Download - MUSEUM SENI LUKIS DI BANYUMAS (DENGAN …
MUSEUM SENI LUKIS DI BANYUMAS
(DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh:
GALIH DIAN LESTARI
D300 160 117
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
LEMBAR PERSETUJU AN
MUSEUM SENI LUKIS DI BANYUMAS
(DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
GALIH DIAN LESTARI
D300 160 117
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Nur Rahmawati Syamsiyah, S.T., M.T.
NIK. 720
ii
LEMBAR PENGESAHAN
MUSEUM SENI LUKIS DI BANYUMAS
(Dengan Pendekatan Sustainable Architecture)
PUBLIKASI ILMIAH
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal 26 September 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
Pembimbing : Dr. Nur Rahmawati Syamsiyah, S.T., M.T. (.....................)
Penguji I : Dr. Ir. Widyastuti Nurjayanti, M.T. (.....................)
Penguji II : Yayi Arsandrie, S.T., M.T. (.....................)
Dekan Fakultas Teknik
Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D., IPM.
NIK. 682
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyataka n bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 21 Oktober 2020
Yang membuat pernyataan,
Galih Dian Lestari
NIM. D 300 160 117
1
MUSEUM SENI LUKIS DI BANYUMAS
(DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE)
Abstrak
Museum Seni Lukis di Banyumas merupakan bangunan yang berlokasi di
Kabupaten Banyumas yang digunakan untuk mengoleksi, meriset, dan
memamerkan karya seni khususnya lukisan. Museum ini juga menjadi wadah
rekreasi, konservasi, dan edukasi bagi seni lukis di Sokaraja. Konsep yang
digunakan untuk merancang bangunan Museum Seni Lukis di Banyumas ini
menggunakan konsep dengan penekanan sustainable architecture atau arsitektur
keberlanjutan. Keberlanjutan arsitektur yang dimaksud tidak hanya dari fisik
bangunan yang berusaha menghadirkan kembali suasana bangunan dan
lingkungannya saat lukisan realis naturalis/mooij indie sangat terkenal di
Sokaraja, Banyumas. Namun keberlajutan dari aspek aliran seni lukis yang akan
dihidupkan kembali. Bagaimanapun arsitektur merupakan ide dan budaya
(aktivitas) yang berpadu dan harus memiliki keberlanjutan bagi generasi yang
akan datang. Perpaduan keberlanjutan fisik (bangunan) dan non fisik (aliran seni
lukis) akan diwujudkan dalam Museum Seni Lukis di Banyumas ini. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka diperlukan proses perencanaan dalam
mewujudkan museum seni lukis ini berupa gagasan perencanaan, konsep site,
konsep ruang, konsep sustainable architecture, konsep massa bangunan, konsep
tampilan bangunan, konsep struktur dan utilitas. Sejalan dengan ide dan gagasan
penulis, semoga Museum Seni Lukis di Banyumas dapat berguna bagi masyarakat
Kabupaten Banyumas dari berbagai kalangan.
Kata kunci: museum, lukisan, mooij indie
Abstract
Museum Seni Lukis in Banyumas is a building are located on Banyumas regency
which used to collect, research, and espesially display artworks painting. This
museum also concern to recreation place, conservation, and educate people who
unfamiliar with Sokaraja art painting. Museum Seni Lukis in Banyumas will be
designed and planned that use sustainable architecture concept. Sustainable
architecture in this part it is not only can be visible at the facade building or their
building environment when mooij indie art painting was very popular in Sokaraja.
in this plan sustainable which mean from curtural heritage of art painting in
Sokaraja. However, architecture composed by idea and culture (activity) and that
be must have sustainability for future generation. Physical sustainability
(building) and non physical sustainability (mooij indie art painting) will be
combine on Museum Seni Lukis in Banyumas’s design. For making that purpose,
planning step will be required to realize this museum. That plan are design
concept, site concept, room concept, sustainable architecture concept, building
mass concept, facade building concept, and then utility and structure concept.
