PEDOMAN STANDAR PERLINDUNGAN DOKTER DI ERA COVID-19
TIM MITIGASI DOKTER DALAM PANDEMI COVID-19 PB IDI
TIM PENYUSUN
DR. Dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS (Koordinator) Dr. Agustina Puspitasari, SpOk
Dr. Weny Rinawati, SpPK, MARS Dr. Robiah Khairani Hasibuan, SpS
Dr. Noor Arida Sofiana, MBADr. Arif Budi Satria, SpB
DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A (K) DR. Dr. Safrizal Rahman, SpOT DR. Dr. Romdhoni, SpTHT-KL DR. Dr. Andani Eka Putra, MSc
Dr. Rudyanto Soedono, Sp.An-KIC Dr. Telogo Wismo
Dr. Ahmad Syaifuddin Dr. Amran A. Raga
Dr. Dian Zamroni, SpJPDr. Garinda Alma Duta, SpP
Dr. Hadiwijaya, MPH, MHKes
OUTLINE
LATAR BELAKANG1
STANDAR & PROTOKOL PERLINDUNGAN DOKTER2
PERLINDUNGAN HUKUM, BIAYA, INSENTIF DAN PROTEKSI SOSIAL
3
PENGATURAN JAM KERJA, SHIFT, METODE DINAS SERTA PENANGANAN PSIKOSOSIAL
4
5 PEDOMAN PERILAKU SOSIAL, MEDIA SOSIAL DAN ILMIAH
1. LATAR BELAKANG
SARS-CoV-2 and COVID-19
Coronaviruses (CoV), a family of viruses that can cause disease in animals or humans, have previously caused two major outbreaks: SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) in 2003 and MERS (Middle East Respiratory Syndrome) in 20121
4
In December 2019, a novel coronavirus (SARS-CoV-2,
previously known as 2019-nCoV) caused a series of cases
of acute respiratory syndrome in humans that was first
reported in Wuhan, China.2 The infectious disease caused
by this novel coronavirus has been named COVID-19
1. Zhou P, et al. Nature 2020; 579: 270–3.
2. World Health Organization. Q&A on coronaviruses (COVID-19). https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses. Accessed March 2, 2020.
TRANSMISI COVID-19
Pasien COVID-19 tidak tekendali maka Healthcare System
Capacity akan overloaded dan
exhausted
Perawatan COVID-19 penuh
dan pasien menumpuk
Angka kematian
pasien COVID-19 meningkat
Nakes banyak yg terpapar dan
terdampak sampai
meninggal
Kapasitas pelayanan pasien NON-COVID
menurun, berdampak pada meningkatnya
kematian pasien NON-COVID
Lingkaran Setan COVID-19 sebagai penyebab tingginya kematian Nakes danpasien
NON-COVID
P2. STANDAR DAN PROTOKOL
ERLINDUNGAN TERHADAP DOKTER
Telah diolah kembali dari : National Institute for Occupational Safety and Health
HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO TRANSMISI INFEKSI
Telah diolah kembali dari : Occupational Safety and Health Administration
Klasifikasi pajanan tenaga kesehatan terhadap SARS-CoV-2
TABEL PENGENDALIAN RISIKO TRANSMISI COVID-19 BERDASARKAN TINGKAT RISIKO
PENGATURAN ALIRAN UDARA & VENTILASI
Sumber : PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang PPI di Fasyankes
PENGATURAN ALIRAN UDARA & VENTILASI
Morawska L, et al. How can airborne transmission of COVID-19 indoors be minimised?. Environ Int.2020;142:105832
Karyum HB. Managing HVAC system during COVID-19 pandemic.2020
KONSEP PENATAAN ZONASI DI RS UNTUK PIE
CONTOH PENGGUNAAN TRIASE
A. Early Warning System
Song CY, Xu J, He J, Lu Y. COVID-19 early warning score: a multi-parameter screening tool to identify highly suspected patients..
Bila fasilitas pelayanan kesehatan tidak mempunyai CT scan, dapat dipertimbangkan menggunakan foto toraks
B. Algoritma dari WHO
a) Penggunaan alur rujukan dan triase ini harus mempertimbangkan peraturan dan pedoman pemerintah.
