Download - PBL 2 TUMBANG
SKENARIO
Seorang anak perempuan, umur 6 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan sering mencret sejak 1 bulan terakhir. Riwayat pemberian makan: ASI
diberikan sampai 2 bulan, selanjutnya diberi air tajin sampai sekarang. Riwayat
kelahiran: BBL 2900 g, PB 48 cm. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB 6 kg, PB
60 cm. Telapak tangan tampak pucat. Ditemukan edema pada tungkai bawah dan
abdomen. Tampak otore pada telinga kanan dan kiri. Hati teraba 2 cm bawah arkus
kosta. Laboratorium: Hb 5 g/dl.
KATA SULIT
1. Air Tajin : merupakan cairan putih ketika kita memasak nasi.
2. Otore : sekret/cairan yang keluar dari liang telinga.
KATA KUNCI
1. Anak perempuan 6 bulan.
2. Dibawa ke puskesmas dengan keluhan sering mencret sejak 1 bulan terakhir.
3. Pemberian ASI sampai 3 bulan, selanjutnya diberi air tajin sampai sekarang.
4. Riwayat kelahiran : BBL 2900 g, PB 48 cm.
5. Usia 6 bulan: BB 6 kg, PB 60 cm.
6. Fisis : telapak tangan pucat, edema tungkai dan abdomen, otore pada kedua
telinga, hati teraba 2 cm dibawah arcus costa.
7. Lab : Hb 5 g/dl.
1
PERTANYAAN
1. Bagaimana status gizi pada anak di skenario?
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya Protein Energi Malnutrisi (PEM)?
3. Bagaimana patogenesis gejala yang ada pada skenario?
4. Bagaimana langkah-langkah diagnosis untuk kasus di skenario?
5. Diagnosis banding untuk kasus di skenario?
6. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada anak di skenario?
7. Apakah upaya pencegahan yang dapat dilakukan?
8. Penatalaksanaan dari gejala yang ada pada skenario?
2
JAWABAN
1. Status Gizi Anak
a. BB saat lahir : 2900 gr
BB usia 6 bulan : 6000 gr dg riwayat udema
Jika makanan adekuat, maka pertambahan BB perbulan :
Trimester 1 : 700-1000gr/bulan
Trimester 2 : 500-600 gr/bulan
Jadi, BB ideal pada usia 6 bulan = 6500 - 7700gr
b. Koreksi udema : 20% x BB saat ini
: 20 % x 6000 gr = 1200 gr
Jadi BB aktual = BB saat ini – koreksi udema
= 4800 gr
c. PB saat lahir : 48 cm
PB usia 6 bulan : 60 cm
Penambahan PB
Trimester 1 : 2,8-4,4 cm
Trimester 2 : 1,9-2,6 cm
Jadi, PB ideal pada usia 6 bulan : 62,1 – 69 cm
3
Gambar 1 : Grafik pertumbuhan Berat Badan menurut Umur (WHO)
Gambar 2: Standar berat badan menurut umur (CDC)
4
Gambar 3 : Standar panjang badan menurut umur (KEMENKES)
2. Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya PEM
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk yaitu :
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah
makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan karena alasan social dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi hal ini disebabkan
oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-
zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu :
1. Factor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak.
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
5
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk
pada balita, yaitu :
1. Keluarga miskin
2. Ketidak tahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Factor penyakit bawaan pada anak, seperti jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernafasan dan diare
3. Patogenesis terjadinya gejala yang ada pada skenario
Semua gejala yang terjadi sesuai skenario dapat terjadi karena disebabkan
oleh terjadinya malnutrisi (Gizi buruk), malnutrisi dapat disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya keadaaan social ekonomi sesorang yang rendah daapat
menyebabkan asupan gizi yang dia dapatkan menurun apalagi jika ditambah
dengan lingkungan yang buruk maka akan sangat mendukung terjadinya
malnutrisi (Gizi buruk), salah satu faktor juga yang mendukung terjadinya
malnutrisi (Gizi Buruk) adalah ketika sistem imun seseorang menurun maka akan
gampang terserang infeksi baik respirasi, gastrointestinal yang menyebabkan
infeksi dan akhirnya terjadi diare berulang, infeksi juga dapat menyebabkan
anorexia.
