Download - Modul Perancanaan Dan Penganggaran
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
Kata Pengantar dan Pengesahan ................................................. i
Daftar isi ................................................................................. ii
Daftar tabel ................................................................................. v
Daftar gambar ...................................................................... vi
Petunjuk Penggunaan Modul ................................................. vii
Peta Konsep ...................................................................... viii
A. Pendahuluan ...................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ........................................................... 1
2. Prasyarat Kompetensi ........................................................... 2
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .......................... 3
4. Relevansi Modul ........................................................... 4
B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Dasar Hukum Sistem
Perencanaan dan Penganggaran
Indikator Keberhasilan ................................................................ 5
1.1. Uraian dan Contoh
a. Pengertian system ................................................ 5
b. Pengertian perencanaan ............................................ 10
c. Pengertian Anggaran ................................................ 15
1.2. Latihan ..................................................................... 19
1.3. Rangkuman ..................................................................... 19
1.4. Tes Formatif ..................................................................... 20
1.5. Umpan balik dan tindak lanjut ..................................... 21
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan iii
Kegiatan belajar 2: Fungsi, Format dan Siklus APBN ................ 22
Indikator Keberhasilan ............................................................... 22
2.1. Uraian dan Contoh
a. Fungsi APBN .......................................................... 22
b. Format dan Struktur APBN .......................................... 53
c. Siklus APBN .......................................................... 58
2.2 Latihan ..................................................................... 64
2.3 Rangkuman ..................................................................... 64
2.4 Tes Formatif ..................................................................... 66
2.5 Umpan Balik dan tindak Lanjut ........................................ 68
Kegiatan Belajar 3: Pendekatan Anggaran
Indikator Keberhasilan ................................................................ 69
3.1 Uraian dan contoh
a. Penganggaran Terpadu (Unified budget) ..................... 71
b. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based
Budget) ..................................................................... 74
c. Penganggaran dengan Kerangka Pengeluaran jangka
Menengah (Medium Term Expenditure Framework) ... 78
3.2 Latihan ............................................................................ 79
3.3 Rangkuman ...................................................................... 79
3.4 Tes Formatif ...................................................................... 81
3.5 Umpan Balik dan tindak lanjut ..................................... 82
Kegiatan Belajar 4: Proses Penyusunan Anggaran
Indikator Keberhasilan .................................................................. 83
4.1 Uraian dan Contoh
a. Penyusunan RPJM dan Renstra K/L ............................ 83
b. Penyusunan RKP dan Renja K/L ............................ 84
c. Proses Penyusunan RKP ...................................... 90
d. Penyusunan RKAKL ................................................. 91
e. Pengesahan dan penelaahan DIPA ............................ 96
4.2 Latihan ....................................................................... 128
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan iv
4.3 Rangkuman ...................................................................... 128
4.4 Tes Formatif ...................................................................... 130
4.5 Umpan balik dan tindak lanjut ....................................... 131
Penutup ................................................................................. 132
Tes Sumatif ................................................................................. 133
Kunci Jawaban (Formatif dan Sumatif) ..................................... 136
Daftar Pustaka ...................................................................... 137
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan v
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1: Format lama dan baru Belanja Negara ........................... 23
Tabel 2: Daftar Bagian Anggaran / kementerian Lembaga ......... 24
Tabel 3: Klasifikasi Fungsi dan Sub Fungsi .................................. 44
Tabel 4: Indikator Keluaran ........................................................... 105
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan vi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1: Kerangka Konseptual ............................................. 75
Gambar 2: Kerangka Konseptual ............................................ 76
Gambar 3:Penyusunan Rencana kerja .................................... 86
Gambar 4: Renja K/L ........................................................ 87
Gambar 5: Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah ............... 90
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan vii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Dalam rangka memperoleh hasil belajar yang optimal pada modul
Sistem Perencanaan Dan Penganggaran, kami sarankan agar anda
membaca terlebih dahulu peta konsep yang terlampir pada modul ini.
Pemahaman pada peta konsep yang telah tersedia akan membimbing
anda untuk mempelajari materi-materi pada modul ini sehingga dapat
memudahkan anda mencapai standard kompentensi yang telah
ditetapkan.
Perlu anda ketahui bahwa dalam beberapa sub pembahasan yang
terkait dengan perencanaan dan penganggaran, cukup ditampilkan
contoh-contoh yang menggambarkan hal-hal tersebut. Bila anda
berkehendak untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi, maka
sangat baik jika and abaca keseluruhan peraturan yang ada dalam daftar
pustaka.
Modul ini disusun untuk diklat penyegaran Kuasa Pengguna
Anggaran yang akan diberikan dalam 4 (empat) tatap muka (4 JP). Tentu
sangat baik bila sebelum mata diklat dimulai modul ini telah and abaca
terlebih dahulu sehingga proses pembelajaran di kelas dapat lebih
efektif.
Untuk mengetahui sejauhmana penguasaan anda pada modul ini,
pada tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada
akhirnya modul ini telah tersedia tes sumatif sebagai sarana untuk
mengukur hasil belajar anda secara mandiri. Demi menacapai tujuan hasil
pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para widyaiswara dengan
tangan terbuka siap untuk membantu anda baik dikelas maupun diluar
kelas untuk memahami materi-materi yang tersaji dalam modul ini.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan viii
PETA KONSEP
Mampu Merencanakan Kegiatan
Satker serta mampu memahami
kebijakan dan pendekatan
penganggaran
Keterkaitan antara Rencana Pembangunan Jangka
Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja
Pemerintah, Rencana Kerja Kementerian Negara /
Lembaga, Rencana Kerja & Anggaran Kementerian
Negara / Lembaga, Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Pemahaman Pendekatan
Anggaran:Penganggaran
Terpadu, Penganggaran
Berbasis Kinerja,
Penganggaran dengan
Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah
Pemahaman Fungsi
Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara,
Format Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Negara serta Siklus
Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara
Pemahaman tentang Sistem,
Perencanaan & Penganggaran
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 1
PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
Tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suatu
negara merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Pemerintah wajib
menerapkan kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan,
termasuk di dalamnya kaidah-kaidah dalam bidang pengelolaan keuangan
negara yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance.
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik itulah,
pemerintah Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan
keuangan negara.
Selain itu, reformasi pengelolaan keuangan ini juga dilatarbelakangi
masih digunakannya peraturan perundang-undangan peninggalan pemerintah
kolonial. Walau kehendak menggantikan aturan bidang keuangan warisan telah
lama dilakukan agar selaras dengan tuntutan jaman, baru pada tahun 2003 hal
itu terwujud dengan terbitnya Undang-undang Nomor 17/2003 tentang Keuangan
Negara. Hal itu senada dengan makin besarnya belanja negara yang dikelola
oleh pemerintah sehingga diperlukan suatu metode pengawasan yang memadai.
Salah satu bentuknya adalah keterlibatan masyarakat/stakeholders.
Berkenaan dengan perubahan paradigma sistem pemerintahan dan
tuntutan masyarakat, maka perlu dilakukan reformasi di bidang keuangan
sebagai perangkat pendukung terlaksananya penerapan good governance.
Reformasi pengelolaan keuangan dilakukan dengan cara:
Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum;
Penataan kelembagaan;
Penataan sistem pengelolaan keuangan negara; dan
Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.
