TUGAS AKHIR – MS 141501
MODEL PENGUASAAN ARMADA KAPAL HEAVY LIFT CARGO:
STUDI KASUS MUATAN JAWA TIMUR
NISA UR ROFIAH
NRP. 4413 100 004
DOSEN PEMBIMBING
FIRMANTO HADI, S.T., M.Sc.
IRWAN TRI YUNIANTO, S.T., MT.
DEPARTEMEN TEKNIK TRANSPORTASI LAUT
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
i
TUGAS AKHIR – MS 141501
MODEL PENGUASAAN ARMADA KAPAL
HEAVY LIFT CARGO:
STUDI KASUS MUATAN JAWA TIMUR
NISA UR ROFIAH
NRP 4413 100 004
DOSEN PEMBIMBING FIRMANTO HADI, S.T., M.Sc. IRWAN TRI YUNIANTO, S.T., MT.
DEPARTEMEN TEKNIK TRANSPORTASI LAUT
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
ii
FINAL PROJECT – MS 141501
HEAVY LIFT FLEET ABILITY MODEL :
A CASE STUDY HEAVY LIFT CARGO OF EAST JAVA
NISA UR ROFIAH
NRP 4413 100 004
SUPERVISORS
FIRMANTO HADI, S.T., M.Sc. IRWAN TRI YUNIANTO, S.T., MT.
DEPARTMENT OF MARINE TRANSPORT ENGINEERING
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY
INSTITUTE OF TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN
MODEL PENGUASAAN ARMADA KAPAL
HEAVY LIFT CARGO:
STUDI KASUS MUATAN JAWA TIMUR
TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada
Bidang Keahlian Pelayaran
Program S1 Departemen Teknik Transportasi Laut
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh:
NISA UR ROFIAH
N.R.P. 4413 100 004
Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir
SURABAYA, JULI 2017
iv
LEMBAR REVISI
MODEL PENGUASAAN ARMADA KAPAL
HEAVY LIFT CARGO:
STUDI KASUS MUATAN JAWA TIMUR
TUGAS AKHIR
Telah Direvisi Sesuai Hasil Sidang Ujian Tugas Akhir
Tanggal 27 Juli 2017
Bidang Keahlian Pelayaran
Program S1 Departemen Teknik Transportasi Laut
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh:
NISA UR ROFIAH
NRP. 4413 100 004
Disetujui oleh Tim Penguji Ujian Tugas Akhir
1. Achmad Mustakim, S.T., M.T., MBA
2. Siti Dwi Lazuardi, S.T., MSc
3. Pratiwi Wuryaningrum, S.T., M.T.
Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir:
1. Firmanto Hadi, S.T, M.Sc
2. Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T.
SURABAYA, JULI 2017
……………………………………………
………………………
……………………………………………
………………………
…………………………………………
…………………………. …………………………………………
…………………………
……………………………………………
………………………
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas segala karunia yang diberikan pada pengerjaan Tugas Akhir dengan Judul
“Model Penguasaan Armada Heavy Lift Cargo : Studi Kasus Muatan Jawa Timur”.
Terselesaikannya Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari peran berbagai pihak yang
telah mendukung, baik secara langsung maupun tidak langsung, terima kasih kepada:
1. Bapak Firmanto Hadi, S.T., M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing 1 (satu) dan Dosen
Wali yang dengan sepenuh hati memberikan bimbingan, ilmu dan arahan terkait
proses penyusunan Tugas Akhir.
2. Bapak Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T., sebagai Dosen Pembimbing 2 (dua) yang
dengan tulus memberikan arahan, ilmu dan bimbingannya selama proses Tugas
Akhir.
3. Bapak Agus Pras dari PT PAL Indonesia, Bapak Allief dari PT Tanjungsari Prima
Sentosa, dan Bapak Gaguk dari PT Puspetindo Gresik.
4. Teman-teman seperjuangan Aliyah, Amallia Pertiwi, Anandya Elsa Arira, Arina
Pramudita Abadi, Besti Pratiwi, Desy Ratnaningsih, Dzikrina Zahrah Ramadhaani,
Karina Nur Arumsari, Norma Syahnasa Diah Islami, dan Stella Andik Marini yang
secara langsung membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Teman-teman ECSTASEA seluruhnya, kakak-kakak dan adik-adik SEATRANS
ITS atas dukungan dan bantuannya.
6. Kedua Orang Tua dan keluarga yang telah memberi semangat, motivasi, doa,
dukungan dan nasehat yang luar biasa dalam menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi ini.
7. Sahabat-sahabat tercinta Amelia Fadhila, Anunggal Lulus W, Ayu Novita, Fahmi
Akbar V, Fetty Diana N.H, Helma Daniar, Karina Pramudita A, Laila Zakiyya
Feriani, Lathifatun Naharin, Maysaturrofiah, Putri Hapsari, Rini Eka S, Risa Bilqis
F, Robby Wedha P dan Syamsul Rizal F yang selalu menghibur dan memberi
semangat tiada henti.
8. Semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu yang telah banyak membantu.
vi
Untuk melengkapi kekurangan pada Tugas Akhir ini, diharapkan adanya saran dan
kritik yang membangun. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Surabaya, Juli 2017
Penulis
vii
ABSTRAK
Saat ini pasar konstruksi dan sektor bahan bangunan Indonesia sedang berkembang secara
signifikan. Perkembangan tersebut tidak hanya konstruksi darat saja melainkan juga
konstruksi pada sektor industri lepas pantai (offshore). Peningkatan tersebut
mengakibatkan peningkatan pula pada kebutuhan alat berat (heavy lift) lepas pantai.
Tempat produksi alat berat (heavy lift) lepas pantai hampir keseluruhan berada di Provinsi
Jawa Timur. Pendistribusian alat berat ini ke seluruh pulau di Indosesia melalui jalur laut
menggunakan kapal. Jalur ini dipilih karena dapat menjangkau hampir seluruh pulau di
Indonesia dan berat barang atau muatan yang dikirim tidak terbatas ukuran dan beratnya.
Akan tetapi, selama ini belum ada model penguasaan armada yang sesuai untuk pengir iman
alat berat tersebut mengingat alat berat ini bersifat tidak rutin (insidentil). Permintaa n
pengiriman alat berat dilakukan ketika ada proyek yang membutuhkan alat berat. Oleh
karena itu, Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisis kondisi pengiriman saat ini di
Jawa Timur, menghitung biaya pengadaan kapal untuk pengiriman muatan heavy lift, dan
merencanakan model penguasaan armada kapal muatan heavy lift dengan minimum unit
cost. Alternatif pengadaan kapal yang direncanakan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu membeli
kapal atau menyewa kapal. Jenis kapal yang digunakan yaitu kapal general cargo,
tongkang, dan landing craft tank (LCT). Hasil dari Tugas Akhir ini menghasilkan biaya
yang paling minimum sebesar Rp354 per ton per nautical mile dengan menyewa kapal
tugbarge berukuran DWT 1800.
Kata Kunci: heavy lift, minimum unit cost, penguasaan armada
viii
ABSTRACT
Recently the construction and building materials’ market are growing significantly in
Indonesia. The growth itself not only in land-construction but also growth in off-shore
heavy lift industry. Mostly the production site of heavy lift cargo took place in East Java
province. Sea routes chosen as an option because of its’ ability to connect to all islands in
Indonesia and not dependent on the size and weight of the cargo. The shipment of heavy
lift cargoes are incidental compared with others, the demand of this cargo occured when
there’s project that mostly need heavy lift eqipment so this requires on planning the heavy-
lift vessels ability. This Final Project aims are to analyze the existing shipment condition
in East Java and to plan the model of heavy lift vessels ability with minimum cost.
Alternative options on mengadakan kapal are purchasing or chartering. Type of vessels
which is use in this Final Project are general cargo, barge, and landing craft tank (LCT).
The result of this Final Project is to charter 1800 DWT tugbarge vessel with Rp 354 per
ton per nautical mile minimum unit cost.
Keywords: Heavy Lift cargoes, minimum unit cost, fleet ability
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PEN GES AHAN ............................................................................................ iii
LEMBAR REVISI ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................................v
ABSTRAK ......................................................................................................................... vii
ABS TRAC T.................................................................................................................... viii
DAF TAR IS I .................................................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 17
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 17
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 19
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 19
1.4 Batasan Tugas Akhir ....................................................................................... 19
1.5 Manfaat ........................................................................................................... 19
1.6 Hipotesis Awal ................................................................................................ 20
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 21
2.1 Muatan Heavy Lift Cargo ............................................................................... 21
2.2 Armada Angkutan Laut................................................................................... 23
2.2.1 Tongkang (Barge) ............................................................................................ 23
2.2.2 Kapal General Cargo....................................................................................... 25
2.2.3 Landing Craft Tank (LCT) ............................................................................... 26
2.3 Biaya Transportasi Laut .................................................................................. 27
2.3.1 Biaya Modal (Capital Cost) ............................................................................. 28
2.3.2 Biaya Operasional (Operating Cost) ............................................................... 28
2.3.3 Biaya Pelayaran (Voyage Cost)........................................................................ 30
2.3.4 Penyewaan Kapal ............................................................................................. 31
2.4 Biaya Investasi ................................................................................................ 32
2.5 Kelayakan Investasi ........................................................................................ 32
x
2.6 Kriteria Kelayakan Investasi ........................................................................... 33
2.6.1 Net Present Value (NPV) ................................................................................. 33
2.6.2 Interest Rate of Return (IRR)........................................................................... 33
2.6.3 Profitability Index (PI)..................................................................................... 34
2.6.4 Present Value dan Future Value ...................................................................... 34
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 37
3.1 Tahapan Pengerjaan ........................................................................................ 37
3.1.1 Pengumpulan Data ........................................................................................... 37
3.1.2 Analisis Biaya Transportasi Laut ..................................................................... 37
3.1.3 Analisis Sensitivitas ......................................................................................... 37
3.1.4 Kesimpulan ...................................................................................................... 37
3.2 Diagram Alir Tugas Akhir .............................................................................. 38
3.3 Pengumpulan Data .......................................................................................... 39
BAB 4 GAMBARAN UMUM ......................................................................................... 41
4.1 Potensi Permintaan Heavy Lift ........................................................................ 41
4.2 Pengguna Jasa Angkut Heavy Lift di Jawa Timur .......................................... 42
4.2.1 Industri Manufaktur ......................................................................................... 42
4.2.2 Industri Penyedia Jasa Sewa Alat Berat........................................................... 42
4.2.3 Industri Konstruksi........................................................................................... 43
4.3 Total Permintaan Pengangkutan Muatan Alat Berat ...................................... 44
4.4 Dimensi Muatan .............................................................................................. 44
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 49
5.1 Analisis Data ................................................................................................... 49
5.2 Operasional dan Biaya Transportasi Laut ....................................................... 50
5.2.1 Jarak Tempuh Pelayaran .................................................................................. 50
5.2.2 Jenis dan Ukuran Armada ................................................................................ 51
5.2.3 Total Waktu Operasional Kapal....................................................................... 53
xi
5.2.4 Perhitungan Ruang Muat ................................................................................. 54
5.2.5 Biaya Modal (Capital Cost) ............................................................................. 57
5.2.6 Biaya Operasional Kapal ................................................................................. 63
5.3 Analisis Perbandingan Total Biaya................................................................. 67
5.4 Analisis Sensitivitas Permintaan ..................................................................... 68
BAB 6 KESIMPULAN..................................................................................................... 70
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 70
6.2 Saran................................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 71
LAMPIRAN...................................................................................................................... 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Muatan Oversize Cargo, Oil/Gas Storage Tank dan Jacket Offshore .......... 22
Gambar 2.2 Tongkang (barge).......................................................................................... 23
Gambar 2.3 Kapal Tunda .................................................................................................. 24
Gambar 2.4 General Cargo .............................................................................................. 25
Gambar 2.5 Landing Craft Tank ....................................................................................... 26
Gambar 2.6 Ramp Door pada LCT Ketika Terbuka ......................................................... 27
Gambar 2.7 Truk Multi axle.............................................................................................. 27
Gambar 2.8 Tanggungan Biaya pada Proses Charter...................................................... 32
Gambar 4.1 Rough Terrain Crane - Kato SR 700L .......................................................... 45
Gambar 4.2 Rough Terrain Crane - Tadano GR 550XL .................................................. 45
Gambar 4.3 Oil/gas Storage Tank .................................................................................... 46
Gambar 4.4 Mounted Truck Crane - Palfinger PK 18000T ............................................ 46
Gambar 4.5 Mounted Truck Crane – HIAB 220C ............................................................ 46
Gambar 4.6 Forklift........................................................................................................... 47
Gambar 4.7 Topside Offshore ........................................................................................... 47
Gambar 5.1 Korelasi Harga Tugboat dengan Daya Mesin ............................................... 58
Gambar 5.2 Korelasi antara Harga Barge dengan Ukurannya.......................................... 59
Gambar 5.3 Korelasi Harga DWT terhadap Harga Kapal GC.......................................... 60
Gambar 5.4 Korelasi DWT dengan Harga kapal LCT...................................................... 61
Gambar 5.5 Time Charter Hire Seluruh Alternatif Kapal ................................................ 62
Gambar 5.6 Total Biaya Operasional Setiap Alternatif Kapal ......................................... 64
Gambar 5.7 Total Biaya Bahan Bakar .............................................................................. 65
Gambar 5.8 Perbandingan Total Biaya Pelabuhan Semua Alternatif Kapal .................... 66
Gambar 5.9 Perbandingan Total Biaya per Tahun............................................................ 67
Gambar 5.10 Sensitivitas Unit Cost Terhadap Jumlah Muatan dalam Ton...................... 68
Gambar 5.11 Sensitivitas Unit Cost Terhadap Jumlah Volume Muatan .......................... 69
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1 Nilai Konstruksi di Indonesia Tahun 2011-2015 dalam Juta Rupiah............... 41
Tabel 4-2 Produksi Alat Berat untuk Perairan Madura Tahun 2016 ................................ 42
Tabel 4-3 Pengiriman Muatan dari Penyedia Jasa Sewa Alat Berat Tahun 2016 ............ 43
Tabel 4-4 Produksi Alat Berat Peusahaan Industri Konstruksi ........................................ 43
Tabel 4-5 Volume Muatan dari Jawa Timur ..................................................................... 44
Tabel 4-6 Berat dan Dimensi Muatan ............................................................................... 45
Tabel 5-1 Volume Muatan dari Jawa Timur ..................................................................... 49
Tabel 5-2 Dimensi Muatan yang akan dikirim ................................................................. 50
Tabel 5-3 Jarak Pelayaran ................................................................................................. 51
Tabel 5-4 Data Barge yang Digunakan............................................................................. 51
Tabel 5-5 Data Kapal General Cargo yang Digunakan ................................................... 52
Tabel 5-6 Data Landing Craft Tank yang Digunakan...................................................... 52
Tabel 5-7 Asumsi Waktu Tunggu Pelabuhan ................................................................... 53
Tabel 5-8 Sea Time Dan Port Time Kapal........................................................................ 54
Tabel 5-9 Total Waktu Operasional Kapal ....................................................................... 54
Tabel 5-10 Total Kebutuhan Ruang Muat Setiap Tujuan ................................................. 55
Tabel 5-11 Ruang Muat Kapal Barge ............................................................................... 55
Tabel 5-12 Ruang Muat General Cargo ............................................................................ 56
Tabel 5-13 Pengecekan Kekuatan Geladak ...................................................................... 56
Tabel 5-14 Ruang Muat Kapal LCT ................................................................................. 56
Tabel 5-15 Harga Tugboat Sesuai Daya ........................................................................... 57
Tabel 5-16 Harga Barge Sesuai Ukuran ........................................................................... 58
Tabel 5-17 Harga Kapal Tugboat...................................................................................... 58
Tabel 5-18 Harga Barge .................................................................................................... 59
Tabel 5-19 Harga Tug Barge ............................................................................................ 59
Tabel 5-20 Harga Kapal General Cargo ........................................................................... 60
Tabel 5-21 Harga Landing Craft Tank.............................................................................. 61
Tabel 5-22 Time Charter Hire Seluruh Alternatif Kapal................................................. 62
Tabel 5-23 Asumsi Biaya Operasional ............................................................................. 63
Tabel 5-24 Harga Bahan Bakar Solar ............................................................................... 64
Tabel 5-25 Biaya Pelabuhan ............................................................................................. 66
xiv
xv
Dipersembahkan untuk Bapak, Ibu dan Kakak atas Doa,
Dukungan dan Kasih Sayang yang Tak Pernah Putus
xvi
17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar konstruksi dan sektor bahan bangunan Indonesia telah berkembang secara
signifikan, didorong oleh pesatnya pertumbuhan pasar properti/real estate dalam negeri,
peningkatan investasi swasta dan belanja pemerintah; Konstribusi sektor konstruksi terhadap
produk domestik bruto (PDB) tanah air telah tumbuh dari sekitar 7,07% di tahun 2009 menjadi
13% pada 2014 dan telah mendorong pertumbuhan industri bahan bangunan dan konstruksi
Indonesia. Pasar konstruksi diproyeksikan tumbuh sebesar 14,26% mencapai Rp 446 triliun
pada tahun 2015 dan akan menjadi salah satu sektor yang paling menjanjikan berkat percepatan
rencana pembangunan infrastruktur pemerintah. Sektor konstruksi memiliki peranan penting
dalam perekonomian negara karena mempengaruhi sebagian besar sektor perekonomian
negara dan merupakan kontributor penting bagi proses pembangunan infrastruktur yang
menyediakan fondasi fisik dimana upaya pembangunan dan peningkatan standar kehidupan
dapat terwujud. Tahun ini, pemerintah Indonesia menargetkan angka pertumbuhan ekonomi
sebesar 5.8% dengan sektor infrastruktur sebagai faktor pendorong utama. (The Big Construct
Indonesia, 2015)
Tidak hanya pembangunan konstruksi di darat saja yang mengalami peningkatan tetapi
juga pada sektor industri lepas pantai (offshore). Kegiatan utama industri bangunan lepas pantai
adalah fabrikasi dalam mendukung sektor migas di Indonesia dan pengembangan industr i
bangunan lepas pantai juga adalah dalam rangka meningkatkan kemampuan industri marit im
nasional. Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP)
Kemenperin, Hasbi Assidiq Syamsudin dalam obrolan dengan Industri Maritim mengatakan
bahwa kenaikan harga minyak dunia juga telah mendorong pertumbuhan industri bangunan
lepas pantai. Menurut Hasbi, kini jumlah industri bangunan lepas pantai mencapai 30 unit
industri. Sementara itu, Indonesia sebagai negara kepulauan yang diisi kurang lebih 17.500
pulau dengan panjang garis pantai 80.000 km memiliki potensi cadangan minyak bumi yang
sangat besar untuk dieksplorasi, yakni 7.408.24 MMSTB. (Kementrian Perindustrian, 2016)
Seiring dengan meningkatnya pasar konstruksi dan industri lepas pantai, kebutuhan alat
berat juga mengalami peningkatan. Alat berat (heavy lift) merupakan mesin berukuran besar
yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking)
dan memindahkan muatan berat seperti bahan bangunan dan alat-alat berat lainnya. Beberapa
18
alat yang termasuk dalam kategori alat berat diantaranya tower crane, mandlift, rought terrain
crane, oil/gas storage tank, gas turbines, dan jacket offshore.
Kebutuhan akan alat berat tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Indonesia
sendiri merupakan negara dengan ribuan pulau yang dihubungkan oleh lautan. Tidak semua
daerah atau provinsi dapat memenuhi kebutuhan alat berat mereka sendiri. Provinsi Jawa Timur
masih menjadi salah satu provinsi yang berhasil memproduksi alat-alat berat dan memenuhi
kebutuhan alat berat hampir di seluruh Indonesia. Karena ukuran dan berat yang dimiliki oleh
alat berat ini bermacam-macam dan di atas rata-rata barang-barang umum, pendistribusian atau
pengiriman alat berat ini tidak dapat dilakukan melalui jalur darat. Jalur laut menjadi pilihan
paling tepat karena dapat menjangkau hampir seluruh pulau di Indonesia dan berat barang atau
muatan yang dikirim tidak terbatas ukuran dan beratnya.
Untuk melakukan pengiriman muatan, moda transportasi yang paling penting adalah
kapal. Penyedia jasa transportasi laut seperti perusahaan pelayaran atau pemilik produk alat
berat itu sendiri harus melakukan investasi atau mengeluarkan modal untuk pengadaan armada
kapal tersebut. Kapal merupakan alat transportasi yang membutuhkan modal besar, sehingga
pengadaan armada kapal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti membeli armada
kapal atau menyewanya. Armada kapal tidak dapat disamakan dengan armada transportasi
darat, selain membutuhkan modal yang besar dalam pengadaanya, ada beberapa biaya yang
tetap ditanggung walaupun kapal tidak beroperasi seperti biaya bahan bakar untuk listrik, gaji
untuk ABK kapal, perawatan mesin dan perlengkapan kapal dan biaya-biaya lain yang tidak
dimiliki oleh armada transportasi darat. Jadi walaupun kapal tidak beroperasi, biaya yang harus
dikeluarkan tetap ada. Oleh karena itu, kapal yang tidak beroperasi berpeluang besar merugikan
pemilik kapal. Kebutuhan akan alat berat tidak rutin seperti kebutuhan pokok manusia. Alat
berat ini termasuk dalam kebutuhan yang bersifat insidentil atau hanya jika ada proyek
pembangunan besar dan pembangunan industri lepas pantai.
Saat ini belum diketahui bagaimana model penguasaan armada tersebut apakah penyedia
jasa transportasi laut dalam hal ini perusahaan pelayaran, melakukan investasi atau
mengeluarkan modal sebagai pengadaan armada berupa membeli kapal atau menyewa kapal.
Sebagai perusahaan pelayaran yang menyediakan jasa pengiriman muatan alat berat atau heavy
lift ini harus dapat mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan investasi dengan
mempertimbangkan potensi kebutuhan alat berat beberapa tahun ke depan. Melihat kondisi
tersebut, Tugas Akhir tentang model penguasaan armada kapal untuk pengiriman muatan heavy
lift ini dilakukan.
19
Selain itu, Tugas Akhir ini juga melihat adanya potensi pengiriman yang berjumlah
cukup besar yang membuat perusahaan pelayaran harus memperhitungkan bagaimana investas i
yang akan dilakukan, apakah armada kapalnya sewa atau beli. Dengan Tugas Akhir ini
diharapkan dapat menjadi sebuah solusi alternatif untuk pengiriman muatan heavy lift, dalam
kondisi yang bagaimana perusahaan pelayaran harus membeli atau menyewa kapal.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi pengiriman muatan heavy lift saat ini?
2. Bagaimana biaya pengadaan kapal untuk pengiriman muatan heavy lift?
3. Bagaimana model penguasaan armada kapal muatan heavy lift?
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi pengiriman muatan heavy lift di Jawa Timur saat ini.
2. Mengetahui biaya pengadaan kapal untuk pengiriman muatan heavy lift.
3. Mengetahui model penguasaan armada kapal muatan heavy lift.
1.4 Batasan Tugas Akhir
Dalam melakukan Tugas Akhir ini, untuk memfokuskan bagian yang diteliti maka
dilakukan pembatasan Tugas Akhir sebagai berikut :
1. Tugas Akhir ini mengambil studi kasus pengiriman alat berat dari perusahaan alat berat
di Jawa Timur selama 1 tahun yaitu tahun 2016.
2. Tipe kapal yang digunakan adalah tongkang / barge, general cargo dan landing craft
tank.
3. Biaya yang menjadi objek Tugas Akhir adalah biaya transportasi laut dari pelabuhan
asal ke tujuan.
