Download - Documentok
-
ANALISIS KEBUTUHAN DAN SELERA BALITA
TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN MP-ASI
PADA BALITA BAWAH GARIS MERAH
DI PUSKESMAS INDRALAYA
TAHUN 2014
MANUSKRIF SKRIPSI
OLEH
ADITYA MEYSIN
10101001002
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
-
HALAMAN PERSETUJUAN
Manuskrif skripsi ini dengan judul Analisis Kebutuhan dan Selera Balita
Terhadap Pemberian Makanan Tambahan MP-ASI Pada Balita Bawah Garis
Merah di Puskesmas Indralaya Tahun 2014 telah mendapat arahan dan
bimbingan dari Pembimbing I dan/atau Pembimbing II serta disetujui pada tanggal
September 2014.
Indralaya, September 2014
Pembimbing :
1. Iwan Stia Budi, SKM, M.Kes ( )
NIP. 19971206.2003.12.1.003
2. Rini Mutahar, SKM, MKM ( )
NIP. 19780621.2003.12.2.003
-
ANALISIS KEBUTUHAN DAN SELERA BALITA SERTA POLA ASUH IBU
TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN MP-ASI PADA BALITA
BAWAH GARIS MERAH DI PUSKESMAS INDRALAYA TAHUN 2014
NEEDS ANALYSIS AND SENSE OF INFANTS AND PARENTING MOTHER OF
SUPPLEMENTAL FEEDING COMPLEMENTARY FEEDING FOR INFANTS UNDER THE RED LINE IN INDRALAYA HEALTH CENTRE 2014
Aditya Meysin1, Iwan Stia Budi 2, Rini Mutahar 3
1Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
2Dosen Bagian AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
3Dosen Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
email: [email protected]
ABSTRACT
The Program in providing complementary feeding is one way to address malnutrition
among children aged 6-24 months in a poor family. This study aims to analyze the needs and sense
of infants and parenting mothers against supplementary feeding -complementary feeding in infants
below the red line at the Indralaya health center in 2014. Based on this study, the availability of
complementary feeding in Indralaya health centers can not meet all the needs of the target and
Complimentary feeding is not given away by the infant consumed.
The method used in this study is descriptive qualitative approach. Determination of
informant used purposive sampling. There were 16 informants consisting of 1 person from the
Health Department Ogan Ilir, 2 people from Nutrition Officer Indralaya health center, 1 person is
midwife in the village, 3 person from the cadres IHC and 9 women beneficiaries complementary
feeding. Data collection techniques with in-depth interviews, document analysis and observation.
Data collection tools used were interview guides, mobile, and stationery. Test validity by means of
triangulation of sources, methods, and data.
The results showed that the availability of complementary feeding in Indralaya health
centers can not meet the needs of the target amount, target age giving appropriate complementary
feeding less, complementary feeding plan has not been made in the promotion phase,
storing complementary feeding is good, along with the distribution of complementary feeding
delivery information to beneficiaries, monitoring uis only conducted through monitoring of body
weight once a month, officials have not determined the method of calculating the nutritional needs
based on age. Infants less likely given complementary feeding, infants love the taste of salty foods
and the mother is still lacking in feeding behavior in infants.
Keywords: Complimentary feeding, Needs, Sense, Mother Parenting.
