Download - PART B

Transcript

MANAJEMEN DAN PENYAKIT SATWA PRIMATA RINGKASAN: PART B. ZOONOSES, BIOHAZARDS, AND OTHER HEALTH RISKES

Oleh:ALIYAHNUR ROSIDA (1209005092)

KELA: A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANUNIVERITAS UDAYANADENPASAR2015

PART B. ZOONOSES, BIOHAZARDS, AND OTHER HEALTH RISKESII. Viral Diseasea. Hemoragic Fevers1. Infeksi Marburg VirusAtau vervet or greenmonkey disease disebabkan oleh marburg virus. Data mengenai epidemiologi penyakit ini belum lengkap. Penyakit ini dapat menyerang orang yang meneliti jaringan dan darah hewan terinfeksi. Hemoragic syndrome hanya ditemukan pada manusia dan primata. Pencegahan: pelaksanaan biosafety level 4, peralatan penahan dan fasilitas yang direkomendasikan untuk segala aktifitas menggunakan hewan atau manusia yang diduga terinfeksi2. Infeksi Ebola dan Filovirus lainnyaEbola masi terkait dengan marburg virus yang kemudian keduanya diklasifikasikan dalam famili virus baru yakni filovridae dan genus filovirus. Ebola virus mengakibatkan angka mortalitas yang tinggi (30-60%) pada manusia dan ras monyet dengan menyebabkan hemorragic fever yang intense dan disertai shock. Pada manusia penyakit ini terjadi dengan cepat dan biasanya ditandai dengan keletihan yang parah, pusing, demam tinggi, otot dan sendi sakit, dan sakit tenggorokan. Selain itu beberapa pasien juga mengalami conjunctivitis, jaundice, abdominal pain, dan ruam pada kulit. Pada monyet, rasa sakit bisanya berupa demam, depresi, koma dan mati. Pada pemeriksaan postmortem, monyet mengalami pendarahan dihati dan organ lainnya serta pada rongga tobuh yang disertai cairan. Pencegahan: pelaksanaan biosafety level 4, peralatan penahan dan fasilitas yang direkomendasikan untuk segala aktifitas menggunakan hewan atau manusia yang diduga terinfeksi, diantaranya darah, urine, respiratory dan sekret pada tenggorokan, semen serta jaringan.3. Simian Hemmoragic FeverDisebebkan oleh filovirus dan belim ditemukan kasus pada manusia, namun di katakan kontak dengan monyet terinfeksi menunjukan gejala konservasi serum asimtomatik. Berpotensial dengan manusia yang terifeksi virus yang menyerang primata. Virulensi yang ekstim dapat menyebabkan kematian akibat penyebaran koagulopati intravasculer selama 3 hari setelah gejala klinis. Ini termasuk epiktasis, ecchymiosis, ataxia, anorexia, dan lethargy. Faktor koagulasi abnormal dengan produk degradasi fibrin menjadi indikator awal penyakit, yang diikuti dengan elevasi enzim hati, lactate dehydrogenase, y-glutamyl-transferase, dan aspartate aminoftransfertase, dan tingginya urea nitrogen pada darah akibat tersumbatnya kreatinin pada ginjal. Pencegahan: setiap macaca yang mengalami ecchymoses dan mati tiba tiba harus diduga terjangkit SHF. Prosedur biosafety level2, digunakan untuk proteksi terhadap hewan lain dan personil harus mengikuti prosedur khusus dalam mengakses kontrol, melakikan isolasi, dan penanganan sampai diagnosa dikonfirmasi4. Yellow FeverDisebabkan oleh RNA flavivirus yang di transmisikan oleh nyamuk aedes spp. penyakit ini masi menjadi permasalahan utama dalam kesehatan public didaerah tropis yang banyak terdapat primata. Infeksi virus ini pada monyet afrika rupanya sering terjadi pada monyet muda dengan penyakit yang ringan dan immunitas perkembang. Di new york penyakit ini ditandai dengan demam, anorexia, muntah, urin kuning kehijauan, albuminuria dan jaundice. Kasus pada manusia hampir sama degan kejadian pada monyet di new york. Pencegahan: tingkat keparahan penyakit sangat bervariasi antar spesies, namun sebagian besar primata rentan terhadap yellow fever. Oleh sebeb itu, penting untuk pemberian sertifikat pada monyet mengenai daerah asal mereka apakah berasal dari daerah bebas yellow fever, sudah pernah dites, lampiran bebas nyamuk, atau sudah tervaksin agen yellow fever. Biosafety level 3 disarankan untuk penyakit ini.5. DengueDisebabkan oleh arbovirus yakni flavivirus dimana virus ditransmisikan melalui gigitan nyamuk aedes spp. Manusia dan primata adalah host natural. Pencegahan: sejak monyet dikatakan sebagai host alami, dan penyakit menjadi endemis disekitar habitat, setihap primata yang baru diimpor dapat menjadi penyebab infeksi pada manusia.kandang dan tempat khusus karantina, harus memiliki mosquito-proof screening, kontrol ketat terhadap srangga, yang dilengkapi sinar ultraviolet untuk menjebak serangga dalam kandag. Selain itu control serangga harus dilakukan dengan pengawasan taman disekitar kandang dimana harus terbebas dari kaleng, wadah dan sampah lain yang dapat menampung air.b. Herpes Infections1. Herpesvirus SimiaeDiketahui sebagai herpes B virus, B virus, simian B virus, cetcopithicid herpesvirus, dan cercopithecine herpesvirus 1. Infeksi primer dari firus ini pada macaque ditandai dengan ginggovostomatitis dengan ciri-ciri lesi mukosa tapi dapat terjadi tanpa tanda. Sehingga tidak adanya lesi pada oral tidak dibenarkan untuk merenggangkan biosafety standar dalam menangani macaques. Sehingga, kehadiran lesi tersebut mengamanatkan kepatuhan yang paling ekstrim untuk pedoman penanganan.c. Viral Hepatitis Infection2. Hepatitis BDisebabkan oleh uman hepadnavirus (HBV), yang dapat menginfeksi manusia, kera dan simpanse.transmisi dari HBV dapat ditemukan didarah, salifa, semen, cairan serebrospinal, dan urin dengan inoculasi parenteral, cairan yang keluar dari membran mucus dan kontak dengan paparan kulit yang rusak. Stratus hepatitis B sejara individu dapat ditentukan dengan pembuatan tes serologi seperti, HbsAg, Anti-HBs, dan Anti-HBc. Pencegahan: Biosafety level 2 sudah memenuhi syarat untuk menahan antigent. Pemberian injeksi vaksin secara bertahap juga dapat dilakukan pada manusia dan simpanse3. Hepatitis CVirus ini dipisahkan menjadi hepatitis C virus (HCV), tetapi berhubungan antara flafivirus dan pestivirus, daengan hog cholera virus yang bisa jadi memiliki kaitan yang sangat dekat. Ilmuan konservasi menyarankan dalam mendiagnosis infeksi hepatitis c pada kasus NANBHbapakah positif antibodi HCV (anti-HCV) atau dengan polymerase chain reaction (PCR). Pencegahan: penggunaan perosedur dan fasilitas biosafety level 2 sudah cukup.4. Hepatitis DDelta hepatitis disebabkan oleh cacat, tidak komplitnya susunan DNA virus (HDV) yang memerlukan keberadaan dari hepadna virus antigent untuk bereplikasi. Pencegahan: Biosafety level 25. Hepatitis EHepatitis E virus, telah terisolasi, diklasifikasikan sebagai enterovirus dan secara eksperimental menular ke owl monkeys, cynomolgus monkey, dan tamarin. Pencegahan: Biosafety level 2.6. Callitrichidae HepatitisTanda dan gejala hepatitis callithrichid (CH) klinis tidak spesifik dan termasuk dyspnea, anoreksia, lemah, lesu, dan, sering, prostariom dan kematian. Temuan post-mortem termasuk penyakit kuning, pleura nonsanguinous dan efusi perikardial, subkutan dan perdarahan intramuskular, dan hepatospenomegaly. Lesi hati mikroskopis meliputi pembengkakan hepatoseluler dan nekrosis dengan intraseluler inklusi badan acidophilic dan infiltrasi ringan pada sel inflamasi.Pencegahan: Tingkat Biosafety 2 praktek, penahanan, peralatan, dan fasilitas yang direkomendasikan untuk semua kegiatan yang menggunakan cairan yang diketahui atau berpotensi menular tubuh atau jaringan dan hewan yang diketahui atau berpotensi terinfeksi LCMV, hal yang sama berlaku untuk virus CH. LCMV mungkin ada dalam darah, cairan serebrospinal, urine, sekresi nasofaring, kotoran, dan jaringan hewan yang terinfeksi dan orang. Perenteral inhalasi inokulasi, dan kontaminasi pada membran mukosa atau kulit yang rusak dengan jaringan atau cairan dari hewan yang terinfeksi menular bahaya umum, dan transmisi aerosol dari LCMV didokumentasikan dengan baik. Infeksi laboratorium terkait terkait dengan LCMV- terinfeksi tikus didokumentasikan dengan baik, dan infeksi yang terjadi secara alami terjadi pada primata non (CDS / NIH, 1988) manusia. Dua dokter hewan kebun binatang yang peduli untuk CH terinfeksi callitrichids (setidaknya salah satu di antaranya digigit oleh hewan yang terinfeksi) ditemukan seropositif untuk CHV, tetapi tidak ada riwayat penyakit klinis setelah terekspos.d. Retoviral DiseaseRetrovirus diklasifikasikan sebagai tipe B, C dan D onkovirus, virus berbusa, dan lentivirus. Semua Aare penting pada primata non manusia, kecuali tipe B yang diwakili oleh mouse mammary virus tumor (Desrosiers, 1988).Tipe C onkovirus. Sertakan murine, kucing, dan leukemia burung dan virus sarkoma. T virus leukemia sel manusia (HTLV-I dan II) rekan simian mereka (STLV-I), dan virus sapi leukemia dari sub kelompok yang berbeda dari jenis oncoviruses.type C oncovirus partikel yang ditunjukkan oleh mikroskop elektron pada jaringan neoplastik dari siamang (Hylobates lar). Dengan lymphosarcoma spontan dan fibrosarcoma alami dalam wol monyet (lagothrix spp) inokulasi intradermal eksperimental monyet wolly ini berasal sarkoma simian virus yang dihasilkan juga dibedakan fibrosarcoma di marmoset (Rabin, 1978).Prototipe onkovirus tipe D adalah Mason-Pfizer monyet virus, yang diisolasi dari monyet rhesus pada tahun 1969 (chopra dan Mason, 1969). Kategori ini termasuk virus feline leukimia dan kera retrovirus tipe D yang dapat menghasilkan infeksi subklinis dan tumor perlahan berkembang, serta imunosupresi. Simian retrovirus (SRV) telah dikaitkan dengan kerusakan kekebalan dan kronis, sindrom wastin sekarang disebut SAIDS, infeksi oportunistik, necrotizing gingivitis, dan fibromatosis retroperitoneal (Daniel et al, 1984;.. Desrosier et al, 1985;. Marx et al, 1984, 1985;. Stromberg et al, 1984.Pencegahan: transmisi adalah dengan inokulasi parenteral, paparan tetesan selaput lendir, dan eksposur kontak kulit rusak; Oleh karena itu, biosafety level 2 direkomendasikan untuk penanganan monyet dengan infeksi SIV. Namun, biosafety level 3 praktik dan peralatan yang direkomendasikan untuk bekerja dengan virus dimurnikan dan kultur limfosit atau jaringan dari hewan yang terinfeksi SIV dan HIV-1 atau HIV-2 (CDC, 1987c). pedoman tambahan untuk meminimalkan potensi risiko penularan SIV untuk pekerja laboratorium dan hewan penangan telah dirumuskan (lairmore et al., 1989).e. Poxvirus InfectionMonkeypox epidermal jinak, juga dikenal sebagai OrTeCa, disebabkan oleh virus identik dengan agen penyebab tanapox pada anak-anak Afrika (Downie et al., 1971) dan serologis terkait dengan virus yang menyebabkan penyakit yaba-seperti pada hewan (YLD) (whitney, 1976). Penyakit yang disebabkan oleh dua agen ini ditandai dengan beberapa mengangkat plak epidermal, hingga 1,5 cm. Meskipun infeksi yang disebabkan oleh virus ini akan menyebar melalui koloni monyet rentan, yang tidak mengancam kehidupan dengan binatang. Infeksi ini penting, namun, karena mereka dapat menghasilkan penyakit pada hewan menghubungi Personil. Selama satu wabah YLD di koloni monyet, 11 penangan menjadi terinfeksi. Monyet-monyet yang dikembangkan tidak ada gejala lain selain 2-4-cm, berpusat lembut, seperti tumor kulit lesi. Penyakit berlari itu saja dalam waktu sekitar 2 minggu. Di sisi lain, pada orang yang terinfeksi, yang semuanya diikuti trauma-monyet yang terkait, lesi kulit disertai dengan limfadenopati dan demam tinggi (lambung, 1969a). Pencegahan: Tingkat Biosafety 2 tindakan pencegahan yang direkomendasikan. Semua penularan penyakit poxvirus simian dari primata non manusia untuk penangan mereka, di settting laboratorium, telah dengan tidak sengaja jarum suntik; injeksi intradermal eksperimental; dan gigitan, goresan, atau trauma lainnya. Namun, arasol trasnmmision eksperimental virus yaba telah dilaporkan (Griesemer dan awak, 1973).f. Infeksi Virus Lainya1. Measles dan InfluenzaInfeksi campak di monyet, seperti yang ditunjukkan oleh infeksi eksperimental,menyajikan berbagai sindrom klinis, mulai dari pengembangan asimtomatik titer serologi positif untuk sindrom klinis demam, leucopenia,konjungtivitis, bintik-bintik pada mukosa bibir dan buccal, dan, akhirnya, ruam merah maculopapular yang meliputi sebagian besar permukaan anterior tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa monyet rhesus dari india bebas campak di habitat asli mereka, tetapi sering semua anggota grup baru impor akan menunjukkan bukti serologiatau klinis infeksi dalam beberapa minggu setelah impor (Hall et al., 1971). Hipotesis ini menyatakan bahwa penyakit ini sangat menular yang ditransmisikan melalui aerosol, tersebar di seluruh koloni hewan yang baru diambil dari satu atau lebih hewan yang terinfeksi oleh pemaparan manusia. Campak merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas monyet baru impor (Whitney, 1976) Pencegahan: ada dan tidak adanya kasus yang dilaporkan penularan virus campak atau influenza kepada orang-orang dari human non primate, tetapi ada bukti bahwa virus melewati manusia ke binatang. Vaksin yang efektif tersedia untuk campak, gondok, dan influenza, yangsemuanya dapat ditularkan dari manusia ke non human primate, dan sebaliknya; oleh karena itu, semua orang yang memiliki kontak dengan primate harus diimunisasi terhadap agen ini sehingga mereka tidak menginfeksi peneliti.2. Infeksi PicornavirusVirus yang merupakan keluarga Picornaviridae termasuk virus polio, coxsackievirus,enteroviruses, dan rhinovirus. Kerentanan non human primate terhadap virus Polio dilaporkan pada tahun 1909, dan penggunaan monyet dan jaringan mereka untuk pengembangan dan produksi vaksin polio bertanggungjawab atas Impor non human primate sebelum persediaan pembiakan domestic menjadi tersedia. Secara alami terjadinya polio telah terlihat di liar dan tawanan rombongan simpanse (Douglaset et.Al, 1970; Guilloud et al., 1969), dan infeksi coxsackievirus dari bayi simpanse yang lahir telah dilaporkan (Kellyet al., 1978). Rhinovirus manusia telah ditemukan alami dalam simpanse dan telah dipelajari dalam spesies ini dan pada gibbons (Dick dan Dick, 1968. Pinto et al., 1972). Pencegahan: langkah-langkah pencegahan, selain prosedur biosafety level 2, tergantung pada model penularan setiap agen, pencegahan enterik dengan penyebaran fecal-oral dan pencegahan terhadap pernapasan bagi mereka yang potensial melalui erosol.3. Infeksi ArbovirusArbovirus, atau artropoda-borne virus , termasuk demam kuning dan demam berdarah, yang dibahas potensial biohazard sebagai virus demam. Banyak kasus telah ditemukan dan dipelajari di non human primate ,termasuk chikungunya, yang dipelihara dalam vervet monyet dan Babun dan ditularkan melalui gigitan lalat dan nyamuk (DeMoor dan Steffens, 1970;McIntosh et al., 1978); penyakit kyasanur menyebar melalui kutu di india (Rajagopalan dan Anderson, 1971). Pencegahan: Biosafety tingkat 3 atau 4 dianjurkan untuk kegiatan penelitian dengan arboviruses ini karena menunjukkan potensi tinggi untuk infeksi laboratorium dan konsekuensi parah jika infeksi terjadi (CDC/NIH, 1988).4. RubellaRubella adalah togavirus yang ditularkan dari ibu ke janin dan menyebabkanaborsi atau cacat pada janin pada non human primate, seperti halnya pada manusia; itu juga dapat berakibat fatal pada hewan muda. Oleh karena itu, keprihatinan dalam fasilitas primata bukanlah potensi zoonosis rubella, tapi potensi penanganan untuk membawa infeksi ke hewan. Pencegahan: optimal, semua orang harus diimunisasi terhadap virus rubella untuk keseluruhan kesehatan masyarakat dan, minimal, semua pekerja kesehatan, termasuk penelitian yang terlibat menggunakan non human primate harus telah mendokumentasikan bukti yang memadai imunisasi pengujian serologi atau vaksinasi. Diagnosa rubella tidak dapat diandalkan dan tidak harus dipertimbangkan dalam menilai status imun. Orang-orang yang tidak memiliki titer antibodi pelindung harus diimunisasi. Satu kontraindikasi untuk imunisasi adalah kehamilan atau injeksi ISG terakhir (dalam 3 bulan)(CDC, 1991a).5. Infeksi RhabdovirusVirus rabies dan vesicular stomatitis virus adalah Rhabdovirus keduanya telahditemukan alami pada non human primate. Ada 10 kasus yang didokumentasikan pada simian rabies yang dilaporkan di Amerika Serikat dari 1929 hingga 1970, tetapi rabies mungkin lebih sering pada non human primates (Richardson dan Humphrey, 1971). Rabies tetap endemik disemua negara yang non human primates yang telah diimpor. Pencegahan: jaringan dan ekskresi hewan secara alami atau eksperimental terinfeksi merupakan sumber potensial dari paparan; titer tertinggi dalam sistem saraf pusat, kelenjar ludah, dan air liur. Pra vaksinasi Exposure harus ditawarkan kepada individu yang bekerja dengan primata yang baru dilaporkan di karantina dan dianjurkan bagi mereka yang bekerja dengan virus rabies atau hewan yang terinfeksi dikenal. Terkadang parenteral inokulasi, luka atau tongkat dengan peralatan laboratorium terkontaminasi, gigitan dari hewan yang terinfeksi, dan eksposur pada membran mukosa atau kulit rusak tetesan infeksi jaringan atau cairan adalah cara yang paling mungkin dari paparan. Luka harus dicuci dengan air sabun dan luka tusukan yang dalam memerah melalui kateter; kauter dan penjahitan tidak dianjurkan.6. Infeksi AdenovirusAdenovirus Simian telah dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan (Boyce et al., 1978). Virus ini belum penting zoonosis utama, tapi ada satu laporan infeksi pada manusia dengan adenovirus simian yang menggambarkan potensi sumber infeksi laboratorium disengaja. Seorang teknisi, mencoba untuk menghapus obstruksi yang berkembang di jarum pada jarum suntik yang penuh dengan SV23 selama serangkaian inokulasi hewan, disemprotkan setetes virus ke mata salah satu operator. Konjungtivitis parah dikembangkan, menyebar ke mata lainnya, dan bertahan selama 5 minggu, tapi pemulihan adalah lengkap tanpa gejala sisa (Hull, 1969a). Pencegahan: kecelakaan yang baru saja dijelaskan memperkuat rekomendasi untuk memakai kacamata, kacamata, atau pelindung wajah saat menangani agen infeksi. Hal ini juga menekankan pentingnya selalu memiliki spons alkohol, steril kapas bola, atau kain kasa sekitar ujung jarum pada jarum suntik bahan menular, bahkan untuk menekan keluar gelembung, saat berolahraga sangat hati-hati untuk mencegah jarum suntik, yang paling umum kecelakaan laboratorium.7. Infeksi PapovirusPapovavirus seperti partikel yang ditemukan di jaringan yang diambil dari lesi mukosa mulut hiperplasia epitel fokus dalam simpanse. Ini mencolok ketinggian nodular ditemukan terutama pada mukosa bibir, namun juga hadir pada mukosa bukal dan lidah. Dalam wabah dijelaskan, lesi ditemukan di 16 dari 45 simpanse diperiksa. Pada saat yang sama, beberapa pengasuh hewan melaporkan kutil (verucca vulgaris) pada buku-buku jari jari yang kadang-kadang digigit oleh simpanse muda. Karena papilomavirus yang menyebabkan kutil manusia adalah papillomavirus dari papovaviridae keluarga, berspekulasi bahwa keduanya berhubungan, tapi ini tidak dikonfirmasi (Hollander dan Van Noord, 1972). Pencegahan: Jika, memang kutil manusia terkait dengan lesi oral simpanse, harus mengenakan sarung tangan mencegah penyebaran virus. Jika pengasuh terbiasa untuk memiliki simpanse menggigit jari mereka menderita konsekuensi tidak lebih serius daripada kutil, mereka beruntung karena meskipun kecil primata non manusia seperti monyet tupai dan marmoset dapat menimbulkan luka gigitan serius.8. Spongioform Enchepalopathy Atau PrionsAgen kausatif dari spongiform encephalopathy dikenal sebagai penyakit Creutzfeldt-Jakob dan penyakit Kuru pada Manusia, scrapie pada domba dan lainnya diklasifikasikan oleh mereka (Brown et al.1984). Mereka memiliki masa inkubasi yang sangat lama yang berkisar dari bulan hingga decade sehingga telah dikenal sebagai virus lambat atau virus slebor/tidak konvensionil dan baru-baru ini prion. Nama ini diambil dari partikel infeksius yang menyerupai protein yang ditemukan pada jaringan otak terinfeksi oleh scrapie (Prusine 1982). Agen ini sangat resisten pada sterilisasi standar : aseton, alcohol, hipoklorida, iodine, peroxide, permanganate,foemaldehid,glutaraldehid,ethylene oksida, propiolactone, nuclease, deterjen, protease, radiasi ultraviolet, energy ultrasonic,atau eversteam autoclave selama kurang dari satu jam (Brown et al.,1982 Chatigny,1989;Chatigny dan Prusiner,1980). Agen pada manusia telah ditulakan kepada beberapa spesies dari nonhuman primates dengan injeksi intramuscular (Gibbs dan Gadjusek,1976)tapi tidak ada kasus yang dilaporkan mengenai infeksi pada manusia yang bekerja dengan mereka. Pencegahan: Kondisi biosafety level 2 dan pencegahan universal direkomendasikan untuk menangani non human primates yang teinfeksi prion.III. Bacterial Diseasea. Infeksi Sistemik1. TuberculosisDisebabkan oleh bacillus tahan asam M.tuberculosis, tapi banyak strain berbeda yang telah ditemukan, termasuk M.bovis (Renner dan Bartholomew,1974), M.avium (Smith et al.,1973), M.kansasi (Valerio et al.,1978), M.scrofulaceum (Renquist and Potkay,1979), and M.intracellulare (CDC,1973). Infeksi Tuberkulosis utamanya didapat dari aerosol hingga rute respirasi atau rute pencernaan. Sebagai tambhan untuk potensi dari exsposure melalui rute umum ini, pekerja laboratorium memiliki potensi untuk kontak dengan darah, dahak, ekskresi, cairan cerebrospinal, eksudat dari lesi dan jaringan dari hewan terinfeksi. Karena tuberculosis dapat ditularkan lewat darah, prosedur penyuntikan yang sembarangan atau kegagalan untuk sterilisasi barang-barang seperti jarum tattoo dan thermometer antar hewan dapat menyebabkan berakhir dengan penyebaran penyakit dalam koloni (Whitney,1976). Bacillus tuberculosis bahkan mungkin bisa bertahan hidup pada pembaluran fiksasi panas (Allen, 1981) dan jaringan yang difiksasi dengan formalin yang tidak sesuai. Pencegahan : pencegahan dari exsposure adalah kepentingan mendasar untuk mengontrol tuberculosis pada fasilitas primate. Karantina dari hewan yang dating ke fasilitas harus cukup panjang untuk mendeteksi infeksi apapun yang baru didapat yang belum memproduksi respon hipersensitifitas yang terlambat pada host. Bahkan hewan yang ditransportasi dari sati koloni stabil kelainnya dapat terexspose pada saat perjalanan dan harus dikarantina dengan tes tuberculin setiap 2 minggu selama 90 hari sebelum digabungkan dengan koloni stabil baru. Koloni hewan stabil harus di tes tuberculin setiap triwulan (Henrickson,1984).2. LeprosyPenularan leprosy dari manusia ke manusia telah dilaporkan menyusul kecelakaan atau tidak disengaja mengenai penyuntikan pada operasi (Marchoux, 1934) dan penggunaan jarum tattoo yang dianggap terkontaminasi (Parit dan Olsen, 1947). Organisme terinfeksi dapat ditemukan pada jaringan dan eksudat lesi dari individu terinfeksi. Karenanya, hewan terinfeksi dapat menjadi ancaman atau resiko untuk pawing hewannya dan kegagalan untuk mensterilisasi alat-alat antar hewan dapat menyebabkan infeksi antar mereka. Pencegahan : praktek pengurungan dan biosafety level 2 direkomendasikan perhatian khusus harus dilakukan untuk mencegah penularan tidak disengaja dari exsposure kulit dan membrane mukosa pada materi terinfeksi, dan kehati-hatian ekstrim harus dilakukan ketika menggunakan alat-alat tajam terutama jarum ketika bekerja dengan hewan terinfeksi.3. SalmonellosisSalmonellosis adalah penyakit sistemik, infeksius gram (-) bentuk batang dapat ditemukan bukan hanya pada feses tapi juga pada darah dan urine. Kondisi asimptomatik carrier ada pada human primates dan juga non human pimates, jadi epertinya hewan sehat bisa melisiskan bakterinya dan stress mungkin mempercepat aktif kambuhnya penyakit (Whitney, 1976). Penting untuk diingat bahwa hewan yang mengalami diare berkaitan dengan salmonella, dengan atau tanpa demam, tidak hanya untuk bertahan hidup tapi berkembang biak untuk periode yang cukup lama di dalam materi organic lembab adalah sifat epidemiologi yang penting. Dimana hewan disimpan pada kandang ternak luar atau alas digunakan, potensi untuk kontamiasi dari tanah dan vegetasi/tanaman harus menjadi pertimbangan penting.Pencegahan : praktek biosafety level 2, pengurungan, dan fasilitas dengan pencegahan enteric disarankan. Vaksin thypoid yang dilisensi mungkin berguna untuk orang yang biasa bekerja dengan budaya atau material/bahan yang diketahui mengandung S.thypi (Blaser et al., 1980 a,b); tapi tidak disaran kan pada individu untuk bekerja dengan menggunakan non human primates.4. TetanusClostridium tetani adalah bakteri aerobic, gram (+), bacillus bentuk spora yang menyebabkan tetanus dengan memproduksi eksotoksin yang kuat dan sangat toksik untuk manusia dan hewan ketika terbentuk dan masuk ke jaringan atau ketika diinjeksi. Organisme tersebut ditemukan pada tanah dan traktus intestinal dari manusia dan hewan lainnya. Tetanus merupakan penyebab mayor pada kematian koloni monyet yang hisup bebas/liar di Cayo Santiago, Puerto Rico, sebelum program imunisasi dikembangkan. Pencegahan : Organisme tetanus ada dimana-mana. Jadi sangat direkomendasikan pada semua orang diharuskan melakukan vaksinasi. Karena potensi untuk mendapat luka tusuk terkontaminasi dari gigitan dan cakaran lebih besar dari bekerja dengan menggunakan hewan primate daripada pekerjaan lainnya, riwayat personil/pekerja harus menunjukkan bahwa semua pekerja telah mendapat satu set dengan tiga dosis imunisasi tetanus utama/dasar diikuti dengan booster setiap 10 tahun. Riwayat terbaru harus tersedia dan diberikan pada professional tenaga medis yang merawat luka dari pekerja sehingga perawatan tetanus yang sesuai dapat diberikan.5. Infeksi Bakteri lainnyaNeisseria gonorrheae dan N.meningitidis adalah patogen manusia yang telah diketahui berpotensi bahaya untuk pekerja laboratorium. Keduanya telah ditemukan alami dan hasil eksperimen pada simpanse. Pencegahan: agen-agen ini mungkin ditemukan eksudat pada konjungtiva, uretra dan servical; cairan synovial; urin; feses; dan cairan cerebrospinal. Inokulasi pada parenteral tidak disengaja dan kontak langsung dan tidak langsung dari membran mukosa dengan materi klinis terinfeksi adalah bahaya laboratorium utama, sehingga pencegahan universal dibawah kondisi biosafety level 2 harus diamati. Pseodomonas pseudomallei endemik pada asia tenggara dan mungkin ditemukan ditempat lain sebagai flora normal di tanah dan air. Banyak penduduk asli pada area ini mempunyai infeksi subklinis. Namun dapat menimbulkan penyakit parah dan sering fatal ditandai abses menyebar atau lokal pada manusia dan hewan. Melioidosis telah dilaporkan pada spesies makaka(m.mulatta, m. arctoides, m. nemiestrina). Pada orang utan di australia dan pada satu simpanse. Ciri mencolok dari melioidosis adalah mungkin tidak terlihat gejala secara klinis hingga berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah individu meninggalkan area endemik penyakit. Satu grup monyet yang terinfeksi telah berada diamerika serikat selama 6 bulan hingga 3 tahun sebelum penyakit menunjukkan gejala klinis. Sumber infeksi pada simpanse usia 4 tahun belum ditentukan. Namun, dihipotesanya bahwa organisme ditularkan oleh pawang hewan yang juga mengurus makaka yang terinfeksi dalam koloni yang sama. Pencegahan: P. psudomallei mungkin ditemukan pada dahak, darah, eksudat luka, dan bermacam-macam jaringan, tergantung pada tempat lokalisasi dari infeksi. Sarung tangan atau glove menangani dan saat nekropsi dari hewan terinfeksi dan ketika kontak langsung kulit dengan barang atau materi infeksi adalah mungkin.b. Gastroimtestinal Bacterial Infecrions1. ShigellosisInfeksi dengan gram negatif bersilus tidak berspora dari shigella spp. sangatlah umum diantara primata non human pada penangkaran spesies yang sering ditemukan adalah s. flexneri, tapi s. sonnei, s. boydii, dan s. dysenteriae telah diisolasi. Shigellosis adalah penyebab diare yang paling sering diidentifikasi pada hewan-hewan tersebut dan penyakit zoonosis penting. Shigellosis akut pada primata non human sering fulminan dan fatal. Ditandai dengan diare bermukus dan berdarah, tiarap edema pada wajah dan leher, kekurusan dan sering prolaps dari rektum . hewan yang sembuh sering tetap menjadi carrier asimtomatik dan, meski mereka mungkin memiliki kultur fese negatif, mereka mungkin memiliki masa akut ketika stress. Pencegahan: fasilitas dan praktek animal biosavety level 2 direkomendasikan untuk aktivitas dengan hewan terinfeksi dengan alami dan eksperimen. 2. ChampylobacteriosisCampylobateriosis adalah penyakit enterokolitis dengan sedang hingga parah disebakan oleh campylobacter spp. yang merupakan gram negatif kecil tidak membentuk spora tipis , berlengkung spiral, bakteri berbentuk batang. Anggota paling penting dari genus ini c. jejuni berbentuk motil dengan flagella polar tunggal yang dulunya klasifikasi fibrio dan sekarang dikenal sebagai helicobacter. Penularan biasanya dari rute oral dan organisme campylobacter dan terdapat hewan laboratorium, termasuk primata non human, hewan peliharaan, unggas dan susu; mereka dapat bertahan hidup bahakan pada air mengalir 60 C. infeksi C. jejuni pada manusia telah dihubungkan pada hewan peliharaan dan penularan pada primata laboratorium telah dilaporkan tetapi tidak didokumentasikan dengan lengkap. Pencegahan: praktisi praktek fasilitas biosafety lavel 2 dengan pencegahan enterintik direkomendasikan untuk tinggal dan bekerja dengan hewan yang terinfeksi secara alami maupun dengan eksperimen dengan organisme menular dengan rute fecal oral .3. Bakteri Zoonotic Enteric lainnyaYersinia enterocolitica menyebabkan yersiniosis, penyakit umum pada pencernaan manusia ditandai dengan diare, enteritis, pseudoappendicitis, ileitis, eritema nodosum dan kadang septicemia atau atritis akut. Y.pseudotuberculosis menyebabkan diare dan dapat memproduksi mesenterik limpadenitis. Organisme gram negatif ini ovoid tidak berkapsul hingga berbentuk batang sulit diisolasi pada kultur rectal rutin. Dan mungkin tidak disadari, tapi mereka ditemukan pada usus dan limfonodus dari primata sakit maupun sehat termasuk manusia. Penyakit spontan berhubungan dengan kedua yersinia spp. dilaporkan pada kelompok dari beberapa spesies primata dan non human. Pencegahan: praktisi praktek fasilitas biosafety lavel 2 dengan pencegahan enterintik direkommendasikan untuk tinggal dan bekerja dengan hewan yang terinfeksi secara alami maupun dengan eksperimen dengan organisme menular dengan rute fecal oral.c. Respiratory Bacterial InfectionYersinia enterocolitica menyebabkan yersiniosis, penyakit umum pada pencernaan manusia ditandai dengan diare, enteritis, pseudoappendicitis, ileitis, eritema nodosum dan kadang septicemia atau atritis akut. Y.pseudotuberculosis menyebabkan diare dan dapat memproduksi mesenterik limpadenitis. Organisme gram negatif ini ovoid tidak berkapsul hingga berbentuk batang sulit diisolasi pada kultur rectal rutin. Pencegahan: praktisi praktek fasilitas biosafety lavel 2 dengan pencegahan enterintik direkommendasikan untuk tinggal dan bekerja dengan hewan yang terinfeksi secara alami maupun dengan eksperimen dengan organisme menular dengan rute fecal oral.IV. Spirochetal DiseaseAgen kausatif dari sivilis (T.pallidum) yaws (T. pertenue) dan pinta (T. carateum). Sivilis memiliki karakter karakteristik lesi primer (chancre) pada tempat yang infeksi, diikuti oleh erupsi kulit granulomatous sekunder; penyakit tersier mungkin berkembang setelah bertahun tahun lamanya dalam sistem saraf pusat atau organ apapun. yaws adalah penyakit tropis ditandai dengan lesi cutaneus primer, diikuti lesi kulit granolomatous dan kadang lesi penghancur lambat atau terlambat dari kulit atau tulang. Borrelia recurrentis, agen causative dari demam kambuh disebabkan dari kutu telah secara eksperimen ditularkan pada monyet c. aethiops dengan inokulasi intraperitoneal dari darah berasal dari pasien manusia. Hewan-hewan ini mengembangkan penyakit febrile kambuh. Pencegahan treponema mungkin ada pada material dikumpulkan dari lesi cutaneus primer dan sekunder dan dalam darah. Inokulasi parenteral tidak disengaja dan kontak dari membran mukosa atau kulit yang rusak dengan materi klinis terinfeksi adalah bahaya utama pada personil laboratorium, kondisi biosafety level 2 dan pencegahan universal direkomendasikan untuk bekerja dengan hewan yang terinfeksi organisme ini.V. Mycoplasmal DiseasaeSecara umum penyebaran mycoplasmas pada hewan dan manusia tercatat dengan baik. 70 strain mycoplasma pada oropharingeal dan urogenital swab dan jaringan pernah dilaporkan pada simpanse dan monyet afrika. Mycoplasma pneumonia utamanya pathogen pada manusia. Pernah dilaporkan terjadi secara alami dan telah diteliti pada monyet rhesus. Ureaplasma urealyticum (T. mycoplasma) adalah mycoplasma yang menginfeksi saluran genital yang menyebabkan abortus dan infertile pada betina dan urethritis pada jantan. Spesies simian dilaporkan termasuk talapoins, patas monkey, maqaqa, squirrel monkey, marmosets dan simpanse. Pencegahan : manusia dan primate non manusia bisa terinfeksi, artinya mereka bisa terancam sebagai resiko biologis dan harus menggunakan biosafety level 2.VI. Ricketsial DiseaseOrganisme ricketsia tergolong pleomorfik, bentuk batang, bakteri gram negative adalah parasit pada kutu, pinjal, dan caplak. Transmisi ke manusia lewat gigitan arthropoda dan menyebabkan thypus, tsutsugamushi, ricketsial pox, rocky mountain spotted fever, Q fever dan penyakit lainnya. Pencegahan : ricketsia ada tidak hanya pada vector arthropoda , tetapi juga pada darah, urin, feses, susu, dan jaringan pada manusia atau hewan sebagai host. Infeksi aerosol dan droplet adalah sumber infeksi paling umum pada laboratory dan penyayang binatang. Jaringan yang terinfeksi oleh Q fever bisa terdiri lebih dari 109 organisme per gram, dan inhalasi pada manusia ID25-ID50 adalah 10 organisme. Bagaimanapun juga biosafety level 2 direkomendasikan untuk prosedur lab.VII. Chlamydial DiseaseChlamidiae berukuran kecil, gram positif, bakteri cocoid yang mirip ricketsia dan di klasifikasikan berdasarkan bentuk sebagai psittacosis-limphogranuloma-trachoma. Secara alami kejadian infeksi Chlamydia pernah dilaporkan pada M. fascicularis di philiphina. Pada nekropsi ditemukan pleuropneumonia dan ulser pada lidah serta mulut. Diagnosis berdasarkan histology dan uji serologi . sel epitel dari ulser pada lidah terdiri dari banyak reticulate bodies, elementary bodies, dan sitoplasmic inclusion bodies berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Chlamydia seperti partikel yang terlihat pada paru-paru. Berdasarkan penelitian, infeksi pernah tampak pada maqaqa dan baboon. Pencegahan : C. psittaci ditemukan pada jaringan, feses, nasal sekresi, darah, sputum dan jaringan individu yang terinfeksi. C. trachomatis ditemukan pada organ genital, bubo dan cairan konjungtiva pada hewan yang terinfeksi . infeksi psittacosis lymphogranuloma venereum dan trachoma berdasarkan sejarah merupakan kelima yang paling sering dilaporkan bergabung dengan infeksi bakteri.VIII. Mycotic DiseasePenyakit jamur tidak umum pada primate nonhuman, tetapi representative pada kebanyakan manusia, mycotic pathogen pernah ditemukan pada satu atau lebih spesies dan menyebar ke manusia. Jamur yang menyebabkan infeksi sistemik adalah aspergillus spp, nocardia caviae, nocardia asteroids, histoplasma capsulatum dan coccidiodes immitis. Organism ini penting karena menyebabkan granulomatous atau supuratif akut/kronis pada saluran pernapasan dan lesi pada tulang yang menyerupai tuberculosis berdasarkan makroskopis dan mikroskopis.Superficial mycotic menginfeksi semua jenis, juga pernah ditemukan pada primate nonhuman. Candida albicans menyebabkan localized thrush pada mukosa genital atau oral pada bayi atau seperti penyakit immunocompromissed pada hewan. Dermathophillus spp menyebabkan dermatitis dengan alopecia yang dapat berkembang menjadi papiloma berkeropeng. Dermatomycocis sebenarnya dimaksudkan ringworm dan athletes foot yang disebabkan oleh microsporum dan trichopyton spp. Keduanya menginvasi pada manusia dan nonhuman primate. Dermathopillosis pada owl monkey pernah dilaporkan. Pencegahan : biosafety level 2 direkomendasikan untuk mencegah penyebaran mycotic disease dari hewan kepada pekerja yang kontak dengan hewan.IX. Parasitic Diseasea. Helmints1. Acanthopalants

Infeksi acanthocephalans pada manusia belum pernah dilaporkan, dan potensi untuk infeksi minimal. Namun, mereka sangat patogen pada semua primata non-manusia dan ditemukan pada kedua spesies New dan Old World species (Middleton, 1966; Moore, 1970). Pencegahan: Intermediet host untuk acanthocephalans adalah kecoak (Whitney, 1976). Mereka termasuk dalam diskusi ini untuk menekankan kebutuhan untuk kontrol hama di perumahan hewan primata.2. Nematodesa. StrongyloidiasisStrongyloidiasis, disebabkan oleh Strongyloides stercoralis, merupakan penyakit parasit manusia yang penting dan signifikan karena sulit untuk mendiagnosa dan memiliki potensi untuk menyebabkan penyakit serius atau bahkan mematikan pada orang yang mengalami imunosupresi, khususnya pada steroid (Neva, 1986). Strongyloides spp pada nonhuman primates adalah parasit yang sangat umum dan sama pentingnya. Transmisi dari kedua spesies strongyle manusia dan primata dari monyet ke manusia telah dibuktikan (Hira dan Patel, 1980; Whitney, 1976).Beberapa pemeriksaan tinja negatif mungkin tidak meyakinkan serta mengesampingkan tingkat rendah infeksi Strongyloides, sehingga tes serodiagnostic telah dikembangkan menggunakan antigen larva enzim terkait immunosorbent assay (ELISA) dan hypersensitivity skin test. Pencegahan: Biosafety Level 2 direkomendasikan untuk hewan peliharaan untuk penelitian strongyles , tetapi perhatian khusus untuk hewan rutinitas peternakan sangat penting. Siklus hidup yang singkat dari strongyles mengamanatkan pembersihan harian limbah tinja dari hewan peliharaan untuk mencegah meningkatnya infeksi oleh larva rhabditiform yang menjadi larva filariform infektif dalam waktu 1 sampai 2 hari. Hewan yang terus berada di lantai yang kotor atau di kandangkan kecenderungan terinfeksi besar karena kemampuan parasit ini berkembang biak dengan cepat dalam jangka pendek, fase hidup bebas.b. EnterobiusHampir semua primata memiliki spesies yang menjadi host spesifik mereka untuk cacing kremi, dan Enterobius vermicularis, cacing kremi pada manusia, lazim ditemukan pada simpanse dan sesekali terlihat pada hewan primata lainnya (Whitney 1976). Mereka sering dianggap komensal yang tidak penting, tapi infestasi berat dapat menghasilkan obstruksi usus pada bayi dan menggaruk dapat menghasilkan trauma yang cukup dengan infeksi lokal subsequen. Infeksi ova parasit ini diendapkan pada kulit penanal, bukan dalam usus. di mana mereka dicampur ke dalam feses. Pengendapan ovum pada kulit perianal dan perineal oleh cacing betina dewasa disertai dengan sensasi tusukan atau gatal yang menstimuIasi host untuk menggaruk daerah tersebut, dengan menggaruk akan menyebarkan ovum dari tangan ke mulut, membuat infeksi ulang, dari tangan ke tangan dengan hewan lain di dekat, atau ke lingkungan. Ova ini, yang tahan terhadap pengeringan dan tetap layak untuk 3 minggu, menjadi tersebar luas di udara dan debu sehingga penularan kepada orang-orang yang masuk ke sebuah ruangan di mana ada hewan yang terinfeksi adalah mungkin.Perlakuan dan kontrol: Biosafety Level 2 dianjurkan dengan perhatian khusus pada peternakan. Pada pasien manusia, pengobatan biasanya tidak diindikasikan karena hubungan parasit biasanya tidak berbahaya, prevalensi tinggi, dan kemungkinan reinfestation. Pemberantasan lengkap cacing kremi dari fasilitas penelitian primata bukanlah tujuan yang masuk akal, tetapi tingkat infestasi dapat dikurangi dengan pengobatan vermifuge yang tepat pada hewan dan sering mencuci kandang.c. OesophagostomumTransmisi ini fecal- oral oleh konsumsi larva infektif, yang menetas pada tinja dalam waktu 48 jam. Setelah konsumsi, oesophagustonum langsung ke mukosa usus dan menyebabkan perkembangan pesat besar, tegas, sering hitam, encapsulated nodules. Pada 5-8 hari nodul ini pecah, dan cacing melarikan diri ke dalam lumen usus dan matang. Pada hewan diimunisasi oleh paparan sebelumnya, cacing dapat tetap berada dalam nodul yang bertahan dan menjadi caseous atau kalsifikasi. Infeksi berat dapat menyebabkan diare, perlengketan, atau bahkan kematian. Lesi menyimpang kadang-kadang ditemukan dalam hati manusia dan ginjal disebut 'helminthomas "(Whitney, 1976). Pencegahan: Biosafety Level 2 dengan tindakan pencegahan enterik dianjurkan.d. Roundworms lainnyaAscaris spp, tidak mungkin untuk menyebar ke orang atau antara hewan di bawah kondisi laboratorium steril karena ovum membutuhkan 4 sampai 5 minggu dalam kotoran untuk mencapai tahap infektif. Namun, kemampuan zoonosis dari Trichuris trichuria, cacing cambuk manusia, telah ditunjukkan oleh transmisi eksperimental ovum dari monyet ke manusia (Horii dan Usui, 1985). Oleh karena itu, cacing gelang lainnya, termasuk cacing tambang (Necaor americ yang kami dan Ancylosroma duodenale), Terniden diminuta, dan Trichostrongylus spp., Semua harus dianggap sebagai zoonosis (Fox ci al., 1984).b. FilariaeFilaroidea dewasa panjang dan ramping yang menyerang jaringan dan rongga tubuh. Larva ditularkan oleh host intermediate arthropoda pengisap darah, dan semua manifestasi penyakit yang disebabkan oleh migrasi larva dan perkembangan mereka menjadi dewasa. Tahap kronis satu jenis filariasis manusia, yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti dan disebarkan oleh nyamuk culicine umum, terkait dengan gajah. Onchocerciasis, penyakit filaria yang ditularkan oleh lalat hitam, merupakan penyebab umum kebutaan di Afrika. Simpanse yang eksperimental terinfeksi parasit ini untuk menguji ivermectin khasiat untuk mengobati penyakit ini.Tidak ada kasus penularan dari nonhuman primate kepada manusia, tetapi cacing ini ditandai karena penelitian epidemiologi di endemik adalah reservoir filariae (Dissanaike 1979 Liat dan Wah, 1978), dan kemungkinan transmisi ada di mana pun hewan dan serangga vektor terinfeksi ditemukan bersama-samaPencegahan: Biosafety Level 2, peralatan penahanan, dan fasilitas yang dianjurkan karena nematoda ini memiliki potensi penularan dari nonhuman primates kepada manusia, program pengendalian arthropoda serangga harus ditekankan, dan penyaringan dan metode lain untuk mencegah kontak vektor dan nonhuman primates harus dilembagakan secara layak.c. CestodesCestoda adalah cacing pita, yang sebagian besar tidak zoonosis karena siklus hidup mereka membutuhkan antara host yang tidak biasanya ditemukan di laboratorium penelitian dan fasilitas hewan. Namun, Hymenolepsis nana, cacing pita kerdil, tidak memerlukan hospes perantara dan bisa menjadi sangat penting dalam fasilitas primata. Hal ini ditemukan pada hewan pengerat, nonhuman primates, dan manusia di seluruh dunia. Autoinfeksi dapat terjadi dari telur menetas dalam usus dan embrio jatuh tempo tanpa meninggalkan host asli. Ova yang terdapat dalam tinja dapat menyebarkan infeksi jika tertelan oleh host lain (Whitney, 1976). Pencegahan: Tingkat Biosafety 2 kondisi dengan sanitasi yang baik dan kontrol kutu sangat penting untuk mencegah penyebaran parasit ini di tempat hewan (Whitney, 1976).d. TrematodesCestoda adalah cacing pita, yang sebagian besar tidak zoonosis karena siklus hidup mereka membutuhkan antara host yang tidak biasanya ditemukan di laboratorium penelitian dan fasilitas hewan. Namun, Hymenolepsis nana, cacing pita kerdil, tidak memerlukan hospes perantara dan bisa menjadi sangat penting dalam fasilitas primata. Hal ini ditemukan pada hewan pengerat, nonhuman primates, dan manusia di seluruh dunia. Autoinfeksi dapat terjadi dari telur menetas dalam usus dan embrio jatuh tempo tanpa meninggalkan host asli. Ova yang terdapat dalam tinja dapat menyebarkan infeksi jika tertelan oleh host lain (Whitney, 1976). Pencegahan: Tingkat Biosafety 2 kondisi dengan sanitasi yang baik dan kontrol kutu sangat penting untuk mencegah penyebaran parasit ini di tempat hewan (Whitney, 1976).e. Protozoa1. MalariaInfeksi cynomolgi P. M. fascicularis dan infeksi brasilianum P. monyet Dunia Baru telah ditularkan kepada manusia oleh nyamuk. Infeksi knowlesi P. monyet telah ditemukan sebagai infeksi alami pada manusia, karena memiliki parasit malaria monyet Afrika. Infeksi laboratorium disengaja serta studi relawan manusia telah membuktikan bahwa P.cynomolgi dapat ditularkan dari primata non-manusia ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi (CDC / NIH, 1988). Pencegahan: Tingkat Biosafety 2 kondisi dengan penekanan khusus pada pengendalian serangga direkomendasikan. Kewaspadaan universal harus diamati ketika menangani hewan yang mungkin memiliki partikel menular dalam darah mereka.2. ToxoplasmosisToksoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar luas pada manusia dan hewan yang lebih rendah, tetapi kasus redovisade infeksi primata non-manusia sedikit. Derimod, babun, chimpanszees, dan M. arctoides havebeen eksperimental terinfeksi, dan infeksi laboratorium terkait havebeen dilaporkan. Pencegahan: Dalam populasi manusia secara umum, transmisi Toxoplasma adalah transplasenta, oleh konsumsi daging matang, atau dengan paparan dua ookista yang umum di tanah yang terkontaminasi kucing kota wajah. Di laboratorium, kontaminasi tinja skulle rute potensi penularan, DERMed Biosafety Level 2 dianjurkan.3. TrypanosomiasisPenyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus Trypanosoma ditandai dengan demam, limfadenopati, edema lokal, dan sering perkembangan dua meningoencephalitis dengan kejang-kejang dan kematian. Prevelention: vektor serangga penyakit Chagas ditemukan di barat daya Amerika Serikat, di tempat lain banyak primata non-manusia yang berhasil dalam fasilitas outdoor dan ada sekitar 80 spesies Amerika Utara Chrisops. Oleh karena itu, Biosafety Level 2 conditioner dengan perhatian khusus pada pengendalian vektor direkomendasikan4. Leishmaniasis

Leishmaniasis, Disebabkan oleh protozoa flagellate Leishmania spp., Apakah disebarkan oleh sandflies dari genus Phlebotomus. Infeksi pada manusia dengan L. tropica menghasilkan lesi kulit nodular diikuti oleh ulserasi lokal; itu adalah penyembuhan diri selama minggu dua bulan. Pemulihan accociated dengan dua infeksi kekebalan, L. donovani menghasilkan kalaazar, infeksi viseral kronis pada manusia. Keduanya ditemukan pada monyet, dan M. mulatta havebeen eksperimental terinfeksi L. tropica dua studi respon imun humoral. Laboratorium Terkait infeksi med organisme Disse havebeen dilaporkan.Pencegahan: Biosafety Level 2 dengan perhatian khusus pada pengendalian vektor dianjurkan. 5. PneumocystisPneumocystis carinii Tampaknya menjadi kosmopolitan; menginfeksi banyak hewan domestik dan peternakan serta primata non-manusia dan manusia. Ini Dikenal dua epidemi menyebabkan pneumonia pada bayi prematur atau lemah, tapi datang ke pusat perhatian sebagai salah satu infeksi oportunistik utama pada pasien dengan AIDS. Hal ini kadang-kadang eh diamati dalam hubungan dengan penyakit pernafasan pada kera dan menyebabkan pneumonia kan pada hewan SOM parah lemah atau imunosupresi. Pencegahan: biosafety level 2 dianjurkan, dan enkeltpersoner immunocompromised shouldnt bekerja dengan hewan Dikenal som terinfeksi P. carinii.6. AmebiasisEntamoeba histolytica menghasilkan disentri kesusahan manusia dan primata non-manusia, tetapi pada monyet dan kera negara asimtomatik mungkin ada. Hewan dengan jenis infeksi bisa lebih berbahaya daripada dem dengan gejala yang jelas. Selvom disentri berdarah Penyebab kekhawatiran, bangku terbentuk tidak. Bentuk trofozoit ditemukan hanya dalam tinja lunak yang rapuh, tetapi kista infektif SOM ditemukan di wajah normal dua pengeringan dan kimia tindakan tahan. Kista ini dapat segera Menular di atau oleh makanan, air, serangga dan fomites dan pese bahaya nyata dua hewan lain dan orang-orang dalam kontak dengan dirinya sendiri. Pencegahan: Tingkat keamanan hayati 2 med srlig perhatian kewaspadaan enterik dan kebersihan yang baik dianjurkan.7. BalantidiasisBalantidium coli, sebuah Ciliata relatif besar yang umum di banyak primata. Terutama simpanse, disebarkan oleh bentuk-bentuk kistik melalui rute fecal-oral. Ini mungkin muncul sebagai komensal normal pada hewan, dan tidak ada kasus penularan zoonosis telah dilaporkan, tetapi menyebabkan disentri parah pada pasien manusia (whitney, 1976). Pencegahan: Biosafety tingkat 2, dengan perhatian khusus khusus untuk tindakan pencegahan enterik, dianjurkan.8. Infeksi Enteric FlagellateTrichomonas spp. Dan Giardia spp. Terjadi dalam jumlah besar dalam saluran usus primata non-manusia (Whitney, 1976). Studi G. lamblia pada anak-anak usia prasekolah menunjukkan bahwa penularan fecal oral oleh kontaminasi kotoran dari jari, mainan, lingkungan adalah sumber utama infeksi pada pengaturan ini. Anak yang terinfeksi sebagai reservoir infeksi endemik dari saudara, orang tua, pekerja penitipan anak, dan teman-teman mereka yang terinfeksi (Pickering et al., 1984). Pencegahan: Tidak ada transmisi zoonosis diketahui, tetapi analogi antara taman kanak-kanak dan fasilitas perumahan primata jelas, dan langkah-langkah pencegahan Biosafety level 2 dan kebersihan yang baik berlaku untuk keduanya.9. CryptosporidiosisCryptosporidiosis spp. Adalah agen patogen diare pada manusia immonologically utuh dan imunosupresi dan primata non-manusia. Sebuah model eksperimental direproduksi untuk mempelajari penyakit ini telah dikembangkan di M. nemestrina (Miller e al., 1990). Penyakit ini biasanya anacute, diare ringan, tetapi memiliki implikasi berat bagi individu immunocompromised dan menjadi infeksi oportunistik pasien AIDS (Wormser, 1985). Pencegahan: Biosafety level 2 dianjurkan. Penyakit menyebar melalui rute fecal-oral hanya dapat dikandung oleh peternakan yang baik dan kebersihan pribadi.f. Kutu dan TungauEktoparasit paling sering ditemukan pada primata non-manusia adalah kutu dan tungau. Mengisap darah dan menggigit arthropoda ini tidak host spesifik dan akan berpindah dari satu hewan berdarah panas yang lain. Keduanya dikenal untuk melayani sebagai vektor penyakit riketsia manusia, misalnya, demam tifus epidemi, yang islouse-ditanggung, dan scrub tifus, yang disebarkan oleh kutu. Tungau paru, Pneumonyssus simicola, menyebabkan acariasis paru pada monyet dan sangat umum di kera. Parasit ini tidak menjadi zoonosis, tetapi dicatat karena lesi kistik kecil kutu ini, ditemukan di seluruh parenkim paru-paru dan khususnya di permukaan, disebabkan oleh TBC. Pencegahan: Biosafety level 2 prosedur yang direkomendasikan untuk mencegah kemungkinan penyebaran kutu dan tungau af dari hewan untuk menghubungi pekerja.X. Allergic DiseaseAlergi terhadap bulu binatang terkenal dan telah diakui tidak hanya di onwers hewan peliharaan tetapi juga pada pekerja laboratorium hewan. Alergi terhadap serbuk dalam sarung tangan karet sekali pakai tidak terbatas pada fasilitas primata, namun tingkat Biosafety 2 persyaratan untuk semua bukan manusia bekerja primata terkait meningkatkan kemungkinan orang telah peka yang dapat mengembangkan dermatitis kontak dengan berbagai tingkat eritema, enderma, dan vasiculation. Pencegahan pakaian pelindung, terutama masker, di tingkat Biosafety 2 tindakan pencegahan dapat mengurangi paparan bulu binatang, tetapi individu dengan reaksi alergi yang tidak dapat dikontrol oleh antihistamin tidak harus bekerja di sekitar hewan yang mereka peka. Dermatitis alergi yang dihasilkan dari penghalang biosafety primer penting menempatkan pekerja yang terkena dampak pada risiko lebih besar untuk paparan banyak organisme, sehingga sarung tangan nonallergic harus disediakan bagi semua orang yang membutuhkannya.


Top Related