i
PENGARUH SELF HELP GROUP (SHG) TERHADAP PERUBAHAN
PERILAKU DAN KETERGANTUNGAN MEROKOK PADA SISWA DI SALAH
SATU SMA DI YOGYAKARTA
Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
AYU PURWASIH PUTRI JAYA SENTIKA
20100320103
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
2014
iii
iv
Pengaruh Self Help Group (SHG) Terhadap Perubahan Perilaku dan
Ketergantungan Merokok pada Siswa di Salah Satu SMA di Yogyakarta
Ayu Purwasih Putri Jaya Sentika1)
, Sutantri, S. Kep., Ns., M. Sc 2)
, Nurvita Risdiana, S.
Kep., Ns., M. Sc2)
1Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Latar Belakang: Tahun 2010 diperkirakan terdapat 6 juta orang di dunia meninggal
(termasuk 190.260 orang di Indonesia) akibat penyakit terkait tembakau. Di Indonesia
setiap tahunnya terjadi peningkatan umur mulai merokok di kalangan remaja.
Menemukan terapi yang efektif untuk remaja sangat penting. SHG adalah salah satu
jenis terapi berhenti merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Self Help Group (SHG) terhadap perubahan perilaku dan ketergantungan merokok pada
siswa di salah satu SMA di Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
rancangan Quasy Eksperiment. Sampel pada peneltian ini adalah siswa kelas X dan XI
SMA yang merokok. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling.
Uji analisis menggunakan Paired Sample t-test dan Independent Sample t-test untuk
perilaku sedangkan ketergantungan merokok menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-
Whitney. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Yogyakarta.
Hasil: Uji analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh SHG terhadap perubahan
perilaku dengan p=0.000 (<0.05). Namun, SHG tidak berpengaruh terhadap
ketergantungan merokok siswa dengan p=0.427 (>0.05). Terdapat perbedaan perilaku
antara kelompok intervensi dan kontrol dengan p=0.000 (<0.05). Tidak terdapat
perbedaan pada kelompok intervensi dan kontrol ketergantungan merokok siswa dengan
p=0.118 (>0.05).
Kesimpulan:Self Help Group (SHG) berpengaruh dan memiliki perbedaan yang
signifikan untuk merubah perilaku merokok siswa antara kelompok intervensi dan
kontrol. Namun, SHG tidak memiliki pengaruh dan perbedaan yang signifikan untuk
menurunkan ketergantungan merokok antara kelompok intervensi dan kontrol pada
siswa di salah satu SMA di Yogyakarta.
Kata Kunci:Self Help Group, ketergantungan merokok, perilaku merokok, rokok.
v
The Effect of Self Help Group (SHG) Toward Smoking Behavior Changes and
Smoking Dependence on Senior High School Students in Yogyakarta
Ayu Purwasih Putri Jaya Sentika1)
, Sutantri, S. Kep., Ns., M. Sc 2)
, Nurvita Risdiana, S.
Kep., Ns., M. Sc2)
1Student of School Nursing, Medical and Health Science Faculty, Muhammadiyah
University of Yogyakarta 2Lecturer of School Nursing, Medical and Health Science, Muhammadiyah University
of Yogyakarta
ABSTRACT
Background: In 2010 there were an estimated 6 million people in the world die
(including 190,260 people in Indonesia) as a cause of tobacco disease. Indonesia every
years have an increase in smoking uptake among adolescents. Finding an effective
treatment for adolescents is very important. SHG is one type of smoking cessation
therapy. The purpose of this study was to determine the effect of Self Help Group (SHG)
toward change on smoking behavior and smoking dependence among Senior High
School Students in Yogyakarta.
Methods:This study was an experimental study with Quasy experimental design. Sample
in this research used the smoker students in class X and XI of Senior High School. The
sampling technique used was total sampling method. Test analysis used Paired Sample
t-test and Independent Sample t-test for smoking behavior therefore for smoking
dependence used Wilcoxon and Mann-Whitney test. This research was conducted at one
of Senior High School in Yogyakarta.
