EDITOR: DR. IR. H. ROIKHAN M.A., M.M
Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Penduduk, Pembiayaan
Perbankan Syariah, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Deposito
Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2015-2019
OLEH : LUTHFI HILMAN SYAH
i
Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Penduduk, Pembiayaan
Perbankan Syariah, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap
Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2015-2019
Penelitian untuk Tesis Magister Perbankan Syariah
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Master Ekonomi (M.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Diajukan Oleh:
Luthfi Hilman Syah
NIM 21170850000024
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang
berjudul: Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Penduduk,
Pembiayaan Perbankan Syariah, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi
Terhadap Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2015-2019. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan dan untuk menempuh ujian kelulusan Magister
Ekonomi (M.E.) pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ucapan terima kasih teristimewa
dan rasa hormat yang mendalam penulis sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta Bapak Drs. Yayang
Jamaludin. MM dan Ibunda tercinta Dra. Roziah, serta kedua mertua
penulis, Bapak Masroeri dan Ibu Ranti yang senantiasa mendoakan dan
memberi dukungan.
2. Istri penulis Yunie Fitriani dan tiga anak penulis Alya Nur Hibatullah,
Qanita Nur Ramadhana dan Fathiya Hasna Ramadhani yang selalu
menjadi inspirasi agar terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
3. Ibu Prof. Amany Burhanudin Lubis Lc., MA Selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin., S.E. Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Nur Hidayah, MA, Ph.D selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan arahan kepada penulis
dalam menjalankan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Ir. H. Roikhan M.A., MM selaku pembimbing yang selalu
memberikan arahan kepada penulis dalam menjalankan pendidikan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen yang selama ini memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan
ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada rekan pejuang tesis Pak Ivan Yuki Gautama dan A. Nur Hikmah
N.
9. Teman-teman Magister Perbankan Syariah terima kasih atas waktu dan
kebersamaannya yang telah kita mulai sejak awal perkuliahan.
iii
iv
v
vi
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Perbankan Syariah, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap
Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2015-2019
Diajukan Oleh:
LUTHFI HILMAN SYAH
NIM 21170850000024
Disetujui Oleh:
Dr. Ir. H. Roikhan M.A., M.M.
NIP. 9903017434
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Nur Hidayah, M.A., Ph.D.
NIP. 197610312001122002
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh faktor–faktor yang
mempengaruhi deposito mudharabah dengan inflasi sebagai variabel
mediator. Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder runtut
waktu dari tahun 2015-2019. Model penelitian menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan teknik analisa data menggunakan analisis jalur.
Pengolahan data menggunakan software IBM SPSS versi 20 serta IBM
AMOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap US$
& jumlah penduduk memiliki pengaruh positif. Sedangkan nilai jumlah uang
beredar dan pembiayaan perbankan syariah berpengaruh negatif. Untuk
pengaruh tidak langsung (indirect effects), nilai tukar, pembiayaan perbankan
syariah dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh tidak langsung yang
positif. Variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh tidak langsung yang
negatif. Variabel eksogen mempengaruhi (determinan) terhadap variabel
endogen secara langsung sebesar 23,7%. Variabel eksogen mempengaruhi
(determinan) terhadap variabel mediator sebesar 70%.
Kata kunci : Pengaruh, Eksogen, Inflasi, Deposito Mudharabah
viii
خصمل
كرغش انرضخى يع انضاستح دائع عه انؤثشج انعايم ذأثش نرحهم انذساسح ز أخشد
سرخذو. 5102-5102 ي صيح سهسهح يع ثاح تااخ انثااخ خع ذقح ذسرخذو. سط
انثااخ يعاندح. انساس ذحهم تاسرخذاو انكح انصفح انثااخ ذحهم ذقاخ انثحث رج
تشايح تاسرخذاو IBM SPSS 51 الإصذاس IBM AMOS. سعش أ انرائح أظشخ
انقذ انعشض قح أ ح ف. إدات أثش ن كا انسكا انذلاس يقاتم انشتح صشف
سعش فئ ، انثاششج غش نلآثاس تانسثح. سهث ذأثش نا الإسلاي انصشف انرم
يرغش. يثاشش غش إدات ذأثش نا انقد عشض الإسلاي انصشف انرم انصشف
انرغشاخ عه( حذداخان) انخاسخح انرغشاخ ذؤثش. يثاشش غش سهث ذأثش ن انسكا
تسثح انسط انرغش عه( انحذد) انخاسخح انرغشاخ ذؤثش. ٪2..5 تسثح يثاششج انذاخهح
21٪.
انضاستح دعح ، انرضخى ، انخاسخ ، انرأثش: انفراحح انكهاخ
ix
ABSTRACT
This study was conducted to analyze the influence of factors that affect
mudharabah deposits with inflation as a mediator variable. The data
collection technique uses secondary data with a time series from 2015-2019.
The research model uses descriptive quantitative data analysis techniques
using path analysis. Data processing using IBM SPSS software version 20
and IBM AMOS. The results showed that the exchange rate of the rupiah
against the US$ & the population had a positive effect. While the value of the
money supply and Islamic banking financing has a negative effect. For
indirect effects, the exchange rate, Islamic banking financing and the money
supply have a positive indirect effect. The population variable has a negative
indirect effect. Exogenous variables affect (determinants) on endogenous
variables directly by 23.7%. Exogenous variables affect (determinant) the
mediator variable by 70%.
Keywords: Effect, Exogenous, Inflation, Mudharabah Deposit Deposit
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
No Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Nama
A Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا 1
B B Be ب 2
T T Te ت 3
S Ś Es (dengan titik di atas) ث 4
Ji J Je ج 5
H H Ha (dengan titik di bawah) ح 6
K Kh Ka dan ha خ 7
D D De د 8
D Z Zet ذ 9
R R Er ر 10
Z Z Zet ص 11
S S Es س 12
Sy Sy Es dan ye ش 13
Shad Sh Es dan ha ص 14
Dhad Dh De dan ha ض 15
T Th Te dan ha ط 16
Zhaa Zh Zet dan hà ظ 17
a „ Koma terbalik di atas„ ع 18
Ghain Gh Ge dan ha غ 19
F F Ef ف 20
Q Q Ki ق 21
K K Ka ك 22
La L El ل 23
M M Em و 24
25 N N En
Waw W We و 26
27 H H Ha
Hamzah „ Apostref ء 28
Y Y Ye ي 29
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ……....................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME ........................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... vi
PENILAIAN DAN PERBAIKAN ............................................................ vii
ABSTRAK …………….............................................................................. viii
ix ........................................................................................................ملخص
ABSTRACT ………................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .................................... x
DAFTAR ISI ……..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .…................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ......................................................... 11
C. Perumusan Masalah ........................................................... 12
D. Tujuan Penelitian ............................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ............................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………….. 13
A. Nilai Tukar Mata Uang ...................................................... 13
B. Populasi Penduduk ............................................................ 20
C. Jumlah Uang Beredar ........................................................ 21
D. Pembiayaan Perbankan Syariah ......................................... 24
E. Deposito Mudharabah ........................................................ 29
F. Inflasi ................................................................................. 35
G. Penelitian Terdahulu .......................................................... 37
H. Kerangka Penelitian ........................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 43
B. Metode Pengumpulan Data ............................................... 43
C. Operasional Variabel Penelitian ........................................ 44
D. Analisis Data Sekunder ..................................................... 45
E. Analisis Jalur (Path Analysis) ............................................ 45
F. Analisis Deskriptif ............................................................. 53
G. Analisis Faktor Konfirmasi (Confirmation Factor
Analysis/CFA) ..................................................................... 54
H. Analisa Statistik Kuantitatif ............................................... 56
xii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN …………………………. 58
A. Sejarah Perbankan Islam ................................................... 58
B. Analisis dan Pembahasan .................................................. 60
1. Analisis Deskriptif ...................................................... 60
2. Analisis Kuantitatif ..................................................... 65
a. Uji Kualitas Data ................................................. 65
b. Analisis Jalur ....................................................... 67
c. Absolute Fit Measure ........................................... 68
d. Analisis Hubungan Antar Variabel ..................... 70
e. Persamaan Regresi................................................ 72
f. Nilai Korelasi........................................................ 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………... 77
A. Kesimpulan ........................................................................ 77
B. Saran .................................................................................. 77
C. Implikasi Kebijakan ........................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………... 85
BIODATA PENULIS ………………………………………………..… 102
xiii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Laju Pertumbuhan PDB Indonesia ......................................................... 3
1.2 Nilai PDB Indonesia di ASEAN ........................................................... 3
1.3 Perkembangan Pembiayaan BUS dan UUS .......................................... 9
2.1 Mekanisme Transmisi Nilai Tukar ke Inflasi ...................................... 19
2.2 Grafik Jumlah Uang Beredar di Indonesia .......................................... 22
2.3 Jenis-jenis Pendanaan .......................................................................... 25
2.4 Pembiayaan Pada Bank Syariah .......................................................... 26
2.5 Mekanisme mudharabah dua arah ........................................................ 32
2.6 Laju Inflasi di Indonesia ....................................................................... 36
2.7 Kerangka Penelitian ............................................................................ 42
3.1 Langkah-langkah Analisis Data Sekunder .......................................... 46
3.2 Contoh Diagram Jalur 3 Variabel ........................................................ 48
3.3 Diagram Jalur Penelitian ..................................................................... 48
3.4 Visualisasi Variabel Mediasi ............................................................... 49
3.5 Contoh Model Struktural 2 Variabel ................................................... 50
3.6 Model Persamaan Struktural I ............................................................. 51
3.7 Model Yang Menunjukkan Hubungan Langsung Antara Variabel
Eksogen Dengan Variabel Mediasi .................................................... 52
3.8 Hubungan Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen Melalui
Variabel Mediasi ................................................................................ 53
3.9 Kurva Berdistribusi Normal ................................................................ 54
4.1 Diagram Jalur Penelitian ..................................................................... 68
xiv
DAFTAR TABEL
1.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Beberapa Mata Uang Asing ................... 8
2.1 Kurs Tengah Rupiah Terhadap Beberapa Mata Uang Asing ............... 18
2.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk ........................... 21
2.3 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah ......................... 28
3.1 Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 44
4.1 Data penelitian deskriptif tahun 2015 ................................................. 60
4.2 Data penelitian deskriptif tahun 2016 ................................................ 61
4.3 Data penelitian deskriptif tahun 2017 ................................................ 62
4.4 Data penelitian deskriptif tahun 2018 ................................................ 63
4.5 Data penelitian deskriptif tahun 2019 ................................................ 64
4.6 Data penelitian deskriptif tahun 2015-2019 ....................................... 64
4.7 Assessment of Normality ..................................................................... 65
4.8 Nilai Durbin-Watson Cochrane-Orcutt 2 Step Method ....................... 66
4.9 Kriteria Nilai Durbin-Watson .............................................................. 66
4.10 Lagrange Multiplier Test ................................................................... 67
4.11 Uji Kecocokan Model ....................................................................... 68
4.12 Nilai Direct Effect Antar Variabel Penelitian ................................... 70
4.13 Nilai Indirect Effect Antar Variabel Penelitian ................................. 71
4.14 Nilai Koefisien Regresi dan Konstanta .............................................. 72
4.15 Nilai Korelasi Antar Variabel ........................................................... 74
4.16 Squared Multiple Correlations .......................................................... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi suatu negara secara umum berkaitan erat dengan
kesejahteraan rakyatnya, sehingga menjadi tolak ukur apakah rakyat negara
tersebut berada dalam keadaan sejahtera atau tidak. Pertumbuhan ekonomi
merupakan keadaan ekonomi suatu negara selama periode tertentu yang
mana lebih baik atau meningkat dari periode sebelumnya berdasarkan
beberapa indikator. Menurut Zuhdi (2012: 6), poin penting dalam
pertumbuhan ekonomi adalah modal, pertumbuhan penduduk dan tenaga
kerja, kemajuan teknologi, serta ideologi, sistem sosial-politik dan perilaku
kehidupan sosial. Selanjutnya Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
dalam Islam tidak hanya dipandang secara material, tetapi harus berdasarkan
moral-spiritual sesuai dengan syariat Islam. Menurut Muttaqin (2018: 119),
perekonomian Islam dapat diangkat dari Al Qur‟an Surat Hud [11] ayat 61:
ان د و قال صهحا اخاى ث ق اعثذا نكى يا الل ي ان ش غ شاكى ا ي
شكى الاسض اسرع ا ف ا ثى فاسرغفش ت ذ ان ا ة ست ة قش د ي
Artinya:
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah
ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya).”
Menurut Al-Tariqi (2004: 282), terminologi „pemakmuran bumi‟ ini
mengandung pemahaman tentang pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang
dikatakan Ali bin Abi Thalib kepada seorang gubernurnya di Mesir:
“Hendaklah kamu memperhatikan pemakmuran bumi dengan perhatian yang
lebih besar dari pada orientasi pemungutan pajak, karena pajak sendiri hanya
dapat dioptimalkan dengan pemakmuran bumi. Barang siapa yang memungut
pajak tanpa memperhatikan pemakmuran bumi, negara tersebut akan
hancur”.
Perkembangan ekonomi yang dialami suatu negara dapat diukur
menggunakan suatu sistem tertentu yang baik dan dapat digunakan sebagai
pijakan dalam membuat kebijakan ekonomi. Salah satu alat ukur paling
2
populer dalam menggambarkan perkembangan ekonomi suatu negara adalah
Produk Domestik Bruto (PDB) atau disebut sebagai Gross Domestic Product
(GDP). PDB adalah jumlah dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara dalam periode waktu tertentu (umumnya setahun). Formulasi
secara umum untuk PDB adalah dengan menggunakan pendekatan
pengeluaran di mana melibatkan variabel konsumsi (pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga), variabel investasi oleh sektor usaha, variabel
pengeluaran pemerintah, serta variabel ekspor dan impor yang melibatkan
sektor luar negeri.
Dalam pembangunan perekonomiannya, Indonesia dihadapkan pada
tantangan besar, yakni jumlah penduduk yang sangat besar serta wilayah
yang sangat luas. Beberapa lembaga internasional bahkan memprediksi
Indonesia bakal menjadi negara dengan perekonomian terbesar kelima dunia
dalam beberapa tahun mendatang. Indonesia merupakan negara
dengan perekonomian terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Menurut data Bank Dunia, perekonomian Indonesia yang diukur dengan
besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sebesar US$
1.042 triliun atau setara Rp. 14.837 triliun pada 2018.
Pada tahun 2019, dunia mengalami perlambatan dalam pertumbuhan
ekonomi dan ketidakpastian pasar keuangan. Hal tersebut tentu saja berimbas
langsung terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Laporan Tahunan
Ekonomi Bank Indonesia, Pertumbuhan ekonomi global yang melambat
berdampak pada turunnya kinerja ekspor Indonesia 2019. Ekspor 2019
terkontraksi 0,87%, berbalik arah dari kinerja 2018 yang tumbuh 6,55%.
Penurunan ekspor tercatat cukup dalam pada semester I 2019, sebelum
sedikit berkurang pada semester II 2019 ditopang oleh peningkatan
permintaan beberapa produk ekspor, seperti crude palm oil (CPO) dan batu
bara.
Meskipun Pertumbuhan kredit perbankan 2019 tercatat sebesar 6,08%,
jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 2018 sebesar 11,75%,
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) Indonesia yang masih berada
dalam zona normal dengan didukung oleh kinerja institusi keuangan dan
pasar keuangan yang baik, masih menjaga stabilitas sistem keuangan.
Kebijakan fiskal dilakukan untuk mempertahankan stabilitas ekonomi yang
diimplementasikan melalui 3 (tiga) strategi utama, yaitu memobilisasi
pendapatan dengan tetap mendukung penguatan iklim investasi,
meningkatkan kualitas belanja agar lebih efektif dan produktif untuk
mendukung program prioritas, serta mendorong efisiensi dan inovasi
pembiayaan (creative financing).
3
Gambar 1.1. Laju pertumbuhan PDB Indonesia
Sumber: BPS tahun 2019
Gambar 1.2. Nilai PDB Indonesia di ASEAN
Sumber: BPS tahun 2019
Dari paparan kondisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perbankan memiliki andil penting dalam kondisi perekonomian. Menurut
Muktar (2016: 81), perbankan memiliki peran sebagai jantungnya
perekonomian Negara. Uang akan masuk ke dalam bank, kemudian akan
dialirkan kembali ke dalam sistem perekonomian. Bank memberikan
kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dikutip dalam
Yidnekachew (2017: 17). Permasalahan yang terjadi adalah perbankan
syariah belum mampu memberikan kontribusi berarti yang hanya
menyumbangkan 4,5 persen terhadap perekonomian dari perbankan nasional
secara keseluruhan (Ibrahim, 2013: 2). Kesiapan sarana dan prasarana perlu
4
dimaksimalkan oleh perbankan syariah dalam rangka meningkatkan jumlah
nasabah sehingga mampu bersaing dengan bank konvensional.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank disebutkan
sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Sedangkan bank syariah atau bank Islam adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Quran dan hadits sebagaimana dikutip dari Wibowo,
(2005: 33). Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, kegiatan muamalah
seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan
konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang,
yang dilakukan dengan akad-akad yang sesuai syariah. Bank Syariah
merupakan bentuk lembaga yang melaksanakan kegiatan muamalah yang
sebelumnya dilakukan oleh perorangan (jihbiz) tersebut.
Dalam melakukan kegiatan muamalah, ekonomi Islam harus
berlandaskan asas-asas : 1) Tauhid, yaitu kepatuhan manusia kepada Allah
SWT, 2) Rububiyah, yaitu keyakinan akan sifat Allah SWT yang
membimbing manusia menuju ke arah kesempurnaan, 3) Khalifah, yaitu
tanggung jawab manusia sebagai pemegang amanah Allah SWT dalam
segala aspek seperti akhlak, ekonomi, politik dan sosial, 4) Tazkiyah, yaitu
mekanisme dalam mewujudkan pertumbuhan termasuk sumber daya
manusia. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh seorang muslim harus
berlandaskan syariah dalam segala aspek, termasuk dalam melakukan
kegiatan ekonomi, khususnya dalam muamalah. Salah satu Hadits yang dapat
dijadikan landasan adalah:
ول الله صلى الله عته رسه الله عنههما قال سمه ر رضه عمانه بنه بشه عن أبه عبده الله النعلمهههن شتبههات لا ور مه نههما أهمه ن وب ن وإهن الحرام ب قهوله إهن الحلال ب هه وسلم علبههاته هه، ومن وقع فه الش رضه نههه وعه بههاته فقد استبرأ لهده ، فمنه اتقى الش ن الناسه ر مه كثه
ل هه، ألا وإهن لهكه رتع فه كه أن هوشه ر عى حول الحهمى اعه ، كالر وقع فه الحرامه
ضغة إهذا صلحت صلح هه ألا وإهن فه الجسده مه ملهك حهم ى ألا وإهن حهمى الله محاره مه
القلب [رواه البخاري ومسلم] لهه ألا وهه لهه وإهذا فسدت فسد الجسده كه الجسده كه
Artinya : “Dari Abu Abdillah Nu‟man bin Basyir R.A,”Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda, „Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang
haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang
syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka,
barang siapa yang takut terhadap syubhat, berarti dia telah
menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang
terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara
5
yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan
hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk
memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah
bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang
Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal
daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk,
maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Sistem riba dalam perekonomian yang dilakukan merupakan suatu
contoh pengamalan syariat Islam oleh seorang muslim. Sebagaimana dikutip
oleh Nazir dan Hasanuddin (2004: 498), esensi riba adalah kelebihan, apakah
berbentuk uang atau barang. Aziz (2019: 2) menjelaskan bahwa setiap
perbuatan manusia pastinya akan dicatat sebagai amalan dan berakibat pada
dosa atau pahala dan implikasinya pada surga ataupun neraka. Jadi baik fiqih
ibadah maupun muamalah memiliki implikasi di dunia maupun akhirat.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa individu sebagai seorang muslim
serta bank syariah sebagai suatu lembaga dalam melaksanakan kegiatan
muamalah di dalam kehidupan nyata harus menerapkan syariat-syariat Islam.
Hal tersebut didukung secara kuat di dalam Al Qur‟an Q.S. Al-Baqarah [2] :
275.
ن ٱ لهون لذه أكه بوا ٱ قهومه لر قهومهون إهلا كما ىٱلا هه لذه تخبطه نه ٱ ط ن لش مه
ما لمس ٱ إهنا لهك بهأنههم قالهوا
عه ٱ ذ ثله لب بوا ٱمه ه ٱ وأحل لر ع ٱ لل م و لب حر
بوا ٱ هه لر بهه ۥ فمن جاا ن ر ظة م هه ۥفلهه نتهى ٲف ۦموعه إهلى ۥاما سلف وأمره
ه ٱ به لل هك أصحا ل هو ون لناره ٱ ومن عاد فأ لهده م فهها خ هه
Artinya:
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa
mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Dalam Al Qur‟an Q.S. Ali Imron [3] : 130.
ها أ ا ن ٱ لهوا لذه امنهوا لا تأكه ا ٱ بوا عفة و لر ض ف ا م قهوا ٱأضع ٱ ت م لل لعلكه
ون تهفلهحه
6
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang
disediakan untuk orang-orang yang kafir."
Dengan didukung oleh Hadits:
Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah RA., ia berkata : Rasulullah
SAW., bersabda “Emas dengan emas lagi yang sama jenisnya dan
timbangannya, perak dengan perak lagi yang sama jenis dan timbangannya;
barangsiapa yang menambah atau minta tambahan, itu adalah riba.” (HR.
Muslim)
بة ثمانه بنه أبه ش ره بنه حرب وعه ه باحه وزه ده بنه الص حم ثنا مه حده صلى وله الل ره عن جابهر قال لعن رسه ب م أخبرنا أبهو الز ش ثنا هه قالهوا حد
م سوا هه وقال هه د لهه وكاتهبهه وشاهه ؤكه با ومه ل الر هه وسلم آكه ه عل الل
Shahih Muslim 2995: Muhammad bin Shabah dan Zuhair bin Harb dan
Utsman bin Abu Syaibah Telah bercerita kepada kami, mereka berkata: telah
bercerita kepada kami Husyaim, bahwa Abu Az Zubair telah memberi berita
terhadap kami, yang berasar dari Jabir bahwa dia berkata: "Rasulullah saw.,
melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan riba, para juru tulisnya
dan dua orang saksinya." Dan dia berkata: “Mereka semuanya itu adalah
sama”.
