KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR
PEDOMAN CARA PENYUSUNAN HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK)
DI LINGKUNGAN POLRI
KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010, TANGGAL 5 JULI 2010
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
PEDOMAN CARA PENYUSUNAN HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK)
DI LINGKUNGAN POLRI
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring dengan bergulirnya Reformasi Birokrasi di lingkungan Polri,
dimana salah satu programnya adalah Restrukturisasi Organisasi dan Tata
Laksana. Program ini merupakan salah satu langkah pembenahan
fundamental dalam rangka pengkajian kembali terhadap struktur
organisasi Polri beserta dengan posturnya. Pengkajian ini dikandung
maksud untuk mengevaluasi kembali organisasi Polri dan jabatan yang
terkandung didalamnya guna lebih efektif, efisiensi dan akuntabel sesuai
dengan kebutuhan organisasi Polri
Organisasi Polri merupakan suatu organisasi yang terstruktur dan
tergelar dari tingkat pusat sampai ke tingkat kewilayahan, mempunyai
tugas pokok, fungsi, peran dan wewenang serta tanggung jawab.
Perubahan struktur organisasi Polri yang terjadi saat ini merupakan
kebutuhan organisasi. Perkembangan organisasi Polri harus mampu
menjawab tantangan tugas dan beban kerja yang telah dirumuskan dalam
Organisasi dan Tata kerja (OTK) Polri.
Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Polri, diperlukan
adanya koordinasi antar komponen/unsur-unsur pengemban fungsi pada
setiap tingkat organisasi Polri yang diatur dalam Hubungan Tata Cara Kerja
(HTCK) .....
2 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
(HTCK). Adapun hubungan ini diatur dalam bentuk vertikal, horisontal,
diagonal dan lintas sektoral. Hubungan Tata Cara Kerja di lingkungan Polri
disusun sebagai penjabaran tugas pokok dan fungsi dari satuan-satuan
organisasi di lingkungan Polri, sehingga tugas-tugas baik di bidang
operasional maupun pembinaan dapat terselenggara dengan baik.
Pelaksanaan tugas akan dapat berhasil dengan maksimal apabila ada
suatu mekanisme kerja yang teratur dan tertib guna mendinamisir
organisasi secara efektif dan efisien.
2. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2010,
tanggal 4 Agustus 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
c. Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 tanggal 14 September
2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan
Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
d. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September
2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah;
e. Surat .....
3 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
e. Surat Perintah Kapolri No. Pol. : Sprin/2134/XII/2008 tanggal 19
Desember 2008 tentang Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi
Polri;
f. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/360/VI/2005 tanggal 10
Juni 2005 tentang Grand Strategy Polri Th 2005 - 2025.
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud dari penulisan naskah ini, sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas Polri, sehingga mekanisme dan pelaksanaan
kinerja dapat terlaksana dengan baik serta menghindari terjadinya
tumpang tindih atau penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan
tugas.
b. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan pedoman ini adalah guna
melancarkan pelaksanaan tugas antar unsur-unsur pengemban
fungsi dalam organisasi Polri dan tercipta hubungan kerja yang
kondusif, tertib dan harmonis.
4. Ruang Lingkup
Pedoman Penyusunan Hubungan Tata Cara Kerja di lingkungan
Polri memiliki ruang lingkup mengatur tata cara/mekanisme/metode dalam
penyusunan HTCK pada satuan-satuan fungsi di lingkungan Polri yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi Polri.
Tata .....
4 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
5. Tata Urut
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PERAN, FUNGSI DAN SASARAN HTCK
BAB III BENTUK HUBUNGAN TATA CARA KERJA POLRI
BAB IV MEKANISME PENYUSUNAN HTCK
BAB V KESIMPULAN
BAB VI PENUTUP
6. Pengertian-pengertian
a. Hubungan adalah perwujudan yang saling berkaitan antar
komponen/unsur-unsur pengemban fungsi dalam suatu organisasi;
b. Tata Cara Kerja, adalah aturan-aturan yang harus diikuti dalam
melaksanakan kerja di lingkungan organisasi, sesuai dengan struktur
dan hubungan fungsional antar komponen/unsur-unsur dalam
organisasi tersebut;
c. Hubungan Tata Cara Kerja yang selanjutnya disebut HTCK,
adalah suatu prosedur yang mengatur tentang mekanisme
hubungan kerja antar komponen/unsur-unsur pengemban fungsi di
lingkungan organisasi Polri dengan unsur-unsur pengemban fungsi
di lingkungan organisasi atau lembaga Pemerintah Non Polri yang
dilaksanakan secara sistematis, transparan, proporsional, koordinatif
serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku guna mencapai tujuan
yang diinginkan;
d. Kepolisian ....