Dengan demikian reformasi manajemen keuangan ini membuat tugas dan
tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran selaku Pejabat yang diberi atau
memperoleh wewenang dari Pengguna Anggaran (PA) untuk dapat
DESKRIPSI
SINGKAT
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 2
menggunakan anggaran yang dikuasakan kepadanya. Selain tugas dan
tanggung jawab tersebut KPA juga diharapkan lebih memahami proses
perencanaan dan penganggaran yang merupakan bagian dari siklus APBN.
Tahapan-tahapan yang diharapkan agar Kuasa Pengguna Anggaran dapat
memahami Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan
Rencana Strategis dari Kementerian Negara / Lembaga, Kebijakan dalam
penggaran, pendekatan penganggaran serta proses penelaahan Rencana Kerja
& Anggaran Kementerian Negara / Lembaga sampai dengan penyusunan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran.
Dengan latar belakang tersebut, modul Perencanaan dan Penganggaran
ini disusun. Modul ini penting untuk diajarkan pada Diklat Penyegaran Kuasa
Pengguna Anggaran agar para Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran dapat
melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan.
Untuk memberikan gambaran dari pelajaran Sistem Perencanaan dan
Penganggaran, modul ini disusun dalam empat kegiatan belajar terdiri dari
kegiatan belajar pertama menjelaskan pengertian dan dasar hukum sistem
perencanaan dan penganggaran. Pada kegiatan belajar kedua menjelaskan
fungsi, format dan siklus APBN. Pada kegiatan belajar ketiga pendekatan
anggaran yang meliputi: penganggara terpadu, penganggaran berbasis kinerja
dan penganggaran jangka menengah. Dan pada kegiatan belajar keempat
menjelaskan proses penyusunan anggaran yang dimulai dari RPJM, Renstra,
RKP, Renja, RKAKL dan terakhir penyelesaian DIPA.
2 PRASYARAT KOMPETENSI
Peserta yang akan ditunjuk untuk mengikuti Diklat Penyegaran Kuasa
Penggunan Anggaran adalah mereka yang saat ini sedang atau aktif menjadi
Penjabat Kuasa Pengguna Anggaran atau para pegawai yang disiapkan (calon)
menjadi Kuasa Pengguna Anggaran. Persyaratan tersebut penting karena materi
yang akan disampai dalam diklat salah satunya merupakan kebijakan yang harus
diambil oleh seorang pejabat Kuasa Pengguna Anggaran sebagai bagian tugas
dan kewajiban yang mendapat mandapat dan wewenang dalam penggunan
PRASYARAT
KOMPETENSI
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 3
anggaran dalam satuan kerja dimana Kuasa Pengguna Anggaran tersebut
ditugaskan.
Dengan adanya syarat tersebut peserta diklat diharapkan lebih mudah
untuk mencerna dan memahami modul ini, karena telah memiliki gambaran awal
tentang tugas dan tanggung jawab selaku Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran.
3 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar
sepanjang hayat yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Dengan pengertian
tersebut, maka standar kompetensi untuk para pembaca setelah mempelajari
modul ini adalah diharapkan mampu merencanakan kegiatan satker serta
memahami kebijakan dan pendekatan penganggaran.
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari modul
yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar yang
diharapkan setelah membaca modul ini peserta mampu:
1. meningkatan pemahaman pengertian sistem;
2. meningkatan pemahaman pengertian perencanaan;
3. meningkatan pemahaman pengertian penganggaran;
4. meningkatan pemahaman dasar hukum perencanaan dan penganggaran;
5. meningkatan pemahaman fungsi APBN;
6. meningkatan pemahaman format APBN;
7. meningkatan pemahaman siklus APBN;
8. meningkatan pemahaman sistem penganggaran terpadu dan tujuan dari
sistem penganggaran terpadu;
9. meningkatan pemahaman sistem penganggaran berbasis kinerja dan
tujuan dari sistem penganggaran berbasis kinerja;
10. meningkatan pemahaman pendekatan KPJM dan tujuan dari KPJM;
11. meningkatan pemahaman penyusunan RPJM dan Renstra Kementerian
Negara / Lembaga;
SK DAN KD
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 4
12. meningkatan pemahaman penyusunan RKP dan Renja Kementerian
Negara / Lembaga;
13. meningkatan pemahaman Pagu Sementara, Rencana Kerja & Anggaran
Kementerian Negera / Lembaga, Proses Pembahasan dan penyusunan
perpres APBN dan Surat Rincian Alokasi Anggaran;
14. meningkatan pemahaman proses penelaahan perpres APBN, penelaahan
SRAA dan pengesahan DIPA
4 RELEVANSI MODUL
Dalam Satuan Kerja (Satker) Kementerian Negara / Lembaga harus
terdapat seorang Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran yang memiliki tugas dan
tanggung jawab atas wewenang yang diberi kuasakan oleh Pengguna Anggaran
(dalam hal ini Menteri atau Kepala Lembaga) untuk menggunakan anggaran
yang dikuasai olehnya. Proses dalam pelaksanaan tugas tersebut dapat berjalan
sesuai dengan aturan yang berlaku apabila para Pejabat Kuasa Pengguna
Anggaran mempunyai pemahaman terhadap anggaran yang dituangkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Salah satu bagian dari siklus APBN adalah perencanaan dan
penganggaran. Untuk itu perlu dibekali dengan pemahaman bagi para Pejabat
Kuasa Pengguna Anggaran tentang perencanaan dan penganggaran yang
meliputi mulai dari penyusunan RPJM, Renstra, RKP, Renja, RKAKL sampai
dengan terbitnya DIPA. Sekaligus juga diharapkan mampu memahami kebijakan
dalam proses penyusunan perencanaan dan penganggaran.
RELEVANSI
MODUL
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 5
B. KEGIATAN BELAJAR
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM SISTEM
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
2. Uraian dan Contoh
a. Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systma) dan bahasa Yunani
(sustma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.
Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang
berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item
penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu
kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling
Kegiatan Belajar
1
1. INDIKATOR : Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan mampu:
1. Mampu menjelaskan pengertian sistem. 2. Mampu menjelaskan pengertian perencanaan. 3. Mampu menjelaskan pengertian penganggaran. 4. Mampu menjelaskan dasar hukum perencanaan dan penganggaran.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 6
berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem, yaitu
yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen
atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur
mendefinisikan sistem sebagai berikut ini :
Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu
kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Menurut Jerry Fitzgerald, Ardra F. Fitzgerald dan Warren D. Stallings, Jr.,
mendefinisikan prosedur sebagai berikut :
Suatu prosedur adalah urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan
instruksi yang menerangkan Apa (What) yang harus dikerjakan,
Siapa (Who) yang mengerjakannya, Kapan (When) dikerjakan dan
Bagaimana (How) mengerjakannya.
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau
komponennya mendefiniskan sistem sebagai berikut ini :
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Kedua kelompok definisi tersebut adalah benar dan tidak bertentangan,
yang berbeda adalah cara pendekatannya. Pendekatan sistem yang merupakan
kumpulan elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem
merupakan definisi yang lebih luas. Definisi ini lebih banyak diterima, karena
kenyataannya suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem atau sistem
bagian. Sebagai misal, sistem akuntansi dapat terdiri dari beberapa subsistem-
subsistem, yaitu subsistem akuntansi penjualan, subsistem akuntansi pembelian,
subsistem akuntansi penggajian, subsistem akuntansi biaya dan lain sebagainya.
