i
PEDOMAN NASIONAL
PERENCANAAN DAN KONSEP RANCANG BANGUN FASILITAS
RADIOTERAPI
Penyusun :
Prof. DR. Dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, sp. Rad (K) Onk.Rad Prof. DR. Dr. H. M. Djakaria, Sp. Rad (K) Onk.Rad DR. Dr. Sri Mutya Sekarutami, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Nana Supriana, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Dyah Erawati, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Defrizal, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Rosmita Ginting, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Retno K. Waloejo, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Mas Adi Sunardi, Sp. Onk.Rad Dr. Irwan Ramli, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Endang Nuryadi, Sp. Onk.Rad Dr. Arie Munandar, Sp. Onk.Rad Dr. Angela Giselvania, Sp. Onk.Rad Kania Rayani, MARS Wahyu EdY Wibowo, M. Si Herdi Kustriyadi, S. Si
Editor :
DR. Dr. Sri Mutya Sekarutami, Sp. Rad (K) Onk.Rad Dr. Endang Nuryadi, Sp. Onk.Rad Dr. Montesqieu Silalahi Dr. Denny Handoyo Dr. Tiara Bunga Mayang Permata
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ONKOLOGI RADIASI INDONESIA
2018
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………. i KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………. 1 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………… 3 2. PERTIMBANGAN AWAL …………………………………………………………………………. 5 3. STRATEGI PEMBUATAN MASTER PLAN ………………………………………………….. 7
3.1. KETENTUAN HUKUM (PRASYARAT PENGESAHAN) ……………………….. 7 3.2. PERTIMBANGAN GEOTEKNIK ……………………………………………………….. 8 3.3. PENYEDIAAN LISTRIK ……………………………………………………………………. 8 3.4. PROTEKSI KEBAKARAN …………………………………………………………………. 9 3.5. KEPEGAWAIAN RADIOTERAPI ………………………………………………………. 9 3.6. PENILAIAN RISIKO PROYEK …………………………………………………………… 10 3.7. KERANGKA WAKTU YANG BIASA DIGUNAKAN UNTUK SEMUA PEKERJAAN AWAL …………………………………………………………… 10
4. TIM IMPLEMENTASI INTI DAN EXPERTISE ……………………………………………… 11 5. ALUR KERJA DAN KONSEP PERENCANAAN FASILITAS RADIOTERAPI ……… 12
5.1. RESEPSIONIS, ADMINISTRASI DAN AREA TUNGGU ………………………. 13 5.2. AREA KONSULTASI KLINIK (POLIKLINIK) ……………………………………….. 15 5.3. RADIASI EKSTERNA ………………………………………………………………………. 16 5.4. BRAKHITERAPI ……………………………………………………………………………… 21 5.5. PENCITRAAN DAN TREATMENT PLANNING …………………………….. 23 5.6. AREA - AREA YANG TERKAIT LAINNYA ………………………………………….. 25 5.7. PERLUASAN PELAYANAN ……………………………………………………………… 27
Appendix I CONTOH DAFTAR RISIKO PROYEK RADIOTERAPI …………………………… 29 Appendix II CHECKLIST CONTOH PROYEK ……………………………………………………….. 35 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………… 37
1
KATA PENGANTAR
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan insiden kanker sebesar 300% secara global di dunia, dan 70% dari lonjakan tersebut akan terjadi di negara berkembang termasuk indonesia. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa di negara berkembang akan terjadi lonjakan jumlah penderita kanker sebanyak ± 500% pada tahun 2030. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi kanker di Indonesia adalah 4.3 per 1000 penduduk. Bahkan di beberapa daerah prevalensi tersebut lebih tinggi, seperti 7,4 per 1000 penduduk di Jakarta, 8,1 per 1000 penduduk di Jawa Tengah, dan 9,5 per 1000 penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan kanker yang menggunakan sinar pengion, dimana lebih dari 50% penderita kanker akan membutuhkan Radioterapi sebagai bagian dari penanganan penyakit mereka. Sinar pengion yang dibutuhkan dalam terapi radiasi menggunakan energi yang sangat tinggi dapat mencapai 20 MV yang bersifat tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Mengingat besarnya risiko pengobatan dengan radiasi, dalam membangun fasilitas Radioterapi memerlukan perencanaan yang matang dan desain khusus dalam pembuatan bunker pesawat radiasi dan ruangan tersebut tidak hanya memberikan perlindungan radiasi terhadap petugas dan masyarakat umum, namun tetap
memperhitungkan kaidah efisiensi alur kerja agar optimal.
International Atomic Energy Agency (IAEA) merupakan salah satu badan dari PBB (United Nations) yang berfokus pada penggunaan energi nuklir dalam kehidpan manusia, dimana saat ini IAEA telah banyak menerbitkan standar penggunaan energi nuklir baik bagi lingkungan maupun pekerja dan pasien, untuk digunakan pada negara-negara anggotanya.
Terdapat kesenjangan yang besar dalam program pengendalian kanker nasional di berbagai negara berkembang, termasuk fasilitas pelayanan Radioterapi, sehingga IAEA mengeluarkan pedoman umum untuk perencanaan pelayanan Radioterapi nasional, termasuk aspek klinis, fisika medis, proteksi radiasi dan aspek keselamatan radiasi. Indonesia dengan penduduk sekitar 260 juta jiwa (data World Bank 2016), hingga saat ini telah mempunyai 66 pesawat radiasi. IAEA, melalui program di bidang kerjasama bantuan teknis, sering diminta memberikan bimbingan kepada negara-negara anggota untuk proses pembuatan master plan dan konsep desain untuk membangun fasilitas pelayanan Radioterapi. Dalam konteks ini, master plan mengacu pada perkembangan dokumen evolusioner, yang menyediakan kerangka rencana kerja yang dimaksud untuk tindakan yang mengarah ke desain terperinci dari fasilitas Radioterapi. Dokumen ini menginformasikan perkembangan dari studi kelayakan dan panduan perencanaan proyek secara menyeluruh dalam hasil keluaran utama, alokasi dan mobilitas sumber daya yang tepat waktu. Bimbingan serupa mungkin diperlukan bila ingin meng-upgrade atau memperluas fasilitas yang ada.
2
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI), telah membuat dua buku pedoman nasional yang diadopsi dari buku publikasi IAEA, yaitu Standar Pelayanan Radioterapi di Rumah Sakit dan Pedoman Nasional Audit Komprehensif Radioterapi.
Buku pedoman ini mengacu pada IAEA Human Health Reports No. 10, Radiotherapy facilities: Master Planning and Concept Design Considerations bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum dari proses lengkap yang bertujuan sebagai panduan tentang mobilisasi tim dan sumber daya yang tepat untuk memastikan proyek dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Hal ini ditujukan bagi tenaga profesional dan administrator yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur, perencanaan dan pengelolaan fasilitas, termasuk di dalamnya tenaga teknik, kontraktor
bangunan, dan tenaga profesional di bidang radioterapi.
3
1. PENDAHULUAN
Pelayanan Radioterapi merupakan pelayanan yang sangat kompleks, sehingga
diperlukan suatu buku pedoman praktis yang dapat digunakan dalam perencanaan
pelayanan Radioterapi nasional. Buku ini merupakan pendalaman dari buku yang telah
diterbitkan IAEA yaitu Setting Up a Radiotherapy Programme: Clinical, Medical Physics,
Radiation Protection and Safety Aspects, yang juga telah kami sadur ke dalam bahasa
indonesia dengan judul Pedoman Pelayanan Radioterapi di Rumah sakit, yang
menyediakan kerangka kerja untuk pengembangan, implementasi dan program
pengelolaan Radioterapi. Buku ini merupakan pedoman secara Komprehensif
merangkum kebutuhan untuk layanan dalam konteks global dari penatalaksanaan
kanker.
Pedoman ini dilengkapi dengan lokasi dan penataan fasilitas Radioterapi dalam
lingkungan rumah sakit, yang membutuhkan pertimbangan sangat cermat karena peran
dari terapi radiasi yang sangat penting dalam tatalaksana kanker secara multidisiplin,
termasuk persyaratan untuk diagnosis, rujukan yang terkoordinasi dan tingkat lanjut
jangka panjang dari pasien.
Pembangunan bunker untuk menempatkan pesawat Radioterapi dan seluruh peralatan
merupakan tantangan bagi ahli teknik dan membutuhkan pengawasan profesional
untuk memastikan integritas struktural jangka panjang, sehingga pedoman ini menjadi
sangat penting sebagai sebuah desain umum untuk mengakomodir kebutuhan masa
depan dan kemajuan teknologi.
Pedoman ini memberikan informasi mengenai aspek lingkungan, hukum, teknis dan
profesional terkait pengembangan master plan untuk pembangunan fasilitas
Radioterapi. Penggunaan pedoman ini tidak meniadakan tanggung jawab konsultan
teknik, arsitektur, teknik sipil dan teknik elektro untuk mengembangkan desain rinci
yang lengkap dan akurat yang memenuhi kebutuhan pengguna dan telah mematuhi
peraturan dan persyaratan nasional. Tujuan utama dari penyusunan master plan secara
strategis ini adalah untuk menilai feasibilitas secara komprehenshif sesuai dengan
kebutuhan yang ada, dengan menggunakan semua hasil survei dan investigasi untuk
bahan acuan selanjutnya, berupa salinan dari pembuatan akte, zonasi diagram,
komitmen dan kerangka waktu sampai layanan dapat digunakan dan semua kemudahan
yang telah dinegosiasikan.
Dokumen dapat memberikan beberapa pilihan yang berbeda untuk penempatan, serta
rencana jangka pendek, menengah dan panjang untuk memenuhi kebutuhan
pengendalian kanker nasional yang komprehensif, termasuk layanan Radioterapi.
4
Seluruh komitmen serta hasil mitigasi dari segala aspek dengan risiko tinggi juga harus
dipaparkan. Dokumen master plan juga dapat berfungsi sebagi dokumen informasi
terhadap bank dalam hal mendapat dukungan finansial.
Contoh checklist disediakan untuk digunakan sebagai pedoman dalam manajemen
proyek dan untuk menunjukan tahap kritis dalam proses dimana bantuan teknis dari ahli
mungkin diperlukan (lihat lampiran II).