1.5 Manfaat
Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana model penguasaan
armada kapal muatan heavy lift di Jawa Timur. Dapat diketahui perbandingan unit cost terkecil
pengiriman alat berat dari beberapa cara yaitu menyewa atau membeli. Hasil dari Tugas Akhir
ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi operator kapal dalam penguasaan armada untuk
muatan heavy lift.
20
1.6 Hipotesis Awal
Hipotesis dari Tugas Akhir ini yaitu dengan pengiriman yang bersifat insidentil atau tidak
rutin, penguasaan armada kapal dengan unit cost terendah adalah dengan time charter.
Sedangkan jika permintaan bersifat rutin dan utilitas armada optimum maka, penguasaan
armada kapal yang memiliki unit cost terendah adalah dengan kapal milik sendiri.
21
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar dan konsep dalam menunjang Tugas Akhir
ini, yang akan digunakan untuk melakukan analisis dan pembahasan.
2.1 Muatan Heavy Lift Cargo
Menurut (Inten, 2015) muatan kapal atau cargo adalah segala macam barang dan barang
dagangan (goods and merchandice) yang diperintahkan kepada pengangkut untuk diangkut
dengan kapal, guna diserahkan kepada orang atau badan hukum dipelabuhan tujuan. Muatan
adalah seluruh jenis barang yang dapat dinaikkan ke dalam kapal dang diangkut dari satu
tempat ke tempat lain dan hamper seluruh jenis barang yang diperlukan oleh manusia dan dapat
diangkut dengan kapal apakah berupa barang yang bersifat bahan baku atau merupakan hasil
produksi dari suatu proses pengolahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud muatan atau cargo adalah sejumlah komoditi barang yang dikirim dari suatu tempat
ke tempat lainnya dengan menggunakan sarana angkutan baik udara, darat maupun
laut.Sedangkan heavy lift cargo merupakan suatu kargo/barang ber-tonase diluar berat kargo
pada umunya. Dikatakan heavy lift cargo karena kargo tidak bisa dipisah/dipotong-potong.
Menurut (Marine Corps, 2015), definisi dari heavy lift cargo adalah suatu kargo dengan
setiap muatan kargo tunggal, dengan berat lebih dari 5 metric ton atau setara dengan 5 ton, dan
ditangani di atas kapal. Heavy lift cargo memiliki berat dan dimensi yang tidak sesuai dengan
kapal konvensional. Belum adanya karakteristik pasti dalam heavy lift cargo sehingga
diperlukan penanganan khusus dalam pengangkutannya.
Proses penangan muatannya pun juga berbeda dengan kargo biasa pada umunya karena
memperhatikan faktor oversized/over length/over width/over height/out of gauge dari heavy lift
cargo tersebut. Di dalam perusahaan yang bergerak di bidang transportasi baik
agen/perusahaan pelayaran, freight forwarder, dan perusahaan bongkar muat mengkategor ikan
heavy lift cargo ini sebagai project cargo perusahaan karena ukurannya yang berbeda dari
muatan cargo biasa dan membutuhkan penanganan khusus. Heavy lift cargo biasa digunakan
dalam industri minyak dan gas, energi, pembangkit listrik, proyek pertambangan, konstruksi,
dan proyek infrastruktur. Berdasarkan dimensinya, heavy lift cargo dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
1. Oversized Cargo
Overside Cargo merupakan jenis heavy lift cargo yang berukuran besar atau tidak
beraturan. Heavy lift cargo tidak sesuai dengan wadah kontainer berjenis open top maupun flat
22
rack, seperti kapal pesiar, komponen pabrik yang sangat besar, mesin-mesin pabrik dengan
ukuran besar, gerbong kereta api, lokomotif, turbin, generator, bejana tekan, dan heavy lift
cargo lainnya yang biasa digunakan keperluan industri.
Sumber : http://www.pentashipping.com/
Gambar 2.1 Muatan Oversize Cargo, Oil/Gas Storage Tank dan Jacket Offshore
2. Out of gauge (OOG) Cargo
Out of gauge (OOG) Cargo merupakan jenis heavy lift cargo yang dapat didefinis ikan
sebagai muatan yang melebihi dimensi ukuran standar menurut panjang, lebar, atau tinggi.
Hampir sama seperti oversized cargo, OOG Cargo juga merupakan bagian dari barang-barang
yang digunakan untuk keperluan berbagai industri seperti komponen pabrik maupun keperluan
infrastruktur.
Sumber: http://www.nationalwarehouse.com/equipment
Gambar 2.2 Contoh OOG Cargo: Forklift dan Steel Coil
Berbeda dengan oversized cargo, OOG Cargo ini masih bisa dimuat di
kontainer berjenis open top, flat rack maupun platforms. Dimensi dan berat dari OOG Cargo
tersebut disesuaikan dengan dimensi ukuran dan maksimum payload dari masing-masing jenis
kontainer. Untuk pengiriman melalui jalur laut biasanya digunakan heavy lift vessel/semi-
submerging vessels, kapal general cargo, kapal Ro-Ro Cargo, dan kapal landing craft tank
(untuk jarak dekat). Untuk pengiriman heavy lift cargo melalui jalur darat biasanya digunakan
flat bed, heavy haul trucks/trailers, dan trailer multi-axle. Pengiriman heavy lift cargo melalui
23
jalur darat juga membutuhkan suatu pengawalan khusus yang diatur oleh pihak pengirim atau
freight forwarder.
2.2 Armada Angkutan Laut
Jenis muatan yang masuk dalam golongan dalam muatan alat berat tidak memilik i
spesifikasi khusus. Heavy lift memiliki dimensi yang berbeda-beda setiap jenisnya. Sehingga
dalam pengangkutannya dibutuhkan kapal yang tidak memiliki sekat dan memiliki ruang muat
di atas geladak lebih besar. Kapal-kapal yang memiliki karakteristik tersebut diantaranya tug
barge, general cargo dan landing craft tank (LCT). Sub bab berikut akan menjelaskan
mengenai ketiga karakteristik kapal tersebut.
2.2.1 Tongkang (Barge)
Tongkang adalah suatu jenis kapal yang dengan lambung datar atau suatu kotak besar
yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang dan ditarik dengan kapal tunda atau
digunakan untuk mengakomodasi pasang-surut seperti pada dermaga apung. Tongkang
digunakan juga untuk mengangkut mobil menyeberangi sungai, didaerah yang belum memilik i
jembatan. Sangat banyak digunakan pada tahun 1960an hingga 1980an di jalur lintas Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Papua. Sekarang sebagian besar sudah digantikan dengan jembatan
(Wikipedia, 2017). Berikut adalah kapal tongkang :
sumber : http://idhi.net.ph/wp-content/uploads/2015/01/barge-3.jpg
Gambar 2.2 Tongkang (barge)
Tongkang tidak memiliki sistem penggerak (propulsi) sendiri seperti kapal pada
umumnya sehingga dengan ukuran kapal yang sama, tongkang memiliki ruang muat yang
relatif lebih besar daripada jenis kapal yang lain. Pembuatan kapal tongkang juga berbeda
karena hanya konstruksi saja, tanpa sistem permesinan seperti kapal pada umumnya. Tongkang
biasanya digunakan untuk mengangkut muatan dalam jumlah besar seperti kayu, batubara,
24
pasir dan lain-lain. Tongkang ini juga dapat digunakan untuk mengangkut muatan yang
berukuran besar karena tidak memiliki sekat pada ruang muatnya.
Tongkang tidak memiliki sistem penggerak sendiri, kapal ini memerlukan tenaga
penggerak khusus. Tenaga penggerak khusus yang digunakan untuk menggerakkan tongkang
adalah kapal tunda (tugboat). Kapal tunda (tugboat) merupakan jenis kapal khusus yang di
gunakan untuk menarik atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau sungai. Kapal ini
digunakan pula untuk menarik tongkang, kapal rusak dan peralatan lainnya dan memilik i
tenaga yang besar bila dibandingkan dengan ukurannya.Berikut ini adalah gambar kapal tunda:
Sumber : http://www.maritimeworld.web.id
Gambar 2.3 Kapal Tunda
Sesuai dengan daerah pelayarannya kapal tunda dapat digolongkan menjadi:
1. Kapal tunda pelayaran besar (Ocean Going Tug) merupakan salah satu jenis kapal
tunda yang daerah pelayarannya di laut luar dan kapal ini biasanya digunakan
sebagai penyuplai bahan bakar dari hasil kilang minyak (Anchor Handling Suplay
Vessel).
2. Kapal tunda pelayaran pantai (Coastwise and Estuary Tug) merupakan jenis kapal
tunda yang daerah pelayaranhanya disekitar perairan pantai.
3. Kapal tunda pelabuhan dan pengerukan (Estuary and Harborur), merupakan salah
satu jenis kapal tunda yang digunakan untuk menarik atau mendorong kapal yang
ada di pelabuhan dan juga berfungsi sebagai penarik kapal keruk.
4. Kapal tunda perairan dangkal (Shallow Draught Pusher Tug) merupakan jenis kapal
tunda yang memiliki sarat rendah.
5. Kapal tunda sungai dan dok (River and Dock Tug) merupakan jenis kapal tunda yang
memiliki kemampuan tarik kurang dari 3 knot dan hanya menunda kapal disekitar
area sungai. (Sjahrun, 2017)
Bangunan kapal tunda hampir sama dengan bangunan kapal barang. Hanya saja tidak
dilengkapi dengan palka barang besar, sehingga ukurannya lebih kecil untuk tenaga penggerak
yang sama. Karena kapal tunda dirancang untuk dapat melakukan bermacam pekerjaan seperti
25
menarik, menunda, menggandeng dan menambatkan kapal-kapal dan alat apung lainnya yang
mempunyai bobot jauh lebih besar. Begitupula dengan konstruksinya dirancang lebih kuat
untuk menahan getaran dan kapal ini dilengkapi dengan peralatan tarik seperti towing hook,
stabilizher guilding ring, towing beam, dan juga derek tambang tarik pada geladak tengah
kapal.
Tenaga penggerak kapal tunda ini biasanya didasarkan pada permintaan pemilik yang
umumnya bervariasi antara 300-1500 hp dengan kecepatan jarak kurang dari 14 knot. Hampir
semua sistem propulsi nya memakai satu atau dua baling-baling dengan tenaga penggerak
berupa mesin diesel yang dapat dikendalikan langsung, baik untuk tenaga kecil maupun tenaga
besar.
2.2.2 Kapal General Cargo
Kapal general cargo adalah kapal yang mengangkut bermacam-macam muatan berupa
barang. Barang yang diangkut biasanya merupakan barang yang sudah dikemas. Kapal general
cargo dilengkapi dengan crane pengangkut barang untuk memudahkan bongkar-muat muatan.
Kapal general cargo atau yang biasa disebut dengan multi-purpose cargo merupakan kapal
yang sering dipakai untuk mengangkut muatan break-bulk termasuk heavy lift cargo. Ruang
muatnya yang berukuran panjang dan lebar membuat kapal ini memiliki kapasitas yang lebih
besar dan sesuai untuk barang-barang berukuran besar.
Sumber: http://ship-general-arrangement-plans.41570.n7.nabble.com/
Gambar 2.4 General Cargo
Ada dua tipe kapal general cargo yaitu geared general cargo dan gearless general cargo.
Kapal geared general cargo memiliki crane sendiri sedangkan gearless general cargo tidak
memiliki crane sendiri sehingga yang dipakai biasanya crane yang ada di pelabuhan.
Pengangkutan muatan heavy lift biasanya digunakan kapal general cargo yang tidak
memiliki crane sendiri. Hal ini karena muatan heavy lift yang memiliki dimensi dan berat yang
tidak seperti muatan lain, sehingga dibutuhkan ruang muat yang lebih luas dan alat bongkar
26
muat yang berkapasitas lebih besar. Jadi, walaupun pengangkutan muatan heavy lift ini
menggunakan kapal general cargo yang memiliki crane sendiri sebagai alat bongkar muat,
crane tersebut kurang efektif digunakan untuk bongkar muat. Waktu yang dibuutuhkan untuk
melakukan bongkar muat muatan heavy lift pada kapal ini tergantung pada kecepatan alat
bongkar muat yang ada di pelabuhan. Gambar 2.4 General CargoGambar 2.4 menunjukkan
salah satu contoh kapal general cargo.
2.2.3 Landing Craft Tank (LCT)
Landing Craft Tank (LCT) banyak beroperasi di perairan dan jalur sungai Indonesia
sebagai kapal-kapal komersial mengangkut berbagai muatan atau jenis barang yang berukuran
besar dan berbobot besar misalnya truk tronton, dump truck, dozer, escavator, dan berbagai
macam alat konstruksi ke berbagai penjuru Indonesia, terutama ke daerah pertambangan atau
lokasi proyek yang berada di pulau atau pantai dan jalur sungai. Berikut contoh gambar kapal
LCT
Sumber : http://www.maritimeworld.web.id
Gambar 2.5 Landing Craft Tank
Jenis kapal LCT biasa juga digunakan sebagai sarana kapal ferry untuk jalur
penyebrangan antar pulau di Indonesia. Fungsi lainnya dari LCT adalah sebagai sarana angkut
bahan cairan untuk supply kebutuhan air bersih dan bahan bakar minyak di lokasi proyek
pertambangan atau untuk distribusi ke berbagai wilayah terpencil di Indonesia. Proses bongkar
muat pada kapal ini memiliki dua alternatif cara, pertama yaitu dengan menggunakan crane
pelabuhan jika muatan yang diangkut memang harus diangkat dengan crane. Cara yang kedua
dengan cara menjalankan muatan itu sendiri jika muatan memang dapat berjalan sendiri
misalnya truk tronton, forklift, mobil atau mounted truck crane. Hal ini dapat dilakukan karena
LCT memiliki ramp door/ pintu. Fungsi dari ramp door ini adalah sebagai jembatan
penghubung antara dermaga dan kapal. Ramp door umumnya terletak pada haluan atau buritan
kapal, saat merapat di dermaga ramp door akan membuka kebawah. Saat ramp door terbuka,
27
maka muatan yang berupa kendaraan akan keluar dari lambung kapal. Berikut gambar saat
ramp door terbuka:
Sumber :http://www.basemarine.com.
Gambar 2.6 Ramp Door pada LCT Ketika Terbuka
Gambar 2.6 menunjukkan bahwa ketika bongkar muat pada kapal LCT, ramp door
dibuka untuk langsung menghubungkan pada dermaga. Jadi, muatan yang dapat dijalankan
lebih cepat proses bongkar muatnya. Hal ini karena tidak membutuhkan alat bongkar muat lain.
Untuk bongkar muat heavy lift pada kapal LCT ini muatan dijalankan atau jika muatan tidak
dapat dijalankan digunakan alat bantu berupa truk multi-axle untuk mempermudah proses
bongkar muatnya. Berikut ini adalah gambar truk multi-axle :
Sumber : http://www.truckaurbus.com/
Gambar 2.7 Truk Multi axle
2.3 Biaya Transportasi Laut
Terdapat teori biaya dalam ilmu tranportasi laut. Teori biaya transportasi laut digunakan
untuk menghitung besarnya biaya-biaya yang timbul akibat pengoperasian kapal desalinasi air
laut. Pengoperasian kapal serta bangunan apung laut lainnya membutuhkan biaya yang biasa
disebut dengan biaya berlayar kapal (shipping cost) (Wegeland, 1997).
Secara umum biaya tersebut meliputi biaya modal (capital cost), biaya operasional
(operational cost), biaya pelayaran (voyage cost) dan biaya bongkar muat (cargo handling
28
cost). Biaya-biaya ini perlu diklasifikasikan dan dihitung agar dapat memperkirakan tingkat
kebutuhan pembiayaan kapal desalinasi air laut untuk kurun waktu tertentu (umur ekonomis
kapal tersebut). Sehingga, total biaya dapat dirumuskan:
𝑇𝐶 = 𝐶𝐶 + 𝑂𝐶 + 𝑉𝐶 + 𝐶𝐻𝐶 2.1
Keterangan:
TC : Total Cost (Rp)
CC : Capital Cost (Rp)
OC : Operational Cost (Rp)
VC : Voyage Cost (Rp)
CHC : Cargo Handling Cost (Rp)
Beberapa kasus perencanaan transportasi menggunakan kapal sewa (charter ship), biaya
modal (capital cost) dan biaya operasional (operational cost) diwakili oleh biaya sewa (charter
hire). Sehingga, total biaya menjadi:
𝑇𝐶 = 𝑇𝐶𝐻 + 𝑉𝐶 + 𝐶𝐻𝐶 2.2
Keterangan:
TC : Total Cost (Rp)
TCH : Time Charter Hire (Rp)
VC : Voyage Cost (Rp)
CHC : Cargo Handling Cost (Rp)
2.3.1 Biaya Modal (Capital Cost)
Biaya modal adalah harga kapal ketika dibeli atau dibangun. Biaya modal disertakan
dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga pinjaman dan pengembalian modal
tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut. Pengembalian nilai kapital ini direfleks ikan
sebagai pembayaran tahunan. Nilai biaya modal secara kasar dapat dihitung dari pembagian
biaya investasi dengan perkiraan umur ekonomis kapal.
2.3.2 Biaya Operasional (Operating Cost)
Biaya operasional adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek operasional
sehari-hari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar. Yang termasuk
dalam biaya operasional adalah biaya ABK, perawatan dan perbaikan kapal, bahan makanan,
minyak pelumas, asuransi dan administrasi. Rumus untuk biaya operasional adalah sebagai
berikut:
𝑂𝐶 = 𝑀 + 𝑆𝑇 + 𝑀𝑁 + 𝐼 + 𝐴𝐷 2.3
29
Keterangan:
OC : Operational Cost (Rp)
M : Manning Cost (Rp)
ST : Store Cost (Rp)
MN : Maintenence (Rp)
I : Insurance Cost (Rp)
AD : Administration Cost (Rp)
Biaya operasional pada kapal meliputi, yaitu:
1. Manning Cost
Manning cost (crew cost) adalah biaya-biaya langsung maupun tidak langsung untuk
anak buah kapal termasuk di dalamnya adalah gaji pokok dan tunjangan, asuransi sosial,
dan uang pensiun. Besarnya crew cost ditentukan oleh jumlah dan struktur pembagian
kerja yang tergantung pada ukuran teknis kapal. Struktur kerja pada sebuah biasanya
dibagi menjadi 3 departemen, yaitu deck departemen, engine departemen, dan catering
departemen.
2. Store, Supplies and Lubricating Oils
Jenis biaya ini dikategorikan menjadi 3 macam yaitu marine stores (cat, tali, besi),
engine room stores (spare part, lubricating oils), dan steward’s stores (bahan makanan).
3. Maintenance and Repair Cost
Maintenance and repair cost merupakan biaya perawatan dan perbaikan yang
mencakup semua kebutuhan untuk mempertahankan kondisi kapal agar sesuai dengan
standart kebijakan perusahaan maupun persyaratan badan klasifikasi. Nilai maintenance
and repair cost ditentukan sebesar 16% dari biaya operasional. Biaya ini dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu:
- Survei klasifikasi
Kapal harus menjalani survey regular dry docking tiap dua tahun dan special survey
tiap empat tahun untuk mempertahankan kelas untuk tujuan asuransi.
- Perawatan rutin
Perawatan rutin meliputi perawatan mesin induk dan mesin bantu, cat, bangunan atas
dan pengedokan untuk memelihara lambung dari pertumbuhan biota laut yang bisa
mengurangi efisiensi operasi kapal. Biaya perawatan ini cenderung bertambah seiring
dengan bertambahnya umur kapal.
30
- Perbaikan
Biaya perbaikan muncul karena adanya kerusakan kapal secara tiba-tiba dan harus
segera diperbaiki.
4. Insurance Cost
Insurance cost merupakan biaya asuransi, yaitu komponen pembiayaan yang
dikeluarkan sehubungan dengan resiko pelayaran yang dilimpahkan kepada perusahaan
asuransi. Komponen pembiayaan ini berbentuk pembayaran premi asuransi kapal yang
besarnya tergantung pertanggungan dan umur kapal. Hal ini menyangkut sampai sejauh
mana resiko yang dibebankan melalui klaim pada perusahaan asuransi. Semakin tinggi
resiko yang dibebankan, semakin tinggi pula premi asuransinya. Umur kapal juga
memperngaruhi biaya premi asuransi, yaitu biaya premi asuransi akan dikenakan pada
kapal yang umurnya lebih tua. Terdapat dua jenis asuransi yang dipakai perusahaan
pelayaran terhadap kapalnya, yaitu hull and machinery insurance dan protection and
indemnity insurance.Nilai asuransi kapal ditentukan sebesar 30% dari total biaya
operasional kapal. (Stopford, 1990).
2.3.3 Biaya Pelayaran (Voyage Cost)
Biaya pelayaran adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk kebutuhan
selama pelayaran. Komponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin induk dan
mesin bantu, biaya pelabuhan, biaya pandu dan tunda. Rumus untuk biaya pelayaran adalah:
𝑉𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑃𝐶 2.4
Keterangan:
VC : Voyage Cost (Rp)
PC : Port Cost (Rp)
FC : Fuel Cost (Rp)
1. Biaya Pelabuhan (Port Cost)
Pada saat kapal di pelabuhan, biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi port dues dan
service charges. Port dues adalah biaya yang dikenakan atas penggunaan fasilitas
pelabuhan seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, dan infrastruktur lainnya yang
besarnya tergantung volume dan berat muatan, GRT dan NRT kapal. Service charge
meliputi jasa yang dipakai kapal selama dipelabuhan, yaitu jasa pandu dan tunda, jasa
labuh, dan jasa tambat.
31
2. Biaya Bahan Bakar (Fuel Cost)
Konsumsi bahan bakar kapal tergantung dari beberapa variabel seperti ukuran, bentuk
dan kondisi lambung, pelayaran bermuatan atau ballast, kecepatan, cuaca, jenis dan
kapasitas mesin induk dan motor bantu, jenis dan kualitas bahan bakar. Biaya bahan
bakar tergantung pada konsumsi harian bahan bakar selama berlayar di laut dan di
pelabuhan dan harga bahan bakar. Terdapat tiga jenis bahan bakar yang dipakai, yaitu
HSD, MDO, dan MFO. Menurut Parson (2003), konsumsi bahan bakar dihitung dengan
menggunakan rumus pendekatan, yaitu:
𝑊𝐹𝑂 = 𝑆𝐹𝑅 𝑥 𝑀𝐶𝑅 𝑥𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑𝑥 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 2.5
Keterangan:
WFO : konsumsi bahan bakar/jam (Ton)
SFR : Specific Fuel Rate (t/kWhr)
MCR : Maximum Continuous Rating of Main Engine (kW)
2.3.4 Penyewaan Kapal
Dalam pengangkutan muatan atau barang, pada umumnya moda transportasi yang dapat
digunakan yaitu moda milik sendiri, atau moda atas penyewaan Chartering). Didalam
angkutan laut jenis penyewaan kapal terbagi menjadi tiga jenis; bareboat charter, time charter
dan voyage charter. Berikut penjelasan masing – masing jenis penyewaan kapal:
a. Bareboat Charter, yaitu kapal disewa sebagai badan kapal saja, atau disebut juga
dengan sewa kapal kosong. Penyewa (charterer) menyediakan nakhoda serta ABK dan
mengoperasikan kapal tersebut.
b. Time Charter, yaitu kapal dapat disewa oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu
teretentu. Dalam hal ini penyewa kapal membayar uang sewa dan biaya bunker. Dimana
uang sewa dapat dinyatakan dalam biaya sewa per hari, per bulan atau per tahun.
c. Voyage Charter, yaitu kapal disewa untuk melakukan pemuatan barang dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Dalam kata lain pemilik kapal yang akan membayar semua
biaya pada saat kapal beroperasi, kecuali biaya bongkar muat. Pada metode charter
seperti ini, penyewa akan membayar uang tambang yang besarnya tergantung dari
barang yang diangkut, yang dinyatakan dalam jumlah ton atau jumlah tertentu dalam
satu kali pelayaran.