-
ANALISIS KEBUTUHAN DAN SELERA BALITA SERTA POLA ASUH IBU
TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN MP-ASI PADA BALITA
BAWAH GARIS MERAH DI PUSKESMAS INDRALAYA TAHUN 2014
ABSTRAK
Program pemberian MP-ASI merupakan salah satu cara untuk mengatasi gizi buruk dan
gizi kurang pada anak umur 6-24 bulan pada keluarga miskin. Penelitian bertujuan untuk
menganalisis kebutuhan dan selera balita serta pola asuh ibu terhadap pemberian makanan tambahan
MP-ASI pada balita bawah garis merah di Puskesmas Indralaya tahun 2014. Berdasarkan hasil
penelitian, ketersediaan MP-ASI di Puskesmas Indralaya belum dapat memenuhi semua kebutuhan
sasaran dan MP-ASI yang diberikan tidak dikonsumsi habis oleh anak.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penentuan informan digunakan purposive sampling. Informan berjumlah 16
informan, terdiri atas 1 orang pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir, 2 orang Petugas Gizi
Puskesmas Indralaya, 1 orang Bidan di Desa, 3 orang Kader Posyandu, dan 9 orang ibu-ibu sasaran
penerima MP-ASI. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, telaah dokumen serta
observasi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara, handphone, dan
alat tulis. Uji validitas dengan cara triangulasi sumber, metode, dan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan MP-ASI di Puskesmas Indralaya belum
dapat memenuhi jumlah kebutuhan sasaran, umur sasaran pemberian MP-ASI kurang tepat,
perencanaan MP-ASI belum dilakukan pada tahap sosialisasi, penyimpanan MP-ASI sudah baik,
pendistribusian MP-ASI disertai penyampaian informasi ke sasaran penerima, pemantauan hanya
dilakukan melalui monitoring berat badan sebulan sekali, petugas gizi belum menentukan metode
perhitungan kebutuhan berdasarkan umur. Balita sasaran kurang menyukai MP-ASI yang diberikan,
balita sasaran menyukai rasa makanan yang asin serta ibu masih berperilaku kurang dalam
memberikan makan pada anak.
Kata Kunci : MP-ASI, Kebutuhan, Selera, Pola Asuh Ibu.
-
PENDAHULUAN
Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan
dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan
pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus
terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional (Depkes RI, 2010).
Menurut Amelia dan Muljati (1991) yang menyatakan bahwa adanya penurunan status gizi
disebabkan karena kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik secara kualitas
maupun kuantitas. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makan pada bayi baik dari
jumlah, jenis dan frekuensi makanan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab
terjadinya masalah gizi kurang pada bayi (Sufnidar, 2010).
Masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita merupakan masalah yang
perlu ditanggulangi. Salah satu cara untuk mengatasi gizi buruk dan gizi kurang pada anak
umur 6-24 bulan yaitu pemberian makanan pendamping ASI yang tepat (Septiana dkk,
1978). Bagi keluarga mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan bermutu relatif tidak
bermasalah. Pada keluarga miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan
pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang
diberikan kepada bayi dan anak. Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan
jumlah dan mutu MP-ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI
kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2013 mengenai
jumlah balita sasaran pemberian MP-ASI di Puskesmas Indralaya sebanyak 223 balita dari
keluarga miskin, tetapi yang mendapatkan hanya 32 balita. Cakupan program pemberian
MP-ASI di Puskesmas Indralaya tahun 2013 sebesar 33.72% sedangkan target Standar
Pelayanan Minimal program MP-ASI sebesar 100%. Jumlah ketersediaan MP-ASI di
Puskesmas Indralaya belum dapat memenuhi semua kebutuhan. Hal yang sama juga terjadi
di Puskesmas lainnya belum dapat mencapai target yang ditentukan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan sebelumnya di wilayah kerja
Puskesmas Indralaya menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan MP-ASI untuk
balita dari keluarga miskin di Puskesmas Indralaya tidak habis dikonsumsi karena kurang
disukai oleh balita.
Pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan karena
bayi diajarkan cara mengunyah dan menelan makanan padat dan membiasakan selera-
selera bayi (Depkes RI, 2006). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terdiri dari dua jenis,
-
yaitu MP-ASI hasil pengolahan pabrik atau MP-ASI pabrikan (commercial complementary
food) dan MP-ASI yang olahan rumah tangga atau MP-ASI lokal (home-made baby food)
(Depkes RI, 2006). Menurut Santoso dan Ranti (2004) mengungkapkan bahwa makanan
selain untuk kekuatan atau pertumbuhan, tetapi juga untuk memenuhi rasa lapar, dan selera.