Karena proses Radioterapi berkaitan erat dengan fungsi personal Radioterapi [2],
sehingga rinci dari desain fasilitas penting untuk mencapai ergonormi tempat kerja yang
sehat dan untuk memfasilitasi alur kerja. Oleh karena itu, keseluruhan konsep desain
harus terdiri dari lima area fungsional utama yang mempercepat alur kerja Radioterapi,
yaitu area penerimaan (resepsion) dan konsultasi klinis, (poliklinik), area ruang
pencitraan (simulator) area ruang treatment planning, dan dua area terapi radiasi
(penyinaran) yaitu teleterapi dan brakhiterapi.
Posisi peralatan utama pada berbagai tempat kerja dalam setiap area fungsional diatur
secara terperinci dalam Bab 5, termasuk kemungkinan pengembangan yang akan
dilakukan kemudian.
Fisikawan medis yang mempunyai kompetensi, bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa perhitungan shielding didasarkan pada perkiraan yang akan diterima dari beban
kerja, faktor - faktor penggunaan dan okupansi, serta desain yang mengakomodasi alur
kerja klinis yang diinginkan. Selain itu, pengembangan teknik baru dan teknologi masa
depan juga harus dipertimbangkan.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) diberi mandat untuk menyetujui desain akhir
sebelum konstruksi dan untuk memberi ijin fasilitas radioterapi sebelum dimulainya
pelayanan radiasi pada pasien.
5
2. PERTIMBANGAN AWAL
Setelah diputuskan untuk membangun fasilitas Radioterapi, koordinasi dan pemantauan
yang cermat mengenai perencanaan dan pengaturan kerangka waktu menjadi kunci
untuk suksesnya sebuah proyek. Diperlukan tim profesional dan multidisiplin untuk
merancang, membangun dan komisioning sebuah fasilitas Radioterapi, karena proyek
tidak hanya melibatkan pembangunan bunker, tetapi juga perlu memperhitungkan alur
kerja klinis serta mengantisipasi proses pengembangan di masa depan.
Untuk merencanakan, mengembangkan dan mengawali sebuah program Radioterapi diperlukan suatu peraturan mengenai insfrastuktur keselamatan radiasi yang telah diakui. Untuk mengidentifikasi lokasi terbaik yang memungkinkan, perlu dilakukan analisis situasi yang lebih luas berdasarkan pertanyaan - pertanyaan berikut : (i) Apakah ada sebuah perencanaan pengendalian kanker yang bersifat nasional?
(Lihat ref. [1]). (ii) Apakah sudah memiliki fasilitas? Berapa usia fasilitas yang sudah ada? Apakah
fasilitas tersebut masih berjalan dan bertahan? (iii) Dimana rumah sakit tersier atau Rumah Sakit Pusat Nasional di negara ini? Mana
dari rumah sakit tersebut yang merupakan rumah sakit pendidikan? (iv) Apakah ada sumber daya nasional yang mendukung dalam pendirian atau
pengembangan ilmu onkologi radiasi?
Jawaban atas pertanyaan - pertanyaan tersebut harus menghasilkan keputusan utama
mengenai apakah proyek ini harus menghasilkan fasilitas yang baru atau peningkatan
fasilitas yang sudah ada. Jika tidak ada fasilitas fungsional modern yang sudah ada, maka
diperlukan sebuah master plan atau program rencana pendahuluan. Rincian dari proses
ini dan penilaian ahli yang dibutuhkan diberikan masing - masing dalam bagian 3 dan 4.
Jika fasilitas sudah ada dan ahli yang berpengalaman tersedia, maka pembaca di arahkan
langsung kep[ada risiko dan jadwal yang diberikan dalam lampiran I dan II. Tata letak
umum yang menginformasikan desain untuk fasilitas Radioterapi secara rinci
berdasarkan alur kerja yang khas diberikan dalam Bagian 5.
Demografi suatu negara menjadi unsur yang sangat penting dalam penentuan lokasi dari
sebuah Fasilitas Radioterapi, dimana suatu lokasi yang optimal dapat memberikan akses
yang terbaik. Fasilitas dari praktek medis berbasis bukti, tim multi disiplin untuk
manajemen kanker terpadu dan pendekatan pengobatan secara terstruktur sangat
dianjurkan. Dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas rujukan sebuah fasilitas
Radioterapi maka infrastrukur sektor kesehatan yang terkait, terutama pelayanan
radiologi dan patologi, yang berdekatan dengan fasilitas Radioterapi menjadi hal yang
sangat penting.
6
Sebuah tim proyek dari pemerintah yang terdiri dari setidaknya satu perwakilan dari
masing-masing bidang yaitu dari bidang kesehatan, keuangan dan sektor pekerjaan
umum (infrastuktur atau manjemen fasilitas) dan profesi terkait perlu dibentuk untuk
memberikan lampu hijau dalam pembangunan proyek dan berkomitmen untuk
memberikan pengawasan terkoordinasi yang diperlukan selama proyek.
7
3. STRATEGI PEMBUATAN MASTER PLAN
3.1. KETENTUAN HUKUM (PRASYARAT PENGESAHAN)
Dengan asumsi bahwa telah dilakukan identifikasi terhadap lokasi, prasyarat untuk
mengembangkan studi kelayakan untuk Radioterapi telah sesuai dengan hukum yang
berlaku, yaitu penyelidikan formal dilakukan untuk memastikan bahwa semua aspek
hukum telah terpenuhi. Ini termasuk hak atas lokasi tersebut dan sesuai terhadap
peraturan mengenai infrastuktur untuk mendukung keamanan dan efektifitas dari
proses instalasi peralatan unit Radioterapi [4].
Kepemilikan tanah adalah pertimbangan pertama, diikuti oleh perizinan penggunaan
lahan untuk proyek sektor kesehatan yang menggunakan peralatan Radioterapi
berenergi tinggi. proses zonasi memastikan bahwa tanah tersebut memang, atau dapat
didesain untuk proyek ini. Di beberapa daerah, terdapat zona yang memang harus
diperuntukkan untuk kesehatan, dan zona lainnya untuk bisnis, tidak dapat digunakan
untuk pribadi. Konfirmasi diperlukan mengenai rencana pengembangan masa depan
dari lingkungan sekitarnya, misalnya, rencana untuk membangun bangunan tanah di
lahan yang berdekatan dapat mempengaruhi orientasi dan penempatan bunker dalam
fasilitas Radioterapi. Ukuran Tanah harus memadai; tidak hanya area lahan yang
dikembangkan untuk mengakomodasi rencana saat ini tetapi juga mempertimbangkan
kebutuhan pengembangan dimasa mendatang. Wilayah minimum yang diperlukan
untuk departemen Radioterapi adalah 3500 m2 tidak termasuki akses jalan dan area
parkir dengan asumsi cakupan 50%
Dukungan dan saran dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) juga menjadi kunci
penting untuk membangun senter Radioterapi, khususnya yang berkaitan dengan
perizinan alat dan bangunan; pengelolaan sumber radioaktif; ketenagakerjaan,
perhatian terhadap paparan radiasi medis dan publik; dan proteksi radiasi terhadap
pasien. IAEA juga telah mengeluarkan publikasi mengenai standar keamanan, aspek
proteksi radiasi dan perhitungan perlindungan (shielding) khusus berkaitan dengan
Radioterapi [2, 5, 6].
3.2. PERTIMBANGAN GEOTEKNIK
Survei geoteknik mengkonfirmasi area banjir, zona gempa dan kondisi tanah, yaitu
ketinggian air dan karakteristik tanah. Tujuan dari pengkajian di bidang geoteknik adalah
untuk mengevaluasi stratigrafi lapisan tanah dan menentukan karakter dan sifat fisik
untuk merancang pondasi bangunan. Pengkajian harus menyediakan data yang cukup
kepada ahli geoteknik untuk merekomondasikan desain yang paling tepat dan efisien,
dan informasi yang cukup intuk kontraktor untuk mengajukan penawaran secara tepat
8
dan mengurangi kemungkinan klaim perubahan. Jenis struktur yang akan di bangun dan
kondisi lapangan dan geologi yang diantisipasi memiliki hubungan yang signifikan
terhadap jenis pengkajian yang akan dilakukan. Oleh karena itu, pengkajian harus
direncanakan dengan pengetahuan mengenai ukuran proyek dan beban bangunan serta
pengetahuan tentang sejarah geologi dari daerah tersebut. Pengkajian geoteknik
biasanya meliputi eksplorasi terhadap bagian permukaan dan bawah permukaan dari
lokasi. Pengkajian dan analisa yang lengkap harus mencakup dalam tes in situ,
pengambilan sampel di lapangan, penguji labolatorium, dan analisis teknik dan evaluasi,
denagn hasil dan rekomondasi yang disampaikan dalam bentuk laporan. Pengkajian
analisa harus dilakukan sesuai dengan standar internasional dan prinsip-prinsip yang
berlaku umum di bidang praktik teknik.
3.3. PENYEDIAAN LISTRIK
Ketersediaan listrik tiga fase yang baik perlu dikonfirmasi, sebagai contoh, sebuah
pesawat linear accelator membutuhkan suplai listrik 250V/150A, sebuah mesin
pendingin (chiller) membutuhkan 480V/60A, sebuah sistem air conditioner
membutuhkan 480V/30A, dan sebuah pesawat simulator konvensional membutuhkan
480V/60A. Sebuah ruangan linear accelerator, misalnya, membutuhkan sistem
pertukaran udara ke luar yang mampu mencangkup 2-10 pertukaran volume ruangan
per jam. Jika daya listrik tidak tersedia, biaya mungkin diperlukan untuk pembuatan
gardu listrik tersendiri. Apabila daya listrik yang tersedia tidak memungkinkan harus
dipertimbangkan pindah ke lokasi yang berbeda, atau pengadaan generator diesel,
trasformator, pengkondisi daya atau Uniterupted Power Supplies (UPS), hal tersebut
akan mempengaruhi tingkat teknologi alat atau mesin yang dapat diinstal di lokasi
tersebut.
