Download - Naskah Essay
LOMBA ESSAI
MAJESTY 2011
“PERLUKAH PEER EDUCATOR DAN PEER
COUNSELLOR UNTUK PENDERITA TB PARU?”
DISUSUN OLEH:
RIFA IMAROH 2010730092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
PERSONAL
Full Name : Rifa Imaroh
Place and Date of Birth : Serang, 13 Oktober 1991
Gender : Female
Religion : Islam
Citizen : Indonesian
Marital Status : Single
Address : Jl. Kyai Adung No. 1 Lempuyang Blok Najmul Falah
RT/RW 05/02 Kec. Tanara Kab. Serang – Banten
School : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas & Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Motto : Ganbatte Kudasai
Hobby : Swimming, Writing, Reading, and Singing
Phone Number :
Mobile Phone : 085782244739
E-mail : [email protected]
YM & twitter : Roikhatul_wardah/ @riefajuah
FORMAL EDUCATION BACKGROUND
2010 - now : S1/Bachelor Degree-Department of Medicine- Faculty of
Medicine and Health Sciences-University of
Muhamadiyah Jakarta
2009 -2010 : S1/Bachelor Degree – Department of Public Health,
Faculty of Medicine and Health Sciences, University of
Muhammadiyah Jakarrta
2006 -2009 : State Senior High School 1 Serang, Majoring Natural
Science
2003 - 2006 : State Junior High School 1 Tirtayasa
1997 - 2003 : State Elementary School SDN Lempuyang 1 – Serang
1997 - 2003 : State MI Mathlaul Falah Lempuyang – Serang
INFORMAL EDUCATION BACKGROUND
2009 : ESQ Basic Training
2009 : Training of Public Speaking
2009 : Capasity Building Tobacco Control ISMKMI
2010 : Training Islamic Leadership
2010 : ESQ Basic Training
APPRENTICESHIP
1997-2003 : Juara umum SDN Lempuyang 1 dari kelas 1 sampai kelas
6
1997-2003 :Ju Juara Umum MI Mathlaul Falah dari kelas 1 sampai kelas 6
2001 : Juara 1 Lomba Sains IPA SD tingkat kecamatan Tanara
2003-2006 : Juara Umum SMPN 1 Tirtayasa dari kelas 1 sampai kelas 3
2005 : Ketua pelatihan pembuatan minyak kelapa murni (VCO) dana dari Jepang
2005 : Juara 1 Lomba Pidato SMPN 1 Tirtayasa
2005 : Juara 1 Lomba Cerdas Cermat tingkat SMPN 1 Tirtayasa
2005 : Juara 1 Lomba Cerdas Cermat antar kecamatan
2006 : Siswi Terbaik SMPN 1 Tirtayasa
2007 : Juara 3 Lomba Puisi tingkat dewasa Ponpes Roudhotul Qoniin
ii
2008 : Juara 1 Olimpiade Kimia tingkat SMAN 1 Kota Serang
2008 : Juara 1Olimpiade Kimia tingkat Kabupaten dan Kota Serang
2011 : Terpilih sebagai Ketua BEM FKK UMJ periode 2011/2012
2011 : Juara 3 Lomba Essay Nasional JIMU FSI FK UI 2011 yang berjudul “Religioneuroimunologi, Penghilang Stress”
ORGANIZATIONAL EXPERIENCES
2005-2006 : Ketua Karya Ilmiah Remaja SMPN 1 Tirtayasa
2008 : Sekretaris Bidang Kaderisasi Risma SMAN 1 Kota Serang
2008-2009 : Pengurus Karya Ilmiah Remaja SMAN 1 Kota Serang
2010 : Anggota Departemen Keilmuan KESMAS FKK UMJ
2010 : Sekretaris bidang kaderisasi IMM Komisariat FKK UMJ 2010 : Ketua Keputrian IDAMAN (Ikatan Pemuda Nazmul
Falah)2010 : Sekretaris project group NAPZA SEMESTA (Seruan
Mahasiswa Peduli Kesehatan) UMJ2010 : Anggota PIK (Pusat Informasi dan Konseling) SEMESTA2010 : Anggota Bidang Infokom BEM FKK UMJ 2010-sekarang : Anggota M2RC (Muhammadiyah Medical Researcher
Comunity)2011-sekarang : Anggota JIMKI (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia) BAPIN ISMKI2011-sekarang : Anggota CD4B PSPD FKK UMJ2011-sekarang : Anggota TBM Meridien PSPD FKK UMJ2011-sekarang : Ketua BEM FKK UMJ
PERSONALITY STRENGTH
~ Self Motivated ~English
~Good communication