5 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
d. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disingkat Polri, adalah suatu instansi Pemerintah atau Aparatur
Pemerintah setingkat Departemen, yang berkedudukan di bawah
dan bertanggungjawab kepada Presiden, serta mempunyai tugas
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat;
e. Unit Organisasi adalah organisasi Polri, dimana Kepala Unit
Organisasi dijabat oleh Kapolri;
f. Satuan Kerja, yang selanjutnya disebut Satker, adalah satuan
pengguna anggaran/pengguna barang yang berada di lingkungan
Polri;
g. Tugas, adalah sekelompok kegiatan yang dikerjakan oleh suatu
organisasi;
h. Kegiatan, adalah penjabaran dan atau bagian daripada program
yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa Satuan Kerja di
lingkungan Polri sebagai bagian dari pencapaian tujuan dan sasaran
program/rencana kerja Polri;
i. Tugas pokok, adalah sekumpulan kegiatan yang ada dan menjadi
tanggung jawab dalam suatu organisasi;
j. Peran .....
6 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
j. Peran adalah aturan main, dalam hal ini terkait dengan organisasi
Polri dalam menata hubungan koordinasi antara satu satuan fungsi
Polri dengan satuan fungsi Polri lain;
k. Wewenang, adalah hak dan kekuasaan setiap pejabat di lingkungan
Polri untuk mengambil sikap atau tindakan tertentu dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab
dibidangnya masing-masing;
l. Tanggung Jawab, adalah suatu kewajiban atau keharusan bagi
setiap Pejabat/staf di lingkungan Polri untuk mempertanggung
jawabkan atas segala sesuatu yang diemban dan menjadi tanggung
jawabnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi pada kesatuannya
masing-masing;
m. Bentuk, adalah wujud (lurus/sejajar/mendatar/horinzontal) ; tegak
lurus/berjenjang dari atas ke bawah/ dari bawah ke atas/vertikal) ;
diagonal;
n. Hubungan Vertikal, adalah keterkaitan antar fungsi dalam rangka
pelaporan dan pengendalian yang bersifat tegak lurus/berjenjang
dari atas ke bawah/dari bawah ke atas;
o. Hubungan Horizontal, adalah keterkaitan antar fungsi dalam
rangka koordinasi yang bersifat lurus/sejajar/mendatar atau
setingkat;
p. Hubungan .....
7 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
p. Hubungan Diagonal, adalah keterkaitan antar fungsi sifatnya tidak
vertikal/tidak horizontal dan dapat menjangkau eselon lain yang lebih
tinggi maupun antar fungsi di lingkungan Polri;
q. Hubungan Lintas Sektoral, adalah kerja sama dengan
instansi/lembaga di luar Polri dalam rangka kegiatan dan
pelaksanaan fungsi teknis yang menjadi tanggung jawabnya.
II. PERAN, FUNGSI DAN SASARAN HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK)
POLRI
7. Peran Hubungan Tata Cara Kerja (HTCK)
a. Hubungan Tata Cara Kerja Polri berperan sebagai urat nadi dari
organisasi Polri.
b. Hubungan Tata Cara Kerja Polri berperan juga sebagai aturan main
bagi suatu organisasi dalam melaksanakan tugas, fungsi, tanggung
jawab dan kewenangan dari setiap Satuan Fungsi Polri.
8. Fungsi Hubungan Tata Cara Kerja (HTCK)
Hubungan Tata Cara Kerja dalam organisasi Polri berfungsi sebagai :
a. Bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan/penetapan
kebijakan mengenai pelaksanaan tugas, fungsi, tanggung jawab dan
kewenangan;
b..Tolok ….
