i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
SEDEKAH BUMI DI DUSUN JOGOWONO DESA DONOREJO
KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NURUL FAUZATUN NIKMAH
NIM 23010160213
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
SEDEKAH BUMI DI DUSUN JOGOWONO DESA DONOREJO
KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NURUL FAUZATUN NIKMAH
NIM 23010160213
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk
dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Al-Ankabut:6)
“Kesempatan dan peluang tidak tercipta begitu saja, kamulah yang
menciptakanya”
Crish Grosser
“Yang akan merubah dan mencapai suksesmu bukanlah dia, bukan juga mereka,
tapi dirimu”
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Orang tua saya Samyadi dan Siti Aminah, yang selalu mendukung,
membimbing, memotivasi saya. Selalu memberikan do‟a, nasihat, dan
kasih sayangnya yang sepanjang masa. Selalu menjadi idola dan pahlawan
dalam kehidupan saya.
2. Adik saya Faradita Octria Nikmah yang selalu memberikan dukungan
kepada saya sehingga saya dapat menempuh perkuliahan dan mendapatkan
gelar sarjana ini dengan baik.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Bissmillahirrahmanirrahiim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karuniaNya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita pada zaman yang terang
benderang ini dengan perantara agama Islam yang dibawanya.
Skripsi ini berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah
Bumi Di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo Tahun 2020. Topik ini diangkat sebagai judul skripsi dengan tujuan
untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi
sedekah bumi di dusun Jogowono desa Donorejo kecamatan Kaligesing
kabupaten Purworejo tahun 2020
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Prof. Dr. Mansur,
M.Ag.
3. Ketua Progam Studi Pendidkan Agama Islam, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
x
4. Bapak Badrus Zaman, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mengarahkan, memberi saran dan masukan serta memberi bimbingan
dengan sangat baik dan ikhlas.
5. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan saran dan motivasi selama perkuliahan di IAIN Salatiga.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
7. Sahabat-sahabat Persatuan PAI G 2016 yang telah membantu selama
perkuliahan di IAIN Salatiga.
8. Sahabat-sahabat Makmur Club Fitri Solikhah, Miftahuzzuhroh, Azizatul
Fauziyah, Rofina Nurul Hikmah, Novita Dwi Ilmawati, Batis Tuta, Sabila,
Intan, Mahmudah, Lella, Rika yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada saya selama perkuliahan, semoga diberi kelancaran dan
kemudahan dalam mengerjakan skripsi.
9. Sahabat-sahabat Ciwi-Ciwi Nabilatun Nahdah, Indah Wulandari, Antik
Faizatul Munifah yang selalu mendukung dan memotivasi saya dalam
perkuliahan dan mengerjakan skripsi.
10. Sahabat-sahabat Motae Solo Monicka Ferdina Suparton dan Limawati
yang selalu memotivasi saya dari Sekolah Menengah Atas hingga saat ini.
11. Sahabat-sahabat Keluarga Tanpa KK Khoirunnissa, Nawa Satria, Siti
Maryam, Acmad Naf‟an, Nanda Selly, Irvan Dwi, Devi Rahmawati yang
selalu mendukung dan memotivasi selama KKN hingga saat ini, dan
semoga dilancarkan dalam penyusunan skripsinya.
xi
12. Seluruh teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimakasih telah membantu saya dalam segala hal, memberikan motivasi,
dukungan, dan do‟a.
13. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasama sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Atas dukungan dan jasa mereka penulis hanya dapat memohon do‟a
semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik dan semoga diberikan
kesuksesan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon
maaf yang setulus-tulusnya dan memohon kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan penelitian selanjutnya dan memberikan manfaat bagi penulis ataupun
pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR …………………………………………………. i
LEMBAR BERLOGO IAIN …………………………………………………….ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ……………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………. iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ………………….. vi
HALAMAN MOTTO …………………………………………………………. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. viii
HALAMAN KATA PENGANTAR …………………………………………… ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xii
ABSTRAK …………………………………………………………………….. xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………..8
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………... 9
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 9
E. Definisi Operasional ……………………………………………………. 10
F. Sistematika Penulisan ………………………………………………..… 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori …………………………………………………………. 14
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam ……………………………………..….14
xiii
a. Pengertian Nilai ………………………………………………… 14
b. Jenis-jenis Nilai ………………………………………………… 15
c. Teori Nilai Dalam Islam ……………………………………….. 17
d. Pengertian Pendidikan Islam …………………………………… 18
e. Tujuan Pendidikan Islam ………………………………………. 20
f. Nilai-nilai Pendidikan Islam …………………………………… 23
2. Sedekah Bumi ……………………………………………………… 23
a. Pengertian Sedekah Bumi ……………………………………… 23
b. Proses Upacara Adat Sedekah Bumi …………………………… 24
c. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Sedekah bumi ……………. 26
d. Hukum Tradisi Sedekah Bumi ……………………………….… 31
B. Kajian Penelitian Terdahulu ……………………………………………. 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….… 35
B. Tempat Dan Waktu Penelitian …………………………………………. 37
C. Sumber Dan Jenis Data ………………………………………………… 38
D. Tekhnik Pengumpulan Data ……………………………………………. 38
E. Analisis Data …………………………………………………………… 40
F. Pengecekan Keabsahan Data ………………………………………….... 41
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data …………………………………………………………… 42
1. Gambaran Umum Dusun Jogowono …………………………….… 42
2. Gambaran Informan ……………………………………………….. 44
xiv
3. Hasil Penelitian …………………………………………………….. 45
B. Analisis Data …………………………………………………………… 52
1. Sejarah Dan Proses Tradisi Sedekah Bumi Di Dusun Jogowono Desa
Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo …………. 52
2. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Bumi Di Dusun
Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo …………………………………………………………. 55
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………………. 60
B. Saran …………………………………………………………………… 61
C. Penutup ……………………………………………………………..….. 62
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..…… 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………..… 67
xv
ABSTRAK
Nikmah, Nurul Fauzatun. 2020. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi
Sedekah Bumi Di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan
Kaligesing Kabupaten Purworejo Tahun 2020. Skripsi. Prodi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Badrus Zaman, M.Pd.I.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan Islam, Tradisi, Sedekah Bumi, Jogowono
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan
Islam dalam tradisi sedekah bumi di dusun Jogowono desa Donorejo kecamatan
Kaligesing kabupaten Purworejo. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian
ini adalah: bagaimanakah sejarah dan upacara tradisi sedekah bumi?, dan apa
sajakah nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi sedekah bumi?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, informan penelitian ini
adalah kepala dusun, sesepuh dusun dan tokoh masyarakat dusun Jogowono
dengan jumlah 3 orang. Penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tekhnik analisis data yang
digunakan dengan reduksi data, penyusunan data dan kategorisasi.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Tradisi sedekah bumi
bermakna ucapan rasa syukur manusia atau masyarakat setempat kepada Allah
SWT, hal ini yang melandasi adanya tradisi sedekah bumi. Sedekah bumi berawal
dari Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama islam di tanah Jawa dengan
menggunakan perantara wayang kulit sebagai medianya. Dalam pagelaran
wayang kulit tersebut mengandung makna atau pesan-pesan tentang materi
keislaman yang mudah dimengerti masyarakat Jawa, sehingga masyarakat
setempat tersebut dapat memeluk agama Islam. (2) Nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung dalam tradisi sedekah bumi adalah pertama nilai akidah, yaitu
tentang keimanan. Dalam sedekah bumi terdapat do‟a dan tahlil sebagai
permulaan diadakanya upacara sedekah bumi tersebut, hal itu menunjukkan
bahwa walaupun mengadakan acara apapun harus tetap mengingat dan dengan
dasar beriman kepada Allah SWT. Kedua nilai akhlak, yaitu ajaran baik dan buruk
dalam suatu perbuatan. Seperti makna dari tradisi sedekah bumi sendiri yaitu
bersyukur, bersyukur merupakan suatu hal yang mencerminkan ajaran baik dalam
agama Islam. Ketiga terdapat nilai ibadah, misalnya ibadah shalat. Shalat
bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT. Dalam pagelaran wayang kulit pada
upacara sedekah bumi terdapat tokoh bernama Werkudara yang melambangkan
ibadah yaitu shalat. Werkudara itu tidak dapat berjongkok seperti halnya shalat
yang tidak ada gerakan jongkok sama sekali. Hal ini hanya sebuah perumpamaan
untuk mendorong umat islam agar melaksanakan sebuah kewajiban dalam agama
Islam yaitu shalat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negari kaya budaya, dengan kebudayaan dan tradisi
yang tinggi diantaranya pada budaya atau tradisi yang melekat dan harus
dijaga kelestarianya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Budaya
mempunyai arti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar untuk
diubah. Sedangkan menurut Jalaluddin, (1996, 169) kebudayaan dalam suatu
masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup
oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena dijadikan
kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku maka kebudayaan
cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat, dan tradisi itu ialah
sesuatu yang sulit berubah, karena sudah menyatu dalam kehidupan
masyarakat pendukungnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang tergolong
masyarakat majemuk, dan salah satu hal dalam kemajemukan itu yaitu
adanya berbagai macam ritual atau upacara keagamaan yang dilaksanakan
dan dilestarikan oleh masing-masing daerah. Tradisi atau ritual merupakan
sebuah karya ciptaan manusia yang tidak bertentangan dengan ajaran inti dari
sebuah agama, yang tentunya agama Islam akan membenarkanya. Dapat
dilihat dari wali Allah atau yang biasa disebut dengan walisongo yang tetap
berusaha melestarikan adat jawa yang tidak melenceng dari ajaran agama
2
Islam. Satu-satunya diantara sekian banyak tradisi yang masih ada hingga
saat ini dan masih tetap dilestarikan adalah tradisi pada masyarakat Jawa.
Jawa memiliki arti tersendiri, pertama berarti semacam rumput
(jawawut), pulau jawa berarti pulau jawawut (padi, beras). Kedua, kata jawa
berhubungan dengan nilai moral, misalnya dalam istilah “tidak jawa” berarti
tidak mengerti aturan, bodoh, atau dungu dan kata njawani berarti bertutur
kata, bersikap, dan berperilaku Jawa. Ketiga, “jawa” berarti bahasa dan
kebudayaan yang dimiliki oleh suku bangsa Jawa. Bahasa jawa itu sendiri
menurut Poerbatjaraka tergolong bahasa Austronesia, yaitu bahasa-bahasa
yang dipergunakan oleh bermacam-macam bangsa pribumi yang mendiami
kepulauan sebelah tenggara benua Asia, perbatasan sebelah utara mulai pulau
Formosa ke selatan, perbatasan sebelah barat mulai pulau Madagaskar terus
ke timur sampai daratan Amerika Selatan bagian barat (Darmoko, 2).
Dalam tradisi Jawa terdapat istilah saben wilayah duwe tradhisi lan
paugeran dhewe yang berarti setiap wilayah atau daerah memiliki tradisi dan
aturan masing-masing. Yang dimaksud dari istilah tersebut adalah dalam
daerah pasti memiliki adat atau aturan yang harus dipatuhi. Sudah tidak
menjadi hal yang tabu bahwa aturan bermasyarakat memang harus dipatuhi
dalam tanda kutip garis keras.
Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang ditakdirkan untuk
mematuhi aturan alam yang terikat dimanapun dan kapanpun manusia itu
berada. Tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan manusia terdapat kehidupan
yang berkaitan antara manusia dengan alam dimana manusia tersebut berada
3
(Suratman dkk, 2010: 260). Seperti halnya masyarakat jawa misalnya, yang
sampai sekarang ini mempunyai tradisi kental yang dijaga kelestariannya oleh
masyarakat. Masyarakat jawa percaya bahwa tradisi yang telah turun-temurun
dari nenek moyang tersebut merupakan tradisi yang dapat memberikan
berbagai pelajaran, salah satu yang dapat diambil adalah pelajaran yang
membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam pada tradisinya. Hal
tersebut yang membuat masyarakat jawa masih melestarikan budayanya.
Salah satu budaya jawa yang tetap dilestarikan adalah tradisi sedekah
bumi. Upacara adat sedekah bumi yaitu salah satu upacara yang menunjukan
bahwa negara Indonesia adalah negara yang memiliki kebudayaan yang
beraneka ragam. Sedekah bumi merupakan upacara adat masyarakat Jawa
untuk menunjukkan rasa syukur manusia kepada Allah SWT atas rezeki yang
telah diberikan melalui bumi (tanah) berupa berbagai macam hasil bumi
(Bayuadhy, 2015: 82). Dalam tradisi sedekah bumi dipercaya bahwa dengan
sedekah bumi artinya masyarakat sudah berterimakasih kepada Allah atas
rahmat, hidayah, karunia dan rezeki yang telah diberikan oleh-Nya.
Sebagai wujud dari balas budi atau timbal balik pada alam, manusia
bisa melakukan sebuah tindakan yang positif. Sebagaimana yang menjadikan
sebuah rancangan culture manusia yang terdiri dari ide, kegiatan, perbuatan,
dan juga rupa atau bentuk (benda) (Sulaeman, 1998: 13). Masyarakat
menerapkan rasa syukurnya melalui ide yang diwujudkan kedalam bentuk
tindakan atau aktivitas. Penerapan tersebut melalui sebuah budaya atau tradisi
4
sebagai cipta karya masyarakat sendiri yaitu sedekah bumi yang dilaksanakan
saat bulan Rajab misalnya.
Sedekah bumi yang dilakukan oleh warga masyarakat disetiap daerah
tentu memiliki ciri atau khas masing-masing. Dalam upacara sedekah bumi
yang dilaksanakan di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo acara dihadiri banyak orang yaitu sejumlah penduduk
di Dusun Jogowono, dimana orang yang hadir adalah perwakilan satu
keluarga mewakilkan satu orang untuk hadir saat acara genduri berlangsung.
Yang masing-masing dari orang tersebut membawa nasi beserta lauk pauknya
untuk dibawa ke tempat yang ditunjuk sebagai tempat dilaksanakanya
sedekah bumi tersebut. Sedekah bumi bertempat di rumah Kepala Dusun
Jogowono yaitu kediaman Bapak Samyadi.
Bentuk upacara sedekah bumi yang dilaksanakan di Dusun Jogowono
di awali dengan do‟a bersama atau biasa disebut dengan selametan genduren
sebagai acara intinya. Dalam selametan tersebut perwakilan dari keluarga tadi
membawa bakul atau biasa disebut dengan besekan nasi, yang berisis nasi
berserta lauk pauknya dan pemilik rumah sendiri menyiapkan golongan
tumpeng, jenang abang putih, telo, liwet tuwo, kembang, dan iwak ingkung.
