MODEL PENGUATAN PHBS MELALUI METODE
PERMAINAN “KARPET ANAK SEHAT (KAS)”
Yurika Fauzia Wardhani
i
LAPORAN PENELITIAN
Model Penguatan PHBS Melalui Metode
Permainan “Karpet Anak Sehat (KAS)”
Yurika Fauzia Wardhani
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUMANIORA DAN
MANAJEMEN KESEHATAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
JAKARTA
2016
RAHASIA
ii
JUDUL PENELITIAN
Model Penguatan PHBS Melalui Metode Permainan
“Karpet Anak Sehat (KAS)”
iii
SK PENELITIAN
iv
SUSUNAN TIM PENELITIAN
No. Nama Keahlian/
Kesarjanaan
Kedudukan
dalam Tim
Uraian Tugas
1 Yurika Fauzia
Wardhani, M.Psi,
Psikolog
Magister Profesi
Psikologi
P.I. Ketua pelaksanan
penelitian,yaitu
mengkoordinir jalannya
penelitian
2. Drg. Made Asri
Budisuari. M.Kes
Dokter gigi,
Master
Kesehatan
Peneliti Membantu PI dalam
melaksanakan penelitian
untuk mencapai tujuan
3. Hidayad Heny
Solihah, M.Kep, Nurs
Perawat,
Magister
keperawatan
Peneliti Membantu PI dalam
melaksanakan pembuatan
alat ukur, pengumpulan
data dan analisis
4 Rahma
Kusumandari, S.Psi,
Psikolog
Psikologi
Pendidikan Anak
Berkebutuhan
Khusus
Enumerator Membantu PI dalam
melaksanakan pembuatan
alat ukur, pengumpulan
data dan analisis
5. Eka Rusliawati
Filiantari, S.Psi
Sarjana Psikologi Enumerator Membantu PI dalam
melaksanakan penelitian
untuk mencapai tujuan
6. Cholis Bachroen,
SKM, MPH
Master
Kesehatan
Konsultan Memberi masukan dan
arahan pada team peneliti
dalam menjalankan
kegiatan penelitian
v
PERSETUJUAN ETIK
vi
PERSETUJUAN ATASAN
Ketua Pelaksana,
Yurika Fauzia Wardhani
NIP.197905042003122003
Menyetujui
Ketua PPI,
Dra. Suharmiati, M.Si, Apt
NIP. 19580713 198903 2 001
Mengetahui
Kepala Pusat Penelitian dan Pemgembangan
Humaniora dan Manajemen Kesehatan,
Dr. Dede Anwar Musadad, SKM, M.Kes
NIP. 19570915 198012 1 002
vii
KATA PENGANTAR
KAS (Karpet Anak Sehat) merupakan suatu metode permainan yang digunakan sebagai
media promosi Perilaku Hidup sehat (PHBS) di sekolah yang diberikan pada anak-anak usia SD
(Sekolah Dasar). Memperkenalkan dunia kesehatan pada anak-anak di sekolah, seyogyanya tidak
terlalu susah karena pada umumnya tiap sekolah sudah memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Pengetahuan tentang PHBS haruslah diberikan sedini mungkin kepada anak. Metode
pemberian pengetahun tersebut hendaklah yang sesuai dengan usia anak. Usia anak adalah usia
bermain, oleh karenanya pemberian pengetahuan tentang PHBS yang efektif untuk anak yaitu
melalui metode bermain. Pemberian pengetahuan melalui metode bermain tidak hanya dengan
memberikan teori saja, melainkan juga dengan melakukannya (melatih perilaku).
KAS merupakan salah satu metoda yang diharapkan dapat mendukung program pengenalan
dunia kesehatan, khususnya PHBS di sekolah yang bekerjasama dengan UKS. Pembelajaran PHBS
dengan metoda KAS diharapkan menjadi salah satu metoda pembelajaran yang efektif pada anak
usia SD.
Desember 2016
Tim Peneliti
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Model Penguatan PHBS Melalui Metode Permainan
“Karpet Anak Sehat (KAS)”
PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat.