Selera akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penentuan informan digunakan purposive sampling. Informan
berjumlah 16 informan, terdiri atas 1 orang pihak Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2
orang Petugas Gizi Puskesmas Indralaya, 1 orang Bidan di Desa, 3 orang Kader Posyandu
dan 9 orang ibu-ibu sasaran penerima MP-ASI. Penelitian dilakukan dengan metode
wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Uji validitas dengan cara triangulasi
sumber, metode dan data. Penyajian data dalam penelitian ini bersifat naratif yaitu
penyajian data dalam bentuk teks tertulis, pernyataan informan diolah dalam bentuk
matriks yang telah dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian.
HASIL PENELITIAN
1. Ketersediaan MP-ASI
Peneliti melakukan wawancara dengan Petugas Gizi di Puskesmas Indralaya
mengenai ketersediian MP-ASI, berikut hasil wawancara dengan informan:
Untuk bulan ini Puskesmas cuma mendapatkan satu dus susu mamavita MP-ASI dari Dinas Kesehatan, ini dak cukup kalo menurut kebutuhan. Ayuk juga bingung mau
ngasihnya ke siapa(EV) a. Perencanaan
Peneliti juga melakukan wawancara mendalam dengan Penanggung Jawab
Program Gizi di Puskesmas Indralaya mengenai proses perencanaan kebutuhan MP-ASI.
Berikut ini hasil wawancara mendalam dengan informan:
..Kan setiap bulan ngumpul data ke Dinas, nah dari Dinas minta laporan siapo yang dikasih MP-ASI nyo jadi kito hitung tadi berdasarkan berat badan tadi, lalu dikirim
proposal pengajuan kito tadi berapo balita yang akan dikasih PMT,kalau disetujui orang
Dinas dapet semua,kalo misalnya banyak tapi PMTnyo sedikit kito bagi dengen Puskesmas
laen(EV)
b. Penyimpanan MP-ASI Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir belum memiliki gudang khusus penyimpanan
MP-ASI, tetapi secara keseluruhan telah baik hanya ada beberapa indikator yang masih
belum sesuai, hal ini didukung oleh kutipan berikut:
Kito MP-ASI belum punya gudang khusus, selama ini stok MP-ASI masih disimpan di ruangan gizi. Kalu tempat penyimpanannyo pertamo gudang harus bebas dari gangguan
-
binatang pengerat (tikus,kecoa dll), sebaiknya diletakkan diatas rak/palet, gudang tidak
berdebu dan harus tetap bersih jangan ada gangguan kebocoran dan aman dari pencuri
segala macam(RE) Selain melakukan wawancara mendalam terhadap informan penelitian, peneliti
juga melakukan observasi di gudang penyimpanan Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir.
Berikut ini adalah hasil observasi:
Hasil Observasi
Syarat dan Cara Penyimpanan MP-ASI
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir
No. Observasi Ada Tidak Keterangan
1. Sarana penyimpanan harus
dalam kondisi bersih,
higienis, serta
mempergunakan peralatan
(palet)
Tidak menggunakan palet
2. MP-ASI diletakkan diatas
palet/rak yang kuat
berjarak 10-20 cm dari
lantai dan 15-20 cm dari
dinding
Tidak diletakkan diatas palet
3. Gudang tidak bocor, tidak
berdebu dan harus tetap
bersih
4. Ruangan, dinding,
bangunan dan pekarangan
sekitar gudang harus selalu
bersih, bebas sampah kotor
5. Gudang bebas dari tikus,
kecoa dan binatang
pengerat lainnya
6. Susunan maksimum
tumpukan barang sesuai
Melebihi susunan maksimum
7. MP-ASI yang datang lebih
awal dipergunakan lebih
dulu (sistim FIFO)
8. Tidak dicampur dengan
bahan pangan lainnya yang
berbau keras
Secara keseluruhan penyimpanan MP-ASI Dinas Kesehatan sudah baik
berdasarkan syarat dan cara penyimpanan pada Juknis MP-ASI Depkes RI.
