PANDUANPENDAMPINGAN MASYARAKAT
OLEH TPM DAN KTPM
Program Penanganan Lahan KritisDan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat
(PLKSDA-BM)
DIREKTORAT JENDERALBINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
2PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
perkenan dan ridhoNya, buku panduan pendampingan oleh TPM/KTPM Program
Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-
BM) dapat diselesaikan dengan baik.
Buku panduan pendampingan oleh TPM/KTPM Program PLKSDA-BM
bertujuan untuk memberikan acuan bagi pelaksanaan pemberdayaan dan
pendampingan masyarakat dalam program PLKSDA-BM. Selain itu, buku
panduan ini diharapkan dapat menjadi petunjuk pelaksanaan kegiatan penguatan
kapasitas masyarakat dalam penanganan lahan kritis melalui PLKSDA-BM.
Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku Panduan Pendampingan
oleh TPM/KTPM Program PLKSDA-BM, mudah-mudahan memberikan manfaat
bagi semua pihak.
3PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR............................................................................... 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………............ 3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 6
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 6
1.2. Dasar Hukum …………………………………………………………………………….. 7
1.3. Maksud dan Tujuan Panduan Pendampingan ……………………………….. 8
1.4. Pengguna Panduan …………………………………………………………………… 8
1.5. Ruang Lingkup Panduan TPM ………………………………………………….... 10
1.6. Pengertian TPM ……………………………………………………………………….... 10
BAB II KOMPETENSI DAN PERAN TPM ………………………………… 11
2.1. Kompetensi TPM ........................................................................... 11
2.2. Peran dan Fungsi TPM ................................................................... 14
2.3. Tugas Pokok TPM .......................................................................... 19
2.4. Kode Etik Fasilitator ...................................................................... 21
2.5. Proses dan Arah Pendampingan TPM …………………………………………... 23
4PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
2.6. Indikator Keberhasilan Pendampingan Masyarakat bagi TPM ............ 25
2.7. Kedudukan TPM Dalam Pelaksanaan PLKSDA-BM ............................. 26
BAB III REKRUITMEN DAN PENGUATAN TPM ………………………… 28
3.1. Tujuan Rekruitmen TPM ................................................................. 28
3.2. Sasaran Rekruitmen TPM ............................................................... 28
3.3. Strategi Rekruitment TPM …………………………………………………….…….. 29
3.4. Persyaratan TPM ………………………………………………………………………… 30
3.5. Pengumuman Rekruitmen TPM …………………………………………………... 30
3.6. Tahapan Penyeleksian TPM ………………………………………………………... 31
3.7. Pelatihan Pembekalan TPM ............................................................. 32
3.8. Pelatihan Pengutan TPM ................................................................ 34
BAB IV P E N U T U P ………………………………………………………… 37
5PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 : Alur Proses Membangun Kesadaran dan PerubahanKolektif di Masyarakat Dalam Program PLKSDA-BM ……...
25
Gambar 2 : Kedudukan TPM Dalam Struktutr Pemerintahan Daerahdan Desa ……………………………………………………….............
27
Gambar 3 : Metode Pendidikan Orang Dewasa ………………………......... 36
6PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberadaan lahan dan sumber daya air merupakan aspek penting dalam
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Data Direktorat
Perencanaan dan Evaluasi PDAS, Kementerian Kehutanan (2011)
menunjukkan bahwa luas areal lahan kritis di Indonesia mencapai
78.429.550 ha. Kategori lahan sangat kritis 5.269.259 ha, kritis 22.025.581
ha, dan agak kritis 51.134.710 ha. Persoalan lahan kritis akan berakibat
pada terjadinya erosi dan pendangkalan aliran sungai, tidak mampunya
lahan untuk menyimpan air, terjadinya banjir di daerah hilir sungai, lahan
menjadi tidak produktif, dan akibat selanjutnya mendegradasi produktivitas
kehidupan.
Berdasarkan data lahan kritis seperti tersebut menunjukkan, bahwa
perubahan lahan menjadi lahan kritis masih terus terjadi, salah satunya
disebabkan oleh tekanan penduduk dan eksploitasi lahan yang berlebihan
oleh masyarakat sekitar tanpa memperhatikan aspek konservasi. Cukup
banyak lahan yang digunakan di wilayah hulu tidak memperhatikan prinsip-
prinsip kelestarian sehingga mengalami kerusakan dan degradasi lapisan
tanah yang akhirnya mengganggu proses hidrologi. Air hujan yang jatuh di
wilayah hulu hanya menjadi air larian (run off) dan tidak sempat diserap
tanah akibat kurangnya akumulasi seresah dan perakaran tanaman.
Terganggunya proses hidrologi tersebut akan berakibat terganggunya siklus
hidrologi, sehingga terjadi dampak negatif seperti: banjir, tanah longsor,
proses sedimentasi yang berlebihan, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bina Pembangunan
Daeran (Ditjen Bangda), mengembangkan Program Penanganan Lahan
Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM), sebagai
7PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
media bagi proses kerja dan belajar bersama Pemerintah Daerah,
masyarakat dan kelompok peduli lainnya dalam mewujudkan upaya
penanganan lahan kritis dan konservasi lahan yang berkelanjutan. Melalui
program PLKSDA-BM ini diharapkan “Terwujudnya Pemerintah Daerahdan Masyarakat yang berdaya dan mampu menangani lahan kritissecara mandiri dan berkelanjutan”.
Sinergi keberlanjutan ini diwujudkan dengan terbangunnya sistem
dukungan di tingkat kebijakan, perencanaan, pembiayaan dan kerjasama
lintas pelaku, dalam tata pemerintahan yang baik dan berpihak (pro-poor
and good governance), dengan terus mendorong keterlibatan dan
peningkatan kesejahteraan petani. Kebijakan pelaksanaan PLKSDA-BM,
pada prinsipnya membuka ruang dan kesempatan lebih besar kepada
petani disekitar lokasi sasaran, untuk mengakses dan mengaksep
sumberdaya bagi penanganan lahan kritis yang dikombinasikan dengan
budidaya tanaman yang memperhatikan prinsip-prinsip konservasi.
Mengkonstruksikan hubungan partisipatoris antara pemerintah daerah
dengan masyarakat petani setempat dalam upaya penanganan lahan kritis
merupakan salah satu pilar penting program PLKSDA-BM. Hal ini sangat
terkait erat dengan proses pengorganisasian dan perluasan jaringan kerja
masyarakat petani dalam upaya penanganan lahan kritis ditingkat desa.
Fasilitasi pengorganisasi dan pemberdayaan masyarakat petani diperankan
oleh Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM).
1.2. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana;
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
8PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
6. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010 - 2014;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang urusan
pemerintah Kabupaten/Kota yang dapat diserahkan ke desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Dalam Negeri;
1.3. Maksud dan Tujuan Panduan Pendampingan
Maksud dari penyusunan pedoman pendampingan masyarakat bagi TPM
adalah sebagai buku pegangan bagi upaya pendampingan dan
pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan program PLKSDA-BM.
Sedangkan tujuan penyusunan pedoman pendampingan bagi TPM ini
adalah untuk memberi petunjuk pelaksanaan kegiatan penguatan
kapasitas masyarakat dalam penanganan lahan kritis melalui PLKSDA-BM.
