Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
172
INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG) CILACAP
LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat)
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman Jl. Kemerdekaan Barat No.17 Kesugihan-Cilacap || https://ejournal.iaiig.ac.id/index.php/amk
Issn SK no. : 0005.235/JI.3.2/SK.ISSN/2012.07 || 0005.27158462/JI.3.1/SK.ISSN/2020.01
DESAIN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KE-NU-AN ASWAJA DAN PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN
DI KABUPATEN BANYUMAS
Nasrul Umam1 dan Wulandari Retnaningrum
2
Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap
Email: [email protected],1 [email protected]
2
Naskah Diterima
2 April 2020 ومن . إن نهضة العماء والمحمدية من أكبر الجمعية الإسلامية في بلاد إندونيسيا ملخص
وهذه . لهما قيم خاصة تمتز واحدة من أخرى. إحدى حركاتها هي مجال التربية والتعليم. ة في كل من مؤسساتهما المسمى المدارس المعارف والمدارس المحمديةالقيم مستوعب
ولكل مدرسة مادة تعليمية تختص بهما ألا وهي مادة تربية أهل السنة والجماعة النهضية هذا البحث يهدف منه الكشف عن تصميم المنهج وتنفيذه في . والتربية المحمدية
.سين والمدرسة المتوسطة المحمدة كيباسينالمدرسة الثانوية المعارف تهضة العلماء كيبافي المدرسة الثانوية إن هذه الدراسة دراسة ميدانية من نوع البحث الوصف الكيفي واختيار البيانات . المعارف تهضة العلماء كيباسين والمدرسة المتوسطة المحمدة كيباسين
أما أساليب (. purposive and snowball sampling)بشكل هادف أما تحقق صحة . لبيانات هي منهج المقابلة ومنهج الملاحظة ومنهج الوثائقجمع ا
وتحليل البيانات سلك الباحثان منهج ميلس . البيانات بطريقة التثليث المصادر والتقنيةوهوبرمان الذي يتكون ثلاث خطوات هي تخفيض البيانات، وعرض البيانات وتحليلها،
.وأخذ الاستنباط والمراجعةتصميم المنهج لمادة أهل السنة والجماعة ( 1: البحث تحصل الأمور الآتيةنتائج
النهضية ومادة التربية المحمدية جيدة، وذلك تظهر من إتمام ستة من تسعة مؤشرات؛ وذلك وجود جودة المنهج . تنفيذ المنهج لمادة أهل السنة والجماعة النهضية جيد( 2
للمنهج الدراسي % 7،،9لبات الفهم الدراسي وحطة التعليم ويستوفي شروط متطوذلك من جودة . أما تنفيذ المنهج لمادة التربية المحمدية جيد. لحطة التعليم% 95،47و
% ،71،9و% 92،9المنهج الدراسي وحطة التعليم يستوفي شروط متطلبات الفهم .لحطة التعليم
Publis Artikel
5 Mei 2020
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
173
نهجالتعليم، التصميم، المنهج الدراسي، تنفيذ الم:: الكلمات الرئيسية
A. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila mempunyai implikasi besar
terhadap keberagamaan penduduk Indonesia. Tidaklah mudah untuk sepakat dalam menghargai
perbedaan antar umat beragama ataupun intern agama tertentu. Kekerasan yang dipicu atas
klaim kebenaran golongan tertentu, radikalisme agama, dan lain sebagainya menjadi hal yang
menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat Islam dan rakyat Indonesia pada umumnya.
Agama dijadikan sebagai label atas gerakan jihad dalam arti sempit yaitu perang atas dasar
kekerasan.
Sebagai organisasi keagamaan Islam yang besar, Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah diharapkan selalu menanamkan nilai-nilai yang menjadi core values nya. NU
mempunyai nilai-nilai yang diunggulkan dalam ideologinya yang dikenal dengan ahl al-sunnah
wa al-jama’ah atau Aswaja. Ideologi Aswaja bertolak atas prinsip at-tawasuth, at-tasamuh, at-
ta’awun, at-tawazun, al-i’tidal, al-iqtisad, dan amar ma’ruf nahi munkar. Adapun dalam
Muhammadiyah dengan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM)
menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan,
kemakmuran, serta keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Dari tujuan
yang ingin dicapai oleh kedua organisasi keagamaan tersebut sangat mengunggulkan nilai-nilai
kemanusiaan yang didasarkan atas dua sumber utama agama Islam yaitu Qur’an dan Sunnah.