skill (public speaking and
writing)
~Able to work by personal and team
~Able to operate computer
EXPERIENCE
2008 : Peserta Lomba Bulan Bahasa UNTIRTA
2008 : Peserta Lomba Menulis Cerpen IPB
2008 : Finalis Olimpiade Kimia Tingkat Propinsi Banten
2009 : Peserta Lomba Menulis Essay se-Propinsi Banten
2009 : Peserta Lomba Menulis Cerpen Majalah Pelajar
2009 : Panitia Musyawarah Komisariat IMM Komisariat FKK UMJ cabang Cirendeu
2009 : Panitia Pertemuan Nasional AMIPERS, Seminar nasional & Training Advokasi Kesehatan Reproduksi Mahasiswa
2010 : Workshop Metodologi & Aksi Penelitian Menyongsong 1 abad Muhammadiyah Health Reform Institusi (HRI)
2010 : Ketua Pelaksana MASTAMA FKK UMJ
2010 : Panitia 10 tahun Menuju Indonesia Emas ESQ
2010 : Panitia Muktamar Madani Semesta UMJ
2010 : Peserta Pelatihan Penelitian Dasar 2010
2010 : Peserta Lomba LMCR
2010 : Peserta Lomba PKM-P Dikti
2011 : Panitia Symposium Systemic Lupus Eritematosus M2RC
2011 : Peserta Lomba KTI & Essay Ilmiah TEMILNAS 2011
2011 : Peserta Symposium Nasional dalam kegiatan Temilnas 2011
2011 : Terpilih sebagai KETUA BEM FKK UMJ periode 2011/2012
KARYA YANG PERNAH DIBUAT
Essay : Jadikan Remaja Generasi Harapan Kesehatan
Reproduksi
Essay : Generasi Muda Siap Membangun Banten
Cerpen : Antara 75 Ribu Rupiah dan keluarga
Cerpen : Api dalam Hidupku
Cerpen : Cikoi is our Love
Cerpen : Impian Agung 3 Sejoli
Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Kelapa Hijau sebagai Minyak Kelapa Murni VCO (Virgin Cocount Oil)
Essay : Makanlah Ketika Lapar, Berhentilah Sebelum Kenyang
Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Keong Racun (Achatina Fulica) Sebagai Alternatif Pengobatan Sakit Gigi
Karya Tulis Ilmiah : Meningkatkan Taraf Hidup Kesehatan Masyarakat Dengan Pemanfaatan Kulit Rambutan Sebagai Pupuk Organik Ramah Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Vitamin D pada Minyak Ikan Kembung (Rastelliger faughni) sebagai Agonis PPAP Gama untuk Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Essay : Religioneuroimunologi, Penghilang Stress
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
Subtema : Pengembangan sistem kesehatan terbaru untuk menangani
penyakit pulmonologi (preventif, kuratif, dan rehabilitatif) dari
berbagai disiplin ilmu kedokteran.
Judul Essai : Perlukah Peer Educator dan Peer Counsellor untuk Penderita TB
paru?
Nama Penulis : 1. Rifa Imaroh
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa memang benar karya
dengan judul yang tersebut diatas merupakan karya orisinal dan belum pernah
dipublikasikan dan/atau dilombakan di luar kegiatan ”Muhammadiyah Jakarta
Scientific Competition - MAJESTY 2011”.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dalam keadaan
sadar, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka saya siap
untuk didiskualifikasi dari perlombaan ini sebagai bentuk tanggung jawab saya.
Jakarta, 19 Desember 2011
1. ( . . . . . . . . . . . . . . . . ………)
iii
KATA PENGANTAR
ته كا بر و لله ا ورحمة عليكم م لسال ا
Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat
dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan essay tulisan yang bertajuk ” Perlukah
Peer Educator dan Peer Conselor untuk Penderita TB paru?”.
Essay ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Majesty 2011 yang
diselenggarakan oleh Muhammadiyah Medical Researcher Community (M2RC).