Apa itu Subsistem ?
PENGERTIAN
SISTEM
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 7
Subsistem sebenarnya hanyalah sistem di dalam suatu sistem, ini berarti
bahwa sistem berada pada lebih dari satu tingkat. Pemisalan lainnya, mobil
adalah suatu sistem yang terdiri dari sistem-sistem bawahan seperti sistem
mesin, sistem badan mobil dan sistem rangka. Masing-masing sistem ini terdiri
dari sistem tingkat yang lebih rendah lagi. Misalnya, sistem mesin adalah
kombinasi dari sistem karburator, sistem generator, sistem bahan bakar dan
seterusnya.
Apa itu Supersistem ?
Walaupun istilah supersistem jarang digunakan, sistem seperti ini ada.
Jika suatu sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar, sistem yang lebih
besar itu adalah supersistem. Contohnya, pemerintahan kota adalah suatu
sistem, tetapi ia juga merupakan bagian dari sistem yang lebih besar
pemerintahan propinsi. Pemerintahan propinsi adalah supersistem dari
pemerintahan kota dan juga merupakan subsistem dari pemerintahan nasional.
Dari definisi dan penjelasan diatas dapatlah diambil kesimpulan, suatu
sistem terdiri dari elemen yang bisa berbentuk individu atau bagian-bagian yang
terpisah, kemudian berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Mobil
terdiri dari bagian-bagian sistem yang berinteraksi/kerjasama untuk tujuan mobil
tersebut bergerak ke suatu arah. Keluarga, pertama kali terdiri dari 2 individu
yang terpisah yang mana individu itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri
dari subsistem- subsistem, kemudian bersatu membentuk keluarga untuk
mencapai suatu tujuan.
Keluarga itu sendiri merupakan subsistem dari sistem Rukun Tetangga
(RT), RT merupakan subsistem dari Rukun Warga (RW), RW subsistem dari
suatu Kelurahan, Kelurahan subsistem dari suatu Kecamatan, dan demikian
seterusnya.
Komponen Sistem (Components)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-
komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 8
atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya,
selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap
subsistem mempunyai sifat sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi
tertentu dan mempengaruhi proses
sistem secara keseluruhan. Jadi, dapat dibayangkan jika dalam suatu sistem ada
subsistem yang tidak berjalan/berfungsi sebagaimana mestinya. Tentunya sistem
tersebut tidak akan berjalan mulus atau mungkin juga sistem tersebut rusak
sehingga dengan sendirinya tujuan sistem tersebut tidak tercapai.
Batas Sistem (Boundary)
Batas sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara
suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas
sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas
suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
Lingkungan Luar Sistem (Environments)
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem
yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat
menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Lingkungan
luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian
harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus
ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka akan menggangu kelangsungan
hidup dari sistem.
Penghubung (Interface) Sistem
Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan
sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke yang lainnya. Keluaran
(output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem
lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat
berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 9
Masukan (Input) Sistem
Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan
sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya
sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk
didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah
maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan
data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
Keluaran (Output) Sistem
Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan
menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat
merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supersistem.
Misalnya untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran yang
tidak berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedang informasi adalah
keluaran yang dibutuhkan.
Pengolah (Process) Sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan
merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah
masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran
berupa barang jadi. Sistem akuntansi akan mengolah data-data transaksi
menjadi laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan lain yang dibutuhkan
oleh manajemen.
Sasaran (Objectives) atau Tujuan (Goal)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Kalau suatu sistem
tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.
Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem
dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila
mengenai sasaran atau tujuannya. Perbedaan suatu sasaran (objectives) dan
suatu tujuan (goal) adalah, goal biasanya dihubungkan dengan ruang lingkup
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 10
yang lebih luas dan sasaran dalam ruang lingkup yang lebih sempit. Bila
merupakan suatu sistem utama, seperti misalnya sistem bisnis perusahaan,
maka istilah goal lebih tepat diterapkan. Untuk sistem akuntansi atau sistem-
sistem lainnya yang merupakan bagian atau subsistem dari sistem bisnis, maka
istilah objectives yang lebih tepat. Jadi tergantung dari ruang lingkup mana
memandang sistem tersebut. Seringkali tujuan (goal) dan sasaran (objectives)
digunakan bergantian dan tidak dibedakan.
b. Pengertian Perencanaan
Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam mencapai tujuan bernegara. Agar pembangunan
nasional dapat berjalan dengan baik tidak dapat dilepaskan dari tataran
demokrasi dan mengacu pada prinsip-prinsip penting yang tidak boleh diabaikan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan nasional. Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif,
efisien, dan bersasaran diperlukan adanya suatu perencanaan pembangunan
yang matang.
Perencanaan, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 25
tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan Pembangunan Nasional (SPPN)
merupakan suatu proses untuk mementukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan sangat penting sebagai salah satu proses dalam pengelolaan
keuangan negara. Perencanaan sangat bermanfaat dalam (a) mengurangi
ketidakpastian serta perubahan di masa datang; (b) mengarahkan semua
aktivitas pada pencapaian visi dan misi organisasi; (c) sebagai wahana untuk
mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja suatu organisasi.
A. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan pembangunan nasional diharapkan dapat menjamin
tercapainya tujuan dalam bernegara. SPPN mencakup penyelenggaraan
PENGERTIAN
PERENCANAAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 11
perencanaan makro dari semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua
bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya sistem perencanaan pembangunan
nasional. SPPN adalah satu kesatuan tata cara perencnaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek yang akan dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dalam cakupan waktu, SPPN disusun dalam cakupan tiga periode
perencanaan, yaitu:
a. Jangka panjang dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) dengan jangka waktu 20 tahun;
b. Jangka menengah dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) yang berjangka waktu 5 tahun, dan
c. Jangka pendek dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan
periode tahunan.
SPPN disusun dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut :
a. menjamin adanya koordinasi di antara pelaku pembangunan, baik
ditingkat pusat, pusat dengan daerah maupun antar daerah;
b. menjamin terciptanya intergrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar
daerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara
Pusat dan daerah;
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat
tahapan yang dilalui, yakni:
a. penyusunan rencana;
b. penetapan rencana;
c. pengendalian pelaksanaan rencana; dan
d. evaluasi pelaksanaan rencana.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 12
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara
keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyusunan
rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana
yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama
adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik,
menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah
menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan
rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah
melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah
penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Selanjutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan
rencana tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga. Selanjutnya Menteri
Perencanaan menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan
rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementerian/Lembaga
sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Evaluasi pelaksanaan rencana
adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis
mengumpulkan dan menganalisis data dan inforrnasi untuk menilai pencapaian
sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan
berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen
rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan
(input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (impact).
Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga, baik
Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan
tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan,
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja, baik Pusat maupun Daerah, mengikuti
pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 13
keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing
jangka waktu sebuah rencana.
B. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan suatu
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh)
tahun. Perencanaan ini bersifat makro yang memuat penjabaran dari tujuan
dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi,
misi, dan arah pembangunan Nasional. Proses penyusunan RPJP dilakukan
secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.
