Download - Documentok
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
1. Definisi
Istilah kegemukan diartikan sebagai keadaan dimana jaringan
lemak tubuh berlebihan pada jaringan bawah kulit. Obesitas berarti berat
badan berlebihan yang lebih berarti penimbunan lemak pada alat-alat
dalaman. Obesitas/kegemukan bisa juga diartikan sebagai keadaan tubuh
akibat ketidak seimbangan jumlah makanan yang masuk disbanding
dengan pengeluaran energi oleh tubuh (Faisal, 2010).
Secara klinis seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila
terdapat kelebihan berat sebesar 15% atau lebih berat dari berat badan
idealnya. Dengan pengukuran yang lebih ilmiah, penentuan obesitas
didasarkan pada proporsi lemak terhadap berat badan total seseorang. Pada
pria muda normal, rata-rata lemak tubuhnya adalah 12% sedangkan pada
wanita muda 26%. Pria yang memiliki lemak tubuh lebih dari 20% dari
berat tubuh totalnya dinyatakan obesitas. Sementara itu wanita baru
dinyatakan obesitas bila lemak tubuhnya melebihi 30% dari berat totalnya
(Misnadiarly, 2007).
B. Tipe-Tipe Obesitas
Menurut Hirsch dan Knittle (1970) dalam Agoes, Dina (2003) berdasarkan
kondisi selnya obesitas dapat digolongkan dalam beberapa tipe, yaitu :
1. Tipe Hiperplastik Obesitas yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai
dengan ukuran sel normal. Tipe ini biasa terjadi pada anak-anak. Upaya
menurunkan berat badan ke kondisi normal diusia anak-anak akan lebih
sulit.
2. Tipe Hipertropik
Obesitas tipe ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan
ukuran sel normal, tetapi jumlah sel normal. Obesitas tipe ini terjadi
-
pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat badan akan lebih
mudah dibandingkan tipe hiperplasti.
3. Tipe Hiperplastik dan Tipe Hipertropik
Obesitas tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal.
Obesitas tipe ini dimulai pada anak-anak dan langsung terus setelah
dewasa. Upaya menurunkan berat badan paling sulit dan paling beresiko
terhadap terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degenerative
(Agoes, 2003).
C. Faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas
1. Genetik
Seringkali kita menjumpai anak-anak yang gemuk dari keluarga
yang salah satu atau kedua orang tuanya gemuk juga. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur
sel lemak dalam tubuh. Pada saat ibu hamil maka unsur sel lemak yang
berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan
diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan, dengan demikian
tidak heran apabila bayi yang dilahirkan pun memiliki unsur lemak tubuh
yang relatif sama besar.
2. Kerusakan pada salah satu bagian otak
Perilaku makan seseorang dikendalikan oleh sistem pengontrol
yang terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus.
Hipotalamus merupakan sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang
langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar
dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah
dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur
kimiawi dari darah.
Dua bagian dari hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan
makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan
(awal atau pusat makan), hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas
merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak
-
untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan
dan minum (diberi infuse). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian
HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.
3. Pola makan berlebihan
Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang
kegemukan. Orang yang kegemukan biasanya lebih responsif dibanding
dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar
eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan.
Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada
saat ia lapar. Pola makan yang berlebihan inilah yang menyebabkan
mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki kontrol
diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.
4. Kurang gerak/olah raga
Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energy
tubuh. Peneluaran energi ditentukan oleh dua faktor yaitu : a) tingkat
aktivitas dan olah ragasecara umum, b) angka metabolisme basal atau
tingkat energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal
tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung
jawab dua pertiga dari pengeluaran energy orang normal. Walaupun
aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga dari pengeluaran energy
seseorang dengan berat normal, tetapi pada orang yang kegemukan
aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Ketika berolah raga
kolori terbakar, makin sering berolah raga maka makin banyak kalori yang
hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme
basal. Orang yang bekerja dengan duduk seharian akan mengalami
penurunan metabolisme basal tubuhnya. Jadi olah raga sangat penting
dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori,
melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya
metabolisme normal.
