perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET
MELALUI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY METHOD
SISWA KELAS V SD NEGERI 2 AMPEL BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
HENY SUSILOWATI
NIM X7109043
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet
melalui Pembelajaran Guided Inquiry Method Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel
Tahun Pelajaran 2010/2011”
Oleh :
Nama : Heny Susilowati
NIM : X7109043
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I
Drs. Kartono, M.Pd
NIP. 195401021977031001
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing II
Dra.Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd
NIP. 196101211986012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet
melalui Pembelajaran Guided Inquiry Method Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel
Tahun Pelajaran 2010/2011”
Oleh :
Nama : Heny Susilowati
NIM : X7109043
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd ___________
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd ____________
Penguji I : Drs. Kartono, M.Pd ___________
Penguji II : Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd ___________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidilan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatulah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Heny Susilowati, NIM X7109043. PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP
GAYA MAGNET MELALUI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY
METHOD SISWA KELAS V PADA SD NEGERI 2 AMPEL BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
penguasaan konsep gaya magnet melalui pembelajaran guided inquiry method
siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2010/2011.Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
model siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Ampel dan sebagai subyek
penelitian adalah siswa kelas V. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data yang digunakan oleh peneliti
adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dokumentasi, lembar observasi dan tes hasil evaluasi
belajar. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interaktif
yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain: pengumpulan data/reduksi
data, sajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Prosedur penelitian dengan
model siklus yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa: penerapan
pembelajaran melalui guided inquiry method dapat meningkatkan penguasaan
konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel. Hal ini dapat dilihat dari
prosentase kenaikan hasil evaluasi belajar (peningkatan penguasaan konsep) siswa
kelas V sebanyak 34 anak dari sebelum ada tindakan sampai siklus II. Sebelum
ada tindakan siswa yang mendapatkan nilai minimal 60 ada 16 anak atau 47,05%
dari 34 anak, pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai minimal 60 ada 24 anak
atau 70,59% dari 34 anak, pada siklus II siswa yang mendapatkan nilai minimal
60 ada 33 anak atau 91,18% dari 34 anak. Hasil evaluasi belajar penguasaan
konsep gaya magnet siswa sebelum tindakan kemudian dilaksanakan siklus I
mengalami prosentase kenaikan 23,54%; dari siklus I kemudian dilaksanakan
siklus II penguasaan konsep gaya magnet siswa mengalami prosentase kenaikan
20,59%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Heny Susilowati, NIM. X7109043. INCREASING MASTERY of the
CONCEPTS of LEARNING STYLE MAGNETS through the GUIDED
INQUIRY METHOD STUDENTS CLASS V in SD NEGERI 2 AMPEL
BOYOLALI YEARS 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of teacher training
and educational sciences. Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011.
The purpose of this classroom action research is to improve the mastery of
the concept of magnetic force through learning guided inquiry method students
class V SD Negeri 2 Ampel Subdistrict Ampel Boyolali Years 2010/2011. The
form of research is the research action classroom that consists of two cycles, each
cycle consists of four stages: planning, implementation, observation and
reflection. As the subject of research is the student class V SD Negeri 2 Ampel.
Place of research conducted in SD Negeri 2 Ampel and the study subject
were students in gradeV. Time studies conducted in the second semester of the
school year 2010/2011. Sources of data used by researchers is the source of
primary data and secondary data sources. Data collection techniques in the
research is documentation, observation sheet and test results of the evaluation
study. Techniques of data analysis using interactive analysis techniques: the link
between the three components include: data collection/data reduction, dish,
withdrawal of conclude/verification. Research procedures with cycle model
consisting of four stage, namely planning, execution, observation and reflection.
This classroom action research results can be inferred that: application of
learning through the guided inquiry method can improve student mastery of the
concept of magnetic force class V SD Negeri 2 Ampel. This can be seen from the
percentage increase in the results of the evaluation study (increased mastery of the
concepts) class V students as much as 34 children from prior to any action until
the cycle II. Before there was the action of students who get a minimum of 60
there are 16 child or child 47,05% of 34, on cycle I students who get the value of
60 minimum there are 24 children or 70,59% of 34 children, cycle II students who
get the value of 60 minimum there are 33 children or 91,18% of the children. The
results of the evaluation of the magnetic force concept Mastery Learning students
before action then implemented the cycle I experienced the percentage increase in
23,54%. from the cycle I then implemented the cycle II magnetic force concept
mastery students experience the percentage increase in 20,59%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-
gurumu, dan berlakulah lembut terhadap murid-muridmu.
(Terjemahan HR. Tabrani)
Siapapun yang bermaksud menjadi seorang guru bagi manusia, biarlah dia
mengawali dengan mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain, dan
mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
(Kahlil Gibran)
Pengetahuan adalah tanda nyata kebangsawananmu, tidak peduli siapa bapakmu
atau dari suku mana kau berasal.
(Kahlil Gibran)
Setiap keindahan dan kebesaran di dunia ini diciptakan oleh sebuah pemikiran
atau perasaan yang ada dalam diri seseorang.
(Kahlil Gibran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Bapak_Ibu dan “Umi”, yang selalu
memberikan doa restunya disetiap
langkah-langkahku.
Ayahanda tercinta dan Ananda Alul
tersayang yang selalu memberikan
semangat baru.
Rekan-rekan S1 PGSD-Transfer kelas A
dan Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penelitian
2. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Pendidikan Sekolah Dasar
yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
3. Dra. Endang SM, M.Hum, selaku Pembimbing I yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi.
4. Drs. Kartono, M.Pd, selaku dosen pengampu Pembimbing I yang dengan
sabar memberikan bimbingan dan motivasi.
5. Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi.
6. Mulyono, S.Pd, selaku Kepala Sekolah Negeri 2 Ampel yang telah
memberikan ijin penelitian.
7. Berbagai pihak yang telah membantu, terutama teman-teman penulis yang
selalu memberi dukungan.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. iv
HALAMAN ABSTRACT ........................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7
1. Tinjauan tentang Penguasaan Konsep Belajar IPA ............. 7
a. Hakekat Belajar ............................................................. 7
b. Hakekat Penguasaan Konsep Gaya Magnet Siswa ....... 9
c. Hakekat Pembelajaran IPA ........................................... 11
d. Belajar dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar .......... 15
e. Tujuan Pembelajaran IPA ............................................. 16
f. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah ............... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
g. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA ............................... 19
h. Tinjauan tentang Konsep .............................................. 19
i. Tiga Tahapan Penguasaan Konsep ............................... 20
j. Macam-macam Konsep ................................................. 21
k. Prinsip Belajar Konsep.................................................. 22
l. Pembelajaran IPA Kelas V Materi Gaya Magnet ......... 23
2. Tinjauan tentang Inquiry Method (metode inkuiri) ............. 25
a. Teori Inquiry Method (metode inkuiri) ......................... 25
b. Tujuan Penggunaan Inquiry Method (metode inkuiri) .. 30
c. Macam-macam Inquiry Method (metode inkuiri) ......... 31
B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 34
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 35
D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 36
BAB III METODOLOGI TINDAKAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 37
1. Tempat Penelitian ............................................................. 37
2. Waktu Penelitian ............................................................... 37
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 38
C. Sumber Data ............................................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38
1. Dokumentasi ...................................................................... 38
2. Observasi ........................................................................... 39
3. Tes ...................................................................................... 39
E. Validitas Data .......................................................................... 40
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 41
1. Reduksi Data ...................................................................... 42
2. Penyajian Data ................................................................... 42
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ...................................... 42
G. Jadwal Penelitian ..................................................................... 43
H. Prosedur Penelitian .................................................................. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Tahap Perencanaan ............................................................ 44
2. Tahap Pelaksanaan ............................................................. 45
3. Tahap Observasi ................................................................ 45
4. Tahap Refleksi ................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 55
1. Kondisi Awal (Pra-Tindakan) .............................................. 55
B. Pelaksanaan Tindakan ............................................................... 57
1. Siklus I ................................................................................. 57
2. Siklus II ................................................................................ 65
C. Pembahasan Hasil Penelitan ...................................................... 75
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................... 79
B. Implikasi ................................................................................... 79
C. Saran ......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 82
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal penelitian ....................................................................... 43
Tabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52
Tabel 3. Frekuensi nilai evaluasi sebelum tindakan ................................. 55
Tabel 4. Prosentase hasil observasi siswa suklus I ................................... 62
Tabel 5. Frekuensi nilai IPA siklus I siswa kelas V .................................. 63
Tabel 6. Prosentase hasil observasi siswa suklus II .................................. 71
Tabel 7. Frekuensi nilai IPA siklus II siswa kelas V ................................ 72
Tabel 8. Data perbandingan nilai tes penguasaan konsep gaya magnet
sebelum tindakan, siklus I dan siklus II ...................................... 75
Tabel 9. Data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet sebelum
penelitian, siklus I dan siklus II .................................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistematika materi gaya magnet ............................................. .. 24
Gambar 2. Langkah-langkah guided inquiry method .............................. .. 28
Gambar 3. Pendekatan metode inkuiri ..................................................... . 29
Gambar 4. Kerangka berpikir ................................................................... . 36
Gambar 5. Model Analisis Interaktif ....................................................... .. 42
Gambar 6. Model penelitian Kemmis dan Taggart ................................... 46
Gambar 7. Grafik histogram frekuensi nilai evaluasi sebelum tindakan ... 56
Gambar 8. Grafik histogram prosentase hasil observasi siswa suklus I .... 62
Gambar 9. Grafik histogram frekuensi nilai IPA siklus I ........................... 63
Gambar 10.Grafik histogram prosentase hasil observasi siswa siklus II .... 72
Gambar 11.Grafik histogram frekuensi nilai IPA siklus II .......................... 73
Gambar 12.Data perbandingan nilai tes penguasaan konsep gaya magnet
sebelum tindakan, siklus I dan siklus II ................................... 76
Gambar 13.Grafik data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet
sebelum penelitian, siklus I dan siklus II ................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus IPA Kelas V Semester 2 ........................................ 85
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...................... 86
Lampiran 3. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ..... 97
Lampiran 4. Kunci Jawaban Instrumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Siklus I .......................................................... 98
Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa 1 pada Siklus I ............................. 99
Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa 2 pada Siklus I ............................. 100
Lampiran 7. Lembar Penilaian Siswa Sebelum Siklus I .......................... 101
Lampiran 8. Lembar Penilaian Siswa pada Siklus I ................................ 102
Lampiran 9. Lembar Penilaian Test Proses Pada Siklus I ....................... 103
Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ........................ 104
Lampiran 11. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I .......................... 105
Lampiran 12. Gambar Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I ............... 106
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .................... 107
Lampiran 14. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .... 116
Lampiran 15. Materi Gaya Magnet Kelas V Semester II ......................... 118
Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa 1 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 123
Lampiran 17. Lembar Kerja Siswa 2 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 124
Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa 3 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 125
Lampiran 19. Lembar Kerja Siswa 4 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 126
Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa 5 Gaya Magnet pada Siklus II ........... 127
Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa 6 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 128
Lampiran 22. Lembar Kerja Siswa 7 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 129
Lampiran 23. Lembar Hasil Kerja Siswa Gaya Magnet pada Siklus II ... 130
Lampiran 24. Lembar Penilaian Siswa pada Siklus II ............................... 131
Lampiran 25. Lembar Penilaian Test Proses Pada Siklus II ...................... 132
Lampiran 26. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ....................... 133
Lampiran 27. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ........................ 134
Lampiran 28. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Siklus 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 29. Gambar Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II ............. 136
Lampiran 30. Perijinan ............................................................................... 137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di
samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Seperti
dicanangkan oleh PBB sebagai berikut :
Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kualitas SDM baik fisik, mental maupun spiritual. Sejalan dengan konsep
pendidikan yang dicanangkan oleh PBB bahwa pendidikan ditegakan oleh
4 pilar, yaitu lern to know, learn to do, learn to live together dan learn to
be. Pilar pertama dan kedua lebih diarahkan untuk membentuk sense of
having yaitu bagaimana pendidikan dapat mendorong terciptanya sumber
daya manusia yang memiliki kualitas di bidang ilmu pengetahuan dan
ketrampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup,
sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif dan inovatif ditengah
kehidupan masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat diarahkan
untuk membentuk karakter bangsa atau sense of being, yaitu bagaimana
harus terus menerus belajar, dan membentuk karakter yang memiliki
integritas dan tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk melayani
sesama. Sense of being ini penting karena sikap dan perilaku seperti ini
akan mendidik siswa untuk belajar saling memberi dan menerima serta
belajar untuk menghargai serta menghormati perbedaan atas dasar
kesetaraan dan toleransi (Upik, 2005).
Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
sekolah menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam
menanggapi setiap pembelajaran. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu
yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran dikaitkan
dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif, dan
inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga
terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi
tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang
dirumuskan. Usman (2000: 4) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar
adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Senada dengan Usman, Suryosubroto (1997: 19)
mengatakan bahwa proses belajar dan mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan
guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program
tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu yakni pengajaran.
Mengacu dari kedua pendapat tersebut, maka proses belajar dan mengajar
yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik,
mental, maupun emosionalnya. Pelajaran IPA misalnya diperlukan kemampuan
guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa
dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan penguasaan konsep
gaya magnet. Hal tersebut, sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari,
siswa tidak pernah lepas dengan dunia IPA (Sains), yang dekat dengan aktivitas
kehidupan mereka.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Senior Secondary
Education Project 2006 memperlihatkan bahwa dalam proses belajar dan
mengajar, guru berperan dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru
ke siswa, sehingga siswa sangat pasif. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan
metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dengan demikian
pemilihan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Sebagaimana pendapat
Sudjana (1987: 76), bahwa peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar dan mengajar.
Berdasarkan hasil evaluasi mata pelajaran IPA materi gaya magnet, data
yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan untuk menguasai konsep gaya
magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Boyolali masih dibawah KKM yaitu 60. Hal ini dapat dilihat dengan hanya
47,05% siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih, dan 52,95% siswa mendapat
nilai dibawah 60 (lihat lampiran 7). Kemampuan siswa dalam penguasaan konsep
gaya yang masih rendah disebabkan karena guru masih menggunakan metode
yang bersifat konvensional. Proses belajar mengajar, guru yang berperan aktif
sedangkan siswanya pasif.
Kemampuan penguasaan konsep gaya magnet yang masih rendah akan
mengakibatkan siswa kesulitan dalam pembelajaran materi gaya magnet
(elektromagnetik) di satuan pendidikan yang lebih tinggi. Guru dianjurkan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat, salah satunya pembelajaran
dengan menggunakan guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing).
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual
(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir
menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara,untuk
membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001: 75) merupakan suatu teknik
atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru
membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa di bagi menjadi beberapa
kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di
dalam kelompok. Hasil kerja mereka kemudian dibuat laporan yang kemudian
dilaporkan.
Menurut Sanjaya (2008: 202) hakekat guided inquiry method sebagai
berikut :
Metode inkuiri terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru membimbing
siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Metode inkuiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar
dengan metode inkuiri. Dengan metode ini siswa belajar lebih berorientasi
pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami
konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada
tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok
maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan
menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Berdasarkan uraian diatas, maka kontribusi guided inquiry method dalam
pembelajaran adalah peningkatan penguasaan konsep gaya magnet oleh siswa.
Untuk membuktikannya perlu dilakukan penelitian yang relevan tentang
kemampuan penguasaan konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA. Oleh karena
itu penelitian ini diberi judul ”Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet
melalui Guided Inquiry Method pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahn sebagai berikut :
1. Guru belum menggunakan metode atau metode pembelajaran dalam
menyampaikan materi gaya magnet .
2. Rendahnya kemampuan siswa dalam penguasaan konsep gaya magnet dalam
pembelajaran IPA.
3. Anggapan siswa, bahwa mata pelajaran IPA sulit dibandingkan dengan mata
pelajaran yang lain.
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini tidak diteliti secara keseluruhan mengingat
keterbatasan kemampuan dan waktu. Penelitian ini dibatasi pada :
1. Peningkatan penguasaan konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA.
2. Penggunaan guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing) dalam
pembelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan guided inquiry method (metode
inkuiri terbimbing) dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet pada
siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun
Ajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah : Meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet
melalui guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing) pada siswa kelas V
SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran
2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
penguasaan konsep-konsep materi IPA khususnya materi gaya magnet
sehingga penguasaan konsep gaya magnetnya dapat meningkat.
2) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
karena pembelajaran dilakukan secara sintaks/tahap per tahap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Bagi guru
1) Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran IPA, khususnya materi gaya magnet.
2) Meningkatkan kualitas belajar mengajar dengan penerapan model dan
metodologi yang bersifat variatif dan bukan lagi secara klasikal yang
sifatnya konvensional.
3) Memberikan kepuasan kepada guru karena pembelajaran dapat
semangat dan memperoleh hasil sesuai yang di harapkan.
c. Bagi Sekolah
1) Merupakan asset yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya
meningkatkan kemajuan serta kualitas pendidikan di sekolah yang
bersangkutan
2) Dengan meningkatnya penguasaan konsep gaya magnet siswa serta
kualitas pendidikan di sekolah, maka akan meningkatkan citra sekolah
di mata masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Penguasaan Konsep Belajar IPA
a. Hakekat Belajar
Belajar dapat dipandang suatu perubahan pada diri individu yang
disebabkan dari hasil pengalaman, di mana guru terutama melihat siswa
dalam bentuk terakhir dari bebagai pengalaman interaksi belajar
mengajar. Dari situ terlihat sifat-sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang
dimilikinya. Seorang siswa dinyatakan telah belajar apabila telah terjadi
perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu antara
lain tentang :
1) Penguasaan pengetahuan baru (kognitif)
2) Penguasaan keterampilan baru (psikomotor)
3) Pengembangan sikap dan minat baru (afektif)
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali, baik
dilihat dari jenis maupun sifatnya. Karena itu tidak semua perubahan
dalam diri seseorang itu merupakan perubahan dalam arti belajar.
Menurut Oemar Hamalik (2003: 60), belajar (learning) adalah
merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
dan latihan. Hal di atas sependapat dengan Skinner dalam Muhibbin Syah
(1995: 89), bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila
diberi penguatan. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara
progresif sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut Suhaenah Suparno (2001: 2), belajar merupakan suatu
aktivitas yang menimbulkan suatu perubahan yang relatif permanen
sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan
tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatique), kematangan, ataupun
karena mengkosumsi obat tertentu.
Sejalan dengan perumusan di atas, menurut Hilgard dan Bower
dalam Ngalim Purwanto (1990: 84), mengemukakan bahwa belajar adalah
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan,
atau keadaan sesaat dari seseorang (kelelahan, kecelakaan).
Sedangkan menurut Slameto (1995: 2), berpendapat belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Senada
dengan pendapat Oemar Hamalik (2003: 327), belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman melalui
interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, psikomotor dan
afektif. Belajar adalah suatu usaha kegiatan yang menghasilkan perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang berulang-ulang.
Sedangkan menurut peneliti yang dimaksud dengan belajar adalah suatu
proses kegiatan atau usaha dengan melalui latihan dan pengalaman yang
berulang-ulang dalam proses belajar agar mendapatkan perubahan tingkah
laku yang bersifat lebih baik dan tersimpan dalam jangka waktu yang
lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar apabila
terjadi adanya perubahan tingkah laku yang baru pada orang tersebut,
yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya belum bisa
menjadi bias, sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984:
57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi
yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,
kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori:
pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis,
sintesis, dan penilaian.
2) Ranah Afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh
Krathwohl dkk, merupakan penguasaan konsep gaya magnet yang
paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan
sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini
mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk
menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.
3) Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf,
manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah
psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih
dengan ranah kognitif dan afektif.
b. Hakekat Penguasaan konsep gaya magnet Siswa.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
oleh guru sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal
dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,
1987: 28).
Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah
sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran,
sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan
belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penguasaan
konsep gaya magnet dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu
segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari
ketika belajar. Penguasaan konsep gaya magnet diukur dengan berbagai
cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes
(Depdiknas: 2002).
Menurut Horward Kysley dalam Sudjana (1990: 22) membagi tiga
macam penguasaan konsep gaya magnet, yakni (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Masing masing jenis penguasaan konsep gaya magnet dapat diisi dengan
bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sedangkan Gagne membagi
lima kategori penguasaan konsep gaya magnet, yakni (a) informasi
verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan
(e) keterampilan motorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut Purwanto (1986) bahwa penguasaan konsep gaya magnet
biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana
tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
Penguasaan konsep gaya magnet yang dicapai siswa dipengaruhi
dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang
dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa lebih
besar pengaruhnya terhadap penguasaan konsep gaya magnet. Seperti
dikemukakan oleh Clark bahwa penguasaan konsep gaya magnet siswa di
sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi
oleh lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh
siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis
(Sudjana, 1987: 39-40).
Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis
dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku
individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang
paling dominan mempengaruhi penguasaan konsep gaya magnet di
sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif
tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu penguasaan konsep gaya magnet siswa di
sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran,
maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama
lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.
c. Hakekat Pembelajaran IPA
Menurut Srini M. Iskandar (2001: 2) IPA adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA merupakan
pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis,
berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso, 1998: 23)
dalam http://juhji-science-sd.blog.com/.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri
Sulistyorini, 2007: 39).
IPA mempunyai objek yaitu benda-benda alam dan peristiwa-
peristiwanya yang bersifat: 1) ada saling hubungan antara benda alam
satu dengan yang lain, 2) ada saling hubungan antara benda dan peristiwa
alam, dan 3) ada saling hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa
yang lain, sehingga benda dan peristiwa alam itu bersifat integral.
Perkembangan IPA sebagai ilmu pengetahuan mengalami tingkat tingkat
sebagai berikut: 1) tingkat coba-coba dan kebetulan, dan sifatnya
deskriptif, 2) tingkat perenungan, penggunaan logika, dan sifatnya
otoriter dan teoritik, dan 3) tingkat pengamatan, pembuktian dan
percobaan (eksperimental), dan sifatnya terbuka dan objektif.
Menurut Suyoso ( 1998: 23) IPA merupakan pengetahuan hasil
kegiatan manusia yang bersifat aktif secara dinamis tiada henti-hentinya
serta diperoleh melalui metode tertentu yang teratur sistematis, berobjek,
bermetode dan berlaku secara, universal.
Sri Sulistyorini (2007: 39) menuliskan bahwa IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari dari sendiri dan alam sekitar serta prospek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
Srini M. Iskandar (2001: 17 ) IPA merupakan ilmu pengetahuan
tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas
hasil observasi, eksperimen dan induksi.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA yang benar
mencakup 4 komponen : (1) IPA sebagai produk, (2) IPA sebagai proses,
(3) IPA sebagai sikap dan, (4) IPA sebagai teknologi (Cain dan Evans,
1993: 4 ).
Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan
dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi
proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah.
Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses
belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA
tersebut.
1) IPA sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis
IPA terdahulu yang umumnya telah tersusun secara lengkap dan
sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body
of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi
lain IPA yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi “proses”,
maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri. Dalam pengajaran
IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya
memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar
merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis
digunakan.
2) IPA sebagai Proses
Yang dimaksud dengan “proses” di sini adalah proses mendapatkan
IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh melalui
metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara
bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada
akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD
dapat melakukan penelitian sederhana. Di samping itu, pentahapan
pengembangannya disesuaikan dengan tahapan suatu proses
penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: (1) observasi; (2)
klasifikasi; (3) interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6)
mengendalikan variabel; (7) merencanakan dan melaksanakan
penelitian; (8) inferensi; (9) aplikasi; dan (10) komunikasi. Jadi, pada
hakikatnya, pada proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh
keterampilan dasar. Untuk memahami sesuatu konsep, siswa tidak
diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang pada siswa untuk
memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa
dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan
membuat kesimpulan.
3) IPA sebagai Pemupukan Sikap
Makna “sikap” pada pengajaran IPA SD/MI dibatasi pengertiannya
pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Beberapa ciri sikap ilmiah
itu adalah:
a) Objektif terhadap fakta, artinya tidak dicampuri oleh perasaan
senang atau tidak senang.
b) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup
data yang menyokong kesimpulan itu.
c) Berhati terbuka, artinya mempertimbangkan pendapat atau
penemuan orang lain sekalipun pendapat atau penemuan itu
bertentangan dengan penemuaannya sendiri.
d) Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat.
e) Bersifat hati-hati.
f) Ingin menyelidiki (Srini M. Iskandar 2001: 13 -14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep
yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan
dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA
sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dapat
membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa IPA merupakan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai
pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip prinsip, proses
penemuan dan memiliki sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk :
1). Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan
lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari-
hari.
2). Mengembangkan keterampilan proses.
3). Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi
siswauntuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4). Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi.
5). Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi. (Depdikbud, 1997: 87)
d. Belajar dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Nana Sudjana (1989: 28) belajar adalah proses yang
diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman,
melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Oemar Hamalik (1999: 37) berpendapat belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Sedangkan menurut Gulo W (2004: 8) belajar adalah suatu proses
yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah laku
dalam berfikir, bersikap dan berbuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dari beberapa uraian diatas dapat kita ketahui bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang diarahkan pada tujuan
mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat pada
individu yang belajar.
Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat
serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah
(UUSPN dalam Darmodjo dan Kaligis, 1992/1993). Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari
berbagai disiplin ilmu yang salah satunya adalah IPA. Ilmu Pengetahuan
Alam diperlukan oleh siswa Sekolah Dasar karena IPA dapat
memberikan iuran untuk tercapainya tujuan pendidikan di Sekolah Dasar.
e. Tujuan Pembelajaran IPA
Salah satu pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep
konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
(Depdikbud, 1994: 61). Sri Sulistyorini (2007: 40) mengemukakan tujuan
pembelajaran IPA yaitu :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan
keberadaaan, keindahan, dan keteraturan dan ciptaannya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,
menjaga, melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP. (BSNP, 2006: 14-
15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan IPA adalah untuk
menguasai konsep, keterampilan, dan memanfaatkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa
memiliki pengetahuan tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai
lingkungan melalui pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan
dasar mengenai IPA.
f. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut siswa
tidak hanya belajar dari buku, melainkan dituntut untuk belajar
mengembangkan kemampuan dirinya. Melatih keterampilan siswa untuk
berfikir secara kreatif dan inovatif merupakan latihan awal bagi siswa
berfikir kritis untuk mengembangkan daya cipta dan mengembangkan
minat dalam diri siswa secara dini. Guru sebagai faktor penunjang
keberhasilan pengajaran IPA dituntut kemampuannya untuk dapat
menyampaikan bahan kepada siswa dengan baik. Untuk itu guru perlu
mendapat pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan suatu bahan
pengajaran atau metode apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran
IPA.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalahnya. Penerapan
IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada
lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan metode
yang dapat menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Prinsip utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu:
1) Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui
pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi.
2) Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung
karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan
siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap
awal pembelajaran.
3) Pemgetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang
konsisten dengan pengetahuan para ilmuan, pengetahuan yang kita
miliki. Pengetahuan yang demikian kita sebut miskonsepsi. kita perlu
merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini
selama pembelajaran.
4) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang
dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas kita sebagai guru IPA
adalah mengajar siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang
sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol dan
hubungan dengan konsep lain.
5) Ilmu Pengetahuan Alam atas produk, proses dan prosedur. Karena itu
kita perlu mengenalkan ketiga aspek ini walaupun hingga kini masih
banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk Ilmu
Pengetahuan Alam saja. (Leo Sutrisno, 2007: 3 – 5).
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 43) untuk mengajarkan IPA dikenal
beberapa metode, yakni (1) metode kepada fakta-fakta, (2) metode
konsep (3) dan metode proses. Pembelajaran yang menggunakan metode
fakta terutama bermaksud menyodorkan penemuan-penemuan IPA.
Metode ini tidak mencerminkan gambaran yang sebenarnya tentang sifat
IPA. Selanjutnya konsep adalah suatu ide yang mengikat banyak fakta
menjadi satu. Untuk memahami suatu konsep, anak perlu bekerja dengan
objek-objek yang kongkret, memperoleh fakta-fakta, melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ekplorasi dan memanipulasi ide secara mental, tidak sekedar menghafal.
Oleh karena itu, metode konsep memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang IPA dibandingkan dengan metode faktual.
g. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah
Dasar dalam BSNP (2006: 15) meliputi aspek-aspek berikut:
1) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan
gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
h. Tinjauan tentang Konsep
Konsep adalah bagian yang sangat penting dalam mempelajari dunia
kita. Konsep memiliki kemampuan mengelompokkan objek, event, atau
gagasan dengan karakteristik umum, Konsep memungkinkan kita
menyederhanakan, mengkategorisasikan serta menghadapi keragaman
sekitar kita.
Pendefinisian konsep didasarkan pada:
1) Respon
Respon tampak pada: kemampuan deskriminasi yang artinya mampu
memberikan berbagai contoh; yang tak dilihat sebelumnya.
Misalnya, di mana seorang pengendara secara konsisten berhenti di
semua traffic light pada saat menyala merah, ia mungkin berkata
memiliki konsep “berhenti” bagaimanapun ia bisa mengatakan,
menulis, atau memahami label verbal. Definisi ini menegaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
perbedaan fundamental antara hafalan dan konseptualisasi. Proses
hafalan bisa mencakup pengenalan obyek khusus, atau asosiasi label
kata khusus dengan label satu obyek, sedangkan konsep
pembentukan melibatkan label umum untuk berbagai kelompok
obyek.
2) Stimulus
Stimulus tampak pada kemampuan membedakan contoh dan non
contoh. Misalnya, ”persegi” bisa didefinisikan sebagai ”gambar
geometri tertutup yang memiliki empat sisi yang sama dan empat
sudut yang sama.” Konsep harus dioperasionalkan sebagai
kemampuan menyatakan definisi atau mengenal dan
mengidentifikasi secara benar gambar geometri yang menunjukkan
atribut stimulus di atas. Definisi konsep ini adalah fungsional bagi
desainer karena menunjukkan apa yang harus dihadirkan pebelajar,
yakni, kriteria atribut yang membedakan contoh-contoh dari non
contoh konsep (gambar, tertutup, empat sisi yang sama, sudut yang
sama).
i. Tiga Tahapan Penguasaan Konsep
Proses analisis konsep bisa mulai dengan formal atau definisi
kamus tetapi harus melangsungkan paling tidak tiga langkah berikut ini:
1) Mengekstrak kriteria atribut dari definisi tersebut, yakni gambar
tertutup, empat sisi yang sama, empat sudut yang sama.
2) Memeriksa (lebih disukai dengan pebelajar yang tak dibuat-buat)
apakah atribut itu adalah perlu dan cukup untuk membedakan secara
reliable contoh-contoh dari non-contoh.
3) Mempertimbangkan apakah atribut lain (atau sekelompok lebih kecil
atribut di atas) akan cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Langkah-langkah di atas mencerminkan skeptisme yang memadai
mengenai sebagian desainer instruksional relatif pada definisi tradisional
yang diberikan dalam teks dan kamus, baik dengan referensi kepada
apakah mereka berfungsi (memberi dasar yang reliable untuk
mengidentifikasi contoh-contoh) dan dengan referensi apakah mereka
adalah ekonomis (memberi dasar paling sederhana atau paling
mahal/efektif untuk mengidentifikasi contoh). Menurut Markle dan
Tiemann (1974: 34) melakukan analisis konsep ”morfem” yang
menghasilkan delapan atribut (langkah satu di atas). Analisis dan
pengujian selanjutnya (langkah dua) menunjukkan bahwa enam atribut
adalah tidak relevan dan hanya dua yang kriterial. Analisis selanjutnya
(langkah tiga) menunjukkan bahwa penambahan satu kriteria atribut
secara signifikan meningkatkan akurasi konsep pebelajar, yakni,
keterampilannya dalam membedakan contoh morfem dari non-contoh.
Konsep harus dibangun secara khusus sepanjang kurikulum,
misalnya perbaikan berkali-kali kapasitas belajar dan perlunya
pengembangan. Konsep awal bisa diajarkan relatif pada konteks lokal
yang mana akan dilakukan pembelajar. Misalnya, beberapa atribut formal
konsep “serangga” (exo-skeleton, tiga bagian utama tubuh, enam kaki,
dan lain-lain).
j. Macam-macam Konsep
Beberapa konsep adalah sebagai berikut:
1) Conjuntive concepts
Didefinisikan dengan ”dan,” dengan atribut dan ini bahwa satu dan
serta dan yang lain, misalnya atribut contoh yang umum. Misalnya,
”apel” bisa didefinisikan dengan atribut-atribut misalnya : buah yang
enak dimakan dan dari pohon sumber dan kebulat-bulatan dan
biasanya kemerah-merahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Disjunctive concepts
Definisikan dengan ”atau”, yakni., misalnya memiliki baik satu
atribut (atau sekelompok) maupun atribut lain (atau sekelompok).
Misalnya, ”menendang” dalam olah raga baseball bisa didefinisikan
sebagai : ayunan adonan atau panggilan wasit atau pukulan berulang-
ulang di luar garis dasar.
3) Relational concepts
definisikan dengan hubungan antara atribut-atriut daripada dengan
kehadirannya atau ketiadaannya. Misalnya, ”gunung” bisa
didefinsikan sebagai ketinggian permukaan bumi yang lebih besar
dibanding bukit dan lebih tidak seragam dibanding dataran tinggi.
k. Prinsip Belajar Konsep
Prinsip belajar konsep diantaranya:
1) Konsep Conjuntive
Konsep conjuntive adalah konsep yang paling mudah dicapai,
kemudian relational concepts, dan disjunctive concepts agak dengan
mudah dicapai. Untungnya, sebagian besar dalam subyek sekolah
adalah conjunctive dan karena itu, relatif diterima pada pengajaran
dan belajar.
2) Konsep objek konkret
Konsep objek konkret muncul lebih mudah dibentuk dibanding
beberapa konsep yang lebih abstrak. Bagaimanapun perbedaan ini
bisa diatributkan pada perbedaan fundamental dalam konsep konkret.
Abstrak adalah tidak jelas. Perbedaan ini secara sederhana
mencerminkan relatif sulit dalam mengidentifikasi kriteria atribut
dan memperjelas kepada pembaca. Tetapi, fakta bahwa kata-kata
konkret adalah lebih mudah dihafal dibanding kata-kata abstrak bisa
menjelaskan sebagian kemudahan lebih besar pencapaian konsep
konkrit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Konsep abstrak
Konsep abstrak bisa dipelajari dari berbagai struktur verbal,
misalnya, definisi (termasuk atribut kriteria), konteks kalimat, contoh
yang dijelaskan, dan sinonim.
Sedangkan konsep dari beberapa tingkat bisa dibentuk dari konteks
kalimat dan sinonim, kita memandang penggunaan definisi
(memfiturkan atribut kriteria) dan contoh-contoh yang dijelaskan
bisa menjadi alat yang lebih reliable dalam mengembangkan konsep
yang akurat.
l. Pembelajaran IPA Kelas V Materi Gaya Magnet
Mata Pelajaran : IPA/Sains
Kelas/Semester : V/2 (dua)
Standar Kompetensi : 5. Energi dan Perubahannya.
Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya,
gerak dan energi melalui percobaan. (gaya
gravitasi, gaya gesek, gaya magnet).
Sesuai standar kompetensi dan kopetensi dasarnya menyimpulkan
hasil percobaan dan pengamatan bahwa gaya magnet dapat menembus
benda nonmagnetis, gaya magnet paling kuat terletak dibagian kutubnya,
magnet mempunyai dua kutup, cara-cara membuat gaya magnet dan
magnet digunakan untuk berbagai macam peralatan, sehingga peneliti
mempunyai tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran IPA
kelas V tersebut, antara lain:
1) Melalui percobaan siswa dapat menunjukkan benda yang bersifat
magnetis dan benda yang bersifat non magnetis.
2) Melalui percobaan siswa dapat menunjukkan kekuatan gaya magnet
dalam menembus beberapa benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) Melalui percobaan siswa dapat membuat gaya magnet yaitu dengan
cara induksi, gosokan, dan aliran listrik.
4) Siswa dapat mengaplikasikan dan menunjukkan penggunaan gaya
magnet dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran guru
harus mengetahui ruang lingkup IPA. Ruang lingkup bahan kajian IPA
untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan sistematika
pembelajaran IPA Kelas V dengan materi gaya magnet (gambar 1)
sebagai berikut:
DAPAT MENARIK BENDA
DARI BAHAN
GAYA
MAGNET
DAPAT DIBUAT DARI BESI
ATAU BAJA DENGAN CARA
BESI NIKEL KOBALT INDUKSI GOSOKAN ALIRAN
LISTRIK
Gambar 1 : Sistematika Materi Gaya Magnet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Tinjauan tentang Inquiry Method (metode inkuiri)
a. Teori Inquiry Method (metode inkuiri)
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi,
dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran
inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir)
terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi
tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk
membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau
pemeriksaan, penyelidikan. As Novak (1964) Inquiry is the [set] of
behaviors involved in the struggle of human beings for reasonable
explanations of phenomena about which they are curious. Penelitian
adalah suatu tindakan yang memerlukan usaha atau upaya dari manusia
untuk menjelaskan suatu masalah yang ingin diketahui atau diselidiki.
Menurut Piaget (dalam Ida, 2005: 5) metode inquiry adalah metode
pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari
jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan
dengan yang ditemukan orang lain.