Penyusunan essay ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis,
melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi,
dan semangat. Maka dari itu penyusun sangat berterima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu.
Penulis berharap semoga essay ini dapat memberikan manfaat terutama
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan khususnya mengenai
peer educator dan peer consellor untuk penderita TB paru.
Akhir kata, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan masukan
yang dapat membangun demi tercapainya kesempurnaan essay ini karena tiada hal
yang sempurna di dunia ini, melainkan hanya kebesaran Allah.
ته كا بر و لله ا ورحمة عليكم م لسال ا و
Jakarta, Desember 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS................................................................. ii
LEMBAR ORISINILITAS KARYA......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I SAKIT DAN PENYAKIT……………………… ........................................ 1
1.1. TB Paru atau Masalah Kesehatan...................................................... 1
1.2. Paradigma Sakit Menuju Paradigma Sehat........................................ 4
BAB II PENDERITA TB DAN TENAGA KESEHATAN………………………. 6
BAB III PEER EDUCATOR DAN PEER COUNSELLOR UNTUK
PENDERITA TB PARU……………………………………………………………
8
3.1 Masalah Pemberantasan TB paru....................................................... 8
3.2 Peer Educator dan Peer Counsellor untuk Penderita TB Paru…….. 9
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 13
v
BAB I
SAKIT DAN PENYAKIT
Sakit dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang tidak enak (sengsara)
dalam segi mental atau fisik atau juga dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan
yang disebabkan oleh gangguan fungsional, penyakit atau keturunan. Sedangkan
penyakit dikatakan sebagai suatu peralihan dari keadaan sehat ke suatu kondisi
abnormal dari bagian tubuh atau jiwa. Sakit dan penyakit memiliki hubungan
yang erat, si penyakit dapat menyebabkan sakit, ataupun sebaliknya ketika sakit
itu tidak diobati akan memperburuk kondisi sakit. Akan tetapi, tidak sedikit orang
yang mengabaikan penyakit sehingga jatuh sakit atau sebaliknya orang yang
sudah tahu dia sakit, tetapi tidak mengontrol penyakitnya. Oleh karena itu, perlu
pemahaman mendalam mengenai sakit dan penyakit karena banyak sumber
penyakit yang dapat menyebabkan tubuh menjadi sakit dan tidak sedikit pula
orang-orang yang mengabaikan kondisinya ketika menderita suatu penyakit atau
menderita sakit.
1.1 TB Paru atau Masalah Kesehatan
Secara harfiah mungkin sudah mengenal berbagai macam definisi dari sehat,
bahkan pengertian sehat dari WHO pun sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga
terutama untuk para pelaku dunia kesehatan. Sebenarnya apakah sehat itu?. Secara
garis besar sehat adalah keadaan seimbangnya tubuh, mental, dan sosial.
Seseorang dikatakan sehat, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan
cacat semata. Melainkan juga, keadaan sempurnanya jasmani, rohani, sosial, dan
ekonomi. Apabila seseorang belum memenuhi kriteria sehat yang disebutkan,
maka orang tersebut tidak dikatakan sehat. Bagaimana dengan masalah
kesehatan?.
Masalah kesehatan merupakan berbagai macam permasalahan yang terjadi
di bidang kesehatan termasuk ada atau tidaknya suatu penyakit yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Hendric L. Blum (1974),
1
ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan. Ke empat faktor tersebut saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain.
Indonesia memiliki beragam masalah kesehatan. Oleh karena terlalu banyak
masalah kesehatan, penanggulangan untuk menghapushamakan masalah
kesehatan itu satu per satu pun sangat sulit dilakukan. Masalah kesehatan itu harus
ditanggulangi. Oleh karena itu, membutuhkan sikap dan tindakan, baik dari
individu, maupun tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah TB paru karena di
Indonesia penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB paru
terjadi, di mana sekitar 1/3 penderita terdapat di sekitar puskesmas, 1/3 lagi
ditemukan pada pelayanan rumah sakit atau klinik pemerintah dan swasta, praktik
swasta, dan sisanya belum terjangkau oleh unit pelayanan kesehatan. Kematian
karena TB paru diperkirakan 175.000 per tahun, di mana penderita TB paru
sebagian besar adalah kelompok usia produktif dan sebagian besar sosial ekonomi
lemah. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC
atau TB Paru di dunia.
