Download - Modul manajemen stress daniel doni
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
1
Modul Stress Management
“ Your andrenaline’s flowing, your senses are alive..” Sammy Fong Tujuan Pembelajaran
Dengan memahami modul ini secara aktif, anda seharusnya
mampu :
1. Memahami konsep teoritis maupun praktis mengenai
manajemen stres
2. Memiliki wawasan untuk menghandle stres yang terjadi
di organisasi anda.
3. Mengaplikasikan konsep dan wawasan tersebut dalam
situasi praktis.
4. Mengenali kecenderungan diri anda berkaitan dengan
stres dan manajemen stres.
Pra Modul
Don’t fall to me, please!
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
2
Pendahuluan
Stres, cenderung dipandang negatif oleh masyarakat. Seringkali kata-
kata stres dianalogikan kearah stres destruktif : stres karena putus dengan
kekasih, stres karena di PHK, stres menghadapi Boss yang otoriter, stres
karena beban kerja yang tidak masuk akal, dan sebagainya. Padahal, stres,
apabila dimanage dengan tepat, justru membantu kita untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi ataupun performa kita. Dalam modul ini, akan
dibahas berbagai hal mengenai stres dalam organisasi dan bagaimana cara
untuk memanage stres sehingga stres bisa dirasakan sebagai stres yang
konstruktif.
Definisi Stres
Mc Shane and Von Glinow (2003, 198) mendefinisikan stres sebagai : “
an adaptive response to a situation that is perceived as challenging or
threatening to the person’s well being. “ Dalam definisi itu, stres lebih
mengarah kepada reaksi seseorang terhadap kondisi ataupun situasi yang dia
alami, dan bukan mengarah ke kondisi ataupun situasi itu sendiri. Merujuk
pada definisi tersebut, stres dipandang sebagai suatu proses adaptasi
seseorang terhadap suatu situasi yang dianggap menantang atau
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
3
menghambatnya. Coba anda bayangkan, perasaan apa yang anda rasakan
ketika mendadak anda diminta untuk berlenggak lenggok bak model di
hadapan orang banyak, padahal anda bukanlah seorang model. Apa yang anda
rasakan ketika anda bermain bungee jumping? Atau, apa yang mungkin anda
masih mengingat sesaat sebelum anda memasuki ruang sidang tugas akhir
yang menentukan hidup mati anda setelah mengenyam pendidikan di Strata 1
dulu. Apa yang anda rasakan? Gugup? Gelisah? Menelan ludah berkali kali?
Badan panas dingin? Well, itu adalah bagian dari proses stres tersebut.
Namun, ketika anda sudah berhasil menguasai situasi tersebut, maka rasa itu
akan hilang. Ketika anda berada dalam ruang sidang, dan anda berhasil
menjawab pertama dari dewan penguji, maka ada perasaan lega dalam diri
anda, perasaan bahwa anda sudah dapat menguasai keadaaan. Itu berarti,
anda sudah berhasil menguasai diri anda terhadap stres yang anda alami.
Dengan adanya berbagai perasaan tersebut, yang sebenarnya merupakan
suatu respons tubuh kita atas kejadian yang kita alami, maka Hans Selye,
mendefinisikan stres sebagai : “ the nonspesific response of the body to any
demand made upon it.”
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
4
General Adaption System
Orang pertama yang mempublikasikan penelitian mengenai stres adalah Dr.
Hans Selye. Selye menemukan bahwa seseorang memiliki respons yang
konsisten manakala dia menghadapi situasi yang dapat menyebabkan stres.
Respons tersebut, oleh Selye, dinamakan General Adaption System, yang
secara otomatis membantu kita untuk beradaptasi dan mengatasi situasi
stres tersebut. Shani and Lau (2005, 3) mendefinisikan General Adaption
System sebagai : “ a defensive reaction to environtmental demand that is
perceived as threatening. Ada 3 stage dalam General Adaption System, yaitu
:
1. Alarm reaction. Dalam tahap ini, adanya situasi yang dipersepsikan
atau dirasakan menantang maupun menghambat, akan menyebabkan
otak kita, secara otomatis mengirimkan pesan biologis terhadap
bagian-bagian tubuh. Sehingga muncullah perasaan tegang, keringat
dingin, meningkatnya detak jantung, tekanan darah, perasaan selalu
ingin buang air dan berbagai macam respons lainnya. Dalam hal ini,
kondisi fisik seseorang berada dalam tingkat yang lemah dan tidak
produktif. Saat situasi ini, seringkali yang dapat dilakukan hanya diam
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
5
dan menenangkan pikiran, mencoba menguasai kondisi. Tahap ini,
seringkali memakan korban jiwa, apabila seseorang mengalami shock
yang berlebihan. Banyak kasus kematian akibat stres dilaporkan di
Jepang, dan setelah diteliti, kebanyakan akibat shock yang berlebihan
sehingga orang tersebut tidak dapat bernafas, gagal jantung atau
tekanan darah terlalu tinggi.
