndek.
Faktor social-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis
misalnya: adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.
3. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pckerjaan berbeda dengan
seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama,
dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini
disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah
kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas.
Artinya kemampuan tersebut dapat berkembang karena pendidikan
atau pengalaman tetapi sampai pada batas-batas tertentu saja. Jadi,
dapat diumpamakan kapasitas ini adalah suatu wadah kemampuan yang
dipunyai oleh masing-masing orang.
Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan
kesehatan ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini
mempengaruhi atau menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan
seseorang dalam melakukan pekerjaan di samping kapasitas juga
dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi,
jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh. Kemampuan tenaga kerja pada
umumnya diukur dari keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan.
Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin
efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam
melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang
efisien, berarti beban kerjanya relatif rendah. Peningkatan kemampuan
tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan
tambahan bagi tenaga kerja, terutama bagi pekerja kasar misalnya,
adalah merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)
KECELAKAAN KERJA
1. Macam 2 kecelakaan kerja?
Diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan yakni :
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
Terjatuh
Tertimpa benda
Tertumbuk atau terkena benda2
Terjepit oleh benda
Gerakan2 melebihi kemampuan
Pengaruh suhu tinggi
Terkena arus listrik
Kontak bahan2 berbahaya atau radiasi
b. Klasifikasi menurut penyebab :
Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergaji
kayu,dsb
Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air
Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat2 listrik, dsb
Bahan2, zat2, dan radiasi misalnya bahan peledak, gas, zat2 kimia,dsb
Lingkungan kerja (diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
tanah)
Penyebab lain yg belum masuk tsb diatas
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
Patah tulang
Dislokasi (keseleo)
Regang otot (urat)
Memar dan luka dalam yg lain
Amputasi
Luka di permukaan
Gegar dan remuk
Luka bakar
Keracunan2 mendadak
Pengaruh radiasi
Lain2
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
Kepala
Leher
Badan
Anggota atas
Anggota bawah
Banyak tempat
Letak lain yg tdk termasuk dlm klasifikasi tsb
(SOEKIDJO, IKM)
2. Faktor2 yang menyebabkan kecelakaan kerja?
A. Penyebab langsung
adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan
langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok :
a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, tindak
tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan
dalam konsep MSM (modern safety management) diganti
substandard acts / substandard practices.
b) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan
yang akan menyebabkan kecelakaan dalam konsep MSM (modern
safety management) diganti substandard conditions.
Contoh-contoh dari substandard acts / substandard practices :
Mengoperasikan alat / peralatan tanpa wewenang.
Gagal untuk memberi peringatan.
Gagal untuk mengamankan.
Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
Memindahkan alat-alat keselamatan.
Menggunakan alat yang rusak.
Menggunakan alat dengan cara yang salah.
Kegagalan memakai alat pelindung / keselamatan diri secara benar.
Membongkar secara salah.
Menempatkan / menyusun secara salah.
Mengangkat secara salah.
Mengambil posisi yang salah.
Memperbaiki alat/ peralatan yang sedang jalan / hidup / bergerak.
Bersenda-gurau di tempat kerja.
Mabuk karena minuman beralkohol dan atau minuman / obat keras
lainnya.
Contoh-contoh dari substandard conditions :
Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai
atau tidak memenuhi syarat.
Bahan, alat-alat / peralatan rusak.
Terlalu sesak / sempit.
Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai.
Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan.
Kerapihan / tata letak (housekeeping) yang jelek.
Lingkungan berbahaya / beracun : gas, debu, asap, uap, dan lain-
lainnya.
Bising.
Paparan radiasi.
Ventilasi dan penerangan yang kurang
B. Penyebab dasar
Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia / pribadi (personal factor) dan
faktor kerja / lingkungan kerja (job / work environment factor).
i. Faktor manusia / pribadi antara lain karena :
Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi.
Kurangnya / lemahnya pengetahuan dan keterampilan /
keahlian.