-
5. Pengaruh emosional
Beberapa kasus obesitas bermula dari masalah emosional yang
tidak teratasi. Orang-orang yang tidak memiliki permasalahan menjadikan
makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah yang dihadapinya.
Makanan juga sering dijadikan sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan
lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya, dengan menjadikan makanan
sebagai pelampiasan penyelesaian masalah maka apabila tidak diimbangi
dengan aktivitas yang cukup akan menyebabkan terjadinya kegemukan.
6. Lingkungan/Sosial Budaya
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk
menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang
menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka
orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan
tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas
tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan
kegemukan.
7. Sosial ekonomi
Perubahan budaya, sikap, perilaku dan gaya hidup, pala makan,
serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi (Boerhan hidajat, dkk. 2010).
8. Pengaruh obat-obatan
Seseorang yang dalam keadaan sakit maka bermacam-macam
obat dapat diberikan dengan maksut untuk menyembuhkan, beberapa obat
dapat merangsang cepat lapar sehingga pasien akan meningkatkan nafsu
makannya. Penggunaan obat akan menyebabkan peningkatan berat badan
(Rimbawan, 2004)
D. Indeks Antopometri
1. Definisi
Pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri
merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau atau lebih
-
pengukuran atau yang di hubungkan dengan umur. Beberapa indeks
antropometri:
a. Indeks Massa Tubuh (IMT)
b. LingkarLengan Atas (LILA)
c. Tebal Lemak Bawah Kulit (TLBK)
d. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
e. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
f. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
g. Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)
Penelitian ini menggunakan antropometri Rasio Lingkar
Pinggang Panggul (RLPP). Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) dapat
dipakai untuk mendeteksi kelebihan lemak tubuh pada seseorang dan
akurat untuk mendeteksi risiko penyebab PJK, beberapa jenis kanker,
hiperkolesterolemia, hipertensi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa RLPP akan meningkat dengan bertambahnya umur. Selain itu
RLPP berkaitan dengan tingkat social ekonomi dan aktifitas fisik, dan
pada pria berkaitan erat dengan konsumsi alkohol.
Obesitas didaerah perut di ukur dengan membandingkan lingkar
pinggang dengan lingkar panggul (Waist-to-Hip Ration=WHR). Biasanya
menunjukkan faktor risiko yang kuat untuk DM-tipe 2. Selain itu WHR
juga berhubungan dengan peningkatan risiko terhadap kanker payudara.
Penelitian yang dilakukan di kodya Bogor menemukan bahwa ada
kencenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok RLPP tinggi
dan ditemukan lebih banyak penderita hipertensi. Selain itu RLPP 0.85
kadar trigliserida darah melebihi batas normal demikian juga kadar
kolesterol darah semakin meningkat, dengan demikian RLPP dapat dipakai
sebagai indikator yang sederhana untuk mengetahui risiko penyakit
degeneratif. Selain iti RLPP juga dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam memprediksi kegemukan
pada orang dewasa.
Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat,
jumlah kasus obesitas cenderung meningkat. Obesitas merupakan faktor
-
risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit
jantung dan kardiovaskular. Banyak faktor yang memicu terjadinya
obesitas, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan pola
makan menjadi tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, dan perubahan
pola aktivitas masyarakat yang menjadi semakin berkurang (Tenta
Septiana, 2010).
Antropometri merupakan indikator yang telah lama dan sering
digunakan dalam penentuan status gizi. Indeks antropometri yang biasa
digunakan untuk mendeteksi obesitas antara lain Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP). Penilaiannya mudah
dilakukan sehingga sering dicantumkan dalam semua macam penilaian
gizi. Rasio lingkar pinggang-panggul merupakan suatu indikasi adanya
obesitas sentral/android atau juga disebut obesitas abdominal. Obesitas ini
erat kaitannya dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner
(PJK), hipertensi, dan diabetes mellitus (DM) (Tenta Septiana, 2010).
2. Syarat yang mendasari penggunaan Antropometri:
Menurut Susilowati (2010), syarat, kelebihan dan kelemahan antropometri
antara lain:
a. Alat mudah didapat dan digunakan.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan
objektif.
c. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesionel, dapat
oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan.
d. Biaya relatif murah.
e. Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point (ambang batas)
dan baku rujukan yang sudah pasti.
f. Secara ilmiah diakui kebenarannya.