2. Resistance. Setelah mengalami alarm reaction, dan mampu mengatasi
keadaan, seseorang akan masuk tahap resistance. Dalam tahap ini,
seseorang sudah mulai mampu menguasai keadaan, berpikir jernih
untuk menghadapi sumber stres tersebut. Namun perlu diingat, dalam
organisasi, seringkali seseorang berhadapan dengan multi sumber stres
secara bertubi tubi, situasi inilah yang seringkali membuat orang
rapuh terhadap stres di tempat kerja, di rumah tangga, ataupun dalam
lingkungan sosial lain, sehingga melakukan perbuatan bodoh, seperti
bunuh diri.
3. Exhaustion. Setiap orang, memiliki kapasitas yang berbeda-beda untuk
menghadapi stresor. Sampai suatu saat, orang tersebut merasa tidak
mampu untuk menghadapi situasi tersebut. Jika anda merasakan hal ini,
maka anda sudah berada dalam tahap exhaustion, tahap yang sedapat
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
6
mungkin anda hindari. Sebaiknya, anda segera bangkit mengatasi stres
sebelum masuk tahap ini. Ketika tahap resistance, sebenarnya orang
dapat menguasai keadaan, bahkan mungkin dapat meningkatkan
kinerjanya. Namun, dengan bertambahnya tekanan yang menyebabkan
stres tersebut, bisa jadi orang mengalami tahap exhaustion ini
(merujuk ke kurva U terbalik)
Penyebab Stres (Stressor)
Mc Shane and Von Glinow (2003, 200) mendefinisikan stressor sebagai
: “ the cause of stress, including any environtmental conditions that place a
physical or emotional demand on the person.” Stres, dapat timbul mulai dari
kehidupan pribadi tiap orang, misalnya hubungan kekerabatan, rumah tangga.
Stres juga dapat timbul dari dalam diri seseorang, misalnya orang yang
memang secara personal memiliki kecenderungan rapuh sehingga mudah stres,
sampai yang kompleks misalnya stres yang timbul dalam organisasi tempat
seseorang bekerja. Karena modul ini menitikberatkan pada manajemen stres
dalam organisasi tempat seseorang berkarya, maka pembahasan akan
difokuskan mengenai penyebab work related stressor. Mc Shane and Von
Glinow (2003, 200) membagi work related stressor menjadi 4 kategori yaitu :
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
7
1. Physical Environtmental Stressor, yaitu stressor yang berkaitan
dengan kondisi fisik lingkungan kerja yang dirasakan kurang
nyaman oleh anggota organisasi sehingga menimbulkan stres,
misalnya kebisingan yang berlebihan, penerangan yang buruk di
tempat kerja, bau yang tidak sedap, hingga design furniture
maupun design ruang kerja. Dalam banyak kasus, seringkali hal
ini membuat menurunnya kinerja karyawan.
2. Role-Related Stressor, yaitu stressor yang timbul berkaitan
dengan peran seseorang dalam organisasi tersebut. Ada 4
macam role-related stresor yang sering terjadi dalam
organisasi, yaitu :
a. Role conflict, yaitu stressor yang berkaitan dengan
konflik akibat peran yang diemban seseorang dalam
organisasi. Adanya rangkap jabatan, seringkali membuat
seseorang merasa stres.
b. Role ambiguity, yaitu stressor yang berkaitan dengan
ambiguitas peran yang harus dilakukan seseorang dalam
organisasi. Ketidakjelasan job description, kewenangan,
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
8
ataupun posisi seseorang dalam organisasi seringkali
menyebabkan seseorang menjadi stres.
c. Workload- Work underload, merupakan stressor yang
paling sering ditemui dalam organisasi. Manakala
seseorang diminta untuk menyelesaikan terlalu sedikit
atau terlalu banyak pekerjaan, atau bisa saja terlalu
mudah atau terlalu sulit bagi dirinya, hal itu akan
menimbulkan stres bagi yang bersangkutan.
d. Task control. Stressor ini juga termasuk sering terjadi
dalam organisasi. Ketika seseorang tidak atau kurang
memiliki kontrol serta wewenang atas pekerjaan yang
harus mereka kerjakan, maka orang tersebut akan
mengalami stres. Pengawasan yang berlebihan dari
pimpinan terhadap apa dan bagaimana seseorang
menyelesaikan tugasnya seringkali menimbulkan stres bagi
orang tersebut.