Selain itu dari pihak Puskesmas Indralaya juga secara keseluruhan telah memenuhi syarat
dan cara penyimpanan MP-ASI, berikut hasil wawancara:
MP-ASI disimpan di gudang penyimpanan gizi Puskesmas. Pertamo gudang harus harus kering, jauh dari binatang, dll. Karno barangnyo jugo dikit idak perlu pake gudang besak,
3 dus / 4 dus jadi biso tarok dimeja(EV) Selain itu peneliti juga melakukan observasi di gudang penyimpanan Puskesmas
Indralaya, Berikut ini adalah hasil observasi:
-
Hasil Observasi
Penyimpanan MP-ASI Di Puskesmas Indralaya
No. Observasi Ada Tidak Keterangan
1. Sarana penyimpanan harus
dalam kondisi bersih,
higienis, serta
mempergunakan peralatan
(palet)
Tidak menggunakan palet
2. MP-ASI diletakkan diatas
palet/rak yang kuat berjarak
10-20 cm dari lantai dan 15-
20 cm dari dinding
MP-ASI diletakkan diatas meja
3. Gudang tidak bocor, tidak
berdebu dan harus tetap
bersih
4. Ruangan, dinding,
bangunan dan pekarangan
sekitar gudang bersih.
5. Gudang bebas dari tikus,
kecoa dan binatang pengerat
lainnya
6. Susunan maksimum
tumpukan barang sesuai
dengan tulisan yang tertera
pada karton kemasan
7. MP-ASI yang datang lebih
awal dipergunakan lebih
dulu (sistim FIFO)
8. Tidak dicampur dengan
bahan pangan lainnya yang
berbau keras seperti: bahan
kimia, dll
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di gudang penyimpanan MP-
ASI Puskesmas Indralaya secara keseluruhan sudah baik berdasarkan syarat dan cara
penyimpanan MP-ASI pada Juknis MP-ASI Depkes RI.
c. Pendistribusian
Proses pendistribusian MP-ASI dari Puskesmas Indralaya sampai ke masyarakat
melalui petugas gizi dan kader, seperti hasil wawancara berikut ini:
MP-ASI diberikan pada anak kurang gizi/gizi buruk saat melakukan penimbangan di Puskesmas, ado yang dikunjungi ke rumah, atau kalau jarak rumahnyo jauh dititip ke
bidan/kader Posyandu(EV) d. Pemantauan
Bentuk pemantauan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Indralaya melalui
penimbangan berat badan anak setiap bulan di Puskesmas, atau petugas gizi melakukan
kunjungan ke rumah-rumah sasaran penerima MP-ASI, didukung oleh kutipan berikut ini:
-
Setiap bulan anak balita yang dikasih MP-ASI tadi kebanyakan ngambek di Puskesmas kito timbang setiap kali penimbangan kito kasih penyuluhan lagi, ado yang datang ado
yang kito kunjungi ke rumah, ado dari bidan kalau misalnya dio dak datang jauh ayuk
titipke ke bidan dan melalui kader(EV) 2. Kebutuhan MP-ASI
Pihak Puskesmas Indralaya juga belum ada peraturan mengenai ketentuan
pemberian jumlah MP-ASI untuk setiap anak berdasarkan umur dikarenakan stok MP-ASI
yang terbatas, didukung oleh kutipan berikut ini:
Ayuk kurang tau jugo ye, kalo cak kemaren peraturannyo tu beda-beda. Kalo yang dulu kito bagi rato untuk anak itu ya samo galo, tapi untuk terakhir-terakhir ini.Kita pilih anak yang sangat kurang gizi atau gizi buruk..(EV) 3. Selera MP-ASI
Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan ibu-ibu sasaran penerima MP-
ASI mengenai jenis MP-ASI mana yang lebih disukai anak. Dari semua jawaban informan
menyatakan bahwa anak lebih menyukai susu dari pada biskuit, kalau biskuit teksturnya
keras dan berbau obat. Sedangkan kalau susu dikonsumsi habis oleh anak serta dikarenakan
anak sudah terbiasa mengkonsumsi susu dari bayi. Berikut ini hasil wawancara dengan
informan:
Kemaren dapet roti biskuit dak diabiskan cuman dikit dimakannnyo, dio dak suka makan roti tu, kemaren lah abes masanye kubuangke, mambu pel itu rotinye(FI) Kemaren dikasih susu samo roti biskuit, senang susu itu dio roti cak kurang galak(AR) 4. Pola Asuh
Peneliti melakukan wawancara mendalam pada semua informan mengenai
cara ibu dalam pemberian MP-ASI ke anak. Berikut ini hasil wawancara dengan
informan:
misal pagi dienjuk makan kan sambil diawasi dan kusuapi, tapi dio ni dak galak(FI) makan sorang kalo die sehat, tapi kalo die demam cak ike nak minta suapi. Aku kan pagi begawe sampe sore baru balek, jadi dirumah cuma die samo
ayuknye(AR) usaha tobo tadi ni cak mane carenye nak ngenjuk, yo dibujuk kalo dipakso malah dak galak(DA)
PEMBAHASAN
1. Ketersediaan MP-ASI
Ketersediaan MP-ASI di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir dan Puskesmas
Indralaya terbatas, sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan junlah sasaran. Pemberian
MP-ASI lebih diutamakan pada balita dengan gizi buruk. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Asad dkk (2014) bahwa Persediaan MP-ASI di Puskesmas
Jongaya terbatas sehingga pemberian MP-ASI lebih diutamakan kepada anak yang
menderita gizi kurang tidak untuk semua balita. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
-
(SPM) target untuk program MP-ASI yaitu sebesar 100%, sedangkan cakupan untuk
program MP-ASI Puskesmas Indralaya pada tahun 2013 baru sebesar 33.72%. Tercapainya
cakupan program adalah semua anak berusia 6-24 bulan dari keluarga miskin mendapatkan
MP-ASI. Kenyataan dilapangan bahwa karena terbentur pada persediaan MP-ASI maka
sasaran lebih diutamakan bagi anak yang kurang gizi.
a. Perencanaan
Perencanaan MP-ASI dilakukan melalui tahap pendataan baduta/balita bawah
garis merah di di wilayah kerja Puskesmas Indralaya berdasarkan daftar anak yang ada di
Posyandu. Berdasarkan pada Juknis MP-ASI Depkes RI menyatakan bahwa perencanaan
program dilaksanakan pada tahap pendataan sasaran, tahap pendistribusian, dan tahap
sosialisasi.
b. Penyimpanan
Secara keseluruhan penyimpanan MP-ASI di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan
Ilir dan Puskesmas Indralaya sudah baik berdasarkan pada syarat dan cara penyimpanan
MP-ASI pada Juknis MP-ASI Depkes RI.
c. Pendistribusian
Pendistribusian MP-ASI ke sasaran penerima dilakukan langsung melalui Petugas
Gizi Puskesmas Indralaya, Bidan di Desa dan Kader Posyandu serta disampaikan informasi
tentang MP-ASI ke ibu sasaran penerima. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Handayani
dkk (2008) menyatakan bahwa metode pemberian paket PMT-anak balita di Puskesmas
Mungkid secara langsung dilaksanakan di Puskesmas karena jumlah sasarannya tidak
banyak serta letak tempat tinggal sasaran program yang berjauhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendistribusian MP-ASI belum disertai
sosialisi tentang MP-ASI dari Koordinator Gizi Dinas Kesehatan ke Petugas Gizi
Puskesmas, dan dari TPG ke Kader. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Asad dkk
(2014) menyebutkan bahwa pengetahuan MP-ASI didapatkan kader melalui sosialisasi
yang rutin dilaksanakan oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kota Makasar sebelum
program MP-ASI dilaksanakan dilapangan. Pada saat pendistribusian ke sasaran penerima
TPG dan Kader hanya memberikan informasi tentang MP-ASI secara umum ke orang tua
sasaran, hal ini juga didukung oleh jawaban dari ibu-ibu sasaran bahwa informasi yang
disampaikan masih terbatas.