8 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
b. Tolok ukur/acuan atau pedoman dalam melaksanakan tugas, fungsi,
tanggung jawab dan kewenangan dari setiap Satuan Fungsi Polri;
c. Alat/cara/aturan main yang dapat menghindari terjadinya tumpang
tindih atau penyalahgunaan wewenang;
d. Barometer atas keberhasilan pelaksanaan tugas/kegiatan maupun tujuan yang hendak dicapai.
9. Sasaran Hubungan Tata Cara Kerja (HTCK)
Organisasi Polri dapat berjalan dengan baik apabila :
a. Tugas pokok dan fungsi Polri terlaksana secara optimal;
b. Tercipta tata kelola, prosedur dan mekanisme sehingga tugas dapat
dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel serta terhindarnya
tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas;
c. Tercipta administrasi/manajemen yang tertib, baik dan benar.
III. BENTUK HUBUNGAN TATA CARA KERJA POLRI
10. Organisasi Polri
a. Organisasi Polri sebagaimana organisasi pada umumnya dalam
penyelenggaraan tugas sehari-harinya mengatur hubungan-
hubungan dan tata kerja sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi
yang berlaku di lingkungan Po lri;
b. Dalam ….
9 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
b. Dalam tataran organisasi Polri dikenal Unsur Pimpinan, Unsur
Pembantu Pimpinan/Staf, Unsur Pelayanan Staf, Unsur Pelaksana
Pendidikan dan Staf serta Unsur Pelaksana Pusat dan Unsur
Pelaksana Wilayah (Polda) yang dilengkapi dengan tugas pokok dan
fungsi, wewenang dan tanggung jawab, nomenklatur jabatan dan
susunan jumlah personel;
c. Guna adanya keselarasan dan keharmonisan dalam mekanisme
kerja antar fungsi, maka perlu dibuat aturan Hubungan Tata Cara
Kerja (HTCK) di lingkungan Polri yang patut dipedomani dalam
mengadakan koordinasi baik secara horisontal, vertikal, diagonal
dan lintas sektoral;
d. Hubungan Tata Cara Kerja ini dilaksanakan secara sistematis,
transparan, proporsional, koordinatif, integratif, komunikatif serta
efektif, dan efesien sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga dapat
terhindar dari tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
11. Bentuk HTCK
a. Bentuk Hubungan
1) Hubungan Vertikal, adalah keterkaitan hubungan langsung
tegak lurus dari atas ke bawah yaitu dari unsur pimpinan
kepada unsur pembantu pimpinan dan pelaksana tugas pokok
dibawahnya yang bersifat perintah dan pengendalian, dan
sebaliknya dari bawah ke atas yaitu dari unsur pembantu
pimpinan kepada unsur
pimpinan ....
10 LA LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010 MPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI NOMOR : KEP/ / /2010 TANGGAL: 2010
piminan di atasnya yang bersifat menerima perintah dan laporan.
Contoh :
KETERANGAN :
= BERSIFAT PERINTAH
= BERSIFAT LAPORAN
2) Hubungan Horizontal, adalah keterkaitan hubungan
langsung dan sejajar/mendatar antar komponen atau unsur-
unsur dalam organisasi Polri. Hubungan horizontal dilakukan
dalam rangka kordinasi pada tingkat otoritas yang sama
dalam organisasi Polri dan mempunyai atasan yang sama.
Hubungan ….
UNSUR PIMPINAN
KAPOLRI/WAKA
UNSUR YAN PIMP / STAF
UNSUR LAKS UTAMA PUSAT
UNSUR LAKS DIK & STAF SUS
UNSUR PEMB PIMP / STAF
UNSUR LAKS UTAMA WILAYAH
KAPOLDA
PERINTAH
LAPORAN
PERINTAH
LAPORAN
Pimpinan
Pembantu pimpinan
Pembantu pimpinan
Pembantu pimpinan
Pembantu pimpinan
Pelaksana tugas pokok
11 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
. Hubungan dilakukan pada batas-batas fungsional atau
satuan kerja dan diantara fungsi atau satuan kerja tidak saling
menjadi atasan dan bawahan.