Memperkenalkan dunia kesehatan pada anak-anak di sekolah, seyogyanya tidak
terlalu susah karena pada umumnya tiap sekolah sudah memiliki Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS).Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik PHBS di sekolah.
Karena terdiri dari sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.Sehingga
secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Indikator PHBS di Sekolah adalah menyuci tangan dengan air yang mengalir dan
memakai sabun, mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang
bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan dan
membuang sampah pada tempatnya.
Pengetahuan tentang PHBS haruslah diberikan sedini mungkin kepada anak. Metode
pemberian pengetahun tersebut hendaklah yang sesuai dengan usia anak. Usia anak adalah
usia bermain, oleh karenanya pemberian pengetahuan tentang PHBS yang efektif untuk anak
yaitu melalui metode bermain. Pemberian pengetahuan melalui metode bermain tidak hanya
dengan memberikan teori saja, melainkan juga dengan melakukannya (melatih perilaku).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana efektifitas Penguatan PHBS
MelaluiMetodePermainan Karpet Anak Sehat (KAS). Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian adalah mengidentifikasi PHBS yang ada di sekolah SD Inklusi, mengetahui proses
uji coba model penguatan PHBS pada siswa SD inklusi melalui pengembangan metode
permainan karpet anak sehat (KAS) dan mengidentifikasi kendala dalam pengembangan
model.
ix
Penelitian direncanakan dilakukan di DIY, Jawa Timur dan Bali. Alasan pemilihan
daerah adalah Propinsi DIY dipilih sebagai daerah penelitian karena propinsi DIY adalah
merupakan propinsi yang memberikan perhatian lebih pada penderita disabilitas dengan
memberikan beberapa fasilitas umum bagi penderita disabilitas, Propinsi Jawa Timur (48,1%)
merupakan propinsi dengan angka PHBS tergolong rendah menurut hasil Riskesdas, Propinsi
Bali dipakai sebagai daerah kontrol karena Propinsi Bali merupakan daerah yang BHBS-nya
sudah baik yaitu 66,7%.
Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen. Two Groups Pre test-Post Test
Design.Terdapat 1 kelompok eksperimen yang diberi penyuluhan dan melakukan kegiatan eksperimen
(bermain) serta mendapatkan pre dan post test. Kelompok berikutnya merupakan kelompok kontrol
dimana kelompok ini hanya mendapatkan penyuluhan saja, tidak melakukan kegiatan eksperimen.
Karena ada efisiensi anggaran, maka penelitian ini tidak dapat dilaksanakan. Kegiatan
yang sudah dilaksanakan hanya melakukan ijin etik serta persiapan daerah untuk uji coba
lapangan di Kabupaten Sidoarjo.
x
ABSTRAK
KAS (Karpet Anak Sehat) merupakan suatu metode permainan yang digunakan sebagai
media promosi Perilaku Hidup sehat (PHBS) di sekolah yang diberikan pada anak-anak usia SD
(Sekolah Dasar). Memperkenalkan dunia kesehatan pada anak-anak di sekolah, seyogyanya tidak
terlalu susah karena pada umumnya tiap sekolah sudah memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Penelitian direncanakan dilakukan di DIY, Jawa Timur dan Bali. Penelitian ini merupakan
penelitian Eksperimen. Two Groups Pre test-Post Test Design.Terdapat 1 kelompok eksperimen yang
diberi penyuluhan dan melakukan kegiatan eksperimen (bermain) serta mendapatkan pre dan post test.
Kelompok berikutnya merupakan kelompok kontrol dimana kelompok ini hanya mendapatkan
penyuluhan saja, tidak melakukan kegiatan eksperimen.Karena ada efisiensi anggaran, maka
penelitian ini tidak dapat dilaksanakan. Kegiatan yang sudah dilaksanakan hanya melakukan
ijin etik serta persiapan daerah untuk uji coba lapangan di Kabupaten Sidoarjo.