b) Mengikuti keputusan klinis dokter dan kapasitas yang ada, contohnya apabila pasien memerlukan penanganan yang lebih tinggi dari yang dapat diberikan oleh fasilitas tersebut
c) Jika belum dites atau hasil tes sebelumnya negatif tapi klinis mengarah ke COVID-19
Aplikasi telemedicine untuk triase d penanganan pasien apabila memung
Mematuhi pedoman penggunaan A
kegma pe
Melaporkan diri dan menghentikaiatan sebagai tenaga kesehatan apsuk dalam kriteria kasus sesuai dedoman resmi pemerintah yang berlaku
Membatasi prosedur elektif
Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan fasilitas untuk tel
Menyediakan APD yang l keluarga pasien dan tena
ankinkan
PD
Me m
nabila ngan
emedicine
engkap untuk ga kesehatan
asien dan publik dan kunjungan ke
ningkatkan edukasi ke p engenai indikasi karantina
rumah sakit
Melakukan tes/pengujian COVID-19 secara berkala untuk mengendalikan penularan
TENAGA KESEHATAN SISTEM KESEHATAN
Meningkatkan kapasitas pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2
tentang Penetapan COVID-19 AkibatKerja sebagai Penyakit Akibat Kerjayang Spesifik padaTertentu
SANGAT PENTING UNTUK STRATEGI
Ditegakkan dengan 7 langkah
Yang dijamin oleh JKKJAMSOSTEK/PT TASPEN/PT ASABRI):
sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat,beasiswa anak, uang duka, santunan kematian ) dan tunjangan cacat.
PENENTUAN PENYAKIT COVID-19 AKIBAT KERJA
Diagnosa Klinis : Konfirmasi COVID-19
Menentukan pajanan yang ada di lingkungan kerja : SARS-CoV-2 ditempat kerja
Menentukan hubungan antara pajanan dilingkungan kerjadengan penyakitnya : pajanan SARS-CoV-2 dapatmenyebabkan COVID-19 Akibat Kerja pada nakes
Menentukan lama pajanan dan pemakaian APD : dalam 14 hari terakhir ada kontak dengan pasien atau spesimen pasien suspek/probable/konfirmasi COVID-19 dan pemakaian APD saat bertugas
Menentukan faktor individu : ada/tidak ada komorbid
Menentukan faktor lain di luar pekerjaan: dalam 14 hari terakhir tidak ada kontak orang dengan probable/konfirmasi COVID-19 diluar lingkungan kerja
Diagnosa PAK: COVID-19 Akibat kerja
KMK No. HK.01.07/Menkes/327/2020 1Pekerjaan 2
3
(BP 4santunan berupa uang (santunan 5
biaya rehabilitasi, 6
7
PEMERIKSAAN SARS-CoV-2 UNTUK DOKTER
DAN KRITERIA KEMBALI KERJA
A. ALUR UNTUK PEMERIKSAAN KONTAK ERAT DAN KEMBALI KERJA
(KMK 413 TH 2020)
CONTOH LAIN ALUR UNTUK KEMBALI KERJA
B. Panduan CDC 12 September
2020
CONTOH LAIN ALUR UNTUK KEMBALI KERJA
C. Panduan dari Society of Occupational Medicine 1 Juni 2020
# Risiko tinggi yang termasuk adalah tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah dokter meskipun menggunakan APD dengan benar
* Tes serologi:- Tidak menggunakan pemeriksaan
non kuantitatif seperti rapid test(lateral flow assay) karena tidak dapat diketahui peningkatan titer antibodi.
- Interpretasi harus dilakukan secara hati-hati oleh tim ahli
Hasil pemeriksaan tergantung pada waktu pemeriksaan, klinis, epidemiologi dan prevalensi setempat, tipe tes yang digunakan, metode validasi, dan reliabilitas.
PENATALAKSANAAN KEMBALI KERJA
Penilaian kelaikan kerja
Identifikasi penyesuaian
Kesepakatan pihak terkait
Identifikasi hambatan dan dukungan
Implementasi penyesuaian
1
2
3
4
5
Sumber: PERDOKI
TABEL INSTRUMEN SELF ASSESMENT HARIAN
DOKTER
Pemantauan self assesment ini untuk mengetahui secara dini
dokter yg bergejala atau kontak erat sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut sesuai alur pemeriksaan SARS-CoV-2 utk
dokter
Masker Bedah
Dokter yang tugasnya tidak pelayanan atau kontak langsung dengan pasien
suspek/probable/konfirmasi COVID-19, misalnya untuk dokter yang bertugas di
manajemen
CONTOH PENGGUNAAN APD(Berbeda dengan WHO)
Sepatu Kerja/scrub
Dokter yang tugasnya sering kontak dengan banyak orang namun tidak diketahui status
terinfeksi COVID-19
*
*Pelindung mata ATAU Face shield
CONTOH PENGGUNAAN APD(Berbeda dengan WHO)
Dokter yang melakukan pelayanan kontak langsung
pasien suspek/probable/konfirmasi COVID-19 selain melakukan
tindakan aerosol
Sepatu Kerja
PERAWATAN COVID-19!
