Download - Octavina Kurniawati M3508059
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH VARIASI BAHAN PENGIKAT PADA TABLET KUNYAH
EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
SECARA GRANULASI BASAH TERHADAP SIFAT FISIK TABLET
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
Octavina Kurniawati
M3508059
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
November 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, November 2011
OCTAVINA KURNIAWATIM3508059
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
INTISARI
Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) selama ini banyak digunakan masyarakat sebagai obat berbagai jenis kanker. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh variasi bahan pengikat yang digunakan pada pembuatan tablet kunyah ekstrak rimpang temu putih.
Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah dengan perbedaan bahan pengikat. Granul yang dibuat diuji sifat fisik granul meliputi susut pengeringan, uji sifat alir, uji sudut diam, dan uji pengetapan. Tablet yang telah dicetak dilakukan uji sifat fisik tablet yaitu uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan uji tanggapan rasa. Hasil yang didapat dibandingkan dengan literatur untuk mengetahui hasil tablet yang dibuat memenuhi persyaratan sifat fisik tablet atau tidak dan dilanjutkan dengan uji statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna terhadap sifat fisik tablet antara formulasi pertama yang menggunakan bahan pengikat gelatin, dan formulasi kedua dengan bahan pengikat amilum manihot.
Hasil Penelitian menunjukkan penggunaan kedua pengikat menghasilkan tablet yang memiliki sifat fisik tablet yang sesuai dengan parameter sifat fisik tablet pada Farmakope dan literatur lain. Perbedaan pengikat gelatin dan amilum manihot menunjukkan ada perbedaan secara bermakna pada statistik terhadap sifat fisik tablet yaitu uji kekerasan, dan menunjukkan tidak ada beda secara bermakna pada statistik terhadap sifat fisik tablet meliputi uji keseragaman bobot dan uji kerapuhan
Kata kunci : Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe), variasi bahan pengikat, sifat fisik tablet
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe rhizome has been used as a traditional cancer medicine since a long time ago. This present research has been done to determine the influence of the variations of binder used on making tablet chewable extract rhizomes curcuma white.
Making a tablet using methods of granulation wet with the difference of a binder. The granule made tested physical quality granule covering lost of drying,fluiditas, angle of repose, and tapped. Tablet which has been printed on test the physical quality tablet that test uniformity of weights, hardness, friability, and responses taste . The results obtained as compared with the literature to know the results of the tablets are made to meet the requirements of the physical quality of the tablet or not and continued with statistical tests to find out there or whether the difference in meaning to the physical quality of the tablet formulation of the first uses of materials binder gelatin, and the second with the binder formulation of amilum manihot.
The result showed the use of both a binder produce tablet having the physica l quality of a tablet that which is in accordance with the parameters the physical quality of a tablet on farmakope and the literature of another. Differences a binder gelatin and amilum manihot shows there are meaningful differences in the statistics of physical quality of the tablet that is hardness, and shows the test there is no difference in meaning in the statistics of physical properties tablet include uniformity weight test and friability test.
Keywords : chewable tablets, Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe, binder material variations, physically quality of tablet
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN MOTTO
apa pun yang terjadi patut disyukuri
Jangan pernah takut, jangan pernah menyesal
(penulis)
Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat
sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini ^_______^
(penulis)
DNA Dream N action
(penulis)
Nothing is imposible, imposible is nothing.)
(penulis)
Mulailah dengan yang kanan, Mulailah dengan otak kanan, Right,)
(Ippho Santoso)
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk
ayah, ibu, dan adik-adikku atas segala doa,
dukungan dan kasih sayangnya, semoga karya
ini bermanfaat aamiiiinnn
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan judul “Pengaruh Variasi Bahan Pengikat Pada Formulasi
Tablet Kunyah Ekstrak Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria (Berg.) Roscoe)
Secara Granulasi Basah Terhadap Sifat Fisik Tablet” sesuai waktu yang
ditentukan.
Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
kelulusan Program Diploma III Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas
dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.,(Hons).,Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. Selaku pembimbing tugas akhir yang telah
memberikan petunjuk dan masukan selama pembuatan tugas akhir dan selaku
Ketua Program D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Estu Retnaningtyas N.,STP., M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi masukan dan bimbingan akademik selama menjadi
mahasiswa D3 Farmasi.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Mereka yang telah mendampingi saya, dengan rasa penuh kasih sayang, yakni
kakek saya, nenek saya, ayah saya, ibu saya dan adik-adik saya.
5. Saudara saudaraku beda ayah ibu (vivi, mb. tina, ayu okta, depinta, isnun,
desy, fathimah, agnes, henis, nika, okti, riski)
6. Penghuni kos Dinasty (mb.tina, nika, okti, fera, fery, evi, hanna, mb ephin, mb
winda, mb. fitri, mb rista, sheilla, henis, vivi) yang selalu meramaikan
kamarku setiap saat dan tak hentinya juga memberikan motivasi
7. Teman Seperjuangan, semua mahasiswa Diploma 3 Farmasi 2008
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam pembuatan tugas akhir.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini
masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Akhir kata semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, November
Penulis
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
INTISARI..................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar belakang masalah ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
A. Tanaman Temu Putih ............................................................... 4
1. Klasifikasi Tanaman ............................................................ 4
2. Morfologi Tanaman ............................................................. 4
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kandungan Kimia ................................................................ 5
4. Kegunaan............................................................................. 5
B. Tinjauan Tentang Ekstrak ......................................................... 6
1. Ekstrak ................................................................................ 6
a. Maserasi .......................................................................... 6
b. Perkolasi ......................................................................... 7
c. Soxhletasi........................................................................ 7
d. Infundasi ......................................................................... 7
C. Tinjauan Tentang Tablet ........................................................... 8
1. Pengertian Tablet ................................................................. 8
2. Masalah-masalah dalam pembuatan tablet............................ 11
3. Tablet Kunyah ..................................................................... 12
4. Pemerian bahan yang digunakan .......................................... 16
D. Kerangka Pemikiran ................................................................. 18
E. Hipotesis .................................................................................. 18
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 20
A. Alat Dan Bahan ........................................................................ 20
1. Alat...................................................................................... 20
2. Bahan .................................................................................. 20
B. Waktu Dan Tempat .................................................................. 20
1. Waktu .................................................................................. 20
2. Tempat ................................................................................ 20
C. Metode Penelitian Dan Cara Kerja............................................ 21
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Metode Penelitian ................................................................ 21
2. Cara Kerja ........................................................................... 21
a. Pengambilan Bahan ......................................................... 21
b. Determinas Tanaman....................................................... 21
c. Pembuatan Serbuk........................................................... 22
d. Pembuatan Ekstrak .......................................................... 22
e. Standarisasi Ekstrak ........................................................ 22
f. Pembuatan Ekstrak kering ............................................... 22
g. Rancangan Formulasi Tablet ........................................... 23
h. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah ........ 23
i. Pemeriksaan granul ......................................................... 24
j. Pembuatan Tablet kuntah ................................................ 25
k. Pemeriksaan Tablet ......................................................... 26
1) Keseragaman bobot..................................................... 26
2) Kekerasan ................................................................... 26