Kata Kunci : anak, sekolah dasar, PHBS, KAS
xi
DAFTAR ISI
Judul Penelitian i
SK Penelitian ii
Susunan Tim Peneliti iv
Persetujuan Etik vi
Persetujuan Atasan vii
Kata Pengantar viii
Ringkasan Eksekutif ix
Abstrak x
Daftar Isi xi
Daftar Tabel/Gambar/Grafik/Peta/Lampiran xii
I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
II. METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep, hipotesis dan definisi operasional ...................................... 4
B. Desain Penelitian .......................................................................................... 4
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 5
D. Populasi dan Sampling ................................................................................... 6
E. Instrumen Pengumpul Data ........................................................................... 8
F. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 8
G. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................................... 9
III. HASIL
IV. PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat.
PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang gizi: makan
beraneka ragam makanan, minum tablet tambah darah, mengkonsumsi garam beryodium,
memberi bayi dan balita kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang
sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan.
Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.Setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, nggota
keluarga giat bekerja. Sehingga pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk
memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai
Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah
Tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif,
menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur
setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah
PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja, pemilik dan
pengelola usaha/kantor, agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Indikator PHBS di
tempat kerja antara lain:Tidak merokok di tempat kerja, membeli dan mengkonsumsi
makanan yang sehat dari tempat kerja, melakukan olahraga secara teratur / aktifitasfisik,
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan
buang air kecil, memberantas jentik nyamuk di tempat kerja, menggunakan air bersih,
2
menggunakan jamban saat buang air besar dan kecil, membuang sampah pada tempatnya,
mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
Manfaat PHBS di tempat kerja adalah setiap pekerja meningkat kesehatannya dan
tidak mudah sakit, produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan
penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga, pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan
untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
Manfaat PHBS di tempat kerja bagi Masyarakat adalah tetap mempunyai lingkungan
yang sehat walaupun berada di sekitar tempat kerja, Dapat mencontoh perilaku hidup bersih
dan sehat yang diterapkan oleh tempat kerja setempat.
Manfaat PHBS di tempat kerja Bagi Tempat Kerja adalah meningkatnya
produktivitas kerja pekerja yang ber¬dampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan,
Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan, Meningkatnya citra tempat kerja yang
positif.
Manfaat PHBS di tempat kerja Bagi Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota adalah
peningkatan Tempat Kerja Sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota yang baik, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat dialihkan untuk
peningkatan kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah kesehatan, Dapat dijadikan
pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
Memperkenalkan dunia kesehatan pada anak-anak di sekolah, seyogyanya tidak
terlalu susah karena pada umumnya tiap sekolah sudah memiliki Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS).
Pengertian UKS adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan serta
perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu. Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa
”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya sehingga diharapkan dapat menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas.
UKS bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta
didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta
didik dan menyiptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya.
3
Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik PHBS di sekolah.
Karena terdiri dari sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.Sehingga
secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Indikator PHBS di Sekolah adalah menyuci tangan dengan air yang mengalir dan
memakai sabun, mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang
bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan dan
membuang sampah pada tempatnya.
Pengetahuan tentang PHBS haruslah diberikan sedini mungkin kepada anak. Metode
pemberian pengetahun tersebut hendaklah yang sesuai dengan usia anak. Usia anak adalah
usia bermain, oleh karenanya pemberian pengetahuan tentang PHBS yang efektif untuk anak
yaitu melalui metode bermain. Pemberian pengetahuan melalui metode bermain tidak hanya
dengan memberikan teori saja, melainkan juga dengan melakukannya (melatih perilaku).
Menurut terori Sinner melatih perilaku dapat dilakukan dengan metode shaping. yaitu
upaya secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling sederhana
(elementer) sampai bentuk yang paling kompleks. Terdapat dua unsur dalam pengertian
shaping :
a. Adanya penguatan secara berbeda-beda (differential reinforcement) yaitu ada respons
yang diberi penguatan dan ada respon yang tidak diberi penguatan
b. Successive approximation (upaya mendekat terus menerus), yang mengacu pada
pengertian bahwa hanya respons yang sesuai dengan harapan eksperimenter yang
akan diberi penguatan
Dengan shaping di atas, perilaku manusia sedikit demi sedikit dibentuk untuk
akhirnya dapat melakukan perilaku yang kompleks.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka akan melihat “Bagaimana efektifitas Penguatan
PHBS MelaluiMetodePermainan Karpet Anak Sehat (KAS)”
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah PHBS yang ada di sekolah SD Inklusi
b. Bagaimanakah proses uji coba model penguatan PHBS pada siswa SD inklusi melalui
pengembangan metode permainan karpet anak sehat (KAS).
