i
PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH, INFLASI, DAN BOPO
TERHADAP PROFITABILITAS (ROE) PERBANKAN SYARIAH DI
INDONESIA (pada Periode Janurai 2011 - Desember 2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Zahir Razan A NIM: 1111084000046
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2017 M / 1438 H
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Zahir Razan Azani
2. Tempat/tanggal Lahir : Kebumen, 29 November 1993
3. Alamat : Jl. Caman Raya RT 06/RW 03 No 56
Jatibening, Pondok Gede, Bekasi
4. Telepon : 083873442130
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Jatibening 12 Bekasi Tahun 1999-2005
2. SMP Negri 20 Bekasi Tahun 2005-2008
3. SMA Negri 5 Bekasi Tahun Tahun 2008-2011
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi Kemahasiswaan HMJ UIN Jakarta, 2011-2012
2. Koordinator Kemahasiswaan HMJ UIN Jakarta, 2012-2013
3. Bendahara Umum HMJ IESP UIN Jakarta, 2013-2014
4. Sekertari Kord. Bidang Politik Mahasiswa PMII Komisariat Ekonomi
2013-2014
5. Anggota Bidang Politik Mahasiswa PMII Cabang Ciputat 2013-2014
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Edukasi Produk dan Jasa Keuangan, OJK, 2014
vi
2. Seminar Nasional IAEI, Moestopo (beragama) Jakarta, 2014
3. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2013
4. Diskusi Publik Youth Power: your vote your future, Transparency
International Indonesia, 2014
V. KEPANITIAAN
1. Ketua KKN SUDESI, 2014
2. Ketua Diskusi Publik Youth Power: your vote your future,
Transparency International Indonesia, 2014
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Andriyanto
2. Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 2 Novemberr 1960
3. Ibu : Riyanti
4. Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 18 Februari 1967
6. Alamat : Jl. Caman Raya RT 06/RW 03 No 56
Jatibening, Pondok Gede, Bekasi
5. Telepon : 083873442130
6. Anak ke dari : 1 dari 2 bersaudara
vii
ABSTRACT
The goal of this research was conducted to examine the influence of
macroeconomic factors, as measured by inflation, profit loss sharing as measured
by mudharabah finance and the characteristics measured by BOPO to Return On
Equity (ROE) Islamic Banking in Indonesia.
The data used in this study was obtained from the publication of the Financial
Statements Bank Indonesia and Bank Syariah publiksai report through the
website. Data analysis method used in this research is multiple linear regression
analysis Using computer programs (software) Eviews 7.0 where previous data
was tested with classic assumption test covering normality, heteroscedasticity,
multicollinearity and autocorrelation. Type of this research is descriptive
research, where this research decrypt ROE influenced by independent variables,
namely of Mudharabah finance, inflation and BOPO. All this is done in
accordance with the statistical theory that has a function in the ways of gathering
facts, processing as well as well-grounded decision-making based on facts and
analysis were performed. So it can be applied in the community.
During the period of research data shows that the normal distribution. Under the
normality test, multicollinearity, heteroscedasticity test, and test variables
autokorelasitidak found that deviate from the classical assumptions. This shows
the available data has been qualified using multiple linear regression equation
model. The results of this study indicate that the variable inflation growth, shows
negative significant impact on ROE. Mudharabah inance has a significant
positive of ROE, while BOPO variable negatif no significant effect on ROE.
Keywords: Mudharabah Finance, Inflasi, BOPO, Profitability (ROE)
viii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh faktor makroekonomi yang
diukur dengan pertumbuhan inflasi , pembiayaan syariah yang diukur dengan
pembiayaan mudharabah dan karakteristik bank yang diukur dengan BOPO
terhadap Return On Equity (ROE) Bank Syariah di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan
publikasi Bank indonesia, serta laporan publiksai Bank S yariah melalui
website. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda mengggunakan program computer (software) Eviews versi
7.0 dimana sebelumnya data telah diuji dengan pengujian asumsi klasik meliputi
normalitas data, heteroskedastisitas, multikolinieritas dan autokorelasi. Jenis
penilitian ini adalah penelitian deskrptif, dimana penelitian ini mendekripsikan
ROE yang dipengaruhi oleh variabel independennya yaitu pembiayaan
mudharabah, inflasi dan BOPO. Semua ini dilakukan sesuai dengan teori statistik
yang mempunyai fungsi dalam cara-cara pengumpulan fakta, pengolahan serta
pembuatan keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan analisa yang
dilakukan. Sehingga dapat diterapkan dalam msyarakat.
Selama periode pangamatan menunjukan bahwa data penelitian berdistribusi
normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji autokorelasitidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi
klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat
menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan inflasi menunjukkan pengaruh
negatif signifikan terhadap ROE. Variabel pembiayaan mudharabah berpengaruh
positif signifikan terhadap ROE, sedangkan variabel BOPO berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap ROE.
Kata kunci : Pembiayaan Mudharabah, Inflasi, BOPO, Profitabilitas (ROE)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr,Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,
karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan
Mudharabah, Inflasi, dan BOPO terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di
Indonesia Pada Periode Januari 2011 sampai Desember 2015”dengan baik.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang
telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan kezaman yang terang
benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat- syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,
bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada
disekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolonganNya
tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas segala nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.
2. Keluarga terbaik dan tersayang yang saya miliki, Ibunda Riyanti
yang selalu memberikan yang terbaik dan mencurahkan segala
perhatiannya. Selama ini, Ayahanda Andriyanto yang telah bekerja
keras demi anak-anak dan keluarga, Adikku Ari Awan Darari
yang selalu menghibur serta memberikan dukungan disaat suka
maupun duka. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian
saya tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang.
x
3. Bapak Arief Mufraini. LC., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.
4. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, MM Dosen
Pembimbing Skripsi 1 dan sebagai penemu rumus tuhan hahslm
theory, Universe Guidance Theory, Teori Penciptaan dari Al-
Qur‟an serta rumus total Al-Qur‟an 1587x4=112+6236 yang
dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan
yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas
semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses
penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan bapak.
5. Bapak Hartana I, Putra, M. Si Selaku dosen Pembimbing 2 yang
telah meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang
sangat berarti kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan
arahan yang bapak berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
6. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah meluangkan waktunya untuk
mendengarkan kesulitan saya dan memberikan saran-saran yang
bermanfaat.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya.
Semoga Allah selalu memberikan pahala yang sebesar-besarnya
atas kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan
dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan
membantu saya selama perkuliahan.
8. Sahabat-sahabat terbaik, Yusran Rafiqie, Geo Fikri, Isti Destriani,
Rafi Kurniawan, Abdul Hakim, Muhammad Aditia, Bilal Ahmadi
xi
yang selalu mengingatkan bukan melarang, merangkul bukan
melepaskan, menemani dari masa-masa awal kuliah hingga akhir
dalam suka maupun duka, dan yang selalu memberikan dukungan
serta doanya. Semoga Allah SWT senantiasa membalas
kebaikan kalian.
9. Teman-teman IESP angkatan 2011 yang saya cintai dan tidak bias
saya sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas kempatan tahun
kebersamaan dengan kalian yang penuh warna.
10. Kakak-kakak jurusan IESP, Yusran Rafiqie, Arum, Kokom,
Mutia, Fita, Novie, Supita, Titi dan yang lain yang dengan
kerendahan hati telah berbagi ilmu dan memberikan banyak saran
dan dukungan bagi saya selama perkuliahan maupun penulisan
skripsi.
11. Seluruh jajaran HMJ IESP periode 2012-2014 yang telah bersama
saya selama kepengurusan. Terima kasih atas loyalitas,
pembelajaran dan kerjasama kalian selama kepengurusan.
12. Seluruh Mahasiswa IESP dari semua angkatan yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu, Terima kasih kerja sama dan
pembelajarannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu‟alaikumWr. Wb.
Jakarta, 21 Maret 2017
Zahir Razan Azani
NIM:1111084000046
xii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing.......................................................i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif....................................... ...ii
Lembar Pengesahan Ujian Skrips.......................................................iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah.................................. ..iv
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................ v
Abstract ................................................................................................ vii
Abstrak ................................................................................................. viii
Kata Pengantar .................................................................................... ix
Daftar Isi .............................................................................................. xii
Daftar Tabel ......................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................... xv
Daftar Grafik ....................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ............................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 12 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian................................. 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................... 19
1. Profitabilitas ..................................................................... 19 2. Pembiayaan Mudharabah ................................................. 25
3. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) ...... 30 4. Inflasi ............................................................................... 31
B. Keterkaitan Antar Variable ..................................................... 37
C. Penelitian Terdahulu ............................................................... 40 D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 42
E. Hasil Hipotesis ........................................................... 43
xiii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 45 B. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 45
C. Metode Analisis ........................................................ 47 1. Analisis Regresi Linier Berganda ...................................... 47
2. Uji Asumsi Klasik.............................................................. .48 a. Uji Normalitas ............................................................. .48 b. Uji Multikolinieritas. ................................................... .50
c. Uji Heterokedastisitas .................................................. .52 d. Uji Autokorelasi........................................................... .54
3. Uji Hipotesis....................................................................... .56 a. Uji Koefisien Determinansi ......................................... .56 b. Uji t ............................................................................. .56
c. Uji F ........................................................................... .57 D. Operasional Variabel Penelitian ............................................... .57
BAB IV, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ .64 1. Sejarah Perkembangan Perbankan Islam di Indonesia ...... .64 2. Return On Equity (ROE) ................................................... .65
B. Deskripsi Data .......................................................................... .66 1. Deskripsi Data Variabel Pembiayaan Mudharabah ........... .66
2. Deskripsi Data Variabel Inflasi .......................................... .67 3. Deskripsi Data Variabel BOPO ........................................ .69 4. Deskripsi Data Variabel ROE ........................................... .70
C. Analisis dan Pembahasan .......................................................... .71 1. Uji Asumsi Klasik.............................................................. .72
a. Uji Normalitas ............................................................. .72 b. Uji Multikolinieritas .................................................... .73 c. Uji Heterokedastisitas .................................................. .74
d. Uji Autokorelasi........................................................... .75 2. Uji Statistik......................................................................... .76
a. Uji Koefisien Determinansi ......................................... .78 b. Uji F ............................................................................ .78 c. Uji t ............................................................................. .79
d. Analisis Ekonomi......................................................... .80
BAB V, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
A. Kesimpulan ................................................................................ .85
B. Saran ......................................................................................... .85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ .87
LAMPIRAN........................................................................................... .91
xiv
DAFTAR TABLE
Table 1.1 Bangunan Teori TIM Ekonomi Islam ....................................... 2
Table 1.2 Perkembanan ROE, Pembiayaan Mudharabah, Inflasi dan
BOPO ....................................................................................... 9
Table 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................ 40
Table 4.1 Uji Multikolinearitas ................................................................ 74
Table 4.2 Uji White Heterokedastisitas ................................................... 75
Table 4.3 Uji Autokolerasi ......................................................................... 76
Table 4.4 Uji F-statistik ........................................................................... 78
Table 4.5 Uji Profitabilitas t-statistik ....................................................... 79
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Pembiayaan Mudharabah ................................................. 67
Grafik 4.2 Inflasi ................................................................................ 68
Grafik 4.3 Bopo ................................................................................. 69
Grafik 4.4 Profitabilitas (ROE) ......................................................... 71
Grafik 4.4 Uji Normalitas................................................................... 73
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.............................................................. 43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian ...................................................................... 91
Lampiran 2 Regresi Linier Berganda ....................................................... 93
Lampiran 3 Uji Autokolerasi .................................................................... 93
Lampiran 4 Uji Normalitas ....................................................................... 94
Lampiran 5 Uji Multikolinearitas ............................................................. 94
Lampiran 6 Uji Heterokedastisitas............................................................ 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam rahmatan lil alamin merupakan bagian integral dari pengejawantahan
sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, di lingkungan sekitar, dan alam
semesta yang bermakna bahwa semua kehidupan berawal dari konsep besar islam.
Dengan kata lain konsep penciptaan awal adalah Islam
Pemhaman sistem ekonomi yang islami senantiasa mengacu pada konsep
islam yang menyeluruh atau kaffah. Pendekatan islam yang kaffah ini
mengandung makna adanya ekspos mengenai Iman, Islam, dan Ihsan. Tiga hal
diskursus ini diperkuat oleh rukun islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan
haji
Resultan dari 3 pilar ini terjawantahkan pada teori dasar ekonomi islam yang
terdiri dari: 1) Teori Tauhid, 2) Teori ibadah, 3) Teori Maslahah. Implementasi
dari pillar utama ekonomi ini sejalan dengan perkembangan pembangunan
ekonomi yang ada di indonesia (aziz,2017).