3) Kerapuhan .................................................................. 27
4) Uji tanggapan rasa ...................................................... 27
D. Pengumpulan Dan Analisis Statistik Data ................................. 28
1. Pendekatan Teoritis.............................................................. 28
2. Analisis Statistik Data .......................................................... 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 29
A. Hasil Determinasi ..................................................................... 29
B. Hasil Pengolahan Simplisia ..................................................... 29
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hasil Pembuatan Ekstrak .......................................................... 29
D. Hasil Pemeriksaan Ekstrak ....................................................... 29
E. Pembuatan Granul Metode Granulasi Basah ............................. 30
F. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul........................................ 31
1. Susut Pengeringan Granul.................................................... 31
2. Waktu Alir Granul ............................................................... 33
3. Sudut Diam Granul .............................................................. 34
4. Uji Pengetapan..................................................................... 35
G. Hasil pemeriksaan Sifat Fisik Tablet......................................... 36
1. Keseragaman Bobot ............................................................. 36
2. Kekerasan Tablet ................................................................. 38
3. Kerapuhan Tablet................................................................. 39
4. Uji Tanggapan Rasa ............................................................. 40
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 42
A. KESIMPULAN ........................................................................ 42
B. SARAN .................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 43
LAMPIRAN ................................................................................................. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Formula tiap tablet ekstrak rimpang temu putih ........................ 23
Tabel II Penyimpangan bobot rata-rata tablet ......................................... 26
Tabel III Hasil Pemeriksaan organoleptis ................................................ 30
Tabel IV Hasil Susut Pengeringan ........................................................... 32
Tabel V Hasil pemeriksaan waktu alir granul ......................................... 33
Tabel VI Hasil sudut diam granul ............................................................ 34
Tabel VII Hasil uji pengetapan ................................................................. 36
Tabel VIII Hasil pemeriksaan penyimpangan keseragaman bobot tablet .... 37
Tabel IX Hasil pengujian keseragaman bobot tablet ................................ 37
Tabel X Hasil Pengujian kekerasan tablet .............................................. 39
Tabel XI Hasil Pengujian kerapuhan tablet .............................................. 40
Tabel XII Uji tanggapan rasa tablet .......................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) ......... 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Determinasi tanaman.............................................................. 45
Lampiran 2 Diagram Alir Cara Kerja ........................................................ 46
Lampiran 3 Perhitungan bahan pengikat yang digunakan .......................... 47
Lampiran 4 Perhitungan Rendemen .......................................................... 48
Lampiran 5 Hasil perhitungan LOD .......................................................... 49
Lampiran 6 Hasil perhitungan sudut diam ................................................. 50
Lampiran 7 Hasil perhitungan nilai kerapuhan .......................................... 51
Lampiran 8 Foto tablet .............................................................................. 52
Lampiran 9 Alat Moisture Balance dan Neraca analitik............................ 53
Lampiran 10 Single Punch Tablet Press dan Hardness Manual-Tester....... 54
Lampiran 11 Friability Tester dan Uji Kelengketan ..................................... 55
Lampiran 12 Hasil perhitungan keseragaman bobot menurut FI III ............. 56
Lampiran 13 Uji statistik keseragaman bobot.............................................. 57
Lampiran 14 Uji statistik kekerasan tablet ................................................... 59
Lampiran 15 Uji statistik kerapuhan tablet .................................................. 61
Lampiran 16 Blanko angket ........................................................................ 63
Lampiran 17 Data hasil perhitungan tanggapan rasa .................................... 64
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu
sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya
digunakan sebagai obat tradisional (Sapoetra, 1992). Salah satu jenis tumbuhan
yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah temu putih (curcuma
zedoaria (berg.) roscoe) (Rukmana, 1994). Rimpang temu putih mengandung
minyak atsiri, saponin, flavonoid, polifenol, dan triterpenoid (Syukur, 2004).
Rimpang temu putih (curcuma zedoaria (berg.) roscoe) secara tradisional
telah diketahui sebagai obat anti kanker, beberapa penelitian dengan
menggunakan sediaan rimpang temu putih telah membuktikan bahwa ekstrak
etanol temu putih mampu menghambat pertumbuhan tumor paru pada mencit
(Murwanti et al, 2004).
Penggunaan temu putih pada umumnya digunakan dengan cara
direbus atau diseduh bahkan dalam bentuk campuran serbuk kering atau simplisia.
Cara ini kurang efektif sehingga perlu pengembangan bentuk tradisional ke
bentuk modern agar lebih praktis, seperti dibuat sediaan tablet kunyah yang
mengandung ekstrak rimpang temu putih. Ekstrak yang diformulasi menjadi tablet
kunyah lebih mudah dilepaskan sebagai bahan aktif pada jaringan tubuh dan
diserap oleh tubuh. Tujuan tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang sukar menelan obat (Banker and Anderson, 1994), serta dapat menutupi rasa
tidak enak atau pahit dari obat (Voigt, 1994).
Tablet kunyah dibuat dengan menggunakan bahan pengisi, pengikat, pelicin
maupun pemanis. Metode yang digunakan adalah granulasi basah, metode ini
dipilih karena selain sudah menjadi tradisi atau metode yang sudah biasa
digunakan, metode granulasi basah juga mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah baik digunakan untuk bahan yang tahan terhadap suhu
pemanasan (Banker and Anderson, 1994).
Salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet adalah
bahan pengikat. Peranan pengikat adalah untuk memberikan kohesivitas yang
diperlukan untuk mengikat partikel-partikel padat dibawah pengempaan untuk
membentuk suatu tablet yang kompak (Siregar dan Wikarsa, 2010). Dalam
penelitian ini menggunakan gelatin dan amilum manihot.
Musilago amili merupakan pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet
yang terintegrasi cepat, dan granulasi hanya dapat dibuat dengan menggunakan
pati sebagai pengikat internal dan digranulasi dengan air, mempunyai keuntungan
yaitu inert, kerja disintergran, kerja lubrikan kecil, dan sifat yang mengabsorbsi
minyak yang baik. Gelatin juga merupakan pengikat yang baik (Siregar dan
Wikarsa, 2010)
Berdasar uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
variasi bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet ekstrak rimpang temu putih
(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe).
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak
rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) dapat dibuat tablet
kunyah dengan bahan pengikat gelatin dan amilum manihot dan bagaimana
pengaruh variasi bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi bahan pengikat pada
pembuatan tablet ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
terhadap sifat fisik tablet ekstrak rimpang temu putih.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui formulasi tablet kunyah ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe) yang memenuhi persyaratan
2. Mengetahui pengaruh variasi bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet
kunyah ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe).
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Temu Putih
Gambar 1. Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
1. Klasifikasi tanaman
divisi : Spermatophyta
subdivisi : Angiospermae
kelas : Monocotyledonae
ordo : Zingiberales
famili : Zingiberaceae
genus : Curcuma
spesies : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe (Anonim, 2000a)
2. Morfologi Tanaman
Tumbuhan ini berupa tanaman tahunan, tinggi mencapai 2 m, tumbuh
tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna merah
lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari rimpang
samping, menjulang ke atas membentuk bongkol bunga yang besar. Mahkota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang
berwarna putih atau kuning muda, rasa sangat pahit (Hutapea, 1993).
3. Kandungan Kimia
Rimpang temu putih mengandung 1,0-2,50% minyak atsiri yang terdiri
dari monoterpen yang berkhasiat sebagai antineoplastik (antikanker) dan telah
terbukti dapat menonaktifkan pertumbuhan sel kanker payudara dan
seskuiterpen sebagai komponen utamanya. Minyak atsiri tersebut mengandung
lebih dari 20 komponen, diantaranya kurzerenon (zedoarin) yang merupakan
komponen terbesar, kurkumin yang berkhasiat sebagai anti radang dan
antioksidan yang dapat mencegah kerusakan gen, epikurminol yang berkhasiat
sebagai antitumor, kurkuminol yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor
(pelindung hati), dan zingiberen (Dalimartha, 2003). Selain minyak atsiri,
dalam temu putih juga terkandung zat pati, damar, mineral, lemak, saponin,
flavonoid, polifenol, dan triterpenoid (Syukur, 2004).