3. Kelebihan Antropometri :
a. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
cukup besar.
-
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik
karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Dapat mengefaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
4. Kelemahan Antropometri :
a. Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat,
tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu.
b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
presisi, akurasi dan validitas pengukuran.
d. Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran
(fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru.
e. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang
tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.
E. Cara Ukur Lingkar Pinggang
Lemak di perut adalah lemak paling berbahaya. Lemak yang berada
di perut bagian dalam ini bakal mengeluarkan asam lemak bebas dan puluhan
hormon yang bakal menimbulkan beragam masalah seperti menaiknya
tekanan darah, terjadinya resistensi insulin, dan masih banyak masalah lain
yang cukup berrat seperti munculnya penyakit jantung dan stroke. Lingkar
pinggang yang aman untuk pria, kurang dari < 0.9 cm, sedangkan wanita,
kurang dari < 0.8 cm. Lebih dari angka itu, artinya perut Anda kelebihan
-
lemak. Bisa menjadi peringatan bahwa Anda berisiko tinggi kena penyakit
diabetes tipe-2, kolesterol tinggi yang tak terkontrol, tekanan darah tinggi, dan
penyakit jantung. Berikut ini cara mengukur lingkar pinggang dengan benar:
1. Persiapan
Gunakan meteran yang biasa digunakan untuk membuat baju. Lepaskan
kaus dan bebaskan pinggang dari rok atau celana panjang sehingga
bagian tengah perut terekspos. Berdirilah di depan cermin jika mungkin
sehingga Anda dapat mengukur lingkar pinggang dengan benar.
2. Temukan spot yang tepat
Tekan jemari Anda pada batang tubuh di dekat bagian kanan pinggang.
Tekan jari-jari pada kulit untuk menemukan tulang dasar panggul.
Teruslah menekan dan pindahkan jari di sepanjang tepi tulang pinggul
sampai Anda menemukan lengkungan atas tulang tersebut. Titik
tertinggi akan terletak di sisi batang tubuh, hanya sedikit di bagian
bawah tulang iga. Spot ini berada di dekat atau pada level yang sama
dengan pusar Anda.
3. Lingkarkan meteran
Posisikan meteran secara horizontal di spot atas tulang pinggul.
Kemudian lingkarkan di seputar perut dan seluruh batang tubuh.
Pastikan meteran itu melintang secara horizontal. Tempatkan ujung
meteran angka 0 di spot sementara sisanya melingkari perut dan batang
tubuh.
4. Ukur
Jangan mengecilkan perut. Berdirilah tegak dan buang napas dengan
lembut ketika Anda mengukur perut. Pastikan juga agar pita meteran itu
tidak menekan kulit perut. Lihatlah pada nomor di mana angka 0
bertemu dengan angka terakhir yang melingkari pinggang. Itulah ukuran
pinggang Anda ( Noname, 2008)
-
Rasio Lingkar Pinggang Panggul dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
RLPP: Rasio Lingkar Pinggang Panggul.
LPi : Lingkar Pinggang.
LPa : Lingkar Panggul.
F. Interpretasi Lingkar Pinggang Panggul
Hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan standar RLPP untuk
memprediksi tingkat risiko terhadap penyakit degeneratif sebagai berikut :
a. Tabel Risiko/Tipe Kegemukan terhadap Penyakit Degeneratif
berdasarkan RLPP
Tabel. 2.1Risiko/Tipe kegemukan
Risiko/Tipe Kegemukan RLPPPria Wanita
Rendah/ Pear
-
H. Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul(RLPP)
Menurut James Krider (2006), teknik pengukuran (RLPP) yaitu:
1. WAIST
a. Berdiri ke sisi pasien, mencari dan menandai margin rendah (titik
terendah) dari tulang rusuk terakhir dan puncak dari ilium (atas tulang
pinggul) dengan pena halus.
b. Dengan pita pengukur, menemukan titik tengah dan tandai titik. Ini
adalah meteran dan tandai titik.
c. Pita ketegangan atas titik tengah ditandai dan meminta peserta untuk
melengkapi diri mereka membungkusnya. catatan: Pastikan bahwa
rekaman itu adalah horizontal di bagian belakang dan depan pasien.
d. Minta pasien untuk:
1) Berdiri dengan kaki mereka bersama-sama
2) Tempatkan lengan mereka di sisi mereka dengan telapak tangan
menghadap ke dalam, dan
3) Hembuskan napas dengan lembut.
e. Ukur lingkar pinggang dan membaca pengukuran pada tingkat
rekaman itu ke 0.1cm
f. Catat pengukuran.