1.4. Pengguna Panduan
Secara khusus panduan pendampingan masyarakat bagi TPM ini
diperuntukkan bagi TPM PLKSDA-BM, Kelompok Tani, Konsultan
Pendamping dan Pemerintah Daerah secara umum dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.4.1. Kelompok Tani PLKSDA-BM:
1. Kelompok Tani dan para petani memahami tugas pokok dan
fungsi TPM dalam melakukan pendampingan;
2. Sebagai acuan kerjasama antara kelompok tani dan TPM dalam
melaksanakan program PLKSDA-BM;
1.4.2. Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM)
1. Memahami tugas dan fungsinya sebagai pendamping masyarakat
dalam pelaksanaan PLKSDA-BM;
2. Memahami berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh TPM
dalam melakukan pendampingan terhadap kelompok tani PLSDA-
BM;
9PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
3. Memahami strategi pendampingan terhadap masyarakat dalam
pelaksanaan program PLKSDA-BM;
4. Memahami langkah-langkah pendampingan masyarakat dalam
pelaksanaan program PLKSDA-BM;
5. Memahami indikator dalam pelaksanaan pendampingan
masyarakat program PLKSDA-BM;
1.4.3. Konsultan Pendamping
1. Acuan melakukan pemantauan dan monitoring pelaksanaan
pendampingan masyarakat yang dilaksanakan TPM;
2. Memahami target-target pemantauan yang harus dilaksanakan
oleh TPM di lokasi sasaran PLKSDA-BM;
3. Memahami upaya penguatan kapasitas yang harus dilakukan oleh
TPM yang ditugaskan dilokasi sasaran PLKSDA-BM;
1.4.4. Pemerintah Daerah
1. Sebagai acuan dalam melalukan rekruitmen dan penguatan
kapasitas TPM;
2. Memahami tugas dan fungsi TPM dalam kerangka
pengembangan masyarakat maupun dalam dalam pelaksanaan
program PLKSDA-BM di wilayahnya;
3. Sebagai acuan dalam melakukan rekruitmen pengadaan TPM
dan KTP yang akan ditugaskan mendampingi dan menfasilitasi
kelompok tani PLKSDA-BM di daerah masing-masing;
4. Mendorong pelaksanaan tugas dan fungsi TPM melakukan
pendampingan terhadap kelompok tani PLKSDA-BM;
5. Sebagai acuan menyusun kebijakan pendampingan yang akan
diberikan kepada TPM di wilayah masing-masing;
6. Acuan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan
pendampingan yang dilakukan TPM;
1.4.5. Kelompok Peduli
1. Mendorong kerjasama TPM dengan pihak-pihak lain dalam
melakukan penguatan kapasitas kelompok tani PLKSDA-BM;
2. Sebagai acuan membangun kerjasama secara sinergis kelompok
tani dengan kelompok peduli lainnya di daerah.
10PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
1.5. Ruang Lingkup Panduan TPM
Ruang lingkup panduan pendampingan masyarakat bagi TPM ini
mencakup: Latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan panduan,
ruang lingkup panduan, pengertian TPM sebagai pendamping pelaksanaan
PLKSDA-BM ditingkat desa/Kelurahan.
Selain itu dalam pedoman ini juga membahas tentang peran-peran dan
tugas TPM sebagai pekerja komunitas, Kebutuhan ketrampilan yang
dibutuhkan TPM dalam melaksanakan peran-peran dan fungsinya tersebut.
Dalam panduan ini juga dibahas tentang nbagaimana persyaratan dan
rekruitmen TPM serta kerangka kerja TPM dalam pelaksanaan PLKSDA-
BM.
1.6. Pengertian TPM
Elemen utama penggerak proses dan upaya pemberdayaan masyarakat,
dikenal dengan sebutan Pekerja Komunitas (Community Worker) atau yang
dikenal dengan sebutan Fasilitator, yang dalam program Penanganan
Lahan Kritis dan Sumberdaya Air Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
(PLKSDA-BM) diterjemahkan sebagai Tenaga Pendamping Masyarakat
(TPM), adalah seseorang yang memiliki pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), ketrampilan (skill) dan nilai nilai (values) yang dibutuhkan dalam
membantu petani maupun kelompopk tani yang didampinginya untuk
merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi capaian
kegiatan PLKSDA-BM ditingkat desa/kelurahan yang bersangkutan.
Jadi dalam kerangka pengembangan masyarakat, TPM adalah seseorang
yang ditugaskan untuk menfasilitasi dan menjadi inisiasi proses
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Dengan demikian, TPM
lebih sering diterminologikan sebagai fasilitator. Oleh sebab itu, seorang
fasilitator dituntut untuk memahami tentang berbagai dimensi dan prinsip-
prinsip yang melandasi konsep pengembangan masyarakat.
11PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB IIKOMPETENSI DAN PERAN TPM
2.1. Kompetensi TPM
Pengembangan masyarakat (community development), dalam hal ini adalah
suatu proses membentuk (atau membentuk-ulang) struktur
komunitas/masyarakat melalui upaya-upaya berupa: penggunaan cara baru
untuk saling berhubungan, mengorganisasikan kehidupan sosial dan
mempertemukan kebutuhan masyarakat menjadi suatu hal yang mungkin.
Elemen utama penggerak proses dan upaya tersebut di atas, dikenal
dengan sebutan Pekerja Komunitas (Community Worker) atau yang dikenal
dengan sebutan Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM), yang
diterjemahkan sebagai seseorang yang melaksanakan atau menjalankan
kegiatan untuk memfasilitasi proses pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat.
Terdapat 5 (lima) kompetensi penting yang harus dimiliki dalam proses
pengembangan ketrampilan TPM, dimana masing-masing kompetensi
tersebut merupakan faktor esensial dalam membantu TPM untuk
memantapkan kemampuannya dalam pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
komunitas. Ketrampilan pokok tersebut meliputi: analisis, kesadaran,
pengalaman, belajar dari pihak lain, dan intuisi, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Ketrampilan Analisis
Keterampilan anlisis sangat diperlukan oleh seorang TPM, karena
ketrampilan praktis yang baik juga harus diintegrasikan dengan
kemampuan analisis yang baik. Faktor signifikan dari analisis sebagai
salah satu komponen ketrampilan adalah sangat terkait dengan
kemampuan dalam teori dan pengembangan kemampuan intelektual.
12PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
Disamping itu keterampilan analisis juga terkait dengan upaya untuk
merubah model pemberian pelatihan secara sederhana menjadi
pendekatan pendidikan secara komprehensif bagi seorang TPM; karena
seorang TPM terdidik dapat menjadi kekuatan yang luar biasa bagi
perubahan sosial, dibandingkan dengan seorang TPM terlatih yang
kemungkinannya mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan tugas-
tugas tertentu.
2. Memiliki Kesadaran yang Tinggi Kesadaran
Kesadaran merupakan komponen yang harus dimiliki oleh seorang
TPM, baik kesadaran-diri maupun kesadaran terhadap apa yang terjadi
di masyarakat. Kesadaran-diri dalam tingkatan yang tinggi merupakan
sesuatu yang esensial bagi TPM. Hal ini sangat penting bagi seorang
TPM untuk memahami tentang bagaimana penerimaan orang lain
terhadap dirinya, dan bagaimana karakteristik interaksi mereka dengan
pihak lain; termasuk juga kesadaran tentang prasangka diri, wilayah-
wilayah yang tidak diketahuinya serta ketidak-sesuaian dalam gagasan.
Sedangkan kesadaran tentang apa yang sedang terjadi di sekitar
(eksternal) juga sama pentingnya dengan kesadaran-diri, dimana terkait
dengan sensitivitas terhadap pihak lain, kesiapan untuk mendengarkan
apa yang masyarakat katakan, dan mampu untuk memahami politik,
budaya dan tradisi komunitas lokal. TPM harus bisa menjadi pendengar
yang baik, disamping bisa menjadi seorang aktivis atau organisator
yang andal, terutama dalam merefleksikan kembali apa yang
masyarakat katakan melalui bentuk maupun cara-cara penyelesaian
baru.