Selain uraian tentang persyaratan tertentu instalasi listrik untuk Fasilitas Radioterapi
dijelaskan dalam bagian 5, rekomendasi umum terhadap sistem kelistrikan disajikan di
sini untuk membantu desainer dan pengguna fasilitas Radioterapi memahami
kebutuhan proyek yang spesifik dan membantu mereka dalam membuat spesifikasi,
perencanaan dan perancangan distribusi tenaga listrik, pencahayaan, sinyal,
telekomunikasi dan sistem yang terkait. Pembuatan desain sistem listrik fasilitas
Radioterapi harus dilakukan oleh tenaga teknik kelistrikan dan komunikasi yang
terakreditasi dan dikerjakan oleh kontraktor yang berkualitas dan berpengalaman untuk
memastikan lingkungan yang aman untuk staf dan pasien.
Tenaga teknik kelistrikan harus mempersiapkan perhitungan beban yang sesuai dengan
ukuran masing-masing sirkuit cabang dan sirkuit penyuplai, alat proteksi arus lebih, trafo
dan peralatan panel (papan panel, switchboard, switchgear, saklar transfer otomatis,
dan lain-lain). Perencanaan daya dan sinyal menunjukan desain lengkap untuk
penggunaan stopkontak, saluran sinyal dan komunikasi, dan sirkuit utama yang
9
menyuplai peralatan harus disiapkan bersama dengan rencana sistem pencahayaan.
Perencanaan ini, termasuk dari segi pencahayaan, perlu disesuikan dengan persyaratan
suplai daya listrik peralatan Radioterapi.
Kapasitas gardu listrik harus diperhitungkan memiliki power supply yang cukup untuk
kebutuhan seluruh Fasilitas Radioterapi dan untuk pengembangan pelayanan di masa
yang akan datang. Ketersediaan sistem cadangan listrik dalam keadaan darurat harus
tersedia dan sesuai untuk memasok daya listrik terhadap pencahayaan dan peralatan
yang diprioritaskan. Selain itu, UPS ditempatkan dengan strategis, sebagai sumber daya
otonom, dapat diinstal untuk mendukung server penting, workstation, titik lampu,
sistem alarm kebakaran, dan lain-lain. UPS memerlukan ukuran yang sesuai dengan
pengaturan tegangan dan perlindungan terhadap lonjakan listrik secara tiba-tiba (spike)
untuk menyediakan cadangan listrik selama 60 menit. Hal ini dapat dikurangi setidaknya
15 menit jika UPS ini didukung oleh sistem darurat dan melayani hanya untuk periode
peralihan atau mematikan program yang sedang dijalnkan.
3.4. PROTEKSI KEBAKARAN
Hal yang paling penting dalam tim pelaksana proyek harus ada tenaga teknik proteksi
kebakaran yang bertugas memastikan deteksi yang efektif, penahanan, kontrol dan
pemadaman kebakaran pada tahap seawal mungkin. Perencanaan pencegahan
kebakaran tertulis harus dikoordinasikan dengan pihak manajemen. Aspek-aspek yang
harus masuk ke dalam perencanaan adalah pintu darurat, sistem alarm kebakaran
dengan detektor panas/asap, papan petunjuk arah, panel indikator, kotak panggilan,
sirene elektronik dan fasilitas jalan keluar untuk penyandang cacat, ketentuan untuk alat
pemadam api, dan lain- lain. Pertimbangan khusus perlu dilakukan untuk spesifikasi
detektor panas/asap di dalam ruangan terapi radiasi dan simulator, karena alat tersebut
tidak boleh sensitif terhadap paparan radiasi.
3.5. KEPEGAWAIAN RADIOTERAPI
Tim inti pada pelayanan Radioterapi terdiri dari Dokter Spesialis Onkologi Radiasi,
Fisikawan Medik dan Radioterapis (Radiation Therapy Technologist/RTT) yang telah
mendapatkan sertifikat pendidikan akademik dan pelatihan profesi. Tim ini didukung
oleh perawat, tenaga administrasi, tenaga teknik medik, tenaga kesehatan lainnya, dan
lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan pusat Radioterapi tersebut.
Pegawai-pegawai yang dibutuhkan tersebut harus diidentifikasi dari awal perencanaan
mengingat pendidikan yang harus ditempuh cukup panjang, misalnya dokter spesialis
onkologi radiasi membutuhkan pendidikan 3,5 tahun. Sekurangnya, pendapat ahli
(ekspertise) fisika medis dan fisika non medis. Dokter Spesialis Onkologi Radiasi yang
10
bekerja di tempat tersebut diikutsertakan dalam pemilihan alat, clinical commissioning,
pembuatan protokol lokal dan Standard Operating Procedures (SOP). Dianjurkan
seorang fisika medis ikut berperan aktif dalam perencanaan Radioterapi. Berbagai
pertimbangan perlu dipikirkan untuk kesinambungan bagi pengembangan sumber daya
manusia untuk itu sangat disarankan investasi dalam program pendidikan dan pelatihan.
Perluasan dalam bidang pelayanan dan implementasi teknologi Radioterapi yang
berkembang akan memerlukan tambahan pegawai.
3.6. PENILAIAN RISIKO PROYEK
Sebuah penilaian risiko menentukan kemampuan serta keberlanjutan dari proyek
tersebut, dengan mempertimbangkan tidak hanya bangunan akan tetapi juga
pemeliharaan, biaya operasional, bahan habis pakai, pegawai dan akses. Dibutuhkan
sebuah komitmen, sebagai contoh, pengangkatan segera setelah pegawai tersebut
menyelesaikan pelatihan jangka panjang dan memasukan rencana anggaran untuk
perawatan alat paska-garansi. Appendix I menunjukkan sebuah contoh dari daftar risiko
proyek. Dengan membuat penilaian risiko proyek tersebut dapat meningkatkan tim akan
adanya potensi masalah dalam proyek dan sumber dari permasalahan tersebut, contoh
masalah peraturan, keuangan, perencanaan, peralatan dan kepegawaian.
3.7. KERANGKA WAKTU YANG BIASA DIGUNAKAN UNTUK SEMUA
PEKERJAAN AWAL
Appendix II menunjukan checklist proyek yang biasa digunakan dengan kerangka waktu
untuk menyelesaikan proses penyusunan rencana induk (masterplan). Checklist ini
dapat digunakan sebagai sebuah perencanaan proyek maupun alat monitoring.
Checklist ini juga berisi kerangka waktu untuk kegiatan pelatihan pegawai, rekrutmen
tenaga ahli pelayanan dari luar dan inisiasi kegiatan klinik untuk pasien pertama.
Beberapa aktivitas dapat dikerjakan bersamaan secara paralel dan akan mengurangi
waktu pengerjaan secara signifikan, contohnya adalah proses pengadaan dan spesifikasi
alat dapat dilakukan sebelum penyelesaian konstruksi.
11
4. TIM IMPLEMENTASI INTI DAN EXPERTISE
Setelah proyek untuk membuat fasilitas Radioterapi telah disetujui pada tingkat
kementrian, sebuah tim profesional harus dibentuk untuk mengelola proyek tersebut.
Jika tim profesional tersebut tidak dapat dibentuk karena kurangnya tenaga ahli yang
berada di daerah tersebut maka perlu untuk memanggil tenaga ahli dari luar untuk
konsultasi. Tim profesional tersebut harus berisi sebagai berikut:
• Seorang arsitek yang memenuhi kualifikasi, lebih baik yang sudah berpengalaman
dalam perencanaan dan pembangunan fasilitas onkologi radiasi.
• Seorang teknik sipil dengan pengalaman dalam struktur beton concrete besar,
seperti bendungan atau struktur lain dengan ukuran besar. Keahlian dalam
pengecoran beton dalam volume yang besar menjadi persyaratan.
• Seorang teknik mekanik dengan pengalaman dalam perencanaan desain rumah
sakit, termasuk sistem pendinginan, pemanasan dan ventilasi ruangan.
• Seorang teknik elektro dengan pengalaman dalam kalkulasi dan perencanaan
sistem listrik untuk rumah sakit. Tenaga yang mempunyai kemampuan untuk
merencanakan sistem teknologi informasi dan jaringan komunikasi untuk rumah
sakit tersebut sangat disarankan.
• Seorang konsultan atau pengawas keuangan atau yang setara.
• Seorang fisikawan medis Radioterapi yang memenuhi syarat dengan kompetensi
dalam perencanaan departemen Radioterapi baru. sangat penting memiliki seorang
fisikawan medis yang berpartisipasi secara penuh dalam pemilihan spesifikasi alat
yang sesui dengan fasilitas serta kegiatan komisioning untuk menghindari kendala
infrastruktur dan sumber daya.
• Seorang Dokter Spesialis Onkologi Radiasi yang memiliki pengalaman dalam
membentuk dan mengkoordinasi fasilitas Radioterapi didalam kondisi dan sistem
yang memiliki sumber daya yang mirip dengan fasilitas yang akan dibuat adalah
sangat direkomendasikan.
Jika persyaratan tersebut sulit untuk didapatkan, maka menggunakan tenaga ahli dari
luar sebagai konsultan sangat disarankan.
12
5. ALUR KERJA DAN KONSEP PERENCANAAN FASILITAS RADIOTERAPI
Saat ini tatalaksana kanker menjadi semakin terintegrasi dengan disiplin ilmu klinis lain
dan dapat melibatkan salah satu atau semua dari kombinasi di bawah ini :
• Bedah
• Kemoterapi (Onkologi Medik)
• Radioterapi
• Onkologi Pediatrik
• Kedokteran Nuklir
• Pelayanan Diagnostik (Radiologi dan Patologi)
• Pelayanan Suportif : Fisioterapi, Onkologi Sosial, Konseling, Ahli Gigi,
Perawatan Paliatif Suportif, Perawatan Kegawatdaruratan, dll.
Hal di atas disarankan jika fasilitas Radioterapi yang akan dibangun memiliki rencana
untuk melakukan pengobatan secara komprehensif multidisiplin dan memastikan
Departemen - departemen disiplin ilmu lain tersebut mempunyai lokasi yang
berdekatan jika tidak tersedia di instalasi yang sama. Kemungkinan perubahan fasilitas
- fasilitas yang akan datang juga harus dipertimbangkan pada desain dan rancangan
perencanaan, seperti kemungkinan perluasan dari fasilitas maupun pelayanan.