Malnutrisi (Gizi Buruk) dapat menybabkan berbagai macam gangguan,
dimulai pada saat terjadinya berbagai macam defisiensi seperti yang pertama
yaitu defisiensi karbohidrat menyebabkan metabolisme energi menurun dan
akhirnya menyebabkan cadangan lemak dan protein di otot dipakai maka terjadi
glukoneogenesis maka terjadi atropi otot dan mengakibatkan seorang anak
menjadi kurus. Selanjutnya defisiensi yang kedua yaitu defisiensi mineral (Fe)
vitamin B complex dimana jika terjadi defisiensi Fe menyebabkan pembentukan
HB menurun kemudian menyebabkan anemia oleh sebab itu tangan anak ini
menjadi pucat. Selanjutnya jika terjadi defisiensi lemak maka akan terjadi
gangguan pembentukan lipoprotein B yang menyebabkan gangguan transfer
6
lemak dari hati ke depot lemak sehingga kolesterol tetap di hati maka terjadi
perlemakan hati oleh sebab itu terjadi hepatomegali. Selanjutnya jika terjadi
defisiensi protein maka asam amino dalam serum akan menurun dampaknya
albumin juga akan menurun yang berarti tekanan osmotik kapiler menurun
menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat maka plasma akan keluar ke
jaringan interstitial dampaknya adalah terjadi udem.
4. Langkah–langkah diagnosis
1. Anamnesis: menanyakan identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat).
Apa pekerjaan orang tua? Survei konsumsi makanan. Sejak kapan gejalanya
muncul? Apakah hilang timbul atau menetap? Apakah ada gejala lain yang
7
Sosio ekonomi rendahAsupan gizi kurang
+lingkungan burukMalnutrisi
(gizi buruk)Def.karbohidratMet.ener
gi Cad.lemak&prot diototAtrofi otot
Def.mineral(Fe) &vit,B comppemb.ent
ukan HB
Muka,telapak tangan&kaki pucat
Def.LemakGgn.pembe
ntukan lipoprotein
β
Ggn.transfer lemak dr hati ke
depot lemakPerlemak
an hatiHEPATOM
EGALI
Def.ProteinAs.amino
dlm serum
Albumin Permeabil
itas kapilerPlasma
keluar ke jaringan
EDEMA
- Pretibial
- dorsu
m pedis
- Asite
s
KURUS
INFEKSI
RESPIRASI
GI
Anoreksia
Sistem imun
ANEMIA
Referensi :Buku anak jilid 1&2 fakultas kedokteran UIBuku Ilmu Penyakit dalam
Bakteri
Diare berula
ng
menyertai? Apakah ada riwayat penyakit terdahulu? Apakah ada riwayat
pemakaian obat-obatan? Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga?
2. Pemeriksaan fisis:
a) Inspeksi. Melihat keadaan umum (kesadaran), keadaan gizi. Dilakukan
secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota
gerak yaitu kaki. Muka, keadaan rambut, edema, atrofi otot dan jaringan,
kelainan kulit, keadaan gigi dan tulang, hati, darah dan sumsung tulang,
pankreas, jantung, serta gastrointestinal. Dinilai apakah pasien tampak
anemia atau tidak. Ada edema atau tidak. Rambut kepala mudah tercabut
tanpa rasa sakit dan rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan
berubah warna menjadi putih. Kulit cenderung kering dengan garis-garis
kulit yang lebih mendalam dan lebar. Hiperpigmentasi dan persisikan
kulit.
b) Palpasi. Menilai adanya pembesaran hepar.
c) Perkusi. Menilai adanya pembesaran hepar dan cairan berlebih.
d) Auskultasi. Menilai bising usus.
3. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah rutin, kimia darah, urin rutin,
dan protein serum.
4. Pemeriksaan antropometrik: berat badan menurut umur, tinggi badan menurut
umur, berat badan menurut tinggi badan, tebal lipatan kulit, dan lingkar
lengan atas.
5. Pemeriksaan radiologi: melihat densitas tulang, serta kelainan organ-organ
yang dapat disebabkan oleh malnutrisi.
8
5. Diagnosis Banding
PEM (PROTEINENERGIMALNUTRISI)
Suatu keadaan yg disebabkan kekurangan atau kelebihan relatif atau absolut,
satu atau beberapa zat gizi esensial, dalam waktu lama sehingga menimbulkan
keadaan patologik
Bentuk umum malnutrition :
1. Undernutrition: Kekurangan jumlah kalori. Contoh: Starvation, marasmus
2. Defisiensispesifik : Ketidakseimbangan satu jenis zat gizi. Contoh :
kwashiorkor, xeroftalmia, beri-beri, dll
3. Imbalance : Ketidakseimbangan antara berbagai zat gizi. Contoh : protein
dgnVit. A, kaloridgnvit. B kompleks
4. Overnutrition: Kelebihan jumlah kalori dan obesitas
Patogenesispenyakitdefisiensigizi :
1. Primer (diitetik) : Asupan makanan tidak adekuat
2. Sekunder (kondisional) :Adanya faktor yang mengganggu digesti, absorpsi
metabolism. Contohnya :malabsorpsi, kebutuhan, katabolisme, ekskresi
berlebihan, inborn error of metabolism.
A. KWASHIORKOR
DEFINISI
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak
mencukupi kebutuhan.
9
ETIOLOGI
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-3 tahun ,namun dapat
pula terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah
sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor
adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau
tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul bahkan
ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adat
atau ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan penyimpangan
keseimbangan nutrisi yang baik.
Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain
memepersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi protein
disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai biologik yang
baik.Bisa juga terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya yang dijumpai pada
keadaan diare kronik,kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria
(nefrosis), infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan melakukan sintesis
protein , seperti yanga didapatkan pula pada penyakit hati yang kronis.
INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Kwashiorkor dijumpai terutama pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada
masa menyusui dan pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang merupakan
golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-
baiknya. Sindrom demikian kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama
negeri yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika
Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa (1,2). Penyakit ini banyak terdapat anak
dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti karena
10
protein yang bermutu baik terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan
seperti protein, susu, keju, telur, daging, dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup
mahal , sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Akan
tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini. Ada
berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang kedele, kacang
hijau, dan sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui atau tidak disadari, bahan
makanan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya (2). Pengetahuan yang
kurang tentang nilai bahan makanan, cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan
merupakan faktor tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene
yang buruk, sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan
timbulnya diare mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.
PATOGENESIS
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan
gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang
menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang
berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup
dalam dietnya. Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin
akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum
merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar, sehingga
kemudian timbul edema.
11
Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan lipoproteinbeta sehingga
transportasi lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi
akumulasi lemak dalam hepar.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup
letargi,apati, dan iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa
pertumbuhan yang tidak memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot,
menjadi lebih peka terhadap serangan infeksi dan edema. Nafsu makan
berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor dan lembek serta ketegangan otot
menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini atau kalau sudah lanjut, infiltrasi
lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara dini,kegagalan mencapai
penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang terjadi ,yang kerap kali telah
terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat pada muka dan anggota
gerak.
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda
moon face dari akibat terjadinya edema.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi
badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium
lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
12
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia,
gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture),
maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala
yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan
tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu
mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang
lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit.
Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih
atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan
oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha,
lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak
kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam.
Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak
mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang
hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan
13
tanda fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat
defisiensi faktor lipotropik
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulan
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai
penyakit lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat
dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang
penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,
B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi
defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan
usus halus terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipmagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-
kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan
hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar
penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi
usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan
defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu,
konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.