32
Gambar 2.8 Tanggungan Biaya pada Proses Charter
Gambar 2.8 menunjukkan perbedaan dari jenis penyewaan kapal. Adapun pembagian
tanggungan biaya dalam sistem penyewaan kapal. Untuk pendekatan biaya total pada
operasional kapal, salah satu komponennya menggunakan sistem time charter hire sebagai
pengganti fixed cost, karena fixed cost akan dibayarkan tetap dalam jangka tertentu misal
pertahun, dan fixed cost tidak bergantung pada beroperasinya kapal atau kapal tidak beroperasi.
Maka dalam perhitungan total biaya kapal, dengan menjumlahkan biaya time charter dan biaya
pelabuhan.
2.4 Biaya Investasi
Investasi adalah aset atau barang yang dibeli dengan harapan akan menghasi lkan
pendapatan atau akan dihargai di masa depan. Secara ekonomi, investasi adalah pembelian
barang yang tidak dikonsumsi saat ini namun digunakan di masa depan untuk menciptakan
kekayaan. Di bidang keuangan, investasi adalah aset yang dibeli dengan harapan bahwa aset
tersebut akan menghasilkan pendapatan di masa depan atau akan dijual dengan harga yang
lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Istilah "investasi" dapat digunakan sebagai cara
yang tepat untuk menghasilkan pendapatan di masa depan. Dalam pengertian finansial, ini
termasuk pembelian tanah, saham, rumah atau properti lain termasuk kapal. (Investopedia,
2017)
2.5 Kelayakan Investasi
Studi kelayakan investasi adalah penelitian terhadap rencana investasi yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidaknya usaha dilakukan, namun juga saat dioperasionalkan secara
rutin dalam rangka mencapai keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penanaman
modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Capital Costs Operating Costs Voyage Costs C/H Costs
BAREBOATCHARTEROWNER CHARTERER
TIME CHARTEROWNER CHARTERER
VOYAGE CHARTER
OWNER CHARTERER
OWNER
33
2.6 Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria Kelayakan Investasi Analisis kelayakan suatu usaha ditinjau dari aspek
penanaman investasinya sehingga kelayakan usaha dapat dilihat dari sisi kelayakan investas i.
Beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam Tugas Akhir ini yaitu:
2.6.1 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah kriteria nilai sekarang bersih atau net present value
(NPV), didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Dengan
mendiskontokan semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai
sekarang, kemudian menghitung angka bersihnya, akan diketahui selisihnya dengan memakai
dasar yang sama, yaitu harga (pasar) saat ini (Imam Soeharto, 2001). Adapun arus kas proyek
(investasi) yang akan dikaji meliputi keseluruhan, yaitu biaya pertama, operasi, produksi,
pemeliharaan, dan lain-lain pengeluaran. Berikut rumus pendekatan yang digunakan untuk
menghitung NPV :
2.6
Keterangan :
Rt = arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t
i = suku bunga yang digunakan
t = waktu arus kas
Setelah diperoleh hasil dari NPV, berikut arti dari hasil perhitungannya :
1. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk
dijalankan.
2. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan.
Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan tidak layak untuk dijalankan
3. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan sebesar modal opportunity
cost factor produksi normal. Maka, lebih baik modal atau dana tersebut di simpan di
bank karena lebih menguntungkan.
2.6.2 Interest Rate of Return (IRR)
Interest Rate of Return (IRR) merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investas i.
Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih
besar daripada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito
bank dan lain-lain). IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau
tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi
NPV =
34
dari minimum acceptable rate of return (MARR) atau minimum atractive rate of return.
Minimum acceptable rate of return (MARR) adalah laju pengembalian minimum dari suatu
investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor. Berikut rumus pendekatan untuk
mencari IRR:
2.7
Keterangan :
Ir = bunga rendah
NPV Ir = NPV pada bunga rendah
It = bunga tinggi
NPV Ir = NPV pada bunga tinggi
Jika sudah diperoleh hasil IRR nya maka, jika IRR > MARR maka investasi layak untuk
dilakukan. Tetapi jika IRR < MARR, maka investasi tidak layak untuk dilakukan.
2.6.3 Profitability Index (PI)
Profitability Index atau etode indeks kemampulabaan adalah metode penilaian kelayakan
investasi yang mengukur tingkat kelayakan investasi bersdasarkan rasio antara nilai sekarang
arus kas masuk total dengan nilai sekarang total dari investasi.
PI = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 2.8
Kriteria kelayakannya sebagai berikut :
1) Proyek dikategorikan sebagai proyek yang layak apabila PI > 1
2) Proyek dikategorikan sebagai proyek yang tidak layak apabila PI < 1
2.6.4 Present Value dan Future Value
Nilai sekarang atau present value adalah berapa nilai uang saat ini untuk nilai tertentu di
masa yang akan datang. Present value atau nilai sekarang bisa dicari dengan menggunakan
rumus future value atau dengan rumus berikut ini :
P = Fn/ ( 1 + r ) n 2.9
Keterangan :
Fn = ( Future value ( nilai pada akhir tahun ke n )
P = ( Nilai sekarang ( nilai pada tahun ke 0 )
r = Suku bunga
n = Jumlah Waktu ( tahun )
35
Sedangkan future value adalah nilai uang di masa yang akan datang dengan tingkat bunga
tertentu. Future value atau nilai yang akan datang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Fn = P ( 1 + r ) n 2.10
Keterangan:
Fn = ( Future value ( nilai pada akhir tahun ke n )
P = ( Nilai sekarang ( nilai pada tahun ke 0 )
r = Suku bunga
n = Jangka Waktu ( tahun )
36
Halaman ini sengaja dikosongkan
37
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahapan Pengerjaan
Tahapan pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan dengan beberapa langkah sesuai dengan
diagram alir sebagai berikut:
3.1.1 Pengumpulan Data
Tahap pertama dalam pengumpulan data ini adalah data dari supply side dan demand
side. Pada tahap ini dilakukan identifikasi komponen supply dan demand. Sisi supply berisikan
kapasitas produksi muatan heavy lift yaitu kapasitas produksi per tahun di Jawa Timur. Pada
sisi demand dilakukan identifikasi terhadap permintaan muatan heavy lift. Dari data yang sudah
didapatkan tersebut kemudian ditentukan rute yang akan dilayani.
3.1.2 Analisis Biaya Transportasi Laut
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi total biaya transportasi laut yang terdiri
dari biaya pengadaan kapal (sewa atau membeli), biaya operasional kapal, biaya pelabuhan,
biaya bahan bakar, dan biaya bongkar muat (cargo handling). Total biaya yang didapat
merupakan total keseluruhan dari sejumlah armada untuk seluruh rute dan jenis armada. Dari
total biaya tersebut, didapatkan selisih antara model penguasaannya yaitu membeli kapal atau
menyewa kapal.
3.1.3 Analisis Sensitivitas
Analsis tahap akhir ini dilakukan untuk melihat variabel yang dapat mempengaruhi
perubahan signifikan terhadap hasil optimasi yang dapat berdampak pada keputusan
terpilihnya rute optimum dan armada optimum. Adapun variabel sensitivitas yang digunakan
terdiri dari perubahan jumlah muatan dan sisa umur ekonomis kapal saat kapal dibeli.
3.1.4 Kesimpulan
Berisikan ringkasan hasil analisis untuk menjawab tujuan Tugas Akhir dari Tugas Akhir
ini.
38
3.2 Diagram Alir Tugas Akhir
Supply Side : Kapasitas
Produksi
Model Penguasaan
Armada Kapal
Biaya Kapal
Charter Biaya Kapal
Milik
Biaya Pengadaan Kapal
Perhitungan Biaya Transportasi Laut
Pengumpulan Data
Penentuan Rute
Demand Side : Tujuan
Ekspor, Demand Per Tahun
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Mulai
Demand
per tahun
Kapal terpilih dengan
minimum unit cost
39
3.3 Pengumpulan Data
Berikut merupakan data yang relevan dalam Tugas Akhir ini:
1. Untuk menghitung biaya transaportasi laut saat ini, dibutuhkan beberapa data yaitu:
- Tujuan pengiriman muatan
- Jenis, volume dan jumlah muatan heavy lift
2. Data sekunder yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi biaya transportasi laut didapatkan
dari berbagai sumber seperti website:
Jarak tempuh rute pelayaran antar pelabuhan diperoleh dari website
(http:www.ports.com)
Spesifikasi kapal berdasarkan data dari beberapa website
(www.maritimesales.com,www.oceanmarine.com,www.marinevesselsforsale.com,
www.nautisnp.com, www.shipseller.net)
Sedangkan harga bahan bakar diperoleh dari website indeks bahan bakar Pertamina
(bunkerbbm.co.id.).
40
Halaman ini sengaja dikosongkan
41
BAB 4
GAMBARAN UMUM
Sebelum melakukan pembahasan terhadap objek penelitian, terlebih dahulu mengetahui
gambaran mengenai potensi permintaan heavy lift, industri heavy lift, dan permintaan heavy lift
saat ini.
4.1 Potensi Permintaan Heavy Lift
Permintaan heavy lift mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai konstruksi berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2011-2015 seperti pada tabel
berikut ini. Data 2015 menunjukkan nilai konstruksi paling tinggi adalah DKI Jakarta dengan
total nilai konstruksi 165.173.090 juta rupiah. Sedangkan untuk permintaan heavy lift yang
paling rendah adalah Maluku Utara dengan total nilai konstruksi 1.569.935 juta rupiah. Naik
turunnya permintaan heavy lift disebabkan bertambahnya proyek suatu perusahaan konstruksi
dalam melakukan pembangunan suatu tempat. Sehingga biasanya provinsi yang memilik i
potensi untuk dapat dikembangkan, nilai konstruksinya juga akan terus meningkat.
Tabel 4-1 Nilai Konstruksi di Indonesia Tahun 2011-2015 dalam Juta Rupiah
Provinsi Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
DKI Jakarta 91.438.995 108.965.991 128.970.713 146.407.229 165.173.090
Jawa Barat 42.304.805 50.400.626 58.053.300 66.130.561 74.004.808
Jawa Tengah 38.131.458 44.452.421 51.781.589 57.389.703 64.214.768
DI Yogyakarta 4.465.702 4.979.344 5.453.753 6.138.867 6.632.894
Jawa Timur 49.611.876 57.124.528 64.676.608 69.997.090 77.529.457
Banten 8.416.974 9.744.380 10.903.708 12.282.417 13.525.784
Bali 4.051.909 4.808.886 5.529.576 6.196.359 6.935.194
Nusa Tenggara Barat 3.807.900 4.117.087 4.492.032 5.246.244 5.588.310
Nusa Tenggara Timur 2.506.234 2.812.639 3.044.051 3.294.443 3.563.352
Kalimantan Barat 6.342.417 7.142.553 7.872.924 8.910.945 9.676.200
Kalimantan Tengah 4.611.124 5.231.860 5.845.074 6.527.129 7.144.104
Kalimantan Selatan 6.754.750 7.689.099 8.701.659 9.859.461 10.832.916
Kalimantan Timur 11.138.209 13.152.841 14.756.350 16.861.153 18.670.224
Kalimantan Utara - - 3.727.849 4.108.024 4.488.199
Maluku 1.723.531 1.940.660 2.147.057 2.345.187 2.556.950
Maluku Utara 1.176.963 1.262.708 1.353.750 1.481.541 1.569.935
Papua Barat 3.940.815 5.017.527 5.683.566 6.206.356 7.077.732
Papua 5.904.775 6.846.588 7.568.266 8.272.488 9.104.234
Sumber : www.bps.go.id
42
4.2 Pengguna Jasa Angkut Heavy Lift di Jawa Timur
Perusahaan pengguna jasa angkut heavy lift biasanya adalah perusahaan yang bergerak
di bidang konstruksi, manufaktur, minyak dan gas, dan pembangkit tenaga listrik. Perusahaan-
perusahaan tersebut di Jawa Timur cukup banyak, melihat potensi provinsi Jawa Timur yang
menjadi salahsatu provinsi dengan penduduk terbanyak kedua Indonesia.
4.2.1 Industri Manufaktur
Jawa Timur merupakan salah satu daerah industri yang menyediakan kebutuhan
manufaktur contohnya seperti galangan kapal. Selain memproduksi kapal, industri ini juga
memproduksi topside offshore, jacket offshore, teknologi produksi komponen pendukung
industri pembangkit tenaga listrik, dan konstruksi lepas pantai. Dalam melakukan
pengirimannya, perusahaan menggunakan kapal-kapal yang melayani heavy lift. Produk-
produk yang pernah dikirim antara lain Steam Turbine Assembly sampai dengan 600 MW,
Komponen balance of plant dan boiler sampai dengan 600 MW, compressor module 40 MW,
barge mounted power plant 30 mw, pressure vessels dan heat exchangers, generator stator
frame s/d 600 MW dan wellhead platform sampai dengan 3000 ton. Berikut produksi alat berat
untuk pemenuhan kebutuhan bangunan lepas pantai di perairan Madura pada Tahun 2016:
Tabel 4-2 Produksi Alat Berat untuk Perairan Madura Tahun 2016
Tujuan Jenis Jumlah (unit)
Perairan Kangean Topside Offshore 1
Perairan Sampang Topside Offshore 1
Saat ini permintaan produk jenis heavy lift bersifat insidentil/tidak rutin, sehingga
menggunakan sistem charter dalam setiap pengiriman muatannya. Melihat potensi industr i
permintaan alat berat beberapa tahun ke depan yang semakin meningkat, penguasaan armada
kapal charter mungkin sudah tidak optimum lagi.
4.2.2 Industri Penyedia Jasa Sewa Alat Berat
Adapun perusahaan yang bergerak pada penyedia jasa sewa alat berat. Alat berat yang
disewakan antara lain mobile crane, crawler crane, crane medan kasar, tower crane, mount
crane truk dan platform boomlift / manlift / aerial. Layanan tersebut meliputi pemasangan
angkat berat, truk (trailer truk), transportasi material proyek dan dimensi pengangkutan yang
besar.
Industri jasa pada perusahaan ini menjangkau secara luas dari sektor pertambangan,
minyak dan gas, pembangkit listrik (thermal, coal, hydro dll), konstruksi sipil, infrastruk tur,
bangunan, pabrik dan gudang. Beragam armada yang dimiliki antara lain mobile crane, rough
43
medan crane, crawler crane, mount truck crane, tower crane, excavator, wheel loader, manlift
/ boomlift / platform udara, forklift, trailer truk, lowbeds, logging.dan jenis alat berat lainnya.
Perusahaan ini sudah melayani pelayanan jasa penyewaan alat berat ini ke hampir seluruh
wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Bali, Papua, Bali, Kalimantan, Nusa
Tenggara Timur dan lain-lain. Berikut permintaan pengiriman alat berat dalam satu tahun.
Tabel 4-3 Pengiriman Muatan dari Penyedia Jasa Sewa Alat Berat Tahun 2016
Tujuan Jenis Jumlah (unit)
Luwuk, Sulawesi Tengah
Forklift 3
Rough Terrain Crane 3
Manlift 3 Mounted Truck Crane 2
Timika, Papua Rough Terrain Crane 1 Manlift 1
Banjarbaru, Kalsel Rough Terrain Crane 3 Sumber : PT Tanjungsari Prima Sentosa
Pada tahun 2016 perusahaan ini mengirimkan tiga unit forklift, tiga unit rought terrain
crane, tiga unit manlift, dan dua unit mounted truck crane ke Luwuk, Sulawesi Tengah. Di
tahun yang sama, perusahaan ini juga mengirimkan rough terrain crane dan manlift masing-
masing satu unit ke Timika, Papua serta tiga unit rought terrain crane ke Banjarbaru,
Kalimantan Selatan.
4.2.3 Industri Konstruksi
Perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi melayani jasa desain, pembangunan
dan fabrikasi seperti bulk LPG storage bullets, Oil/Gas storage tanks, air receivers, gas
holders, Storages silos, Tanks for storage of acid. Perusahaan ini memiliki target produksi
sebesar 600 ton per tahun. Berikut merupakan produksi salah satu perusahaan industr i
konstruksi pada tahun 2016:
Tabel 4-4 Produksi Alat Berat Peusahaan Industri Konstruksi
Tujuan Jenis Jumlah (unit)
Balikpapan, Kaltim oil/gas storage tank 120.000 Ltr 20
Indramayu, Jawa Barat oil/gas storage tank 80.000 Ltr 15
Sorong, Papua oil/gas storage tank 120.000 Ltr 8
Perusahaan ini memiliki target minimal 600 ton produksi alat berat dalam satu tahun.
Pengiriman ke Balikpapan yaitu oil/gas storage tank 120.000 Ltr sebesar 20 unit, ke Indramayu
yaitu oil/gas storage tank 80.000 Ltr sebesar 15 unit, dan ke Sorong yaitu oil/gas storage tank
120.000 Ltr sebesar 8 unit.
44
4.3 Total Permintaan Pengangkutan Muatan Alat Berat
Tugas Akhir ini menggunakan data muatan dari tiga perusahaan alat berat di Jawa Timur
yang kemudian dijadikan sebagai permintaan pengangkutan alat berat selama satu tahun yaitu
tahun 2016. Berikut total permintaan pengangkutan alat berat dalam satu tahun:
Tabel 4-5 Volume Muatan dari Jawa Timur
Asal Tujuan Jenis Muatan Jumlah
(unit)
Tanjung Perak
Luwuk, Sulawesi Tengah
Forklift 3
Rough Terrain Crane 3 Manlift 3
Mounted Truck Crane 2
Timika Rough Terrain Crane 1
Manlift 1 Banjarbaru, Kalsel Rough Terrain Crane 3
Tanjung Perak
Perairan Kangean Topside Offshore 1 Perairan Sampang Topside Offshore 1
Gresik
Balikpapan, Kaltim oil/gas storage tank 120000 Ltr 20
Indramayu, Jawa Barat
oil/gas storage tank 80000 Ltr 15
Sorong, Papua oil/gas storage tank 120000 Ltr 8
Permintaan heavy lift tertinggi adalah jenis oil/gas storage tank dari Gresik ke
Balikpapan, Kalimantan Timur karena adanya industri minyak yaitu PT Pertamina. Rata-rata
permintaan heavy lift dari Jawa Timur berkisar 1-3 unit jenis.
4.4 Dimensi Muatan
Muatan heavy lift memiliki berat dan dimensi yang tidak sesuai dengan ukuran kapal
konvensional. Berikut berat dan dimensi muatan heavy lift yang dijadikan objek dalam Tugas
Akhir ini. Selain itu yang berpengaruh adalah karakteristik muatan. Karakteristik muatan yang
dimaksud adalah apakah jenis muatan tersebut tahan terhadap perubahan cuaca. Untuk keenam
jenis heavy lift dalam Tugas Akhir ini, sebenarnya muatan tahan terhadap cuaca tetapi
diasumsikan seluruh muatan harus tertutup untuk melindungi dari sinar matahari dan hujan.
Berikut jenis dan dimensi muatan yang menjadi objek dalam Tugas Akhir ini:
45
Tabel 4-6 Berat dan Dimensi Muatan
Jenis Tipe L (m) W (m) H (m) Berat (ton)
Rough Terrain Crane Kato SR - 700L 12,59 2,99 3,68 39
Tadano GR - 550XL 13,10 2,98 3,77 33
oil/gas storage tank 120.000 Litre 17,70 3,00 3,00 16
80.000 Litre 12,22 3,00 3,00 11
Mounted Truck Crane Palfinger PK - 18000T 4,60 2,29 3,00 16
HIAB 220C 2,49 2,49 2,82 13
Manlift Tadano AW250TG 11,51 3,59 2,71 17
Forklift TCM FD100Z8 4,76 2,00 4,42 12
Topside Offshore Kitchen Lights Unit 33,00 30,00 27,00 700
Gambar di bawah ini merupakan visualisai muatan dari Tabel 4-6 yang terdiri dari rough
terrain crane Kato SR - 700L, rough terrain crane Tadano GR - 550XL, oil/gas storage tank,
mounted truck crane - Palfinger PK 18000T, mounted truck crane – HIAB 220C.
Sumber : http://www.kato-works.co.jp/eng/products/roughter/
Gambar 4.1 Rough Terrain Crane - Kato SR 700L
Sumber :https://tadanoamerica.com/product/gr-550xl/
Gambar 4.2 Rough Terrain Crane - Tadano GR 550XL
46
sumber : http://docs.engineeringtoolbox.com/documents/ Gambar 4.3 Oil/gas Storage Tank
sumber : http://www.palfinger-sany.com/
Gambar 4.4 Mounted Truck Crane - Palfinger PK 18000T
Sumber : https://autoline.info/sf/equipment-truck-mounted-crane-HIAB-220C/
Gambar 4.5 Mounted Truck Crane – HIAB 220C
47
sumber : http://www.ntpforklifts.com.au/assets/products/142/lg/tcm_FD60Z8.jpg
Gambar 4.6 Forklift
Sumber : http://www.clough.com.au/sfimages/project-thumbnails/projects_montara_fab.jpg
Gambar 4.7 Topside Offshore
48
Halaman ini sengaja dikosongkan
49
BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang proses perhitungan biaya dan waktu pengiriman muatan
heavy lift. Perbandingan total biaya antara pengadaan kapal dengan beli/milik dan kapal sewa
akan dilakukan. Moda transportasi laut yang akan dibandingkan adalah tugbarge, general
cargo dan landing craft tank. Adapun komponen analisis pada bab ini adalah analisis biaya
transportasi laut.
5.1 Analisis Data
Tugas Akhir menggunakan data permintaan pada 8 (delapan) tujuan yaitu Sulawesi
Tengah, Timika, Banjarbaru, Perairan Kangean, Perairan Sampang, Kalimantan Timur, Jawa
Barat, dan Papua. Pengerjaan Tugas Akhir ini menggunakan data muatan yang didapatkan dari
tiga perusahaan di Jawa Timur yang bergerak dalam industri alat berat. Data tersebut kemudian
dijadikan sebagai permintaan pengangkutan alat berat selama satu tahun pada tahun 2016.
Berikut total permintaan pengangkutan alat berat dalam satu tahun.
Tabel 5-1 Volume Muatan dari Jawa Timur
Asal Tujuan Jenis Muatan Jumlah (unit)
Tanjung Perak
Luwuk, Sulawesi Tengah
Forklift 3
Rough Terrain Crane 3 Manlift 3
Mounted Truck Crane 2
Timika Rough Terrain Crane 1
Manlift 1 Banjarbaru, Kalsel Rough Terrain Crane 3
Tanjung Perak Perairan Kangean Topside Offshore 1 Perairan Sampang Topside Offshore 1
Gresik Balikpapan, Kaltim oil/gas storage tank 120000 Ltr 20 Indramayu, Jawa Barat oil/gas storage tank 80000 Ltr 15
Sorong, Papua oil/gas storage tank 120000 Ltr 8
Tabel di bawah ini merupakan luas dan volume muatan dari tiap jenis muatan.
Sebelumnya dimensi muatan sudah diberi margin 1 m untuk jarak antar muatan. Sehingga luas
dan volume yang dihasilkan sebagai berikut :
50
Tabel 5-2 Dimensi Muatan yang akan dikirim
Jenis Tipe luas muatan (m2) volume muatan (m3)
Rough Terrain Crane Kato SR - 700L 40.6 139
Tadano GR - 550XL 42.0 147
Oil/gas storage tank 120.000 Litre 56.1 159 80.000 Litre 39.7 110
Mounted Truck Crane Palfinger PK - 18000T 12.8 32
HIAB 220C 8.7 17 Manlift Tadano AW250TG 44.9 112
Forklift TCM FD100Z8 11.5 42 Topside Offshore kitchen lights unit 1020.0 26,730
Tipe kapal yang digunakan adalah kapal barge, LCT, dan kapal general cargo. Ukuran
kapal barge dipilih berdasarkan kapal yang tersedia di pasar domestik.