Alur kerja dan pelayanan staf, pasien dan pengunjung harus dipertimbangkan ketika
merencanakan dan merancang dan jika memungkinkan alurnya dipisahkan. Titik
pertemuan antar pasien dan akses publik sebaiknya dipisahkan. Staf hanya masuk dan
keluar pada pintu tersendiri yang disediakan sehingga staf bisa masuk dan keluar tanpa
menggangu akses keluar masuk pasien dan pengunjung. Jalur alternatif untuk masuk
dan keluar juga harus dimasukan kedalam desain sehingga dapat digunakan untuk
brankar dan pasien rawat inap. Penyediaan akses bagi penyandang cacat dan fasilitas
kamar kecil bagi penyandang cacat, dll, juga harus mendapat prioritas utama.
Sebuah fasilitas harus terdiri dari kombinasi lima bidang fungsional utama berikut,yaitu:
- Resepsionis, administrasi dan ruang tunggu; - Poliklinik; - Teleterapi (radiasi eksterna); - Brakhiterapi; - Ruang pesawat pencitraan (simulator, CT simulator) dan Treatment Planning
System (TPS)
13
5.1. RESEPSIONIS, ADMINISTRASI DAN AREA TUNGGU
Resepsionis dan ruang tunggu utama harus terletak di area pintu masuk utama
departemen dan berfungsi sebagai titik distribusi ke semua bagian yang berbeda di
departemen Radioterapi (Gambar. 1). Untuk memberikan petunjuk arah terhadap
berbagai lokasi di departemen misalnya ruangan simulator, TPS, brakhiterapi, pesawat
radiasi, dan lain - lain sebagai contoh dapat berupa petunjuk arah garis berwarna di
lantai. Jumlah pegawai resepsionis harus cukup untuk membantu para dokter onkologi
dan petugas medis dalam melayani pasien baru dan follow up; sebaiknya tersedia satu
orang petugas resepsionis untuk tim yang terdiri dari dua dokter.
Kantor administrasi harus memiliki ruangan terpisah untuk bidang keuangan,
dikarenakan untuk menjaga privasi dan juga dapat membahas hal - hal yang bersifat
rahasia.
Persayaratan untuk penyimpanan status rekam medis pasien dalam waktu yang lama
adalah berbeda di setiap negara. Sebagai pedoman umum, setiap rekam medis anak
disimpan sampai anak telah berusia 18 tahun, atau setidaknya sepuluh tahun setelah
konsultasi terakhir (dipilih mana yang lebih lama). Penyimpanan rekam medis selama 10
tahun juga dapat dipertimbangkan untuk orang dewasa. Ruang yang cukup harus
dialokasikan untuk menampung rekam medik dalam jumlah yang banyak, dan
pengaturan bisa di bagi on-dan offsite (dipisahkan berdasarkan aktif tidaknya rekam
medik). Rekam medik dapat disimpan terpisah dari berkas pencitraan untuk keamanan
ganda. Diperlukan sebuah ruangn terpisah untuk server backup file elektronik pasien
yang aman, sistem informasi manajemen (billing) dan rekam medik. Ruangan ini harus
tahan api dan tahan air untuk menjamin keselamatan hard drive eksternal. Ruang server
harus cukup besar untuk memungkinkan akses pemeliharaan dari semua sisi.
Parkir yang cukup harus disediakan untuk mobil ambulan, staf dan pasien. Idealnya,
tempat parkir pasien harus dialokasikan dekat dengan departemen dan penting untuk
diperhitungkan bahwa, meskipun hanya ada sejumlah pasien datang ke pusat
Radioterapi pada satu waktu yang bersamaan namun pasien tetap manghabiskan waktu
yang cukup lama (berjam-jam) di dalam departemen ketika menjalani perencanaan
simulator/CT simulator, menjalani radiasi, konsultasi dengan dokter atau menjalani
tindakan brakhiterapi.
14
Gambar 1. Denah yang biasa digunakan untuk area resepsionis utama (Gambar diadaptasi dari IAEA
Human Health Reports no. 10)
Ruang tunggu, dapat dirancang terpisah untuk memenuhi kebutuhan. Ukuran ruang
tunggu utama tidak perlu besar untuk memenuhi semua pasien yang datang setiap
harinya, karena ruang tunggu juga harus disediakan di setiap area fungsional, misalnya
di area poliklinik, simulator, brakhiterapi dan pesawat radiasi. Perlu disediakan tempat
untuk berankar pasien dan papan pemindah pasien (stretcher). Idealnya pintu masuk
berankar menggunakan sisi yang terpisah dari pintu belakang, dekat fasilitas perawatan.
Pemisahan ruang tunggu untuk pasien anak - anak juga harus di pertimbangkan.
Penempatan televisi untuk publik di tempat yang strategis dapat meningkatkan
kenyamanan pada area tersebut dengan membuat suatu pengalihan atensi pengunjung.
Idealnya, terdapat akses yang mudah untuk keluar gedung yang memiliki pencahayaan
yang cukup dan memungkinkan pasien serta orang - orang yang menyertainya untuk
keluar dengan cepat. Ketika mempertimbangkan ukuran ruang tunggu, harus
memperhitungkan apakah pasien akan menghabiskan jangka waktu yang lama di ruang
tunggu utama atau apakah mereka akan dialokasikan ke tempat lain, Di beberapa pusat
Radioterapi, sebagian besar pasien (sering disertai dengan kerabat) menghabiskan
sepanjang hari di ruang tunggu utama selama mereka menjalani Radioterapi.
15
Mesin penjual otomatis (contoh : mesin pembuat kopi, mesin penjual minuman kaleng)
dan dispenser dapat tersebar di berbagai daerah tunggu di departemen. Harus ada
fasilitas toilet yang cukup strategis ditempatkan di seluruh area departemen yaitu toilet
untuk pria, wanita dan penyandang cacat, termasuk fasilitas terpisah bagi pengunjung
dan staf. Persyaratan untuk area bersih dan kotor harus ditaati di seluruh area.
5.2. AREA KONSULTASI KLINIK (POLIKLINIK)
Ukuran kamar konsultasi (poliklinik) harus memadai untuk memuat minimal sebuah
meja dan 2-3 kursi pengunjung mencakup area pemeriksaan yang menjadi satu atau
terpisah yang dilengkapi dengan wastafel. Jumlah poliklinik akan berhubungan dengan
jumlah dokter onkologi radiasi, petugas medis dan dokter peserta didik di departemen.
Kemungkinan pengembangan ruangan di masa yang akan datang harus
dipertimbangkan sejak awal dalam rangka menjaga alur kerja dan kebutuhan logistik
dalam desain keseluruhan. Desain yang biasa digunakan dapat dilihat pada gambar 2.
Kamar pre-konsultasi (kamar tindakan atau laboratorium) untuk perawat (dokter
tambahan/ dokter dari luar atau praktisi perawat), harus memiliki sebuah meja kecil,
kursi, meja pemeriksaan pasien, wastafel, timbangan, tempat obat - obatan, peralatan
untuk rawat luka dan perawatan untuk prosedur minor, alat monitoring tekanan darah
juga dapat dipertimbangkan. Apabila terdapat perawat yang telah terlatih dan seyandar
prosedur oprasional yang baik maka kamar ini juga dapat digunakan untuk
mempersiapkan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan klinis oleh dokter.
Para pekerja sosial, ahli gizi dan praktisi medis suportif lainnya mungkin juga perlu diberi
ruang konsultasi atau ruang kerja di dalam gedung Radioterapi. Tergantung pada desain
keseluruhan, ruang kerja yang serupa juga dapat disediakan untuk keperluan kegiatan
evaluasi mingguan terhadap pasien yang sedang menjalani pengobatan dan ruangan
tersebut ditempatkan di sekitar area pengobatan.
16
Gambar 2. Denah yang biasa digunakan untuk area konsultasi klinis (Gambar diadaptasi dari IAEA
Human Health Reports no. 10)
5.3. RADIASI EKSTERNA
Dianjurkan untuk menempatkan ruang untuk pesawat Radioterapi (bunker) di atas
permukaan tanah, bersama - sama dengan seluruh fasilitas. Bila infrastruktur, listrik dan
sumber daya keuangan yang terbatas, maka penggunaan pencahayaan alami dan
ventilasi udara luar dapat dimaksimalkan. Di daerah iklim tropis atau daerah atau daerah
dengan curah hujan tinggi, membuat bangunan tahan/kedap air dan membangun
drainase bisa menjadi suatu tantangan tambahan. Pembangunan ruang bunker di
bawah tanah dimungkinkan apabila perencanaan akan datang, lahan di permukaan
tanah tidak mencukupi.
Idealnya fasilitas ruang radiasi eksterna dirancang dengan ruang bunker yang saling
berdampingan untuk mengurangi biaya yaitu dengan berbagi struktur pelindung utama
dan dengan demikian akan dapat meminimalisir total volume material yang dibutuhkan
untuk bahan pelindung. Dua denah alternatif (pilihan A dan B) untuk pesawat linear
accelerators (LINACs) yang menghasilkan energi maksimal 10 MV di tujukan pada
gambar 3.
