PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA
DI SMP YOS SUDARSO PADANG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Lidya Putri Herawati
NIM: 121124025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Mama dan Papa (Theresia Prihwati dan Herman Yoseph Ponimin)
Mamah dan Papah (Maria Corry Saputra dan Iwan Leo)
Adik-adikku (Leo Agung Priyantomo dan Anita Tri Utami)
Kekasihku (Stefanus Heri Suseno)
yang selalu mendukung dan memotivasi dalam studi dan penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Kita dipanggil bukan untuk sukses, melainkan untuk setia”
(Ibu Teresa dari Kalkuta)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA
DI SMP YOS SUDARSO PADANG”. Judul ini dipilih berdasarkan kesan
penulis melalui pengamatan sepintas terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik di SMP Yos Sudarso Padang yang masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam
kenyataannya sebagian besar orang tua yang berada di perkotaan sangat sibuk
dengan pekerjaannya sehingga pendidikan agama yang didapat oleh anak dalam
keluarga sangat kurang. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah
suatu usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan
tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan
kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menemukan gambaran sejauh
mana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan iman
siswa. Untuk menjawab persoalan tersebut, penulis menggunakan studi pustaka
dan penelitian. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber
yakni Kitab Suci, dokumen Gereja serta pandangan dari beberapa ahli yang
berkaitan dengan Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan iman. Penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi, penyebaran
kuesioner dan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang sudah cukup baik. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik berdampak pada
perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang. Untuk menindaklanjuti
hasil penelitian ini, penulis mengusulkan kegiatan kunjungan ke Panti Asuhan St.
Leo Padang dan rekoleksi agar dapat membantu siswa dalam memperkembangkan
iman. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan semakin cerdas mengolah dan
menggali pengalaman imannya sehingga menggerakkan mereka untuk semakin
peka pada sesama yang menderita dan semakin mencintai Yesus Kristus melalui
sesama. Dengan demikian mereka dapat tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang
bertanggung jawab serta dewasa dalam iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis entitled “THE IMPLEMENTATION OF CATHOLIC
RELIGIOUS EDUCATION IN ORDER TO ENHANCING THE
DEVELOPMENT OF STUDENT FAITH AT YOS SUDARSO PADANG
JUNIOR HIGH SCHOOL”. This title is chose based on the writer impression
through a casual observation of the situation of Catholic Religious Education
implementation at Yos Sudarso Padang Junior High School. Their learning
processes are these have to still upgrade in future. In reality, most of the parents
who live in urban area, who are so busy with their work, which leads the lack of
religious education on children in the family, while they than what they get.
Chatolic religious education at school is a well-planned and continuous effort to
develop the students’ ability to confirm their faith and virtue to God based on
Catholic’s Church tuition, and still concern on respect to other religion in the
context of religious community harmony in our society.
The key issue in this thesis is to find a picture of the extent to which the
implementation of Catholic religious education to assist the student’s faith. To
answer these problem, the writer used literature study and research. A literature
study is done by studying various sources, namely the Bible, Church Documents,
and experts opinions relating to the Catholic Religious Education and
development of faith. The writer conducted a studying using observation,
distribute questionnaires and interviews with Catholic Religious Education
teacher.
The results shows that the implementation of Catholic Religious Education
in Yos Sudarso Padang Junior High School is done well. The results also shows
that the Catholic Religious Education has impact on to the faith development of
students in the Yos Sudarso Padang Junior High School. To follow up on the
results of this research, the writer offers recollection at Panti Asuhan Saint Leo
Padang for a model of guidance to assist the students in improving their faith.
From this program, the students are expected to be smarter in managing and
gaining their experience of faith to motivate them to be more sensitive to others
who are suffering and to love Jesus Christ more through other people. It will lead
them to grow as responsible persons and mature on their faith.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan
kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DEMI
MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS
SUDARSO PADANG.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan,
dukungan, motivasi, doa dan perhatian; yang penulis yakini sebagai uluran tangan
Tuhan yang memampukan penulis bertahan dengan setia. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing
akademik sekaligus dosen pembimbing utama yang dengan penuh kesabaran
telah setia membimbing, mengarahkan dan memotivasi penyusunan skripsi
ini dari awal hingga akhir.
2. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku dosen penguji II yang
telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan
sehubungan dengan skripsi ini.
3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah
meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan
dengan skripsi ini.
4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
membagikan cinta kasih, pengetahuan dan pengorbanan selama penulis
menjalani studi.
5. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan.
6. P. Dr. Alexander Irwan Suwandi, Pr., selaku ketua Yayasan Prayoga Padang
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Bapak Mangihut Naibaho S.Kom., selaku kepala sekolah SMP Yos Sudarso
Padang dan Bapak Budi Santoso S.Pd., selaku guru Pendidikan Agama
Katolik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
8. Keluarga tercinta, Mama Theresia Prihwati, Papa Herman Yoseph Ponimin,
Mamah Maria Corry Saputra, Papah Iwan Leo, Stefanus Heri Suseno, Heppy
Wulandari, Heni Susanti, Leo Agung Priyantomo dan Anita Tri Utami yang
senantiasa memberikan cinta, doa, dukungan dan semangat kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaik, Valeria Elisa Eka Putri, Elisabet Dwi Setiani, Clara
Brigita Sabrina, Erinta Deprina, Wuria Widian Lestari, M.C. Merry Kurnia
Sari, Christina Lunau Jalung, Florenciana Peni Bungan, Maria Dolorosa
Tonis, Paskalina Goan Wahafimu, Elisabeth Lita, Putri Kenanga Arum
Wulandari, Yosefi Dewi Mahanani S, Catarina Prasasti, Brigita Diah, Sesilia,
Ayu Dian Ningrum, Monica Alusiana Karisa Putri, Sheilla Putri Nur Sagita,
Heronimus Galih Priyambada, Andreas Sigit Kurniawan dan Ignatius Her
Dettyanta Nugraha yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis dengan caranya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH....................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 9
E. Metode Penulisan ...................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10
BAB II. POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DI SEKOLAH ..................................................................................... 12
A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah .............................. 13
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ............................................... 13
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik .................................................... 17
a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah:
Inti Segala Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah .......... 18
b. Demi Kedewasaan Iman: Tujuan Formal Jangka Panjang ........... 19
c. Iman Yang Dihayati: Demi Kebebasan Manusia ......................... 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik .................................................. 23
a. Pengalaman Siswa ........................................................................ 23
b. Keadaan Sekolah .......................................................................... 24
c. Keluarga ........................................................................................ 25
d. Teman Sebaya ............................................................................... 27
4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik .......................................... 28
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik ....................................... 30
6. Pelaku Pendidikan .............................................................................. 32
a. Guru .............................................................................................. 32
b. Siswa ............................................................................................. 36
B. Gambaran Iman Remaja ......................................................................... 37
1. Perkembangan Iman ....................................................................... 37
2. Tahap Perkembangan Iman Remaja .............................................. 39
C. PAK Demi Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa ......................... 40
BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS
SUDARSO PADANG ..................................................................................... 44
A. Gambaran Umum SMP Yos Sudarso Padang ........................................... 45
1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Yayasan Prayoga Padang ..... 45
2. Sejarah Berdirinya SMP Yos Sudarso Padang ................................... 49
3. Visi-Misi SMP Yos Sudarso Padang .................................................. 50
4. Situasi Siswa-Siswi SMP Yos Sudarso Padang .................................. 53
B. Gambaran Pelaksanaan PAK di Sekolah dan Kegiatan Yang Mendukung
Perkembangan Iman Siswa di SMP Yos Sudarso Padang ........................ 54
1. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah ......... 54
2. Pelaksanaan PAK di SMP Yos Sudarso Padang ................................. 58
3. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik
SMP Yos Sudarso Padang ................................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
C. Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik bagi
Perkembangan Iman Siswa-Siswi di SMP Yos Sudarso Padang ............. 61
1. Desain Penelitian ................................................................................ 61
a. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 61