d. Pemantauan
Pemantauan yang dilakukan di lapangan berupa monitoring berat badan sebulan
sekali oleh Petugas Gizi, Bidan di Desa dan Kader Posyandu. Berdasarkan pada Juknis
MP-ASI Depkes RI seharusnya monitoring program dimulai dari proses distribusi,
-
penyimpanan, hingga pemberian pada sasaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Asad (2014) menyebutkan bahwa pemberian MP-ASI kepada sasaran dilakukan oleh
Kader Posyandu dan akan dilakukan pemantauan berupa penimbangan berat badan pada
hari Posyandu berikutnya.
2. Kebutuhan MP-ASI
Semua orang tua sasaran penerima MP-ASI mengungkapkan tanggapan positif
dengan adanya program MP-ASI selain untuk meninjau pertumbuhan bayi/badutanya,
mereka membutuhkan program MP-ASI untuk menunjang meningkatkan berat badan anak.
ibu-ibu sasaran penerima menyatakan bahwa MP-ASI jenis ini kurang disukai anak mulai
dari tekstur, rasa dan aroma. Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu MP-ASI
pabrikan dan MP-ASI lokal. Di Kabupaten Ogan Ilir program pemberian MP-ASI adalah
MP-ASI pabrikan berupa susu dan biskuit untuk bayi. Dari jawaban ibu-ibu sasaran
penerima menyatakan bahwa MP-ASI jenis ini kurang disukai anak mulai dari tekstur, rasa
dan aroma. Mereka lebih mendukung jika program pemberian MP-ASI adalah jenis MP-
ASI lokal. Berdasarkan hasil penelitian Sulistyaningsih (2012) dari hasil pengukuran setiap
bulannya didapatkan status gizi balita sebelum dan sesudah pemberian program dengan
kategori gizi sangat kurus, kurus, normal, dan gemuk. Dapat dilihat bahwa adanya
perbedaan status gizi balita sebelum dan sesudah pemberian makanan pendamping ASI
lokal.
Berdasarkan hasil penelitian pada ibu-ibu sasaran penerima mereka menyatakan
bahwa selama ini mereka belum mendapatkan penjelasan mengenai cara pemberian,
pengolahan dan penyimpanan MP-ASI. Pada saat pemberian MP-ASI Petugas Gizi atau
Kader hanya menyampaikan informasi tentang manfaat pemberian dan cara pemberian
secara umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut pendapat semua ibu-ibu
sasaran penerima mengenai jumlah pemberian MP-ASI dari Puskesmas Indralaya selama
ini belum dapat menunjang meningkatkan berat badan anak mereka, apabila ada kenaikan
hanya sekitar 1-1,5 ons. Mereka mengatakan sebaiknya MP-ASI diberikan secara rutin atau
sesuai dengan ketentuan. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan
Ogan Ilir dan Puskesmas Indralaya belum mengetahui metode perhitungan kebutuhan MP-
ASI berdasarkan umur pada masing-masing anak
3. Selera MP-ASI
Berdasarkan hasil penelitian pada sasaran penerima MP-ASI di Puskesmas
Indralaya menunjukkan bahwa anak kurang menyukai MP-ASI yang diberikan,
kebanyakan anak menolak saat diberikan MP-ASI biskuit. Selama ini anak lebih cenderung
untuk mengonsumsi susu dibandingkan biskuit. Anak sudah terbiasa mengonsumsi susu
-
dari bayi dan ada beberapa anak yang masih ASI. Pemberian MP-ASI pabrikan memang
memiliki beberapa keuntungan dari MP-ASI lokal diantaranya MP-ASI pabrikan pada
umumnya disukai bayi. Tetapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak kurang
menyukai MP-ASI jenis ini. Berdasarkan hasil penelitian orang tua sasaran menyatakan
bahwa balita dari keluarga miskin dibawah garis merah menyukai rasa makanan yang asin,
sehari-hari anak terbiasa mengonsumsi jajanan yang banyak mengandung penyedap.