Stres.
Motivasi yang tidak cukup / salah.
ii. Faktor kerja / lingkungan antara lain karena :
Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan.
Tidak cukup rekayasa (engineering).
Tidak cukup pembelian / pengadaan barang.
Tidak cukup perawatan (maintenance).
Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang /
bahan-bahan.
Tidak cukup standar-standar kerja.
Penyalahgunaan.
3. Pencegahan untuk kecelakaan kerja?
o Substitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-
bahan yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan
maupun mutunya
o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya
dalam perusahaan.Misalnya menyendirikan mesin-mesin yang sangat
gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang
berbahaya.
o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar
kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih
rendah dari nilai ambang batasnya
o Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan
yang berbahaya dihisap dan dialirkan keluar. Sebelum dibuang ke udara
bebas agar tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini
harus diolah terlebih dahulu.
o Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, dll
o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan
psikis) agar penempatannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dipegangnya secara optimal
o Penerangan atau penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja
agar mereka mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan
serta agar lebih berhati-hati
o Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala
Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan
untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit akibat kerja pada tingkat awal
agar pengobatan dapat segera
o Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja
secara kontinyu dan teratur agar tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung
Jakarta
4. Kerugian dari kecelakaan kerja?
kerusakan pada tubuh si korban
o Kerusakan pada tubuh dapat berlangsung dan terlihat (luka, patah,
luka bakar dll)
o Kerusakan baru dapat terlihat setelah waktu yang lama (penyakit
akibat kerja yang tidak segera terlihat gejala-gejalanya).
kerusakan pada harta benda.
Demikian juga kerusakan pada harta benda, ada yang terlihat langsung dan
ada juga baru akan memberikan akibat setelah beberapa lama kemudian.
Misalnya stress yang berlebihan pada sesuatu alat baru akan memberikan
akibat setelah beberapa lama kemudian.
timbulnya biaya kecelakaan yang biasanya sangat besar yang menjadi
beban negara maupun rakyat seluruhnya
i. biaya langsung
yaitu biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit,
biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu bekerja, kompensasi
cacat, dan biaya atas kerusakan bahan-bahan, alat,dan mesin.
ii. biaya tersembunyi
misalnya biaya yang timbul karena berhentinya operasi perusahaan oleh
karena pekerja-pekerja lainnya tertarik oleh peristiwa kecelakaan
tersebut
5. Penyakit yg diakibatkan kerja?
a. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral.
b. Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu logam
keras.
c. Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu kapas,
vlas, henep, dan sisal.
d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
f. Penyakit yang disebabkan oleh berilium.
g. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium.
h. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor.
i. Penyakit yang disebabkan oleh krom.
j. Penyakit yang disebabkan oleh mangan.
k. Penyakit yang disebabkan oleh arsen.
l. Penyakit yang disebabkan oleh raksa.
m. Penyakit yang disebabkan oleh timbal.
n. Penyakit yang disebabkan oleh fluor.
o. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
p. Penyakit yang disebabkan oleh deriva halogen.
q. Penyakit yang disebabkan oleh benzena.
r. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena.
s. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin.
t. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol / keton.
u. Penyakit yang disebabkan oleh gas / uap penyebab asfiksia.
v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
w. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik.
x. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
tinggi.
y. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan mengion.
z. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi /
biologik.
aa.Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena.
bb. Kanker paru yang disebabkan oleh asbes.
cc. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri / parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
dd. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi / rendah / panas radiasi /
kelembaban udara tinggi.
ee.Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
(UNDIP, HIPERKES & KK, 2005)
ERGONOMI
1. Definisi?
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergon = kerja dan
Nomos = peraturan/hukum
Ergonomi merupakan suatu ilmu terapan yang mempelajari dan mencari
pemecahan persoalan yang menyangkut faktor manusia dalam proses
produksi.