3. Memiliki Pengalaman
Dalam pekerjaan komunitas, tidak ada yang dapat menggantikan
peranan penting pengalaman, karena pekerjaan ini lebih merupakan
suatu seni dari pada hanya sebagai suatu ilmu pengetahuan. Sehingga
13PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
hal tersebut menuntut seorang TPM, dalam mengambil setiap
keputusannya, untuk selalu berlandaskan pada kebijakan, pemahaman
dan intuisi dibandingkan hanya berdasarkan pada aturan-aturan
universal yang abstrak.
Pengalaman di berbagai organisasi berbasis masyarakat sangat
bermanfaat dan membantu TPM, tidak hanya sebagai anggota biasa
tetapi sebagai anggota aktif, masuk dalam komite, satuan tugas atau
kelompok pelaksana; misalnya dalam kelompok konservasi, organisasi
amnesti internasional, kelompok kesejahteraan, kelompok perempuan
serta organisasi kampanye suatu kegiatan. Faktor penting dari seorang
TPM adalah mempunyai perspektif untuk belajar dari pengalaman yang
diperolehnya, belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuatnya
serta membuka kesempatan untuk selalu mengembangkan
ketrampilannya.
4. Belajar dari pihak lain
Bagian esensial dari suatu pengalaman adalah mengamati bagaimana
pihak lain bekerja. Sering seorang TPM tidak dapat menerangkan
sesuatu secara jelas, dimana hal ini menjadi suatu indikasi tentang
bagaimana seorang TPM yang berpengalaman, secara efektif, dapat
menginternalisasikan pengetahuan, kebijakan dan ketrampilannya.
Dalam belajar dari pihak lain, perlu diingat bahwa setiap TPM adalah
berbeda dan apa yang dikerjakan oleh seseorang tidak akan selalu
dapat dikerjakan oleh pihak lain.
5. Memiliki Intuisi
Intuisi mempunyai peran penting dalam pengembangan ketrampilan
TPM, dimana merupakan sumber utama untuk mencari apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dalam menilai pandangan
dan pengertian intuitif bagi seorang TPM, penting untuk mencoba
14PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
memahami sumber dari intuisi dimana dalam hal ini sangat terkait
dengan kesadaran-diri.
Terdapat tingkatan rasionalitas dalam keputusan yang sebelumnya
diambil secara intuitif, dimana sering menghasilkan keputusan-
keputusan yang lebih baik jika dibandingkan dengan suatu keputusan
yang dibuat hanya berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
lebih diformalkan dengan landasan kesadaran serta kehati-hatian.
2.2. Peran dan Fungsi TPM
1. Peran TPM Dalam Kerangka Pengembangan Masyarakat
Peran dan fungsi TPM dalam kerangka pengembangan masyarakat,
dikelompokkan kedalam 4 (empat) cluster yang disebut dengan
peran fasilitatif, peran pendidikan, peran representatif dan peran
teknis, dimana setiap peran tersebut mempunyai peran-peran praktis
secara spesifik yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Peran FasilitatifTPM berperan sebagai fasilitator dan nisiator untuk mendorong/
membangkitkan serta mendukung upaya pengembangan
masyarakat. TPM dapat menggunakan berbagai teknik untuk
memfasilitasi proses, yaitu secara efektif dapat bertindak sebagai
katalis dan membantu sepanjang proses.
Dalam kategori ini, beberapa peran secara lebih spesifik dapat
dilakukan oleh TPM, yaitu dalam hal-hal: animasi sosial, mediasi
dan negosiasi, dukungan, membangun konsensus, fasilitasi
kelompok, pemanfaatan sumberdaya dan ketrampilan serta
pengorganisasian.
15PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Peran Pendidikan,
TPM sangat dibutuhkan untuk memainkan peran lebih aktif dalam
menyusun agenda kegiatan masyarakat. Dalam konteks ini TPM
tidak hanya dituntut untuk membantu berlangsungnya proses,
tetapi juga harus memberikan masukan dan arahan positif sesuai
dengan pengetahuan, ketrampilan maupun pengalaman yang
dimiliki.
Pengembangan masyarakat merupakan proses pembelajaran
secara berjalan, dimana TPM belajar untuk mendapatkan
ketrampilan-ketrampilan baru, cara berfikir baru memandang
dunia dengan cara-cara baru dan mengembangkan cara-cara
baru untuk berinteraksi dengan pihak lain. Peran pendidikan
yang harus dilakukan TPM, meliputi: meningkatkan kesadaran,
memberikan informasi, pelatihan dan membangkitkan sikap kritis
masyarakat.
3. Peran RepresentatifPeran representatif merupakan peran-peran yang harus dilakukan
oleh TPM terkait dengan upaya untuk membangun interaksi
dengan pihak-pihak/instansi eksternal, atas nama atau untuk
kepentingan dan manfaat komunitas. Meskipun banyak kegiatan-
kegiatan TPM yang difokuskan dalam internal komunitas, tetapi
diperlukan juga untuk membangun hubungan dengan sistem yang
lebih luas. Peran representatif ini meliputi: mendapatkan
sumberdaya, advokasi, penggunaan media, hubungan
masyarakat, membangun jaringan serta membagi pengalaman
dan pengetahuan.
4. Peran TeknisPeran teknis ditujukan agar TPM dapat memanfaatkan
pengetahuan teknis dalam melaksanakan pekerjaannya, karena
beberapa aspek dalam pengembangan masyarakat melibatkan
16PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
aplikasi ketrampilan teknis untuk membantu proses
pengembangan masyarakat. Peran-peran teknis meliputi:
pengumpulan data dan analisis, penggunaan komputer,
presentasi secara verbal dan tertulis, manajemen serta kontrol
keuangan.
2. Peran TPM Dalam Pelaksanaan PLKSDA-BM
Program PLKSDA-BM adalah suatu program yang dirancang dengan
suatu paradigma bahwa untuk menangani permasalahan lahan kritis
secara berkelanjutan diperlukan pendekatan yang berbasis pada
prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Sehingga dalam proses
pelaksanaan program PLKSDA-BM perlu dilakukan upaya-upaya
tertentu yang harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, dengan
sasaran utama adalah masyarakat petani di desa-desa yang telah
ditetapkan sebagai sasaran program.
Secara garis besar program PLKSDA-BM akan memberikan cakupan
pada penyediaan sumber daya yang cukup, memindahkan
pengambilan keputusan dan tanggung jawab ke tangan masyarakat
itu sendiri, dengan prinsip partisipasi, transparansi, demokrasi dan
akuntabilitas serta didasarkan atas nilai-nilai keadilan, kejujuran,
kesetaraan, kepercayaan, keikhlasan dan kebersamaan dalam
keberagaman.
Dalam pelaksanaan PLKSDA-BM, TPM merupakan fasilitator dan
inisiator bagi proses pemberdayaan masyarakat petani. Dalam hal ini
TPM bertanggungjawab secara moral untuk mendukung terciptanya
keberdayaan masyarakat petani dan perubahan perilaku kolektif
masyarakat, pemerintah serta kelompok peduli setempat sesuai
dengan nilai kemanusiaan dan norma/prinsip kemasyarakatan.
Sebagai agen pembaharuan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pelaksanaan PLKSDA-BM, maka tugas-tugas TPM adalah sebagai
berikut:
17PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
(1) Melaksanakan kegiatan-kegiatan sosialisasi dan internalisasi
substansi program PLKSDA-BM kepada seluruh masyarakat
sasaran;
(2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pelatihan dan pembelajaran
kepada masyarakat petani, tentang penanganan lahan kritis dan
prinsip budidaya tanaman yang memperhatikan aspek-aspek
konservasi lingkungan.
(3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pengorganisasian dan
penguatan kapasitas kelompok tani PLKSDA-BM.