Results: There was a significant effect of SHG on smoking behavior change with
p=0.000 (<0.05). However it can not be proved that SHG can reduce smoking
dependence with p=0.427 (>0.05). There was a difference on smoking behavior
between intervention and control groups with p=0.000 (<0.05). Otherwise, there is no
difference on smoking dependence between intervention and control groups with
p=0.118 (>0.05).
Conclusion: Self Help Group (SHG) had a significant effect and different to change
smoking behavior between intervention and control groups. However, it can not be
proved that SHG can reduce smoking dependence on Senior High School Students in
Yogyakarta.
Keywords: Self Help Group, smoking dependence, smoking behavior, Cigarettes
1
A. LATAR BELAKANG
Tahun 2010 diperkirakan terdapat 6 juta orang di dunia meninggal
(termasuk 190.260 orang di Indonesia) akibat penyakit terkait tembakau(1)
.
Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan
salah satu faktor resiko utama dari beberapa penyakit kronis seperti kanker paru–
paru, kanker saluran pernapasan bagian atas, penyakit jantung, stroke, bronkhitis,
emfisema, dan lain–lain, yang bahkan dapat menyebabkan kematian(2)
. Dan
diperkirakan akan terjadi 10 juta kematian di tahun 2020 jika hal ini tidak segera
mendapat penanganan yang tepat(3)
. Bukan hanya itu rokok juga menjadi
penyebab kerusakan ekonomi di berbagai negara(4)
.
Berdasarkan data dari Tobacco Atlas, prevalensi merokok dikalangan
remaja di tahun 2005 masih sangat tinggi yaitu 38% pada laki-laki dan 5,3% pada
wanita(5).
Pada tahun 2012 prevalensi merokok mengalami penurunan menjadi
23,9% pada laki-laki dan 1,9% pada wanita(6).
Sedangkan, menurut Global Adult
Tobacco Survey Indonesia(7)
menunjukan prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas
sangat tinggi antara lain perokok laki-laki 67,4% dan wanita 2,7%(3)
.
Menurut Eriksen(6)
, prevalensi merokok dikalangan remaja di Indonesia
pada usia 13-15 tahun yaitu sebesar 23,9% pada laki-laki dan 1,9% pada wanita,
hal tersebut menunjukan bahwa perokok laki-laki 12 kali lebih tinggi
dibandingkan perokok wanita. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa laki-laki
lebih suka merokok dibandingkan wanita di Indonesia. Menurut norma budaya
yang di anut di Indonesia, menganggap bahwa wanita yang merokok adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan budaya di Indonesia(8)
. Banyak faktor yang
berperan dalam peningkatan jumlah perokok remaja laki-laki, yaitu iklan industri
rokok yang menggambarkan bahwa perokok adalah seorang individu yang sukses
dan memiliki gaya hidup glamor atau bahkan melambangkan kejantanan(9)
.
Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok
pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 tahun sebesar17,5%, pada usia
15-19 tahun sebesar 43,5%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25-29
2
tahun sebesar 4,3% pada usia ≥30 tahun sebesar 3,9%(10)
. Hal ini menunjukan
bahwa usia pertama kali merokok paling sering terjadi pada usia 15-19 tahun yaitu
usia remaja.
Menurut data di atas terdapat peningkatan usia mulai merokok di kalangan
remaja. Tren ini sangat mengkhawatirkan karena merokok di usia remaja sangat
beresiko bagi kesehatan, resiko kesehatan merokok pada remaja jauh lebih buruk
dibanding dengan orang dewasa yang merokok karena remaja masih berada pada
usia pertumbuhan dan kemungkinan untuk berhenti merokok akan lebih rendah.
Rokok tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan pada tingkat fisik namun
juga emosionalnya(11).
Indonesia telah mempunyai dasar hukum yang mendukung pengendalian
konsumsi tembakau yang tercakup dalam UU Kesehatan No. 36/2009 tentang
Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan.Berdasarkan
UU kesehatan tersebut telah dibuat juga peraturan pemerintah, peraturan bersama
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri, dan Peraturan Daerah di
beberapa provinsi yang mencakup kawasan tanpa rokok(12)
.