4. Kegunaan
Seluruh bagian tanaman temu putih mulai dari daun, bunga, rimpang
muda, dan rimpang tua dapat dimanfaatkan sebagai obat seperti maag,
ambeien, radang tenggorokan, radang hati, amandel, nyeri haid, keputihan,
jerawat, b isul, obat stimulan, obat cacing, obat diare, antivirus, pelega perut,
batuk, nyeri dada, gangguan pencernaan, melancarkan peredaran darah, kanker
(serviks, ovarium, paru, hati, payudara, leukemia), serta gangguan paru-paru
diantaranya asma, TBC, dan bronchitis (Satya, 2007). Secara tradisional telah
diketahui sebagai obat anti kanker, beberapa penelitian dengan menggunakan
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sediaan rimpang temu putih telah membuktikan bahwa ekstrak etanol temu
putih mampu menghambat pertumbuhan tumor paru pada mencit (Murwanti et
al, 2004).
B. Tinjauan Tentang Ekstrak
1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi bahan baku
yang telah ditetapkan (Anonim,1995).
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi,
perkolasi, Soxhletasi, dan infundasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan
beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan penyesuaian dengan
tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang
sempurna (Ansel, 1989).
a. Maserasi
Maserasi merupakan proses paling tepat untuk simplisia yang sudah
halus dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan
susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam
bejana bermulut lebar, serbuk ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup
rapat, isinya dikocok berulang-ulang kemudian disaring. Proses ini
dilakukan pada temperatur 15-200 C selama tiga hari (Ansel, 1989).
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut
yang cocok dengan melewatkan secara perlahan-lahan melewati suatu
kolom, serbuk simplisia dimasukkan ke dalam perkolator. Dengan cara
penyarian ini mengalirkan cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui
celah untuk keluar dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom.
Dengan pembaharuan yang terus menerus bahan pelarut, memungkinkan
berlangsungnya maserasi bertingkat (Ansel, 1989).
c. Soxhletasi
Bahan yang akan disari berada di dalam kantung ekstraksi (kertas,
karton) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang berada di antara labu
suling dan suatu pendingin. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang
menguap dan jika diberi pemanasan akan menguap mencapai ke dalam
pendingin balik melalui pipa pipet, pelarut ini berkondensasi di dalamnya
dan menetes ke bahan yang disari. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas
dan setelah mencapai tinggi maksimum secara otomatis ditarik ke dalam
labu tersebut (Voigt, 1994).
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dai 24 jam (Anonim, 1986).
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengekstraksi rimpang
temu putih adalah maserasi. Digunakan metode maserasi, karena maserasi
merupakan proses paling tepat untuk obat yang halus dan memungkinkan
direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga
zat-zat yang mudah terlarut akan terlarut (Ansel, 1989).
C. Tinjauan Tentang Tablet
1. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ketebalan,
daya hancurnya, dan dalam aspek la innya tergantung dari cara pemakaian
tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah
sebagai berikut:
a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik
selama fabrikasi / pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada
konsumen.
b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.
c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya
d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun
rasanya.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong
alir ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot
tablet tidak akan memiliki variasi yang besar.
b. Kompaktibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga
dihasilkan tablet yang keras.
c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
permukaan tablet halus dan licin (Sheth dkk, 1980).
Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu: metode kempa langsung,
granulasi basah, dan granulasi kering.
a. Kempa langsung
Metode kempa langsung yaitu percetakan bahan obat dan bahan
tambahan yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau
granulasi. Kempa langsung membangkitkan gaya ikatan di antara partikel
sehingga tablet memiliki kekompakan yang cukup (Voigt, 1994). Pada
proses ini diperlukan serbuk yang mempunyai fluiditas dan kompaktibilitas
yang baik (Sheth dkk, 1980).
b. Granulasi kering
Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat
kering ke dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa
yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, memecahkannya dan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadikan pecahan-pecahan menjadi granul, penambahan bahan pelicin
dan penghancur kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989).
c. Granulasi Basah
Metode ini meupakan metode pembuatan yang paling banyak
digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang
diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai
berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi
basah, pengayakan granul basah, pengeringan, pengayakan granul kering,
pencampuran bahan pelicin dan bahan penghancur, pembuatan tablet
dengan kompresi (Ansel, 1989).
Untuk mengetahui sifat fisik granul, maka diperlukan uji sifat fisik granul
yang meliputi :
a. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan bila sejumlah granul
dituangkan dalam suatu alat kemudian dialirkan, mudah tidaknya aliran
granul dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan
permukaan dan kelembabannya. Kecepatan alir granul sangat penting
karena berpengaruh pada keseragaman pengisian ruang kompresi dan
keseragaman bobot tablet (Sheth dkk, 1980).
b. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan
granul dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 300 biasanya menunjukkan bahwa granul mempunyai sifat a lir yang
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baik atau disebut juga “free flowing” dan bila sudutnya lebih besar atau
sama dengan 400 biasanya sifat alirnya kurang baik (Banker and Anderson,
1994).
c. Pengetapan
Pengetapan menunjukkan penurunan volume sejumlah granul atau
serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Makin kecil indek
pengetapan maka semakin kecil sifat alirnya. Granul dengan indek
pengetapan kurang dari 20% menunjukkan sifat alir yang baik (Fassihi dan
Kanfer, 1986).
2. Masalah masalah dalam pembuatan tablet
a. Binding
Binding adalah adalah suatu keadaan yang terjadi karena permukaan
dinding mesin yang kurang lic in, granul kurang kering, die yang kotor, atau
bisa juga karena celah antara punch bawah dan ruang die terlalu besar
(Banker and Anderson, 1994).
b. Picking dan Sticking
Picking dan Sticking terjadi karena penempelan massa pada permukaan
punch (Banker and Anderson, 1994).
c. Capping dan Laminating
Capping adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan sebagian
atau secara lengkap pemisahan bagian atas atau bawah mahkota tablet
(crown) dari bagian utamanya. Laminating adalah pemisahan tablet menjadi
dua atau lebih lapisan-lapisan berbeda. Terjadi karena banyaknya udara
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam ruang die sebelum, selama dan sesudah kompaksasi tablet, tekanan
kompaksasi terlalu besar (Banker and Anderson, 1994).
d. Pengelupasan dan penempelan
Adalah istilah untuk menerangkan permukaan bahan dari suatu tablet
yang menempel pada punch dan dipisahkan dari permukaan tablet.
Penempelan berhubungan pula dengan melekatnya bahan tablet pada
dinding die, terjadi pada saat mengeluarkan bahan dari permukaan punch
(Banker and Anderson, 1994).
e. Mottling
Mottling adalah keadaan dimana distribusi warna tablet tidak merata,
dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang
seragam. Terjadi karena berbedanya warna obat dengan bahan tambahan
atau bila hasil urai obatnya berwarna dan migrasi zat warna ke permukaan
granul selama proses pengeringan (Banker and Anderson, 1994).
f. Variasi berat, ukuran granul dan ukuran distribusi sebelum pencetakan.
g. Aliran yang kurang baik.
h. Pencampuran yang kurang baik.
i. Variasi punch dan variasi kekerasan
3. Tablet Kunyah
Tablet kunyah dikatakan sebagai tablet spesial yang digigit hingga hancur
dan ditelan. Sediaan ini memiliki rasa aromatik yang menyenangkan, tidak
mengandung bahaan penghancur dan lebih disukai oleh pasien yang
mempunyai kesulitan dalam menelan obat (Voigt, 1994).
