MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA
Gunawan Wiradharma Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie
Abstrak
Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas variasi kebudayaan khas yang
mencitrakan identitas Indonesia sebagai bangsayang besar. Ragam suku dan etnis merupakan
sumber dari bagaimana budaya itu dihasilkan.Sebagai contoh, berbagai macam tari tradisional
mengandung sastra lisan di dalamnya, yaitu puisi atau pantun yang mencerminkan aspek
sosialmasyarakat Indonesia. Sebagai warisan budaya bangsa, tarian dan musik
tradisionalIndonesia menjadi identitas bagi pengenalan Indonesia dalam kancah
internasional.Dalam beberapa kesempatan, generasi muda yang mewakili Indonesia dalam
kancahinternasional selalu menarik perhatian publik internasional melalui pementasan tari dan
musik tradisional. Hal itu dilakukan dengan mengikuti atau mengadakan program misi
kebudayaan dalam rangka mempromosikan kepentingan nasional dan memperluas dialog
dengan relasi di luar negeri.
Program misi kebudayaan memegang peranan yang semakin vital dalam menjalankan
misidiplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang semakin terintegrasi dengan
beragambidangnya yang sangat variatif. Keuntungan yang diperoleh sastra dari program misi
kebudayaan adalah (1) sebagai salah satu bentuk kebudayaan, sastra Indonesia akan dikenal di
negara lain, (2) mempererat hubungan antarmasyarakat dengan negara lain sebagai jembatan
hubungan pemerintah, (3) sebagai bentuk pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara yang
memiliki kesenian dan kebudayaan tinggi, terutama sastra.
Tulisan ini akan membahas bentuk sastra sebagai unsur pendukung tari yang terdapat
musik pengiring tarian tradisional Indonesia yang dipentaskan oleh tim misi budaya di luar negeri
dalam program Krida Loka 2015 (sebuah program misi kebudayaan) dan bagaimana sastra dan
tarian tradisional digunakan sebagai alat diplomasi kebudayaan. Melalui program ini, kesenian
tradisional Indonesia dibawa ke luar negeri untuk dipertunjukkan kemudian diapresiasi oleh
masyarakat luar negeri. Hal tersebut dilakukan oleh generasi muda sebagai bentuk tanggung
jawab sebagai anak bangsa dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya sastra, musik, dan
tari.
Kata Kunci:
Sastra, tarian tradisional, kesenian, diplomasi budaya, misi kebudayaan
“Seni berada pada ujung spektrum kepuasan yang lain dari ego, kepemilikan, dan kemelekatan. Salah satu nikmat terbesar dalam seni adalah berbagi: berbagi keindahan,
berbagi nilai kesejatian masing-masing, berbagi pesan dan kebahagiaan” (Krida Loka 2015).
Gambar 1. Pentas Tari dan Musik dalam Program Misi Budaya
Sumber: Dokumentasi Liga Tari Mahasiswa Universitas Indonesia Krida Budaya
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki budaya yang beraneka ragam baik etnis,
bahasa, adat istiadat, maupun agama atau kepercayaan karena terdiri dari berbagai macam suku
bangsa. Setiap suku bangsa mewujudkan kebudayaan sendiri, yang terdiri atas nilai-nilai atau
aturan-aturan tertentu juga terdiri atas kepercayaan-kepercayaan tertentu, pengetahuan
tertentu, serta sastra dan seni yang diwarisi dari generasi-generasi terdahulu. Menurut Edward
Burnett Taylor (dalam Liliweri, 2004: 107), kebudayaan adalah kompleks dari keseluruhan
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan lain dan
kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
Manusia merupakan mahluk yang berada dalam kebudayaan tertentu, dibesarkan dalam
suasana budaya, dan akan mempelajari serta melakukan norma-norma dalam budaya tersebut.
1
Talcot Parson dalam multikulturalisme (Ujan, 2009: xxi) bahwa ada empat sistem yang
membingkai kehidupan masyarakat, yaitu sistem organis, psikologis, sistem sosial, dan sistem
budaya. Dari keempat sistem itu, sistem budayalah yang mendasari dan berpengaruh kuat pada
manusia. Perbedaan dan kemajemukan budaya merupakan sesuatu yang mau tidak mau harus
diterima. Perbedaan dan kemajemukan ini bisa diolah menjadi suatu aset yang tak bernilai.
Kenyataan ini akan menimbulkan kesadaran bahwa ada perbedaan antara satu etnis dengan etnis
yang lain.