(4) Melakukan pendampingan terhadap petani dalam pelaksanaan
PLKSDA-BM sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Pedoman Umum, Pedoman-pedoman Teknis dan
panduan pendampingan TPM;
(5) Menjaga proses berlangsungnya kegiatan PLKSDA-BM agar
tidak terjadi salah sasaran dan salah penanganan dilapangan;
(6) Memantau dan mencatat perkembangan pelaksanaan PLKSDA-
BM di lapangan;
(7) Melaporkan seluruh hasil capaian program PLKSDA-BM kepada
Pemerintah Daerah dan Bantek PLKSDA-BM Regional masing-
masing sebagai masukan untuk perbaikan selanjutnya.
3. Peran TPM Sebagai Pendamping Kelompok Tani PLKSDA-BM
Program PLKSDA-BM menerapkan pendekatan pengokohan
kelembagaan kelompok tani, yang diharapkan menjadi wadah
perjuangan dan pembelajaran bagi petani, dalam menyuarakan
aspirasi dan kebutuhan mereka. Kelompon tani tersebut diharapkan
menjadi motor penggerak dalam melembagakan nilai-nilai
kemanusiaan dan kemasyarakatan sebagai nilai utama yang
melandasi aktitiftas kebersamaan serta kegotongroyongan dalam
penanganan lahan kritis.
Peran-peran petani dalam pelaksanaan PLKSDA-BM tersebut perlu
diorganisasikan, karena bentuk keterlibatan secara terorganisasi
akan memberikan suatu sumber daya atau kekuatan penting yang
18PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
luar biasa. Pendekatan kelompok dinilai sangat efektif dalam
menyatukan berbagai potensi yang ada di masyarakat petani,
dengan didukung oleh upaya pendampingan secara terarah yang
dilakukan oleh TPM.
Keberadaan kelompok tani yang secara terorganisasi sangat
dibutuhkan, sebagai salah satu instrumen dalam rangka memberi
akses secara lebih luas kepada petani dalam program PLKSDA-BM.
Sehingga seluruh keputusan dan tindakan dalam upaya penanganan
lahan kritis di desa mereka, benar-benar didasarkan atas aspirasi,
kepentingan, kemampuan dan upaya petani. Pengorganisasian
kelompok tani dalam hal ini diterjemahkan sebagai serangkaian
kegiatan yang diawali dari penyiapan petani melalui sosialisasi awal
di tingkat masyarakat sampai dengan kegiatan penguatan kapasitas
kelompok tani, dengan dukungan pendampingan serta bantuan
teknis dari TPM.
Pendampingan kelompok tani yang dilaksanakan TPM diharapkan
dapat berfungsi secara maksimal untuk mendorong partisipasi aktif
petani dalam penanganan lahan kritis di desanya sendiri secara
berkelanjutan. Pada tahun 2013 ini diharapkan kelompok tani
PLKSDA-BM setidaknya sudah memiliki tiga pilar penting, adalah
sebagai berikut, yaitu: (1) Adanya aturan main kelompok tani, berupa
AD/ART maupunj aturan main lain dalam penanganan lahan kritis
dan sumberdaya air; (2) Adanya Organ pelaksana yang bertindak
melaksankan aturan main; dan (3) Terjadinya penegakan aturan
main.
Peran dan fungsi TPM dalam pendampinmgan Kelompok Tani
adalah untuk mengemban misi menumbuhkan kembali ikatan-ikatan
sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama petani, agar saling
bekerja sama menangani lahan kritis di desa mereka. Secara rinci
tugas TPM sebagai pendamping kelompok tani PLKSDA-BM adalah
sebagai berikut:
19PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Mendorong petani melakukan perubahan pengetahuan, sikap
dan perilaku, baik perorangan maupun kelompok untuk
menjalankan substansi dan prinsip pelaksanaan PPLKSDA-BM;
2. Memfasilitasi petani untuk melakukan identifikasi masalah,
merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi kegiatan
PLKSDA-BM secara partisipatif;
3. Mendorong kelompok tani untuk merealisasikan rencananya;
4. Mendorong terjadinya kerjasama antar petani dalam upaya
penanganan lahan kritis di tingkat desa secara mandiri dan
berkelanjutan;
5. Memfasilitasi petani untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan berkenaan dengan upaya penanganan lahan kritis
secara berkelanjutan.
2.3. Tugas Pokok TPM
1. Tugas Umum Fasilitator1. Mendorong masyarakat melakukan perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku, baik perorangan maupun kelompok untuk
menjalankan prinsip penanganan lahan kritis melalui PLKSDA-
BM;
2. Memfasilitasi masyarakat untuk melakukan identifikasi masalah,
merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi kegiatannya
secara partisipatif;
3. Mendorong Kelompok Tani dan para petani untuk merealisasikan
rencananya;
4. Mendorong terjadinya kerjasama antar anggota masyarakat
petani dalam penanganan lahan kritis baik di tingkat
desa/kelurahan, maupun dengan pihak lain di luar
desa/kelurahan.
5. Memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan berkenaan dengan isu-isu penanganan lahan kritis.
2. Tugas Pokok Fasilitator1. Membantu Proses Pemberdayaan Masyarakat
20PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
a. Menyebarkan informasi tentang PLKSDA-BM dan kampanye
penyadaran kepada masyarakat desa/kelurahan tempat
tugasnya.
b. Merekrut dan melatih relawan.
c. Memfasilitasi diskusi dengan masyarakat tentang kebutuhan,
potensi dan kendala yang ada dalam masyarakat serta
membantu masyarakat dalam menyeleksi masalah-masalah
utama lahan kritis serta mencari pemecahannya.
d. Memfasilitasi pembentukan Kelompok Tani (Apabila dalam
wilayah dampingannya belum ada kelompok tani), melakukan
revitalisasi untuk penguatan kelompok Tani (apabila dalam
wilayah dampingannya telah terbentuk kerlompok tani);
e. Melakukan pelatihan kepada kelompok tani mengenai cara
pengelolahan administrasi, pencatatan, pelaporan dan lain
lain ;
f. Mendorong petani dan kelompok tani dalam rangka
memanfaatkan program PLKSDA-BM;
g. Membantu Kelompok Tani untuk melakukan Community Self
Survey (CSS), metode dan teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA);
h. Mendorong keterlibatan perempuan dalam pelaksanaan
PLKSDA-BM;
i. Membantu mengembangkan sistem informasi yang
sederhana bagi kelompok tani untuk mendorong adanya
keterbukaan serta dapat menampung saran dan keluhan
petani.
2. Memberikan bantuan teknis
a. Membantu Kelompok Tani PLKSDA-BM dalam menyiapkan
usulan kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan
penanganan lahan kritis, persiapan teknis penanaman,
sarana/prasarana budidaya tanaman, maupun pelatihan
teknis.
21PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
b. Membantu Kelompok Tani PLKSDA-BM dalam menghimpun
dan menyeleksi usulan kegiatan penanganan lahan kritis.
c. Membantu menyiapkan perencanaan dan pelaksanaan
penanaman maupun pemeliharaan sesuai dengan sumber
daya yang dimiki petani.
3. Membantu Proses Penguatan kapasitas Kelembagaan Kelompok
Tani PLKSDA-BM.
a. Membantu memfungsikan Kelompok Tani PLKSDA-BM,
dengan sistem pembukuan yang mengikuti sistem
pembukuan yang ditetapkan.
b. Membantu mengembangkan cara pengelolahan keuangan
yang transparan dengan pelaporan bulanan yang dapat
diperiksaoleh lembaga pemeriksa keuangan.
c. Membantu Kelompok Tani PLKSDA-BM (bila diperlukan)
dalam memahami dan melaksanakan sistem pembukuan.