Ukuran dalam satuan milimeter dan diberikan untuk beton (concrete) dengan kerapatan
2.35 g/cm3. Beban kerja yang digunakan diasumsikan sebanyak 1000 Gy/minggu yang
diberikan pada isocentre. Keuntungan utama dari penggunaan energi maksimum 10 MV
17
adalah bahwa bahan pelindung neutron (neutron shielding) tidak diperlukan. Namun
demikian, dalam penilaian keselamatan dan keamanan mungkin mengharuskan pintu
dipasang pada akhir labirin di ruang bunker. Namun, perlu dicatat bahwa dalam hal ini,
pintu tersebut hanya berguna untuk membatasi akses dengan menyediakan penghalang
fisik saja dan tidak untuk melindungi terhadap paparan radiasi. Akses selama tindakan
radiasi berlangsung dapat dicegah dengan kombinasi antar sensor cahaya dan/atau
pintu gerbang dorong atau pembatas yang saling bertautan ke panel kontrol pesawat
radiasi. Desain bunker tersebut dapat juga digunakan untuk pesawat Radioterapi yang
menghasilkan energi kurang dari 10 MV (misalnya 60Co teleterapi, LINAC 6 MV energi
tunggal). Persawat radiasi eksterna (teleterapi) moderen yang menghasilkan sinar foton
berenergi megavolt memiliki gantry dengan jarak maksimum antara source-axis sejauh
100 cm. Gantry dan meja pasien pada pesawat radiasi eksterna dirancang untuk
berputar di sekitar isocentre. Dimensi minimum untuk ukuran bagian dalam ruang
pesawat radiasi eksterna adalah 7m x 7m dengan posisi isocentre ditempatkan kira - kira
di tengah ruangan. Dimensi ruangan ini memberikan ruang bagi struktur unit teleterapi
dan untuk pergerakan longitudinal secara maksimum dari meja pasien pada pesawat
radiasi eksterna. Demikian pula, lebar ruangan akan memungkinkan akses yang nyaman
di sekitar gantry dan pasien untuk semua sudut rotasi dari gantry. Tinggi minimum dari
struktur ruangan bunker adalah 4 m, termasuk di sepanjang labirin dari bunker. Tinggi
ini diperlukan untuk memudahkan akses saat perangkat pesawat radiasi itu akan
dipasang di ruang tersebut, juga untuk penyediaan pendingin ruangan, desain sistem
ventilasi udara dan untuk instalasi tambahan pasokan kabel listrik. Lebar labirin 2,0 - 2,2
m juga akan memastikan pergerakan akses memutar yang memadai waktu memasukkan
pesawat Radioterapi ke dalam ruang bunker. Apabila di masa yang akan adatang ada
pertimbangan penggunaan pesawat radiasi yang berenergi lebih tinggi di dalam bunker
tersebut maka perlu dipikirkan untuk pemasangan balok lintel pada labirin dengan
ketinggian 2.4 m dari lantai dengan tujuan untuk mengurangi penambahan bahan
pelindumg terhadap neutron.
Ketika pemasangan alat untuk pertama kalinya, perlu di siapkan untuk alokasi base-
frame; yang diukur dari pusat pada bagian belakang unit, 6 m x 2 m dan kedalaman 0.3
m dari lantai. Proses penyelesaian pembuatan lantai, langit - langit dan dinding harus
diselesaikan oleh supplier sehingga proses penyelesaian akhir dan desain yang
ergonomis akan dapat disesuaikan dengan perangkat Radioterapi di ruangan tersebut.
Sebuah bunker tidak memerlukan bahan pelindung di daerah atap (shielded roof) jika
arah sinar primer tidak akan mengarah ke struktur yang berdekatan di atasnya; hal ini
dapat dikonfirmasi dengan perhitungan geometris dari lapangan radiasi eksterna
terhadap fasilitas bangunan di sekitarnya.
18
OP
SI A
(G
amb
ar d
iad
apta
si d
ari I
AEA
Hum
an H
ealt
h R
epo
rts
no
. 10)
19
OP
SI B
G
amb
ar 3
. Du
a ke
mu
ngk
inan
den
ah (
Op
si A
dan
B )
un
tuk
per
tala
tan
Rad
iote
rapi
Rad
iasi
Eks
tern
al m
enu
nju
kan
des
ain
“pe
nce
rmin
an”
dan
“p
arar
el”
Per
bed
aan
uta
ma
berh
ub
un
gan
den
gan
jara
k p
intu
mas
uk
ke lo
ron
g se
tiap
bu
nke
r. U
kura
n d
ibu
at d
alam
mili
met
er.
(Gam
bar
dia
dap
tasi
dar
i IA
EA H
uman
Hea
lth
Rep
ort
s n
o. 1
0)
20
Akses ke daerah atap itu sendiri harus diberikan pagar dengan kunci pengaman khusus yang terintegrasi pada sistem interlock Radioterapi. Hal ini memungkinkan untuk menempatkan mesin pendingin air (water chiller) dan menempatkan sistem pendingin ruangan di atap, sebagaimana keduanya juga membutuhkan akses yang dapat dikontrol. Sangat dianjurkan bahwa letak poros dari gantry rotation pesawat radiasi harus sejajar atau pararel dengan area kontrol panel pesawat radiasi. Keseluruhan orientasi dari bunker harus sangat memperhitungkan semua area yang padat disekitarnya. Pada denah bunker perlu ditambahkan sistem perlindungan tambahan apabila terdapat beban kerja yang berlebihan dari perencanaan a. Untuk unit yang menggunakan energi lebih tinggi dari 10 MV dan beban kerja kurang dari 1000Gy/minggu, perlu perhitungan secara rinci oleh Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, fisikawan medik dan mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) untuk perlindungan tambahan pada pintu terhadap paparan neutron. Di dalam bunker harus terdapat lemari tempat penyimpanan aksesoris dan perangkat imobilisasi termasuk saluran pipa untuk wastafel. Pada pemasangan pipa dan saluran - saluran termasuk kabel dan sambungan tidak boleh searah dengan gantry agar mudah apabila pada suatu saat diperlukan perbaikan. Selain itu harus disediakan saluran terisolasi (isolated duct) untuk kabel dosimetri yang ada di dalam bunker (minimum diameter 150 mm dan dibuat menyudut seperti pada gambar 4) serta hubungkan dengan saluran sistem pendingin pesawat (chiller). Untuk setiap bunker harus mempunyai ruang kontrol yang terpisah. Pada setiap ruang kontrol harus mempunyai sistem komunikasi interkom dan CCTV untuk pengawasan terhadap pasien di dalam bunker. Monitor CCTV tidak boleh terlihat oleh umum untuk menjaga privasi dan kerahasiaan pasien. Ukuran meja di ruang kontrol harus mempunyai panjang dan lebar yang memadai untuk menempatkan semua informasi pasien seperti status medik pasien serta tidak menghambat pandangan petugas terhadap monitor Stop kontak listrik harus cukup tersedia di sepanjang meja kontrol untuk mengakomodasi berbagai peralatan yang digunakan misalnya untuk sumber listrik viewing box, komputer dan lain - lain. Gambar 4 menunjukan desain gambaran penampang meja kerja yang dapat digunakan pada setiap ruang kontrol. Diperlukan ruang tunggu pasien rawat jalan yang luas dengan mempertimbangkan aspek budaya lokal seperti pemisahan berdasarkan jenis kelamin dan pendamping pasien. Sebaiknya ruang tunggu mempunyai akses yang mudah terhadap pasien yang menggunakan kursi roda dan brankar. Idealnya pada setiap ruangan bunker tersedia 1 stretcher dan 1 kursi roda, minimal 1 stretcher dan 1 kursi roda untuk setiap departemen Radioterapi. Pada ruang tunggu harus ada papan petunjuk yang jelas dalam bahasa indonesia dan bahasa internasional. Alur pasien harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu privasi antara sesama pasien ditempatkan di luar bunker di area
21
ruang pengobatan dan disediakan tempat penyimpanan barang yang keamanannya terjamin. Adanya pemisahan jalur akses antaar pasien dan staf perlu tersedia. Ruang processing film perlu tersedia di dekat bunker dan area brakhiterapi untuk memudahkan petugas. Perlu disediakan ruang kecil dengan ukuran minimal 3m x 3m untuk digunakan sebagai penempatan peralatan dosimetri di dekat bunker yang dibutuhkan fisikawan medik.
Gambar 4. Contoh dari konfigurasi area tempat kontrok untuk operator peralatan radiasi eksterna. Detail A menunjukkan bagaimana kabel peralatan dapat disembunyikan dari pandangan dengan sederhana menyusur di bawah meja. (Gambar diadaptasi dari IAEA Human Health Reports No. 10)
5.4. BRAKHITERAPI Sebuah area brakhiterapi seharusnya terdiri dari ruang pesawat brakhiterapi dengan dinding pelindung khusus, ruang kontrol petugas, ruang persiapan pasien, ruang prosedur medis atau ruang tindakan pemasangan aplikator brakhiterapi, ruang pemulihan pasien, ruang pencucian alat, dan pembuangan limbah medis dan ruang pengolahan film (Gbr.5). Seluruh area tersebut merupakan area khusus petugas. Beberapa senter Radioterapi mempersiapkan pasien langsung di dalam ruang pelaksanaan brakhiterapi sementara pusat lain lebih memilih untuk melakukan hal ini di ruang prosedur medis yang terpisah. Jika pasien dipersiapkan di ruang prosedur yang terpisah, maka digunakan meja pasien yang dapat digerakkan, disesuaikan dan dipindahkan sehinigga pasien tidak perlu berpindah meja dari ruang prosedur
22
pemasangan aplikasi sampai ruang pelaksanaan brakhiterapi. C-arm secara umum diperlukan untuk memastikan pemasangan aplikator dan oleh karena itu, C-arm perlu ditempatkan di ruangan yang sesuai, apakah itu di ruang prosedur pemasangan aplikator atau di ruang pelaksanaan brakhiterapi, hal ini tergantung pelaksanaanya pada pusat Radioterapi tersebut. Apabila terdapat beban kerja yang besar pada brakhiterapi ginekologis dengan teknik 3D, maka dapat dipertimbangkan untuk pemasangan pesawat CT atau MRI pada ruang prosedur. Ruang untuk CT memiliki persyaratan pelindung yang sama dengan bunker sinar X yang digambarkan dalam bagian 5.5. Pilihan lainnya adalah berbagi sumber daya dengan melokasikan area pelayanan brakhiterapi di sekitar area CT scanner untuk keperluan treatment planning (Bagian 5.5). Pada skema bunker brakhiterapi tersebut memperlihatkan sistem perlindungan yang memadai untuk 60Co dengan laju dosis tinggi pada unit afterloading yang merupakan sumber brakhiterapi berenergi tinggi. Sistem perlindungan ini mengasumsikan kegiatan operasional paska aktivitas sumber dalam kondisi maksimum selama 1 jam per shift. Perlindungan tersebut memiliki desain yang rumit dan berkelak - kelok dengan ketebalan tembok dan atap mencapai 100cm (konsep perlindungan primer dan sekunder tidak relevan untuk aplikasi radiasi isotropik). ruangan bebentuk labirin tersebut memiliki lebar 1,8m untuk memberikan kemudahan berakses dalam keadaan darurat dan desainnya menunjukkan tidak adanya pintu. Di setiap ruang brakhiterapi harus mempunyai interlock system. Ukuran ruang bagian dalam brakhiterapi minimal 4 x 4 x 3,6 m (tinggi langi - langit 3m) agar C-arm dan troil memiliki ruangan yang cukup untuk bergerak, ketika pasien sedang disiapkan di ruang treatment. Karena sumber memancarkan ardiasi isotropik, perlindungan untuk atap juga diperlukan. Saluran pembuangan seharusnya juga tersedia untuk prosedur sterilisasi. Lemari untuk penyimpana aplikator yang mudah diakses harus dapat tersedia dengan tempat untuk menggantung transfer tube yang telah diberi tanda cukup jelas untuk meminimalisasi kontaminasi.