Dalam merealisasikan tujuan NU dan Muhammadiyah di atas, organisasi Islam tersebut
mendirikan lembaga pendidikan berlabel Ma’arif untuk NU dan sekolah berlabel
Muhammadiyah untuk sekolah Muhammadiyah. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah
swasta yang dikelola di bawah yayasan kedua organisasi keagamaan tersebut. Eksistensi
lembaga pendidikan ini terus berkembang dalam semua satuan pendidikan, mulai dari taman
pendidikan kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Hingga saat
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
174
ini jumlah institusi pendidikan berlabel NU “Ma’arif” sekitar 48 ribu1 dan 11 ribu untuk
Muhammadiyah.2
Proses penanaman nilai-nilai ideologi NU dan Muhammadiyah dalam lembaga
pendidikan tersebut salah satunya melalui mata pelajaran yang dijadikan ciri khususnya yaitu
mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja untuk lembaga dan mata pelajaran Pendidikan
Kemuhammadiyahan. Mata pelajaran ini wajib diajarkan dalam lembaga pendidikan tersebut
dan dijadikan dalam kelompok muatan lokal. Hal ini senada dengan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional yang mewajibkan satuan pendidikan untuk mengajarkan materi-materi
muatan lokal berdasarkan kondisi alam, sosial, dan budaya.3 Hingga saat ini kedua lembaga
pendidikan tersebut menginduk kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Agama dari segi kurikulum yang disesuaikan dengan kurikulum masing-masing
lembaga pendidikan tersebut.
Namun dalam implementasi kurikulum mata pelajaran tersebut terdapat beberapa
kesenjangan yang muncul dari kunjungan awal peneliti, khususnya di MTs Ma’arif NU 1
Kebasen dan SMP Muhammadiyah Kebasen yaitu, a) evaluasi kurikulum mata pelajaran
tersebut belum pernah dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif (L.P. Ma’arif) NU dan
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Majlis Dikdasmen) Muhammadiyah pusat, wilayah,
atau cabang; b) keberadaan mata pelajaran ini seolah-olah dinomorduakan dari mata pelajaran
inti yang telah dirumuskan, hal tersebut disebabkan perhatian sekolah pada umumnya
difokuskan kepada implementasi kurikulum inti; c) apresiasi peserta didik terhadap mata
pelajaran ini kurang, hal tersebut disebabkan bahwa mata pelajaran tersebut dijadikan
pelengkap saja; d) anggapan masyarakat terhadap lulusan sekolah berlabel organisasi
keagamaan tersebut dengan sekolah negeri pada umumnya sama belum terlalu terlihat apa yang
ditonjolkan.4
Dari beberapa kesenjangan di atas, peneliti melakukan penelitian tentang desain dan
implementasi pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an dan Pendidikan
1 Nahdlatul Ulama, “Secara Kuantitas, Pendidikan NU Tidak Ada Tandingannya”, dalam nu.or.id, diakses pada
tanggal 10 April 2020 2 Marnati, “Jumlah Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Lebih dari 10 Ribu”, dalam republika.co.id, diakses
pada tanggal 10 April 2020 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 4 Wawancara dengan Guru Mapel Ke-NU-an dan Kemuhammadiyahan
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
175
Kemuhammadiyahan pada kedua lembaga pendidikan tersebut dengan menggunakan studi
evaluasi kurikulum. Secara sederhana, kedudukan evaluasi kurikulum dilakukan untuk
mengetahui kualitas kurikulum dan keberhasilan implementasinya.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian dideskripsikan berikut ini,
1. Jenis penelitian ini kualitatif dengan model studi kasus. Dilakukan pada dua sekolah yaitu
MTs Ma’arif NU 1 Kebasen dan SMP Muhammad 1 Kebasen.