Grand Building Theory berupa bangunan teori dari islam dan ekonomi adalah
Teori TIM atau Tauhid – Ibadah – Maslahah yang berasal dari Al-Qur‟an (QS. Al-
Hajj (22): 78) sehingga memunculkan konsep utama dari pembagian struktur
ekonomi maupun keuangan
2
“Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada
tali Allah”
Tabel 1.1
Bangunan Teori TIM Ekonomi Islam
No Teori Tauhid Ibadah Maslahah
1 Rukun Ihsan Islam Iman
2 Fiqih Aqidah Syariah Akhlak
3 Metodologi TSR Hahslm Maqashid Syariah
4 Penemu Masudul Roikhan Ibnu Khaldun
5 Ekonomi Kapitalis Islam Sosialis
Sumber: Aziz, 2017
Pengembangan ekonomi islam selama ini berbasis pola berfikir linier dengan
pendekatan sekuler, memisahkan keilmuan dengan keagamaan, sehingga otomatis
makna ibadah tercabut engan sendirinya. Makna ibadah merupakan proses yang
alami dalam setiap aktifitas kehidupan manusia, termasuk ekonomi. Petunjuk
mengenai ibadah yang diberikan Allah SWT berasal dari ayat kauliyah yaitu Al-
qur‟an dan As-Sunnah serta ayat kauniyah yaitu alam semesta. Hal tersebut
dengan firman Allah dalam QS Az-zariyat (51): 56 yang berbunyi :
“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”
3
Namun dewasa ini kemaksiatan alias kedurhakaan kepada Allah SWT dapat
kita temukan dalam aspek ideoligi, politik, ekonomi, sosial, budaya, media masa,
pendidikan, hukum, militer, dan pertahanan-keamanan. Segenap aspek kehidupan
tersebut telah dikembangkan dengan semangat mengabdikan bagaimana
sebenarnya Allah menuntut kita mengelolanya. Untuk itu pemahaman islam
sebagai way of life harus lebih di perdalam lagi karena sesungguhnya suatu
anugrah dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman dan islam (ichsan, 2014)
Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang
menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan . Di dalam Undang-
Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank mempunyai
fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga perantara, bank mendasarkan kegiatan usahanya pada
kepercayaan masyarakat. Sedangkan bank dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah menyatakan “Perbankan Syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya”. Sehingga dalam prakteknya, perbankan
4
syariah harus mengikuti peraturan serta batasan-batasan dalam syariat yang telah
ditentukan islam.
Kegiatan perbankan syariah pada dasarnya adalah perluasan kegiatan
perbankan, dimana dalam praktek atau kegiatannya tidak menggunkan sistem
bunga, melainkan atas dasar prinsip syariah sebagaimana digariskan dalam
syariah (hukum) Islam. Menurut Dhika Rahma (2010) dalam penelitiannya bank
syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom
dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mangakomodasi desakan dari
berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang
dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah dalam islam.
Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba
merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia islam. Oleh karena itu,
didirikan mekanisme perbankan yang bebas bunga (bank syariah). Perbankan
syariah didirikan berdasarkan alasan filosofis maupun praktik. Secara filosofis,
karena dilarangnya pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non
keuangan. Secara praktis, karena sistem perbankan berbasis bunga atau
konvensional mengandung kelemahan.
Terdapat perbadaan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional,
bukan hanya dari definisi, perbedaan juga terletak dari segi menejemen, motivasi
dan lain- lain. Perbedaan mendasar antar bank konvensional dan bank syariah
adalah adanya larangan bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga
yang dianut oleh bank konvensional. Sehingga dalam menjalankan kegiatan
5
operasinya, bank syariah menganut sistem bagi hasil. Menurut Edhi dan
Muhammad (2013) dalam penelitiannya yang membedakan antara manajemen
bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pembiayaan
dan pemberian balas jasa yang diterima oleh bank dan investor. Balas jasa yang
diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan atau deposit)
dalam prosentase pasti. Jadi tidak peduli kondisi dari peminjam dana (borrowers)
apakah masih mampu ataukah tidak dalam melunasi hutang sehingga hal ini akan
membebani bagi pihak borrowers. Sementara pada bank syariah, hanya memberi
dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil. Bank syari‟ah
akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil dari proyek yang dibiayai oleh
bank tersebut. Apabila proyeknya mandek, maka akan dicarikan solusi
penyelesaian. Bagi peminjam dana, hal ini merupakan kesempatan emas dimana
peminjam tidak terlalu terbebani atas bunga pinjaman tersebut. Tetapi bagi
kalangan investor (deposan atau penanam modal lainnya), sistem perbankan ini
kurang menjanjikan. Para investor (lenders) menginginkan dana yang
diinvestasikannya memiliki pengembalian minimal sesuai dengan harapan
mereka. Sebaliknya, bank sebagai media perantara (intermediasi) bisa mengalami
kesulitan untuk menggalang dana masyarakat. Kegiatan operasional bank dalam
bentuk penyaluran kredit, dapat terhambat jika mobilisasi dana tidak sesuai
dengan jumlah permintaan pendanaan.
Pada tahun 2007, perbankan syariah dapat membuktikan sebagai suatu
lembaga yang mempunyai kinerja relatif baik seiring dengan pertumbuhan dan
stabilnya perekonomian nasional. Dalam suasana perkembangan yang pesat
6
tersebut, maka perbankan syariah mempunyai potensi dan peluang yang lebih
besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi hasil perekonomian.
Masyarakat sebagai pihak yang paling berperan, pada umumnya memiliki sikap
tanggap terhadap berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh masing-masing
bank untuk menarik simpati masyarakat. Simpati dan kepercayaan masyarakat
terhadap suatu bank tidak terlepas dari keadaan keuangan bank, termasuk
kesehatan bank tersebut.
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki perbankan syariah yang
banyak. Karena banyaknya perbankan syariah, menimbulkan persaingan antara
perbankan tersebut. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung, persaingan
antar bank akan mempengaruhi pencapaian tingkat profitabilats bank syariah.
Meskipun bank syariah memiliki motivasi yang lebih daripada bisnis, namun
kemampuan bank syariah dalam menghasilkan profit menjadi indikator penting
dalam keberlangsungan perbankan syariah tersebut, dan juga dapat mengukur
kemampuan bersaing bank syariah dalam waktu panjang.
Salah satu indikator perbankan syariah dapat bertahan adalah kepercayaan
dan loyalitas pemilik dana terhadap bank, sehingga dapat membantu dan
mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik.
Kepercayaan dan loyalitas nasabah terhadap bank syariah didasari karena motivasi
perbankan syariah lebih dari sekedar bisnis. Sebaliknya para pemilik dana yang
kurang tingkat kepercayaan kepada bank yang bersangkutan akan memiliki
tingkat loyalitas yang rendah, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi perbankan
7
syariah karena suatu saat para pemilik modal akan menarik kembali dananya dan
memindahkan ke bank lain.
Dalam penelitian Dhian Pratiwi (2012) eksistensi perbankan syariah di
Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No.21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan landasan operasi yang lebih
jelas bagi bank syariah. Bahkan berdasarkan hasil survei dari Islamic Finance
Country Index dari Global Islamic Finance Report, industri keuangan syariah di
Indonesia, telah menorehkan prestasi dengan menempati peringkat keempat
industri, keuangan syariah dunia yang dinilai dari ukuran-ukuran tertentu dan
bobot yang bervariasi, seperti jumlah lembaga keuangan syariah, izin pengaturan
syariah, besarnya volume industri, edukasi dan budaya, serta kelengkapan
infrastruktur (Infobank, 2011). Dari info diatas, kurangnya kepercayaan dalam
perbankan syariah yang dapat mempengatuhi loyalitas nasabah masih dapat
dihindari, melihat pesatnya pertumbuhan perbankan syariah saat ini.
Dalam mempertahankan kepercayaan dan loyalitas nasabah, perbankan
syariah harus memiliki peniliaian kinerjanya dalam mempertahankan eksistensi
yang ada. Salah satunya adalah dengan melihat tingkat profitabilitas pada bank
syariah. Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen
bedasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Rasio
profitabilatas yang paling penting bagi bank adalah Return On Equity (ROE).
Menurut Lyla Rahma (2011) dalam penelitiannya ROE penting bagi bank karena
ROE digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan Equitas yang dimiliknya. ROE merupakan
8
rasio antara laba sesudah pajak terhadap total Equity. Semakin besar ROE
menunjukkan kinerja perusahaan atau perbankan syariah menjadi semakin baik,
karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.
Dalam perbankan syariah, terdapat bermacam-macam pola pembiayaan yang
digunakan untuk nasabah. Diantara pola-pola yang ada dalam pembiayaan bank
syariah, terdapat dua pola utama yang saat ini digunakan oleh bank syariah dalam
penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh
berapa banyak keuntungan yang didapatkan dari hasil pembiayaan tersebut. Pada
prinsip bagi hasil, pendapatan didapatkan berdasarkan kesepakatan bagi hasil
yang dinamakan nisbah. Jadi keuntungan bank tergantung pada keuntungan
nasabah. Pola bagi hasil banyak mengandung risiko, oleh karena itu pihak bank
harus lebih aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian
nasabah sejak awal. (Aulia dan Ridha, 2013)
Berdasarkan data Bank Indonesia dari tahun 2012 sampai 2015 menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi pada Return On Equity (ROE) terus mengalami
fluktuasi begitu juga dengan data Return On Assets (ROA), Pembiayaan
Mudharabah, Inflasi, dan BOPO yang nilainya juga fluktuatif. Hal ini dapat dilihat
dari tabel 1.1 dibawah ini :
9
Tabel 1.2
Perkembangan Return On Equity (ROE),
Pembiayaan Mudharabah, Inflasi, dan BOPO Bank Syariah
di Indonesia Periode 2011-2015
Tahun
ROE
(persen) Inflasi
(persen) BOPO
(persen) Pembiayaan Mudharabah
(Juta rupiah)
2012 24,06 4,3 74,75 12023
2013 17,24 8,83 78,21 13625
2014 16,13 8,36 93,5 14257
2015 14,66 3,35 97,01 14820
Sumber : Bank Indonesia
Pada tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa ROE, Inflasi dan Bopo
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Sedangkan pembiayaan mudharabah
terus meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan pembiayaan mudharabah
meningkat signifikan dari akhir tahun 2013 sampai dengan pertengahan tahun
2015 sebesar Rp.14,820 miliar. Tingkat inflasi terjadi penurunan pada tahun
2015 sebesar 3,35 persen dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 2014 sebesar
8,36 persen, naiknya inflasi dikarenakan kenaikan harga bensin, naiknya bawang
merah, kenaikan tarif kendaraan umum dan masal, dan kenaikan gula pasir.
Naiknya inflasi akan meningkatkan biaya produksi sehingga harga barang/ jasa
akan naik. Harga-harga barang/jasa naik akan meningkatkan biaya operasional
pada perbankan syariah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan BOPO tahun 2015
sebesar 97,01 persen, berbeda pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 93,5
persen.
Pada prinsip bagi hasil, akad yang banyak digunakan adalah mudharabah
dan musyarakah. Berdasarkan statistik Bank Indonesia, akad murabahah
mendominasi pembiayaan yang disalurkan bank syariah dan disusul dengan akad
10
mudharabah dan musyarakah. Dengan diperolehnya pendapatan dari pembiayaan
yang disalurkan, diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang tercermin
dari perolehan laba yang meningkat (Aulia dan Ridha, 2013). Oleh karena itu,
pengelolaan pembiayaan baik pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil,
maupun jenis pembiyaan lainnya akan sangat mempengaruhi profitabilitas yang
diterima bank syariah.
Selain pembiayaan, yang menjadi indikator profitabilitas perbankan salah
satunya adalah BOPO atau Operational Efficncy Ratio. BOPO merupakan
perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi.
Semakin tinggi rasio BOPO kinerja bank akan semakin menurun. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semaki baik kinerja
manajemen bank tersebut (Dhiyan, 2012). BOPO juga merupakan rasio yang
menunjukan kemampuan bank dalam menjalankan operasinya secara efisien.
Teori yang ada menjelaskan bahwa hubungan antara BOPO dan ROA adalah
berbanding terbalik. Angka standar untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%,
maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak efisien dalam menjalankan
operasinya. Jika rasio BOPO berada kondisi efisiensi, laba yang akan diperoleh
semakin besar karena biaya operasi yang ditanggung semakin kecil. Dengan
meningkatnya laba, maka dapat meningkatkan ROE. (Adi, 2009). Dalam
penelitiannya Adi (2009) menimpulkan bahwa pengaruh BOPO terhadap ROE
adalah negatif signifikan, sehingga teori yang ada didukung terhadap data yang
ada.
11
Pada teori ekonomi makro, inflasi selalu berkaitan dengan jumlah uang yang
beredar dan kebijakan moneter yang diambil pemerintah melalui bank sentral.
Pemerintah bisa mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan
mempengaruhi proses penciptaan uang. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan kebijakan moneter melalui tingkat suku bunga sehingga jumlah
uang yang beredar bisa dikontrol. Melalui tingkat bunga inilah pemerintah dapat
mempengaruhi pengeluaran investasi, permintaan agregat, t ingkat harga serta
GDP riil. Selain itu pemerintah juga dapat mengatur tingkat suku bunga Bank
Indonesia atau BI rate. Dengan begitu keuntungan bank dari sisi bunga sangat
ditentukan kondisi ekonomi makro serta regulasi atau kebijakan pemerintah.
Menurut penelitian Tri Minarni (2013) Pada dasarnya variabel makro setiap
tahunnya mengalami fluktuasi. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab
Return On Equity (ROE) bank syariah cenderung mengalami penurunan. Keadaan
ekonomi makro yang fluktuasi pada sisi yang kurang menguntungkan ditandai
dengan melemahnya nilai tukar rupiah dan tingginya nilai inflasi yang membuat
dana bagi hasil bank syariah kurang menarik. Harusnya penguatan nilai tukar
rupiah yang terlalu cepat mengakibatkan produk Indonesia sulit bersaing dengan
produk luar negeri lainnya. Sehingga dapat dikatakan variabel makro ekonomi
dengan berjalannya waktu akan dapat memepengaruhi kinerja perbankan syariah
yang merupakan salah satu lembaga yang mendukung dalam perekonomian di
Indonesia.
Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperlukan
suatu kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui bagaimana pengaruh Return
12
of Equity terhadap faktor-faktor yang ada didalam maupun diluar perbankan
syariah. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian dalam bentuk penulisan
skripsi dengan judul: “PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH,
INFLASI DAN BOPO TERHADAP PROFITABILITAS (ROE)
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PADA PERIODE 2011 SAMPAI
DENGAN 2015”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, menjelaskan gambaran tentang
Perumusan masalah digunakan untuk membatasi arah penelitian terhadap
objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi
ruang lingkup objek yang sedang diteliti, pembatasan masalah tersebut meliputi
keadaaan Pembiayaan Mudharabah, Inflasi dan BOPO terhadap Return of Equity
dari 2011 – 2011
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan masalah akan
dilakukan dalam perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap
Profitabilitas (ROE) perbankan syariah di indonesia periode 20121-
2015?
2. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROE) perbankan
syariah di indonesia periode 2011-2015?
3. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas (ROE) perbankan
syariah di indonesia periode 2011-2015?
13
4. Bagaimana pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Inflasi dan BOPO
terhadap Profitabilitas (ROE) perbankan syariah di indonesia
periode 2011-2015?
C. Tujuan dan Manfaat
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap
Profitabilitas (ROE) perbankan syariah di indonesia periode 2011-
2015
2. Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROE)
perbankan syariah di indonesia periode 2011-2015
3. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas (ROE)
perbankan syariah di indonesia periode 2011-2015
4. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama Pembiayaan
Mudharabah, Inflasi dan BOPO terhadap Profitabilitas (ROE)
perbankan syariah di indonesia periode 2011-2015
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan
tentang pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Inflasi dan BOPO terhadap
ROE dan dapat dijadikan informasi mengenai keadaan lembaga
keuangan bank syariah.
2. Bagi Bank Syariah
14
Diharapkan dapat dijadikan informasi dalam pengambilan
keputusan serta dapat meningkatkan kinerja lembaga keuangan bank
syariah kedepannya.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
masyarakat mengenai pembiayaan yang ada di bank syariah sehingga
dapat menarik masyarakat yang tertarik pada jasa yang diberikan oleh
bank syariah.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Islam rahmatan lil alamin merupakan bagian integral dari
pengejawantahan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, di lingkungan
sekitar, dan alam semesta yang bermakna bahwa semua kehidupan berawal
dari konsep besar islam. Dengan kata lain konsep penciptaan awal adalah Islam
Grand Unified Theory dan islam sejatinya berjalan berdampingan yang
bermakna bahwa ilmu dan islam pastinya sesuai dengan fitrah serta niali
universal (Edgar, 2013). Sehingga titik pusat dari puncak peradapan manusia
adalah Islam. Ontologi dari konsep kaffah adalah Islam. Bahwa sistem
kehidupan yang ada pada diri sendiri, lingkungan sekitar, dan alam semesta
berawal dari konsep islam. Dengan kata lain konsep penciptaan awal adalah
Islam. Kata Islam memiliki akar dari 3 huruf, yaitu „S‟ atau sin, huruf „I‟ atau
lam, dan huruf “M” atau mim (Aziz, 2015). Terdapat ayat yang mendukung
makna ontologi dari Islam, yaitu pada QS. Ali-Imran (39): 19.
”Sesungguhnya agama yang (diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”
Secara ontologis, ilmu ekonomi islam membahas dua disiplin ilmu secara
bersamaan yaitu, ilmu ekonomi murni dan ilmu f iqh mu’amalat. Sumber fiqh
mu’amalat dalah wahyu yang didasarkan pada petunjuk Al-Qir‟an dan hadis
nabi dan sumber ilmu ekonomi islam adalah pemikiran manusia (akal). Wahyu
16
dalam islam merupakan sumber ilmu pengetahuan dan sekaligus sebagai
penuntun (guide) dalam kehidupan manusia, karena ia merupakan emanasi
kebenaran yang sejati. Sedangkan akal merupakan instrumen untuk mencapai
pengetahuan, alat untuk mempersepsi, memahami, mengamati, menerima,
membedakan dan menimbang maslahat serta mafsadat (muhammad, 2008).
Dalam ontologi dari semua ciptaan atau makhluk atau alam semesta adalah
sistem dan sistem dasar yang bernama islam. Pada dasar dari sistem ini (islam)
maka unsur sub-sistem yang ada telah diciptakan olah tuhan dan bukan oleh
manusia atau makhluk lainnya (Aziz, 2015)
Islam dimaknai sebagai suatu sistem yang holistik, komprehensif atau
menyeluruh. Dan kemudian islam yang menyeluruh inilah yang menjadi
epistemologi dari konsep institusi yang sedang dikembangkan, yaitu kaffah.
Institusi keuangan yang kaffah merupakan epistemologi yang muncul
karena beranggapan bahwa konsep dasar kehidupan adalah islam dan islam
dianggap sebagai suatu sistem (Aziz, 2015). Epistemologi ini didukung oleh
ayat QS. Al-Baqarah (2) ayat 208 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan sesungguhnya syaitan ini
musuh yang nyata bagimu”
Secara epistemologi,ekonomi berasal dari oikonomia (greek atau yunani).
Kata oikonomia berasal dari dua kata oikos yang berarti rumah tangga dan
17
nomos yang berarti aturan. Jadi ilmu ekonomi adalah ilmu mengatur rumah
tangga, yang dalam bahasa inggris disebut economics (Samuelson, 2004: 3).
Kata economics ini tidak ditemukan dalam Al-Qur‟an. Menurut Hans Wehr
(1961) yang di edit oleh J.Milton Cowan, dijumpai kata dasar “qa sha da”,
yang dilahirkan “qasd” (yang berarti: endeavor, aspiration, intentions, intent,
design, purpose, resolution, object, goal, aim, end, frugality dan ecomony),
“qasdan” (international, intended), “qasid” (aspired, desired, aimed al,
intended), “maqasid” (destination, dan “iqtishad” (saving, economization,
retrenchement, thriftinrss, thrift, providence, economy).
Dari sini lahirlah istilah “ilm al iqtishadi” (ilmu ekonomi) dan “al-
iqtishadiyah” (the economiy). Secaraterminologi, Samuelson merumuskan
ilmu ekonomi sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungan
dengan pemanfaatan sumber-sumber prospektif yang langka untuk
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk
dikonsumsi (Samuelson, 2004:3).
Berdasarkan ruang lingkupekonomi ssebagaimana tersebut maka islam
sebagai sebuah agama yang mengatur segala aspek kehidupan, tentusaja
mempunyai cara untuk berekonomi. Dalam kaitan ini Yusuf Halim Al-Alim
(1975) mendefinisikan ilmu ekonomi islam sebagai “ilmu tentang hukum-
hukum syariat aplikatif yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci terkait
dengan mencari, membelanjakan dan cara-cara membelanjakan harta “.
Definisi ini menunjukan bahwa fokus kajian ekonomi islam adalah
mempelajari perilaku muamalah. Masyarakat islam yang sesua i dengan Al-
18
qur‟an, as-sunnah, Qiyas dan Ijma‟ dalam memenuhi kebutihan hidupnya
untuk mencari ridha Allah.
Diawali dari ontologis berupa islam sebagai alasam kehidupam termasuk
ekonomi, kemudia etismologis yang di gunakan adalah kaffa sebagai suatu
sistem dalam institusi keuangan dan terakhir adalah aksiologi yang lebih
sederhana berupa penerapan dalam pengembangan institusi, yaitu adanya
keseimbangan dari 2 hal. Dalam aksiologi ini hubungan tersebut selalu ada 2
halyang merupakan hubungan antara konsep kaffah yang memiliki dua sisi
berdampingan secara fitrah. Dua hal ini dianalogikan sebagai hal yang berbeda
seperti laki- laki dan perempuan, terang dan gelap (Aziz, 2015). Sesuai Al-
Qur‟an surah Yasin (36) ayat 36 menyatakan 2 hal:
“Maha suci tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari
apa yang mereka tidak ketahui”
Ditinjau dari aspek aksiologi, tujuan ekonomi islam adalah bahwa setiap
kegiatan manusia didasarkan kepada pengabdian kepada Allah dan dalam
rangka melaksanakan tugas dari Allah SWT untuk memakmurkan bumi, maka
dalam perekonomian umat islam harus mengutamakan keharmonisan dan
pelestarian alam.kebahagiaan yang dikejar dalam islam bukan semata-mata di
dunia saja, tetapi kebahagiaan di akhirat (Karim, 2002:22). Dengan demikian,
19
ilmu ekonomi islam harus mempunyai sistem ekonomi yang dapat
memakmurkan bumi, mampu membahagiakan manusia baik selama hidup di
dunia maupun di akhirat kelak.
A. Landasan Teori
1. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan
dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa
besar kemampuan oerusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya dapat perhatian
penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan
harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa
adanya keuntungan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik
modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan. (Nursyam,
2012:144)
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu.
Bagaimana perusahaan menggunakan seluruh modal yang dimiliki
untuk mendapatkan laba merupakan cerminan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Pengertian yang sama juga disampaikan oleh
Hasyim (2001) bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan,
aset, dan modal saham tertentu. (Nursyam, 2012:145)
20
Rasio profiabilitas merupakan perbandingan antara laba
perusahaan dengan ivestasi atau ekuitas yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. semakin tinggi
profitabilias perusahaan semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut
dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.
a. Tujuan profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi entitas usaha, maupun
bagi pihak luar entitas, yaitu;
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
yang ditanamkan.
5. Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.
21
b. Manfaat rasio profitabilitas:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam suatu periode.
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil
operasi perusahaan mempunyai tujuan pokok dan dapat dipakai sebagai
suatu alat membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan
kolerasi antara laba dan jumlah modal yang ditanamkan. Profitabiltas
dapat juga dimanfaatkan oleh pihak internal untuk menyusun target,
budget koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan
pasar pengambilan keputusan penanaman modal.
c. Rasio profitabilitas
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan
keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terliahat perkembangan
22
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan
sekaligus mecari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan sebagai alat evaluasi
kinerja menajemen selama ini, yaitu apakah mereka telah bekerja secara
efektif atau tidak. Efektif atau tidaknya dapat dilihat dari ketercapaian
target yang telah ditentukan mereka dikatakan telah berhasil mencapai
target untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau
tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi
pelajaran bagi manajemen untuk periode kedepan. Kegagalan ini harus
diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian
tersebut tidak terulang. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan
sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan.
Rasio profitabilitas merupakan cerminan dari keseluruhan efis iensi
dan kinerja sebuah kegiatan bisnis. Pembagian jenis rasio dapat berbagai
macam, secara umum dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu; rasio
yang berbasis margin dan rasio yang berbasis return. Rasio yang mewakili
margin atau rasio yang berbasis merupakan representasi dari kemampuan
sebuah perusahaan menerjemahkan sejumlah pendapatan dari penjualan
menjadi laba (keuntungan) ke dalam berbagai tingkatan ukuran. Rasio
berbasis return merepresentasikan kemampuan sebuah perusahaan atau
entitas bisnis dalam mengukur efisiensinya untuk menghasilkan return
untuk pemegang saham.
23
Dalam perakteknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan adalah :
a) Profit Margin (profit margin on sales)
b) Return on Asset (ROA)
c) Return on Equity (ROE)
d) Laba per lembar saham
Menurut Fahmi (2012) rasio profitabilitas secara umum ada empat,
yaitu :
a) Gross Profit Margin
b) Net Profit Margin
c) Return on Invesment
d) Return on Network
Berdasarkan penelitian Nursyam (2012:148) rasio profitabilitas
direpresentasikan oleh beberapa rasio antara lain :
a) Return on Asset
b) Return on Equity
c) Profit Margin
d) Return on Deposit
e) Return on Shereholder Capital
f) Net Operating Margin
24
d. Return on Equity (ROE)
Untuk mengetahui kinerja suatu bank dalam menjalankannya salah
satunya dapat dilihat dari tingkat profitabilitas bank dengan menghitung
rasio-rasio dari profitabilitas tersebut.
Profitabilias menurut Sofyan (2007:304) adalah menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah caband dan sebagainya. Rasio profitabiltas yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat disebut
juga Operating Ratio. Keuntungan yang akan diraih dari investasi akan
ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan
dalam rangka mengembangkan bisnisnya, disamping itu sehubungan
dengan masalah dari ketidakpastian dari kondisi yang akan dihadapi maka
besarnya investasi yang ditamkan harus diperhitungkan dalam
pengembalian kebutuhan dana.
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja bank
adalah ROE dengan mengukur seberapa efektif bank menggunakan
sumberdaya yang disediakan oleh pemegang saham (Horngren, Sundem,
Elliot, 1999:150).
ROE mengukur pengembalian absolute yang akan diberikan bank
kepada para pemegang saham. Kinerja perusahaan (ROE) yang bagus akan
membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya
25
harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana
baru (Walsh, 2004:56).