23
Gambar 5. Tata letak yang biasa untuk deretan brakhiterapi (gambar diadaptasi dari IAEA Human Health Reports no.10)
Ruang kontrol brakhiterapi memiliki persyaratn yang sama dengan operator pada unit megavolt (lihat bagian 5.3) tetapi harus juga mencakup ruangan untuk treatment planning system yang mendapat akses online. Sebagai alternatif dapat dialokasikan untuk ruang treatment planning workstation, sebagai modifikasinya dapat dilihat dirancang. jika teknik 3D digunakan, tim onkologi radiasi dan fisik medis memerlukan lebih banyak waktu di daerah ini untuk melakukan treatment planning yang sebenarnya. Area kerja ini seharusnya terhubung secara jaringan network dengan CT atau MRI scanner Ruang tunggu sementara dibutuhkan untuk brakhiterapi, tetapi hal ini tergantung lokasi ruangan dengan area tunggu lainnya. Sebagai contohnya adalah ruangan tunggu yang digunakan pada area pesawat radiasi eksterna. 5.5. PENCITRAAN DAN TREATMENT PLANNING Pedoman dari IAEA menjelaskan bahwa untuk peralatan dasar dan penting dari suatu unit Radioterapi memerlukan area ruang pencitraan yang dibutuhkan dalam perencanaan radiasi yaitu ruang simulator. Dua buah bunker sinar X yang masing - masing terhubung dengan ruang kontrol petugas, yaitu simulator dengan fluoroskopi
24
dan sebuah CT simulator adalah disarankan di sini (gambar 6). Syarat perlindungan ruangan adalah dinding terbuat dari bata padat atau beton (concrete) dengan ketebalan 23cm dan pintu geser yang dilapis dengan bahan timbal pelindung yang sesuai dengan standar ruang sinar X untuk keperluan diagnostik. Jendela pengaman untuk operator melihat kedalam ruang pencitraan seharusnya terdiri atas kaca timbal dan tertanam pada struktur tembok. Ukuran ruang bagian dalam seharusnya sama dengan bunker pesawat radiasi ekstema/teleterapi (ukuran minimal struktur 7m x 7m x 4m), karena proses pergerakan dari simulator serta ruang penyimpanan yang dibutuhkan sama seperti pada sistem teleterapi. Ruang khusus untuk memproses film juga direkomendasikan. Ruangan tersebut dapat digunakan sebagai ruang penyimpanan yang aman untuk portable computed radiography reader, printer atau laser imager untuk mengatur hasil gambar yang berasal dari seluruh ruangan pencitraan dan ruang pengobatan serta seluruh peralatan termasuk pencitraan digital. Sebuah ruang pertemuan yang berdekatan ditunjukan juga pada desain ini. Ruangan ini dapat digunakan sebagai bunker alat pencitraan tambahan yang dapat dikembangkan dikemudian hari apabila diperlukan.
Gambar 6. Tata letak yang biasa dari area treatmen planning dan pencitraan untuk Radioterapi (Gambar diadaptasi dari IAEA Human Health Reports no.10)
Syarat untuk sistem manajemen dan perlengkapan teknologi informasi (IT) sangat penting diperhatikan. Ruangan terpisah yang cukup aman sebagai back up untuk treatment planning system, sistem pengarsipan hasil pencitraan, hasil rekam dan sistem verifikasi serta sistem gateway harus tersedia. Ukuran dari ruangan server harus cukup besar agar memudahkan akses pelayanan ke seluruh peralatan yang memungkinkan
25
dari berbagai sisi. Ruangan ini juga harus dilengkapi dengan CCTV serta harus tahan api dan tahan air. Sistem pendingin udara digunakan untuk menjaga agar temperatur seluruh peralatan berada pada tingkat suhu optimum yang direkomendasikan. Pencahayaan dan alamiah sebagai cadangan sangat diperlukan saat kondisi listrik bermasalah. Sistem UPS yang terintegrasi ke seluruh peralatan IT sangat direkomendasikan dan jika ruang baterai UPS tersedia, diharuskan memenuhi standar RS nasional yang berlaku. Sebuah tempat penyimpanan diperlukan untuk sebagai peralatan mould room. Area persiapan pasien diperlukan untuk pembuatan perangkat imobilisasi pasien. Hal ini harus mencakup ruang kerja untuk pembuatan perangkat dan aksesoris lainnya. Pemotongan blok secara manual serta beberapa prosedur kimia memerlukan sirkulasi udara dan ventilasi yang baik Ruang yang didesain untuk treatment planning harus cukup besar untuk menempatkan komputer dan jumlah yang memadai dengan meja persiapan dan viewing box. Area kerja Radoterapi dengan aktivitas pengerjaan teknik dua dimensi membutuhkan viewing box untuk digitizer film. Virtual simulator workstation merupakan perangkat tambahan dari treatment planning workstation dan ketersediaan ruangan untuk oncology workstation untuk mereview film dapat dipertimbangkan. viewing box untuk membaca film harus di pasang di setiap area kerja. Ruang kerja bersama untuk fisikawan medis juga dianjurkan. Ruang tunggu diperlukan bagi pasien. Desain secara keseluruhan perlu memperhatian privasi dari pasien dan kerkahasiaan dari sudut pandang pada berbagai prosedur tindakan dan diskusi biasanya juga dilakukan di tempat ini. 5.6. AREA-AREA YANG TERKAIT LAINNYA Area yang terkait direkomendasikan agar disatukan dalam desain konsep sesuai kebutuhan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut: - Area akademik: Area ini termasuk fasilitas kantor dan pendidikan, bila
memungkinkan. Ukuran ruang pertemuan tergantung jumlah staf/petugas. Idealnya, paling sedikit terdapat satu ruangan pertemuan besar yang dapat menampung tim dokter (termasuk pramedis) dan seluruh kariawan departemen. Alat proyeksi digital (misal LCD) harus tersedia. Ruangan pertemuan yang lebih kecil dapat digunakan untuk pertemuan tertutup, kunjungan ilmiah, auditor, dll, dan ditempatkan pada satu lantai diatas resepsionis dan ruangan administrasi serta ruang poliklinik.
- Kemoterapi: Apabila terdapat Departemen Hematologi-Onkologi Medik (HOM) pada fasilitas kesehatan yang lebih besar, harus ditentukan peranannya dalam protokol kemoradiasi konkuren. Dokter Spesialis Onkologi Radiasi harus turut bertanggung jawab dalam administrasi kemoterapi konkuren. Departemen didesain memiliki area tindakan dengan fasilitas toilet yang terpisah dan mudah
26
dijangkau untuk pasien kemoterapi, serta area untuk pemyimpanan (sesuai dengan persyaratan penyimpanan yang aman), pencampuran dan pembuangan limbah bahan beracun berbahaya (B3) yang digunakan selama pengobatan. Idealnya area tindakan memiliki pemandangankeluar atau akses jalan ke area luar, petugas khusus yang di perlukan adalah seorang apoteker dan seorang perawat onkologi bagi 3-5 pasien per sesi, tergantung tingkatan kesulitan regimenter yang digunakan.
- Pelayanan diagnostik o Secara ideal memiliki fasilitas CT scan tersendiri sebagai CT simulator dan
perencanaan Radioterapi, tergantung pada sumber daya dan besarnya fasilitas Radioterapi. Bila tidak memungkinkan maka syarat minimal adalah terdapatnya akses CT scan dari Departemen Radiologi yang sudah ada.
o Jika memungkinkan, disediakan fasilitas labolatorium sederhana yang dapat melakukan pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan - pemeriksaan lain yang dibutuhkan dalam jangka waktu yang singkat. Alternatif lain adalah kemudahan akses terhadap labolatorium sentral yang ada di rumah sakit atau terdapatnya pelayanan pengiriman hasil pemeriksaan laboratorium.
- Bangsal: beberapa bangsal pasien biasanya ditunjukan untuk pasien Radioterapi. bangsal pria, wanita dan anak-anak dipisahkan bila memungkinkan. Bila disediakan untuk bangsal pasien kanker, maka jarak dari fasilitas Radioterapi harus dekat sehingga memungkinkan transfer harian pasien dari bangsal menjadi lancar.
- Fasilitas transit: bila banyak pasien datang dari luar kota, perlu di pertimbangkan pemberian tempat sementara atau fasilitas transit (seperti pelayanan hotel atau rumah singgah) yang dapat menampung pasien dan keluarganya. Fasilitas ini biasanya bersifat mandiri dan tidak dapat pendampingan penuh dari perawat profesional penurunah kebutuhan rawat inap mengurangi biaya pengobatan dan memastikan bahwa ruang perawatan tidak digunakan untuk alasan sosial. Peranan lembaga sosial masyarakat (LSM dan NGO dapat membantu untuk mendirikan dan mengawasi fasilitas tersebut.
- Fasilitas perawatan paliatif dapat dianggap sebagai bagian dari master plan, dengan memperhatikan privasi pasien terminal yang harus dihormati.
- Fasilitas lainnya: merupakan area lain yang dibuat menurut kebutuhan spesifik dari fasilitas yang telah direncanakan. termasuk didalamnya ruangan konseling, ruang tunggu, ruangan bermain anak, taman ”ruang ibadah”, dll.