Meskipun sudah banyak peraturan terkait rokok yang sudah dibuat namun
secara internasional Indonesia belum menunjukkan komitmen pengendalian
tembakau yang kuat, karena belum menandatangani Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC), ketidakikutsertaan Indonesia dalam FCTC mempersulit
upaya-upaya yang dilakukan dalam pengendalian rokok dan memberikan
kesempatan besar kepada industri rokok untuk secara bebas memperluas pasar
mereka.
Adapun factor lain yang ikut berpengaruh pada tingginya tingkat prevalensi
merokok di Indonesia yaitu terkait dengan norma-norma budaya di Indonesia.
Merokok dianggap sebagai hal yang wajar bagi masyarakat di Indonesia. Bahkan
setiap ada kegiatan atau acara sosial di masyarakat akan selalu ada rokok sebagai
suguhan utama. Apalagi sebagian besar masyarakat di Indonesia memiliki
kebiasaan makan tidak makan yang penting bisa merokok bahkan merokok
dianggap melambangkan kejantanan seseorang(9).
3
Mirisnya, melihat kebiasaan tersebut dan tingginya prevalensi merokok di
masyarakat tidak sebanding dengan ketersediaan pelayanan untuk berhenti
merokok di masyarakat. Padahal menurut WHO 2012, hampir 50% dari perokok
saat ini di Indonesia berpikir tentang berhenti merokok dan lebih dari30% dari
mereka membuat upaya berhenti dalam 12 bulan terakhir(13)
.
Mempertimbangkan bahaya merokok bagi kesehatan remaja, kurangnya
perhatian dari pemerintah tentang pengendalian tembakau, serta tingginya
prevalensi merokok pada remaja di Indonesia, maka hal ini mengindikasikan
pentingnya untuk menginisiasi program berhenti merokok yang efektif bagi
remaja. Maka peneliti ingin mengetahui dan tertarik untuk meneliti pengaruh Self
Help Group (SHG) terhadap perubahan perilaku dan ketergantungan merokok
pada siswa di salah satu SMA di Yogyakarta.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan
rancangan Quasy Eksperiment (penelitian eksperimen semu) yang menggunakan
pre-test dan post-test with control group design, yaitu pada kelompok
eksperimen diberi perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberi
perlakuan.
Populasi di dalam penelitian ini ialah seluruh siswa di salah satu SMA di
Yogyakarta yaitu kelas X dan XI yang berjumlah 221 siswa dan siswa yang
merokok ada sebanyak 34 siswa.
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah suatu teknik penentuan sampel dengan cara menjadikan
populasi menjadi sampel(14)
. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
34 siswa yang merokok akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu 17 siswa
sebagai kelompok intervensi (yang akan dibagi lagi menjadi 2 kelompok SHG
yaitu 9 anggota untuk kelompok 1 dan 8 anggota untuk kelompok 2) dan 17
siswa menjadi kelompok kontrol yang tidak perlu dibagi menjadi dua kelompok
SHG.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA di Yogyakarta. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014. Variabel bebas dalam penelitian ini
4
adalah pemberian perlakuan dengan Self Help Group (SHG). Sedangkan,
variabel terikat pada penelitian ini yaitu perubahan perilaku merokok pada
siswa.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur perilaku merokok
adalah kuesioner fagerstrom yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
mengarah pada ketergantungan merokok. Kuesioner ini terdiri dari 6
pertanyaan. Interpretasi hasil kuesioner fagerstrom akan dikategorikan menjadi
5 kategori yaitu : skor 0-2 = very low dependence, 3-4 = low dependence, 5 =
medium dependence, 6-7=high dependence, 8-10=very high dependence.
Penilaian pada kuesioner fagerstrom berupa skala ordinal.
Peneliti menggunakan kuesioner perilaku merokok untuk mengukur
perilaku responden dimana kuesioner ini mengadopsi dari Prayogo(15)
.
Kuesioner tentang perilaku merokok terdiri dari 20 pernyataan yang dibuat oleh
peneliti sebelumnya dan tidak ada perubahan sedikitpun. Pernyataan mengenai
perilaku merokok dalam bentuk skala Likert yaitu: Selalu (S) = 3, Kadang –
kadang (Kk) = 2, Tidak pernah (Tp) = 1. Penilaian pada kuesioner perilaku
merokok berupa skala ordinal.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
tahap, yaitu: Analisa Univariat (untuk mengetahui gambaran karakteristik
responden, gambaran perilaku dan ketergantungan merokok siswa). Sedangkan,
analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan program komputer.