Ramandhani, A.S., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP
2. Sasaran dari ergonomic?
Manusia yg bekerja dlm satu lingkungn disesuaikn antara pekerjaan dan
kondisi tubuh
3. Tujuan dari ergonomic?
a. Memaksimalkan efisiensi karyawan
b. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja
c. Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat
d. Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan
Ergonomi manusia peralatan dan lingkungan, dr.gempur santoso,2004
4. Prinsip ergonomic?
a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh
bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin,
penempatan alat-alat petunjuk,cara-cara harus melayani mesin
(macam gerak, arah, kekuatan,dsb.)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar, serta diatur denagn cara tertentu, shg
ukuran tersebut dapat dikecilkan atau dibesarkan/ dilebarkan.
Misalnya: tempat duduk yang dapat dinaikturunkan dan dimajukan /
diundurkan.
c. Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk
penempatan alat-alat kerja al :
i. Berdiri : tinggi badan ,tinggi bahu, tinggi saku, tinggi
pinggul,panjang lengan.
ii. Duduk : tinggi duduk, panjang lengan atas , panjang lengan
bawah, jarak lekuk lutut.
d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan dengan berdiri , tinggi kerja
sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku.
e. Dari segi otot , sikap duduk ayng paling baikadalah sedikit
membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang dianjurkan duduk
tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak
lemas.
f. Tempat duduk yang baik :
i. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang
sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan
datar.
ii. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
iii. Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan
pada punggung.
g. Arah pengliahtan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat
kebawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk arag penglihatan antara
32-44 derajat kebawah.Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap
kepala istirahat.
h. Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg.
i. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari
itu efisiensi dan kualitas kerja menurun.
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin , penempatan alat-
alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin(macam gerak, arah
dan kekuatan)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara ,
sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh
tenaga kerja yang lebih kecil contoh:kursi dapat dinaik turunkan ,
tempat duduk yang dapat distel maju mundur dll
c. Ukuran-ukuran antropemetri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran
dan penempatan alat-alat industri:
d. Ukuran –ukuran kerja
Suma’mur, Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja
5. Ruang lingkup ergonomic?
Ergonomi fisik; berkaitan dengan anatomi tubuh manusia,
anthropometri, karakteristik fisiologi dan biomekanika yang
berhubungan dengan aktivitas fisik
Ergonomi kognitif; brrkaitan dengan proses mental manusia,
termasuk didalamnya; persepsi,ingatan, dan reaksi sebagai akibat
dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen system
Ergonomi organisasi ; berkaitan dengan optimalisasi system
sosioteknik, termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses
Ergonomi lingkungan; berkaitan dengan pencahayaan, temperature,
kebisingan dan getaran
6. Metode ergonomic?
o Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai
dari yang sederhana sampai kompleks.
o Treatment, pcmecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar
pada. saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, membeli furniture
sesuai dengan dimensi fisik pekerja
o Follow up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-
lain
www.digilib.go.id
7. Penerapan ergonomic?
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin , penempatan alat-
alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin(macam gerak, arah
dan kekuatan)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara ,
sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh
tenaga kerja yang lebih kecil contoh:kursi dapat dinaik turunkan ,
tempat duduk yang dapat distel maju mundur dll
c. Ukuran-ukuran antropemetri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran
dan penempatan alat-alat industri:
d. Ukuran –ukuran kerja
Suma’mur, Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja
TOKSIOLOGI
1. A. Pengertian
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu
zat/bahan kimia pada organism hidup atau ilmu tentang racun. Toksikologi
industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang digunakan diolah atau
dihasilkan oleh industry.
1. B. Pengenalan Bahaya Bahan Kimia
Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang dihasilkan dalam industry sehingga perlu
diupayakan :
1. Survai pendahuluan untuk mengenal bahan kimia yang terdapat di industri
dan merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya.