Masing-masing tujuan memiliki jumlah permintaan yang berbeda-beda. Data luas
muatan dan volume tersebut nantinya akan menjadi dasaran untuk penyesuaian ruang muat.
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan biaya transportasi dengan memperhatikan cara
pengadaan kapal. Dalam Tugas Akhir ini akan dibedakan menjadi alternatif I dan alternatif II.
Untuk alternatif I merupakan pengadaan kapal dengan cara beli. Sedangkan alternatif II
merupakan pengadaan kapal dengan cara sewa. Setelah membandingkan tiap tipe dan ukuran
kapal dengan dua alternatif tersebut maka akan terpilih kapal dengan unit cost minimum.
5.2 Operasional dan Biaya Transportasi Laut
Total biaya transportasi laut merupakan penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variable cost). Untuk mendapatkan nilai dari fixed cost dan variable cost,
maka beberapa asumsi seperti data jarak pelayaran, spesifikasi dan variasi armada, biaya
pengadaan kapal (capital cost), biaya bahan bakar dan biaya pelabuhan akan digunakan sebagai
dasar penentuan model penguasaan armada.
5.2.1 Jarak Tempuh Pelayaran
Jarak tempuh pelayaran merupakan salah satu faktor penting sebagai pembentuk total
biaya transportasi laut. Jarak ini akan mempengaruhi perhitungan lama waktu berlayar yang
diperoleh melalui pembagian antara jarak dan kecepatan rata-rata kapal. Sedangkan lama
waktu berlayar akan mempengaruhi biaya bahan bakar kapal. Tujuan dari pelayaran ini ada
dua macam, yaitu pelabuhan dan ada dua tujuan berada di area perairan bangunan lepas pantai.
Jarak ini didapatkan dari situs penghitung jarak yaitu ports.com. Data jarak pelayaran
ditampilkan pada Tabel 5-3.
51
Tabel 5-3 Jarak Pelayaran
Asal Tujuan Jarak (nm)
Tanjung Perak Luwuk, Sulteng 1368
Timika 1559
Trisakti, Banjarmasin 279
Perairan Kangean 165
Perairan Sampang 38
Gresik Balikpapan, Kaltim 481
Indramayu, Jawa Barat 389
Sorong, Papua 1253
Sumber : www.ports.com
Jarak tersebut merupakan jarak total 1 (satu) kali roundtrip/pulang-pergi. Setelah
mengetahui jarak antara pelabuhan asal dan pelabuhan atau lokasi tujuan, jarak ini dijadikan
acuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan kapal untuk berlayar sampai pada pelabuhan
atau lokasi tujuan. Waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk berlayar didapatkan dari jarak
pelayaran dibagi dengan kecepatan rata-rata kapal.
5.2.2 Jenis dan Ukuran Armada
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab 2.2, jenis armada yang dapat digunakan
adalah tugbarge (tongkang), general cargo dan landing craft tank. Pemilihan ukuran kapal
mengacu pada kapal yang tersedia di pasar domestik.
Ada empat ukuran kapal yang berbeda-beda pada setiap jenisnya. Ukuran kapal tug barge
yang tersedia adalah 180 feet, 230 feet, 270 feet dan 300 feet atau 1800 DWT, 4000 DWT, 4600
DWT dan 9700 DWT. Sedangkan pada kapal general cargo ada 2022 DWT , 4000 DWT, 5500
DWT dan 10000 DWT. Pada kapal LCT ada 500 DWT, 1000 DWT, 2000 DWT dan 3000
DWT. Berikut kapal yang akan digunakan sebagai alat angkut dalam studi kasus ini:
Tabel 5-4 Data Barge yang Digunakan
Kode
Kapal
DWT
(ton)
LOA
(m)
B (m) H (m) T (m) Vs* isi
(knot)
Vs*
kosong
(knot)
GT
(ton)
BHP
(kW)
TB 1 1800 54,8 15,2 3,6 2,7 4 8 726 1200
TB 2 4000 70,1 21,3 4,2 3,2 4 8 1624 1800
TB 3 4600 82,3 21,9 5,4 4,4 4 8 2387 2000
TB 4 9700 91,4 27,4 6,0 4,8 4 8 4066 2400
Sumber : www.maritimesales.com (diolah kembali) *kecepatan rata-rata
52
Tabel 5-5 Data Kapal General Cargo yang Digunakan
Kode Kapal
DWT (ton)
LOA (m)
B (m) H (m) T (m) Vs* isi (knot)
Vs* kosong (knot)
GT (ton)
BHP (kW)
GC 1 2022 81,2 12,6 7,5 4,6 8 10 699 2200
GC 2 4000 89,8 13,2 7,2 5,6 8 10 2553 2000
GC 3 5500 95,8 16,8 7,0 7,0 8 10 4403 3600
GC 4 10000 110,6 19,2 13,5 8,5 8 10 7443 3900
Sumber : www.maritimesales.com (diolah kembali) *kecepatan rata-rata
Tabel 5-6 Data Landing Craft Tank yang Digunakan
Kode Kapal
DWT (ton)
LOA (m)
B (m) H (m) T (m) Vs* isi (knot)
Vs* kosong (knot)
GT (ton)
BHP (kW)
LCT 1 500 49,2 9,3 3,4 3,0 7 9 340 840
LCT 2 1000 61,0 11,0 3,0 2,6 7 9 529 1000
LCT 3 2000 75,2 17,0 4,0 3,7 7 9 550 2000
LCT 4 3000 81,8 15,5 4,0 3,5 7 9 550 2400
Sumber : www.maritimesales.com (diolah kembali) *kecepatan rata-rata
Keterangan tabel :
- DWT (deadweight) = berat total maksimal yang dapat ditampung oleh kapal sampai kapal tenggelam pada saratnya (T).
- LOA (lenght over all)= panjang keseluruhan kapal diukur dari ujung depan kapal (haluan) hingga ujung belakang kapal (buritan)
- B (breath) = lebar kapal - H (depth) = tinggi kapal
- T (draft) = sarat kapal yaitu jarak vertikal antara garis air sampai dengan lunas (dasar) kapal
- Vs isi = kecepatan kapal saat kapal membawa muatan
- Vs kosong = kecepatan kapal saat kapal tidak membawa muatan - GT (gross tonnage) = volume semua ruang yang tertutup pada kapal
- BHP (brake horse power)= daya pada mesin kapal
Data pada tabel 5-4, tabel 5-5 dan tabel 5-6 tersebut selanjutnya digunakan untuk
mengetahui beberapa hal, antara lain DWT digunakan untuk mengetahui berat payload/
kapasitas maksimal kapal untuk membawa muatan dengan rumus pendekatan yaitu DWT
adalah 110% dari payload kapal. LOA, B, H dan T digunakan untuk mengetahui volume ruang
muat pada kapal. Kecepatan rata-rata digunakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
kapal untuk berlayar dan selanjutnya untuk mengetahui kemampuan maksimal kapal tersebut
dapat melakukan perjalanan dalam jarak tertentu selama waktu tertentu. Gross tonnage (GT)
53
digunakan untuk mengetahui biaya jasa pelayanan kapal di pelabuhan. Sedangkan brake horse
power (BHP) atau daya mesin kapal digunakan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar kapal.
5.2.3 Total Waktu Operasional Kapal
Total waktu operasional kapal terdiri dari sea time dan port time. Sea time adalah waktu
yang dibutuhkan kapal untuk berlayar pada jarak tertentu dengan kecepatan tertentu. Sea time
ditentukan dari kecepatan rata-rata kapal dan jarak tempuh dari rute yang dilalui. Sedangkan
port time adalah waktu yang dibutuhkan kapal ketika berada di pelabuhan untuk melaksanakan
pelayanan kapal dan bongkar muat muatan. Port time ditentukan oleh lamanya waktu tunggu
layanan kapal dan barang, kecepatan bongkar muat dan total volume muatan yang dibongkar
dan dimuat.
Dengan menggunakan kecepatan rata-rata kapal yang sudah tertera pada sub bab 5.2.2
didapatkan sea time. Sedangkan port time didapatkan dari total waktu-waktu yang dibutuhkan
oleh kapal ketika di pelabuhan. Waktu pelabuhan terdiri dari approach time (AT), idle time
(IT) dan waiting time. Approach time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan adalah jumlah
waktu terpakai untuk kapal bergerak dari lokasi jangkar diturunkan sampai ikat tali di
tambatan. Idle time (IT) adalah waktu tidak efektif atau tidak produktif atau terbuang selama
kapal berada di tambatan disebabkan pengaruh cuaca dan peralatan bongkar muat yang rusak .
Sedangkan waiting time (WT) adalah waktu tunggu kapal sampai kapal itu dilayani oleh
pelabuhan. Berikut asumsi waktu tunggu pelabuhan masing-masing pelabuhan.
Tabel 5-7 Asumsi Waktu Tunggu Pelabuhan
Pelabuhan WT + IT + AT (jam)
Tanjung Perak 5
Gresik 5
Luwuk, Sulteng 5
Timika 5
Trisakti, Banjarmasin 5
Balikpapan, Kaltim 5
Indramayu, Jawa Barat 5
Sorong, Papua 5
Untuk waktu tunggu di perairan Kangean dan perairan Sampang, diasumsikan hanya satu
jam karena kapal tidak membutuhkan waktu tunggu seperti ketika kapal berada di pelabuhan.
Berikut total waktu operasional tiap kapal:
54
Tabel 5-8 Sea Time Dan Port Time Kapal
Jarak (nm) sea time (hari) port time (jam)
TB GC LCT TB GC LCT
1368 21,4 12,8 14,5 16,2 16,3 16,22
1559 24,4 14,6 16,5 16,0 16,1 16,06 279 4,4 2,6 3,0 16,1 16,1 16,10
165 2,6 1,5 1,7 12,8 12,9 12,70
38 0,6 0,4 0,4 12,8 12,9 12,70 481 7,5 4,5 5,1 15,3 16,4 16,32
389 6,1 3,6 4,1 16,2 16,2 16,17 1253 19,6 11,7 13,3 16,1 16,2 16,13
Setelah mengetahui sea time dan port time, didapatkan waktu yang dibutuhkan oleh kapal
untuk melakukan satu kali frekuensi dari pelabuhan asal ke tujuan. Berikut total waktu
operasional seluruh alternatif kapal :
Tabel 5-9 Total Waktu Operasional Kapal
Kapal TB GC LCT
Total Waktu Operasional (hari) 98 62 67
Dari total waktu operasional kapal selama 1 (satu) tahun, diketahui bahwa untuk
memenuhi permintaan pengangkutan heavy lift dibutuhkan satu unit kapal. Oleh karena itu,
kapal dikatakan telah melakukan satu kali frekuensi jika sudah memenuhi permintaan selama
satu tahun tersebut.
5.2.4 Perhitungan Ruang Muat
Perhitungan ruang muat dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu kapal untuk
membawa muatan. Perhitungan ruang muat dihitung berdasarkan luas dan volume ruang muat
pada kapal. Hal ini karena muatan yang akan diangkut tidak hanya memperhatikan berat
muatan saja tetapi juga dimensi dari muatan tersebut. Perhitungan ruang muat pada setiap jenis
kapal berbeda-beda mengikuti bentuk kapal. Kebutuhan ruang muat pada setiap tujuan selama
satu tahun digunakan sebagai acuan penentuan jumlah kapal atau frekuensi kapal. Berikut
kebutuhan ruang muat pada setiap tujuan selama satu tahun:
55
Tabel 5-10 Total Kebutuhan Ruang Muat Setiap Tujuan
Ruang muat tugbarge didapatkan dari luas kapal itu sendiri. Karena ruang muat tugbarge
setara dengan luasnya. Untuk berat maksimal yang dapat diangkut dapat dilihat dari payload
kapal. Berikut ruang muat untuk tugbarge:
Tabel 5-11 Ruang Muat Kapal Barge
Kode DWT (ton) Payload (ton) LOA (m) B (m) H (m) T (m) Ruang muat (m2)
TB 1 1800 1636 54,8 15,2 3,6 2,7 836
TB 2 4000 3636 70,1 21,3 4,2 3,2 1493
TB 3 4600 4182 82,3 21,9 5,4 4,4 1802
TB 4 9700 8818 91,4 27,4 6,0 4,8 2508
Kapal tugbarge 1800 DWT memiliki ruang muat 836 m2 dan dapat mengangkut
maksimal 1.636 ton. Tugbarge 4000 DWT memiliki ruang muat 1.493 m2 dan dapat
mengangkut maksimal 3.636 ton. Tugbarge 4600 DWT memiliki ruang muat 1.802 m2 dan
dapat mengangkut maksimal 4.182 ton. Sedangkan tugbarge 9700 DWT memiliki ruang muat
2.508 m2 dan dapat mengangkut maksimal 8.818 ton. Sehingga untuk kapal dengan kode TB
1, TB 2, TB 3, dan TB 4 dapat memuat keseluruhan muatan.
Untuk ruang muat pada general cargo DWT 7966, didapatkan dari data kapal yang sudah
ada sebagai berikut:
Asal Tujuan Jenis
Muatan
Jumlah
(unit)
Total
Berat
(ton)
total berat
per tujuan
(ton)
luas
muatan
(m2)
total luas
muatan per
tujuan (m2)
Tanjung
Perak
Luwuk,
Sulteng
Forklift 3 36,9
218,9
11,5
111,3 RTC 3 99 42,0
Manlift 3 51 44,9
MTC 2 32 12,8
Timika RTC 1 39
56,0 40,6
85,5 Manlift 1 17 44,9
Trisakti,
Banjarmasin RTC 3 99 99,0 42,0 42,0
Tanjung
Perak
Perairan
Kangean
Topside
Offshore 1 700 700,0 510,0 510,0
Perairan
Sampang
Topside
Offshore 1 700 700,0 510,0 510,0
Gresik
Balikpapan,
Kaltim
oil/gas
storage tank
120000 Ltr 20 318,6 318,6 56,1 56,1
Indramayu,
Jawa Barat
oil/gas
storage tank
80000 Ltr 15 167,4 167,4 39,7 39,7
Sorong,
Papua
oil/gas
storage tank
120000 Ltr 8 127,44 127,4 56,1 56,1
56
Tabel 5-12 Ruang Muat General Cargo
Total volume ruang muat (m3)
GC 1 GC 2 GC 3 GC 4
2.520 5.700 7.822 14.333
Dari data kapal tersebut, dapat diketahui bahwa kapal tersebut memiliki ruang muat
paling kecil 2520 m3, 5700 m3, 7822 m3 dan 14333 m3. Sedangkan untuk berat maksimum
muatan di atas geladak adalah 1,3 ton/m2 untuk GC 1, GC 2 dan 1,5 ton/m2 untuk GC 3 dan
1,75 ton/m2 untuk GC 4. Sehingga untuk seluruh alternatif kapal general cargo dapat memuat
keseluruhan muatan. Hal ini dapat dilihat dari kekuatan maksimum geladak. Salah satu muatan
dengan berat terbesar digunakan untuk melakukan pengecekan. Muatan yang memiliki berat
700 ton dapat diangkut, berarti untuk muatan yang memiliki berat di bawah 700 ton pasti dapat
diangkut juga. Berikut pengecekan kekuatan geladak:
Tabel 5-13 Pengecekan Kekuatan Geladak
Kapal GC 1 GC 2 GC 3 GC 4
Kekuatan maksimum geladak (ton/m2) 1,3 1,3 1,5 1,75
Berat muatan terbesar (ton) 700 700 700 700
Luas palkah (m2) 420 437 495 532
Kekuatan geladak (ton/m2) 1,67 1,60 1,41 1,32
Kekuatan geladak maksimum kapal GC 1 dan GC 2 adalah 1,3 ton/m2, sedangkan kekuatan
geladak yang dibutuhkan untuk mengangkut muatan 700 ton adalah 1,67 ton/m2 pada GC 1 dan 1,60
ton/m2 pada GC 2. Jadi, kapal GC 1 dan GC 2 tidak dapat mengangkut muatan dengan berat 700 ton.
Pada kapal GC 3, kekuatan maksimum geladak adalah 1,5 ton/m2 dan kekuatan geladak yang
dibutuhkan adalah 1,41 ton/m2. Jadi kapal GC 3 mampu mengangkut muatan 700 ton tersebut. Begitu
juga dengan GC 4, kekuatan maksimum geladak adalah 1,75 ton/m2 sedangkan yang dibutuhkan adalah
1,32 ton/m2. Jadi GC 4 masih mampu mengangkut muatan 700 ton.
Ruang muat pada LCT didapatkan dari data masing-masing kapal LCT. Berikut ruang
muat pada masing-masing kapal LCT:
Tabel 5-14 Ruang Muat Kapal LCT
Kode DWT (ton) LOA (m) B (m) H (m) T (m) Payload
(ton) Ruang Muat
(m2)
LCT 1 500 49,2 9,3 3,4 3,0 455 324
LCT 2 1000 61,0 11,0 3,0 2,6 909 535 LCT 3 2000 75,2 17,0 4,0 3,7 1818 1040
LCT 4 3000 81,8 15,5 4,0 3,5 2727 1900
Tabel 5-14 tersebut menjelaskan tentang luas ruang muat masing-masing kapal. LCT 500
DWT memiliki ruang muat 324 m2 dan dapat mengangkut maksimal 455 ton. LCT 1000 DWT
57
memiliki ruang muat 535 m2 dan dapat mengangkut maksimal 909 ton. LCT 2000 DWT
memiliki ruang muat 1.040 m2 dan dapat mengangkut maksimal 1.818 ton. Sedangkan
tugbarge 3000 DWT memiliki ruang muat 1.900 m2 dan dapat mengangkut maksimal 2.727
ton. Sehingga untuk kapal dengan kode LCT 1, LCT 2, LCT 3, dan LCT 4 dapat memuat
keseluruhan muatan.
Ruang muat pada kapal ini selanjutnya digunakan untuk menentukan jumlah kapal dan
frekuensi yang dibutuhkan untuk mengangkut muatan selama satu tahun. Ketika ruang muat
pada satu kapal cukup untuk mengangkut seluruh muatan dalam satu tujuan yang sama, berarti
hanya membutuhkan satu kapal dan frekuensinya yaitu satu kali perjalanan (roundtrip). Tetapi
jika ruang muat pada satu kapal tidak cukup untuk mengangkut seluruh muatan dalam satu
tujuan yang sama, berarti dibutuhkan lebih dari satu kapal dengan frekuensi satu kali perjalanan
atau satu kapal dengan frekuensi beberapa kali perjalanan.
5.2.5 Biaya Modal (Capital Cost)
Biaya modal (Capital Cost) dalam hal ini adalah pengadaan armada kapal. Biaya
pengadaan kapal dalam studi kasus ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli dan
menyewa armada.
5.2.5.1 Harga Kapal
Untuk pengadaan kapal dengan cara membeli, harga kapal mengacu pada harga kapal
saat ini. Agar pendekatan harga kapal mendekati valid, dilakukan pendekatan korelasi antara
ukuran kapal dengan harga kapal dan umur kapal dengan harga kapal. Berikut beberapa data
spesifikasi tugboat dan barge beserta dan harganya yang digunakan sebagai bahan pendekatan
korelasi :
Tabel 5-15 Harga Tugboat Sesuai Daya
Daya (HP) Harga (US $)
1800 1.000.000
3000 1.200.000
600 215.000 1400 1.100.000
6480 1.800.000
600 310.000 1200 875.000
800 398.000
3200 1.100.000
400 165.000 6000 1.800.000
1800 900.000 (sumber : www.maritimesales.com, www.oceanmarine.com, www.marinevesselsforsale.com,
www.nautisnp.com, www.shipseller.net)
58
Tabel 5-16 Harga Barge Sesuai Ukuran
L (feet) Harga (US $)
230 830.000
110 150.000 55 30.000
270 1.200.000
115 78.000 240 800.000
240 900.000
80 110.000
300 1.300.000 230 950.000
560 2.500.000 (sumber : www.maritimesales.com, www.oceanmarine.com, www.marinevesselsforsale.com,
www.nautisnp.com, www.shipseller.net)
Berdasarkan data pada tabel 5-15 kemudian dengan menggunakan metode korelasi
diperoleh bahwa harga tug dengan daya kapalnya memiliki korelasi yang tinggi, hal ini
ditunjukkan dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0.8463 (lihat Gambar 5.1). Nilai korelasi
yang didapat menggambarkan semakin besar daya tug maka semakin mahal pula harga tug.
Gambar 5.1 Korelasi Harga Tugboat dengan Daya Mesin
Kapal tugboat yang dipilih memiliki daya 1200 HP, 1800 HP, 2000 HP, 2400 HP. Kapal
tersebut dipilih karena yang tersedia di pasar pada umumnya. Persamaan korelasi yang ada
pada Gambar 5.1 digunakan untuk menghitung empat harga kapal tersebut dan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 5-17 Harga Kapal Tugboat
Daya (HP) Harga (US $) Harga (Miliar Rupiah)
1200 638.190 8,61
1800 787.478 10,63
2000 837.241 11,30
2400 936.766 12,64
y = 0,2488x + 339,61R² = 0,8463
-
5
10
15
20
25
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
ha
rga
tugb
oa
t (U
S $
/un
it)
(da
lam
rib
u U
S $
)
Daya (HP)
59
Berdasarkan data pada tabel 5-16 dengan menggunakan metode korelasi diperoleh
bahwa harga tug dengan panjang kapal memiliki korelasi yang tinggi, hal ini ditunjukkan
dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0.9816 (lihat Gambar 5.2).
Gambar 5.2 Korelasi antara Harga Barge dengan Ukurannya
Kapal tongkang (barge) yang dipilih memiliki panjang 180 feet, 230 feet, 270 feet dan
300 feet. Kapal tersebut dipilih karena yang tersedia di pasar pada umumnya. Berikut harga
barge hasil regresi:
Tabel 5-18 Harga Barge
L (feet) Harga (US $) Harga (Juta rupiah)
180 592.385 7.997
230 851.470 11.494
270 1.058.738 14.292
300 1.214.189 16.391
Harga tugboat dan barge yang telah dihitung tersebut kemudian dijumlakan untuk
mendapatkan harga kapal tug barge. Hasil yang diperoleh ditunjukkan oleh tabel 5-19 berikut:
Tabel 5-19 Harga Tug Barge
Daya (HP) L (feet) Harga (miliar rupiah)
1200 180 16,61
1800 230 22,12
2000 270 25,59
2400 300 29,03
Berdasakan pada tabel 5-19, total harga barge dengan daya 1200 HP dan ukuran 180 feet
sebesar 16,61 miliar rupiah, daya 1800 HP dengan ukuran 230 feet sebesar 22,12 miliar rupiah,
daya 2000 HP dengan ukuran 270 feet sebesar 25,59 miliar rupiah, dan 2400 HP dengan ukuran
300 feet sebesar 29,03 miliar rupiah.
y = 5181,7x - 340321
R² = 0,9816
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
0 100 200 300 400 500 600
ha
rga
ba
rge
(US
$/u
nit
)
(da
lam
rib
u U
S $
)
L (feet)
60
Spesifikasi kapal general cargo dan harga kapal yang digunakan sebagai acuan dalam
perhitungan korelasi terdapat pada lampiran. Melalui regresi linier antara DWT dan harga kapal
didapatkan persamaan berikut:
Gambar 5.3 Korelasi Harga DWT terhadap Harga Kapal GC
Dari hasil perhitungan korelasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa DWT dengan
kapal GC memiliki korelasi, hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0.7071.