Analisa data dilakukan untuk mengetahui pengaruh SHG terhadap perubahan
perilaku siswa dan ketergantungan merokok siswa sebelum intervensi (pre-test)
dan setelah intervensi (post-test) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok
intervensi.
Penelitian ini menggunakan uji beda yang sebelumnya sudah dilakukan
uji normalitas data dengan menggunakan shapiro-wilk (<50 responden).
Uji statistik yang dilakukan untuk menilai pengaruh SHG terhadap
perubahan perilaku merokok menngunakan uji Paired Sample t-test dan untuk
melihat perbedaan perubahan perilaku antar kelompok intervensi dan kontrol
menggunakan uji Independent Sample t-test karena data responden pada
5
kuesioner perilaku merokok berdistribusi normal atau parametrik dan
berpasangan. Dari hasil uji statistik didapat nilai yang signifikan (p). Jika nilai
signifikan <0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sedangkan jika nilai
signifikan >0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Uji statistik yang dilakukan untuk menilai pengaruh SHG terhadap
ketergantungan merokok menggunakan uji Wilcoxon dan untuk melihat
perbedaan ketergantungan merokok antar kelompok intervensi dan kontrol
menggunakan uji Mann-Whitney karena data responden pada kuesioner perilaku
merokok berdistribusi tidak normal atau non parametrik dan tidak berpasangan.
Dari hasil uji statistik didapat nilai yang signifikan (p). Jika nilai sig<0.05 maka
Ha diterima dan Ho ditolak, sedangkan jika nilai sig>0.05 maka Ha ditolak dan
Ho diterima(14)
.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 siswa yang merokok dibagi
menjadi dua kelompok yaitu 17 siswa sebagai kelompok intervensi dan 17 siswa
menjadi kelompok kontrol. Adapun karakteristik responden secara umum adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden pada kelompok
intervensi dan kontrol berdasarkan Umur, Kelas, Jenis Kelamin (n=34)
Karakteristik
responden
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Usia
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
1
1
12
3
5,9
5,9
70,6
17,6
1
3
11
2
5,9
17,6
64,7
11,8
Kelas
X
XI
7
10
41,2
58,8
10
7
58,8
41,2
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
17
0
100
0
17
0
100
0
Total 17 100 17 100
Sumber: Data Primer, 2014
6
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa karakteristik umur
responden sebagian besar adalah responden dengan umur 16 tahun (61,76%)
sebanyak 21 orang. Sedangkan, responden paling sedikit adalah umur 14 tahun
sebanyak 2 orang (5,88%). Berdasarkan survei dari 854 laki-laki dan 800
perempuan yang berusia antara 11 sampai 18 tahun yang di lakukan di Ellisras,
Afrika Selatan didapatkan bahwa semakin bertambahnya umur tingkat konsumsi
rokok semakin tinggi dikarenakan paparan iklan rokok yang sangat tinggi dari
berbagai media seperti televisi, video, film dan billboard(16).
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik kelas didapatkan jumlah
responden seimbang yaitu 17 orang berasal dari kelas X dan 17 orang berasal
dari kelas XI. Hasil penelitian mengenai karakteristik jenis kelamin didapatkan
keseluruhan responden adalah laki-laki.Jumlah perokok yang paling banyak saat
ini berasal dari kalangan laki-laki yaitu mencapai 61%. Berdasarkan Global
Adult Tobacco Survey Indonesia(7)
menunjukan prevalensi perokok usia 15 tahun
ke atas sangat tinggi antara lain perokok laki-laki 67,4% dan wanita 2,7%(3).
Hal
ini dikarenakan pergaulan mereka dan tekanan dari lingkungan. Selain itu,
merokok juga dianggap sebagai trend gaya hidup dan sekedar mengikuti
perkembangan dunia (17)
.