3. Interpersonal stressor, yaitu stressor yang berkaitan hubungan
interpersonal dalam organisasi. Adanya pelecehan seksual,
ancaman, konsumen yang terlalu banyak komplain, kolega yang
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
9
tidak kooperatif, ataupun pimpinan yang tidak obyektif, atau
kebijakan yang tidak transparan seringkali menimbulkan stres
bagi orang yang mengalami hal tersebut.
4. Organizational Stressor, yaitu stressor yang berhubungan
dengan perkembangan organisasi. Adanya rencana perampingan
organisasi, merger ataupun akusisisi, serta berbagai perubahan
yang direncanakan akan dilakukan dalam organisasi seringkali
menimbulkan stres bagi anggota organisasi tersebut.
Akibat yang ditimbulkan oleh stres
Beberapa akibat yang sering terjadi akibat stres adalah :
1. Physical Outcomes, yaitu akibat stres yang berimplikasi pada fisik
seseorang. Seringkali stres yang tidak termanage dengan baik, akan
membuat fisik seseorang menjadi lemah dan akhirnya sakit, bahkan
berujung pada kematian. Banyak kasus hipertensi, gagal jantung,
gangguan pernafasan, gangguan seksual, hingga kematian.
2. Psychological Outcomes, yaitu akibat stres yang merujuk kepada
kondisi mental seseorang. Hal ini sering dijumpai. Banyak orang yang
stres menjadi trauma, mengalami gangguan mental bahkan, yang
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
10
berbahaya orang tersebut menjadi ingin melukai atau membunuh
seseorang. Di Indonesia sendiri, pasca krisis moneter yang melanda
menjelang tahun 2000 lalu, banyak orang yang mengalami gangguan
mental lantaran tidak dapat menerima kenyataan. Di Jepang, setiap
tahun dilaporkan ribuan orang bunuh diri lantaran tidak kuat
menanggung stres yang dialaminya serta banyak contoh lain di
lingkungan sekitar kita.
3. Behavioral Outcomes, yaitu akibat stres yang berimplikasi pada
behavior seseorang. Inilah yang sekarang membuat banyak organisasi
merasa perlu memanage stres. Bahwa stres, dalam batas wajar dan
seimbang, membuat seseorang termotivasi yang pada akhirnya
berimplikasi pada peningkatan kinerja. Shani and Lau (2005, 320)
menyatakan :
“when the individuals experiences a low level of stress, he or she is not activated and doesn’t evince improved performance : when the individual experiences too high a level of stress, he or she spend more time and other resources in coping with stress. Thus, a moderate amount of stress causes the individual to be activated and to expend maximal energy in job performance.”
Untuk itu, stres di organisasi sebenarnya sangat diperlukan, untuk
meningkatkan kinerja seseorang. Dalam menentukan target, pimpinan
sebaiknya memberikan target yang menantang, cukup sulit, namun
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
11
dapat dikerjakan. Hal ini akan membuat setiap orang dalam organisasi
itu termotivasi dan berimplikasi pada peningkatan kinerjanya. Sebuah
penelitian di Inggris menyatakan bahwa pelatih yang senantiasa
mematok target relatif tinggi bagi timnya, misalnya juara, terbukti
pada akhir musim, timnya berada pada posisi lebih tinggi dibandingkan
tim lain, dengan kualitas dan reputasi sama, namun di awal musim,
pelatihnya hanya mematok target “ setidaknya berada dalam posisi 5
besar.” Hal ini terjadi, karena target pelatih tim pertama itu menjadi
stimulus bagi anggota timnya untuk bekerja keras, bermain tanpa
kompromi dan penuh semangat sepanjang musim. Mereka bahwa mampu
mengalahkan tim-tim yang secara materi jauh lebih bagus. Berkaitan
dengan hal itu Mosley, Meggison dan Pietri (2005, 365) berfalsafah “
Life is full of stressor that can stimulate, energize, and aid in such
positive outcomes as individual health and high productivity. We call
the constructive dimensions of positive stress : eustress.”