(lihat Gambar 5.3). Nilai korelasi yang didapat tersebut menggambarkan semakin besar ukuran
kapal GC maka semakin mahal pula harga kapal GC. Berikut harga GC yang diperoleh dari
hasil regresi pada gambar 5.3:
Tabel 5-20 Harga Kapal General Cargo
Kode Kapal DWT (ton) Harga (US $) Harga (Miliar Rupiah)
GC 1 2022 1.178.796 15,91
GC 2 4000 1.810.526 24,44
GC 3 5500 2.289.593 30,90
GC 4 10000 3.726.793 50,31
Kapal GC 1 berukuran 2022 DWT memiliki harga 15,91 miliar rupiah, kapal GC 2
berukuran 4000 DWT memiliki harga 24,44 miliar rupiah, kapal GC 3 berukuran 5500 DWT
memiliki harga 30,9 miliar rupiah dan kapal GC 4 berukuran 10000 DWT memiliki harga 50,31
miliar rupiah.
Spesifikasi kapal LCT dan harga kapal yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan
korelasi terdapat pada lampiran. Melalui regresi linier antara DWT dan harga kapal didapatkan
persamaan berikut:
y = 319,38x + 533014R² = 0,6015
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
ha
rga
ka
pa
l GC
(US
$/u
nit
)
(da
lam
rib
u U
S $
)
DWT (ton)
61
Gambar 5.4 Korelasi DWT dengan Harga kapal LCT
Gambar 5.4 menunjukkan korelasi antara ukuran DWT kapal terhadap harga kapal. Dari
hasil perhitungan regresi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ukuran DWT dengan
harga kapal LCT memiliki korelasi, hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi (R2) sebesar
0.7328. (lihat gambar5.4). Nilai korelasi yang didapat tersebut menggambarkan semakin besar
ukuran kapal LCT maka semakin mahal pula harga kapal LCT.
Ukuran LCT yang dipilih sebanyak 4 unit yaitu 500 ton, 1000 ton, 2000 ton, dan 3000
ton. Dengan menggunakan persamaan korelasi pada Gambar 5.4 di atas, diperoleh harga kapal
LCT sebagai berikut:
Tabel 5-21 Harga Landing Craft Tank
Kode Kapal DWT (ton) Harga (US $) Harga (Miliar Rupiah)
LCT 1 500 920.833 12,43
LCT 2 1000 2.171.255 29,31
LCT 3 2000 2.898.446 39,12
LCT 4 3000 2.992.753 40,40
Harga pengadaan kapal LCT berukuran 500 DWT sebesar 12,43 miliar rupiah, 1000
DWT sebesar 29,31 miliar rupiah, 2000 DWT sebesar Rp 39,12 miliar rupiah dan harga kapal
LCT dengan 3000 DWT sebesar 40,4 miliar rupiah.
5.2.5.2 Harga Sewa Kapal
Untuk biaya modal pengadaan kapal dengan sewa menggunakan salah satu sistem
charter / sewa yaitu time charter yang sudah dijelaskan pada sub bab 2.4.4. Harga sewa kapal
y = 319,38x + 533014R² = 0,6015
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
ha
rga
ka
pa
l GC
(US
$/u
nit
)
(da
lam
rib
u U
S $
)
DWT (ton)
62
diasumsikan menggunakan time charter hire yang didapatkan dari penjumlahan capital cost
per tahun dan total biaya operasional selama sisa umur ekonomis kapal. Setelah menemukan
harga beli barulah memasukkan berapa sisa umur ekonomus kapal tersebut. Kemudian harga
kapal tersebut dibagi rata dengan umur ekonomisnya dan ditambahkan inflasi 2%. Berikut TCH
untuk semua alternatif kapal:
Tabel 5-22 Time Charter Hire Seluruh Alternatif Kapal
Kapal DWT (ton) TCH (Miliar Rupiah)
TB 1 1800 5,43
TB 2 4000 6,88
TB 3 4600 7,72
TB 4 9700 8,39
GC 1 2022 7,55
GC 2 4000 9,89
GC 3 5500 13,91
GC 4 10000 20,32
LCT 1 500 5,26
LCT 2 1000 8.,98
LCT 3 2000 12.,47
LCT 4 3000 13,21
Harga sewa kapal terendah dimiliki oleh LCT 1 yaitu 5,26 miliar rupiah, sedangkan
harga sewa kapal tertinggi dimiliki oleh GC 4 yaitu 20,32 miliar rupiah. Berikut perbandingan
TCH setiap alternatif kapal:
Gambar 5.5 Time Charter Hire Seluruh Alternatif Kapal
Kapal GC 4 memiliki TCH paling tinggi, hal ini karena kapal tersebut memiliki DWT
paling besar yaitu 10.000 ton. sedangkan LCT 1 memiliki TCH paling rendah karena memilik i
DWT paling rendah yaitu 500 ton.
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
TCH
(ru
pia
h/t
ah
un
)
(da
lam
juta
ru
pia
h)
Alternatif Kapal
63
5.2.6 Biaya Operasional Kapal
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab 2.4.2, biaya operasional meliputi biaya
ABK, perawatan dan perbaikan kapal, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan
administrasi. Biaya ABK kapal/gaji anak buah kapal (ABK) ini merupakan upah yang
diberikan kepada ABK kapal. ABK kapal merupakan orang-orang yang yang mengemud ikan
kapal atau membantu dalam operasi, perawatan atau pelayanan dari sebuah kapal. Hal ini
mencakup seluruh orang yang bekerja di atas kapal. Pertama-tama adalah menghitung jumlah
ABK dari masing-masing kapal. Perhitungan jumlah ABK menggunakan rumus pendekatan
yaitu HB Tord sebagai berikut :
Keterangan :
ZC = jumlah ABK
Cst = Coefisien ABK Catering Department (1,2 – 1,33) diambil 1,2
Cdeck = Coefisien ABK Engineering Department (11,5 – 14,5) diambil 11,5
Ceng = Coefisien ABK Engineering Department ( 8,5 – 11) diambil 8,5
LWL = panjang kapal
Cadet = 1
B = lebar kapal
T = sarat kapal
Biaya perawatan merupakan biaya yang rutin dikeluarkan selama umur kapal. Biaya
tersebut meliputi perawatan mesin induk dan mesin bantu, cat, bangunan atas dan pengedokan
untuk memelihara lambung dari pertumbuhan biota laut yang bisa mengurangi efisiensi operasi
kapal. Biaya perawatan ini cenderung bertambah seiring dengan bertambahnya umur kapal.
Semakin besar ukuran kapal semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Biaya perbaikan
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan pada kapal. Biaya perbaikan
muncul karena adanya kerusakan kapal secara tiba-tiba dan harus segera diperbaiki.
Biaya asuransi yang dikeluarkan dipengaruhi oleh resiko yang mungkin terjadi pada
kapal. Semakin tinggi resiko yang dibebankan, semakin tinggi pula premi asuransinya. Umur
kapal juga memperngaruhi biaya premi asuransi, yaitu biaya premi asuransi akan dikenakan
pada kapal yang umurnya lebih tua. Dalam Tugas Akhir ini, biaya perawatan diasumsikan 3%-
5% dari capital cost. Berikut asumsi yang digunakan:
Tabel 5-23 Asumsi Biaya Operasional
Kapal Barge General Cargo LCT
Perawatan & Perbaikan 3% 5% 4%
Asuransi 4% 4% 4%
Perbekalan & Persediaan crew , Lub Oil 3% 4% 4%
𝑍𝐶 = 𝐶𝑠𝑡 (𝐶𝑑𝑒𝑐𝑘 (𝐿𝑊𝐿 𝑥 𝐵 𝑥 𝑇 𝑥 35
105)
16
) + 𝐶𝑒𝑛𝑔 (𝐵𝐻𝑃
103)
15
+ 𝑐𝑎𝑑𝑒𝑡
64
Dengan menggunakan rumus pendekatan tersebut diperoleh total biaya operasional
sebagai berikut:
Gambar 5.6 Total Biaya Operasional Setiap Alternatif Kapal
Biaya operasional kapal paling rendah yaitu TB 1 sebesar 3,4 miliar rupiah per tahun
dan biaya operasional tertinggi yaitu kapal GC 4 sebesar 13,7 miliar rupiah per tahun.
5.2.7 Biaya Pelayaran
5.2.7.1 Biaya Bahan Bakar
Rata-rata biaya bahan bakar yang digunakan pada Tugas Akhir ini berdasarkan harga
yang dikeluarkan oleh PT Pertamina pada Juli 2017 dengan jenis produk HSD adalah Rp 8.855
per liter. Berikut harga bahan bakar solar :
Tabel 5-24 Harga Bahan Bakar Solar
produk harga tanpa pajak
per liter PPN (10%) PBBKB (5%) harga jual per
liter
Solar (HSD) Rp7.700 Rp770 Rp385 Rp 8.855
Sumber: bunkerbbm.co.id
Banyaknya konsumsi yang digunakan dalam operasional kapal berdasarkan nilai Spesific
Fuel Oil Consumption (SFOC) dalam satuan ton/kWh, hal ini menunjukkan bahwa mesin yang
digunakan selama 1 (satu) jam untuk setiap kilo Watt nya akan menghabiskan bahan bakar
sebanyak 1 (satu) ton. Mengacu pada Journal fo KONES tentang Powertrain and Transport
(2012), rata-rata spesifikasi konsumsi bahan bakar untuk main engine mesin diesel berkisar
183.5 g/kWh dan spesifikasi konsumsi bahan bakar untuk auxiliary engine berkisar 298 g/kWh.
Berikut total konsumsi bahan bakar setiap kapal:
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 LCT 1LCT 2LCT 3LCT 4
Bia
ya O
per
asi
on
al (R
p/t
ah
un
)
(da
lam
juta
ru
pia
h)
Alternatif Kapal
65
Gambar 5.7 Total Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar terkecil dimiliki oleh LCT 1 sebesar 2,4 miliar rupiah. Sedangkan
biaya bahan bakar tertinggi dimilii oleh kapal GC 4 sebesar 9,8 miliar rupiah per tahun. Biaya
bahan bakar ini dipengaruhi oleh konsumsi bahan bakar mesin, kecepatan rata-rata kapal dan
jarak tempuh pelayaran. Semakin besar konsumsi bahan bakar mesin, maka makin besar pula
kebutuhan bahan bakar. Begitu juga dengan jarak tempuh pelayaran, makin panjang jarak
tempuhnya, maka makin besar pula bahan bakar yang dibutuhkan.
5.2.7.2 Biaya Penggunaan Jasa Pelabuhan
Secara garis besar biaya pelabuhan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu
biaya pada jasa layanan kapal dan layanan barang. Jasa layanan kapal terdiri dari layanan labuh,
tambat, pandu, tunda dan buka tutup palkah. Dalam Tugas Akhir ini, diasumsikan seluruh
pelabuhan memiliki tarif yang sama mengikuti tarif yang berlaku di daerah pelayanan Pelindo
III.
Biaya pelabuhan dipengaruhi oleh besar GT kapal dan lama waktu kapal berada di
pelabuhan. Semakin besar GT dan semakin lama waktu kapal di pelabuhan akan semakin besar
pula biaya yang dikeluarkan. Lamanya waktu pelayanan kapal yang diberikan oleh pelabuhan
secara keseluruhan akan sangat mempengaruhi operasional kapal, yaitu frekuensi kapal yang
dihasilkan dalam satu tahun untuk setiap rute yang dilayani. Selain waktu layanan kapal,
layanan jasa barang dan kinerja operasional pelabuhan juga secara signifikan mempengaruhi
lamanya kapal berada dipelabuhan. Muatan alat berat memiliki cara yang berbeda dalam
penanganannya, jadi dalam proses bongkar muat dan tahap persiapan memliki waktu yang
lebih lama daripada muatan pada umumnya. Berikut tarif jasa pelayanan kapal yang berlaku di
daerah pelayanan Pelindo III:
-
2
4
6
8
10
12
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4Bia
ya B
ah
an
Ba
kar
(Rp
/ta
hu
n)
(da
lam
mil
iar r
up
iah
)
Alternatif Kapal
66
Tabel 5-25 Biaya Pelabuhan
Jenis Pelayanan Tarif (Rp) Keterangan
JASA LABUH 82 Per GT/Kunjungan
JASA PEMANDUAN
Tarif Pokok 293.750 Per Kapal/Gerakan
Tarif Tambahan 53 Per GT/Kapal/Gerakan
JASA PENUNDAAN
Tarif Tetap
0 – 3500 918.750 Per kapal yang ditunda/jam
3501 – 8000 1.653.750 Per kapal yang ditunda/jam
8001 – 14000 2.450.000 Per kapal yang ditunda/jam
14001 – 18000 3.430.000 Per kapal yang ditunda/jam
Tarif Variabel (GT Kapal)
0 – 14000 12 Per GT/Kapal yang ditunda/jam
14001 – ke atas 14 Per GT/Kapal yang ditunda/jam
JASA TAMBAT
Dermaga Beton 106 Per GT/Etmal
Breasting Dolphin 53 Per GT/Etmal
Pinggiran 27 Per GT/Etmal
Sumber : PT. PELINDO III Cabang Tanjung Perak , per tanggal 01 September 2014
Berikut perbandingan total biaya jasa pelabuhan untuk semua alternatif kapal:
Gambar 5.8 Perbandingan Total Biaya Pelabuhan Semua Alternatif Kapal
Dari gambar 5.8 tersebut biaya jasa pelabuhan yang paling tinggi adalah kapal GC 4 yaitu
153 juta rupiah. Sedangkan biaya pelabuhan yang paling rendah adalah kapal LCT 1 yaitu 125
juta rupiah. Tinggi rendahnya biaya pelabuhan ini dipengaruhi oleh ukuran GT kapal dan waktu
yang dibutuhkan oleh kapal saat bongkar muat. Semakin besar GT kapal maka semakin besar
pula biaya yang dikeluarkan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan kapal saat bongkar muat
dipengaruhi oleh kecepatan bongkar muat kapal. Kecepatan bongkar muat pada barge dan
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
Bia
ya P
ela
bu
ha
n (R
p/t
ah
un
)
(da
lam
juta
ru
pia
h)
Alternatif Kapal
67
general cargo tergantung pada kecepatan crane pelabuhan. Hal ini karena untuk bongkar muat
muatan heavy lift dibutuhkan alat bongkar muat yang berkapasitas besar. Jadi walaupun
general cargo memiliki crane di kapal, crane tersebut tidak dapat digunakan.
Pada LCT, waktu yang dibutuhkan di pelabuhan untuk bongkar muat relatif rendah
karena kecepatan bongkar muat pada LCT lebih tinggi daripada pada general cargo dan barge.
Hal ini disebabkan oleh LCT yang memiliki fasilitas bongkar muat pada kapal yaitu ramp
door/pintu rampa sehingga proses bongkar muat dapat dilakukan lebih cepat.
5.3 Analisis Perbandingan Total Biaya
Total biaya yang dibandingkan adalah total biaya per tahun. Total biaya pada kapal sewa
meliputi capital cost, biaya bahan bakar dan biaya jasa pelabuhan. Sedangkan total biaya untuk
kapal milik meliputi capital cost, biaya operasional, biaya bahan bakar dan biaya jasa
pelabuhan. Biaya capital cost pada kapal sewa adalah biaya time charter hire (TCH). Pada
kapal milik, capital cost adalah harga kapal yang dibebankan selama sisa umur ekonomis kapal
tersebut. Setelah dilakukan perhitungan biaya sesuai dengan skenario yang ada, selama satu
tahun ketika kapal milik sendiri dan kapal sewa dapat dilihat perbandingannya sebagai berikut:
Gambar 5.9 Perbandingan Total Biaya per Tahun
Dari grafik di atas, biaya yang paling kecil adalah kapal LCT 1 dengan sewa yaitu 2,5
miliar rupiah per tahun dengan unit cost Rp295 per ton per nautical mile. Secara biaya LCT 1
memiliki unit cost terkecil, tetapi dari segi ruang muat ada muatan yang tidak mampu dibawa.
Sehingga kapal yang terpilih adalah TB 1 yaitu barge berukuran 1800 DWT sewa dengan unit
cost Rp354 per ton per nautical mile.
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
Tota
l Bia
ya (R
p/t
ahu
n)
(da
lam
juta
ru
pia
h)
Al ternatif Kapal
TC (Rp) TC (Rp)
68
5.4 Analisis Sensitivitas Permintaan
Analisis sensitivitas pada Tugas Akhir ini digunakan untuk melihat variabel yang paling
signifikan mempengaruhi penguasaan armada kapal, adapun perubahan utama yang
diperhatikan adalah dari sisi total biaya transportasi laut (total cost). Sedangkan variabel yang
ditinjau adalah asumsi jumlah muatan yang diangkut dalam satu tahun (demand) dan perubahan
umur kapal yang digunakan.
Demand / permintaan pengangkutan muatan alat berat memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam penentuan model penguasaan armada kapal. Jika muatan dalam satu tahun
mengalami perubahan, seberapa berpengaruh terhadap penguasaan armada. Dalam studi kasus
ini, jumlah muatan mengacu pada jumlah muatan selama satu tahun yang sudah dijelaskan pada
sub bab 4.3. Untuk mengetahui sensitivitas muatan, dapat diketahui total biaya jika jumlah
muatan berubah-ubah. Perubahan muatan ini berdasarkan proyeksi muatan dari data yang
sudah tertera pada sub bab 4.1 yang mengalami peningkatan rata-rata 13% setiap tahun. Berikut
sensitivitas unit cost per tahun terhadap muatan:
Gambar 5.10 Sensitivitas Unit Cost Terhadap Jumlah Muatan dalam Ton
Gambar 5.10 menunjukkan bahwa ketika menyewa kapal barge 1800 DWT, ketika
muatan yang harus diangkut adalah 10.348 ton unit cost untuk pengiriman muatan dengan
kapal beli lebih rendah daripada dengan kapal milik yaitu Rp139/ton.nm untuk sewa dan
Rp140/ton.nm untuk beli. Semakin besar muatan tersebut maka semakin besar pula selisih
antara unit cost sewa dan milik. Jadi ketika dalam satu tahun muatan yang harus diangkut
sebesar 10.348 ton, pengadaan armada kapal dilakukan dengan membeli kapal barge 1800
DWT agar unit cost yang dihasilkan minimum.
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
Un
it c
ost
(Rp
/to
n.n
m)
Muatan (ton)
unit cost kapal beli (Rp/ton.nm) unit cost kapal sewa (Rp/ton.nm)
69
Berikut sensitivitas unit cost terhadap volume muatan:
Gambar 5.11 Sensitivitas Unit Cost Terhadap Jumlah Volume Muatan
Gambar 5.11 menunjukkan bahwa ketika volume muatan yang harus diangkut adalah
234.860 m3, unit cost untuk pengiriman muatan dengan kapal beli lebih rendah daripada dengan
kapal milik yaitu Rp67.551/ton untuk sewa dan Rp68.171/ton untuk beli.
30
40
50
60
70
80
90
100
110
100 200 300 400 500
Un
it C
ost
(R
p/m
3.n
m)
(da
lam
rib
u r
up
iah
)
Volume Muatan (m3) (dalam ribu ton)
unit cost kapal beli (Rp/m3) unit cost kapal sewa (Rp/m3)
70
BAB 6
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Tugas Akhir Tugas Akhir ini,
didapatkan kesimpulan, sebagai berikut:
1. Permintaan pengiriman muatan heavy lift yang bersifat tidak rutin (insidentil)
mengakibatkan pengadaan armada kapal untuk pengiriman muatan heavy lift saat ini
dilakukan dengan sistem sewa.
2. Hasil perbandingan biaya transportasi laut dengan alternatif kapal yang tersedia
menunjukkan bahwa, biaya pengadaan kapal dengan cara sewa lebih kecil daripada
biaya pengadaan kapal dengan cara beli dengan selisih unit cost 12%. Total biaya
untuk pengiriman muatan 2.387 ton menggunakan barge 1800 DWT milik adalah 10,6
miliar rupiah dan dengan jumlah muatan dan ukuran kapal yang sama dengan sewa
adalah 9,3 miliar rupiah. Untuk memenuhi permintaan pengiriman muatan 2.387 ton
dengan unit cost minimum, digunakan:
Barge berukuran 180 feet
Frekuensi 1 kali dalam setiap tujuan (delapan tujuan)
Waktu operasional 98 hari
Unit cost Rp354 per ton per nautical mile
3. Sensitivitas jumlah muatan yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa penguasaan
armada barge 1800 DWT dengan beli menghasilkan unit cost lebih rendah daripada
kapal sewa ketika jumlah muatan mencapai 9.158 ton. Hal yang mempengaruhi jenis
kapal yang terpilih pada Tugas Akhir ini adalah volume ruang muat kapal yang
mampu mengangkut muatan sesuai dengan jumlah dan dimensi muatan.
6.2 Saran
Saran untuk Tugas Akhir selanjutnya dari Tugas Akhir ini adalah :
1. Menambahkan variasi pada jenis muatan yang diangkut.
2. Melakukan perhitungan biaya dengan pola operasi multiport.
71
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2017). Diambil kembali dari http://www.bps.go.id.
Inten, G. (2015). Studi Potensi Pengembangan Pelabuhan Heavy Lift Cargo Tinjauan:
Pengguna Fasilitas dan Pelabuhan. 15.
Investopedia. (2017).
Kementrian Perindustrian. (2016).
M, S. (1990). Maritime Economics. New York & London.
marinesales. (2016). www.marinesales.com. Dipetik Januari 2016, dari www.marinesales. com
Marine Corps. (2015).
Pelindo III. (2016). www.pelindo.co.id. Dipetik Januari 2016, dari www.pelindo.co.id
ports. (2016). www.ports.com. Dipetik Januari 2016, dari www.ports.com
Sjahrun, T. (2017). Repository Universitas Hasanudin.
Stopford, M. (1990). Maritime Economics. New York & London.
The Big Construct Indonesia. (2015).
Wegeland, W. &. (1997). Shipping. Delf University Press.
Wikipedia. (2017). https://id.wikipedia.org/wiki/Tongkang. Diambil kembali dari Wikipedia.
www.itfseafarers.org/what_wages.cfm. (2017).