27
5.7. PELUASAN PELAYANAN Fase pertama pembangunan fasilitas biasanya disesuaikan dengan ketersediaan dana, sehingga jika terjadi perkembangan fasilitas tersebut dapat menjadi kurang memadai. Apabila master plan atau desain awal tidak memungkinkan untuk pengembangan di masa depan, maka akan menimbulkan permasalahan bila suatu saat diperlukan adanya pengembangan pelayanan. Kebutuhan perencanaan dalam pengembangan dan perubahan tidak boleh berlebihan. Pengembangan harus menjadi bagian dari proses master planning, bahkan bilamana master plan tidak dipersiapkan, pemilik proyek harus memastikan bahwa ada lahan kosong yang tersedia dan semua kebutuhan (listrik air dan pembuangan) dapat ditingkatkan untuk mengakomodasi kemungkinan pengembangan di masa depan Gambar 7 Menunjukan tata ruang keseluruhan pusat Radioterapi, termasuk semua area fungsional yang penting seperti di atas. Gedung - gedung meliputi sekitar 50% total lahan, tata ruang menunjukkan ruang terbuka di tengah yang dapat digunakan dalam cuaca cerah untuk menambah pencahayaan dan ventilasi. Atap kaca juga dapat digunakan pada sepanjang fasilitas Radioterapi. Garis putus - putus mewakili pengembangan area brakhiterapi dan radiasi ekstema, yang tidak akan mengganggu pelayanan. Petunjuk arah dapat menunjukan bagaimana unit Radioterapi dapat terhubung dengan bagian rumah sakit lainnya.
28
Gam
bar
7.
G
amb
aran
u
mu
m
fasi
litas
ra
dio
tera
pi
(ter
mas
uk
sem
ua
wo
rkst
ati
on
).
Jalu
r ak
ses
alte
rnat
if
yan
g m
engh
ub
un
gkan
fas
ilita
s ra
dio
tera
pi d
enga
n de
par
tem
en la
in t
erla
mp
ir. G
aris
tit
ik-t
itik
men
un
jukk
an e
ksp
ansi
ke
dep
an
yan
g ti
dak
aka
n m
emp
enga
ruh
i pel
ayan
an
29
Appendix I CONTOH DAFTAR RISIKO PROYEK RADIOTERAPI
Jenis
Resiko Identifikasi Resiko
Kemungkinan/ Peluang
Konsekuensi/ dampak
Tingkat Risiko Usulan Tindakan untuk Mengatasi Risiko
Pengaturan Kemungkinan ketidakstabilan politik Mungkin Mayor Sangat Tinggi
Memastikan bahwa proyek tidak terlalu lambat, peralatan yang tidak terpakai dan kehilangan garansi dengan tertundanya proyek ketika situasi politik stabil
Pengaturan Pemilik tanah menolak penggunaan lahan untuk oncology centre
Sangat jarang Mayor Tinggi Memastikan kapasitas penggunaan lahan telah tercantum dalam proposal proyek
Pengaturan Pembagian atau pembatas lahan menghalangi penggunaan seperti yang telah di rencanakan
Sangat jarang
Mayor
Tinggi
Memastikan pembagian lahan yang cukup atau kemampuan pembagian ulang lahan tepat waktu sesuai jadwal
Pengaturan Rencana pengembangan lahan terpadu Mungkin Sedang Tinggi
Periksa di dalam usulan penggunaan lahan, kepemilikan lahan dan pembagian lahan lingkungan sekitarnya untuk memastikan usulan fasilitas tersebut dan rencana pengembangan jangka panjang dapat terlaksana
Pengaturan
Adanya rencana pengendalian kanker dan perencanaan sesuai dengan program kementrian kesehatan
Mungkin
Sedang
Tinggi
Periksa apakah ada rencana terstuktur dari kementrian kesehatan untuk memastikan dukungan untuk sentra yang di usulkan
Pengaturan
Persyaratan perijinan (Bagian pengaturan radiasi = misal Batan dan Bapeten) ata kurangnya infestruktu
Mungkin Sedang Tinggi Memastikan kepatuhan sesuai aturan
Pengaturan Kurangnya aplikasi quality assurace (QA) atau kurangnya program QA dalam keseluruhan
Mungkin Sedang
Tinggi
Memastikan kriteria kualitas yang diterima secara internasional dan penilaian pelayanan berdasarkan kriteria tertentu
30
Lingkungan Lokasi sentra pada daerah rawan banjir, gempa bumi, puting beliung, bahaya kebakaran, dll
jarang Mayor Sedang Memastikan bahwa usulan penetapan lahan bukan pada daerah rawan bencana berdasarkan posisi wilayahnya
Lingkungan Lokasi sentra memiliki masalah dengan kondisi tanah dan potensi akses jalan
jarang Mayor Sedang Memastikan pelaksanaan pelaporan geoteknik dan penilaian AMDAL telah selesai
Feasibilitas/kelayakan
Tidak tergabung dengan Rumah Sakit Nasional rujukan tersier atau rumah sakit pendidikan yang dapat menyebabkan persaingan penghasilan pasien
Mungkin Mayor Sangat Tinggi
Memastikan oncology centre telah bekerja sama dengan Rumah sakit tersebut dan sebaiknya berhubungan erat atau bahkan berdekatan lokasinya dengan rumah sakit besar
Kelayakan
Tidak masuknya demografik wilayah dalam penilaian untuk memastikan lokasi optimal dengan akses yang mudah di jangkau
Mungkin Sedang Tinggi Memastikan oncology center dibangun pada lokasi dimana mayoritas pasien yang potensial mudah untuk menjangkaunya
Kelayakan Kurangnya dukungan lokasi dan Kementerian Kesehatan
Mungkin Sedang Tinggi
Memastikan mendapat dukungan sejak awal, seiring Penggunaan biaya yang dapat melebihi rencana anggaran, terutama bila bersaing dengan fasilitas lain yang didirikan oleh Kementerian Kesehatan
Keuangan
Periksa fasilitas lain yang sudah ada yang dapat menjadi saingan untuk mendapat dukungan dan/atau dana dari Kementerian Kesehatan
Sangat jarang Sedang Sedang
Jika fasilitas lain telah ada, pertimbangan kelangsungan hidupnya dan/ atau pertimbangan ulang apakan mengembangkan fasilitas yang sudah ada adalah alternatif yang lebih baik; pastikan kelanjutan dukungan dari Kementerian Kesehatan dalam pembiayaan tambahan dan/ atau pengembangan fasilitas
Keuangan Kekurangan modal untuk desain, membangun dan melengkapi fasilitas tersebut
Sangat jarang Mayor Tinggi
Perencanaan aliran dana jangka pendek dan menengah yang proaktif. Dapatkan dukungan keuangan yang memadai dari pemerintah
Keuangan Kekurangan modal untuk pelatihan staf yang
Sangat jarang Mayor Tinggi Identitas awal bagi staf yang penting dan mencari dukungan dari pemerintah untuk
31
diperlukan untuk menjalankan fasilitas, misalnya Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, radioterapi (Radiation Therapy Technologist/RTT) danfisikawan medik
mendapatkan program pelatihan dalam jangka waktu 2-4 tahun untuk 12-15 orang
Keuangan
Kekurangan modal untuk melengkapi dan menjalankan fasilitas yang telah dibangun secara wajar, termasuk biaya operasional harian, biaya perawat/maintenance, biaya habis pakai
Sangat jarang Mayor Tinggi
Perencanaan aliran dana jarak pendek dan menengah yang proaktif Dapatkan dukungan keuangan yang memadai dari pemerintah untuk biaya operasional harian
Keuangan
Kekurangan modal kerja dimasa depan untuk dapat terus menjalankan operasional fasilitas, termasuk gaji pegawai, sampai dengan biaya penggantian pesawat/source
Sangat jarang Mayor Tinggi
Perencanaan aliran dana jarak pendek dan menengah yang proaktif Dapatkan dukungan keuangan yang memadai dari pemerintah
Bangunan
Terlambat dalam penyelesaian pekerjaan pembangunan, sehingga menunda instalasi alat dan commissioning
Mungkin Mayor Sangat Tinggi
Tunjuk kontraktor dengan catatan kerja yang telah terbukti dalam pekerjaan proyek yang hampir sama di wilayah tersebut dan tepat waktu. pastikan pimpinan proyek dengan bebas siap melaporkan kemajuan kerja dan semua bagian update
Peralatan Kekurangan peralatan pendukung yang berpengaruh pada kualitas pelayanan
Mungkin Mayor Sangat Tinggi
Periksa paket peralatan yang siusulkan memiliki semua komponen yang dibutuhkan untuk pelayanan tingkat tertentu, misalnya dosimetri dan alat-alat keselamatan, pesawat radiasi ektreme dengan simulator dan TPS
Peralatan
Peralatan yang sesuai tidak tersedia ketika akan dipasang
Sangat jarang Besar Meneng
ah
Memastikan bahwa alat hanya dipesan segera setelah proyek dimulai, untuk menjamin waktu pengiriman serta terpenuhinya teknologi mutahir dan dapat di-upgrade
Peralatan
Kelebihan peralatan jika supplier meninggalkan pasar
Mungkin Sedang Tinggi
Memastikan bahwa supplier telah terbukti track recordnya serta memiliki ragam ukuran dan produk yang memadai untuk dapat menunjang perbaikan di masa datang selama peralatan masih ter pasang
32
Peralatan
Peralatan yang didapat lebih dari satu vendor, khususnya pada rencana penggantian, tidak sesuai (kompatibel)
Mungkin Sedang Tinggi
Mendapatkan peralatan yang sesuai (kompatibel) adalah prioritas disamping memecahkan permasalahan yang sulit diatasi dengan menyertakan pihak ketiga penyedia layanan untuk memberikan solusi terintegrasi
Peralatan
Kerusakan/gangguan alat yang tidak terduga karena pemeliharaan yang tidak baik
Sangat Mungkin
Besar
Sangat tinggi
Memastikan bahwa kontrak pemeliharaan dan perbaikan serta seluruh keperluan untuk proses pemeliharaan telah disertakan
Peralatan
Gangguan pada alat yang tidak terduga karena kerusakan yang berat
Jarang Besar Tinggi
Memastikan bahwa kontrak pemeliharaan dan perbaikan serta seluruh keperluan untuk proses pemeliharaan telah disertakan. Selanjutnya menentukan alternatif tempat rujukan pada fasilitas terdekat untuk keadaan dimana peralatan tidak dapat diperbaiki dalam waktu 1 bulan