Berkembangnya bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia. Di inisiasi pada tahun 1980-an, bank syariah di Indonesia
dibangun pada tahun 1990-an. Dengan mayoritas penduduk yang beragama
Islam, bank syariah memiliki prospek masa depan yang menjanjikan. Hingga
bulan Juni 2019, jumlah bank syariah di Indonesia berjumlah 189 yang terdiri
dari 14 Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 164
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Bank umum dengan bank syariah sama-sama memiliki produk
perbankan berupa deposito. Menurut Utami (2010: 23), deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Deposito menurut
Undang-undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 adalah investasi
dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dengan
bank syariah atau dengan unit usaha syariah. Pada periode tahun 2010-2014,
7
jumlah deposito mudharabah yang di himpun oleh perbankan syariah
mengalami peningkatan dari Rp 44.07 triliun menjadi Rp 135.6 triliun
(republika.co.id). Permasalahan yang terjadi adalah kenyataan bahwa
preferensi masyarakat terhadap produk simpanan bank syariah cenderung
memilih produk yang memberikan hasil yang lebih tinggi. Dari beberapa
pilihan deposito, deposito mudharabah hanya menempati posisi setelah
murabahah dan musyarakah (Ibrahim, 2013: 3). Menurut OJK (2017),
pembiayaan mudharabah hanya sekitar 5,9%, sedangkan murabahah
mencakup 54,1%. Skema murabahah di dunia mencapai 70% dibandingkan
dengan mudharabah. Dari segi jumlah, perbandingan jumlah deposito
perbankan umum mencapai Rp. 4 ribu triliun, sedangkan deposito perbankan
syariah hanya sekitar Rp. 325 triliun dengan Rp. 214 triliun berbentuk
deposito mudharabah (Jayani, 2019). Dari gambaran tersebut, deposito
mudharabah harus dikaji kembali perihal nisbah bagi hasil serta kepastian
hukum agar deposito mudharabah semakin diminati nasabah.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah deposito bank,
khususnya deposito mudharabah. Tingkat suku bunga deposito, jumlah
kantor cabang, kualitas layanan, pendapatan masyarakat, inflasi serta situasi
politik dapat menyebabkan jumlah deposito bank berubah. Secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi desposito bank antara lain tingkat suku
bunga simpanan, inflasi, tingkat suku bunga riil, pertumbuhan populasi
penduduk, pendapatan per kapita masyarakat, pertumbuhan ekonomi, indeks
harga konsumen, likuiditas bank, profitabilitas bank, sekuritas bank, jumlah
cabang, ukuran bank, cadangan dana, serta biaya transaksi (Yidnekachew,
2017: 20). Vuong, dkk., (2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
bentuk promosi, kualitas pelayanan, tingkat suku bunga serta jumlah
pendapatan konsumen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam
hal deposito. Semakin tinggi tingkat pendapatan, akan semakin kuat
keputusan untuk mendepositokan uang di bank.
Transaksi dalam perbankan tidak hanya dilakukan secara domestik/lokal
saja, tetapi dapat berlaku transaksi internasional/global. Keluar masuknya
dana dari dan ke luar negeri mengharuskan bank melakukan transaksi
menggunakan acuan mata uang domestik. Adanya perbedaan nilai uang
domestik dengan mata uang asing menyebabkan adanya nilai tukar mata
uang. Pengaruh ekonomi akibat dari perubahan nilai tukar mata uang dapat
dapat berimbas pada perdagangan nasional yang secara langsung
mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Apabila tingkat konsumsi
masyarakat menjadi rendah akibat harga yang barang dan jasa yang tinggi
karena nilai tukar yang tinggi, maka akan menyebabkan uang yang
dibelanjakan masyarakat akan menjadi sedikit. Hal tersebut menyebabkan
masyarakat memiliki uang berlebih -yang seharusnya untuk dibelanjakan-
untuk disimpan, baik dalam bentuk tabungan maupun deposito. Menurut Tafa
8
(2015: 165), nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi tingkat suku bunga
deposito. Apabila tingkat suku bunga menurun, tentunya dapat menyebabkan
jumlah deposito menurun juga. Pada deposito mudharabah dengan tingkat
bagi hasil (profit sharing) telah ditetapkan antar kedua belah pihak, yang
menjadi pertimbangan/permasalahan yang dihadapi oleh depositor adalah
profit sharing yang diperoleh tetap sama meski tingkat suku bunga naik
signifikan. Bank syariah perlu melakukan promosi yang lebih baik akan
stabilitas bagi hasil yang telah disepakati dengan depositor, dan yang
terutama adalah dalam rangka menghindari riba untuk mendapat
kemshlahatan dunia akhirat.
Tabel 1.1. Nilai tukar Rupiah terhadap beberapa mata uang asing Mata Uang
Asing 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Dollar Amerika 9670 12189 12440 13795 13436 13548 14481 13901
Pound Sterling 15579 20097 19370 20451 16508 18218 18373 18250
Euro 12810 16821 15133 15070 14162 16174 16560 15589
Yen Jepang 112 116 104 115 115 120 131 128
Ringgit Malaysia 3160 3708 3562 3210 2996 3335 3493 3397
Sumber: BPS tahun 2019
Faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya deposito mudharabah
adalah pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah. Berdasarkan UU
No 20 Tahun 2008 yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank,
koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan
memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Dari sisi pembiayaan terhadap masyarakat, semakin meningkatnya
pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah terhadap kegiatan usaha
dalam bentuk modal dan investasi dapat mendongkrak pendapatan usaha
yang dilakukan masyarakat. Sisa dari pembayaran pinjaman dari pembiayaan
bank syariah yang diambil oleh pelaku usaha dapat menjadi potensi untuk
disimpan sebagai deposito mudharabah. Dari sisi bank syariah itu sendiri,
arus keluar masuk dana dari pembiayaan yang dilakukan dapat menjadi
sumber profitabilitas yang digunakan dalam operasional bank. Menurut
Baasir (2013), salah satu indikator kinerja bank yang baik dilihat dari
profitabilitasnya. Menurut Mujiatun dan Handayani (2018), pendapatan bank
termasuk profit dari pembiayaan syariah digunakan sebagai operational costs
and operating income (OCOI), dimana semakin efisien OCOI bank syariah,
profitabilitas semakin tinggi. Permasalahan yang umum ditemui adalah
9
pembiayaan yang tersendat pembayarannya alias adanya kredit macet.
Hingga Juli 2020, kredit macet sektor rumah tinggal mencapai Rp. 83 triliun,
sektor usaha perdagangan besar dan eceran sebesar Rp. 37 triliun sedangkan
industri pengolahan sebesar Rp. 27 triliun (cnbcindonesia.com).
Gambar 1.3. Perkembangan pembiayaan BUS dan UUS
Sumber: OJK tahun 2019
Indonesia dengan penduduk 270 juta jiwa pada tahun 2019 memiliki 232
juta jiwa beragama Islam. Hal tersebut menjadi potensi besar dalam
perkembangan deposito mudharabah bagi bank syariah. Menurut Jonny
Purba, penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu
tertentu (Arfian, 2018: 58). Dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 136 juta
jiwa, 80% merupakan tenaga kerja aktif. Dengan jumlah pendapatan yang
diperoleh, diharapkan dapat disisihkan untuk disimpan, terutama dalam
bentuk deposito mudharabah. Tercatat per tahun 2016, jumlah bank syariah
di Indonesia mencapai 13 bank, dengan total nasabah sekitar 18.75% dari
seluruh nasabah bank umum yang ada di Indonesia (simulasikredit.com).
Dengan mayoritas penduduk beragama Islam tersebut, ternyata yang menjadi
perhatian bagi perbankan syariah adalah jumlah nasabah simpanan perbankan
syariah baru tercatat 23,18 juta orang pada Agustus 2018
(cnbcindonesia.com). Pengetahuan dan kesadaran masyarakat muslim,
tingginya suku bunga deposito bank konvensional, promosi yang kurang,
serta sarana perbankan syariah yang kurang banyak menjadi permasalahan
masih rendahnya pemanfaatan produk bank syariah di Indonesia khususnya
dalam deposito mudharabah. Penjabaran nilai-nilai Islam oleh penduduk
muslim Indonesia seharusnya lebih tinggi, mengingat jumlah pondok
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Modal
Investasi
Konsumsi
10
pesantren yang begitu banyak. Hal tersebut semestinya membuat muslim
Indonesia lebih memanfaatkan produk-produk perbankan syariah salah
satunya adalah deposito mudharabah.
Jumlah uang beredar menjadi faktor berikutnya yang akan diteliti.
Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan
masyarakat. Pasar uang memiliki fungsi penting dalam mentransfer sumber
daya perekonomian dari rumah tangga yang ingin menyimpan sebagian
pendapatannya untuk masa depan dan perusahaan yang ingin meminjam
untuk membeli barang-barang investasi yang akan digunakan dalam proses
produksi masa depan. Jumlah uang beredar tidak hanya ditentukan oleh
kebijakan bank sentral, tetapi juga oleh perilaku rumah tangga (yang
memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan). Satu-satunya lembaga
keuangan yang secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar adalah
bank (Mankiw, 2007: 502). Kenaikan suku bunga kredit serta deposito dapat
menyebabkan masyarakat condong untuk menyimpan uang di bank.
Meningkatnya simpanan uang di bank, akan menambah cadangan bank
meningkat, hal ini dapat mengakibatkan jumlah uang beredar menjadi
berkurang. Pada saat cadangan uang di bank digunakan untuk
pinjaman/pembiayaan, maka dapat meningkatkan jumlah uang beredar.
Permasalahannya adalah apakah bank performance dalam pengelolaan
jumlah deposito mudharabah sudah baik atau belum sehingga dapat
meminimalkan pengaruh buruk dari besarnya jumlah uang yang beredar.
Kinerja perbankan syariah harus sesuai dengan salah satu dasar syariah, yaitu
amanah. Oleh karenanya, SDM yang bekerja pada perbankan syariah harus
betul-betul mengelola dengan baik serta memperjuangkan amanah umat yang
dimanfaatkan dalam produk perbankan syariah.
Dalam penelitian yang akan dilakukan, inflasi dijadikan sebagai variabel
mediator. Inflasi merupakan gambaran tentang ketidakpastian yang terjadi
dalam perekonomian. Menurut Manurung dan Rizky (2017: 114),
ketidakpastian nilai pasar, pendapatan di masa datang, daya beli, serta harga
saham dapat berdampak pada inflasi maupun deflasi. Inflasi sebagai bagian
dari makroekonomi, berkaitan dengan total output barang dan jasa, pengaruh
pertumbuhan penduduk, akumulasi modal, investasi, kebijakan pemerintah
serta sistem keuangan negara (Nazamuddin, 2020: 3).
Inflasi bertindak sebagai faktor mediasi antara nilai tukar rupiah terhadap
Dolar Amerika, jumlah penduduk, pembiayaan bank syariah, serta jumlah
uang beredar terhadap jumlah deposito mudharabah pada bank dan unit usaha
syariah. Berdasarkan teori kuantitas uang, inflasi dapat terjadi jika terdapat
penambahan volume uang yang beredar. Laju inflasi juga ditentukan oleh
laju pertambahan jumlah uang beredar dan psikologis (harapan) masyarakat
mengenai kenaikan harga-harga di masa depan. Jumlah penduduk yang besar
akan mengakibatkan tingkat konsumsi barang dan jasa meningkat, belum lagi
11
pengaruhnya terhadap harga, tingkat kemiskinan dan pengangguran. Hal
tersebut akan berdampak langsung kepada tingkat inflasi yang terjadi. Nilai
tukar mata uang yang berubah-ubah (apresiasi dan depresiasi) secara drastis
tak terkendali dapat menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam
merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan
baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor, yang secara
langsung akan mempengaruhi tingkat inflasi. Berdasar penelitian oleh Wami
(2017), inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito. Menurut
Noer (2018), inflasi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
deposito mudharabah.
Penjelasan di atas menjadi inspirasi dalam penelitian ini untuk
mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi deposito mudharabah yang
dirangkum dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar
Rupiah, Jumlah Penduduk, Pembiayaan Perbankan Syariah, Jumlah
Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Deposito Mudharabah Perbankan
Syariah di Indonesia Periode 2015-2019”.
B. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penelitian tidak melebar, maka dilakukan pembatasan
masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim belum mampu
memanfaatkan perbankan syariah dengan maksimal
2. Nominal deposito syariah masih lebih kecil dibandingkan deposito
konvensional
3. Nominal deposito mudharabah masih lebih rendah dibanding dengan
jenis produk perbankan syariah lainnya
4. Nominal deposito mudharabah masih lebih rendah dikarenakan
promosi, edukasi serta sarana bank syariah yang kurang mendukung
5. Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
nominal deposito mudharabah, yaitu nilai tukar rupiah terhadap Dolar
Amerika, jumlah penduduk, pembiayaan bank syariah, serta jumlah
uang beredar
6. Penelitian ini menggunakan variabel perantara, yakni inflasi sebagai
variabel mediator
7. Data penelitian diperoleh dari data time series terhadap nilai tukar
rupiah terhadap Dolar Amerika, jumlah penduduk, pembiayaan bank
syariah, jumlah uang beredar, inflasi dan jumlah deposito mudharabah
periode tahun 2015-2019
12
C. Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian yang akan dijawab adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hubungan antara variabel eksogen nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika, pembiayaan perbankan syariah,
jumlah penduduk, serta jumlah uang beredar terhadap variabel
mediator inflasi?
2. Bagaimanakah hubungan antara variabel eksogen nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika, pembiayaan perbankan syariah,
jumlah penduduk, serta jumlah uang beredar terhadap variabel
endogen deposito mudharabah dengan inflasi sebagai variabel
mediator?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis secara deskriptif faktor–faktor yang dapat
mempengaruhi deposito mudharabah seperti nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika, pembiayaan perbankan syariah, populasi
penduduk, serta jumlah uang beredar, dengan inflasi sebagai
variabel mediator.
2. Untuk menganalisis secara deferensial faktor–faktor yang dapat
mempengaruhi deposito mudharabah seperti nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika, pembiayaan perbankan syariah, populasi
penduduk, serta jumlah uang beredar, dengan inflasi sebagai
variabel mediator.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai implikasi ilmu
pengetahuan dalam bidang perbankan syariah terkait faktor–faktor yang
dapat mempengaruhi deposito mudharabah dengan inflasi sebagai
variabel mediator.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan secara literasi,
informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang
perbankan syariah khususnya dalam hal faktor–faktor eksogen yang
dapat mempengaruhi deposito mudharabah dengan inflasi sebagai
variabel mediator
2. Manfaat bagi praktis
Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan bagi peneliti dalam
mengaplikasikan ilmu perbankan syariah selama proses
pembelajaran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nilai Tukar Mata Uang
Uang merupakan salah satu faktor utama dalam produksi. Uang bisa
berupa cangkang, koin logam, atau selembar kertas dengan gambar
bersejarah di atasnya. Uang memperoleh nilainya dengan menjadi alat tukar,
unit pengukuran dan gudang kekayaan. Uang memungkinkan orang untuk
memperdagangkan barang dan jasa secara tidak langsung, memahami harga
barang dan memberikan cara menabung untuk pembelian yang lebih besar di
masa depan (Rajeswari dan Krishman, 2017: 524). George Friedrich Knapp
(1924) dalam “Theory of Money” menggambarkan bahwa uang memiliki
nilai karena adanya ketentuan fiskal, yaitu keinginan Negara dalam menerima
bentuk fiskal dari uang dalam pembayaran (dikutip dalam Hudson, 2020: 51).
Mishkin (2013: 53) dalam bukuya “The Economics Of Money, Banking
And Financial Markets”, menuliskan definisi uang oleh praktisi ekonomi
sebagai segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai pembayaran
untuk barang atau jasa. Mishkin menjelaskan bahwa uang dapat diartikan
sebagai kekayaan (wealth) dan pendapatan (income). Smithin (2006: 5)
menjelaskan bahwa uang adalah media pertukaran, wadah dari nilai, serta
unit perhitungan. Robertson (1067) mendefinisikan uang sebagai segala
sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang-barang, sedangkan
Sayer (1941) mengartikan uang sebagai segala sesuatu yang umum diterima
sebagai pembayar utang (dikutip dalam Manullang, 2012: 13).
Menurut Solikin dan Suseno (2017: 3), uang dapat dijelaskan melalui
gambaran terhadap benda yang memiliki kegunaan dan fungsi bagi manusia
dengan cara ditukarkan, serta dibandingkan nilainya dengan benda lain.
Menurut Judisseno (2005: 27), Uang adalah alat media yang diterima untuk
digunakan oleh setiap pelaku ekonomi atau pun pelaku uang guna
mempermudah saat bertransaksi. Menurut Mankiw (2018: 86), Uang ialah
segala sesuatu yang dapat dipakai atau untuk melakukan pembayaran baik
barang, jasa maupun hutang, serta mempersingkat waktu dan usaha yang
diperlukan untuk melakukan perdagangan.
Uang dalam penggunaannya dapat mempermudah orang-orang dalam
melakukan pertukaran barang-barang yang dibutuhkan. FAS nomor 52
membedakan pengertian mata uang menjadi functional currency dan
reporting currency. Mata uang fungsional adalah mata uang yang banyak
digunakan dalam kegiatan ekonomi anak perusahaan. Umumnya mata uang
yang dipakai adalah mata uang negara dimana anak perusahaan beroperasi.
Mata uang pelaporan adalah mata uang yang dipakai dalam menyusun
14
laporan keuangan konsolidasi perusahaan induk. Umumnya mata uang yang
dipakai adalah mata uang negara asal perusahaan induk (Pangestuti, 2020:
190).
Menurut Lubis (2010: 1.11), fungsi uang dalam masyarakat modern
adalah sebagai:
1. Alat penukar (medium of exchange). Berbagai kebutuhan dapat
terpenuhi dengan menukar uang dengan barang-barang yang
dibutuhkan
2. Standar pengukur nilai (standard of value). Alat yang dijadikan
sebagai penukar tentunya memiliki nilai tertentu
3. Tempat penimbun/penghimpun kekayaan (storage of value). Dengan
adanya uang, maka kekayaan yang dimiliki akan bertambah
Menurut Solikin dan Suseno (2017: 2), uang adalah suatu benda yang
pada dasarnya dapat berfungsi sebagai :
1. Uang sebagai alat tukar. Tanpa adanya uang, orang-orang
memperoleh barang dengan cara tukar-menukar. Adanya uang
mempermudah transaksi pertukaran antar barang
2. Uang sebagai alat penyimpan nilai. Manusia gemar menyimpan
barang untuk masamendatang, uang merupakan salah satu benda
yang menjadi pilihan untuk disimpan
3. Uang sebagai satuan hitung. Uang memiliki satuan hitung dalam
penilaian terhadap suatu barang
4. Uang sebagai ukuran pembayaran yang tertunda. Uang digunakan
sebagai satuan hitung terkait transaksi pinjam-meminjam
Adanya fungsi-fungsi dari digunakannya uang sebagai pemenuhan
kebutuhan manusia mempermudah manusia memperoleh barang-barang dari
mana saja. Pergerakan manusia secara luas memungkinkan adanya transaksi
antar daerah atau dengan orang-orang dari daerah lainnya. Adanya perbedaan
nilai uang yang digunakan menjadi suatu permasalahan baru dalam transaksi
barang. Dari permasalahan tersebut, munculah apa yang disebut nilai tukar.
Menurut Geoffrey Crowther (dikutip dalam Gomez, 2008: 18) beberapa
fungsi dari uang antara lain:
1. Medium of exchange. Fungsi utama uang adalah menjadi media
pertukaran
2. Measure of value. Uang menjadi tolak ukur dari nilai. Nilai dari
barang dan jasa diekspresikan dalam bentuk uang yang disebut
harga
3. Store of value. Saat ini, kita dapat menyimpan kekayaan atau aset
dalam bentuk uang
4. Standard for deffered payment. Uang dapat digunakan sebagai
standar penangguhan pembayaran, juga sebagai transaksi kredit
15
5. Miscellaneous functions. Uang memiliki fungsi lain, yakni: uang
adalah aset likuid yang memberikan kekayaan, uang membuat
kekayaan dan modal dapat bergerak, uang menambah produktivitas,
serta uang menyediakan basis bagi perbankan dan sistem kredit
Fabozzi dan Alberto (1996) menjelaskan bahwa nilai tukar adalah
jumlah suatu mata uang yang dapat ditukarkan untuk setiap unit mata uang
lainnya (dikutip dalam Faoriko, 2013). Menurut Wang (2005: 12), nilai tukar
merupakan harga dari suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang
lainnya atau dengan kata lain adalah harga relative dari dua mata uang.
Selanjutnya ia mengemukakan bahwa nilai tukar merupakan media untuk
memfasilitasi nilai komoditas yang memiliki nilai berbeda pada daerah yang
berbeda. MenurutKrugman dan Obstfeld (2005: 34), nilai tukar atau kurs
adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang. Menurut Nopirin (1996), Kurs adalah
pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat
perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut (dikutip dalam
Arifin dan Mayasya, 2018: 84). Nilai tukar mata uang atau yang sering
disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang
domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata
uang asing.
Adanya nilai tukar disebabkan adanya penggunaan mata uang dari lain
daerah/Negara pada suatu daerah yang dikenal dengan mata uang
asing/valuta asing. Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi, mata
uang yang digunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara
lain. Menurut Ekananda (2014: 152), valuta asing merupakan suatu
mekanisme dimana orang dapat melakukan tindakan mentransfer daya beli
melewati batas Negara yang menggunakan satuan uang yang berbeda dan
membeli suatu valuta (nilai tukar) yang berbeda untuk dipergunakannya.
Menurut Sukirno (2006: 397), Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai
jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang negara lain. Valuta asing
merupakan mata uang yang diakui, digunakan, dipakai, dan juga diterima
sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional. Mata uang asing
yang banyak digunakan biasanya merupakan mata uang suatu negara yang
memiliki peranan ataupun kendali yang cukup besar dalam sistem
perekonomian di seluruh dunia (berkas.dpr.go.id).
Lebih lanjut, adanya perbedaan nilai mata uang suatu negara dengan
negara lain disebabkan oleh besar kecilnya permintaan dan penawaran
terhadap mata uang tersebut. Menurut Salvator (2011), perbedaan nilai tukar
dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu
negara. Menurut Dagwell, Wines, dan Lambert (2015: 172), istilah nilai tukar
muncul dikarenakan adanya pelaporan transaksi pada mata uang selain mata
16
uang yang digunakan negara tersebut dan harus diubah ke dalam mata uang
domestik. Menurut Chey (2013: 2), fungsi adanya nilai tukar mata uang
adalah untuk menjalin hubungan antar Negara dalam hal ekonomi dan politik
melalui sistem moneter.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mata uang asing terhadap mata
uang domestik. Perputaran dinamis dana ekonomi dari dalam maupun luar
negeri menyebabkan adanya perputaran dana dalam mata uang asing
terhadap mata uang domestik. Pada saat mata uang memiliki nilai yang
bertambah terhadap mata uang lainnya, disebut apresiasi, sedangkan saat
mata uang memiliki nilai yang berkurang terhadap mata uang lainnya,
disebut depresiasi (Mishkin, 2013: 424). Darsono dan Rahman (2018: 20),
menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan valuta
asing, yaitu:
1. Pembayaran impor barang dan jasa. Tingginya aliran dana impor
barang dan jasa yang dikeluarkan dapat melemahkan nilai tukar
mata uang domestik.
2. Aliran modal keluar (capital outflow). Besarnya aliran dana ke luar
negeri dapat melemahkan nilai tukar mata uang domestik.