Contoh :
a) Koordinasi yang terjadi antara Unsur Pembantu
Pimpinan/Staf .
Contoh : Derenbang Kapolri dengan Delog Kapolri.
b) Koordinasi yang terjadi antara Unsur Pelayan.
Contoh : Setum Polri dengan Denmabes Polri
c) Koordinasi yang terjadi antara Unsur Pelaksana
Pendidikan dan Staf Khusus.
Contoh : AKPOL dengan Lemdiklat Polri.
Contoh ….
DERENBANG DELOG
SETUM
DENMABES
AKPOL LEMDIKLAT
12 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
d) Koordinasi yang terjadi antara Unsur Pelaksana Utama
Contoh : Bintelkam Polri dengan Bareskrim Polri.
3) Hubungan Diagonal, adalah keterkaitan hubungan tidak
langsung antar komponen/unsur-unsur dalam organisasi
(tidak vertikal maupun horizontal) bersifat koordinasi dan
dapat menjangkau eselon yang lebih tinggi.
Contoh :
a) Koordinasi para Kapolda dengan pejabat utama
Mabes Polri.
b) Koordinasi antara Kapolres dengan pejabat utama
Polda.
c) Koordinasi yang dilakukan dari pejabat yang satu
tingkat di bawah pejabat utama dilakukan dengan
hubungan diagonal maka harus membuat laporan
hasil koordinasi, dan apabila dalam bentuk surat
maka harus ada tembusan kepada atasan langsung.
Contoh :
Koordinasi antara Kapolda dengan Karo Jakstra
Sderenbang Polri, maka surat disertai tembusan
kepada Derenbang Polri.
Contoh …..
BAINTELKAM BARESKRIM
13 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
Contoh :
Kepada
Yth. Derenbang Kapolri
u.p. Karo Jakstra
ISI SURAT DALAM BENTUK LAPORAN
Dari
Kapolda
Tembusan :
1. Kapolri;
2. Derenbang.
2
1 3
d. Bagi ….
DERENBANGG
KARO JAKSTRA
KAPOLDA
14 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
d. Bagi pejabat yang melakukan koordinasi dengan fungsi
lain, jika menggunakan surat, maka koordinasi harus
melalui pimpinannya/atasan dengan mencantumkan
u.p. (untuk perhatian) pada isi surat.
Contoh :
Koordinasi dalam bentuk surat dari Kapolres kepada
Karo Ops Polda, maka surat yang ditujukan kepada
Kapolda menggunakan u.p. Karo Ops.
Kepada
Yth. Kapolda
u.p. Karo Ops
ISI SURAT DALAM BENTUK KOORDINASI
Dari
Kapolres
Tembusan :
Kapolda.
2
1 3
4) Hubungan …..
KAPOLDA KARO OPS
KAPOLRESS
15 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
4) Hubungan Lintas Sektoral, adalah hubungan kerja sama
yang dilakukan oleh organisasi Polri dengan instansi
pemerintah lainnya (Non Polri) yang bersifat kordinasi dalam
rangka pelaksanaan tugas atau merupakan tugas bersama
baik dalam bentuk hubungan horizontal maupun diagonal
Contoh :
Hubungan bentuk horizontal :
a) Tingkat Mabes Polri, hubungan Kapolri dengan :
(1) DPR RI;
(2) Pimpinan Departemen/Lembaga/instansi
setingkat Departemen;
(3) Kepala Staf Angkatan TNI;
(4) Jaksa Agung dan unsur CJS tingkat pusat;
(5) Pimpinan media massa;
(6) Para Gubernur.
b) Tingkat kewilayahan, hubungan Kapolda dengan :
(1) DPRD TK I;
(2) Para Gubernur, para Bupati;
(3) Unsur CJS tingkat Propinsi;
(4) Para Kanwil, dll.
Hubungan bentuk diagonal :
a) Hubungan Derenbang Kapolri dengan pimpinan
instansi/Lembaga setingkat Departemen (Dep. Ku,
Dirjen Anggaran, Bappenas).
b) Hubungan ….
