Download - Paper (Autosaved)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) merupakan salah satu jenis
anggrek alam yang berasal dari Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan
lama mekar bunga sekitar 5-6 hari (Sastrapradja et al., 1976). Anggrek ini telah
dipilih sebagai maskot Propinsi Kalimantan Timur. Anggrek hitam termasuk jenis
anggrek yang banyak diminati oleh masyarakat sehingga keberada-annya di alam
menjadi terancam akibat pengambilan yang berlebihan. Faktor-faktor seperti
terjadinya perubahan atau rusaknya habitat tumbuh akibat penebangan dan konversi
lahan merupakan ancaman terhadap kelestarian anggrek alam. Kegiatan
pengeksploitasian anggrek dari alam yang dilakukan secara berlebihan dan terus
menerus dapat mengakibatkan kepunahan bila tidak diimbangi dengan usaha
konservasi.
Teknik perbanyakan in vitro merupakan salah satu usaha konservasi untuk
mencegah kepunahan jenis ini. Teknik tersebut dapat menyediakan tanaman-
tanaman baru anggrek alam secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Usaha meningkatkan produksi anggrek hitam dengan teknik kultur in vitro secara
kualitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan memodifikasi media melalui
penambahan persenyawaan organik komplek sehingga dapat mengoptimalkan
pertumbuhan anggrek hitam tersebut. Menurut Tulecke et al. (1961) air kelapa
mangandung zat/bahan-bahan seperti unsur hara, vitamin, asam amino, asam nukleat
dan zat tumbuh seperti auksin dan asam giberelat yang berfungsi sebagai
penstimulasi proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.
Gunawan (1987) menyatakan bahwa ekstrak kentang dapat digunakan dalam kultur
anthera padi dengan konsentrasi 10-30% dan hasil terbaik dicapai pada konsentrasi
20%. Bubur pisang dalam kultur jaringan, menurut Hendaryono (2000) yang biasa
digunakan adalah sebanyak 150-200g/L. Hasil penelitian Arditti dan Ernts (1992)
menunjukkan bahwa buah pisang mengandung hormon tumbuh seperti auksin dan
giberelin. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat, protein serta mengandung
vitamin A, vitamin C dan unsur-unsur hara lainnya. Pada penelitian Hendaryono
(2000), ekstrak kedelai sebanyak 150g/L digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan kalus yang ditambah dengan kacang panjang atau kecambah jagung.
Kedelai mengandung vitamin A, vitamin B1, 18% lemak, dan 36-40% protein.
Penggunaan zat pengatur tumbuh NAA (naphthalene acetic acid) yang merupakan
salah satu jenis auksin sintetis, digunakan untuk meningkatkan rasio pertumbuhan
akar tanaman dalam kultur in vitro. Hal ini akan mendorong pembentukan akar-akar
baru pada selang konsentrasi tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh pemberian Bahan Organik terhadap pertumbuhan
anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl) dalm kultur in vitro?
2. Bagaimanakah pengaruh pemberian NAA terhadap pertumbuhan anggrek
hitam (Coelogyne pandurata Lindl) dalm kultur in vitro?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengaruh pemberian Bahan Organik terhadap pertumbuhan
anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl) dalm kultur in vitro.
2. Mengetahui pengaruh pemberian NAA terhadap pertumbuhan anggrek
hitam (Coelogyne pandurata Lindl) dalm kultur in vitro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi umum anggrek Coelogyne pandurata Lind.
Coelogyne pandurata Lindl. sejak Pekan Anggrek Nasional 1976
dikenal dengan nama Anggrek Hitam atau The Black Orchid, karena pada
lidahnya terdapat warna hitam. Sebagai anggrek alam Coelogyne
pandurata Lindl. banyak tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di
Philipina di Mindanao, Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh
pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang
cukup panas. Coelogyne pandurata Lindl. termasuk famili Orchidaceae.
Genus dari Coelogyne memilik 29 spesies yang telah di ketahui,di
antaranya:
Coelogyne mayeriana
Coelogyne peltates,
Coelogyne asperata,
Coelogyne rumphii,
Coelogyne cinnamomea,
Coelogyne dayana
Coelogyne celebensis,
Coelogyne swaniana dan lain-lain. (Supardi, et. al., 1999)
Anggrek hitam ini berbunga harum dan periode berbunganya bulan Mei-
Juli. Lingkungan tumbuhnya di sepanjang aliran sungai atau di tempat
lembab dengan cahaya remang-remang (Ira Puspa Kencana, 2007)
Menurut Tjitroesoepomo (2000) & Suaria (2000), tumbuhan ini memiliki
taksonomi sebagai berikut ;
Kingdom Plantae (Tumbuhan)Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas LiliidaeOrdo Orchidales
Famili Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan)Genus CoelogyneSpesies Coelogyne pandurata Lindl.
A. Morfologi Coelogyne pandurata Lindl.
Gambar Coelogyne pandurata Lindl.
Anggrek hitam ini termasuk anggrek epifit. Batangnya membentuk
umbi semu, berwarna hijau bundar panjang, pipih dengan panjang 12-
15cm dan lebar 5-7cm. Perkembangan batangnya merambat ke samping
(simpodial), daun berwarna hijau, terdiri dari 2 helai pada setiap umbi
semunya. (Kebun Raya Eka Bali). Bentuk daun lonjong berlipat-lipat,
panjang 40-50cm dan lebar 2-10cm. Bunga tersusun dalam rangkaian yang
berbentuk tandan, panjang 15-20cm, jumlah bunga dalam tandan 14
tandan atau lebih dengan garis tengah tiap bunga 10cm, daun mahkota
berbentuk lansep melancip, berwarna hijau muda, panjang 5-6cm dan lebr
2-3cm. Bibir menyerupai biola tengah-tengahnya terdapat satu alur
pnggirnya menggeriting berwarna hitam kelam. Buah berbentuk jorong,
panjang 7cm dan lebar 2-3cm bunga tidak banyak yang menjadi buah
(Sasrapradja et. al., 1976).
B. Habitat dan penyebaran
Anggrek ini menyukai tempat teduh, umumnya tumbuh di dataran
rendah pada pohon-pohon tua dekat sungai-sungai di hutan basah
(Sastrapradja et.al., 1976). Menurut Charles dan Baker (1997) jenis ini
banyak tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina.