Hal tersebut mempunyai makna tersendiri. Tumpengan yang berbahan dasar
nasi dibuat dengan bentuk kerucut, golongan yang dibuat dengan nasi
berbentuk bulat-bulat memiliki makna satu kesatuan. Kita berada di negara
kesatuan republik Indonesia yang memiliki seribu pulau jika melihat dari
kedudukan geografis yang kaya akan budaya yang berbeda-beda. Hal itu
5
tidak menutup kemungkinan bahwa kita sebagai warga masyarakat yang baik
kita harus menjaga kesatuan ke-Bhinekaan negara Indonesia.
Sego tumpengan yang berbentuk kerucut dibuat dengan nasi tersebut
melambangkan sebuah pengerucutan manusia yang merupakan hamba sang
pencipta dan harus percaya bahwa Allah SWT adalah Maha Esa. Kemudian
makna dari jenang abang putih yaitu lambang bendera Indonesia sendiri.
Jenang abang putih yang dibuat menggunakan nasi yang dibuat bubur dengan
warna putih yaitu bubur asli tanpa campuran pewarna dan bubur abang atau
warna cokelat dengan campuran gula jawa. Sedangkan iwak ingkung adalah
berupa ayam yang sudah direbus dan ditali badannya. Menunjukkan sebuah
makna yaitu makhluk hidup yang sudah tidak bernyawa maka tidak bisa
melakukan apapun dan kembali ke maha sang pencipta yaitu Allah SWT
(Wawancara 2019).
Dalam selametan genduren dilakukan do‟a bersama yang bertujuan
untuk ucapan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan
pertolongan dan keselamatan bagi seluruh warga masyarakat di Dusun
Jogowono tersebut. Selain acara berdo‟a bersama pada genduren, acara
selanjutnya yaitu pertunjukan seni tradisional pagelaran wayang kulit,
biasanya waktu pagelaran berlangsung selama semalam suntuk. Dalam
pagelaran wayang kulit tersebut, wayang yang ditampilkan oleh dalang tidak
melulu wayang kulit, tapi juga wayang golek sebagai selingan saat acara
limbuan. Jadi lakon yang diperankan selain tokoh dalam pewayangan seperti
semar, gareng, petruk dan bagong juga terdapat peran lain yang lebih modern
6
dan fenomenal yang banyak digemari oleh penonton masa kini yaitu peran
cepot, pocong dan peran kuntilanak sebagai selingan pada cerita pewayangan
tersebut. Hal tersebut yang membuat peneliti merasa bahwa tradisi sedekah
bumi atau yang biasa disebut rejepan yang dilaksanakan di Dusun Jogowono
ini merasa istimewa dan pantas dilestarikan dalam jajaran tradisi kebudayaan.
Dalam sejarah kebudayaan di Dusun Jogowono Desa Donorejo
Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, tradisi sedekah bumi
menanggap pagelaran wayang kulit, awal mulanya pagelaran wayang kulit
digunakan untuk dakwah penyebaran Islam di tanah Jawa. Unsur lain dari
pagelaran wayang kulit yang mengandung nilai keIslaman yaitu salah satu
tokoh dalam pewayangan yang bernama Janaka, itu sebenarnya nama lain
dari Janakun atau dalam bahasa arab adalah Jannah yang artinya surga.
Dalam agama Islam, manusia dituntun untuk menaati syariat Islam dengan
salah satu tujuannya yaitu masuk ke surga. Cerita dalam wayang kulit
terdapat tokoh bernama Prabu Puntadewa yaitu pemimpin para Pandawa.
Beliau adalah orang yang memiliki Jimat Kalimasada, dalam Islam
sebenarnya makna Kalimasada adalah kalimat syahadat. Kalimat syahadat
sendiri merupakan rukun Islam nomor satu yang termasuk syarat masuknya
Islam. Semua acara pagelaran wayang kulit semalam suntuk dan acara
genduren atau berdo‟a bersama tersebut berada dalam satu kesatuan yaitu
sedekah bumi (Observasi 2019).
Sedekah bumi sendiri sebenarnya adalah sebuah hubungan timbal
balik karena manusia itu tinggal di bumi, maka harus mengadakan syukuran.
7
Orang Jawa yang umumnya berprofesi sebagai seorang petani selalu
melakukan tradisi ini dengan tujuan adanya timbal balik antara bumi dan
manusia. Sedekah bumi dilakukan dengan harapan supaya di tahun yang akan
datang menjadi lebih baik dan selalu di karuniai rahmat serta dijaga
keselamatannya dari mara bahaya.
Dari tradisi sedekah bumi yang rutin dilaksanakan pada setiap daerah
tersebut tentu memiliki nilai-nilai yang ada didalamnya. Hal tersebut
merupakan salah satu alasan masyarakat enggan meninggalkan tradisi
sedekah bumi tersebut.Suatu tradisi biasanya dibangun dari gagasan hidup
masyarakat daerah yang diolah berdasar pandangan dan nilai hidup yang
diakui manfaat dan kebenaranya (Koentjaraningrat, 1985: 27). Nilai-nilai
yang terdapat pada tradisi sedekah bumi diantaranya ada nilai estetika yang
merupakan nilai tentang seni atau keindahan. Dalam budaya sedekah bumi
sendiri salah satu runtutan acaranya yaitu adanya pagelaran wayang kulit
yang merupakan acara inti dari sedekah bumi. Hal ini membuat seni
keindahan tersendiri bagi upacara sedekah bumi yang dilaksanakan oleh
masyarakat. Nilai merupakan sebuah keyakinan atau kepercayaan yang
menjadikan seseorang memilih dan bertindak. Selain etika dan estetika, nilai
memiliki berbagai macam jenis yaitu nilai sosial, nilai kebenaran, nilai
keindahan, nilai moral dan nilai agama atau religius. Yang akan penulis
jelaskan lebih detail adalah nilai agama atau religius atau yang lebih dikenal
dengan nilai pendidikan Islam.
8
Nilai yang terdapat pada adat sedekah bumi salah satunya adalah nilai
pendidikan Islam. Pendidikan nilai merupakan inti yang ada pada pendidikan
agama Islam. Tujuan dari pendidikan adalah mendidik perilaku manusia yang
didalam ajaran Islam dikenal dengan mendidik akhlak mulia berdasarkan Al-
Qur‟an dan hadis (Frimayanti, 2017: 227). Nilai adalah sesuatu yang bersifat
abstrak tapi bernilai sifatnya. Dengan sifatnya yang bernilai itulah yang
membuat semua orang mencoba mendapatkanya, dalam artian lain nilai itu
sifatnya berharga.
Pendidikan Islam adalah sebuah pendidikan yang mempunyai tujuan
membentuk pribadi yang baik, dengan mengembangkan potensi, baik
berbentuk jasmani atau rohani, dan menyuburkan hubungan harmonis setiap
manusia dengan sesama manusia, dengan alam semesta dan Allah SWT.
Pendidikan Islam bertolak dari pandangan Islam tentang manusia. Dalam Al-
Qur‟an sudah dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki
fungsi berlipat ganda yang sekaligus mencakup tugas pokok. Manusia
merupakan khalifah Allah SWT di muka bumi adalah fungsi yang pertama,
hal tersebut memiliki makna bahwa manusia diberikan sebuah amanah untuk
merawat, memelihara, memanfaatkan dan melestarikan alam semesta (Daulay
dkk, 2012: 3). Bila disangkut pautkan dengan apa yang akan diteliti yaitu
tentang tradisi sedekah bumi. Maka sudah sepantasnya manusia memelihara
dan melestarikan budaya turun temurun yang sudah ada dan menjadikan
budaya tersebut sebagai pelajaran nilai pendidikan Islam.
9
Nilai pendidikan Islam merupakan kegiatan mendidik atau
membimbing, mengarahkan dalam kaitanya dengan hal-hal yang bermanfaat
untuk mencapai tujuan yaitu perkembangan sesuai dengan syariat Islam.
Dari latar belakang tersebut penulis menjadi merasa tertarik dan lebih
termotivasi untuk melaksanakan suatu penelitian tentang “Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedekah Bumi di Dusun Jogowono Desa
Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Tahun 2020”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka dapat
diambil beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Bagaimana sejarah dan proses kegiatan tradisi sedekah bumi di Dusun
Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
Tahun 2020?
2. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sedekah bumi di
Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo Tahun 2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan sejarah dan proses kegiatan tradisi sedekah bumi
di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo Tahun 2020.
10
2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sedekah
bumi di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo Tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat kita ambil dari penelitian yang
dilakukan peneliti adalah diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan
tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sedekah bumi di Dusun
Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
Tahun 2020.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti adalah dijadikan deskripsi atau sebuah pelukisan dari tradisi
sedekah bumi dan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang tradisi
sedekah bumi di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo Tahun 2020.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan penjelasan
mengenai istiah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran. Di
bawah ini merupakan penjelasan maksud dari kata-kata di atas:
11
1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Nilai ialah sesuatu yang berbentuk abstrak, yang bernilai mensifati
dan disifatkan terhadap satu hal yang ciri-cirinya dapat dilihat dari perilaku
orang, yang mempunyai hubungan yang memiliki kaitan dengan tindakan,
fakta, norma, keyakinan dan moral (Frimayanti, 2017: 229).
Menurut Muhmidayeli (2013: 110) pengertian nilai adalah suatu
hal yang mendeskripsikan keindahan, yang menakjubkan dan mempesona,
yang bisa membuat kita menjadi senang dan bahagia juga sesuatu hal yang
menjadikan seseorang ingin memilikinya.
Nilai merupakan sesutau hal yang sifatnya berharga, dan dengan
nilai bisa diketahui hal yang baik dan buruk, salah dan benar sehingga
dapat menjadi sebuah acuan dalam bertindak apalagi di kehidupan
bermasyarakat satu dengan yang lain.
Pendidikan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk
mengembangkan pribadi manusia yang akan berjalan seumur hidup.
Dengan maksud lain pendidikan tidak hanya dilakukan di dalam kelas
tetapi kegiatan juga dapat dilakukan di luar kelas dan pendidikan tidak
hanya bersifat formal saja tapi mencakup pula yang non formal. Secara
umum pendidikan dapat dimaknai dengan suatu usaha manusia yang
bertujuan membina pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku
pada masyarakat dan juga kebudayaan (Zuhairini, 1995: 150). Pendidikan
ialah tindakan secara sadar yang bertujuan untuk mengembangkan dan
12
memelihara fitrah dan potensi menuju kesempurnaan insan (insan kamil)
(Achmadi, 1987: 5).
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang memiliki sebuah tujuan
untuk membentuk individu yang baik, dengan cara mengembangkan
potensi manusia baik berupa jasmani, rohani, menyuburkan hubungan
rukun atau harmonis setiap manusia dengan sesama manusia, manusia
dengan alam semesta dan manusia dengan Allah SWT. Pendidikan Islam
adalah pendidikan yang memiliki tujuan membentuk dan mengembangkan
potensi pada pribadi muslim seutuhnya (Daulay dkk, 2012: 3).
2. Sedekah Bumi
Sedekah bumi adalah sebuah culture yang telah menjadi adat pada
kalangan masyarakat yang dilaksanakan pada masa-masa panen raya hasil
bumi seperti panen jagung, padi, dan panen yang lain secara serentak
(Arinda, 2014: 103). Tradisi sedekah bumi selain untuk rasa wujud syukur
kepada Allah SWT, juga bisa diwujudkan sebagai kearifan lokal dalam
bentuk upacara atau adat sebagai wujud komunikasi manusia dengan
alamnya (Slamet, 2015: 47). Ritual sedekah bumi merupakan sebuah ritual
yang pantas dilestarikan, hingga saat ini sedekah bumi masih terus
dilaksanakan. Karena dengan terus dilestarikanya sebuah tradisi maka adat
tersebut berpotensi untuk dikenal oleh masyarakat luas (Lestari, 2017: 2).
Tradisi sedekah bumi adalah satu diantara tradisi yang menjadi
bukti nyata bahwa negara Indonesia memiliki kebudayaan yang begitu
beraneka ragam. Sedekah bumi merupakan kebudayaan milik suku jawa.
13
Tradisi sedekah bumi masih terus diaksanakan, karena dengan terus
berjalanya suatu tradisi maka budaya tersebut berpotensi untuk dikenal
oleh masyarakat luas. Saat ini tradisi sedekah bumi memang kurang
diperhatikan keberadaanya dibandingkan kebudayaan yang lain (Lestari
dkk, 2017: 2).
F. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari
lima BAB, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada BAB I Pendahuluan ini terdiri atas Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada BAB II ini terdiri atas Landasan Teori (telaah teoritik terhadap
pokok permasalahan / variabel permasalahan / variabel penelitian yang
relevan (kajian penelitian terdahulu), kajian pustaka / hasil penelitian yang
relevan (kajian penelitian terdahulu), kerangka berfikir dan hipotesis
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian,
pengembangan media, metode pengumpulan data dan tekhnik analisis data.
14
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan
Analisis data dan pembahasan yang terdiri atas deskripsi data, analisis
data dan pembahasan.
BAB V Penutup
Penutup yang terdiri atas kesimpulan dari pembahasan dan saran bagi
pemerintah Desa Donorejo, masyarakat dan peneliti selanjutnya.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
a. Pengertian Nilai
Nilai dalam bahasa Inggris Valere yang berarti berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, kuat. Ditinjau dari segi harkat, nilai merupakan
kualitas sesuatu yang menjadikan sesuatu itu dapat disukai, diinginkan,
berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Dari segi keistimewaan,
nilai adalah hal yang berharga, dinilai berharga atau tinggi. Nilai ialah
sesuatu yang berbentuk abstrak, yang bernilai mensifati dan disifati
terhadap sesuatu hal yang ciri-cirinya dapat dilihat dari perilaku
seseorang, yang memiliki hubungan yang berkaitan dengan fakta,
tindakan, norma, moral, dan keyakinan (Frimayanti, 2017: 229). Nilai
merupakan sesuatu hal yang sifatnya berharga, dan dengan nilai bisa
diketahui hal yang baik dan buruk, salah dan benar sehingga dapat
menjadi sebuah acuan dalam bertindak apalagi di kehidupan
bermasyarakat satu dengan yang lain.