Dermatitis juga lazim ditemukan.Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang
mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari..
Rambutnya biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada
anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau
14
abu-abu.Otot-otonya tampak lemah dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak
dibawah kulit yang berlebihan.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang
pertama adalah inspeksi, dapat kita lihatfisik penderita secara umum seperti yang
telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moon face, kelainan kulit
misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada palpasi ditemukan
hepatomegali.
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapahal yang penting di
perhatikan berupa :
1. tesdarah (Hb, glukosa, protein serum, albumin)
2. kadar enzim pencernaan
3. biopsy hati
4. pem. Tinja & urin
Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam
serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,
tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
Kadar glukosa darah yang rendah, pengeluaran hidroksiprolin melalui urin,
kadar asam amino dalam plasma dapat menurun,
PENGOBATAN
15
1. Diit etik
Makanan TKTP = 1 ½ x kebutuhan normal
0 - 3 tahun : 150 -175 kcal/kgBB/hari
Bertahap:
Minggu I (Fasestabilisasi) : 75% - 80% Normal
Minggu II (Fasetransisi) : 150% Normal
Minggu III (Faserehabilitasi) : 150% - 200% Normal
Suplementasi vitamin mineral
2. Vitamin:
Vitamin A oral dosistinggi
200.000 SI > 1 tahun
100.000 SI 6 bulan -1 tahun
50.000 SI < 6 bulan
Vitamin D + B kompleks + C
3. Mineral:
KCI :
Minggu I : 2 - 4 mEq/kgBB/hari
Minggu II + III : 1 - 2 mEq/kgBB/hari (1 mEq = 75 mg)
MgCI2 : 2 - 3 mEq/kgBB/hari 2 - 3 minggu
Zn Sulfat : 1 mg/kgBB/hari
Bila ada anemia defisiensi Fe : 3 mg/kgBB/hari. Fe elemental / peroral dimulai
minimal 1 minggu bebas diare.
Cairan ReSoMal
4. Atasi infeksi/infestasi lain:
Saluran napas, THT, saluran kemih, saluran cerna, sepsis, hipotermi, hipoglikemia
5. Penyuluhan gizi + kesehatan
6. Penyebab kematian
- Diare dehidrasi + gangguan keseimbangan elektrolit
16
- Infeksi berat / sepsis
- Hipotermi, hipoglikemia
- Gagal jantung, koma.
PROGNOSIS
Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti kwashiorkor,
umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada stadium
yang lanjut,walaupun dapat meningkatkan kesehatan anak secara umum, namun ada
kemungkinannya untuk memperoleh gangguan fisik permanen dan gangguan
intelektual. Sedangkan bila penanganan terlambat atau tidak memperoleh penanganan
sama sekali, dapat berakibat fatal.
KOMPLIKASI
1. Syok
2. Koma
3. Cacat permanen
PENCEGAHAN
Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat
dari karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total
kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup
karbohidrat, cukup lemak dan protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Protein
terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein
yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging,
telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo
dan kacang kedelei.
17
B. MARASMUS
DEFENISI
Marasmus disebabkan oleh kekurangan energi. Marasmus berasal dari bahasa
Yunani yang berarti wasting/merusak.
ETIOLOGI: Defisiensi kalori
GEJALA KLINIK
1. BB sangat rendah
2. Degenerasi hebat jaringan lemak subkutan & atrofi otot (wasting hebat)
3. Ekspresi wajah orang tua (old man’s face)
4. Rasio BB/TB rendah
5. Tidak ada edema
6. Kelainan kulit/rambut ringan & jarang
7. Diare berulang tetapi lebih ringan
8. Resistensi tubuh rendah
LABORATORIUM
1. Protein serum normal/subnormal
2. Anemia tdk ada/ringan. Bila berat ankilostomiasis, amubiasis
3. Kadar enzim pencernaan normal
18
4. Biopsi hati / pancreas tak ada kelainan
PENGOBATAN
1. Prisnsip sama dengan kwashiorkor
2. Bila tak ada diare, TKTP penuh minggu I
3. KCl : mgg I : 2-4 mEq/kgBB/hr
mgg II + III : 1-2 mEq/kgBB/hr
C. MARASMIC-KWAHIORKOR
DEFINISI
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor dengan
gabungan gejala yang menyertai.