Menurut Kuslan Stone (2006: 6) metode inquiry adalah metode
pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan
gejala-gejala ilmiah dengan metode dan jiwa para ilmuwan.
Menurut Oemar Hamalik (dalam Ida, 2006: 6) pengajaran
berdasarkan inquiry adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di
mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu
prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
Menurut Sanjaya (2008 : 196) menyatakan bahwa ciri-ciri
pembelajaran metode inquiry sebagai berikut :
Ciri-ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi
inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa
tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua,
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Artinya dalam metode inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa,
sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya
merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan
dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak
hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Sanjaya (2008: 202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah:
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan penguasaan konsep gaya magnet
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan
kesimpulan
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa. Teka-teki dalam
rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat
dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat digambarkan langkah-langkah
pembelajaran dengan guided inquiry method (gambar 2) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dalam metode inkuiri digunakan komunikasi multi arah;
komunikasi sebagai ”transaksi”. Apabila dilukiskan dalam suatu bagan,
metode inkuiri (gambar 3) sebagai berikut:
ORIENTASI MERUMUSKAN
MASALAH
MERUMUSKAN
HIPOTESIS
MENGUMPULKAN
DATA
MENGUJI
HIPOTESIS
MERUMUSKAN
KESIMPULAN
Gambar 2 : Langkah-langkah guided inquiry method
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
GURU MEMILIH TINGKAH LAKU (TUJUAN)
GURU BERTANYA YANG DAPAT MEMANCING
PENDAPAT PESERTA DIDIK
PESERTA DIDIK MENGAJUKAN HIPOTESIS UNTUK DIKAJI/DIPELAJARI LEBIH LANJUT
INDIVIDU/KELOMPOK PESERTA DIDIK MENJELAJAHI
DATA/ INFORMASI UNTUK MENGUJI HIPOTESIS
PESERTA DIDIK MENARIK KESIMPULAN
GUIDED INQUIRY METHOD
PESERTA DIDIK TIDAK MENCARI DATA UNTUK
MENGUJI HIPOTESIS
GURU MENDORONG PESERTA DIDIK UNTUK
MENCARI DATA
PESERTA DIDIK MENGIDENTIFIKASI JAWABAN/MENARIK
KESIMPULAN
Gambar 3. Metode Metode Inkuiri
(Ahmad Rohani, 2004: 40)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Tujuan penggunaan Inquiry Method (metode inkuiri)
Menurut Arends, “The overal goal of inquiry teaching has been
and continues to be, that helping student learn how ask question, seek
answers or solution to satisfy their cuirosity, and building their own
theories and ideas about the word” (Arends, 1994 : 386) Pada prinsipnya
tujuan pengajaran dengan metode inquiry adalah membantu siswa
bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan
untuk memuaskan keingintahuannya dan untuk membantu membangun
teori mereka sendiri dan gagasan tentang dunia.
Pembelajaran inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai
konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat
membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga
tahap: (1) Tahap problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan
kelompok; (3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang
sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi
kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola
kegiatan pengajaran.
Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan
keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan
menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce, B, et. al (2000): “ The
general goal of inquiry training is to help students develop the
intellectual discipline and skills necessary to raise questions and search
out answers stemming from their curiosity”
Keunggulan-keunggulan metode inquiry :
1) Meningkatkan pemahaman sains
2) Produktif dalam berpikir kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis
informasi.
4) Menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5) Memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar.
6) Mampu melayani siswa di atas rata-rata.
Setiap metode mengajar tidak selalu unggul, namun juga
mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan metode inquiry antara lain :
1) Guru dituntut untuk lebih kreatif.
2) Belajar mengajar dengan metode inquiry perlu kecerdasan.
3) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
c. Macam-macam Inquiry Method (metode inkuiri)
Metode inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan
oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode inkuiri tersebut adalah:
1) Inkuiri Terbimbing (guided inquiry method)
Metode inkuiri terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan
awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran
aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa
yang kurang berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan
metode ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami dan menguasai
konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan
pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap
awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-
tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa
mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah
yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran
IPA. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar
kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar
guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat
mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang
diperlukan oleh siswa.
2) Inkuiri Bebas (free inquiry method)
Pada umumnya metode ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Karena dalam metode
inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan
untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara
mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Belajar dengan metode inkuiri bebas mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan
sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan
dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang
diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada
kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik
berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang
diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami
topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu,
sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry method)
Metode ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua
metode inkuiri sebelumnya, yaitu: metode inkuiri terbimbing dan
metode inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan
dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani
acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam metode ini siswa
tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki
secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan metode ini
menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih
sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam metode inkuiri jenis ini guru membatasi memberi
bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri,
dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan
secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi
dengan siswa dalam kelompok lain.
Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran
dengan metode inkuiri, peneliti memilih metode inkuiri terbimbing
(Guided inquiry method) yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pemilihan ini peneliti lakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian
yang akan dilakukan terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar (SD), dimana
tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
operasi abstrak ke operasi konkret, dan siswa masih belum
berpengalaman belajar dengan metode inkuiri serta karena siswa masih
dalam taraf belajar proses ilmiah dan proses pembelajaran IPA topik yang
diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus kurikulum IPA, sehingga siswa
tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri permasalahan yang akan
dipelajari. Peneliti beranggapan metode inkuiri terbimbing lebih cocok
untuk diterapkan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan yaitu:
1. Laporan penelitian Sutirah (2009) Penerapan metode inkuiri untuk
meningkatkan penguasaan konsep energi gerak pada mata pelajaran IPA
siswa kelas III SD Negeri Pakisaji 02 Kademangan Blitar Tahun Pelajaran
2008/2009, menyatakan bahwa penggunaan metode inkuiri pada
pembelajaran IPA dengan materi konsep energi gerak menghasilkan:
meningkatnya keaktifan dalam pembelajaran dan penguasaan konsep gaya
magnet siswa.
2. Laporan penelitian dari Joko Sutrisno (2009). Penerapan metode inkuiri
untuk meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Kebonsari Temanggung Tahun Pelajaran 2007/2008, menyatakan bahwa
metode inquiry memberikan kesempatan meningkatnya motivasi belajar
siswa. Memberikan kesempatan dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian,
masih terdapat batasan-batasan. Misalnya, jika pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada siswa terlalu sulit (jarak psikologisnya jauh), tidak
memberikan rangsangan dan curiosity yang tinggi, maka peningkatan
motivasi belajar juga sulit diharapkan. Namun secara umum dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari metode inquiry terhadap
motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kondisi awal siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel yang terjadi
pada saat proses pembelajaran yaitu siswa terlihat pasif dan kurang berminat
dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan materi gaya magnet. Hal ini terjadi
karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa
sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Pembelajaran lebih banyak ceramah,
menghafal tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih berfikir
memecahkan masalah dengan mengembangkan keterampilan berpikir intelektual
dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan
menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka sehingga
pembelajaran kurang bermakna yang mengakibatkan penguasaan konsep gaya
magnet siswa rendah (variabel Y).
Salah satu upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet
siswa di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar
pembelajaran lebih diminati siswa dengan penuh semangat dan siswa lebih
termotivasi untuk giat belajar. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan menerapkan metode pembelajaran guided inquiry
method (variabel X) dalam proses pembelajaran IPA. Pembelajaran dengan guided
inquiry method menekankan pada penguasaan konsep, keterampilan berpikir
intelektual dan keterampilan-keterampilan keterampilan lainnya seperti
mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal
dari keingintahuan mereka, sehingga apa yang mereka pelajari lebih bermakna
untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA.
Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti, diharapkan mencapai kondisi
akhir, yaitu penguasaan konsep IPA dengan materi gaya magnet siswa kelas V SD
Negeri 2 Ampel dapat meningkat, dan siswa lebih termotivasi dan tertarik untuk
belajar IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran
(gambar 4) sebagai berikut:
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: tindakan kelas ini sebagai
berikut: ”Penguasaan konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran guided inquiry method ”.
GURU : BELUM MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY
METHOD
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY
METHOD
PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET
MENINGKAT
SISWA : PENGUASAAN KONSEP GAYA
MAGNET RENDAH
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 4 : Kerangka Berpikir
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Pemilihan tempat penelitian dengan pertimbangan
antara lain karena menghemat waktu dan biaya, serta melihat kondisi siswa
yang banyak mengalami kesulitan belajar IPA dalam penguasaan konsep
gaya magnet.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2010/2011, selama 5 bulan yaitu mulai bulan Februari sampai bulan Juni
2011. Pada bulan Februari peneliti mulai menyusun proposal. Pada bulan
Maret peneliti melakukan kegiatan perbaikan proposal yang telah
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, perijinan penelitian di Kampus
UNS Pusat, penyusunan RPP, dan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan siklus I
ini memerlukan waktu satu minggu, jadi dilaksanakan pada minggu ke
pertama bulan Mei 2011. Siklus II dilaksanakan dua minggu pada minggu ke
dua dan minggu ketiga pada bulan Mei 2011. Selanjutnya peneliti
menganalisis data yang diperoleh yang memerlukan waktu empat minggu.
Pada pertengahan bulan Mei 2011 peneliti mulai menyusun hasil laporan
selama tiga minggu, dan pada pertengahan bulan Juni peneliti meminta
pengesahan laporan dan dilanjutkan ujian. Dari uraian di atas, secara rinci
terdapat pada jadwal penelitian (tabel 1).
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Semester genap.
Siswa yang mengalami masalah kesulitan balajar dalam peguasaan konsep gaya
magnet, yaitu 18 dari 34 siswa. Siswa kelas V terdiri dari 13 anak laki-laki dan 21
anak perempuan. Jadi jumlah siswa kelas V adalah 34 anak.
C. Sumber Data
Beragam informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Informasi tersebut akan digali
dari berbagai sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
1. Sumber data pokok (primer), yaitu dari para siswa, guru, kepala sekolah dan
orang tua siswa SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
2. Sumber data sekunder meliputi arsip/dokumen, tes penguasaan konsep gaya
magnet, dan lembar observasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan tes.
1. Dokumentasi
Peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh data
yaitu arsip daftar nilai hasil evaluasi mata pelajaran IPA materi gaya magnet
semester II siswa kelas V tahun pelajaran 2010/2011 (lampiran 7), foto
kegiatan belajar mengajar IPA kelas V(lampiran 12 dan lampiran 29), video
kegiatan belajar mengajar IPA kelas V .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan
hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.
Langkah-langkah observasi meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.
3. Tes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini selain
observasi adalah tes. Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan penguasaan konsep gaya magnet oleh siswa. Tes yang dimaksud
tes materi gaya magnet.
a. Pengertian Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 127) tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok. Tes merupakan suatu cara untuk melakukan penelitian
dengan memberikan tugas yang harus dikerjakan siswa untuk
mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa yang dapat
dibandingkan dengan yang dicapai temannya, apakah nilai tersebut sudah
mencapai KKM (Kretiria Ketuntasan Minimal) atau belum. Apabila
belum mencapai KKM, maka siswa tersebut perlu diremidi agar dapat
tuntas. Dalam mata pelajaran IPA kelas V, batas KKM adalah 60
berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSPN).
b. Syarat tes yang baik
Suatu tes yang digunakan sebagai instrumen pengukuran akan
dapat sesuai sasaran bila tes tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang
baik. Ciri-ciri tes yang baik menurut Suharsimi Arikunto (2002: 57) yaitu
memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Penjelasan dari ciri-ciri tes yang baik adalah sebagai berikut :
1) Validitas
Tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat menunjukkan apa yang
hendak diukur.
2) Reliabilitas
Tes dikatakan reliabel jika memiliki/memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali-kali.
3) Objektivitas
Tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes
itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi hasil tes.
4) Praktibilitas
Tes memiliki praktibilitas apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah
pengadministrasiannya.
5) Ekonomis
Tes dikatakan ekonomis apabila tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
E. Validitasi Isi
Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data kualitatif yang akan
dikumpulakan dalam penelitian ini, digunakan teknik validasi isi (content
validity). Validasi isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana aitem-
aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar
dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”.
Selanjutnya validitas isi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Validitas muka (face validity)
Validitas muka merupakan tipe validitas yang paling rendah signifikansinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan
(appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan
kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan
bahwa validitas muka telah terpenuhi.
2. Validitas logik (logical/sampling validity)
Validitas logik merupakan validitas yang menunjuk pada sejauh mana isi tes
merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk
memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian
rupa sehingga benar-benar berisi hanya aitem yang relevan dan perlu menjadi
bagian tes secara keseluruhan. Penggunaan blueprint sangat membantu
tercapainya validitas logik.