2. HIP
a. Berdiri ke sisi pasien, dan meminta mereka untuk membantu tempat
rekaman itu sekitar di bawah pinggul mereka.
b. Posisi pita ukur sekitar lingkar maksimum dari bokong. Untuk wanita
ini biasanya di tingkat pangkal paha. Untuk pria itu biasanya sekitar 2
inci-4 bawah pusar.
c. Minta pasien untuk:
1) Berdiri dengan kaki mereka bersama-sama
2) Tempatkan lengan mereka di sisi mereka dengan telapak tangan
menghadap ke dalam, dan menghembuskan nafas dengan lembut.
d. Periksa apakah posisi pita horizontal di seluruh tubuh.
-
e. Ukur lingkar pinggul dan membaca pengukuran pada tingkat pita
untuk terdekat 0,1cm.
f. Catat pengukuran.
I. Gejala Klinis
Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :
a. Apple shape body (Adroid)
Tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebihan
dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher dan muka.
Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause.
Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.
b. Pear shape body (Genoid)
Tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah yaitu
sekitar perut, pinggul, paha dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh
perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh. Secara
klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain:
1. Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
2. Leher relatif pendek
3. Dada membusung dengan payudara membesar
4. Perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen
5. Pada anak laki-laki : burried penis, gynaecomastia pubertas dini
6. Genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha
bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat
menyebabkan laserasi kulit (Hidajat Boerhan, 2010).
J. Resiko obesitas
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif.
Penyakit-penyakit tersebut antara lain:
1. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg (Kaplan N.M. , 2006).
-
Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi
dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien
beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak (Suhardjono, 2006).
2. Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Melitus atau yang lebih dikenal dengan singkatan DM,
merupakan salah satu penyakit yang ditakutkan oleh orang-orang. DM
merupakan penyakit dengan gejala peningkatan kada gula sebagai akibat
dari gangguan insulin. Obesitas merupakan salah satu penyebab terjadinya
DM tipe 2. Lebih dari 90% penderita DM tipe 2 memiliki status gizi
obesitas. Pola makan dan kebiasaan makan yang salah merupakan
penyebab terjadinya DM tipe 2 ini (Misnadiarly, 2007).
3. Penyakit kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan
obesitas akan beresiko terkena kanker usus besar, rectum dan kelenjar
prostate. Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim dan
kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi lemak total
harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20-25%
perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker
payudara (Purwanti, 2001).
4. Jantung koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi
sebagai manifestasi dari penurunan suplai oksigen ke otot jantung akibat
dari penyempitan atau pnyumbatan aliran darah arteri koronaria yang
manifestasi kliniknya tergantung pada berat ringannya penyumbatan arteri
koronaria (PERKI dalam Rustika, 2006). Selain itu, penyakit jantung
koroner juga membawa arti penyakit kompleks yang disebabkan oleh
menurun atau terhambatnya aliran darah pada satu atau lebih arteri yang
mengelilingi dan mengsuplai darah ke jantung (Justin Pearlman, 2009).
5. Gout
Penderita obesitas mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit
radang sendi yang lebih serius jika di bandingkan dengan orang yang Berat
-
Badanya ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus
menurunkan Berat Badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001).
K. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap obyek. Penginderaan terjadi
melalui panca indra yang meliputi indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan dari
yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual dan kepakaran
yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan
pengalaman dan informasi baru. Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda
dengan informasi, informasi menjadi pengetahuan bila terjadi proses-
proses seperti pembandingan, konsekwensi, penghubungan dan
perbincangan.
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya,
hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu (Surajiyao,
2007).