Sedangkan biskuit memiliki rasa yang manis, sehingga anak kurang disukai oleh anak. MP-
ASI lokal memiliki beberapa keuntungan dari MP-ASI pabrikan karena MP-ASI lokal bisa
dibuat lebih variatif mulai dari bentuk, rasa dan tekstur, sehingga ibu lebih dapat
memahami selera makanan anak.
MP-ASI lokal memiliki beberapa keuntungan dari MP-ASI pabrikan karena MP-
ASI lokal bisa dibuat lebih variatif mulai dari bentuk, rasa dan tekstur, sehingga ibu lebih
dapat memahami selera makanan anak. Jika memungkinkan pemberian makanan
pendamping memang sebaiknya dibuat dari bahan-bahan lokal sehingga bermanfaat untuk
mengenalkan bahan makanan yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Program pemberian
MP-ASI lokal selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah untuk anak gizi kurang dari
keluarga miskin yang disebut MP-ASI dapur ibu.
4. Pola Asuh Ibu
Hasil penelitian juga menunjukkan ada beberapa perilaku ibu dalam memberikan
makanan pendamping ke anak, ada ibu yang memberikan makanan pendamping sambil
menyuapi anak dengan alasan anak tidak suka, meskipun ibu sudah mencoba membujuk
agar anak mau makan. Ada juga ibu yang hanya memberikan makanan pendamping ke
anak kemudian ibu sambil bekerja, ini mengakibatkan ibu tidak bisa mengawasi anak
dalam mengonsumsi makanan yang diberikan.
Pemberian susu atau biskuit biasanya diberikan sebagai camilan sebelum atau
sesudah anak mengonsumsi makanan utama, namun susu dan biskuit serta makanan utama
yang diberikan sering tidak dihabiskan karena anak lebih sering mengonsumsi jajanan. Ibu
tidak mencoba modifikasi makanan pendamping dikarenakan ibu tidak memiliki
pengetahuan. Ibu memberikan MP-ASI ke anak sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Pemberian
ini juga tergantung dari permintaan anak, hal ini dikarenakan ibu menganggap bila anak
tidak meminta makanan pendamping berarti anak lagi tidak mau makan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu masih berperilaku kurang dalam memberikan makan pada anak
mereka.
-
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian berupa wawancara mendalam dan observasi terhadap
analisis kebutuhan dan selera balita serta pola asuh ibu terhadap pemberian makanan
tambahan MP-ASI pada balita bawah garis merah di Puskesmas Indralaya Tahun 2014,
secara umum dapat disimpulkan bahwa:
a. Ketersediaan MP-ASI belum dapat memenuhi semua kebutuhan sasaran penerima,
sehingga pemberian MP-ASI diutamakan pada anak balita dengan status gizi kurang
dan gizi buruk, dan masih banyak balita dari keluarga miskin lainnya yang tidak
menerima MP-ASI.
b. Sasaran pemberian MP-ASI tidak tepat seharusnya MP-ASI diperuntukan bagi anak
usia 6-24 bulan berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
224/Menkes/SK/II/2007.
c. Perencanaan program MP-ASI baru dilaksanakan pada tahap pendataan sasaran, tahap
pendistribusian sedangkan untuk sosialisasi tentang MP-ASI kepada Tenaga
Pelaksana Gizi, Bidan di Desa, dan Kader selama ini belum dilaksanakan.
d. Penyimpanan MP-ASI di Puskesmas Indralaya secara keseluruhan telah memenuhi
syarat dan cara penyimpanan MP-ASI sesuai dengan Juknis MP-ASI Depkes RI.
e. Pendistribusian MP-ASI belum disertai sosialisi tentang MP-ASI dari Koordinator Gizi
Dinas Kesehatan ke Petugas Gizi Puskesmas, dan dari TPG ke Kader. Sosialisasi baru
dilaksanakan pada sasaran penerima MP-ASI.