Tabel 2. Distribusi frekuensi perilaku responden pada kelompok intervensi
sebelum dan sesudah diberikan SHG pada siswa di salah satu SMA di
Yogyakarta (n=17)
Kategori Perilaku
Pre Test Post Test
n % n %
Baik
Cukup
Buruk
-
7
10
-
41,2
58,8
2
12
3
11,8
70,6
17,6
Total 17 100 17 100
Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 2 menunjukkan bahwa gambaran perilaku siswa tentang
merokok sebelum diberikan SHG tentang rokok yaitu sebanyak 10 orang
(58,8%) memiliki perilaku buruk. Setelah dilakukan post test gambaran
perilaku siswa mengalami perubahan menjadi 12 orang (70,6%) memiliki
7
perilaku cukup. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan perilaku
merokok siswa kearah yang lebih baik pada kelompok intervensi.
Tabel 3. Distribusi frekuensi perilaku responden pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah penelitian pada siswa di salah satu SMA di Yogyakarta
(n=17)
Kategori
Perilaku
Pre Test Post Test
n % n %
Baik
Cukup
Buruk
-
8
9
-
47,1
52,9
-
8
9
-
47,1
52,9
Total 17 100 17 100
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 3 gambaran perilaku siswa pada kelompok kontrol
pada saat pre test maupun post test sama atau tidak mengalami perubahan
yaitu 9 orang (53%) memiliki perilaku buruk.
Tabel 4. Distribusi frekuensi ketergantungan merokok responden pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan SHG pada siswa di salah
satu SMA di Yogyakarta (n=17)
Kategori Ketergantungan Pre Test Post Test
n % n %
Very low dependence
Low dependence
Medium dependence
High dependence
Very high dependence
15
1
-
1
-
88,2
5,9
-
5,9
-
13
1
2
1
-
76,4
5,9
11,8
5,9
-
Total 17 100 17 100
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran ketergantungan
merokok siswa sebelum diberikan SHG tentang rokok yaitu sebanyak 15
orang (88,2%) memiliki tingkat ketergantungan very low dependence.
Setelah dilakukan post test gambaran ketergantungan merokok siswa
mengalami perubahan yaitu 13 orang (76,4%) memiliki tingkat
ketergantungan very low dependence.
8
Tabel 5. Distribusi frekuensi ketergantungan merokok responden pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah penelitian pada siswa di salah satu SMA
di Yogyakarta (n=17)
Kategori
Ketergantungan
Pre Test Post Test
n % n %
Very low dependence
Low dependence
Medium dependence
High dependence
Very high dependence
16
1
-
-
-
94,1
5,9
-
-
-
16
1
-
-
-
94,1
5,9
-
-
-
Total 17 100 17 100
Sumber: Data Primer, 2014
Dapat disimpulkan dari tabel 5 bahwa gambaran ketergantungan
merokok siswa pada kelompok kontrol pada saat pre test maupun post test
sama atau tidak mengalami perubahan yaitu 16 orang (94,1%) memiliki
tingkat ketergantungan very low dependence.
Tabel 6. Distribusi Hasil Analisis Paired Sample t-test Perubahan Perilaku
Responden Tentang Merokok Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok kontrol
(n=17)
Uji Beda Paired Sample t-test
Kelompok Keterangan n Mean Delta
Mean
Std Sig(2-
tailed)
Intervensi Pre Test
Post Test
17
17
44.0588
30.0000 14.0588
7.78998
8.95126
0.000
Kontrol Pre Test
Post Test
17
17
40.5882
40.6471 0.589
5.53465
6.66090 0.956
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil analisis uji beda mean menunjukan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap kelompok intervensi (p=0.000). Terdapat
perbedaan yang signifikan pada perilaku siswa sebelum dilakukan intervensi
dan setelah dilakukan intervensi atau perilaku siswa meningkat setelah
dilakukan Self Help Group tentang rokok. Sedangkan hasil analisis uji beda
mean pada kelompok kontrol terkait perilaku merokok siswa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan yaitu dengan nilai p value 0.849 (p>0.05)
9
dikarenakan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan SHG tentang
merokok. Dapat disimpulkan bahwa SHG berpengaruh terhadap perubahan
perilaku siswa hal ini dikarenakan siswa berkesempatan untuk berbagi cerita,
pengetahuan dan pengalaman melalui diskusi kelompok yang dilakukan.