F. Teknik Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi diklasifikasikan sebagai
data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian digabungkan dengan data
kuatitatif (hasil tes evaluasi penguasaan konsep gaya magnet) sebagai dasar untuk
mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif interaktif (Milles dan
Hubberman, 2007: 20) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu (1) reduksi data, (2)
penyajian data, (3) penarikan kesimpulan/verifikasi). Aktivitas ketiga komponen
tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai siklus.
Hubungan interaksi antara komponen-komponen analisis dapat
divisualisasikan pada gambar 5 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Gambar 5 : Model Analisis Interaktif
Gambar di atas menunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan
peneliti, yaitu:
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengerahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan/diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya
gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Hasil dari data observasi dan tes yang telah didapatkan dari laporan
penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya.
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Penyajian Data
(Data Display)
Reduksi Data
(Data Reduction)
Penarikan Kesimpulan
(Verifikasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar tidaknya hasil
dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di
lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari
data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu
merupakan validitasnya.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (2) tahun pelajaran
2010/2011, selama 5 bulan. Mulai bulan Februari sampai bulan Juni. Dengan
rincian jadwal penelitian pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 : Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Februari
11
Maret
11
April
11
Mei
11
Juni
11
1. Penyusunan dan
Pengajuan
Proposal
X X X X X X X
2. Mengurus ijin
Penelitian
X X X X
3. Pelaksanaan
penelitian
X X
4. Analisis Data X X X X
5. Penyusunan
Pelaporan
X X X X
6. Pelaksanaan
Ujian
X
7. Revisi X X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
H. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk mengetahui
permasalahan yang menyebabkan rendahnya penguasaan konsep gaya magnet
pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sesuai dengan pokok permasahan yang dirumuskan
dalam judul penelitian ini, maka data yang diperlukan dalam penelitian adalah
mengenai penggunaan guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing) yang
dilakukan oleh guru dengan penanaman konsep melalui pengalaman langsung.
Data dikumpulkan melalui pengamatan pada saat peneliti melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan guided inquiry method (metode inkuiri
terbimbing).
Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan
penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah
yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan mencakup kegiatan :
a. Guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti, menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dengan indikator mampu menguasai konsep
gaya magnet selama pengadaan penelitian.
b. Guru yang sekaligus bertidak sebagai peneliti memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan yaitu melalui pembelajaran guided inquiry method (metode
inkuiri terbimbing).
c. Guru menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
d. Merancang tes untuk siklus I dan kunci jawabannya.
e. Menyiapkan lembar penilaian.
f. Membuat lembar observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran (ada 2
kali tatap muka) sesuai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yakni
tentang kemampuan penguasaan konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD
Negeri 2 Ampel, dengan menggunakan guide inquiry method (metode inkuiri
terbimbing), pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru kelas V dan diobservasi
oleh guru kelas VI.
Peneliti dalam tahap pelaksanaan ini menyusun langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Orientasi
Guru menjelaskan topik, tujuan dan penguasaan konsep gaya magnet
yang diharapkan dapat dicapai siswa. Guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran melalui guided inquiry method (metode inkuiri
terbimbing). Guru melakukan motivasi melalui percobaan.
2) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan masalah sesuai dengan topik
yang dibahas secara bersama-sama.
3) Siswa dibimbing untuk merumuskan hipotesis dari rumusan masalah
yang sudah dipilih.
4) Siswa dibimbing guru untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan.
5) Siswa dibimbing guru untuk menguji hipotesis yaitu menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil
pengujian hipotesis (eksperimen) dan guru menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi dilaksanakan oleh rekan sejawat dan guru kelas V
dengan instrumen pengamatan (aktivitas guru dan siswa). Observasi
diarahkan pada pedoman yang telah diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini aktivitas yang dilakukan adalah mengadakan refleksi dan
evaluasi dari kegiatan 1, 2, 3 bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I
menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep gaya magnet pada
siswa kelas V maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Jika pada siklus I
belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan penguasaan konsep
gaya magnet maka dilaksanakan siklus II, dan selanjutnya sampai penguasaan
konsep gaya magnet meningkat.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 6 : Model Penelitian Kemmis dan Taggart (Sumber: Kurt Lewin 2003 : 1)
Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Rencana siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V, yang mana masih
ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai rendah atau kurang dalam
mata pelajaran IPA. Data diperoleh dari dokumentasi hasil evaluasi
pembelajaran IPA meteri gaya magnet sebelum ada penelitian (lihat
lampiran 7). Ternyata setelah diteliti ada beberapa siswa yang belum
mampu menguasai konsep gaya magnet, sehingga dalam pembelajaran
IPA guru perlu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang
Rencana 1 Rencana 2
Refleksi 1 Tindakan 1 Refleksi 2 Tindakan 2
Observasi 1 Observasi 2
1
Siklus n
Rekomendasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sesuai dengan materi pembelajaran yakni guided inquiry approach
(metode inkuiri terbimbing).
Peneliti dalam tahap perencanaan ini menyusun langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pembelajaran (RPP) IPA dengan KD
mendiskripsikan pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu
benda. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran adalah
guided inquiry method.
2) Guru menyiapkan media yang diperlukan.
3) Merancang tes siklus I dan kunci jawabannya.
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran
sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yakni tentang
kemampuan penggunaan guided inquiry method (metode inkuiri
terbimbing). Guru mengajak siswa agar aktif dalam pemebelajaran
dengan melakukan kegiatan pembelajaran percobaan/penemuan, ini
dilakukan secara bergantian dan berulang-ulang sampai siswa yang belum
menguasai konsep gaya magnet dapat menguasai. Guru memberi
motivasi kepada semua siswa dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam menguasai konsep gaya magnet. Guru selalu mengamati
perkembangan kemajuan siswa dalam proses pembelajaran.
Peneliti dalam tahap pelaksanaan ini menyusun langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Orientasi.
Guru menjelaskan topik, tujuan dan penguasaan konsep gaya magnet
yang diharapkan dapat dicapai siswa. Guru menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran melalui guided inquiry method (metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
inkuiri terbimbing). Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi belajar
siswa.
2) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan masalah sesuai dengan
topik yang dibahas secara bersama-sama. Guru membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan mendorong siswa
untuk mencari jawaban yang tepat.
Misalnya : - Persoalan (percobaan)
Potongan kayu ranting/lidi yang sudah diisi
dengan isi stepler dibungkus kertas dan potongan
lidi tanpa diisi stepler dibungkus kertas
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Siswa diajak
berlomba untuk mengambil ranting dari dalam
tabung reaksi dengan menggunakan magnet.
- Perumusan masalah
“Mengapa potongan ranting yang dibungkus kertas
dapat ditarik dengan menggunakan magnet?”
“Mengapa ada potongan ranting yang dibungkus
kertas tidak tertarik oleh magnet?”
3) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan hipotesis. Siswa diberi
tugas untuk meneliti potongan ranting yang tertarik magnet dan
potongan ranting yang tidak tertarik magnet. Dari penelitian itu
diharapkan siswa mengetahui bahwa potongan ranting yang tertarik
magnet berisi besi/isi stepler dan potongan ranting yang tidak tertarik
magnet tidak berisi besi/isi stepler.
4) Siswa dibimbing guru untuk mengumpulkan data untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Guru menggali pendapat siswa dengan cara
siswa diminta mengemukakan pendapatnya terhadap hipotesis yang
telah dirumuskan. Semua pendapat siswa ditampung guru dan ditulis
di papan tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5) Siswa dibimbing guru untuk menguji hipotesis yaitu menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data dan dapat
dipertanggungjawabkan. Siwa melakukan percobaan lembar kerja
siswa atau eksperimen untuk menguji hipotesis (lampiran 5 dan
lampiran 6).
6) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan kesimpulan yaitu proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data (lembar kerja siswa) mana
yang relevan.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini guru mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan siswa dan guru pada waktu proses pembelajaran berlangsung,
sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah dapat menguasai konsep
gaya magnet dan apakah guru sudah menggunakan metode yang tepat
dalam pembelajaran IPA materi gaya magnet. Guru membandingkan hasil
evaluasi pembelajaran dan observasi (guru dan siswa) sebelum ada
tindakan dan siklus I.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil
pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian analis dilaksanakan
terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut
akan diperoleh suatu kesimpulan. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan
mengalami perbaikan apabila semakin banyak siswa yang mampu dan
tidak mengalami kesulitan dalam penguasaan konsep gaya magnet. Peran
guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran guided
inquiry method juga semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II, perencanaan tindakan kelas dikaitkan dengan hasil yang
telah ada pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum, sehingga
pelaksanaan penelitian ini tidak mengganggu jadwal pelajaran. Tujuan
penelitian adalah untuk mengatasi kesulitan belajar menguasai konsep gaya
magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel, maka sebelum melaksanakan
siklus II peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan
terutama metode pembelajaran guided inquiry method. Metode yang akan
digunakan pada siklus II ini harus lebih menarik. Pada siklus II guru
mempersiapkan materi pelajaran, dan metode pembelajaran yang digunakan
adalah guided inquiry method. Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan tes
kemampuan penguasaan konsep gaya magnet dan hasilnya dinilai oleh guru.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam
pembelajar IPA dengan menggunakan guided inquiry method. Dinyatakan
berhasil apabila telah mencapai target keberhasilan (KKM) 41% – 60%
dengan kriteria cukup, 61% – 80% dengan kriteria baik, dan 81% – 100%
dengan kriteria sangat baik.
Tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan (Planing )
Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dengan
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan guided inquiry
method. Dalam tindakan sebelumnya, materi yang disampaikan guru
adalah mengenai istilah gaya magnet dan benda-benda yang mengandung
bahan magnet. Guru selalu memantau dan mencatat perkembangan siswa
dalam belajar materi gaya magnet yaitu mengenai penggolongan benda-
benda magnet. Pada tahap ini menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan materi untuk siklus II berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran
IPA yang selama ini prestasi siswa dianggap rendah karena berada di
bawah KKM. Tindakan dalam penelitian ini berupa penerapan guided
inquiry method dalam proses pembelajaran. Setiap tindakan yang
dilakukan tersebut selalu diikuti dengan kegiatan pemantauan dan
evaluasi serta analisis dan refleksi.
Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui
apakah tindakan yang dilakukan telah dapat mengatasi permasalahan
yang ada. Selain itu peneliti juga melakukan observasi untuk
mengumpulkan data yang akan diolah untuk menentukan tindakan
berikutnya
Peneliti dalam tahap pelaksanaan ini menyusun langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Orientasi.
Guru menjelaskan topik, tujuan dan penguasaan konsep gaya magnet
yang diharapkan dapat dicapai siswa. Guru menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran melalui guided inquiry method (metode
inkuiri terbimbing). Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi belajar
siswa.
2) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan masalah sesuai dengan
topik yang dibahas secara bersama-sama. Guru membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan mendorong siswa
untuk mencari jawaban yang tepat.
Misalnya : - Persoalan (percobaan)
Guru meletakkan beberapa benda diatas meja
(misalnya peniti, sapu tangan, potongan kayu,
pensil, penghapus dan lain-lain). Siswa melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
percobaan , dekatkanlah magnet ke tiap benda (satu
persatu) dan kemudian catatlah hasilnya dalam
tabel percobaan, setelah itu lepaskanlah benda dan
letakan kembali di tempatnya. Isikan hasil
pengamatan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet.
No. Nama Benda Tertarik
Magnet
Tidak Tertarik
Magnet
1. Peniti
2. Paku payung
3. Klip kertas
4. Besi
5. Sapu tangan
6. Kertas
7. Karet penghapus
8. Pensil
9. Uang logam
10. Batu kerikil
- Perumusan masalah
“Mengapa ada beberapa benda yang tidak dapat
tertarik oleh magnet?” (seperti yang terjadi pada
percobaan).
“Mengapa benda-benda yang tertarik magnet
menempel pada ujung-ujung kutup magnet?”
3) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan hipotesis. Siswa diberi
tugas untuk meneliti benda-benda yang dapat ditarik magnet dan
benda-benda yang tidak tertarik magnet. Dari penelitian itu
diharapkan siswa mengetahui bahwa benda yang tertarik magnet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
termasuk benda magnetis dan benda-benda yang tidak tertarik
magnet termasuk benda non magnetis. Siswa juga diharapkan
mengetahui bahwa kekuatan magnet yang paling besar berada di
ujung-ujung kutupnya.
4) Siswa dibimbing guru untuk mengumpulkan data untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Guru menggali pendapat siswa dengan cara
siswa diminta mengemukakan pendapatnya terhadap hipotesis yang
telah dirumuskan. Semua pendapat siswa (kelompok) ditampung
guru dan ditulis di papan tulis.