4. Burnout. Mosley, Meggison dan Pietri (2005, 370) mendefinisikan
burnout sebagai : “ a stress related malady that generally originates in
the setting where people invest most of their time and energy.”
Sementara itu Shani and Lau (2005, 320) mendefinisikan burnout
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
12
sebagai : “ a combined physical, mental, and emotional exhaustion
arising from the cumulative effects of prolonged stress. Burnout
sangat berbahaya bagi orang itu sendiri dan merugikan organisasi.
Seseorang yang berada pada phase burnout, akan mengalami penurunan
produktivitas yang sangat drastis, kesulitan untuk berkonsentrasi, dan
seringkali terjerumus ke obat-obatan terlarang, minuman keras, rokok
yang berlebihan sebagai pelariannya. Untuk itu sedapat mungkin, fase
burnout ini dideteksi dari awal dan dicegah. Golembiewski and
Munzenrider (1988, pp 19- 28) yang melakukan penelitian mengenai
burnout, menyimpulkan bahwa orang-orang yang beresiko mengalami
burnout berasal dari 3 kategori : “ First, they experience stress
caused predominantly by job-related stressors. Second, they tend to
be idealistic and/ or self-motivated achievers. Third, they tend to
seek unattainable goals.”
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
13
Managing Work-Related Stres
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memanage work-related
stress diantaranya :
1. Remove the stressor, yaitu memanage stres dengan meremove
stressor tersebut. Dalam hal ini, orang yang mengalami stres dituntut
untuk secara aktif meremove stressor tersebut. Seseorang yang
trauma terhadap pelecehan seksual yang dialaminya dalam organisasi,
dapat mengalihkan stressor tersebut dengan mempelajari gelagat
orang yang akan melakukan pelecehan seksual dan berusaha
meredamnya sebelum orang tersebut melakukannya. Orang yang jenuh
dengan rutinitas jam kerja, dapat mengalihkan stressor tersebut
dengan berusaha mencari profesi yang menawarkan fleksibilitas jam
kerja, misalnya konsultan, trainer, dosen, event management dan
sebagainya. Kelemahan strategy yang nampaknya ideal ini, seringkali
kita kesulitan untuk meremove stressor lantaran adakalanya
bargaining power kita relatif lemah untuk meremove stressor
tersebut. Namun kelebihannya, strategy ini menawarkan penyelesaian
stres yang tuntas.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
14
2. Withdraw from stresor, yaitu memanage stres dengan keluar dari
situasi yang menyebabkan stres tersebut, baik untuk sementara atau
seterusnya. Namun, ketika seseorang memilih untuk sementara keluar
dari situasi stres, perlu diingat, bahwa dia harus tetap mengatasi
situasi yang menyebabkan stres tersebut. Strategy untuk sementara
menarik diri dari situasi stres lebih kepada upaya untuk menenangkan
diri dan menjernihkan pikiran, sehingga dapat menemukan penyelesaian
yang paling tepat untuk situasi stres tersebut. Sementara itu, apabila
seseorang menarik diri dari situasi stres secara permanen, maka
keadaannya similar dengan strategy remove the stressor. Dalam hal
seseorang mengalami stres karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kompetensinya, maka dia memilih untuk pindah ke perusahaan lain yang
menawarkan pekerjaan yang sesuai dengan ekspetasinya.
3. Change Stress Perception. Yaitu strategy meminimalkan stres dengan
mengubah persepsi terhadap stres tersebut. Pameo “ Mengubah
hambatan menjadi tantangan” merupakan contoh ungkapan yang
menyiratkan strategy ini. Misalnya, seseorang yang baru saja
mengalami demosi, apabila dia tidak dapat mengatasi stresnya, maka
dia akan berlarut-larut dalam kesedihan dan kegalauannya, akhirnya
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
15
kinerjanya tak kunjung membaik, bahkan bisa jadi, dia terancam
dikeluarkan. Namun, apabila dia mampu merubah persepsinya terhadap
situasi stres tersebut dan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk
membuktikan bahwa dia tidak pantas didemosi, maka yang terjadi dia
akan senantiasa learning, meningkatkan kinerjanya, melakukan berbagai
terobosan inovatif, dan pada akhirnya, bukan tidak mungkin dia
dipromosikan kembali, atau bisa jadi justru dipromosikan ke tempat
yang lebih tinggi dari tempatnya semula sebelum didemosi.