GEJALA KLINIK
- BB penderita hanya berkisar 60 % dari BB normal
- Gejala khas: edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan lain-lain
- Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena menurunnya lemak dan otot
- Kalium dalam tubuh menurun drastis => ganguan metabolic seperti gangguan
pada ginjal dan pancreas.
- Mineral lain dalam tubuh mengalami gangguan.
PENATALAKSANAAN
- Atasi atau cegah hipokalemia
- Atasi atau cegah hipotermi
- Atasi atau cegah dehidrasi
- Atasi atau cegah gangguan elektrolit
- Obati infeksi
- Perbaiki def.mikronutrien (tanpa Fe dan + Fe)
- Makanan stabil & transisi
- Makanan Tumbuh.kejar
19
- Stimulasi
- Siapkan tindak lanjut
6. Komplikasi Pritein Energi Malnutrisi (PEM)
Bahaya komplikasi pada pasien Malnutrisi Energi Protein sangat mudah mendapat
infeksi karena daya tubuhnya rendah. Infeksi yang paling sering adalah
bronkopneumonia dan tuberkulosis. Adanya atrofi usus menyebabkan penyerapan
terganggu mengakibatkan pasien sering diare. Melihat komplikasi tersebut sukar
untuk dicegah yang perlu diperhatikan adalah kebersihan mulut, kulit, diare, dan
hipotermia.
Komplikasi jangka pendek:
1. Hipoglikemia,
2. hipotermia,
3. dehidrasi,
4. gangguan fungsi vital
5. gangguan keseimbangan elektrolit asam basa,
6. infeksi berat,
7. hambatan penyembuhan penyakit penyerta.
Jangka panjang:
1. stunting
2. berkurangnya potensi tumbuh kembang.
3. Kardiovaskuler
7. Upaya Pencegahan
Ada tiga kondisi yang perlu untuk dapat mencegah malnutrisi, yaitu:
1. Ketersediaan makanan bergizi yang adekuat dan seimbang
20
2. Ketersediaan terhadap akses kesehatan yang baik
3. Pelatihan “Adequate Care and Feeding”
Pencegahan PEM :
1. Program promosi ASI
2. Program peningkatan kualitas makanan
3. Program imunisasi dan perbaikan sanitasi lingkungan
4. Deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi
5. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
6. Pemantauan (surveillance) berat badan tiap bulan pada anak balita di daerah
yang endemis kurang gizi
7. Pemberdayaan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)
Perilaku sadar gizi :
1. Menimbang berat badan bayi secara teratur
2. Memberikan makan beraneka ragam setiap hari
3. Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan,
memberikan makanan Pendamping ASI setelah usia 6 bulan, menyusui
diteruskan sampai usia 2 tahun
4. Menggunakan garam beryodium
5. Memberikan suplemen gizi (kapsul vit. A, tablet Fe)
8. Penatalaksanaan
1. Langkah I : Mencegah & mengatasi hipoglikemia
Tujuan:
- Keadaan dimana kadar glukosa sangat rendah ( < 54mg/dl)
- Anak letargis, nadi lemah dan kehilangan kesadaran
- Gejala keringat & pucat jarang dijumpai pd anak gizi buruk
- menyebabkan kematian, dengan tanda hanya mengantuk
21
Tindakan:
- Sadar: segera berikan larutan glukosa atau gula pasir (10%) secara oral/NGT
(bolus) 50 ml
- Tidak sadar/letargis: segera berikan larutan glukosa 10% secara iv (bolus) 5 ml x
kg BB, dilanjutkan larutan glukosa/ gula pasir(10%) secara oral/NGT (bolus) 50
ml
- Renjatan/shock: segera berikan IV: RL & Dextrosa/glukosa 10% perbandingan 1:
1(RLG 5%) : 5 tts / menit / kg BB 1 jam pertama à Larutan glukosa 10% secara
iv (bolus) 5ml x kg BB
2. Langkah II : Mencegah & mengatasi hipotermia
Tujuan:
- Keadaan dimana suhu aksiler < 36,5oC
- Cadangan energi terbatas, sehingga anak tidak mampu mempertahankan suhu
tubuh.