2. Pemilihan sumber data dipilih secara purposive dan snowball sampling.
3. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
4. Pengecekan keabsahan data dilakukan melalui teknik triangulasi sumber dan teknik.
5. Analisis data yang digunakan adalah analisis data Miles dan Huberman dengan aktivitas
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.5
C. Merujuk Kembali Definisi Desain Kurikulum
Desain kurikulum berkaitan dengan pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Ada dua dimensi dalam penyusunan kurikulum yaitu dimensi horizontal dan
dimensi vertikal. Dimensi horizontal berkaitan dengan penyusunan kurikulum dari lingkup isi
kurikulum. Adapun dimensi vertikal berkenaan dengan penyusunan sekuens bahan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran.6
Menurut Oemar Hamalik desain adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah,
tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.7 Desain
kurikulum juga dapat diartikan sebagai rencana atau susunan dari unsur-unsur kurikulum yang
terdiri atas tujuan, isi, pengalaman belajar dan evaluasi.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa desain kurikulum merupakan suatu
pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap
5Matthew B. Miles & AS. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi, (Jakarta: UI Press,
1992), hlm. 16. 6 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2013), hlm. 113. 7 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.193.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
176
perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari
kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu, maka desain kurikulum
pendidikan Islam yaitu: 1) tujuan pendidikan Islam; 2) materi pendidikan Islam; 3) metode/
strategi; dan 4) evaluasi.
Dalam mendesain kurikulum perlu diperhatikan prinsip-prinsip di bawah ini, a) Desain
kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua jenis
pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang
diharapkan; b) Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan
bimbingan guru; c) Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan
berbagai kegiatan belajar di sekolah; d) Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan
pengalaman dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa; e) Desain harus
mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang diperoleh diluar
sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.8
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari dan curere
berarti tempat berpacu yang kemudian digunakan dalam istilah pendidikan menjadi kurikulum.
Kata ini mengalami pengembangan serta perluasan makna seiring dengan perkembangan
zaman yang mana kurikulum diartikan sebagai perangkat mata pelajaran, pengalaman belajar,
sampai dengan program atau rencana pembelajaran.
Pada awalnya istilah kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran dalam sebuah
program pendidikan. Menurut Robert M. Hutchins yang dikutip oleh Sanjaya bahwa kurikulum
dinyatakan, “the curriculum should include grammar, reading, theotoric and logic, and
mathematic, and addition at the secondary level introduce the great books of the western
world”.9 Pengertian kurikulum ini masih sangat sederhana karena hanya mencakup berbagai
mata pelajaran yang disajikan dan harus dikuasai oleh peserta didik. Di samping itu, penyajian
mata pelajaran berdiri sendiri dan terpisah. Walaupun demikian pengertian ini sangat
mempengaruhi kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini.
8 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, hlm.193. 9 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), hlm. 4.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
177
Dilihat dari pengertian kurikulum sebagai seperangkat pengalaman ini secara sepintas
mempunyai makna yang komprehensif. Ada beberapa aspek yang menjadi fokus tujuan
kurikulum ini adalah pengembangan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan seperti
yang dijelaskan pada definisi di atas. Namun dalam hal pengalaman yang diberikan siswa di
dalam dan di luar sekolah menjadi cakupan kurikulum yang sangat luas. Semua pengalaman
siswa di dalam sekolah menjadi tanggung jawab guru yang mana bukan pekerjaan yang
sederhana, lebih khususnya dalam hal evaluasi tentang keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
Dalam hal lain, pengalaman di luar sekolah kiranya mencakup pendidikan dalam ranah rumah
dan masyarakat sehingga menjadi sangat luas.
Pengertian kurikulum dalam perkembangan selanjutnya adalah perencanaan belajar
seperti yang dikemukakan oleh Hilda Taba dalam Sanjaya, “a curriculum is a plan for
learning: therefore, what is known about the learning process and the development of the
individual has bearing on the shaping of curriculum”.10
Rencana pembelajaran dalam arti
kurikulum ini lebih terbatas dari pengertian kurikulum sebagai pengalaman sebelumnya.