Menurut Muhmidayeli, (2013: 110) pengertian nilai adalah
gambaran sesuatu yang indah, yang mempesona, menakjubkan, yang
membuat kita bahagia dan senang serta merupakan sesuatu yang
menjadikan seseorang ingin memilikinya. Dengan kata lain, nilai yaitu
16
sesuatu yang kita setujui atau kita iyakan, sedangkan sesuatu yang tidak
kita inginkan seperti misalkan musibah itu bukan termasuk nilai atau
bisa disebut non nilai atau disvalue. Sesuatu yang kita harapkan itu
bersifat positif.
Kattsoff dalam Soejono Soemargo (2004: 323), mengatakan
hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga cara yaitu, pertama nilai
sepenuhnya berhakekat subyektif tergantung dengan pengalaman
manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua, nilai adalah kenyataan jika
ditinjau dari segi ontology, namun tidak berada pada suatu ruangan dan
waktu. Nilai tersebut dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai
merupakan unsur objektif yang menyusun kenyataan.
Mengenai makna nilai, Kattsoff mengatakan bahwa nilai
memiliki berbagai macam arti atau makna. Nilai bermakna bahwa
sesuatu itu harus berguna, nilai yang baik, benar atau indah. Nilai
mempunyai objek keinginan. Dengan nilai seseorang bisa mengambil
sikap setuju dan menanggapi suatu hal yang diinginkan atau
menggambarkan nilai tertentu.
b. Jenis-Jenis Nilai
Ada dua komponen dasar dalam aksiologi yang merupakan jenis
nilai, yaitu nilai estetika dan nilai etika. Dalam filsafat teori nilai
mengarah pada masalah etika dan estetika. Estetika yang bersangkutan
pada masalah keindahan dan etika yang berkaitan dengan kebaikan.
17
1) Etika
Dalam istilah etika berasal dari bahasa Yunani dengan kata
“Ethos” yang artinya tradisi adat atau kebiasaan. Dalam bahasa latin,
moral dari kata “mores” yang berarti tradisi atau adat kebiasaan.
Moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata
tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing
tingkah laku baku dalam hidup (Rochimah N. A & Zaman B, 2018:
7). Pendidikan moral bertujuan untuk menghargai dan menghormati
manusia sebagai manusia serta memperlakukan manusia sebagai
manusia merupakan kewajiban manusiawi setiap manusia (Zaman B.
& Rochimah N.A, 2019: 21). Etika adalah teori yang mempelajari
tentang tradisi adat atau sebuah kebiasaan, secara teoritis bahasan
tentang nilai tradisi dan kebiasaan, sedangkan pelaksanaan moral
lebih ke kehidupan.
Etika merupakan sebuah cabang dari ilmu filsafat yang
berbicara tentang tindak tabduk manusia. Cara pandang seseorang
dari sudut perilaku baik atau tidaknya. Sebagai ilmu, etika
mempunyai objek kajian yaitu tingkah laku manusia, dimana dengan
sudut pandang yaitu normatif atau melihat dari sisi baik dan buruk
tindak tanduk manusia.
2) Estetika
Estetika merupakan suatu cabang dari ilmu filsafat yang
memiliki arti sebuah nilai yang berhubungan dengan keindahan,
18
pengalaman yang ada kaitanya dengan seni. Estetika ialah ilmu yang
membahas tentang bagaimana keindahan itu berbentuk. Misalkan
keindahan pada sebuah puisi atau teks lagu yang terbentuk melalui
dua unsur yaitu keindahan instrinsik dan ekstrinsik. Keindahan
instrinsik adalah keindahan yang bisa disampaikan melalui sebuah
pesan misalkan pesan yang ada pada syair pada lagu. Keindahan
ekstrinsik adalah jenis keindahan yang diciptakan melalui diksi,
irama dan gaya bahasa (Frimayanti, 2017: 231). Keindahan
mempunyai makna segala hal memiliki unsur yang tertata secara
berurutan dan harmonis dalam hubungan yang menyeluruh dan utuh.
c. Teori Nilai dalam Islam
Dalam Islam, Allah SWT menciptakan sesuatu hal pasti
memiliki nilai, baik itu nilai yang bersifat baik atau tidak dan
bermanfaat bagi manusia. Semua ciptaan Allah SWT pasti memiliki
nilai. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ali Imran ayat 191
yang berbunyi:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
19
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai umat
manusia harus menjadi sebaik-baiknya umat, yaitu amar ma‟ruf nahi
mungkar yang berarti berbuat yang baik dan mencegah yang buruk dan
berimanlah kepada Allah SWT. Dalam ayat tersebut juga terdapat
kandungan nilai-nilai yang menyuruh kita untuk berbuat baik. Sudah
sewajarnya kita sebagai manusia harus menjaga perbuatan kita berusaha
untuk berbuat baik. Karena perbuatan baik tersebut dinilai sebagai
amalan soleh, walaupun perbuatan baik tersebut kecil atau sedikit tetap
akan mendapatkan balasannya di dunia ini. Dalam hal ini Islam,
mengakui bahwa landasan utama dalam kebaikan nilai adalah Allah
SWT.
d. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan proses yang mencakup tiga dimensi yaitu
mulai dari dimensi individu, masyarakat atau komunitas nasional dari
individu tersebut baik material maupun spiritual yang memainkan
sebuah peran dalam menentukan nasib, sifat dan bentuk manusia
maupun masyarakat. Pendidikan itu lebih dari sebuah pengajaran,
pendidikan bisa disebut dengan transfer ilmu atau transformasi nilai,
dan membentuk pribadi dengan semua aspek yang dicakupnya.
Pendidikan bisa diartikan dengan upaya dalam menuntun anak
sejak kecil agar tercapai kedewasaan jasmani atau rohani, dalam
interaksi alam serta lingkunganya (Nurkholis, 2013: 26).
20
Pendidikan yaitu suatu proses yang bertujuan membina kualitas
manusia seutuhnya agar bisa melaksanakan peran dalam kehidupan
secara fungsional dan optimal. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai
proses manusia dalam tujuan memberdayakan dirinya (Soyomukti,
2010: 27). Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik manusia
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan
alam semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang
terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia, moral,
intelektual dan jasmani, oleh dan untuk pribadi individu dan kegunaan
masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas
tersebut bagi tujuan hidupnya.
Pendidikan merupakan suatu proses suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan
juga adalah suatu proses suatu bangsa atau negara membina dan
mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu (Zaman,
2019: 19-20).
Secara umum pendidikan juga bisa diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina pribadi yang sesuai dengan nilai yang ada
pada masyarakat dan juga budaya (Zuhairini, 1995: 149). Pendidikan
menggambarkan interaksi pendidik dengan peserta didik guna mencapai
visi pendidikan yang berlangsung dalam lembaga pendidikan forman
maupun nonformal. Pendidikan yang dilaksanakan pada dasarnya
21
semua sama, yakni memberi bimbingan agar peserta didik dapat hidup
mandiri sehingga dapat melanjutkan dan melestarikan tradisi serta nilai-
nilai yang berkembang di masyarakat (Zaman, 2018: 130). Melalui
pendidikan yang terprogram dan terkelola dengan baik dan intensif, titik
optimum usaha pendidikan akan terwujud. Pendidikan dikatakan
berhasil apabila mampu mengubah tingkah laku manusia ke arah yang
positif (Rochimah, N. A & Zaman B, 2018: 31).
Sedang Islam berasal dari bahasa arab yaitu aslama yuslimu
Islaman yang artinya patuh, tunduk, dan berserah diri. Kemudian Islam
menjadi sebuah nama dari agama yang memiliki ajaran wahyu dari
Allah SWT kepada umat manusianya melalui perantara Rasulullah
SAW (Nata, 2009: 338). Islam merupakan agama dakwah, yaitu agama
yang menugaskan ummatnya dalam penyebaran dan penyiaran Islam
pada seluruh umat manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam
dapat menjamin tercapainya bahagia dan sejahteranya umat manusia
(Alam, 2016: 111).
Dengan demikian yang dimaksud dari pendidikan Islam menurut
Ahmad D.Marimba, (1989: 23) adalah bimbingan rohani dan jasmani
yang berdasarkan hukum agama Islam yang mempunyai tujuan yaitu
terbentuknya pribadi yang baik.
e. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah sebuah cita-cita yaitu suasana yang ideal yang
ingin dicapai atau diwujudkan, karena dalam suatu kegiatan atau
22
aktivitas pasti memiliki cita-cita dan harapan yang diinginkan. Dengan
tujuan atau harapan tersebut pelaku dari yang menharapkan pasti akan
berusaha dalam mencapai cita-cita yang diharapkan. Tujuan merupakan
dunia cita yang sukar untuk dicapai. Ia berada di dunia luar sana yang
hanya sebuah angan-angan. Untuk mendapatkan harapan atau tujuan
tersebut memerlukan usaha yang maksimal, maka dari itu sebuah tujuan
bisa diibaratkan sebagai sebuah anak tangga. Dimana untuk
mendapatkan anak tangga yang paling atas harus melalui tangga-tangga
yang ada dibawahnya sebelum menuju ke tangga paling atas tersebut
(Saat, 2015: 9). Dalam hal ini tujuan pendidikan dalam bentuk
taksonomi (sistem klasifikasi) yang terutama meliputi:
1) Pembinaan kepribadian, yang meliputi sikap atau attitude, daya pikir
praktik rasional, obyektivitas, loyalitas kepada bangsa dan ideologi
dan sadar nilai-nilai moral dan agama.
2) Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materiil) yaitu materi ilmu itu
sendiri.
3) Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan atau skill nilai-nilai
praktis.
4) Pembinaan jasmani yang sehat (Zuhairini, 1995: 161).
Tujuan pendidikan adalah penegasan nilai yang ingin dicapai
dalam pribadi manusia tersebut. Tujuan pendidikan Islam menurut Heri
Gunawan, (2014: 5) diantaranya:
23
1) Agar manusia mengetahui penciptanya yaitu Allah SWT dan
membangun hubungan yang baik denganNYA.
2) Manusia senantiasa berperilaku sesuai syariat Islam.
3) Melatih individu dalam mengahadapi masalah di dunia.
4) Meneguhkan umat Islam agar mengikuti kaidah Islam.
5) Membimbing umat manusia dalam penyebaran agama Islam.
6) Menanamkan keimanan dalam hati umat manusia dengan persamaan
derajat dan persatuan manusia.
Tujuan pendidikan Islam terkait erat dengan tujuan penciptaan
manusia sebagai khalifah Allah SWT. Rincian-rincian dari itu telah
diuraikan oleh banyak pakar pendidikan Islam. Di antaranya „Atiyah Al
Abrasyi dalam Daulay, (2012: 8) mengemukakan rincian aplikasi dari
tujuan pendidikan Islam tersebut:
1) Untuk membantu pembentukan akhlak mulia.
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
3) Menumbuhkan roh ilmiah.
4) Menyiapkan peserta didik dari segi profesional.
5) Persiapan untuk mencari rezeki.
Tujuan akhir dari kegiatan dalam sebuah pendidikan adalah
dunia harapan atau cita-cita, dunia ide yang hanya berada dalam pikiran
manusia. Misalnya terbentuknya kepribdian muslim atau terbentuknya
manusia pengabdi sebagai hamba Allah SWT (Saat, 2015: 11).
24
f. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Nilai-nilai pendidikan Islam adalah seperangkat kepercayaan
atau keyakinan yang ada di dalam diri manusia yang sesuai dengan
norma ajaran Islam untuk menciptakan insan kamil atau manusia
sempurna (Nugroho, 2017: 75).
Nilai-nilai pendidikan Islam yaitu sifat-sifat atau hal-hal yang
melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia
untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Allah
SWT (Zein dkk, 2017: 61).
Dalam Al-Qur‟an memuat nilai normatif yang menjadi sebuah
patokan atau acuan dalam pencapaian pendidikan Islam. Nilai yang
dimaksud disini adalah:
1) I‟tiqadiyah, yaitu yang berkaitan dengan pendidikan iman, misalnya
percaya kepada Allah SWT, percaya kepada malaikat, percaya
kepada rasul, percaya pada kitab, percaya kepada hari akhir dan
percaya kepada takdir. Pendidikan I‟tiqadiyah ini bertujuan untuk
menata kepercayaan pada setiap individu.
2) Khuluqiyah, hal ini berkaitan dengan pendidikan etika yang
mempunyai tujuan membersihkan diri dari kegiatan atau perilaku
yang tidak baik dan agar menerapkan perilaku terpuji atau
mahmudah.
25
3) „Amaliyah, yang berkaitan dengan pendidikan pada aktivitas sehari-
hari, baik itu yang berkaitan dengan pendidikan ibadah ataupun
pendidikan muamalah.
2. Sedekah Bumi
a. Pengertian Sedekah Bumi
Sedekah bumi atau yang biasa disebut dengan tradisi yang
ditujukan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan simbol kerukunan antar warga. Sedekah bumi juga dapat
disebut sebagai wujud kearifan lokal dalam bentuk upacara atau adat
sebagai wujud komunikasi manusia dengan alamnya (Slamet, 2015: 48).
Kearifan lokal budaya Jawa itu menyangkut berbagai aspek nilai,
seperti nilai kepemimpinan, toleransi, nasionalisme, keadilan,
kebenaran, kejujuran, dan kesempurnaan. Berfilsafat dalam arti luas, di
dalam kebudayaan Jawa berarti ngudi kasampurnan. Manusia
mencurahkan eksistensinya, baik jasmani maupun rohani, untuk
mencapai tujuan itu. Usaha tersebut merupakan suatu kesatuan, suatu
kebulatan. Di dalam metafisika, ungkapan tentang ada (alam semesta,
Tuhan, dan manusia), dipandang sebagai hasil pemikiran, pengalaman,
dan penghayatan manusia, dengan cirri-ciri Tuhan adalah ada semesta,
alam semesta merupakan pengejawentahan Tuhan, alam semesta dan
manusia merupakan satu kesatuan (Ciptoprawiro, 1986: 5).
Sedekah bumi merupakan adat istiadat yang sedikit banyak
bermuatan nilai-nilai animisme dan dinamisme yang mendapat
26
pengaruh Hindhu-Budha, sesuai kepercayaan animisme dan dinamisme
ini sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebelum datangnya
Hindhu-Budha masuk di Indonesia. Dan setelah masuknya Hindhu-
Budha tersebut pengaruhnya menimbulkan akulturasi budaya yaitu
percampuran dua budaya (Hidayatullah, 2012: 2). Kepercayaan
animism ialah suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada
benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia sendiri.
Semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib
dan memiliki roh yang buruk maupun yang baik (Koentjaraningrat,
1994: 103). Selain kepercayaan animism, masyarakat Jawa pra Hindu
Budha juga mempunyai kepercayaan dinamisme yaitu mempercayai
bahwa dalam benda-benda tertentu, baik benda hidup, benda mati atau
yang telah mati, ada kekuatan gaib yang memberikan kepada yang
memilikinya suatu kemampuan baik atau tidak baik (Bustanudin, 2006:
342).
Kepercayaan-kepercayaan itulah yang menjadi agama
masyarakat Jawa yang pertama sebelum datang berbagai agama ke
tanah air khususnya Indonesia. Mereka mempunyai anggapan bahwa
semua yang bergerak adalah hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau
memiliki roh yang berwatak baik dan buruk. Sehingga mereka
memandang roh-roh dan tenaga-tenaga gaib tersebut sebagai Tuhan
yang Maha Kuasa yang dapat mencelakakan serta sebaliknya dapat
menolong kehidupan manusia (Simuh, 1996: 114).
27
Sedekah bumi adalah salah satu jenis budaya masyarakat yang
dimana sedekah bumi tersebut hasil konvensi atau kesepakatan bersama
masyarakat untuk diakulturasikan dalam budaya Jawa asli dengan nilai
yang diajarkan dalam agama Islam (Arinda, 2014: 108). Sedekah bumi
merupakan salah satu upacara adat berupa prosesi seserahan hasil bumi
dari masyarakat kepada alam. Upacara sedekah bumi ini ditandai
dengan diadakanya pesta rakyat.
Tujuan masyarakat setempat mengadakan upacara sedekah bumi
tersebut adalah sebagai ungkapan rasa syukur yang telah diberikan oleh
Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan olehNYA, baik
karunia kesehatan, ketentraman hidup dan yang paling pasti
bertrimakasih atas sandang pangan papan yang diberikan. Upacara
sedekah bumi ini sebagai rasa ucapan syukur kepada Allah SWT atas
hasil bumi. Kemudian tujuan selanjutnya adalah memberikan rasa
hormat kepada para leluhur setempat guna bertimakasih telah berjasa
dalam babat alas sebagai daerah atau tempat tinggal bagi masyarakat
daerah setempat. Kemudian, dengan diadakanya upacara sedekah bumi
tersebut masyarakat bisa saling tetap menjaga solidaritas antar sesama
dan bersama-sama dalam melestarikan budaya asli setempat (Arinda,
2014: 109).
b. Proses Upacara Adat Sedekah Bumi
Upacara sedekah bumi diadakan dihari yang tepat, biasanya
pencarian hari dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum upacara sedekah
28
bumi dilakukan. Penentuan hari yang tepat tersebut dilakukan
musyawarah adat oleh para petinggi masyarakat sehingga disepakati
hari dilaksanakanya upacara sedekah bumi tersebut jatuh pada hari
tertentu. Setelah hari yang ditentukan, masyarakat juga menentukan
apakah malamnya dalam hari H dilaksanakanya upacara sedekah bumi
tersebut akan diadakan seni pagelaran wayang kulit atau tidak. Karena
nanggap wayang tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi
nanggap wayang tersebut disesuaikan dengan kantong masyarakat. Hal
ini disebabkan pelaksanaan pagelaran wayang kulit ini sumber dananya
berasal dari iuran masyarakat (Hidayatullah, 2013: 8).
Dalam upacara ritual sedekah bumi terdapat beberapa orang
sebagai panitia acara. Pinisepuh atau orang yang dituakan dan dianggap
mampu memimpin acara tersebut, juga bertugas sebagai instruksi
kepada masyarakat untuk ikut dalam pelaksanaan sedekah bumi dengan
tertib hingga acara selesai (Arinda, 2014: 104). Sebagai penghormatan
masyarakat kepada leluhur yang telah wafat, maka pinisepuh
memimpin doa bersama, hal ini masuk dalam acara genduren. Dalam
selametan tersebut perwakilan dari keluarga tadi membawa bakul atau
biasa disebut dengan besekan nasi, yang berisis nasi berserta lauk
pauknya dan pemilik rumah sendiri menyiapkan golongan tumpeng,
jenang abang putih, telo, liwet tuwo, kembang, dan iwak ingkung. Hal
tersebut mempunyai makna tersendiri. Tumpengan yang berbahan dasar
nasi dibuat dengan bentuk kerucut, golongan yang dibuat dengan nasi
29
berbentuk bulat-bulat memiliki makna satu kesatuan. Kita berada di
negara kesatuan republik Indonesia yang memiliki seribu pulau jika
melihat dari kedudukan geografis yang kaya akan budaya yang
berbeda-beda. Hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa kita sebagai
warga masyarakat yang baik kita harus menjaga kesatuan ke-Bhinekaan
negara Indonesia.
Sego tumpengan yang berbentuk kerucut dibuat dengan nasi
tersebut melambangkan sebuah pengerucutan manusia yang merupakan
hamba sang pencipta dan harus percaya bahwa Allah SWT adalah
Maha Esa. Kemudian makna dari jenang abang putih yaitu lambang
bendera Indonesia sendiri. Jenang abang putih yang dibuat
menggunakan nasi yang dibuat bubur dengan warna putih yaitu bubur
asli tanpa campuran pewarna dan bubur abang atau warna cokelat
dengan campuran gula jawa. Sedangkan iwak ingkung adalah berupa
ayam yang sudah direbus dan ditali badannya. Menunjukkan sebuah
makna yaitu makhluk hidup yang sudah tidak bernyawa maka tidak bisa
melakukan apapun dan kembali ke maha sang pencipta yaitu Allah
SWT. Selain acara berdo‟a bersama, genduren dilaksanakan juga
dengan masyarakat yang membawa nasi beserta lauk pauknya. Hal ini
bertujuan agar nasi yang mereka bawa juga ikut dido‟akan dan
mendapatkan berkah (Observasi, 2019).
Setelah berdo‟a bersama, terdapat beberapa tokoh masyarakat
yang memberikan sambutan sekaligus penjelasan diadakannya acara
30
sedekah bumi tersebut. Setelah itu, upacara selanjutnya adalah
pagelaran wayang kulit sebagai bukti diadakannya ritual sedekah bumi
tersebut, biasanya pagelaran wayang kulit dilakukan dalam kurun waktu
semalam suntuk. Penggunaan seni wayang sebagai sarana penyebaran
Islam oleh Sunan Kalijaga menunjukan kelihaian Sunan Kalijaga dalam
memadukan unsur-unsur Islam dan unsur-unsur budaya setempat,
terutama dalam konteks masyarakat yang telah hidup dengan tradisi.
Hal ini mengasumsikan bahwa budaya atau tradisi tidak bisa dipandang
sebagai sesuatu yang lepas dari diri manusia. Tradisi merupakan
sesuatu yang inheren dalam diri manusia, bahkan tanpa tradisi, manusia
tidak bisa hidup. Ugkapan yang pas untuk menggambarkan hubungan
manusia dengan tradisi setempat bahwa manusia adalah bagian dari
tradisi, bukan sebaliknya, tradisi bagian dari manusia. Artinya, manusia
berada di bawah kendali tradisi (Supriyanto, 2009: 3).
Pagelaran wayang kulit di Indonesia tidak hanya sebuah
kesenian, melainkan sebuah nilai. Wayang disebut sebagai sumber nilai
karena dalam pagelaran wayang kulit memuat ajaran tentang
penghormatan kepada alam semesta, sesama manusia dan nenek
moyang. Penghormatan tersebut dilakukan sebagai bentuk hubungan
antara manusia dengan Tuhan dan juga antar manusia yang lain. Dalam
kesenian pagelaran wayang kulit memuat sebuah ajaran tentang
keagamaan juga kehidupan (Sumadi, 2017: 75).
31
c. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Sedekah Bumi
Nilai pendidikan Islam yang terdapat pada adat sedekah bumi ini
secara garis besar terdapat dalam sebuah nilai yang disebut dengan nilai
religius. Nilai religius adalah sebuah nilai ketuhanan rohani yang
sifatnya mutlak atau nilai tertinggi. Misalnya adalah ritual-ritual suatu
adat keagamaan. Nilai religius dalam agama Islam menyangkut lima hal
yaitu ibadah, aqidah, amal, pengetahuan, dan akhlak (ihsan).
Aqidah sangkut pautnya dengan keyakinan kepada Allah SWT,
Malaikat, Rasul dan yang lainya. Ibadah menyangkut dengan
pelaksanaan hubungan antar manusia dengan Allah SWT. Ibadah
berhubungan dengan hubungan manusia dengan makhluk sesamanya.
Akhlak lebih condong kepada tanggapan atau tingkah laku manusia
sedangkan ihsan berhubungan dengan manusia yang merasa dekat
dengan Allah SWT.
Ihsan itu bagian dari akhlak. Jika akhlaknya baik maka
seseorang mencapai tingkatan yang baik, maka manusia tersebut
medapatkan pengalaman dan penghayatan keagamaan, itulah ihsan
yang merupakan akhlak tingkat tinggi. Terdapat satu hal lagi yang tidak
kalah penting dibandingkan dengan keempat hal diatas, yaitu
pengetahuan keagamaan manusia. Manusia yang beragama Islam,
tingkat kereligiusan dapat dilihat dari seberapa pintar atau jauhnya
pengetahuan, keimanan atau keyakinan, cara manusia itu melakukanya
atas dasar kewajiban dalam beragamanya.
32
Menurut Yayah Sumadi (2017: 84) secara garis besar nilai-nilai
pendidikan Islam yang ada pada sebuah tradisi sedekah bumi adalah:
1) Nilai Ibadah
Pengertian ibadah secara luas diartikan sebagai perbuatan
manusia yang ditujukan untuk mencari ridha Allah SWT. Sedangkan
pengertian ibadah secara sempit adalah ritual keagamaan yang telah
ditentukan tata cara, bacaan dan waktunya. Bisa dikatakan ibadah
merupakan bentuk perilaku dan perbuatan manusia yang hanya
ditujukan atau dimaksudkan untuk mencari keridhaan dari Allah
SWT (Wartoyo, 2018: 113).
Dalam upacara sedekah bumi, nilai ibadah yang dimaksud
adalah proses atau kegiatan ritual dari sedekah bumi yang memiliki
nilai-nilai filosofis yang sarat makna. Tradisi sedekah bumi bersifat
sakral dan dalam hukum ibadah tidak diperkenankan terjadinya
perubahan yang bisa merusak keaslian dari ritual sedekah bumi
tersebut (Bayuadhy, 2015: 82).
Ibadah hal yang paling penting untuk mengukur ketaatan
seorang hamba pada Allah SWT. Dengan beribadah manusia dapat
mengingat posisinya sebagai makhluk Allah SWT yang tidak bisa
apa-apa jika dibandingkan dengan semua kuasa Allah SWT, karena
manusia adalah tempatnya lemah dan penuh dengan keterbatasan.
Ibadah adalah kegiatan yang berkaitan dengan ibadah, maksudnya
33
kegiatan tersebut berupa perbuatan yang bertujuan untuk
memperoleh ridha dari Allah SWT (Hayati, 2017: 180).
Bentuk dari ibadah misalnya adalah shalat, puasa dan lain
sebagainya yang barang siapa melakukan ibadah tersebut dengan
sesuai syariat maka orang tersebut termasuk orang yang taat
beribadah kepada Allah SWT. Dalam tradisi sedekah bumi ini juga
diajarkan bahwa semua kalangan itu sifatnya sama di mata Allah
SWT. semua masyarakat ikut melaksanakan dan merayakan acara
sedekah bumi tersebut. Manusia itu setara di mata Allah SWT,
karena disisi Allah SWT manusia tidak dilihat dari jabatan,
kedudukan ataupun asal-usul keturunanya, melainkan Allah SWT
melihat manusia dari kadar ketaatanya beribadah (Wartoyo, 2018:
114).
2) Nilai Aqidah
Aqidah adalah aspek fundamental yaitu suatu aspek
kepercayaan atau keyakinan. Sehingga dalam aqidah tersebut
terdapat rukun iman yang ada di dalamnya, terangkum hal yang
harus dipercayai atau diimani oleh seorang muslim. Ada dua yang
masuk dalam pendidikan aqidah yaitu larangan menyekutukan Allah
SWT dan meyakini adanya tempat kembali. Larangan menyekutukan
Allah SWT bisa dimulai pada penanaman keimanan sejak dini pada
anak. Kemudian meyakini adanya tempat kembali, yaitu penanaman
keyakinan adanya balasan di akhirat kelak atau yang disebut dengan
34
tempat kembali, hal ini merupakan suatu kepercayaan yang juga
harus ditanamkan sejak dini. Dalam Islam diajarkan agar
pemeluknya melakukan kegiatan ritual tertentu, sebagaimana yang
ada dalam rukun Islam. Dalam tardisi atau adat sedekah bumi
terdapat acara genduren dan selanjutnya pagelaran wayang kulit.
Dalam sedekah bumi inilah sudah terlihat jelas terdapat suatu
akulturasi atau percampuran budaya satu dan yang lainya. Dari
akulturasi budaya jawa dan Islam inilah yang mampu memberikan
corak baru dalam penanaman dan penyebaran aqidah Islam di
kalangan masyarakat Jawa (Angrianti, 2015: 32).
Akidah memiliki keyakinan dan kepastian sehingga tidak ada
yang meragukanya. Maka dari itu akidah merupakan sistem
keyakinan dalam agama Islam yang mendasari semua kegiatan
beribadah (Elkarimah, 2017: 106). Seorang manusia akan melakukan
kegiatan ibadah dengan baik dan benar bila didasari dengan
keyakinan di dalam hatinya bahwa semua yang ada di dunia ini itu
hanyalah milik Allah SWT, karena keyakinan adalah kunci dari
beribadah kepada Allah SWT dan keyakinan itulah yang biasa
disebut dengan keesaan atau hanya percaya kepada Allah SWT
(Wartoyo, 2018: 114).
3) Nilai Akhlak
Akhlak adalah ajaran tentang baik buruk dalam perilaku atau
tingkah laku perbuatan manusia. Apabila seseorang memiliki
35
perilaku yang baik maka akhlaknya dikatakan baik. Begitu
sebaliknya, jika seseorang berperilaku buruk maka akhlaknya
termasuk dalam kategori buruk. Akhlak pada dasarnya sudah
melekat pada diri seseorang menjadi satu dalam perilaku atau
perbuatan. Akhlak buruk atau biasa disebut dengan mazmumah, dan
akhlak yang baik disebut dengan mahmudah (Habibah, 2015: 73).