Penyusunan RPJP dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:
a. Penyiapan Rancangan RPJP, dimana kegiatan ini dibutuhkan guna
mendapatkan gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan
nasional.
b. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka panjang
yang dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan komitmen dari
seluruh pemangku kepentingan/stakeholders terhadap rancangan RPJP.
c. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP. Seluruh masukan dan komitmen
hasil Musrenbang menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan.
d. Penetapan undang-undang tentang RPJP, di bawah koordinasi Bappenas
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
Rancangan akhir RPJP beserta lampirannnya disampaikan kepada DPR
sebagai inisiatif Pemerintah, untuk diproses lebih kanjut menjadi undang-
undang tentang RPJP Nasional.
C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
kepala negara terpilih yang wajib disusun dalam waktu tiga bulan setelah dilantik.
Dalam penyusunannya, RPJMN harus berpedoman pada RPJP Nasional, yang
memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program baik di
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 14
dalam maupun lintas Kementerian/Lembaga, dalam satu maupun lintas
kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro. Termasuk di dalamnya adalah arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Tahapan Penyusunan RPJM
a. Penyiapan Rancangan awal RPJM Nasional oleh Menteri Perencanaan
dalam hal ini dilaksanakan oleh Bappenas sebagai lembaga yang
bertanggung jawab mengkoordinasikan perencanaan pembangunan
secara nasional.
b. Penyiapan rancangan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga
(rancangan Renstra-KL), yang dilakukan oleh seluruh kementerian dan
lembaga. Penyusunan rancangan Renstra ini bertujuan untuk
merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi
kementeria/lembaga, agar selaras dengan program prioritas kepala
negara terpilih.
c. Penyusunan rancangan RPJM Nasional oleh Kementerian Perencanaan.
Tahap ini merupakan upaya mengintegrasikan rancangan awal RPJM
Nasioal dengan rancangan Renstra-KL, yang menghasilkan rancangan
RPJM Nasioal.
d. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) jangka menengah nasional. Kegiatan yang dilaksanakan
paling lambat dua bulan setelah presiden dilantik ini dilaksanakan guna
memperoleh berbagai masukan dan komitmen dari seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders) atas rancangan RPJM Nasional.
e. Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Nasional, dimana seluruh masukan
dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional menjadi
masukan utama penyempurnaan rancangan RPJM Nasional.
f. Penetapan Peraturan Presiden tentang RPJM Nasional, di bawah
koordinasi keenterian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
tugas dan fungsi hukum.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 15
c. Pengertian anggaran
Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris budget
yang sebenarnya berasal dari bahasa Perancis bougette. Kata ini mempunyai
arti sebuah tas kecil. Berdasar dari arti kata asalnya, anggaran mencerminkan
adanya unsur keterbatasan. Pada dasarnya anggaran perlu disusun karena
keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, baik dana, SDM maupun
sumber daya lainnya. Karena terbatasnya dana misalnya, maka diperlukan
alokasi sesuai dengan prioritas dan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Ada beberapa pengertian angaran yang dapat dikutip.
Anggaran negara (state budget) menurut John F. Due dalam
Government Finance and Economic Analysis adalah: A budget, in the general
sense of the term, is a financial plan for a spesific period of time. A government
budget therefore, is a statement of proposed expenditures and expected
revenues for the coming period, together with data of actual expenditures and
revenues for current and past period.
Menurut Wildavsky, anggaran adalah:
- catatan masa lalu;
- rencana masa depan;
- mekanisme pengalokasian sumber daya;
- metode untuk pertumbuhan;
- alat penyaluran pendapatan;
- mekanisme untuk negosiasi;
- harapan-aspirasi-strategi organisasi;
- satu bentuk kekuatan kontrol;
- alat atau jaringan komunikasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, anggaran negara meliputi:
- rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja;
- gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk
pembangunan;
- alat pengendalian;
- instrumen politik; dan
- disusun dalam periode tertentu.
PENGERTIAN
ANGGARAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 16
Selanjutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurut
UU 17/2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN selalu dinanti oleh berbagai kalangan untuk dikaji sejauh mana
kemampuan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk mencapai tujuan
pembangunan dari sumber daya yang terbatas. Anggaran pemerintah setiap
tahun selalu berubah-ubah baik jumlah nominal, jenis pendapatan dan alokasi
belanja, serta proporsi alokasinya. Pada tahun tertentu, pemerintah
memprioritaskan sektor pekerjaan umum, tapi ditahun berikutnya pemerintah
memprioritaskan sektor pendidikan dan kesehatan. Hal ini terjadi diakibatkan
berbagai faktor, antara lain perkembangan politik, dinamika perekonomian
dunia/nasional/daerah, peristiwa sosial/alam, tuntutan masyarakat, dan lain
sebagainya.
Prinsip-Prinsip Penganggaran
Anggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis
menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material dan sumber daya lainnya.
Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk
melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana
manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada
publik.
Secara umum, prinsip-prinsip penganggaran adalah sebagai berikut:
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
APBN harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu progam
dan kegiatan yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan
akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena
menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk
menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan
anggaran tersebut.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 17
2. Disiplin Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi,
tepat guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat
dipertanggung-jawabkan.
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan
batas tertinggi pengeluaran belanja.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedia penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan progam dan kegiatan yang belum/tidak tersedia
anggarannya.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran secara adil
agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi dalam pemberian pelayanan. Hal ini dikarenakan sumber
daya yang digunakan dalam anggaran berupa pendapatan negara pada
hakekatnya diperoleh melalui peran serta seluruh anggota masyarakat.
4. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar dapat
menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk
kepentingan masyarakat
5. Disusun dengan pendekatan kinerja
APBN disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (keluaran dan hasil) dari perencanaan atas alokasi
biaya atau masukan/input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus
sepadan atau lebih besar dari biaya atau masukan. Selain itu juga harus
mampu menumbuhkan profesionalisme kerja pada setiap unit kerja yang
terkait.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 18
D. DASAR HUKUM PERENCANAAN DAN PENGANGARAN
Perencanaan dan penyusunan anggaran di Indonesia didasarkan pada:
1. UUD 1945
2. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
3. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
4. UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
5. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
6. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja
Pemerintah (RKP)
7. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 Tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
Dalam UUD 1945 Amandemen ke 4 pada Pasal 23 ayat (1) dijelaskan
bahwa APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan
setiap tahun dengan UU dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam Pasal 23
ayat (2) dijelaskan bahwa RUU APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas
bersama DPR dengan memperhatikan pandangan Dewan Pertimbangan Daerah
(DPD). Sedangkan, Pasal 23 ayat (3) menyatakan bahwa apabila DPR tidak
menyetujui RAPBN yang diusulkan oleh Presiden, maka Pemerintah harus
menjalankan APBN tahun yang sebelumnya.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 19
3. Latihan
Agar anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba
kerjakan latihan-latihan berikut ini:
1. Jelaskan pengertian sistem
2. Jelaskan pengertian Perencanaan
3. Jelaskan pengertian Penganggaran
4. Jelaskan Perbedaan dari RPJP dan RPJM
5. Jelaskan prinsip-prinsip Penganggaran.
6. Jelaskan dasar hukum dari perencanaan dan Penganggaran.
4. Rangkuman
Dengan lahirnya Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara da diikuti dengan terbitnya peraturan pemerintah mengenai
penyusunan perencanaan dan penganggaran, telah banyak mendorong
perubahan yang cukup signifikan dalam menyosong reformasi dibidang
keuangan, terlebih lagi dengan adanya penjabat pengelola keuangan negara
yang dikuasai pada setiap satuan kerja kepada Kuasa Pengguna Anggaran.