b. Tujuan Penelitian .......................................................................... 63
c. Definisi Operasional ..................................................................... 63
d. Jenis Penelitian ............................................................................. 64
e. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 65
f. Responden Penelitian .................................................................... 66
g. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 67
h. Variabel Penelitian ........................................................................ 67
i. Kisi-Kisi Kuesioner ....................................................................... 68
2. Laporan Hasil Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik bagi
Perkembangan Iman Siswa-Siswi di SMP Yos Sudarso Padang ....... 69
a. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner ........................ 69
b. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner .................. 76
c. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara
dengan Guru PAK ......................................................................... 79
d. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara
dengan Guru PAK ......................................................................... 82
e. Kesimpulan Hasil Penelitian ......................................................... 87
BAB IV. USULAN KEGIATAN SEBAGAI USAHA MEMBANTU
PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG ..... 90
A. Latar Belakang Kegiatan .......................................................................... 90
B. Tujuan Kegiatan ........................................................................................ 93
C. Usulan dan Bentuk Kegiatan .................................................................... 93
1. Kunjungan Panti Asuhan St. Leo ...................................................... 94
2. Rekoleksi Sebagai Pemaknaan Kunjungan ....................................... 98
a. Tema ................................................................................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
b. Tujuan ................................................................................................. 98
c. Peserta ................................................................................................. 98
d. Tempat dan Waktu .............................................................................. 99
e. Bentuk Rekoleksi ................................................................................ 99
f. Sumber Bahan ..................................................................................... 99
g. Metode Rekoleksi ............................................................................... 99
h. Sarana ................................................................................................. 100
i. Susunan Acara .................................................................................... 100
j. Contoh Persiapan Rekoleksi ............................................................... 100
BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 109
A. Kesimpulan ............................................................................................... 109
B. Saran ......................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 113
LAMPIRAN ....................................................................................................... 115
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Kepala Sekolah .......... (1)
Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Yayasan Prayoga ....... (2)
Lampiran 3: Surat Izin Penelitian Dari Yayasan Prayoga Padang ................... (3)
Lampiran 4: Surat Keterangan Bukti Selesai Penelitian .................................. (4)
Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Kuesioner/Angket .......................................... (5)
Lampiran 6: Contoh Jawaban Responden ........................................................ (8)
Lampiran 7: Panduan Pertanyaan Wawancara Guru PAK ..............................(14)
Lampiran 8: Transkrip Hasil Wawancara Guru PAK ......................................(15)
Lampiran 9: Daftar Nama Siswa Kelas VII T.A 2017/2018 ............................(17)
Lampiran 10: Daftar Nama Siswa Kelas VIII T.A 2017/2018 ..........................(18)
Lampiran 11: Daftar Nama Siswa Kelas IX T.A 2017/2018 .............................(19)
Lampiran 12: Foto Hasil Penelitian ...................................................................(20)
Lampiran 13: Bacaan Kitab Suci dan Lagu Rekoleksi ......................................(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Agama Siswa SMP Yos Sudarso Padang .................................... 58
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pelaksanaan PAK di Sekolah ............................... 23
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Perkembangan Iman Siswa .................................. 24
Tabel 4. Pelaksanaan PAK di Sekolah Menurut Pandangan Siswa ................... 25
Tabel 5. Pengaruh PAK Terhadap Perkembangan Siswa .................................. 27
Tabel 6. Faktor Pendukung dan Penghambat Menurut Siswa ........................... 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga
Alkitab Indonesia.
Flp : Filipi
Kej : Kejadian
Luk : Lukas
Mat : Matius
Yoh : Yohanes
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 28 Oktober
1965.