c. Apakah kendala dalam pengembangan mode
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melihat bagaimana efektifitas Penguatan PHBS MelaluiMetodePermainan Karpet Anak
Sehat (KAS)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi PHBS yang ada di sekolah SD Inklusi
b. Mengetahui proses uji coba model penguatan PHBS pada siswa SD inklusi melalui
pengembangan metode permainan karpet anak sehat (KAS).
c. Mengidentifikasi kendala dalam pengembangan model
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
a. Bagi penentu kebijakan
Sebagai bahan Kebijakan Program dalam Upaya PHBS sehingga dapat dijadikan masukkan dalam
menentukan/ perbaikan kebijakan program tersebut.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai masukkan dan menerima manfaat terhadap perbaikan PHBS sekaligus masyarakat
sebagai kontrol dalam pelaksanaan program kesehatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak
sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang
awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan
teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan
kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain
seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. (Gredler, 1994)
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari
atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan
ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. (Gredler, 1994)
A. Kajian Umum Teori B.F Skinner
Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan).
Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Gredler, 1994). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai
berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan
dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di
observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang
dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
6
Tabel Perbandingan Respons Elisit dan Tingkah-Laku Operan
Respon Elisit (Refleks) Respon Emisi (Operan)
Ada korelasi yang dapat diamati antara stimulus
dan respons; Respons yang terpancing keluar
terutama untuk menjaga kesejahteraan
organisme
Ada respons bertindak mengenai lingkungan
yang menimbulkan konsekuensi yang
berpengaruh pada organisasi, dan dengan
demikian mengubah tingkah-laku yang akan
datang; Tidak ada korelasi nya dengan stimulus
sebelumnya
Di kondisikan dengan substitusi stimulus;
Kondisioning Tipe S
Di kondisikan melalui konsekuensi respons yang
memperbesar peluang merespons; Kondisioning
Tipe R
- Tingkah-laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.
- Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahkluk hidup.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (Santrock, 2007) unsur yang terpenting
dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).
Penguatan dan Hukuman.
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu
perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku. (baca Teori penguatan dan hukuman yang lebih lengkap di sini
Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua bagian:
- Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan
positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau
penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
- Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang
(menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
7
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam
penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan
penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif
meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas
terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman
(Santrock, 2007).
Penguatan Positif
Perilaku Konsekuensi Perilaku Kedepan
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Guru menguji murid Murid mengajukan banyak pertanyaan
Penguatan Negatif
Perilaku Konsekuensi Perilaku Kedepan
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Guru berhenti menegur murid Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku Konsekuensi Perilaku Kedepan
Murid menyela guru Guru mengajar murid langsung Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk positif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu konsekuensi meningkatkan perilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang
Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan
pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang
digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga
unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan
dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau
gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang
mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan
yang diatur secara seksama.
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh
menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan
penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada
stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena
adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif
yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi
dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.
8
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
- Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.
- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
- Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
- Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
- Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah,
untuk menghindari adanya hukuman.
- Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
- Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut
akan menurun bahkan musnah.
B. APLIKASI TEORI SKINNER TERHADAP PEMBELAJARAN.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
- Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat.
- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
- Materi pelajaran digunakan sistem modul.
- Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
- Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
- Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
- Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran
agar tidak menghukum.
- Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
- Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
9
- Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
- Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
- Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
- Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
- Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut
waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau
tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan _________ : Diteliti --------------- : Tidak diteliti
Permainan / Treatment
Pendidikan
Sehat
PHBS PHBS di Rumah Tangga PHBS di sekolah PHBS di tempat kerja
Lokasi / Tempat Tinggal
JenisKelamin Usia
Fisik - - Sehat - - Penyakitmenular / - tidakmenular
Ekonomi Mikro
Mental - - Tidakbermasalah - - Bermasalah
Sosial - - Tidakbermasalah - - Bermasalah
Aktifitas / Produktivitas
MP3EI (Ekonomi Makro)
Perbaikan PHBS di rumah tangga
Perbaikan PHBS di sekolah
Perbaikan PHBS di tempat kerja
11
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di DIY, Jawa Timur dan Bali
Alasan pemilihan daerah :
Propinsi DIY dipilih sebagai daerah penelitian karena propinsi DIY adalah merupakan propinsi
dengan angka PHBS yang tinggi (66,7% yang memberikan perhatian lebih pada penderita disabilitas
dengan memberikan beberapa fasilitas umum bagi penderita disabilitas sehingga sangat pas dengan
kriteria daerah penelitian.
Propinsi Jawa Timur (48,1%) merupakan propinsi dengan angka PHBS tergolong rendah
menurut hasil Riskesdas
Propinsi Bali dipakai sebagai daerah kontrol karena Propinsi Bali merupakan daerah yang
BHBS-nya sudah baik yaitu 66,7%
Waktupenelitian
Penelitian dilakukan 10 bulan di tahun 2016
3.3 Desain Penelitian
Metode Pre Test Post Test
A1
A2
Kelompok A1 adalah murid SD inklusi sebagai kelompok eksperimen. Sebagai kelompok
eksperimen, kelompok A1 diberi penyuluhan dan melakukan permainan.
Kelompok A2 merupakan murid SD Inklusi sebagai kelompok kontrol. Sebagai kelompok
kontrol, kelompok A2 hanya diberi penyuluan saja.
3.5 Jenis Penelitian
Penelitian Eksperimen. Two Groups Pre test-Post Test Design.
Terdapat 1 kelompok eksperimen yang diberi penyuluhan dan melakukan kegiatan
eksperimen (bermain) serta mendapatkan pre dan post test.
Kelompok berikutnya merupakan kelompok kontrol dimana kelompok ini hanya
mendapatkan penyuluhan saja, tidak melakukan kegiatan eksperimen.
12
3.6 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah murid SD khusus (inklusi)
1 Kota di Propinsi daerah penelitian dipilih 1 Puskesmas. Dari 1 wilayah kerja puskesmas
dipilih 2 SD Inklusi. 1 SD Inklusi sebagai kelompok eksperimen dan 1 SD Inklusi sebagai
kelompok kontrol
Subyek penelitian adalah 4 siswa dari kelas 1, 4 siswa dari kelas 2 dan 4 siswa dari kelas 3.
Total subyek tiap-tiap sekolah adalah 2 kelompok (masing-masing kelompok 6 siswa dan
total 12 siswa). Dari total 12 siswa tersebut, 6 siswa dengan kebutuhan khusus dan 6 siswa
normal.
3.7 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Instrumen:
Instrumen yang digunakan adalah sebuah paket permainan bertema PHBS yang dimainkan
bersama secara berkelompok. 1 kelompok terdiri dari 6 orang. Dan dimainkan berkompetisi
2 kelompok, sehingga dalam 1 kali bermain terdapat 2 kelompok (12 orang anak)
Cara pengumpulan data:
Data dikumpulkan dengan cara melakukan eksperimen (permainan) dan observasi
3.8 Bahan dan Prosedur Kerja
Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan akan diolah secara dekriptif
Bahan yang digunakan
1. Paket permainan (Penjelasan tentang bahan-bahan yang digunakan pada paket
permainan dapat dilihat di buku petunjuk permainan)
2. Kuesioner in depth (untuk kepala dinas, kepala puskesmas dan pemegang program UKS
di puskesmas)
3. Lembar observasi permainan (pada saat permainan berlangsung, observasi dilakukan
oleh peneliti dan guru)
4. Lembar observasi yang harus diisi di rumah. (lembar observasi yang harus diisi oleh
orang tua murid yang berpartisipasi dalam penelitian)
(Kuesioner in depth, dan lembar observasi di rumah dapat dilihat pada lampiran, sedangkan
lembar observasi permainan terdapat di dalam buku petunjuk permainan)
13