72
73
LAMPIRAN
1. Proyeksi
2. Regresi Harga Kapal
3. Perhitungan Kapasitas Ruang Muat
4. Biaya Operasional
5. Sea Time dan Port Time
6. Voyage Cost
7. Time Charter Hire
8. Capital Cost
9. Rekap Perbandingan Unit Cost
74
LAMPIRAN
Lampiran 1. Proyeksi
presentase peningkatan 2012 2013 2014 2015
Luwuk, Sulteng 16% 10% 12% 10% 12%
Timika 16% 11% 9% 10% 11%
Trisakti, Banjarmasin 14% 13% 13% 10% 13%
Perairan Kangean 15% 13% 8% 11% 12%
Perairan Sampang 15% 13% 8% 11% 12%
Balikpapan, Kaltim 18% 12% 14% 11% 14%
Indramayu, Jawa Barat 19% 15% 14% 12% 15%
Sorong, Papua 27% 13% 9% 14% 16%
18% 13% 11% 11% 13%
Lampiran 2. Regresi Harga Kapal
Nilai Konstruksi (Juta rupiah) 2011 2012 2013 2014 2015
Luwuk, Sulteng 2,771,751 3,213,878 3,544,024 3,970,759 4,356,896
Timika 5,904,775 6,846,588 7,568,266 8,272,488 9,104,234
Trisakti, Banjarmasin 6,754,750 7,689,099 8,701,659 9,859,461 10,832,916
Perairan Kangean 49,611,876 57,124,528 64,676,608 69,997,090 77,529,457
Perairan Sampang 49,611,876 57,124,528 64,676,608 69,997,090 77,529,457
Balikpapan, Kaltim 11,138,209 13,152,841 14,756,350 16,861,153 18,670,224
Indramayu, Jawa Barat 42,304,805 50,400,626 58,053,300 66,130,561 74,004,808
Sorong, Papua 3,940,815 5,017,527 5,683,566 6,206,356 7,077,732
peningkatan 2012 2013 2014 2015
Luwuk, Sulteng 442,127 330,146 426,735 386,137
Timika 941,813 721,678 704,222 831,746
Trisakti, Banjarmasin 934,349 1,012,560 1,157,802 973,455
Perairan Kangean 7,512,652 7,552,080 5,320,482 7,532,367
Perairan Sampang 7,512,652 7,552,080 5,320,482 7,532,367
Balikpapan, Kaltim 2,014,632 1,603,509 2,104,803 1,809,071
Indramayu, Jawa Barat 8,095,821 7,652,674 8,077,261 7,874,247
Sorong, Papua 1,076,712 666,039 522,790 871,376
75
- Harga Tugbarge
Harga Tug
No Daya (HP) Harga (US $)
1 1800 1.000.000
2 3000 1.200.000
3 600 215.000
4 1400 1.100.000
5 6480 1.800.000
6 600 310.000
7 1200 875.000
8 800 398.000
9 3200 1.100.000
10 400 165.000
11 6000 1.800.000
12 1800 900.000
Harga Tug
Daya (HP) Harga (US $) Harga (Rp)
1200 638.190 8.615.560.955
1800 787.478 10.630.953.899
2000 837.241 11.302.751.547
2400 936.766 12.646.346.844
Harga Barge
No L (feet) Harga (US $)
1 230 830.000
2 110 150.000
3 55 30.000
4 270 1.200.000
5 115 78.000
6 240 800.000
7 240 900.000
8 80 110.000
9 300 1.300.000
10 230 950.000
11 560 2.500.000
y = 5181,7x - 340321R² = 0,9816
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
0 100 200 300 400 500 600
ha
rga
ba
rge
(US
$/u
nit
)
(da
lam
rib
u U
S $
)
L (feet)
76
- Kapal General Cargo
Harga Barge
L (feet) Harga (US $) Harga (Rp)
180 592.385 7.997.196.921
230 851.470 11.494.845.129
270 1.058.738 14.292.963.695
300 1.214.189 16.391.552.620
NO KODE DWT (ton) L (m) B (m) D (m) T (m) TAHUN CLASS HARGA (US $)
1 12879 - FR 3500 84 14,1 2008 IMB 4.000.000
2 12880 - FR 2557 75 13,8 4,24 2008 Conarina 1.000.000
3 SGM -GC-087 902 58,45 10 6 3,92 2008 800.000
4 SGM-GC-098 536 45,55 8 5 2008 900.000
5 SGM-CV-097 3353 83,53 14 8,5 2008 700.000
6 SGM-GC-100 2272 69,02 13,5 5,4 4,49 2008 Phoenix Register 570.000
7 SGM-GC-099 7527 101 19 9 7,16 2008 NK 4.500.000
8 SGM-GC-082 6817 110 16,4 8,55 2008 Korea Register 2.300.000
9 SGM-GC-067 4704,6 99,5 14,6 7,4 5,6 2008 IBS 1.500.000
10 SGM-GC-056 546 48,4 3,3 2008 KM (Malaysia Class) 400.000
11 USL13 1045 79,88 9,4 2,5 2,2 2008 315.000
12 PRS11 2130 78,3 11,5 4,9 2008 N 2.000.000
13 ANK10 2534 71,18 10 6,39 2008 580.000
14 HNA10 2635 70,92 11,8 6,81 5,4 2008 875.000
15 HEN11 2386 67,1 13,4 4,3 3,6 2008 BKI 2.100.000
16 JRD10 1286 70,18 12 3,8 2008 750.000
17 RSH10 1100 59 9,8 5 2008 800.000
18 FKH10 632 55,5 8,8 3 2008 BKI 635.000
19 SNR10 900 53,3 9,45 5,18 2008 BKI 800.000
20 14158 - FR 3575 84,4 15 4,9 2008 1.200.000
21 13760 - FR 3666 82,4 12,5 5,78 2008 RMRS 2.200.000
22 14111 - FR 1535 63,81 11,7 3,9 2008 INSB SS 2.000.000
26 AYLISH 8300 120,8 17,92 6,35 2008 CLASS BV 3.700.000
27 NORJAN 11169 129,49 19 8,72 2008 CLASS GL 3.500.000
28 SHAMS 4896 100,59 16,23 6,4 2008 CLASS ML 1.250.000
30 ENGLAND 10350 142,7 18,25 7,34 2008 CLASS GL 3.500.000
y = 319,38x + 533014R² = 0,6015 -
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
0 5000 10000 15000
ha
rga
ka
pa
l GC
(US
$/u
nit
)
(da
lam
rib
u U
S $
)
DWT (ton)
Harga GC
Kode Kapal DWT (ton) Harga (US $) Harga (Rp)
GC 1 2022 1.178.796 15.913.750.401
GC 2 4000 1.810.526 24.442.097.424
GC 3 5500 2.289.593 30.909.499.109
GC 4 10000 3.726.793 50.311.704.165
77
- Harga LCT
NO KODE DWT (ton) L (m) B (m) D (m) T (m) TAHUN CLASS HARGA (US $)
1 ADINDA FADILLA 4700 82,3 21,4 3,8 2008 2.500.000
2 DANUM 5 2400 78,1 16 3,5 2008 2.000.000
3 LAHARA CHIEF 666 61,57 12,2 2,2 2008 750.000
4 NB LCT DECK BARGE 2000 75,2 16 3,3 2008 1.400.000
5 XX 2500 75 16,8 4,2 2008 1.850.000
6 XY 1500 64 14 4,5 3,3 2008 BKI 1.650.000
7 ZX 1000 67 12 3,3 2008 BKI 1.100.000
8 YX 500 62 15,6 1,82 2008 650.000
9 9436-SC 3500 86 18,5 3,18 2008 CHINA 2.300.000
10 11170-SC 3000 79 17,41 3 2008 BKI 3.000.000
11 11347-SC 1200 70,76 14 3,66 2008 1.500.000
12 11369-SC 1890 66,8 14 2008 BKI 1.800.000
13 12895-SC 700 39 11,15 9,84 2008 LCU 585.000
14 13569-SC 900 52,5 10,5 2008 BKI 1.500.000
15 SGM-RC-026 1012 81 15,58 5,03 2,13 2008 ABS 900.000
16 LCT NJ-9 PGA 1500 67 14,4 3,6 3 2008 BKI 1.750.000
y = 500,84x + 670412R² = 0,7328
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
0 1000 2000 3000 4000 5000
US
$
DWT
Harga LCT
Series1
Linear (Series1)
Kode Kapal DWT (ton) Harga (US $) Harga (Rp)
LCT 1 500 920.833 12.431.251.385
LCT 2 1000 2.171.255 29.311.942.500
LCT 3 2000 2.898.446 39.129.020.609
LCT 4 3000 2.992.753 40.402.161.518
78
Lampiran 3. Perhitungan Kapasitas Ruang Muat
- Dsta GC
79
- Data LCT
80
81
Pengecekan Kemampuan Kapal Berdasarkan Ruang Muat
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4
Asal Tujuan Jarak (nm) total berat (ton) total luas (m2) total volume 1.636 3.636 4.182 8.818 455 909 1818 2727 1838 3636 5000 9091
Luwuk, Sulteng 1368 218,9 111 966 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Timika 1559 56 86 251 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Trisakti, Banjarmasin 279 99 42 441 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Perairan Kangean 165 700 510 26730 1 1 1 1 NOT OK 1 1 1 1 1 1 1
Perairan Sampang 38 700 510 26730 1 1 1 1 NOT OK 1 1 1 1 1 1 1
Balikpapan, Kaltim 481 318,6 56 3186 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Indramayu, Jawa Barat 389 167,4 40 1650 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sorong, Papua 1253 127,44 56 1274 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8
Berdasarkan payload (ton)
Tanjung Perak
Gresik
Berdasarkan volume ruang muat (m3) Berdasarkan kekuatan deck (ton/m2) Berdasarkan kekuatan deck (ton/m2)
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4
836 1.493 1.802 2.508 324 535 1.040 1.900 2.520 5.700 7.822 14.333 420 437 495,6 532 1,67 1,60 1,41 1,32
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,52 0,50 0,44 0,41 OK OK OK OK
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,13 0,13 0,11 0,11 OK OK OK OK
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,24 0,23 0,20 0,19 OK OK OK OK
1 1 1 1 NOT OK 1 1 1 NOT OK NOT OK NOT OK NOT OK 1,67 1,60 1,41 1,32 NOT OK NOT OK NOT OK NOT OK
1 1 1 1 NOT OK 1 1 1 NOT OK NOT OK NOT OK NOT OK 1,67 1,60 1,41 1,32 NOT OK NOT OK NOT OK NOT OK
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0,76 0,73 0,64 0,60 OK OK OK OK
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,40 0,38 0,34 0,31 OK OK OK OK
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,30 0,29 0,26 0,24 OK OK OK OK
Berdasarkan luas ruang muat (m2)
82
Lampiran 4. Biaya Operasional
Biaya Operasional
Kapal Barge General Cargo LCT
Perawatan & Perbaikan 3% 5% 4% 3%-5% harga kapal
Asuransi 4% 4% 4% 3%-5% harga kapal
Perbekalan & Persediaan crew , Lub Oil3% 4% 4% 3%-5% harga kapal
KAPAL DWT (ton) Gaji Kru (Rp) Perawatan & Perbaikan (Rp) Asuransi (Rp) Perbekalan (Rp) TOTAL (Rp)
TB 1 1800 1.807.920.000 498.382.736 664.510.315 498.382.736 3.469.195.788
TB 2 4000 2.112.318.000 663.773.971 885.031.961 663.773.971 4.324.897.903
TB 3 4600 2.242.242.000 767.871.457 1.023.828.610 767.871.457 4.801.813.524
TB 4 9700 2.242.242.000 871.136.984 1.161.515.979 871.136.984 5.146.031.946
GC 1 2022 3.209.868.000 795.687.520 636.550.016 636.550.016 5.278.655.552
GC 2 4000 3.514.266.000 1.222.104.871 977.683.897 977.683.897 6.691.738.665
GC 3 5500 5.611.032.000 1.545.474.955 1.236.379.964 1.236.379.964 9.629.266.884
GC 4 10000 7.191.018.000 2.515.585.208 2.012.468.167 2.012.468.167 13.731.539.542
LCT 1 500 2.101.302.000 497.250.055 497.250.055 497.250.055 3.593.052.166
LCT 2 1000 2.101.302.000 1.172.477.700 1.172.477.700 1.172.477.700 5.618.735.100
LCT 3 2000 3.209.868.000 1.565.160.824 1.565.160.824 1.565.160.824 7.905.350.473
LCT 4 3000 3.589.920.000 1.616.086.461 1.616.086.461 1.616.086.461 8.438.179.382
TB 1
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
5 2nd Engineer 0 1.879 -
6 Oiler ect 0 802 -
4 1.807.920.000 TOTAL
TB 2
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
5 2nd Engineer 1 1.879 25.366.500
6 Oiler ect 0 802 -
5 2.112.318.000 TOTAL
TB 3
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
5 2nd Engineer 1 1.879 25.366.500
6 Oiler ect 1 802 10.827.000
6 2.242.242.000 TOTAL
83
Crew GC 1
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 3rd Officer 1 1.811 24.448.500
5 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
6 2nd Engineer 1 1.879 25.366.500
7 Pump man 1 1.205 16.267.500
8 Sea man 1 1.078 14.553.000
9 Boatswain 1 802 10.827.000
10 Electrician 1 1.879 25.366.500
11 Cooks 0 1.879 -
12 Stewards 0 919 -
10 3.209.868.000 TOTAL
Crew GC 2
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 3rd Officer 1 1.811 24.448.500
5 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
6 2nd Engineer 1 1.879 25.366.500
7 Pump man 1 1.205 16.267.500
8 Sea man 1 1.078 14.553.000
9 Boatswain 1 802 10.827.000
10 Electrician 1 1.879 25.366.500
11 Cooks 1 1.879 25.366.500
12 Stewards 0 919 -
11 3.514.266.000 TOTAL
TB 4
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
5 2nd Engineer 1 1.879 25.366.500
6 Oiler ect 1 802 10.827.000
6 2.242.242.000 TOTAL
84
Crew GC 3
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 3rd Officer 1 1.811 24.448.500
5 Chief Engineer 2 3.302 89.154.000
6 2nd Engineer 2 1.879 50.733.000
7 Pump man 2 1.205 32.535.000
8 Sea man 2 1.078 29.106.000
9 Boatswain 2 802 21.654.000
10 Electrician 2 1.879 50.733.000
11 Cooks 2 1.879 50.733.000
12 Stewards 1 919 12.406.500
19 5.611.032.000 TOTAL
Crew GC 4
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 2 2.346 63.342.000
3 2nd Officer 2 1.879 50.733.000
4 3rd Officer 2 1.811 48.897.000
5 Chief Engineer 2 3.302 89.154.000
6 2nd Engineer 2 1.879 50.733.000
7 Pump man 2 1.205 32.535.000
8 Sea man 2 1.078 29.106.000
9 Boatswain 2 802 21.654.000
10 Electrician 2 1.879 50.733.000
11 Cooks 3 1.879 76.099.500
12 Stewards 3 919 37.219.500
25 7.191.018.000 TOTAL
LCT 1
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 3rd Officer 1 1.811 24.448.500
5 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
6 2nd Engineer 0 1.879 -
7 Pump man 0 1.205 -
8 Sea man 0 1.078 -
9 Boatswain 0 802 -
10 Electrician 0 1.879 -
5 2.101.302.000 TOTAL
85
LCT 2
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 3rd Officer 1 1.811 24.448.500
5 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
6 2nd Engineer 0 1.879 -
7 Pump man 0 1.205 -
8 Sea man 0 1.078 -
9 Boatswain 0 802 -
10 Electrician 0 1.879 -
5 2.101.302.000 TOTAL
LCT 3
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 1 2.346 31.671.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 3rd Officer 1 1.811 24.448.500
5 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
6 2nd Engineer 1 1.879 25.366.500
7 Pump man 1 1.205 16.267.500
8 Sea man 1 1.078 14.553.000
9 Boatswain 1 802 10.827.000
10 Electrician 1 1.879 25.366.500
10 3.209.868.000 TOTAL
LCT 4
No Crew Jumlah Gaji (US $/org) Gaji (Rp)
1 Nahkoda 1 3.633 49.045.500
2 Chief Officer 2 2.346 63.342.000
3 2nd Officer 1 1.879 25.366.500
4 3rd Officer 1 1.811 24.448.500
5 Chief Engineer 1 3.302 44.577.000
6 2nd Engineer 1 1.879 25.366.500
7 Pump man 1 1.205 16.267.500
8 Sea man 1 1.078 14.553.000
9 Boatswain 1 802 10.827.000
10 Electrician 1 1.879 25.366.500
11 237.768 3.589.920.000 TOTAL
86
Lampiran 5. Sea Time & Port Time
- Tugbarge
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 TB 1 TB 2 TB 3 TB 4
16,24 16,24 16,24 16,24 529 529 529 529 23 23 23 23 14 14 14 14
16,06 16,06 16,06 16,06 601 601 601 601 26 26 26 26 13 13 13 13
16,11 16,11 16,11 16,11 121 121 121 121 6 6 6 6 55 55 55 55
12,78 12,78 12,78 12,78 75 75 75 75 4 4 4 4 83 83 83 83
12,78 12,78 12,78 12,78 27 27 27 27 2 2 2 2 165 165 165 165
16,35 16,35 16,35 16,35 197 197 197 197 9 9 9 9 37 37 37 37
16,19 16,19 16,19 16,19 162 162 162 162 7 7 7 7 47 47 47 47
16,14 16,14 16,14 16,14 486 486 486 486 21 21 21 21 16 16 16 16
98 98 98 98
Frek. MaksTotal roundtrip (hari)Total roundtrip (jam)total port time (jam)
Tugbarge
Asal Tujuan Jarak (nm) TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 TB 1 TB 2 TB 3 TB 4
Luwuk, Sulteng 1368 342 342 342 342 171 171 171 171 513 513 513 513 16 16 16 16 0,24 0,24 0,24 0,24
Timika 1559 390 390 390 390 195 195 195 195 585 585 585 585 16 16 16 16 0,06 0,06 0,06 0,06
Trisakti, Banjarmasin 279 70 70 70 70 35 35 35 35 105 105 105 105 16 16 16 16 0,11 0,11 0,11 0,11
Perairan Kangean 165 41 41 41 41 21 21 21 21 62 62 62 62 12 12 12 12 0,78 0,78 0,78 0,78
Perairan Sampang 38 10 10 10 10 5 5 5 5 14 14 14 14 12 12 12 12 0,78 0,78 0,78 0,78
Balikpapan, Kaltim 481 120 120 120 120 60 60 60 60 180 180 180 180 16 16 16 16 0,35 0,35 0,35 0,35
Indramayu, Jawa Barat 389 97 97 97 97 49 49 49 49 146 146 146 146 16 16 16 16 0,19 0,19 0,19 0,19
Sorong, Papua 1253 313 313 313 313 157 157 157 157 470 470 470 470 16 16 16 16 0,14 0,14 0,14 0,14
Gresik
Tanjung Perak
waktu B/M (jam)AT + IT + WT + WP (jam)sea time kosong (jam)sea time isi (jam) total sea time (jam)
87
- GC
- LCT
General Cargo
Asal Tujuan Jarak roundtrip (nm) GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4
Luwuk, Sulteng 1368 171 171 171 171 137 137 137 137 308 308 308 308 16 16 16 16 0,27 0,27 0,27 0,27
Timika 1559 195 195 195 195 156 156 156 156 351 351 351 351 16 16 16 16 0,07 0,07 0,07 0,07
Trisakti, Banjarmasin 279 35 35 35 35 28 28 28 28 63 63 63 63 16 16 16 16 0,12 0,12 0,12 0,12
Perairan Kangean 165 21 21 21 21 17 17 17 17 37 37 37 37 12 12 12 12 0,88 0,88 0,88 0,88
Perairan Sampang 38 5 5 5 5 4 4 4 4 9 9 9 9 12 12 12 12 0,88 0,88 0,88 0,88
Balikpapan, Kaltim 481 60 60 60 60 48 48 48 48 108 108 108 108 16 16 16 16 0,40 0,40 0,40 0,40
Indramayu, Jawa Barat 389 49 49 49 49 39 39 39 39 88 88 88 88 16 16 16 16 0,21 0,21 0,21 0,21
Sorong, Papua 1253 157 157 157 157 125 125 125 125 282 282 282 282 16 16 16 16 0,16 0,16 0,16 0,16
Gresik
Tanjung Perak
AT + IT + WT + WP (jam)sea time kosong (jam)sea time isi (jam) total sea time (jam) waktu B/M (jam)
GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4
16,27 16,27 16,27 16,27 324 324 324 324 14 14 14 14 24 24 24 24
16,07 16,07 16,07 16,07 367 367 367 367 16 16 16 16 21 21 21 21
16,12 16,12 16,12 16,12 79 79 79 79 4 4 4 4 83 83 83 83
12,88 12,88 12,88 12,88 50 50 50 50 3 3 3 3 110 110 110 110
12,88 12,88 12,88 12,88 21 21 21 21 1 1 1 1 330 330 330 330
16,40 16,40 16,40 16,40 125 125 125 125 6 6 6 6 55 55 55 55
16,21 16,21 16,21 16,21 104 104 104 104 5 5 5 5 66 66 66 66
16,16 16,16 16,16 16,16 298 298 298 298 13 13 13 13 25 25 25 25
62 62 62 62
Total roundtrip (jam) Total roundtrip (hari) Frek. Makstotal port time (jam)
88
Waktu Bongkar Muat
LCT
Asal Tujuan Jarak roundtrip (nm) LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
Luwuk, Sulteng 1368 195 195 195 195 152 152 152 152 347 347 347 347 16 16 16 16 0,22 0,22 0,22 0,22
Timika 1559 223 223 223 223 173 173 173 173 396 396 396 396 16 16 16 16 0,06 0,06 0,06 0,06
Trisakti, Banjarmasin 279 40 40 40 40 31 31 31 31 71 71 71 71 16 16 16 16 0,10 0,10 0,10 0,10
Perairan Kangean 165 24 24 24 24 18 18 18 18 42 42 42 42 12 12 12 12 0,70 0,70 0,70 0,70
Perairan Sampang 38 5 5 5 5 4 4 4 4 10 10 10 10 12 12 12 12 0,70 0,70 0,70 0,70
Balikpapan, Kaltim 481 69 69 69 69 53 53 53 53 122 122 122 122 16 16 16 16 0,32 0,32 0,32 0,32
Indramayu, Jawa Barat 389 56 56 56 56 43 43 43 43 99 99 99 99 16 16 16 16 0,17 0,17 0,17 0,17
Sorong, Papua 1253 179 179 179 179 139 139 139 139 318 318 318 318 16 16 16 16 0,13 0,13 0,13 0,13
Tanjung Perak
Gresik
AT + IT + WT + WP (jam)sea time kosong (jam)sea time isi (jam) total sea time (jam) waktu B/M (jam)
LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
16,22 16,22 16,22 16,22 364 364 364 364 16 16 16 16 21 21 21 21
16,06 16,06 16,06 16,06 412 412 412 412 18 18 18 18 18 18 18 18
16,10 16,10 16,10 16,10 87 87 87 87 4 4 4 4 83 83 83 83
12,70 12,70 12,70 12,70 55 55 55 55 3 3 3 3 110 110 110 110
12,70 12,70 12,70 12,70 22 22 22 22 1 1 1 1 330 330 330 330
16,32 16,32 16,32 16,32 138 138 138 138 6 6 6 6 55 55 55 55
16,17 16,17 16,17 16,17 115 115 115 115 5 5 5 5 66 66 66 66
16,13 16,13 16,13 16,13 334 334 334 334 14 14 14 14 24 24 24 24
67 67 67 67
Total roundtrip (jam) Total roundtrip (hari) Frek. Makstotal port time (jam)
Tujuan Muatan (ton) TB GC LCT
Luwuk, Sulteng 218,9 0,24 0,27 0,22
Timika 56 0,06 0,07 0,06
Trisakti, Banjarmasin 99 0,11 0,12 0,10
Perairan Kangean 700 0,78 0,88 0,70
Perairan Sampang 700 0,78 0,88 0,70
Balikpapan, Kaltim 318,6 0,35 0,40 0,32
Indramayu, Jawa Barat 167,4 0,19 0,21 0,17
Sorong, Papua 127,44 0,14 0,16 0,13
waktu B/M (jam)
89
90
Lampiran 6. Voyage Cost
- TugBarge 1
PERHITUNGAN BIAYA TRANSPORTASI
Ukuran Utama
KODE KAPAL TB 1
DWT 1800
LOA (m) 54,86
B (m) 15,24
H (m) 3,66
T (m) 2,74
Vs isi (knot) 4
Vs kosong(knot) 8
GT 726
Fuel Oil
Margin = 10% ; (5% ~ 10%)
WFO' =
WFO = Parametric design chapter 11, hal. 11-24
; Diktat IGM Santosa Penambahan 2% untuk
konstruksi dan 2% untuk ekspansi panas
dan π = 0.95 ton/m3
Diesel Oil
CDO = 0.2 ; Diktat IGM Santosa hal. 38 (0.1 ~ 0.2)
WDO' = WFO · CDO
WDO = ; Diktat IGM Santosa
Penambahan 2% untuk koreksi
dan π = 0.85
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_FO′+4%∙W_FO′)/π
(W_DO′+2%∙W_DO′)/π
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip) frekuensi dalam 1 tahun total (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 92,66 0,63 933.425.582 1 933.425.582
Timika 1559 105,60 0,62 1.062.800.172 1 1.062.800.172
Trisakti, Banjarmasin 279 18,90 0,62 195.335.102 1 195.335.102
Perairan Kangean 165 11,18 0,50 116.781.920 1 116.781.920
Perairan Sampang 38 2,57 0,50 30.711.280 1 30.711.280
Balikpapan, Kaltim 481 32,58 0,63 332.329.533 1 332.329.533
Indramayu, Jawa Barat 389 26,35 0,63 269.913.963 1 269.913.963
Sorong, Papua 1253 84,87 0,63 855.448.171 1 855.448.171
8 3.796.745.722 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 894,8412402 [kW]
1200 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,763 g/kWh
Berat Mesin= 11,431 tons
Speed = 905,489 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
91
- TugBarge 2
- TugBarge 3
PERHITUNGAN BIAYA TRANSPORTASI
Ukuran Utama
KODE KAPAL TB 2
DWT 4000
LOA (m) 70.1
B (m) 21.3
H (m) 4.2
T (m) 3.2
Vs isi (knot) 4
Vs kosong(knot)8
GT 1624
NT
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 1342.26186 [kW] 1 kW = 1.34102 HP
1800 HP
SFOC = 183.5 g/kWh2E-04 ton/kWh
SLOC = 0.761 g/kWh
Berat Mesin= 12.683 tons
Speed = 902.983 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938.714 HP
SFOC = 298.000 g/kWh3E-04 ton/kWh
SLOC = 1.084 g/kWh
Berat Mesin= 1.590 tons
Speed = 1728.620 rpm
TujuanJarak
(nm)
WFO
(ton)
WDO
(ton)
Biaya
(Rp/roundtrip)
frekuensi
dalam 1
tahun
total (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 138.99 0.66 1,397,309,236 1 1,397,309,236
Timika 1559 158.40 0.63 1,591,167,991 1 1,591,167,991
Trisakti, Banjarmasin 279 28.35 0.64 290,024,675 1 290,024,675
Perairan Kangean 165 16.76 0.49 172,612,036 1 172,612,036
Perairan Sampang 38 3.86 0.49 43,506,078 1 43,506,078
Balikpapan, Kaltim 481 48.87 0.62 495,208,401 1 495,208,401
Indramayu, Jawa Barat 389 39.52 0.62 401,675,737 1 401,675,737
Sorong, Papua 1253 127.31 0.62 1,280,009,978 1 1,280,009,978
5,671,514,133 per tahun
Fuel Oil
Margin = 10% ; (5% ~ 10%)
WFO' =
WFO = Parametric design chapter 11, hal. 11-24
; Diktat IGM Santosa Penambahan 2% untuk
konstruksi dan 2% untuk ekspansi panas
dan π = 0.95 ton/m3
Diesel Oil
CDO = 0,2 ; Diktat IGM Santosa hal. 38 (0.1 ~ 0.2)
WDO' = WFO · CDO
WDO = ; Diktat IGM Santosa
Penambahan 2% untuk koreksi
dan π = 0.85
Lubricating Oil
Margin = 10%
WLO' =
WLO =
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_FO′+4%∙W_FO′)/π
(W_DO′+2%∙W_DO′)/π
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_LO′+4%∙W_LO′)/π
92
-
-
-
Fuel Oil
Margin = 10% ; (5% ~ 10%)
WFO' =
WFO = Parametric design chapter 11, hal. 11-24
; Diktat IGM Santosa Penambahan 2% untuk
konstruksi dan 2% untuk ekspansi panas
dan π = 0.95 ton/m3
Diesel Oil
CDO = 0,2 ; Diktat IGM Santosa hal. 38 (0.1 ~ 0.2)
WDO' = WFO · CDO
WDO = ; Diktat IGM Santosa
Penambahan 2% untuk koreksi
dan π = 0.85
Lubricating Oil
Margin = 10%
WLO' =
WLO =
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_FO′+4%∙W_FO′)/π
(W_DO′+2%∙W_DO′)/π
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_LO′+4%∙W_LO′)/π
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_FO′+4%∙W_FO′)/π
(W_DO′+2%∙W_DO′)/π
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_LO′+4%∙W_LO′)/π
PERHITUNGAN BIAYA TRANSPORTASI
Ukuran Utama
KODE KAPAL TB 3
DWT 4600
LOA (m) 82.3
B (m) 21.9
H (m) 5.4
T (m) 4.4
Vs isi (knot) 4
Vs kosong(knot)8
GT 2387
NT #REF!
