Download - MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN DASAR I
1
MODUL PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN DASAR I
TIM PENYUSUN
ENNY PUSPITA, S.ST., M.Kes ELIZA ZIHNI Z, S.Kep., Ns., M.Kep
2
MODUL PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN DASAR I
Tim Penyusun:
ENNY PUSPITA, S.ST., M.Kes ELIZA ZIHNI Z, S.Kep., Ns., M.Kep
Penerbit: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
karunia-Nya Modul Pembelajaran Keperawatan Dasar I ini dapat kami susun.
Modul pembelajaran ini disusun untuk memberikan gambaran dan panduan
kepada mahasiswa sehingga mahasiswa diharapkan dapat belajar secara
mandiri dan mengerti akan tujuan pembelajaran. Modul ini diharapkan dapat
menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk pencapaian kompetensi
Keperawatan Dasar I.
Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab
itu saran dan masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul
ini. Mudah-mudahan modul ini bisa memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Jombang, Agustus 2019
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman judul ................................................................................................ i
Kata pengantar ............................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
Deskripsi modul ............................................................................................. 1
Capaian Pembelajaran Luaran........................................................................ 1
Rancangan Program Pembelajaran ................................................................ 2
BAB II MATERI PERKULIAHAN .............................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Modul:
Modul ini di susun sebagai panduan dalam materi Keperawatan Dasar I
yang membahas tentang berbagai konsep, prinsip dan keterampilan klinis
keperawatan untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang
mencakup kebutuhan aktivitas dan latihan; kebutuhan oksigenasi; kebutuhan
cairan, elektrolit dan keseimbangan cairan-elektrolit;kebutuhan istirahat dan
tidur; kebutuhan nutrisi; kebutuhan eliminasi; kebutuhan rasa nyaman; kebutuhan
kebersihan dan perawatan diri. Pengalaman belajar meliputi pembelajaran di
kelas dan di laboratorium keperawatan
B. Tujuan Modul
Setelah menggunakan modul ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera baik peserta belajar
maupun instruktur atau dosen.
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan
motivasi dan gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi
langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan
mahasiswa.
4. Memungkinkan mahasiswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya
C. Informasi Mata Kuliah
Materi : Keperawatan Dasar I
Pertemuan : 15 kali pertemuan
Sasaran : Mahasiswa Keperawatan semester I
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas tentang berbagai konsep, prinsip dan
keterampilan klinis keperawatan untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan
2
manusia yang mencakup kebutuhan aktivitas dan latihan; kebutuhan oksigenasi;
kebutuhan cairan, elektrolit dan keseimbangan cairan-elektrolit;kebutuhan
istirahat dan tidur; kebutuhan nutrisi; kebutuhan eliminasi; kebutuhan rasa
nyaman; kebutuhan kebersihan dan perawatan diri.
Standart Kompetesi:
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Keperawatan Dasar I mahasiswa
mampu:
a. Memahami pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan;
b. Memahami pemenuhan kebutuhan oksigenasi;
c. Memahami pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan keseimbangan
cairan-elektrolit;
d. Memahami pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur;
e. Memahami pemenuhan kebutuhan nutrisi;
f. Memahami pemenuhan kebutuhan eliminasi;
g. Memahami pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan aman;
h. Memahami pemenuhan kebutuhan kebersihan dan perawatan diri
D. Rancangan Pembelajaran
Mingg
u
Kemampuan akhir
yang diharapkan
Bahan kajian Strategi
pembelajar
an
I Mengidentifikasi proses
pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan latihan
1. Konsep dan Prinsip Kebutuhan
aktivitas dan latihan.
2. Teknik dan prosedur
pelaksanaan asuhan/ praktik
keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas dan latihan.