4. Control the consequences of stress, yaitu strategy dimana seseorang
yang mengalami stres mengkontrol akibat yang ditimbulkan oleh stres
tersebut. Strategy ini seringkali membutuhkan bantuan pihak luar,
misalnya psikolog atau counsellor. Beberapa program untuk melatih dan
mengkondisikan seseorang untuk dapat mengkontrok akibat dari stres
misalnya employee assistance programs (EAPs) yaitu pelayanan
konseling yang diberikan perusahaan kepada karyawannya untuk
membantu karyawan untuk melakukan dealing dengan stressor.
Beberapa therapy fisik dengan berenang, senam pernafasan dan
sebagainya juga sering digunakan untuk membantu orang yang
mengalami stres.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
16
5. Receive Social Support. Strategy ini cukup sulit dilaksanakan, karena
menuntut pihak luar, secara total dan sukarela untuk membantu orang
yang sedang mengalami stres tersebut untuk senantiasa
mensupportnya agar mampu bangkit dari situasi stres yang dia hadapi.
Dukungan keluarga, pasangan hidup, teman, kolega dan sebagainya
sangat membantu seseorang untuk dapat bangkit dari situasi stres
yang dialaminya.
Wawasan Praktis :
5 Kesalahan fatal yang sering dilakukan counsellor dalam menghandle orang
yang sedang mengalami stres :
1. Tidak memperhatikan bahasa tubuh orang yang bersangkutan.
Seringkali dalam melakukan konseling, orang tidak memperhatikan
bahasa tubuh ’’pasiennya.“ Bahasa tubuh yang mengungkapkan bahwa
pasien itu tidak nyaman, bosan ataupun perasaan tidak enak yang lain
hanya akan membuat pasien merasa bahwa proses konseling tersebut
tidak berguna. Pekalah terhadap bahasa tubuh pasien anda, apabila dia
nampak tidak nyaman, ubahlah metode konseling anda sampai dia
merasa nyaman.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
17
2. Penggunaan kalimat yang terlalu muluk
Kesalahan fatal berikutnya adalah menggunakan kalimat yang muluk.
Hal ini seringkali dilakukan oleh counsellor, terutama ketika berbicara
masalah motivasi. Kalimat ’’ Saya memulai karir dari loper koran dan
sekarang saya sudah memiliki kekayaan lebih dari Rp. 10 Milyar, jadi
anda seharusnya bisa seperti saya.“ Seringkali justru terdengar
sebagai bualan di telinga seseorang yang sedang stres. Alangkah lebih
baik kalau anda mengatakan sesuatu yang lebih realistis “Well,
memang sekarang semua sedang kacau, harga-harga melambung tinggi,
lapangan pekerjaan terbatas, namun apakah tidak semakin terperosok
apabila anda memilih larut dalam kesedihan?“
3. Menggali terlalu dalam ke masalah pribadi
Seringkali, counsellor melupakan bahwa tiap pasien memiliki privacy
yang dilindunginya dalam-dalam. Dia mungkin akan mengungkapkannya
pada kita, namun perlu waktu. Seringkali counsellor yang tidak
berpengalaman menanyakan hal-hal yang berbau pribadi justru pada
satu atau dua pertemuan pertama ! Andaikata data itu memang
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
18
diperlukan, sebaiknya anda menggunakan perumpamaan untuk menggali
masalah pribadi pasien itu.
4. Bersikap sebagai hakim.
Kesalahan terbesar counsellor adalah bersikap seperti hakim yang
menghakimi perbuatan pasien. Kalimat ’’Mestinya ini tidak akan terjadi
jika anda memiliki tabungan, ketika anda di PHK, andaikata anda
memiliki tabungan, mestinya anda dapat membuka usaha sendiri.“
Kalimat ini hanya akan membuat pasien merasa dipojokkan dan bersikap
defensif, yang berarti mempersulit proses konseling.