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 1491.402067 [kW]
2000 HP
SFOC = 183.5 g/kWh
SLOC = 0.760 g/kWh
Berat Mesin= 13.101 tons
Speed = 902.148 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938.714 HP
SFOC = 298.000 g/kWh
SLOC = 1.084 g/kWh
Berat Mesin= 1.590 tons
Speed = 1728.620 rpm
Asal TujuanJarak
(nm)
WFO
(ton)
WDO
(ton)
Biaya
(Rp/roundtrip)
frekuensi
dalam 1
tahun
total (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 154.43 0.66 1,551,829,754 1 1,551,829,754
Timika 1559 176.00 0.63 1,767,262,646 1 1,767,262,646
Trisakti, Banjarmasin 279 31.50 0.64 321,538,728 1 321,538,728
Perairan Kangean 165 18.63 0.49 191,249,380 1 191,249,380
Perairan Sampang 38 4.29 0.49 47,798,314 1 47,798,314
Balikpapan, Kaltim 481 54.30 0.62 549,539,080 1 549,539,080
Indramayu, Jawa Barat 389 43.91 0.62 445,614,686 1 445,614,686
Sorong, Papua 1253 141.45 0.62 1,421,540,832 1 1,421,540,832
6,296,373,420 6,296,373,420 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
93
- TugBarge 4
PERHITUNGAN BIAYA TRANSPORTASI
Ukuran Utama
KODE KAPAL TB 4
DWT 9700
LOA (m) 91.44
B (m) 27.432
H (m) 6.096
T (m) 4.842
Vs isi (knot) 4
Vs kosong(knot)8
GT 4066
NT #REF!
Fuel Oil
Margin = 10% ; (5% ~ 10%)
WFO' =
WFO = Parametric design chapter 11, hal. 11-24
; Diktat IGM Santosa Penambahan 2% untuk
konstruksi dan 2% untuk ekspansi panas
dan π = 0.95 ton/m3
Diesel Oil
CDO = 0,2 ; Diktat IGM Santosa hal. 38 (0.1 ~ 0.2)
WDO' = WFO · CDO
WDO = ; Diktat IGM Santosa
Penambahan 2% untuk koreksi
dan π = 0.85
Lubricating Oil
Margin = 10%
WLO' =
WLO =
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_FO′+4%∙W_FO′)/π
(W_DO′+2%∙W_DO′)/π
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_LO′+4%∙W_LO′)/π
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_FO′+4%∙W_FO′)/π
(W_DO′+2%∙W_DO′)/π
SFR∙MCR∙S/(Vs ∙(1+Margin))
(W_LO′+4%∙W_LO′)/π
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 1789.68248 [kW] 1 kW = 1.34102 HP
2400 HP
SFOC = 183.5 g/kWh 0.0001835 ton/kWh
SLOC = 0.758 g/kWh
Berat Mesin= 13.936 tons
Speed = 900.478 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938.714 HP
SFOC = 298.000 g/kWh 0.000298 ton/kWh
SLOC = 1.084 g/kWh
Berat Mesin= 1.590 tons
Speed = 1728.620 rpm
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip) frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 185,32 0,63 1.860.548.687 1 1.860.548.687
Timika 1559 211,19 0,62 2.119.368.097 1 2.119.368.097
Trisakti, Banjarmasin 279 37,80 0,62 384.419.420 1 384.419.420
Perairan Kangean 165 22,35 0,50 228.605.978 1 228.605.978
Perairan Sampang 38 5,15 0,50 56.464.700 1 56.464.700
Balikpapan, Kaltim 481 65,16 0,63 658.313.607 1 658.313.607
Indramayu, Jawa Barat 389 52,70 0,63 533.547.653 1 533.547.653
Sorong, Papua 1253 169,74 0,63 1.704.633.297 1 1.704.633.297
8 7.545.901.440 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
94
- General Cargo 1
PERHITUNGAN BIAYA TRANSPORTASI
Ukuran Utama
KODE KAPAL GC 1
DWT 2022
LOA (m) 81,22
B (m) 12,6
H (m) 7,5
T (m) 4,66
Vs isi (knot) 8
Vs kosong(knot) 10
GT 699
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip)frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 136,68 0,63 1.373.933.962 1 1.373.933.962
Timika 1559 155,77 0,62 1.564.801.856 1 1.564.801.856
Trisakti, Banjarmasin 279 27,88 0,63 285.178.556 1 285.178.556
Perairan Kangean 165 16,49 0,50 169.949.713 1 169.949.713
Perairan Sampang 38 3,80 0,50 42.985.019 1 42.985.019
Balikpapan, Kaltim 481 48,06 0,64 487.228.907 1 487.228.907
Indramayu, Jawa Barat 389 38,87 0,63 395.181.151 1 395.181.151
Sorong, Papua 1253 125,19 0,63 1.258.921.574 1 1.258.921.574
8 5.578.180.738 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 2200 [kW]
2950,244 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,756 g/kWh
Berat Mesin= 15,085 tons
Speed = 898,180 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
95
- GC 2
PERHITUNGAN BIAYA TRANSPORTASI
Ukuran Utama
KODE KAPAL GC 2
DWT 4000
LOA (m) 89,8
B (m) 13,2
H (m) 7,2
T (m) 5,6
Vs isi (knot) 8
Vs kosong(knot) 10
GT 2553
NT 1430
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip)frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 124,26 0,63 1.249.604.900 1 1.249.604.900
Timika 1559 141,61 0,62 1.423.113.984 1 1.423.113.984
Trisakti, Banjarmasin 279 25,34 0,63 259.821.971 1 259.821.971
Perairan Kangean 165 14,99 0,50 154.953.883 1 154.953.883
Perairan Sampang 38 3,45 0,50 39.531.434 1 39.531.434
Balikpapan, Kaltim 481 43,69 0,64 443.513.791 1 443.513.791
Indramayu, Jawa Barat 389 35,33 0,63 359.827.345 1 359.827.345
Sorong, Papua 1253 113,81 0,63 1.145.044.150 1 1.145.044.150
8 5.075.411.458 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 2000 [kW]
2682,04 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,757 g/kWh
Berat Mesin= 14,525 tons
Speed = 899,300 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
96
- GC 3
Ukuran Utama
KODE KAPAL GC 3
DWT 5500
LOA (m) 95,8
B (m) 16,8
H (m) 7
T (m) 7
Vs isi (knot) 8 Vs kosong(knot) 10
GT 4403
NT 1701
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip)frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 223,67 0,63 2.244.237.402 1 2.244.237.402
Timika 1559 254,89 0,62 2.556.616.959 1 2.556.616.959
Trisakti, Banjarmasin 279 45,62 0,63 462.674.653 1 462.674.653
Perairan Kangean 165 26,98 0,50 274.920.522 1 274.920.522
Perairan Sampang 38 6,21 0,50 67.160.115 1 67.160.115
Balikpapan, Kaltim 481 78,64 0,64 793.234.722 1 793.234.722
Indramayu, Jawa Barat 389 63,60 0,63 642.657.786 1 642.657.786
Sorong, Papua 1253 204,86 0,63 2.056.063.540 1 2.056.063.540
8 9.097.565.699 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 3600 [kW] 1 kW = 1,34102
4827,672 HP
SFOC = 183,5 g/kWh 0,0001835 ton/kWh
SLOC = 0,747 g/kWh
Berat Mesin= 19,005 tons
Speed = 890,340 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh 0,000298 ton/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
97
- GC 4
Ukuran Utama
KODE KAPAL GC 4
DWT 10000
LOA (m) 110,6
B (m) 19,2
H (m) 13,5
T (m) 8,47
Vs isi (knot) 8 Vs kosong(knot) 10
GT 7443
NT 3343
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip)frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 242,30 0,63 2.430.730.996 1 2.430.730.996
Timika 1559 276,14 0,62 2.769.148.767 1 2.769.148.767
Trisakti, Banjarmasin 279 49,42 0,63 500.709.530 1 500.709.530
Perairan Kangean 165 29,23 0,50 297.414.267 1 297.414.267
Perairan Sampang 38 6,73 0,50 72.340.493 1 72.340.493
Balikpapan, Kaltim 481 85,20 0,64 858.807.396 1 858.807.396
Indramayu, Jawa Barat 389 68,90 0,63 695.688.494 1 695.688.494
Sorong, Papua 1253 221,94 0,63 2.226.879.675 1 2.226.879.675
8 9.851.719.619 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 3900 [kW]
5229,978 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,745 g/kWh
Berat Mesin= 19,845 tons
Speed = 888,660 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
98
- Landing Craft Tank 1
Ukuran Utama
KODE KAPAL LCT 1
DWT 500
LOA (m) 49,15
B (m) 9,3
H (m) 3,4
T (m) 3
Vs isi (knot) 7
Vs kosong(knot) 9
GT 340
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip)frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 58,91 0,62 595.619.957 1 595.619.957
Timika 1559 67,13 0,62 677.913.571 1 677.913.571
Trisakti, Banjarmasin 279 12,01 0,62 126.417.100 1 126.417.100
Perairan Kangean 165 7,11 0,47 75.747.420 1 75.747.420
Perairan Sampang 38 1,64 0,47 21.028.629 1 21.028.629
Balikpapan, Kaltim 481 20,71 0,62 213.450.137 1 213.450.137
Indramayu, Jawa Barat 389 16,75 0,62 173.811.328 1 173.811.328
Sorong, Papua 1253 53,96 0,62 546.071.446 1 546.071.446
8 2.430.059.588 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 840 [kW]
1126,4568 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,764 g/kWh
Berat Mesin= 11,277 tons
Speed = 905,796 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
99
- Landing Craft Tank 2
Ukuran Utama
KODE KAPAL LCT 2
DWT 1000
LOA (m) 61
B (m) 11
H (m) 3
T (m) 2,6
Vs isi (knot) 7
Vs kosong(knot) 9
GT 529
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip)frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 70,13 0,62 707.888.881 1 707.888.881
Timika 1559 79,92 0,62 805.857.469 1 805.857.469
Trisakti, Banjarmasin 279 14,30 0,62 149.314.052 1 149.314.052
Perairan Kangean 165 8,46 0,47 89.288.628 1 89.288.628
Perairan Sampang 38 1,95 0,47 24.147.211 1 24.147.211
Balikpapan, Kaltim 481 24,66 0,62 252.924.810 1 252.924.810
Indramayu, Jawa Barat 389 19,94 0,62 205.735.752 1 205.735.752
Sorong, Papua 1253 64,23 0,62 648.902.559 1 648.902.559
8 2.884.059.361 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 1000 [kW]
1341,02 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,763 g/kWh
Berat Mesin= 11,725 tons
Speed = 904,900 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
100
- Landing Craft Tank 3
Ukuran Utama
KODE KAPAL LCT 3
DWT 2000
LOA (m) 75,15
B (m) 17
H (m) 4
T (m) 3,66
Vs isi (knot) 7
Vs kosong(knot) 9
GT 550
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip)frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 140,26 0,62 1.409.569.659 1 1.409.569.659
Timika 1559 159,84 0,62 1.605.506.835 1 1.605.506.835
Trisakti, Banjarmasin 279 28,61 0,62 292.420.000 1 292.420.000
Perairan Kangean 165 16,92 0,47 173.921.178 1 173.921.178
Perairan Sampang 38 3,90 0,47 43.638.343 1 43.638.343
Balikpapan, Kaltim 481 49,32 0,62 499.641.516 1 499.641.516
Indramayu, Jawa Barat 389 39,88 0,62 405.263.400 1 405.263.400
Sorong, Papua 1253 128,47 0,62 1.291.597.013 1 1.291.597.013
8 5.721.557.943 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 2000 [kW]
2682,04 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,757 g/kWh
Berat Mesin= 14,525 tons
Speed = 899,300 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
101
- Landing Craft Tank 4
Ukuran Utama
KODE KAPAL LCT 4
DWT 3000
LOA (m) 81,8
B (m) 15,5
H (m) 4
T (m) 3,5
Vs isi (knot) 7 Vs kosong(knot) 9
GT 550
- TCH
Asal Tujuan Jarak (nm) WFO (ton) WDO (ton) Biaya (Rp/roundtrip) frekuensi dalam 1 tahuntotal (Rp)
Luwuk, Sulteng 1368 168,31 0,62 1.690.241.970 1 1.690.241.970
Timika 1559 191,81 0,62 1.925.366.581 1 1.925.366.581
Trisakti, Banjarmasin 279 34,33 0,62 349.662.379 1 349.662.379
Perairan Kangean 165 20,30 0,47 207.774.198 1 207.774.198
Perairan Sampang 38 4,68 0,47 51.434.796 1 51.434.796
Balikpapan, Kaltim 481 59,18 0,62 598.328.198 1 598.328.198
Indramayu, Jawa Barat 389 47,86 0,62 485.074.459 1 485.074.459
Sorong, Papua 1253 154,16 0,62 1.548.674.795 1 1.548.674.795
8 6.856.557.376 per tahun
Tanjung Perak
Gresik
SPESIFIKASI MESIN
MAIN ENGINE Spec. Satuan
ME 2400 [kW]
3218,448 HP
SFOC = 183,5 g/kWh
SLOC = 0,754 g/kWh
Berat Mesin= 15,645 tons
Speed = 897,060 rpm
AUX. ENGINE Spec. Satuan
AE 350 [kW]
Jumlah AE 2 Unit
Total AE 700 [kW]
938,714 HP
SFOC = 298,000 g/kWh
SLOC = 1,084 g/kWh
Berat Mesin= 1,590 tons
Speed = 1728,620 rpm
Kapal DWT CC (Rp) CC per tahun (Rp) Capital Cost + Inflasi Biaya Operasional (Rp) Total Biaya TCH
TB 1 1800 16.612.757.875 1.038.297.367 1.059.063.315 3.469.195.788 4.528.259.102 5.433.910.923
TB 2 4000 22.125.799.028 1.382.862.439 1.410.519.688 4.324.897.903 5.735.417.591 6.882.501.109
TB 3 4600 25.595.715.243 1.599.732.203 1.631.726.847 4.801.813.524 6.433.540.371 7.720.248.445
TB 4 9700 29.037.899.464 1.814.868.716 1.851.166.091 5.146.031.946 6.997.198.037 8.396.637.645
GC 1 2022 15.913.750.401 994.609.400 1.014.501.588 5.278.655.552 6.293.157.140 7.551.788.568
GC 2 4000 24.442.097.424 1.527.631.089 1.558.183.711 6.691.738.665 8.249.922.376 9.899.906.851
GC 3 5500 30.909.499.109 1.931.843.694 1.970.480.568 9.629.266.884 11.599.747.452 13.919.696.943
GC 4 10000 50.311.704.165 3.144.481.510 3.207.371.141 13.731.539.542 16.938.910.682 20.326.692.818
LCT 1 500 12.431.251.385 776.953.212 792.492.276 3.593.052.166 4.385.544.442 5.262.653.330
LCT 2 1000 29.311.942.500 1.831.996.406 1.868.636.334 5.618.735.100 7.487.371.434 8.984.845.721
LCT 3 2000 39.129.020.609 2.445.563.788 2.494.475.064 7.905.350.473 10.399.825.537 12.479.790.644
LCT 4 3000 40.402.161.518 2.525.135.095 2.575.637.797 8.438.179.382 11.013.817.179 13.216.580.615
102
Lampiran 7. Time Charter Hire
umur ekonomis 20
inflasi 2%
margin 20%
Kapal TahunSisa
UmurDWT CC (Rp) CC per tahun (Rp)
Capital Cost +
Inflasi
TB 1 2013 16 1800 16,612,757,875 1,038,297,367 1,059,063,315
TB 2 2013 16 4000 22,125,799,028 1,382,862,439 1,410,519,688
TB 3 2013 16 4600 25,595,715,243 1,599,732,203 1,631,726,847
TB 4 2013 16 9700 29,037,899,464 1,814,868,716 1,851,166,091
GC 1 2013 16 7966 41,541,907,480 2,596,369,217 2,648,296,602
GC 2 2013 16 7966 41,541,907,480 2,596,369,217 2,648,296,602
GC 3 2013 16 7966 41,541,907,480 2,596,369,217 2,648,296,602
GC 4 2013 16 7966 41,541,907,480 2,596,369,217 2,648,296,602
LCT 1 2013 16 1800 21,221,036,829 1,326,314,802 1,352,841,098
LCT 2 2013 16 4387 38,712,709,863 2,419,544,366 2,467,935,254
LCT 3 2013 16 4788 39,129,020,609 2,445,563,788 2,494,475,064
LCT 4 2013 16 9900 40,402,161,518 2,525,135,095 2,575,637,797
Kapal TahunSisa
UmurDWT
Biaya Operasional
(Rp)Total Biaya (Rp) TCH (Rp)
TB 1 2013 16 1800 3,903,517,788 4,962,581,102 5,955,097,323
TB 2 2013 16 4000 4,454,821,903 5,865,341,591 7,038,409,909
TB 3 2013 16 4600 4,801,813,524 6,433,540,371 7,720,248,445
TB 4 2013 16 9700 5,830,481,946 7,681,648,037 9,217,977,645
GC 1 2013 16 7966 10,625,433,972 13,273,730,574 15,928,476,689
GC 2 2013 16 7966 11,160,357,972 13,808,654,574 16,570,385,489
GC 3 2013 16 7966 11,160,357,972 13,808,654,574 16,570,385,489
GC 4 2013 16 7966 11,380,515,972 14,028,812,574 16,834,575,089
LCT 1 2013 16 1800 4,952,224,419 6,305,065,517 7,566,078,621
LCT 2 2013 16 4387 7,550,995,184 10,018,930,437 12,022,716,525
LCT 3 2013 16 4788 8,100,560,473 10,595,035,537 12,714,042,644
LCT 4 2013 16 9900 9,994,999,382 12,570,637,179 15,084,764,615
103
Lampiran 8. Capital Cost untuk Kapal Beli
investasi
TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4
harga kapal (Rp) 16.612.757.875 22.125.799.028 25.595.715.243 29.037.899.464 15.913.750.401 24.442.097.424 30.909.499.109 50.311.704.165
pinjaman (Rp) 13.290.206.300 17.700.639.222 20.476.572.194 23.230.319.571 12.731.000.321 19.553.677.939 24.727.599.287 40.249.363.332
angsuran per tahun (Rp) 2.675.356.291 3.563.188.970 4.121.992.164 4.676.329.336 2.562.786.538 3.936.210.928 4.977.735.997 8.102.311.202
nilai akhir kapal (Rp) 332.255.158 442.515.981 511.914.305 580.757.989 318.275.008 488.841.948 618.189.982 1.006.234.083
depresiasi (Rp) 1.017.531.420 1.355.205.190 1.567.737.559 1.778.571.342 974.717.212 1.497.078.467 1.893.206.820 3.081.591.880
setelah margin 3.210.427.549 4.275.826.764 4.946.390.597 5.611.595.203 3.075.343.846 4.723.453.114 5.973.283.196 9.722.773.443
LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
12.431.251.385 29.311.942.500 39.129.020.609 40.402.161.518
9.945.001.108 23.449.554.000 31.303.216.487 32.321.729.214
2.001.956.980 4.720.461.849 6.301.426.423 6.506.455.929
248.625.028 586.238.850 782.580.412 808.043.230
761.414.147 1.795.356.478 2.396.652.512 2.474.632.393
2.402.348.377 5.664.554.219 7.561.711.708 7.807.747.115
pinjaman 80%
bunga pinjaman 12%
masa pinjaman (tenor) 8
grace period 0
pembiayaan per tahun 1
umur ekonomis (tahun) 16
nilai akhir kapal 2%
margin kapal beli 20%
104
Lampiran 9. Rekap Perbandingan Unit Cost Kapal Sewa dan Kapal Beli
Kapal Milik TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
Terpilih 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1
DWT 1800 4000 4600 9700 2022 4000 5500 10000 500 1000 2000 3000
total muatan (ton/tahun) 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34
total jarak (nm/tahun) 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064
CC (Rp/tahun) 3.210.427.549 4.275.826.764 4.946.390.597 5.611.595.203 3.075.343.846 4.723.453.114 5.973.283.196 9.722.773.443 2.402.348.377 5.664.554.219 7.561.711.708 7.807.747.115
OC (Rp/tahun) 3.469.195.788 4.324.897.903 4.801.813.524 5.146.031.946 5.278.655.552 6.691.738.665 9.629.266.884 13.731.539.542 3.593.052.166 4.943.507.455 7.905.350.473 8.438.179.382
- gaji kru 1.807.920.000 2.112.318.000 2.242.242.000 2.242.242.000 3.209.868.000 3.514.266.000 5.611.032.000 7.191.018.000 2.101.302.000 2.101.302.000 3.209.868.000 3.589.920.000
- perawatan&perbaikan 498.382.736 663.773.971 767.871.457 871.136.984 795.687.520 1.222.104.871 1.545.474.955 2.515.585.208 497.250.055 1.172.477.700 1.565.160.824 1.616.086.461
- asuransi 664.510.315 885.031.961 1.023.828.610 1.161.515.979 636.550.016 977.683.897 1.236.379.964 2.012.468.167 497.250.055 1.172.477.700 1.565.160.824 1.616.086.461
- perbekalan, pelumas 498.382.736 663.773.971 767.871.457 871.136.984 636.550.016 977.683.897 1.236.379.964 2.012.468.167 497.250.055 497.250.055 1.565.160.824 1.616.086.461
Biaya Tambahan (Rp) 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Pendapatan tambahan (Rp) - - - - 23.980.262.450 23.980.262.450 23.980.262.450 23.980.262.450 - - - -
VC (Rp/tahun) 3.923.673.045 5.801.763.296 6.429.606.942 7.685.892.670 5.705.227.956 5.209.715.728 9.239.111.365 10.005.164.659 2.555.297.568 3.010.036.145 5.847.616.816 6.982.616.249