3. Kegiatan spekulasi. Kegiatan spekulan dalam membeli atau menjual
mata uang asing dalam jumlah besar yang mengakibatkan nilai tukar
domestik melemah.
4. Intervensi pembelian valuta asing oleh bank sentral.
Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh empat faktor utama:
1. Penerimaan ekspor barang dan jasa. Besarnya volume ekspor barang
dan jasa yang dilakukan dapat memperbesar jumlah valuta asing
yang dimiliki negara tersebut. Hal ini dapat mendorong penguatan
nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.
2. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Banyaknya aliran dana
investasi yang masuk memiliki kecenderungan akan penguatan mata
uang domestik.
3. Kegiatan spekulasi. Tindakan untung-untungan membeli atau
menjual mata uang asing dalam jumlah besar
4. Intervensi penjualan valuta asing oleh bank sentral.
Menurut Shenka dan Luo (2014: 251), terdapat dua dasar yang
menentukan nilai tukar, yakni purchasing power parity yakni ketentuan harga
barang dan jasa serta interest rate parity, yakni pergerakan modal yang dapat
menentukan nilai tukar mata uang. Madura (2011: 108) menjelaskan tiga
faktor utama yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu:
1. Faktor fundamental. Faktor yang berkaitan dengan indikator
ekonomi seperti inflasi, suku bunga, pasar, dan intervensi bank
sentral
17
2. Faktor teknis. Faktor yang berkaitan dengan kondisi permintaan dan
penawaran mata uang pada saat tertentu
3. Sentimen pasar. Faktor yang disebabkan oleh rumor atau isu politik
Faktor penting yang mempunyai pengaruh atas perubahan kurs
pertukaran menurut Sukirno (dikutip dalam Maronrong dan Nugroho, 2017)
adalah :
1. Cita rasa masyarakat. Nilai mata uang asing akan semakin naik jika
suatu penduduk lebih menyukai barang-barang dari negara tersebut
2. Harga barang-barang ekspor. Tingginya harga barang ekspor dapat
mempengaruhi nilai mata uang negara pengekspor
3. Tingkat inflasi. Tingkat inflasi negara pengeskpor mempengaruhi
nilai mata uang negara tersebut
4. Tingkat suku bunga dan return of investation. Meningkatnya suku
bunga dan pengembalian investasi di suatu negara, nilai mata uang
negara tersebut meningkat pula
5. Perkembangan ekonomi. Tingginya nilai ekspor suatu negara dapat
menguatkan nilai mata uang negara tersebut
Sistem Nilai Tukar Mata Uang
Mata uang yang dimiliki oleh suatu negara tidak hanya digunakan secara
lokal/domestik, tetapi dapat digunakan secara global/internasional.
Penggunaan mata uang secara internasional diakibatkan adanya perpindahan
dana dari dan ke luar negeri. Dalam rangka penyesuaian mata uang domestik
dengan mata uang asing, dikenal istilah sistem nilai tukar mata uang.
Menurut Madura (2011: 114), berdasarkan kebijakan tingkat pengendalian
nilai tukar mata uang yang diterapkan suatu Negara, sistem nilai tukar secara
umum dapat di golongkan menjadi empat kategori, antara lain :
1. Sistem nilai tukar mata uang tetap (fixed exchange rate system).
Sistem ini merupakan kebijakan pemerintah dalam mempertahankan
kestabilan mata uang domestik terhadap mata uang asing tertentu.
Dengan kata lain, sistem ini merupakan sistem intervensi pemerintah
2. Sistem nilai tukar mata uang mengambang bebas (free floating
exchange rate system). Sistem ini mengacu pada adanya permintaan
dan penawaran mata uang domestik dalam bursa pertukaran mata
uang internasional. Sistem nilai tukar ini akan mengalami perubahan
secara terus menerus bergantung pada permintaan dan penawaran di
pasar valuta asing (valas)
3. Nilai tukar mata uang mengambang terkendali (managed floating
exchange rate system). Sistem ini merupakan paduan antara nilai
tukar ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran dengan
intervensi pemerintah dengan tujuan menstabilkan nilai mata uang
domestik
18
4. Sistem nilai tukar mata uang terikat (pegged exchange rate system).
Sistem ini merupakan cara penetapan nilai mata uang domestik
terhadap satu mata uang asing yang nilainya cenderung lebih stabil
Terkait kebijakan suatu negara terhadap mata uang asing, dikenal istilah
revaluasi dan devaluasi. Revaluasi merupakan kebijakan negara menaikkan
mata uang domestik terhadap mata uang asing. Devaluasi merupakan
kebijakan negara menurunkan mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
Beberapa faktor serta sistem tentang nilai tukar mata uang domestik
terhadap mata uang asing telah di ulas pada bagian sebelumnya. Hal tersebut
juga berlaku pada nilai mata uang domestik negara Indonesia, yaitu rupiah.
Ada beberapa nilai mata uang asing yang nilai tukarnya di bawah rupiah, dan
beberapa memiliki nilai tukar di atas rupiah. Kebijakan nilai tukar di
Indonesia bertujuan untuk mendukung kesinambungan pelaksanaan
pembangunan khususnya terkait dengan neraca perdagangan dan
perekonomian nasional.
Pada 29 Desember 1995, Indonesia menggunakan sistem nilai tukar
mengambang terkendali yang disempurnakan dengan menerapkan
penggunaan batas kurs intervensi di samping kurs konversi. Pada 14 Agustus
1997, Indonesia mengambil kebijakan untuk mengambangkan rupiah dengan
menganut sistem nilai tukar mengambang bebas. Data terkini menurut
tribunnews.com, per 11 Desember 2020, rupiah mengalami penguatan 28
poin menjadi Rp 14.102 per dolar AS.
Tabel 2.1. Kurs tengah rupiah terhadap beberapa mata uang asing Mata Uang
Asing 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Dollar Amerika 9670 12189 12440 13795 13436 13548 14481 13901
Pound Sterling 15579 20097 19370 20451 16508 18218 18373 18250
Euro 12810 16821 15133 15070 14162 16174 16560 15589
Yen Jepang 112 116 104 115 115 120 131 128
Ringgit Malaysia 3160 3708 3562 3210 2996 3335 3493 3397
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Nilai tukar mata uang dengan inflasi
Mekanisme transmisi nilai tukar terhadap kegiatan ekonomi, seperti
pertumbuhan ekonomi dan inflasi, dapat melalui transmisi langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung transmisi nilai tukar ke inflasi terjadi melalui
perubahan harga barang-barang impor. Secara tidak langsung, transmisi nilai
tukar ke inflasi melalui terjadi permintaan agregat, permintaan eksternal
bersih, ekspor dan impor, dan permintaan dalam negeri, konsumsi, investasi
19
dan pengeluaran Pemerintah (Simorangkir dan Suseno, 2004: 27). Menurut
Mishkin (2007: 424), nilai tukar memegang peranan penting karena
mempengaruhi harga relative dari barang-barang domestic dan impor. Pada
saat nilai tukar domestic mengalami peningkatan nilai, barang-barang
domestic yang dijual di luar negeri akan bertambah mahal sedangkan barang-
barang impor di Negara tersebut menjadi lebih murah, begitu pula
sebaliknya.
Perubahan nilai tukar yang berubah-ubah, dapat menyebabkan terjadinya
depresiasi dan apresiasi terhadap mata uang tersebut. Perubahan tersebut
dapat mempengaruhi resiko dan aktivitas perdagangan, transaksi dan
pembelian di luar negeri dengan pembayaran yang diterima berdasarkan mata
uang domestik (Hassan & Lewis, 2007: 15). Menurut Sukirno (2013: 402),
inflasi yang berlaku secara umum dapat menurunkan nilai suatu mata uang.
Fakta yang dapat dijadikan contoh adalah tekanan terhadap nilai tukar
Rupiah tetap terkendali di periode ketidakpastian global yang meningkat
pada 2018. Respons antisipatif kebijakan moneter Bank Indonesia, serta
koordinasi erat dengan Pemerintah dan otoritas lainnya berkontribusi pada
perkembangan tersebut. Respons kebijakan yang ditempuh bersamaan
dengan perbaikan struktural karakter inflasi juga mendorong inflasi 2018
tetap rendah dalam rentang sasaran 3,5±1% (Bank Indonesia, 2018: 55).
Gambar 2.1. Mekanisme transmisi nilai tukar ke inflasi
Sumber: Simorangkir dan Suseno, 2002
Nilai tukar mata uang dengan deposito mudharabah
Keterkaitan nilai tukar mata uang dengan deposito mudharabah terjadi secara
tidak langsung. Fluktuasi nilai tukar mata uang, suplai dan permintaan pasar
uang, serta profitabilitas investasi merefleksikan tingkat suku bunga deposito
bank (Hassan & Lewis, 2007: 132). Menurut Mishkin (2007: 438), perubahan
nilai tukar dapat mempengaruhi tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return) pada skala domestik.
20
Meningkatnya nilai tukar mata uang dapat menaikkan harga jual barang
dan jasa yang secara langsung menurunkan daya beli masyarakat. Hal inilah
yang menyebabkan keinginan berbelanja menurun yang mungkin saja uang
berlebih untuk berbelanja dapat diinvestasikan salah satunya melalui deposito
mudharabah. Hal ini menjadi peluang bagi bank-bank syariah dalam
menghimpun dana khususnya untuk produk Deposito Mudharabah yang
memberikan skema bagi hasil yang lebih baik dari tabungan biasa (Mutia
Hikmah, 2017).
B. Populasi Penduduk
Penduduk adalah warga negara dan orang asing yang bertempat tinggal
di suatu daerah (Gatiningsih dan Sutrisno, 2017: 2). Pengertian penduduk
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 26 ayat 2, yang berbunyi: “Penduduk
Indonesia adalah Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia”. Menurut Purba (2002), penduduk adalah
orang yang matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga, anggota
masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di
suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu (dikutip dalam
Arfian, 2018: 59). Menurut Srijanti dan Rahman (2009: 55), Penduduk
adalah orang yang mendiami suatu tempat dalam wilayah tertentu dengan
tanpa melihat status kewarganegaraan yang dianut oleh orang tersebut.
Menurut Ahmad Yani dan Mamat Rahmat, Penduduk merupakan komponen
yang sangat penting dalam suatu wilayah atau negara (dikutip dalam Dewi,
2016: 77). Menurut Badan Kependudukan dan Catatan sipil, pengertian
penduduk adalah seseorang yang memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan
atau orang yang memiliki KK (Kartu Keluarga).
Menurut Tohardi (2019: 448), kata populasi penduduk menggambarkan
banyaknya jumlah peduduk dalam suatu daerah. Kepadatan penduduk adalah
perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah yang dihuni
(Mantra, 2007: 61). Kepadatan penduduk menurut Samadi (2007) adalah
perbandingan antara jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tertentu
dengan luas wilayah yang mereka tempati.
Menurut Suartha (2016: 4), faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap
kepadatan penduduk, yakni:
1. Penduduk Pindah. Perubahan jumlah penduduk di suatu daerah bisa
disebabkan karena penduduk suatu daerah pindah ke daerah lain.
Oleh karena itu jumlah penduduk pindah merupakan faktor penting
yang berpengaruh terhadap kepadatan penduduk.
2. Penduduk Datang. Jumlah penduduk yang datang ke suatu daerah,
merupakan faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk. Setiap
21
penduduk yang datang, akan menambah jumlah penduduk
sebelumnya sehingga kepadatan penduduk akan bertambah.
3. Penduduk Mati. Terjadinya kematian akan mengurangi jumlah
penduduk dari jumlah sebelumnya.
4. Penduduk Lahir. Kelahiran merupakan faktor yang akan sangat
berpengaruh terhadap kepadatan penduduk, karena setiap terjadi
kelahiran dalam suatu wilayah itu akan berakibat bertambahnya
jumlah penduduk.
Tabel 2.2. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk
Tahun Jumlah
Penduduk
Laju pertumbuhan
penduduk
2015 255461700 1,3%
2016 258705000 1,2%
2017 261890900 1,2%
2018 265015300 1,1%
2019 268074600 1,3%
Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2015-2019
Jumlah penduduk dan inflasi
Gajewski (2014) menunjukkan bahwa memang ada hubungan antara
demografi dan inflasi - sementara tanggungan lansia bersifat deflasi,
tanggungan muda tampaknya agak inflasi. Apa yang berbeda dari pendekatan
yang disebutkan di atas adalah pendorong inflasi yang tidak menua yang kita
kendalikan. Dampak keseluruhan dari tanggungan terhadap inflasi tampaknya
berbeda untuk kelompok usia tertentu. Broniatowska (2019: 181)
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa populasi yang sedang berlangsung
dapat memberikan tekanan pada inflasi. Haefele (2019) menjelaskan bahwa
perubahan demografis, melalui dampaknya pada permintaan barang dan jasa,
membantu membentuk prospek inflasi jangka panjang suatu negara. Jika
negara dengan tingkat kesuburan tinggi dapat memanfaatkan peluang
ekonomi yang dihadirkan oleh populasi usia kerja yang besar dan menjadi
makmur, tingkat kesuburan dan kematian cenderung turun.
C. Jumlah Uang Beredar
Bank Indonesia mendefinisikan Uang Beredar dalam arti sempit (M1)
dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat
22
dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1,
uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang
dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan
satu tahun. Uang Kuasi merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri
dari Simpanan Berjangka dan Tabungan (rupiah dan valas) serta Simpanan
Giro Valuta Asing.
Jumlah uang beredar menurut Rahardja dan Manurung (2008: 324)
adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah
uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar
yang terdiri dari uang kartal dan uang giral.
M1 = C + D
Dimana:
M1= jumlah uang beredar dalam arti sempit
C= (currency)/uang kartal = uang kertas dan uang logam
D= (demand deposit)/uang giral/cek
M2 = M1 + TD
Dimana:
M2= jumlah uang beredar dalam arti luas
TD= (time deposit)/desposito berjangka
Gambar 2.2. Grafik jumlah uang beredar di Indonesia
Sumber: Bank Indonesia 2019
Permintaan Uang dibedakan menjadi Teori Klasik dan Teori Keynesian,
berikut bahasan mengenai permintaan uang menurut Rahardja dan Manurung
(2008: 326).
1. Teori Permintaan Uang Klasik
Fungsi uang menurut pandangan ahli ekonomi klasik hanyalah
sebagai alat tukar, karena jumlah uang yang diminta berbanding
proporsional dengan tingkat output atau pendapatan. Bila tingkat
output meningkat, maka permintaan uang meningkat, begitu juga
sebaliknya. Jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat bukanlah
semata-mata nilai nominalnya, tetapi juga daya belinya, yaitu nilai
nominal dibandingkan dengan tingkat harga (real money balances).
23
(M/P)d = k. Y
Dimana:
(M/P)d = permintaan uang riil
M= nilai nominal uang
P= tingkat harga
Y= pendapatan
K= proporsi permintaan uang terhadap pendapatan
2. Teori Permintaan Uang Keynesian
Teori Keynes, menyatakan ada tiga motivasi orang memegang
uang yaitu : a. Motivasi Transaksi (Transaction Motive). Permintaan
uang untuk transaksi menurut Keynes adalah sama dengan permintaan
uang dalam permintaan Klasik. Masyarakat memegang uang untuk
mempermudah kegiatan transaksi dan alat tukar. b. Motivasi Berjaga-
jaga (Precautionary Motive). Motivasi orang memegang uang adalah
persiapan untuk menghadapi hal-hal yang tidak dinginkan atau tidak
terduga c. Motivasi spekulatif / mendapat keuntungan (Speculation
Motive). Fungsi uang sebagai penyimpanan nilai menjadikan uang
sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan atau motivasi spekulatif.
Menurut Mishkin (2013: 325), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
uang beredar adalah:
1. Basis moneter non-pinjaman. Pasokan uang berhubungan positif
dengan basis moneter non-pinjaman
2. Cadangan pinjaman. Pasokan uang berhubungan positif dengan
tingkat cadangan pinjaman
3. Rasio cadangan yang dibutuhkan. Pasokan uang berhubungan negatif
dengan rasio cadangan yang dibutuhkan
4. Kepemilikan mata uang
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar
menurut Sukirno (2009: 124) adalah: 1. Kebijakan Bank Sentral berupa hak
otonom dan kebijakan moneter (meliputi: politik diskonto, politik pasar
terbuka, politik cash ratio, politik kredit selektif) dalam mencetak dan
mengedarkan uang kartal. 2. Kebijakan pemerintah melalui menteri keuangan
untuk menambah peredaran uang dengan cara mencetak uang logam dan
uang kertas yang nominalnya kecil. 3. Bank umum dapat menciptakan uang
giral melalui pembelian saham dan surat berharga. 4. Tingkat pendapatan
masyarakat 5. Tingkat suku bunga bank. 6. Selera konsumen terhadap suatu
barang (semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang maka harga
barang tersebut akan terdorong naik, sehingga akan mendorong jumlah uang
yang beredar semakin banyak, demikian sebaliknya). 7. Harga barang. 8.
Kebijakan kredit dari pemerintah.
24
Kebijakan moneter mempengaruhi jumlah uang beredar melalui
pengaruhnya pada kegiatan intermediasi yang dilakukan oleh bank.
Mayoritas perubahan jumlah uang beredar yang terjadi dalam perekonomian
dihasilkan dari perkembangan cara bank menjalankan bisnisnya, yakni dari
pemberian pinjaman dan penyediaan simpanan kepada masyarakat. Kedua
kegiatan tersebut dapat menambah cadangan simpanan dari bank. Kewajiban
cadangan simpanan bank merupakan inti dari agregat moneter yang luas, dan
dengan demikian bank memainkan peran utama dalam penyediaan jumlah
uang beredar.
D. Pembiayaan Perbankan Syariah
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga (Muhammad, 2005: 17).
Berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 yang dimaksud pembiayaan adalah
penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan
masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank,
untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
Bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat (Kasmir, 2012: 92). Menurut Hasibuan
(2008: 7) mendefinisikan bahwa bank adalah dana usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Darmawi (2012:
1), perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
Menurut definisi, bank Islam tunduk pada hukum Islam, syariah (secara
formal syariah Islami'iah, tetapi umumnya disingkat menjadi syari'at atau
syariah). Arti literal dari kata Arab syariah adalah 'jalan menuju sumber
kehidupan' dan, dalam arti teknis, sekarang digunakan untuk merujuk pada
sistem hukum yang sesuai dengan kode perilaku yang diserukan oleh Al-
Qur'an. 'an dan hadits (Hasan dan Lewis, 2007: 38). Sesuai Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip
25
hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti
prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar,
maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Pengertian bank syariah atau bank
Islam menurut Wibowo (2005: 33) adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam (mengacu kepada ketentuan-ketentuan
Al-Quran dan hadits).
Gambar 2.3. Jenis-jenis pendanaan
Sumber: http://accioneduca.org/admin/archivos/clases/material/sources-of-
financing_1563992424.pdf: 188
Keuangan Islam, seperti yang dikenal luas, didasarkan pada penerapan
klasik 'Hukum Islam' dalam pengelolaan uang: ini menyiratkan pelarangan
bunga (riba), risiko berlebihan (gharar), perjudian (maysir), pengucilan
investasi dalam senjata, alkohol, kasino, tembakau, pornografi dan daging
babi, dan perhatian utama pada kesejahteraan sosial (Cattelan, 2010: 76).
Seperti yang ditunjukkan paragraf sebelumnya, ada aturan ketat yang
berlaku untuk keuangan di bawah hukum Islam, dan inilah yang sekarang
kita bahas. Menurut Lewis dan Algaoud (2001), untuk menyesuaikan dengan
aturan dan norma Islam, lima fitur keagamaan, yang didokumentasikan
dengan baik dalam literatur, harus diikuti dalam perilaku investasi (dikutip
dalam Hasan dan Lewis, 2007: 38):
1. Riba dilarang dalam semua transaksi
26
2. Bisnis dan investasi dilakukan atas dasar kegiatan halal (legal,
diizinkan)
3. Maysir (perjudian) dilarang dan transaksi harus bebas dari gharar
(spekulasi atau ketidakpastian yang tidak masuk akal)
4. Zakat harus dibayarkan oleh bank untuk kepentingan masyarakat
5. Semua aktivitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, dengan
dewan syariah khusus untuk mengawasi dan menasihati bank tentang
kelayakan transaksi
Gambar 2.4. Pembiayaan pada bank syariah
Sumber: Wibowo, 2005
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan
pada Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat. Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :
1. Bank Syariah dan unit usaha syariah wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan unit usaha syariah dapat menjalankan fungsi
sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan unit usaha syariah dapat menghimpun dana sosial
yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola
wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
wadi'ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
27
2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito,
tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah;
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah,
akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah;
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam,
akad istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah;
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa
beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah;
9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan
prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga
berdasarkan prinsip syariah;
12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu akad yang berdasarkan prinsip syariah;
13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah;
14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah;
15. Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan akad wakalah;
16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
prinsip syariah; dan
17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
28
Tabel 2.3 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah
Sumber: OJK, 2019
Dewan Pengawas Syariah (DPS) wajib dibentuk di bank syariah dan
bank umum konvensional yang memiliki UUS maupun BPRS. Dewan
Pengawas Syariah diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas
rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. Dewan Pengawas Syariah bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank
agar sesuai dengan prinsip syariah. Tugas dan tanggung jawab DPS secara
rinci meliputi :
1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;
2. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank;
3. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru
Bank yang belum ada fatwanya;
4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank; dan
5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan
kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
Adapun undang-undang serta peraturan yang mengatur tentang
perbankan syariah adalah:
1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
29
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/15/PBI/2009 Tentang Perubahan
Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 Tentang Unit
Usaha Syariah
4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 Tentang Bank
Umum Syariah
E. Deposito Mudharabah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Menurut Utami (2010: 23),
deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Deposito menurut Undang-undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan berdasarkan akad antara nasabah
penyimpan dengan bank syariah atau dengan unit usaha syariah.
Wibowo (2005: 37) menjelaskan bahwa karakteristik deposito pada
umumnya sebagai berikut: (1) Deposito yang untuk nasabah perorangan,
badan usaha ataupun organisasi. (2) Salah satu bukti pemilik deposito, maka
bank akan menerbitkan bilyet deposito sesuai atas nama yang bersangkutan
agar tidak bisa dipindahtangan atau diperjualbelikan. (3) Dana disimpan
dalam bentuk deposito yang berupa uang rupiah dan juga valuta asing. (4)
Dana yang ditentukan oleh bank untuk minimal jumlah atau nilai nominal
depositonya. (5) Dana yang disimpan pada deposito akan diberi bunga
deposito sesuai perjanjian awal.