Return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini
dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi
hutang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar (Sartono,
2001:168). Semakin tinggi ROE menunjukan semakin efisien perusahaan
menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keutungan
bersih. (Robert Ang, 2001:173)
Rasio ini merupakan indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari
bank yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan
mengakibatkan kenaikan harga saham (Dendawijaya, 2003:174).
2. PEMBIAYAAN MUDHARABAH
a. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Pengertian secara istilah mudharabah adalah akad kerja sama
antara shahibul mal (pemilik modal) dengan mudharib (yang
mempunyai keahlian atau keterampilan) untuk mengelola suatu usaha
yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari pengelolaan dana
26
tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati, jika terjadi
kerugian ditanggung shohibul mal. kontrak ini disebut mudharabah,
karena masing-masing pihak membagi keuntungan dari bagian yang
mereka miliki. (Nurul dan Mohamad, 2010:72)
Dasar hukum kontrak mudharabah terdapat dalam QS. Al
Muzammil :
Sesungguhnya tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertigannya dan segolongan dari orang-orang yang bersama
kamu.Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-
batas waktu-waktu itu, “maka Dia memberi keinginan kepadamu
karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari al Quran. Dia
mengetahui bahwa aka nada diantara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagia karunia
Allah, dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka
bacalah apa yang mudah bagimu dari al Quran dan dirikanlah sholat,
27
tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman
yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu buat sebagai balasan
yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Fatwa DSN No: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah menyatakan :
1. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang
disalurka oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha
yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul mal (pemilik
dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek, sedangkan
pengusaha bertindak sebagai mudharibatau pengelola
usaha.
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang
telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan
LKS ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas
dalam bentuk tunai bukan piutang.
28
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian
akibat dari mudharabah kecuali jika nasabah melakukan
kesalahan yang disengaja.
7. Dalam pembiayaan tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan dari mudharib.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan
memerhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dikenakan kepada nasabah.
b. Rukun dan syarat Pembiayaan Mudharabah
Adapun rukun dan syarat pembiayaan antara lain :
1. Penyedia dana (shahibul mal) dan pengelola (mudharib)
harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad), dengan memerhatikan hal-hal berikut; a)
penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan kontrak; b) penerimaan dari
penawaran dilakukan pada saat kontrak; c) akad dituangkan
secara tertulis, melalui korespondensi atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi yang modern.
29
3. Modal ialah sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada nasabah untuk tujuan usaha.
c. Pembiayaan aneka barang, perumahan dan property
Penggolangan mudharabah secara garis besar dapat dikelompokkan
atas dua bagian besar, yaitu:
1. Mudharabah muqayyadah, yaitu akad mudharabah dimana
shahibul mal membatasi jenis usaha, waktu, atau tempat
usaha. Batasan-batasan tersebut dimaksudkan untuk
menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Syarat-
syarat itu harus dipenuhi oleh mudharib. Apabila mudharib
melanggar batasan-batasan ini, maka ia harus bertanggung
jawab atas kerugian yang timbul.
2. Mudarabah muthlaqah, yaitu suatu bentuk kerja sama
antara shahibul maldan mudharib yang cakupannya sangat
luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha waktu
dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fikih klasik
seringkali dicontohkan dengan ungkapan “lakukanlah
sesukamu”. Dalam bahasa inggrisnya, para ahli ekonomi
islam sering menyebut mudharabh muthlaqah sebagai
Unrestricted Invesment Account (URIA). Jika tidak ada
syarat-syarat yang ditentukan shahibul mal, maka apabil
terjaid kerugian dala bisnis, mudharib tidak menanggung
30
resiko atas kerugian. Kerugian sepenuhnya ditanggulangi
shahibul mal. (Nurul dan Mohammad, 2010:77)
3.Biaya Operasional terhadap Pedapatan Operasional (BOPO)
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan
jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Rasio biaya operasional
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasi.
Menurut Adi Nugroho (2005: 89) biaya operasional adalah biaya-
biaya yang dikeluarkan bank dalam kegiatan operasionalnya terdiri
dari biaya tenaga kerja, biaya administrasi dan umum, biaya
penyusutan, biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif, dan biaya
lainnya yang terkait dengan operasional bank syariah.
Operasional bank pada prinsipnya adalah mengumpulkan dana dan
menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
mendukung operasionalnya baik langsung maupun tidak langsung dapat
digolongkan sebagai biaya operasional.
Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut
dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi
biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
31
Dengan keuntungan yang diperoleh aset bank menjadi besar, sehingga
memberikan dampak pada bank untuk menyalurkan pembiayaan.
Rumus BOPO adalah sebagai berikut:
BOPO juga merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko
operasional. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila
terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya
operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa
dan produk- produk yang ditawarkan.
Semakin rendah rasio BOPO semakin kecil biaya
operasional, rendahnya biaya operasional menyebabkan pendapatan
bank mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan bank tentu
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
4. INFLASI
a. Pengertian Inflasi
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang
beredar atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian.
Pengertian tersebut mengacu pada jumlah uang beredar yang diduga
telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. Inflasi adalah
suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus
menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Namun pada
dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar
32
modal karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair,
2007: 212).
Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu kenaikan dalam
harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah
lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar. Untuk
mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang digunakan adalah
indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen adalah indeks
harga dan barang–barang yang selalu digunakan para konsumen.
a. Macam-macam Inflasi
Dalam buku Ekonomi Makro Islami (Adiwarman, 2010)
inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu
sebagai berikut:
1. Moderate Inflation: karakteristiknya adalah kenaikan tingkat
haga yang lambat. Umumnya disebut sebagai „inflasi satu
digit‟. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau
untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam
bentuk uang daripada dalam bentuk asset riil.
2. Galloping Inflationi :Inflasi pada tingkat ini terjadi pada
tingkatan 20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan
inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya
saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil.
Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan
dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta
33
orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat
bunga yang amat tinggi.
3. Hyper Inflation : Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang
sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilitunan persen per tahun.
Walaupun sepertinya banyak pemerintah yang
perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galloping
inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintah yang dapat
bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat mematikan
ini. Contohnya adalah Weilmar Repubik di Jerman pada tahun
1920-an.
Selain itu inflasi dapat digolongkan karena penyebab-
penyebabnya yaitu sebagai berikut :
1. Natural Inflation dan Human Error Inflation, sesuai dengan
namanya Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena
sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai
kekuasaan dalam mencegahnya. Human Error Inflation adalah
inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalah yang dilakukan
oleh manusia sendiri.
2. Actual/Anticipated, Expected Infaltion dan Unanticipated,
Expected Inflation. Pada Expected Inflation tingkat suku bunga
pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman
nominal dikurangi inflasi sacara notasi, sedangkan pada
Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal
34
belum atau tidak merefeksikan kompensasi terhadap efek
inflasi.
3. Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation
diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi
permintaan agregat (AD) dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi
karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran
agregat (AS) dari barang dan jasa suatu perekonomian.
4. Spiraling Inflation. Inflasi jenis adalah inflasi yang diakibatkan
oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang
sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi
sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
5. Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation
bisa dikatakan adalah inflasi dari negara lain yang ikut dialami
oleh suatu negara karena harus menjad price taker dalam pasar
perdagangan internasional. Domestic Inflation merupakan
inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang
tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.
(Adiwarman, 2010:138)
b. Teori Inflasi Islam
Dalam buku Ekonomi Makro Islami (Adiwarman, 2010),
inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :
35
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi pembayaran
dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat, (turunnya Marginal Propensiy to
Save).
3. Meningkatkan kecendrungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal
Propensity to Consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang tidak produktif yaitu
penumpukan kekayaan seperti tanah, bangunan, logam mulia,
mata uang asing dengan mengorbankan investasi kea rah
produktif seperti pertanian, industri,perdagangan, transportasi
dan lainnya.
Ekonom islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M-
1441SM), yang merupakan salah satu murid Ibnu Khaldun,
menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu Natural Inflation
dan Human Erron Inflation.
Natural Inflation, sesuai namanya, inflasi jenis ini
diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, dimana orang tidak
mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah).Ibn al-Maqrizi
mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh
36
turunnya penawaran agregat (AS) atau naiknya permintaan agregat
(AD).
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada
Natural Inflation, maka inflasi yang disebabkan oleh hal-hal
lainnya dapat dikatakan sebagai Human Error Inflation atau False
Inflation. Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang
diakibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri (sesuai dengan QS
Al-Rum (30):41)
Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut
penyebab-penyebabnya, sebagai berikut :
a) Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad
Administration)
b) Pajak yang berlebihan (Excessive Tax)
c) Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang
berlebihan (Excessive Seignorrage) (Adiwarman,
2010:140-143)
d. Dampak Inflasi
Adiwarman Karim (2008:138) menurut para ekonomi Islam,
inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran
dimuka dan fungsi dari unit perhitungan.
37
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (Menurunnya Marginal Propensity to Save).
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non- primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal
Propensity to Consume).
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif
yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah,
bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan
investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industri,
perdagangan, transportasi dan lainnya.
B. Keterkaitan Antar Variable
Dalam perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil
(profit sharing) antara pihak bank dengan nasabah dan keuntungan
(margin) yang ditetapkan oleh perbankan syariah adalah tetap, berbeda
dengan bank konvensional yang menganut prinsip bunga (riba).
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabahnya dapat
memberikan profitablitas pada bank. Namun, profitabilitas bank dapat
dipengaruhi beberapa faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari faktor
internal dan dari faktor eksternal. Faktor internal dalam perbankan syariah,
yakni Pembiayaan Mudharabah, dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO). Faktor eksternal bank yang dapat
mempengaruhi profitabilitas bank, yakni Inflasi.
38
1. Hubungan Pembiayaan Mudharabah dengan Profitabilitis ROE
Pembiayaan Mudharabah pada dasarnya adalah perjanjian
kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana salah satu pihak
menyediakan dana dan pihak lainnya menyediakan tenaga atau keahlian.
Menurut Ascarya (2011: 219) dalam Permata (2014), teknis Pembiayaan
Mudharabah pada perbankan Indonesia adalah pembiayaan ditujukan
untuk membiayai investasi, modal kerja, dan penyediaan fasilitas.
Penghitungan bagi hasil menggunakan metode revenue sharing,
dikarenakan risiko yang ditanggung lebih kecil kerugiannya. Pendapatan
pemilik modal bergantung pada ketidakpastian usaha dan biaya-biaya yang
ditimbulkan dalam proses tersebut.
Sesuai dengan teori dimana Pembiayaan Mudharabah akan
mendapatkan bagi hasil dimana pendapatan bagi hasil yang diperoleh
dapat mempengaruhi profitabilitas. Return On Equity (ROE) menghitung
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari mengolah modal
sendiri. Asset terdiri dari ekuitas dan kewajiban, sedangkan ekuitas terdiri
dari asset yang telah dikurangi dengan kewajiban, sehingga menyebabkan
mengapa Pembiayaan Mudharabah ini berpengaruh positif terhadap Return
On Equity (ROE). (Arif Widodo, 2015)
2. Hubungan BOPO dengan Profitabilitas ROE
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionanya. Rasio BOPO
39
yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank
dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian
karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya. Bank indonesia
menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawwah 90%,
karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100%
maka bank tersebut dapat dikatergorikan tidak efisien dalam menjalankan
operasinya
Menurut bank indonesia, efisiensi operasi diukur dengan
membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau
yang sering disebut BOPO, sehingga dapat disusun dengan suatu logika
bbahwa variable efisiensi operai yang diproduksi dengan BOPO
berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan yang diproksikan dengan
return on equity (ismah wati, 2012)
3. Hubungan Inflasi Dengan Profitabilitas ROE
Dengan kenaikan inflasi maka diikuti oleh kenaikan suku bunga
dengan tingginya tingkat suku bunga maka diharapkan para calon nasabah
bersedia menempatkan dananya di bank syariah, karena bank syariah
mempunyai aset yang bertambah besar kemudian di ikuti laba perbankan
yang dihasilkan juga akan meningkat hal ini sekaligus meningkatkan nilai
ROE karena mendorong para nasabah untuk ingin menginvestasikan
dananya di bank syariah agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Anak Agung Putri Suardani pada
40
tahun 2009 bahwa inflasi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap ROE
di Perusahaan industri manufaktur di pasar modal Indonesia.
C. Penelitian Terdahulu
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
Penulis
dan tahun
Judul Variable Metodologi Hasil
Arief
Wubiwo
(2016)
Pengaruh
Pembiayaan
Mudharabah dan
Musyarakah
Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah periode
2012-2014
Pembiayaan
mudharabah,
Pembiayaan
Musyarakah dan
Return on
Equity (ROE)
regresi
linier
berganda
Pembiayaan
mudharabah
berpengaruh
signifikan dan
positif. pembiayaan
musyarakah
berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
tingkat ROE secara
parsial.