5. Selalu memberikan solusi : Benarkah dia memerlukan solusi?
Seringkali, orang yang stres hanya butuh didengarkan, dan bukan
dikuliahi dengan seabrek solusi yang anda tawarkan. Dengan
didengarkan, dia merasa berbagi stres yang dia alami kepada anda
sehingga bebannya semakin ringan. Inilah yang seringkali tidak disadari
oleh seorang counsellor.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
19
When you involved in stress situation
Ketika anda sedang mengalami situasi stres, ada beberapa langkah awal
yang dapat anda lakukan sebelum anda memilih strategy untuk
menuntaskan stres anda :
1. Tetaplah tersenyum
Ketika stres melanda anda, langkah termudah yang anda lakukan untuk
menenangkan pikiran adalah tetap tersenyum. Dengan tersenyum, anda
akan menjadi lega dan pikiran anda akan terbuka.
2. Kontrol waktu anda
Lakukan kontrol terhadap waktu anda. Hal ini akan membantu anda
untuk menata ulang waktu anda sehingga stres yang anda alami tidak
berimbas pada kinerja anda.
3. Carilah kegiatan lain untuk menjernihkan waktu anda.
Berenang, pergi ke pantai atau pegunungan, seringkali membuat anda
menjadi tenang, sehingga dapat memikirkan upaya untuk mengatasi
stres dengan lebih baik.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
20
4. Istirahat
Ketika stres tak tertahankan, tinggallah sejenak pekerjaan anda.
Istirahatlah. Mungkin anda stres karena jenuh terhadap pekerjaan
anda. Tidur, rekreasi atau sekedar menikmati waktu senggang akan
membuat anda berpikir lebih jernih.
5. Lakukan prioritas masalah yang anda selesaikan
Apabila masalah datang bertubi tubi, maka buatlah daftar prioritas
mana masalah yang perlu segera diselesaikan. Sehingga anda tidak
terpancing untuk sesegera mungkin menyelesaikan semua masalah, yang
hanya akan membuat anda semakin stres.
6. Perhatikan jiwa anda
Ketika anda stres, anda tetap harus menjaga kesehatan jiwa anda.
Jangan sampai anda merusak diri anda dengan narkoba, minuman keras
dan berbagai pelarian negatif lainnya. Dialog dengan Sang Pencipta
jauh lebih anda butuhkan.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
21
Management in Action
Tahap-tahap melakukan counselling terhadap karyawan yang stres :
Tahap 1 : Diagnosis
Pada tahap ini, anda melakukan pendekatan pada karyawan yang stres
tersebut. Lakukan pembicaraan yang mempererat hubungan, tanggalkan
jauh-jauh atribut bahwa anda adalah pimpinan. Apabila pasien anda
bersikap defensif, tentramkan dia, yakinkan bahwa saat ini, anda
bukanlah pimpinan, namun saudara atau sahabatnya.
Tahap 2 : Menyelidiki
Setelah pasien anda tentram dan tidak bersikap defensif, mulailah
ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada eksplorasi masalah
yang membuat dia stres. Dalam tahap ini, kesulitan terbesar adalah
meyakinkan pasien agar tidak takut mengungkapkan segala uneg-
unegnya, karena secara psikologis, pasien tidak akan begitu saja
mengungkapkan uneg-unegnya, karena takut akan konsekuensinya.
Apabila itu terjadi, gunakan perumpamaan- perumpamaan dan ajak dia
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
22
untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan terhadap situasi
tersebut, misalnya :
• Apabila anda menjadi direktur, apa yang anda lakukan untuk
menyelesaikan masalah ini?
• Saya kenal seseorang yang pernah mengalami masalah persis
sama dengan anda, dan dia mengatasinya dengan cara ini,
bagaimana dengan anda?
• Coba anda pikirkan, mengapa kucing sekarang tidak berani
memangsa tikus lagi?
Tahap 3 : Mencari peluang untuk memberi pencerahan
Pada tahap ini, ketika pasien adna sudah mulai terbuka, usahakan
mencari celah untuk memberinya pencerahan. Ajak dia memikirkan apa
yang akan terjadi jika dia terus larut dalam masalahnya.
Tahap 4 : Lakukan suatu tindakan
Tahap ini, ketika semuanya menjadi jelas, lakukan tindakan untuk
membantu orang itu mengatasi masalah. Anda bisa menuntunnya untuk
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
23
mengambil keputusan penyelesaian, atau anda dapat melakukan
intervensi yang dibutuhkan, sejauh pasien adna merasa nyaman.
Self Assessment
Bagian A
Apakah anda termasuk orang tipe A atau tipe B ?
Petunjuk : Lingkarilah skor yang menurut anda paling menggambarkan
karakteristik perilaku anda!