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 21 November 1964.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
C. Singkatan Lain
ABA/STBA : Akademi Bahasa Asing/Sekolah Tinggi Bahasa Asing
AKFAR : Akademi Farmasi
Art : Artikel
Bdk : Berdasarkan
GOR : Gedung Olah Raga
HUT RI : Hari Ulang Tahun Republik Indonesia
HP : Handphone
IPA : Ilmu Pengetahuan Alam
IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal
KODYA : Kota Madya
KOMKAT : Komisi Kateketik
OMK : Orang Muda Katolik
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PIA : Pendampingan Iman Anak
PIR : Pendampingan Iman Remaja
RI : Republik Indonesia
RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SD : Sekolah Dasar
SEKAMI : Serikat Kepausan Anak Misioner
SGA : Sekolah Guru Agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMF : Sekolah Menengah Farmasi
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPG : Sekolah Pendidikan Guru
St : Santo
TK : Taman Kanak-kanak
UU : Undang-Undang
D. Istilah
Hakikat : Hal yang mendasar
Konteks : Ruang lingkup
Model : Pendekatan atau pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Gravissimum Educationis
art.1 tentang Pendidikan Kristen menggarisbawahi betapa pentingnya pendidikan
untuk siapa saja, khususnya bagi generasi muda yang masih harus berkembang,
tapi juga bagi orang dewasa dalam arti pendidikan seumur hidup. Ditegaskan
bahwa pendidikan merupakan hak azasi setiap orang, karena siapa saja berhak
memperkembangkan dan menyempurnakan hidup menuju kepada kepenuhannya.
Pendidikan juga merupakan cara bagi manusia untuk menemukan dan
memantabkan identitas atau jati dirinya di tengah-tengah perubahan atau
perkembangan zaman. Dengan begitu, manusia diharapkan dapat lebih berperan
secara aktif di dalam kehidupan sosial dengan mengusahakan kesejahteraan
bersama.
Heryatno (2008: 14) berpendapat bahwa Pendidikan Agama Katolik
harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual di sini adalah hal-hal yang
berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan
Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman
hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan
Agama Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan
interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan
karena itu membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli kepada hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sesamanya. Sedangkan interioritas berhubungan dengan kesadaran, kedalaman
dan nilai hidup yang dipegang dan diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama
Katolik tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga memperkembangkan
kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani siswa.
Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1)
menyatakan bahwa melalui Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti siswa
dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan
sesuai dengan ajaran Agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan
mengusahakan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antar-umat beragama yang harmonis
dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar siswa memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman.
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan
mencipta. Sikap dibentuk melalui kemampuan: menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati dan mengamalkan.
Gereja menggarisbawahi dua tujuan pendidikan: pertama,
memperkembangkan pribadi manusia dan kedua, memperjuangkan kesejahteraan
umum. Gereja sangat menyetujui arah pendidikan yaitu demi
memperkembangkan dan menyempurnakan hidup manusia di dalam segala
aspeknya. Dengan pendidikan manusia diharapkan menyadari kemandiriannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
hak-hak azasinya, misal haknya untuk berpikir, mempertimbangkan, memilih dan
memutuskan secara bebas nilai hidup yang diyakini. Hal tersebut berarti, orang
akan semakin menjadi dirinya sendiri kalau ia secara terbuka dan tulus
berkomunikasi dengan hidup sesamanya. Semakin ia membuka diri, jalan untuk
dirinya sendiri semakin terbuka. Yang jelas, siapa saja berhak untuk hidup
bahagia dan menyempurnakan kehidupannya sesuai dengan maksud ia diciptakan
serta dengan sukarela ikut mengusahakan peningkatan kesejahteraan umum.
Di Indonesia, agama dalam kehidupan masyarakat sangat berperan
penting. Agama diyakini dapat membantu manusia agar mempunyai tujuan hidup
yang jelas, oleh sebab itu setiap orang beriman bebas menentukan pilihan dalam
memeluk agamanya. Manusia secara umum memang tidak bisa tanpa menganut
agama, karena agama dipercaya agar setiap orang bisa berkomunikasi dengan
Tuhan. Di dalam agama Katolik misalnya, ada banyak hal yang perlu dilakukan
agar iman umat berkembang, antara lain: mengikuti doa bersama pada bulan
Rosario dan bulan Maria, mengikuti pendalaman iman umat di lingkungan,
mengunjungi tempat ziarah seperti Gua Maria, mengikuti misa di Gereja serta
memberi kesaksian. Manusia hidup berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada
Tuhan, oleh sebab itu agama akan mengantar manusia agar sampai kepada Tuhan.