Kurikulum mempunyai komponen-komponen tertentu yang cakupannya tertulis sehingga lebih
mudah untuk diukur keberhasilannya.
Desain kurikulum merupakan rancangan perangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.11
D. Pembahasan
1. Pengertian Implementasi Kurikulum
Implementasi dalam KKBI diartikan sebagai pelaksanaan/ penerapan.12
Adapun
kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.13
Maka dalam hal ini
implementasi kurikulum adalah pelaksanaan perencanaan dan pengaturan tentang
10Ibid., hlm. 8. 11Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum. 12Kamus Besar Bahasa Indonesia, lihat KBBI online: http://kbbi.web.id/implementasi, diakses tanggal 3
Februari 2015. 13Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
178
kurikulum. Hal ini senada dengan pengertian implementasi yang dinyatakan oleh E.
Mulyasa sebagai operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis)
menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai kurikulum nasional adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan.14
Melihat pengertian kurikulum ini dapat diketahui bahwa kurikulum disusun
dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum tersebut disusun oleh tenaga
ahli atau tenaga pendidik dan kependidikan dalam lingkup satuan pendidikan berdasarkan
peraturan-peraturan atau standar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
Menurut Wina Sanjaya bahwa kurikulum operasional di atas berimplikasi terhadap
tiga hal yaitu:
- Kurikulum bersifat operasional berimplikasi kepada pengembangannya tidak terlepas
dari ketetapan-ketetapan pemerintah. Hal ini berarti walaupun setiap satuan pendidikan
diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi hanya sebatas
pengembangan secara operasional.
- Pengembangan kurikulum dituntut dan diharuskan untuk memperhatikan ciri khas
kedaerahan sesuai dengan undang-undang Sisdiknas bahwa kurikulum dalam semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
- Pengembang kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan
kurikulum menjadi unit-unit pelajaran seperti pengembangan strategi, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.15
Pengertian KTSP ini mengindikasikan adanya perencanaan-perencanaan dalam
bentuk dokumen yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaannya. Dokumen ini sebagai
dokumen operasional pelaksanaan kurikulum. Dalam ranah kurikulum ini terdapat dua
bentuk dokumen yaitu dokumen satu berbentuk dokumen KTSP dan dokumen dua
berbentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan.
2. Desain dan Implementasi Mata Pelajaran Pendidikan Ke-NU-an
14BNSP, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: BNSP, 2006), hlm. 5. 15Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm. 128.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
179
Desain kurikulum merupakan rancangan perangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.16
Di
bawah ini disebutkan desain kurikulum mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja di
Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Tengah.
Mencermati desain kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Ke-
NU-an Aswaja dapat diketahui hal-hal berikut ini, 1) Konsep Pendidikan Ke-NU-an Aswaja
menggambarkan apakah, bagaimanakah, dan untuk apa pembelajaran mata pelajaran ini
dilakukan. Ketiga aspek ini menunjukkan adanya kejelasan rumusan konsep tersebut dari
segi substansi; 2) Tujuan Pendidikan Ke-NU-an Aswaja menunjukkan arah ke mana
pembelajaran dilaksanakan dan menjabarkan konsep mata pelajaran. Dari segi nomenklatur
mata pelajaran tidak konsisten dengan menggunakan nama “Pendidikan Aswaja Ke-NU-an
yang berbeda maknanya dengan Pendidikan Ke-NU-an Aswaja. Dilihat dari tahapan-
tahapan yang digunakan dalam tujuan kurang sesuai dengan tahapan yang tertera dalam
konsep kurikulum; 3) Rumusan fungsi Pendidikan Ke-NU-an Aswaja menggambarkan
kegunaan yang disusun dalam kalimat aktif. Dilihat dari penjabaran fungsi menyesuaikan
tahapan-tahapan dalam konsep Pendidikan Ke-NU-an Aswaja walaupun penyusunannya
kurang sistematis sesuai dengan hierarki tahapan-tahapan; 4) Materi mata pelajaran
Pendidikan Ke-NU-an Aswaja menyesuaikan cakupan materi yang disebutkan dalam
konsep yaitu Ke-NU-an dan paham Aswaja. Akan tetapi distribusi penyajian dalam bentuk
ruang lingkup mendominasi materi-materi keorganisasian daripada materi-materi tentang
paham Aswaja; 5) Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan terpadu.