Based on author idea, hopefully Museum Seni Lukis in Banyumas can be useful
to all of age society in Banyumas regency.
Keyword: museum, art painting, mooij indie
2
1. PENDAHULUAN
Museum Seni Lukis di Banyumas (Dengan Pendekatan Sustainable
Architecture) secara keseluruhan adalah suatu bangunan yang berlokasi di
Kabupaten Banyumas dimana bangunan ini memiliki fungsi untuk mengoleksi,
mengonservasi, meriset, dan memamerkan karya seni lukis (lukisan) sehingga
keindahan dan kekuatan emosinya dapat tersampaikan dan dapat memenuhi
kebutuhan studi, pendidikan, dan hiburan.
Banyumas merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang
beribukota kabupaten di Kota Purwokerto. Kabupaten Banyumas memiliki luas
wilayah sebesar1.327,60 km2 dan memiliki jumlah penduduk sebanyak
1.679.124 jiwa pada tahun 2018. Sebagian wilayah Kabupaten Banyumas
terletak di dataran tinggi kaki Gunung Slamet sehingga memiliki banyak
memiliki potensi wisata alam yang beragam. Kabupaten Banyumas memiliki
beberapa tempat wisata alam andalan yang berskala nasional, berupa gua, air
terjun dan lain-lain.
Dari beberapa objek wisata yang telah disebutkan terlihat bahwa
pariwisata di Kabupaten Banyumas dominan dengan wisata alamnya,
keberagaman wisata alam tersebut menimbulkan kurang diminatinya wisata
buatan/ non alam di Kabupaten Banyumas. Sehingga objek wisata yang perlu
dikembangkan lebih lanjut lagi di Kabupaten Banyumas adalah wisata non
alam/buatan. Hal tersebut diikuti dengan minat masyarakat yang harus
diwadahi dimana tidak semua menyukai objek wisata alam, maka dari itu perlu
adanya pemerataan terhadap minat wisata masyarakat. Salah satu objek wisata
buatan adalah museum. Museum merupakan wahana edukasi dan wisata yang
memberikan pembelajaran tentang makna warisan yang memberikan nilai
positif bagi generasi muda akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang
mereka. Dengan kata lain, museum merupakan wadah untuk melestarikan
warisan dan barang yang berkaitan dengan sejarah, wahana pembelajaran
masyarakat, serta objek wisata yang edukatif.
Kabupaten Banyumas dahulu dikenal dengan sentra lukisan mooij
indie/realis naturalis, tepatnya berada di Kecamatan Sokaraja. Kecamatan ini
3
berjarak 8 km dari Kota Purwokerto ke arah timur. Kecamatan ini terdiri dari
18 kelurahan. Kecamatan Sokaraja ini terkenal dengan Soto Sokaraja, Gethuk
Goreng dan Batik. Tiga hal tersebut juga menjadi ikon khas Kabupaten
Banyumas. Berdasarkan dari ikon khas banyumas tersebut, terdapat warisan
lokal yang sudah mulai ditinggalkan dan minimnya generasi yang
meneruskannya warisan tersebut adalah lukisan, dimana dahulu di wilayah
Sokaraja, utamanya di kampung Pejagalan, dahulu dikenal sebagai “kampung
pelukis”.
Kecamatan Sokaraja dahulunya daerah merupakan sentra galeri lukisan
realis naturalis Indonesia molek alias mooij indie. Mooij indie adalah aliran
seni lukis yang berkembang di Hindia Belanda pada abad ke-19. Seniman
Belanda dan Eropa saat itu hanya melukis lukisan-lukisan yang
menggambarkan keindahan alam Hindia Belanda dengan tujuan
menggencarkan daya tarik pariwisata. Kemudian aliraan lukis tersebut menjadi
terkenal di Indonesia salah satunya di Sokaraja. Masa itu terjadi setelah
kemerdekaan dan meraih kejayaan pada 1970-an terhadap galeri seni Sokaraja
yang berada di Jl. Jenderal Soedirman Sokaraja, galeri tersebut menjadi galeri
seni terpanjang se-Asia Tenggara dimana sepanjang jalan tersebut hanya
terdapat galeri/sentra lukis mooij indie. Pada akhir tahun 1980-an, galeri seni
lukis tersebut berubah menjadi toko sentra oleh-oleh khas Sokaraja hingga
sekarang. Galeri seni lukis yang masih aktif di Jl. Jenderal Sudirman Sokaraja
saat ini tersisa dua galeri.