Suatu ceklis yang mencakup pendataan tentang, nama bahan baku dan
bahan sampingan, jenis bahan yang diperkirakan beracun.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses mulai dari
tahap awal sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan kesehatan oleh
pekerja serta memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan
kerja.
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Bahan
Kimia yakni suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang
komposisi karakteristik, bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan cara
penanganan dan penyimpanan bahan yang aman, tindakan pertolongan
pertama dan prosedur khusus lainnya.
Klasifikasi Toksisitas
Menurut sifat fisiknya klasifikasi toksisitas dikenal sabagai berikut :
1. Gas : Tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan
tekanan normal, tidak berbau pada konsentrasi rendah dan dapat berubah
menjadi cair atau padat dengan perubahan suhu dan tekanan.
2. Uap : Bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berujud cair.
3. Debu : Partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.
4. Kabut : Titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk
uap.
5. Fume : Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas,
biasanya setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
6. Asap : Partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron,
sebagai akibat pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung
karbon.
7. Awan : Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran
partikelnya antara 0,1 – 1 mikron.
Sedangkan bahan kimia di udara menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :
1. Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut
2. Bahan bersifat non partikel : gas, uap
Terhadap tubuh bahan-bahan kimia dapa digolongkan menjadi :
1. Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik
(Pb, As, Mn), Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts),
Menimbulkan demam (fume, Zn O), Inert (aluminium, kapas)
2. Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang
(amoniak, HCl, H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), Mudah
menguap yang : berefek anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam (C
Cl4), merusak darah (Benzene), merusak saraf (Parathion)
Menurut lama terjadinya pemajanan, dapat dibedakan dalam akut, contoh
kecelakaan kerja/keracunan mendadak, subkronik misalnya proses kerja dengan
bahan kimia selama 1 tahun/lebih atau kronik missal bekerja untuk jangka waktu
lama dengan bahan kimia.
Penilaian Toksisitas
Toksisitas suatu bahan beracun ditentukan melalui berbagai cara, melalui
percobaan binatang, yang ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif toksisitas
suatu racun. Suatu zat beracun dengan dengan LD50 (lethal dose 50) lebih kecil
menunjukkan bahwa zat tersebut relatif beracun.
Dalam penerapan toksikologi industry diperlukan standar lain terutama barkaitan
dengan Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penetapan
Occupational Exposure Limit (OEL) atau Batas Pemajanan Kerja (BPK), mengacu
pada prinsip dasar dalam toksikologi yang mempertimbangkan factor dosis dan
dalam pemajanan serta keberadaan bahan kimia di udara tempat kerja.
Oleh ACGIH (American Conference of Govermental and Industrial Hygienist)
dikembangkan konsep TLV (Threshold Limit Value) atau Nilai Ambang Batas (NAB)
yang menunjukkan suatu kadar yang manusia dapay menghadapinya secara
fisiologik tanpa terganggu kesehatannya.
Terdapat 3 kategori NAB, yakni :
1. NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV-TWA (Thershold Limit Value –
Time Weighted Average) yakni kadar bahan kimia di udara tempat kerja
selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yang hampir semua tenaga kerja
dapat terpajan berulang kali sehari-hari dalam melakukan pekerjaan tanpa
terganggu kesehatannya.
2. NAB batas pemajanan singkat atau PSD (Pemajan Singkat yang
Diperkenankan) yakni kadar bahan kimia yang diperkenankan untuk
pemajana tidak lebih dari 15 menit atau tidak lebih dari 4 kali pemajanan
per hari. Interval antara dua periode pamajanan tidak boleh kurang dari 60
menit.
3. NAB tertinggi yakni kadar tertinggi bahan kimia di udara tempat kerja yang
tidak boleh dilewati selama melakukan pekerjaan.