Pendekatan ini menggambarkan keterpaduan antara tahapan-tahapan pada konsep
Pendidikan Ke-NU-an Aswaja; 6) Penilaian pembelajaran menggunakan penilaian berbasis
kelas yang menitikberatkan pencapaian kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian ini menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dengan melihat
kriteria yang ditetapkan peneliti dapat disimpulkan bahwa desain kurikulum mata pelajaran
Pendidikan Ke-NU-an Aswaja baik yang menunjukkan adanya kesatuan.
16 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
180
Dari indikator-indikator ada satu dari indikator (1, 3, 5, 6, 7, 8, 9) tidak terpenuhi
dan dua indikator (2 dan 4) tidak terpenuhi. Indikator-indikator yang belum terpenuhi dan
atau kurang terpenuhi yaitu kejelasan rumusan tujuan dari segi bahasa, kejelasan rumusan
fungsi dari segi hierarkinya, dan distribusi materi pelajaran yang kurang proporsional.
Melihat rencana pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja di MTs
Ma’arif NU 1 Kebasen yang berbentuk silabus dan RPP dapat diketahui hal-hal berikut ini,
- Rencana Pembelajaran.
Silabus mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja: Kelas VII menunjukkan
ketercapaian dengan skor 78.4% yang tergolong baik; Kelas VIII menunjukkan
ketercapaian dengan skor 70.45% yang tergolong cukup; dan Kelas IX menunjukkan
ketercapaian dengan skor 84 yang tergolong baik.
RPP mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja: Kelas VII menunjukkan
ketercapaian dengan skor 70% yang tergolong cukup; Kelas VIII menunjukkan
ketercapaian dengan skor 82.5% yang tergolong baik; dan Kelas IX menunjukkan
ketercapaian dengan skor 78.3% yang tergolong baik.
Telaah dokumen silabus di atas ditentukan berdasarkan kriteria yang disusun peneliti.
Dan secara umum dokumen kurikulum mata pelajaran ini tergolong baik dengan rata-
rata ketercapaian silabus 77.6% dan RPP 76.9%. Melihat ketercapaian di atas dapat
disimpulkan bahwa dokumen kurikulum memenuhi syarat keterpahaman dari segi
kualitas.
Dari segi ketersediaan dokumen kurikulum terlihat ada dua dokumen terkait dengan
mata pelajaran ini yaitu silabus dan RPP. Adapun dokumen tentang implementasi
kurikulum belum tersedia. Sehingga dalam hal ini perlu diperhatikan lebih lanjut yang
disesuaikan dengan desain kurikulum. Walaupun demikian ketersediaan silabus dan
RPP dalam KTSP telah memenuhi batas minimal.
Ada beberapa hal yang belum tergambar dalam dokumen kurikulum diantaranya,
bentuk pendekatan terintegrasi dengan mata pelajaran PAI. Jika dilihat dari segi konten
atau isi materi pelajaran ini memang mencakup akidah, fiqih, sejarah Islam, dan akhlak.
Akan tetapi dari segi integrasi dengan mata pelajaran PAI belum terlihat jelas tentang
bagaimana bentuk integrasinya.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
181
Bentuk pendekatan pembelajaran terpadu juga belum jelas yang mencakup keyakinan,
pengalaman, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan. Memang
jika disesuaikan dengan alur pembelajaran yang tergambar dalam RPP sedikit berkaitan
seperti meyakinkan, merasionalkan, menggugah emosi, fungsional, dan keteladanan.
Akan tetapi pengalaman dan pembiasaan dilakukan peserta didik di rumah dan
masyarakat sehingga tidak dapat diukur. Jika memang dilakukan dalam pembelajaran
seharusnya kurikulum didesain agar peserta didik mengalami apa yang ia pelajari
melalui praktik.