16 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
b) Hubungan Karo Renbang Polda dengan Dispenda.
c) Hubungan Dir Lantas Polda dengan DLL- AJR.
d) Hubungan Kabidku Polda dengan KPKN.
b. Sifat Hubungan
1) Perintah adalah kewenangan pimpinan untuk memberikan
perintah kepada setiap pejabat yang berada dibawahnya.
2) Laporan adalah kewajiban staf yang berada dibawahnya
melaporkan tugas dan tanggung jawab kepada pimpinan.
3) Koordinasi, adalah kegiatan yang dilaksanakan antar unsur
pengemban fungsi dalam suatu organisasi Polri atau antar
organisasi Polri dengan organisasi non Polri dalam rangka
pelaksanaan tugas.
IV. MEKANISME PENYUSUNAN HTCK
12. Metode Penyusunan HTCK
a. Dalam penyusunan HTCK dilakukan dengan menjabarkan/
menggambarkan dan menguraikan (deskriptif analisis) secara jelas
tentang tugas pokok dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing komponen/unsur-unsur organisasi;
b Hasil dari penjabaran/penggambaran dan penguraian ini dianalisa
guna mencari faktor-faktor apa yang menghambat/permasalahan
yang muncul, kemudian dirumuskan secara jelas solusi
pemecahannya.
10. Teknik …..
17 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
13. Teknik Penyusunan HTCK
a. Teknik penyusunan HTCK di lingkungan Polri disusun secara
sistematis, terukur, logis, rasional, transparan, proporsional dan
akuntabel;
b. Penyusunan HTCK juga harus melihat peran dan fungsi serta tujuan
organisasi Polri.
14. Syarat Penyusunan HTCK
a. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta wewenang dan
tanggung jawab unit organisasi/ satuan kerja masing-masing;
b. Berorientasi pada pencapaian tujuan dan sasaran serta target yang
ingin dicapai;
c. Memberikan kemudahan dalam pelaksanaan tugas;
d. Mendapatkan pengesahan atau ditandatangani oleh pimpinan/
Kaepala Satuan Fungsi/Kasatfung.
15. Tahapan Penyusunan HTCK
a. Tahap Persiapan
1) Mengadakan koordinasi dan kerja sama dengan pejabat/staf
di lingkungan Polri/satuan kerja dan organisasi non Polri,
dalam rangka inventarisasi tugas pokok dan fungsi,
wewenang dan tanggung jawab masing-masing;
2) Dalam …..
18 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
2) Dalam tahap persiapan ini harus memperhatikan
perkembangan/perubahan organisasi Polri dan non Polri,
terutama yang berkaitan dengan adanya validasi organisasi;
3) Menyiapkan Tim Pokja dalam penyusunan HTCK.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Menyusun konsep awal/draft HTCK;
2) Mengajukan konsep awal/draft kepada pimpinan/Kasatker
untuk koreksi dan arahan;
3) Menyempurnakan naskah HTCK yang telah mendapat koreksi
dan arahan dari pimpinan, kemudian diajukan untuk
penandatanganan oleh pimpinan/Kepala Satuan Fungsi;
4) Naskah yang telah ditandatangani kemudian disosialisasikan
dan didistribusikan di lingkungan dan jajaran kesatuannya.
c. Tahap Pengawasan dan Pengendalian
1) Setiap Kepala Satuan Fungsi wajib melakukan pengawasan
dan pengendalian terhadap pelaksanaan HTCK;
2) Menyusun hasil temuan pengawasan dan pengendalian untuk
bahan pelaporan dan evaluasi.
3) Pengawasan ….
19 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan HTCK dilakukan oleh :
a) Pengawasan internal dilakukan oleh Kepala Satuan
Fungsi/Kasatfung;
b) Pengawasan eksternal dilakukan oleh pimpinan atas;
c) Pengawasan fungsional dilakukan oleh
Irwasum/Irwasda.