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keuntungan tablet kunyah jika dibandingkan dengan bentuk sediaan padat
oral lainnya meliputi ketersediaan hayati yang lebih baik, melewati proses
disintegrasi dan dapat menghasilkan peningkatan disolusi, kenyamanan pasien
dengan meniadakan kebutuhan air minum untuk menelan, dapat digunakan
sebagai pengganti bentuk sediaan cair jika diperlukan permulaan kerja obat
yang cepat meningkatkan penerimaan pasien (terutama anak-anak) karena cita
rasa yang menyenangkan (Siregar dan Wikarsa, 2010)
Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang
tua yang mungkin sukar menelan obat utuh (Banker and Anderson, 1994).
Karakteristik tablet kunyah apabila dikunyah akan membentuk massa yang
halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak (Ansel, 1989).
Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan
mannitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi,
mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan
penampilan dan rasa (Ansel, 1989).
Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet kunyah
antara lain :
a. Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk
dan untuk memperbaiki daya kohesi yang dapat dikempa langsung atau
untuk memacu aliran. Selain itu bahan pengisi ditambahkan kedalam
formulasi supaya membentuk ukuran tablet yang diinginkan (Ansel, 1989).
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain : sukrosa, laktosa, kalsium
karbonat, dekstrosa, manitol sorbitol dan bahan lain yang cocok (Banker
and Anderson, 1994).
b. Bahan pengikat adalah bahan yang mempunyai sifat adesif yang digunakan
untuk mengikat serbuk menjadi granul selanjutnya bila dikempa akan
menghasilkan tablet kompak. Zat pengikat yang ditambahkan dalam bentuk
larutan (Anonim,1995). Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet
dengan maksud untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel serbuk
sehingga memberikan kekompakan dan daya tahan tablet (Voigt, 1994).
Bahan pengikat yang biasa digunakan adalh muchilago amili 5 –
10%, solution gelatin 2 – 10%, polivinil p irolidon 5 – 20%, metal selulosa
(solution) 2 – 10%, etil selulosa (solutio) 5 – 10%, poliakrilamid 2 – 8% (
Sheth dkk, 1980 ).
c. Bahan pelicin (lubricant), Umumnya fungsi dari bahan pelicin adalah untuk
mengurangi gesekan diantara granul dan dinding ruang cetak selama
penabletan (Ansel, 1989). Beberapa bahan pelican yang biasa digunakan
antara lain talk, magnesium stearat, kalsium stearat, asam stearat, natrium
stearat (Banker and Anderson, 1994).
Untuk mengetahui sifat fisik tablet hisap yang dihasilkan perlu dilakukan
uji sifat fisik tablet hisap. Uji sifat fisik yang dilakukan adalah :
a. Keseragaman bobot
Ditimbang 20 tablet satu persatu, dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1979).
b. Kekerasan
Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti guncangan dan
terjadinya keretakan tablet selama pengemasan dan transportasi. Alat yang
biasa digunakan adalah hardness tester (Monsanto Stokes) dan hardness
tester (Strong Cobb) (Lachman et al, 1986)
c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap pengikisan
permukaan dan goncangan. Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan
alat friability tester. Batas kerapuhan tablet yang masih bisa diterima adalah
kurang dari 1,0%. Kerapuhan diatas 1,0% menunjukkan tablet yang rapuh
dan dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1994).
d. Uji tanggapan rasa
Uji tanggapan rasa dilakukan dengan teknik sampling acak (random
sampling) dengan populasi heterogen sejumlah 10 responden dengan
mengisi angket yang disediakan. Setiap responden mendapatkan
kesempatan yang sama untuk merasakan sempel dari formula tablet kunyah
ekstrak rimpang temu putih. Tanggapan rasa dikelompokkan dari tingkat
manis agak pahit, pahit agak manis, agak pahit dan pahit. Kemudian data
disajikan dalam bentuk tabel.
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pemerian bahan yang digunakan
a. Manitol
Manitol adalah senyawa alkohol heksa hidrat yang berbentuk kristal
putih, memiliki sifat-sifat yang diinginkan sebagai bahan tambahan pada
formulasi tablet kunyah. Manisnya manitol kira-kira 70% dari manisnya
gula dengan rasa dingin dimulut, memiliki kelarutan cukup dalam air, dan
merupakan salah satu bagian pengisi yang biasa digunakan dalam tablet
kunyah, karena mempunyai higroskopistas yang rendah (Ansel, 1989).
b. Gelatin
Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari
kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin yang digunakan dalam
pembuatan kapsul atau untuk penyalut tablet dapat diwarnai dengan
pewarna yang diijinkan (Anonim, 1995). Pemerian berupa lembaran,
kepingan, serbuk, atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau
dan rasa lemah (Anonim, 1979). Penggunaan gelatin sebagai bahan pengikat
antara 2-10% larutan air (Siregar dan Wikarsa, 2010).
c. Aspartam
Aspartam (Nutrasweet) merupakan pemanis buatan yang paling banyak
digunakan dewasa ini. Sifat manis relatif aspartam kira-kira sebesar 200 dan
rasa manisnya dan bertahan lebih lama daripada pemanis alami. Aspartam
meningkatkan dan memperbesar efek penambah rasa sitrun. Kestabilan
aspartam kering dikatakan baik pada suhu kamar dan kelembapan relatif
50%, sedangkan dalam larutan paling stabil pada pH 4. Tingkat penggunaan
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
aspartam dalam tablet kunyah adalah 3 sampai 8 mg per tablet (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
d. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit alumunium silikat. Pemerian serbuk sangat halus, putih
atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran. Tidak larut dalam hampir semua pelarut. Penyimpanan dalam
wadah tertutup baik. Digunakan sebagai zat.tambahan (Anonim, 1995).
e. Magnesium stearat
Magnesium stearat adalah serbuk halus, putih, dan voluminus, bau
lemah, khas, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Tidak larut dalam
air, etanol daneter. Khasiat magnesium stearat sebagai bahan pelicin dalam
pembuatan tablet (Anonim, 1995). Konsentrasi Mg Stearat sebagai lubrikan
maksimal 2 %.
f. Amilum manihot
Amilum yang digunakan adalah amilum manihot atau disebut juga pati
singkong. Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot
Utilissima Pohl (Familia Euphorbiaceae). Pemeriannya serbuk sangat halus,
putih, praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol (Anonim, 1995). Dalam
bentuk musilago amili 5-10%.
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Kerangka Pemikiran
Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) adalah salah satu
jenis tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Mengandung
minyak atsiri, saponin, flavonoid, polifenol
Pembuatan tablet kunyah dari ekstrak bahan alam dimaksudkan agar dapat
dibuat sediaan yang lebih praktis dan efektif. Untuk mendapatkan tablet yang baik
dan memenuhi persyaratan, diperlukan bahan tambahan berupa bahan pengikat.
Bahan pengikat merupakan bahan yang memegang peranan penting dalam
pembuatan granul. Bahan ini yang akan menentukan sifat granul dan tablet yang
akan dibuat. Bahan pengikat yang sering digunakan dalam pembuatan tablet
adalah gelatin dan amilum manihot.
Bahan pengikat yang digunakan dalam tablet ini adalah gelatin dengan
konsentrasi 5% dan amilum manihot 8%, keduanya dibuat dalam bentuk
mucilago. Metode yang digunakan adalah metode granulasi basah. Metode ini
digunakan karena hampir semua bahan obat dapat dicetak dengan metode ini dan
memenuhi persyaratan tablet dengan baik.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh antara dua jenis bahan
pengikat terhadap sifat fisik tablet.
E. Hipotesis
1. Penggunaan variasi bahan pengikat pada tablet kunyah ekstrak rimpang temu
putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) diduga dapat dibuat tablet kunyah.