Hal ini juga di dukung oleh penelitian Khoirunisa(18)
bahwa terdapat
pengaruh SMS terhadap penurunan perilaku merokok pada remaja.
Mafika(19)
juga berpendapat bahwa terdapat pengaruh pendidikan sebaya
(peer education) terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
untuk tidak merokok di dalam rumah. Dari beberapa penelitian ini
menunjukan hasil yang sama yaitu perilaku merokok seseorang dapat
berubah dikarenakan adanya intervensi yang diberikan kepada responden
untuk merubah perilakunya baik menggunakan SMS, pendidikan sebaya
(peer education) maupun dengan SHG. Hasil ini memiliki kesamaan
dikarenakan tujuan dari ketiga metode yang digunakan yaitu untuk
meningkatkan perilaku kesehatan responden melalui promosi kesehatan.
Pada penelitian diatas perilaku merokok dipengaruhi melalui promosi
kesehatan melalui SHG, SMS dan pendidikan sebaya. Promosi kesehatan
bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-
upaya memfasilitasi perubahan perilaku(20)
, dan dalam penelitian ini promosi
kesehatan ditujukan untuk memberikan efek terhadap perilaku merokok
siswa.
Tidak hanya informasi dan pengalaman yang dapat mempengaruhi
perilaku merokok remaja. Putra(21)
dengan penelitiannya yaitu perbedaan
pola asuh orang tua terhadap perilaku merokok remaja laki-laki di SMP
PGRI Kasihan, Bantul. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
perilaku merokok pada remaja laki-laki dipengaruhi oleh pola asuh yang
digunakan oleh orang tua.
Hasil ini juga didukung oleh penelitian Trisnowati(22)
tentang
pendidikan sebaya (peer education) untuk meningkatkan keterlibatan remaja
SMP dalam pencegahan perilaku merokok di Kabupaten Bantul, DIY. Hasil
10
penelitian ini menunjukan bahwa ada peningkatan niat dan perilaku pada
kelompok peer education dalam pencegahan perilaku merokok.
Perubahan perilaku merokok pada kelompok intervensi SHG
dipengaruhi oleh tahapan proses, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti keluarga, teman, lingkungan ataupun iklan. Tahapan
perubahan pengetahuan menjadi perilaku diawali dengan pengetahuan,
persepsi, interpretasi, kepentingan, tindakan kesehatan.
Tabel 7. Distribusi Hasil Analisis Wilcoxon Ketergantungan Merokok
Responden Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol(n=17)
Uji Beda Wilcoxon
Kelompok Keterangan n Mean Delta
mean
Std Sig(2-
tailed)
Intervensi Pre Test
Post Test
17
17
1.0588
1.4706 0.4118
1.67595
2.23935 0.427
Kontrol Pre Test
Post Test
17
17
0.5882
0.4706 0.1176
1.12132
1.12459 0.746
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil analisis uji beda mean menggunakan Wilcoxon test tentang
perbedaan hasil uji pre test dan post test pada kelompok kontrol didapatkan
data p value sebesar 0.746 (p>0.05). Nilai tersebut memiliki arti bahwa tidak
ada perbedaan ketergantungan merokok pada responden. Hal tersebut
disebabkan karena kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan SHG tentang
rokok. Sedangkan hasil analisis uji beda mean menggunakan Wilcoxon test
tentang perbedaan hasil uji pre test dan post test pada kelompok intervensi
didapatkan data p value sebesar 0.427 (p>0.05). Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan ketergantungan merokok pada
responden di kelompok intervensi, namun hasil ini lebih baik dibandingkan
dengan kelompok kontrol karena kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan.