Nilai akhlak ini meliputi tolong menolong, syukur, sopan santun,
pemaaf, disiplin, kasih saying, menepati jani, jujur tanggung jawab
dan lai-lain.
Dalam hal ini, nilai akhlak yang dimaksudkan dalam sedekah
bumi adalah syukur. Seperti tujuan diadakanya tradisi sedekah bumi
yaitu berterimakasih atau mengucapkan syukur kepada Allah SWT
selaku sang pencipta yang telah memberikan rahmat dan hidayah
serta memberikan bumi sebagai tempat tinggal yang apik (Nugroho,
2017: 76).
d. Hukum Tradisi Sedekah Bumi
Hukum tradisi sedekah bumi menurut Arinda (2014: 106),
sebuah adat yang dilakukan secara terus menerus atau yang sudah
menjadi sebuah rutinitas dalam suatu daerah adalah salah satu contoh
simbol dari taat beragama. Dalam peribadahan yang sering dilakukan
masyarakat misalnya pada adat sedekah bumi ini, yang tujuanya yaitu
sebagai wujud rasa syukur atas semua kenikmatan yang diberikan oleh
Allah SWT. Dalam kacamata Islam, tradisi sedekah bumi sebagai
36
tempat proses diadakanya ritual adat tidak termasuk dari sebuah
kesyirikan.
Artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allah SWT, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (QS. Al-Insaan
ayat 9).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan untuk menelaah penelitian yang sudah
pernah diteliti yang relevan dengan kajian peneliti ini. Telaah peneliti ini
penting dilakukan guna membandingkan sebuah penelitian. Berikut beberapa
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:
1. Penelitian skripsi ini dilakukan oleh Azka Miftahudin, Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2016.
Berjudul “Penanaman Nilai Syukur dalam Tradisi Sedekah Bumi di Dusun
Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo Banyumas”.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah penanaman nilai
syukur dalam tradisi sedekah bumi dapat diklasifikasikan dengan cara
mensyukuri nikmat yang terdapat dalam sedekah bumi yaitu nikmat
keselamatan, kesehatan, dan hasil pertanian.
Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu sama-sama membahas tentang tradisi sedekah bumi.
Namun perbedaanya terletak pada objek penelitian, di mana penulis
membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sedekah bumi
37
sedangkan penelitian di atas membahas tentang penanaman nilai syukur
dalam tradisi sedekah bumi. Sehingga dari penelitian di atas dapat
menguatkan satu sama lain, yaitu banyaknya nilai yang terkandung dalam
tradisi sedekah bumi.
2. Penelitian skripsi ini dilakukan oleh Een Nuraeni, Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018.
Berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedekah Bumi di
Dusun Cigintung Desa Sadabumi Kecamatan Majenang Kabupaten
Cilacap”.
Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai-nilai
pendidikan Islam dalam tradisi sedekah bumi yaitu nilai akidah, nilai
ibadah, nilai sosial dan nilai moral.
Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu sama-sama membahas tentang nilai-nilai pendidikan
Islam dalam tradisi sedekah bumi. Namun perbedaanya, yang mana
penulis lakukan tradisi sedekah bumi yang dimaksud itu pada saat bulan
Rajab sedangkan penelitian di atas penelitianya pada sedekah bumi bulan
Suro, sehingga saling menguatkan satu sama lain.
3. Penelitian ini dilakukan oleh Achyar Zein, Syamsu Nahar dan Ibrahim
Hasan, program studi pendidikan Islam, UIN Sumatera Utara, 2017.
Berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Al-Qur‟an (Telaah Surah
Al-Fatihah)”.
38
Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa surat Al-Fatihah
memuat tentang nilai-nilai pendidikan Islam seperti nilai pendidikan
keimanan, nilai-nilai pendidikan ibadah, nilai-nilai pendidikan syari‟ah
dan nilai-nilai pendidikan kisah.
Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan yang penulis lakukan
yaitu sama-sama membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam.
Perbedaanya terletak pada nilai-nilai pendidikan yang dibahas. Jika
penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan Islam dalam Al-Quran,
sedangkan yang penulis teliti adalah nilai pendidikan Islam dalam tradisi
sedekah bumi. Peneliitian ini dengan penelitian yang penulis buat akan
menguatkan satu sama lain.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah suatu penelitian yang
bentuknya paling dasar. Ditujukan untuk menggambarkan sebuah fenomena,
baik fenomena yang sifatnya alami atau rekayasa buatan manusia. Penelitian
ini mempelajari tentang bentuk, aktivitas, karakter, hubungan, perubahan,
perbedaan dan kesamaanya dengan fenomena yang lain. Dari penelitian
deskriptif ini banyak menemukan temuan penting misal temuan tentang
sistem tata surya, pertumbuhan sebuah tanaman, kehidupan orang dalam
lingkungan dan lain-lain.
Untuk menentukan suatu tindakan atau memecahkan sebuah
permasalahan diperlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut
dikumpulkan melalui penelitian deskriptif. Ada berbagai jenis informasi yang
dapat diperoleh melalui penelitian deskriptif untuk memecahkan
permasalahan. Pertama, informasi tentang keadaan saat ini, bagaimana
keadaan kita sekarang, apa yang kita punyai, apa yang kita lakukan, apa
keberhasilan dan kekurangan kita, apa kesalahan kita dan lain sebagainya.
Kedua, informasi yang kita inginkan. Penelitian deskriptif dilaksanakan untuk
menghimpun suatu informasi tentang tantangan atau tuntutan yang dihadapi,
kebutuhan yang diinginkan, dan kekurangan yang dialami. Ketiga, bagaimana
40
bisa sampai ke sana, bagaimana cara mencapai. Dan informasi yang
dikumpulkan merupakan pengalaman dari orang lain yang menghadapi atau
mengalami tuntutan dan kebutuhan yang sama. Dapat juga dilengkapi dengan
pendapat para ahli yang mempunyai pengalaman dalam mencapai hal yang
sama (Sukmadinata, 2008: 72).
Penelitian kualitatif ialah sebuah penelitian yag bertujuan untuk
menganalisis fenomena dan mendeskripsikan aktivitas sosial, peristiwa, sikap
tanggapan kepercayaan, pemikiran orang baik secara individu ataupun
kelompok. Penelitian kualitatif pada umumnya peneliti memusatkan perhatian
pada aspek-aspek yang terjadi dalam kehidupan suatu kelompok tertentu.
Seperti fisik, orang, subjek atau objek, pikiran, emosi, perasaan, ingatan,
motivasi, gagasan, pandangan-pandangan ke depan, sikap, keyakinan
pendapat, tulisan, perdebatan, budaya, masyarakat, kelompok dan interaksi,
hubungan sosial (Soenarto, 2013: 73).
Secara umum, lewat analisis data kualitatif, peneliti bertujuan untuk:
1. Menemukan makna, bagaimana seseorang memberikan makna atas
sesuatu, baik berupa aktivitas, konsep, pernyataan, atau yang lain.
2. Menjelaskan atau menguraikan konteks yang melingkupi suatu peristiwa
atau kondisi, untuk menjelaskan bahwa suatu tindakan itu tidak bisa
dipisahkan dari kondisi lingkungan yang ada.
3. Menggambarkan dan menguraikan bagaimana proses terjadinya atau
berlangsungnya, tindakan apa yang terjadi, dan bagaimana tindakan
tersebut dilakukan.
41
4. Menjelaskan alasan atau rasional, mengapa seseorang melakukan sesuatu
tindakan dengan cara tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Jogowono Desa Donorejo
Kecamatan Kalgesing Kabupaten Purworejo. Dusun Jogowono Desa
Donorejo tersebut masih dalam wilayah Kabupaten Purworejo dimana
Purworejo merupakan kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang berjarak
52,8 km dari D.I. Yogyakarta. Wilayah di kabupaten Purworejo ini
sebagian adalah kawasan hutan di dataran tinggi dan area persawahan di
dataran rendah, sehingga sektor utama masyarakat kabupaten Purworejo
adalah sektor pertanian, diantaranya padi, ubi kayu dan hasil palawija lain.
Salah satu desanya adalah desa Donorejo yang terletak di kecamatan
Kaligesing yang mayoritas masyarakat di desa Donorejo tersebut
berprofesi sebagai petani. Desa ini adalah salah satu desa yang sampai
sekarang masih kuat akan pelestarian budayanya. Hal ini yang menjadi
dasar bahwa masih terus dilestarikanya adat sedekah bumi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada acara adat itu berlangsung yaitu
pada bulan Rajab. Dan sasaran penelitianya adalah Tokoh Masyarakat dan
masyarakat Dusun Jogowono Desa Donorejo. Guna mendapatkan
42
informasi yang sesuai seperti yang diharapkan dalam penelitian ini, dan
untuk membuktikan data yang akan dijadikan referensi bagi peneliti.
C. Sumber dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang
berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sedekah bumi
di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo. Secara umum data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
data sekunder.
Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk memenuhi
tujuan penyelesaian permasalahan yang akan diteliti. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat dari penelitian
itu dilakukan, data juga didapat dari temuan-temuan yang sudah jelas adanya
misal data didapat dari berbagai jurnal-jurnal.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang sudah dikumpulkan
untuk penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Data tersebut dapat
ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sekunder adalah buku, artikel, literatur dan lain sebagainya (Sugiyono, 2009:
137).
D. Tehnik Pengumpulan Data
Keberhasilan sebuah penelitian terutama pada penelitian kualitatif
tergantung pada beberapa faktor. Salah satunya yaitu ketepatan pemilihan
43
pendekatan atau metode penelitian dan kelengkapan informasi itu sendiri.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa tekhnik pengumpulan data yaitu
metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.
1. Metode Observasi
Observasi adalah kegiatan mencatat suatu peristiwa dengan
bantuan instrument untuk mencatat atau merekam guna tujuan ilmiah atau
tujuan yang lainya. Hal ini menegaskan bahwasanya peneliti menggunakan
pancaindera untuk mengumpulkan data hasil penelitian, bisa melalui
interaksi langsung dengan suatu objek yang diteliti.
Adapun tahapan-tahapan dalam metode observasi adalah pemilihan
tempat penelitian, menemukan jalan utama memasuki objek yang akan
diteliti, menentukan fokus pengamatan, mencatat hasil pengamatan,
mendeskripsikan hasil dari penelitian atau pengamatan, dan memaknai
hasil pengamatan.
2. Metode Wawancara
Wawancara yaitu kegiatan untuk mendapatkan sebuah data dari
sebuah penelitian, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
responden secara langsung dan berusaha menggali data atau informasi dari
kegiatan wawancara ini.
Wawancara terdapat dua jenis yaitu wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah sebelum dilakukanya
wawancara, peneliti terlebih dahulu menyiapkan kisi-kisi pertanyaan
tertulis yang akan diajukan kepada responden, untuk mengumpulkan data
44
hasil penelitian yang dibutuhkan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang dilakukan tidak dengan direncanakan, topik
pembicaraanya bersifat bebas, terjadi kapan dan dimana saja, serta
pertanyaan bersifat spontan (Syamsudin, 2014: 404).
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan
berdasarkan catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda dan buku-buku.
Dokumentasi juga bisa disebut dengan bahan tertulis atau film yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan dari peneliti.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh
peneliti dalam hal ini yaitu berupa dokumen dan buku-buku serta
kumpulan dari beberapa pengamatan secara langsung di lokasi penelitian
yakni foto-foto pelaksanaan kegiatan adat sedekah bumi di masyarakat
(Moleong, 2009: 216).
E. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensistesa dan menemukan pola, menemukan yang penting
dan dapat dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan pada orang lain
(Moleong, 2009: 248). Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai
berikut:
45
1. Reduksi Data
Dalam tahap ini, peneliti melakukan abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman data dari data penelitian yang ada dari berbagai
sumber yaitu pengamatan lapangan, wawancara dan dokumentasi sehingga
ditemukan hal yang penting dari fokus penelitian.
2. Penyusunan Satuan
Tahap ini dilakukan penyususnan hal pokok yang ditemukan
kemudian menggolongkan dalam pola, inti, tema atau kategori sehingga
tema utama dapat diketahui dengan mudah kemudian diberi makna sesuai
materi penelitian.
3. Kategorisasi
Dalam tahap ini dilakukan pengkategorian atau penggolongan dari
tema utama yang telah ditemukan, dengan cara mengelompokan tema atau
keterkaitan antara satu tema dengan tema lain.
Dengan demikian penulis berusaha memaparkan data yang telah
disusun dengan melakukan kajian dan tafsiran data tersebut. Sehingga
dapat mendeskripsikan masalah secara sitematis dan tepat faktor-faktor
yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti.
46
F. Pengecekan Keabsahan Data
Pada penelitian ini untuk pengecekan keabsahan data yaitu dengan
triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai macam
sumber dengan berbagai cara pula.
Menurut Bachri (2010: 53) terdapat pembagian triangulasi diantaranya:
1. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dan dilakukan dengan
cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi waktu sering memengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara pada narasumber.
47
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Dusun Jogowono
a. Letak Geografis Desa Donorejo
Dusun Jogowono merupakan salah satu dusun yang berada di
Desa Donorejo. Desa Donorejo merupakan salah satu desa di
Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo berada enam kilometer
dari Kecamatan Kaligesing dan Sembilan belas kilometer dari
Purworejo kota. Desa Donorejo memiliki luas wilayah 597 Hektar,
dengan penduduk berjumlah 3650 jiwa.
Desa Donorejo memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara Desa
Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing, sebelah Timur Daerah Istimewa
Yogyakarta, sebelah Selatan Desa Somongari Kecamatan Kaligesing,
48
dan sebelah Barat Desa Hulosobo Kecamatan Kaligesing (Wawancara
Pak Samyadi,13 Maret 2020).
b. Keadaan Sosial Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Dusun Jogowono bermata
pencaharian sebagai petani. Namun, bukan petani sawah melainkan
petani petani ladang. Masyarakat dusun Jogowono mengolah lahan
tanahnya untuk menanam palawija. Selain itu, masyarakat Dusun
Jogowono juga ada yang berprofesi sebagai pedagang dan guru.