Tindakan:
- Menghangatkan tubuh: selimut mencegah udara
- Tidak dianjurkan memakai air panas dalam botol
3. Langkah III : Mencegah & mengatasi dehidrasi
Tujuan:
- Tubuh lemah, letargis, kaki tangan dingin, nadi cepat & lemah
- Penyebab renjatan: diare, perdarahan, sepsis
Tindakan:
- Memberikan cairan RLG 5% atau “lar. Resomal” (oralit & mineral mix): IV atau
oral/NGT sesuai kondisi anak
4. Langkah IV : Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
Tujuan:
- Terjadinya edema atau dehidrasi
Tindakan:
22
- Pada edema: jangan diberikan diuretik
- Pada diare pemberian Na dan K, Mg, Zn, Cu
5. Langkah V : Mengobati infeksi
Tujuan:
- Diare, ISPA/pneumonia, parasit/cacing, TBC, malaria
- Dermatosis dan infeksi lain
Tindakan:
- Langsung berikan: cotrimaksasole
- Renjatan: Gentamicin, ampicilin
- Tidak ada perbaikan kloramphenicol
- infeksi lain: antibiotik yang sesuai
6. Langkah VI : Memperbaiki kurang zat gizi mikro
- 2 mg pertama tanpa Fe, selanjutnya berikan Fe
- Berikan vitamin A dosis tinggi (100.000 IU & 200.000 IU)
- Berikan Vitamin C, Asam Folat dan vitamin lain
- Mineral : mineral mix (K, Na, Zn, Mg, Cu)
7. Langkah VII : Memberikan makanan untuk fase stabilisasi dan transisi
Tujuan:
- energi : 80 – 100 Kkal/kg bb/hr, protein: 1 – 1,5 g/kgBB/hr
- cairan : 130 ml/kgBB/hr (edema: 100 ml/kgBB/hr)
- porsi makan kecil dan frekuensi sering
- Hipoosmolar, rendah laktosa dan serat
- F-75, modisco ½ : fase stabilisasi
- energi : 100 – 150 Kkal/kg bb/hr, protein: 2 – 13 g/kgBB/hr, cairan : 150
ml/kgBB/hr
- F- 100, modisco I atau II: fase transisi
- ASI teruskan sampai usia 2 tahun
23
8. Langkah VIII: Memberikan makanan untuk fase rehabilitasi
Tujuan:
- energi : 150 – 220 Kkal/kg bb/hr, protein: 3 – 4 g/kgBB/hr, cairan : 150 - 200
ml/kgBB/hr
- makanan padat
- F-135, modisco lll dan mulai menu makan biasa
- ASI teruskan sampai usia 2 tahun
9. Langkah IX : Stimulasi untuk tumbuh kembang. Anak gizi buruk mengalami
keterlambatan perkembangan mental:
- Kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
- Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain, dan sebagainya)
10. Langkah X : Persiapan tindak lanjut dirumah
- Anak sembuh : gejala klinik tidak ada & BB/TB < - 2 SD
Peragakan pada orang tua:
- Pemberian makan yang lebih sering dengan kandungan energi dan zat gizi yg
lebih padat
- Terapi bermain terstruktur
- kontrol kembali : bln I; 1 x/mg, bln ll; 1 x/2 mg, bln lll; 1x/bln
- Bisa dirujuk ke puskesmas/posyandu
- pemeberian imunisasi dasar & booster
- Vitamin A setiap 6 bulan.
24
25