4) Pengawasan dan pengendalian dilakukan secara periodik
(bulanan, triwulan, semester dan tahunan) oleh para pimpinan
atau Kepala Satuang Fungsi/Kasatfung masing-masing.
d. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
1) Kepala Satuan Fungsi/Kasatfung wajib melaporkan dan
mengevaluasi hasil pelaksanaan HTCK secara berjenjang;
2) Menindaklanjuti hasil temuan pelaksanaan HTCK dan
menyusun rencana kegiatan atau tugas yang akan
dilaksanakan selanjutnya.
e. Tahap Kewenangan dan Tanggung Jawab
1) Setiap Kepala Satuan Fungsi/Kasatfung di lingkungan Polri,
berwenang dan bertanggung jawab menyusun HTCK sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi di kesatuannya masing-
masing;
2) Penyusunan HTCK di lingkungan Polri dilakukan oleh :
a. Semua ….
20 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
a. Semua Satuan Fungsi/Satfung baik di tingkat Mabes
Polri maupun Polda;
b. Tingkat Polres;
c. Tingkat Polsek.
3) Setiap Kepala Satuan Fungsi/Kasatfung di lingkungan Polri,
berwenang dan bertanggung jawab untuk mengesahkan atau
menandatangani naskah HTCK;
3) Setiap Ka Unit Organisasi di lingkungan Polri bertanggung
jawab atas pelaksanaan naskah HTCK yang telah disusun.
16. Sistematika HTCK
Guna keseragaman dalam penyusunan HTCK pada setiap Unit Kepala
Satuan Fungsi, maka perlu adanya sistematika sebagai pedoman dalam
penyusunan HTCK (sistematika terlampir).
V. KESIMPULAN
17. Hubungan Tata Cara Kerja di lingkungan Polri merupakan urat nadi dalam
penataan tugas pokok dan fungsi organisasi Polri, agar mekanisme kerja
dapat berjalan dengan teratur dan tertib serta lebih efektif dan efisien;
18. Hubungan ....
21 LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/ 425 / VII / 2010
TANGGAL : 5 JULI 2010
18. Hubungan Tata Cara Kerja ini dilakukan dalam bentuk vertikal, horisontal,
diagonal dan lintas sektoral disesuaikan dengan sifat pelaksanaan tugas
apakah dalam bentuk laporan, perintah maupun koordinasi;
19. Dalam penyusunan Hubungan Tata Cara Kerja ini dilaksanakan dengan
tahapan persiapan, pelaksanaan dan pengawasan pengendalian oleh
masing-masing Satuan Fungsi Polri dan kemudian mensosialisasikan ke
jajaran serta mengevaluasinya.
VI. PENUTUP
20. Demikian Pedoman Penyusunan Hubungan Tata Cara Kerja ini disusun,
guna dapat sebagai pedoman bagi setiap Kepala Satuan Fungsi Polri
dalam menyusun HTCK di lingkungan Satuan Fungsinya masing-masing.
Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal : 5 JULI 2010
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TTD.
Tembusan : Drs. H. BAMBANG HENDARSO DANURI, M.M. Distribusi A, B, C dan D Mabes Polri. JENDERAL POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR
KEPUTUSAN KEPALA NEGARA REPUBLIK INDOESIA Nomor : Kep/ 425 / VII /2010
tentang
PEDOMAN CARA PENYUSUNAN
HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK) DI LINGKUNGAN POLRI
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : bahwa organisasi Polri merupakan suatu organisasi yang terstruktur
dan tergelar dari tingkat pusat sampai ke tingkat kewilayahan,
mempunyai tugas pokok, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawab. Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Polri,
diperlukan adanya hubungan antar komponen/unsur-unsur
pengemban fungsi pada setiap tingkat organisasi Polri, untuk itulah
perlu diatur dalam Pedoman Penyusunan Hubungan Tata Cara Kerja
(HTCK) di Lingkungan Polri.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia ;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor .... Tahun 2010,
tanggal ..... 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian
Negara Republik Indonesia ;
3. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/.../....2010, tanggal ....... 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-
satuan ....
2 KEPUTUSAN KAPOLRI NOMOR : KEP/ 425 / VII /2010 TANGGAL: 5 JULI 2010
satuan Organisasi Pada Tingkat Markas Besar Kepolisian
Negara Republik Indonesia ;
4. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/...../...../2010, tanggal
........2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan
Organisasi Pada Tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia
Daerah ;
5. Surat Perintah Kapolri No. Pol. : Sprin/2134/XII/2008 tanggal 19
Desember 2008 tentang Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi
Polri ;
6. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/360/VI/2005 tanggal
10 Juni 2005 tentang Grand Strategy Polri Th 2005 – 2025.
Memperhatikan : saran dan pertimbangan staf Mabes Polri.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PEDOMAN CARA PENYUSUNAN
HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK) DI LINGKUNGAN POLRI
1. perlu pengkajian dan evaluasi kembali tentang Hubungan Tata
Cara Kerja di masing-masing Unit Organisasi, sehingga
hubungan itu dapat bersifat efektif dan efeisien serta memenuhi
kebutuhan organisasi Polri ;
2. naskah Pedoman Penyusunan Hubungan Tata Cara Kerja Di
Lingkungan Polri dimaksud adalah sebagaimana terlampir
dalam Lampiran keputusan Kapolri ini ;
3. Pada ……
3 KEPUTUSAN KAPOLRI NOMOR : KEP/ 425 / VII /2010
TANGGAL: 5 JULI 2010
3. pada saat keputusan ini mulai berlaku, maka semua yang
mengatur tentang Penyusunan Hubungan Tata Cara Kerja Di
Lingkungan Polri dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan keputusan ini ;
4. naskah pedoman ini akan diujicobakan dan disosialisasikan
untuk penyempurnaan lebih lanjut ;
5. keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Dikeluarkan di : Jakarta
pada tanggal : 5 JULI 2010
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TTD.
Kepada : Drs. H. BAMBANG HENDARSO DANURI, M.M.
Yth. Distribusi A, B, C dan D Mabes Polri JENDERAL POLISI
DAFTAR ISI
Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor. : Kep/ 425 / VII /
2010 tentang Pedoman Penyusunan Hubungan Tata Cara Kerja Di Lingkungan Polri
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ………………………… 1
2. Dasar ………………………………………… 2
3. Maksud dan Tujuan ………………………. 3
4. Ruang Lingkup ………………………… 3
5. Tata Urut ………………………………… 4
6. Pengertian-pengertian ………………… 4
BAB II PERAN, FUNGSI DAN SASARAN HUBUNGAN TATA CARA
KERJA (HTCK) POLRI
7. Peran HTCK …………..…………………… 7
8. Fungsi HTCK ……………………………….. 7
9. Sasaran HTCK ………………………………. 8
BAB III BENTUK HUBUNGAN TATA CARA KERJA POLRI
10. Organisasi Polri …………………………….. 8
11. Bentuk HTCK …………………………… 9
BAB IV MEKANISME PENYUSUNAN HTCK
12. Metode Penyusunan HTCK ….. ………….. 16
13. Teknik Penyusunan HTCK ……… ……..…. 17
14. Syarat Penyusunan HTCK ………………… 17
15. Tahapan Penyusunan HTCK ……………… 17
16. Sistematika HTCK ………………………….. 20
BAB V KESIMPULAN ……………………………………….. 20
BAB VI PENUTUP ……………………………………………. 21
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRI NOM : KEP/ / /2010
TANGGAL : 2010
LAMPIRAN SISTEMATIKA
HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK) DI LINGKUNGAN POLRI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Umum
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan
4. Ruang Lingkup
5. Tata Urut
6. Pengertian
BAB II : TUGAS POKOK DAN FUNGSI
1. Unsur Pimpinan
a. …………
b. ………
2. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf
a. …………..
b. …………… dst
3. Unsur Pelaksana Pendidikan, Pelayanan Staf dan Staf
Khusus
a. ………….
b. ………….
4. Unsur Pelaksana Utama
a. …………
b. …………
BAB III : POKOK-POKOK HTCK
1. Bentuk Vertikal
2. Bentuk Horizontal
3. Bentuk Diagonal
4. Hubungan Lintas Sektoral
BAB IV : PENGAWAS DAN PENGENDALIAN
BAB V : PENUTUP