Tuhan memang tidak kelihatan, tetapi melalui kepercayaannya manusia dapat
merasakan kehadiran Tuhan melalui cinta kasih terhadap sesama. Cinta kasih
terhadap sesama seringkali dirasakan manusia melalui kebersamaan dalam hidup
sehari-hari antar umat beragama serta mendorong umat manusia agar saling
menghargai dan menghormati satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di Sumatera Barat,
khususnya kota Padang, di mana masyarakat aslinya adalah suku Minangkabau
yang mayoritas beragama Islam. Pada akhirnya banyak masyarakat yang berasal
dari luar antara lain: pulau Jawa, Sumatera Utara, Flores, Papua dan masyarakat
keturunan Tionghoa yang menetap dan mencoba peruntungan di kota Padang.
Selain masyarakat tersebut, banyak misionaris terutama yang datang dari luar
negeri untuk menyebarkan agama Katolik. Setelah adanya misionaris yang
menyebarkan agama Katolik di Padang dan sekitarnya, banyak perubahan positif
yang terjadi terutama dalam kehidupan menggereja. Masyarakat bergotong-
royong membangun Gereja dan mengadakan banyak kegiatan pada momen
tertentu seperti Natal dan Paskah serta Imlek sehingga rasa persaudaraan semakin
terjalin di antara masyarakat Padang, Sumatera Barat. Selain itu, para misionaris
juga membangun biara, paroki, stasi dan gedung untuk pertemuan OMK, PIA dan
PIR agar membantu perkembangan iman anak sejak dini dan sebagai generasi
penerus Gereja di masa mendatang.
Siswa Sekolah Menengah Pertama dapat dikelompokkan sebagai usia
tahap remaja, di mana pada tahap remaja sangat rentan dipengaruhi oleh teman
sebayanya. Pada masa remaja ini siswa akan bertumbuh baik fisik maupun
mental. Melalui teman sebayanya, siswa akan mendapat banyak tantangan baik
dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Misalnya siswa tersebut melakukan
hal-hal atau perbuatan di luar kehendak dirinya agar dapat diakui oleh teman-
teman dalam kelompoknya. Tantangan ini merupakan proses perjalanan hidup
serta berpengaruh pada perkembangan iman. Jika seorang siswa mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kepercayaan yang kuat maka tidak akan mudah goyah dan akan terus dipupuk
dalam pertumbuhan imannya. Tahap remaja juga berkaitan erat dengan kenakalan
remaja karena pada masa remaja inilah seorang siswa ingin dirinya mempunyai
pengaruh bagi orang lain.
Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso
Padang secara rutin melibatkan siswa dalam kegiatan Gereja antara lain: bertugas
koor, lektor, mazmur, dirigen dan misdinar pada hari minggu. Kegiatan ini
diharapkan dapat membantu siswa semakin aktif dalam kegiatan menggereja serta
menambah pengalaman siswa sehingga siswa dapat berinteraksi secara positif
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pengalaman yang telah dilalui
membantu iman siswa akan terus berkembang. Iman yang berkembang tidak akan
terbentuk tanpa adanya bimbingan dari orang tua dan sekolah serta masyarakat
luas. Siswa belajar dari pengalamannya dan akan terus dikembangkan baik fisik
maupun mentalnya. Dalam kehidupan menggereja, iman yang berkembang sangat
berguna bagi pertumbuhan Gereja, karena di dalam kehidupan menggereja
umatlah yang menjadi pusat utama Gereja. Tanpa umat, Gereja tidak akan
berkembang. Supaya siswa dapat menjadi generasi penerus Gereja, maka sangat
pentinglah perkembangan iman setiap siswa agar Gereja terus berkembang.