Dengan Makin memburuknya keadaan ekonomi Indonesia belakangan ini,
kelompok penduduk miskin bertambah banyak, daya beli Makin menurun,
kemampuan memenuhi kebutuhan pokok Makin berkurang dan dikhawatirkan
keadaan ini akan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat khususnya
penderita TB paru. Disamping program pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan, penderita TB paru juga perlu disembuhkan.
TBC atau TB paru adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tersebut biasanya
masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) ke dalam paru-paru,
kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain
melalui penyebaran darah,kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran
langsung ke organ tubuh lain.
2
TB paru ini dapat menimbulkan berbagai macam gejala klinis antara lain,
batuk lebih dari 3 minggu, demam, nyeri dada, sesak nafas, tidak nafsu makan,
berkeringat malam, batuk darah, badan menjadi lemas. Jadi, jika penyakit ini tidak
segera ditanggulangi, maka penderita TB paru akan menderita keluhan yang lebih
parah lagi dan bisa saja kemungkinan adanya komplikasi dari penyakit ini, seperti
emfisema, efusi pleura, dan lain-lain.
Cara penularan kuman TB yang menyebabkan penyakit TB paru sangat
mudah.Droplet Nucles yang merupakan partikel 1 sampai 10 mikron, dikeluarkan
oleh penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita
meludah ke tanah kemudian kuman tersebar ke udara. Oleh karena itu, penyakit
ini disebut “Airbone Infection”. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan. Jika sistem imun orang yang terpapar
kuman lemah dan sering terpajan dengan orang yang menderita TB paru, maka
akan mudah bagi orang tersebut tertular TB paru. Namun, bagi orang yang sistem
imunnya kuat jika sering terpapar dengan penderita TB, kuman tersebut tetap
masuk ke dalam tubuh orang yang terpapar, namun dormant atau tidak
menyebabkan pengaruh apapun, tetapi jika tubuh seseorang yang terdapat kuman
TB paru yang dormant sedang lemah, maka akan terinfeksi TB dan biasanya
segera menimbulkan gejala TB paru.
Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus
walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti di
tengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten dan TBC akan sulit
untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh
keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan menyiapkan obat.
Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan
agar benar-benar tercapai kesembuhan.
Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus
kambuh, kegagalan pengobatan, dan resistensi kuman karena kurang
disiplinnya pasien dalam minum obat maka dibutuhkan metode khusus untuk
menanggulangi masalah kesehatan ini.
3
1.2 Paradigma Sakit Menuju Paradigma Sehat
Dahulu, orang menganggap apabila tubuh belum merasakan suatu penyakit,
jarang ada yang peduli untuk memeriksakan kesehatannya sebelum rasa sakit itu
benar-benar diderita dan dirasakan oleh penderita. Jika penyakit itu sudah
menyerang tubuh, barulah mau mengontrol dan memeriksakan kesehatannya dan
jika didiagnosa suatu penyakit, orang tersebut akan kaget dan segera mencari
pertolongan demi kesembuhan penyakit itu. Mungkin penjelasan inilah yang
dinamakan sebagai paradigma sakit, seseorang baru akan berobat ke dokter jika ia
menderita suatu keluhan atau penyakit. Terus bagaimana dengan konsep
paradigma sehat?.
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik, dengan cara melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sector. Upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, Bukan
hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Jadi, seseorang dapat
datang ke dokter kapan saja untuk memeriksakan kesehatan dan kondisi tubuhnya,
sebelum ada penyakit. Seseorang yang paham akan paradigma sehat akan
berpikir bahwa untuk menjadi tetap sehat tidak selalu harus sakit terlebih dahulu.
Oleh karena itu, sangat diperlukkan pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kepada
tenaga kesehatan terutama dokter sebelum penyakit itu menyerang tubuh.
Penjelasan singkatnya bahwa Paradigma sakit adalah upaya membuat orang
sakit menjadi sehat, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya membuat
orang sehat tetap sehat, Paradigma sehat mengutamakan upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Masalah TB paru dapat ditanggulangi dengan mengubah paradigma sakit TB
paru menuju paradigma sehat dan terbebas dari TB paru. Pemahaman ini
menjelaskan kepada masyarakat bahwa jangan sampai masyarakat baru akan
memeriksakan kesehatan ke dokter ketika gejala-gejala TB paru itu muncul.