Seni dipandang sebagai sebuah proses yang melatih keterampilan dan aktivitas manusia
untuk menyatakan atau mengonsumsikan perasaan atau nilai yang dia miliki. Paling tidak ada
beberapa kegiatan yang dikategorikan sebagai seni, misalnya, folklore (seni bercerita, upacara
ritual, seni berpantun, berpidato, dll.), musik tarian, drama, lukis, seni pahat, permainan,
olahraga. Di sinilah dimulainya sebuah kehidupan manusia karena kehidupan di dalamnya
terdapat sebuah kebudayaan yang pada akhirnya mensyaratkan adanya hubungan interpersonal
dan khususnya komunikasi antarbudaya (Bergin & Ganvey dalam Petty, 2007: 31).
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Pertunjukan
tari tidak akan terlihat menarik dan berkesan jika tidak memperhatikan unsur-unsur yang
terdapat dalam komposisi tari. Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan bagaimana memilih dan menata gerakan menjadi sebuah pertunjukan seni
yang estetis. Pengetahuan komposisi tari mempelajari desain lantai (garis-garis lantai yang dilalui
oleh seorang penari atau garis yang dibuat oleh formasi penari), desain atas (desain yang dibuat
oleh anggota badan yang berada di atas lantai), desain musik, desain dramatik (tahap-tahapan
emosional untuk mencapai klimaks dalam sebuah tari), dinamika (segala perubahan di dalam tari
karena adanya variasi-variasi di dalam tari), tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu
dan tata suara.1
Perwujudan ekspresi budaya melalui gerak yang dijiwai serta diikat nilai-nilai budaya
menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi bentuk tari-tarian daerah di
1 Zainal, Tari Tradisional (Sumber: http://zainalabdullah32.student.umm.ac.id/materi-2/ diakses pada 28 Oktober 2012 pukul
20.47)
Indonesia. Sebagai salah satu unsur terpentingkesenian di Indonesia dalam wujud performa
gerak, dibutuhkan adanya kehidupan sosial dan spiritual masyarakatpendukungnya. Peran dan
fungsi tarian yang begitu penting hingga kini pada puncak kesenian daerah menjadi simboldan
puncak tari sebagai budaya di daerah yang bersangkutan. Jenis tari yang telah menjadi puncak
budaya daerahsangat erat untuk dijadikan sebagai tarian yang diunggulkan daerah di mana tarian
tersebut berasal.2 Berikut salah satu contoh tarian tradisional yang selalu dibawakan oleh tim
misi budaya Indonesia di luar negeri yang selalu membuat penonton merasa takjub dengan
kesenian Indonesia, yaitu Tari Ratoeh dari Aceh. Tarian ini merupakan sebuah tari tradisional
yang unik, enerjik, tidak membosankan, dan sarat atas nilai-nilai keindonesiaan, khususnya nilai-
nilai islam.
Komunikasi juga bisa dikatakan sebagai sebuah aktivitas simbolis. Simbol-simbol
merupakan alat yang digunakan untuk mewakili sesuatu. Simbol tidak hanya terbatas pada kata-
kata; simbol juga bisa digunakan untuk menampilkan sesuatu yang nonverbal dan objek-objek
lainnya. Pada hakekatnya segala sesuatu bisa menjadi sebuah simbol—tulisan, percakapan,
bahasa tubuh, ekspresi muka, bendera, dan lain sebagainya. Yang harus diingat bahwa simbol-
simbol tetap merupakan simbol-simbol hanya apabila sekelompok orang setuju untuk
menganggapnya demikian (Gudykunst & Kim, 2003). Jika dikaitkan dengan seni tradisi, kesenian
tari tradisional menggambarkan kehidupan di daerah tersebut sehingga seni tari tradisional
dapat dikatakan sebagai lambang dari peradaban dari masing-masing daerah. Selain itu, tarian
juga mengandung sebuah pesan atau makna di dalamnya.
Hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik dan saling memengaruhi
(Natalia, 2007). Budaya tidak akan hidup tanpa komunikasi, begitu pun sebaliknya. Masing-
masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada lainnya (Deddy & Rahmat,
2002:26—37). Tarian tradisional yang dikemas dalam kegiatan misi kebudayaan merupakan
sarana komunikasi hasil kebudayaan Indonesia yang dipertunjukkan di hadapan dunia. Menurut
Nanditta Fitriwardhani (Ketua Misi Kebudayaan Bengkel Kreasi Seni Teknik (BKST) Fakultas
2Ibid.