2.4. Kode Etik Fasilitator
TPM yang terlibat sebagai pendampinmg masyarakat dalam program
PLKSDA-BM, tidak berarti dalam posisi bebas nilai, karena pada
kenyataannya seluruh proses yang terjadi dalam pengembangan
masyarakat adalah merupakan rangkaian kegiatan teknis secara
profesional. Langkah-langkah yang sangat intensif dalam pendampingan
masyarakat memberikan implikasi untuk adanya kepastian tentang nilai-
nilai; seperti nilai dalam komunitas itu sendiri, nilai demokrasi, nilai
partisipasi, nilai keyakinan-diri dan nilai universal lainnya. Secara lebih
spesifik, proses pengembangan masyarakat akan meletakkan posisi nilai
yang timbul dari sisi perspektif ekologi dan keadilan sosial.
Nilai-nilai dan etika yang harus dimiliki oleh TPM, perlu dilandasi oleh Nilai
Personal, Nilai yang berkembang di Komunitas dan Etika Moral. Nilai
personal merupakan cerminan kesadaran terhadap nilai-diri dan menjadi
bagian dari suatu refleksi kritis. Nilai yang berkembang di komunitas perlu
diadopsi oleh TPM, karena secara prinsip pengembangan masyarakat
22PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
dalam PLKSDA-BM adalah suatu upaya tentang bagaimana meletakkan
kembali nilai-nilai utama yang ada di masyarakat ke dalam kehidupan nyata
masyarakat; melalui bentuk-bentuk tindakan untuk mewujudkan demokrasi
secara partisipatif, perubahan tanpa kekerasan serta keadilan sosial.
Sedangkan etika moral sangat terkait dengan prinsip-prinsip etika yang ada,
dimana TPM dituntut untuk dapat melakukan penilaian moral tentang apa
yang benar untuk dilakukan dalam suatu situasi yang pasti tanpa adanya
konflik nilai atau konflik di antara aturan-aturan moral.
Seorang TPM perlu juga berorientasi pada prinsip profesionalisme,
meskipun pendekatan kepada profesionalisme sering menimbulkan
kontradiksi dalam pengembangan masyarakat. Tetapi aspek-aspek positif
dari profesionalisme yang berupa komitmen terhadap posisi nilai dan etika
perlu digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan setiap pekerjaan
komunitas, dan tampaknya akan dapat dicapai secara lebih baik melalui
komitmen yang kuat dari seorang Fasilitator atau pekerja komunitas.
Sesuai dengan pengertian penting yang ada, bahwa TPM PLKSDA-BM
berperan strategis sebagai “Agen Pembaharuan/Perubahan dan Agen
Pemberdayaan Masyarakat”, dan tidak hanya terbatas sebagai pekerja atau
pelengkap elemen proyek; maka TPM PLKSDA-BM dituntut untuk
menjunjung tinggi aturan-aturan etika dan komitmen sebagai berikut:
1. TPM PLKSDA-BM senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma
yang ada dan tumbuh di masyarakat, termasuk budaya serta kearifan
lokal, dalam melaksanakan proses fasilitasi dan pendampingan.
2. TPM PLKSDA-BM hanya berorientasi pada kepentingan dan tujuan
pelaksanaan program PLKSDA-BM secara keseluruhan, serta tidak
mendasarkan diri pada kepentingan dan tujuan pribadi, kelompok atau
golongan.
3. TPM PLKSDA-BM konsisten pada upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat petani agar mampu meningkatkan harkat dan martabat
mereka sesuai dengan kebutuhan dan hak-hak dasar kehidupannya.
23PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
4. TPM PLKSDA-BM selalu bersedia membantu masyarakat di wilayah
dampingan dan tidak diperbolehkan untuk meminta imbalan atau
mendapatkan imbalan dari masyarakat petani.
5. TPM PLKSDA-BM berupaya mendorong kemandirian masyarakat agar
mampu menangani permasalahan-permasalahan lahan kritis dan
lingkungan hidup melalui potensi yang dimilikinya serta tidak
menciptakan ketergantungan masyarakat pada bantuan TPM maupun
pada bantuan dari pihak-pihak lain di luar masyarakat;
6. TPM PLKSDA-BM senantiasa membangun upaya kebersamaan,
kemitraan dan persatuan serta tidak menciptakan konflik, perpecahan,
provokasi dan diskriminasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung-
jawabnya di masyarakat.
7. TPM PLKSDA-BM tidak hanya berorientasi pada target dan pencapaian
kuantitatif, tetapi mempertimbangkan juga proses dan kemajuan secara
kualitatif dalam setiap tahapan pelaksanaan PLKSDA-BM.
8. TPM PLKSDA-BM selalu berupaya untuk melakukan penyelesaian
konflik yang terjadi di masyarakat serta menangani pengaduan yang
timbul akibat pelaksanaan PLKSDA-BM melalui cara musyawarah,
transparansi dan pencapaian konsensus.
9. TPM PLKSDA-BM tidak memberikan janji dan kesanggupan yang dapat
menimbulkan kekecewaan dan menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap pelaksanaan program PLKSDA-BM serta menjunjung tinggi
integritas profesional. Sanksi berat akan diterapkan termasuk pemecatan
bila integritas profesi ini dilanggar.
2.5. Proses dan Arah Pendampingan TPM
Kegiatan pendampingan kelompok tani oleh TPM diarahkan untuk dapat
mendorong keberlanjutan PLKSDA-BM sebagai suatu proses dinamis
dalam upaya penaganan lahan kritis, yang difokuskan pada parameter-
parameter berikut:
1. Terjadinya pemahaman, penyadaran secara kolektif dan kepedulian dari
stakeholders terkait PLKSDA-BM;
24PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. Terjadinya gerakan di daerah dan masyarakat untuk melakukan upaya
penanganan lahan kritis dan sumberdaya aiar di daerahnya;
3. Terjadinya “kemitraan sinergis” antara pemerintah daerah, masyarakat
dan kelompok peduli lainnya dalam penanganan lahan kritis di wilayah
masing-masing;
4. Adanya beberapa keberhasilan yang dapat dijadikan contoh (best
practice), untuk dapat diterapkan dilokasi lain;
5. Terjadinya mekanisme “kontrol-sosial” di masyarakat untuk terus
memelihara dan mengembangkan konsep, tujuan dan sasaran PLKSDA-
BM.
Sedangkan proses pendampingan yang dilakukan oleh TPM untuk
membangun kesadaran dan perubahan kolektif di masyarakat dalam
program PLKSDA-BM, dimulai dengan memotivasi petani agar mau
melakukan perubahan perilaku bercocok tanam yang memperhatikan
prinsip-prinsip konservasi lahan dan perlindungan lingkungan. Dengan nilai-
nilai yang dikembangkan didalam program PLKSDA-BM tersebut,
diharapkan akan terjadi kebiasaan-kebiasaan baru penanganan lahan kritis
yang kemudian melembaga dan disepakati sebagai acuan dalam bercocok
tanam. Inilah yang kelak menjadi ‘Sistem Sosial’ yang baru dalam
penanganan lahan kritis.
Model pendampingan TPM seperti ini berangkat dari pemikiran bahwa
seseorang petani sebagai individu diyakini merupakan komponen dasar
terjadinya perubahan perilaku kolektif di masyarakat. Pendampingan dan
fasilitasi harus dibangun dengan etika dan filosofi yang didasarkan pada
usaha mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman peserta sendiri,
karena para petani merupakan bagian terpenting dalan proses yang terjadi
di dalam pelaksanaan PLKSDA-BM.
25PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
Gambar 1Alur Proses Membangun Kesadaran dan Perubahan Kolektif di
Masyarakat Dalam Program PLKSDA-BM
Pro Poor GoodGavernmance
Kab. Kota & Desa
Percaya pd situasiyg lebih baik
PLKSDA-BMGoal & Objectivep
Motivasi MenujuSituasi yg Lebih
Baikp
Pelembagaansistem (disepakati
sebagai acuanuntuk interaksi)
Norma, Nilai,Peraturan & Hukum
Pemahaman baruterhadap hubungan
sosial
Proses Pelembagaandi Masyarakat
Sistem Kepribadian(Kepribadian Positif)
PENGUATAN PEMERINTAH DAERAH(perubahan kesadaran kolektif)
2.6. Indikator Keberhasilan Pendampingan Masyarakat bagi TPM
Indikator keberhasilan program pendampingan antara lain dilihat dari kondisi
sebagai berikut :
1. Adanya profil data berkaitan dengan lokasi program dan organisasi
Kelompok Tani PLKSDA-BM.
2. Adanya dokumen Profil Hasil Survey Lokasi Lahan Kritis, semacam
PSETK pada lokasi program setempat.
3. Adanya pengurus dan struktur Organisasi sesuai dengan visi, misi dan
tujuan Kelompok Tani PLKSDA-BM;
4. Adanya program kerja dan rencana kegiatan Kelompok Tani PLKSDA-
BM.
5. Adanya AD/ART Kelompok Tani PLKSDA-BM yang ditindaklanjuti
pengesahan Bupati, dan bila perlu ditingkatkan pembuatan akte notaris;
6. Adanya peningkatan manajemen organisasi kelompok tani yang
disususn melalui prinsip-prinsip administrasi dan keuangan klelompok
tani PLKSDA-BM.
26PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
7. Adanya partisipasi petani yang diukur melalui format tingkat partisipasi
dalam kegiatan lahan kritis.
8. Adanya fasilitasi penyusunan dan pembahasan MoU Pengelolaan /
Nota kesepahaman, serta kemitraan dengan kelembagaan terkait
lainnya.
9. Rasio tingkat keaktipan pengurus organisasi Kelompok Tani PLKSDA-
BM.
10. Terbentuknya kader pengorganisasi (fasilitator) pada tingkat masyarakat
sebagai Petandu,
11. Adanya pelaporan kinerja pendampingan.
2.7. Kedudukan TPM Dalam Pelaksanaan PLKSDA-BM
Kedudukan TPM dalam kegiatan program pendampingan secara umum
mempunyai garis struktur sebagaimana gambar 2. Dalam konteks
pengelolaan program pendampingan dilaksanakan oleh Bappeda
Kabupaten atau Satuan Kerja yang menangani PLKSDA-BM:
1. Garis pendampingan dilaksanakan terhadap organisasi Kelompok Tani
PLKSDA-BM dan masyarakat sekitar lokasi program PLKSDA-BM;
2. Garis koordinasi dilaksanakan dengan Kepala Desa, Camat, PPL,
PKLdan KTPM; dan
3. Laporan pertanggungjawaban program pendampingan disusun oleh
TPM untuk disampaikan kepada Bappeda Kabupaten atau Satuan Kerja
PLKSDA-BM yang melakukan kontrak kerja pendampingan dengan
TPM/KTPM;
4. laporan kegiatan pendampingan TPM ditembuskan kepada KTPM untuk
dikompilasi menjadi laporan kegiatan pendampingan secara lebih
komprehensif;
5. Foto copy laporan pendampingan yang disususn TPM juga
disampaikan kepada Kelompok Tani PLKSDA-BM sebagai masukan
dalam peningkatan kinerja kelompok tani.
27PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
Gambar 2.Kedudukan TPM Dalam Struktutr Pemerintahan Daerah dan Desa
Keterangan :*) PMU Bappeda sebagai Pengelola Program Pendampingan
Garis Pembinaan PendampinganGaris KoordinasiGaris Petanggungjawaban Program Pendampingan dan Pelaporan
Bapeda : Pembina Perencanaan Program dan Penguatan KelembagaanDinas Kehuatanan : Pembina Bidang Teknis Kehutanan dan konservasiDinas Pertanian: Pembinan Teknis Budidaya Tanaman Sela/Pangan
DINAS TEKNIS
CAMAT KTPM
MASYARAKAT PETANI
KPL
PMU BAPPEDA *)KABUPATENN
TPM
KECAMATANN
DESA
LOKASIPROGRAM
KEPALA DESA
KELOMPOK TANIPLKSDA-BM
28PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB IIIREKRUITMEN DAN PENGUATAN TPM
3.1. Tujuan Rekruitmen TPM3.1.1. Untuk mendapatkan TPM yang memiliki kemampuan melakukan
internalisasi substansi PLKSDA0-BM dan penyadaran akan
pentingnya penanganan lahan kritis kepada masyarakat;
3.1.2. Memilih dan menjatring TPM yang memiliki kemampuan menfasilitasi
pertemuan-pertemuan kelompok tani PLKSDA-BM;
3.1.3. Memilih TPM yang memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan
teknis kepada kelompok tani PLKSDA-BM dalam penguatan
kelembagaan dan penyusunan rencana kerja;
3.1.4. Merekrut TPM yang memiliki kemampuan melakukan koordinasi dan
konsultasi dengan pemerintahan desa dan masyarakat dalam
penguatan kelembagaan kelompok tani PLKSDA-BM;
3.1.5. Merekrut TPM yang mampu mendorong kerjasama petani dalam
penanganan lahan kritis secara mandiri dan berkelanjutan.
3.2. Sasaran Rekruitmen TPM3.2.1. Adanya TPM yang memiliki kemampuan melakukan upayan-upaya
pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan PLKSDA-BM;
3.2.2. Adanya TPM yang memiliki kemampuan menfasilitasi musyawarah
petani dalam penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani
PLKSDA-BM;
3.2.3. Adanya TPM yang memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan
teknis kepada petani dan kelompok tani penyusunan rencana kerja;
3.2.4. Adanya TPM yang memiliki kemampuan melakukan koordinasi dan
konsultasi dengan pemerintahan desa dan masyarakat dalam
pelaksanaan PLKSDA-BM di lokasi sasaran;
3.2.5. Adanya TPM yang mampu mendorong kerjasama masyarakat dalam
penanganan lahan kritis dan sumberdaya air melalui program
PLKSDA-BM.
29PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
3.3. Strategi Rekruitment TPMDalam rangka mendapatkan TPM yang memiliki kapasitas yang memadai
untuk dikembangkan menjadi seorang pendamping masyarakat yang dapat
menjalankan pekerjaan pengembangan masyarakat (Community
Development), sekaligus sebagai pendamping pelaksanaan PLKSDA-BM
ditingkat desa, maka strategi rekruitmen yang dikembangkan adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi kualifikasi TPM yang dapat menjalankan
pekerjaan Community Development;
2. Melakukan identifikasi kebutuhan jumlah TPM yang dibutuhkan dalam
pendampingan di lokasi sasaran PLKSDA-BM;
3. Menyiapkan langkah-langkah penyeleksian TPM, dengan cara sebagai
berikut:
a. Mengembangkan hasil identifikasi dalam bentuk penentuan
persyaratan minimal yang dapat dibuktikan secara administratif
bahwa seorang TPM dapat dikembangkan menjadi seorang pekerja
Community Develompent;
b. Mengembangkan teknik penyeleksi dengan pendekatan dan
metode triangulasi, yaitu penggunaan metode dengan lebih dari
satu teknik.
4. Menetapkan teknik penyelenggaraan rekruitmendan seleksi TPM;
5. Melakukan pengumuman pengadaan TPM sebagai tenaga penamping
pelaksanaan PLKSDA-BM ditingkat desa;
6. Melakukan penerimaan pendaftaran dan proses penyeleksi calon TPM
sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan;
7. Mengumumkan calon TPM yang diterima sesaui dengan hasil seleksi
yang telah dilaksanakan oleh panitia rekruitmen;
8. Calon TPM yang telah dinyatakan lulus seleksi disiapkan untuk
mengikuti pelatihan untuk menjadi TPM dalam pelaksanaan PLKSDA-
BM.
30PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
3.4. Persyaratan TPMDengan memperhatikan hasil identifikasi kualifikasi TPM program PLKSDA-
BM yang dibutuhkan, maka persyaratan pokok minimal yang harus dimiliki
calon TPM adalah yang memiliki 5 dasar dasar pokok pengembangan
personil adalah sebagai berikut :
1. Berpendidikan S1 (Strata 1) Pertanian dengan Pengalaman nol tahun,
atau S1 (Strata 1) dari semua jurusan dengan pengalaman
pendampingan terhadap masyarakat minimal 2 (dua) tahun, atau D-3
dengan pengalaman pendampingan terhadap masyarakat minimal 4
(empat) tahun, atau berpendidikan SPMA dengan Pengalaman
pendampingan terhadap masyarakat minimal 8 (delapan) tahun.
2. Bertempat tinggal atau bersedia bertempat tinggal di desa sasaran
program PLKSDA-BM;
3. Memiliki motivasi tinggi, komitmen dann kesanggupan untuk
melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya
dalam pelaksanaan program PLKSDA-BM;
4. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan pendampingan terhadapap
masyarakat, khususnya terhadapa petani dan kelompok tani PLKSDA-
BM.
3.5. Pengumuman Rekruitmen TPMUntuk mendapatkan calon TPM yang memenuhi persyaratan di atas, maka
akan diadakan pengumuman terbuka kepada masyarakat, terutama dalam
Provinsi sasaran PLKSDA-BM tersebut. Bentuk pengumuman dan media
yang digunakan adalah :
1. Bentuk iklan kolom pada atau satu atau lebih surat kabar lokal propinsi
sasaran PLKSDA-BM. Lama iklan ditentukan beberapa hari disesuaikan
dengan kebutuhan;
2. Bentuk iklan suara pada satu atau lebih radio lokal propinsi sasaran
PLKSDA-BM (misal: RRI lokal, RKPD setempat dan lain lain). Jumlah
siaran dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari selama beberapa
hari;
31PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
3. Isi iklan berkenaan dengan maksud dan tujuan, persyaratan yang
diperlukan, tempat pendaftaran, batas waktu peneriamaan lamaran dan
lain lain yang dibutuhkan;
4. Pengiriman aplikasi (lamaran) dapat dilakukan melalui kurir
(pos/expedisi) atau dibawa sendiri. Tempat pendaftaran ditentukan pada
masing-masing propinsi/Kabupaten/Kota.
3.6. Tahapan Penyeleksian TPMUntuk menyeleksi calon TPM yang telah mendaftarkan diri dilakukan
beberapa tahapan seleksi, yaitu:
1. Tahap penyeleksian persyaratan administratif.
Pada tahap ini surat aplikasi yang diterima diseleksi berdasarkan
persyaratan yang ditentukan. Mereka yang lulus akan diumumkan
secara terbuka dan selanjutnya akan dipanggil untuk mengambil bahan
bacaan dan melihat jadual untuk mengikuti seleksi tahap ujian tertulis
dan wawancara.
2. Tahap penyeleksian ujian tertulis dan wawancara.
Pada tahap penyeleksian ujian tertulis dilakukan pengujian mengenai
aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan
nilai-nilai (value) yang disingkat dengan (KASVal), antara lain yang
menyangkut:
a. Wawasan umum, misalnya pengetahuan dan pemahaman tentang
community development, masalah lahan kritis dan konservasi lahan,
budidaya tanaman keras maupun tanaman semusim dan lain
sebagainya;
b. Pemahaman tentang ketrampilan ketrampilan pokok, misal:
1) Community Assessment (penilaian/penaksiran komunitas),
didalamnya tercakup ketrampilan menggunakan teknik-teknik
penelitian tertentu, seperti penyelenggaraan Focus Group
Discussion (FGD) atau sejumlah teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA), dan lain-lain.
2) Pembentukan dan Dinamika Kelompok (Group Facilitation);
3) Penyelesaian Konflik (Conflict Resolution);
32PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
4) Presentasi
c. Memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya dilapangan;
d. Memiliki jiwa kepemimpinan sebagai modal dalam menjalankan tugas
dan fungsinya sebagai pendamping masyarakat, terutama
kepemimpinan situsional yang dianggap relevan bagi seorang
fasilitator masyarakat;
e. Memiliki kreativitas yang mendukung pencapaian tujuan dalam
pelaksanaan tugasnya;
f. Teknik-teknik pengujian yang lain, seperti: teknik-teknik praktik, Role
Play, presentasi, memimpin kelompok atau rapat/pertemuan akan
dilakukan pada saat pelatihan dasar TPM.
3.7. Pelatihan Pembekalan TPM
Pelatihan dasar TPM adalah merupakan bagian dari tahapan rekruitmen,
sehingga wajib diikuti oleh calon TPM secara aktif. Pelaksanaan pelatihan
adalah berbasis pada siklus belajar dari pengalaman (Experiential Learning
Cycle), yaitu pola pelatihan dengan menggunakan metoda transformasi
pengalaman secara berjenjang berdasarkan tahapan pelaksanaan program
PLKSDA-BM.
Pendekatan pelatihan yang digunakan adalah secara induktif atas dasar
tingkat perkembangan pemahaman dan kebutuhan untuk mendukung setiap
langkah-langkah kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran PLKSDA-
BM secara keseluruhan. Sehingga TPM diharapkan mampu mendorong
pemberdayaan petani untuk dapat memahami makna program PLKSDA-BM
secara bertahap, dalam upaya penanganan lahan kritis di desanya secara
partisipatif, demokratis, transparan dan berkelanjutan.
Pelatihan dasar diselenggarakan dalam bentuk interaksi kelas dan praktek
lapangan. Tujuannya adalah untuk membangun diri TPM dan memberikan
pengertian dasar serta konsep, visi, misi serta siklus atau tahapan
pelaksanaan PLKSDA-BM. Hasil dari pelatihan pembekalan ini diharapkan
33PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
agar para TPM dapat masuk ke masyarakat sasaran secara baik serta
dapat menjalankan proses pengembangan masyarakat sesuai dengan
tujuan PLKSDA-BM. Materi yang diberikan pada pembekalan awal
mencakup:
1. Pengenalan Program PLKSDA-BM, terdiri dari : Kebijakan pelaksanaan
program, tahapan, tujuan, sasaran, visi dan misi program PLKSDA-BM,
serta keterlibatan para pelaku baik pemerintah maupun masyarakat dan
konsuoltan, mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat desa);
2. Konsep pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (Community
Development) dalam program PLKSDA-BM, yaitu terdiri: Pemberdayaan
Masyarakat sebagai arus utama pembangunan, Pemberdayaan
Masyarakat sebagai komponen utama program, Model-model
Pemberdayaan Masyarakat, Pentingnya perspektif gencder dalam
PLKSDA-BM dan Peran strategis TPM dalam pemberdayaan
masyarakat;
3. Penguatan Kapasitas TPM dalam pelaksanaan Program PLKSDA-BM,
dengan beberapa sub pokok bahasan, yaitu : Pengertian TPM, Peran
dan fungsi TPM dalam kerangka pengembangan masyarakat, peran dan
fungsi TPM dalam pelaksanaan PLKSDA-BM, Peran dan fungsi TPM
dalam penmguatan kapasitas kelompok tani PLKSDA-BM, dan beberapa
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang TPM ;
4. Metode dan Teknik Pelembagaan Kelompok Tani PLKSDA-BM, dengan
sub pokok bahasan sebagai berikut: Pembentukan dan atau revitalisasi
penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani PLKSDA-BM,
Pengaturan Organisasi Kelompok tani yang membahas tentang
substansi AD/ART maupun pengaturan lainnya ; tugas dan fungsi
pengurus kelompok tani, penataan administrasi dan keuangan kelompok
tani serta penyusunan program kerja kelompok tani PLKSDA-BM ;
5. Mengenal penyelesaian konflik dalam kelompok tani yang mungkin saja
akan dihadapi oleh seorang TPM dalam melaksanakan tugasnya,
dengan sub pokok bahasan sebagai berikut : Pengertian Konflik (Apakah
yang dimaksud konflik, Mengapa konflik terjadi, Apakah konflik sama
dengan kekerasan, Bagaimana kita melihat konflik dan Penyebab
34PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
konflik); Konflik data dan penafsiran (Konflik hubungan antar manusia,
Konflik kepentingan, Konflik nilai dan Konflik structural); Metode/teknik
mediasi penyelesaian konflik (Pendekatan menghindar, Pendekatan
dominasi – menguasai, Pendekatan mewajibkan, Pendekatan kompromi
dan Pendekatan kerjasama); Membangun Strategi dalam Penyelesaian
Konflik (Bagaimana membangun strategi, Langkah-langkah membangun
kerjasama dalam pemecahan konflik dan Kendala penghalang dalam
penyelesaian konflik), serta Prinsip-prinsip menjadi pihak ketiga netral.