5) Siswa dibimbing guru untuk menguji hipotesis yaitu menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data dan dapat
dipertanggungjawabkan. Siswa melakukan percobaan lembar kerja
siswa atau eksperimen untuk menguji hipotesis (lampiran 16 sampai
lampiran 22).
6) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan kesimpulan yaitu proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data (lembar kerja siswa) mana
yang relevan.
c. Observasi ( Observing )
Kegiatan observasi dilakukan untuk memonitor tindakan yang
terjadi di kelas. Dalam tahap ini peneliti mengadakan observasi sebagai
partisipasi pasif dimana peneliti berada di dalam lokasi penelitian namun
tidak berperan aktif dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Peneliti
hanya mengamati jalannya proses pembelajaran yang terjadi di dalam
kelas. Peneliti mencatat bagaimana keaktifan siswa, mencatat kelemahan
dan kelebihan proses pembelajaran yang telah berlangsung dan
mengobservasi penguasaan konsep gaya magnet. Peneliti juga menganalisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
hasil observasi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat mengenai peran
guru selama pembelajaran gaya magnet dengan metode guided inquiry
method berlangsung. Setelah data terkumpul, peneliti mengolah data
tersebut hingga dapat digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan
yang muncul. Guru membandingkan hasil evaluasi pembelajaran dan
observasi (guru dan siswa) sebelum ada tindakan, siklus I dan siklus II.
d. Tahap Refleksi ( Reflecting )
Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan apa yang dapat ditempuh, sehingga didapatkan suatu
solusi untuk semua permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa
dalam proses pembelajaran IPA. Pada tahap ini peneliti, guru, dan rekan
sejawat berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mengambil suatu
kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan penelitian. Dari hasil
penarikan kesimpulan ini, dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil
atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah
selanjutnya.
Guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi selama
pembelajaran untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Setiap akhir
pembelajaran selalu diadakan tes penguasaan konsep dan hasilnya dinilai
oleh guru untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam
pembelajaran IPA dengan menggunakan guided inquiry method. Dalam
pengolahan data yang berasal dari observasi dinyatakan berhasil apabila
telah mencapai target keberhasilan nilai ketuntasan 41% – 60% dengan
kriteria kurang (belum tuntas); 61% – 80% dengan kriteria cukup (belum
tuntas) dan 81% – 100% dengan kriteria baik (tuntas). Berdasarkan
refleksi tersebut, apabila kemampuan penguasaan konsep gaya magnet
kelas V SD belum menunjukkan peningkatan guru melaksanakan
pertemuan berikutnya yaitu siklus III, tetapi apabila sudah mencapai
KKM tidak dilaksanakan siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal (Pra-tindakan)
Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti mengumpulkan data
dan informasi tentang subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan antara
lain daftar nama siswa kelas V dan daftar hasil evaluasi IPA materi gaya
magnet.
Dari pengumpulan data daftar hasil evaluasi materi gaya magnet
semester II siswa kelas V, diperoleh dari 34 siswa, baru 16 siswa atau 47,05%
mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai sama dengan 60 atau nilai 60 ke
atas). Nilai yang diperoleh siswa berkisar antara 20 – 100 dengan nilai rata-
rata 59 (lihat lampiran 7). Perolehan nilai rata-rata siswa tersebut jauh dari
ketuntasan minimal hasil belajar yang telah ditentukan oleh guru kelas V SD
Negeri 2 Ampel.
Tabel 3 adalah daftar frekuensi nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 2 Ampel (lihat lampiran 7) :
Tabel 3. Frekuensi Nilai Evaluasi Sebelum Tindakan IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2
Ampel
Nilai Frekuensi Prosentase
0 - 20 1 2,94 %
21 - 40 3 8,82 %
41 - 60 17 50,00 %
61 - 80 9 26,47 %
81 - 100 4 11,77 %
Jumlah 34 100 %
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari tabel 3 dapat kita amati pada grafik histogram pada gambar 9
di bawah ini :
Gambar 7. Grafik Histogram Frekuensi Nilai Evaluasi sebelum
Tindakan IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel
Dari tabel 3 gambar 7 dapat kita lihat ada 1 anak atau 2,94 % yang
mendapat nilai antara 0 – 20, ada 3 anak atau 8,82 % yang mendapat nilai antara
21 – 40, ada 17 anak atau 50,00 % yang mendapat nilai antara 41 – 60, ada 9 anak
atau 26,47 % yang mendapat nilai antara 61 – 80 dan ada 4 anak atau 11,77 %
yang mendapat nilai antara 81 – 100.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal
pokok yang perlu diatasi, yaitu menumbuhkan minat siswa belajar IPA dengan
cara mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan
penguasaan konsep belajar siswa dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat
oleh guru yaitu dengan menerapkan metode guided inquiry method (metode
inkuiri terbimbing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Pelaksanaan Tindakan
1. Siklus I
a. Persiapan / Perencanaan tindakan I
Kegiatan persiapan dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 April 2011.
Pada tahap ini peneliti merencanakan pelaksanaan siklus I pertemuan
pertama pada hari Senin tanggal 2 Mei 2011 dan pertemuan ke dua hari
Selasa tanggal 3 Mei 2011 di ruang kelas V SD Negeri 2 Ampel
Kecamatan Ampel. Pertemuan direncanakan berlangsung 2 x 35 menit
setiap satu kali pertemuan dilaksanakan pada jadwal terstruktur. Langkah
peneliti antara lain adalah menyiapkan rencana pembelajaran IPA kelas V,
Kompetensi Dasar. 5. Mendiskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan
energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak, gaya magnet).
Setelah membuat rencana pembelajaran, peneliti mengkoordinasi
siswa untuk membawa alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pelaksanaan percobaan. Alat dan bahan dibawa sesuai jadwal
pelaksanaan siklus I. Alat dan bahan yang disiapkan antara lain magnet,
kertas, isi steples, batang ranting/lidi dan tabung reaksi. Peneliti juga
menyiapkan evaluasi beserta kunci jawabannya (lihat lampiran 3 dan 4),
evaluasi digunakan peneliti untuk mengukur sejauh mana keberhasilan
proses pembelajaran. Peneliti pun menyiapkan lembar observasi, untuk
mengamati proses pembelajaran
b. Pelaksanaan
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I pertemuan
pertama dilaksanakan hari Senin tanggal 2 Mei 2010 pada jadwal
terstruktur yaitu pukul 07.15 – 08.25. Pertemuan kedua dilaksanakan hari
Selasa tanggal 3 Mei 2011 pada jadwal terstruktur yaitu pukul 09.15 –
10.25. Pelaksanaan dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri 2 Ampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Langkah-langkah yang dilakukan guru selama proses pembelajaran
sebagai berikut (lihat lampiran 2) :
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam;
2) Guru membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi, kenapa
jarum bisa menempel paa ujung gunting jahit?;
3) Anak menjawab pertanyaan dari guru sebagai respon;
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, siswa
memperhatikan;
5) Guru menyiapkan bahan percobaan/demonstrasi;
6) Guru mengkoordinasikan siswa untuk melakukan percobaan, siswa
mempersiapkan diri;
7) Guru memunculkan masalah sebagai awal penerapan metode
guided inquiry method. “Mengapa ada bungkusan kertas yang dapat
tertarik magnet dan ada bungkusan kertas yang tidak dapat tertarik
magnet?”. Siswa menjawab pertanyaan guru sebagai rumusan
masalah;
8) Guru membagikan lembar kegiatan yang berisi petunjuk
pelaksanaan percobaan untuk penemuan, kemudian menugaskan
siswa untuk melaksanakannya (lihat lampiran 5). Dalam
pelaksanaan kegiatan percobaan, guru memberi bimbingan;
9) Siswa melaksanakan kegiatan percobaan sesuai lembar kegiatan
(lihat lampiran 5) dengan bantuan dan bimbingan guru.
(Pelaksanaan percobaan merupakan penerapan metode guided
inquiry method digunakan untuk menguji jawaban sementara);
10) Guru menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang ada di dalam
lembar kegiatan dan mencatat hasil percobaan;
11) Setelah dicatat oleh anak-anak, kemudian guru menugaskan anak-
anak untuk mendiskusikan hasil percobaan. (Kegiatan metode
guided inquiry method menarik kesimpulan);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
12) Setelah berdiskusi, atas perintah guru, kemudian salah satu siswa
perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan hasil
diskusinya dimuka, siswa yang lain memperhatikan;
13) Setelah selesai dilaporkan, kemudian guru dan siswa secara
bersama-sama bertanya jawab untuk menarik kesimpulan;
14) Langkah terakhir guru adalah mengadakan evaluasi untuk
mengukur keberhasilan yang dicapai siswa. Tes yang diberikan
adalah tes tertulis bentuk tagihan uraian (lihat lampiran 3).
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran IPA
berlangsung. Kegiatan observasi difokuskan pada pelaksanaan
pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru mengamati jalannya
pembelajaran.
Hasil observasi kegitan siswa yang dilakukan guru selama proses
pembelajaran (lihat lampiran 10) sebagai berikut:
1) Kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan
percobaan yang disiapkan oleh siswa hasilnya, cukup.
2) Keruntutan langkah-langkah siswa dalam melakukan percobaan
hasilnya, kurang.
3) Keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan percobaan, hasilnya
kurang.
4) Keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapat ketika berdiskusi,
hasilnya cukup.
5) Kesimpulan akhir hasil percobaan, hasilnya kurang.
6) Dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru, rata-rata aktivitas
siswa pada siklus I masih kurang (66%).
Observasi kegiatan guru dalam pembelajaran difokuskan pada
kegiatan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
observsi dilakukan oleh rekan sejawat (Guru yang lain). Dalam hal ini,
rekan sejawat mengamati kegiatan pembelajaran.
Hasil observasi kegiatan guru yang dilakukan rekan sejawat selama
proses pembelajaran (lihat lampiran 11) sebagai berikut :
1) Memberikan informasi pembelajaran secara tepat, hasilnya baik.
2) Menggunakan berbagai sumber, hasilnya sangat baik.
3) Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan, hasilnya
baik.
4) Penuh perhatian kepada siswa, hasilnya baik.
5) Memberikan motivasi kepada siswa (individu), hasilnya cukup.
6) Memberikan motivasi dalam pembelajaran gaya magnet, hasilnya
baik.
7) Menggunaan multi metode, hasilnya sangat baik.
8) Melakukan penilaian proses, hasilnya sangat baik.
9) Melakukan penilaian hasil belajar/tes formatif, hasilnya sangat
baik.
10) Memberikan tindak lanjut setelah pembelajaran selesai, hasilnya
baik.
11) Dari hasil observasi yang dilakukan rekan sejawat, dihasilkan rata-
rata kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran baik, namun
perlu adanya peningkatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil observasi dari siklus I
antara lain:
1) Masih ada kelompok yang belum lengkap alat dan bahan untuk
pelaksanaan percobaan. Hal itu mengakibatkan pelaksanaan
percobaan sedikit terhambat, karena kelompok tersebut harus
menunggu kelompok lain melaksanakan percobaan terlebih dahulu,
baru kelompok tersebut melaksanakan percobaan sendiri. Hal ini
juga mengakibatkan memperpanjang waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2) Masih ada beberapa kelompok yang bingung dalam melaksanakan
langkah-langkah yang tertera dalam lembar kegiatan. Hal ini
disebabkan kurangnya bimbingan dan perhatian guru terhadap
siswa. Hasil dari kegiatan observasi akan dianalisis, untuk
menentukan langkah berikutnya yang akan ditempuh.
3) Kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran sudah baik,
namun perlu adanya peningkatan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Secara keseluruhan pencapaian ketuntasan belajar yang dicapai
siswa pada siklus I masih kurang. (lihat lampiran 10). Kegiatan yang
dilaksanakan guru rata-rata baik tetapi masih diperlukan peningkatan
(lihat lampiran 11).
d. Refleksi Siklus I
1) Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I (lihat lampiran 10)
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih menghadapi berbagai
kendala, antara lain :
a) Masih ada kelompok yang belum lengkap alat dan bahannya
untuk melaksanakan percobaan.
b) Masih ada kelompok yang bingung dalam mengikuti langkah-
langkah yang tertera dalam lembar kegiatan.
c) Masih ada beberapa anak yang belum aktif dalam pelaksanaan
percobaan.
d) Ketika pelaksanaan diskusi, ada beberapa anak yang tidak aktif
menyampaikan pendapatnya.
e) Dalam menyimpulkan hasil percobaan, ada salah satu
kelompok yang kesulitan dalam menyimpulkan.
Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan
percobaan pada siklus I dapat dilihat dari tabel 4 bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4. Prosentase hasil observasi siswa siklus I
No Kegiatan siswa Prosentase
1. Kelengkapan menyiapkan alat dan bahan
percobaan
70 %
2. Keruntutan langkah-langkah dalam
pelaksanaan kegiatan percobaan
60 %
3. Keaktifan siswa selama melaksanakan
kegiatan percobaan
70 %
4. Keaktifan siswa dalam mengutarakan
pendapat saat berdiskusi
60 %
5. Kesimpulan akhir sesuai percobaan 70 %
Rata-rata prosentase kegiatan siswa 66 %
Kesimpulan Kurang
Dari tabel 4 dapat kita amati pada grafik histogram pada
gambar 8 di bawah ini :
55%
60%
65%
70%
Aktif menyiapkan
alat
Keruntutan
langkah
Keaktifan
melakukan
kegiatan
Keruntutan
mengungkapkan
pendapat
Kesimpulan akhir
70%
60%
70%
60%
70%
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e
Kegiatan siswa
Gambar 8. Grafik Histogram Prosentase Hasil Observasi
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan pelaksanaan siklus I kegiatan evaluasi hasil
belajar (lihat lampiran 8) diperoleh data dalam tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Frekuensi Nilai IPA Siklus I Siswa Kelas V
Nilai Frekuensi Prosentase
0 - 20 0 0 %
21 - 40 4 11,77 %
41 - 60 8 23,53 %
61 - 80 14 41.2 %
81 - 100 8 23.5 %
Jumlah 34 100 %
Dari tabel 5 dapat kita amati pada grafik histogram nilai IPA
siklus I pada gambar 9 di bawah ini :
0
2
4
6
8
10
12
14
0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100
0
4
8
14
8
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Nilai
Gambar 9. Grafik Histogram Frekuensi Nilai IPA Siklus I
pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Dari tabel 5 dan grafik gambar 10 di atas dapat kita lihat ada
0 anak atau 0,00 % yang mendapat nilai antara 0 – 20, ada 4 anak
atau 11,77% yang mendapat nilai antara 21 – 40, ada 8 anak atau
23,53% yang mendapat nilai antara 41 – 60 dan ada 14 anak atau
41,17% yang mendapat nilai antara 61 – 80 dan ada 8 anak atau
23,53% yang mendapat nilai 81 – 100.
Dari daftar nilai siklus I (lihat lampiran 8) juga dapat kita
lihat baru 24 anak atau 70,59% yang mengalami keberhasilan
belajar. Nilai anak tersebut telah sesuai atau diatas nilai 60.
Sedangkan 10 anak dari 34 anak atau 29,41 % belum berhasil.
Karena nilai anak berada di bawah nilai 60.
2) Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I (lihat lampiran 11)
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih menghadapi
berbagai kendala, antara lain :
a) Guru dalam memberikan informasi/menjelaskan pembelajaran
sudah baik namun perlu adanya peningkatan.
b) Guru sudah menggunakan berbagai sumber dengan cangat
baik.
c) Guru sudah menggunakan waktu dengan baik, namun perlu
adanya peningkatan dalam penggunaan waktu agar sesuai
dengan perencanaan.
d) Guru sudah memberikan perhatian pada siswa dengan baik,
namun perlu adanya peningkatan.
e) Guru dalam memberikan motivasi pada individu sudah cukup,
namun perlu adanya peningkatan.
f) Guru dalam memberikan motivasi terhadap kelompok sudah
cukup, namun peru adanya peningkatan.
g) Guru sudah menggunakan multi metode dalam proses
pembelajaran dengan sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
h) Guru sudah melakukan penilaian proses dengan sangat baik.
i) Guru sudah melakukan peilaian hasil pelajar penguasaan
konsep gaya magnet dengan sangat baik.
j) Guru dalam memberikan tindak lanjut sudah baik, namun perlu
adanya peningkatan.
k) Dari daftar hasil observasi kegiatan guru secara keseluruhan
sudah baik, namun perlu adanya peningkatan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Hasil dari refleksi siklus I maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan peneliti belum tercapai. Tujuan penelitian yaitu 80% siswa
kelas V mendapat nilai minimal 60, karena pada siklus I ini baru
70,59% yang mendapat nilai 60 atau di atas nilai 60 (berhasil),
sehingga peneliti mengambil langkah untuk melaksanakan siklus II.
3. Siklus II
a. Persiapan / Perencanaan Tindakan II
Berdasarkan hasil refleksi siklus II, maka peneliti akan
melaksanakan siklus II. Siklus II dilaksanakan hari Senin tanggal 9 Mei
2011 untuk pertemuan pertama dan Senin 16 Mei 2011 untuk pertemuan
ke dua, mengingat SD Negeri sedang melaksanakan Ujian Akhir
Nasional kelas VI, dimana guru kelas V mendapat tugas untuk menjadi
pengawas Ujian Akhir Nasional, selain hal itu mengingat awal bulan Juni
2011 akan diadakan ulangan umum kenaikan kelas, maka peneliti segera
melaksanakan siklus II.
Langkah peneliti paling awal adalah menyiapkan Rencana
Pembelajaran IPA Kelas V Kompetensi Dasar 5. Mendiskripsikan
hubungan antara gaya, gerak, dan energi dengan percobaan (lihat
lampiran 13). Guru menyiapkan lembar kegiatan untuk melaksanakan
percobaan siklus II (tidak lupa guru menyiapkan soal evaluasi beserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kunci jawaban (lihat lampiran 14) dan lembar observasi siswa (lihat
lampiran 26) untuk pengamatan jalannya proses pembelajaran.
Untuk perbaikan siklus II, guru harus belajar untuk menerima
simpulan dan jawaban yang disampaikan siswa. Dalam proses
pembelajaran, guru harus senantiasa memberi penguatan sehingga anak
merasa senang dan bangga terhadap dirinya sendiri atas jawaban dan
simpulan yang telah disampaikan.
b. Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan rencana peneliti dengan berbagai pertimbangan,
siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Mei
2011 pukul 07.15 – 08.25 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 16 Mei 2011 pukul 07.15 – 08.25 di ruang kelas V SD
Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan
pada jadwal terstruktur dalam waktu 2 x 35 menit setiap satu kali
pertemuan (lihat lampiran 13).
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan siklus
II ini antara lain :
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam;
2) Guru mengulang materi yang telah lampau yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan sekarang, antara lain benda magnetis
dan benda non magnetis dan hal-hal yang berhubungan dengan
gaya magnet;
3) Guru melakukan apersepsi untuk siswa “Siapa yang pernah melihat
jarum menempel pada gunting jahit? Mengapa bisa menempel?"”
siswa menjawab sebagai respon dari pertanyaan yang diajukan
guru;
4) Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dari proses
pembelajaran;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
5) Guru mengkoordinasikan siswa untuk berkelompok sesuai
kelompoknya, siswa pun berkelompok sesuai kelompoknya;
6) Guru mengkoordinasikan siswa untuk menyiapkan alat dan bahan
untuk melaksanakan percobaan. Siswa menyiapkan;
7) Guru memunculkan masalah, sebagai awal dilaksanakannya metode
guided inquiry method merumuskan masalah, “Mengapa ada benda
yang menempel pada magnet? Benda apa sajakah yang tidak
menempel pada magnet? Mengapa? Mengapa benda yang
menempel berada diujung magnet bukan ditengah bagian
magnet?”;
8) Siswa menjawab pertanyaan guru sebagai hipotesis (jawaban
sementara);
9) Siswa berkelompok membuat rancangan percobaan untuk menguji
hasil hipotesis
10) Untuk menguji hipotesis tersebut, guru membagikan lembar
kegiatan siswa yang sudah dirancang oleh siswa untuk
melaksanakan percobaannya (lihat lampiran 16-22);
11) Siswa melaksanakan percobaan sesuai langkah-langkah dalam
lembar kegiatan siswa. Kegiatan percobaan dilaksanakan untuk
menguji jawaban sementara (kegiatan penerapan metode guided
inquiry method menguji jawaban sementara);
12) Guru menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam
lembar kegiatan siswa untuk memudahkan siswa dalam menarik
kesimpulan;
13) Siswa menjawab pertanyaan dalam lembar kegiatan dan
mendiskusikannya untuk menarik kesimpulan (kegiatan penerapan
metode guided inquiry method menarik kesimpulan);
14) Setelah siswa berhasil menarik kesimpulan, lalu siswa perwakilan
dari masing-masing kelompok melaporkan hasilnya ke muka kelas.
Sedangkan siswa yang lain memperhatikan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
15) Setelah siswa selesai melaporkan, guru dan siswa bertaya jawab
untuk menarik kesimpulan secara bersama-sama, siswa mencatat
kesimpulan;
16) Sebagai langkah akhir dari pelaksanaan proses pembelajaran adalah
guru mengadakan evaluasi (lihat lampiran 14). Teknik tes yang
diberikan adalah tertulis, bentuk tagihan tes adalah pilihan ganda.
Dalam pelaksanaan Siklus II ini guru sering memberi penguatan
bagi siswanya sebagai perbaikan dari siklus II, sehingga siswa merasa
senang dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan percobaan,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu penguasaan konsep
gaya magnet.
c. Observasi
Hal-hal yang di observasi pada siklus II ini, sama dengan hal-hal
yang diobservasi pada siklus I, yaitu bagaimana jalannya proses
pembelajaran. Guru mengamati bagaimana persiapan siswa, bagaimana
keruntutan langkah-langkah siswa dalam pelaksanaan percobaan,
bagaimana keaktifan siswa dalam berdiskusi untuk menarik kesimpulan
dan bagaimana hasil kesimpulan yang diperoleh dari diskusi.
Kegiatan observasi pada siklus II ini dilaksanakan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas keaktifan siswa telah banyak
mengalami berbagai kemajuan.
Hasil observasi kegiatan siswa yang dilakukan guru (lihat
lampiran 26) sebagai berikut :
1) Kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan
percobaan telah siap semua.
2) Langkah-langkah percobaan yang ditempuh siswa telah sesuai
dengan lembar kegiatan. Bahkan ada kelompok yang menempuh
langkah-langkah tersebut tanpa menunggu bimbingan dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3) Siswa telah terlibat aktif semua, masing-masing siswa mendapat
tugas sendiri-sendiri dari ketua kelompok.
4) Siswa juga telah aktif dalam berdiskusi dan berani menguatarakn
pendapatnya tentang hasil kegiatan.
5) Siswa juga aktif menarik kesimpulan sesuai dengan hasil
percobaan. Siswa terlihat antusias karena mereka yang merancang
sendiri percobaan, ikut mengamati, memperhatikan dan ikut
melaksanakan percobaan, sehingga lebih mudah untuk menarik
kesimpulan.
6) Siswa terlihat bersemangat karena sering mendapat penguatan dari
guru. Siswa tidak lagi merasa minder dan takut meminta bantuan
dari guru, banyak siswa yang mengajukan pertanyaan. Dari
pengamatan yang dilakukan guru, rata-rata kegiatan pembelajaran
pada siklus II sudah mengalami peningkatan dan sangat baik.
Pada siklus II aktivitas guru dalam pembelajaran juga mengalami
peningkatan. Observasi kegiatan guru dalam pembelajaran difokuskan
pada kegiatan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan observsi dilakukan oleh rekan sejawat (Guru yang lain).
Hasil observasi rekan sejawat kegiatan pembelajaran (lihat
lampiran 28) sebagai berikut:.
1) Kegiatan guru dalam memberikan informasi pembelajaran secara
tepat dan jelas.
2) Guru sudah menggunakan sumber-sumber pembelajaran dari
berbagai sumber.
3) Guru sudah tepat menggunakan waktu pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu.
4) Guru sudah memberikan perhatian kepada siswa, yaitu
membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran
(percobaan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
5) Guru sudah memberikan motivasi pada siswa secara individu.
6) Guru sudah memberikan motivasi pembelajaran gaya magnet
sehingga siswa tertarik mengikuti proses pembelajaran.
7) Guru sudah menggunakan beberapa jenis media dalam
pembelajaran gaya magnet.
8) Guru sudah melakukan penilaian proses pembelajaran pada waktu
siswa melakukan percobaan.
9) Guru sudah melakukan kegiatan penilaian hasil belajar.
10) Guru sudah memberikan tindak lanjut dengan memberikan
penugasan siswa, yaitu siswa membuat kliping tentang benda-
benda yang menggunakan magnet.
11) Dari pengamatan yang dilakukan rekan sejawat, dihasilkan rata-rata
kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran sudah
mengalami peningkatan dan sangat baik.