Melihat pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur
tentang sistem bahwa suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu, tidaklah menjadi suatu yang
aneh bila Sistem Perencanaan dan Penganggaran dapat dilaksanakan pada
masing-masing satuan kerja. Dan segala sesuatu yang berdampak dari
perencanaan hingga proses penganggaran haruslah menjadi bagian yang utuh
untuk dipahami oleh Kuasa Pengguna Anggaran.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 20
5. Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1 ini, coba Anda kerjakan tes
formatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban yang
Anda anggap benar.
1. Sistem adalah .....................dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
a. Bagian
b. Kumpulan
c. Metode
d. bentuk
2. Energi yang dimasukkan ke dalam sistem, dapat berupa masukan
perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input) disebut
dengan:
a. Input sistem
b. Output sistem
c. Proses sistem
d. Bagian sistem
3. proses untuk mementukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia
adalah:.............
a. SPPN
b. RPJM
c. Renstra
d. RKP
4. Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Rencana Kerja Pemerintah
tertuang dalam:
a. PP 20 tahun 2004
b. PP 21 Tahun 2004
c. PP 22 Tahun 2004
d. PP 23 Tahun 2004
5. Yang Bukan termasuk dalam prinsip-prinsip penganggaran:
a. Disiplin Anggaran
b. Keadilan Anggaran
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 21
c. Efektif dan efisien Anggaran
d. Kira-kira
6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Coba cocokan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini.
Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang
telah terinci sebagaimana rumus dibawah ini.
Jumlah jawaban yang benar
TP = ------------------------------------- ---- X 100 %
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah
dipelajari mencapai:
91 % s/d 100% : Sangat Baik
81 % s/d 90,00% : Baik
71% s/d 80,90% : Cukup
61% s/d 70,99% : Kurang
0% s/d 60% : Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Ana telah mencapai 81% atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda
dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 22
FUNGSI, FORMAT DAN SIKLUS APBN
2. Uraian dan Contoh
a. Fungsi APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terdiri dari
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Anggaran Pendapatan merupakan
estimasi pendapatan yang mungkin dicapai dalam periode yang bersangkutan.
Kelompok anggaran pendapatan terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah.
Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang dapat
dibebankan pada APBN. Belanja klasifikasikan menurut organisasi, fungsi,
program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi
disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan.
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan tonggak
reformasi sektor keuangan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya
perubahan yang cukup mendasar dalam format belanja negara. UU No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara Pasal 11 ayat (5) menyatakan bahwa belanja
negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Sedangkan, Pasal
15 ayat (5) menyatakan bahwa APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai
FUNGSI APBN
Kegiatan Belajar
2
1. INDIKATOR :
Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan fungsi APBN 2. Menjelaskan format APBN 3. Menjelaskan siklus APBN.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 23
dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Dalam
penjelasannya, klasifikasi jenis belanja negara tersebut tidak lagi membedakan
antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut dan ditambah
dengan UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sejak tahun
2005 telah dilakukan perubahan format baru belanja negara guna mewujudkan
format belanja negara yang lebih transparan dan tidak tumpang tindih.
Perbandingan antara format belanja negara yang lama dengan format belanja
negara yang baru dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1:
Format lama dan baru Belanja Negara
FORMAT LAMA
Klasifikasi Jenis Belanja
Dual Budgeting
Belanja pusat terdiri dari 6 jenis
belanja
Klasifikasi Organisasi
terdiri atas 53 Departemen/
Lembaga
Klasifikasi Sektor
terdiri atas 20 sektor dan 50
subsektor
Program merupakan rincian dari
sektor pada pengeluaran rutin dan
pembangunan
Nama-nama program antara
FORMAT BARU
Klasifikasi Jenis Belanja
Unified Budgeting
Belanja pusat terdiri dari 8 jenis belanja
Klasifikasi Organisasi
terdiri atas 73 K/L (bagian anggaran)
Klasifikasi Fungsi
terdiri atas 11 fungsi dan 79 subfungsi
Program pada masing
Kementerian/lembaga digunakan
sebagai dasar kompilasi klasifikasi
fungsi
Nama-nama program telah disesuaikan
dengan unified budget
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 24
pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan agak berbeda
Dasar Alokasi
Alokasi anggaran berdasarkan
sektor, subsektor dan program
Dasar Alokasi
Alokasi anggaran berdasarkan program
kementerian/ lembaga
1. Klasifikasi berdasarkan Organisasi
Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disusun berdasarkan susunan
kementerian negara/lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran. Klasifikasi ini tidak bersifat permanen dan akan disesuaikan dengan
susunan kementerian negara/lembaga pemerintah pusat yang ada. Klasifikasi
menurut organisasi ini terinci di dalam Bagian Anggaran, Eselon I dan Satuan
Kerja.
Tabel 2:
Daftar Bagian Anggaran/Kementerian Lembaga
KODE NAMA UNIT ORGANISASI
001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
001 01 SEKRETARIAT JENDERAL
001 02 M A J E L I S
002 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
002 01 SEKRETARIAT JENDERAL
002 02 D E W A N
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 25
004 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
004 01 SEKRETARIAT JENDERAL
004 02 B. P. K. PUSAT
005 MAHKAMAH AGUNG
005 01 SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG
005 02 KEPANITERAAN
005 03
DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN
UMUM
005 04
DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN
AGAMA
005 04
DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN
MILITER DAN PERADILAN TUN
005 06 BADAN URUSAN ADMINISTRASI
005 07 BADAN DIKLAT LITBANG
005 08 BADAN PENGAWASAN MAHKAMAH AGUNG
006 KEJAKSAAN AGUNG
006 01 KEJAKSAAN AGUNG
007 SEKRETARIAT NEGARA
007 01 SEKRETARIAT NEGARA
007 02 SEKRETARIAT KABINET
007 03 RUMAH TANGGA KEPRESIDENAN
007 04 SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN
007 05 SEKRETARIAT MILITER PRESIDEN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 26
007 06 PASUKAN PENGAMANAN PRESIDEN
010 DALAM NEGERI
010 01 SEKRETARIAT JENDERAL
010 02 INSPEKTORAT JENDERAL
010 03 DITJEN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
010 04 DITJEN PEMERINTAHAN UMUM
010 05
DITJEN PERBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
DESA
010 06 DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH
010 07 DITJEN OTONOMI DAERAH
010 08 DITJEN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
010 09 DITJEN BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH
010 11 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
010 12 BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
011 LUAR NEGERI
011 01 SEKRETARIAT JENDERAL
011 02 DITJEN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
011 03 DITJEN AMERIKA DAN EROPA
011 04 DITJEN KERJASAMA ASEAN
011 05 DITJEN MULTILATERAL
011 06 DITJEN INFORMASI DAN DIPLOMASI PUBLIK
011 07 DITJEN HUKUM DAN PERJANJIAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 27
INTERNASIONAL
011 08 DITJEN PROTOKOL DAN KONSULER
011 09 INSPEKTORAT JENDERAL
011 11
BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
012 PERTAHANAN
012 01 DEPARTEMEN PERTAHANAN
012 21 MARKAS BESAR TNI
012 22 MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT
012 23 MARKAS BESAR TNI ANGKATAN LAUT
012 24 MARKAS BESAR TNI ANGKATAN UDARA
013 HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
013 01 SEKRETARIAT JENDERAL
013 02 INSPEKTORAT JENDERAL
013 03 DITJEN ADMINISTRASI HUKUM UMUM
013 05 DITJEN PEMASYARAKATAN
013 06 DITJEN IMIGRASI
013 07 DITJEN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
013 08 DITJEN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
013 09 DITJEN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA
013 10 BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
013 11 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HAM
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 28
015 KEUANGAN
015 01 SEKRETARIAT JENDERAL
015 02 INSPEKTORAT JENDERAL
015 03 DITJEN ANGGARAN
015 04 DITJEN PAJAK
015 05 DITJEN BEA DAN CUKAI
015 06 DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN
015 07 DITJEN PENGELOLAAN UTANG
015 08 DITJEN PERBENDAHARAAN
015 09 DITJEN KEKAYAAN NEGARA
015 10
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN
015 11 BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
015 12 BADAN KEBIJAKAN FISKAL
018 PERTANIAN
018 01 SEKRETARIAT JENDERAL
018 02 INSPEKTORAT JENDERAL
018 03 DITJEN TANAMAN PANGAN
018 05 DITJEN PERKEBUNAN
018 06 DITJEN PETERNAKAN
018 07
DITJEN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERTANIAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 29
018 08 DITJEN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
018 09
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN
018 10
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN
018 11 BADAN KETAHANAN PANGAN
018 12 BADAN KARANTINA PERTANIAN
019 PERINDUSTRIAN
019 01 SEKRETARIAT JENDERAL
019 02
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN
KIMIA
019 03
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM,
MESIN, TEKSTIL DAN ANEKA
019 04
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI ALAT
TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA
019 05
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN
MENENGAH
019 06 INSPEKTORAT JENDERAL
019 07
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
INDUSTRI
020 ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
020 01 SEKRETARIAT JENDERAL
020 02 INSPEKTORAT JENDERAL
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 30
020 04 DITJEN MINYAK DAN GAS BUMI
020 05 DITJEN LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
020 06 DITJEN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
020 11
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
020 12
BADAN DIKLAT ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL
020 13 BADAN GEOLOGI
022 PERHUBUNGAN
022 01 SEKRETARIAT JENDERAL
022 02 INSPEKTORAT JENDERAL
022 03 DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
022 04 DITJEN PERHUBUNGAN LAUT
022 05 DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
022 08 DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
022 11
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERHUBUNGAN
022 12
BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PERHUBUNGAN
022 13 BADAN S A R
023 PENDIDIKAN NASIONAL
023 01 SEKRETARIAT JENDERAL
023 02 INSPEKTORAT JENDERAL
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 31
023 03
DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH
023 04 DITJEN PENDIDIKAN TINGGI
023 05 DITJEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
023 08
DITJEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
023 11
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DIKBUD
024 KESEHATAN
024 01 SEKRETARIAT JENDERAL
024 02 INSPEKTORAT JENDERAL
024 03 DITJEN BINA KESEHATAN MASYARAKAT
024 04 DITJEN BINA PELAYANAN MEDIK
024 05
DITJEN PENGENDALIAAN PENYAKIT DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
024 07
DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
024 11
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KESEHATAN
024 12
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SDM KESEHATAN
025 AGAMA
025 01 SEKRETARIAT JENDERAL
025 02 INSPEKTORAT JENDERAL
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 32
025 03 DITJEN BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
025 04 DITJEN PENDIDIKAN ISLAM
025 05 DITJEN PEMBINAAN MASYARAKAT KRISTEN
025 06 DITJEN PEMBINAAN MASYARAKAT KHATOLIK
025 07 DITJEN BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU
025 08 DITJEN BIMBINGAN MASYARAKAT BUDHA
025 09 DITJEN PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH
025 11
BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN AGAMA
DAN DIKLAT
026 TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
026 01 SEKRETARIAT JENDERAL
026 02 INSPEKTORAT JENDERAL
026 03
DITJEN PEMBINAAN DAN PENEMPATAN TENAGA
KERJA LUAR NEGERI
026 04
DITJEN PEMBINAAN DAN PENEMPATAN TENAGA
KERJA DALAM NEGERI
026 05
DITJEN PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL &
JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
026 06
DITJEN PEMBINAAN PENYIAPAN PERMUKIMAN
DAN PENEMPATAN TRANSMIGRASI
026 07
DITJEN PEMBINAAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT DAN KAWASAN TRANSMIGRASI
026 08 DITJEN PEMBINAAN PENGAWASAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 33
KETENAGAKERJAAN
026 11
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN
INFORMASI
026 13
DITJEN PEMBINAAN PELATIHAN DAN
PRODUKTIVITAS
027 DEPARTEMEN SOSIAL
027 01 SEKRETARIAT JENDERAL
027 02 INSPEKTORAT JENDERAL
027 03 DITJEN PEMBERDAYAAN SOSIAL
027 04 DITJEN PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL
027 05 DITJEN BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL
027 11
BADAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
029 KEHUTANAN
029 01 SEKRETARIAT JENDERAL
029 02 INSPEKTORAT JENDERAL
029 03 DITJEN BINA PRODUKSI KEHUTANAN
029 04
DITJEN REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN
SOSIAL
029 05
DITJEN PERLINDUNGAN HUTAN DAN
KONSERVASI ALAM
029 06 BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN
029 07
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEHUTANAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 34
032 KELAUTAN DAN PERIKANAN
032 01 SEKRETARIAT JENDERAL
032 02 INSPEKTORAT JENDERAL
032 03 DITJEN PERIKANAN TANGKAP
032 04 DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA
032 05
DITJEN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
032 06
DITJEN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERIKANAN (P2HP)
032 07
DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU
KECIL (KP3K)
032 11
BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN
(BRKP)
032 12
BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN
PERIKANAN
033 PEKERJAAN UMUM
033 01 SEKRETARIAT JENDERAL
033 02 INSPEKTORAT JENDERAL
033 03 DITJEN PENATAAN RUANG
033 04 DITJEN BINA MARGA
033 05 DITJEN CIPTA KARYA
033 06 DITJEN SUMBER DAYA AIR
033 11 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 35
033 13
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER
DAYA MANUSIA
033 14 BADAN PENGELOLA BADAN TOL
033 15
BADAN PENDUKUNG PENGELOLAAN SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM
034 MENKO BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN
034 01
MENKO BIDANG POLITIK, HUKUM DAN
KEAMANAN
035 MENKO BIDANG PEREKONOMIAN
035 01 MENKO BIDANG PEREKONOMIAN
036 MENKO BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
036 01 MENKO BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
040 KEMENTERIAN NEGARA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
040 01 SEKRETARIAT JENDERAL
040 02 INSPEKTORAT JENDERAL
040
03
DIREKTORAT JENDERAL NILAI BUDAYA, SENI
DAN PERFILMAN
040
04
DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN
PURBAKALA
040
05
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN
DESTINASI PARIWISATA
040 06 DIREKTORAT JENDERAL PEMASARAN
040
10
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 36
041 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
041 01 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
042 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