Prosedur Kerja
1. Peneliti membuat proposal penelitian
2. Peneliti menyusun instrumen penelitian (membuat paket permainan, menyusun buku
petunjuk permainan, menyusun kuesioner, menyusun daftar pengamatan)
3. Belanja bahan yang digunakan untuk bermain
Rincian bahan-bahan yang digunakan untuk bermain dapat dilihat pada buku petunjuk
permainan
4. Melakukan uji coba
- Mencetak buku petunjuk permainan untuk diuji coba
- Mencetak lembar observasi untuk uji coba
- Mencetak kuesioner untuk uji coba
- Menentukan sekolah yang akan dipakai untuk uji coba
- Melakukan ijin uji coba di sekolah yang ditentukan
- Menyiapkan paket permainan
- Menyiapkan kuesioner dan lembar observasi
- Menjelaskan tentang prosedur penelitian
- Wawancara kepala sekolah tentang PHBS di sekolah
- Menentukan waktu uji coba
- Menentukan petugas observer dari sekolah (3 orang guru sebagai observer)
- Meminta guru untuk memilih pemain (kelas 1-3, masing masing kelas 4 anak. 6 anak
khusus, 6 anak normal)
- Pelaksanaan uji coba
Memberikan pengarahan sebelum kegiatan berlangsung
Melakukan pre test
Menitipkan lembar observasi di rumah pada guru agar diisi oleh orang tua
Menjelaskan prosedur permainan
Menyiapkan paket permainan
Menyiapkan lembar observasi dan bintang untuk penguatan
Bermain
Melakukan evaluasi hasil uji coba
5. Melakukan perbaikan dari hasil uji coba (bila ada perubahan)
6. Peneliti mengurus ijin penelitian di Kesbang (3 daerah penelitian : DIY, Jatim, Bali)
7. Peneliti melakukan persiapan daerah dengan melakukan :
- Ijin penelitian di daerah setempat
14
- Ijin penelitian di dinas kesehatan
- Wawancara kepala dinas kesehatan tentang PHBS di wilayahnya
- Meminta petunjuk dinas kesehatan tentang wilayah puskesmas yang akan digunakan
sebagai daerah penelitian
- Wawancara kepala puskesmas tentang PHBS di wilayahnya
- Wawancara petugas puskesmas yang menangani UKS tentang kegiatan UKS yang
berhubungan dengan PHBS
- Meminta petunjuk puskesmas untuk memilih 2 SD Inklusi yang akan di jadikan lokasi
penelitian
- Melakukan ijin penelitian di sekolah yang ditentukan
- Wawancara kepala sekolah tentang PHBS di sekolahnya
- Memberikan penjelasan kepada sekolah tentang penelitian dan prosedur penelitian
- Menentukan waktu penelitian
8. Menyiapkan paket permainan yang akan dimainkan
9. Pelaksanaan penelitian
- Mencetak buku petunjuk permainan
- Mencetak lembar observer
- Mencetak kuesioner
- Menyiapkan paket permainan
- Menyiapkan kuesioner dan lembar observasi
- Menjelaskan tentang prosedur penelitian
- Menentukan petugas observer dari sekolah (3 orang guru sebagai observer)
- Meminta guru untuk memilih pemain (kelas 1-3, masing masing kelas 4 anak. 6 anak
khusus, 6 anak normal)
- Pelaksanaan penelitian
Memberikan pengarahan sebelum kegiatan berlangsung
Melakukan pre test
Menitipkan lembar observasi di rumah pada guru agar diisi oleh orang tua
Menjelaskan prosedur permainan
Menyiapkan paket permainan
Menyiapkan lembar observasi dan bintang untuk penguatan
- Bermain
10. Konsultasi pada pakar tentang hasil penelitian
11. Melakukan evaluasi dengan meminta responden kembali menjalankan permainan
15
12. Memberikan post test pada responden
13. Menyusun laporan hasil penelitian
14. Melakukan diseminasi hasil penelitian
15. Menyusun laporan akhir
3.9 VariabelPenelitian
1. Indikator PHBS di Rumah Tangga :
- Persalinan ditolong tenaga kesehatan
- Memberi bayi ASI ekslusif
- Menimbang bayi dan balita setiap bulan
- Menggunakan air bersih
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
- Menggunakan jamban sehat
- Memberantas jentik di rumah
- Makan buah dan sayur setiap hari
- Melakukan aktifitas fisik setiap hari
- Tidak merokok di dalam rumah
http://promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-rumah-tangga/
Keterangan : Indikator yang berwarna merah merupakan indikator yang tidak
diobservasi dan tidak diikutkan dalam permainan karena indikator tersebut tidak
dilakukan oleh anak usia SD
2. Indikator PHBS di sekolah :
- Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun’
- Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
- Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
- Olah raga yang teratur dan terukur