Dalam pelaksanaan siklus II ini mulai tampak keberhasilan dari
kegiatan penelitian. Siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa terlihat antusias, senang, dan bersemangat dalam proses
pembelajaran. Kegiatan guru sudah lebih baik dalam memberikan
bimbingan kepada siswa sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang
digunakan yaitu guided inquiry method. Hasil observasi akan dianalisis
oleh peneliti untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil
oleh peneliti.
d. Refleksi
1) Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II (lihat lampiran 26)
Dari kegiatan observasi yang dilakukan guru, telah tampak
keberhasilan dari penelitian, yaitu :.
a) Dalam pelaksanaan persiapan alat dan bahan percobaan, siswa
telah menyiapkannya dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b) Dalam kegiatan pelaksanaan percobaan siswa telah
melaksanakan percobaan sesuai langkah-langkah dalam lembar
kegiatan dan siswa bisa menyimpulkan hasil percobaan dengan
baik dan tepat.
c) Siswa telah aktif dalam melaksanakan kegiatan percobaan,
masing-masing siswa melaksanakan tugas dan kewajibannya
dalam melaksanakan percobaan.
d) Siswa aktif mengutarakan pendapat dalam diskusi, siswa
tampak senang dan bersemangat dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
e) Siswa sudah mampu merumuskan kesimpulan sesuai dengan
hasil pengujian hipotesis dan mampu menunjukkan data yang
relevan.
Adapun prosentase hasil observasi dari siklus II dapat dilihat
dari tabel 6 bawah ini :
Tabel 6. Prosentase hasil observasi siklus II
No Kegiatan siswa Prosentase
1. Kelengkapan menyiapkan alat dan
bahan percobaan
90 %
2. Keruntutan langkah-langkah dalam
pelaksanaan kegiatan percobaan
80 %
3. Keaktifan siswa selama melaksanakan
kegiatan percobaan
90 %
4. Keaktifan siswa dalam mengutarakan
pendapat saat berdiskusi
80 %
5. Kesimpulan akhir sesuai percobaan 80 %
Rata-rata prosentase kegiatan siswa 84 %
Kesimpulan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari tabel 6 dapat pula kita amati pada grafik histogram
pada gambar 10 di bawah ini :
75%
80%
85%
90%
Aktif menyiapkan
alat
Keruntutan
langkah
Keaktifan
melakukan
kegiatan
Keruntutan
mengungkapkan
pendapat
Kesimpulan
akhir
90%
80%
90%
80% 80%
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e
Kegiatan siswa
Gambar 10. Grafik Histogram Prosentase Hasil Observasi
Siklus II
Berdasarkan pelaksanaan siklus II kegiatan evaluasi hasil
belajar (lihat lampiran 24) diperoleh data dalam tabel 7 di bawah
ini:
Tabel 7. Frekuensi Nilai IPA Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel
Nilai Frekuensi Prosentase
0 - 20 0 0,00 %
21 - 40 0 0,00 %
41 - 60 3 8,82 %
61 - 80 15 44,12 %
81 - 100 16 47,06 %
Jumlah 34 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Dari tabel 7 dapat pula kita amati pada grafik histogram
nilai IPA siklus II pada gambar 11 di bawah ini :
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100
0 03
15 16
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Nilai
Gambar 11. Grafik Histogram Frekuensi Nilai IPA Siklus II
pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel
Dari tabel 7 dan grafik 12 dapat kita amati ada 3 anak atau
8,82 % yang mendapat nilai antara 41 – 60, ada 15 anak atau
44,12% yang mendapat nilai antara 61 – 80 dan ada 16 anak atau
47,06% yang mendapat nilai antara 81 – 100. Tidak ada anak yang
mendapat nilai antara 0 – 20 dan 21 – 40.
Dari daftar nilai siklus II (lihat lampiran 25) dapat kita lihat
bahwa ada 31 anak atau 91,18 % yang mendapat nilai sama dengan
atau di atas 60, hanya 3 anak yang mendapai nilai di bawah 60 atau
8,82 %. Dari pelaksanaan siklus I dan siklus II telah mengalami
kenaikan perbaikan 20,59 %
2) Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II (lihat lampiran 27)
Dari hasil observasi kegiatan guru yang dilaksanakan oleh teman
sejawat, telah menunjukkan adanya peningkatan perbaikan aktivitas
guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
tugas dan perannya sebagai fasilisator dengan baik, yaitu :
a) Guru dalam memberikan informasi/menjelaskan pembelajaran
sudah sangat baik.
b) Guru sudah sangat baik menggunakan berbagai sumber
pembelajaran
c) Guru sudah menggunakan waktu sesuai dengan alokasi dalam
perencanaan dengan sangat baik.
d) Guru sudah memberikan perhatian pada siswa dengan sangat
baik.
e) Guru dalam memberikan motivasi pada individu sudah sangat
baik.
f) Guru dalam memberikan motivasi terhadap kelompok sudah
cukup, namun peru adanya peningkatan.
g) Guru sudah sangat baik menggunakan multi metode dalam
pembelajaran, walaupun penekanannya masih pada metode
guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing)
h) Guru sudah melakukan penilaian proses pembelajaran sesuai
indikator dengan sangat baik.
i) Guru sudah melakukan penilaian hasil evaluasi dengan sangat
baik sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
j) Guru dalam memberikan tindak lanjut/penugasan sudah sangat
baik.
k) Dari daftar hasil observasi kegiatan guru secara keseluruhan
sudah sangat baik dan tujuan pembelajaran telah tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini telah
tercapai yaitu 91,18% siswa mendapat nilai minimal 60
(penguasaan konsep gaya magnet meningkat). Aktivitas guru juga
sudah mengalami peningkatan, maka peneliti menghentikan siklus
sampai siklus II ini, karena menganggap tujuanya telah tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan penguasaan konsep belajar yang tampak dari perolehan hasil
evaluasi dan keaktifan siswa. Penelitian yang dilakukan peneliti meliputi siklus I
dan siklus II.
Data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet sebelum penelitian,
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tebel 8 di bawah ini :
Tabel 8. Data Perbandingan Nilai Tes Penguasaan Konsep Gaya Magnet sebelum
Penelitian, Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel.
No Interval
Nilai
Nilai awal Siklus I Siklus II
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
1. 0 - 20 1 2,94 % 0 0 % 0 0,00 %
2. 21 - 40 3 8,82 % 4 11,77 % 0 0,00 %
3. 41 - 60 17 50,00 % 8 23,53 % 3 8,82 %
4. 61 - 80 9 26,47 % 14 41.2 % 15 44,12 %
5. 81 - 100 4 11,77 % 8 23.5 % 16 47,06 %
Total 34 100 % 34 100 % 34 100 %
Data perbandingan nilai tes penguasaan konsep gaya magnet sebelum
penelitian, siklus I dan siklus II siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel dapat diamati
pada grafik histogram gambar 12 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100
1
3
17
9
4
0
4
8
14
8
0 0
3
1516
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Gambar 12. Grafik Data Perbandingan Nilai Tes Penguasaan Konsep
Gaya Magnet sebelum Penelitian, Siklus I dan Siklus II
Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel.
Berdasarkan tabel 8 dan gambar 12 di atas dapat dilihat adanya hubungan
antar siklus yaitu mengenai penguasaan konsep gaya magnet yang semakin
meningkat dari sebelum diadakan tindakan sampai setelah diadakan tindakan.
Peningkatan penguasaan konsep gaya magnet tersebut dapat terjadi karena di
dalam pembelajaran guru menggunakan guided inquiry method (metode inkuiri
terbimbing).
Peningkatan penguasaan konsep gaya magnet dari sebelum diadakan
penelitian, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 9. Data Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet sebelum Penelitian, Siklus I
dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel.
Keterangan Sebelum
Penelitian
Siklus I Siklus II
Nilai Terendah 20 30 50
Nilai Tertinggi 95 95 100
Nilai Rata-rata 59 66 80,6
Siswa Belajar Tuntas 47,05 %
(16 siswa)
70,59 %
(24 siswa)
91,18 %
(31 siswa)
Data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet sebelum penelitian,
siklus I dan siklus II siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel dapat diamati pada grafik
histogram gambar 13 di bawah ini :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai terendah Nilai Tertinggi Nilai rata-rata Siswa belajar tuntas
20
95
59
47,05
30
95
66
52,9550
100
80,6
91,18
Sebelum ada tindakan Siklus I Siklus 2
Gambar 13. Grafik Data Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya
Magnet sebelum Penelitian, Siklus I dan Siklus II Siswa
Kelas V SD Negeri 2 Ampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari tabel 9 dan grafik gambar 13 di atas dapat kita lihat bahwa nilai
terendah yang diperoleh siswa pada tes sebelum penelitian adalah 20, pada siklus I
naik menjadi 30 dan pada siklus II naik lagi menjadi 50. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada tes sebelum penelitian adalah 95, pada siklus I nilai sama
yaitu 95 dan pada siklus II naik lagi menjadi 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi
peningkatan yaitu pada tes sebelum penelitian adalah 59, pada siklus I naik
menjadi 66 dan pada siklus II naik lagi menjadi 80,6. Untuk siswa tuntas belajar
(nilai ketuntasan 60) pada tes sebelum penelitian adalah sebanyak 16 siswa atau
47,05 %, pada siklus I sebanyak 24 siswa atau 70,59 % dan pada siklus II
sebanyak 31 siswa atau 91,18 % dari 34 siswa.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep
gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel meningkat yang ditandai
dengan peningkatan tes hasil belajar. Dengan demikian penggunaan guided
inquiry method dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya
magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
2 siklus dengan menerapkan metode guided inquiry method dalam pembelajaran
IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel, dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut : Penerapan metode guided inquiry method dapat
meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel.
Hal ini dilihat dari prosentase per siklus kenaikan penguasaan konsep IPA siswa
kelas V dari siklus I sampai siklus II. Pada pembelajaran sebelum ada tindakan
siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 16 anak atau 47,37%, pada siklus I
siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 24 anak atau 70,59% dari 34 siswa,
dan siklus II siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 31 anak atau 91,18% dari
34 anak. Nilai siswa sebelum tindakan kemudian dilaksanakan siklus I mengalami
prosentase kenaikan 23,54 %; dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus II
mengalami prosentase kenaikan 20,69 %.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan metode guided inquiry method dalam
pelaksanaan proses pembelajaran IPA. Model yang dipakai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah model siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari
2 siklus. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Mei
2011, indikator 5.1. Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan
non magnetis, 5.2. Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus
beberapa benda melalui percobaan. Siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 3 Mei 2011, indikator 5.3. Mengidentifikasi sifat kutub
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
magnet melalui percobaan, 5.4. Memberi contoh kegunaan magnet dalam
kehidupan sehari-hari, 5.5. Cara membuat magnet. Siklus II pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Mei 2011 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Mei 2011, indikator 5.1.
Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan non magnetis, 5.2.
Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui
percobaan, 5.3. Mengidentifikasi sifat kutub magnet melalui percobaan, 5.4.
Memberi contoh kegunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari, 5.5. Cara
membuat magnet. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan,
yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan.
Perencanaan ini memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus
sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan penguasaan
konsep belajar siswa. Hal ini didasarkan pada analisis perkembangan dari siklus I
sampai siklus II.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk
membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Disamping itu,
perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga
dan meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa. Pembelajaran dengan
menggunakan metode guided inquiry method pada hakikatnya dapat digunakan
dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis,
terutama untuk mengatasi masalah peningkatan penguasaan konsep belajar siswa,
yang pada umumnya demiliki oleh sebagian besar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan siklus I dan II juga dapat kita
amati adanya perubahan kenaikan prosentase dalam menyiapkan alat dan bahan,
keruntutan langkah-langkah siswa dalam melaksanakan percobaan, keaktifan
siswa dalam melaksanakan kegiatan percobaan, keaktifan siswa ketika berdiskusi
dan hasil akhir atau simpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup
skripsi ini, antara lain :
1. Bagi guru
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung
pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya
berpengaruh pada proses dan hasil belajar IPA siswa. Guru juga harus
memahami dan memvariasikan metode yang sesuai dengan materi yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan.
2. Bagi siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar
sehingga dapat memperoleh prestasi yang diharapkan.
3. Bagi sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai media pembelajaran
IPA, baik bantuan maupun swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang dalam
penguasaan konsep-konsep belajar IPA secara lebih nyata sekaligus
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
4. Bagi orang tua
Peran serta orang tua dalam meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa
sangat diperlukan, apapun usaha guru tidak akan berhasil secara optimal
apabila tidak ada bimbingan orang tua di rumah, masukan, informasi tentang
kemajuan dan kekurangan siswa yang bersangkutan. Oleh karena peran serta
orang tua sangatlah diperlukan guna menunjang keberhasilan pendidikan
anak, untuk itu kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan
sekolah harus selalu dibina.