/scrub
*
* atau respirator tingkat yang lebih tinggi seperti PAPR
CONTOH PENGGUNAAN APD(Berbeda dengan WHO)
Dokter yang melakukan pelayanan tindakan aerosol,
pengambilan spesimen pernafasan, dan otopsi pada
pasien suspek/probable/konfirmasi
COVID-19
Sepatu Kerja
PERAWATAN COVID-19!
*
* atau respirator tingkat yang lebih tinggi seperti PAPR /scrub
CONTOH PENGGUNAAN APD(Berbeda dengan WHO)
PER
AW
ATA
NC
OV
ID-1
9
PEMAKAIAN DAN PELEPASAN APD
*sarung tangan lateks Telah diolah dari :
ESC Guidance for the Diagnosis and Management of CV Disease during the COVID-19 Pandemic.
3. PERLINDUNGAN HUKUM, BIAYA,
INSENTIF, DAN PROTEKSI SOSIAL
KMK No. HK.01.07/MENKES/327/2020.
Penetapan COVID-19 akibat kerja sebagai penyakit akibat kerja yang spesifik pada pekerjaan tertentu
SE Menaker No.M/8/HK.04/V/2020
Perlindungan dokter sebagai pekerja medis dalam Program JKK pada Kasus PAK karena COVID-19
- Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan COVID-19.
- Setiap nakes/ dokter yang dirawat karena COVID-19 maka pembiayaan yang berkaitan dengan perawatan dan pengobatan infeksi COVID-19 ditanggung oleh pemerintah
KMK No. HK.01.07/MENKES/446/2020
Pembiayaan pemeriksaan dokter terkait COVID-19 yang tidak dijamin atau klaim tidak mencukupi dalam jaminan COVID-19 merupakan tanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan terkait.
PERLINDUNGAN HUKUM
& PEMBIAYAAN
Pada kasus COVID-19 akibat kerja apabila dokter
mempunyai Jaminan Kecelakaan Kerja (BP JAMSOSTEK/PT
TASPEN/PT ASABRI) maka mendapat manfaat antara lain:
• Santunan berupa uang (santunan sementara tidak
mampu bekerja, santunan cacat, biaya rehabilitasi,
beasiswa anak, uang duka, santunan kematian)
• Tunjangan cacat.
PERLINDUNGAN HUKUM
& PEMBIAYAAN
Diharapkan dokter mempunyai Jaminan Kesehatan dan Jaminan
Kecelakaan Kerja
INSENTIF DAN PROTEKSI SOSIAL
KMK No. HK.01.07/MENKES/447/2020
Insentif untuk tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan COVID-19 di rumah sakit setinggi-tingginya
sebesar:
1. Dokter Spesialis Rp 15.000.000
2. Dokter Umum Rp 10.000.000
3. Dokter yang mengikuti penugasan khusus residen dan dokter yang mengikuti Program Internsip
Dokter Indonesia di rumah sakit yang terlibat dalam penanganan COVID-19 Rp 10.000.000
4. Dokter internsip di puskesmas yang terlibat dalam penanganan COVID-19 Rp. 5.000.000
5. Dokter yang mengikuti Pendayagunaan Dokter Spesialis yang terlibat dalam penanganan COVID-
19 paling tinggi sebesar Rp 15.000.000
INSENTIF DAN PROTEKSI SOSIAL
KMK No. HK.01.07/MENKES/447/2020
• Santunan Kematian untuk tenaga kesehatan yang meninggal karena terpajan COVID-19 yang
memberikan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi kesehatan Rp.
300.000.000 (Tiga ratus juta rupiah)
• Sumber pendanaan insentif bagi tenaga kesehatan yang menangani Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tambahan.
Pendanaan santunan kematian bersumber dari APBN.
DI
4. PENGATURAN JAM KERJA, SHIFT, METODE
NAS, & PENANGANAN PSIKOSOSIAL
PENGATURAN JAM KERJA
SHIFT
NON SHIFT 40 jam seminggu (waktu kerja harian 7 - 8 jam dan tidak melebihi 12 jam sehari)
Metropolitan rota ( 2 pagi – 2 siang – 2 malam) atau continental rota (2 pagi – 2 siang – 3 malam) diikuti istirahat 1 atau 2 hari
REKOMENDASI
Mengurangi durasi shift menjadi 6 jam (satu hari 4 shift).
