Degradasi Nilai Akulturasi Budaya sebagai
Perwujudan Bhineka Tunggal Ika di Indonesia
Disusun Oleh :
Kelompok 2
M.Vardian Mahardika 105070104121002
Adinda Amaliadani 105070104121006
Inneke Yustisia A 105070104121010
Netty Kusuma N 105070103121005
Shandya
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
PENDAHULUAN
Arti Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini
berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat
“Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam"
atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Jawa Kuna berarti "macam" dan
menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti
"satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Secara mendalam
Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak
suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu
kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu
kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin atau kitab Jawa Kuno
yaitu kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar
abad ke-14. Kitab ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu
Siwa dengan umat Buddha.
Sejarah Bhinneka Tunggal Ika
Lambang negara Indonesia berupa seekor Burung Garuda berwarna emas
yang berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-simbol Pancasila,
dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan “BHINNEKA TUNGGAL
IKA”.
Perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari
setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda.
Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950, dibentuklah Panitia Lencana Negara
yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari berbagai usul lambang
negara yang diajukan ke panitia tersebut, rancangan karya Sultan Hamid II lah
yang diterima.
Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit
atas usul Presiden Soekarno dan masukan berbagai organisasi lainnya, dan
akhirnya pada bulan Maret 1950, jadilah lambang negara seperti yang kita kenal
sekarang. Rancangan final lambang negara itupun akhirnya secara resmi
diperkenalkan ke masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1950
dan disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan
Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951, dan kemudian tata
cara penggunaannya diatur melalui PP 43/1958.
Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, nama Garuda
Pancasila baru disahkan secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada
tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD 1945 dalam
Pasal 36A.
Arti kata Akulturasi
Akulturasi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah percampuran
dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses
pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau
individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses
akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi
(meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan).
Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya
Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa
sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan
seseorang bertingkah laku.
Pengertian Akulturasi:
1) Koentjaraningrat (1996: 155): Akulturasi adalah suatu proses social yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan
sedemikian rupa, sehingga unsure-unsur kebudayaan asing itu lambat laun
diterima dan diolah ki dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2) Garbarino:"Acculturation (is) the process of culture change as a result of
long term, face to face contact between two societies" (Garbarino, 1983).
“Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat jangka
panjang, tatap muka kontak antara dua masyarakat "(Garbarino, 1983).
3) Ta Chee Beng: "Acculturation is the kind of cultural change of one ethnic
group or a certain population of ethnic group (A) in relation to another
ethnic group (B) such that certain cultural features of A become similar or
bear some resemblance to those of B" (Ta Chee Beng, 1988).
“Akulturasi adalah jenis perubahan budaya dari satu kelompok etnis atau
populasi tertentu dari kelompok etnis (A) dalam hubungannya dengan
kelompok etnis lain (B) sedemikian rupa sehingga budaya tertentu fitur dari A
menjadi serupa atau beruang kemiripan kepada mereka dari B "(Ta Chee
Beng, 1988).
4) Robert E.Park dan Ernest W.Burgess (1921:735) “comprehends those
phenomena which result when groups of individuals having different culture
comes into continous first hand contact, with subsequent changes in the
original cultural patterns of either or both groups".
“Memahami fenomena yang terjadi ketika kelompok individu yang memiliki
budaya yang berbeda datang ke dalam kontak tangan terus pertama, dengan
perubahan berikutnya dalam pola-pola budaya asli dari salah satu atau kedua
kelompok ".
5) Arnold M.Rose (1957:557-558) “ the adoption by a person or group of the
culture of another social group." "adopsi oleh orang atau kelompok budaya
lain kelompok sosial"
6) Redfield, Linton, Herskovits Akulturasi meliputi fenomena yang timbul
sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda-beda bertemu, dan mengadakan kontak secara terus menerus,
yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original
dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa akulturasi adalah salah satu aspek daripada
culture change dan asimilasi adalah salah satu fase dari akulturasi, sedang
difusi adalah daripada akulturasi
7) Krober: Akulturasi itu meliputi perubahan didalam kebudayaan yang
disebabkan oleh adanya pengaruh dari kebudayaan yang lain, yang akhirnya
menghasilkan makin banyaknya persamaan pada kebudayaan itu.Menurut
krober, difusi adalah salah satu aspek dari akulturasi.