- Implementasi Kurikulum
Mencermati pelaksanaan pembelajaran yang menggambarkan implementasi kurikulum
dapat diketahui berikut ini,
Pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja: Kelas VII A menunjukkan
ketercapaian 75% tergolong cukup; Kelas VII B menunjukkan ketercapaian dengan skor
77% tergolong baik; Kelas VII C menunjukkan ketercapaian dengan skor 81%
tergolong baik; Kelas VII D menunjukkan ketercapaian dengan skor 79.1% tergolong
baik; Kelas VII E menunjukkan ketercapaian dengan skor 75% tergolong cukup.
Pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja: Kelas VIII A
menunjukkan skor 70.8% tergolong cukup; Kelas VIII B menunjukkan skor 68.75%
tergolong cukup; Kelas VIII C menun-jukkan skor 70.83% tergolong cukup; Kelas VIII
D menunjukkan skor 77.08% tergolong baik; Kelas VIII E menunjukkan skor 66.67%
tergolong cukup; dan VIII F menunjukkan skor 79.17% tergolong baik.
Dari hasil telaah pembelajaran yang dilakukan di MTs Ma’arif NU 1 Kebasen dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran secara umum dengan rata-rata ketercapaian skor
74.58% yang tergolong cukup. Dengan perolehan skor ini perlu untuk ditingkatkan
beberapa hal seperti penguasaan guru terhadap materi terkait dengan kemampuan
mengaitkan materi dengan masalah-masalah yang berkembang sekarang, penggunaan
sumber dan media belajar yang variatif, intensitas pemberian tes pada akhir
pembelajaran, dan memberikan tindak lanjut pembelajaran seperti halnya tugas individu
ataupun kelompok.
3. Desain dan Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
182
Mencermati desain kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Kemuhammadiyahan dapat diketahui beberapa hal berikut ini, 1) Konsep Pendidikan
Kemuhammadiyahan menggambarkan kejelasan dari segi apakah, bagaimanakah, dan
untuk apa mata pelajaran ini diajarkan. Sehingga dapat diketahui adanya kejelasan rumusan
konsep tersebut dari segi substansinya; 2) Tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan
menggambarkan arah pencapaian pembelajaran dan menjabarkan kepada konsep
Pendidikan Kemuhammadiyahan serta tujuan pembelajaran ISMUBA. Hal ini
mengindikasikan adanya kejelasan rumusan tujuan dan kesesuaian dengan konsep
Pendidikan Kemuhammadiyahan; 3) Fungsi Pendidikan Kemuhammadiyahan
menggambarkan kedudukan pendidikan tersebut dalam organisasi Muhammadiyah bukan
menggambarkan kegunaan. Dilihat dari penjabaran fungsi tersebut terlihat menyesuaikan
tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan walaupun tidak disusun sesuai dengan hierarki
sebagaimana tujuan; 4) Materi Pendidikan Kemuhammadiyahan menyesuaikan tujuan yang
ditetapkan mencakup materi tentang pendidikan kader organisasi, kader Islam, dan kader
bangsa. Akan tetapi melihat porsi tiap materi mendominasi tentang pendidikan kader
organisasi. Sehingga perlu untuk dipertimbangkan ulang distribusi tiap-tiap tujuan
pendidikan tersebut; 5) Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan multistrategi,
sumber belajar, dan teknologi yang memadai. Dilihat dari kalimat yang digunakan sesuai
dengan karakteristik muatan lokal yang mempertimbangkan kondisi lingkungan sekolah
dan daerah peserta didik tinggal.