- Memberantras jentik nyamuk
- Tidak merokok di sekolah
- Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan tiap bulan
- Membuang sampah pada tempatnya
http://promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-sekolah/
16
3.10 Validitas dan Realibitas Data
Sebagai validitas data, maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi. Triangulasi
dilakukan melalui berbagai cara, yaitu; dari jenis informan yang berbeda; sumber informasi
yang berbeda misalnya observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen; dan cara
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk
mengecek kebenaran interpretasi dari berbagai aspek baik dari informasi, sumber data,
maupun cara memperoleh data. Sementara itu, untuk realibitas data dalam penelitian
dilakukan baik secara kuisonik, diakronik, maupun sinkronik. Realibitas kuisonik dilakukan
dengan cara menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang sama pada
beberapa tempat penelitian yang telah ditentukan. Realibitas diakronik dilakukan dengan
cara pengumpulan data melalui wawancara dan observasi secara berkesinambungan selama
waktu penelitian yang telah ditentukan. Sementara itu, realibitas sinkronik dilakukan
dengan cara mengkroscek kembali hasil wawancara dan observasi untuk melihat reliabilitas
data.
3.11 Definisi Operasional :
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga yang meliputi :
- Menggunakan air bersih
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
- Menggunakan jamban sehat
- Memberantas jentik di rumah
- Makan buah dan sayur setiap hari
- Melakukan aktifitas fisik setiap hari
- Tidak merokok di dalam rumah
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di sekolah yang meliputi :
- Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun’
- Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
- Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
- Olah raga yang teratur dan terukur
- Memberantras jentik nyamuk
- Tidak merokok di sekolah
17
- Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan tiap bulan
- Membuang sampah pada tempatnya
3.12 Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan dan analisis data
kuantitatifdankualitatif. Data kuantitatif dianalisis secarasecara diskriptif. Sedangkan
untuk data kualitatif hasil wawancaramendalam dilakukan secara content analysis,
dengan menganalisis transkrip dan mendeskripsikannya dalam bentuk naratif.
Sementara itu, untuk observasi partisipasi dilakukan dengan empat tahap analisis,
yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema.
3.13 Pertimbangan Ijin dan Etik Penelitian:
Surat izin penelitian diperoleh dari Kementrian Dalam Negri dan masing-masing
daerah penelitian sedangkan etik penelitian diperoleh dari Komisi Etik Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan dengan mengeluarkan Ethical Clearence (EC).
18
BAB IV
HASIL
Karena efisiensi anggaran, maka penelitian ini tidak dapat dilaksanakan. Kegiatan
yang telah dilaksanakan adalah :
1. Pembuatan protokol penelitian
Ide awal penelitian adalah karena tim melihat bahwa perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Penanaman perilaku pada anak yang
paling efektif diberikan dengan cara bermain. Oleh karena itu, tim peneliti mencoba membuat
suatu permainan yang bertujuan untuk memberi informasi pada anak tentang PHBS yang baik
dan benar. Selain memberi informasi, permainan itu juga mengajak anak untuk
mempraktekkan PHBS.
Melalui beberapa kali pertemuan dan pembagian tugas, akhirnya protokol penelitian,
modul dan bahan-bahan untuk penelitian siap untuk di cetak.
2. Ijin etik penelitian
Penelitian tidak akan bisa berjalan tanpa ijin etik penelitian. Setelah materi penelitian
semua siap, (termasuk semua materi yang akan dicetak) maka tim penelti mengurus ijin
penelitian dengan mengirim berkas ke Komisi Etik Penelitian Badan Litbang Kementrian
Kesehatan. Pengurusan surat ijin Etik Penelitian memerlukan waktu yang lama. Dengan
melalui satu kali revisi, akhirnya surat ijin etik penelitian diterima oleh peneliti. Dengan
diterimanya surat ijin etik penelitian, maka peneliti sudah dapat menjalankan kegiatan
penelitian.