Iman siswa dapat dilihat dari perbuatannya. Perbuatan tersebut akan terus
dilakukan selagi mengandung hal yang positif dan tidak merugikan orang yang
berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia merupakan makhluk yang saling
membutuhkan. Melalui perbuatan yang dilakukan oleh siswa di tengah keluarga,
sekolah, Gereja dan masyarakat, iman akan menjadi penopang hidupnya. Agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang dianut dan dipercayai oleh siswa akan terus digunakan selama hidupnya
mengarah kepada Tuhan. Siswa juga merasa terbantu dengan Pendidikan Agama
Katolik yang telah diberikan orang tua di rumah dan guru di sekolah. Setiap siswa
mempunyai peranannya masing-masing, sehingga perkembangan iman siswa juga
berdasarkan pemahaman dari pribadi siswa, bukan pengendalian dari orang lain di
sekitarnya.
Buku Iman Katolik (1996: 129) mengatakan bahwa dalam iman, manusia
menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki
hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti
jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai
manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang
Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan pengalaman dasar,
kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti penuh. Di atas
pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah, pertemuan
dengan Allah. Manusia dari dirinya sendiri tak mungkin mengenal Allah. Umat
Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus. “Tidak ada
seorang pun mengenal Bapa, selain Anak dan orang yang berkenan kepadanya
Anak berkenan menyatakan-Nya” (Mat 11: 27).
Selain keluarga dan sekolah serta masyarakat, Gereja juga berperan
penting dalam perkembangan iman remaja. Gereja memperkembangkan iman
remaja melalui Pendampingan Iman Remaja (PIR). Dengan adanya
Pendampingan Iman Remaja (PIR) ini, para remaja Katolik akan terlibat aktif di
dalam kegiatan Gereja, misalnya mengikuti koor, lektor, pemazmur, dirigen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
misdinar, pendamping PIA serta menjadi panitia Natal dan Paskah. Kegiatan
tersebut secara langsung akan membentuk iman para remaja menjadi berkembang
karena para remaja mempunyai kepercayaan yang ada di dalam dirinya melalui
pengaruh yang positif dari Gereja. Remaja yang bergabung dalam PIR merupakan
generasi penerus Gereja di masa yang akan datang. Generasi ini berawal dari bayi
yang baru dibaptis. Melalui baptisan tersebut anak menjadi Katolik. Ketika
memasuki usia anak-anak, Gereja membina mereka melalui PIA. Hingga
sampailah pada masa remajanya, anak dibina dan diteguhkan imannya dengan
menyambut komuni pertama dan krisma (penguatan). Komuni pertama dan
krisma akan mengantar para remaja sampai pada pemahaman akan iman Katolik
yang sesungguhnya, sehingga para remaja semakin percaya kepada Tuhan dan
dikuatkan dalam iman.
Berdasarkan visi-misinya, SMP Yos Sudarso mengusahakan komunitas
pendidikan yang peduli pada iman, kaum lemah, budaya dan lingkungan serta
mendampingi para siswa agar berkembang menjadi pribadi yang cerdas dari segi
intelektual, emosional dan spiritual. SMP Yos Sudarso mengusahakan pendidikan
yang utuh dan berkesinambungan demi memperkembangkan seluruh aspek hidup
manusia terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan serta
mewujudkan prinsip dasar pendidikan bukan hanya mempersiapkan para siswa
untuk mendapatkan pekerjaan melainkan untuk memperkembangkan kehidupan.
Dari pengamatan penulis, ada kesan bahwa para siswa perlu dibantu untuk
memperkembangkan imannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
AGAMA KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN
SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah
pokok dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
2. Sejauh mana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik telah membantu
memperkembangkan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang?
3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk memperkembangkan iman siswa?
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
2. Menyampaikan gambaran pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik sejauh
mana telah membantu memperkembangkan iman siswa di SMP Yos Sudarso
Padang.
3. Mengemukakan usaha konkret yang dapat dilakukan sebagai sumbangan
pemikiran yang tepat untuk meningkatkan perkembangan iman siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya:
1. Bagi Siswa
Diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam memperkembangkan imannya
baik secara kognitif, afektif dan praksis.