George (1972) mengemukakan pentingnya peranan deposito terhadap
bank: (dikutip dalam Yidnekachew, 2017: 20)
1. Variabilitas deposito sering kali dimasukkan strategi penting
portofolio. Semakin tidak stabil deposito bank, semakin likuid
campuran asetnya
2. Sejauh variabilitas depostio mempengaruhi kepemilikan bank atas
uang tunai dan cadangan uang, variabilitas mempengaruhi distribusi
total cadangan uang bank dalam sistem perbankan dan mempercepat
tindakan kebijakan moneter
3. Sejauh variabilitas depsotio mempengaruhi campuran aset bank; itu
mempengaruhi ketersediaan dana untuk pinjaman dan akibatnya
pada tingkat pinjaman
30
4. Sejauh variabilitas deposito mempengaruhi campuran aset
pendapatan dan frekuensi terlibat dalam penyesuaian cadangan yang
mahal, variabilitas mempengaruhi profitabilitas masing-masing bank
5. Variabilitas deposioto merupakan faktor penting yang
mempengaruhi penggunaan cadangan uang bank Federal dan dengan
demikian mempengaruhi administrasi diskon
Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi desposito bank menurut
Desinga (1975) antara lain: (dikutip dalam Yidnekachew, 2017: 23)
1. Faktor eksogen. Faktor-faktor ini merupakan faktor yang berasal dari
negara dan bank itu sendiri. Faktor eksogen terdiri dari
a. Faktor spesifik dari negara. Situasi dan kondisi negara
ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan politik dapat
mempengaruhi deposito bank. Faktor-faktor tersebut antara
lain: tingkat suku bunga simpanan, inflasi, tingkat suku
bunga riil, pertumbuhan populasi penduduk, pendapatan per
kapita masyarakat, pertumbuhan ekonomi, serta indeks harga
konsumen
b. Faktor spesifik dari bank. Merupakan faktor yang berasal
dari dalam bank itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara
lain: likuiditas bank, profitabilitas bank, sekuritas bank,
jumlah cabang, ukuran bank, cadangan dana, serta biaya
transaksi.
2. Faktor endogen. Faktor endogen terkait dengan pelayanan yang
diberikan oleh bank yang terdiri dari: kesadaran masyarakat untuk
menggunakan bank dalam bentuk deposito, kenyamanan serta
pelayanan yang diberikan oleh bank.
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang
dijalankan dengan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional
MUI telah mengeluarkan Fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan pronsip mudharabah (Al Arif,
2011: 351). Deposito mudharabah yang juga disebut Deposito Investasi
Mudharabah, merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo), dengan mendapatkan imbalan
bagi hasil (Dahlan, 2006: 1198). Menurut PSAK No 105 paragraf 4
mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak
pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara
mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung
oleh pemilik dana (IAI, 2007).
31
Dasar dari deposito syariah:
Al-Qur‟an Q.S. An-Nisa [4] : 9,
تقهوا الل م فل هه عاف ا خافهوا عل ة ضه ر م ذه ن خلفههه ن لو تركهوا مه خش الذه ولا د قهولهوا قولا سده ول
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”
Al-Qur‟an Q.S. Al-Baqarah [2] : 266
ش أعاب ذدشيذحراٱل خم ي نۥخ ح أحذكىأذك د أ
إعصاس ضعفاءفأصاتا ح نۥرس أصاتٱنكثش خ ش ٱنث نۥفايكم
دنعه كىذرفك ش نكىٱلءا ٱلل ث نفٲحرشقد كز اس ف
Artinya:
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun
kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia
mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian
datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan
yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang
mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.”
Hadits Abu Daud Nomor 2936:
قانه عن أبه بره ده بنه الز حم ثنا مه حد صه ص مان المه ل ده بنه سه حم ثنا مه حدقهوله أنا ثالهثه رة رفعهه قال إهن الل ر عن أبههه عن أبه هه مه ان الت ح
ما نههه ن ب بهه فإهذا خانهه خرجته مه ما صاحه هه ن أحده خه نه ما لم ك الشره
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sulaiman Al
Mishshishi], telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Az
Zibriqan], dari [Abu Hayyan At Taimi], dari [ayahnya] dari [Abu
Hurairah] dan ia merafa'kannya. Ia berkata; sesungguhnya Allah
berfirman: "Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu,
selama tidak ada salah seorang diantara mereka yang berkhianat kepada
32
sahabatnya. Apabila ia telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari
keduanya."
Mudharabah merupakan kontrak di mana pengembalian kepada pemberi
pinjaman adalah bagian yang ditentukan dalam hasil keuntungan/kerugian
dari proyek yang mereka miliki. Hanya keuntungan yang dibagikan di antara
mitra menurut ke proporsi yang sudah ditentukan dan disepakati, karena
kerugian bersifat eksklusif tanggung jawab bank dan pengusaha
dipertimbangkan cukup dikenai sanksi oleh kurangnya keuntungan dan
investasi yang terbuang percuma dalam kinerja investasi (Khan dan Porzio,
2010: 95). Mudharabah, sebagai Mudarib, manajer investasi berhak atas
bagian keuntungan berdasarkan rasio yang disepakati, setelah investasi
memiliki keuntungan (Venardos, 2010: 5).
Gambar 2.5. Mekanisme mudharabah dua arah
Sumber: Sobol, 2019, hlm. 376
Perbedaan utama antara sistem perbankan Islam atau sistem perbankan
bebas bunga dan sistem perbankan berbasis bunga konvensional adalah
bahwa, dalam sistem perbankan berbasis bunga konvensional, tingkat suku
bunga ditetapkan di muka atau merupakan fungsi linier sederhana dari
beberapa suku bunga acuan lainnya, sedangkan, di yang pertama, keuntungan
dan kerugian dari investasi fisik dibagi antara kreditur dan peminjam sesuai
dengan formula yang mencerminkan tingkat partisipasi masing-masing.
Dalam keuangan Islam, kontrak yang menghasilkan bunga digantikan oleh
kontrak yang menghasilkan keuntungan, yang seringkali berbentuk
kemitraan. Bank syariah memberi penabung instrumen keuangan yang mirip
dengan ekuitas yang disebut mudharabah dan musyarakah (Hasan dan Lewis,
2007: 49).
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No: 03/Dsn-Mui/IV/2000 Tentang
Deposito menjelaskan ketentuan umum deposito berdasarkan Mudharabah:
33
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari‟ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah
dengan pihak lain
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Dalil tentang deposito mudharabah:
Al Qur‟an Surat AnNisa ayat 29:
رة عن ـ طل إلا أن تكون تج ـ ا أموٳلكم بينڪم بٲلب ها ٱلذين ءامنوا ل تأڪلوا اأي ـ يا ا أنفسكم إن ٱلل كان بكم رحيم نكم ول تقتلوا م تراض
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu".
Hadits Ibnu Majah dari Shuhaib:
، ع إلى أجل بي بركة: ال هن ال ه وآله وسلم قال: ثلاث في أن النبي صلى الل علي ع )رواه ابن ماجه عن صهيب بي ت ل لل ر لل بي وال مقارضة، وخل ط ال بر بالشعي
Artinya:
Nabi bersabda : ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.‟”
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
Hadis Riwayat Ibnu Thabrani
لهبه ــاسه بنه عبده المهطه نا العب ده الله عنههما انهه قال :كان س روى اب نه عباسه رضه
إهذا دفع المال مضاربة اشترط على صاحب لا سلهك به بحــرا ولا نزل به واد فإن فعل ذلك ضمن فبلغ شر طه رصل الل عله ولا شترى به
34
دابة ذات كبدرطبة وسلم فأ جا زه Artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah
ia menyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan,
menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi
peraturan tersebut, yang bersangkutan bertangung jawab atas dana
tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw
dan Rasulullah pun membolehkanya (HR Thabrani)
Menurut Karim (2009: 304), berdasarkan kewenangan yang diberikan
oleh pihak pemilik dana, terdapat dua bentuk mudharabah, yakni:
1. Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA)
Dalam deposito mudharabah mutlaqah (URIA), pemilik dana tidak
memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syari‟ah
dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat,
cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syari‟ah
mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan
dana URIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan
memperoleh keuntungan
2. Mudharabah Muqayyadah (Restricted Invesment Account, RIA)
Berbeda halnya dengan deposito mudharabah mutlaqah (URIA),
dalam deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), pemilik dana
memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syari‟ah
dalam mengelola investasinya baik yang berkaitan dengan tempat,
cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syari‟ah
tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana RIA ini keberbagai sektor bisnis yang
diperkirakan akan memperoleh keuntungan
Salah satu model perbankan Islam yang terkenal adalah mudharabah
berjenjang dengan menekankan poin bahwa bank mengadakan kontrak bagi
hasil dan kerugian pada keduanya sisi neraca. Di sisi aset, bank memiliki
kontrak dengan pengusaha untuk menerima bagian keuntungannya yang telah
ditentukan sebelumnya sebagai pengganti tingkat bunga. Tentang tanggung
jawab sisi bank memiliki kontrak dengan deposan yang didalamnya terdapat
kesepakatan untuk berbagi keuntungan yang diperoleh bank. Dalam sistem
berbasis suku bunga, deposan berharap menerima pengembalian yang
ditentukan sebelumnya atau yang terkait dengan beberapa bunga acuan nilai,
tetapi ada risiko bahwa, dalam skenario ekstrim atau kondisi yang sangat
buruk, harapan ini mungkin tidak terpenuhi dan bank tidak akan memenuhi
kewajibannya. Namun, dalam perbankan syariah, para deposan tahu bahwa
35
sektor riillah yang menentukan tingkat pengembalian yang akan diberikan
bank kepada mereka (Hasan dan Lewis, 2007: 51).
F. Inflasi
Inflasi adalah tingkat perubahan harga. Harga mewakili ukuran standar
dan yang disepakati bersama tentang apa yang siap diterima seseorang
sebagai imbalan atas barang atau jasa apa pun yang dapat mereka berikan
(Donovan, 2015: 1). OED mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan harga
secara umum dan penurunan daya beli dari uang (O‟Neill, Ralph dan Smith,
2017: 22).
Dari aspek moneternya, inflasi sekarang memiliki ciri yang sama seperti
sebelumnya: naiknya harga atau berkurangnya daya beli uang. Sebaliknya,
deflasi dipandang sebagai permintaan yang terkontraksi yang mengakibatkan
penurunan harga, inflasi disebabkan oleh kurangnya pasokan, yang
mendorong harga naik. Akan tetapi, karena dalam pandangan ini pasar
komoditaslah yang menentukan pembentukan harga (Mattick, 2017: 27).
Menurut Bank Indonesia, indikator yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi adalah dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari
suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang
besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah
besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. 2. Deflator Produk Domestik
Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final
goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator
PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB
atas dasar harga konstan.
Gambar 2.6. Laju inflasi di Indonesia
Sumber: Bank Indonesia, 2018
Inflasi berdasarkan jenisnya dapat dikategorikan menjadi inflasi inti dan
inflasi non inti. Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
fundamental perekonomian seperti interaksi permintaan dan penawaran,
jumlah uang beredar, ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen, dan
36
faktor-faktor lingkungan eksternal – nilai tukar, harga komoditi internasional,
inflasi mitra dagang. Inflasi non inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh
selain faktor fundamental yang terdiri dari 1) Inflasi Volatile Food yaitu
inflasi yang dipengaruhi oleh komoditas makanan yang memiliki volatilitas
tinggi. Guncangan-guncangan pada komoditas ini dapat menyebabkan
terjadinya perubahan pada tingkat inflasi. 2) Inflasi Administered Prices yaitu
inflasi yang diakibatkan oleh perubahan harga barang dan jasa yang harganya
ditentukan oleh pemerintah melalui kebijakan harga. Inflasi dapat juga
dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya (Kementrian ESDM, 2015).
Menurut Sutedi (2012: 284) terdapat tiga teori utama yang menjelaskan
mengenai inflasi, yaitu sebagai berikut:
1. Teori kuantitas. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat
pertumbuhan uang 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam
tingkat inflasi
2. Teori Keynes Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi di sebabkan
masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekononominya. Dengan
kata lain, inflasi terjadi karena pengeluaran agregat telalu besar
3. Teori strukturalis atau teori inflasi jangka panjang model inflasi di
negara berkembang. Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang
berasal dari kelakuan struktur ekonomi, khususnya kekuatan supply
bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab
sruktural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat di
banding dengan pertumbuhan ekonominya, sehingga menaikan harga
bahan makanan dan kelangkaan devisa.
G. Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan studi
kepustakaan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian
tersebut diantaranya: No Nama/Judul/
Sumber
Metode
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil
1 Sutrisno
Factors
affecting
mudaraba
deposit in
Islamic
Puprposiv
e
sampling
(8 bank
komersil)
Multiple
regressio
Faktor-
faktor
yang
mempeng
aruhi
deposito
mudhara
bah
pembagian
laba, resiko
likuiditas,
resiko
kredit,
jumlah
kantor
cabang,
nilai tukar
pembagian
laba tidak
mempengaruh
i deposito
mudharabah,
sedangkan
faktor
likuiditas,
resiko kredit,
37
commercial
bank in
Indonesia
n analysis mata uang,
jumlah
penduduk,
pembiayaa
n bank
syariah,
jumlah
uang
beredar
dan jumlah
kantor cabang
berpengaruh
signifikan
secara negatif
2 Lee Jun
Quan,
Suganthi
Ramasamy,
Devinaga
Rasiah,
Yuen Yee
Yen, dan
Shalini
Devi Pillay
Determinan
ts of Islamic
Banking
Performanc
e: An
Empirical
Study in
Malaysia
(2007 to
2016)
Ordinary
least
square
models
(OLS)
dan fixed-
effect
model
Inflasi
mempeng
aruhi
kinerja
bank
Islam
Kecukupan
modal, ukuran
bank,
resiko
kredit,
GDP, nilai
tukar mata
uang,
jumlah
penduduk,
pembiayaa
n bank
syariah,
jumlah
uang
beredar
Faktor
kecukupan
modal dan
inflasi secara
signifikan
mempengaruh
i kinerja bank
Islam di
Malaysia.
Faktor ukuran
bank, resiko
kredit, dan
GDP tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja bank
Islam di
Malaysia
3 Kelik
Mugiharjo
Analysis of
The Factors
Affecting
The Levels
For Results
of
Mudharaba
Purposive
sampling
Time
series
data
(annual
report)
inflasi
memiliki
pengaruh
terhadap
pembiaya
an bank
umum
syariah
pembiaya
nilai tukar
mata uang,
jumlah
penduduk,
jumlah
uang
beredar
Secara parsial
Non
performing
financing
(NPF)
mempunyai
pengaruh
secara parsial
terhadap bank
umum
syariah.
38
h Deposits
In Sharia
Commercia
l Banks In
Indonesia
Period
2013-2017
an NPF
berpenga
ruh
terhadap
bank
umum
syariah
FDR
tidak
berpenga
ruh
terhadap
pembiaya
an bank
umum
syariah
Secara parsial
financing to
deposit ratio
(FDR) tidak
berpengaruh
terhadap
pembiayaan
terhadap bank
umum
syariah. Dan
untuk tingkat
inflasi secara
parsial
memiliki
pengaruh
terhadap
pembiayaan
bank umum
syariah
4 Bruari
Afgeby
Munandar
Putri
Faktor-
Faktor
Yang
Mempengar
uhi
Deposito
Mudharaba
h Pada
Perbankan
Syariah
(Studi
Kasus PT.
Bank BNI
Syariah
Cabang
Surabaya)
Purposive
sampling
Inflasi
dan
Jumlah
Uang
Beredar
berpenga
ruh
terhadap
Deposito
Mudhara
bah
Tingkat
Suku
Bunga,
Jumlah
Bagi Hasil,
nilai tukar
mata uang,
jumlah
penduduk
secara
simultan
variabel
Tingkat Suku
Bunga,
Jumlah Bagi
Hasil, Inflasi
dan Jumlah
Uang Beredar
berpengaruh
signifikan
terhadap
variabel
Deposito
Mudharabah
PT. Bank
BNI Syariah
Cabang
Surabaya
39
5 Muhammad
Tho‟in dan
Iin Emy
Prastiwi
An Analysis
the Rupiah
Exchange
Rates Effect
Against the
American
Dollar and
Inflation
Against the
Growth of
Islamic
Banking
Mudharaba
h Deposits
in
Indonesia
Multiple
linear
regressio
n
nilai
tukar
rupiah
terhadap
dolar
Amerika,
inflasi,
deposito
mudhara
bah
jumlah
penduduk,
jumlah
uang
beredar
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa nilai
tukar rupiah
memberikan
efek positif
dan signifikan
terhadap
deposito
mudharabah,
sedangkan
inflasi
memberikan
efek positif
tetapi tidak
signifikan
terhadap
deposito
mudharabah
6 Muhamad
Abduh
Depositors
Withdrawal
Behavior in
Islamic
Banking: A
Case Study
of
Malaysia.
Internation
al Islamic
University
Malaysia
Kuesioner inflasi Rate of
return,
pertumbuh
an (bank
growth),
total
deposito,
nilai tukar
mata uang,
jumlah
penduduk,
jumlah
uang
beredar
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa inflasi,
rate of return
dan
pertumbuhan
memiliki
dampak
siginifikan
terhadap
fluktuasi total
deposito pada
bank Islam di
Malaysia
40
7 Tsedav
Tabor
Wami
Factors
Affecting
Time
Deposit:
The Case
Of
Commercia
l Banks In
Ethiopia
Penelitian
sekunder
Panel data
time
series
Deposito
berjangka
inflasi
GDP
Likuditas
Suku
bunga
pinjaman
profitabilit
as
Likuiditas
memiliki
hasil positif
dan signifikan
terhadap
deposito
Suku bunga
pinjaman
memiliki
hasil negatif
dan signifikan
terhadap
deposito
GDP, inflasi,
dan
profitabilitas
memiliki
hasil positif
tetapi tidak
signifikan
terhadap
deposito
H. Kerangka Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi deposito mudharabah pada bank umum syariah dengan inflasi
sebagai variabel mediasi. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder
berdasarkan variabel eksogen nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika,
populasi penduduk, pembiayaan perbankan syariah, dan jumlah uang beredar.
Tingkat inflasi sebagai variabel mediasi serta variabel endogen berupa
deposito mudharabah. Adapun kerangka berpikirnya adalah sebagai berikut :
41
Gambar 2.7. Kerangka Penelitian
Sumber: Data penelitian diolah, 2020
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2014: 142)
adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menggabungkan antara variabel satu dengan yang lain. Metode kuantitatif
merupakan sebuah metode matematis dan teoritis untuk menggambarkan
fenomena di lapangan secara sistematis berdasarkan metode ilmiah dalam
menjelaskan kausalitas hubungan-hubungannya. Penelitian ini bersifat
deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan
menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik
melalui pengujian hipotesa.
Penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada permasalahan faktor-
faktor yang mempengaruhi deposito mudharabah. Faktor-faktor yang akan
ditinjau adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, pembiayaan
perbankan syariah, populasi penduduk, jumlah uang beredar, serta inflasi.
Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rupiah terhadap
Dolar Amerika, pembiayaan perbankan syariah, populasi penduduk, dan
jumlah uang beredar. Sedangkan yang menjadi variabel endogen adalah
deposito mudharabah serta variabel mediasi adalah inflasi. Dalam penelitian
ini Peneliti ingin mengetahui bagaimana dampak variabel eksogen terhadap
variabel endogen dengan kehadiran variabel mediasi.
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ibnu Sina IV, Ciputat,
Tangerang Selatan, 15419. Penelitian dilakukan dalam periode November
2020 sampai dengan Januari 2021.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan data sekunder. Data
sekunder yang digunakan dihimpun dari berbagai sumber. Data sekunder
yang digunakan meliputi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika,
pembiayaan perbankan syariah, populasi penduduk, jumlah uang beredar,
inflasi serta deposito mudharabah pada periode 2015-2019.
Sebagai pendukung terlaksananya penelitian, peneliti menggunakan data
pendukung berupa pengamatan langsung terhadap obyek penelitian; studi
kepustakaan berupa referensi seperti buku, majalah, laporan tahunan dan
jurnal; serta dokumentasi berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen, dan agenda.
43
C. Operasional Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014: 94) variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tesebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014: 97). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah minat. Variabel bebas atau independen
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014: 96). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika,
pembiayaan perbankan syariah, populasi penduduk, serta jumlah uang
beredar. Menurut Tuckham (dikutip dalam Sugiyono, 2014: 98) variabel
mediasi adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak
langsung. Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah inflasi.
Dalam analisis jalur, variabel dibedakan menjadi:
1. Variabel Laten
Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara
langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifes.
Variabel laten disebut pula dengan istilah unobserved variabel,
konstruk atau konstruk laten. Variabel laten diberi simbol lingkaran
atau elips. Variabel laten dapat digolongkan menjadi dua yaitu
sebagai berikut. Variabel laten eksogen, merupakan variabel
independen (bebas) yang mempengaruhi variabel dependen (terikat).
Variabel laten endogen, merupakan variabel dependen yang
dipengaruhi oleh variabel independen.
2. Variabel manifes
Variabel manifes adalah variabel yang digunakan untuk
menjelaskan atau mengukur variabel laten. Variabel manifes dapat
disebut juga dengan istilah observed variabel, measured
variabel atau indikator. Dalam program LISREL, variabel manifes
diberi simbol kotak.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Laten Definisi
Variabel eksogen
1 Nilai tukar Rupiah
terhadap dolar Amerika
Frederich Mishkin (2013:53) menuliskan
definisi uang oleh praktisi ekonomi sebagai
segala sesuatu yang secara umum diterima
sebagai pembayaran untuk barang atau jasa.
44
2 Jumlah penduduk
UUD 1945 Pasal 26 ayat 2, yang berbunyi:
“Penduduk Indonesia adalah Warga Negara
Indonesia dan Warga Negara Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia”
3 Pembiayaan perbankan
syariah
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga (Muhammad, 2005)
4 Jumlah uang beredar
Rahardja dan Manurung (2008), Jumlah
uang beredar adalah nilai keseluruhan uang
yang berada di tangan masyarakat
Variabel endogen
1 Deposito mudharabah
Deposito menurut Undang-undang
Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008
adalah investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan berdasarkan akad
antara nasabah penyimpan dengan bank
syariah atau dengan unit usaha syariah
Variabel Mediasi
1 Inflasi
Inflasi adalah tingkat perubahan harga.
Harga mewakili ukuran standar dan yang
disepakati bersama tentang apa yang siap
diterima seseorang sebagai imbalan atas
barang atau jasa apa pun yang dapat mereka
berikan (Donovan, 2015)
Sumber: Data penelitian diolah, 2020
D. Analisis Data Sekunder
Data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah ada sebelumnya
dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan untuk
melengkapi kebutuhan data penelitian.
Menurut Sugiyono (2014: 141), data sekunder adalah data yang
diperoleh dengan membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain
yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen. Arikunto (2013:
22) menyatakan bahwa data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),
foto-foto, film, rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat
memperkaya data primer.
45
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data dalam penelitian yang dapat
diukur, dihitung, serta dapat dideskripsikan dengan menggunakan angka.