042 01 MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
043 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
043 01 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
044
KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH
044 01
MENTERI NEGARA KOPERASI DAN PENGUSAHA
KECIL DAN MENENGAH
047 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
047 01
MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
048
KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA
48 01
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA
050 BADAN INTELIJEN NEGARA
050 01 BADAN INTELIJEN NEGARA
051 LEMBAGA SANDI NEGARA
051 01 LEMBAGA SANDI NEGARA
052 DEWAN KETAHANAN NASIONAL
052 01 DEWAN KETAHANAN NASIONAL
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 37
054 BADAN PUSAT STATISTIK
054 01 BADAN PUSAT STATISTIK
055 KEMENTERIAN NEGARA PPN / BAPPENAS
055 01
MENTERI NEGARA PERENCANAAN
PEMBANGUNAN/BAPPENAS
056 BADAN PERTANAHAN NASIONAL
056 01 BADAN PERTANAHAN NASIONAL
057 PERPUSTAKAAN NASIONAL
057 01 PERPUSTAKAAN NASIONAL
059 MENTERI NEGARA KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
059 01 SEKRETARIAT JENDERAL
059 02 INSPEKTORAT JENDERAL
059 03 DITJEN POS DAN TELEKOMUNIKASI
059 04 DITJEN APLIKASI TELEMATIKA
059 05
DITJEN SARANA KOMUNIKASI DAN DISEMINASI
INFORMASI
059 06
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
059 07 BADAN INFORMASI PUBLIK
060 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
060 01 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
061 CICILAN BUNGA HUTANG
061 03 CICILAN BUNGA HUTANG
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 38
062 SUBSIDI DAN TRANSFER
062 03 SUBSIDI DAN TRANSFER
063 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
063 01 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
064 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI
064 01 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI
065 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
065 01 SEKRETARIAT UTAMA
065 02
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN IKLIM
PENANAMAN MODAL
065 03 DEPUTI BIDANG PROMOSI PENANAMAN MODAL
065 04
DEPUTI BIDANG KERJA SAMA PENANAMAN
MODAL
065 05
DEPUTI BIDANG PELAYANAN PENANAMAN
MODAL
065 06
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN
PENANAMAN MODAL
065 07 INSPEKTORAT
065 08 PUSAT PENELITIAN DAN PELATIHAN
066 BADAN NARKOTIKA NASIONAL
066 01 BADAN NARKOTIKA NASIONAL
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 39
067
MENEG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR
INDONESIA
067 01
MENEG PERCEPATAN PEMBANGUNAN
KAWASAN TIMUR INDONESIA
068 BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL
068 01
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA
NASIONAL
069 BELANJA LAIN-LAIN
069 03 BELANJA LAIN-LAIN
070 DANA PERIMBANGAN
070 03 DANA PERIMBANGAN
071 DANA OTONOMI KHUSUS PENYEIMBANG
071 03 DANA OTONOMI KHUSUS PENYEIMBANG
074 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA
074 01 KOMNAS HAM
075 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
075 01 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
076 KOMISI PEMILIHAN UMUM
076 01 KOMISI PEMILIHAN UMUM
077 MAHKAMAH KONSTITUSI RI
077 01 MAHKAMAH KONSTITUSI RI
078 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
078 01 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 40
KEUANGAN
079 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
079 01 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
080 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
080 01 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
081 BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
081 01
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN
TEKNOLOGI
082 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
082 01
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA
NASIONAL
083 BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL
083 01
BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN
NASIONAL
084 BADAN STANDARISASI NASIONAL
084 01 BADAN STANDARISASI NASIONAL
085 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
085 01 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
086 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
086 01 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
087 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
087 01 ARSIP NASIONAL
088 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 41
088 01 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
089 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
089 01
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN
090 DEPARTEMEN PERDAGANGAN
090 01
SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN
PERDAGANGAN
090 02
DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM
NEGERI
090 03
DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN LUAR
NEGERI
090 04
DIREKTORAT JENDERAL KERJASAMA
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
090 05
INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN
PERDAGANGAN
090 06 BADAN PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL
090 07
BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA
KOMODITI
090 08
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERDAGANGAN
091 KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
091 01
SEKRETARIAT KEMENTERIAN NEGARA
PERUMAHAN RAKYAT
091 02 DEPUTI PEMBIAYAAN
091 03 DEPUTI PENGEMBANGAN KAWASAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 42
091 04 DEPUTI PERUMAHAN FORMAL
091 05 DEPUTI PERUMAHAN SWADAYA
092 KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA
092 01
KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH
RAGA
093 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
093 01 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
094 BADAN REHABILITASI DAN REKONTRUKSI NAD NIAS
094 01 BIDANG PENGAWASAN
094 02 BIDANG KEUANGAN DAN PERENCANAAN
094 03 BIDANG AGAMA, SOSIAL DAN BUDAYA
094 04 BIDANG EKONOMI DAN USAHA
094 05
BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PERAN
PEREMPUAN
094 06 BIDANG PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
094 07
BIDANG INFRASTRUKTUR,LINGKUNGAN DAN
PEMELIHARAAN
094 08
BIDANG KELEMBAGAAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
094 09 SEKRETARIAT, KOMUNIKASI DAN INFORMASI
094 10 BIDANG OPERASI
095 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)
095 01 SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 43
(DPD)
095 02 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)
096 PEMBAYARAN CICILAN POKOK HUTANG LUAR NEGERI
096 03
PEMBAYARAN CICILAN POKOK HUTANG LUAR
NEGERI
097 PEMBAYARAN CICILAN POKOK HUTANG DALAM NEGERI
097 03
PEMBAYARAN CICILAN POKOK HUTANG DALAM
NEGERI
098 PENERUSAN PINJAMAN
098 03 PENERUSAN PINJAMAN
099 PENYERTAAN MODAL NEGARA
099 03 PENYERTAAN MODAL NEGARA
100 KOMISI YUDISIAL RI
100 01 KOMISI YUDISIAL RI
101 PENERUSAN PINJAMAN SEBAGAI HIBAH
101 03 PENERUSAN PINJAMAN SEBAGAI HIBAH
102 PENERUSAN HIBAH
102 03 PENERUSAN HIBAH
103 BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA
103 01
BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN
BENCANA
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 44
2. Klasifikasi berdasarkan Fungs
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Klasifikasi
belanja berdasarkan fungsi diatur dalam penjelasan pasal 11 ayat (5) UU 17
tahun 2003, terdiri dari 11 fungsi utama yaitu : pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan
sosial. Penjelasan atas fungsi-fungsi tersebut mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 21 tahun 2004.
3. Klasifikasi berdasarkan Sub Fungsi
Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Dari 11
(sebelas) fungsi utama dirinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan) sub fungsi.
Klasifikasi belanja berdasarkan subfungsi mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 21 tahun 2004. Penggunaan Fungsi dan Sub Fungsi disesuaikan dengan
tugas masing-masing kementerian negara/lembaga/SKPD.