Melihat desain kurikulum ini yang disandingkan dengan kriteria penilaian yang
ditetapkan peneliti dapat disimpulkan kualitas desain kurikulum baik. Dari indikator-
indikator kriteria di atas ada dua dari indikator (1,3,5,6,7,8,9) tidak terpenuhi dan satu
indikator dari (2 dan 4) tidak terpenuhi. Indikator-indikator yang tidak terpenuhi yaitu
kejelasan rumusan fungsi dari segi bahasa dan hierarkis, distribusi materi pelajaran yang
proporsional, dan kejelasan penilaian pembelajaran. Ketiga indikator ini perlu untuk
dijadikan pertimbangan kepada penyusun desain kurikulum Pendidikan
Kemuhammadiyahan.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
183
Mencermati rencana pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan
di SMP Muhammadiyah Kebasen yang berbentuk silabus dan RPP dapat diketahui
keterpahaman masing-masing sebagai berikut,
a. Silabus mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan: Kelas VII menunjukkan skor
ketercapaian 70.4% yang berarti tergolong cukup; Kelas VIII menunjukkan skor
ketercapaian 76.1% tergolong baik; dan Kelas IX menunjukkan skor 71.6% tergolong
cukup.
b. RPP mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan: Kelas VII menunjukkan skor
ketercapaian 85.8% yang tergolong baik; Kelas VIII dengan ketercapaian 86.7% yang
tergolong baik; dan Kelas IX menunjukkan 86.7% yang tergolong baik.
Hasil telaah di atas menunjukkan sebagian besar dokumen kurikulum yang
berbentuk silabus tergolong cukup dengan prosentase 72.7% dan RPP tergolong baik
dengan prosentase 86.4% serta rata-rata seluruhnya 79.55% tergolong baik. Dengan melihat
kriteria yang ditetapkan peneliti dapat disimpulkan bahwa rencana pembelajaran dalam
bentuk dokumen kurikulum memenuhi syarat keterpahaman dari segi kualitas. Walaupun
demikian ada hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan kembali.
Dari ketersediaan rencana kurikulum mata pelajaran ini terdapat dua dokumen yaitu
silabus dan RPP. Adapun dokumen-dokumen lainnya tidak tersedia seperti pedoman
implementasi kurikulum dan buku teks pelajaran. Melihat desain kurikulum mata pelajaran
ini perlu adanya dokumen-dokumen penunjang pembelajaran di samping ketersediaan
silabus dan RPP sehingga hasil yang diperoleh maksimal.
Melihat pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan
di SMP Muhammadiyah Kebasen dapat diketahui ketercapaian masing-masing yang
disandingkan dengan kriteria pembelajaran:
a. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kemuhamma-diyahan: Kelas VII
(Observasi Pertama) menunjukkan skor 85.4% tergolong baik; Kedua, menunjukkan
skor 83.3% tergolong baik; Ketiga menunjukkan skor 81.25% tergolong baik; dan
Keempat menunjukkan skor 83.33% tergolong baik.
b. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadi-yahan: Kelas VIII
observasi pertama menunjukkan skor 79.17% tergolong baik; Kedua menunjukkan skor
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
184
83.3% tergolong baik; Ketiga menunjukkan skor 81.25% tergolong baik; dan Keempat
menunjukkan skor 77.08% tergolong baik.
Dari hasil observasi pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan
di SMP Muhammadiyah Kebasen dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran
menunjukkan skor 81.76% termasuk dalam kategori baik. Walaupun demikian perlu adanya
peningkatan aspek-aspek berikut: frekuensi pelaksanaan tiap-tiap langkah pembelajaran
seperti memberikan tes di akhir pembelajaran, membuat rangkuman, memberikan tugas
individu maupun kelompok, dan menyampaikan judul materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.
Adapun hal yang sangat perlu diperhatikan adalah pemanfaatan sumber belajar
dalam bentuk hardware seperti media pembelajaran. Karena dari hal ini dapat
meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Di samping itu kegiatan diskusi
juga perlu diperhatikan dalam rangka melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran.
E. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut,
1. Desain kurikulum mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja dan Pendidikan
Kemuhammadiyahan kedua-duanya tergolong baik yang menunjukkan adanya kesatuan.