3. Ijin Penelitian di (Kesatuan Kebangsaan) Kesbang Propinsi Jawa Timur
Untuk melaksanakan penelitian, peneliti harus melakukan ijin penelitian di Kesbang
Propinsi Jawa Timur dengan mengirimkan protokol penelitian yang kemudian mengeluarkan
surat pengantar agar dapat melaksakan penelitian di propinsi lain, yaitu propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan propinsi Bali.
4. Percetakan modul dan media penunjang penelitian
Bahan-bahan yang akan dicetak sudah siap, akan tetapi tidak bisa segera di cetak
karena menunggu keputusan anggaran. Bahan-bahan yang akan di cetak meliputi buku
19
modul, buku pintar, Karpet Anak Sehat (KAS), kartu-kartu permainan dan kuesioner
penelitian. Proses percetan akan segera dilakukan jika surat ijin etik penelitian telah diterima
oleh peneliti. Jika peneliti mencetak materi penelitian terlebih dahulu sebelum surat ijin etik
penelitian diterima oleh peneliti, dikhawatirkan ada revisi dari komisi etik penelitian. Ketika
surat ijin etik penelitian sudah diterima oleh peneliti dan anggaran percetakan sudah
dipastikan bisa turun, maka bahan-bahan segera di cetak. Semua bahan sudah selesai di cetak,
kecuali Karpet Anak Sehat (KAS)
5. Persiapan daerah uji coba
Persiapan daerah uji coba dilaksanakan ketika ijin etik peneltian sudah diterima oleh
peneliti. Peneliti melakukan persiapan daerah uji coba di kabupaten Sidoarjo. Dengan
membawa surat ijin Kesbang dan surat ijin etik, peneliti menghadap kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Sidoarjo untuk mengurus ijin penelitian dan melakukan persiapan daerah uji coba.
Ketika peneliti datang, kami diterima oleh kasie promkes karena kepala dinas sedang
ada acara di luar kantor. Sambil menunggu surat ijin penelitian keluar, kasie promkes
menjanjikan akan membantu sepenuhnya seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan di
kabupaten Sidoarjo. Beberapa kali kami ke kantor dinas kabupaten Sidoarjo untuk
menanyakan kabar surat ijin penelitian.tetapi ternyata surat ijin tersebut belum bisa ditanda
tangani kepala dinas karena kepala dinas sedang dinas di luar kantor. Walaupun per telpon
kepala dinas sudah menyetujui kegiatan kami, akan tetapi kami tidak dapat melaksanakan
kegiatan lapangan sebelum surat ijin diberikan kepada kami.
6. Efisiensi Anggaran
Beberapa hari setelah melakukan persiapan daerah, ternyata kami mendapat kabar
bahwa karena ada efisiensi anggaran, penelitian ini tidak dapat dilanjutkan. Kabar tersebut
membuat kami menghentikan semua kegiatan penelitian.
20
BAB V
PEMBAHASAN
--------
21
Daftar Pustaka
1. Admin, ---, Apa itu PHBS, http://perilakuhidupbersihsehat.com/apa-itu-phbs/
2. Anonim, 2003, SKB Mendiknas, Menkes, Menag, dan Mendagri No. 2/P/SKB/2003;
1068/Menkes/SKB/VII/2003; MA/230-B/2003; No. 4415-404/2003 tentang Tim Pembina UKS,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
3. Anonim, 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
4. Anonim, 2009, UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
5. Anonim, 2003, UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
6. Anonim, 2003, SKB Mendiknas, Menkes, Menag, dan Mendagri No. 1/U/SKB/2003;
1067/Menkes/SKB/VII/2003; No.MA/230-A/2003; No.4415-404/2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
7. Admin, 2012, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah,
http://promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-sekolah/
8. Admin, 2012, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga
http://promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-rumah-tangga/
22