Gambar 3.1. Langkah-langkah analisis data sekunder
Jadi, dalam penelitian sekunder (analisis data sekunder) langkah
penelitiannya sebagai berikut:
1. Menetapkan (mencari-temukan) sumber data/informasi (Badan
Pusat Statistik, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Majelis
Ulama Indonesia, dsb.);
2. Mengumpulkan data yang sudah tersedia (dalam “dokumen”);
3. Menormalisasikan data jika diperlukan dan memungkinkan
(membuat data dari berbagai sumber sesetara mungkin “menjadi
satu bentuk yang sama”);
4. Menganalisis data (misalnya menghitung, mentabulasi, memetakan
data-data kuantiatif, atau membandingkan berbagai peraturan dan
menelaahnya).
Pada penelitian ini, menggunakan data sekunder berupa data time series
dari variabel-variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika,
pembiayaan perbankan syariah, populasi penduduk, jumlah uang beredar,
inflasi serta jumlah deposito mudharabah periode tahun 2015-2019. Data time
series (runtun waktu) merupakan jenis data yang terdiri atas variabel-variabel
yang dikumpulkan menurut urutan waktu dalam suatu rentang waktu tertentu.
Data sekunder berupa dokumentasi data time series tersebut diperoleh
peneliti dari Badan Pusat Statistik, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia,
serta informasi dari buku, dan penelitian terdahulu yang relevan baik dalam
versi cetak maupun digital.
46
E. Analisis Jalur (Path Analysis)
Pada penelitian ini, analisis jalur (path analysis) digunakan untuk
mengetahui hubungan sebab akibat, dengan tujuan menerangkan pengaruh
langsung atau tidak langsung antar variabel eksogen dengan variabel
endogen. Analisis jalur merupakan instrument penting yang dapat membantu
dalam menentukan ada atau tidaknya pola hubungan dalam suatu penelitian
yang konsisten terhadap formulasi teori khusus (Olobatuyi, 2006: 127). Analisis jalur merupakan perluasan dari model regresi, yang digunakan untuk
menguji matriks korelasi pada model kausal yang dibandingkan oleh peneliti
(Garson, 2006). Menurut Ghozali (2018: 68), analisis jalur (path analysis)
merupakan penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas
antar variabel (model kasual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
teori. Menurut Sugiyono (2014: 70), analisis jalur adalah bagian dari model
regresi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat
antar satu variabel dengan variabel lainnya. Analisis jalur digunakan dengan
menggunakan korelasi, regresi dan jalur sehingga dapat diketahui untuk
sampai pada variabel perantara.
Dalam model kausal, dikenal variabel eksogen dan variabel endogen.
Variabel eksogen merupakan variabel yang keragamannya tidak dipengeruhi
oleh penyebab lain dalam sistem. Variabel ini merupakan variable awal yang
memberi efek pada variabel lain dan sisanya (disturbance) tidak
diperhitungkan. Variabel endogen merupakan variabel yang keragamannya
terjelaskan oleh variabel endogen yang lainnya.
Analisis jalur dikembangkan sebagai metode untuk mempelajari
pengaruh (efek) secara langsung (direct effect) dan secara tidak langsung
(indirect effect) dari variabel bebas terhadap variabel tergantung (Juanim,
2004: 17). Pengaruh langsung menunjukkan perubahan langsung pada
variabel terikat dengan standar deviasi untuk setiap kenaikan satu simpangan
baku pada variabel bebas sambil mengendalikan efek variabel independen
yang lain. Indirect effect merupakan pengaruh tidak langsung dari variabel
bebas adalah efek yang dimediasi. Itu menunjukkan perubahan tidak
langsung dalam dependen variabel dengan standar deviasi untuk setiap
kenaikan dari satu standar deviasi di independen variabel, sambil
mengendalikan efek dari variabel bebas lainnya (Nayebi, 2020: 55).. Ketika
menyusun model, perlu diperhatikan variabel mana yang merupakan variabel
bebas (sebab), dan mana yang merupakan variabel terikat (akibat). Urutan
dalam menyusun model harus berdasarkan teori atau hipotesis yang benar.
Terkait dengan hal ini, dalam menganalisis jalur, peneliti sudah mempunyai
hipotesis terlebih dahulu terhadap model atau diagram jalurnya.
Pada analisis jalur, digunakan alat bantu berupa diagram jalur. Diagram
jalur merupakan ekspresi diagramatik dari model kausal, dimana variabel-
47
variabel disusun berdasar tingkat kausal dari kiri ke kanan (Nayebi, 2020:
47).
Gambar 3.2. Contoh diagram jalur 3 variabel
Sumber: Nayebi, 2020
Diagram jalur merupakan alat untuk melukiskan secara grafis, struktur
hubungan kausalitas antar variabel independen, dependen dan mediator.
Model diagram jalur dibuat berdasarkan variabel yang diteliti, dalam
penelitian ini variabel yang diteliti adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
Amerika (X1), populasi penduduk (X2), pembiayaan perbankan syariah (X3),
jumlah uang beredar (X4), inflasi (M) serta jumlah deposito mudharabah (Y).
Gambar 3.3. Diagram jalur penelitian
Sumber: Data penelitian diolah, 2020
Pengaruh langsung (direct effect) pada penelitian ini diperoleh dari
hubungan antara variabel eksogen dengan variabel mediator, yaitu nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika (X1), populasi penduduk (X2), pembiayaan
perbankan syariah (X3), jumlah uang beredar (X4) terhadap inflasi (M).
Serta pengaruh langsung variabel eksogen dengan variabel endogen, yaitu
nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (X1), populasi penduduk (X2),
pembiayaan perbankan syariah (X3), jumlah uang beredar (X4) terhadap
48
jumlah deposito mudharabah (Y). Pengaruh tidak langsung (indirect effect)
pada penelitian ini diperoleh dari hubungan antara variabel eksogen dengan
variabel endogen, yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (X1),
populasi penduduk (X2), pembiayaan perbankan syariah (X3), jumlah uang
beredar (X4) terhadap jumlah deposito mudharabah (Y).
Variabel mediator adalah variabel yang menjadi perantara hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2014: 39),
Variabel mediator adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi baik
secara langsung maupun tidak langsung hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara
yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel
independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya
variabel dependen.
Gambar 3.4. Visualisasi variabel mediasi
Sumber: Baron dan Kenny, 1986
Terlihat pada bahwa peranan variabel bebas terhadap variabel tergantung
terdiri dari dua jenis. Pertama adalah peranan langsung (direct effect) dan
kedua peranan tidak langsung (indirect effect) yang dimediasi oleh variabel
mediasi. Dengan demikian ada dua jalur peranan variabel bebas terhadap
variabel tergantung. Penjumlahan antar kedua jalur tersebut dinamakan
dengan peranan total (total effect). Menurut Baron dan Kenny (1986), secara
umum sebuah variabel merupakan mediasi yang efektif ketika dalam peranan
total, porsi jalur peranan tidak langsung lebih besar dibanding dengan
peranan secara langsung. Selain itu peranan tidak langsung tersebut
diharapkan signifikan secara statistik.
Model struktural (structural model) merupakan bagian dari structural
equation modeling (SEM) yang terkait pula dengan model pengukuran
(measurement model). SEM adalah suatu teknik modeling statistik yang
bersifat sangat cross-sectional, linear dan umum. Termasuk dalam SEM ini
49
ialah analisis faktor (factor analysis), analisis jalur (path analysis) dan
regresi.
Gambar 3.5. Contoh model struktural 2 variabel
Sumber: Widhiarso, 2009
Model struktural menggambarkan antar hubungan diantara konstruk-
konstruk. Sedangkan model pengukuran menggambarkan hubungan diantara
variabel-variabel teramati dengan konstruk atau konstruk dari variabel yang
dihipotesis untuk diukur (Weston dan Gore, 2006: 726). Model struktural
menggambarkan hubungan satu variabel dengan variabel lainnya, dimana.
hubungan tersebut dapat berupa korelasi maupun pengaruh. Korelasi antar
variabel ditunjukkan dengan garis dengan berpanah di kedua ujungnya
sedangkan pengaruh ditandai dengan satu ujung berpanah (Widhiarso, 2009).
Menurut Hutabarat (2008), model hubungan yang menjelaskan keterkaitan
antar peubah laten pada pemodelan persamaan struktural didefinisikan
sebagai model struktural.
Persamaan pada model struktural menentukan hubungan yang
dihipotesiskan antar variabel laten. Penggambaran hubungan diantara
variabel laten adalah sebagai kovarian (analog dengan korelasi), direct effect
atau indirect (mediated) effects. Nilai koefisien yang diperoleh dalam
mendeskripsikan kkuatan hubungan tersebut diinterpretasikan sesuai dengan
nilai regression weights. Bollen (1989) mengidentifikasi tiga komponen
dalam pemodelan persamaan sruktural secara umum, yaitu analisis jalur (path
analysis), penelusuran konsep dari peubah laten dan model pengukuran, serta
prosedur pendugaan secara umum. Dalam mengembangkan analisis jalur,
penggunaan diagram jalur dapat membantu dalam penelusuran hubungan
langsung dan tak langsung antara peubah-peubah laten eksogen dengan
peubah-peubah laten endogen, hubungan antara peubah laten dengan peubah-
peubah manifesnya, serta mengaitkan hubungan antara peubah-peubah
dengan parameter-parameter modelnya (dikutip dalam Hutabarat, 2008).
Setelah model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram
alur, selanjutnya adalah konversi diagram alur kedalam rangkaian persamaan.
Persamaan yang akan dibangun akan terdiri dari:
1. Persamaan-persamaan struktural (structural equation), yang
dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai
konstruk. Persamaan struktural pada umumnya dibangun dengan:
Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen + Error
2. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model)
untuk menentukan variabel mana mengukur konstruk mana, serta
50
menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang
dihipotesakan.
Persamaan matematis (causal step) yang dapat diperoleh dari model
struktural pada penelitian ini terdiri dari:
Persamaan model struktural I : Y = a + cx + e
Persamaan model struktural II : M = a + ax + e
Persamaan model struktural III : Y = a + c‟x + bM + e
Persamaan model struktural I dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.6. Model persamaan struktural I
Sumber: Data penelitian diolah, 2020
Y = a + cx + e
Y = a + P5X1 + P6X2 + P7X3 + P8X4 + e
Keterangan:
Y = variabel endogen (deposito mudharabah)
a = konstanta (nilai estimate)
P5X1 = variabel eksogen nilai tukar rupiah berkaitan langsung
dengan variabel endogen
P6X2 = variabel eksogen jumlah penduduk berkaitan langsung
dengan variabel endogen
P7X3 = variabel eksogen pembiayaan perbankan syariah berkaitan
langsung dengan variabel endogen
P8X4 = variabel eksogen jumlah uang beredar berkaitan langsung
dengan variabel endogen
X1 X2 X3 X4 = koefisien regresi
e = error
Persamaan model struktural 2 dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.7. Model yang menunjukkan hubungan langsung antara variabel
eksogen dengan variabel mediasi
51
Sumber: Data penelitian diolah, 2020
M = a + ax + e
M = a + P1X1 + P2X2 + P3X3 + P4X4 + e
Keterangan:
M = variabel mediasi (inflasi)
a = konstanta (nilai estimate)
P1X1 = variabel eksogen nilai tukar rupiah berkaitan dengan
variabel mediasi
P2X2 = variabel eksogen jumlah penduduk berkaitan dengan
variabel mediasi
P3X3 = variabel eksogen pembiayaan perbankan syariah berkaitan
dengan variabel mediasi
P4X4 = variabel eksogen jumlah uang beredar berkaitan dengan
variabel mediasi
X1 X2 X3 X4 = koefisien regresi
e = error
Persamaan model struktural 3 dapat digambarkan sebagai berikut :
52
Gambar 3.8. Hubungan variabel eksogen terhadap variabel
endogen melalui variabel mediasi
Sumber: Data penelitian diolah, 2020
Y = a + c‟x + bM + e
Y = a + P5X1 + P6X2 + P7X3 + P8X4 + P9M + e
Keterangan:
Y = variabel endogen deposito mudharabah
a = konstanta (nilai estimate)
P5X1 = variabel eksogen nilai tukar rupiah berkaitan dengan
variabel endogen melalui variabel mediasi
P6X2 = variabel eksogen jumlah penduduk berkaitan dengan
variabel endogen melalui variabel mediasi
P7X3 = variabel eksogen pembiayaan perbankan syariah
berkaitan dengan variabel endogen melalui variabel mediasi
P8X4 = variabel eksogen jumlah uang beredar berkaitan dengan
variabel endogen melalui variabel mediasi
P9M = variabel mediasi inflasi berkaitan dengan variabel
endogen
X1 X2 X3 X4 = koefisien regresi
e = error
F. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk menilai
karakteristik dari sebuah data. Karakterisitik itu banyak sekali, antara lain:
nilai Mean, Median, Sum, Variance, Standar error, standar error of mean,
mode, range atau rentang, minimal, maksimal, skewness dan kurtosis. Pada
penelitian ini, analisa deskriptif menggunakan nilai rata-rata, persentase serta
53
frekuensi dari data sekunder yang diolah menggunakan software IBM SPSS
v22.
G. Analisis faktor konfirmasi (Confirmation Factor Analysis/CFA)
Analisis faktor konfirmasi merupakan analisis yang digunakan untuk
mengkonfirmasi faktor-faktor yang paling dominan dalam pembentukan
suatu kelompok variabel. Analisis faktor konfirmasi terdiri dari
1. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data merupakan tahapan yang harus dilewati
sebuah model penelitian sebelum sampai pada uji pengaruh
maupun uji korelasi. Secara umum, validitas data menggambarkan
kecocokan tiap indikator terhadap variabelnya. Sedangkan
reliabilitas data menunjukkan kehandalan data penelitian.
a) Uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk menganalisis
suatu persamaan/model penelitian yang biasanya terdiri dari
beberapa variabel dengan puluhan bahkan ratusan data
bahwa data terdistribusi secara normal sehingga layak
digunakan dalam pengujian pada tahapan selanjutnya.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan
kriteria critical ratio (c.r) dari skewness value sebesar ± 2,58
(dibulatkan menjadi 3) pada signifikansi 5% serta dikatakan
normal apabila berada pada nilai critical ratio (c.r) skewness.
Gambar 3.9. Kurva berdistribusi normal
Sumber: bilsonsimamora.com, 2018
b) Uji autokorelasi. Menurut Ghozali (2016: 107), uji
autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-
1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Menurut Gaughan (2020: 162),
serial correlation (autokorelasi positif) dapat terjadi pada
54
data time series diakibatkan dari data pengamatan yang
berasal dari pengaruh waktu, sehingga pola data-data tersebut
saling berhubungan. Uji autokorelasi yang biasa digunakan
adalah uji Durbin Watson.
∑ ( )
∑
Dimana:
DW = Nilai Durbin Watson
et = residual error dalam periode waktu t
et-1= residual error dalam periode waktu sebelumnya t-1
2. Uji kecocokan model
Uji kesesuaian model dalam analisis jalur (path analysis) pada
dasarnya menggunakan beberapa parameter.
a) Chi Square (X2)
Chi square digunakan untuk menguji seberapa adanya
penyimpangan atau tingkat kecocokan antara matrik kovarian
sampel dengan matrik kovarian model. Uji statistiknya
adalah :
X2 = (n-1) F(S, Σ(Θ))
Nilai probabilitas yang diharapkan adalah p ≥ 0.05 bila
menggunakan derajat kepercayaan 95%. Ini menandakan
bahwa hipotesis nol diterima dan matrik input yang
diprediksi dengan kenyatannya tidak berbeda secara
statistik.
b) Goodness of fit indices (GFI)
GFI merupakan ukuran mengenai ketepatan model
dalam menghasilkan observed matrix covarians. Nilai GFI
ini berkisar 0 – 1. Semakin mendekati angka 1, model
dinyatakan semakin baik. Sebagian besar peneliti
menggunakan patokan minimal 0,90 sebagai parameter
model bisa dikatakan sebagai model yang baik.
c) Root mean square error of approximation (RMSEA)
RMSEA mengukur penyimpangan nilai parameter suatu
model dengan matrik kovarian populasinya. Nilai RMSEA <
0,05, menunjukkan bahwa model close fit, sedangkan nilai
0,05 < RMSEA < 0,08 menunjukkan model good fit.
d) Comparative Fit Index (CFI)
Alternatif lain yang bisa digunakan untuk menilai model
fit atau tidak adalah Normed Fit Index (NFI). Bentler
kemudian merevisi NFI menjadi CFI (Comparative Fit
55
Index) karena NFI memiliki tendensi merendahkan fit pada
sampel kecil. Nilai CFI ini berkisar antara 0-1, sedangkan
model dinilai fit bila CFI lebih besar dari 0,9.
e) Tucker-Lewis Index (TLI)
Ukuran Tucker-Lewis Index disebut juga dengan
nonnormed fit index (NNFI). Ukuran ini merupakan ukuran
untuk pembandingan antarmodel yang mempertimbangkan
banyaknya koefisien di dalam model. TLI ≥ 0,9 adalah good
fit, sedangkan 0,8 ≤ TLI ≤ 0,9 adalah marginal fit.
f) Relative Fit Index (RFI)
Alternatif lain yang bisa digunakan untuk menilai model
fit atau tidak adalah Relative Fit Index (NFI). Nilai RFI ini
berkisar antara 0-1, nilai RFI ≥0,9 adalah good fit sedangkan
0,8 ≤ RFI ≤ 0,9 adalah marginal fit.
g) Incremental Fit Index (IFI)
Alternatif lain yang bisa digunakan untuk menilai model
fit atau tidak adalah Incremental Fit Index (IFI). Nilai IFI ini
berkisar antara 0-1, nilai IFI ≥0,9 adalah good fit sedangkan
0,8 ≤ IFI ≤ 0,9 adalah marginal fit.
H. Analisa Statistik Kuantitatif
Regression weight di dalam analisis jalur digunakan untuk meneliti
seberapa besar pengaruh variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika,
pembiayaan perbankan syariah, populasi penduduk, jumlah uang beredar,
serta inflasi terhadap deposito mudharabah.
1. Persamaan regresi linier berganda
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar
variabel endogen dengan menggunakan data variabel eksogen yang
sudah diketahui besarnya. Dari penelitian, didapatkan persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = a + λNTξ1 + λJUBξ2 + λJPξ3 + λPBSξ4 + e
Keterangan:
Y = variabel endogen deposito mudharabah
a = konstanta (nilai estimate)
λNT = variabel eksogen nilai tukar rupiah
λJUB = variabel eksogen jumlah uang beredar
λJP = variabel eksogen jumlah penduduk
λPBS = variabel eksogen pembiayaan bank syariah
ξ1 ξ2 ξ3 ξ4 ξ5 ξ6 = koefisien regresi e = error
2. Analisis hubungan langsung (direct effects)
56
Direct Effect (DE) adalah pengaruh langsung yang dapat dilihat
dari koefisien jalur dari variabel eksogen ke variabel endogen.
3. Analisis hubungan tidak langsung (indirect effects)
Indirect Effect (IE) adalah urutan jalur melalui satu atau lebih
variabel perantara.
4. Korelasi antar variabel
Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya
hubungan linier antar dua variabel. Koefisien korelasi biasa
dilambangkan dengan huruf r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1
sampai +1. Nilai r yang mendekati -1 atau +1 menunjukan hubungan
yang kuat antara dua variabel tersebut dan nilai r yang mendekati 0
mengindikasikan lemahnya hubungan antara dua variabel tersebut.
Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif) memberikan informasi
mengenai arah hubungan antara dua variabel tersebut. Jika bernilai +
(positif) maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang
searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan dengan
peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai – (negatif)
artinya korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan.
Peningkatan nilai X akan dibarengi dengan penurunan Y.
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perbankan Islam
Kegiatan yang dilakukan oleh perorangan (jihbiz) kemudian dilakukan
oleh institusi yang saat ini dikenal dengan Bank. Ketika bangsa Eropa mulai
menjalankan praktik perbankan, persoalan mulai timbul karena transaksi
yang dilakukan mulai menggunakan instrument bunga yang dalam
pandangan fiqih adalah riba, dan oleh karena itu hukumnya Haram. Transaksi
berbasis bunga ini semakin merebak ketika Raja Henry VIII pada tahun 1545
membolehkan bunga (interest) meskipun tetap mengharamkan riba (usury)
dengan syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda (excessive). Setelah wafat
Raja Henry VIII digantikan oleh Raja Edward VI yang membatalkan
kebolehan bunga uang.
Ketika mulai bangkit dari keterbelakangannya dan mengalami
renaissance, bangsa Eropa melakukan penjelajahan ke seluruh penjuru dunia,
sehingga aktivitas perekonomian dunia didominasi oleh bangsa-bangsa
Eropa. Pada saat yang sama, peradaban Muslim mengalami kemerosotan dan
Negara-negara muslim satu-persatu jatuh ke dalam cengkraman penjajahan
bangsa-bangsa Eropa. Akibatnya, institusi-institusi perekonomian umat Islam
runtuh dan digantikan oleh institusi ekonomi bangsa Eropa.
Dalam keuangan Islam, bunga uang secara fiqih dikategorikan sebagai
riba yang berarti haram. Di sejumlah Negara Islam dan berpenduduk
mayoritas Muslim mulai timbul usaha-usaha untuk mendirikan lembaga Bank
Alternatif non-ribawi. Melihat gagasannya yang ingin membebaskan diri dari
mekanisme bunga, pembentukan Bank Islam mula-mula banyak
menimbulkan keraguan. Hal tersebut muncul karena anggapan bahwa sistem
perbankan bebas bunga adalah sesuatu yang mustahil dan tidak lazim,
sehingga timbul pula pertanyaan tentang bagaimana nantinya Bank Islam
tersebut akan membiayai operasinya.
Konsep teoritis mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada tahun
1940-an, dengan gagasan mengenai perbankan yang berdasarkan bagi
hasil. Perbankan dan sistem keuangan Islam muncul agar berbagai agama
yang ada dapat menerima layanan keuangan komunitas Muslim. Selain
fungsi khusus ini, file perbankan dan lembaga keuangan, seperti semua aspek
masyarakat Islam lainnya, diharapkan untuk berkontribusi kaya pada
pencapaian tujuan sosial-ekonomi utama Islam (Hasan dan Lewis, 2007: 2).
Berkenaan dengan ini dapat disebutkan pemikiran-pemikiran dari penulis
antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948) dan Mahmud
Ahmad (1952). Uraian yang lebih terperinci mengenai gagasan pendahuluan
58
mengenai perbankan Islam ditulis oleh ulama besar Pakistan, yakni Abul A'la
Al-Mawdudi (1961) serta Muhammad Hamidullah (1944-1962) (Andrianto
dan Firmansyah, 2019: 6).
Usaha modern pertama untuk mendirikan Bank tanpa bunga dimulai di
Pakistan yang mengelola dana haji pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi
usaha ini tidak sukses. Perkembangan berikutnya usaha pendirian bank
syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern ini dilakukan di
Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank.
Bank ini diterima dengan baik oleh kalangan petani dan masyarakat
pedesaan. Namun sayang, karena terjadi kekacauan politik di Mesir, Mit
Ghamr mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya diambil alih
oleh National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir pada tahun 1967.
Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit Ghamr mulai
ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroperasi berdasarkan bunga (Khan
dan Porzio, 2010: 1).
Jumhur Ulama' sepakat bahwa bunga bank adalah riba, oleh karena
itulah hukumnya haram. Pertemuan 150 Ulama' terkemuka dalam konferensi
Penelitian Islam di bulan Muharram 1385 H, atau Mei 1965 di Kairo, Mesir
menyepakati secara aklamasi bahwa segala keuntungan atas berbagai macam
pinjaman semua merupakan praktek riba yang diharamkan termasuk bunga
bank. Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank,
yang didirikan tahun 1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari berbagai
negara. Pada tahun 1977 berdiri dua bank Islam dengan nama Faysal Islamic
Bank di Mesir dan Sudan. Dan pada tahun itu pula pemerintah Kuwait
mendirikan Kuwait Finance House. Menurut data International Association
Of Islamic Bank (IAIB), pada tahun 1997 telah ada lebih dari 176 lembaga
keuangan syariah di seluruh dunia dengan modal $7,3 miliar dan simpanan
mencapai $112,6 miliar (Wangsawidjaja, 2012: 8).
Inisiatif pendirian bank Islam Indoensia dimulai pada tahun 1980 melalui
diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai
uji coba, gagasan perbankan Islam dipraktekkan dalam skala yang relatif
terbatas di antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di
Jakarta (Koperasi Ridho Gusti). Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada
tanggal 18–20 Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor,
Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang
menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank
Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI
dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan
semua pihak yang terkait.
59
Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank
syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI),
yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991. Pada
awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah memperoleh
perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasan
hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu hanya
diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil"
pada UU No. 7 Tahun 1992; tanpa rincian landasan hukum syariah serta
jenis-jenis usaha yang diperbolehkan.
Pada tahun 1998, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan
penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10 Tahun 1998,
yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan
di tanah air (dual banking system), yaitu sistem perbankan konvensional dan
sistem perbankan syariah. Peluang ini disambut hangat masyarakat
perbankan, yang ditandai dengan berdirinya beberapa Bank Islam lain.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis deskriptif
Analisis Deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk menilai
karakteristik dari sebuah data. Pada penelitian ini, analisa deskriptif
menggunakan nilai rata-rata, persentase serta frekuensi dari data
sekunder yang diolah menggunakan software IBM SPSS v20.
Tabel 4.1
Deskripsi data penelitian tahun 2016
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NT 12 12998 13615 13284.00 197.459
JP 12 255771700 258705000 257240583.33 982000.689
PBS 12 54535000000000 65864000000000 58571666666666.66 2960049057742.53
1
JUB 12 44984000000000
00
50633000000000
00
4703266666666667.0
0
160877030019449.
220
IN 12 2.79 4.45 3.5308 .54226
DPM 12 14239000000000 15298000000000 14643416666666.67 365595518.754
Valid N (listwise) 12
Sumber: Data penelitian diolah, 2021
Pada periode 2016, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika,
nilai minimum sebesar Rp. 12.998 sedangkan nilai maksimum sebesar
Rp. 13.615. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika
sebesar Rp. 13.284. Jumlah penduduk memiliki nilai minimum
60
sebanyak 255,771 juta jiwa sedangkan jumlah maksimum sebanyak
258,705 juta jiwa. Rata-rata jumlah penduduk sebanyak 257.240 juta
jiwa. Jumlah pembiayaan perbankan syariah terendah senilai 54,53
triliun rupiah dengan jumlah terbanyak senilai 65,86 triliun rupiah.
Rata-rata pembiayaan perbankan syariah sebesar 58,57 triliun rupiah.
Jumlah uang yang beredar di masyarakat paling rendah senilai 4.498
triliun rupiah dan tertinggi senilai 5.063 triliun rupiah. Rata-rata
jumlah uang yang beredar dimasyarakat sebesar 4.703 triliun rupiah.
Tingkat inflasi yang terjadi tahun 2016 terendah pada 2,79 persen dan
tertinggi sebesar 4,45 persen. Rata-rata tingkat inflasi yang terjadi
sebesar 3,53 persen. Jumlah deposito mudharabah terendah sebesar
14,24 triliun rupiah dan tertinggi sebesar 15,3 triliun rupiah. Rata-rata
jumlah deposito mudharabah sebesar 14,64 triliun rupiah.
Tabel 4.2
Deskripsi data penelitian tahun 2017
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NT 12 13319 13572 13410.00 103.025
JP 12 259042600 261890900 260504600.00 922704.353
PBS 12 65475000000000 85709000000000 74308083333333.33 7271797107609.81
3
JUB 12 49369000000000
00
54185000000000
00
5161550000000000.0
0
155219841163779.
970
IN 12 3.30 4.37 3.8092 .33337
DPM 12 14316000000000 17090000000000 15562416666666.67 1011221804.491
Valid N (listwise) 12
Sumber: Data penelitian diolah, 2021
Pada periode 2017, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika,
nilai minimum sebesar Rp. 13.319 sedangkan nilai maksimum sebesar
Rp. 13.572. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika
sebesar Rp. 13.410. Jumlah penduduk memiliki nilai minimum
sebanyak 259,042 juta jiwa sedangkan jumlah maksimum sebanyak
261,890 juta jiwa. Rata-rata jumlah penduduk sebesar 260.504 juta
jiwa. Jumlah pembiayaan perbankan syariah terendah senilai 65,47
triliun rupiah dengan jumlah terbanyak senilai 85,71 triliun rupiah.
Rata-rata jumlah pembiayaan perbankan syariah sebesar 74,31 triliun
rupiah. Jumlah uang yang beredar di masyarakat paling rendah senilai
4.936 triliun rupiah dan tertinggi senilai 5.418 triliun rupiah. Rata-rata
jumlah uang yang beredar di masyarakat sebesar 5.161,6 triliun
rupiah. Tingkat inflasi yang terjadi tahun 2017 terendah pada 3,30
61
persen dan tertinggi sebesar 4,37 persen. Rata-rata tingkat inflasi
sebesar 3,81 persen. Jumlah deposito mudharabah terendah sebesar
14,31 triliun rupiah dan tertinggi sebesar 17,09 triliun rupiah. Rata-
rata jumlah deposito mudharabah sebesar 15,56 triliun rupiah.
Tabel 4.3
Deskripsi data penelitian tahun 2018
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NT 12 13413 15227 14271.17 537.407
JP 12 262145100 265015300 263585816.67 952798.593
PBS 12 88805000000000 111242000000000 98787250000000.00 7876801809744.868
JUB 12 44984000000000
00
506330000000000
0
4703266666666667.0
0
160877030019449.22
0
IN 12 2.88 3.41 3.1975 .13632
DPM 12 14624000000000 16770000000000 15970500000000.00 691753306.001
Valid N (listwise) 12
Sumber: Data penelitian diolah, 2021
Pada periode 2018, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika,
nilai minimum sebesar Rp. 13.413 sedangkan nilai maksimum sebesar
Rp. 15.227. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika
sebesar Rp. 14.271,17. Jumlah penduduk memiliki nilai minimum
sebanyak 262,145 juta jiwa sedangkan jumlah maksimum sebanyak
265,015 juta jiwa. Rata-rata jumlah penduduk sebesar 263.585 juta
jiwa. Jumlah pembiayaan perbankan syariah terendah senilai 88,81
triliun rupiah dengan jumlah terbanyak senilai 111,242 triliun rupiah.
Rata-rata jumlah pembiayaan perbankan syariah sebesar 98,8 triliun
rupiah. Jumlah uang yang beredar di masyarakat paling rendah senilai
4.498 triliun rupiah dan tertinggi senilai 5.063 triliun rupiah. Rata-rata
jumlah uang yang beredar sebanyak 4.703,3 triliun rupiah. Tingkat
inflasi yang terjadi tahun 2018 terendah pada 2,88 persen dan
tertinggi sebesar 3,41 persen. Rata-rata tingkat inflasi sebesar 3,19
persen. Jumlah deposito mudharabah terendah sebesar 14,62 triliun
rupiah dan tertinggi sebesar 16,77 triliun rupiah. Rata-rata jumlah
deposito mudharabah sebesar 15,97 triliun rupiah.
Pada periode 2019, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika,
nilai minimum sebesar Rp. 13.880 sedangkan nilai maksimum sebesar
Rp. 14.270. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika
sebesar Rp. 14.093,92. Jumlah penduduk memiliki nilai minimum
sebanyak 265,273 juta jiwa sedangkan jumlah maksimum sebanyak
62
268,074 juta jiwa. Rata-rata jumlah penduduk sebanyak 266.633 juta
jiwa. Jumlah pembiayaan perbankan syariah terendah senilai 111,18
triliun rupiah dengan jumlah terbanyak senilai 124,32 triliun rupiah.
Rata-rata jumlah pembiayaan perbankan syariah sebesar 116,54
triliun rupiah. Jumlah uang yang beredar di masyarakat paling rendah
senilai 5.645 triliun rupiah dan tertinggi senilai 6.136 triliun rupiah.
Rata-rata jumlah uang yang beredar senilai 5.9022,2 triliun rupiah.
Tingkat inflasi yang terjadi tahun 2019 terendah pada 2,48 persen dan
tertinggi sebesar 3,49 persen. Rata-rata tingkat inflasi yang terjadi
sebesar 3,03 persen. Jumlah deposito mudharabah terendah sebesar
13,41 triliun rupiah dan tertinggi sebesar 14,82 triliun rupiah. Rata-
rata jumlah depsito mudharabah sebesar 13,97 triliun rupiah.
Tabel 4.4
Deskripsi data penelitian tahun 2019
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NT 12 13880 14270 14093.92 122.163
JP 12 265273700 268074600 266633200.00 905969.800
PBS 12 111178000000000 124326000000000 116543083333333.33 4138178748684.08
8
JUB 12 564500000000000
0
613650000000000
0
5902200000000000.0
0
172196510364810.
120
IN 12 2.48 3.49 3.0292 .34073
DPM 12 13409000000000 14824000000000 13974500000000 461023268.985
Valid N (listwise) 12
Sumber: Data penelitian diolah, 2021
Pada periode 2020, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika,
nilai minimum sebesar Rp. 13.662 sedangkan nilai maksimum sebesar
Rp. 16.367. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika
sebesar Rp. 14.625,25. Jumlah penduduk memiliki nilai minimum
sebanyak 268,153 juta jiwa sedangkan jumlah maksimum sebanyak
271,35 juta jiwa. Rata-rata jumlah penduduk sebanyak 269,438 juta
jiwa. Jumlah pembiayaan perbankan syariah terendah senilai 124,44
triliun rupiah dengan jumlah terbanyak senilai 130,21 triliun rupiah.
Rata-rata jumlah pembiayaan perbankan syariah sebesar 127,07 triliun
rupiah. Jumlah uang yang beredar di masyarakat paling rendah senilai
6.047 triliun rupiah dan tertinggi senilai 6.900 triliun rupiah. Rata-rata
jumlah uang yang beredar senilai 6.520 triliun rupiah. Tingkat inflasi
yang terjadi tahun 2020 terendah pada 1,32 persen dan tertinggi
63
sebesar 2,98 persen. Rata-rata tingkat inflasi yang terjadi sebesar 2,04
persen. Jumlah deposito mudharabah terendah sebesar 11,79 triliun
rupiah dan tertinggi sebesar 13,72 triliun rupiah. Rata-rata jumlah
depsito mudharabah sebesar 12,42 triliun rupiah.
Tabel 4.5
Deskripsi data penelitian tahun 2020
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NT 12 13662 16367 14625.25 682.718
JP 12 268153844 271349889 269438164.50 1045645.055
PBS 12 124444000000000 130209000000000 127074250000000.0 1588930064540.28
5
JUB 12 604670000000000
0
690000000000000
0
65208583330000000
0
284675532870586.
633
IN 12 1.32 2.98 2.0358 .63318
DPM 12 11790000000000 137240000000000 13974500000000 637860486313.426
Valid N (listwise) 12
Sumber: Data penelitian diolah, 2021
Tabel 4.6
Deskripsi data penelitian tahun 2016-2020
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NT 60 12625 15227 13703.33 537.479
JP 60 252404800 268074600 260380871.67 4620508.216
PBS 60 47098000000000 12432600000000
0
79741083333333.3
4
25450110918003.8
80
JUB 60 41748000000000
00
61365000000000
00
496554333333333
5.00
558330332137982.
900
IN 60 2.48 7.26 3.9898 1.37212
DPM 60 13409000000000 17090000000000 15004683333333.3
3 953662938.211
Valid N (listwise) 60
Sumber: Data penelitian diolah, 2021
Secara keseluruhan, pada periode 2016-2020 dapat disimpulkan
bahwa: Pada nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika, nilai
minimum sebesar Rp. 12.625 sedangkan nilai maksimum sebesar Rp.
64
15.227. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika sebesar
Rp. 13.703,33. Jumlah penduduk memiliki nilai minimum sebanyak
252,404 juta jiwa sedangkan jumlah maksimum sebanyak 268,074
juta jiwa. Rata-rata jumlah penduduk sebesar 260.380 juta jiwa.
Jumlah pembiayaan perbankan syariah terendah senilai 47,1 triliun
rupiah dengan jumlah terbanyak senilai 124,33 triliun rupiah. Rata-
rata jumlah pembiayaan perbankan syariah sebesar 79,7 triliun rupiah.
Jumlah uang yang beredar di masyarakat paling rendah senilai 4.174
triliun rupiah dan tertinggi senilai 6.136 triliun rupiah. Rata-rata
jumlah uang yang beredar di masyarakat sebesar 4.965,5 triliun
rupiah. Tingkat inflasi yang terjadi tahun 2015-2019 terendah pada
2,48 persen dan tertinggi sebesar 7,26 persen. Rata-rata tingkat inflasi
yang terjadi sebesar 3,99 persen. Jumlah deposito mudharabah
terendah sebesar 13,4 triliun rupiah dan tertinggi sebesar 17,1 triliun
rupiah. Rata-rata jumlah deposito mudharabah sebesar 15 triliun
rupiah.
2. Analisis kuantitatif
a. Uji kualitas data
1) Uji normalitas data
Uji normalitas digunakan untuk menganalisis suatu
persamaan/model penelitian yang biasanya terdiri dari
beberapa variabel dengan puluhan bahkan ratusan data bahwa
data terdistribusi secara normal sehingga layak digunakan
dalam pengujian pada tahapan selanjutnya.
Karena data dalam penelitian ini memiliki satuan yang
berbeda-beda maka data terlebih dahulu dilakukan perlakuan
tertentu dengan melakukan transformasi atau mengubah data
ke dalam bentuk LN (Logaritma Natural) untuk memperkecil
skala data dan untuk menormalkan distribusi data. Untuk
menormalkan data runtun waktu (time series) dilakukan
dengan cara mentranformasikan data dengan menggunakan
LN/Logaritma Natural (Rosyadi, 2012: 24).
Tabel 4.7.
Assessment of normality (Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Ln_JUB 36.040 36.470 .393 1.243 -1.219 -1.928
Ln_PBS 31.630 32.500 -.396 -1.252 -1.361 -2.152
Ln_JP 19.360 19.420 -.061 -.192 -1.084 -1.714
Ln_NT 9.470 9.700 .856 2.706 .917 1.449
Ln_IN .280 1.490 -1.429 -2.520 1.635 2.584
65
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Ln_DPM 30.100 30.470 -.392 -1.239 -.505 -.798
Multivariate
5.190 2.052
Sumber : Data penelitian yang diolah, 2021
Pengujian normalitas data dilakukan dengan
menggunakan kriteria critical ratio (c.r) dari skewness value
sebesar ± 2,58 (dibulatkan menjadi 3) pada signifikansi 5%
serta dikatakan normal apabila berada pada nilai critical ratio
(c.r) skewness. Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa critical
ratio skew dan kurtosis berada pada rentang -3 sampai 3
sehingga dapat dinyatakan data memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji autokorelasi
Menurut Ghozali (2016: 107), uji autokorelasi bertujuan
untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Tabel 4.8.
Nilai Durbin Watson Cochrane-Orcutt 2 Step Method
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,369a ,136 ,072 ,03373 1,612
a. Predictors: (Constant), Ln_IN@4, Ln_NT@4, Ln_JP@4, Ln_PBS@4
b. Dependent Variable: Ln_DPM@4
Sumber : Data penelitian yang diolah, 2021
Hasil pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin
Watson, nilai Durbin Watson Cochrane-Orcutt 2 Step Method
hasil perhitungan diperoleh sebesar 1,612. Dari tabel Durbin
Watson 5%, diperoleh angka sebesar d upper (du) = 1,8091
dan d lower (dl) = 1,3648.
Tabel 4.9.
Kriteria nilai Durbin Watson
Nilai Durbin Watson Kesimpulan
0 < d < dl Autokorelasi positif
dl ≤ d ≤ du Tidak dapat disimpulkan
du < d < (4-du) Tidak ada autokorelasi
(4-du) ≤ d ≤ (4-dl) Tidak dapat disimpulkan
(4-dl) < d < 4 Autokorelasi negatif
66
Sumber : Ghozali, 2013:111
Dari tabel nilai Durbin Watson yang diperoleh dari
perhitungan menunjukkan bahwa nilai DW berada di kriteria
dl < d < du (1,3648<1,612<1,8091). Kesimpulan nilai DW
pada kriteria tersebut adalah tidak dapat disimpulkan terjadi
autokorelasi atau tidak. Pada umumnya, autokorelasi yang
terjadi pada data sekunder time series adalah autokorelasi
positif yang biasa juga dikenal dengan istilah serial
correlation (Makridakis, dkk., 1997: 268; Field, 2009: 221;
White, 2003: 324; Amalie, 2020). Menurut Gaughan (2020:
162), serial correlation (autokorelasi positif) pada data time
series diakibatkan dari data pengamatan yang berasal dari
pengaruh waktu, sehingga pola data-data tersebut saling
berhubungan.
Untuk mengatasi permasalahan autokorelasi seperti serial
correlation, dapat digunakan cara-cara lain seperti Durbih h
test, Breusch-Godfrey test serta Lagrange Multiplier test. Hasil
pengujian data penelitian terkait autokorelasi menggunakan
Lagrange Multiplier test diperoleh:
Tabel 4.10. Lagrange Multiplier test
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .668a .446 .369 .04262591
a. Predictors: (Constant), UT_2, Ln_NT, Ln_JUB, Ln_IN, UT_1, Ln_PBS, Ln_JP b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data penelitian yang diolah, 2021
Berdasarkan Lagrange Multiplier test, nilai autokorelasi
dilihat dari nilai chi square hitung yang diperoleh dari
perkalian antara jumlah sampel dengan nilai R square
kemudian dibandingkan dengan nilai chi square tabel pada
taraf signifikansi 0,05. Nilai chi square hitung = 60 x 0,446 =
26,778 dimana chi square tabel pada n=60 dan a=0,05 adalah
76,778. Dapat dilihat bahwa nilai chi square hitung lebih kecil
dari nilai chi square tabel (26,778 < 76,778), sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi.
b. Analisis jalur
Analisis jalur untuk menggambarkan hubungan antar variabel
penelitian. Menurut Retherford (1993), Analisis jalur ialah suatu
teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada
67
regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel
tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak
langsung (Sarwono, 2010).
Gambar 4.1. Diagram jalur penelitian
Sumber : Data Penelitian diolah, 2021
Diagram jalur dibentuk berdasarkan jenis variabel endogen
dan eksogen, serta variabel moderator dapat dilihat nilai antar
hubungan variabel-variabelnya. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
Amerika (x1), pembiayaan perbankan syariah (x3), jumlah penduduk
(x4), serta jumlah uang beredar (x5) meupakan variabel eksogen.
Deposito mudharabah (Y) sebagai variabel endogen dengan inflasi
sebagai variabel mediator (Me).
Dari jalur yang dibuat, akan dilihat pengaruh langsung dan
tidak langsung dari variabel-variabel eksogen terhadap variabel
endogen melalui variabel mediator.
c. Absolute Fit Measure
Digunakan untuk pengujian kecocokan model dengan data
penelitian yang ada. Analisis jalur dapat menguji model secara
individual maupun keseluruhan melalui uji kesesuaian model yang
menguji kesesuaian antara matriks kovarian sampel dengan estimasi
matriks kovarians populasi yang dihasilkan
Tabel 4.11.
Uji kecocokan model
Kriteria Ketentuan Nilai Kesimpulan
Chi Square Semakin kecil 418,027 Kurang baik
GFI ≥ 0.90 1,000 Good fit
68
CFI ≥ 0.95 1,000 Good fit
RMSEA ≤ 0,08 0,675 Kurang baik
IFI ≥ 0.90 1,000 Good fit
NFI ≥ 0.90 1,000 Good fit
RMR ≤ 0,05 0,000 Good fit
NCP Semakin kecil
semakin baik
0,000 Good fit
AIC Mendekati nilai
saturated daripada
nilai independence
Nilai
saturated=
54,000
nilai
independence=
442,027
Good fit
ECVI Mendekati nilai
saturated daripada
nilai independence
Nilai
saturated=
0,915
nilai
independence=
7,492
Good fit
Sumber : Data Penelitian diolah, 2021
Dalam tabel uji kecocokan model di atas, nilai chi square hasil
perhitungan memiliki nilai yang cukup besar. Untuk nilai GFI
(Goodness Of Fit Index) yang mengukur mengenai ketepatan model
dalam menghasilkan observed matrix covarians, memiliki nilai
sebesar 1,000 (≥ 0.90) sehingga dapat diasumsikan bahwa
data memenuhi kriteria goodness of fit. Untuk nilai Normed Fit
Index (NFI), hasil perhitungan menunjukkan nilai sebesar 1,000 (≥
0.90) sehingga dapat diasumsikan bahwa data memenuhi kriteria
goodness of fit.
Berikutnya adalah nilai Incremental Fit Index (IFI) yang
menunjukkan nilai sebesar 1,000 (≥ 0.90) sehingga dapat diasumsikan
bahwa data memenuhi kriteria goodness of fit. Untuk kriteria NFI
(Normed Fit Index) menunjukkan nilai sebesar 1,000 (≥ 0.90)
sehingga dapat diasumsikan bahwa data memenuhi kriteria goodness
of fit. Untuk nilai RMR (root mean square of residual), memiliki nilai
0,000 (< 0,05) sehingga dapat diasumsikan bahwa data memenuhi
kriteria goodness of fit. Untuk nilai NCP (Non-centrality parameter)
nilai perhitungan menunjukkan sebesar 0,000 sehingga dapat
diasumsikan bahwa data memenuhi kriteria goodness of fit.
Untuk nilai AIC (Akaike information criterion) memiliki nilai
54,00 yang lebih kecil dari nilai independence (460,617) sehingga
dapat diasumsikan bahwa data memenuhi kriteria goodness of fit.
69
Untuk nilai ECVI (expected cross validation index) diperoleh sebesar
0,915 yang lebih kecil dari nilai independence (7,807) sehingga dapat
diasumsikan bahwa data memenuhi kriteria goodness of fit.
d. Analisis hubungan antar variabel
1. Direct Effect (DE) adalah pengaruh langsung yang dapat dilihat
dari koefisien jalur dari variabel eksogen ke variabel endogen.