Peneliti berasumsi tidak terdapatnya perbedaan ketergantungan
merokok pada responden disebabkan oleh tingkat ketergantungan merokok
siswa memang sudah rendah ditambah lagi penelitian ini menggunakan
11
standar kriteria inklusi responden merokok maksimal 1 bulan terakhir,
padahal menurut Benowitz(23)
ketergantungan seseorang terhadap nikotin
akan menurun atau hilang jika dilakukan pemberhentian merokok selama 7
hari, sehingga ketika diberikan intervensi SHG dan kemudian diukur tidak
menunjukan nilai yang signifikan adanya perbedaan pada saat pre test dan
post test.
Tabel 10. Distribusi hasil analisis Independent T-test untukperilaku merokok
dan Mann-Whitney untuk ketergantungan merokok post test kelompok intervensi
dan kelompok kontrol pada siswa di salah satu SMA di Yogyakarta (n=34)
Independent t-test dan Mann-Whitney Sig(2-
tailed) Kategori Kelompok Ket n Mean Std Dev
Perilaku Intervensi
Kontrol
Post test
Post test
17
17
30.000
40.647
8.95126
6.66090 0.000
Ketergantungan
Merokok
Intervensi
Kontrol
Post test
Post test
17
17
1.4706
0.4706
2.23935
1.12459 0.118
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil analisis Independent T-test perilaku merokok dan Mann-Whitney
ketergantungan merokok menunjukkan bahwa perilaku dan ketergantungan
merokok antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada saat post
test nilai signifikansi perilaku sebesar 0.001 (p<0.05), dan untuk kategori
ketergantungan merokok nilai signifikansi sebesar 0.118 (p>0.05). Dapat
disimpulkan bahwa post test perilaku kelompok intervensi dan kontrol
menunjukan hasil yang signifikan atau terdapat perbedaan post test antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini didukung oleh penelitian
Sari(24)
yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh SHG terhadap ASI
eksklusif pada kelompok intervensi dan kontrol. Sedangkan post test
ketergantungan merokok kelompok intervensi dan kontrol menunjukan hasil
yang tidak signifikan atau tidak terdapat perbedaan post test antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Hasil tersebut menunjukan bahwa SHG dapat berpengaruh terhadap
peningkatan perilaku merokok responden kearah yang lebih baik. Namun
12
disisi lain SHG tidak menunjukan pengaruh terhadap ketergantungan
merokok responden.
Berdasarkan hasil analisa Independent t-test bahwa SHG dapat
berpengaruh terhadap perubahan perilaku merokok karena SHG merupakan
suatu bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada berbagai situasi
dan kondisi, terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki masalah serupa
untuk saling berbagi pengalaman dan cara mengatasi masalah yang
dihadapi(25)
. Dalam SHG siswa juga dibantu untuk mendapatkan informasi
yang positif dengan memberitahukan kerugian-kerugian yang dialami serta
pengalaman dari teman-teman yang non perokok sehingga bisa mengubah
persepsinya terhadap rokok.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Ada pengaruh yang signifikan pemberian Self Help Group (SHG) terhadap
perubahan perilaku merokok siswa dan tidak ada pengaruh yang signifikan
pemberian Self Help Group (SHG) terhadap ketergantungan merokok pada
siswa di salah satu SMA di Yogyakarta.
2. Saran
Perlu ditingkatkan pelayanan untuk berhenti merokok bagi remaja untuk
mencegah masalah-masalah kesehatan yang timbul dikarenakan rokok baik
fisik maupun emosional yang terjadi pada remaja dengan cara memodifikasi
program terapi berhenti merokok menggunakan metode SHG.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. GATS (Global Adult Tobacco Survey). (2011). Global Adult Tobacco
Survey: Indonesia Report 2011. Diakses pada tanggal 4 Desember 2013
darihttp://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/data/ino_gat
s_report_2011.pdf
2. Sirait, A.M. 2003: Perilaku Merokok, Research report.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Kemenkes Luncurkan
Hasil Survey Tembakau. Jakarta. Diakses pada tanggal 4 November 2013
dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pres-release/2048-kemenkes-
luncurkan-hasil-survey-tembakau.html
13
4. World Health Organization. (2011). WHO report on the global tobacco
epidemic warning about the dangers of tobacco. Geneva 27 Switzerland.
5. Mackay, J., Eriksen, M. (2005). Tobacco Atlas. Geneva: World Health
Organization.