1. Anda selalu tepat waktu Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 Setuju
2. Anda merasa situasi bisnis sekarang sangat kompetitif.
Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 Setuju
3. Anda merasa bahwa anda selalu sibuk
Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 Setuju
4. Anda terbiasa mengerjakan beberapa hal pada saat yang sama, dan selalu berpikir
apa yang perlu dikerjakan selanjutnya
Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 Setuju
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
24
5. Anda terbiasa makan cepat
Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 Setuju
6. Anda senantiasa memikirkan pekerjaan
Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 Setuju
7. Anda suka memendam perasaan
Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 Setuju
Bagian B : Seberapa tinggi tingkat stres anda?
Petunjuk : Pilihlah dari 4 pilihan ini, mana yang paling menggambarkan diri
anda ketika menghadapi situasi ini.
Anda berkunjung di suatu desa terpencil yang tidak ada listrik sama sekali.
Anda melakukan pekerjaan yang paling membuat anda senewen, yaitu mencuci
pakaian anda secara manual. Hal ini terpaksa anda lakukan, karena di desa
tersebut tidak ada listrik, sehingga sudah tentu tidak akan ada mesin cuci. “
Benar-benar mengesalkan, namun, apa boleh buat” begitu pikir anda. Ketika
anda sedang mencuci, mendadak, awan mendung menyelimuti desa tersebut.
Apa yang anda gumamkan?
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
25
1. “Wah, percuma kalau begitu, besok aja mencucinya. Daripada dicuci
sekarang lalu hujan, rugi dong!”
2. “Wah mendung, sebaiknya kutunggu dulu sebentar, nanti kulanjutkan
saat sudah terang lagi”
3. “Waduh, payah nich, mana bajuku yang bagus tinggal satu ini, masak
besok untuk acara resmi mesti pakai baju tidur?”
4. “Cuek aja, lah” dan anda tetap mencuci.
Mana yang paling mendekati menurut anda ?
Jawab :
Case
Mobil Millenium Sejahtera
Mobil Millenium Sejahtera, adalah suatu grup dealer mobil yang
memiliki 7 cabang yang tersebar di berbagai area di Jawa Timur. Dari ke 7
cabang tersebut, cabang jalan Kedungmakmur Sejati pimpinan Decky Anshori,
MBA lah memiliki prestasi yang mengagumkan, menjadi cabang dengan omzet
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
26
tertinggi diantara cabang-cabang Mobil Millenium Sejahtera yang lain.
Hebatnya lagi, prestasi itu dicapai dengan jumlah tenaga penjual yang paling
sedikit diantara cabang yang lain. Tentu saja, prestasi ini membuat Ibu
Astrid Kridayani, MM gembira. Dalam berbagai pertemuan, tak segan Ibu
Astrid memuji cabang pimpinan Pak Decky tersebut. Namun, di lain pihak,
karyawan cabang yang dipimpin oleh Pak Decky merasa diperas habis-
habisan. Tekanan yang luar biasa diberikan oleh Pak Decky terhadap tenaga
penjualnya. Tak jarang, Pak Decky memaksa mereka untuk lembur hingga
pukul 22.00 setiap harinya demi mengejar omzet penjualan. Setiap kali
mengadakan rapat, Pak Decky tidak segan memaki tenaga penjualnya yang
dianggap tidak produktif. Bahkan seringkali, dengan nada mengancam, Pak
Decky mengultimatum tenaga penjualnya untuk menjual mobil dengan jumlah
tertentu dalam waktu yang singkat. Apabila tidak dapat mencapainya,
umpatan dan sumpah serapah sudah siap menanti mereka, bahkan Pak Decky
tak segan untuk mengeluarkan siapa saja yang menurutnya tidak produktif.
Keadaan ini ditanggapi berbeda oleh masing-masing tenaga penjual.
Sebagian tenaga penjual menanggapinya dengan positif, mereka bekerja
keras siang-malam untuk mencapai target atau bahkan melampauinya.
Hasilnya, mereka menikmati komisi yang berlimpah dan tentu saja mendapat
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
27
pujian dari Pak Decky. Namun banyak juga yang menanggapinya dengan
negatif, mengalami demotivasi atau bahkan mengundurkan diri karena tidak
tahan terhadap situasi stres yang mereka alami. Tak jarang, diantara mereka
yang memilih mengundurkan diri, terdapat tenaga penjualan yang potensial
namun karena tidak tahan, mereka memilih mengundurkan diri. Bahkan, ada
beberapa tenaga penjual yang pernah meraih tenaga penjual terproduktif
beberapa tahun lalu, namun, setelah mengalami penurunan produktivitas dan
sering ditekan Pak Decky, akhirnya mereka memilih hengkang dari Mobil
Millenium Sejahtera. Parahnya, mereka bekerja di kompetitor Mobil
Millenium Sejahtera, dan berhasil mengajak customernya untuk membeli
mobil di tempat kerja mereka yang baru.