(Tabel mata pencaharian penduduk)
c. Keadaan Sosial dan Keagamaan
Seluruh masyarakat Dusun Jogowono adalah Muslim
(wawancara, 2020). Terdapat kegiatan keagamaan yang senantiasa
dilakukan oleh masyarakat setempat, diantaranya yaitu:
49
1) Yasinan
Pembacaan yasin dan dzikir tahlil setiap malam jum‟at yang
dilakukan oleh Bapak-bapak, waktunya setelah shalat isya di rumah
warga secara bergantian (giliran).
2) Tahlilan Ibu-Ibu
Dzikir tahlil setiap hari minggu yang dilaksanakan oleh Ibu-
ibu, waktunya setelah shalata dzuhur dan tempatnya di rumah warga
secara bergantian.
3) Pengajian Ibu-Ibu
Pengajian ini dilaksanakan setiap hari jum‟at oleh Ibu-ibu
khususnya yang waktu pelaksanaanya setelah shalat ashar. Dalam
pengajian ini materi yang disampaikan beragam. Mulai dari baca
tulis Al-Qur‟an, persolatan dan materi tentang berbuat baik dalam
kehidupan.
2. Gambaran Informan
Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini
berdasarkan subjek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan
bersedia memberikan informasi secara lengkap, informan bertindak
sebagai sumber data dan informasi yang dicari harus memenuhi syarat.
Yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat
Dusun Jogowono yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan tradisi
sedekah bumi diantaranya tokoh masyarakat dan tokoh pemerintah desa
diantaranya:
50
a. Bapak Samyadi
Bapak Samyadi adalah tokoh pemerintah Desa Donorejo yang
menjabat sebagai Kepala Dusun Jogowono. Selain menjadi tokoh
pemerintah desa, beliau bekerja sebagai petani. Beliau memiliki dua
orang anak yang kedua anaknya adalah perempuan. Beliau bertempat
tinggal di RT 02 Dusun Jogowono Desa Donorejo.
b. Bapak Riyono
Bapak Riyono merupakan sesepuh Dusun Jogowono yang
membawakan acara pada tradisi sedekah bumi berlangsung. Beliau
keseharianya bekerja sebagai petani. Beliau memiliki dua anak, dimana
kedua anaknya perempuan. Beliau bertempat tinggal di RT 04 Dusun
Jogowono.
c. Bapak Tekat
Bapak Tekat merupakan masyarakat Dusun Jogowono yang
bertempat tinggal di RT 01 khususnya. Beliau bekerja sebagai petani.
Bapak tekat memiliki dua orang anak yang keduanya sama-sama
perempuan.
3. Hasil Penelitian
Pada era modern seperti sekarang ini adat istiadat ataupun tradisi
di masyarakat akan teteap dilestarikan keberadaanya. Tradisi tersebut
merupakan sebuah simbol masyarakat untuk senantiasa menjaga warisan
leluhur atau nenek moyang. Tujuan dilaksanakanya tradisi tersebut salah
satunya bertujuan seperti wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Begitu
51
juga dengan tradisi sedekah bumi yang menjadi tradisi kebudayaan jawa
yang perlu dilestarikan agar generasi penerus juga masih bisa merasakan
dan agar tidak punah.
a. Sejarah Sedekah Bumi
Sedekah bumi berasal dari kata shodaqoh. Jika dalam Islam,
shodaqoh berarti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas
dan sukarela. Berbeda dengan sedekah yang dimaksud dalam sedekah
bumi yang bermakna mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT,
seperti yang dikatakan oleh narasumber kita:
“Nguri-uri kabudayan bumi, wong gesang nang alam donya kui uripe
mangan seko hasil bumi. Dadi dibekteni marang gusti Allah nyuwun
bekti karang gawe woh njuk dipangan menugso karang gawe urip, dadi
njuk bersyukur njuk dibekteni dadi njuk dijenengi sedekah bumi”
(Bapak Tekat).
Tradisi sedekah bumi juga merupakan tradisi turun-temurun dari
nenek moyang yang berawal dari masuknya agama Islam di tanah jawa
khusunya Dusun Jogowono ini, dimana masuknya Islam ini yang
membawa adalah waliullah yaitu Sunan Kalijaga.
“Sejarah sedekah bumi niku adhat turun-temurun saking nenek moyang,
sek awale seko wali Sunan Kalijogo. Sedekah bumi niku shodaqoh niku
manut ajarane Sunan Kalijogo, poro wali” (Bapak Riyono).
Kemudian sejarah sedekah bumi dengan menggunakan seni
pagelaran wayang kulit itu berasal dari Sunan Kalijaga yang
menyebarkan agama Islam dengan menggunakan seni tersebut, seperti
yang dikatakan oleh narasumber yaitu:
52
“Wayang kui melu Kanjeng Sunan Kalijogo sing nyebarke Islam neng
tanah jawa tengah, Sunan Kalijogo nganggo wayang sek dingo
nyebarke Islam” (Bapak Tekat).
“Sing gawe utawa sing menciptakan kui Sunan Giri terus sing
mbabarke niku Sunan Kalijogo. Dadi Sunan Giri sing menciptakan
wayang, Sunan Kalijogo sing nyejarahke kanggo syiar agama Islam
nang tanah jowo, mulane merti dusun utawa sedekah bumi niku
nganggo wayang. Soale jaman biyen nek wong diwulang langsung
pelajarane kayata bissmillah ngono kui mesti ora gelem, ning dikon
nonton wayang kui kabeh seneng podho nonton nah kui isine syiar
agomo” (Bapak Riyono).
b. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedekah Bumi
Dalam pelaksanaan sedekah bumi terdapat berbagai macam
nilai-nilai pendidikan yang dapat kita petik. Dalam penelitian yang
penulis lakukan, ada beberapa nilai pendidikan Islam yang sangat
menonjol pada tradisi sedekah bumi di Dusun Jogowono tersebut. Salah
satunya yaitu adanya pembacaan tahlil dan doa yang dilakukan
bersama-sama antara sesepuh, masyarakat setempat dan juga para
anggota dari kelompok seni wayang kulit. Pembacaan tahlil beserta doa
tersebut berjalan sangat khidmat. Sebelum acara pagelaran wayang kulit
berlangsung, berlangsunglah tahlil dan doa terlebih dahulu.
1) Nilai Akhlak
Akhlak merupakan ajaran baik buruk dalam perilaku atau
tingkah laku perbuatan manusia. Dalam pendidikan islam, kita
sebagai umat muslim harus menjadi orang yang baik akhlak budi
pekertinya. Misalnya dalam tokoh perwayangan yang dilakukan
pada acara sedekah bumi tersebut. Janaka yang memiliki karakter
53
bahwasanya Janaka tersebut contoh manusia yang bagus dan baik
hati kepada semua orang.
“Janaka kui wong sing paling apik, dadi agama Islam kui
dilambangke nang janaka kui perkoro janaka kui bagus, tapi ora
bagus rupane nangis bagus atine luhur budi pekertine kui jenenge
janaka, jannatullah, jannah artine suwargo” (Bapak Tekat).
2) Nilai Aqidah
Aqidah merupakan kepercayaan atau keyakinan. Tidak hanya
tahlil dan doa, nilai pendidikan Islam yang ada pada tradisi sedekah
bumi ini juga terdapat pada karakter tokoh dalam perwayangan.
Dimana dalam tokoh perwayangan yang memiliki karakter masing-
masing. Salah satunya didalam karakter tokoh Nakula dan Sadewa
itu terdapat nilai pendidikan Islam yang memuat pesan untuk umat
Islam untuk beriman kepada Allah SWT. Seperti yang dijelaskan
pada saat penulis melakukan wawancara pada salah satu narasumber.
“Kanjeng Sunan Kalijaga le syiar agama niku ngangge wayang,
dados ngantos dumugi sakniki niku diuri-uri. Wong jowo niku isone
mlebu agama Islam niku kan mergo ndherek Sunan Kalijogo nonton
wayang kui mau. Wayang niku saking pendhawa lima, maknane
pendhawa lima niku Puntadewa kan duwe layang kalimosodo,
kalimosodo niku kalimat syahadat. Sing nomer loro niku Werkudara
niku maknane shalat, mula raiso ndhodhok. Wong shalat kan raiso
ndhodhok. Terus sing nomer telu niku Janaka niku kan jannah,
jannah niku suwargo. Terus niku sek Sadewa Nakula, Sadewa niku
saha niku siji lan dewa niku pengeran. Dadi Nakula Sadewa niku
seko tembung nungkulo niku manembaho marang siji pengeran lha
mulane digawe kembar. Maknane Nakula Sadewa kui kon
manembah karo gusti Allah tok ojo karo liya-liyane, pengerane
mung siji tok” (Bapak Riyono).
Dalam tradisi sedekah bumi di Dusun Jogowono Desa
Donorejo ini, selain terdapat pagelaran wayang kulit sebagai ciri
54
khas upacaranya, juga terdapat berbagai macam makanan atau
kuliner dibuat khusus untuk acara tradisi sedekah bumi ini. Seperti
nasi tumpeng, jenang merah putih.Dimana dalam makanan tersebut
terdapat simbol-simbol makna atau nilai yang terkandung
didalamnya.
“Sego tumpengan sing bentuke kerucut iku maknane yo podho karo
bentuke luwih ngerucut karo gusti sing gawe urip, artine menungso
akehe menungso iku bakal mbali karo siji gusti Allah” (Bapak
Samyadi).
Masih sama dengan pendapat pak Samyadi tentang nasi
tumpengan, jika nasi tumpengan itu bermakna sebanyak-banyaknya
umat itu bakal kembali kepada yang maha Esa yaitu Allah SWT.
maka menurut pak Tekat yaitu:
“Tumpeng kui maknane kanggo pengeling-eling karo sek gawe urip
yaiku Allah SWT udu sopo-sopo”.
“Golong kui maknane menungso kui golong dadi siji kabeh guyub
rukun. Nek tumpeng kui penyuwunan opo sek disuwun antarane kan
gawene jejeg digawe ngisor gedhe duwur cilik, dadi manteb karo
gusti Allah. Kabeh ki balik nang gusti Allah, ora karo sak
liyane.kembang mawar kae jenenge sekataman, nek jenenge
sekataman kui pamomong sopo sek momong yo gusti Allah, dadi
jaluk opo karo gusti Allah nganggo lantaran sekataman kui” (Bapak
Tekat).
Kemudian dalam tradisi sedekah bumi juga melambangkan
kesatuan bangsa Indonesia dimana masyarakat Indonesia itu harus
rukun satu sama lain seperti yang diajarkan dalam Islam, bahwa
umat Islam itu tidak boleh saling mengolok-olok yang menyebabkan
terpecah belahnya manusia. Hal ini juga terdapat dalam sedekah
bumi yang dilambangkan dengan jenang merah putih atau dalam
istilah Jawa dikenal dengan jenang abang putih.
55
“Jenang abang putih iku asline warnane coklat tapi gawene
dicampuri gulo jowo sek nang istilah melayune gula merah. Nah
jenang mau ono werno loro yaiku abang karo putih kui jane seko
wernane gendero Indonesia yaiku merah putih sek nglambangake
Indonesia siji satu kesatuan kabeh dadi siji” (Bapak Samyadi).
Dalam kutipan wawancara yang disampaikan oleh pak
Samyadi tersebut menjelaskan bahwa perbedaan suku bangsa atau
warna kulit bukan menjadi penghalang dalam mewujudkan satu
kesatuan karena pada dasarnya manusia memiliki tujuan yang sama
yaitu beriman kepada Allah SWT, seperti dalam Al-Qur‟an Surat Al-
Anbiya ayat 92 berikut:
Artinya:“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu
semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah
aku” (QS. Al-Anbiya ayat 92).
Kemudian yang paling penting dalam tradisi sedekah bumi
ini juga terdapat iwak ingkung, iwak ingkung ini merupakan olahan
ayam yang tidak dipotong kecil-kecil, melainkan ayam yang diolah
gulungan begitu saja hanya diambil kepala dan organ dalamnya saja
yang lainya diolah utuh.Iwak ingkung ini bermakna makhluk hidup
yang sudah mati tidak akan bisa kembali hidup melainkan makhluk
yang mati akan kembali kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
“Iwak ingkung iku pralambang makhluk hidup sing wis mati utawa
ra ono nyawane ora bakal biso ngopo-ngopo lan bakal mbalik neng
maha pencipta yaiku Allah SWT” (Bapak Samyadi).
Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa semua makhluk
hidup jika sudah dimatikan oleh Allah SWT maka tidak akan bisa
56
kembali hidup atau akan kembali kepada-NYA. Maka dari itu kita
sebagai umat manusia wajib bersyukur dengan apa yang kita miliki.
Wujud dari bersyukur disini dengan bersedekah bumi.
3) Nilai Ibadah
Ibadah merupakan perbuatan yang ditujukan untuk mencari
ridha dari Allah SWT. Dalam tradisi sedekah bumi ini yang
merupakan nilai ibadah adalah jalanya atau upacara sedekah bumi
berlangsung.
“Upacara tersebut dimulai dengan pembacaan doa tahlil bersama-
sama, genduren seperti biasa, setelah selesai genduren kemudian
pertunjukan pagelaran wayang kulit selama semalam” (Bapak
Samyadi).
Kemudian selain jalanya upacara tradisi sedekah bumi,
seperti yang sudah diketahui bahwa didalam tradisi ini juga terdapat
pagelaran wayang kulit. Salah satu tokoh yang dimainkan adalah
tokoh Pendhawa lima salah satunya werkudara yang memiliki
makna shalat. Shalat merupakan salah satu perbuatan yang ditujukan
untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Umat muslim itu memiliki
kewajiban yaitu shalat. Shalat juga merupakan tiang sebuah agama.
“Wayang tersebut berasal dari pendhawa lima, yang bermakna
pendhawa lima itu Puntadewa yang memiliki layang kalimosodo,
kalimosodo berarti kalimat syahadat. yang nomer dua adalah
Werkudara yang memiliki makna shalat, maka tidak bisa
berjongkokok. Orang shalat tidak terdapat gerakan jongok” (Bapak
Riyono).
Dalam kutipan yang bersumber dari Bapak Riyono tersebut
juga menjelaskan selain shalat, nilai ibadah yang lain yang terdapat
57
dalam tradisi sedekah bumi diantaranya mengucapkan syahadat
misalnya pada bacaan shalat. Kembali ke teori sebelumnya
bahwasanya shalat merupakan bentuk dari nilai ibadah yang
sederhana. Hal tersebut mengatakan bahwa umat muslim di dunia ini
tidak dapat bisa meninggalkan rukun islam yaitu shalat, karena
shalat merupakan tiang agama.