6. Penyusunan Rencana Kerja Tindaklanjut, yaitu seluruh TPM yang
ditugakan menyusun rencana tindak (Action Plan) masing-masing, yang
akan dilaksanakan di lokasi dampingan sesuai dengan konsep, strategi
serta tahapan pelasksanaan PLKSDA-BM ditingkat desa.
Setelah melalui tahap pembekalan awal, seluruh TPM akan dilengkapi
dengan sejumlah materi/media yang fungsinya untuk memudahkan proses
penyampaian konsep-konsep PLKSDA-BM ke masyarakat sasaran. TPM
diharapkan harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik kondisi dan
budaya setempat serta berbagai informasi berkenaan dengan masyarakat
sasarannya.
3.8. Pelatihan Pengutan TPM
Setelah melaksanaan proses pendampingan dan upaya pemberdayaan
masyarakat petani berjalan sebagaimana mestinya selaama 5 (lima) bulan,
maka perlu dilakukan pembinaan terhadap TPM dalam bentuk pelatihan
penguatan. Inti dari pelatihan penguatan TPM adalah mempersiapkan TPM
agar dapat mengembangkan “Kelompok Tani PLKSDA-BM” menjadi
organisasi masyarakat petani yang mandiri dan berkelanjutan.
Materi pelatihan penguatan TPM antara lain memberikan kemampuan
kepada TPM, agar:
1. TPM PLKSDA-BM dapat melakukan identifikasi sampai sejauh mana
kemandirian dan keberlanjutan Kelompok Tani yang didampinginya;
2. TPM PLKSDA-BM dapat menginformasikan dan menyiapkan Kelompok
Tani dampingannya dalam memasuki tahap pasca proyek;
35PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
3. TPM PLKSDA-BM dapat mendorong Kelompok Tani dampingannya
untuk menciptakan dan mengembangkan jaringan usaha ekonominya;
4. TPM PLKSDA-BM dapat memnfaatkan terbentuknya forum antar pelaku
dan forum lintas pelaku untuk pengembangan Kelompok Tani
membangun kemitraan dengan kelompok peduli lainnya;
5. TPM PLKSDA-BM dapat mendorong Kelompok Tani untuk
mengintegrasikan rencana kerja dan programnya kedalam perencanaan
pembangunan daerah yang bersifat regular melalui mekanisme
Musrenbang.
Dengan tindakan tindakan pengembangan yang dilakukan TPM, diharapkan
Kelompok Tani sudah memiliki dasar-dasar yang kuat dalam hal
kemandirian dan keberlanjutan usahanya, sehingga siap melanjutkan upaya
penanganan lahan kritis secara berkelanjutan di desanya.
Pendekatan pelatihan yang digunakan adalah dengan mengadopsi
pendekatan pendidikan pemberdayaan, yaitu pendekatan pendidikan orang
dewasa (Andragogy), yang terdiri dari empat unit: Komunikasi yang
Berhasil, Dialog Bervariasi, Mengatur diri sendiri-berkolaborasi dengen
orang lain. Setiap unit mengandung sejumlah latihan yang dijabarkan dalam
manual ini, yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti seminar
pelatihan, pertemuan, diskusi terbatas, dsb.
Pendekatan ini berdasarkan kepercayaan bahwa proses belajar akan lebih
efekt bila pengetahuan dan ketrampilan peserta dihargai dan mereka
memiliki kesempatan untuk mengungkapkan dan menganalisa pengalaman
mereka sendiri menjadi TPM dalam lingkungan yang nyaman. Isi dari
pelatihan ini harus memenuhi kebutuhan peserta dan dapat diteima dalam
kerangka pengalaman mereka.
Pelatihan akan menggunakan berbagai teknik, latihan dan permainan peran
untuk melibatkan peserta dalam menganalisa dan merefleksikan
pengalaman mereka sendiri. Materi dikompilasi sedemikian rupa agar setiap
teori atau cara yang akan dipelajari disertai dengan latihan praktikal. Belajar
melalui pengalaman artinya bahwa dalam setiap kelompok setiap orang
memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman atau masalahnya serta
36PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
mencari penyelesaian bagi hal tersebut dan juga berarti membentuk iklim
saling percaya dalam kelompok tersebut sangatlah penting bagi kesuksesan
proses ini secara keseluruhan.
Bagan 3Metode Pendidikan Orang Dewasa
Dilakukan dengan suatu proses pendidikan orang dewasa (andragogi), di
mana peserta dan fasilitator pelatihan (trainer) merupakan mitra/rekan belajar
yang secara partisipatif bersama-sama menggali pengalaman-pengalaman
secara terstruktur yang kemudian disintesiskan bersama untuk mendapatkan
nilai-nilai baru yang ingin diterapkan.
Sejalan dengan metode yang dipilih, maka proses pelatihan dirancang agar
praktek-praktek kuncinya dapat menyediakan keseimbangan dan dinamika
kelompok yang diperlukan. Setiap sesi harus mencakup elemen-elemen
kunci: mengenali agenda (mendengar usulan-usulan yang diajukan);
memperkenalkan para peserta, mengungkapkan pengharapan (ekspektasi),
pertemuan kelompok setelah setiap kala istirahat (break); paling tidak satu
kali permainan peranan (role-playing) untuk mengimbangkan energi dan
menghibur; mengkaji ulang pelatihan (untuk mengerti pendapat kelompok).
37PANDUAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT OLEH TPM DAN KTPM
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB IVP E N U T U P
Perubahan sosial dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat
di lokasi program PLKSDA-BM melalui program pendampingan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, akan selalu berkembang sejalan dengan dinamika
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu berbagai penyesuaian tetap akan selalu
diperlukan dalam penyempurnaan program pendampingan tersebut. Panduan ini
lebih bersifat sebagai bahan diskusi dan acuan program pendampingan di
Daerah dalam pemberdayaan organisasi Kelompok Tani PLKSDA-BM menuju
kemandirian pengelolaan lahan kritis.
Oleh karena itu, panduan ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi Daerah
setempat dan kebutuhan, kepentingan, serta aspirasi masyarakat. Akhirnya,
fasilitasi penyusunan panduan ini diharapkan dapat membantu pencapaian
sinkronisasi, kesepahaman, dan kesamaan substansi terhadap program
pendampingan di Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam rangka menjaga keberlanjutan penanganan lahan kritis dan sumber daya
air.