2. Bagi Guru PAK
Dengan memberikan teladan dan pengarahan yang baik kepada siswa dalam
usaha memperkembangkan imannya baik secara kognitif, afektif dan praksis.
3. Bagi Penulis
Dengan mengadakan penelitian ini, diharapkan penulis dapat lebih
berkembang dalam pemahaman dan pengetahuan tentang Pendidikan Agama
Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa serta menjadi bekal
ketika kelak sudah menjadi Guru.
E. METODE PENULISAN
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu
menggambarkan Pendidikan Agama Katolik dan mengungkap keadaan iman
siswa. Permasalahan pertama didalami dengan menggunakan studi pustaka.
Sedangkan permasalahan kedua didalami dengan menggunakan penelitian
kualitatif. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi
meningkatkan perkembangan iman siswa, penulis melakukan pengamatan,
menyebarkan kuesioner kepada siswa dan melakukan wawancara dengan 1 orang
guru Pendidikan Agama Katolik. Data-data yang dihasilkan akan dianalisis guna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi meningkatkan
perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai skripsi ini,
penulis akan menyampaikan pokok-pokok uraian sebagai berikut:
Bab I memaparkan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II berisi kajian pustaka mengenai pokok-pokok Pendidikan Agama
Katolik di sekolah yang meliputi: pengertian pendidikan agama Katolik, tujuan
pendidikan agama Katolik, konteks pendidikan agama Katolik, model-model
pendidikan agama Katolik, ruang lingkup pendidikan agama Katolik dan pelaku
pendidikan serta gambaran iman remaja yang meliputi: perkembangan iman dan
tahap perkembangan iman remaja serta pendidikan agama Katolik demi
meningkatkan perkembangan iman siswa.
Bab III mengemukakan gambaran faktual berisi gambaran umum
mengenai SMP Yos Sudarso Padang. Pada bab ini penulis akan membahas
tentang sejarah dan latar belakang berdirinya Yayasan Prayoga Padang, sejarah
berdirinya SMP Yos Sudarso Padang, visi-misi dan situasi siswa-siswi. Pokok
yang kedua penulis akan membahas mengenai: gambaran pelaksanaan pendidikan
agama Katolik di sekolah serta kegiatan yang mendukung perkembangan iman
siswa. Sedangkan pada bagian akhir, penulis akan menguraikan tentang penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mengenai pelaksanaan pendidikan agama Katolik bagi perkembangan iman siswa-
siswi di SMP Yos Sudarso Padang, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil
penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV membahas sumbangan pemikiran penulis sebagai tindak lanjut dari
BAB II dan III dalam upaya untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Agama
Katolik membantu memperkembangkan iman siswa. Sumbangan pemikiran
tersebut berbentuk kegiatan sosial yaitu kunjungan ke Panti Asuhan yang
dilanjutkan dengan rekoleksi siswa, yang mencakup: latar belakang kegiatan,
tujuan kegiatan, usulan dan bentuk kegiatan serta satuan persiapan kegiatan.
Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama
menyampaikan kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan
penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan
saran guna meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah
sehingga iman siswa semakin bertumbuh dan berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
Bab sebelumnya sudah disampaikan tentang latar belakang penulisan,
rumusan masalah penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan yang digunakan sebagai salah satu acuan
pengembangan tulisan ini. Pada bab II ini penulis membahas dan mendalami
pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik yang dibagi ke dalam dua bagian, yang
meliputi: pengertian Pendidikan Agama Katolik, tujuan Pendidikan Agama
Katolik, konteks Pendidikan Agama Katolik, model-model Pendidikan Agama
Katolik, ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Pelaku Pendidikan, serta
iman remaja yang meliputi: perkembangan iman, tahap perkembangan iman
remaja dan pendidikan agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman
siswa.
Pada bab ini penulis memaparkan kajian pustaka yang didapat dari
berbagai sumber yang berhubungan erat dengan pokok-pokok Pendidikan Agama
Katolik. Pembahasan yang pertama berisi pengertian Pendidikan Agama Katolik.