B. Analisis Data
1. Sejarah dan Proses Tradisi Sedekah bumi di Dusun Jogowono Desa
Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
Sedekah bumi atau yang biasa disebut dengan tradisi yang
ditujukan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan simbol kerukunan antar warga. Sedekah bumi juga dapat
disebut sebagai wujud kearifan lokal dalam bentuk upacara atau adat
sebagai wujud komunikasi manusia dengan alamnya (Slamet, 2015: 48).
Seperti halnya yang dinyatakan oleh Bapak Tekat:”Melestarikan
kebudayaan bumi, orang yang hidup di dunia ini makan makanan dari
hasil bumi. Jadi manusia patut bersyukur kepada Allah SWT, karena
Allahlah yang telah menciptakan bumi seisinya. Maka dari itu manusia
bersyukur dan ucapan bersyukur itu dinamakan sedekah bumi”.
Sedekah bumi adalah salah satu jenis budaya masyarakat yang
dimana sedekah bumi tersebut hasil konvensi atau kesepakatan bersama
masyarakat untuk diakulturasikan dalam budaya Jawa asli dengan nilai
58
yang diajarkan dalam agama Islam (Arinda, 2014: 108). Sedekah bumi
merupakan salah satu upacara adat berupa prosesi seserahan hasil bumi
dari masyarakat kepada alam. Upacara sedekah bumi ini ditandai dengan
diadakanya pesta rakyat.
Tujuan masyarakat setempat mengadakan upacara sedekah bumi
tersebut adalah sebagai ungkapan rasa syukur yang telah diberikan oleh
Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan oleh-NYA, baik
karunia kesehatan, ketentraman hidup dan yang paling pasti
berterimakasih atas sandang pangan papan yang diberikan. Upacara
sedekah bumi ini sebagai rasa ucapan syukur kepada Allah SWT atas hasil
bumi. Kemudian tujuan selanjutnya adalah memberikan rasa hormat
kepada para leluhur setempat guna berterimakasih telah berjasa dalam
babat alas sebagai daerah atau tempat tinggal bagi masyarakat daerah
setempat. Kemudian, dengan diadakanya upacara sedekah bumi tersebut
masyarakat bisa saling tetap menjaga solidaritas antar sesama dan
bersama-sama dalam melestarikan budaya asli setempat.
Upacara sedekah bumi diadakan dihari yang tepat, biasanya
pencarian hari dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum upacara sedekah bumi
dilakukan. Penentuan hari yang tepat tersebut dilakukan musyawarah adat
oleh para petinggi masyarakat sehingga disepakati hari dilaksanakanya
upacara sedekah bumi tersebut jatuh pada hari tertentu. Setelah hari yang
ditentukan, masyarakat juga menentukan apakah malamnya dalam hari H
dilaksanakanya upacara sedekah bumi tersebut akan diadakan seni
59
pagelaran wayang kulit atau tidak. Karena nanggap wayang tersebut
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi nanggap wayang tersebut
disesuaikan dengan kantong masyarakat. Hal ini disebabkan pelaksanaan
pagelaran wayang kulit ini sumber dananya berasal dari iuran masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Samyadi berikut:”Sebelum diadakanya
upacara sedekah bumi tersebut ditentukanlah hari bagus untuk
mengadakan sedekah bumi tersebut. Karena kebiasaan adat Jawa, maka
menentukannya dengan menggunakan perhitungan Jawa yang matang”.
Dalam upacara ritual sedekah bumi terdapat beberapa orang
sebagai panitia acara. Pinisepuh atau orang yang dituakan dan dianggap
mampu memimpin acara tersebut, juga bertugas sebagai instruksi kepada
masyarakat untuk ikut dalam pelaksanaan sedekah bumi dengan tertib
hingga acara selesai. Sebagai penghormatan masyarakat kepada leluhur
yang telah wafat, maka pinisepuh memimpin doa bersama, hal ini masuk
dalam acara genduren. Selain acara berdo‟a bersama, genduren
dilaksanakan juga dengan masyarakat yang membawa nasi beserta lauk
pauknya. Hal ini bertujuan agar nasi yang mereka bawa juga ikut
dido‟akan dan mendapatkan berkah.
Setelah berdo‟a bersama, terdapat beberapa tokoh masyarakat yang
memberikan sambutan sekaligus penjelasan diadakannya acara sedekah
bumi tersebut. Setelah itu, upacara selanjutnya adalah pagelaran wayang
kulit sebagai bukti diadakannya ritual sedekah bumi tersebut, biasanya
pagelaran wayang kulit dilakukan dalam kurun waktu semalam suntuk
60
(Sumadi, 2017: 75). Seperti yang dikatakan oleh Bapak Tekat dan Bapak
Riyono dalam wawancara:”Wayang tersebut merupakan sebuah media
yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam di tanah
Jawa tengah” (Bapak Tekat). “Pencipta wayang tersebut adalah Sunan Giri,
sedangkan yang menggunakan adalah Sunan Kalijaga untuk menyebarkan
Islam di Jawa, oleh sebab itu Sedekah Bumi menggunakan wayang. Hal
itu disebabkan, karena pada zaman dahulu orang Jawa jika diberikan
pelajaran atau materi Islam mentah-mentah banyak yang tidak
menghiraukan, sedangkan memberikan materi menggunakan media
wayang tersebut, orang akan lebih menyukainya” (Bapak Riyono).
2. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedekah Bumi di Dusun
Jogowono Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo
Nilai-nilai pendidikan Islam adalah seperangkat kepercayaan atau
keyakinan yang ada di dalam diri manusia yang sesuai dengan norma
ajaran Islam untuk menciptakan insan kamil atau manusia sempurna
(Nugroho, 2017: 75).
Menurut Yayah Sumadi (2017: 84) secara garis besar nilai-nilai
pendidikan Islam yang ada pada sebuah tradisi sedekah bumi adalah:
a. Nilai Ibadah
Pengertian ibadah secara luas diartikan sebagai perbuatan
manusia yang ditujukan untuk mencari ridha Allah SWT. Sedangkan
pengertian ibadah secara sempit adalah ritual keagamaan yang telah
61
ditentukan tata cara, bacaan dan waktunya. Bisa dikatakan ibadah
merupakan bentuk perilaku dan perbuatan manusia yang hanya
ditujukan atau dimaksudkan untuk mencari keridhaan dari Allah SWT.
jika dalam sedekah bumi misalnya pada acara doa dan tahlil sebeluM
diadakanya pagelaran wayang kulit (Wartoyo, 2018: 113). Seperti
dalam wawancara dengan Bapak Samyadi sebagai berikut:”Upacara
dimulai dengan do‟a dan tahlil bersama, genduren seperti biasa dan
diteruskan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk”.
Bentuk dari ibadah misalnya adalah shalat, puasa dan lain
sebagainya yang barang siapa melakukan ibadah tersebut dengan sesuai
syariat maka orang tersebut termasuk orang yang taat beribadah kepada
Allah SWT. Dalam tradisi sedekah bumi ini juga diajarkan bahwa
semua kalangan itu sifatnya sama di mata Allah SWT. semua
masyarakat ikut melaksanakan dan merayakan acara sedekah bumi
tersebut. Manusia itu setara di mata Allah SWT, karena disisi Allah
SWT manusia tidak dilihat dari jabatan, kedudukan ataupun asal-usul
keturunanya, melainkan Allah SWT melihat manusia dari kadar
ketaatanya beribadah. Seperti yang dikatakan Bapak Riyono sebagai
berikut:“Wayang itu dari pandawa lima, makna dari pandawa lima yaitu,
Puntadewa yang memiliki jimat kalimosodo atau yang diartikan kalimat
syahadat. Yang kedua ada Werkudara yang memiliki makna shalat, hal
ini disebabkan Werkudara tersebut tidak bisa jongkok atau dalam
gerakan sholat itu tidak ada gerakan jongkok”.
62
b. Nilai Aqidah
Aqidah adalah aspek fundamental yaitu suatu aspek kepercayaan
atau keyakinan. Sehingga dalam aqidah tersebut terdapat rukun iman
yang ada di dalamnya, terangkum hal yang harus dipercayai atau
diimani oleh seorang muslim.
Dalam Islam diajarkan agar pemeluknya melakukan kegiatan
ritual tertentu, sebagaimana yang ada dalam rukun Islam. Dalam tradisi
atau adat sedekah bumi terdapat acara genduren dan selanjutnya
pagelaran wayang kulit. Dalam sedekah bumi inilah sudah terlihat jelas
terdapat suatu akulturasi atau percampuran budaya satu dan yang lainya.
Dari akulturasi budaya jawa dan Islam inilah yang mampu memberikan
corak baru dalam penanaman dan penyebaran aqidah Islam di kalangan
masyarakat Jawa (Angrianti, 2015: 32). Seperti yang dikatakan Bapak
Riyono tersebut: “Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam
menggunakan media wayang, maka dari itu wayang dilestarikan sampai
saat ini. Orang Jawa masuk agama Islam karena melihat Sunan Kalijaga
memainkan wayang tersebut sebagai medianya”.
Dalam upacara tradisi sedekah bumi, masyarakat membuat nasi
tumpengan dan yang lainya sebagai syarat berjalanya tradisi sedekah
bumi tersebut. Berjalanya tradisi tersebut, walaupun semuanya itu
menurut tradisi turun temurun nenek moyang tapi masyarakat tetap
meyakini dan percaya bahwasanya tradisi tersebut dilaksanakan karena
63
masyarakat percaya semua makhluk itu akan kembali ke maha kuasa
yaitu Allah SWT
c. Nilai Akhlak
Akhlak adalah ajaran tentang baik buruk dalam perilaku atau
tingkah laku perbuatan manusia. Apabila seseorang memiliki perilaku
yang baik maka akhlaknya dikatakan baik. Begitu sebaliknya, jika
seseorang berperilaku buruk maka akhlaknya termasuk dalam kategori
buruk. Akhlak pada dasarnya sudah melekat pada diri seseorang
menjadi satu dalam perilaku atau perbuatan. Akhlak buruk atau biasa
disebut dengan mazmumah, dan akhlak yang baik disebut dengan
mahmudah (Habibah, 2015: 73).
Dalam hal ini, nilai akhlak yang dimaksudkan dalam sedekah
bumi adalah syukur. Seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber
kita yaitu Bapak Riyono sebagai berikut:“Melestarikan kebudayaan
adat sedekah bumi, manusia hidup di dunia ini dengan memakan hasil
bumi dan yang menciptakan adalah Allah SWT. Maka dari itu manusia
bersyukur kepada Allah dan adat ucapan rasa syukur tersebut
dinamakan sedekah bumi”.
Nilai akhlak ini meliputi tolong menolong, syukur, sopan santun,
pemaaf, disiplin, kasih sayang, menepati janji, jujur tanggung jawab
dan lain-lain. Intinya nilai akhlak disini adalah berbuat baik terhadap
sesama (Nugroho, 2017: 76). Dalam sebuah wawancara Bapak Tekat
juga mengatakan hal serupa:“Janaka merupakan seorang dalam tokoh
64
perwayangan yang menjadi contoh seorang yang baik, jadi dalam
agama Islam Janaka dilambangkan sebagai orang yang baik dalam budi
pekertinya. Janaka atau janatullah yang berarti Surga”.
65
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari bab-bab sebelumnya, peneliti
menyimpulkan hasil penelitian tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam
tradisi sedekah bumi di Dusun Jogowono Desa Donorejo Kecamatan
Kaligesing Kabupaten Purworejo Tahun 2020 yaitu:
Sedekah bumi bermakna sebagai sebuah tradisi yang dilakukan oleh
masyarakat yang bertujuan untuk bersyukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan segalanya termasuk yang ada di bumi yang dihuni oleh manusia.
Sedekah bumi berawal dari syiar agama Islam yang dilakukan oleh wali Allah
yaitu Sunan Kalijaga di tanah Jawa. Dakwah Sunan Kalijaga tersebut
mengusung sebuah seni yaitu pagelaran wayang kulit sebagai media
dakwahnya. Dengan adanya wayang kulit dalam syiar agama Islam tersebut,
orang Jawa akan lebih memahami pelajaran atau materi yang disampaikan
yaitu tentang ajaran agama Islam. Upacara sedekah bumi ini dilakukan pada
bulan Rajab menurut penanggalan Jawa. Inti dari upacara sedekah bumi ini
adalah berdo‟a bersama atau biasa disebut dengan genduren atau tahlilan
sebagai ucap rasa syukur masyarakat Dusun Jogowono kepada Allah SWT.
Dalam genduren tersebut dihadiri oleh sesepuh dusun terutama kepala dusun
dan dihadiri oleh masyarakat Dusun Jogowono.
66
Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam tradisi sedekah bumi
diantaranya adalah yang pertama, terdapat nilai ibadah. Hal tersebut terdapat
dalam makna yang tersirat pada pagelaran wayang kulit. Makna tersirat itu
adalah shalat yang dilambangkan oleh tokoh werkudara. Shalat merupakan
perbuatan yang ditujukan untuk mencari ridha Allah SWT dan hal itu masuk
dalam nilai ibadah. Nilai yang kedua adalah nilai aqidah yang merupakan
kepercayaan atau keyakinan. Dalam upacara tradisi sedekah bumi,
masyarakat membuat nasi tumpengan dan yang lainya sebagai syarat
berjalanya tradisi sedekah bumi tersebut. Berjalannya tradisi tersebut,
walaupun semuanya itu menurut tradisi turun temurun nenek moyang tapi
masyarakat tetap meyakini dan percaya bahwasanya tradisi tersebut
dilaksanakan karena masyarakat percaya semua makhluk itu akan kembali ke
yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Kemudian yang ketiga yaitu nilai akhlak.
Akhlak merupakan ajaran baik buruk dalam perilaku atau tingkah laku
perbuatan manusia. Seperti makna tradisi sedekah bumi yaitu sebuah tradisi
yang dilakukan dengan dasar ucapan rasa syukur masyarakat kepada Allah
SWT. Syukur itulah merupakan nilai akhlak dalam tradisi sedekah bumi
tersebut.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan khususnya pada masyarakat dusun
Jogowono yaitu tetap menjaga kelestarian tradisi Jawa agar tetap terjaga
budayanya terutama tradisi sedekah bumi. Tetap menjaga kerukunan,
67
kebersamaan dan kesatuan agar masyarakat terhindar dari konflik antar
masyarakat dan juga agar Negara semakin maju.
Menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam dengan lebih baik lagi
karena hal ini dapat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT seperti
tujuan awal yaitu semua makhluk akan kembali kepada Allah SWT.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memebrikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulit dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan disusunya skripsi ini penulis berharap dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan kepada para masrakat atau umat muslim
semuanya bahwasanya menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam
tradisi sedekah bumi itu sangatlah penting.
68
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo.
Alam, Lukis. 2016. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Perguruan
Tinggi Umum melalui Lembaga Dakwah Kampus. Jurnal Pendidikan Islam
Vol. 1 No.2.
Angrianti, Wiwik. 2015. Aqidah dan Ritual Budaya Muslim Jawa Studi tentang
Peran Utama Dalam Aktualisasi Akidah Islam di Desa Mentaos
Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang. Jurnal Cemerlang Vol.3 No.1.
Arinda, Ichmi Yani.2014. Sedekah Bumi (Nyadran) sebagai Konversi Tradisi
Jawa dan Islam Masyarakat Sraturejo Bojonegoro. Jurnal El Harakah Vol.
16. No. 1.
Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data melalui Triangulasi pada
Penelitian Kualitatif. Jurnal Tekhnologi Pendidikan Vol. 10 No. 1.
Bayuadhy, Gestia. 2015. Tradis-Tradisi Adiluhung para Leluhur Jawa.
Yogyakarta: Dipta.
Bustanudin, Agus. 2006. Agama Dalam Kehidupan Manusia: “Pengantar
Antropologi Agama”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ciptoprawiro, Abdullah. 1986. Filsafat Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Darmoko. Budaya Jawa Dalam Diaspora: Tinjauan Pada Masyarakat Jawa Di
Suriname. Jakarta: Universitas Indonesia.
Daulay, Haidar Putra. 2012. Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan
Bangsa.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Frimayanti, Ade Imelda. 2017. Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pendidikan
Agama Islam, Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8 No. 2.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Habibah, Syarifah. 2015. Akhlak dan Etika dalam Islam.Jurnal Pesona Dasar
Universitas Syah Kuala Lumpur Vol. 1, No. 4.
Hayati, Umi. 2017. Nilai-Nilai Dakwah: Aktivitas Ibadah dan Perilaku Sosial.
INJECT: Interdisciplinary Journal of Communication Vol. 2 No. 2.
69
Hidayatullah, Furqon Syarief. 2013. Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap. El-
Harakah Vol. 15 No.1.
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Karimah, Mia Fitriah El. 2017. Strategi Pendidikan Agama Islam pada
Pembelajaran Akidah “Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran
Aliran Sesat”. Jakarta: Jurnal SAP Vol.2 No.1.
Katsoff, Louis. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Lestari, Eli Dwi. 2017. Tradisi Sedekah Bumi dalam Pelestarian Budaya Lokal di
Dusun Wonosari Desa Tebang Kacang. Jurnal FKIP Untan Pontianak.
Marimba, Ahmad D. 1989.Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al Maarif.
Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhmidayeli. 2013. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Nata, Abudin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nugroho, Bekti Taufiq Ari. 2017. Identitas Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Pada PNPM Mandiri.Jurnal Penelitian Vol.
11, No.1.
Nurkholis. 2013. Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal
Kependidikan Vol.1 No.1.
Rohmat, Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Rochimah, Nur Apriliya & Badrus Zaman. 2018. Pendidikan Moral Anak Jalanan.
Yogyakarta: Trussmedia.
Saat, Sulaiman. 2015. Faktor-Faktor Determinan dalam Pendidikan (Studi
tentang Makna dan Kedudukanya dalam Pendidikan). Jurnal Al-Ta‟dib
Vol. 8 No.2.
Simuh. 1996. Sufisme Jawa: Transformatif Tasawuf Islam Ke Mistik Jawa.
Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya.
70
Slamet. 2015. Pemanfaatan Ruang Telaga pada Tradisi Sedekah Bumi Desa
Cerme Kidul Kecamatan Cerme. Jurnal Pers Vol.13 No.1.
Soenarto.2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: UNY Press.
Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-teori Pendidikan (Tradisional, Neo Liberal,
Marxis Sosialis, Postmodern). Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sulaeman, Munandar. 1998. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama.
Supriyanto. 2009. Dakwah Sinkretis Sunan Kalijaga. Purwokerto: Jurnal Dakwah
Dan Komunikasi Vol. 3, No. 1.
Suratman, Munir. 2010. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Malang: Intermedia Malang.
Syamsudin, Amir. 2014. Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal)
untuk Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini.
Yohyakarta: Jurnal Pendidikan Anak Vol. 3, edisi 1.
Wartoyo.2018. Transformasi Nilai-Nilai Filosofis Ibadah dalam Ekonomi Syariah.
Jurnal Nizham Vol. 6 No. 2.
Zaman, Badrus. 2018. Pendidikan Akhlak pada Anak Jalanan di Surakarta. Jurnal
Inspirasi Vol. 2 No. 2 Undaris Ungaran.
Zaman, Badrus. 2019. Urgensi Pendidikan Karakter yang sesuai dengan Falsafah
Bangsa Indonesia. Jurnal Al Ghazali Vol. 2 No. 1 STAINU Purworejo.
Zaman, Badrus & Nur Apriliya Rochimah, 2019. Moral Education of Street
Children at PPAP Seroja Surakarta, Jurnal Edukasia Islamika Vol. 4, No.
1 DOI:https://doi.org/10.28918/jei.v4i1.2263.
Zein, Achyar dkk. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Al-Qur‟an (Telaah
Surah Al-Fatihah). Jurnal At Tazakki Vol. 1 No.1.
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apa makna tradisi sedekah bumi menurut anda?
2. Apakah ada sejarah yang melatarbelakangi tradisi sedekah bumi? Jika ada,
bagaimana sejarahnya?
3. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi
sedekah bumi?
4. Apakah tujuan dilaksanakanya tradisi sedekah bumi?
5. Bagaimana urutan atau susunan acara sedekah bumi tersebut?
6. Mengapa sedekah bumi ini menggunakan wayang kulit sebagai sarana
runtutan acaranya?
7. Apakah ada makna atau arti dari tokoh-tokoh dalam perwayangan? Jika
ada, apa maknanya?
8. Apakah ada makna dalam makanan yang dihidangkan pada tradisi sedekah
bumi tersebut? Jika ada apa maknanya?
73
HASIL WAWANCARA
A. Bapak Riyono
Jabatan : Sesepuh Dusun Jogowono
Tanggal : 5 Maret 2020
Waktu : 16:56 WIB
X: Sejarah sedekah bumi niku pripun pakde?
R: Sedekah bumi niku adat turun-temurun saking nenek moyang sing dugi
sakniki diuri-uri budayane.
X: Makna sedekah bumi niku nopo pakde?
R: Sedekah bumi niku asale seko kata shodaqoh niku manut ajarane kanjeng
Sunan Kalijogo para wali. Rasa syukur marang gusti Allah.
X: Nopo mawon nilai pendidikan Islam sek teng sedekah bumi?
R: Nilaine niku kan ono neng wayange, Wayang niku terjadi saking
Pendhawa lima. Maknane Pendhawa lima niku Puntadewa kan duwe
layang Kalimasada niku kalimasada niku kalimat syahadat. Terus sing
nomer loro niku Werkudara niku maknane sholat, mulane werkudara raiso
ndodok, wong sholat kan ra iso ndodok. Terus sing nomer telu niku Janaka
niku kan jannah, jannah niku suwargo. Lha terus niku sek Sadewa Nakula,
Sadewa niku saha niku siji, dewa niku pengeran dadi Nakula Sadewa
nungkula seko tembung nungkula niku manembaho marang siji pengeran
74
mulane digawe kembar, dadi maknane Nakula Sadewa kui wong kui kon
manembah karo gusti Allah tok ojo karo liyane.
X: Njuk onten nopo sedekah bumi teng Jogowono niku nganggene wayang
kulit?
R: Dadi Kanjeng Sunan Kalijogo niku kan le syiar agomo niku kan ngangge
wayang, dados ngantos dumugi sepriki niku terus teseh diuri-uri. Soale
wong Jowo niku isane mlebu Islam niku kan mergo nderek Sunan
Kalijogo nonton wayang kui wau.
75
B. Bapak Tekat
Jabatan : Masyarakat Dusun Jogowono
Tanggal : 6 Maret 2020
Waktu : 10:50 WIB
X: Kenopo tradisi sedekah bumi nang Dusun Jogowono nganggo
pagelaran wayang kulit, udu kesenian sek lain lek?
T: Sing gowo wayang kui mau kanjeng Sunan Kalijaga, neruske budoyo
naluri jaman biyen. Wayang kui melu kanjeng Sunan Kalijaga sejarahe,
sing mengkoni tanah jowo tengah nganggo wayang, mugakno njuk
diuri-uri perkoro sing ngenut agomo Islam.
X: Njuk sejarah sedekah bumine pripun lek?
T: Nguri-uri kabudayan bumi wong gesang nang alam donya kui uripe
mangan seko lelunturing bumi. Dadi dibekteni marang gusti Allah
nyuwun bekti karang gawe who njuk dipangan menungso kanggo gawe
urip, dadi njuk bersyukur njuk dibekteni dadi njuk dijenengi sedekah
bumi.
X: Nang sedekah bumi iku ono jenang abang putih, golongan, tumpeng
ngoten maknane pripun?
T: Kui maknane tumpeng kui kabeh mau ndak lali njuk gawe pengeling-
eling gawe tumpeng kui penyuwunan karo gusti Allah, mulane digawe
jejeg nduwur jejeg ngisor ombi, kui maknane kabeh tetep mbalik karo
gusti Allah ora karo sopo-sopo. Njuk ngopo kok diarani golong kui
76
menungso kui iso golong dewe dadi siji kabeh guyub rukun. Kae
kembang mawar kae jenenge sekataman, jenenge sekataman kui nek
coro wong kui duwe pamomong dadi dipasrahke karo sing momong.
Dadi opo wae penjalukane seko lantaran kui jaluke karo gusti Allah,
kabeh gusti Allah kabeh.
X: Terus nang sedekah bumi kui mau onten kados nilai islam sek teng
lebete mboten lek?
T: Lha kui seko Janaka kui nglambangke agomo Islam, dadi Janaka kui
mau ki dadi wong bagus, ora bagus rupane nanging bagus atine, luhur
budi pekertine kui sek jenenge Janaka, jannatullah utawa jannah.
X: Nek sek sedekah bumi neng daerah liyo kan akeh ya lek, lha cirri khase
sedekah bumi nang dusun Jogowono kui nopo lek?
T: Lha yo gampangane nang sedekah bumi kan ono wayange, lha kui yo
wayang. Wayange kui cirri khase sedekah bumi. Sakliyane kui sedekah
bumi kui tujuane bersyukur.
77
C. Bapak Samyadi
Jabatan : Kepala Dusun Jogowono
Tempat : Rumah Bapak Samyadi
Tanggal : 13 Maret 2020
X: Apa makna sedekah bumi menurut Bapak? Artine sedekah bumi
menurut bapak?
S: Sedekah bumi kan selain untuk nguri-uri gampangane sing wis kat
disek poro mbah-mbah biyen kan kui termasuk istilahe kan nggo
sodaqoh, selain kui maknane nggo slametan hasil bumine dewe podo
panen intine perlu dislameti intine ben barokah, hasil bumine ben
barokah.
X: Njuk teruse sejarah sedekah bumi pripun?
S: Yo nek kui yo karang biyen jaman mbah-mbah kui cok do slametan
intine tujuane nylameti hasil bumi kui. Nek duwe hasil bumi kui
dislameti tujuane hasile ben manfaat barokah. Wong nyatane le
nglekasi panen yo di slameti. Nah sedekah kui asline kan seko kata
shodaqoh, Cuma karena wong Jowo dadi njuk nyebute sedekah, lha
nang sedekah bumi kui mau kan ono tumpenge ono golonge kui tujuane
dipangan bareng-bareng tujuane shodaqoh.
X: Terus misalkan kan nang gon sedekah bumine kui ono tumpengan
golong dan lain sebagainya kui maknane opo pak?
78
S: Coro wong biyen kui nggo maknani, jenenge tumpeng kui mulane
tumpeng ki duwur cilik ngisor gede kui intine kan gede kui kan intine
ombo, dadi istilahe sek cilik mau kan tujuane kepada Allah pada satu
yang Esa. Dadi walaupun gampangane seko werno-werno hasil bumi
seko werno-werno kan kabeh walaupun nganggo coro piye istilahe yang
Maha Esa Allah SWT intine kabeh tujuane nang Maha Esa. Lha nek
golong kui intine missal duwe kekarepan missal wong pirang-pirang
ngrembug intine umpomo sakelompok utowo sakdeso kan kudu
rembugane njuk duwe hasile kesepakate kui satu, mulane diibaratke
jaman biyen ki golong. Golong kan bentuke bunder satu kesatuan, satu
keinginan satu tekat satu tujuan, tujuane Allah SWT. Nek misal
ingkung kui nek wong jaman biyen ingkung kui iwak kui wis dadi
panganan sing mewah. Nah iwak kui nek mung secuil kan ra patut,
sedangkan wonge kan wong okeh. Gampangane ibarat hal sek ora apik
kan dipateni dihilangkan. Nah kui pitik nek wis mat iwis di tlikung
ingkung ibarate wis ra ono kekuatan isane iwak kui mung dipangan.
Dadi wong kui nek wis tekan mangsane kui wis ra iso nopo-nopo ra ono
apa-apane wis balik nang Allah. Jenang abang putih kui maknane
Indonesia lambange merah putih benderane merah putih kui koyo
sebuah satu kesatuan.
79
DOKUMEN PENELITIAN
Dengan Bapak Riyono
Dengan Bapak Tekat
80
Nasi Tumpengan, golong, bubur abang putih
81
Pagelaran wayang kulit
82
Panitia sedekah bumi Dusun Jogowono
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurul Fauzatun Nikmah
TTL : Tangerang, 07 April 1998
NIM : 23010160213
Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Alamat : RT 02 RW 02 Dsn. Jogowono, Ds. Donorejo, Kec.
Kaligesing, Kab. Purworejo
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Email : [email protected]
No. Hp : 085340926580
Riwayat Pendidikan :
1. TK Donorejo 02
2. SDN 03 Donorejo
3. SMP N 24 Purworejo
4. MAN Purworejo
5. S1 Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga tahun 2020