Mathuva
(2009)
Kecukupan modal,
rasio biaya terhadap
pendapatan dan
kinerja bank umum:
Kecukupan
modal, rasio
modal, risiko
modal
Regresi
linier
berganda
BOPO berpengaruh
negatif signifikan
terhadap return on
equity
41
di Kenya tertimbang,
jumlah modal,
BOPO
Ratih
Fatmawati
h (2016)
Analisis pengaruh
pembiayaan
murabahah,
musyarokah dan
mudharabah
terhadap
kemampuan labaan
BPR syariah
ARTHA surya
barokah semarang
2006-2015
Pembiayaan
murabahah,
musyarokah,
mudharabah
ROE dan ROA
Regresi
linier
berganda
pembiayaan
mudharabah
berpengaruh positif
signifikan terhadap
return on equity
fabrian
dwijayanti
dan prima
naomi
(2009)
Analisis Pengaruh
Inflasi, BI Rate, dan
Nilai Tukar Mata
Uang terhadap
Profitabilitas Bank
Periode 2003-2007
Inflasi, BI rate,
Kurs, dan ROE
Metode
backward
Inflasi berpengaruh
negatif dan
signigikan
Terhadap ROE
Dissanaya
ke (2012)
Penentuan return on
equity: bukti dari
lembaga keuangan
ROE, operasi
rasio beban,
jatah produksi
Regresi
linier
berganda
BOPO berpengaruh
seignifikan negatif
terhadap Profitabilitas
42
mikro sri lanka pribadi,
menulis-off
ransum, biaya
per meminjam
ransum, rasio
utang / ekuitas
(ROE)
Sri
wahyuni
(2016)
Pengaruh CAR,
NPF, FDR, dan
BOPO Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah
(Periode 2011-2015)
CAR, NPF,
FDR, BOPO
dan ROE
Regresi
Linier
Berganda
Bopoberpengaruh
negatif signifikan
terhadap profitabilitas
(ROE)
C. Kerangka Pemikiran
Melihat kondisi data ROE yang ada di Bank Indonesia pada
periode 2006-2012 menunjukan trend ROE yang menurun, sehingga akan
mempengaruhi kinerja dari modal bank itu sendiri dalam menghasilkan
keuntungan. Keberadaan ROE bagi bank sangat penting karena hal
tersebut bila semakin tinggi ROE. Hal ini menandakan bahwa perusahaan
semakin baik dalam mensejahterakan para pemegang saham yang bisa
dihasilkan dari setiap lembar saham ROE yang semakin meningkat akan
memberikan tanda kekuatan operasional dan keuangan perusahaaan
43
semakin baik, keuangan perusahaan semakin baik, dan selanjutnya
memberikan pengaruh positif terhadap pasar ekuitas.
Dalam prakteknya Return On Equity (ROE) dapat dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain seperti Pembiayaan mudharabah, Inflasi dan BOPO.
Oleh karena itu untuk membuktikannya kembali dan untuk mengetahui
pengaruhnya penelitian ini melakukan pengujian regresi linier berganda.
Kerangka pemikiran ini secara sederhana dapat digambarkan pada gambar
2.2 yaitu :
D. Hipotesi Penelitian
Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi
empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian di bidang
ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pembiayaan
Mudharabah terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah
Periode 2011-2015.
Pembiayaan
Mudharabah Inflasi BOPO
ROE
44
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pembiayaan
Mudharabah terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah
Periode 2011-2015.
2. = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi
terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Periode 2011-
2015.
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap
Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Periode 2011-2015.
3. = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO
terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Periode 2011-
2015..
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO terhadap
Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Periode 2011-2015.
4. H0 = Tidal terdapat pengaruh yang signifikan antara Pembiayaan
Mudharabah, Inflasi, BOPO secara simultan terhadap Profitabilitas
(ROE) Perbankan Syariah Periode 2011-2015.
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO terhadap
Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Periode 2011-2015.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian
dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung
dengan objek penelitian, mengolah data hingga akhirnya diperoleh gambaran
yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti. Penelitian ini dilakukan
sesuai dengan keadaan perekonomian Indonesia, dimulai ketika inflasi global
yang melanda Indonesia, melihat perbankan syariah sebagai suatu lembaga
yang seharusnya bertahan dalam krisis tahun 1998, lalu juga melihat dari
faktor-faktor lain yang mempengaruhi perbankan syariah.
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh Pembiayaan
Mudharabah, Inflasi, BOPO terhadap Return of Equity Perbankan Syariah
selama periode 2011 sampai dengan 2015. Data yang diambil
merupakan data bulanan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah data runtun waktu (time series).
B. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan
data pada penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Tony Wijaya
(2013:19), data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang
46
menerbitkan dan bersifat pakai. Data-data sekunder yang digunakan
penulis adalah data-data yang berhubungan langsung dengan
penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari Bank Indonesia.
Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
a. Data Pembiayaan Syariah yang diproksikan dengan Pembiayaan
Mudharabah setiap bulannya selama periode Januari 2011 sampai
dengan desember 2015 diperoleh dari laporan bulanan statistik
Bank Indonesia.
b. Data Inflasi yang diproksikan dengan Inflasi setiap bulannya
selama periode Januari 2011 sampai dengan desember 2015
diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
c. Data BOPO setiap bulannya selama periode Januari 2011
sampai dengan desember 2015 diperoleh dari bulanan statistik
Bank Indonesia.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Library Research merupakan teknik pengambilan data yang
dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis
literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal- jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian
47
dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan
penelitian.
C. Metode Analisis
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Pembiayaan
Mudharabah, Inflasi, BOPO terhadap Return of Equity Perbankan Syariah.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan program komputer (software) EVIWS versi 7 dan
Microsoft Excel 2007.
Menurut Umi Narimawati (2008:5), analisis regresi linier berganda
adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk
meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel
tergantung dengan skala interval. Metode analisis data yang digunakan
adalah model regresi berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Regresi linier berganda tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
Keterangan:
Y = ROE
48
a = Intercept (konstanta)
b = Koefisien regresi dari variabel independen
X1 =Pembiayaan Mudharabah
X2 = Inflasi
X3 = BOPO
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
1) Definisi Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Data yang terdistribusi normal dianggap dapat mewakili suatu
populasi. Pada Eviews uji validasi yang sering digunakan dapat dilihat
dari nilai jarque-bera.
2) Cara Test Uji Normalitas
Menurut Winarnao (2011) untuk menguji normalitas salah satunya
yaitu dengan menggunakan uji Jarque-bera test mempunyai distribusi chi
square dengan menggunakan derajat bebas dua. Dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut:
Jarque-bera < Chi Square, maka data berdistribusi normal
49
Jarque-bera > Chi Square, maka data berdistribusi tidak
normal
Penganbilan keputusan dapat juga dilihat dari tingkat signifikan
(5%). Sehingga dapat diambil kesimpulan:
Nilai probabilitas > nilai signifikan (5%), maka data
berdistribusi normal
Nilai probabilitas > nilai signifikan (5%), maka data tidak
berdistribusi normal
3) Mengatasi Gejala Normalitas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan bila data tidak normal,
diantaranya adalah:
1) Jika jumlah sampel besar, kita perlu menghilangkan nilai outliner
dari data. Kita bisa membuang nilai-nilai yang ekstrem, baik atas
atau bawah. Nilai ekstrem ini disebut outliers. Pertama kita perlu
membuat grafik, dengan sumbu x sebagai frekuensi dan y
sebagai semua nilai yang ada dalam data kita . Dari sini kita akan
bisa melihat nilai mana yang sangat jauh dari kelompoknya.
Nilai inilah yang kemudian perlu dibuang dari data kita, dengan
asumsi nilai ini muncul akibat situasi yang tidak biasanya.
50
2) Melakukan transformasi data, Ada banyak cara untuk
mentransform data kita, misalnya dengan mencari akar kuadrat
dari data kita, dll.
3) Menggunakan alat analisis nonparametric, analisis ini disebut
juga analisis yang distribution free. Sayangnya analisis ini
seringkali mengubah data menjadi lebih rendah dari
tingkatannya. Misal kalau sebelum data kita termasuk data
interval dengan analisis ini akan diubah menjadi data ordinal.
b. Uji Multikolinieritas
1) Definisi Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas.
Menurut Ajija R. dkk (2011:35), ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variable bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing
variable bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas.
2) Cara Test Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali, 2011 Indikasi multikolinearitas
ditunjukkan dengan beberapa informasi antara lain:
51
1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang
tidak
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antar variable
independen. Apabila korelasi antar variebel independen
diatas 0,85 atau 85 % maka mengandung multikolinearitas.
3) Dengan menggunakan regresi auxiliary. Regresi jenis ini
dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua
variabel independen atau lebih yang secara bersama- sama
mempengaruhi satu variabel independen lainnya
3) Mengatasi Gejala Multikolinieritas
Jika model mengandung multikolinieritas yang serius yakni
korelasi yang tinggi antar veriabel independen,maka ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk menyembuhkannya :
1) Menghilangkan Variabel Independen
Salah satu metode sederhana yang bisa dilakukan adalah
dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang
mempunyai hubungan linier kuat. Namun menghilangkan
variabel independen di dalam suatu model akan menimbulkan
bias spesifikasi model regresi.
2) Transformasi Variabel
Transformasi variabel dapat dilakukan dengan cara melakukan
transformasi kedalam bentuk diferensi pertama (first
difference). Bentuk diferensiasi pertama ini akan mengurangi
52
masalah multikolinieritas. Transformasi variabel ini akan tetap
menimbulkan masalah berkaitan dengan masalah variabel
gangguan. Kesalahan pengganggu Vt mungkin tidak
memenuhi salah satu asumsi daripada model regresi linier
klasik yang mengatakan bahwa kesalahan pengganggu tidak
berkorelasi antara yang satu dengan lainnya, akan tetapi
kemungkinan besar berkorelasi serial (serially correlated).
3) Penambahan Data
Masalah multiko pada dasarnya merupakan persoalan sampel.
Oleh karena itu, masalah multikolinieritas seringkali bisa
diatasi jika kita menambah jumlah data. Ketika kita menambah
jumlah data karena ada masalah multikolinieritas antara X1 dan
X2 maka akan menyebabkan varians dari β1 akan mengalami
penurunan. Jika varian mengalami penurunan maka otomatis
standard error juga akan mengalami penurunan. Dengan kata
lain, jika multiko menyebabkan variabel independen tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen melalui uji t,
maka dengan penambahan jumlah data maka sekarang variabel
independen menjadi signifikan mempengaruhi variabel
dependen (Agus Widarjono, 2012:110).
c. Uji Heteroskedastisitas
1) Definisi Uji Heteroskedastisitas
53
Heteroskedasitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan
varian antar seri data. Heteroskedasitas muncul apabila nilai
varian dari variabel tak bebas (Y) meningkat sebagai
meningkatnya varian dari variabel bebas (X), maka varian dari Y
adalah tidak sama. Gejala heteroskedasitas lebih sering dalam data
cross section dari pada time series. Selain itu juga sering muncul
dalam analisis yang menggunakan data rata-rata. Untuk mendektesi
keberadaan heteroskedasitas digunakan metode uji White, dimana
apabila nilai probabilitas (p value) observasi R2
lebih besar
dibandingkan tingkat resiko kesalahan yang diambil (digunakan α
= 5 %), maka residual digolongkan homoskedasitas.
2) Cara Test Uji Heteroskedastisitas
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Beberapa metode tersebut
adalah:
a. Metode Grafik
b. Metode Park
c. Metode Glejser
d. Uji Kolerasi Spearman
e. Uji Goldfield-Quandt
f. Uji Bruesch-Pagan-Godfrey.
g. Uji White
3) Mengatasi Gejala Heteroskedastisitas
54
Menurut (Winarno:2011) Untuk menghilangkan heterokedastisitas,
ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan. Namun alternatif tersebut
sangat tergantung pada ketersediaan informasi tentang varian dan
residual. Jika varian dan residual diketahui, maka heterokedastis dapat
diatasi dengan metode WLS. Seandainya varian tidak diketahui, kita
harus mengetahui pola varian residual terlebih dahulu sebelum dapat
mengatasi masalah heterokedastisitas. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Metode WLS (Weighted Least Square).
b. Metode Glejser
c. Metode Transformasi
d. Uji Autokorelasi
1) Definisi Uji Autokolerasi
Autokolerasi merupakan kolerasi antara anggota seri observasi
yang disusun menurut waktu atau urutan tempat, atau kolerasi yang
timbul pada dirinya sendiri. Uji autokolerasi bertujuan untuk menguju
apakah dalam model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (periode sebelumnya).
2) Cara Test Uji Autokolerasi
Untuk mendeteksi ada atau tidak autokolerai dalam suatu model
regresi dilakukan pengujian dengan menggunakan Uji Breusch-
55
Godfrey Serial Langrange Multiplier Test (LM Test), yaitu dengan
membandingkan nilai prob. Obs*R-squared dengan nilai a (5%)
Jika Nilai prob. Obs*R-squared > dari a (5%). Maka tidak
terjadi autokolerasi
Jika Nilai prob. Obs*R-squared < dari a (5%). Maka terjadi
autokolerasi
3) Mengatasi Gejala Autokolerasi
Ariefianto (2012) menjelaskan jika pada model regresi yang
diperoleh ternyata terdeteksi adanya autokorelasi, maka dilakukan
prosedur koreksi. Prosedur koreksi dilakukan berdasarkan kasus yang
relevan (bentuk dan asumsi autokorelasi) yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Autokorelasi yang disebabkan oleh fenomena cobweb. Jika
kita yakin bahwa autokorelasi disebabkan karena adanya
mekanisme cobweb (lagged response) maka prosedur
koreksi dapat dilakukan dengan menambahkan term lag
variabel terikat (yt-1) pada model regresi awal.