f. Pemantauan yang dilakukan di lapangan hanya monitoring berat badan sebulan sekali
oleh Petugas Gizi, Bidan di Desa dan Kader Posyandu, seharusnya monitoring
program dimulai dari proses distribusi, penyimpanan, hingga pemberian pada sasaran.
g. Petugas Gizi di Dinas Kesehatan Ogan Ilir dan Puskesmas Indralaya belum
menentukan metode perhitungan kebutuhan MP-ASI berdasarkan umur pada masing-
masing anak
h. Sebagian besar ibu menyatakan bahwa sebaiknya pemberian MP-ASI berupa MP-ASI
lokal.
i. Sebagian besar ibu membutuhkan informasi mengenai kebutuhan gizi anak karena
penting dalam asupan makanan yang diberikan sesuai kebutuhannya.
j. Sebagian besar balita bawah garis merah dari keluarga miskin yang menjadi sasaran
pemberian MP-ASI meyukai rasa makanan yang asin.
k. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu masih berperilaku kurang dalam memberikan
makan pada anak mereka.
-
2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Kesehatan
a. Sebaiknya Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir mengalokasikan dana APBD
dan APBN untuk upaya meningkatkan ketersediaan MP-ASI sesuai yang
dibutuhkan sasaran.
b. Sebaiknya Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir juga melakukan tahap
perencanaan sosialisasi tentang MP-ASI kepada Tenaga Pelaksana Gizi, Bidan di
Desa, dan Kader.
c. Sebaiknya pada saat pendistribusian disertai sosialisi tentang MP-ASI dari
Koordinator Gizi Dinas Kesehatan ke Petugas Gizi Puskesmas, dan dari TPG ke
Kader.
d. Sebaiknya monitoring program dilaksanakan dari mulai proses distribusi,
penyimpanan, hingga pemberian pada sasaran.
e. Sebaiknya Dinas Kesehatan Ogan Ilir menentukan metode perhitungan kebutuhan
MP-ASI berdasarkan umur pada masing-masing anak
f. Sebaiknya dilakukan juga bantuan program pemberian berupa MP-ASI lokal,
sehingga ibu dapat menyesuaikan dengan keinginan dan selera makan anak mulai
dari jenis makanan dan rasa makanan.
2. Bagi Puskesmas Indralaya
a. Sebaiknya Petugas Gizi sebelum mendistribusikan MP-ASI memberikan
penjelasan tentang MP-ASI ke orang tua sasaran.
b. Sebaiknya monitoring program dilaksanakan dari mulai proses distribusi,
penyimpanan, hingga pemberian pada sasaran.
c. Sebaiknya Puskesmas Indralaya menentukan metode perhitungan kebutuhan MP-
ASI berdasarkan umur pada masing-masing anak.
d. Sebaiknya dari pihak Puskesmas Indralaya membuat program bantuan pemberian
MP-ASI lokal pada keluarga miskin.
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
2. Direktorat Gizi Masyarakat. 2010. Petunjuk Teknis Pedoman Pengelolaan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Jakarta : Depkes dan Kesos RI
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir.2013.Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan
Ilir Tahun 2013. Indralaya. Dinkes OI
4. Direktorat Gizi Masyarakat. 2010. Petunjuk Teknis Pedoman Pengelolaan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Jakarta : Depkes dan Kesos RI
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor:224/Menkes/SK/II/2007.
Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
6. Lina Handayani dkk. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak
Balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 11
7. Nur Awaliah Asad dkk. Studi Pelaksanaan Program MP-ASI di Puskesmas Jongaya
Kecamatan Tamalate Jurnal Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
8. Sulistyaningsih. Evaluasi Program Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) Lokal Terhadap Perbaikan Status Gizi Balita di Kelurahan Saigon dan Parit
Mayor Kecamatan Pontianak Timur Tahun 2012
9. Rika Septiana dkk. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gedongtengen Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan
Volume 118