Namun, pemahamannya diubah menjadi paradigma sehat dengan cara memahami
akan TB paru itu sendiri dan selalu memeriksakan kesehatan dan apabila TB paru
itu sudah menjangkiti tubuh, bersegeralah untuk konsultasi kepada tenaga
4
kesehatan untuk mencari pengobatan yang baik dan rutin serta mencegah
penularan penyakit tersebut kepada keluarga, lingkungan sekitar dan orang lain.
5
BAB II
PENDERITA TB DAN TENAGA KESEHATAN
Kasus TB paru hampir selalu mengalami peningkatan dan tidak sedikit yang
terkena TB paru, bahkan tidak sedikit pula penderita TB paru yang belum
terjangkau oleh unit pelayanan kesehatan seperti daerah terpencil yang ada di
pelosok pulau-pulau Indonesia dan masyarakat dengan ekonomi rendah. Namun,
untuk mengatasi itu semua, pemerintah sudah berusaha menyediakan tenaga
kesehatan dan penanganan TB paru di puskesmas-puskesmas dekat pemukiman
penduduk, tetapi hal ini tidak terlalu berpengaruh dalam mengurangi kejadian TB
paru di Indonesia. Kenapa hal ini dapat terjadi?.
Hal ini dapat terjadi karena masih rendahnya angka penyembuhan TB paru,
ketidakterjangkauan tenaga kesehatan untuk menangani penderita TB paru
menyebabkan meningkatanya kasus baru TB paru, kasus kambuh dan
kegagalan pengobatan serta resistensi kuman karena kurang
disiplinnya pasien dalam minum obat serta mempermudah penularan TB paru
karena masyarakat kurang memahami cara menghindari penularan TB paru.
Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus walaupun
pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Karena ketidakpatuhan pasien
inilah yang akan membutuhkan waktu cukup lama untuk penyembuhan
penderita TB paru.
Tenaga kesehatan seperti dokter atau tenaga kesehatan lainnya
tidak mampu untuk selalu menangani dan mengontrol ketidakpatuhan
penderita TB paru untuk minum obat secara tertatur karena masih
banyak pekerjaan di bidang kesehatan lainnya yang harus diperhatikkan
pula. Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat dan lingkungan keluarga mengenai TB paru.
Pendidikan kesehatan mengenai TB paru itu sendiri pun dipandang
perlu untuk masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui dan
mencegah kejadian TB paru. Namun, hal ini tidak selalu harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan. Masyarakat lingkungan sekitar, keluarga, dan
6
teman sebaya pun dapat melakukan pendidikan kesehatan terutama
mengenai TB paru agar lebih terkontrol oleh orang terdekat dan segera
teratasi apabila terdapat kasus baru TB paru sehingaa untuk mengatasi
semua masalah yang terkait dengan penderita TB paru dan kasus TB
diperlukkan cara khusus untuk menanggulangi masalah tersebut agar
dapat mengurangi angka kejadian TB paru di Indonesia.
7
BAB III
PEER EDUCATOR DAN PEER COUNSELLOR
UNTUK PENDERITA TB PARU
3.1 Masalah Pemberantasan TB paru
Pemberantasan TB paru secara nasional telah berlangsung selama 30
tahun, sejak tahun 1969, namun hasilnya belum memuaskan. Padahal kuman
penyakit penyebab ini telah diketahui dan obat-obatannya cukup efektif dan
mengalami kemajuan pesat. Tetapi, penanggulangan dan pemberantasannya
sampai saat ini masih belum memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan
penyakit ini, disamping faktor medis, ekonomi dan sosio budaya, sikap dan
perilaku orang terhadap penyakit ini juga mempengaruhi keberhasilan dalam
penanggulangan penyakit ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan
dapat disimpulkan menjadi sebagi berikut:
1. Faktor sarana
Faktor sarana ini ditentukan oleh:
Tersedianya obat yang cukup dan kontinyu
Edukasi petugas pelayanan kesehatan yang baik
Pemberian regimen OAT yang adekuat
2. Faktor penderita
Faktor penderita biasanya ditentukkan oleh:
Pengetahuan penderita akan pengetahuan yang cukup mengenai
penyakit TB paru, cara pengobatan, dan bahaya akibat berobat
tidak adekuat.