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Penggunaan variasi bahan pengikat diduga berpengaruh pada sifat fisik tablet
berupa keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan rasa tablet kunyah
ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) yang dihasilkan.
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah Oven type
(IL-70.110/220 V), Toples kaca, Kain flanel, Penggiling, Mortir dan Stamper,
Neraca analitik, Single-punch tablet press (seri TDP I), Hardness Manual-
Tester (Aikho Engineering AE-20 kg), Friability Tester (Erweka TA),
Moisture balance (MB 23 ohauss), alat-alat gelas, Cawan penguap, Corong
kaca, Batang pengaduk, Jangka sorong, Ayakan no. 16 dan 18 mesh,
Stopwatch, motor penggerak dan alat pendukung lainnya.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rimpang temu
putih, etanol 70%, Manitol, Aspartam, gelatin, amilum manihot, Talk, Mg
stearat, aerosol, aquadest.
B. Waktu Dan Tempat
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011.
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tempat
Tempat yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya Laboratorium
Jurusan biologi untuk determinasi tanaman rimpang temu putih,Sub lab biologi
Laboratorium Pusat F MIPA UNS untuk pembuatan ekstrak kental rimpang
temu putih, dan Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Setia Budi untuk
pembuatan tablet, uji sifat fisik granul dan pemeriksaan uji sifat fisik tablet.
C. Metode Penelitian Dan Cara Kerja
1. Metode Penelitian
Kategori penelitian yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental
murni
Variabel bebas : bahan pengikat amilum manihot dan gelatin
Variabel tergantung : mutu fisik tablet yaitu keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan dan rasa tablet kunyah
Variabel terkendali : waktu pencampuran, nomor ayakan, volume
penambahan bahan pengikat, tekanan kompresi, kadar
bahan pengikat, berat tablet, suhu pengeringan granul,
metode pengujian granul, metode pengujian tablet.
2. Cara Kerja
a. Pengambilan Bahan
Rimpang temu putih diperoleh dari daerah Wonogiri.
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Determinasi Tanaman
Rimpang temu putih dilakukan determinasi untuk membuktikan
kebenaran dari tanaman tersebut dan determinasi dilakukan di Lab. Jurusan
Biologi Universitas Sebelas Maret.
c. Pembuatan Serbuk
Rimpang temu putih yang sudah kering dihancurkan dengan cara
digiling.
d. Pembuatan Ekstrak
Serbuk rimpang temu putih dimaserasi dengan cairan penyari yaitu
etanol 70%. Maserasi dilakukan selama 2 hari sambil sesekali d iaduk.
Setelah itu disaring menggunakan kain flanel untuk memisahkan ampas dan
sari. Kemudian dilakukan remaserasi dengan tetap menggunakan cairan
penyari etanol 70% selama 2 hari dan selanjutnya disaring menggunakan
kain flanel. Sari yang didapat dicampur dengan sari yang pertama agar
homogen. Sari dipekatkan dengan evaporator. Ekstrak kental dimasukkan
ke dalam cawan petri dan disimpan dalam eksikator.
e. Pembuatan Ekstrak Kering
Pembuatan ekstrak rimpang temu putih yaitu dengan mencampur
aerosil (3%) dengan ekstrak kental. Pencampuran ekstrak kental dengan
aerosil d ilakukan di dalam mortir dan stamper yang sebelumnya
dipananskan di atas waterbath, dengan tujuan untuk mempercepat
penguapan pelarutnya dan mencegah terjadinya higroskopisitas.
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Standarisasi Ekstrak
1) Pemeriksaan Organoleptis
Dilakukan pemeriksaan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau
dan rasa ekstrak (Anonim, 2000b).
2) Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara menimbang 500 mg ekstrak
rimpang temu putih kemudian diletakkan diantara obyek, ditindih dengan
beban seberat 500 gram selama 5 menit. Gelas objek dijepit pada alat
yang diberi beban 70 gram, selanjutnya dihitung waktu yang diperlukan
untuk melepaskan gelas objek yang satu dengan yang lainnya (Anonim,
1979).
g. Rancangan Formulasi Tablet
Tablet kunyah rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe)
telah diuji cobakan dengan menggunakan dosis 504 mg sekali pemberian
Tabel I. Formula tiap tablet ekstrak rimpang temu putih
Formula 1 Formula 2Ekstrak kering temu putih 252 mg 252 mgManitol 708 mg 708 mgAspartam 30 mg 30 mgMg stearat:talk 1mg:9mg 1mg:9mgGelatin qs -Amilum manihot - qsTotal 1000 1000
h. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah
Ekstrak kering rimpang temu putih, manitol, dan gelatin pada formula
1, amilum manihot pada formula 2 dicampur kemudian ditambahkan dengan
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
aspartam dihomogenkan sampai terbentuk massa granul yang baik yang siap
digranulasi. Granul diayak menggunakan ayakan no. 16 kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 40-50°C. Granul yang sudah kering
diayak lagi menggunakan ayakan no. 18.
i. Pemeriksaan Granul
1) Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah kadar bagian zat yang menguap, kecuali
dinyatakan lain penetapan dilakukan dengan menimbang 1 gram atau 2
gram zat uji dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara.
Kemudian dimasukkan dalam almari pengering pada suhu 105oC hingga
bobot tetap (Anonim, 1979). Seiring berkembangnya teknologi, susut
pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance
Kelembapan didalam zat padat dinyatakan dengan LOD dan MC.
Susut saat pengeringan disebut juga LOD (Lost on Drying).LOD dihitung
berdasarkan banyaknya bahan yang menguap setelah dilakukan proses
pengeringan, yang dihitung dengan rumus :
LOD (%) = x 100 %.................................(1)
Susut pengeringan granul yang baik adlah 2-4% (Banker and
Anderson, 1994).
2) Waktu Alir
Pemeriksaan waktu alir bertujuan untuk mengetahui bahwa serbuk
yang digunakan mempunyai waktu alir yang baik. Waktu alir yang baik
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan terutama
keseragaman bobotnya. Apabila 100 g serbuk dengan waktu alir lebih
dari 10 detik akan mengalami kesulitan pada waktu penabletan (Sheth
dkk, 1980).
3) Sudut Diam
Sudut diam yaitu sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari
300 biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila
sudutnya lebih besar atau sama dengan 400 biasanya mengalirnya kurang
baik (Voigt, 1994).
tg β = ........................................................................... ( 2 )
β = sudut diam
r = jari-jari kerucut
h = tinggi kerucut
4) Pengetapan
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan yaitu dengan
melakukan penghentian (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan
menggunakan alat volumeter (mechanical tapping device). Pengetapan
dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan
(Vo) dan volume setelah pengetapan konstan (Vt).
Nilai indeks pengetapan dapat dihitung dengan rumus:
T%= x 100% .............................................................. (3)
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Serbuk dapat dikatakan memiliki sifat air baik jika indeks
pemampatannya kurang dari 20% (Fashihi dan kanfer, 1986).
j. Pembuatan Tablet Kunyah
Granul yang telah diperiksa sifat fisiknya, ditambahkan bahan pelican
yaitu talk dan magnesium stearat. Kemudian dicampur sampai homogen dan
dicetak dengan mesin pencetak tablet single punch, dengan bobot
pertabletnya ± 1000 mg.
k. Pemeriksaan Tablet
1) Keseragaman Bobot
Menimbang 20 tablet, menghitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
dihitung satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan pada kolom A. Dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B (Anonim, 1979).
Tabel 2. Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet
Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata dalam (%)
A B25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20 %151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15%
Lebih dari 300 mg 5 % 10 %
2) Kekerasan
Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness
tester (Vanguard Pharmaceutical Machinery). Sebuah tablet diletakkan
pada alat dengan posisi horisontal, alat dikalibrasi hingga posisi 0,00.