Coelogyne pandurata lindl, juga dapat di tumbuhkan dalam krat, tetapi
karena tumbuhnya yang berumpun, ia memerlukan krat yang cukup besar,
sebaiknya bulat panjang, untuk dapat mengakomodasi tanaman dengan
akar tinggalnya yang ekstensif, dan menjamin peredaran udara dengan
baik. Dalam pot ia memerlukan medium yang kasar dengan kereweng-
kreweng pembuangan air di bawahnya. kulit kayu (asem pinus) rupa-
rupamya dapat memenuhi tuntutannya dengan baik kemudian setelah ia di
beri suasana yang teduh, tak lagi memerlukan pemeliharaan yang lebih
dari biasa maksudnya penyiraman biasa, pemupukan dapat di lakukan
melalui akar maupun daun (tampaknya cocok dengan Fish Emulsion),
pencegahan dan pemberantasan hama serta penyakit.
C. Perbanyakan
Tanaman ini dapat di perbanyak secara generatif dan vegetatif,
perkembang biakan generatif suatu tanaman merupakan
perkembangbiakan seksual (dengan melibatkan proses perkawinan)
sehingga tanaman yang di hasilkan tidak menyerupai atau tidak sama
dengan sifat induknya (Hendaryono, 2000). Menurut Ira Puspita dalam
bukunya cara cepat membungakan anggrek mengatakan bahwa satu-
satunya perbanyakan anggrek secara generatif adalah melalui biji atau
hibridisasi (proses perbanyakan dengan menggunakan tabur biji).
Kesulitan dalam menumbuhkan biji anggrek secara alami yaitu embrio
dalam biji anggrek yakni tidak mempunyai endosperm dan kadang-kadang
kosong sehingga perkecambahannya di alam sangat sulit kecuali dengan
bantuan jamur. Di dalam biji anggrek dapat tumbuh bila bersimbiosis
dengan jamur mikorisa spesies Rhizoctonia, anggrek dapat memperoleh
nutrisi yang di butuhkan untuk tumbuh.dengan demikian
perkecambahannya dapat terjadi jika biji anggrek jatuh di suatu tempat
yang terdapat mikoriza dan lingkungan tumbuh yang sesuai. Namun
tingkat keberhasilan perkecambahan secara alami sangat kecil.
(Thompson, 1980)
Menurut Gunawan (2001), untuk meningkatkan perkecambahan
anggrek, dahului orang mengecambahkan biji di sekitar akar pohon induk
di mana terdapat mikoriza yang di butuhkan biji anggrek untuk
berkecambah. Tahun 1980 L. Knudson menemukan metode
perkecambahan secara asimbiotik yantg dapat meningkatkan keberhasilan
perkecambahan dengan metode ini biji anggrek dapat di tumbuhkan secara
aseptik atau penanaman biji pada media agar-agar steril dengan tambahan
unsur hara lainnya.
Anggrek hitam ini termasuk jenis anggrek yang pola
pertumbuhannya simpodial yaitu anggrek dengan pertumbuhan ujung
batang terbatas. Batangnya akan tumbuh terus setelah mencapai batas
maksimun,pertumbuhan batang akan terhenti, pertumbuhan baru ini akan
dilanjutkan oleh anakan baru yang tumbuh di sampingnya. Pada anggrek
simpodial terdapat suatu penghubung yang di sebut rhizoke/batang di
bawah tanah. Pertumbuhan tunas baru akan keluar dari rhizome ini.
Anggrek hitam memilki pseudobulb yang tumbuh antara rhizome jika
sudah mempunyai enam bulb atau lebih (Soeryowionoto ,2000)
2.2 Kultur In Vitro Anggrek
Teknik kultur in-vitro adalah salah satu cara untuk memperbanyak
tanaman anggrek secara cepat. Kultur in-vitro pertama kali di coba oleh
Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang di sebut
totipotensi yang di cetuskan oleh dua orang sarjana Jerman Schwann dan
Schleiden pada tahun 1832 (Hartman dan Kester ,1968). Metode kultur in-
vitro ialah metode menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti
akar,daun, batang dan tunas), dan (jaringan-jaringan generatif seperti ovule,
embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptic
(bebas mikroorganisme). (Anonim,1997)
Hasil perkembangan teknik in-vitro telah di rasakan manfaatnya.
Sagawa (1976) dalam Anonim (1997) mengemukakan beberapa keuntungan
yang di preoleh dari penggunaan metode tersebut antara lain perbanyakan
vegetatif dan generatif yang cepat dan efisien, mempermudah seleksi mutan,
meghindari sterilitas yang menghambat program hibridisasi, produksi
tanaman bebas patoghen dan sebagai pelestarian plasma nutfah.
Dalam prakteknya terdapat 2 cara perbanyakan anggrek secara in-vitro
tegantung pada bahan tanaman dan media yang di gunakan antara lain:
Metode generatif (biji), metode ini di lakukan untuk mendapatkan tanaman
dengan bentuk dan warna bunga yang baru perlu di lakukan persilangan-
persilangan di antara varietas-varietas yang sudah ada. Selanjutnya buah atau
biji yang diperoleh disemaikan dengan teknik kultur biji. Sedangkan metode
vegetatif di lakukan untuk mendapatkan persediaan bibit secara cepat dan
besar-besaran yaitu dengan menggunakan metode kultur mata tunas.
A. Media kultur
Media yang di gunakan merupakan faktor yang mendukung
keberhasilan dalam kultur. Media yang di gunakan dapat berbentuk padat,
semi padat, dan cair. Proses pengakaran lebih baik di lakukan dalam media
padat sampai terbentuk tanaman lengkap (Wattimena et al.,1992)
pembentukan bagian tanaman (morfogenesis) langsung maupun tidak
langsung tergantung pada jenis dan konsentrasi yang tepat dari senyawa
organik, an organik dan zat pengatur tumbuh dalam suatu media kultur.
Media kultur in-vitro anggek terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara
mikro, zat pengatiur tumbuh, asam amino ,vitamin, gula ,air dan tambahan
bahan organik seperti pisang, ubi, kentang dll (Mursidawati, dkk, 2008).
Zat gula yang di gunakan sebagai sumber energi yakni sukrosa, fruktosa
atau glukosa, Vitamin yang di butuhkan untuk perkembangan anggrek
antara lain tiamin, pirodiksin, asam nikotin dan asam askorbat
(Withner,1959).
Terdapat berbagai macam media yang di gunakan dalam kultur in-
vitro, jenis-jenis media ini di namakan sesuai dengan nama orang yang
menemukannya sepertei La Garde, Burgeff, Knudson, Quednow, Wagner
dan Vacint and Went, yang sekarang banyak di gunakan dalam
perbanyakan anggrek adalah media Vacin & Went dan media Knudson C.
media Knudson”s C terbukti baik untuk perkembangan eksplan. (Withner,
1959)
Komposisi media Vacint dan Went
No Unsur mg/literMakro1 KNO3 5252 (NH4)2SO4 5003 MgSO4 1224 Ca3(PO4)2 2005 KH2PO4 250Mikro6 Fe2(C4H4O6)3 23.137 MnSO4.H2O 5.68
Pada tahun 1922, Knudson berhasil di dalam penelitiannya dengan
menggunakan anggrek tipe epifit, medianya berhasil membuat
perkembangan eksplan lebih kuat. Hal ini mungkin di karenakan oleh
kedua komponen nitrogen yang di gunkan Knudson’s yaitu nitrat
nammonium nitrogen. Percobaan Knudson’s dan lainnya menunjukan
bahwa eksplan dapat mensuplai kebutuhan vitamin mereka dari media
bernutrisi (Withner, 1959).
Menurut Widiastoety (2001), dalam media kultur untuk memperoleh
pertumbuhan kultur yang optimal, bahan-bahan lain yang umum di
tambahkan dalam media dasar yaitu persenyawaan anorganik kompleks
(air kelapa, ekstrak kentang, pisang ,tomat ,ekstrak ragi, dll) penambahan
bahan-bahan lain dan senyawa-senyawa lain yang memiliki kandungan
karbohidrat tinggi sebagai sumber gula di samping mengandung vitamin,
zat pengatur tumbuh dan asam amino yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan diferensiasi sel dalam tumbuhan.
Kebutuhan media untuk setiap fase bisa bervariasi bagi setiap jenis
anggrek. Setiap jenis media mengandung komposisi zat tertentu yang di
maksudkan untuk merangsang pertumbuhan fase tertentu biasanya yang
membedakannya adalah komposisi bahan organiknya dan zat pengatur
tumbuh sedangkan media dasar/stoknya sama. Fase pertumbuhan di mulai
dari fase perkecambahan biji yang menggunakan media semai, lalu fase
pertumbuhan akar dan daun menggunakan media transplant 1, kemudian
fase pembesaran akar dan daun sampai siap aklimatisasi menggunakan
media transplant 11 (Mursidawati,dkk, 2008)
B. Kandungan dan manfaat Persenyawaan Organik
Di dalam pembuatan media anggrek, seringkali di modifikasi dengan
penambahan-penambahan bahan organic, penambahan bahan organic ini
banyak membawa pengaruh baik bagi pertumbuhan eksplan biji anggrek
yang di semai maupun yang di sub kultur, ini di sebabkan karena bahan-
bahan organic tersebut mengandung suatu senyawa-senyawa yang
kompleks, dari literatur yang sempat penulis dapatkan adalah sebagai
berikut:
a. Air kelapa
Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan dalam
bentuk cair yang mengandung unsur hara, vitamin dan zat tumbuh,
sehingga dapat menstimulir perkecambahan dan pertumbuhan
(Widiastoety,2001). Penggunaan air kelapa pertama kali di laporkan
oleh Van Overbeek pada tahun 1941 dalam kultur embrio Datunia
stramonium.
Gunawan (1987), melaporkan bahwa dalam air kelapa terkandung
pula zeatin yang di ketahui termasuk dalam kelompok sitokinin.
Sitokinin mempunyai kemampuan mendorong terjadinya pembelahan
sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk
dan pertumbuhan akar (Gambog & Shyluk, 1981)
Menurut Tulecke et.al.(1961) dalam Widiastoety (2001) air
kelapa mengandung zat-zat atau bahan-bahan seperti unsure hara,
vitamin, asam-asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin
dan asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulir dalam proliferasi
jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.
Table 1 : Komposisi nutrisi dalam air kelapa
No Komposis Jumlah
1.2.3.
Asam folateAsam nikotinatAsam pantotenat
0,03 mg/l0,04 mg/l l0,52 mg/l
4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.
BiotinPiridoksinRibovlafinTiaminAsam gibrelatAuksin1,3 difenilureaM-inositolSilo inositolSorbitolClCuFeKMgNaP S
0,02 mg/lSangat sedikit0,01 mg/lSangat sedikitSangat sedikitSangat sedikit5,800 mg/l0,01 m/l0,05 mg/l15 mg/l183 mg/100mg0,040 mg/100gr0,1 mg/100 g 312 mg/100g30 mg/100g105 mg/100g37 mg/100g15 mg/100g
b. Kentang
Kentang termasuk di dalam famili Solanaceae. Umbi kentang berasal
dari akar yang berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi, dalam
Gunawan (1987) ekstrak kentang di gunakan dalam kultur anther padi.
ekstrak kentang yang biasa di gunakan 10-30 % dengan hasil terbaik 20%.
Table 2: kandungan nutrisi dalam 100gram kentang
No Komposisi Jumlah
123456789101112
AirProteinLemakKarbohidratKalsiumPhosporBesiVitamin B1Vitamin B2Vitamin B3NiacinAsam Ascorbit
77,8gr20gr0,1gr19,1gr11 mg56 mg0,7 mg0,09 mg0,03 mg16gr1,40gr3 mg
c. Pisang
Pisang termasuk dalam famili Musaceae, terdiri dari berbagai
varietas sehingga warna, bentuk dan ukurannya pun berlainan. Jenis pisang
yang umumnya di gunakan untuk kultur jaringan yaitu jenis pisang ambon.
Bubur pisang yang biasa di gunakan berkisar 150-200g/l (Hendaryono,
2000)
Menurut Arditti & Ernest (1992) buah pisang mengandung hormon
tumbuh seperti auksin dan gibbrelin. Menurut Wills et.al., (1981) dalam
Widiastoety (2001) buah pisang mengandung kadar gula yang cukup
tinggi di bandingkan buah-buahan lain yaitu mengandung 6gram glukosa,
4gram fruktosa dan 7gram Sukrosa untuk setiap 100gram pisang.
Table 3: Komposisi Nutrisi Pisang Ambon Setiap 100gr
No Komposisi Jumlah
1234567891011
AirProteinLemakKarbohidratMineralKalsiumPhosphorBesiActin RetinolTiaminAsam Ascorbat
72gr0,2gr0,2gr25,8gr0,8gr8gr28gr0,5gr44 mg0,08gr3mg
d. Ubi jalar
Ubi jalar temasuk famili Convolvulaceae. Ubi jalar adalah salah satu
bahan pangan dan merupakan tanaman palawija penghasil atau sebagai
sumber karbohidrat, ubi jalar juga mempuyai kadar vitamin A dan C.
Kadar vitamin A pada ubi jalar merupakan salah satu indikator warna
daging (Santoso et. Al., 1994 dalam Widyastoety, 2001)
Menurut Soetyono et.al., (1996) dalam widiastoety (2001) tekstur
ubi jalar yang keras karena banyak mengandung pati dan ada yang lunak
karena banyak mengandung gula dan air. Umbi yang cerah cenderung
lebih baik kadar patinya.
Table 4: Komposisi nutrisi ubi jalar setiap 100gr
No Komposis Jumlah12345678910111213
AirProteinLemakKarbohidratSeratKalsiumPhospohorBesiKaloriTiaminNiacinVitamin AVitamin C
65,51,1gr0,34gr31,6gr0,4gr55gr51gr0,7gr135 kal0,10 mg0,60 mg90 (IU)35 (IU)
e. Kedelai
Kedelai merupakan sumber makanan termurah di Indonesia yang
dapat di jangkau oleh daya beli masyarakat (Anonim, 1981). Kedelai salah
satu tanaman penting bagi sumber protein, lemak, dan mineral. Kedelai
mengandung kurang lebih 18 % lemak dan 36–40% protein. Protein kedelai
mempunyai kualitas yang tinggi karena distribusi asam aminonya sangat
mendekati protein hewani (Bernhardt, 1976 dalam Gunawan, 2001).
Tingginya kandungan protein di harapkan sangat baik untuk pertumbuhan
tanaman hasil kultur in-vitro. Menurut Hendaryono (2000) ekstak kedelai
yang di gunakan 150g/l, biasanya untuk meningkatkan pertumbuhan kalus
di campur dengan kacang panjang atau kecambah jagung.
Table 5: Kandungan Nutrisi Kedelai dalam 100gram
No Bahan organik Jumlah123456789
ProteinLemakCaPFeVitamin AVitamin BAirKarbohidrat
30,2gr15,6gr196 mg506 mg6,9 mg95 (SI)0,93 mg2030,1gr
Sumber: Hendaryono (2000)
C. Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organik selain dari
nutrien yang dalam jumlah sedikit (1m) dapat merangsang, menghambat,
atau mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam
kultur jaringan, dua golongan ZPT ang sangat penting adalah auksin dan
sitokinin. ZPT ini mempengaruhi pertumbuhan morfologis dalam kultur
sel, jaringan dan organ (Gunawan, 1987 dalam Sumaryati, 2005). George
dan sherringto (1984), menyatakan bahwa inisiasi tunas dan akar diatur
oleh interaksi auksin dan sitokinin yang diberikan ke dalam media.
Demikian juga interaksi masing-masing auksin atau sitokinin eksogen
dengan auksin dan sitokinin endogen yang dikandung oleh eksplan.
Auksin secara umum menyebabkan perpanjangan sel, pembesaran sel,
pembentukan kalus dan pembentukan akar (Pierek, 1987) serta mendorong
pertumbuhan pucuk (Wattimena, 1988). Sitokini dalam budidaya jaringan
terbukti dapat memacu diferensiasi tunas.
Beberapa auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya
IAA (Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric
Acid). Auksin juga sudah diproduksi secara sintetic, seperti NAA
(Napthalene Acetic Acid) 2,4D dan MCPA (2-Methyl-4
Chlorophenoxyacetic Acid).
Dalam penelitian ini hormon yang digunakan adalah hormon NAA.
NAA adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang mampu mengatur berbagai
proses pertumbuhan dan pemanjangan sel (George dan Sherrington, 1984).
NAA merupakan auksin kuat yang dibituhkan dalam konsentrasi rendah,
memiliki stabilitas kimia besar dab monilitas rendah, sehingga merugikan
bila kebutuhan belum diketahui untuk tanaman (Hartman & Kester., 1984).
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anggrek
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur in-vitro
tanaman anggrek meliputi cahaya, Suhu, PH, media dan oksigen. Cahaya
sangat penting untuk pertumbuhan eksplan. Peranan cahaya terhadap
pertumbuhan eksplan di tentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya,
dan lamanya penyinaran. menurut murashige (1974) di dalam pengerjaan
kultur in-vitro di perlukan 3 fese intensitas cahaya:
Fase I : saat pengerjaan kultur di mulai , intensitas cahaya yang di
perlukan betrkisar antara 1000-3000 lux
Fase 11 dan III : saat berlangsungnya proses perbanyakan tanaman,
intensitas cahaya yang di perlukan berkisar antara 3000-10.000 lux
Menurut Murashige (1977) untuk pembentukan tunas dan akar
memerlukan lama penyinaran optimum 16 jam/hari suhu yang di perlukan
untuk pertumbuhan jaringan berkisar antara 20-26 °C, penggunaan suhu
yang rendah dapat mengurangi aktifitas enzim, terutama peroksidase dan
oksidase yang bertindak sebagai katalisator dalam proses oksidasi senyawa
fenol dan senyawa organik lainnya, sehingga keracunan oleh eksudat
toksik dapat tertekan. Namun bila luka jaringan telah sembuh, maka
pemakaian suhu tinggi akan lebih menguntungkan karena pada suhu
tersebut aktifitas metabolisme sel akan lebih tinggi.
Pada umumnya pH yang di gunakan untuk potongan jaringan anggrek
berkisar antara 4,8-5,2, untuk media cair kecepatan putar alat penggojok
(shaker) sangat bervariasi yaitu 90-100 rpm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anggrek di
lapangan:
a. Sinar matahari
Menurut Gunadi (1977) berkaitan dengan tuntunan kebutuhan anggrek
terhadap intensitas sinar matahari, maka sinar matahari dapat di
bedakan menjadi :
Sinar kuat, yaitu sinar matahari penuh atau 100 % tanpa peneduh di
daerah tropis.
Agak teduh, yaitu sinar kira-kira antara 50-100% terdapat peneduh
seperti di bawah dedaunan pohon yang menyerupai tirai tipis,
misalnya pohon asam, pinus, dan flamboyan.
Setengah teduh, yaitu anggrek yang menerima 50% sinar matahari
siang, hal ini terjadi dengan pergantian–pergantian secara cepat
antara sinar matahari langsung dengan peneduh total kerena
bayangan daun-daun pohon penunjang di bawah matahari yang
beredar.
Teduh sekali, yaitu kondisi di mana sinar matahari langsung tak
perna di terima oleh tanaman dan intensitas cahaya di terima kurang
dari 5 % .
Energi matahari sebagai energi kinetik di butuhkan untuk tumbuhan
dalam proses fotosintesis dan proses-proses lainnya untuk pembentukan
gula, pati, protein, lemak dan lain-lain (Iswanto, 2002).
b. Kelembaban
Iswanto (2002) menyatakan bahwa kelembapan nisbi yang di butuhkan
anggrek berkisar antara 60-80%. Kelembapan yang tinggi ini berfungsi
untuk menghindari respirasi atau penguapan yang berlebihan. Akan
tetapi kelembapan yang selalu tinggi dapat mengakibatkan kebusukan
akar, karena itu kelembapan yang optimal perlu di jaga, salah satunya
yaitu dengan teknik penyiraman yang tepat. Kelembapan rumah kaca
pada rumah anggrek Kebun Raya Bogor di waktu pagi tempat yang
teduh sekitar 86% dan pada yang terkena sianar matahari langsung
sebesar 85%, sedangkan di waktu siang pada tempat yang teduh sebesar
72% dan pada tempat yang terkena sinar matahari langsung sebesar
60%
c. Temperatur
Suhu udara sekitar tempat penanaman anggrek berhubungan erat
dengan ketinggian tempat dan cahaya matahari. Ketinggian tempat (dari
permukaan laut) sangat berpengaruh, semakin tinggi tempat semakin
rendah suhu udaranya, tempat yang terbuka atau tidak memperoleh
naungan, memiliki suhu tinggi dari pada tempat yang teduh atau tidak
terkena matahari langsung (Iswanbto, 2002).
Tabel 6: Temperatur Optimum Bagi Pertumbuhan Anggrek Sesuai
dengan Ketinggian Habitat.
Tipe AnggrekKetinggian
(m,dpl)Temperatur Optimum (oC)
Siang MalamAnggrek panasAnggrek sedangAnggrek dingin
0-650650-1500
=1500
26-3021-2615-21
21-2615-219-15
Sumber : Gunadi (1977)
E. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah Hasil akhir dari perbanyakan tanaman secara
kultur jaringan atau in-vitro yaitu berupa planlet. Planlet dapat di artikan
sebagai tanaman kecil yang mempunyai pucuk pada bagian ujung dan akar
pada bagian pangkal. Sebelum ditanam dilapangan planlet harus melalui
masa kalimatisasi terlebih dahulu yaitu masa adaptasi tanaman hasil
perbanyakan secara in-vitro yang semula kondisinya terkendali kemudian
berubah pada lingkungan lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi.
Di samping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman
heterotrof ke tanaman autotrof.
Sebelum ditanam planlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan
kelengkapan organ, warna dan ukuran. Planlet yang baik adalah yang
organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau
mantap dan pertumbuhannya kekar (Tim Biotrain, 2001).
Menurut Widiastoety dan Santi (1977), media tumbuh yang baik
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi
sumber penyakit, mempunyai aerase baik, mampu mengikat air dan zat-zat
hara secara baik, mudah di dapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif
murah harganya. Media tumbuh yang sering digunakan antara lain moss,
pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.
BAB III
Hasil
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jenis media organik dan konsentrasi NAA terhadap tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah tunas baru, jumlah akar dan panjang akar semai anggrek hitam 20 minggu setelah tanam (MST)
PerlakuanTinggi eksplan
Jumlah daun
Jumlah tunas baru
Jumlah akar
Panjang akar
Media organik (A) 0,0003 ** 0,0013** 0,0700 tn 0,0001** 0,0001**NAA (B) 0,0001 ** 0,0001** 0,1288 tn 0,0001** 0,0001**Interaksi (AB) 0,0001 ** 0,0315 * 0,0003 ** 0,0004** 0,0001**
Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata terhadap selang kepercayaan 95%; * = berpengaruh nyata terhadap selang kepercayaan 95%; tn = berpengaruh tidak nyata terhadap selang kepercayaan 95%
Tabel 2. Interaksi jenis bahan organik dan konsentrasi NAA terhadap panjang akar anggrek hitam
NAA(ppm)
Jenis media organikTanpa bahan organik (1)
Air kelapa 250 ml/L (2)
Pisang ambon 150g/L (3)
Kentang 200g/L (4)
Ubi jalar 150 g/L (5)
Kedelai150 g/L(6)
0 4,75 b 2,56 cd 2,67 c 1,34 ef 5,95 a # 0,88 fg 5 2,24 d 1,79 e 1,79 e 1,44 ef 3,56 bc 0,53 g 10 2,28 d 1,25 ef 1,45 ef 0,91 f 1,92 de 0,18 h 15 1,54 ef 1,47 ef 0,00 i 0,36 g 1,50 ef 0,00 i 20 1,14 ef 0,24 h 1,65 ef 0,25 g 0,49 g 0,00 i Linear tn tn * tn tn tn Kuadratik * * * * tn * Kubik * * * * * - Kwartik * * * * * -
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05, Persamaan polinom: 1. Y = 4,57 – 1,1264X + 0,1886X2 – 0,0127X3 + 0,00028X4 2. Y = 2,56 – 0,0045X – 0,0563X2 + 0,0062X3 – 0,0002X4 3. Y = 2,67 – 0,633X + 0,1512X2 – 0,0139X3 + 0,0004X4
4. Y = 1,34 + 0,0583X – 0,0032X2 – 0,0012X3 + 0,00005X4 5. Y = 5,95 – 0,4077X – 0,0362X2 + 0,0052X3 – 0,00015X4 6. Y = 0,88 – 0,07X
Tabel 3. Interaksi jenis bahan organik dan konsentrasi NAA terhadap jumlah akar anggrek hitam
NAA(ppm)
Jenis media organik
Tanpa bahan organik (1)
Air kelapa 250 ml/L (2)
Pisang ambon 150g/L (3)
Kentang 200 g/L (4)
Ubi jalar 150 g/L (5)
Kedelai150 g/L(6)
0 8,10 de 9,30 cd 3,70 bc 4,40 f 15,30 b # 2,40 g 5 5,20 ef 8,40 d 10,60 c 6,70 e 19,60 a 1,90 g 10 5,10 ef 4,10 f 6,70 e 5,13 ef 18,30 ab 0,90 i 15 4,60 f 5,30 ef 0,00 j 1,63 h 11,40 c 0,00 j 20 2,00 g 0,63 i 9,50 cd 1,50 i 2,40 g 0,00 j Linear tn tn * * tn tn Kuadratik * * * * tn *
Kubik * * * * * - Kwartik * * * * * -
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05 Persamaan polinom: 1. Y = 8,1 – 1,1483X + 0,1475X2 – 0,0073X3 + 0,0001X4 2. Y = 9,3 + 1,7671X – 0,6177X2 + 0,0524X3 – 0,0014X4 3. Y = 13,7 – 1,7233X + 0,406 X2 – 0,0447X3 + 0,0014X4
4. Y = 4,4 + 0,81X - 0,0551X2 – 0,0041X3 + 0,00022X4
5. Y = 15,3 + 1,245X – 0,0478X2 – 0,007X3 + 0,00023X4
6. Y = 2,4 – 0,05X – 0,01X2
Tabel 4. Interaksi jenis bahan organik dan konsentrasi NAA terhadap tinggi plantlet anggrek hitam
NAA(ppm)
Jenis media organik
Tanpa bahan organik(1)
Air kelapa250 ml/L (2)
Pisang ambon 150g/L (3)
Kentang 200 g/L (4)
Ubi jalar 150 g/L (5)
Kedelai150 g/L(6)
0 5,72a 5,71a 4,84bc 5,33b # 5,43ab 4,02cd 5 5,43ab 5,27b 2,46ef 4,88bc 5,20b 3,21e 10 3,62d 3,55d 4,17c 4,73bc 4,39bc 1,91g 15 3,80cd 4,48bc 1,35h 3,45de 3,44de 0,00i 20 1,36h 1,78g 4,75bc 2,20f 2,43ef 0,00i Linear tn tn * tn tn tn Kuadratik * * tn * * * Kubik * * * * * - Kwartik * tn tn * * -
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05, Persamaan polinom: 1. Y = 5,72 + 0,71X – 0,2419X2 + 0,0203X3 – 0,0005X4 2. Y = 5,8544 – 0,3961X + 0,0402X2 – 0,0015X3 3. Y = 4,7098 – 0,5956X + 0,0606 X2 – 0,016X3 4. Y = 5,33 – 0,3493X + 0,0835X2 – 0,0072X3 + 0,0002X4 5. Y = 5,43 + 0,0604X – 0,0274X2 + 0,0013X3 – 0,000025X4 6. Y = 4,02 – 0,1611X – 0,005X2
Tabel 5. Interaksi jenis bahan organik dan konsentrasi NAA terhadap jumlah daun anggrek hitam
NAA(ppm)
Jenis media organik
Tanpa bahan organik(1)
Air kelapa250 ml/L (2)
Pisang ambon 150g/L (3)
Kentang 200 g/L (4)
Ubi jalar 150 g/L (5)
Kedelai150 g/L(6)
0 5,90b 4,40cd 4,80cd 6,40ab # 5,10c 2,10f 5 6,50a 3,30de 2,10f 5,50bc 5,50bc 3,60d 10 3,70d 3,80d 2,50f 6,38ab 3,00e 3,70d 15 2,40f 3,30de 0,00i 4,13cd 2,90ef 0,00i 20 1,50g 1,88fg 4,50cd 0,50h 2,20f 0,00i Linear tn tn * tn tn tn Kuadratik * * tn * * * Kubik * * * * * - Kwartik * * * * * -
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05 Persamaan polinom: 1. Y = 5,9 + 1,0867X – 0,276X2 + 0,0185X3 – 0,0004X4 2. Y = 4,4 – 0,6871X + 0,133X2 – 0,0088X3 + 0,0002X4 3. Y = 4,8 – 2,045X + 0,4735X2 – 0,0398X3 + 0,0011X4 4. Y = 6,4 – 1,0167X + 0,2554X2 – 0,0198X3 + 0,0004X4
5. Y = 5,1 + 1,1383X – 0,3162X2 + 0,0237X3 – 0,0006X4 6. Y = 2,1 + 0,44X – 0,028X2
Tabel 6. Interaksi jenis bahan organik dan konsentrasi NAA terhadap jumlah tunas anggrek hitam
NAA(ppm)
Jenis media organikTanpa bahan organik(1)
Air kelapa250 ml/L (2)
Pisang ambon 150g/L (3)
Kentang 200 g/L (4)
Ubi jalar 150 g/L (5)
Kedelai150 g/L(6)
0 2,30cd 3,50cd 4,80bc # 3,60cd 3,30cd 3,20d 5 1,60d 4,20c 4,00c 5,10b 4,40c 1,90cd 10 2,80cd 3,80cd 2,30cd 3,50cd 4,70c 1,30de 15 3,00cd 2,90cd 0,50e 1,63d 2,70cd 0,00f 20 5,25b 2,63cd 11,00a 2,50cd 1,50d 0,00f Linear * * * * * tn Kuadratik * * tn * * * Kubik * * tn * * - Kwartik * * * * * -
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05 Persamaan polinom: 1. Y = 2,3 – 0,8208X + 0,2051X2 – 0,0158X3 + 0,0004X4 2. Y = 3,5 + 0,2638X – 0,0244X2 – 0,0003X3 + 0,00004X4 3. Y = 4,8 – 0,5967X + 0,1786X2 – 0,0221X3 + 0,0008X4 4. Y = 3,6 + 0,7883X – 0,1148X2 + 0,0034X3 + 0,00001X4
5. Y = 3,3 – 0,03X + 0,0983X2 – 0,0112X3 + 0,0003X4 6. Y = 3,2 – 0,33X + 0,014X2
BAB IV
PEMBAHASAN
Pertumbuhan merupakan suatu proses dalam kehidupan tanaman. Dari proses
tersebut akan terjadi perubahan ukuran yaitu tanaman akan tumbuh semakin besar
dan akan berkorelasi positif dalam menentukan hasil tanaman. Pertambahan
ukuran tersebut secara keseluruhan dikendalikan oleh sifat genetik disamping
faktor-faktor lainnya seperti lingkungan. Penambahan media VW dengan
persenyawaan organik komplek dan zat pengatur tumbuh NAA serta interaksinya
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter-parameter
pertumbuhan. Parameter pertumbuhan tersebut meliputi pembentukan akar, baik
panjang akar dan jumlah akar serta pertumbuhan eksplan yaitu tinggi eksplan,
jumlah daun dan jumlah tunas baru. Hasil analisis sidik ragam dari faktor-faktor
yang diteliti terhadap keseluruhan parameter yang diamati disajikan dalam Tabel
1.
A. Panjang akar
Interaksi antara media VW dengan penambahan perse-nyawaan organik
dan NAA berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa rata-rata panjang
akar tertinggi dicapai pada media VW dengan perlakuan penambahan ekstrak
ubi jalar 150 g/L tanpa NAA (Tabel 2). Pada beberapa perlakuan,
peningkatan konsentrasi NAA menyebabkan terhambatnya pemanjangan
akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) bahwa
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terlalu tinggi untuk suatu jenis tanaman
tertentu akan mendorong sintesis etilen yang kemudian menghambat
pemanjangan akar. Pada percobaan ini pemberian ubi jalar tanpa penambahan
NAA memberikan hasil yang terbaik untuk parameter panjang akar. Hal ini
diduga karena ubi jalar mengandung beberapa macam vitamin seperti vitamin
B, niacin, vitamin A, riboflavin, dan terutama kandungan tiamin sebanyak
0,1mg/100g. Tiamin termasuk vitamin B1 yang berfungsi untuk mempercepat
pembelahan sel pada meristem akar. Ubi jalar mengandung unsur kalsium
(Ca) sebanyak 55mg/100g. Menurut Salisbury dan Ross (1995) unsur ini
berperan dalam pembentukan bulu-bulu akar dan pemanjangan akar.
B. Jumlah akar
Interaksi antara dua perlakuan terhadap penambahan jumlah akar
memberikan hasil beragam. Jumlah akar rata-rata tertinggi diperoleh pada
perlakuan dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150g/L dan NAA 5ppm.
Rata-rata jumlah akar terendah diperoleh dari perlakuan penambahan ekstrak
pisang ambon 150g/L dan NAA 15ppm. Penambahan ekstrak kedelai 150g/L
dengan dua perlakuan, yaitu dengan penambahan NAA 15ppm dan 20ppm,
tidak memberikan stimulasi pembentukan akar pada eksplan (Tabel 3).
Ekstrak ubi jalar mengandung polisakarida dan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh pertumbuhan akar eksplan anggrek. Pertumbuhan akar juga
tergantung pada peran unsur fosfor, kalsium, mangan, besi, dan boron. Unsur
fosfor yang diberikan dalam jumlah yang tinggi berpengaruh terhadap
penambahan jumlah akar melebihi tunas (Salisbury dan Ross, 1995). Ekstrak
ubi jalar mengandung semua unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan akar
eksplan (Ca, P dan Fe) dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan
persenyawaan organik lainnya, walaupun pada ekstrak kedelai unsur-unsur
hara tersebut terdapat dalam jumlah yang lebih tinggi lagi (Hendaryono,
2000). Penggunaan kedelai ternyata tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
eksplan anggrek hitam, bahkan pertumbuhannya menjadi kurang baik.
Hal ini berkaitan dengan pendapat Wetherell (1982) bahwa konsentrasi
optimum dari masing-masing unsur nutrisi untuk pertumbuhan berbeda-beda
tergantung pada jenis tanaman maupun tujuan kultur yang diinginkan, selain
itu juga berkaitan dengan umur dan ukuran eksplan. Ukuran eksplan 1,5-
2,0cm merupakan ukuran yang telah siap diinduksi pada media perakaran
(Suryandari, 1998). Ukuran eksplan anggrek hitam yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 3-6cm. Dengan ukuran tersebut diharapkan eksplan
sudah siap diinduksi di media perakaran. Selain ukuran eksplan, pertumbuhan
perakaran juga didukung dengan suplai unsur bahan organik yang dibutuhkan
untuk pertambahan jumlah akar eksplan. Penambahan ubi jalar pada media
kultur menghasilkan rata-rata jumlah akar tertinggi. Menurut Arditti (1982)
ubi jalar mengandung beberapa macam vitamin yaitu vitamin B, niacin,
vitamin A, riboflavin, terutama kandungan tiamin yang cukup tinggi yang
esensial bagi pertumbuhan kultur in vitro.
C. Tinggi plantlet
Pertambahan tinggi eksplan disebabkan oleh dua proses yaitu
pembelahan dan pemanjangan sel. Kedua proses ini terjadi pada jaringan
meristem, yaitu pada titik tumbuh batang (Heddy, 1991). Media VW tanpa
penambahan bahan organik dan NAA memberikan rata-rata tinggi plantlet
yang terbaik. Rata-rata tinggi plantlet yang dihasilkan tersebut tidak berbeda
nyata dengan perlakuan media VW yang ditambah air kelapa 25 mL/L dan
NAA 0ppm (Tabel 4). Hal ini diduga berkaitan dengan ketersediaan auksin
alami yang terdapat dalam tanaman, sehingga tanpa zat pengatur tumbuh
NAA (auksin eksogen) eksplan mampu melakukan pertumbuhan dan
perkembangan. Batang dan akar yang sedang memanjang tidak memerlukan
penambahan sitokinin (Wattimena,1988), walaupun kedua organ itu
membutuhkan hormon tersebut untuk aktivitas pemanjangan sel, tetapi
kandungan alami sitokinin dalam jaringan kemungkinan sudah mencukupi.
Rata-rata tinggi plantlet yang dihasilkan media VW tanpa penambahan
bahan organik tidak berbeda nyata dengan media yang ditambah air kelapa
250mL/L. Hal ini diduga dipengaruhi unsur yang terkandung dalam air
kelapa. Karena menurut Tulecke et al. (1961) air kelapa mengandung zat-zat
seperti vitamin, asam amino, asam organik, asam nukleat, gula alkohol,
mineral dan zat pengatur tumbuh. Hendaryono (2000) mengemukakan bahwa
air kelapa mengandung difenil urea yang mempunyai efektivitas menyerupai
sitokinin. Kelompok sitokinin digunakan untuk mendukung pembelahan sel
atau menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Bhojwani dan
Radzan, 1983).
D. Jumlah daun
Hasil uji statistik terhadap interaksi dua perlakuan menunjukkan bahwa
perlakuan tanpa penambahan media organik dan NAA 5ppm merupakan
perlakuan yang menghasilkan rata-rata jumlah daun tertinggi, dan perlakuan
tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak kentang 200g/L dan
NAA 0ppm (Tabel 5). Diduga bahwa kondisi fisiologis tumbuhan akan
memberikan respon yang berbeda-beda terhadap perlakuan yang diberikan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wattimena (1988) yang mengatakan bahwa
variasi respon terhadap pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dipengaruhi
oleh perbedaan fase pertumbuhan, kondisi fisiologis, kemampuan tanaman
mengadsorpsi ZPT, serta fluktuasi kandungan hormon endogen pada
beberapa kondisi fisiologis. Selain itu diduga karena adanya fluktuasi dalam
penambahan jumlah daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995) daun tua akan
digantikan oleh daun muda dan kapasitas fotosintesis dapat bertambah
tergantung sebagian kepada alokasi bahan yang digunakan untuk membentuk
organ ini.
Parameter jumlah daun pada perlakuan penambahan NAA 0 dan 5 ppm
dengan media yang ditambah ekstrak kentang 200g/L tidak berbeda nyata.
Hal ini diduga karena kentang mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan
seperti kalsium, Fospor, besi, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan niacin
yang mendorong penambahan jumlah daun (Hendaryono, 2000).
E. Jumlah tunas
Untuk pembentukan tunas baru, tanaman membutuhkan unsur nitrogen
(N), kalium (K), belerang (S), besi (Fe) dan seng (Zn) yang cukup. Unsur N,
S, Fe dan tiamin dapat merangsang pembelahan sel, sehingga meningkatkan
pertumbuhan tunas samping. Defisiensi unsur N, K, S, Fe dan Zn pada semai
menyebabkan penambahan jumlah tunas terhambat dan secara umum
mengambat pertumbuhan tanaman (Wattimena, 1988).
Konsentrasi NAA yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan tunas
baru. Pada percobaan ini konsentrasi NAA sampai 20ppm masih
memungkinkan peningkatan jumlah tunas untuk beberapa perlakuan media
organik. Hal ini diduga terjadi karena jumlah eksplan yang banyak dalam satu
botol (lebih dari dua eksplan) kemungkinan dapat mengurangi keracunan
akibat konsentrasi NAA yang tinggi. Anggrek hitam pada saat pertumbuhan
dalam botol kultur termasuk anggrek yang mampu menghasilkan banyak
tunas aksilar maupun tunas adventif. Menurut Wattimena (1988) konsentrasi
auksin optimum yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan
tunas lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi yang dibutuhkan untuk
merangsang pertumbuhan akar. Kemampuan setiap sel untuk bermultiplikasi
berbeda-beda, terbukti dari hasil penelitian ini eksplan yang berasal dari botol
kultur yang sama ternyata daya multiplikasinya berbeda-beda. Eksplan
dengan penambahan NAA konsentrasi 20ppm ada yang membentuk 19 buah
tunas namun ada yang tetap satu tanpa mengalami multiplikasi.
Interaksi antara media organik dan NAA menunjukkan bahwa
penambahan ekstrak pisang ambon 150g/L dan NAA 20ppm mampu memacu
dan menghasilkan rata-rata jumlah tunas tertinggi (Tabel 6). Menurut
Widiastoety dan Bahar (1995) ekstrak pisang yang ditambahkan pada
medium kultur jaringan dapat merangsang pembelahan sel dan mendorong
diferensiasi sel, sehingga semai dapat tumbuh dan berkembang. Ekstrak
pisang ambon diketahui mengandung unsur-unsur kalium (K), fosfor (P) dan
besi (Fe) sehingga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tunas.
Sedangkan menurut Tulecke et al. (1961) air kelapa mengandung unsur hara,
vitamin, asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan asam
giberelat yang berfungsi sebagai penstimulasi proliferasi jaringan,
memperlancar metabolisme dan respirasi. Penambahan ubi jalar karena bahan
organik ini mengandung beberapa macam vitamin yaitu vitamin B, niacin,
vitamin A dan riboflavin. Ubi jalar mengandung unsur kalsium yang cukup
tinggi mencapai 55mg/100g. Menurut Salisbury dan Ross (1995) kalsium
berperan dalam pembentukan bulu akar dan pemanjangan akar. Kentang juga
mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan eksplan dalam kultur jaringan
seperti kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niacin.
Gunawan (1987) menggunakan ekstrak kentang untuk kultur anthera padi,
dengan hasil terbaik pada konsentrasi 200g. Menurut Gunawan (2001)
kedelai mempunyai kualitas protein yang tinggi, sehingga sangat baik untuk
pertumbuhan hasil kultur in vitro. Kedelai mengandung unsur kalsium,
fospor, besi, vitamin A, dan vitamin B. Hendaryono (2000) menggunakan
ekstrak kedelai untuk meningkatkan pertumbuhan kalus dicampur dengan
kacang panjang atau kecambah jagung.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlakuan berbagai jenis media organik memberikan pengaruh yang
nyata terhadap parameter-parameter pertumbuhan eksplan anggrek hitam, yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, dan jumlah akar, tetapi tidak
berbeda nyata untuk parameter penambahan jumlah tunas. Media Vacint &
Went (VW) dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150g/L memberikan rata-rata
panjang akar dan jumlah akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
yang lain. Media VW dengan penambahan kentang 200g/L menghasilan tinggi
planlet dan jumlah daun yang paling baik. Peningkatan konsentrasi NAA
hingga 20ppm menyebabkan terhambatnya pertumbuhan eksplan. Hasil yang
terbaik dicapai pada perlakuan tanpa penambahan NAA yaitu pada parameter
panjang akar dan tinggi plantlet. Sedangkan hasil terbaik dengan penambahan
NAA 5ppm untuk parameter jumlah akar dan jumlah daun. Interaksi antara dua
faktor perlakuan yaitu jenis media organik dan konsentrasi NAA berpengaruh
nyata terhadap semua parameter pertumbuhan eksplan baik tinggi eksplan,
jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar dan panjang akar.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
. . Anggrek Hitam. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1578. Diakses pada 06 April 2013.
. 2012. Komposisi Media Kultur Jaringan. http://tanamaninvitro.blogspot.com/2012/05/komposisi-media-kultur-jaringan.html. Diakses pada 09 April 2013.
. 2010. Studi Kasus Perbanyakan Tanaman Anggrek (Coelogyne Pandurata Lindl.) Secara Generatif Dengan Teknik In-Vitro Di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun. http://daunmudha.blogspot.com/2010/02/i_6764.html. Diakses pada 06 April 2013.
Untari, Rini dan Dwi Murni Puspianingtyas. 2006. “Pengaruh Bahan Organik dan NAA terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dalam Kultur In Vitro”. Volume 7, nomor 3 hal 344-348. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta.
Suseno, Ambar Dwi. 2007. “Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA (Apahthalene Acetic Acid) dan BAP (6-Benzylaminopurin) terhadap Pertumbuhan Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth) melalui kultur meristem”. Program pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.