8) Gillin & Gillin Dalam bukunya “culture Sosiology”, memberikan definnisi
mengenai akulturasi sebagai proses dimana masyarakat-masyarakat yang
berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama
dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada pencampuran yang komplit
dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya
itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di
Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif”
di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.
Definisi Kebudayaan Menurut para Ahli
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social,
ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan
social.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan relajar.
4. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah
bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun
kelompok.
5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh
para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua
masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
7. Francis Merill
• Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social
• Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai
anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari
kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa
sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya
di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di
harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem
pendidikan dan semacam itu.
9. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas
manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara
sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
10. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat,
mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan,
keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan
warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
11. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun
hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai
kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang
terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan Republik yang terbentang dari
sabang hingga merauke. Memiliki luas 1.919.440 km2 ,terdapat 17.504 pulau,
berpendudukkan 238 juta orang dan terdiri 1.128 suku yang tersebar di seluruh
indonesia.
Sebagai negara kesatuan sudah barang tentu kemajemukan menjadi hal
yang pasti akan dijumpai dalam dunia kemasyarakatannya. Hal itu dapat dilihat
dari beragamnya suku bangsa dan sistem sosial yang ada di Indonesia.
Keberagaman tersebut dibingkai dalam sebuah negara kesatuan
berideologikan pancasila. Dimana kemajemukan tersebut dijadikan satu diatas
perbedaan yang ada. Karena Indonesia merupakan negara yang beragam ras dan
suku bangsanya.
Seharusnya keberagaman inilah yang menjadi suatu ciri khas akan
bangsa Indonesia. Yang dapat dibuktikan dengan terlaksananya nilai-nilai
Bhineka Tunggal Ika dalam wujud akulturasi budaya.
Namun adanya kini identitas budaya ke-Nusantara-an dan ke-Indonesia-an
mulai mengalami degradasi secara signifikan. Identitas budaya tersebut mulai
kehilangan jati dirinya dengan datangnya arus deras budaya luar dalam wujud
westernisasi dan globalisasi.
Kedua hal inilah yang menjadi pemicu utama dalam proses akulturasi
budaya dan penyeragaman budaya Indonesia. Disertai dengan perkembangan arus
transformasi komunikasi dan sistem transportasi yang semakin menguatkan bumi
menjadi satu kesatuan budaya yang homogen. Hal tersebut terjadi sebagai akibat
dari sistem dan pola budaya masyarakat dunia yang saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga terikat dalam sebuah sistem
budaya baru.
Perubahan pola budaya Indonesia tersebut memudar ditandai dengan
derasnya pengaruh European Enlightment (abad ke 18) yang mulai hadir sejak
datangnya bangsa-bangsa Barat ke daerah Timur. Pengaruh ini didasarkan pada
beberapa hal di antaranya:
1. The Partial Replacement of Religion by Human Values (Liberty, Equality,
Fraternity, Individualism) yang lebih mengedepankan nilai kemanusiaan dan
hak azasi manusia, di mana setiap manusia lebih individual dibandingkan
dengan kolektifisme dalam sebuah ikatan kemasyarakatan.
2. The rise of Science and Scientific Methods. Kelahiran sains yang melahirkan
masyarakat pragmatis dan rasional yang didasarkan pola pikir terukur dan
terkendali dalam sebuah sistem.
3. A Belief in Reasoning, Rasionality, and the Civilizing which Affects All
Culture and Technology. Bertumbuhnya teknologi yang melahirkan
masyarakat yang sangat efisien dan efektif dalam pengambilan keputusan di
mana arus informasi
Selanjutnya, proses degradasi nilai budaya ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh
budaya dari luar namun juga terdapat pengaruh dari dalam yang juga memberi
dampak negatif yang sangat kuat dalam pemunculan nilai budaya yang baru. Hal
itu terlihat dari :
1. Munculnya konsep-konsep pembangunan yang sama dan seragam antara
kota dan desa di seluruh Indonesia.
2. Pertumbuhan kota-kota besar dan terkonsentrasinya penduduk dalam
sebuah titik pembangunan yang mengakibatkan perubahan pola pikir dan
tingkah laku masyarakat. Keadaan tersebut diatas mengakibatkan
munculnya kepenuhsesakan (crowdedness), perubahan perubahan pola
pikir dan tingkah laku, menumbuhkan ketidaksamaan (inequalities) dan
ketidakadilan. Hal-hal tersebut di atas memunculkan mutasi psikologis
yang dirasakan sebagai kekacauan dan gangguan daripada kemantapan dan
perbaikan hidup
3. Proses pembangunan yang tidak merata antar satu kawasan dengan
kawasan lainnya yang mengakibatkan ketimpangan sosial.
Pembangunan itu sendiri secara hakiki merupakan sebuah visi untuk membangun
masyakarat menuju pada suatu pembaharuan, namun konsep-konsep
pembangunan yang terjadi di Indonesia saat ini lebih banyak merupakan
transformasi dibandingkan dengan akumulasi. Diperparah oleh adanya
pembangunan nasional yang berorientasi pada ekonomi pasar yang tidak
mencerminkan kebutuhan konsumen tetapi lebih banyak mewakili kehendak
produsen yang akhirnya lebih mengacu pada fungsi simbol, prestise, dan
differensiasi sosial dari pada fungsi kegunaan.
Dalam situasi tersebut sangat diperlukan untuk menemukan kembali
sesuatu konsep atau resep yang jitu untuk dijadikan sebagai filter untuk mencegah
dan meluruskan kembali berbagai anasir-anasir negatif yang muncul pada saat ini.
Anasir-anasir negatif itulah yang mengacaubalaukan kebudayaan Indonesia masa
kini.
Makna ke-Indonesia-an ternyata mampu memberikan penyatuan dari
sesuatu yang dianggap bertentangan namun dasarnya adalah sama. Hal ini muncul
dalam masyarakat karena unsur-unsur budaya dan agama ternyata bersatu, yang
digunakan untuk mengatur tatacara kemasyarakatan dalam konsep kebhinnekaan
demi ketunggalan. Kemampuan adaptif budaya tersebut disebabkan karena akar-
akar budaya yang ada dalam masyarakat telah mengakar kuat sebelumnya, sisa
pengaruh dari budaya-budaya lainnya yang menyatu dalam akar budaya tersebut.
Rumusan Masalah
1. Apakah ada nilai – nilai Bhineka Tunggal Ika sudah teraplikasi dengan
baik di masyarakat ?
2. Apakah Akulturasi budaya berdampak positif terhadap penaatalaksanaan
Bhineka Tunggal Ika ?
3. Adakah pengaruh globalisasi terhadap penatalaksanaan akulturasi budaya?
4. Apa manfaat dan tujuan atas terlaksananya Bhineka Tunggal Ika dan
Akulturasi budaya di masyrakat secara luas?
BAB 2
Apakah akulturasi budaya berdampak positif terhadap penatalaksaan
bhineka tunggal ika
Akulturasi merupakan pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang
saling bertemu dan saling mempengaruhi atau juga proses sosial yang timbul bila
suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur -unsur kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu. Sedangkan bhineka tunggal
ika adalah berbeda-beda namun tetap Satu
Jadi sebenarnya terjadi keterkaitan antara akulturasi budaya dan bhineka
tunggal ika. Budaya Indonesia memanglah berbeda-beda,tapi bukan berarti
perbedaan itu memisahkan kita,melainkan perbedaan itu membuat bangsa kita
semakin unik dan mempunyai ciri khas. Namun, tidak selamanya perbedaan dapat
diterima di seluruh masyarakat,hanya masyarakat yang dapat mengendalikan
makna bhineka tunggal ika lah yang bisa membuat perbedaan itu menjadi sebuah
keindahan.
Di Indonesia telah terjadi banyak macam akulturasi seperti contoh
kecilnya yaitu Akulturasi yang terjadi pada masyarakat PUJAKUSUMA, yakni
dapat dilihat pada suku-suku Jawa yang sudah lama tinggal di Medan, yang mana
karakter dan kepribadiannya dipengaruhi oleh dua kebudayaaan yakni jawa yang
memiliki tatakrama dalam berbicara dan sopan santun yang lembut, serta batak
yang memiliki watak keras dalam berbicara. Sehingga muncul sesuatu yang baru
yakni masyarakat PUJAKUSUMA menggunakan bahasa jawa yang tidak sama
dengan bahasa jawa dari jawa asli yakni bahasa jawa yang kasar misalnya saja
untuk menyebutkan kata “Kepala”, bahasa jawa asli menggunakan “Sirah” tetapi
pada masyarakat PUJAKUSUMA menggunakan kata “Endas” yang menurut
bahasa jawa asli kasar dan biasanya “Endas” itu digunakan untuk menyebutkan
kepala binatang misalnya “Endas Pitik”. Hal itu terjadi karena mereka Masyarakat
jawa sudah bergaul bersama dan dalam waktu yang lama dengan masyarakat
medan yang memiliki karakter keras.
Dari contoh diatas sudah dapat terlihat terjadinya pencampuran budaya
yang menyebabkan perubahan budaya,tapi tetap tidak meninggalkan unsure
budaya aslinya. Dari contoh diatas dapat dilihat adanya dampak yang kurang
positive bagi unsure kebudayaan,karena budaya aslinya terlihat lebih sopan
dibandingkan budaya campurannya. Dari satu sisi memang terkesan bertambah
buruk,tapi jika dilihat dari sisi yang berbeda terdapat penggabungan karakter
masing-masing daerah yang membuat bersatunya daerah tersebut.
Terjadinya akulturasi budaya merupakan pemacu akan terjadinya bhineka
tunggal ika,ditinjau dari sisi positivnya seperti halnya akulturasi merupakan
penyebab bersatunya bangsa Indonesia. Jadi,akulturasi bukannya merubah unsure
budaya tetapi menyatukan budaya dan menjadi suatu kebudayaan yang dapat
diterima oleh kedua pihak.
Seperti contoh lainnya yaitu Upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat
Hindu Bali, merupakan perpaduan dari kepercayaan upacara Hindu-Budha.
Upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. Hal ini bisa terjadi
karena Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-
Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme
dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia,
masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut.
Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami
perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain
mengalami Sinkritisme, Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang
berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu - Budha yang dianut oleh
masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat dalam upacara
ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia yakni
upacra Nyepi.
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya
penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang
dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Jadi,dari kedua contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akulturasi
membawa dampak positif bagi terlaksananya bhineke tunggal ika di Indonesia.
Sebab dengan terjadinya akulturasi maka 2 kebudayaan yang berbeda akan
bersatu dan tidak terpecak belah,dan menyebabkan adanya budaya baru yang
dikenal dengan masih mengandung unsure-unsur budaya yang lama dan dapat
memperkaya budaya bangsa Indonesia.
Akulturasi budaya sangatlah berperan penting bagi berjalannya bhineka
tunggal ika di kalangan masyarakat, karena bila tidak adanya akulturasi budaya,
masyarakat akan kurang mengetahui bagaimana melaksanakan prinsip bhineka
tunggal ika, sehingga kemungkinan terlaksananya bhineka tunggal ika semakin
kecil. Sebaliknya, jika terjadi akulturasi maka masyarakat akan lebih paham akan
makna bhineka tunggal ika yang tersurat dalam terjadinya akulturasi budaya.
Sehingga bhineka tunggal ika pun dapat terlaksana dengan baik.
Adakah pengaruh globalisasi terhadap penatalaksanaan akulturasi budaya?
Menurut pendapat Krisna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme
Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september
2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam
interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit
dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi
informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.
Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi
dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh
dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Globalisasi sendiri adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan
tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses
dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa
lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A.
Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Apalagi dalam hal penatalaksanaan akulturasi budaya sebagai
wujud nyata Bhineka Tunggal Ika. Pengaruh yang sangatg terlihat yakni adanya
Crisis kepribadian.Crisis kepribadian sendiri adalah suatu keadaan dimana
seorang individu kurang mengenal akan karakteristik dirinya. Dalam hal ini
globalisasi telah mempengaruhi sifat dan kepribadian generasi muda saat ini.
Generasi muda agaknya telah banyak meniru kebudayaan dan sifat-sifat individu
di negara barat, yang kebudayaannya pun tak seberagam indonesia. Bagaimana
dapat terjadi akulturasi budaya bila para individunya tidak memiliki budaya yang
akan di satukannya. Disinilah dampak nyata Globalisasi yakni degradasi
kepribadian generasi muda akan budaya daerah dan sukunya masing-masing. Oleh
karena itu diperlukan langkah dan tindakan nyata untuk mengantisipasi pengaruh
negatif globalisasi terhadap degradasi dan crisis kepribadian ini.
Solusi yang ditawarkan untuk tetap menjaga nasionalisme dari ancaman
disintegrasi bangsa
1. Mengenai Globalisasi
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-
nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat
mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik-
baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum
dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,
ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu
menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap
bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.