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Memutar alatnya hingga tablet patah. Membaca skala yang tertera pada
alat. Percobaan dilakukan 5 kali dan dihitung harga puratanya (Voigt,
1994). Kekerasan tersebut dinyatakan dalam kilogram.
3) Kerapuhan
20 tablet dibebasdebukan. Ditimbang dalam neraca analitik yang
dinyatakan sebagai M1. Kemudian dimasukkan ke dalam friabilator.
Alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran permenit.
Setelah 4 menit, tablet dikeluarkan dari alat, dibebasdebukan lagi dan
ditimbang yang kemudian dinyatakan M2. Kerapuhan tablet dinyatakan
selisih berat tablet sebelum yang diuji tidak boleh berkurang lebih 1%
dari berat awal tablet awal uji (Mohrle, 1989).
Kerapuhan Tablet= x100% .................................. (4)
M1 = berat tablet mula-mula
M2 = berat tablet setelah perlakuan
4) Uji tanggapan rasa
Uji tanggap rasa dilakukan dengan teknik sampling acak ( random
sampling) kepada 10 subyek dengan cara sebagai berikut : subyek
ditemui dan dimintai untuk memberikan tanggapan tentang rasa tablet
ekstrak rimpang temu putih dengan mengisi angket yang disediakan.
Setiap responden mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan
sampel dari formulasi tablet ekstrak rimpang temu putih. Tanggapan rasa
dikelompokkan dari tingkat manis, agak manis, agak pahit, pahit.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel menurut presentase
responden dengan tanggapan yang diberikan.
D. Pengumpulan Dan Analisis Statistik Data
1. Pendekatan Teoritis
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibandingkan dengan
persyaratan tablet yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan
la in.
2. Analisis Statistik Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Data yang
terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji t-test dengan taraf
kepercayaan 95%.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman Temu Putih
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa, tanaman yang
sedang diteliti tersebut adalah benar-benar tanaman temu putih.
B. Hasil Pengolahan Simplisia Kering Rimpang Temu Putih
Simplisia kering dilakukan sortasi kering, kemudian memisahkannya dengan
pengotor lain yang terdapat dalam simplisia. Simplisia selanjutnya dikeringkan ke
dalam oven pada suhu 40oC sampai kering, setelah itu diserbuk dengan cara
digiling.
C. Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Rimpang Temu Putih
Hasil dari pembuatan ekstrak kental rimpang temu putih dari 0,5 kg simplisia
kering dihasilkan ekstrak kental sebanyak 42,508 g ekstrak kental dengan
rendemen yang diperoleh adalah 8,50 %.
D. Hasil pemeriksaan Ekstrak Kental Rimpang Temu Putih
Pemeriksaan ekstrak kental dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas ekstrak yang didapatkan, sehingga diharapkan dapat memenuhi kriteria
kualitas ekstrak kental yang sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan organoleptis dan uji daya lekat. Hasil
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemeriksaan organoleptis ekstrak rimpang temu putih dapat dilihat pada tabel III
dibawah ini :
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan Organoleptis HasilBentuk Ekstrak keringWarna KuningRasa PahitBau Khas seperti kunyit
Hasil pemeriksaan uji kelengketan ekstrak rimpang temu putih diperoleh rata-
rat 29’424” dengan 5 kali ulangan. Pemeriksaan uji kelengketan ini dilakukan
dengan cara menimbang 500 mg ekstrak rimpang temu putih kemudian diletakkan
diantara obyek dan ditindih dengan beban seberat 500 g se lama 5 menit. Gelas
objek dijepit pada alat yang diberi beban 70 gram. selanjutnya dihitung waktu
yang diperlukan untuk melepaskan gelas objek yang satu dengan yang la innya.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan, semakin kental pula ekstrak yang
dihasilkan. Sehingga bahan pengering yang digunakan hanya sedikit.
E. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah.
Pembuatan granul dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah,
karena metode ini mempunyai keuntungan dan mampu menghasilkan sediaan
tablet yang baik dan stabil serta tidak terlalu sulit untuk dilakukan
Pembuatan granul dimulai dengan mencampur zat aktif (ekstrak kental
rimpang temu putih) dengan aerosil 3%. Kemudian ditambah dengan bahan
pengisi(manitol), bahan pemanis (aspartam) dan bahan pengikat gelatin untuk
formulasi 1 dan amilum manihot untuk formulasi 2 . Cara pembuatan bahan
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengikat pada formulasi 1 yaitu gelatin dengan cara gelatin dikembangkan dengan
menggunakan aquadest, sedangkan pada formulasi 2 yaitu amilum manihot dibuat
mucilago terlebih dahulu. Kemudian campuran tersebut diaduk sampai terbentuk
massa yang siap digranulasi. Massa granul diayak dengan menggunakan ayakan
16 hasilnya dikeringkan dalam oven pada suhu 40o C. Pengeringan disini
bertujuan untuk mengurangi konsentrasi kandungan air dalam serbuk. Granul
yang sudah dikeringkan diayak lagi dengan ayakan 18. Tujuan dari proses
granulasi disini adalah untuk memperbaiki sifat alir dan membantu pengikatan
antara granul dalam proses penabletan.
F. Hasil Pemeriksaan Sifat fisik granul
Sebelum granul dicetak menjadi tablet perlu diketahui sifat fisis granul, maka
dilakukan pemeriksaan kualitas fisik granul yaitu susut pengeringan, waktu alir,
sudut diam granul, dan pengetapan.
1. Susut Pengeringan Granul
Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap
termasuk air. Susut pengeringan granul dilakukan untuk metode granulasi
basah, dilakukan setelah granulasi siap untuk ditablet kemudian dimasukan ke
dalam alat moisture content balance sebanyak 2 gram dan pada suhu 105°C
kemudian ditunggu kurang lebih 4-6 menit sampai berat granul konstan. Susut
pengeringan granul yang baik adalah tidak lebih dari 2-5 % (Lachman dkk,
1986). Pengeringan granul yang baik akan menghasilkan tablet yang baik
karena mempunyai waktu alir yang baik sehingga granul akan kompak saat
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencetakan tablet. Hasil pemeriksaan susut pengeringan pada formulasi 1 dapat
dilihat pada tabel IV.
Tabel IV Hasil Susut Pengeringan
Formula Replikasi Berat awal(gram)
Berat akhir(gram)
LOD(%)
F1
1 2,02 1,96 3,02 2,01 1,98 1,53 2,02 1,98 2,0
Rata-rata 2,1
F2
1 2,00 1,95 2,5 2 2,01 1,96 0,5 3 2,01 1,98 1,5
Rata-rata 1,5
Keterangan : F1 : Formulasi 1 dengan pengikat gelatinF2 : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa presentase rata rata LOD pada
formula 1 adalah 2,10 % dan presentase LOD pada formula 2 adalah 1,50%,
Sehingga dapat diketahui bahwa formula 2 memiliki susut pengeringan yang
kurang dari standart sehingga kadar airnya rendah dan terlalu kering, ini
dikarenakan dari karakteristik dari ekstrak itu sendiri dan juga karakteristik dari
masing-masing bahan.
Adanya kadar air dalam granul diperlukan untuk menjaga agar ikatan antar
partikel menjadi stabil, tetapi kadar air dalam granul tidak boleh terlalu tinggi
ataupun terlalu rendah. Kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan granul
sukar mengalir pada waktu pengempaan karena menempel pada dinding
corong dan saluran antara corong dan die, sehingga mengganggu proses
penabletan. Sedangkan kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan ikatan
antar partikel menjadi rapuh dan tablet yang dihasilkan mudah melepaskan
partikel sehingga bobot tablet tidak bisa terjaga.