6. Eriksen, M., Mackay, J., Ross, H. (2012). The Tobacco Atlas. Fourth Ed.
Atlanta, GA: American Cancer Society; New York, NY: World Lung
Fondation. Diakses pada tanggal 4 November 2013 dari
http://www.tobaccoatlas.org/more.
7. GATS (Global Adult Tobacco Survey). (2011). Global Adult Tobacco
Survey: Indonesia Report 2011. Diakses pada tanggal 4 Desember 2013 dari
http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/data/ino_gats_r
eport_2011.pdf
8. Ng, N., Weinehall, L., Ohman, A. (2007). If I don’t smoke, I’m not a real
man’ —Indonesian teenage boy’s views about smoking. Health Education
Research, Vol.22 no.6, 794-804.
9. Aula, L.E. (2010). Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali).
Yogyakarta: Garailmu.
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Laporan Nasional
Riskesdas 2010. Jakarta. Diakses pada tanggal 4 November 2013 dari
http://www.litbang.depkes.go.id/riskesdas2010/laporan_riskesdas_2010.pdf.
11. Bararah, V.F. (2012). 91 Persen Remaja Mulai Merokok karena
Terpengaruh Iklan. Diakses pada tanggal 4 November 2013, dari
http://www.heath.detik.com/read/2012/05/22/180701/1922124/763/91-
persen-remaja-mulai-merokok-karena-terpengaruh-iklan.
12. Kastrat BEM FKM UI. (2011). Menyikapi Persoalan Rokok di Indonesia.
Diakses pada tanggal 4 November 2013 dari
http://bem.fkm.ui.ac.id/sites/default/files/Kajian%20RPP%20Tembakau%201.
0.pdf
13. World Health Organization. (2012). Global adult tobacco survey: Indonesia
Report 2011. WHO Regional Office of South-East Asia.
14. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologipenelitian ilmu
keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan.
Jakarata: Salemba Medika.
15. Prayogo, E. (2012). Hubungan Antara Faktor Keluarga dan Teman Dengan
Perilaku Merokok pada Reamaja di SMA N 1 Imogiri Bantul. Skripsi strata
satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
16. Monyeki, D., Kemper, H., Amusa, L., Motshwane, M. (2013).
Advertisement and knowledge of tobacco products among Ellisras rural
children aged 11 to 18 years: Ellisras Longitudinal study. BMC Pediatrics,
13:111.
17. Kurniawan, T. (2012). Pengaruh Paparan Iklan Dan Self-Efficacy Terhadap
Perilaku Merokok Remaja. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga, Semarang. Diakses pada tanggal 5 Februari
2014 dari
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/2611/T1_212
008020_Full%20Text.pdf?sequence=2
18. Khoirunisa, G.O. (2012). Pengaruh SMS (Short Message Service) Tentang
Bahaya Merokok Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Merokok pada Siswa
14
SMA Negeri 11 Yogyakarta. Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta.
19. Mafika, D. (2011). Pengaruh Pendidikan Sebaya (Peer Education) dari Istri
pada Suami di Dusun Kweden, Desa Trirenggo Bantul Terhadap
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Suami untuk tidak merokok di
dalam Rumah. Karya tulis ilmiah. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Keperawtan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
20. Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
21. Putra (2013). Perbedaan pola asuh orang tua terhadap perilaku merokok
remaja laki-laki di SMP PGRI Kasihan, Bantul. Karya tulis ilmiah.
Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawtan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
22. Trisnowati. (2012). Pendidikan sebaya (peer education) untuk meningkatkan
keterlibatan remaja SMP dalam pencegahan perilaku merokok di Kabupaten
Bantul, DIY. Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta.
23. Benowitz, N.L. (2010). Nicotine Addiction. N Engl J Med, 17; 362(24):
2295–2303. doi:10.1056/NEJMra0809890.
24. Sari, Anjani P. (2012). Pengaruh Self Help Group Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Tentang ASI Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di
Desa Ngestigarjo Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi Strata Satu.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
25. Keliat, Budi A, Utami, Tantri, W, Farida P, Akemat. (2008). Modul Kelompok
Swabantu (Self help group). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.