2.Autokorelasi berbentuk AR(1) dan ρ diketahui. Jika kita
dapat memperoleh estimasi tidak bias atas koefisien
autokorelasi, maka prosedur koreksi yang dilakukan adalah
suatu varian dari GLS. Teknik koreksi seperti ini dikenal
sebagai prosedur Cochrane- Orcutt. Eviews telah membuat
buildt in routine melaksanakan teknik koreksi ini. Prosedur
56
yang dilakukan sangat sederhana dengan hanya
menambahkan ar(t) dibelakang syntax regresi (Startz dalam
Ariefianto, 2012), di mana t adalah derajat autoregresi yang
diduga terjadi (terdeteksi).
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto,
2011:55). Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Bila
nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari
Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila nilai
koefisien determinasi sama dengan 1 (R2 = 1), artinya variasi Y secaraa
keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
b. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α =
0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variable independen secara
57
simultan terhadap variabel dependen.
H1 = ada pengaruh signifikan dari variabel independen simultan
terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jika
probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
c. Uji F
Uji F ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat (Ghozali, 2011:98).
Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:
H0= tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen.
H1 = ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jika
probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
58
a. Return On Equity
Return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini
dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi
hutang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar (Sartono,
2001:168). Semakin tinggi ROE menunjukan semakin efisien perusahaan
menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keutungan
bersih.
2. Variabel Independen
a. Pembiayaan Mudharabah
Produk-produk pembiayaan bank syariah, ditujukan untuk
menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke sektor riil
dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama
(investment financing ) yang dilakukan bersama mitra usaha dan
dalam bentuk investasi sendiri (trade financing) kepada yang
membutuhkan pembiayaan menggunakan pola jual beli
(murabahah, salam dan istishna) dan pola sewa (ijarah dan ijarah
muntahiyah bit tamlik). (Ascarya, 2011)
Dari sekian banyak produk pembiayaan bank syariah, tiga
produk pembiayaan utama yang mendominasi portofolio
59
pembiayaan bank syariah adalah modal kerja, pembiayaan
investasi, dan pembiayaan aneka barang dan properti. Akad-akad
yang digunakan dalam aplikasi pembiayaan tersebut sangat
bervariasi dari pola bagi hasil ( mudaharabah, musyarakah, dan
musyarakah mutanaqisah ), pola jual beli ( mudharabah, salam,
istishna ) ataupun pola sewa ( ijarah dan ijarah muntahiyah bit
tamlik ). (Ascarya, 2011)
b. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua
barang tidak bisa desebut dengan inflasi, kecuali jika kenaikan
harga barang itu mengakibatkan harga barang lain menjadi ikut
naik. Misalnya, kenaikan harga telur, sedang barang lain konstan
tidak dapat disebut inflasi. Tetapi kenaikan harga minyak atau
listrik dapat mengakibatkan harga-harga barang lain menjadi naik.
Kenaikkan harga minyak dan listrik ini dapat dimasukkan sebagai
pemicu inflasi.
Didalam indikator ekonomi sering dituliskan angka inflasi.
Misal angka inflasi 10 persen. Ini menunjukkan kenaikan harga
barang-barang secara umum adalah 10 persen. Hal ini bukan
berarti bahwa semua barang harganya naik 10 persen. Ada barang
yang naiknya diatas 10 persen dan ada pula yang turun lebih
60
rendah dari 10 persen. Namun secara rata-rata harga semua barang-
barang naik 10 persen.
c. BOPO
Biaya Operasional Pendapatan Operasional adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasi. Semakin rendah BOPO berarti
semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya
operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
d. Pendekatan H
Metodologi memiliki fleksibilitas dalam penetuan
variable yang akan di uji. Hal ini untuk memberikan ruang
yang lebih luas bagi interpretasi dari hasil olah data yang di
lalakukan. Secara prosedural proses rekayasa metodology H ini
dilakukan dari pengumpulan data dari object yang dijadikan
sampel dalam implementasi teori ini.
a. Pertama, Melakukan pendataan untuk memperoleh
besaran objek yang akan di tinjau dalam nilai,
harga, indeks, persentase atau nominal yaitu
dalambentuk harga asli.
61
b. Kedua, meninjau laju besaran dari objek yang
akan dihitung dalam skala persentase, berupa
selisih dari harga awal dengan harga berikutnya
atau perbedaan dari besaran pertama dengan
besaran kedua dan selanjutnya.
c. Ketiga, membuat pola rata-rata dari objek yang
akan ditinjau dengan perspektif teori ini
dibandingkan dengan object-object lain yang
sejenis atau meninjau posisi objek dikomparasi
dengan rata-rata objek yang sejenis
d. Setelah memperoleh nominal, laju dan rata-rata
laju, selanjutnya dibutuhkan data lain dari objek
yang sama berupa data yang bersifat intanglible
atau berkaitan dengan nilai religiusitas untuk di
dapatkan besaran bobotnya dibanding dengan
objek lain. Cara melakukan nilai bobot, yaitu:
1. Membuat rasio bobot berdasarkan data lain dari
objek yang sema kemudian dibandingkan
dengan bobot dari objek lain dengan data yang
untuk diperoleh ranking atau urutan bobot
antara objek utama dengan objek pembanding
yang lain.
62
2. Selain menggunakan sumber data dari objek
yang diteliti, dikombinasikan dengan expert
adjustment / wawancara terstruktur dengan
pakar sains yang memiliki otoritas untuk
menilai bobot suatu objek
3. Kemudian melakukan perangkaian objek
berdasarkan bobot yang diperoleh dari berbagai
sumber data tersebut sehingga urutan tersebut
juga merepresentasikan besaran bobot dari
objek yang diteliti tersebut.
4. Selanjutnya, setelah diperoleh data nominal,
laju dan bobot maka dilakukan pernghitungan
berupa perkalian dari data objek tersebut
berupa: nominal x lajux bobot
5. Setelah mendapat hasi dari perhitungan dari
objek yang diteliti maka dilakukan perlakuan
matriks untuk memperoleh kategori hasil sesuai
fomula, dalam hal ini objek akan dikategorikan
dalam formasi straight,kiads, dan impact
a. Jika hasil positif adalah straight (jika minus
adalah turun)
b. Jika hasil lebih besar dari 0,1 adalah load
pilihan.
63
c. Jika hasil lebih besar dari rata-rata nilai
berarti impact
64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perbankan Islam di Indonesia.
Meskipun secara formal perkembangan perbankan Islam di Indonesia
baru dimulai pada tahun 1992, akan tetapi perkembangan perbankan Islam
di tanah air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh
sebelum tahun tersebut. Ide awal tentang perlunya satu lembaga keuangan
perbankan berbasis Islam di Indonesia muncul dengan adanya pendapat
yang disampaikan oleh K.H. Mas Mansur, Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah periode 1937-1944 dimana beliau telah menguraikan
tentang penggunaan bank konvensional sebagai hal yang terpaksa dilakukan
karena umat Islam belum mempunyai bank sendiri yang bebas riba (Dewi,
2004:60). Pada organisasi Muhammadiyah hal ini dilanjutkan diadakan
Mu‟tamar khusus di Sidoarjo pada tahun 1968, yang membahas salah satu
diantaranya tentang hukum bank, putusan majelis tajrih tentang bank terdiri
atas tiga bagian: pertimbangan atau konsideran, keputusan atau ketetapan,
dan penjelasan. Konsideran terdiri atas pertimbangan akademik,
pertimbangan sosial, dan pertimbangan dalil.
Dengan berbagai macam keputusan-keputusan dan kebijakan-
kebijakan yang dihadapi, respons positif diberikan pada pemerintah pada
tahun 1991, yaitu dengan sebuah repon Indonesia melalui akta pendirian
65
yang ditanda tangani pada 1 November 1991. Melalui proses pengumpulan
modal yang dilakukan oleh Presiden RI saat itu (alm) Soeharto pada 3
November 1991 telah terkumpul komitmen modal disetor untuk PT Bank
Muamalat sebesar Rp 106.126.382.000. Dengan rangkaian proses tersebut,
maka pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi.
(Nurul dan Muhammad, 2010:34).
Kemudia pada tanggal 1992 perkembangan perbankan Islam
mendapatkan angin segar seiring dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun
1992 tentang perbankan yang menandai dimulainya era sistem perbankan
Islam di Indonesia, meskipun pada waktu itu belum disebutkan secara jelas
akan konsep perbankan islam, hanya disebutkan bank yang beroperasi
dengan konsep bagi hasil, yaitu pada Pasal 13 Ayat (c). Sehubungan dengan
lahirnya UU tersebut, pada 30 Oktober 1992 pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang bank yang beroperasi
dengan prinsip bagi hasil danperaturan tersebut diundangkan pada 30
Oktober 1992. (Nurul dan Muhammad, 2010:34).
2. Return on Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu instrument analisis
rasio keuangan yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi kinerja
perusahaan dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Secara sistematis
Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai rasio antara laba bersih
setelah pajak terhadap modal sendiri dikali 100%.
66
Semakin tinggi ROE menunjukkan kemampuan perusahaan
menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang
tinggi bagi para pemegang saham atau investor. Besarnya laba yang
dihasilkan oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya
Return On Equity (ROE) pada suatu perusahaan. Semakin tinggi ROE
(Return On Equity) maka semakin tinggi pula laba yang akan diperoleh oleh
perusahaan dan resiko bermasalah semakin kecil.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Variable Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerja sama antara shahibul mal
(pemilik modal) dengan mudharib (yang mempunyai keahlian atau
keterampilan) untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil
keuntungan dari pengelolaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan
nisbah yang disepakati, jika terjadi kerugian ditanggung shohibul mal.
kontrak ini disebut mudharabah, karena masing-masing pihak membagi
keuntungan dari bagian yang mereka miliki. Dalam penelitian ini, nasabah
atau masyarakat yang menjadi mudharib (yang mempunyai keahlian dan
keterampilan) melakukan kerja sama dengan pemilik modal, dalam
penelitan ini perbankan sayriah yang menjadi shohibul maal (pemilik
modal).
67
Grafik 4.1
Pembiayaan Mudharabah
Sumber : Bank Indonesia, data diolah
Grafik 4.1 diatas menjelaskan bahwa pembiayaan mudharabah mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Terlihat pada grafik, pembiayaan murabahah bulan
oktober tahun 2012 sebesar Rp. 11,438 triliun dan bergerak meningkat secara
lambat hingga Juli tahun 2013 sebesar Rp. 13,281 triliun yang merupakan
peningkatan tertinggi dari pembiayaan mudharabah dari tahun 2011-2015.
Pergerakan lambat pada peningkatan pembiayaan akan membawa dampak pada
pembagi tingkat risiko pembiayaan bermasalah. Pembiayaan mudharabah terus
mengalami peningkatan secara signifikan
2. Deskripsi Data Variabel Inflasi.
Inflasi merupaka salah satu faktor makroekonomi yang dapat
mempengaruhi harga secara umum baik dari barang/komoditas dan jasa dalam
suatu periode waktu tertentu. Sehingga dengan adanya kenaikan harga secara
0
5.000
10.000
15.000
20.000
2012 2013 2014 2015
Mudharabah
Mudharabah
68
umum, akan mempengaruhi seluruh variabel ekonomi baik makro maupun mikro.
Tidak terkecuali terhadap perkembangan profitabilitas bank syariah, dengan
adanya kenaikan harga tersebut maka akan terjadi ketidak konsistenan terhadap
profitabilitas perbankan syariah.
Grafik 4.2
Inflasi
Sumber data Badan Pusat Statistik, data diolah
Pada grafik 4.2 diatas menjelaskan bahwa variabel inflasi
cenderung mengalami peningkatan dan penurunan (fluktuatif). Hal tersebut
disebabkan kondisi perekonomian yang sedang naik turun (fluktuatif). Pada tahun
2010 krisis terjadi di eropa dan berpengaruh pada perekonomian global, kondisi
ini sangat berdampak terhadap negara-negara berkembang salah satunya
Indonesia yang sangat bergantung pada lembaga bank dunia dan IMF. Pada tahun
2010 laju inflasi sebesar 6,96% dan pada tahun 2011 laju inflasi menurun drastis
sebesar 3,79%, penurunan tekanan inflasi tersebut berasal dari kelompok
volatile food dan administered prices seiring dengan membaiknya pasokan,
0
2
4
6
8
10
2012 2013 2014 2015
Inflasi
Inflasi
69
turunnya harga komoditas pangan internasional dan minimalnya kebijakan
pemerintah terkait harga komoditas strategis.
Pada tahun 2013 inflasi kembali naik sebesar 8,38%, angka ini ternyata
tertinggi sejak krisis tahun 2008. Inflasi di tahun 2013 diakibatkan kenaikan harga
BBM bersubsidi.
3. Deskripsi Data Variable BOPO
BOPO merupakan rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Semakin kecil rasio ini
maka kinerja bank semakin baik. Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank
yang diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Grafik 4.3
BOPO
Sumber : Bank Indonesia, data diolah
0
20
40
60
80
100
120
2012 2013 2014 2015
BOPO
BOPO
70
Perkembangan BOPO pada grafik 4.3 diatas menjelaskan bahwa dari
tahun 2012 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2015
yaitu 94,22 persen. Sepanjang tahun 2013, biaya operasional mencatatkan
pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 53,5% (yoy), atau melebihi laju
pertumbuhan pendapatan operasional. Kenaikan biaya operasional tersebut
dipengaruhi olehh kanikan biaya pencadangan kerugian aset produktif yang
meningkat 118,7% (yoy) sebagai antisipasi bank atas meningkatnya risiko
kredit. Sedangkan biaya overhead seperti biaya tenaga kerja, sewa dan promosi,
tumbuh sebesar 30,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
pendapatan.