Penggunaan APD level 3 maksimal berdurasi 6 jam
Istirahat tidur 7-9 jam sehari
Intoleransi kerja shift: usia > 45 tahun
Stres Psikososial Selama Pandemi
Sumber stress :• Ketakutan kesejahteraan diri/keluarga/rekan kerja• Tekanan pekerjaan• Aktifitas fisik diperberat dg APD• APD yg kurang• Stigma dan kurangnya dukungan sosial• Ketegangan dengan keluarga pasien• Kesulitan mempertahankan aktifitas perawatan diri
• Kenangan terkait kejadian buruk atau tragedi kemanusiaan
Gangguan psikis yang dapat terjadi-PTSD-Burnout-Depresi
PENCEGAHAN STRES PSIKOSOSIAL
Praktik berbasis tim
•Komunikasi baik
• Tempat konseling
• Tim multidisiplin
•Buddy System
• Psychological First Aid
•Kampanye mengurangi stigma
• Penggunaan humor dan teknik partisipatif
Budaya organisasi• Pembentukan tim
• Fasilitasi komunikasi dan manajemen konflik
Praktik berbasis individu
• Pengaturan waktu istirahat
• Pemenuhan kebutuhan dasar
• Dukungan psikologis
• Peragaan peran organisasi
5. PEDOMAN PERILAKU SOSIAL, MEDIA
SOSIAL DAN ILMIAH
Penting bagi dokter untuk dapatmenjaga perilaku baik sosial, mediasosial, dan ilmiah untuk membantupeperangan melawan COVID-19 ini
PERILAKU SOSIAL
Dokter diharapkan dapat melakukanprotokol kesehatan di masyarakatdalam kehidupan sehari-hari sepertisocial distancing, penggunaan masker,praktik cuci tangan yang benar untukmemberikan contoh yang baik
1 m
MEDIA SOSIAL
• Untuk berpartisipasi, mengeluarkan pendapat, memberi konsultasi, memberikan terapi pada pasien (telemedicine)
• Edukasi masyarakat dengan memperhatikan kebenaran ilmiah dari informasi yang diberikan
• Tidak terlibat dalam perdebatan onlinedalam bentuk apapun.
ILMIAH
Dokter memiliki kewajiban untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan melalui pertemuan ilmiah, pendidikan, atau penelitian untuk dapat memberikan penanganan terbaik pada pasien
1. World Health Organization. Q&A on coronaviruses (COVID-19). https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses. Accessed March 2, 2020
2. Peta Sebaran [Internet]. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran
3. COVID-19 Coronavirus Pandemic [Internet]. Worldometers. Available from: https://www.worldometers.info/coronavirus/
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang PedomanPencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). 13 Juli 2020
5. Zhou P, et al., A pneumonia outbreak associated with a new coronavirus of probable bat origin. Nature. 2020 Mar;579(7798):270-273. doi: 10.1038/s41586-020-2012-7. Epub 2020 Feb 3. PMID: 32015507; PMCID: PMC7095418.
6. OSHA. Guidance on Preparing Workplaces for COVID-19.7. Morawska L, et al. How can airborne transmission of COVID-19 indoors be minimised?. Environ Int.
2020;142:1058328. Karyum HB. Managing HVAC system during COVID-19 pandemic.20209. Song CY, Xu J, He J, Lu Y. COVID-19 early warning score: a multi-parameter screening tool to identify
highly suspected patients.10. ILO-WHO. Occupational Safety and Health in Public Health Emergencies. 201811. Hanafi BK. Managing HVAC System During COVID-19 Pandemic.2020
1. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan COVID-19 Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu.2020
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/447/2020 tentang Penetapan COVID-19 Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu.2020
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/446/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
4. Buku Standar Penilaian Kelaikan Kerja pada Pelayanan Kesehatan Kerja.PERDOKI.20195. Buku Penatalaksanaan Kembali Bekerja dari Aspek Kedokteran Okupasi. PERDOKI.20196. Buku Panduan Perlindungan Bagi Pekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dalam Masa Pandemi COVID-19 . PERDOKI.
2020.7. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan TeknisBangunan
dan Prasarana Rumah Sakit. 2016
8. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja. 2016
9. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan KesehatanKerja Rumah Sakit. 2016
10. Leka, Stavroula, Griffiths, Amanda, Cox, Tom & World Health Organization. Occupational and Environmental Health Team. 2003.
11. Zhang X, Jiang Z, Yuan X, et al. Nurses reports of actual work hours and preferred work hours per shift among frontlinenurses during coronavirus disease 2019 (COVID-19) epidemic: A cross-sectional survey. Int J Nurs Stud. 2020; doi:10.1016/j.ijnurstu.2020.103635
12. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan . 2017
SAFE DOCTORS, SAFE PATIENTS