Menjaga kondisi tubuh yang baik dengan makanan bergizi, cukup
istirahat, hidup teratur, dan tidak minum alkohol atau merokok.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan tidak membuang
dahak sembarangan. Apabila batuk menutup mulut dengan sapu
tangan. Jendela rumah cukup besar untuk mendapat cukup sinar
matahari.
8
Tidak perlu merasa rendah diri atau hina karena TB paru adalah
penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan apabila berobat
dengan benar.
Kesadaran dan tekad penderita untuk sembuh.
3. Faktor keluarga dan masyarakat lingkungan
Dukungan keluarga dapat menunjang keberhasilan pengobatan
seseorang dengan selalu mengingatkan penderita agar minum obat.
Pengertian yang dalam terhadap penderita yang sedang sakit dan
member semangat agar tetap rajin berobat.
Itulah hal-hal yang menjadi permasalahan pemberantasan TB paru sampai
saat ini, oleh karena itu, membutuhkan suatu rancangan dan metode yang lebih
baik lagi untuk memberantas TB paru terutama yang terkait dengan faktor ketiga,
yaitu faktor keluarga dan masyarakat lingkungan.
3.2 Peer Educator dan Peer Counsellor untuk Penderita TB Paru
Mengingat banyak sekali masalah dalam melakukan penganggulangan dan
pemberantasan kasus penyakit TB paru. Oleh karena itu, untuk memberantasnya
tidak hanya membutuhkan bantuan tenaga kesehatan, melainkan membutuhkan
peer educator dan peer counsellor untuk penderita TB paru, agar dapat
mengurangi kejadian kasus TB paru secara mandiri karena tidak mungkin tenaga
kesehatan dapat menjangkau semuanya untuk menanggulangi masalah ini.
Peer educator adalah pola pendidikan yang diterapkan pada teman-teman
sebaya. TB paru dapat menyerang siapa saja, baik dewasa, orang tua, maupun
anak-anak. Oleh karena itu, dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal si
penderita TB paru atau keluarga harus memiliki pengetahuan seputar TB paru
agar dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit TB paru, baik pada
teman sebayanya, maupun yang tidak sebaya karena pada dasarnya seseorang
akan merasa lebih nyaman untuk bercerita dengan orang lain yang seusia. Peer
educator berfungsi untuk melakukan pendidikan kesehatan mengenai penyakit TB
paru agar memberikan kesadaran kepada teman sebaya, keluarga, dan masyarakat
9
sekitar akan pengetahuannya mengenai penyakit TB paru sehingga terhindar dari
kemungkinan menderita penyakit TB paru.
Cara menerapkan konsep peer educator untuk penderita TB paru ini, yaitu:
1. Membentuk peer educator dalam lingkungan masyarakat, misalnya dalam
lingkungan kelurahan, buatlah kelompok peer educator yang nantinya akan
diberitahukan informasi seputar TB paru dan yang diberi informasi ini
diharapkan akan menjadi kader yang akan mendidik masyarakat dan
keluarganya mengenai penyakit, bahaya, dan cara pengobatan TB paru.
Buatlah kelompok peer educator ini beragam orang dari yang anak-anak,
dewasa, dan orang tua sehingga nantinya mereka dapat menjadi pendidik
sebaya. Anak-anak yang sudah diberi bekal ilmu pengetahuan dapat
menyampaikan ke teman-temannya, begitupun remaja akan menyampaikan
kepada sesama remaja.
2. Membentuk peer educator dalam keluarga dengan cara menunjuk anggota
keluarga atau siapa saja yang siap menerima ilmu pengetahuan seputar
penyakit TB paru yang selanjutnya akan disampaikan kepada anggota
keluarga ilmu tersebut serta peer educator dalam keluarga ini dapat menjadi
alarm atau peringatan supaya lingkungan keluarga dapat terhindar dari
penyakit TB paru.