4. Deskripsi Data Variable ROE
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu instrument analisis rasio
keuangan yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi kinerja perusahaan dan
tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Secara sistematis Return On Equity (ROE)
dapat dirumuskan sebagai rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap modal
sendiri dikali 100%.
71
Grafik 4.4
ROE
Sumber : Bank Indonesia, data diolah
Total laba perbankan syariah diproyeksikan mencapai Rp 2,6 pada akhir
2015. Kendati demikian tahun 2014, profitabilitas industri bank syariah tanah air
masih di bawah realisasi tahun 2013. Faktor yang melatarbelakangi penurunan
tersebut adalah biaya pencadangan yang naik dan pendapatan operasional yang
tidak tumbuh signifikan
C. Analisis dan Pembahasan
Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder
runtun waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulai tahun 2011-2015.
Variabel yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan data variable
dependen yaitu ROE dan variabel independen yaitu: Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO),Pembiayaan Mudharabah, dan Inflasi . Semua
data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan bulanan
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Model yang digunakan sebagai alat
0
5
10
15
20
25
30
2012 2013 2014 2015
ROE
ROE
72
analisis penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Penggunaan
model analisis regresi linier berganda dalam penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan antara dua atau beberapa variaebel independen terhadap variable
dependen.
Pengolahan data menggunakan software Eviews 7 untuk mempermudah
menganalisis variabel-variabel yang akan diteliti. Pada tahap awal dalam
penyajian penelitian ini akan dilakukan beberapa pengujian untuk lebih
menguatkan asumsi-asumsi melalui beberapa pengujian dengan menggunakan
pengujian asumsi klasik dan uji statistik. Pengujian asumsi klasik berupa: Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi
sedangkan uji statistik menggunakan : uji t, uji F, Adjusted R Square.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai
residual terdistribusi normal atau tidak. Terdapat beberapa cara
dalam mendeteksi normalitas, yaitu dengan histogram dan uji
Jarque-Bera. Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal. Uji ini mengukur
perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan
dengan apabila datanya bersifat normal. (Winarno, 2011)
Asumsi untuk melihat data terdistribusi normal dapat dilihat
bila nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2) dan
bila probabilitas lebih besar 5%, maka data berdistribusi
73
normal. Hasil data yang sudah diolah menggunakan Eviews 7
adalah sebagai berikut:
Grafik 4.5
UJI NORMALITAS
Pada grafik 4.5 diatas menunjukkan nilai probability
sebesar 0,299839 lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%,
maka dapat diketahui data dalam penelitian ini terdistribusi
normal.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier
antar variabel independen. Apabila nilai koefisien variabel
bebas lebih besar dari 0,85 maka dapat disimpulkan ada
multikolinearitas dalam model.
Menurut Widarjono (2010: 77) perlu kehati-hatian
terutama pada data time series karena jenis data time series
seringkali menunjukkan korelasi antar variabel
independen cukup tinggi. Korelasi tinggi ini terjadi karena
74
data time series seringkali menunjukkan unsur tren yaitu data
bergerak naik turun secara bersamaan. Berikut ini adalah uji
multikolinieritas dengan menggunakan correlation matrix:
Tabel 4.1
Uji Multikolinearitas
LPM LINF LBOPO
LPM 1.000000 0.443530 0.780948
LINF 0.443530 1.000000 0.262877
LBOPO 0.780948 0.262877 1.000000
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa nilai
koefisien variabel bebas antar variabel dibawah dari 0,85.
Maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut terbebas
dari multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika Variance
dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedatisitas dan jika variance tidak konstan atau
berubaha-ubah disebut dengan Heterokedastisitas. Metode
yang digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas
pada penelitian ini adalah dengan melakukan Uji White.
Masalah heterokedastisitas pada data dapat dilihat dari nilai
75
Obs*R- Squared pada output. Jika nilai probabilitasnya
lebih kecil dari α = 5% maka data yang digunakan bersifat
heterokedastisitas. (winarno, 2011 : 5.16)
Tabel 4.2
Uji Heterokedastisitas (Uji White)
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.661143 Prob. F(3,32) 0.0648
Obs*R-squared 7.188063 Prob. Chi-Square(3) 0.0661
Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai probabilitas
Obs*R- Squared sebesar 0.0661 lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa model
tersebut terbebas dari heterokedastisitas.
d. Uji Autokolerasi
Autokolerasi merupakan suatu kejadian di mana error
term pada suatu periode waktu secara sistematik tergantung
pada error termpada periode-periode waktu yang lain. Untuk
mendeteksi masalah autokolerasi digunkaan uji Lagrange
Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna untuk
mengindentifikasi masalah autokolerasi tidak hanya pada
derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat
derajat.
Uji autokolerasi dapat dilihat dari nilai probabilitas
Obs*R- Squared. Jika probabilitas Obs*R- Squared lebih besar
76
dari tingkat signifikansi α = 5% maka tidak terdapat
autokolerasi dan sebaliknya jika probablitas Obs*R- Squared
lebih kecil dari 5% maka terdapat autokolerasi.
Tabel 4.3
Uji Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.372470 Prob. F(2,30) 0.6922
Obs*R-squared 0.872269 Prob. Chi-Square(2) 0.6465
Dari hasil uji Langrange Multiplier (LM -test) diatas
didapatkan bahwa nilai Obs*R- Squared sebesar 0.6465 yang
lebih besar dari nilai α sebesar 5% (0,05). Karena nilai
probabilitas Obs*R- Squared lebih besar dari α = 5% maka dapat
disimpulkan data tidak mengandung masalah autokolerasi.
2. Uji Statistik
Pengujian signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah
hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara
statistik. Adapun rincian uji siginifikansi terdiri dari uji t (parsial),
uji F (simultan), dan uji koefisien determinasi (Adjusted R-
Square). Model penelitian yang menggunakan analisis linier
berganda ini dapat dijelaskan melalui persamaan regresi sebaga i
berikut:
LROE=11.24960+10.33376LPM-3.145000LINF-3.435178 LBOPO
77
Dimana:
LROE = Return on Equity
LPM = Pembiayaan Mudharabah
LINF= Inflasi
LBOPO = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Jika variabel-variael independen dianggap konstan atau bernilai
nol, artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau
penurunan maka besarnya pertumbuhan Return on Equity
(ROE) adalah sebesar 11,24%.
2. Nilai koefisien regresi variable pembiayaan mudharabah
adalah sebesar 10.33376 yang berarti setiap peningkatan
Pembiayaan Mudharabah perbankan syariah sebesar 1% akan
meningkatkan ROE sebesar 10,33%
3. Nilai koefisien regresi variable BOPO adalah sebesar -
3.435178 yang berarti setiap peningkatan BOPO perbankan
syariah sebesar 1% akan menurunkan ROE sebesar 3,43%
4. Nilai koefisien regresi variabel inflasi adalah sebesar -3.145000
yang berarti setiap peningkatan inflasi sebesar 1% akan
menurunkan ROE sebesar 3.14%
78
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Squared)
Berdasarkan hasil regresi didapatkan Adjusted R Squared
sebesar 0.841475. Dari nilai koefisien determinasi tersebut
menunjukkan bahwa 84.14% ROE perbankan syariah dapat
dijelaskan oleh Pembiayaan Mudharabah, Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi. Sedangkan
15,86% dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
b. Uji F (Simultan) dan Interprestasi
Untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel independen,
maka digunakan uju F dengan melihat nilai F-statistik yang
dibandingkan dengan nilai F- tabel pada tingkat signifikansi α =
5%. Jika nilai F-statistik < F-tabel atau nilai probabilitas > α = 5%
maka H0 diterima H1 ditolak. Namun jika nilai F-statistik > F-tabel
atau nilai probabilitas < α = 5% maka H0 ditolak H1 diterima.
Tabel 4.4
Uji F-statistik
F-Satistic Prob (F-Statistic)
62.92850 0.000000
Dari tabel 4.4 diatas, diperoleh nilai probabilitas F-statistik
sebesar 0.000000 yang artinya nilai probabilitas F-statistik lebih
kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.000004 < 0,05) yang berarti
79
H0 ditolak dan H1 diterima. Maka secara bersama-sama variabel
independen yaitu Pembiayaan Mudharabah, Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROE perbankan syariah.
c. Uji t (Parsial) dan Interpretasi
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel independen
yaitu Pembiayaan mudharabah, Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Inflasi secara parsial
berpengaruh terhadap vaiabel dependen yaitu Profitabilitas (ROE)
perbankan Syariah. Untuk membuktikan hipotesis yang telah
dibuat, kita dapat melihat masing-masing nilai t-statistik yang
dibandingkan dengan t-tabel pada tingkat signifikansi α = 5%. Jika
nilai t- statistik < t-tabel atau nilai probabilitas >α = 5% maka H0
diterima H1ditolak. Namun jika nilai t-statistik > t-tabel atau nilai
probabilitas < α = 5% maka H0 ditolak H1 diterima.
Tabel 4.5
Uji Profitabilitas t-statistik
Variabel dependen: ROE
Variabel
Independen
t-statistik
Probability
Keterangan
Hipotesis LPM 10.33376 0.0000 Signifikan Diterima
INFLASI -3.145000 0.0036 Signifikan Diterima
BOPO -3.435178 0.0017 Signifikan Diterima
Berdasarkan hasil uji t diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
80
1) Variabel Pembiayaan Mudharabah memiliki tingkat probabilitas
sebesar 0.0000 lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%(0.0000 <
0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara
parsial Pembiayaan Mudharabah mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Return on Equity (ROE).
2) Variabel Inflasi memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0036 yang
berarti lebih besar dari tingkat sinfikansi α = 5% (0.0036 < 0,05) H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial Inflasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return on
Equity (ROE)
3) Variabel BOPO memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0017 yang
berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.0017 < 0,05) H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial BOPO
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return on Equity
(ROE),
Hasil penelitian ini sejalan dengan kajian teoritis terkait. Menurut
dissanayake (2016) dimana dalam penelitiannya yang menunjukkan
bahwa semakin tinggi BOPO suatu bank maka ROE akan semakin
turun, sehingga BOPO dan ROE memiliki hubungan yang negatif
d. Analisis Ekonomi
Berdasarkan dari pengujian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk
menjelaskan hubungan antara Pembiayaan Mudharabah, Inflasi dan
81
BOPO terhadap ROE perbankan syariah tahun 2011-2015. Hasil
regresi menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti, yaitu
Pembiayaan Mudharabah dan Inflasi mempunyai pengaruh yang
signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap
Return on Equity (REO) sedangkan variable BOPO mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang
negatif terhadap Return on Equity perbankan syariah.
1) . Pengaruh BOPO Terhadap Profitabilitas (ROE)
Menurut Mathuva (2009) Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan besaran rasio
dalam perbankan yang digunakan untuk mengukur dan
melihat tingkat efisiensi perbankan, semakin besar rasio
BOPO maka bank semakin tidak efisien.
Biaya operasional yang tinggi tentu akan menyebabkan
masalah bagi perbankan syariah. Semakin tinggi rasio BOPO
maka, semakin rendah penyaluran pembiayaan yang disalurkan
bank syariah, begitu juga sebaliknya. (Dissanayake. 2012)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BOPO
mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap
Return on Equity (REO) perbankan syariah, karena memiliki
nilai probabilitas sebesar 0.5445 dimana lebih besar dari nilai α
= 0,05.
2) Inflasi Terhadap Profitabilitas (ROE)
82
Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus dalam
jagka waktu tertentu. Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu
kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi
karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan
dengan penawaran barang dipasar. Inflasi dapat memberikan
dampak pada stabilitas ekonomi dengan memunculkan
spekulasi dari masyarakat.
Selain itu, inflasi dapat menyebabkan para nasabah
enggan untuk menabung, hal itu dikarenakan nilai mata uang
yang semakin menurun. Sehingga fungsi bank sebagai lembaga
Intermediasi (penghimpun dana) akan menurun dan orang akan
lebih menyalurkan dananya ke dalam bentuk investasi non
produktif, seperti tanah, logam mulia, mata uang asing dengan
mengorbankan investasi kearah pertanian, dan lainya. Dalam
kondisi tersebut akan mempengruhi bank dalam menyalurkan
pembiayaan. (fabrina, 2010)
Adanya hubungan negatif antara inflasi dengan
profitabilitas bank ini juga sesuai dengan pernyataan Ogowewo
& Uche (2006) bahwa inflasi yang tinggi akan berdampak pada
kinerja bank dan menjadi salah satu sebab utama kesulitan
dalam institusi keuangan ini. Hal ini bukanlah sesuatu hal yang
baru bahwa inflasi yang tinggi mengakibatkan ketidakstabilan
ekonomi makro, tidak adanya lingkungan ekonomi makro yang
83
stabil serta secara materi meningkatkan risiko bank, dan
menurunkan profit bank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inflasi
mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap ROE
perbankan syariah, dengan nilai probabilitas lebih kecil α =
0,05 yaitu sebesar 0.0000. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Fika Azmi (2015) dan fabrian dwijayanti dan
prima naomi (2009)
3) . Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas (ROE)
Pembiayaan Mudharabah pada dasarnya adalah
perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana salah
satu pihak menyediakan dana dan pihak lainnya menyediakan
tenaga atau keahlian. Menurut Ascarya (2011: 219) dalam
Permata (2014), teknis Pembiayaan Mudharabah pada perbankan
Indonesia adalah pembiayaan ditujukan untuk membiayai
investasi, modal kerja, dan penyediaan fasilitas. Penghitungan
bagi hasil menggunakan metode revenue sharing, dikarenakan
risiko yang ditanggung lebih kecil kerugiannya. Pendapatan
pemilik modal bergantung pada ketidakpastian usaha dan biaya-
biaya yang ditimbulkan dalam proses tersebut.