Tabel 4.12.
Nilai Direct Effects antar variabel penelitian
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN -.324 .829 -1.155 -.127 .000
Ln_DPM -.765 .632 -.199 -.133 .348
Sumber : Data Penelitian diolah, 2021
Pengaruh langsung (direct effects) nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika (x1) terhadap inflasi (M) sebesar -0,127. Pengaruh
langsung jumlah penduduk (x2) terhadap inflasi (M) sebesar -
1,155. Pengaruh langsung pembiayaan perbankan syariah (x3)
terhadap inflasi (M) sebesar 0,829. Pengaruh langsung jumlah
uang beredar (x4) terhadap inflasi (M) sebesar -0,324. Dapat
disimpulkan bahwa pada periode 2016-2020, hanya faktor
pembiayaan bank syariah (x3) memiliki pengaruh positif terhadap
inflasi, sedangkan faktor nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika (x1), jumlah penduduk (x2), dan jumlah uang beredar
(x4) memiliki pengaruh negatif terhadap inflasi. Menurut
Nadhilah (2017), pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap
inflasi dalam sistem moneter syariah di Indonesia. Berdasarkan
penelitian Dwijaya dan Wahyudi (2018), inflasi sebagai variabel
kontrol makro ekonomi mempengaruhi secara positif dan
signifikan terhadap pembiayaan bank syariah di Indonesia.
Berdasarkan penelitian Azizah, Ismanto dan Sitorus (2020), nilai
tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Menurut
Ningsih dan Kristiyanti (2018), nilai tukar rupiah berpengaruh
positif sedangkan jumlah uang beredar berpengaruh negatif
terhadap inflasi.
Pengaruh langsung (direct effects) nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika (x1) terhadap deposito mudharabah (y) sebesar -
0,133. Pengaruh langsung jumlah penduduk (x2) terhadap
deposito mudharabah (y) sebesar -0,199. Pengaruh langsung
pembiayaan perbankan syariah (x3) terhadap deposito
mudharabah (y) sebesar 0,632. Pengaruh langsung jumlah uang
beredar (x4) terhadap deposito mudharabah (y) sebesar -0,765.
70
Pengaruh langsung tingkat inflasi (M) terhadap deposito
mudharabah (y) sebesar 0,348. Dapat disimpulkan bahwa pada
periode 2016-2020, hanya faktor pembiayaan bank syariah (x3)
memiliki pengaruh positif terhadap inflasi, sedangkan faktor nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika (x1), jumlah penduduk (x2),
dan jumlah uang beredar (x4) memiliki pengaruh negatif terhadap
deposito mudharabah. Hasil penelitian Zumraatin (2020)
menunjukkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap deposito mudharabah.
b. Analisis pengaruh tidak langsung (indirect effects).
Indirect Effect (IE) adalah urutan jalur melalui satu atau
lebih variabel perantara.
Tabel 4.13.
Nilai Indirect Effects antar variabel penelitian
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN .000 .000 .000 .000 .000
Ln_DPM -.113 .288 -.402 -.044 .000
Sumber : Data Penelitian diolah, 2021
Pengaruh tidak langsung (indirect effects) nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika (x1) terhadap deposito
mudharabah (y) sebesar -0,044. Pengaruh tidak langsung
jumlah penduduk (x2) terhadap deposito mudharabah (y)
sebesar -0,402. Pengaruh tidak langsung pembiayaan bank
syariah (x3) terhadap deposito mudharabah (y) sebesar 0,288.
Pengaruh tidak langsung jumlah uang beredar (x5) terhadap
deposito mudharabah (y) sebesar -0,113.
Pengaruh tidak langsung terbesar terhadap deposito
mudharabah diperoleh dari variabel pembiayaan bank syariah
(x3). Menurut penelitian Ekawati (2010), menunjukkan hasil
bahwa pembiayaan, penempatan dana dan modal disetor
berpengaruh signifikan terhadap deposito bank. Besarnya
tingkat pembiayaan yang dilakukan bank syariah kepada
masyarakat dapat mempengaruhi pendapatan bank syariah itu
sendiri. Dengan financing to deposit ratio (FDR), bank syariah
mampu menutupi biaya operasional serta dapat menambah
nisbah bagi hasil pada deposito mudharabah. Meningkatnya
nisbah bagi hasil mudharabah, jaminan keamanan terhadap
dana, serta pelayanan berkualitas diharapkan mampu
meningkatkan jumlah nasabah serta nominal deposito
mudharabah pada bank syariah.
71
Variabel nilai tukar (x1), jumlah penduduk (X2) dan
jumlah uang beredar (x4) memiliki pengaruh tidak langsung
yang negatif terhadap deposito mudharabah. Pada pengaruh
tidak langsung variabel-variabel eksogen tersebut terhadap
variabel endogen dikarenakan adanya pengaruh mediasi faktor
variabel inflasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
nilai tukar (x1), jumlah penduduk (X2) dan jumlah uang
beredar (x4) memiliki pengaruh terhadap variabel inflasi.
Perubahan pada ketiga variabel tersebut dipengaruhi oleh
tingkat inflasi yang kemudian memiliki pengaruh negatif
terhadap variabel endogen.
e. Persamaan regresi
Persamaan regresi linier merupakan suatu model persamaan yang
menggambarkan hubungan suatu variabel bebas/prediktor (X) dengan
suatu variabel tak bebas/ response (Y). Dari penelitian, didapatkan
persamaan regresi linier berganda I sebagai berikut :
Y = a + cx + e
Y = a + P1X1 + P2X2 + P3X3 + P4X4 + P5X5 + ed
Y = -25,988 + (-0,295)X1 + (-1,153)X2 + 0,213)X3 + (-
0,570X4) + 36,251
Keterangan:
Y = variabel endogen (deposito mudharabah)
a = konstanta (nilai estimate)
P1X1 = variabel eksogen nilai tukar rupiah berkaitan langsung
dengan variabel endogen
P2X2 = variabel eksogen jumlah penduduk berkaitan langsung
dengan variabel endogen
P3X3 = variabel eksogen pembiayaan perbankan syariah berkaitan
langsung dengan variabel endogen
P4X4 = variabel eksogen jumlah uang beredar berkaitan langsung
dengan variabel endogen
X1 X2 X3 X4 = koefisien regresi
e = error
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan apabila seluruh
variabel eksogen memiliki nilai konstan, maka variabel endogen
(deposito mudharabah) akan memiliki nilai sebesar 52,966.
Tabel 4.14.
Nilai koefisien regresi dan konstanta Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_IN <--- Ln_NT -.798 .835 -.955 .339 par_1
72
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_IN <--- Ln_JP -18.945 6.313 -3.001 .003 par_2
Ln_IN <--- Ln_PBS .792 .341 2.321 .020 par_3
Ln_IN <--- Ln_JUB -.683 .338 -2.022 .043 par_4
Ln_DPM <--- Ln_NT -.295 .259 -1.137 .256 par_5
Ln_DPM <--- Ln_JP -1.153 2.088 -.552 .581 par_6
Ln_DPM <--- Ln_PBS .213 .110 1.941 .052 par_7
Ln_DPM <--- Ln_JUB -.570 .108 -5.293 *** par_8
Ln_DPM <--- Ln_IN .123 .040 3.064 .002 par_15
Intercepts: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_IN
375.331 107.037 3.507 *** par_20
Ln_DPM
69.116 36.251 1.907 .057 par_21
Persamaan regresi linier berganda II :
M = a + ax + e
M = a + P1X1 + P2X2 + P3X3 + P4X4 + P5X5 + e
M = 375,331 + (-0,798)X1 + (-18,945)X2 + 0,792X3 + (-
0,683)X4 + 107,037
Keterangan:
M = variabel mediasi (inflasi)
a = konstanta (nilai estimate)
P1X1 = variabel eksogen nilai tukar rupiah berkaitan dengan
variabel mediasi
P2X2 = variabel eksogen jumlah penduduk berkaitan dengan
variabel mediasi
P3X3 = variabel eksogen pembiayaan perbankan syariah berkaitan
dengan variabel mediasi
P4X4 = variabel eksogen jumlah uang beredar berkaitan dengan
variabel mediasi
X1 X2 X3 X4 = koefisien regresi
e = error
Dari persamaan regresi pada model struktural 2 dapat
disimpulkan bahwa apabila semua variabel eksogen bernilai
konstan, maka variabel mediator akan memiliki nilai sebesar
258,913 poin.
Persamaan regresi linier berganda III :
Y = a + c‟x + bM + e
Y = a + P6X1 + P7X2 + P8X3 + P9X4 + P10X5 + P11M + e
73
Y = 375,331 + (-0,133)X1 + (-1,99)X2 + 0,632X3 + (-0,882)X4
+ (-0,765)M + 36,251
Keterangan:
Y = variabel endogen deposito mudharabah
a = konstanta (nilai estimate)
P6X1 = variabel eksogen nilai tukar rupiah berkaitan dengan
variabel endogen melalui variabel mediasi
P7X2 = variabel eksogen jumlah penduduk berkaitan dengan
variabel endogen melalui variabel mediasi
P8X3 = variabel eksogen pembiayaan perbankan syariah
berkaitan dengan variabel endogen melalui variabel mediasi
P9X4 = variabel eksogen jumlah uang beredar berkaitan dengan
variabel endogen melalui variabel mediasi
P11M = variabel mediasi inflasi berkaitan dengan variabel
endogen melalui variabel mediasi
X1 X2 X3 X4 = koefisien regresi
e = error
Dari persamaan regresi pada model struktural 3 dapat
disimpulkan bahwa apabila semua variabel eksogen dan variabel
mediator bernilai konstan, maka variabel endogen akan memiliki
nilai sebesar -25,988 poin.
f. Nilai korelasi
Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan
kuat/tidaknya hubungan linier antar dua variabel.
Tabel 4.15.
Nilai korelasi antar variabel
Estimate
Ln_NT <--> Ln_JUB .530
Ln_JP <--> Ln_JUB .844
Ln_PBS <--> Ln_JUB .773
Ln_JP <--> Ln_PBS .965
Ln_NT <--> Ln_PBS .778
Ln_NT <--> Ln_JP .721
Sumber : Data Penelitian diolah, 2021
Nilai korelasi antara variabel Nilai tukar rupiah terhadap US$
(x1) dengan variabel Jumlah penduduk (x2) sebesar 0,721. Nilai
korelasi antara variabel Jumlah penduduk (x2) dengan
pembiayaan perbankan syariah (x3) sebesar 0,965. Nilai korelasi
antara variabel Nilai tukar rupiah terhadap US$ (x1) dengan
pembiayaan perbankan syariah (x3) sebesar 0,778. Nilai korelasi
74
antara variabel Nilai tukar rupiah terhadap US$ (x1) dengan
jumlah uang beredar (x4) sebesar 0,530. Nilai korelasi antara
variabel Jumlah penduduk (x2) dengan jumlah uang beredar (x4)
sebesar 0,844. Nilai korelasi antara variabel pembiayaan
perbankan syariah (x3) dengan jumlah uang beredar (x4) sebesar
0,773.
Dari nilai korelasi antar variabel bebas di atas, yang memiliki
nilai korelasi tertinggi antara variabel Jumlah penduduk (x2)
dengan pembiayaan perbankan syariah (x3) dengan nilai 0,988.
Budaya konsumerisme masyarakat akan mendorong konsumsi
barang dan jasa yang memicu mereka untuk membeli atau
memproduksi. Rata-rata pengeluaran bukan makanan per kapita
sebulan di Indonesia mencapai Rp. 612.000, untuk rata-rata
pengeluaran aneka barang dan jasa sebesar Rp. 150.000, serta
rata-rata pengeluaran per kapita sebulan di Indonesia sebesar Rp.
1,2 juta (BPS, 2019: 22). Melihat hal tersebut, masyarakat
Indonesia masih dapat membelanjakan sebagian dari penghasilan
mereka untuk kebutuhan lainnya baik secara langsung maupun
memanfaatkan sistem kredit atau pembiayaan. Alasan tersebut
membuat perbankan nasional khususnya bank syariah dapat
menawarkan produk pembiayaan perbankan syariah secara luas
kepada masyarakat. Menurut penjelasan Bunga (2019),
lingkungan yang padat penduduknya menunjukkan tingkat
konsumsi yang tinggi. Hal senada dijelaskan oleh Yudas
Pasomba (2019), yang menjelaskan bahwa jumlah penduduk
berpengaruh secara positif terhadap konsumsi masyarakat.
Tabel 4.16.
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
inflasi
,603
depmud
,698
Sumber : Data Penelitian diolah, 2021
Koefisien Square Multiple Correlation variabel inflasi dan
deposito mudharabah nilainya masing-masing sebesar 0,603 dan
0,698. Menurut Ferdinand (2002: 114) nilai Square Multiple
Correlation untuk variabel deposito mudharabah identik dengan
R2 pada SPSS sebesar 0,698, oleh karena itu besarnya
Determinasi adalah nilai Square Multiple Correlation untuk
variabel deposito mudharabah kali 100% = 0,698 x 100% =
69,8%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa perubahan
75
deposito mudharabah dipengaruhi oleh implikasi Nilai tukar
rupiah terhadap US$ (x1), Jumlah penduduk (x2), pembiayaan
perbankan syariah (x3), dan jumlah uang beredar (x4) sebesar
69,8%. Sedangkan sisanya, sebesar 100%-69,8%. = 29,2%
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar model penelitian ini.
Variabel tingkat inflasi dengan determinasi sebesar 0,603
atau 60,3%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Variabel
tingkat inflasi dipengaruhi oleh implikasi Nilai tukar rupiah
terhadap US$ (x1), Jumlah penduduk (x2), pembiayaan
perbankan syariah (x3), dan jumlah uang beredar (x4) sebesar
70%. Sedangkan sisanya, sebesar 100%-60,3%. = 39,7%
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar model penelitian ini.
Dari nilai determinasi di atas dapat dilihat bahwa variabel in
flasi memiliki koefisien determinasi yang lebih besar
dibandingkan dengan koefisien determinasi deposito
mudharabah. Hal tersebut membuktikan bahwa variabel inflasi
dapat menjadi mediator dari variabel eksogen (Nilai tukar rupiah
terhadap US$ (x1), Jumlah penduduk (x2), pembiayaan
perbankan syariah (x3), dan jumlah uang beredar) terhadap
variabel endogen (deposito mudharabah (Y)).
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai pengaruh antara variabel
nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, pembiayaan perbankan syariah,
jumlah penduduk, serta jumlah uang beredar terhadap deposito mudharabah
dengan inflasi sebagai variabel mediator, maka dapat disimpulkan :
1. Dapat disimpulkan bahwa pada periode 2015-2019, faktor
pembiayaan bank syariah (x3) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika (x1), serta jumlah uang beredar (X4) memiliki pengaruh
positif terhadap inflasi, sedangkan faktor jumlah penduduk (x2),
memiliki pengaruh negatif terhadap inflasi. Dapat disimpulkan bahwa
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (x1), jumlah penduduk
(x2), memiliki pengaruh positif terhadap deposito mudharabah (y).
Sedangkan nilai jumlah uang beredar (X4) dan pembiayaan
perbankan syariah (X3) berpengaruh negatif terhadap deposito
mudharabah.
2. Pengaruh tidak langsung (indirect effects) variabel nilai tukar (x1),
pembiayaan perbankan syariah (X3) dan jumlah uang beredar (x4)
memiliki pengaruh tidak langsung yang positif terhadap deposito
mudharabah. Variabel jumlah penduduk (x2) memiliki pengaruh tidak
langsung yang negatif terhadap deposito mudharabah.
3. Variabel eksogen mempengaruhi (determinan) terhadap variabel
endogen secara langsung sebesar 23,7%. Variabel eksogen
mempengaruhi (determinan) terhadap variabel mediator sebesar 70%.
B. Saran
Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas, saran yang dapat
disampaikan adalah :
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
tambahan pengetahuan dan wawasan keilmuan dalam menerapkan
ilmu perbankan syariah khususnya dalam hal faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi deposito mudharabah yang dimediasi dengan variabel
inflasi.
2. Bagi akademisi khususnya mahasiswa, penelitian ini dapat menjadi
sumber informasi, referensi serta motivasi dalam mempelajari ilmu
perbankan syariah khususnya dalam hal faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi deposito mudharabah.
77
C. Implikasi Kebijakan
Data sekunder penelitian yang menggunakan analisis berdasarkan time
series (runtun waktu) memiliki kelebihan, yaitu dapat digunakan untuk
melihat secara pasti perubahan variabel berdasar waktu. Kita dapat
mempelajari apa yang akan terjadi pada variabel penelitian pada interval
yang sama di masa mendatang.
Untuk penelitian berikutnya agar dapat memperpanjang periode waktu
penelitian serta menggunakan lebih banyak variabel eksogen yang
mempengaruhi Deposito Mudharabah, sehingga dapat memberikan hasil
penelitian yang lebih akurat dan baik. Hal ini dikarenakan, keterbatasan
dalam penelitian ini dalam hal periode waktu yang singkat serta variabel
penelitian yang sedikit.
Meningkatnya jumlah nominal Deposito Mudharabah yang disebabkan
adanya inflasi, lebih memberikan peluang besar bagi perbankan syariah pada
saat terjadinya inflasi rendah. Kenaikan tingkat inflasi dapat meningkatkan
suku bunga deposito bank konvensional, dimana hal tersebut lebih menarik
bagi depositor yang dapat meningkatkan displacement/pengalihan dana dari
bank syariah ke bank konvensional. Pada deposito mudharabah, dengan
pembiayaan bagi hasil dimana jika pihak debitor mengalami kerugian usaha
maka kerugian ini juga ditanggung oleh bank syariah.
Deposito Mudharabah tidak hanya dipengaruhi oleh motif ekonomi saja
seperti Nilai Tukar, pembiayaan, jumlah uang beredar dan Inflasi, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Tingkat
religiusitas, reputasi dan kepercayaan masyarakat (trust) terhadap Bank
Syariah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku
menabung di Bank Syariah. Dalam hal ini dibuktikan bahwa pemodelan
Deposito pada Bank Syariah tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor
ekonomi semata, tetapi juga disebabkan oleh faktor non ekonomi seperti
variabel agama (religiusitas) dan kepercayaan (trust).
78
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arif, M. Nur Rianto, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Solo: PT Era Adicitra
Intermedia, 2011
Arfian, Andi, Implementasi Aplikasi Sistem Demografi berbasis Green
Computing Dalam Pengelolaan Data Kependudukan Desa Kertarahayu
Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi, Applied Information Systems and
Management (AISM) Volume 1, (1) 2018, hal 57-62 P-ISSN: 2621-2536
Arifin, Samsul & Shany, Mayasya, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat, JEQU, Vol. 8 No. 1,
April 2018
Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia, Jakarta: Bank Indonesia,
2018
Baron, R.M., & Kenny, D.A., The Moderator-Mediator Variable Distinction
in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical
Considerations. Journal of Personality and Social Psychology, 51(6),
1173-1182 (1986)
BPJT, Peluang Investasi Jalan Tol di Indonesia, Jakarta: Kementrian PU,:
2013
Broniatowska, Paulina, Population Ageing And Inflation, Warsawa:
Crossmark, 2019
Bunga, Gadis, Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Lingkungan Padat
Penduduk, Makalah PPKn, Universitas Negeri Jakarta, 12 Desember
2019
Cattelan, Valentino, Islamic Finance and Ethical Investment: Some Points of
Reconsideraton, Islamic Banking and Finance in The European Union,
United Kingdom: Edward Elgar, 2010
Chey, Hyoung-kyu, The Concepts, Consequences And Determinants Of
Currency Internationalization, Tokyo: National Graduate Institute For
Policy Studies, 2013
Dagwell, Ron, et.al., Corporate Accounting In Australia, New Jersey:
Pearson Education, 2015
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru,
2006
Darsono & Rahman, R. Eki, Pasar Valuta Asing Teori dan Praktik, Jakarta:
Rajawali Pers, 2018
79
Dewi, Anita Puspita, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendataan
Penduduk Berbasis Web Sig (Studi Kasus Kelurahan Kambu Kota
Kendari), semanTIK, Vol.2, No.1, Jan-Jun 2016, pp. 75-88
Di Bona, Richard F., How Will Upswings in Price Inflation and Interest
Rates Change Toll Road Risk Profiles? A Study of Developing East
Asian Economies with Broader Implications, Australian Transport
Research Forum 2011 Proceedings 28 - 30 September 2011, Adelaide,
Australia
Donovan, Paul, The Truth About Inflation, New York: Routledge, 2015
Dwijaya, Putra A. dan Wahyudi, Sugeng, Analisis Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi, dengan Demografi dan Efek Krisis Keuangan Global Sebagai
Variabel Kontrol Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia,
Diponegoro Journal of Management, Volume 7 Nomor 4 Tahun 2018
Dwivedi, D.N., Microeconomics: Theory and Applications, Singapura:
Pearson Education, 2007
Ekananda, Mahyus, Ekonomi Internasional, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014
Faoriko, Akbar, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah,
Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Jurusan
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Yogyakarta, 2013, diakses dari:
https://core.ac.uk/download/pdf/33513706.pdf
Gajewski, Pawel, Is Ageing Deflationary? Some Evidence from OECD
Countries, Applied Economics Letters, 22(11), 916-919, December 2014
Gatiningsih & Eko Sutrisno, Modul Mata Kuliah Kependudukan Dan
Ketenagakerjaan, Sumedang: Fakultas Manajemen Pemerintahan, IPDN,
2017
Gomez, Clifford, Financial Markets, Institutional And Financial Service,
New Delhi: PHI Learning, 2008
Hadi, Chairul, Problematika Pembiayaan Mudhârabah di Perbankan Syariah
Indonesia, Al-Iqtishad: Vol. III, No. 2, Juli 2011
Hasan, Kabir & Mervyn, Lewis, Handbook of Islamic Banking, New Delhi:
Edward Elgar, 2007
Hikmah, Mutia, Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga Acuan Dan Tingkat Bagi
Hasil Terhadap Deposito Mudharabah di BPRS, Skripsi, FEB, UIN
Medan, 2017, diakses dari:
http://repository.uinsu.ac.id/3158/1/gabungan%20skripsi.pdf
80
Hudson, Michael, Origins of Money and Interest: Palatial Credit, Not Barter.