Seni lukis secara umum merupakan bagian dari budaya, yang mana
arsitektur adalah produk budaya maka seni lukis pun dapat dikatakan sebagai
bentukan arsitektur karena sudah melalui proses akal, pikiran, dan aktivitas.
Seni lukis di Banyumas seharusnya dipertahankan agar keberlanjutan budaya
dapat dirasakan dan dinikmati dari generasi ke generasi. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan diatas, maka terdapat permasalahan yang
dirumuskan adalah sebagai berikut: Bagaimana lokasi yang stategis untuk
perencanaan museum seni lukis di Banyumas?, Bagaimana desain museum
seni lukis beserta fasilitas pendukungnya yang dapat menghidupkan kembali
4
sentra lukisan realis naturalis (mooij indie) di Banyumas agar terjaga
keberlanjutan budaya?, Bagaimana desain museum dengan penekanan desain
sustainable architecture?
Tujuan yang diharapkan dalam perencanaan Museum Seni Lukis di
Banyumas adalah meningkatkan wisata non alam/buatan di Kabupaten
Banyumas serta mengembalikan esistensi sentra lukisan di Kabupaten
Banyumas yang mulai hilang dan dilupakan dengan berpedoman pada standar
museum yang berlaku, site yang sesuai dengan RTRW Kabupaten Banyumas,
serta serta penerapan sustainable architecture baik dari desain bangunan
maupun aspek keberlanjutan budaya.
Menyediakan dan menghasilkan konsep bangunan arsitektur
berkelanjutan berkaitan dengan konteks sejarah/warisan lukisan di Kabupaten
Banyumas yang harus dilestarikan agar tidak hilang seiring dengan
perkembangan zaman.
2. METODE
Studi literatur meliputi teori-teori, standar yang berlaku. Studi literatur tersebut
dapat diperoleh dengan melakukan studi pustaka melalui buku-buku, jurnal
maupun referensi dari internet yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan
ketika melakukan analisis data pembuatan konsep.
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui data-data non verbal yang
tidak dapat didapatkan melalui observasi yang berkaitan dengan perencanaan
dan perancangan Museum Seni Lukis di Banyumas.
Observasi dilakukan penulis dengan cara melakukan survei dan
pengamatan lokasi untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi lokasi yang
dipilih sebagai lokasi perencanaan. Selain itu penulis juga melakukan survei ke
badan instansional untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Site
Letak site berada di Kecamatan Sokaraja yang merupakan pusat sentra lukis
mooij indie pada dulunya. Tepatnya berada di Jalan Jenderal Soedirman,
Sokaraja. Lokasi ini berada di jalan utama penghubung antar kota sehingga
memiliki akses yang mudah dengan luas lahan 10.540 m2.
Dari lokasi site yang telah ditentukan, berikut ini merupakan batasan
yang ada di sekitar lingkungan site, antara lain:
Utara : MER Furniture Centre
Timur : Rumah warga dan persawahan
Selatan : PT. Sharp cabang Purwokerto
Barat : Lahan kosong dan persawahan
Gambar 1. Lokasi site terpilih
Sumber: google maps, 2020
U
6
Gambar 2. Kondisi lingkungan sekitar site
Sumber: Dokumen penulis, 2020
Potensi yang terdapat pada site terpilih antara lain: Site berada di jalan
utama penghubung antar kota sehingga kawasan ini selalu ramai dan mudah
diakses serta kemudahan pengunjung untuk menggunakan transportasi
umum menuju ke lokasi, terdapat komponen utilitas kota di sekitar site
terpilih seperti saluran drainase dan jaringan listrik sehingga akan
memudahkan dalam perencanaan dan perancangan nantinya, lokasi terpilih
sesuai dengan RTRW yang berlaku, memiliki topografi tanah yang rata.
Kekurangan yang terdapat pada site terpilih antara lain: Lingkungan
sekitar site masih relatif sepi dan sedikit bangunan di sekitar site, banyak
truk-truk angkutan berat karena berada di jalur utama penghubung antar
provinsi.
3.2 Analisis dan Konsep Gubahan Massa
Bentuk massa bangunan yang ditampilkan merupakan bentuk dasar
yang dapat mewadahi semua kegiatan di dalam Museum Seni Lukis dan
mampu menampilkan karakter bangunan yang komunikatif, selain itu
Utara Barat
Selatan Timur
7
terdapat filosofi sustainable architecture pada aspek budaya lukisan mooij
indie yang kemudian ditonjolkan menjadi bentuk massa bangunan.
Bentuk dasar yang mewadahi semua kegiatan di dalam Museum Seni
Lukis dan menampilkan karakter bangunan yang komunikatif, selain itu
terdapat filosofi sustainable architecture pada aspek budaya lukisan mooij
indie yang kemudian ditonjolkan menjadi bentuk massa bangunan. Lukisan
mooij indie yang menggambarkan keindahan alam nusantara dan objek yang
sering diambil adalah pegunungan dan bukit. Pegunungan/bukit tersebut
kemudian dianalogikan menjadi gubahan masa segitiga. Tatanan gubahan
massa dapat dijelaskan melalui gambar berikut:
Gambar 3. Rencana gubahan massa
Sumber: Analisis penulis, 2020
Dari filosofi gubahan massa, terdapat keberlanjutan arsitektur non
fisik/ lukisan mooij indie. Selanjutkan keberlanjutan arsitektur secara fisik
dapat dijelaskan pada konsep eksterior dan sustainable secara teknis.
3.3 Analisis dan Konsep Sustainable Architecture
3.3.1 Pencahayaan
Sistem pencahayaan di Museum Seni Lukis ini menggunakan dua tipe
pencahayaan. Pencahayaan alami dan buatan yang dibagi berdasarkan
kebutuhan ruang. Hal ini disebabkan karena terdapat ruang yang berdampak
buruk apabila menggunakan pencahayaan alami sehingga dipilih alternatif
menggunakan material lampu yang sesuai dengan kebutuhan ruang tersebut.
Pencahayaan buatan yang utama terdapat pada ruang pamer/display
museum, hal ini berkaitan dengan nilai konservasi yang harus diterapkan
dimana karya lukis sebaiknya tidak boleh terpapar radiasi sinar ultraviolet
terlalu lama untuk menjaga kualitas lukisan agar tidak mengalami kerusakan
8
baik dari segi bahan dan kualitas. Lampu yang dipilih dalam ruang
pamer/display museum merupakan lampu jenis LED Spark Track.
Penerapan pencahayaan alami pada bangunan ini terdapat pada
beberapa ruang yang sifatnya publik dimana dapat memaksimalkan
pencahayaan alami dengan cara menggunakan kaca bening besar di ruangan
tersebut untuk memaksimalkan cahaya masuk.
3.3.2 Zero Waste Building
Untuk membuat bangunan dengan produksi nol sampah di museum ini.
Sampah dihasilkan dari kegiatan-kegiatan di dalam museum harus diolah
kembali selain agar tidak mencemari lingkungan juga sampah yang telah
diolah nantinya akan berguna bagi berbagai kalangan.
Sampah-sampah organik dapat diolah menjadi pupuk yang dapat
digunakan untuk menyuburkan tanaman di lingkungan museum, sementara
itu sampah anorganik dapat di olah kembali menjadi kerajinan tangan yang
nantinya dapat dijual di artshop.
3.4 Kebutuhan Ruang
Tabel 1. Kebutuhan Ruang No. Kelompok Kegiatan Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang
1. Kegiatan penerimaan Parkir pengunjung
Membeli tiket
Area parkir
Loket tiket
2. Kegiatan informasi Informasi umum
Pameran tetap
Pameran
Resepsionis dan hall
Ruang pamer tetap
Ruang pamer
temporer
3. Kegiatan edukasi Seminar, diskusi,
dan workshop
Auditorium
Ruang workshop
4. Kegiatan konservasi Administrasi dan
pemeliharaan
Ruang pendataan
dan pendaftaran
Laboratorium
konservasi
Ruang preparasi
5. Kegiataan pengelolaan Administrasi dan
pengelolaan
Ruang tamu
Ruang direktur
Ruang wakil direktur
Ruang sekretaris
Ruang Tata
usaha/Staf
9
Ruang staf
Ruang rapat
6. Kegiatan komersil Penjualan lukisan
dan souvenir,
tempat sholat dan
istirahat
Cafetaria
Mushola
Art shop
ATM centre
7. Kegiatan service Utilitas bangunan
Penghawaan
Penyimpanan
barang
Keamanan
Toilet
Ruang control panel
Gudang
Pos keamanan
(Sumber: Analisis penulis, 2020)
Melalui analisis kebutuhan ruang kemudian memiliki kesimpulan
yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah total besaran ruang
No. Jenis Kegiatan Besaran Ruang
Indoor Outdoor
1. Kegiatan penerimaan 13,5 3.164,05
2. Kegiatan informasi 2.937,075 -
3. Kegiatan edukasi 1.050 -
4. Kegiatan konservasi 206,25 -
5. Kegiatan pengelolaan 448,5 -
6. Kegiatan komersil 1.253,25 112,5
7. Kegiatan servis 262,5 6,75
JUMLAH 6.198,075 3.283,31
JUMLAH TOTAL 9.481,385
(Sumber: Analisis penulis, 2020)
3.5 Program Ruang
3.5.1 KDB : 60%
3.5.2 Luas site : 10.540 m2
3.5.3 Koefisien GSB
Sempadan jalan : ½ lebar jalan + 1 meter
Lebar jalan : 12 meter
Sempadan jalan : 7 meter
Sempadan dengan bangunan tetangga : dapat dilalui oleh pemadam
kebakaran (4 meter)
Area total site setelah sempadan : 9.786,5 m2
3.5.4 Luas maksimal lahan dibangun
10
= 60% x 9.786,5
= 5.871,9 m2
3.5.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
= 9.786,5 – 5.871,9
= 3.914,6 m2
3.5.6 Luas total bangunan : 9.481,388 m2
3.5.7 Luas kebutuhan outdoor : 3,283,31 m2
3.5.8 KLB
= L. kebutuhan indoor : (L. maks lahan terbangun – L. keb outdoor)
= 6.198,075 : (5.871,9 - 3,283,313)
= 2,394 m2
3.5.9 Ketinggian bangunan lantai
= kebutuhan ruang indoor : luas maks lahan terbangun
= 6.198,075 : 5.871,9
= 1,055 = 2 lantai
3.6 Hasil Produk
Gambar 4. Eksterior area depan museum
Sumber: Data penulis, 2020
Gambar 5. Eksterior area belakang museum
Sumber: Data penulis, 2020
11
Gambar 6. Interior workshop museum
Sumber: Data penulis, 2020
Gambar 7. Interior ruang pamer museum
Sumber: Data penulis, 2020
Gambar 8. Interior koridor museum
Sumber: Data penulis, 2020
4. PENUTUP
Pembahasan tentang bangunan Museum Seni Lukis ini merencanakan dan
merancang suatu bangunan yang menjadi wadah rekreasi, konservasi, dan
edukasi bagi seni lukis Sokaraja. Kebutuhan ruang yang diperlukan dalam
perancangan bangunan ini meliputi ruang dalam aspek eksibisi, konservasi,
edukasi, komersial, service, dan lain-lain. Konsep yang digunakan untuk
merancang bangunan Museum Seni Lukis di Banyumas ini menggunakan
konsep dengan penekanan Sustainable Architecture atau arsitektur
keberlanjutan. Keberlanjutan arsitektur yang dimaksud tidak hanya dari fisik
12
bangunan yang berusaha menghadirkan kembali suasana bangunan dan
lingkungannya saat lukisan realis naturalis/mooij indie sangat terkenal di
Sokaraja, Banyumas. Namun keberlajutan dari aspek aliran seni lukis yang
akan dihidupkan kembali. Bagaimanapun arsitektur merupakan ide dan budaya
(aktivitas) yang berpadu dan harus memiliki keberlanjutan bagi generasi yang
akan datang. Perpaduan keberlanjutan fisik (bangunan) dan non fisik (aliran
seni lukis) akan diwujudkan dalam Museum Seni Lukis di Banyumas ini.
Karakteristik bangunan Museum Seni Lukis di Banyumas ini nantinya selain
menekankan aspek sustainable architecture yang telah dijelaskan pada
paragraf atas, juga menekankan filosofi bentuk dalam pemilihan gubahan
massa yang diambil dari lukisan mooij indie tersebut, seperti objek lukisan
mooij indie yang dominan menonjolkan keindahan alam nusantara yang berupa
gunung dan perbukitan.
DAFTAR PUSTAKA
PP No. 66 Tahun 2015 Tentang Museum
Perda No. 11 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Banyumas
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banyumas, 2017
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, 2018. Sosial dan Kepedudukan.
[Online] Available at: https://banyumaskab.bps.go.id/ [Diakses 27 Februari
2020].
Didy, 2018. Tempat Wisata Di Purwokerto Dan Sekitarnya. [Online]
Available at: https://www.nativeindonesia.com/tempat-wisata-di-
purwokerto/
Hakim, F., 2016. Pengaruh Pencahayaan Buatan Terhadap Objek Display
Elektronik Museum Puspa Iptek.
Hyginus Jackson Mantiri, I. M. D. E., t.thn. Museum Seni Kontemporer di
Manado, Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Ihsanudin, H., 2017. Pengaruh Pencahayaan Buatan Museum Affandi
Yogyakarta, Surakarta: Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Irawan, M. A., 2015. Perfomance Lighting dan Penyajian Koleksi Pada Museum
Keraton Kasunanan Surakarta, Surakarta: s.n.
Lestari, G. D., 2019. Indentifikasi Kualitas Pencahayaan Buatan di Tumurun
Private Museum , Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
13
Lukita, I. C., 2018. Klaten Craft Gallery, Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Neufert, E., 2002. Data Arsitek Jilid 2. s.l.:Erlangga.
Novany, A., 2016. Ilmuseni.com. [Online] Available at:
https://ilmuseni.com/seni-rupa/lukis/unsur-seni-lukis [Diakses 25 Maret
2020].
Pradana, K. F., 2018. Museum Seni Lukis dengan Pendekatan Metafora di
Yogyakarta, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Sari, D. M., 2017. Arsitektur Berkelanjutan, Jakarta: Blogger.com.
Sumberpengertian.id, 2019. Pengertian Seni Lukis Menurut Para Ahli. [Online]
Available at: https://www.sumberpengertian.id/pengertian-seni-lukis
[Diakses 3 Maret 2020].
Susanto, H., 2017. Prinsip-Prinsip Pencahayaan Buatan Dalam Arsitektur.
Yogyakarta: Kanisius.
Susanto, H., 2018. Desain Pencahayaan Buatan Dalam Arsitektur. Yogyakarta:
Kanisius.
Widodo, 2014. Museum Arsitektur Surakarta, Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Wulandari, A. A. A., 2014. Dasar-Dasar Perencanaan Interior Museum.