Peralatan
Tidak tersedianya terknisi untuk kerusakan alat yang tidak terduga
Mungkin Sangat besar Sangat tinggi
Memastikan bahwa kontrak perbaikan dan pengelolaan dijadikan prioritas utama oleh supplier, dan teknisi perbaikan utama telah dilihat sebagai bagian dari proses pengadaan peralatan
Peralatan
Terbatasnya akses logistik internasional untuk suku cadang sewaktu waktu pada saat terjadi kerusakan alat dan saat pemeliharaan rutin
Mungkin Besar
Sanat tinggi
Memperoleh perjanjian tertulis dari supplier bahwa pelayanan pengiriman suku cadang terintegrasi dengan logistik dan prasarana lokal
Peralatan Tersedianya sumber daya dari pihak luar seperti radiologi, kedokteran nuklir, dan lain- lain di lokasi (rumah sakit)
Mungkin Besar Sangat tinggi
Memastikan bahwabunit radiologi dan pelayanan lain setempat telah tersedia dan berjalan dengan baik; jika belum, pertimbangkan sebagai bagian dari proses pengembangan
Pasien Tidak tersedianya transportasi Mungkin Sedang Tinggi
Mempelajari ketentuan layanan bus untuk mengangkut pasien dari daerah yang jauh ke lokasi (sentra pengobatan)
33
Pasien Tidak tersedianya area parkir Jarang Sedang Menengah Negosiasi rencana untuk pengembangan fasilitas parkir
Pasien Tidak tersedianya akomodasi atau fasilitas ruang rawat yang murah
Jarang Sedang Menengah
Mengakses program bantuan masyarakat setempat untuk membantu pembiayaan pasien, antara lain bantuan akomodasi dan transportasi khusus bagi pasien yang sedang menjalani terapi
Pasien Kesulitan komunikasi akibat keragaman budaya
Mungkin Sedang Tinggi
Meninjau kemampuan multibshasa para staf. Memastikanketersediaan penerjemah. Memastikan adanya pekerja sosial atau layanan konseling untuk membantu masyarakat dari berbagai daerah
Pasien Kesmanan pasien dan staf serta barang- barang pribadi mereka
Mungkin Sedang Tinggi Memstikan sistem keamanan berjalan dengan baik bagi pasien, keluarga, dan para staf yang semestinya
Personil
Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, Radioterapis (Radiation Therapy Technologist/RRT) atau fisikawan medis tidak tersedia
Mungkin Besar Tinggi
Menyiapkan para staf sesuai kompetensinya untuk mengikuti pendidikan segera setelah proyek ditandatangani untuk mengurangi ketergantungan pada pihak luar
Personil
Kehilangan (berhentinya) secara tiba-tiba anggota staf inti yang mengakibatkan terhentinya pelayanan
Jarang Besar Tinggi
Menyiapkan daftar staf profesional alternatif dan surat izin kerja bagi staf dari pusat Radioterapi/negara lain sebagai staf cadangan jangka pendek yang dapat dipanggil segera pada saat terjadi kekurangan staf
Personil
Tersedianya jumlah staf penunjang utama yang memadai sesuai kebutuhan, misalnya perawat onkologi,pekerja sosial, tenaga konseling, teknisi mould-room
Mungkin Sedang Tinggi Secara aktif mengelola staf guna melengkapi dan mengupayakan kualitas prima untuk pelayanan berkelanjutan
Personil
Tersedianya spesialisasi lain yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan onkologi misalnya spesialis onkologi, radiologi, kedokteran nuklir
Mungkin Sedang Tinggi Menjalin kerjasama dengan rumah sakit lain yang juga menyediakan pelayanan (Radioterapi) yang sama
34
(non-esensial), spesialis bedah, onkologi medis
Personil
Sulitnya akses ke arsitek khusus, teknisi, konsultan keuangan dan ahli-ahli lain yang dibutuhkan untuk merancang pusat radioterapi khususnya bunker
Jarang Sedang Menengah Jika keterampilan staf lokal tidak memadai, dibutuhkan bantuan dari pihak luar selama priode pembangunan
Prioritas Dapat diabaikan
(Negligible) Kecil
(Minor) Menengah (Moderate)
Besar (Major)
Sangat besar (Catastropic)
Sangat jarang Rendah Rendah Rendah Menengah Tinggi
Jarang Rendah Menengah Menengah Tinggi Sangat tinggi
Mungkin Rendah Menengah Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
Sangat mungkin Menengah Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Ekstrim
Hampir selalu Menengah Sangat tinggi Sangat tinggi Ekstrim Ekstrim
A Ekstrim Ekstrim/(23_25) Aksi segera dan dibutuhkan keterlibatan pihak manajemen senior untuk mengendalikan resiko
B Sangat tinggi Sangat tinggi/(16_22) Penelitian terperindi dan dibutuhkan pengelolaanrencana pada level manajemen senior
C Tinggi Tinggi/(12_15) Membutuhkan perhatian management dan tanggung jawan manajemen khusus untuk mengendalikan resiko
D Menengah Menengah/(6_11) Dikelola oleh pemantauan khusus atau prosedur respon lokal
E Rendah Rendah/(1_5) Dikelola oleh prosedur rutin, jarang memerlukan perhatian khusus
35
Appendix 2
CHECKLIST CONTOH PROYEK
Proses Durasi Penanggung jawab Tanggal mulai Tanggal selesai %Selesai Membangun Program Radioterapi (Siklus I) Perkiraan terbaik masalah kanker nasional Mempersiapkan master plan nasional (contoh: rencana pengendalian kanker nasional, strategi penyakit tidak menular) Memperoleh persetujuan untuk menjalankan proyek Mempersiapkan studi kelayakan Mempersiapkan dokumen-dokumen yang dapat dijadikan jaminan bank untuk proses pendanaan (jika tersedia) Mengidentifikasi jumlah Dokter Spesialis Onkologi Radiasi yang 36-48 bulan dibutuhkan; memulai pendidikan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Mengidentifikasi jumlah fisikawan medis yang dibutuhkan; memulai 24-30 bulan pendidikan fisik medis Mengidentifikasi jumlah radioterapis
(Radiation Therapy Tecnologist/RTT) 12-18 bulan yang dibutuhkan; memulai pendidikan D4 radioterapis (Radiation Therapy Tecnologist/RTT) Perencanaan dan pembangunan fasilitas (Siklus II) Membentuk tim pelaksana Menyelesaikan pengamatan terhadap fasilitas yang telah ada untuk menentukan pilihan lokasi Mempersiapkan master plan awal proyek Pemilihan lokasi
Kepatuhan terhadap aspek hukum Memperbaharui master plan dan disetujui Kepatuhan terhadap prosedur teknis Proses Durasi Penanggung jawab Tanggal mulai Tanggal selesai / Selesai Persiapan jadwal akomodasi Persiapan konsep desain Persiapan denah yang terperinci
36
Mengkonfirmasi desain proteksi radiasi dan sistem perlindungan Mempersiapkan denah secara terperinci pada setiap tahap yang disetujui oleh fisika medis
Mendapatkan persetujuan/izin resmi dari BAPETEN tentang denah yang terperinci
Menyelesaikan gambaran teknik yang terperinci (contoh: mekanik, struktur bangunan, kelistrikan, dan IT)
Mempersiapkan perkiraan biaya berdasarkan rencana akhir Disetujui oleh tim pelaksana Persiapan dokumen-dokumen final untuk bangunan Proses tender, sesuai ketentuan Pembangunan dan pengawasan 12-18 bulan Commission building Komisioning Klinis dan Peralatan (Siklus III) Spesifikasi dan pengadaan alat 12 bulan Pengiriman dan pemasangan alat serta penyelesaian akhir 4-6 bulan Uji kelayakan/Acceptance test dari peralatan 1-2 bulan Komisioning peralatan 2-3 bulan Perizinan fasilitas Pelatihan penggunaan alat 1 bulan Mempersiapkan protokol dan panduan klinis serta prosedur operasional
Memulai pengobatan Evaluasi menyeluruh setelah penyelesaian (post-completion evalation) dan membuat laporan tertulis
37
DAFTAR PUSTAKA 1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Planning National Radiotherapy
Services A Practical Tool, AEA Human Healt Series No.14, IAEA, Vienna(2011) 2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Setting Up a Radiotherapy Program:
Clinical, Medical Physics, Radiation Protection and Safety Aspect, IAEA, Vienna (2008).
3. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Inequity in Cancer Care: A Global
Perspective, IAEA Human Health Repo rts No.3, IAEA, Vienna (2011) 4. EUROPEAN COMMISSION FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE
UNITED NATIONS, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION, OECD NUCLEARENERGY AGENCY, PAN AMERICAN HEALTH ORGANIZATION, UNITED NATIONS ENVIRONMENT PROGRAMME, WORLD HEALTH ORGANIZATION, Radiation Protection and Safety of Radiation Sources; International Basic Safety Standar, IAEA Safety Standards Series No. GRS Part 3, IAEA, Vienna (2014).
5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Applying Radiation Safety Standards in
Radiotherapy, Safety ReportsSeries No. 38, IAEA, Vienna (2006). 6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Radiation Protection in the Design of
Radiotherapy Fasilitas,SafetyReports Series No. 47, IAEA, Vienna (2006). 7. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Roles and Responsibilities, and
Education and TrainingRequesments For Clinically Qualified Medical Physicists, IAEA Human Health Series No. 25, IAEA Vienna (2013)
8. JOINT STANDARDS AUSTRALIA/STANDARDS NEW ZEALAND COMMITTEE, Risk
Management: Principles and Guidelines, AS/NZS 1360/2004, Standards Australia/Standards New Zealand, Sydney/Wellington (2004).