Pada bahan kimia yang bersifat karsinogen terdiri dalam kategori sebagai berikut:
A – 1 Terbukti karsinogen pada manusia
A – 2 Diperkirakan karsinogen pada manusia
A – 3 Karsinogen terhadap binatang
A – 4 Tidak diklasifikasikan karsinogen pada manusia
A – 5 Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia
Dikenal juga BEI (Biological Exposure Indices) atau Indeks Pemajanan Biologik
yang merupakan standar pemajanan untuk menilai dampak pada kesehatan
pekerja.
Pengaruh Bahan Kimia Pada Manusia
Faktor yang mempengaruhi toksisitas
Toksisitas tergantung dari berbagai factor, yakni :
1. Sifat fisik misalnya : gas, uap, debu, fume, asap mist/kabut atau fog.
2. Sifat kimia misalnya : jenis senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya
larut. Contohnya, gas yang mudah larut dalam air (ammonia dan sulfur
oksida) bila terhirup meskipun dengan kadar rendah akan meniritasi
saluran nafas atas. Sedangkan gas tidak mudah larut dalam air (nitrogen
dioksida, ozon, dan fosgen) dapat mencapai saluran nafas yang lebih dalam.
3. Port d’entrée (cara masuk dalam tubuh).
Zat kimia masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan (per inhalasi), saluran
cerna (per oral) dan kulit (per dermal). Inhalasi merupakan cara masuk yang
paling sering dalam industri.
1. Faktor individu seperti usia, jenis kelamin, ras, status gizi, kesehatan, factor
genetic dan kebiasaan lain miaslnya merokok, minum-minuman keras, dan
sebagainya.
Hubungan Disis dan Respon
Toksisitas suatu zat atau respon suatu tubuh timbul tergantung pada kuantitas zat
tersebut yang terkumpul pada organ tubuh. Selanjutnya konsentrasi dalam organ
tubuh tergantung pada lama pemajanan sehingga dapat diketahui pula adanya
hubungan sebab akibat antara dosis dan respon tubuh.
Interaksi Bahan Kimia
Antara satu zat kimia dengan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau
saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi :
a). Efek aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua
zat kimia atau lebih.
b). Efek sinergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat kimia
jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia. Sebagai contoh
karbon tetraklorida dan etanol keduanya toksik terhadap hati tetapi bila
seseorang keracunan kedua zat tersebut secara bersamaan akan terjadi
kerusakan hati yang jauh lebih parah.
c). Potensiasi yaitu apabila suatu zat yang seharusnya tisak memiliki efek toksik
akan tetapi bila zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka akan mengakibatkan
zat kimia lain menjadi toksik.
d). Efek antagonis yakni apabila dua zat kimia yang diberikan bersamaan, maka
zat kimia yang satu akan melawan efek zat kimia yang lain.
Proses Zat Kimia dalam Tubuh
Cara masuk bahan beracun ke dalam tubuh sangat besar pengaruhnya terhadap
kemungkinan keracunan. Di dalam tubuh, melalui proses enzimatik terjadi
perubahan bentuk secara biokimia (biotransformasi) yang terjadi dalam hati.
Proses demikian dapat terjadi pada ginjal, patu dan kulit.
Biotransformasi mengupayakan agar terbentuk bahan yang kurang beracun yang
dikenal sebagai detoksikasi. Sebaliknya mungkin terjadi hasil yang lebih beracun
dari zat asalnya misalnya pada berbagai zat penyebab terjadinya kanker.
Pengeluaran atau ekskresi proses tersebut dengan dilakukannya melalui air seni
(urin) dan feses, sebagian melalui udara pernafasan dan keringat. Pada hewan
percobaan diketahui adanya ekskresi melalui air susu. Rambut sering pula disebut
sabagai kemungkinan proses ekskresi, meskipun air raksa atau arsen yang
dijumpai pada rambut umumnya masih dalam bentuk asal.
Efek Terhadap Kesehatan
Tergantung dari organ target, bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni
saraf), hematotoksik (meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal),
hematotoksik (meracuni darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh) dan
sebagainya.
Ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa terjadi
secara akut atau kronik. Efek akut terjadi pada pemajanan bahan kimia dalam
waktu singkat (kurang dari 2 minggu) pada kadar yang tinggi. Sedangkan efek
kronik timbul setelah pemajanan berulang kali selama tiga bulan atau lebih.
Tanda atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari
gejala yang umum atau non spesifik dan spesifik. Untuk membedakan gejala yang
spesifik ataupun spesifik diperlukan konsultasi dan komunikasi dengan dokter.
Berikut berbagai bahan kimia yang berpengaruh pada kesehatan :
• Asphyxian
Asphyxian ialah zat kimia yang menyebabkan asfiksia (kekurangan oksigen).
Simple asphyxian mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan oksigen karena
berkurangnya tekanan parsiil oksigen dalam darah. Sedangkan pada chemical
asphyxian, kekurangan oksigen terjadi karena adanya zat kimia yang mengikat
hemoglobin sehingga pengangkutan oksigen ke sel jaringan oleh hemoglobin
menjadi tergangggu. Contoh zat kimia penyebab asfiksia :
Chemical asphyxian Simple aspyxian
Asetonitril Asetilen
Karbon monoksida Karbon dioksida
• Irritan
Zat irritant akan mengakibatkan iritasi atau rangsangan atau menimbulkan
inflamasi/peradangan pada mata, kulit, saluran nafas atau saluran cerna. Contoh :
asam asetat,kalsium oksida, arsen, aseton, asam fosfat. Beberapa zat irritan
seperti amonia, klor, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ozon dan fosgen
berpengaruh pada saluran nafas dan mengakibatkan bronchitis, sabab paru atau
kerusakan jaringan paru. Diketahui juga berbagai zat kimia yang bersifat
karsinogenik (menimbulkan kanker) seperti asbestos, benzene, krom, nikel, vinyl
klorida, berefek teratogen (mengakibatkan kelainan janin) mutagen
(menimbulkan mutasi atau perubahan genetic).
F. Prinsip Pencegahan atau Pengendalian Bahaya Kimia
Mengingat bahaya bahan kimia di tempat kerja diperlukan pencegahan dan
pengendaliam yang prinsip penerapannya sesuai Higiene Perusahaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja berupa “Hierarchi of Control” yakni :
Eliminasi, Substitusi, Pengendalian teknis, Pengendalian administrative dan Alat
Pelindung Diri. Sedangkan pada pekerja dilakukan pengujian atau pemantauan
kesehatan, higiene perorangan, pengujian atau pemantauan biodemik disertai
pelatihan tentang bahaya bahan kimia.
Pemantauan Biodemik
Pemantauan biodemik dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi organ tubuh
atau penyakit akibat kerja. Melalui pemeriksaan urin dapat dideteksi absorpsi
bahan beracun dan aktivitas enzim yang mungkin dipengaruhi oleh bahan
beracun. Pemantauan biodemik akan memberi gambaran yang lebih dapat
dipercaya daripada pengukuran kadar bahan kimia di udara. Keuntungan lain
adalah mampu memperhitungkan absorpsi zat kimia melalui kulit dan saluran
cerna, pengaruh beban kerja dan pemajanan diluar tempat kerja serta
mengidentifikasi pekerja yang rentan.
Kesimpulan
Toksik atau racun merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan
atau jiwa manusia. Sedangkan toksisitas atau derjat racun yang merupakan
kemampuan suatu bahan toksik untuk menimbulkan kerusakan pada organisme
hidup. Sehingga semua bahan kimia sangat berbahaya jiwa kita bahkan dapat
mengancam jiwa kita . Banyak efek-efek yang ditimbulkan dari bahan kimia,
bahan kimia dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari , maka dari itu kita
dalam sehari-harinya harus hidup yang sehat dan menjaga kekbalan tubuh kita
sendiri.
http://uchanyuslan.wordpress.com/2012/01/19/toksikologi-industri/