2. Menurut Reiley dan Obermann (2002) membagi pengetahuan dalam 6
domain kognitif yaitu:
a. Tahu: Tahu mencakup ingatan fakta dan informasi yang spesifik.
Pelajaran ditingkat ini berisi tentang proses mengingat informasi
bukan kemampuan untuk memahami maknanya.
b. Memahami: Pemahaman menandakan pengertian, suatu kemampuan
untuk mengartikan atau menginterprestasikan informasi dan
memperkirakan informasi lain diluar yang diberikan.
c. Aplikasi: Aplikasi merujuk pada penggunaan konsep, teori dan
abtraksi lainnya dalam situasi yang konkrit. Kemampuan untuk
-
menggunakannya memerlukan pengertian terhadap apa yang akan
digunakan.
d. Analisa: Mempertahankan pembelajaran yang melibatkan suatu
pembagian materi menjadi bagian-bagian pembentuknya dan
menentukan hubungan diantara bagian-bagian tersebut.
e. Sintesis: Perkembangan suatu produk melalui pengembangan elemen
dan bagian yang spesifik. Kategori ini melengkapi proses
pembelajaran yang kreatif.
f. Evaluasi: Mewakili prilaku pembelajaran yang paling kompleks,
memperlihatkan kemampuan untuk membuat keputusan mengenai
nilai berkaitan dengan kriteria internal dan eksternal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo dan Mubarak (2007) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat
b. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat non formal
c. Informasi
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang lebih luas pula
d. Lingkungan budaya
Lingkungan dan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan
dapat berupa sikap dan kepercayaan
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
f. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis
besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran,
-
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri
baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis dan mental, taraf berfikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
g. Minat
Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni
suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
L. Hubungan pengetahuan obesitas terhadap praktek
Ahli filsafat, keraf dan Dua (2001) mengatakan bahwa pengetahuan
dibagi menjadi 3 macam, yaitu bahwa, tau bagaimana dan tau akan.
Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu
bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya,
bahwa apa yang dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan ini disebut juga
pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang
tidak begitu mendalam. Sedangkan tahu bagaimana adalah menyangkut
bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Pengetahuan ini berkaitan dengan
keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan
sesuatu. tahu akan adalah jenis pengetahuan yang sangat spesifik
menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman
atau pengenalan pribadi. Semakin tinggi Ilmu pengetahuan lebih mudah
menyerap informasi serta lebih tanggap tentang masalah yang di hadapi
(Suharjo, 1996). Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang
kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di jumpai disetiap Negara di
dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi
merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Penyebab lain dari
gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan atau kemampuan untuk
menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo,
1993).
-
Teori Lawrence Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari
tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2
faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
(non-behaviour causes) dan perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah
terwujudnya praktik atau faktor pemudah, faktor ini mencakup
pengetahuan individu, sikap, tingkat pendidikan dan unsur-unsur lain
dalam individu.
b. Faktor pendukung (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
c. Faktor penguat
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan, termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan survai gizi dan kesehatan pada orang dewasa di 6
kota Indonesia untuk menilai hubungan RLPP dengan jumlah lemak tubuh
diperoleh hasil bahwa RLPP dapat dipakai untuk mendeteksi kelebihan
lemak tubuh pada seseorang (Cahyo, 1997). Nilai RLPP bersetatus
obesitas berat dari 0.9 sedangkan yang berstatus obesitas ringan kurang
dari 0.8. Semakin tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak
di dalam rongga perut akan diikuti dengan tingginya kadar kolesterol LDL
juga diikuti dengan meningkatnya kolesterol total (Wiyono, 2002).
Menurut penelitian Gothenburg dalam Garrow (1993)
menunjukkan bahwa seseorang dengan RLPP tinggi memberikan risiko
PJK dan diabetes tinggi pula (RLPP merupakan indikasi dari lemak
abdomen yang tinggi dari pada subkutan pada otot). Meningkatnya RLPP
dapat dihubungkan dengan bahaya kesehatan, hubungan ini bersifat positif
dengan risiko kematian akibat penyakit sirkulasi (Price, 2006). Perubahan
usia yang di imbangi dengan penimbunan lemak tubuh juga terjadi
-
peningkatan adipose diperut. Hal ini terlihat dari tingginya RLPP (Hughes
et.al, 2004).
