Download - Modul Nyeri Sendi
LAPORAN LENGKAP
MODUL I
NYERI SENDI
Skenario 1
Kelompok 1A
Tutor:
dr. Hj. Syamrina Karim, M.Kes
Karlina Budiman
Muh. Syahrul Al Aqzan Ms
Nurul Mutiah Anwar
Syahrul El Ghufron
Muh. Nur
Wiwi Pratiwi Handayani
Abdurrahman Hasymi
Fitriani
Adi Daradi
Musdalifah
Muh. Fadly Aditya
Ahmad Mufli
Nahdiah Zainuddin
Zarah Alifani Dzulhijjah
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan kedokteran pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya mahasiswa dalam bidang kedokteran dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan mahasiswa. Dalam pendidikan kedokteran di Universitas Muslim
Indonesia,Makassar terjadi perubahan kurikulum pembelajaran dari teaching based ke
learning based dimana kurikulum yang baru diterapkan ini sangat membutuhkan
keaktifan mahasiswa secara utuh.
Dalam prosesnya, kemudian muncul sistem pembelajaran yang dinamakan PBL
(Problem Based Learning). Sistem pembelajaran seperti ini akan membutuhkan
kreativitas mahasiswa yang tinggi. Pada kegiatan PBL ini mahasiswa akan
menumbuhkembangkan kemampuan intelektualnya. Pada kegiatan tutorial sistem
Musculoskeletal kali ini, diharapkan mahasiswa mampu membahas semua kasus yang
berkaitan dengan nyeri sendi pada manusia, khususnya Osteoarthritis.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKENARIO
Seorang wanita umur 48 tahun, ibu rumah tangga, mengeluh nyeri kedua lutut
dialami sejak 3 bulan terakhir ini, terutama saat berjalan, sulit berdiri dari posisi
jongkok. Kaku pagi hari (+), berlangsung sekitar 10-15 menit. Bengkak kedua
lutut, namun tidak ada tanda-tanda kemerahan. Nyeri pada jari-jari tangan(+),
tidak bersifat simetris. Penderita juga menderita kencing manis dan berobat
teratur di poliklinik endokrin, berat badan 65 kg, dengan tinggi badan 162 cm.
B. STRUKTUR ANATOMI
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan patogenesis OA dibedakan menjadi OA primer dan OA sekunder.
Osteoarthritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya belum
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun perubaahan
local sendi. OA sekunder adalah OA yang berhubungan dengan endokrin,
inflamasi,metabolic, pertumbuhna, herediter, jejas, serta imobilitasi yang terlalu lama.
OA ternyata adalah gangguan hemoestasis dari metabolisme dengan kerusakan
struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum diketahui. OA ditandai
dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas
dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan.
Peningkatan degradasi matriks rawan sendi akan mengubah keseimbangan
metabolisme rawan sendi. Hasil kelebihan degradasi akan berakumulasi di snedi dan
menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respon imun. Pada rawan
sendi terjadi peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik.
Hal ini menyebabkan penumpukan thrombus dan lipid pembuluh darah subkhondral
yang menyebabkan iskemi dan nekrosis pada jaringan itu. Hal ini menyebabkan
terlepasnya mediator kimiawi yaitu prostaglandin dan interleukin. Senyawa ini akan
merangsang ujung saraf sensible yang menghantarkan rasa sakit. Sakit pada sendi
juga disebabkan oleh osteofit yang menekan periosteum dan radix saraf dari medulla
spinalis
E. FAKTOR RESIKO
1. Umur
Dari semua factor resiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun
2. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di
bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi
diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya factor hormonalpada pathogenesis
OA.
3. Suku Bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan
antara masing-masing suku bangsa. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang
Amerika asli (Indian) daripada orang-oranh kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
congenital dan pertumbuhan.
4. Genetik
Factor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu jari seorang
wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden)terdapat 2
kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut., dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, adripada ibu dan anak perempuan-
perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen
II atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi eperti
kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan
dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak
sendi).
5. Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tapi juga pada
OA banyak sendi lain (tangan atau sternokalivikula). Oleh karena itu disamping
factor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanik), diduga
terdapat factor lain (matabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut.
Peran factor metabolic dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga
disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, DM,
dan hipertensi.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan risiko OA tertentu. Demikian juga cedera dan olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendiberkaitan dengan resiko OA yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan congenital dan pertumbuhan dapat menyebabkan terjadinya OA.
F. PREDILEKSI
OA sering terjadi pada sendi-sendi besar atau sendi-sendi yang menopang tubuh
misalnya, sendi vertebra/tulanh belakang, sendi panggul, sendi paha dan sendi
lutut. Tetapi predileksi OA juga terdapat pada sendi-sendi tertentu misalnya
carpometacarpal I, metatarsophalangeal I dan sendi apofiseal.
G. MANAJEMEN
Pengendalian faktor resiko
Dengan cara mengurangi frekuensi aktifitas yang dapat memberatkan kerja
sendi.
Membantu mengurangi rasa nyeri terapi OAINS atau terapi analgetik
Pengobatan diarahkan pada bagaimana mengurangi nyeri sehingga aktivitas
tidak terganggu umumnya digunakan obat-obat analgetik atau OAINS yang
aman terhadap penderita dengan memperbaiki kerusakan tulang rawan sendi
dan meminimalisir factor resiko yang ada. Terdapat obat-obat yang dapat
memperbaiki dari tulang rawan sendi antara lain :
Asam hyaluronay yang diberikan secara intra artikuler dan kondroikin
sulfat
Pembedahan pada tingkat lebih lanjut
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pelindungan sendi
Terapi perlindungan sendi dilakukan dengan cara mengurangi aktifitas
berlebih yang dapat memperberatkan kerja sendi
Fisioterapi
Fisioterapi dilakukan untuk menormalisasi fungsional sendi dengan cara
merubah posisi tidur tiap 2 jam sekali.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-ray ekstremitas dan vertebrata
Pemeriksaan laboratorium ( LED,Hb, dan leukosit)
I. REHABILITASI MEDIK
Terbaik adalah dengan memberikan latihan otot-otot penopang tungkai untuk
mengalihkan beban dari articulation genu ke otot-otot hamstring.
J. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Artritis gout
- Inflamasi sendi akibat defosisi kristal asam urat (MSU).
- Nyeri sendi akut (perlahan-lahan)
- Tanda : Udema (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsional lesi).
2. Arthritis septik
Mengenai satu sendi, disertai bengkak,efusi sendi, sering disertai gejala sistemik
seperti demam malaise.
3. Artritis rematoid
- Inflamasi kronik pada jaringan sinovium, terbentuknya jaringan vanus
disekitar sendi hingga rusaknya stuktur sendi.
- simetris
- kaku sendi
K. Informasi Tambahan
Penyakit osteoartritis tidak dapat disembuhkan dengan terapi farmakologi hanya dapat
meringankan rasa nyeri dan menghambat penyebab terjadinya osteoartritis makin parah
Rehabilitasi medik dalam pengelolaan managemen osteoartritis yang terbaik
adalah dengan memberikan latihanotot-otot penopang tungkai untuk mengalihkan beban
dari articulatio genu ke otot-otot hamstring.
L. Kesimpulan
Ibu tersebut menderita Osteoarthritis berdasarkan gejala yang ditunjukkan pada
penderita, yaitu : kaku dipagi hari, tidak ada kemerahan dan terjadinya pembengkakan.
Terapi osteoarthritis dilakukan setelah terjadinya pada penderita yang pertama kali
dilakukan pengobatan.