Tabel 3:
Klasifikasi Fungsi dan Sub Fungsi
Kode Fungsi dan Subfungsi
01 PELAYANAN UMUM
01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN
FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI
01.02 BANTUAN LUAR NEGERI
01.03 PELAYAN UMUM
01.04 PENELITIAN DASAR DAN PENGEMBANGAN IPTEK
01.05 PINJAMAN PEMERINTAH
01.06 PEMBANGUNAN DAERAH
01.07 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN UMUM
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 45
PEMERINTAHAN
01.90 PELAYANAN UMUM PEMERINTAHAN LAINNYA
02 PERTAHANAN
02.01 PERTAHANAN NEGARA
02.02 DUKUNGAN PERTAHANAN
02.03 BANTUAN MILITER LUAR NEGERI
02.04 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTAHANAN
02.90 PERTAHANAN LAINNYA
03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN
03.01 KEPOLISIAN
03.02 PENANGGULANGAN BENCANA
03.03 PEMBINAAN HUKUM
03.04 PERADILAN
03.05 LEMBAGA PEMASYARAKATAN
03.06 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETERTIBAN, KEAMANAN
DAN HUKUM
03.90 KETERTIBAN, KEAMANAN DAN HUKUM LAINNYA
04 EKONOMI
04.01 PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAHA, KOPERASI, DAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 46
UKM
04.02 TENAGA KERJA
04.03 PERTANIAN, KEHUTANAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN
04.04 PENGAIRAN
04.05 BAHAN BAKAR DAN ENERGI
04.06 PERTAMBANGAN
04.07 INDUSTRI DAN KONSTRUKSI
04.08 TRANSPORTASI
04.09 TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
04.10 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
04.90 EKONOMI LAINNYA
05 LINGKUNGAN HIDUP
05.01 MANAJEMEN LIMBAH
05.02 MANAJEMEN AIR LIMBAH
05.03 PENANGGULANGAN POLUSI
05.04 KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
05.05 TATA RUANG DAN PERTANAHAN
05.06 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
05.90 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP LAINNYA
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 47
06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM
06.01 PENGEMBANGAN PERUMAHAN
06.02 PEMBERDAYAAN KOMUNITAS PEMUKIMAN
06.03 PENYEDIAAN AIR MINUM
06.04 PENERANGAN JALAN
06.05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN
PEMUKIMAN
06.90 PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN LAINNYA
07 KESEHATAN
07.01 OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
07.02 PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
07.03 PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
07.04 KELUARGA BERENCANA
07.05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
07.90 KESEHATAN LAINNYA
08 PARIWISATA DAN BUDAYA
08.01 PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BUDAYA
08.02 PEMBINAAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
08.03 PEMBINAAN PENERBITAN DAN PENYIARAN
08.04 LITBANG PARIWISATA, BUDAYA, KEPEMUDAAN DAN
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 48
OLAHRAGA
08.90 PARIWISATA DAN BUDAYA LAINNYA
09 AGAMA
09.01 PENINGKATAN KEHIDUPAN BERAGAMA
09.02 KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA
09.03 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA
09.90 PELAYANAN KEAGAMAAN LAINNYA
10 PENDIDIKAN
10.01 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
10.02 PENDIDIKAN DASAR
10.03 PENDIDIKAN MENENGAH
10.04 PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
10.05 PENDIDIKAN KEDINASAN
10.06 PENDIDIKAN TINGGI
10.07 PELAYANAN BANTUAN TERHADAP PENDIDIKAN
10.08 PENDIDIKAN KEAGAMAAN
10.09 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
10.90 PENDIDIKAN LAINNYA
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 49
11 PERLINDUNGAN SOSIAL
11.01 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN ORANG SAKIT DAN CACAT
11.02 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN LANSIA
11.03 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL KELUARGA
PAHLAWAN, PERINTIS
KEMERDEKAAN DAN PEJUANG
11.04 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL ANAK-ANAK DAN
KELUARGA
11.05 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
11.06 PENYULUHAN DAN BIMBINGAN SOSIAL
11.07 BANTUAN PERUMAHAN
11.08 BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL
11.09 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN SOSIAL
11.90 PERLINDUNGAN SOSIAL LAINNYA
4. Klasifikasi berdasarkan Program
Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga
dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur
sesuai dengan misi kementerian negara/lembaga. Rumusan program harus jelas
menunjukkan keterkaitan dengan kebijakan yang mendasarinya dan memiliki
sasaran kinerja yang jelas dan terukur untuk mendukung upaya pencapaian
tujuan kebijakan yang bersangkutan.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 50
5. Klasifikasi berdasarkan Kegiatan
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada
suatu program. Kegiatan terdiri dari sekumpulan tindakan pengesahan sumber
daya baik yang berupa sumber daya manusia, barang modal termasuk peralatan
dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber
daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang / jasa.
6. Klasifikasi berdasarkan Sub Kegiatan
Sub kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha
pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan dapat dirinci
kedalam dua atau lebih sub kegiatan, karena kegiatan tersebut mempunyai dua
atau lebih jenis dan satuan keluaran yang berbeda satu sama lain. Kegiatan /
Sub Kegiatan harus dengan jelas menunjukkan keterkaitan dengan program
yang memayungi, memiliki sasaran keluaran yang jelas dan terukur
7. Klasifikasi berdasarkan Jenis Belanja (ekonomi)
Klasifikasi berdasarkan jenis belanja menurut Penjelasan Pasal 11 UU 17
tahun 2003 terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Bunga,
Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja lain-lain dan Belanja Daerah. Secara
rinci klasifikasi berdasarkan jenis belanja sebagai berikut :
a) Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah
dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan
pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai
imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang
berkaitan dengan pembentukan modal.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 51
2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari belanja
barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut dipergunakan
untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual.
4. Pembayaran Bunga Utang
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik
utang dalam maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman
jangka pendek atau jangka panjang. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam
kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
5. Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada
perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarkat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada
masyarakat melalui BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jenis belanja ini
khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan.
6. Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang
atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 52
peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada
pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi
kemayarakatan serta organisasi internasional.
7. Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga
kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah
bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk uang/ barang
atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak
dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran di atas. Pengeluaran ini
bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
b) Transfer Ke Daerah
1. Dana Perimbangan
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana
bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang ditujukan untuk
keperluan pemerintah daerah.
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana
otonomi khusus dan dana penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan
pemerintah daerah.
Klasifikasi menurut jenis belanja (ekonomi) selanjutnya akan dirinci
berdasarkan kode akun.
-
DIKLAT PENYEGARAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Perencanaan dan Penganggaran l Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 53
b. Format dan strukur APBN
Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan
negara, sejak tahun 2001 format dan struktur APBN berubah dari format T-
Account sesuai dengan prinsip anggaran dinamis berimbang, menjadi format I-
Account sesuai dengan prinsip anggaran pembiayaan defisit/surplus. Dalam
format I-Account, APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan anggaran.
Pendapatan Negara dan hibah adalah hak Pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih
Belanja Negara adalah kewajiban Pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih
Selisih lebih pendapatan negara dan hibah terhadap belanja negara
merupakan surplus anggaran , sedangkan selisih kurang pendapatan
negara dan hibah terhadap belanja negara merupakan defisit anggaran .
Surplus/defisit anggaran tersebut dibiayai dari pembiayaan anggaran.
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan
atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya
Dalam struktur dan format APBN berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, pendapatan negara terdiri atas penerimaan
perpajakan, penerimaan bukan pajak, dan hibah. Sedangkan, belanja negara
meliputi belanja-belanja yang dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan
tugas pemerintahan pusat, dan untuk pelaksanaan perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah. Belanja negara dirinci menurut organisasi,
fungsi, dan jenis belanja. Selanjutnya, pembiayaan anggaran terdiri dari
pembiayaan dalam negeri dan luar negeri.
Penjelasan singkat dari masing-masing pos dalam I-Account sesuai
dengan PMK No. 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar adalah sebagai
berikut:
1. PENDAPATAN
a. Penerimaan Perpajakan
FORMA