Pertanyaan untuk Diskusi :
• Sebagai seorang yang mendalami bidang Human Resources
Management, apa analisis anda terhadap kasus tersebut?
• Apabila Anda menjadi Ibu Astrid, apa yang anda lakukan menghadapi
fenomena tersebut?
• Suatu saat, Ibu Astrid meminta anda menjadi konsultan Human
Resources Management di grup Mobil Millenium Sejahtera. Apa yang
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
28
anda rekomendasikan pada Ibu Astrid mengenai fenomena yang terjadi
di cabang pimpinan Pak Decky?
• Menurut Anda, apa yang sebaiknya dilakukan terhadap Pak Decky?
Catatan :
Kasus ini adalah kasus real. Demi privacy organisasi, maka nama perusahaan,
nama orang dan lokasi disamarkan.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
29
Referensi
Barker, A. 2000. How to better at managing people. London : Kogan Page, Ltd. Desimone, R.L., J.M. Werner, and D.M.Harris. 2002. Human Resources Development. Orlando: Harcourt Inc. Eisenhardt, K,. and Galunic, D.C. 2000. Coevolving : At least, a Way to Make
Synergies Work. Harvard Bussiness Review on Organizational Learning. (January/February) ; 111-138.
Golembiewski, R.T., and Munzenrider, R. F. 1988. Phases of Burnout.
Westport : Praeger Publishers Grant, R.M., 1991. The Resources Based Theory of Competitive Advantage :
Implications for Strategy Formulation. California Management Review, 33, 3, 114-35.
Harris, M. 1997. Human Resource Management : A Practical Approach.
Orlando: Harcourt Brace & Company. Honeggen, K., and Appelbaum, S.H. 1988. The Impact of Perceived Control
and Desire to be Empowered : an Analysis of Perception and Reality. Managing Service Quality Journal. Volume 8 Number 6 p. 426-438.
Kleiman, L.S. 1997. Human Resource Management : A Tool for Competitive
Advantage. St. Paul: West Publishing Company McClelland, D.C., and Burnham, D. H.. 2003. Power is the Great Motivator..
Harvard Bussiness Review on Motivating People. (January) ; 103-130. Mc Shane, S.L., and M. Von Glinow. 2003. Organizational Behavior. New York:
The McGraw – Hill Company, Inc.
Perilaku Keorganisasian – Manajemen Stres
prepared by : Daniel Doni Sundjojo- Program Magister Manajemen Universitas Airlangga
30
Mosley, D.C., Megginson, L.C., and Pietri, H. 2005. Supervisory Management: The Art of Inspiring, Empowering, and Developing People. Ohio : Thomson Corporation.
Nicholson, N. 2003. How to Motivate Your Problem People.. Harvard
Bussiness Review on Motivating People. (January) ; 19-44 Nagao, T and Saito I. Kokology. Deltaprasta Publishing. Pfeffer, J, and Sutton, R.I. 1999. The Smart-Talk. Harvard Bussiness Review
on Organizational Learning. (May-June) ; 21-44 Pickering, P. 2000. How to Manage Conflict : Turn All Conflict into Win-Win
Outcomes. New Jersey : Career Press. Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior. New Jersey : Pearson Education
Company. Shani, A.B., and Lau, J.B. 2005. Behavior in Organization : an Experiential
Approach. New York : Mc Graw - Hill. Stacey, R. D. 2000. Strategic Management and Organizational Dynamics:
The Challenge of Complexity. Harlow: Pearson Education Limited. Wenger, E.C, and Snyder, W.M. 2000. Communities of Practice : The
Organizational Frontier. Harvard Bussiness Review on Organizational Learning. (January/February) ; 1-20
Willcoxson, L. 2000. Defining and creating a high performance organization.
Australian Journal of Management and Organizational Behavior. (Vol. 4), No 1: 100–106.
Wilson, J. P. (Edit).1999. Human Resources Development. London: Kogan Page
Limited.