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Waktu Alir granul
Waktu alir merupakan parameter sifat alir atau fluiditas granul yang
nantinya akan berpengaruh pada proses penabletan. Semakin kecil harga waktu
alir maka sifat alirnya akan semakin baik sehingga proses penabletan tidak
mengalami kesulitan. Hasil pemeriksaan waktu alir menunjukkan bahwa
penggunaan bahan pengikat gelatin terhadap mutu fisik granul yang
menunjukkan bahwa waktu alir granul kedua formula baik karena telah
memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 10 detik untuk 100 gram. Pada
pengujian ini didapatkan hasil yang berbeda dari masing-masing formula. Hasil
tersebut dapat diamati pada tabel V.
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir Granul
Replikasi Waktu alir granul (detik)F1a F1b F2a F2b
1 8,40 8,02 8,42 7,802 8,30 8,04 8,40 8,203 8,30 8,03 8,08 6,00
x 8,33 8,03 8,30 7,33
SD 0,05 0,01 0,19 1,17
Keterangan:F1a : Formulasi 1 dengan pengikat gelatin tanpa pelicinF1b : Formulasi 1 dengan pengikat gelatin menggunakan bahan pelicinF2a : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot tanpa pelicinF2b : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot menggunakan bahan pelicin
Formula 2 mempunyai waktu alir lebih cepat dibandingkan dengan
formula 2. Selain itu terdapat perbedaan antara waktu alir sebelum dan setelah
diberi bahan pelicin, dimana waktu alir setelah diberi dengan bahan pelicin
menjadi lebih cepat dibandingkan dengan waktu alir yang tanpa penambahan
bahan pelicin. Hal ini dikarenakan bahan pelicin (Mg stearat) berfungsi untuk
memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
partikel-partikel. Granul pada formula 2 dengan bahan pengikat amilum
manihot mampu membentuk suatu ikatan partikel sehingga secara bersamaan
menjadi granul yang bulat dan memiliki serbuk halus yang sedikit sehingga
memungkinkan granul mudah mengalir.
3. Sudut Diam Granul
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul
dituang dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan kelembaban granul atau serbuk.
Sudut diam granul dilakukan dengan cara 100 gram granul dimasukkan ke
dalam corong, massa yang jatuh akan membentuk kerucut, lalu tinggi (h) dan
jari-jari (r) kerucut diukur sehingga mendapat nilai α (α=arc tg h/r). Kriteria
sudut diam : α > 25o artinya sangat mudah mengalir, 25o < α < 40o artinya
mudah mengalir, dan α > 40o artinya sukar mengalir (Anonim, 1995).
Tabel VI. Hasil Sudut Diam Granul (º)
Replikasi Sudut Diam granul (detik)F1a F1b F2a F2b
1 31,038 30,419 28,767 27,8972 30,510 30,650 28,767 26,7873 30,510 30,650 27,847 27,897
x 30,686 30,573 28,460 27,527
SD 0,304 0,1333 0,531 0,565
Keterangan:F1a : Formulasi 1 dengan pengikat gelatin tanpa pelicinF1b : Formulasi 1 dengan pengikat gelatin menggunakan bahan pelicinF2a : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot tanpa pelicinF2b : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot menggunakan bahan pelicin
Hasil perhitungan formula 1 sebelum diberi bahan pelicin mempunyai
sudut diam rata-rata sebesar 30,686o dan setelah diberi bahan pelicin menjadi
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30,573o. Sedangkan pada formula 2 sebelum diberi bahan pelicin mempunyai
sudut diam rata-rata 28,460o dan setelah diberi dengan bahan pelic in menjadi
27,527o.
Hasil yang diperoleh terdapat perbedaan antara sudut diam formula 1
dengan formula 2, Hal ini dikarenakan bentuk, ukuran dan kelembapan dari
granul pada masing-masing formula juga berbeda. Kelembapan pada formula 1
lebih tinggi daripada formula 2 sesuai dengan tabel susut pengeringan. Tetapi
pada kedua formula setelah diberi bahan pelicin mengalami penurunan sudut
diam yang menunjukkan bahwa kemampuan alir granul lebih baik dibanding
sebelum diberi bahan pelicin. Hasil sudut diam yang diperoleh sesuai dengan
kriteria 25o < α < 40o yang artinya mudah mengalir, sehingga granul tidak akan
mengalami kesulitan pada proses penabletan karena granul bersifat mudah
mengalir.
4. Uji Pengetapan
Uji pengetapan dilakukan untuk mengetahui sifat alir granul dengan
adanya ketukan. Pengujian dilakukan dengan mengamati pengurangan volume
yang dihasilkan akibat getaran dari granul dalam volumenometer. Dari data
tersebut maka dapat dihitung harga indeks pengetapan. Semakin kecil harga
indeks pengetapan semakin baik sifat fisik granul. Sifat fisik granul yang baik
adalah jika memiliki harga pengetapan lebih kecil 20 % (Lachman dkk, 1986).
Besar kecilnya indeks pengetapan dipengaruhi oleh bentuk granul, kerapatan
dan ukuran granul. Semakin besar indeks pengetapan mengakibatkan sifat alir
yang kurang baik sehingga berpotensi menurunkan kecepatan alir granul.
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel VII. Hasil Uji Pengetapan
Uji Pengetapan F1 F2massa 39,114 38,438volume awal 100 100
volume akhir 94 92Berat jenis awal(m/v) 0,39 0,38Berat jenis akhir(m/v) 0,416 0,417% 6,25 8,87
Keterangan:F1 : Formulasi 1 dengan pengikat gelatin F2 : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihotDari data yang diperoleh indeks pengetapan yang dihasilkan tidak lebih
dari 20% yaitu formula 1 adalah 6,25 % dan formula 2 sebesar 8,87 %.
Densitas massa merupakan perbandingan antara bobot dan volume granul.
Semakin besar densitas massa granul maka semakin mudah granul mengalir.
Formula 1 dan Formula 2 memiliki densitas yang cukup besar yaitu 0,41 g/ml.
G. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
Granul setelah diuji secara fisik dan telah memenuhi persyaratan, kemudian
dilakukan pencetakan dengan menggunakan mesin pencetak tablet. Tablet yang
telah dibuat, kemudian dilakukan pengujian terhadap kualitas tablet meliputi
keseragaman bobot, kekerasan dan kerapuhan.
1. Keseragaman Bobot
Hasil pemeriksaan keseragaman bobot tablet kunyah ekstrak temu putih
dengan bahan pengikat gelatin pada tabel IX tersebut menunjukkan hasil yang
baik yaitu CV (koefisien variasi) <5%. Hal ini disebabkan karena granul
memiliki sifat alir yang baik sehingga pada saat pembuatan tablet pengisian
ruang kompresi dapat konstan yang menghasilkan berat tablet yang konstan.
Granul yang sifat dan sudut diamnya baik (memenuhi syarat) mampu mengalir
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ke dalam die secara periodik dan konstan sehingga menghasilkan bobot tablet
yang seragam karena waktu alirnya yang cepat sehingga die dapat selalu terisi
selama proses penabletan.
Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Penyimpangan Keseragaman Bobot Tablet
Formula Penyimpangan 5% Penyimpangan 10%F1 1006,65o 50,33 1006,65o100,66F2 1005,55o 50,28 1006,65o100,55
Keterangan : F1=Formulasi 1 dengan bahan pengikat gelatinF2=Formulasi dengan bahan pengikat amilum manihot
Tabel IX. Hasil pengujian Keseragaman Bobot Tablet (mg)
Tablet F1 F21 1009 10072 1007 10073 1007 10054 1001 10095 1007 10086 1008 10047 1013 10138 1004 10019 1010 1003
10 1003 100411 1004 100512 1006 100713 1009 100214 1007 100715 1002 100416 1004 100217 1009 100418 1005 100219 1009 100920 1009 1008
x 1006,65 1005,55
SD 3,01357 3,03445CV 0,29% 0,30%
Keterangan:F1 : Formulasi 1 dengan pengikat gelatin F2 : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot
Pemeriksaan keseragaman bobot tablet menunjukkan bahwa kedua
formula memenuhi syarat keseragaman bobot tablet dalam farmakope
Indonesia III, karena tidak ada 2 tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
% dari bobot rata-rata tablet dan tidak satupun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari 10 % dari bobot rata-rata tablet. Perhitungan
keseragam tablet menurut FI dapat dilihat pada lampiran 12.
Hasil ini menunjukkan bahwa waktu alir dari granul baik, dimana granul
yang memenuhi ruang cetakan seragam sehingga keseragaman bobot tablet
baik (Ansel, 1981). Hasil Uji statistik Kolmogorov-Smirnov keseragaman
bobot tablet kunyah ekstrak etanol 70% rimpang temu putih dengan bahan
pengikat gelatin dan amilum merupakan data terdistribusi normal sehingga
dapat diteruskan dengan uji t, dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 13.
Data tersebut menunjukkan bahwa dari formula 1 dan 2 tidak ada beda
secara bermakna pada taraf kepercayaan 95% yang artinya bahwa variasi bahan
pengikat gelatin dan amilum manihot tersebut tidak mempengaruhi
keseragaman bobot tablet tersebut.
2. Kekerasan Tablet
Pada tablet kunyah tingkat kekerasan tablet lebih tinggi daripada sediaan
tablet biasa dikarenakan tablet kunyah harus melarut perlahan lahan didalam
mulut. Kekerasan tablet dalam tablet kunyah digunkan untuk membantu
ketahanan fisik tablet selama proses distribusi.
Hasil pada tabel X dapat dilihat bahwa formula 2 menghasilkan tablet
yang lebih keras daripada formula 1. Penggunaan bahan pengikat yang terlalu
banyak akan membuat massa granul terlalu basah dan granul yang terlalu keras
sehingga menjadikan tablet memiliki kekerasan yang tinggi. Untuk tekanan
kompresi yang digunakan adalah tekanan kompresi tinggi yang dikendalikan,
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan kedalaman punchnya sebesar 7,3 semakin tinggi tekanan/punch atas turun
kebawah semakin tipis ketebalan dari tabletnya.
Tabel X. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet (Kg)
Tablet F1 F2 1 15 17,92 15,3 173 15,8 17,84 14,8 17,95 15,2 18,16 15,2 18,27 15,2 17,88 15,8 18,29 15,7 17,8
10 15,8 18,1
x 15,38 17,88
SD 0,37 0,35
Keterangan:F1 : Formulasi 1 dengan pengikat gelatin F2 : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot.
Hasil uji statistik kolmogorov-smirnov kekerasan tablet kunyah etanol
70% rimpang temu putih dengan bahan pengikat gelatin dan amilum manihot
merupakan data yang terdistribusi normal sehingga dapat diteruskan dengan uji
t, hasilnya dapat dilihat pada lampiran 14
Data hasil uji statistik kekerasan tablet dengan bahan pengikat Gelatin dan
amilum tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna pada
taraf kepercayaan 95% artinya variasi bahan pengikat (gelatin dan amilum)
mempengaruhi kekerasan masing-masing formula.
3. Kerapuhan tablet
Kerapuhan tablet merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan
dalam pembuatan tablet, maka diusahakan harus memenuhi persyaratan
mengenai kerapuhan tablet. Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam melawan goncangan mekanik. Bahan pengikat berperan penting dalam
hal ini. Hasil pada tabel XI dapat dilihat bahwa kedua formula memiliki
kerapuhan kurang dari 0,8% sehingga dapat dikatakan bahwa tablet dari kedua
formula yang diuji memenuhi persyaratan tingkat kerapuhan yaitu kurang dari
0,8 % (Voigt, 1984).
Hasil u ji statistik kolmogorov-smirnov kerapuhan tablet kunyah ekstrak
etanol 70% rimpang temu putih dengan variasi bahan pengikat gelatin dan
amilum merupakan data terdistribusi normal sehingga dapat diteruskan dengan
uji t, hasilnya dapat dilihat pada lampiran 15.
Tabel XI. Hasil pengujian Kerapuhan Tablet (%)
Replikasi F1(%) F2(%)1 0,446 0,3932 0,471 0,2833 0,476 0,353
x 0,464 0,343
SD 0,016 0,055
Keterangan : F1 : Formulasi 1 dengan pengikat gelatinF2 : Formulasi 2 dengan pengikat amilum manihot.
Data hasil uji statistik kerapuhan tablet dengan variasi bahan pengikat
(gelatin dan amilum) tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara
bermakna pada taraf kepercayaan 95% yang artinya variasi bahan pengikat
gelatin dan amilum tidak mempengaruhi kerapuhan masing-masing formula.
4. Uji tanggapan rasa
Uji tanggapan rasa di atas memperlihatkan adanya perbedaan responden
tentang rasa tablet kunyah yang diuji. Tablet kunyah dalam formula
menggunakan bahan pemanis aspartam. Penelitian ini menggunakan mannitol
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai bahan pengisi, semakin banyak bahan pengikat yang dipakai, maka
jumlah mannitol semakin kecil. Dengan pemakaian bahan pengikat gelatin
akan membuat formula serbuk berikatan dengan manitol sehingga dapat
menutupi rasa manisnya, sedangkan untuk bahan pengikat amilum manihot
mempunyai sifat tidak berbau dan tidak berasa sehingga tidak menutupi rasa
dari manitol itu sendiri dan rasa yang dihasilkan lebih manis daripada dengan
bahan pengikat gelatin. Pemanis yang digunakan dalam formula tablet kunyah
ini adalah aspartam 30 mg pertablet untuk pemakaian 3 kali sehari 2 tablet.
Tabel XII. Uji tanggapan rasa tablet kunyah.
Bahan Pengikat Pendapat responden tentang rasa tablet KesimpulanMAP PAM AP PGelatin 7 3 - - DiterimaAmilum manihot 9 1 - - Diterima
Keterangan : MAP = manis agak pahit, PAM=pahit agak manis, AP= agak pahit, P=pahit, Persyaratan tablet kunyah dapat diterima bila lebih dari 50% responden menyatakan dapat menerima rasa tablet kunyah tersebut.
Data tersebut menunjukkan bahwa formula 2 lebih baik daripada formula
1. Dengan parameter penerimaan rasa responden menerima rasa manis agak
pahit ini dikarenakan adanya kurkumin bahan aktif yang berada dalam temu
putih mempunyai sifat pahit.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ekstrak rimpang temu putih dapat dibuat tablet kunyah yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan farmakope dan literatur lain dalam hal mutu sifat
fisik tablet, meliputi u ji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan dan
uji tanggapan rasa.
2. Variasi bahan pengikat gelatin dan amilum manihot tidak mempengaruhi
keseragaman bobot dan kerapuhan tablet sedangkan variasi bahan pengikat
gelatin dan amilum manihot mempengaruhi kekerasan tablet masing masing
formula.
.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan pengikat lain untuk
tablet kunyah ektrak rimpang temu putih
2. Perlu dilalukan juga penelitian dengan menggunakan bahan pengikat dengan
konsentrasi yang bervariasi.
42