Sesuai dengan teori dimana Pembiayaan Mudharabah
akan mendapatkan bagi hasil dimana pendapatan bagi hasil yang
diperoleh dapat mempengaruhi profitabilitas. Return On Equity
84
(ROE) menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari mengolah modal sendiri. Asset terdiri dari ekuitas dan
kewajiban, sedangkan ekuitas terdiri dari asset yang telah
dikurangi dengan kewajiban, sehingga menyebabkan mengapa
Pembiayaan Mudharabah ini berpengaruh positif terhadap
Return On Equity (ROE). (Arief wibowo, 2016)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembiayaan
Mudharabah mempunyai hubungan positif dan signifikan
terhadap ROE perbankan syariah, dengan nilai probabilitas
lebih kecil α = 0,05 yaitu sebesar 0.0370.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial yaitu:
a. Variabel Pembiayaan Mudharabah berpengaruh signifikan dan
berkorelasi positif terhadap ROE perbankan Syariah.
b. Variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan dan berkorelasi
negatif terhadap ROE perbankan Syariah.
c. Variabel Inflasi berpengaruh signifikan dan berkorelasi
negatif terhadap ROE perbankan Syariah.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara simultan atau
bersama-sama Pembiayaan Mudharabah, dan Inflasi mempunyai
pengaruh yang signifikan sedangkan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap ROE tahun 2011-2015.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari analisis data, penulis ingin memberi
masukan atau saran kepada pihak-pihak yang mungkin terkait dengan
variabel-variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut:
86
1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dan peraturan
yang dapat meningkatkan kinerja perbankan syariah.
2. Bagi Bank Syariah
Untuk meningkatkan kinerja keuangannya sehingga dapat
memaksimalkan tingkat pembiayaan yang disalurkan, dan bank
syariah juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi ROE
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel ROE,
Pembiayaan Mudharabah, BOPO, dan Inflasi dalam 2011-2015.
Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menggunakan
variabel-variabel yang lebih banyak dan menambah periode waktu
penelitian agar didapatkan hasil yang lebih maksimal.
87
Daftar Pustaka
Wubiwo, Arief. 2016. “ Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah periode 2012-2014”
Fatmawatih, Ratih. 2016. “Analisis pengaruh pembiayaan murabahah,
musyarokah dan mudharabah terhadap kemampuan labaan BPR
syariah ARTHA surya barokah semarang 2006-2015”
Dwijayanti, Fabrian dan prima naomi. 2009. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate,
dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-
2007”
Aziz,Roikhan Mochammad (2005), sinlammim: Kode Tuhan, Esa Alam, Jakarta
Http://www.tokogunungagung.co.id
Aziz,Roikhan Mochammad (2006), Jejak Islam Yang Hilang, Jakarta
Http://www.tokogunungagung.co.id
Aziz,Roikhan Mochammad (Oktober,2008), The Aplication of Mathematic In
Information System Based On Al-Quran.Working Paper, Studium
General, State Islamic University, Jakarta, Indonesia, Jakarta
Aziz,Roikhan Mochammad (oktober, 2008), The Assimilation of Sinlammim Into
SystemThinking In The Quantitative Methode With Modeling On Sukuk
As Islamic Ekonomic Instrumen, Proceding. University of Malahayati,
Lampung, Indonesia
Aziz,Roikhan Mochammad (oketober, 2008), The Future Of Sukuk Between
Malaysia and indonesioa Based on System Thinking, Proceding.
Monash university, Sunway Campus, Malaysia.
Aziz,Roikhan Mochammad (janurai – April, 2008). Comparative Study Of Islamic
Bonds In Indonesia and Malaysia On System Dynamics Approach,
Jurnal Ekonomi Kemasyarakatan Equilibrium, Vol, 5, No.2. jakarta.
http://www.uinjkt.ac.id
88
Aziz,Roikhan Mochammad (2010), New Paradigm in Sinlammim Kaffah In
Islamic Economic. Jurnal signifikan, Vol. 9, No.2, Mei-Agustus, Jakarta
http://www.uinjkt.ac.id
Aziz,Roikhan Mochammad (2011). New Paradigm of System Thinking. Jurnal
Ekonotika. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi study
Pembangunan (IESP), Jakarta
Aziz,Roikhan Mochammad (November, 2012), Information System On Islamic,
Book Of MIS Project Vol 1, Vol 2, Vol 3, Vol 4, Computer
Communication Information technology, Faculty Of Technique
Univercity of indonesia, Depok
Aziz,Roikhan Mochammad (oktober, 2012), Five Pillars of Economy, Economy
Press. Jakarta.
Aziz,Roikhan Mochammad (Janurai – April, 2013), Pemodelan Lembaga
Keuangan Syariah Non Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi
Umat. Vol 7 No.2, Jakarta Http://www.uhamka.ac.id
Aziz,Roikhan Mochammad (2014), Integrasi Ilmu Ekonomi Islam: Pendekatan
Filosofis dan Simbolik. Integrasi Keilmuan. UIN Press, Jakarta.
Aziz,Roikhan Mochammad (Januari 2013), Islamic monetary Based On Method.
Book of Islam. Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah. UIN
Press, Jakarta
Aziz,Roikhan Mochammad (Agustus. 2015), Rumus Tuhan Hahslm dalam
Berpikir Menyeluruh Sebagai Metodologi Ekonomi Islam. Procedding
ICIEF15: StrengthningIslamic Ekonomics and Financial Institution For
Financial InstitutionFor The Welfare of Ummah. Universitas Mataram,
Lombok.
89
Aziz,Roikhan Mochammad (September 2015), Hahslm Islamic Economics
Methodology. Proceding ICOSEC: Developing Countries Readiness
Toward Global universitas Negri Solo, Surakarta
Dissanayake, 2012. “The determination of return on equity: evidance from sri
lanka mikrofinance institutional”
Winarno, Wing Wahyu. 2011. “Analisis Ekonometrika dan Statistika
dengan Eviews”. Yogyakarta: STIM YKPN”.
Wati, Ismah. 2012.”Analisis Pengaruh Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja
Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Syariah (Studi Kasus Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2007-2010)”
Setiawan, Adi. 2009.”Analisis Pengaruh Makroekonomi, Pangsa Pasar, dan
Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Bank
Syariah Periode 2005-2008)”
Van-Horne, J.C. 2005.” Prinsip- Prinsip Manajemen Keuangan”. Selemba,
Jakarta
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002)
Heri Sudarsono. 2008. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Deskripsi dan
Ilustrasi. Ekonosia. Yogyakarta.”
Otoritas Jasa Keuangan. 2012 . “Statistik Perbankan Syariah Desember 2011”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. 2013 . “Statistik Perbankan Syariah Desember 2012”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014 . “Statistik Perbankan Syariah Desember 2013”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2014”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
90
Otoritas Jasa Keuangan. 2016 . “Statistik Perbankan Syariah Desember 2015”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Syafi‟i, Muhammad A. 2001. “Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum”. Tazkia
Institute. Jakarta
Sukirno, Sadono. 2004. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Saeed, Abdullah. 2008. “Bank Islam dan Bunga”. Pustaka Pelajar.
Karim, Adiwarman. 2004. “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Huda, Nurul dan Mustafa, E Nasution. 2008. “Investasi Pada Pasar Modal
Syariah”, Kencana, Jakarta.
Dahlan Siamat. 2004. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Keempat.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
A.Wangsawidjaja Z. 2012. “Pembiyaan Bank Syariah”. PT.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Case and Fair. 2007. “Prinsip-Prinsip Ekonomi”. Edisi Delapan. PT.Erlangga.
Jakarta.
Fatwa – Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI. 2002.
Veithzal, Rivai. 2007.“Bank dan Financial Institution Management
(Conventional and Sharia System)”. PT Grafindo Persada, Jakarta.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
91
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Data Observasi
tahun roe pm inf Bopo
2011.1 19,99 8733000000 7,02 75,75
2011.2 15,49 8732000000 6,84 79,56
2011.3 15,22 8767000000 6,65 77,63
2011.4 17,6 8843000000 6,16 78,78
2011.5 17,15 9077000000 5,98 79,05
2011.6 17,01 9549000000 5,54 78,13
2011.7 17,09 9766000000 4,61 77,13
2011.8 16,98 9989000000 4,79 77,65
2011.9 17,09 10020000000 4,61 77,54
2011.10 17,43 10150000000 4,42 78,03
2011.11 17,54 10203000000 4,15 77,92
2011.12 15,73 10229000000 3,79 78,41
2012.1 14,11 10233000000 3,65 86,22
2012.2 20,08 10322000000 3,56 78,39
2012.3 20,78 10339000000 3,97 77,77
2012.4 18,96 10349000000 4,5 77,77
2012.5 21,09 10482000000 4,45 76,24
2012.6 23,59 10904000000 4,53 75,74
2012.7 24,06 11023000000 4,56 75,87
2012.8 24,27 11180000000 4,58 75,89
2012.9 24,94 11359000000 4,31 75,44
2012.10 25,51 11438000000 4,61 75,04
2012.11 24,06 11527000000 4,32 75,29
2012.12 24,06 12023000000 4,3 74,75
2013.1 23,98 12027000000 4,57 73,43
2013.2 21,52 12056000000 5,31 73,06
2013.3 22,25 12102000000 5,9 74,95
2013.4 22,48 12126000000 5,57 75,95
2013.5 24,34 12168000000 5,47 76,07
2013.6 19,33 12629000000 5,9 76,18
2013.7 18,27 13281000000 8,61 76,13
2013.8 17,97 13299000000 8,79 77,87
2013.9 18,05 13364000000 8,4 77,98
2013.10 17,24 13664000000 8,32 79,06
92
2013.11 17,24 13678000000 8,37 78,59
2013.12 17,24 13685000000 8,38 78,21
2014.1 13,87 13692000000 8,22 80,05
2014.2 16,58 13700000000 7,75 83,77
2014.3 15,94 13798000000 7,32 83,9
2014.4 17,09 13802000000 7,25 84,5
2014.5 18,22 13896000000 7,32 79,49
2014.6 21,24 14012000000 6,7 71,76
2014.7 18,23 14059000000 4,53 79,8
2014.8 18,51 14077000000 3,99 81,2
2014.9 16,26 14156000000 4,53 82,39
2014.10 15,6 14171000000 4,83 88,61
2014.11 15,59 14207000000 6,23 93,5
2014.12 16,13 14257000000 8,36 93,5
2015.1 16,59 14307000000 6,96 94,8
2015.2 15,82 14347000000 6,25 94,23
2015.3 14,18 14356000000 6,38 95,98
2015.4 15,27 14388000000 6,79 96,69
2015.5 15,08 14406000000 7,15 96,51
2015.6 16,15 14467000000 7,26 97,58
2015.7 15,82 14529000000 7,26 96,08
2015.8 16,16 14576000000 7,18 96,3
2015.9 14,93 14644000000 6,83 95,94
2015.10 14,71 14725000000 6,25 96,71
2015.11 14,46 14780000000 96,75 4,89
2015.12 14,66 14820000000 97,01 3,35
93
LAMPIRAN 2
Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LROE
Method: Least Squares
Date: 06/09/17 Time: 09:08
Sample (adjusted): 2 37
Included observations: 36 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LPM 1.771047 0.171385 10.33376 0.0000
LINF -0.168382 0.053540 -3.145000 0.0036
D(LBOPO) -1.175800 0.342282 -3.435178 0.0017
C 44.51782 3.957279 11.24960 0.0000
R-squared 0.855063 Mean dependent var 2.874222
Adjusted R-squared 0.841475 S.D. dependent var 0.161067
S.E. of regression 0.064129 Akaike info criterion -2.551394
Sum squared resid 0.131602 Schwarz criterion -2.375447
Log likelihood 49.92509 Hannan-Quinn criter. -2.489984
F-statistic 62.92850 Durbin-Watson stat 1.697775
Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN 3
Uji Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.372470 Prob. F(2,30) 0.6922
Obs*R-squared 0.872269 Prob. Chi-Square(2) 0.6465
94
LAMPIRAN 4
Uji Normalitas
LAMPIRAN 5
Uji multikolinieritas
LPM LINF LBOPO
LPM 1.000000 0.443530 0.780948
LINF 0.443530 1.000000 0.262877
LBOPO 0.780948 0.262877 1.000000
LAMPIRAN 6
Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.661143 Prob. F(3,32) 0.0648
Obs*R-squared 7.188063 Prob. Chi-Square(3) 0.0661
0
2
4
6
8
10
12
-0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: ResidualsSample 2 37Observations 36
Mean 4.93e-15Median 0.007762Maximum 0.147714Minimum -0.177443Std. Dev. 0.061319Skewness -0.299895Kurtosis 4.116362
Jarque-Bera 2.409018Probability 0.299839