Setelah peer educator berhasil untuk mengurangi kasus TB paru baru, peer
counsellor juga dipandang perlu untuk mengatasi, baik penderita yang sudah
menderita TB paru, maupun yang dicurigai akan menderita TB paru serta
mengontrol pengobatan penderitan TB paru agar tidak putus pengobatannya
karena masalah utama adalah ketidakdisiplinan pasien dalam mengikuti
pengobatan TB paru sehingga membutuhkan pengawas obat mandiri, selain yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Peer Counsellor merupakan bentuk pengabdian dalam bentuk layanan
konseling dari masyarakat untuk masyarakat. Masyarakat yang menjadi konselor
adalah masyarakat yang terlatih dan memiliki minat untuk membantu
masyarakat. Masyarakat yang bergerak dalam peer counsellor dapat juga berasal
dari peer educator yang telah dibuat ataupun disatukan fungsinya antara peer
10
educator dan peer counsellor. Cara menerapkan konsep peer counsellor untuk
penderita TB paru ini, yaitu:
1. Menentukkan satu penanggungjawab ditingkat kelurahan untuk menjadi
pemimpin dari kelompok peer counsellor yang akan dibuat
2. Membentuk kelompok peer counsellor dalam masyarakat dan keluarga untuk
melakukan konseling kepada masyarakat atau keluarga khususnya bagi
masyarakat atau keluarga yang menderita TB paru
3. Penanggungjawab peer counsellor dalam masyarakat atau dalam kelurahan
tempat tinggal bertanggung jawab untuk memantau setiap kasus-kasus baru
yang dicurigai TB paru. Apabila dicurigai ada yang menderita TB paru segera
lakukan langkah-langkah penanganan TB paru dengan terlebih dahulu untuk
memeriksakan kesehatannya, menyediakan pot sputum untuk memastikan
seseorang tersebut terkena TB paru atau tidak serta dapat juga dilakukan tes
rontgen. Setelah hasilnya positif TB paru, berikanlah pemahaman kepada
penderita untuk melakukan pengobatan dengan baik serta dipantau proses
pengobatannya, dapat juga pemantauan pengobatan diserahkan kepada peer
counsellor yang dibentuk pada setiap keluarga agar perhatiannya lebih dekat
dan mudah, kemudian beritahukan kepada penderita untuk melakukan
pencegahan supaya tidak tertular kepada anggota keluarga atau masyarakat
lain.
4. Tugas peer counsellor ini melakukan konseling terhadap penderita TB paru
dan mengontrol serta mengawasi proses pengobatan sampai penyakitnya
sembuh.
5. Melakukan monitoring pengobatan penderita TB paru, baik dalam keluarga,
maupun dalam masyarakat
6. Melakukan monitoring bagi masyarakat atau anggota keluarga yang memiliki
tanda dan gejala terkena TB paru
7. Peer counsellor ini juga harus bersedia menjadi peer educator supaya dapat
memberikan ilmu tentang penyakit TB paru, bahaya, serta tata cara
pengobatannya agar konselingnya selalu jalan.
11
Dengan adanya peer educator dan peer counsellor untuk penderita TB
paru, baik dalam masyarakat, maupun keluarga diharapkan dapat mengurangi
angka kejadian penyakit TB paru karena dengan adanya ini dapat membantu
dalam melakukan pengawasan terhadap penderita TB paru yang sedang
melakukan pengobatan dan juga dapat menjadi pengontrolan bagi munculnya
kasus TB paru yang baru dalam suatu masyarakat ataupun keluarga. Jadi, sangat
diperlukan adanya peer educator dan peer counsellor untuk penderita TB paru.
12
BAB IV
PENUTUP
Penyakit TB paru dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak, remaja,
dewasa muda, dan orang tua. Penyakit TB paru merupakan penyakit yang sudah
diketahui penyebab dan pengobatannya, namun masih menjadi salah satu masalah
kesehatan yang besar, baik di Indonesia, maupun dunia.
Pengobatan TB paru membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
membuat malas penderita TB paru untuk meminum obatnya secara rutin dan
apabila pengobatan ini tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan
kumannya resisten dan lama proses penyembuhannya. Masalah terbesar dari
pemberantasan penyakit TB paru ini sendiri adalah karena kurang kedisiplinan
penderita dalam melakukan pengobatan serta status ekonomi yang rendah
sehingga membutuhkan metode penanggulangan dan pemberantasan kasus TB
paru yang tepat salah satunya adalah dengan membuat peer educator dan peer
counsellor.
Dalam penulisan essai ini, penulis begitu menyadari terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan tulisan-tulisan berikutnya. Kritik dan saran dapat
disampaikan melalui alamat email yang tertulis dalam biografi penulis di halaman
berikutnya.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya oleh pihak-pihak terkait.
13