- BBM 3.796.745.722 5.671.323.581 6.296.182.867 7.545.901.440 5.578.180.738 5.075.411.458 9.097.565.699 9.851.719.619 2.430.059.588 2.884.059.361 5.721.557.943 6.856.557.376
- pelabuhan 126.927.323 130.439.715 133.424.074 139.991.230 127.047.217 134.304.270 141.545.666 153.445.040 125.237.980 125.976.784 126.058.873 126.058.873
TC (Rp) 10.609.296.382 14.408.487.962 16.183.811.063 18.449.519.819 - - - - - 13.624.097.819 21.320.678.997 23.234.542.746
Unit Cost (Rp/ton) 4.443.982 6.035.373 6.779.014 7.728.065 - - - - - 5.706.811 8.930.726 9.732.398
Unit Cost (Rp/(ton.nm)) 402 545 613 698 - - - - - 516 807 880
105
Kapal Sewa Time Charter TB 1 TB 2 TB 3 TB 4 GC 1 GC 2 GC 3 GC 4 LCT 1 LCT 2 LCT 3 LCT 4
Terpilih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
DWT 1800 4000 4600 9700 2022 4000 5500 10000 500 1000 2000 3000
total muatan (ton/tahun) 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34 2387,34
total jarak (nm/tahun) 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064 11064
CC (Rp/tahun) 5.433.910.923 6.882.501.109 7.720.248.445 8.396.637.645 7.551.788.568 9.899.906.851 13.919.696.943 20.326.692.818 5.262.653.330 8.984.845.721 12.479.790.644 13.216.580.615
VC (Rp/tahun) 3.923.673.045 5.801.763.296 6.429.606.942 7.685.892.670 5.705.227.956 5.209.715.728 9.239.111.365 10.005.164.659 2.555.297.568 3.010.036.145 5.847.616.816 6.982.616.249
- BBM 3.796.745.722 5.671.323.581 6.296.182.867 7.545.901.440 5.578.180.738 5.075.411.458 9.097.565.699 9.851.719.619 2.430.059.588 2.884.059.361 5.721.557.943 6.856.557.376
- pelabuhan 126.927.323 130.439.715 133.424.074 139.991.230 127.047.217 134.304.270 141.545.666 153.445.040 125.237.980 125.976.784 126.058.873 126.058.873
Biaya Tambahan 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
TC (Rp) 9.363.583.968 12.690.264.405 14.155.855.387 16.088.530.314 13.259.016.524 15.111.622.579 23.160.808.307 30.333.857.478 7.823.950.898 12.000.881.866 18.333.407.460 20.205.196.864
Unit Cost (Rp/ton) 3.922.183 5.315.650 5.929.551 6.739.103 5.553.887 6.329.900 9.701.512 12.706.132 3.277.267 5.026.884 7.679.429 8.463.477
Unit Cost (Rp/(ton.nm)) 354 480 536 609 502 572 877 1.148 296 454 694 765
106
Kapal Milik TB 1
DWT 1800
tahun ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CC (Rp/tahun) 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549
kenaikan biaya 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
OC (Rp/tahun) 3.469.195.788 3.642.655.577 3.824.788.356 4.016.027.774 4.216.829.162 4.427.670.620 4.649.054.151 4.881.506.859 5.125.582.202 5.381.861.312 5.650.954.378 5.933.502.096
- gaji kru 1.807.920.000 1.898.316.000 1.993.231.800 2.092.893.390 2.197.538.060 2.307.414.962 2.422.785.711 2.543.924.996 2.671.121.246 2.804.677.308 2.944.911.174 3.092.156.732
- perawatan&perbaikan 498.382.736 523.301.873 549.466.967 576.940.315 605.787.331 636.076.697 667.880.532 701.274.559 736.338.287 773.155.201 811.812.961 852.403.609
- asuransi 664.510.315 697.735.831 732.622.622 769.253.753 807.716.441 848.102.263 890.507.376 935.032.745 981.784.382 1.030.873.601 1.082.417.282 1.136.538.146
- perbekalan, pelumas 498.382.736 523.301.873 549.466.967 576.940.315 605.787.331 636.076.697 667.880.532 701.274.559 736.338.287 773.155.201 811.812.961 852.403.609
Biaya Tambahan 6.000.000 6.300.000 6.615.000 6.945.750 7.293.038 7.657.689 8.040.574 8.442.603 8.864.733 9.307.969 9.773.368 10.262.036
VC (Rp/tahun) 3.923.673.045 4.119.856.698 4.325.849.532 4.542.142.009 4.769.249.110 5.007.711.565 5.258.097.143 5.521.002.000 5.797.052.100 6.086.904.705 6.391.249.941 6.710.812.438
- BBM 3.796.745.722 3.986.583.008 4.185.912.159 4.395.207.767 4.614.968.155 4.845.716.563 5.088.002.391 5.342.402.511 5.609.522.636 5.889.998.768 6.184.498.706 6.493.723.642
- pelabuhan 126.927.323 133.273.689 139.937.374 146.934.242 154.280.954 161.995.002 170.094.752 178.599.490 187.529.464 196.905.937 206.751.234 217.088.796
muatan (ton) 2.387
peningkatan 13% 2.387 2.698 3.048 3.445 3.892 4.399 4.970 5.616 6.347 7.172 8.104 9.158
TC (Rp) 10.609.296.382 10.979.239.823 11.367.680.437 11.775.543.082 12.203.798.858 12.653.467.424 13.125.619.417 13.621.379.011 14.141.926.584 14.688.501.536 15.262.405.235 15.865.004.119
Unit Cost (Rp/ton) 4.443.982 4.069.861 3.729.071 3.418.467 3.135.213 2.876.756 2.640.796 2.425.257 2.228.265 2.048.129 1.883.321 1.732.459
Unit Cost (Rp/(ton.nm)) 402 368 337 309 283 260 239 219 201 185 170 157
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549
5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
6.230.177.201 6.541.686.061 6.868.770.364 7.212.208.883 7.572.819.327 7.951.460.293 8.349.033.308 8.766.484.973 9.204.809.222 9.665.049.683 10.148.302.167 10.655.717.275 11.188.503.139
3.246.764.569 3.409.102.797 3.579.557.937 3.758.535.834 3.946.462.626 4.143.785.757 4.350.975.045 4.568.523.797 4.796.949.987 5.036.797.486 5.288.637.361 5.553.069.229 5.830.722.690
895.023.790 939.774.979 986.763.728 1.036.101.915 1.087.907.010 1.142.302.361 1.199.417.479 1.259.388.353 1.322.357.770 1.388.475.659 1.457.899.442 1.530.794.414 1.607.334.135
1.193.365.053 1.253.033.306 1.315.684.971 1.381.469.219 1.450.542.680 1.523.069.814 1.599.223.305 1.679.184.470 1.763.143.694 1.851.300.879 1.943.865.922 2.041.059.219 2.143.112.180
895.023.790 939.774.979 986.763.728 1.036.101.915 1.087.907.010 1.142.302.361 1.199.417.479 1.259.388.353 1.322.357.770 1.388.475.659 1.457.899.442 1.530.794.414 1.607.334.135
10.775.138 11.313.895 11.879.590 12.473.569 13.097.248 13.752.110 14.439.715 15.161.701 15.919.786 16.715.776 17.551.564 18.429.143 19.350.600
7.046.353.060 7.398.670.713 7.768.604.248 8.157.034.461 8.564.886.184 8.993.130.493 9.442.787.018 9.914.926.368 10.410.672.687 10.931.206.321 11.477.766.637 12.051.654.969 12.654.237.718
6.818.409.824 7.159.330.315 7.517.296.831 7.893.161.672 8.287.819.756 8.702.210.744 9.137.321.281 9.594.187.345 10.073.896.712 10.577.591.548 11.106.471.125 11.661.794.681 12.244.884.415
227.943.236 239.340.398 251.307.418 263.872.788 277.066.428 290.919.749 305.465.737 320.739.024 336.775.975 353.614.773 371.295.512 389.860.288 409.353.302
10.348 11.693 13.213 14.931 16.872 19.065 21.544 24.345 27.510 31.086 35.127 39.693 44.854
16.497.732.948 17.162.098.218 17.859.681.751 18.592.144.461 19.361.230.307 20.168.770.445 21.016.687.590 21.907.000.592 22.841.829.244 23.823.399.328 24.854.047.917 25.936.228.936 27.072.519.005
1.594.295 1.467.697 1.351.641 1.245.198 1.147.529 1.057.868 975.524 899.867 830.324 766.376 707.550 653.414 603.576
144 133 122 113 104 96 88 81 75 69 64 59 55
107
Kapal Sewa TB 1
DWT 1800
tahun ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kenaikan biaya 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
CC (Rp/tahun) 5.433.910.923 5.705.606.469 5.990.886.792 6.290.431.132 6.604.952.688 6.935.200.323 7.281.960.339 7.646.058.356 8.028.361.274 8.429.779.337 8.851.268.304 9.293.831.719
VC (Rp/tahun) 3.923.673.045 4.119.856.698 4.325.849.532 4.542.142.009 4.769.249.110 5.007.711.565 5.258.097.143 5.521.002.000 5.797.052.100 6.086.904.705 6.391.249.941 6.710.812.438
- BBM 3.796.745.722 3.986.583.008 4.185.912.159 4.395.207.767 4.614.968.155 4.845.716.563 5.088.002.391 5.342.402.511 5.609.522.636 5.889.998.768 6.184.498.706 6.493.723.642
- pelabuhan 126.927.323 133.273.689 139.937.374 146.934.242 154.280.954 161.995.002 170.094.752 178.599.490 187.529.464 196.905.937 206.751.234 217.088.796
muatan (ton) 2.387
peningkatan 13% 2.387 2.698 3.048 3.445 3.892 4.399 4.970 5.616 6.347 7.172 8.104 9.158
Biaya Tambahan 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
TC (Rp) 9.363.583.968 9.831.463.166 10.322.736.325 10.838.573.141 11.380.201.798 11.948.911.888 12.546.057.482 13.173.060.356 13.831.413.374 14.522.684.043 15.248.518.245 16.010.644.157
Unit Cost (Rp/ton) 3.922.183 3.644.395 3.386.286 3.146.462 2.923.627 2.716.576 2.524.192 2.345.434 2.179.339 2.025.007 1.881.607 1.748.363
Unit Cost (Rp/(ton.nm)) 354 329 306 284 264 246 228 212 197 183 170 158
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
9.758.523.305 10.246.449.471 10.758.771.944 11.296.710.541 11.861.546.068 12.454.623.372 13.077.354.540 13.731.222.267 14.417.783.381 15.138.672.550 15.895.606.177 16.690.386.486 17.524.905.810
7.046.353.060 7.398.670.713 7.768.604.248 8.157.034.461 8.564.886.184 8.993.130.493 9.442.787.018 9.914.926.368 10.410.672.687 10.931.206.321 11.477.766.637 12.051.654.969 12.654.237.718
6.818.409.824 7.159.330.315 7.517.296.831 7.893.161.672 8.287.819.756 8.702.210.744 9.137.321.281 9.594.187.345 10.073.896.712 10.577.591.548 11.106.471.125 11.661.794.681 12.244.884.415
227.943.236 239.340.398 251.307.418 263.872.788 277.066.428 290.919.749 305.465.737 320.739.024 336.775.975 353.614.773 371.295.512 389.860.288 409.353.302
10.348 11.693 13.213 14.931 16.872 19.065 21.544 24.345 27.510 31.086 35.127 39.693 44.854
6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
16.810.876.365 17.651.120.183 18.533.376.192 19.459.745.002 20.432.432.252 21.453.753.865 22.526.141.558 23.652.148.636 24.834.456.068 26.075.878.871 27.379.372.814 28.748.041.455 30.185.143.528
1.624.556 1.509.518 1.402.627 1.303.305 1.211.018 1.125.267 1.045.588 971.552 902.758 838.837 779.441 724.252 672.971
147 136 127 118 109 102 95 88 82 76 70 65 61
108
Kapal Milik TB 1
DWT 1800
tahun ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CC (Rp/tahun) 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549
kenaikan biaya 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
OC (Rp/tahun) 3.469.195.788 3.642.655.577 3.824.788.356 4.016.027.774 4.216.829.162 4.427.670.620 4.649.054.151 4.881.506.859 5.125.582.202 5.381.861.312 5.650.954.378 5.933.502.096
- gaji kru 1.807.920.000 1.898.316.000 1.993.231.800 2.092.893.390 2.197.538.060 2.307.414.962 2.422.785.711 2.543.924.996 2.671.121.246 2.804.677.308 2.944.911.174 3.092.156.732
- perawatan&perbaikan 498.382.736 523.301.873 549.466.967 576.940.315 605.787.331 636.076.697 667.880.532 701.274.559 736.338.287 773.155.201 811.812.961 852.403.609
- asuransi 664.510.315 697.735.831 732.622.622 769.253.753 807.716.441 848.102.263 890.507.376 935.032.745 981.784.382 1.030.873.601 1.082.417.282 1.136.538.146
- perbekalan, pelumas 498.382.736 523.301.873 549.466.967 576.940.315 605.787.331 636.076.697 667.880.532 701.274.559 736.338.287 773.155.201 811.812.961 852.403.609
Biaya Tambahan 6.000.000 6.300.000 6.615.000 6.945.750 7.293.038 7.657.689 8.040.574 8.442.603 8.864.733 9.307.969 9.773.368 10.262.036
VC (Rp/tahun) 3.923.673.045 4.119.856.698 4.325.849.532 4.542.142.009 4.769.249.110 5.007.711.565 5.258.097.143 5.521.002.000 5.797.052.100 6.086.904.705 6.391.249.941 6.710.812.438
- BBM 3.796.745.722 3.986.583.008 4.185.912.159 4.395.207.767 4.614.968.155 4.845.716.563 5.088.002.391 5.342.402.511 5.609.522.636 5.889.998.768 6.184.498.706 6.493.723.642
- pelabuhan 126.927.323 133.273.689 139.937.374 146.934.242 154.280.954 161.995.002 170.094.752 178.599.490 187.529.464 196.905.937 206.751.234 217.088.796
muatan (m3) 61.228
peningkatan 13% 61.228 69.187 78.181 88.345 99.830 112.808 127.473 144.044 162.770 183.930 207.841 234.860
TC (Rp) 10.609.296.382 10.979.239.823 11.367.680.437 11.775.543.082 12.203.798.858 12.653.467.424 13.125.619.417 13.621.379.011 14.141.926.584 14.688.501.536 15.262.405.235 15.865.004.119
Unit Cost (Rp/m3) 173.276 158.689 145.401 133.290 122.246 112.168 102.968 94.564 86.883 79.859 73.433 67.551
Unit Cost (Rp/(m3.nm)) 16 14 13 12 11 10 9 9 8 7 7 6
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549 3.210.427.549
5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
6.230.177.201 6.541.686.061 6.868.770.364 7.212.208.883 7.572.819.327 7.951.460.293 8.349.033.308 8.766.484.973 9.204.809.222 9.665.049.683 10.148.302.167 10.655.717.275 11.188.503.139
3.246.764.569 3.409.102.797 3.579.557.937 3.758.535.834 3.946.462.626 4.143.785.757 4.350.975.045 4.568.523.797 4.796.949.987 5.036.797.486 5.288.637.361 5.553.069.229 5.830.722.690
895.023.790 939.774.979 986.763.728 1.036.101.915 1.087.907.010 1.142.302.361 1.199.417.479 1.259.388.353 1.322.357.770 1.388.475.659 1.457.899.442 1.530.794.414 1.607.334.135
1.193.365.053 1.253.033.306 1.315.684.971 1.381.469.219 1.450.542.680 1.523.069.814 1.599.223.305 1.679.184.470 1.763.143.694 1.851.300.879 1.943.865.922 2.041.059.219 2.143.112.180
895.023.790 939.774.979 986.763.728 1.036.101.915 1.087.907.010 1.142.302.361 1.199.417.479 1.259.388.353 1.322.357.770 1.388.475.659 1.457.899.442 1.530.794.414 1.607.334.135
10.775.138 11.313.895 11.879.590 12.473.569 13.097.248 13.752.110 14.439.715 15.161.701 15.919.786 16.715.776 17.551.564 18.429.143 19.350.600
7.046.353.060 7.398.670.713 7.768.604.248 8.157.034.461 8.564.886.184 8.993.130.493 9.442.787.018 9.914.926.368 10.410.672.687 10.931.206.321 11.477.766.637 12.051.654.969 12.654.237.718
6.818.409.824 7.159.330.315 7.517.296.831 7.893.161.672 8.287.819.756 8.702.210.744 9.137.321.281 9.594.187.345 10.073.896.712 10.577.591.548 11.106.471.125 11.661.794.681 12.244.884.415
227.943.236 239.340.398 251.307.418 263.872.788 277.066.428 290.919.749 305.465.737 320.739.024 336.775.975 353.614.773 371.295.512 389.860.288 409.353.302
265.392 299.893 338.879 382.934 432.715 488.968 552.534 624.363 705.531 797.250 900.892 1.018.008 1.150.349
16.497.732.948 17.162.098.218 17.859.681.751 18.592.144.461 19.361.230.307 20.168.770.445 21.016.687.590 21.907.000.592 22.841.829.244 23.823.399.328 24.854.047.917 25.936.228.936 27.072.519.005
62.164 57.227 52.702 48.552 44.744 41.248 38.037 35.087 32.375 29.882 27.588 25.477 23.534
6 5 5 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2
109
Kapal Sewa TB 1
DWT 1800
tahun ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kenaikan biaya 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
CC (Rp/tahun) 5.433.910.923 5.705.606.469 5.990.886.792 6.290.431.132 6.604.952.688 6.935.200.323 7.281.960.339 7.646.058.356 8.028.361.274 8.429.779.337 8.851.268.304 9.293.831.719
VC (Rp/tahun) 3.923.673.045 4.119.856.698 4.325.849.532 4.542.142.009 4.769.249.110 5.007.711.565 5.258.097.143 5.521.002.000 5.797.052.100 6.086.904.705 6.391.249.941 6.710.812.438
- BBM 3.796.745.722 3.986.583.008 4.185.912.159 4.395.207.767 4.614.968.155 4.845.716.563 5.088.002.391 5.342.402.511 5.609.522.636 5.889.998.768 6.184.498.706 6.493.723.642
- pelabuhan 126.927.323 133.273.689 139.937.374 146.934.242 154.280.954 161.995.002 170.094.752 178.599.490 187.529.464 196.905.937 206.751.234 217.088.796
muatan (m3) 61.228
peningkatan 13% 61.228 69.187 78.181 88.345 99.830 112.808 127.473 144.044 162.770 183.930 207.841 234.860
Biaya Tambahan 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
TC (Rp) 9.363.583.968 9.831.463.166 10.322.736.325 10.838.573.141 11.380.201.798 11.948.911.888 12.546.057.482 13.173.060.356 13.831.413.374 14.522.684.043 15.248.518.245 16.010.644.157
Unit Cost (Rp/m3) 152.931 142.100 132.036 122.685 113.996 105.923 98.421 91.451 84.975 78.958 73.366 68.171
Unit Cost (Rp/(m3.nm)) 14 13 12 11 10 10 9 8 8 7 7 6
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
9.758.523.305 10.246.449.471 10.758.771.944 11.296.710.541 11.861.546.068 12.454.623.372 13.077.354.540 13.731.222.267 14.417.783.381 15.138.672.550 15.895.606.177 16.690.386.486 17.524.905.810
7.046.353.060 7.398.670.713 7.768.604.248 8.157.034.461 8.564.886.184 8.993.130.493 9.442.787.018 9.914.926.368 10.410.672.687 10.931.206.321 11.477.766.637 12.051.654.969 12.654.237.718
6.818.409.824 7.159.330.315 7.517.296.831 7.893.161.672 8.287.819.756 8.702.210.744 9.137.321.281 9.594.187.345 10.073.896.712 10.577.591.548 11.106.471.125 11.661.794.681 12.244.884.415
227.943.236 239.340.398 251.307.418 263.872.788 277.066.428 290.919.749 305.465.737 320.739.024 336.775.975 353.614.773 371.295.512 389.860.288 409.353.302
265.392 299.893 338.879 382.934 432.715 488.968 552.534 624.363 705.531 797.250 900.892 1.018.008 1.150.349
6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
16.810.876.365 17.651.120.183 18.533.376.192 19.459.745.002 20.432.432.252 21.453.753.865 22.526.141.558 23.652.148.636 24.834.456.068 26.075.878.871 27.379.372.814 28.748.041.455 30.185.143.528
63.343 58.858 54.690 50.818 47.219 43.876 40.769 37.882 35.200 32.707 30.391 28.240 26.240
6 5 5 5 4 4 4 3 3 3 3 3 2
1
BIODATA PENULIS
Nisa Ur Rofiah lahir di Blitar 12 Juni 1994. Melalui pendidikan dasar
di MI MWB Mronjo pada 2001 – 2007. Selanjutnya menjalani
pendidikan menengah pertama pada 2007 – 2010 di MTsN Jabung,
kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA 1 Talun di
Blitar. Pada tahun 2013 masuk ke Perguruan Tinggi Negeri Institut
Teknologi Sepuluh Nopember di jurusan Transportasi Laut – FTK ITS.
Pernah menjadi staff divisi eksternal di Himpunan Mahasiswa Transportasi Laut periode 2014-
2015 dan Sekretaris Himpunan Mahasiswa Transportasi Laut periode 2015-2016. Pada Juni
2016 melaksanakan Kerja Praktek I di Terminal Petikemas KOJA dan pada Maret 2016
melaksanakan Kerja Praktek II di Perusahaan Pelayaran Intan Borneo Wisesa Group.
Email: [email protected]
2