M. Cara mengukur pengetahuan
Pengkatagorian peringkat pengetahuan obesitas pada ibu rumah
tangga diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner dengan
pemberian scoring pada masing-masing pertanyaan. Apabila pertanyaannya
benar nilainya 1(satu) dan bila salah diberi nilai 0 (nol). Selanjutnya
menghitung skor jawaban yang benar dibagi jumlah nilai keseluruhan soal
yang benar dikali 100% sehingga jumlah angka berkisar antara 0-100. Untuk
penyajian, hasil/penelitian dikategorikan menurut Ali Khomsan (2000):
1. Baik: >80%
2. Sedang: 60-80%
3. Kurang:
-
Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Secara teori perubahan perilaku pada seseorang dalam
mengadopsi perilaku baru pada umumnya mengikuti tahap-tahap proses
perubahan yang meliputi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
praktek (practice) atau yang dikenal dengan KAP. Beberapa perilaku telah
membuktikan hal itu, namun penelitian lain juga membuktikan bahwa
proses tersebut tidak selalu berjalan sesuai dengan KAP dan tidak jarang
dalam praktek sehari-hari terjadi, meskipun pengetahuan dan sikap
seseorang masih negatif namun telah berperilaku positif. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang disadari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan beberapa penelitian tingkat pendidikan juga
mempunyai hubungan eksponesial dengan tingkat kesehatan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat
secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan sehingga dalam
kehidupannya lebih kecil kemungkinan untuk terjadinya kelebihan gizi
(Suharjo, 1996). Menurut Seidell et.al (2000) bahwa tingkat obesitas
memiliki hubungan dengan rendahnya tingkat pengetahuan. Proporsi ibu
rumah tangga yang bersetatus obes lebih banyak yang memiliki
pengetahuan gizi kurang dibandingkan dengan yang berpengetahuan gizi
baik. Hasil pengujian secara statistik pada Zeni TNI-AD menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan gizi dengan
obesitas p (0,002). Hasil penelitian ini sejalan dengan suharjo (1996) yang
menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan
gizi dengan obesitas yang diukur berdasarkan persen lemak tubuh.
Hubungan ini bermakna mungkin karena tingkat pengetahuan gizi yang
baik lebih mudah untuk menyerap mengaplikasikan ilmu tentang gizi
dalam kehidupan sehari-hari dan membantu dalam proses pengolahan
pangan serta pemilihan makanan yang sehat untuk dikonsumsi.
-
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kantor Direktorat
Jenderal Zeni TNI-AD Jakarta Timur tentang hubungan antara obesitas
dengan rasio lingkar pinggang panggul menyebutkan bahwa ada hubungan
bermakna antara obesitas dengan RLPP dengan nilai p = 0,028 atau p 0,95 dan
memiliki setatus obese, sedangkan 9 orang (16,1%) yang RLPP > 0,95
bersetatus obesitas. Dapat disimpulkan bahwa persentase RLPP diatas 0,95
(berisiko) yang obesitas lebih besar dibandingkan dengan responden yang
RLPP 0,95 (aman). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa semakin
tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak di dalam rongga
perut akan diikuti dengan tingginya kadar kolesterol LDL juga diikuti
dengan meningkatnya kolesterol total (Wiyono, 2002). Uraian ini
mendasari pengertian bahwa orang yang mengetahui tentang obesitas dan
risikonya diharapkan memiliki perilaku yang positif sehingga dapat
mencegah terjadinya obesitas.
O. Kerangka teori
Sumber: Boerhan hidajat, 2010, Rimbawan, 2004
Rasio Lingkar Pinggang Panggul
Aktifitas
Pengetahuan/
Pendidikan
Intake MakananGenetik
Lingkungan/SosialBudaya
SosialEkonomi
PengaruhEmosional
-
P. Kerangka konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Q. Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan obesitas dengan rasio lingkar pinggang
panggul pada ibu rumah tangga di Desa Pepe Krajan.
Pengetahuan Obesitas Rasio Lingkar Pinggang Panggul