Teknik UI)3, kegiatan tersebut bertujuan agar mahasiswa memiliki rasa cinta kepada kebudayaan
bangsanya sendiri dan memperkenalkan budaya Indonesia ke luar negeri. Dengan demikian,
melalui tarian sebagai hasil dari budaya, budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat
dan bakat seseorang untuk melestarikan kebudayaannya.
Misi kebudayaan yang dikirim ke luar negeri merupakan salah satu upaya diplomasi
Indonesia khususnya pada bidang kebudayaan yang diabdikan untuk kepentingan bangsa dalam
memperkenalkan seni budayanya yang dipergunakan sebagai alat untuk melakukan hubungan
diplomasi melalui budaya. Kelompok misi kebudayaan yang terdiri dari kelompok
seniman/seniwati yang secara perorangan atau kelompok akan mempertunjukkan kesenian asli
budaya Indonesia di luar negeri untuk mengikuti lomba atau festival folklore internasional
bersama dengan kontingen lain dari penjuru dunia.
Diplomasi kebudayaan merupakan alat untuk saling bertukar ide-ide, informasi, dan seni
itu sendiri di antara negara atau masyarakatnya untuk mencapai tujuan saling pengertian (mutual
understanding) (Cumming, 2003: 4). Dalam konteks diplomasi kebudayaan, misi kebudayaan
dianggap sebagai usaha untuk melakukan diplomasi yang menggunakan media kebudayaan
dalam arti mikro (Warsito & Kartikasari, 2007: 16). Lebih mikro lagi, misi budaya justru lebih
sering dianggap sebagai “konvensi” adalah kebudayaan yang menitikberatkan pada pemanfaatan
kesenian.
Tulisan ini akan membahas bentuk sastra sebagai unsur pendukung tari yang terdapat
musik pengiring tarian tradisional Indonesia yang dipentaskan oleh tim misi budaya di luar negeri
dalam program Krida Loka 2015 (sebuah program misi kebudayaan) dan bagaimana sastra dan
tarian tradisional digunakan sebagai alat diplomasi kebudayaan. Data lirik lagu yang diambil
berasal dari lirik lagu tarian tradisional Indonesia yang pernah dibawakan dalam program Krida
Loka 2015, sebuah program misi budaya yang dilakukan oleh Liga Tari Mahasiswa Universitas
Indonesia Krida Budaya ke tiga negara Eropa, yaitu Portugal, Spanyol, dan Belgia untuk mengikuti
sejumlah festival foklor internasional. Dalam kegiatan misi budaya tersebut terdapat beberapa
3Andrew Imanuel Ramschie, Gelar Pamit Misi Budaya Angsana Prabala, diakses di http://rtc.ui.ac.id/rtc/?p=2128 pada 27 Oktober 2012 pukul
20.37.
program, yaitu pentas tari dan musik, parade budaya, pameran, dan workshop tari dan musik
tradisional Indonesia.
SASATRA DALAM TARIAN TRADISIONAL INDONESIA YANG TERDAPAT PADA PROGRAM MISI
BUDAYA
Secara garis besar, sastra terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama.
Sastra daerah yang berbentuk puisi pada umumnya masih disajikan dalam bahasa asli daerah
tersebut, baik berupa puisi, pantun, atau syair.
Jika dikaitkan dengan tarian tradisional Indonesia, tarian tradisional terdiri atas gerakan,
musik, lirik lagu, kostum, make up, properti tari, dan komposisi tari (variasi dan formasi). Dalam
tarian tradisional, biasanya terdapat vokal dan musik yang berasal dari alat musik khas daerah
tersebut. Lirik lagu yang terdapat di dalamnya berisi semangat, nasihat, kehidupan, atau amanat
dalam menjalani kehidupan.Selain itu, terdapat juga bunyi-bunyi yang dihasilkan dari hentakan
kaki, tepukan-tepukan pada berbagai bagian tubuh, tepuk tangan, jentikan jari, dan teriakan.
Dalam tulisan ini akan diuraikan bentuk sastra seperti apa saja yang terdapat dalam
pertunjukan tarian tradisional yang pernah dibawakan dalam program Krida Loka 2015, program
misi budaya Liga Tari Universitas Indonesia Krida Budaya Tahun 2015 yang dipentaskan di tiga
negara Eropa Barat, yaitu Portugal, Spanyol, dan Belgia.Dalam program misi budaya tersebut,
terdapat sepuluh tari tradisional yang dipentaskan dan berasal dari tujuh daerah di Indonesia
(Minang, Betawi, Aceh, Melayu, Dayak, Papua, dan Makassar). Dalam sepuluh tarian tersebut,
hanya ada sembilan tarian yang menggunakan syair (Tari Naiak Padi, Tari Indang, Tari Piring dari
Minang; Tari Topeng Sukiwana dari Betawi; Tari Ratoeh dari Aceh; Tari Zapin al Zafn dari Melayu,
Tari Gantar dari Dayak, Tari Sprado dari Papua, dan Tari Pakarena Anida dari Makassar) dan satu
tarian yang tidak menggunakan syair (Tari Burung Hong Betawi). Dari sembilan tarian tradisional
Indonesia yang terdapat lirik lagu akan dilihat bentuk puisi atau sastra yang terdapat di dalamnya.
1. Lirik Lagu Tari Naiak Padi, Minang
A. Pantun
Batang langkisau.. Nanjo Palupuah.. Padam palitoo.. Mangko binaso.. Bukanyo Pisau.. Nan kak mambunuah..
Salahnyo katoo.. Labiah binaso..
B. Puisi
Payokumbuah koto nanompek... lai tuan ooii Sasimpang jalan di kalimbonang Jalo lusuah lai ikan tak dapek tampundam ooii Badan lah dingin de’ baronang Rami balai di payokumbuah... lai tuan ooiii Urang malangkah si ganju lalai Sambuik sombah sarato simpuah... lai tuan ooiii Tandonyo olek ka dimulai
2. Lirik Lagu Tari Indang, Minang
Puisi satu bait dua larik
Pado mananam dek tuan hai lobak lambau lalai
Elok si sawi dek sanak kito tugakan
Pado manahan dek tuan hati nan risau lalai
Elok lah indang dek sanak kito tarikan
Kami manari dek mamak silai tari indang tuan oi
Mainan anak mulonyo urang pariaman
3. Lirik Lagu Tari Piring, Minang
A. Pantun
Elok elok mamanje kamuniang lai kanjuang oi
Jan sampai rantiangnyo patah
Elok elok lai manari piriang lai olalai
Jan sampai piriangnyo pacah
B. Puisi
Ampuuuun… baribu kali ampuun
Ampunkan kami niniak mamak sarato sanak ka sadonyo
Jari sapuluah kami susun maaf jo rela nan di pinta
Sagalo kami ana mudo ndeh tuan oiii
4. Lirik Lagu Tari Topeng Sukiwana, Betawi
Puisi
Aii... aiiloo... sayang disayang... burung djiwana
Aii jipati burung jiwana... sayang disayang..
apa juga dilolo-lolo
5. Lirik Lagu Tari Ratoeh, Aceh
Puisi
Aroek Pulo Pinang dibeudoh geulumbang tujoh
lam oek patah mayang di dalam minyek meulaboh
6. Lirik Lagu Tari Zapin al-Zafn, Melayu
Karmina
Masjid Mekkah menara tujuh
Tempat terahim sembahyang subuh
Imam berempat bersungguh-sungguh
hentikan tegah tegakkan suruh
Jika dinyanyikan
Hai masjid lah mekkah tuan... Masjid lah mekkah menara tujuh
Hai tempat terahim... lailahailallah allahurabbi... Tempat terahim sembahyang subuh...
Hai imam berempat tuan... Imam berempat bersungguh-sunguh
Hentikan tegah... lailahailallah allahurabbi... Hentikan tegah tegakkan suruh
7. Lirik Lagu Tari Gantar, Dayak
Puisi
Leleng leleng hutana lo...
kea kea mokelo
kea kea musalo
sungai sungai limo... kanan
8. Lirik Lagu Tari Sprado, Papua
A. Puisi satu larik
Etokayaro umayi rayire
e mambo e mambo ye
B. Puisi dua larik satu bait
Hey mambo simbo eee mambo simbo
Mambo yaya yaya eee mambo yaya
Diru dirudina boa
sawape dirudina dina-dina o
hamari yebusi homape jirudea
sawape dirudina dina-dina o
C. Puisi tiga larik satu bait
Daire dimmi jambarawe
Taire dimmi jambarawe
Kenem mikii dormomo
9. Lirik Lagu Tari Pakarena Anida, Makassar
Talibun
Tak kunjungan bangunturu gale Nakuginciri nau gulingku
Kualeana talanga natoa Lia dongang dongang labela karaeng Dongang la dongang dongang la Niate'ne nate'ne nala lo apamigau Tutuki malepa' lepa' gale Makbise a nau ra te bontoo Talangke salangke nasa koari Bukbuk dongang dongang labela karaeng Dongang la dongang dongang la Niate'ne nate'ne nala lo apamigau
Berdasarkan data-data di atas, dalam lirik lagu tari tradisional Indonesia terdapat sastra
di dalamnya, berupa karmina, pantun, puisi, dan talibun.
SASTRA DAN DIPLOMASI BUDAYA
Setiap daerah dan suku di Indonesia memiliki budaya yang berbeda-beda. Setiap daerah
dan suku tersebut mempunyai kesenian yang berupa sastra dan tari, baik dalam bentuk tradisi
maupun kreasi. Apabila disatukan, akan menjadi modal kekuatan bagi Indonesia, khususnya di
bidang seni dan budaya.
Sebagai sebuah bangsa yang baik, kita juga harus bergaul dengan bangsa lain yang
kebudayaannya berbeda. Lalu, bagaimanakah cara memperkenalkan kebudayaan kita dengan
orang lain yang berbeda budaya? Salah satunya adalah dengan memperkenalkan identitas
bangsa melalui karya seni dalam kegiatan misi budaya, yaitu tarian tradisional yang di dalamnya
terdapat sastra.
Tujuan melakukan misi kebudayaan ke mancanegara adalah untuk memperkenalkan
budaya Indonesia di mata dunia sehingga diharapkan dapat menarik wisatawan mancanegara ke
Indonesia yang pada akhirnya akan menambah devisa negara. Hal ini merupakan keuntungan
bagi bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku dan mempunyai beraneka ragam
kebudayaan.
Menurut Jero Wacik, kalau bertemu dengan orang asing atau berada di luar negeri,
janganlah berbicara tentang teknologi. Orang asing umumnya akan komentar bahwa bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang baru belajar teknologi. Jika berbicara tentang ekonomi atau
moneter, kemungkinan besar mereka juga akan komentar yang sama karena perekonomian
Indonesia jelek dan mata uangnya terus melemah. Akan tetapi, kalau berbicara mengenai seni
budaya, mereka mudah mengatakan bahwa “Indonesia negara besar” (Murdargo, 2007: 1).
Diplomasi kebudayaan (cultural diplomacy) dilakukan oleh pemerintah maupun
nonpemerintah dan sasaran utamanya adalah masyarakat suatu negara/bangsa. Bagi Indonesia,
diplomasi kebudayaan ini digunakan sebagai salah satu siasat untuk mengubah citra buruk
menjadi baik di mana opini dunia telah menjuluki negara Indonesia sebagai fail state4.5
Misi kebudayaan Indonesia yang tampil di berbagai tempat di dunia membawa tujuan-
tujuan atau efek positif. Berikut ulasannya
A. Kelompok kesenian Bougenville yang berasal dari Kalimantan Baratdiundang ke Madrid, Spanyol.
Pada 21 sampai 28 Oktober 2003, kelompok kesenian Bougenville ini tampil untuk mengikuti
Festival Asia. Pertunjukkan kesenian Melayu mereka yang dipadu dengan kesenian Dayak
mendapat sambutan yang meriah. Menurut mereka, kegiatan ini dapat meningkatkan kerja
sama kebudayaan antara kedua negara.6
B. Tim kesenian Jaipong dan Rampak Gendang ke Irak. Tim kesenian Indonesia tersebut untuk
kesekian kalinya tampil dalam Festival Internasional Babylon. Para duta budaya ini mampu
membuat para penonton yang memenuhi teater Babylon yang dapat membuat 15.000 orang
terpesona dengan goyangan para penari Jaipong dan bunyi gendang rampak yang dinamis.
Mereka juga terkesan dengan tarian lain yang tampil memukau ribuan penonton dalam
memeriahkan festival kebudayaan internasional di India atas undangan Indian Council For
Cultural Relations Ministry External Affairs (ICCR). Dalam pementasan tersebut, duta seni
dari Bali mendapat perhatian dari masyarakat di sana.7
4Peringkat Indonesia di Indeks Negara Gagal naik dari peringkat 64 ke 63 dari 178 negara. Berdasarkan Failed State Index (FSI) 2012 yang
dipublikasikan di Washington DC, Amerika Serikat, dalam kategori tersebut, Indonesia masuk kategori negara-negara yang dalam bahaya
(in danger) menuju negara gagal.
5Agung Supri Duh, Indonesia Peringkat 63 Negara Gagal(Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/20/ diakses pada 23 Oktober 2012 pukul 22.03).
6Misi Kebudayaan Internasional (sumber: http://www.scribd.com/doc/20836555/12/ diakses pada 20 Desember
2012 pukul 20:34)
7Ibid.
C. Group Kesenian Indonesia, yaitu Sanggar Indra Kusuma, pada acara Resepsi Diplomatik
dalam rangka memperingati HUT RI ke-67 yang diadakan di Wisma Duta di kota Rabat,
Maroko. Tim ini membawa misi dalam rangka mempererat hubungan bilateral melalui kerja
sama kebudayaan Indonesia-Maroko.8
D. Kelompok musik religi Ki Ageng Ganjur dari Yogyakarta, pimpinan Dr. Al–Zastrouw Ngatawi
mendapat kesempatan untuk melakukan show di Timur Tengah, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Dr. Al-Zastrouw Ngatawi mengungkapkan kalau misi kebudayaan ini bertujuan untuk
memperkenalkan seni budaya Indonesia terutama seni religi di kalangan masyarakat
internasional dan menghibur pekerja Indonesia yang berada di Timur Tengah sebagai satu
rangkaian dakwah lewat musik, walau kadang ada orang Islam yang beraliran keras
menganggap musik itu haram. Islam adalah agama yang bisa disebarkan secara lembut,"
terangnya.9
E. Kelompok Liga Tari Krida Budaya dari Universitas Indonesia kembali mengharumkan nama
Indonesia di luar negeri dengan meraih medali perak pada "The 41st International Festival of
Highland Folklore” yang berlangsung di Zakopane, selatan Polandia, 21 hingga 28 Agustus
2009.10
Pada perkembangannya, Indonesia berusaha untuk mengubah citranya agar menjadi
lebih baik di mata internasional, khususnya ketika Indonesia bisa membuktikan melalui adanya
demokratisasi politik, kebebasan pers, dan militer yang sudah tidak mendominasi. Fenomena ini
kemudian oleh KBRI dijadikan titik balik untuk meningkatkan diplomasi dengan negara tersebut
pada tatanan hubungan internasional yang lebih baik. Melalui misi kebudayaan: menjaga dan
mengembalikan citra baik Indonesia yang citranya menjadi buruk karena adanya masalah
kerusuhan dan teorisme.
8Ruslan Burhani,Misi Budaya Indonesia Tampil di Maroko (Sumber: http://www.antaranews.com/berita/334802/ diakses
pada 23 Oktober 2012 pukul 22.00).
9Ki Ageng Ganjur, Bawa Misi Kebudayaan ke Timur Tengah (Sumber: http://musik.kapanlagi.com/berita/ diakses
pada 23 Oktober 2012 pukul 22.11).
10A. Supardi Adiwidjaya, UI Raih Medali Perak pada Highland Folklore Festival di Polandia (Sumber
http://www.rakyatmerdeka.co.id/internasional/2009/08/31/6840/ diakses pada 27 Oktober 2012 pukul 21.43).
Efek globalisasi pada identitas budaya (cultural identity) meminoritaskan pendekatan
ekonomi dan politik yang diyakini akan mengundang kontroversi bahkan mereduksi kualitas
intensitas interaksi. Melalui seni pertunjukan lewat seni tari, musik, dan teater dapat
menunjukkan ciri atau identitas sosial suatu etnik atau suku bangsa tertentu. Secara internal dan
eksternal tidak saja mengandung hiburan, tetapi juga dapat bercerita, mendidik, bahkan
mengajarkan nilai-nilai kebudayaan tertentu.
Rangkaian tampilan seni budaya tradisional Indonesia yang dilakukan di luar negeri (misi
kebudayaan) dapat silih berganti dan menggelorakan emosi penonton. Hal tersebut merupakan
sarana suprastruktur dalam bentuk eksebisi dengan tujuan pengakuan (recognation). Seketika itu
juga mencabut akar stereotype dan prejudice yang selama ini melekat di bangsa Indonesia.
Strategi komunikasi antarbudaya ini terbukti sanggup membangun diplomasi kebudayaan dan
mengubah pandangan miring masyarakat dunia tentang kelemahan Indonesia.
Secara praktis, adanya tarian tradisional dan sastra di dalamnya pada misi kebudayaan
akan berfungsi untuk menyosialisasikan investasi pada bidang diplomasi budaya dan membantu
pemerintah dalam merancang peraturan dan ketentuan yang melingkupi kehidupan masyarakat
dari keberagaman budaya. Selain itu, misi kebudayaan dapat membangun dan menjaga
semangat freedom of imagination, expression dan opportunity kepada semua elemen
masyarakat pada keberagaman seni budaya sebagai aset terbesar bangsa ini. Di sisi lain, dengan
adanya misi kebudayaan dapat mengubah kesadaran dan perilaku masyarakat tentang
intellectual property dan perlindungan warisan budaya.
Kementerian Luar Negeri Indonesia sangat mendorong pengiriman kelompok misi
kebudayaan sebagai track strategy Deplu yang disebut dengan Total Diplomacy. Konsep tersebut
berasumsi bahwa tidak mungkin aktivitas diplomasi hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat
Kemenlu saja, tetapi seluruh komponen masyarakat memiliki tanggung jawab untuk melakukan
diplomasi. Elemen-elemen masyarakat itu bisa melalui olahraga, bisnis, dan porsi yang paling
‘major’ itu adalah diplomasi budaya (Murdargo, 2007: 79—80).
Indonesia memiliki keberagaman seni budaya. Bentuk komunikasi antarbudaya yang
dirasa sangat tepat dan dapat menghindari adanya pro dan kontra, yaitu pertunjukan budaya.
Budaya bisa dijadikan untuk mengencerkan situasi yang nantinya dapat membuat basic kerja
sama politik menjadi lebih mudah (Murdargo, 2007: 81).
Misi kebudayaan dilakukan oleh kelompok yang memiliki kapasitas sebagai seniman
tradisional dan pop Indonesia untuk melakukan aktivitasnya dengan memainkan alat musik,
bernyanyi, menari, dan akting tentang seni budaya tradisional Indonesia di hadapan audience
yang berbeda budaya dengannya di luar negeri. Gerak tari, sastra, musik, make up, properti, dan
kostum dapat menunjukkan ciri atau identitas sosial suatu etnik atau suku bangsa tertentu di
Indonesia. Secara internal dan ekternal tidak saja sekadar menghibur tetapi menampilan nilai-
nilai kebudayaan tertentu. Setiap tarian memiliki pesona masing-masing, tak hanya pesona
kostum, tetapi juga tata gerak dan lirik lagunyanya, misalnya, dalam Tari Saman dari Aceh.
Tarian yang terdapat sastra di dalamnya adalah salah satu elemen seni budaya bangsa
yang dapat ditampilkan dan dibanggakan. Hal ini terbukti dengan efek komunikasi yang
ditimbulkan dari pertunjukan kelompok misi kebudayaan Indonesia yang tampil di mancanegara.
Mereka selalu mendapatkan peringkat tertinggi dan dihargai di negeri orang. Buktinya pada
tampilan kesenian tradisional Indonesia di luar negeri, penonton dari latar budaya yang berbeda
dapat menyerap esensi seni yang dipertunjukkan yang dapat memukau dan mengesankan orang
asing tersebut.
Diplomasi kebudayaan dikenal sebagai sebuah aktivitas pemanfaatan kebudayaan dalam
politik luar negeri Indonesia. Diplomasi kebudayaan merupakan alat untuk saling bertukar ide-
ide, informasi, dan seni itu sendiri di antara negara atau masyarakatnya. Pada kegiatan misi
kebudayaan, rangkaian tampilan seni budaya tradisional merupakan salah satu alat komunikasi
antarbudaya yang dapat memberikan efek positif yang dapat mencabut stereotype dan prejudice
negatif yang melekat di bangsa Indonesia. Strategi kebudayaan ini terbukti sanggup membangun
diplomasi kebudayaan pemerintah Indonesia dengan negara yang dikunjungi untuk mengadakan
misi budaya.
Diharapkan generasi bangsa ini mampu menanamkan akar seni budaya indonesia yang
adiluhung ke generasi berikutnya agar menjadi bagian dari jiwa dan martabatnya sebagai bangsa
Indonesia. Hal tersebut akan berakibat pada tidak tercabutnya akar budaya bangsa dari generasi
penerus bangsa sehingga tidak melulu mengikuti gelombang yang dihempaskan oleh terpaan
budaya bangsa asing. Melalui langkah-langkah kreatif, anak-anak muda yang melakukan misi
kebudayaan dapat mengukuhkan jati diri sebagai penurus bangsa yang madani dan berbudaya
yang tidak tercerabut dari akar budaya. Karena budaya adalah penentu identitas anak muda
Indonesia di tengah arus globalisasi dan semua anak muda Indonesia harus menjadi duta-duta
budaya, di mana pun berada.
PENUTUP
Misi kebudayaan adalah kelompok seni dan budaya yang melakukan pertunjukkan seni
tradisi Indonesia di mancanegara. Misi budaya merupakan wujud nyata bagaimana mereka
sebagai bagian dari anak bangsa “bicara” kepada dunia tentang peradaban budaya Indonesia.
Mereka akan menyampaikan apa yang mereka pahami tentang kekayaan budaya bangsa.
Masyarakat Indonesia tinggal di beberapa tempat dan daerah, seperti pegunungan,
pesisir pantai, atau bahkan perkotaan. Tempat dan daerah tersebut menghasilkan potensi
kekayaan dan keindahan budaya yang beragam. Hasil kebudayaan tersebut sangat beragam,
seperti bangunan, senjata tradisional, pakaian, makanan, kesenian, termasuk sastra dan tari.
Tarian yang berisi sastra di dalamnya bukan merupakan pertunjukan semata, melainkan salah
satu bentuk komunikasi budaya untuk memahami budaya itu sendiri. Selain itu, tarian tradisional
Indonesia dan lirik di dalamnya, dalam hal ini adalah sastra, adalah salah satu cara untuk
memahami keberagaman Indonesia.
Tim misi kebudayaan Indonesia memperkenalkan tarian dan sastra sebagai hasil
kebudayaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai keindonesiaan yang tecermin dalam gerakan,
lirik, musik, make up, properti, dan kostum tradisional Indonesia ke kancah internasional. Tarian
tradisional dan sastra dalam misi kebudayaan merupakan salah satu alat diplomasi kebudayaan,
itulah misinya untuk mengubah stereotip dan prasangka buruk orang asing tentang Indonesia.
Selain itu, misi kebudayaan merupakan ajang mengekspresikan keterampilan dan hasil karya seni
kepada masyarakat internasional dan dapat meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap
kesenian bangsa. Dengan demikian, keberadaan program misi budaya sangat dibutuhkan oleh
perwakilan Indonesia di negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia
untuk membuka jaringan kerja seni budaya yang bersifat global, ajang pertukaran kreativitas seni
antardunia, dan memberikan sudut pandang yang baik tentang Indonesia melalui karya seni tari,
sastra, dan musik. Keberadaan misi kebudayaan ini dirasa semakin sentral ketika faktor-faktor
lain seperti ekonomi, sosial, dan politik sudah tidak bisa lagi dijadikan alat sebagai diplomasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Gudykunst, William B. dan Young Yun Kim. 2003. Communicating With Strangers.4th ed. McGraw-
Hill, New York.
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, Deddy dan Rahmat Jalaludin. 2002. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Peursen, Cornelis Anthonie van. 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Warsito, Tulus & Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi bagi
Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia. Ombak: Yogyakarta.
Jurnal:
Natalia, Imanuel Virgini Olaga. 2007. Model Komunikasi Antarbudaya Ekspatriat Guangdong
Machinery Exp.Imp.Ltd China (Gmc) Dengan Orang Indonesia Dalam Rangka Menjalin
Kerjasama Dengan Orang Indonesia Di Surabaya. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-
385X Vol. I No.1 Januari 2007.
Tesis:
Murdargo, Petty Tanjung Sari. 2007. Tesis: Misi Kebudayaan sebagai Strategi Komunikasi
Antarbudaya (Studi Kasus Misi Kebudayaan Kelompok Sanggrina Bunda dalam
Membangun Diplomasi Kebudayaan Pemerintah Indonesia dengan Kanada). Jakarta:
Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP UI.
Internet:
A. Supardi Adiwidjaya, UI Raih Medali Perak pada Highland Folklore Festival di Polandia (Sumber
http://www.rakyatmerdeka.co.id/internasional/2009/08/31/6840/ diakses pada 27
Oktober 2012 pukul 21.43).
Andrew Imanuel Ramschie, Gelar Pamit Misi Budaya Angsana Prabala, diakses di
http://rtc.ui.ac.id/rtc/?p=2128 pada 27 Oktober 2012 pukul 20.37.
Cumming, Milton C. Jr. 2003. Cultural Diplomacy and the United States Goverment: A Survey,
Center for Art and Culture. Washington DC. http://www.culturalpolicy.org.
Ki Ageng Ganjur, Bawa Misi Kebudayaan ke Timur Tengah (sumber:
http://musik.kapanlagi.com/berita/ diakses pada 23 Oktober 2012 pukul 22.11).
Ruslan Burhani,Misi Budaya Indonesia Tampil di Maroko (sumber:
http://www.antaranews.com/berita/334802/ diakses pada 23 Oktober 2012 pukul
22.00).
Zainal, Tari Tradisional (sumber: http://zainalabdullah32.student.umm.ac.id/materi-2/ diakses
pada 28 Oktober 2012 pukul 20.47).
Misi Kebudayaan Internasional (sumber: http://www.scribd.com/doc/20836555/12/ diakses
pada 20 Desember 2012