Handbook of The History of Money and Currency, Singapore: Springer
Natural, 2020
Ibrahim, Zaini, Strategi Mendorong Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia,
Islamiconomic, Jurnal Ekonomi Islam 4(1) Doi:10.32678/ijei.v4i1.12
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.105 Akuntansi Mudharabah, Jakarta: Graha Akuntan, 2007
Javier, Martinez, Public Capital And Imperfect Competition, Journal Of
Public Economics, Volume 90, Issues 1-2, January 2006, 349-378
Judisseno, Rimsky, Sistem Moneter Dan Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005
Karim, Adiwarman A., Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2010
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
Khan, Fahim & Porzio, Mario, Islamic Banking and Finance in The
European Union, United Kingdom: Edward Elgar, 2010
Kharisma, Agis Puji dan Suwarno, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia, diakses dari :
https://core.ac.uk/download/pdf/33698378.pdf
Krugman, Paul R. & Obstfeld, Maurice, Ekonomi Internasional: Teori dan
Kebijakan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Lubis, Nawazirul, Uang, Modul Pembelajaran UT, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2013
Ma'arif, Saiful, Evaluasi Tarif dan Pelayanan Angkutan Kota Trayek Sidorjo
- Krian Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang, 2006, diakses dari:
https://eprints.umm.ac.id/13014/1/EVALUASI_TARIF_DAN_PELAYA
NAN_ANGKUTAN_KOTATRAYEK_SIDOARJO.pdf
Madura, Jeff, International Financial Management, ninth edition, United
States of America: Thomson South-Western, 2011
Mankiw, Gregory, Macro Economics, New York: Worth Publishers, 2007
Mankiw, Gregory, Principles of Economics, Harvard: Harvard University,
2018
Mantra, Ida Bagoes, Demografi Umum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2007
81
Manullang, M., Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2012
Maronrong, Ridwan & Nugroho, Kholik, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan
Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Otomotif Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 –
2017, Jurnal STEI Ekonomi, Vol 26, No. 02, Desember 2017
Mattick, Paul, Economics, Politics and The Age of Inflation, New York:
Routledge, 2017
Mishkin, Frederich, The Economics of Money, Banking and Financial
Markets, New Jersey: Pearson, 2013
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005
Mujiatun, Siti dan Handayani, Siska, Effect of Operational Costs and
Operational Reveneu on Return on Asset of Sharia Banking: Case Study
on Sharia Business Division of PT Bank Sumut, International Journal of
Scientific & Technology Research, Volume 7, Issue 7 July 2018, ISSN
2277-8616
Muktar, Bustari, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Penerbit
Kencana, 2016
Muttaqin, Rizal, Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Islam, Maro,
Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1, No. 2, November 2018
Olobatuyi, Moses E., A Users Guide to Path Analysis, New York: University
Press of America, 2006
O‟neill, Robert, et. al., Inflation: History and Measurement, Swiss: Palgrave
McMilan, 2017
Nazir, Habib & Hasanuddin, Muhammad, Ensiklopedi Ekonomi dan
Perbankan Syariah, Bandung: Kaki Langit, 2008
Pangestuti, Dewi Cahyani, Manajemen Keuangan Internasional, Yogyakarta:
Dee Publisher, 2020
Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral,
Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Energi Nasional, Jakarta:
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2015
Putri, Bruari Afgeby M., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Deposito
Mudharabah Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus PT Bank BNI
Syariah Cabang Surabaya), GLOBAL, E-Journal Syariah, Volume 2
Issue 1 (2016)
82
Rahardja, Prathama & Manurung, Mandala, Teori Ekonomi Makro, Jakarta:
LPFEUI, 2008
Rajeswari, Raja & Srinivasan, Krishnan, Evolution of Currencies, Paripex
Indian Journal of Research, Volume-6 issue-9, September 2017
Salvator, Dominick, International Economics, New Jersey: Jhon Wiley &
Sons, 2011
Sari, Nyimas Putri S., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Deposito
Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri, Skripsi, Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Sumatera Utara
Sarwoyo, Jonathan, Pengertian Dasar Structural Equation Modeling (SEM),
Jakarta: Unkrida, 2010
Simorangkir, Iskandar & Suseno, Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar, Jakarta:
PPSK BI, 2002
Smithin, John, What Is Money?, New York: Routledge, 2006
Solikin & Suseno, Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam
Perekonomian, Jakarta: PPSK Bank Indonesia, 2017
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2006
Suartha, Nyoman. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Laju
Pertumbuhan dan Implementasi Kebijakan Penduduk Di Provinsi Bali.
PIRAMIDA, Vol. 12, No. 1 : 1 – 7, Juli 2016
Shenka, Oded & Yadong, Luo, International Business, New York:
Routledge, 2014
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2014
Suparmoko, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: BPFE,
2012
Sutedi, Adrian Hukum Keuangan Negara, Jakarta: Sinar Grafika, 2012
Tafa, Jonada, Relationship between Exchange Rates and Interest Rates: Case
of Albania, Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol. 6 No. 4 July
2015 ISSN:2039-2117
Tohardi, Ahmad, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial, Pontianak:
Universitas Tanjung Pura, 2019
UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
83
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, Perbankan Syariah, Pasal 01, ayat
(22)
Utami, Endah Tri, Cara Cerdas Berinvestasi Via Online Trading, Jakarta:
Trans Media, 2010
Venardos, Angelo, Current Issues in Islamic Banking and Finance,
Singapura: World Scientific, 2010
Vuaong, Bui Nhat, et. al., Factors Affecting Savings Deposit Decision of
Individual Customers: Empirical Evidence from Vietnamese
Commercial Banks, Journal of Asian Finance Economics and Business
7(7):293-302 DOI:10.13106/jafeb.2020.vol7.no7.293
Wang, Peijie, The Economics of Foreign Exchange and Global Finance,
New York: Springer, 2005
Wangsawidjaja, A., Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2012
Warpani, Suwardjoko, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Bandung: Penerbit ITB, 2002
Weston, Rebbeca, & Gore, Paul A., A brief Guide to Structural Equation
Modeling, The Counseling Psychologist, Vol. 34, No. 5, September 2006,
719-751, DOI: 10.1177/0011000006286345
Wibowo, Edy, dkk., Mengapa Memilih Bank Syariah?, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005
Wibowo, Sri Dadi, Modul Praktik Bank Mini, Surakarta: UNS, 2009
Wijayanti, Yati & Sudarmiani, Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Nilai
Tukar Rupiah, Equilibrium, Volume 5, Nomor 1 Januari 2017
Yidnekachew, Simeon Abebe, Factors Affecting Banks Deposit Growth-A
Case Commercial Bank of Ethiopia, Thesis, Addis Ababa University:
Ethiopia, June 2017, diakses dari:
http://localhost:80/xmlui/handle/123456789/14132
Banjarnahor, Donald, Jumlah Nasabah Bank Syariah Tembus Rekor, diakses
dari : https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20181026075105-29-
39119/jumlah-nasabah-bank-syariah-tembus-rekor-ayo-hijrah Diakses
pada 3 Desember 2020
Determinan jumlah deposito mudharabah BUS di Indonesia, Diakses dari:
https://republika.co.id/berita/ntqjsi17/determinan-jumlah-deposito-
mudharabah-bus-di-Indonesia. Diakses pada 3 Desember 2020
84
Garson, D. 2006. Factor Analysis, Path Analysis & SEM. Diakses dari
http://www2.chass.ncsu.edu/garson/pa765/index.htm. Diakses pada 3
Desember 2020
Fitchratings, tool road-10 years in infrastructure, diakses dari:
https://www.ibtta.org/sites/default/files/documents/10%20Years%20in%
20Toll%20Roads_Fitch.pdf, june 2018. Diakses pada 3 Desember 2020
Jayani, Dwi H., Berapa DPK Perbankan Syariah Indonesia?, diakses dari:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/04/15/berapa-dana-
pihak-ketiga-perbankan-syariah-indonesia. diakses pada 3 Desember
2020
Mark Haefele, How Does Demography Affect Inflation and Interest Rates?,
2019, linkeidn.com, diakses dari:
https://www.linkedin.com/pulse/how-does-demography-affect-inflation-
interest-rates-mark-haefele. Diakses pada 3 Desember 2020
Perbankan syariah dan kelembagaannya, diakses dari: https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-
Kelembagaan.aspx. Diakses pada 3 Desember 2020
Putri, Cantika A., Soal Pembiayaan Macet Bank Syariah, diakses dari:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200723191609-4-175012/soal-
pembiayaan-macet-bank-syariah-ojk-masih-batas-aman Diakses pada 3
Desember 2020
Valuta asing, diakses dari:
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-162.pdf.
Diakses pada 3 Desember 2020
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. DATA PENELITIAN
Nilai tukar rupiah terhadap US$
2015 2016 2017 2018 2019
12625 13346 13343 13413 13970
12863 13395 13347 13707 14060
13084 13206 13321 13756 14235
12937 13204 13327 13877 14245
13211 13615 13321 13997 14270
13332 13180 13319 14404 14125
13481 13094 13323 14413 14012
14027 13300 13493 14711 14008
14657 12998 13492 14929 14190
13639 13051 13572 15227 14032
13840 13563 13514 14339 14100
13795 13456 13548 14481 13880
Jumlah Penduduk
2015 2016 2017 2018 2019
252404800 255771700 259042600 262145100 265273700
252674300 255994700 259354700 262381200 265491900
252889700 256238700 259631700 262628100 265772100
253213800 256508200 259875200 262916400 266017700
253476500 256864600 260131200 263187000 266241600
253724600 257137300 260425300 263468500 266456200
254051100 257374000 260632000 263742800 266786000
254333700 257710400 260863000 264015000 266997000
254761800 257974200 261173000 264281000 267265100
255037500 258198800 261385000 264508400 267495100
255252400 258409400 261650600 264741000 267727400
255461700 258705000 261890900 265015300 268074600
86
Pembiayaan perbankan syariah
2015 2016 2017 2018 2019
47098000000000 54535000000000 65475000000000 88805000000000 111178000000000
47496000000000 55490000000000 66648000000000 89054000000000 112827000000000
47950000000000 56203000000000 67813000000000 90996000000000 114227000000000
48633000000000 56771000000000 69527000000000 91135000000000 113976000000000
49630000000000 57743000000000 71543000000000 93235000000000 113011000000000
50482000000000 59402000000000 75245000000000 98964000000000 114393000000000
50483000000000 59039000000000 76514000000000 100299000000000 115654000000000
51524000000000 59273000000000 78636000000000 104440000000000 116791000000000
51907000000000 58397000000000 81065000000000 104672000000000 119751000000000
52668000000000 59086000000000 67813000000000 107022000000000 120245000000000
53612000000000 61057000000000 85709000000000 105583000000000 122138000000000
54461000000000 65864000000000 85709000000000 111242000000000 124326000000000
Jumlah uang beredar
2015 2016 2017 2018 2019
4174800000000000 4498400000000000 4936900000000000 4498400000000000 5645000000000000
4218100000000000 4522000000000000 4942900000000000 4522000000000000 5670800000000000
4245400000000000 4561900000000000 5017600000000000 4561900000000000 5747200000000000
4275700000000000 4581900000000000 5013600000000000 4581900000000000 5746700000000000
4288400000000000 4614100000000000 5126400000000000 4614100000000000 5860500000000000
4358800000000000 4737500000000000 5225200000000000 4737500000000000 5908500000000000
4373200000000000 4730400000000000 5178100000000000 4730400000000000 5941100000000000
4404100000000000 4746000000000000 5219600000000000 4746000000000000 5934600000000000
4508600000000000 4737600000000000 5254100000000000 4737600000000000 6134200000000000
4443100000000000 4778500000000000 5284300000000000 4778500000000000 6026900000000000
4452300000000000 4867600000000000 5321400000000000 4867600000000000 6074400000000000
4546700000000000 5063300000000000 5418500000000000 5063300000000000 6136500000000000
87
Tingkat inflasi
2015 2016 2017 2018 2019
6.96 4.14 3.49 3.25 2.57
6.29 4.42 3.83 3.18 2.82
6.38 4.45 3.61 3.4 2.48
6.79 3.6 4.17 3.41 2.83
7.15 3.33 4.33 3.23 3.32
7.26 3.45 4.37 3.12 3.28
7.26 3.21 3.88 3.18 3.32
7.18 2.79 3.82 3.2 3.49
6.83 3.07 3.72 2.88 3.39
6.25 3.31 3.58 3.16 3.13
4.89 3.58 3.3 3.23 3
3.35 3.02 3.61 3.13 2.72
Jumlah deposito mudharabah
2015 2016 2017 2018 2019
14207000000000 14469000000000 14654000000000 15821000000000 14824000000000
14147000000000 14268000000000 14398000000000 15611000000000 14581000000000
14136000000000 14273000000000 14505000000000 16770000000000 14489000000000
14388000000000 14239000000000 14316000000000 16734000000000 13967000000000
14906000000000 14856000000000 14751000000000 16672000000000 14155000000000
15667000000000 15298000000000 15778000000000 15803000000000 13973000000000
15729000000000 14789000000000 15643000000000 15044000000000 13884000000000
15676000000000 14577000000000 16059000000000 14624000000000 13441000000000
15190000000000 14696000000000 16027000000000 15673000000000 13513000000000
14925000000000 14590000000000 16747000000000 16578000000000 13409000000000
14680000000000 14374000000000 16781000000000 16450000000000 13679000000000
14820000000000 15292000000000 17090000000000 15866000000000 13779000000000
88
LAMPIRAN 2. Transformasi Data Ke Dalam Bentuk Logaritma
Natural
Ln_NT Ln_JP Ln_PBS Ln_JUB Ln_IN Ln_DPM
9.44 19.35 31.48 35.97 1.94 30.28
9.46 19.35 31.49 35.98 1.84 30.28
9.48 19.35 31.5 35.98 1.85 30.28
9.47 19.35 31.52 35.99 1.92 30.3
9.49 19.35 31.54 35.99 1.97 30.33
9.5 19.35 31.55 36.01 1.98 30.38
9.51 19.35 31.55 36.01 1.98 30.39
9.55 19.35 31.57 36.02 1.97 30.38
9.59 19.36 31.58 36.04 1.92 30.35
9.52 19.36 31.6 36.03 1.83 30.33
9.54 19.36 31.61 36.03 1.59 30.32
9.53 19.36 31.63 36.05 1.21 30.33
9.5 19.36 31.63 36.04 1.42 30.3
9.5 19.36 31.65 36.05 1.49 30.29
9.49 19.36 31.66 36.06 1.49 30.29
9.49 19.36 31.67 36.06 1.28 30.29
9.52 19.36 31.69 36.07 1.2 30.33
9.49 19.37 31.72 36.09 1.24 30.36
9.48 19.37 31.71 36.09 1.17 30.32
9.5 19.37 31.71 36.1 1.03 30.31
9.47 19.37 31.7 36.09 1.12 30.32
9.48 19.37 31.71 36.1 1.2 30.31
9.52 19.37 31.74 36.12 1.28 30.3
9.51 19.37 31.82 36.16 1.11 30.36
9.5 19.37 31.81 36.14 1.25 30.32
9.5 19.37 31.83 36.14 1.34 30.3
9.5 19.37 31.85 36.15 1.28 30.31
9.5 19.38 31.87 36.15 1.43 30.29
9.5 19.38 31.9 36.17 1.47 30.32
9.5 19.38 31.95 36.19 1.47 30.39
9.5 19.38 31.97 36.18 1.36 30.38
89
9.51 19.38 32 36.19 1.34 30.41
9.51 19.38 32.03 36.2 1.31 30.41
9.52 19.38 31.85 36.2 1.28 30.45
9.51 19.38 32.08 36.21 1.19 30.45
9.51 19.38 32.08 36.23 1.28 30.47
9.5 19.38 32.12 36.04 1.18 30.39
9.53 19.39 32.12 36.05 1.16 30.38
9.53 19.39 32.14 36.06 1.22 30.45
9.54 19.39 32.14 36.06 1.23 30.45
9.55 19.39 32.17 36.07 1.17 30.44
9.58 19.39 32.23 36.09 1.14 30.39
9.58 19.39 32.24 36.09 1.16 30.34
9.6 19.39 32.28 36.1 1.16 30.31
9.61 19.39 32.28 36.09 1.06 30.38
9.63 19.39 32.3 36.1 1.15 30.44
9.57 19.39 32.29 36.12 1.17 30.43
9.58 19.4 32.34 36.16 1.14 30.4
9.54 19.4 32.34 36.27 0.94 30.33
9.55 19.4 32.36 36.27 1.04 30.31
9.56 19.4 32.37 36.29 0.91 30.3
9.56 19.4 32.37 36.29 1.04 30.27
9.57 19.4 32.36 36.31 1.2 30.28
9.56 19.4 32.37 36.32 1.19 30.27
9.55 19.4 32.38 36.32 1.2 30.26
9.55 19.4 32.39 36.32 1.25 30.23
9.56 19.4 32.42 36.35 1.22 30.23
9.55 19.4 32.42 36.34 1.14 30.23
9.55 19.41 32.44 36.34 1.1 30.25
9.54 19.41 32.45 36.35 1 30.25
90
LAMPIRAN 3. STATISTIK DESKRIPTIF IBM SPSS V 20
Data penelitian tahun 2015
Data penelitian tahun 2016
91
Data penelitian tahun 2017
Data penelitian tahun 2018
92
Data penelitian tahun 2019
Data penelitian tahun 2015-2019
93
LAMPIRAN 4. UJI AUTOKORELASI
NILAI DURBIN WATSON IBM SPSS V 20
Nilai Durbin Watson sebelum transformasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .487a .237 .166 .05737 .497
a. Predictors: (Constant), Ln_IN, Ln_NT, Ln_JUB, Ln_PBS, Ln_JP
b. Dependent Variable: Ln_DPM
Nilai Durbin Watson sesudah transformasi (Orchane-Orcutt 2 step method)
Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .186a .034 .057 .03318 1.332
a. Predictors: (Constant), Ln_IN@1, Ln_NT@1, Ln_JUB@1, Ln_PBS@1, Ln_JP@1
b. Dependent Variable: Ln_DPM@1
94
LAMPIRAN 5. DIAGRAM JALUR PENELITIAN
95
LAMPIRAN 6. HASIL UJI NORMALITAS IBM AMOS
Assessment of normality (Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Ln_JUB 35.968 36.353 .565 1.788 -.779 -1.232
Ln_PBS 31.483 32.454 .084 .264 -1.489 -2.354
Ln_JP 19.347 19.407 -.075 -.238 -1.188 -1.878
Ln_NT 9.443 9.631 .470 1.487 -.165 -.261
Ln_IN .908 1.982 1.114 2.522 .096 .152
Ln_DPM 30.227 30.470 .367 1.161 -.750 -1.186
Multivariate
3.558 1.406
96
LAMPIRAN 7. HASIL UJI KECOCOKAN MODEL
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 27 .000 0
Saturated model 27 .000 0
Independence model 12 436.617 15 .000 29.108
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model 1.000
1.000
1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .000 .000 .000
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 .000
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 421.617 357.134 493.517
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .000 .000 .000 .000
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 7.400 7.146 6.053 8.365
97
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Independence model .690 .635 .747 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 54.000 61.269
Saturated model 54.000 61.269
Independence model 460.617 463.847
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .915 .915 .915 1.038
Saturated model .915 .915 .915 1.038
Independence model 7.807 6.714 9.026 7.862
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model
Independence model 4 5
98
LAMPIRAN 8. ESTIMASI PARAMETER
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_IN <--- Ln_NT .994 .831 1.197 .231 par_1
Ln_IN <--- Ln_JP -50.255 9.456 -5.315 *** par_2
Ln_IN <--- Ln_PBS 1.717 .492 3.488 *** par_3
Ln_IN <--- Ln_JUB 1.033 .393 2.628 .009 par_4
Ln_DPM <--- Ln_NT .087 .285 .304 .761 par_5
Ln_DPM <--- Ln_JP 3.957 3.900 1.015 .310 par_6
Ln_DPM <--- Ln_PBS -.088 .183 -.482 .630 par_7
Ln_DPM <--- Ln_JUB -.508 .141 -3.605 *** par_8
Ln_DPM <--- Ln_IN .003 .044 .071 .943 par_15
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Ln_IN <--- Ln_NT .131
Ln_IN <--- Ln_JP -3.027
Ln_IN <--- Ln_PBS 1.870
Ln_IN <--- Ln_JUB .383
Ln_DPM <--- Ln_NT .054
Ln_DPM <--- Ln_JP 1.118
Ln_DPM <--- Ln_PBS -.451
Ln_DPM <--- Ln_JUB -.882
Ln_DPM <--- Ln_IN .015
Means: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_NT
9.525 .005 1898.531 *** par_16
Ln_JP
19.378 .002 8452.623 *** par_17
Ln_PBS
31.959 .041 771.230 *** par_18
Ln_JUB
36.135 .014 2564.606 *** par_19
99
Intercepts: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_IN
873.466 162.106 5.388 *** par_20
Ln_DPM
-25.988 67.158 -.387 .699 par_21
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_NT <--> Ln_JUB .002 .001 2.710 .007 par_9
Ln_JP <--> Ln_JUB .002 .000 4.895 *** par_10
Ln_PBS <--> Ln_JUB .027 .006 4.725 *** par_11
Ln_JP <--> Ln_PBS .006 .001 5.398 *** par_12
Ln_NT <--> Ln_PBS .009 .002 4.416 *** par_13
Ln_NT <--> Ln_JP .000 .000 4.234 *** par_14
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Ln_NT <--> Ln_JUB .377
Ln_JP <--> Ln_JUB .827
Ln_PBS <--> Ln_JUB .780
Ln_JP <--> Ln_PBS .988
Ln_NT <--> Ln_PBS .703
Ln_NT <--> Ln_JP .661
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Ln_NT
.001 .000 5.431 *** par_22
Ln_JP
.000 .000 5.431 *** par_23
Ln_PBS
.101 .019 5.431 *** par_24
Ln_JUB
.012 .002 5.431 *** par_25
eIN
.026 .005 5.431 *** par_26
eDPM
.003 .001 5.431 *** par_27
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Ln_IN
.699
Ln_DPM
.237
100
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN 1.033 1.717 -50.255 .994 .000
Ln_DPM -.505 -.083 3.799 .090 .003
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN .383 1.870 -3.027 .131 .000
Ln_DPM -.877 -.424 1.073 .055 .015
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN 1.033 1.717 -50.255 .994 .000
Ln_DPM -.508 -.088 3.957 .087 .003
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN .383 1.870 -3.027 .131 .000
Ln_DPM -.882 -.451 1.118 .054 .015
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN .000 .000 .000 .000 .000
Ln_DPM .003 .005 -.159 .003 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Ln_JUB Ln_PBS Ln_JP Ln_NT Ln_IN
Ln_IN .000 .000 .000 .000 .000
Ln_DPM .006 .028 -.045 .002 .000
101
LAMPIRAN 9. Tabel Durbin Watson 5% k=6 – k=10
102
BIODATA PENULIS
DATA PRIBADI
Nama : Luthfi Hilman Syah
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Januari 1990
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Email : [email protected] / [email protected]
Alamat : Jalan Masjid Al-Barkah, Cilangkap, Tapos, Depok
ORANG TUA
Ayah : Drs. Yayang Jamaludin, MM
Ibu : Dra. Roziah
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1995-2001 : Sekolah Dasar Negeri 1 Cijambu, Sukabumi
Tahun 1996-2001 : Madrasah Diniyah Naelul Inayah Dangdeur, Sukabumi
Tahun 2001-2004 : Madrasah Tsanawiyah Al-Falah, Jakarta
Tahun 2004-2007 : Madrasah Aliyah YASTI, Sukabumi
Tahun 2007-2014 : S1 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Tahun 2017-sekarang : S2 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta