Download - PASAR MODAL SYARIAH
RESUME
I. TAMBAHAN
Apakah transaksi saham di Bursa Efek termasuk kategori judi?
Sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia, judi didefinsikan sebagai
permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan. Para ahli
fikih mengkategorikan judi sebagai permainan yang sifatnya zero sum game.
Misalnya, ada 4 (empat) orang bermain kartu dengan taruhan Rp 1.000. Maka
dalam satu kali permainan maka akan ada satu orang pemenang dengan
mendapatkan uang sebanyak Rp 3.000 dan ada tiga orang yang kalah, masing-
masing kalah Rp 1.000 atau total Rp 3.000. Sato orang pemenang akan mendapat
positif Rp 3.000 dan tiga orang yang kalah akan membayar/negative Rp 3.000.
Positif Rp 3.000 kalau dijumlahkan dengan negative Rp 3.000 maka kan
menghasilkan nilai nol (0). Pemain yang kalah jika ingin modalnya balik atau
uang yang diperoleh melebihi modalnya maka dia harus bertaruh lagi (menyetor
uang lagi). Itulah konsepsi dasar dari perjudian.
Berbeda dengan judi, transaksi saham di bursa efek tidaklah bersifat zero
sum game. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahwa transaksi saham di
bursa efek adalah transaksi jual-beli. Oleh karena itu, untung atau rugi seseorang
tidak mengakibatkan untung atau rugi pihak lain (bukan merupakan zero sum
game). Misalnya seorang investor A membeli saham PT Telkom Tbk pada harga
Rp7.000. Selanjutnya, setelah beberapa saat saham tersebut dimilikinya, investor
A berniat untuk menjualnya. Terdapat dua kemungkinan potensi harga jual atas
saham PT Telkom Tbk. tersebut, yaitu bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari
harga belinya.
Pada kemungkinan pertama harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya,
misalnya harga di pasar senilai Rp7.500, maka investor A akan memperoleh
keuntungan (capital gain) sebesar Rp500. Pada transaksi ini, keuntungan yang
diperoleh investor A dari penjualan saham tersebut bukan akibat dari kerugian
lawan transaksinya (pembeli). Pada kemungkinan kedua harga jualnya lebih
rendah dari harga belinya, misalnya diharga Rp6.500, maka investor A akan
menderita kerugian (capital loss) sebesar Rp500. Pada transaksi ini, kerugian yang
diderita investor A dari penjualan saham tersebut bukan akibat dari keuntungan
lawan transaksinya (pembeli).
Berdasarkan deskripsi kedua transaksi tersebut di atas, terlihat jelas bahwa
tidak ada transaksi yang bersifat zero sum game diantara kedua belah pihak
penjual dan pembeli pada transaksi jual-beli saham tersebut.
Apa perbedaan Sukuk, Obligasi Konvensional dan Saham?
Deskripsi Sukuk Obligasi Saham
Prinsip Dasar
Bukan merupakan
surat utang,
melainkan
kepemilikan
bersama atas suatu
aset/proyek
Surat pernyataan
utang dari issuer
Kepemilikan
saham dalam
perusahaan
Klaim
Klaim kepemilikan
didasarkan pada
aset/proyek yang
spesifik
Emiten
menyatakan
sebagai pihak
peminjam
Menyatakan
kepemilikan
terhadap
perusahaan
Penggunaan
Dana
Harus digunakan
untuk kegiatan usaha
yang tidak
bertentangan dengan
prinsip syariah
Dapat digunakan
untuk apa saja
Dapat digunakan
untuk apa saja
Jenis
Penghasilan
Imbalan, bagi hasil,
margin, capital gain
bunga/kupon,
capital gain
Dividen/capital
gain
Underlying
AssetPerlu Tidak perlu Tidak perlu
Apa perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional?
Deskripsi Reksa Dana Syariah Reksa Dana konvensional
PengelolaanDikelola sesuai prinsip
syariah
Dikelola tanpa
memperhatikan prinsip
syariah
InvestasiInvestasi hanya pada Efek
Syariah yang diperbolehkan
Investasi pada seluruh Efek
yang diperbolehkan
Mekanisme
Pembersihan
Harta
Terdapat mekanisme
pembersihan harta Non-
Halal (Cleansing)
Tidak menggunakan konsep
pembersihan harta
Tenaga
Pengelola
Profesional
Wajib dikelola oleh
profesional yang mengerti
kegiatan yang dilarang
berdasarkan prinsip syariah
- memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS)
Tidak perlu profesional yang
mengerti kegiatan yang
dilarang berdasarkan prinsip
syariah dan tidak perlu
memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS)
Apa yang dimaksud dengan Daftar Efek Syariah dan apa perbedaanya
dengan Jakarta Islamic Index (JII)?
Daftar Efek Syariah (DES) adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang ditetapkan oleh Bapepam dan
LK atau Pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK. DES tersebut berisi antara
lain surat negara, sukuk korporasi, saham syariah, unit penyertaan reksa dana
syariah. Saham yang masuk DES terdiri dari saham yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, saham Perusahaan Publik dan saham yang sudah tidak tercatat lagi di
Bursa Efek Indonesia yang memenuhi criteria saham syariah sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bapepam dan LK no.II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan DES.
Sedangkan Jakarta Islamic Index merupakan indeks yang berisi 30 saham syariah
yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang masuk JII dipilih dari
saham saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang masuk DES yang
ditetapkan Bapepam dan LK serta dipilih berdasarkan urutan terbesar dari rata-
rata nilai kapitalisasi dan nilai perdagangan dalam setahun.
II. TAMBAHAN
Bagi investor yang ingin berinvestasi saham dengan prisip syariah, BEI telah
memperkenalkan Jakarta Islamic Index yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli
2000. JII mengacu pada 30 saham yang sektor usahanya memenuhi prinsip
Syariah Islam. Fatwa-fatwa DSN MUI tahun 2004 tersebut mengatur prinsip-
prinsip syariah di bidang pasar modal yang menyatakan bahwa suatu
sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah
apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-
MUI.
Ke -30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Intinya saham-saham yang masuk ke
dalam JII-30 harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali
unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI
pada umumnya terkait dengan kegiatan bisnis, yaitu tidak melakukan kegiatan
bisnis yang terkait: Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi,
Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional. Untuk memilih saham-
saham yang layak menjadi anggota JII, dilakukan seleksi khusus.
Pertama, BEJ memilih kumpulan saham yang memiliki usaha utama yang
tidak bertentangan dengan syariah islam. Saham ini harus sudah tercatat di
BEJ lebih dari 3 bulan, kecuali jika saham itu masuk dalam kelompok 10
saham dengan kapitalisasi pasar terbesar.
Kedua, BEJ memilih saham yang memiliki rasio kewajiban terhadap
aktiva tidak melebihi 90%, berdasarkan laporan tahunan atau semesteran
terakhir.
Ketiga, mereka memilih 60 saham dari saham-saham itu yang memiliki
rata-rata kapitalisasi pasar terbesar dalam setahun terakhir.
Keempat, akan diseleksi lagi 30 saham dari saham-saham tadi yang
memiliki nilai likuiditas perdagangan reguler rata-rata paling tinggi dalam
setahun terakhir.
Jadi, bisa disimpulkan, saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-
saham halal, yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi dan struktur
permodalan perusahaan bukan mayoritas dari hutang. Selain halal, saham-saham
yang masuk dalam JII juga merupakan saham-saham yang paling besar
kapitalisasi pasarnya, dan paling likuid. Maka saham-saham JII ini pada umumnya
mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang
berlebihan, dengan kata lain debt-to equity rasionya masih proporsional. Rasio
DER yang lebih wajar berpotensi meningkatkan keuntungan emiten dan terhindar
dari beban keuangan jangka panjang.
Seperti indeks saham lainnya, indeks JII bersifat dinamis dalam arti secara
periodik di update agar senantiasa responsif dengan pergerakan pasar dan sesuai
dengan syariah. Jika ada yang perlu diganti, setiap enam bulan - pada bulan
Januari dan Juli - BEJ akan melakukan penggantian dan mengumumkan daftar
anggota JII yang baru. Investor bisa menggunakan JII sebagai tolok ukur untuk
mengukur kinerja portofolio investasi di saham-saham syariah. Contohnya adalah
reksadana syariah. Selain itu, JII memudahkan investor yang memang hanya mau
berinvestasi di saham-saham halal. Investor ini tinggal memilih saja satu atau
beberapa saham yang jadi anggota JII itu.
III. TAMBAHAN
Umumnya di bursa saham dunia mengenal lebih dari satu indeks. Contohnya
di AS, ada S&P500, Dow Jones, Nasdaq. Sedangkan di BEI, ada Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) atau Jakarta Composite Index (JCI), Indeks LQ45,
Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Sektoral, serta Indeks Individual. Selain indeks
utama tersebut, indeks lainnya adalah Kompas-100 dan Bisnis-27.
IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. Tapi, hari dasar
perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Kalau IHSG
merepresentasikan rata-rata dari seluruh saham di BEI, LQ45 hanya menghitung
indeks untuk 45 saham unggulan yang cukup aktif. Jakarta Islamic Index (JII)
memuat 30 saham pilihan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Dewan
Syariah Nasional (DSN) MUI. Indeks sektoral sesuai namanya memuat saham
yang memiliki kesamaan bidang bisnis. Sedangkan Indeks Individual, tentu saja
satu saham saja.Kompas-100 adalah indeks dari 100 saham yang diterbitkan para
analis harian Kompas. Sedangkan Bisnis-27 adalah indeks yang dirilis harian
Bisnis Indonesia.
IV. TAMBAHAN
Instrumen / efek syariah
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga
(efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap
setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrans, opsi atau setiap derivatif dari
efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam LK sebagai efek. Sifat
efek yang diperdagangkan di pasar modal biasanya berjangka waktu panjang.
Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui buesa efek antara lain
saham, obligasi, rights, obligasi konversi.
Sedangkan pasar modal syariah secara khusus memperjualbelikan efek
syariah. Efek syariah adalah efek yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun
cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran
Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa. Secara
umum ketentuan penerbitan efek syariah haruslah sesuai dengan prinsip syariah di
pasar modal. Prinsip-prinsip syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip
hukum islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), baik fatwa DSN-MUI
yang ditetapkan dalam peraturan Bapepam dan LK maupun fatwa DSN-MUI yang
telah diterbitkan sebelum ditetapkannya peraturan Bapepam dan LK.
Sampai saat ini, efek-efek syariah menurut fatwa DSN MUI No. 40/DSN-
MUI/X/3003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah
di bidang pasar modal mencakup, saham syariah, obligasi syariah, reksadana
syariah, kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) syariah, dan surat
berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Belakangan,
instrumen keuangan syariah bertambah dalam fatwa DSN-MUI No. 65/DSN-
MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah
dan fatwa DSN-MUI No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentan Waran Syariah pada
tanggal 6 maret 2008.
1. Saham Syariah
Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal
pada suatu perusahaan terbatas. Dengan demikian si pemilik saham merupakan
perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula
kekuasaannya di perusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham
dikenal dengan nama dviden. Pembagian dividen ditetapkan pada penutupan
laporan keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa dividen yang dibagi dan
laba ditahan.
Sedangkan saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha
maupun cara pengelolaanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Dalam prinsip syariah , penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-
perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang
perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti minuman
berakohol. Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan pada suatu
perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah dapat
dilakukan dengan akad musyarakah dan mudharabah. Akad musyarakah
umumnya dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah
umumnya dilakukan pada saham perusahaan publik.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal syariah tidak diwujudkan
dalam bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan berupa pembentukan
indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di Bursa
Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham
yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional
(DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama
dengan PT Danareksa Investman Management.
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur
(bencmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham berbasis syariah.
Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Penerbitan efek syariah berbentuk saham oleh emiten atau perusahaan publik
yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Emiten yang
melakukan penerbitan efek syariah berupa saham, wajib mengikuti ketentuan
umum pengajuan pernyataan pendaftaran atau pedoman mengenai bentuk dan isi
pernyataan pendaftaran perusahaan publik serta ketentuan tentang penawaran
umum yang terkait lainnya yang diatur oleh Bapepam LK dan mengungkapkan
informasi tambahan dalam prospektus bahwa kegiatan usaha serta cara
pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar
modal.
Secara umum perusahaan yang akan menerbitkan efek syariah harus
memenuhi hal-hal berikut :
Dalam anggaran dasar dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha serta cara
pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar
modal.
Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan, aset yang dikelola, akad,
dan cara pengelolaan emiten atau perusahaan publik dimaksud tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.
Emiten atau perusahaan publik memiliki anggota direksi dan anggota
komisaris yang mengerti kegiatan-kegiatan yang bertentangandengan prinsip-
prinsip syariah di pasar modal.
2. Obligasi Syariah (Sukuk)
Obligasi atau bonds secara konvensional adalah merupakan bukti utang dari
emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga
atau janji lainya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal
jatuh tempo.
Sedangkan obligasi syariah sesuai dengan fatwa Dewan syariah Nasional No.
32 / DSN – MUI / IX / 2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa nagi hasil / margin/ fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo. Dengan demikian, pemegang obligasi syariah
akan mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bunga melainkan dalam
bentuk bagi hasil / margin/ fee.
Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan
pokok, antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai
pengganti bunga, adanya suatu tansaksi pedukung (underlying transaction) berupa
sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau
perjanjian anatara para pohak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini
aman dan terbatas dari riba, gharar, dan maysir.
Sukuk merupakan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahan atau tidak
terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu, nilai manfaat dan jasa atas aset
proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Ditinjau dari segi jenis akadnya, obligasi syariah terbagi pada obligasi syariah
mudharabah, ijarah, musyarakah, murabahah, salam, istishna. Disamping itu, ada
juga obligasi syariah mudharabah konversi. Sedangkan ditinjau dari institusi
yang menerbitkan obligasi syariah, maka obligasi syariah terbagi dua, yaitu
obligasi korporasi (perusahaan) dan obligasi negara (SBSN).
Bebagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah
mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organisation for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) dan diadopsi dalam UU No. 19 Tahun
2008 tentang SBSN antara lain :
Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual
atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan
harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
aset itu sendiri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi Ijarah Muntahiya bittamlik (sale
and lease back) dan Ijarah Headlease and sublease.
Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut akan
dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang
timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada,
atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.
Sukuk Istisna, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian akad
istisna diantara para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu pembayaran, dan spesifikasi barang/proyek
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
Disamping itu, ada juga obligasi syariah mudharabah konversi. Sedangkan
ditinjau dari institusi yang menerbitkan obligasi syariah, maka obligasi syariah
terbagi dua, yaitu obligasi korporasi (perusahaan) dan obligasi negara (SBSN).
2.1. Sukuk Korporasi
Sukuk korporasi merupakan jenis obligasi syariah yang diterbitkan oleh
suatu perusahaan yang memenuhi prinsip syariah. Dalam penerbitan sukuk
korporasi terdapat beberapa pihak yang terlibat, yaitu :
Obligor, adalah emiten yang betanggung jawab atas pembayaran imbalan
dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan samapai dengan sukuk jatuh tempo.
Wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.
Investor, yaitu pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin,
dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
2.2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Surat berharga syariah negara atau sering juga disebut sukuk negara, adalah
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing.
SBSN memiliki karakteristik :
Sebagai bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat;
pendapatan berupa imbalan, margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang
digunakan.
Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir
Penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose vehicle (SPV)
Memerlukan underlying asset. Aset yang menjadi objek perjanjian harus
memiliki nilai ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud. Fungsi
underlyin asset adalah untuk menghindari riba, sebagai prasyarat untuk dapat
diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder, dan akan menentukan jenis struktur
sukuk.
Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.
Sukuk negara diterbitkan dengan tujuan :
Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara.
Mendorong pengembangan pasar modal syariah.
Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.
Diversifikasi basis investor.
Mengembangkan alternatif instrumen investasi.
Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara.
Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjangkau oelh sistem
keuangan konvensional.
3. Reksa Dana Syariah
Reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik
harta (shohibul mal) dengan manager investasi, begitu pula pengelolaan dana
investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shohibul mal,
maupun antara manajer investasi sebagai wakil shohibul mal dengan pengguna
investasi.
Disamping investasi secara mandiri atau secara langsung, investor juga dapat
meminta pihak lain yang dipercaya dan dipandang lebih memiliki kemampuan
untuk mengelola investasi. Sehingga timbul kebutuhan akan manajer investasi
yang memahami investasi secara syariah dan kebutuhan akan reksa dana syariah.
Manajer investasi, dengan akad wakalah akan menjadi wakil dari investor untuk
kepentingan dan atas nama investor. Sedangkan reksa dana syariah akan
bertindak dalam akad mudharabah sebagai mudharib yang mengelola dana milik
bersama dari pemilik dana. Sebagai bukti penyertaan pemilik dana akan
mendapat unit penyertaan dari reksa dana syariah.
Tetapi reksa dana syariah sebenarnya tidak bertindak sebagai mudharib murni
karena reksa dana syariah akan menempatkan kembali dana ke dalam kegiatan
emiten melalui pembelian efek syariah. Dalam hal ini, reksa dana syariah
berperan sebagai mudharib dan emiten berperan sebagai mudharib. Oleh karena
itu hubungan ini disebut sebagai ikatan mudharabah bertingkat.
Dalam kedua situasi tersebut manajer investasi akan memberikan jasa secara
langsung atau tidak langsung kepada investor yang ingin melakukan investasi
mengikuti prinsisp syariah. Oleh karena itu disamping memahami investasi
mengikuti prinsip syariah, manajer investasi juga harus mampu melakukan
kegiatan pengelolaan yang sesuai syariah.
4. Efek Beragun Aset Syariah
Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi
kolektif EBA syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan
yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari,
jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang
dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset
keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
5. Hak Memesan Efek Terlebuh Dahulu (Rights Issue)
Fatwa DSN-MUI No : 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD) memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal
syariah tidak hanya berhenti pada istrumen efek yang bernama saham saja, tetapi
juga pada produk derivatifnya. Produk terunan saham (derivatif) yang dinilai
sesuai dengan kriteria DSN adalah produk rights (HMETD). Produk yang bersifat
hak dan melekat dengan produk induknya itu menjadi produk investasi yang
sudah memenuhi criteria DSN.
Mekanisme HMETD ini dipandang lebih menguntungkan dibandingkan harus
meminjam ke bank karena dana yang diperoleh lebih murah, tak ada biaya
tambahan, provisi, dan maslah administrasi bank lainnya, karena dana dipasok
oleh pemegang sahamnya sendiri.
Mekanisme rights bersifat opsional dimana rights merupakan hak untuk
membeli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Rights ini
diberikan kepada pemegang saham lama yang berhak untuk mendapatkan
tambahan saham baru yang dikeluarkan perusahaan pada saat second offering.
6. Warran Syariah
Fatwa DSN-MUI Nomer : 68/DSN-MUI/III/2008 tentang warran syariah
pada tanggal 6 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal
tidak hanya berhenti pada instrument efek yang bernama saham saja, tetapi juga
pada produk derivatifnya. Produk turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai
dengan criteria DSN adalah juga warran. Berdasarkan fatwa pengalihan saham
dengan imbalan, seorang pemegang saham dibolehkan untuk mengalihkan
kepemilikan sahamnya kepada orang lain dengan mendapatkan imbalan.
Mekanisme warran bersifat opsional dimana warran merupakan hak untuk
membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah
ditetapkan pula. Misalkan warran saham ABU jatuh tempo pada Agustus 2011
dengan exercise price Rp 5.000, artinya jika investor memilki wararan saham
ABU, maka dia berhak untuk membeli satu saham ABU itu pada bulan Agustus
2011 pada harga Rp 5.000. Warran sebelum jatuh tempo bisa diperdagangkan.
Dan hasil penjualannya warran tersebut merupakan keuntungan bagi investor yang
memilikinya.
RESUME PART II
Pasar Modal Syariah
PENDAHULUAN
Salah satu ciri negara berkembang adalah tingkat tabungan masyarakat
yang masih rendah, sehingga dana untuk investasi menjadi tidak mencukupi.
Untuk menngatasi kelangkaan dana tersebut, banyak negara berkembang yang
terlibat dengan pinjaman luar negeri. Yang perlu diperhatikan dalam era
pembangunan seperti ini adalah mengusahakan efektifitas pengarahan dana
masyarakat ke sektor – sektor yang produktif. Dalam hal ini lembaga keuangan
perbankan maupun non-perbankan perlu dituntut bekerja lebih keras untuk
meningkatkan penarikan dana masyarakat.
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk
mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar
modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka
panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor – sektor produktif. Apabila
pengerahan dana masyarakat melalui lembaga - lembaga keuangan maupun pasar
modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan yang
bersumber dari luar negeri makin lama makin dikurangi. Dalam usaha
peningkatan modal perusahaan dengan menarik dana dari luar perusahaan akan
selalu memperhatikan masalah jumlah dana dan jangka waktu untuk
memperolehnya. Di samping itu, jenis dana yang akan ditarik juga tidak kalah
pentingnya untuk dipertimbangkan. Apakah yang ditarik itu pinjaman atau modal
sendiri, akan tergantung pada posisi keuangan perusahaan yang telah ada. Dengan
demikian, bank tidak akan selalu dapat memenuhi kredit bagi perusahaan yang
bersangkutan karena keterbatasan leverage. Umumnya, perbankan
mengalokasikan kreditnya sebagai modal kerja (jangka pendek) karena mereka
memang memiliki dana jangka pendek lebih banyak. Sedangkan untuk investasi
mutlak yang memerlukan dana jangka panjang, pilihan yang paling tepat bagi
perusahaan adalah berpaling ke pasar modal. Sebab di pasar modal tersedia dana
jangka panjang, jenis utang maupun modal sendiri.
Pasar modal memiliki peran yang besar bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan
fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (emiten).
Dengan adanya pasar modal maka pihak yang mempunyai kelebihan dana dapat
menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)
sedangkan pihak memerlukan dana (emiten) dapat memanfaatkan dana tersebut
untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi
perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Peran pasar modal dilihat dari sudut ekonomi makro adalah sebagai suatu
piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Kelebihan
lagi, dibanding kredit perbankan, bahwa pasar modal merupakan sumber
pembiayaan yang tidak menimbulkan inflatoir. Sumber daya ekonomi yang ada
melalui pasar modal dialokasikan sedemikian rupa sehingga kedudukan berubah
yaitu dari titik Pareto Inefficiency menjadi ke titik Pareto Efficiency. Ini dapat
terjadi apabila informasi yang tersedia di pasar modal cepat, tepat, dan akurat.
PASAR MODAL
Pengertian Dan Karakteristik Pasar Modal
Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan
pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets (dan hutang) pada
saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan
portofolio investasi (melalui pasar sekunder). Berlakunya fungsi pasar modal
adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan
“kriteria pasarnya” secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi
secara keseluruhan.
Menurut Marzuki Usman, pasar modal adalah pelengkap di sektor
keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan.
Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik
modal (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Para pemodal
meminta intrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga
pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan. Intrumen pasar modal terbagi
atas dua kelompok besar yaitu instrument pemilik (equity) seperti saham dan
intrumen utang (obligasi) seperti obligasi perusahaan, obligasi langganan, obligasi
yang dapat dikonversikan dengan menjadi saham dan sebagainya. Perlu diketahui,
berbeda sekali antara investasi secara portofolio yang biasanya dengan member
instrument – instrument di pasar modal dengan investasi secara langsung dan
biasanya ikut langsung dalam proses pendirian perusahaan.
Sedangkan menurut Warkum Sumitro, pasar modal merupakan salah satu
sarana untuk melakukan kegiatan investasi. Pasar modal sama seperti pasar pada
umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan objek yang
diperjualbelikan adalah hak kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan utang
perusahaan. Pasar modal Indonesia diatur melalu Undang-undang No 8 Tahun
1995 (selanjutnya disebut UUPM). Pengertian pasar modal berdasarkan ketentuan
UUPM, adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yg berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar
Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan
ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka
panjang. Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:
Pasar Perdana, adalah penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh
perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melaui
bursa efek. Pada pasar perdana efek dijual dengan harga emisi, sehingga
perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari
penjualan tersebut.
Pasar Sekunder, adalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar
perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan
berdasarkan kurs efek tersebut.
Bursa Paralel, merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang
menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat
dilakukan melalui bursa paralel. Bursa paralel merupakan alternative bagi
perusahaan yang go public memperjualbelikan efeknya jika dapat
memenuhi syarat yang ditentukan pada bursa efek
Pasar Modal di Indonesia pada hari ini, memiliki kemajuan yang pesat dalam
hal daya jangkau perdagangan efek. Selain sebagai wadah transaksi efek yang
bersifat umum yang diatur berdasrkan hukum konvensional (aturan Negara/
UUPM ), ditemukan pula transaksi efek yang berbasis Al-qur’an dan Assunah
serta Ijma (berbasis syariah). Perbedaan basis pengaturan transaksi perdagangan
efek ini telah membagi 2 (dua) Pasar Modal di Indonesia yaitu Pasar Modal
Syariah dan Pasar Modal Konvensional. Pasar Modal menurut pasal 13 UU
Nomor. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Sedangkan prinsip syari`ah menurut pasal 1 ayat (13) UU No. 10 tahun 1998
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).
Dari kedua defenisi dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah adalah
yang seluruh mekanismenya berdasarkan prinsip syariah. Pasar modal syariah
secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan
penandatanganan MOU antara BAPEPAM dengan Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI). Walaupun secara resmi diluncurkan pada
tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada
tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli
1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek
Jakarta berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk
memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.
Perkembangan selanjutnya , instrumen investasi syariah di pasar modal terus
bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal
September 2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan
dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit
untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan
obligasi syariah Ijarah Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu
Reksa Dana Indeks dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah
Indeks JII. Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah :
Memungkinkan bagi masyarakat berpartispasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas
Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya
Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada
harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional
Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
Sedangkan karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah
adalah sebagai berikut :
(a) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek
(b) Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat
diperjualbelikan melalui pialang
(c) Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di
Bursa efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan
(account) keuntungan dan kerugian serta neraca keuntungan kepada
komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan
(d) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
(e) Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST
(f) Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST
(g) Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang
terlibat dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah
(h) Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu
periode perdagangan setelah menentukan HST
(i) Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode
perdagangan, dan dengan harga HST
Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu:
Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa lebih besar;
Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai;
Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana;
Solvabilitas perusahaan tiunggi sehingga dapat memperbaiki citra
perusahaan;
Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil;
Tidak ada bebas finansial yang tetap;
Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas;
Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah:
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai kapital
gain;
Memperoleh dividen bagi pemegang saham dan bunga tetap/ mengambang
bagi pemegang obligasi;
Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham dan
mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi;
Dapat dengan mudah mengganti intrumen investasi, misal dari saham A ke
saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi
risiko;
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam meningkatkan beberapa
instrumen yang mengurangi risiko.
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang yaitu:
Menuju kearah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai
denga bidang dan tugas masing-masing;
Sebagai pembentuk harga saham dalam bursa paralel;
Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang;
Likuiditas efek semakin tinggi.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi pemerintah adalah:
Mendorong laju pembangunan;
Mendorong investasi;
Penciptaan lapangan kerja;
Memperkecil Debt Service Ratio (DSR);
PENAWARAN UMUM
Pengeritan Go Public
Secara mudah, go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada
masyarakat umum pertama kalinya. Pertama kali si sini berarti bahwa pihak
penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Kegiatan ini
disebut sebagai pasar perdana. Selanjutnya pemegang saham ini dapat
mentransaksikannya di pasar sekunder. Pasar sekunder ini dilakukan di bursa
efek. Menurut UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa
“penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten
untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
uandang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya”. Karena merupakan
penawaran, berarti melibatkan pihak penerbit dan pembeli baik saham atupun
obligasi. Penerbit di sini sering disebut dengan emiten, sedangkan pihak pembeli
sering disebut dengan investor.
Manfaat dan Konsekuensi Go Public
Manfaat going public diantaranya sebagai berikut:
Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang. Adanya
keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor.
Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham. Perusahaan sudah
mempunyai pasar untuk jual-beli sahamnya.
Nilai pasar perusahaan sudah diketahui.
Kerugian going public diantaranya sebagai berikut:
Biaya laporan yang meningkat.
Pengungkapan (disclosure) semua informasi perusahaan.
Ketakutan untuk diambil-alih.
Prosedur Pendaftaran Sekuritas di BEI
Persiapan untuk going public
(a) Harus mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk going public;
(b) Menghubungi institusi maupun profesi yang bersangkutan seperti,
penjamin emisi, akuntn publik, notaris publik, konsultan hukum, biro
administrasi sekuritas dan lain sebagainya dalam penyediaan dokumen;
(c) Mempersiapkan semua dokumen untuk penawaran publik;
(d) Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa;
(e) Mengumumkan ke publik;
(f) Mendatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan going
public;
(g) Untuk yang akan menjual obligasi, perusahaan harus mendaftarkan ke
agen peringkat untuk mendapatkan peringkat untuk obligasi yang akan
ditawarkan. Agen peringkat yang ditunjuk adalah PT. Pemeringkat Efek
Indonesia (PEFINDO);
(h) Mengirim pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung ke
BAPEPAM.
(i) Registrasi di BAPEPAM
(j) Jika semua dokumen yang dibutuhkan untuk registrasi di bapepam sudah
dikirimkan, maka bapepam akan mengevaluasi usulan tersebut dengan
melakukan:
(k) Menerima pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung dari
perusahaan dan dari underwriter.
(l) Pengumuman terbetas di BAPEPAM.
Mempelajari dokumen-dokumen yang diperlukan.
(m) Deklarasi pernyataan registrasi efektip berlaku yang didasarkan pada tiga
hal utama, yaitu kelengkapan dokumen, kebenaran dan kejelasan dari
informasi dan pengungkapan tentang aspek-aspek legalitas, akuntansi,
keuangan dan menajemen. Jikaselama 30 hari BAPEPAM tidak memberi
jawaban, maka registrasi akan dianggap efektip secara otomatis.
(n) Pencatatan di bursa, setelah registrasi diterima, selajutnya underwriter
dapat menjual saham perdana di pasar primer. Setelah penawaran perdana
selesai, emiten dapat mencantumkan sahamnya di pasar sekunder dengan
proses sebagai berikut:
Emiten mengisi dan menyerahkan aplikasi formulir yang disediakan oleh
BEJ.
BEJ akan mengevaluasi aplikasi berdasarkan kriteria yang sudah
ditentukan.
Jika aplikasi memenuhi kriteria yang disyaratkan, maka BEJ akan
menyetujuinya.
Emiten kemudian membayar biaya pencantuman (listing fee). Biaya
pencantuman terdiri dari dua macam, yaitu biaya pencantuman awal
(Initial Listing Fee atau ILF) dan biaya jasa pencantuman tahunan (Annual
Listing Fee atau ALF). Besar IFL minimum Rp10 juta dan maksimum
Rp100 juta. Sedang untuk ALF ditentukan sebesar Rp5 juta sampai Rp59
juta dihitung berdasarkan nilai nominal saham.
BEJ kemudian mengumumkan pencantuman sekuritas.
Sekuritas yang sudah tercantum siap untuk diperdagangakan.
Kriteria yang disyaratkan oleh BEJ adalah:
a) Sudah dideklarasikan efektip oleh BAPEPAM.
b) Laporan keuangan sudah diaudit oleh akuntan publik.
c) Jumlah minimum adalah 1 juta lembar saham.
d) Jumlah pemegang saham awal adalah 200 investor dengan @500 lembar.
e) Semua sekuritas yang dikeluarkan dan sudah terjual harus dicantumkan.
f) Perusahaan sudah established dan sudah beroperasi paling sedikit 3 tahun.
g) Telah mendapatkan laba bersih dan laba operasi selama dua tahun fiskal
terakhir.
h) Mempunyai aktiva minimum sebanyak Rp20 milyard.
i) Minimun kapitalisasi setelah penawaran ke publik sebesar Rp4 milyard.
j) Angota dewan direksi perusahaan mempunyai reputasi yang baik.
Pelaporan yang diwajibkan perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di
pasar bursa berarti telah menjadi perusahaan publik yang sahamnya juga dimiliki
oleh publik. Untuk melindungi publik yang BAPEPAM dan BEJ mengharuskan
perusahaan tersebut menyerahkan laporan rutin ataupun laporan khusus yang
menerangkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Kemudian laporan-laporan
itu akan disebarkan ke publik melalui pengumuman di bursa.
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar Modal Prinsip -
Prinsip Syariah Di Pasar Modal
Dalam Kamus Perbankan Syariah disebutkan bahwa Prinsip Syariah
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan atau kegiatan pembiayaan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atau barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina). melakukan transaksi keuangan termasuk investasi berdasarkan prinsip
syariah haruslah menjauhi hal-hal berikut ini:
Riba.
Uang bukan komoditi, tetapi sebagai alat tukar saja.
Gharar atau ketidakpastian.
Maisir, yaitu tindakan berjudi atau gambling
Dalam setiap hasil harus menanggung resiko terhadap hasil tersebut.
Prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang terdapat dalam pasal 2 Fatwa DSN-
MUI No. 40/ IX/ 2003 yaitu :
i) Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya
dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-
prinsip syariah.
ii) Suatu Efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila
telah memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah. Instrumen Pasar Modal
Syariah Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat
berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek
adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersil, saham,
obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrants, opsi atau
setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh
Bapepam sebagai efek.
Prinsip Syariah Pada Pembiayaan Dan Investasi
Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut Syariah pada
prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemilik Harta (Investor) terhadap
Pemilik Usaha (Emiten) untuk memberdayakan Pemilik Usaha dalam melakukan
kegiatan usahanya dimana Pemilik Harta (Investor) berharap untuk memperoleh
manfaat tertentu. Karena itu kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan adalah
termasuk kegiatan usaha dari pemilik harta namun secara pasif. Sehingga prinsip
Syariah dalam pembiayaan dan investasi keuangan pada dasarnya sama dengan
pada kegiatan usaha lainnya yaitu prinsip kehalalan dan keadilan. Secara umum
prinsip tersebut adalah:
Pembiayaan dan investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan
usaha yang halal, dimana kegiatan usaha tersebut adalah spesifik dan
bermanfaat sehingga atas manfaat yang timbul dapat dilakukan bagi hasil.
Karena uang adalah alat bantu pertukaran nilai dan Pemilik Harta akan
menerima bagi hasil dari manfaat yang timbul dari kegiatan usaha, maka
pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang sama dengan
pembukuan kegiatan usaha.
Aqad yang terjadi antara Pemilik Harta (Investor) dengan Pemilik Usaha
(Emiten), dan tindakan maupun informasi yang diberikan Pemilik Usaha
(Emiten) serta mekanisme pasar (Bursa dan Self Regulating Organization
lainnya) tidak boleh menimbul kondisi keraguan yang dapat menyebabkan
kerugian.
Pemilik Harta (Investor) dan Pemilik Usaha (Emiten) tidak boleh
mengambil resiko yang melebihi kemampuan (maysir) yang dapat
menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari.
Pemilik Harta (Investor), Pemilik Usaha (Emiten) maupun Bursa dan Self
Regulating Organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang
menyebabkan gangguan yang disengaja atas mekanisme pasar, baik dari
segi penawaran (supply) maupun dari segi permintaan (demand).
Penerapan Prinsip-Prinsip Syariah Di Pasar Modal
Seperti diketahui, bentuk ideal dari pasar modal dapat dicapai dengan
terpenuhinya empat pilar pasar modal, yaitu:
Emiten dan efek yang diterbitkannya memenuhi kaidah keadilan, kehati-
hatian dan transparansi;
Pelaku pasar (investor) yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang
risiko dan manfaat transaksi di pasar modal
Infrastruktur informasi bursa efek yang transparan dan tepat waktu yang
merata di publik yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar;
Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat
diselenggarakan secara efisien, efektif dan ekonomis.
Dari penjelasan tersebut di atas, terlihat bahwa prinsip-prinsip Syariah sudah
meliputi semua prinsip dari pasar modal yang ideal. Namun prinsip-prinsip
Syariah juga memberikan penekanan (emphasis) pada:
Kehalalan produk/jasa dari kegiatan usaha, karena menurut prinsip Syariah
manusia hanya boleh memperoleh keuntungan atau penambahan harta dari
hal-hal yang halal dan baik.
Adanya kegiatan usaha yang spesifik dengan manfaat yang jelas, sehingga
tidak ada keraguan akan hasil usaha yang akan menjadi obyek dalam
perhitungan keuntungan yang diperoleh.
Adanya mekanisme bagi hasil yang adil baik dalam untung maupun rugi-
menurut penyertaan masing-masing pihak.
Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip kehati-hatian
baik pada emiten maupun investor.
Emiten Dengan Prinsip Syariah
Pembiayaan dan investasi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Syariah hanya dapat diberikan kepada perusahaan yang kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah. Kegiatan perdagangan dan usaha
yang sesuai dengan syariah Islam adalah kegiatan yang tidak berkaitan dengan
produk atau jasa yang haram (misalnya makanan haram, perjudian, maksiat) dan
menghindari cara perdagangan dan usaha yang dilarang (termasuk riba, gharar,
maysir). Karena itu tidak semua perusahaan dapat memenuhi kualifikasi sebagai
emiten syariah, sehingga diperlukan fatwa ulama untuk memastikan pemenuhan
kualifikasi tersebut.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Syariah menghendaki kegiatan
ekonomi yang halal, baik dari produk yang menjadi obyek, dari cara
perolehannya, serta dari cara penggunaannya. Sehingga ketentuan umum
mengenai Emiten yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah adalah:
Halal Produk dan jasa.
Emiten dilarang mempunyai obyek usaha yang haram seperti makanan-
minuman yang tergolong haram, hal-hal yang berkaitan dengan maksiat
dan pornografi, narkoba, begitu juga yang lebih banyak mudharat
dibanding dengan manfaatnya misalnya senjata dan rokok. Bahkan Emiten
yang bergerak pada dunia hiburan serta perusahaan jasa hospitality yang
memudahkan terjadinya maksiat juga umumnya dihindari oleh Investor.
Halal Cara Perolehan.
Emiten harus mendapat penghasilan usaha dari usaha ekonomi secara
ridho sama ridho serta tidak bertindak zholim dan tidak boleh
diperlakukan zholim
Halal Cara Perolehan (Prinsip Keterbukaan)
Emiten harus menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang baik,
memenuhi prinsip keterbukaan. Dalam penawaran perdana, Emiten harus
menyatakan dengan jelas pada kegiatan usaha spesifik yang mana hasil
emisi akan digunakan.
Halal Cara Pemakaian Dalam Manajemen Usaha.
Emiten harus mempunyai manajemen yang berperilaku Islami,
menghormati hak azazi manusia, menjaga lingkungan hidup,
melaksanakan good corporate governance, serta tidak spekulatif dan
memegang teguh prinsip kehati-hatian
Halal Cara Pemakaian.
Emiten harus mempunyai pembukuan yang jelas –dan sebaiknya
terpisah- mengenai kegiatan usaha yang dibiayai, sehingga dapat
dinyatakan dengan transparan dan adil manfaat atau hasil usaha yang
diperoleh pada kegiatan usaha yang dibiayai.
Efisiensi Pasar Modal Syariah
Salah satu pilar dari bentuk pasar modal ideal adalah adanya infrastruktur
informasi bursa efek yang transparan, tepat waktu dan merata di publik ditunjang
oleh mekanisme pasar yang wajar. Mekanisme Bursa Efek yang wajar juga
menyangkut kewajaran permintaan dan penawaran serta menyangkut niat Investor
dalam melakukan transaksi. Secara umum mekanisme Bursa Efek yang wajar
menurut Syariah meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
(a) Kewajaran Penawaran - menjual Efek yang Belum Dimiliki
Prinsip Syariah melarang suatu pihak untuk menjual barang (Efek) yang
belum dimiliki. Akibatnya short selling dengan menjual Efek yang belum
dimiliki untuk kemudian (berusaha) membeli Efek yang sama pada hari
yang sama untuk memenuhi kewajiban yang terbentuk pada saat menjual
Efek, menjadi dilarang.
(b) Kewajaran Penawaran - mengganggu Jumlah Efek yang Beredar
Prinsip Syariah melarang gangguan pada penawaran yang dicontohkan
dengan praktek menimbun barang dan praktek membeli hasil pertanian
dari petani sebelum petani tersebut sampai di pasar.
(c) Kewajaran Permintaan - adanya Permintaan Palsu
Prinsip Syariah melarang suatu pihak membeli atau mengajukan
permintaan untuk membeli tanpa memiliki kebutuhan dan daya beli.
Karena itu transaksi marjin dilarang karena Investor pembeli sebenarnya
tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli Efek tersebut.
(d) Kewajaran Kekuatan Pasar - Likuiditas Perdagangan
Pasar yang wajar akan menghasilkan harga transaksi yang wajar sehingga
disebut sebagai harga pasar wajar. Oleh karena itu prinsip Syariah
menginginkan adanya kegiatan pasar yang wajar, termasuk dalam hal
likuiditas perdagangan. Sehingga harga yang terbentuk dalam transaksi di
Bursa Efek merefleksikan kekuatan tawar menawar pasar yang
sebenarnya.
KEGIATAN DAN MEKANISME
Investasi Keuangan Syariah – Saham
Emisi Saham Syariah adalah saham-saham yang memenuhi ketentuan
Dewan Syariah Nasional untuk dikategorikan sebagai saham yang sesuai
dengan prinsip-prinisp Syariah Islam.Investasi menurut definisi adalah
menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana,
pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau
akan meningkat nilainya di masa mendatang. Sedangkan investasi
keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang
diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang. Investasi
keuangan menurut Syariah dapat berkaitan dengan kegiatan perdagangan
atau kegiatan usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang
berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun
investasi keuangan menurut Syariah harus terkait secara langsung dengan
suatu aset atau kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan manfaat,
karena hanya atas manfaat tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Karena itu
salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan Syariah adalah membeli
saham perusahaan, baik perusahaan non publik (private equity) maupun
perusahaan publik/terbuka.
Investasi Keuangan Tidak Langsung - Reksa Dana
Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan
Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer
Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.
Disamping investasi secara mandiri atau secara langsung, Investor juga
dapat meminta pihak lain yang dipercaya dan dipandang lebih memiliki
kemampuan untuk mengelola investasi. Sehingga timbul kebutuhan akan Manajer
Investasi yang memahami investasi secara syariah dan kebutuhan akan Reksa
Dana Syariah. Manajer Investasi, dengan aqad Wakala, akan menjadi wakil dari
Investor untuk kepentingan dan atas nama Investor. Sedangkan Reksa Dana
Syariah akan bertindak dalam aqad Mudharabah sebagai Mudharib yang
mengelola dana/harta milik bersama dari para Pemilik Harta. Sebagai bukti
penyertaan Pemilik Dana akan mendapat Unit Penyertaan dari Reksa Dana
Syariah. Tetapi Reksa Dana Syariah sebenarnya tidak bertindak sebagai Mudharib
murni karena Reksa Dana Syariah akan menempatkan kembali dana ke dalam
kegiatan Emiten melalui pembelian Efek Syariah. Dalam hal ini Reksa Dana
Syariah berperan sebagai Mudharib dan Emiten berperan sebagai Mudharib. Oleh
karena itu hubungan ini disebut sebagai ikatan Mudharaba Bertingkat.
Pembiayaan Usaha Syariah - Obligasi Syariah
Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo. Pembiayaan usaha berjangka panjang
dalam bentuk bukan ekuitas dalam pasar modal dikenal sebagai
pembiayaan dengan menerbitkan Obligasi. Menurut definisi Obligasi
adalah surat berharga (efek) hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh
sebuah perusahaan atau pemerintah (emiten) dengan ketentuan suku bunga
dan tanggal jatuh tempo tertentu.Jenis-jenis akad yang dapat digunakan
dalam penerbitan Obligasi Syariah adalah:
i) Mudharabah(Muqaradhah)/Qiradh
ii) Musyarakah
iii) Murabahah
iv) Salam
v) Istishna
vi) Ijarah
Prinsip Syariah melarang untuk meminta atau memberi tambahan (imbalan)
atas pemberian hutang karena hutang dikategorikan sebagai kegiatan tolong
menolong yang lebih sarat unsur sosialnya. Sehingga dalam transaksi ekonomi
Syariah tidak dikenal adanya hutang. Namun prinsip Syariah mengenal Kewajiban
yang hanya timbul akibat adanya transaksi atas aset/produk (maal) atau jasa
(amal) yang tidak tunai, sehingga terjadi transaksi pembiayaan. Kewajiban ini
umumnya berkaitan dengan transaksi perniagaan dimana kondisi tidak tunai
tersebut dapat terjadi karena penundaan pembayaran atau penundaan penyerahan
obyek transaksi (mal atau amal).
Mekanisme Transaksi
Dalam konteks pasar modal syariah, menurut Alhabshi, idealnya pasar modal
syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan
(gharar), dan saham perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan.
Pasar modal syariah harus bebas dari transaksi yang tidak beretika dan amoral,
seperti manipulasi pasar, transaksi yang memanfaatkan orang dalam (insider
trading), menjual saham yang belum dimiliki dan membelinya belakangan (short
selling).
Sementara itu Obaidullah mengemukakan etika di pasar modal syariah, yaitu
setiap orang bebas melakukan akad (freedom contract) selama masih sesuai
syariah, bersih dari unsur riba (freedom from al-riba), gharar (excessive
uncertainty), al-qimar/judi (gambling), al-maysir (unearned income), manipulasi
dan kontrol harga (price control and manipulation), darar (detriment) dan tidak
merugikan kepentingan publik (unrestricted public interest), juga harga terbentuk
secara fair (entitlement to transact at fair price) dan terdapat informasi yang
akurat, cukup dan apa adanya (entitlement to equal, adequate, and accurate
infromation).
Inti dari apa yang disebutkan oleh Alhabshi dan Obaidullah tersebut adalah
pasar modal syariah harus membuang jauh-jauh setiap transaksi yang
berlandaskan spekulasi. Inilah bedanya dengan pasar modal konvensional yang
meletakkan spekulasi saham sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan.
Meskipun dalam kasus-kasus tertentu seperti insider trading dan manipulasi pasar
dengan membuat laporan keuangan palsu dilarang dalam pasar modal
konvensional.
Irfan Syauqi menjelaskan perihal spekulasi ini, pertama, spekulasi hakikatnya
bukanlah kegiatan investasi, kedua, spekulasi menyebabkan peningkatan
pendapatan bagi sekelompok masyarakat tanpa memberikan konstribusi apapun
baik yang bersifat positif maupun produktif, ketiga, spekulasi merupakan sumber
penyebab krisis keuangan, dan keempat, spekulasi datang dari mental “ingin cepat
kaya”. Dalam mekanisme transaksi produk pasar modal syariah, Irfan Syauqi
mengemukakan wacana bahwa transaksi pembelian dan penjualan saham tidak
boleh dilakukan secara langsung. Dalam pasar modal konvensional investor dapat
membeli atau menjual saham secara langsung dengan menggunakan jasa broker
atau pialang. Keadaan ini memungkinkan bagi para spekulan untuk
mempermainkan harga. Akibatnya perubahan harga saham ditentukan oleh
kekuatan pasar bukan karena nilai intrinsik saham itu sendiri. Menurut Irfan
Syauqi hal ini dilarang dalam Islam. Untuk itu dalam proses perdagangan saham,
emiten memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa, selanjutnya agen tersebut
bertugas untuk mempertemukan emiten dengan calon investor tetapi bukan untuk
menjual dan membeli saham secara langsung. Kemudian saham tersebut
dijual/dibeli karena sahamnya memang tersedia dan berdasarkan prinsip first
come - first served. Perkembangan harga saham dalam pasar modal konvensional
sudah lepas dari nilai instrinsiknya yang dipicu oleh transaksi spekulatif, juga
muncul dari keinginan para pelaku pada umumnya agar harga saham terus
meningkat.
Dalam perdagangan obligasi syariah, menurut Muhammad Gunawan tidak
boleh diterapkan harga diskon atau harga premium yang lazim dilakukan pada
obligasi konvensional. Prinsip transaksi obligasi syariah adalah al-hawalah
(transfer service atau pengalihan piutang dengan tanggungan bagi hasil), sehingga
jual beli obligasi syariah hanya boleh pada harga nominal pelunasan jatuh tempo
obligasi. Sedangkan untuk perdagangan Reksa Dana Syariah, manajer investasi
menawarkan kepada pembeli Reksa Dana Syariah yang bersifat jangka pendek di
pasar uang dan Reksa Dana Syariah jangka panjang di pasar saham. Misalnya
Danareksa Syariah mengalokasikan 80% investasinya di saham dan 20% di pasar
uang atau surat utang. Keuntungan yang diperoleh investor dalam Reksa Dana
Syariah ini sangat bergantung pada bagaimana manajer investasi
menginvestasikan dana yang dikelolanya.
Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII)
Investasi dalam pasar modal, khususnya dalam saham, memiliki profil
resiko dan hasil yang berbeda dengan investasi keuangan lainnya. Karena itu
setiap investor perlu memahami apakah investasinya telah memberikan hasil yang
lebih baik dari rata-rata pasar. Sehingga di pasar modal yang telah maju
diperlukan adanya tolok ukur (benchmark) yang umumnya berupa suatu indeks
harga, misalnya indeks harga saham. Disamping sebagai tolok ukur, indeks
syariah diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan untuk
mengembangkan reksa dana syariah. Melalui indeks syariah diharapkan investor
lebih mendapatkan transparansi akan laporan keuangan yang disumbangkan oleh
para praktisi, pemenuhan ketentuan syariah sebagai hasil peran serta Dewan
Syariah Nasional serta accountibility dari pihak Bursa Efek yang melakukan
monitoring.
Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki 5 fungsi, yaitu :
Sebagai indicator trend saham
Sebagai indicator tingkat keuntungan
Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
Memfasilitas berkembangnya produk derivatif.
Ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan unit
menghitung indeks, yaitu :
Menghitung arichmatic mean harga saham yang masuk dalam anggota
indeks.
Menghitung geometric mean dari indeks individual saham yang masuk
anggota indeks.
Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar.
Untuk bisa masuk dalam JII antara lain perusahaan tidak mencakup hal-hal yang
dilarang dalam syariah islam meliputi :
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang;
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional;
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram;
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria
saham-saham emiten yang menjadei komponen dari Jakarta Islamic Index
tersebut adalah :
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip hukum syari’ah dan sudah tercatat lebih dari
tiga bulan (kecuali bila termasuk di dalam saham-saham sepuluh
berkapitalisasi besar).
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal
sebesar 90%
Memilih 60 saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan diulang 6 bulan sekali dengan penentuan komponen
indeks awal bulan januari dan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada
jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik
dan media. Indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga terakhir
yang terjadi di bursa.
Proses Penyaringan Emiten JII
Seleksi Syariah
Emiten tidak menjalankan usaha perjudian/permintaan yang tergolong judi,
dan perdagangan yang dilarang
Bukan merupakan lembaga keuangan konvensional
Tidak memproduksi, mendistribusikan serta menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat
Seleksi Kapitalisasi
Proses ini menyaring 60 saham dengan nilai kapitalisasi pasar tertinggi di
BEJ
Seleksi Nilai Volume Transaksi
Proses ini menyaring 30 saham dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi
harian di BEJ
PROSES EVALUASI EMITEN SETIAP 6 BULAN SEKALI
KESIMPULAN
Pengertian Pasar Modal menurut Undang-Undang Repiblik Indonesia No.
8 Tahun 1995 merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
ditebitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek tersebut.
Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan
perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan
jangka panjang.
Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar
modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya,
sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham
konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-
prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar
modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal
syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari
perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan
terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan
menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
Prinsip Syariah sebenarnya cukup jelas dan berkeadilan, sehingga sangat
sesuai untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam menjaga keimanan,
kehidupan, akal, keturunan dan harta benda mereka. Sayangnya banyak konsep
yang baik dari Solusi Syariah ini belum difahami oleh masyarakat. Aqad-aqad
Syariah penunjang transaksi ekonomi juga mempunyai rentang cakupan yang
cukup luas dan layak diterapkan. Sementara investasi pada Efek berupa Saham
maupun Obligasi pada hakekatnya sesuai dengan prinsip Syariah, kecuali pada
hal-hal tertentu yang memerlukan penyesuaian. Khususnya pada kegiatan usaha
dan hasil usaha Emiten yang harus memenuhi prinsip halal dan baik.
Mekanisme perdagangan Bursa Efek melalui sistim lelang menerus juga
sesuai dengan prinsip Syariah. Namun ketentuan yang ada masih memungkinkan
terciptanya kondisi gharar dan maysir dengan praktek tadlis (ketidak sempurnaan
informasi), ikhtikar (gangguan pada penawaran) dan najasy (gangguan pada
permintaan). Oleh karena itu perlu diterapkan tambahan ketentuan bagi Efek yang
dicatat sebagai mengikuti prinsip Syariah (Efek Syariah). Ketentuan ini akan
berlaku baik bagi Emiten maupun bagi Investor. Dengan demikian sebenarnya
tidak perlu dibentuk bursa efek terpisah sebagai Bursa Efek Syariah. Namun bila
dapat didirikan bursa efek terpisah sebagai Bursa Efek Syariah tentunya
penerapan prinsip Syariah di Pasar Modal dapat lebih mudah dilaksanakan.