2. Implementasi kurikulum mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja dan Pendidikan
Kemuhammadiyahan mencakup rencana dan pelaksanaan pembelajaran. Hasil telaah pada
kedua aspek menunjukkan, a) Pendidikan Ke-NU-an Aswaja: Pertama, Rencana
pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus mata
pelajaran ini secara keseluruhan tergolong baik dengan prosentase ketercapaian 77.6% dari
kriteria. Adapun RPP tergolong baik dengan prosentase ketercapaian 76.9%. Dari hasil
telaah ini dapat diketahui rencana pembelajaran memenuhi syarat keterpahaman yang
dibuktikan dengan kualitas dokumen tersebut. Kedua, Pelaksanaan pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja di MTs Ma’arif NU 1 Kebasen tergolong cukup
dengan prosentase keterlaksanaan menunjukkan 74.58%. Maka dari situ dapat disimpulkan
implementasi kurikulum mata pelajaran Pendidikan Ke-NU-an Aswaja dari segi
pembelajarannya terlihat efektif dengan kriteria cukup; b) Pendidikan
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
185
Kemuhammadiyahan: Pertama, Rencana pembelajaran berupa silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Secara keseluruhan silabus tergolong cukup dengan prosentase
ketercapaian 72.7% dari kriteria. Adapun RPP tergolong baik dengan prosentase 86.4%.
Adapun rata-rata keseluruhan 79.5% tergolong baik. Dari hasil tersebut menunjukkan
dokumen kurikulum memenuhi syarat keterpahaman. Kedua, Pelaksanaan pembelajaran
mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan di SMP Muhammadiyah Kebasen
tergolong baik. Prosentasi keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan 81.76%. Melihat
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum mata pelajaran Pendidikan
Kemuhammadiyahan dari segi pembelajaran terlihat efektif dengan kriteria baik.
Daftar Pustaka
Anastasi, Anne, Psycological Testing, New York: Macmillan, 1968.
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosydakarya,
2014.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
_____, Prosedur Penelitian Pengantar Praktis, Jakarta: Bina Aksara, 1989.
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2008.
Basuki, Ismet dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Basyari, Muhammad Syadid Al-, Muqarrar Mana>hij wa T{uruq Tadri>s, Saudi Arabia: Maktabah
Muntasabiy Asy-Syari’ah, t.t.
BNSP, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: BNSP, 2006.
Dokumen, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MTs Ma’arif NU 1 Kebasen Tahun Pelajaran
2014/2015”.
Dokumen, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP Muhammadiyah Kebasen tahun ajaran
2014/2015”.
Dokumen, “Sekilas Profil Sejarah Singkat SLTP Muhammadiyah Kebasen disusun oleh Sutarno”
Majlis Dikdasmen Jawa Tengah.
Dokumen, “Standar Isi Ke-NU-an Ahlussunnah Wal Jama’ah di Madrasah/ Sekolah”, Semarang:
LP. Ma’arif Jawa Tengah, 2009.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989.
Hamalik, Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Hamid, S. Hasan, Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosydakarya, 2009.
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Jalaluddin dan Abdulllah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 141.
Majlis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Kelas VII Semester 2,
Yogyakarta: Pustaka SM, 2008.
Miles, Matthew B. & AS. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi,
Jakarta: UI Press, 1992.
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Mulyasa, E., Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Yogyakarta: Jakarta:
Bumi Aksara.
Nasrul Umam dan Wulandari Retnaningrum; DESAIN DAN IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KE-NU-AN ASWAJA DAN
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman
vol: 8 no. 2 (Mei-Agustus 2020) p-issn: 2302-0547 e-issn: 2715-8462
186
_____, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Patton, Michael Quinn, Metode Evaluasi Kualitatif, terj. Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 81A tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum “Pedoman Evaluasi Kurikulum”.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 tahun 2014 tentang Evaluasi
Kurikulum.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan.
Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009.
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group, 2013.
Siddiq, Achmad, Hujjah NU: Akidah, Amaliyah, dan Tradisi, Surabaya: Khalista, 2009.
Stufflebeam, Daniel L., The CIPP Model of Evaluation, USA: Kluwer Academic Publishers, 2003.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung:
Alfabeta, 2008.
Sukiman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Syafi’I, Ibrahim Muhammad Al-, Al-Manhaj al-Madrasiy Min Mandzur Jadid, Riyad: Maktabah al-
‘Abikan, 1996.
Ulfatin, Nurul, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, Malang: Banyumedia
Publishing, 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.