Discovery
Learning
II Mengidentifikasi proses
pemenuhan kebutuhan
oksigenasi
1. Konsep dan Prinsip Kebutuhan
oksigenasi
2. Teknik dan prosedur
pelaksanaan asuhan/ praktik
Discoveri
Learning
3
keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan oksigenasi
III Mengidentifikasi proses
pemenuhan kebutuhan
cairan, elektrolit dan
keseimbangan cairan-
elektrolit
1. Konsep dan Prinsip Kebutuhan
kebutuhan cairan, elektrolit dan
keseimbangan cairan-elektrolit
2. Teknik dan prosedur
pelaksanaan asuhan/ praktik
keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan cairan, elektrolit dan
keseimbangan cairan-elektrolit
Discoveri
Learning
IV Mengidentifikasi proses
pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur
1. Konsep dan Prinsip Kebutuhan
istirahat dan tidur
2. Teknik dan prosedur
pelaksanaan asuhan/ praktik
keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur
Discoveri
Learning
E. Langkah-langkah pembelajaran Small Group discussion (SGD):
1. Identifikasi dan mencari kata-kata sulit dari kasus (mahasiswa
mendaftar/menuliskan kata-kata sulit atau pertanyaan tanpa diskusi)
2. Definisikan masalah yang akan didiskusikan (mahasiswa mungkin memiliki
pandangan/pendapat yang beragam dari kasus, mahasiswa menuliskan
daftar masalah yang disetujui kelompok)
3. Sesi ‘brainstorming’ untuk mendiskusikan masalah. (mahasiswa
memberikan penjelasan berdasar pada pengetahuan dasar, dan
menuliskan jawaban atas permasalahan yang ditemukan)
4. Penyusunan penjelasan menjadi solusi yang bersifat tentative/belum pasti
(mahasiswa menuliskan dan mengorganisasikan penjelasan)
5. Menyusun tujuan pembelajaran (tutor mengarahkan tujuan pembelajaran
yang terfokus, dapat dicapai, komprehensif dan sesuai)
4
6. Belajar mandiri (mahasiswa menggabungkan informasi dari berbagai
macam sumber yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Buku teks,
jurnal, artikel, internet, dll)
7. ‘Group sharing’ (mahasiswa mengidentifikasi semua referensi yang
dimiliki dan berbagi hasil dengan anggota kelompok lainnya, tutor
mengevaluasi proses pembelajaran baik perorangan maupun kelompok)
F. Peran Dan Tugas Mahasiswa
Dalam proses pembelajaran ini masing-masing mahasiswa mempunyai
peran sebagai:
1. Ketua, bertugas:
a. Memimpin kelompok dalam proses diskusi
b. Mempertahankan dinamika kelompok
c. Memotivasi partisipasi anggota kelompok
d. Memastikan agar laporan selesai dan menjadi catatan yang akurat
e. Sekretaris, bertugas:
f. Berpartisipasi dalam diskusi
g. Mencatat sumber-sumber belajar pada kelompok
h. Mencatat hasil diskusi kelompok
i. Anggota, bertugas:
j. Mengikuti dan berpartisipasi proses diskusi
k. Mendengar aktif dan menghormati anggota lain yang mengutarakan
pendapat
l. Menanyakan pertanyaan terbuka
m. Mencari semua tujuan pembelajaran
n. Berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain
G. Laporan tugas
1. Laporan diketik dengan Ms. Word (ukuran kertas A4 margin Left: 3; Right:
Top: 2.5; Bottom 2, 5).
2. Susunan penulisan:
5
Halaman depan/cover: Judul, logo umm, nama kelas dan kelompok, daftar
nama dan NIM anggota kelompok, nama program studi, fakultas dan
universitas).
Isi:
A. Kasus
B. Kata-kata sulit dari kasus.
C. Definisikan masalah
D. Daftar pertanyaan jawaban dari hasil reference
E. Daftar pustaka
F. Membuat 10 soal multiple choice dan jawabanya dari laporan yang
telah dikerjakan.
3. Tugas dikumpulkan paling lambat 4 hari setelah diskusi.
H. Evaluasi
1. Penilaian Formatif
Penilaian ini terdiri dari:
a. Nilai pelaksanaan diskusi tutorial
Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai berdasarkan kehadiran,
aktifitas dan kreativitas, sikap dan interaksi serta relevansi.
b. Nilai laporan
Laporan hasil diskusi
c. Nilai UTS/UAS
Ujian tengah/akhir semester
2. Penilaian Sumatif
Prosentase penilaian adalah sebagai berikut:
a. Diskusi (keaktifan dan kecakapan) 20 %
b. Laporan 20 %
c. UTS dan UAS 60 %
Total 100 %
6
BAB II
MATERI PERKULIAHAN
MATERI PERTEMUAN PERTAMA
KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
Definisi Kebutuhan Aktivitas
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat
melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989). Kebutuhan Aktivitas
(Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan
kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping
kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
1. Tulang.
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai
otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan
fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-
organ dalam.
Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala
dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan
tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya
berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung
7
tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis,
metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung
tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan
menyatu pada masa dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi
dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga
stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula
spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap
saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti
pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah
yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop
hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.
Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa
jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung
tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup
8
kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis,
sinkondrosis dan simpisis.
Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas
Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
1. Jenis Mobilitas
Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera
atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan control motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal,
contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversible. Contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang
belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik.
9
Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang
karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena
dapat berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang
menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam ekstremitas bagian bawah.
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya,
ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan
budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang
cukup.
Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada
tingkat usia yang berbeda.
Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
1. Jenis imobilitas
Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan
tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengubah tekanan.
Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan
otak akibat suatu penyakit.
10
Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi
ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan
dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh.
Seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem
musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil),
dan perubahan perilaku.
Masalah Kebutuhan Aktivitas
1. Gangguan mobilitas fisik
Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat
beradaptasi terhadap peningkatan kebutuhan energy karena pergerakannya.
Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat bergerak dengan bebas apabila tidak
ada gangguan/ batasan pada pergerakannya
2. Defisit perawatan diri
Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak mampu
bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang
cukup. Tergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitasnya. Pasien
mungkin membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena intoleransi
aktivitasnya.
3. Koping individu tidak efektif
Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak
mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy
yang cukup. pasien tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan atau
11
perannya karena mereka merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu
pekerjaan
4. Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah
melakukan aktivitas pasien langsung merasa lelah, pasien merasa lemas dan
lelah karena penyakitnya.
Proses dan Tindakan Asuhan Keperawatan pada Masalah kebutuhan
Mobilitas dan Imobilitas
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan Imobilitas
adalah sebagai berikut:
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas.
3. Riwayat Keperawatan Penyakit yang pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spenalis, dan
lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis,
fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru
obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat,
seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dll.
4. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri dan untuk menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan
atau spatis.
12
5. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai
berikut:
Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan.
6. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki
Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Bahu Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.
180
Siku Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu.
150
Pergelangan Tangan Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika tangan menghadap
ke atas.
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah kelingking, telapak tangan
menghadap ke atas.
80-90
80-90
70-90
0-20
Tangan dan Jari Fleksi: Buat Kepalan Tangan
90
13
Ekstensi: Luruskan Jari
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi.
90
30
20
20
7. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada
system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan
nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas aktivitas terhadap perubahan
system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
8. Kekuatan otot dan gangguan koordinas
Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Skala Persentase kekuatan
normal Karakteristik
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh.
9. Perubahan psikologi
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan
emosi, perubahan dalam mekanisme koping,dll.
14
Diagnosis/Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-
lain.
2. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
3. Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
4. Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
5. Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
6. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
7. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
8. Gangguan eliminasi akibat imobilitas
9. Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
10. Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
11. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan
(anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus.
12. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan
(intake)
13. Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
14. Gangguan konsep diri akibat imobilitas
Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
a. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi
b. Meningkatkan fungsi kardiovaskuler
c. Meningkatkan fungsi respirasi
d. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
e. Meningkatkan fungsi system perkemihan
f. Memperbaiki gangguan psikologis
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
15
Pengaturan posisi dalam mengatasi kebutuhan mobilitas dapat
disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti posisi fowler, sim,
trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.
b. Melakukan latihan ROM pasif dan aktif.
16
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Edition.
Singapore:Elsevier Pte.Ltd. Lynn, P (2011). Taylor’s Handbook of
Clinical Nursing Skills. 3rd ed. Wolter Kluwer, Lippincott Williams &
Wilkins.Philadelphia.
Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of
Nursing:Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall
Health.
Mosby’s Nursing Video Skills DVD Package: Basic, intermediate and advanced.
4th Edition. Mosby