Pembahasan kedua berisi tujuan Pendidikan Agama Katolik demi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah, demi kedewasaan iman: tujuan formal jangka panjang dan iman yang
dihayati: demi kebebasan manusia. Pembahasan ketiga berisi konteks Pendidikan
Agama Katolik yang meliputi: pengalaman siswa, keadaan sekolah, keluarga dan
teman sebaya. Pembahasan keempat berisi model-model Pendidikan Agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Katolik, Pembahasan kelima berisi ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik.
Pembahasan keenam berisi pelaku pendidikan yaitu guru dan siswa. Pembahasan
terakhir berisi gambaran iman remaja yang meliputi: perkembangan iman dan
tahap perkembangan iman remaja serta pendidikan agama Katolik demi
meningkatkan perkembangan iman siswa.
Berikut ini penulis akan menguraikan secara lengkap mengenai pokok-
pokok bahasan di atas.
A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik
Pada bagian ini penulis menyampaikan pengertian Pendidikan Agama
Katolik menurut pendapat para ahli. Heryatno (2008: 23) menyatakan bahwa
Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang
diselenggarakan oleh sekolah, bekerja sama dengan keluarga, Gereja dan
kelompok jemaat lainnya untuk membantu siswa supaya semakin beriman kepada
Tuhan Yesus Kristus, sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah dapat sungguh terwujud
di tengah-tengah mereka.
Untuk memperkaya pendapatnya tersebut, Heryatno (2008: 15)
menegaskan kembali pendapat Mangunwijaya yang menyatakan bahwa “hakikat
dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran
agama”. Ia membedakan antara beragama atau punya agama (having religion)
dengan beriman (being religious). Agama berkaitan dengan hukum, peraturan,
ritus, kebiasaan dan lambang-lambang atau simbol-simbol. Agama merupakan
jalan dan sarana menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menuju kesatuannya dengan Tuhan. Komunikasi iman dapat
menumbuhkembangkan kepercayaan dalam diri manusia, sedangkan pengajaran
agama hanya sebagai pengetahuan manusia serta membantu manusia untuk
menerapkannya.
Heryatno (2008: 16) mengungkapkan bahwa sebagai komunikasi iman,
Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya
bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi
menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga
berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan (kehidupan)
daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, Pendidikan Agama
Katolik menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-
menerus. Tentunya komunikasi semacam ini akan sangat membantu, yaitu dengan
saling memperkaya dan meneguhkan, serta memperkembangkan iman para
pesertanya. Yang ditekankan dalam Pendidikan Agama Katolik bukan pengajaran
agama, tetapi proses perkembangan dan pendewasaan iman, peneguhan
pengharapan dan perwujudan cinta kasih. Pendidikan Agama Katolik mendorong
peserta didik untuk meningkatkan persaudaraan, persatuan, kerukunan dan
perjumpaan demi terwujudnya kesejahteraan hidup bersama. Oleh sebab itu,
Pendidikan Agama Katolik adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, yang
mengusahakan terciptanya suasana kesalingan, kebersamaan dan menghargai
masing-masing pribadi.
Heryatno (2008: 14) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik harus
bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dengan inti hidup manusia. Maka, bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama
Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup
siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Dengan membantu
siswa memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan
tempat di mana Allah bersemayam, sehingga membuat manusia merasa rindu
kepada-Nya dan peduli kepada hidup sesamanya. Sedangkan interioritas
berhubungan dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup yang dipegang dan
diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya mengejar prestasi
akademis, tetapi juga memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan
dan hati nurani siswa.
Groome (2010: 37) mendefinisikan Pendidikan Agama Katolik sebagai
“kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama
mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada Cerita
komunitas iman Kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir di
antara kita”. Pendidikan Agama Katolik, seperti semua pendidikan, adalah
kegiatan yang kompleks. Kekhususan mengenai apa yang para pendidik lakukan
berasal dari cerita-cerita komunitas Kristen, dengan ekspresinya yang paling awal
dalam Yesus Kristus dan Visi Kerajaan Allah yang sempurna yang ditimbulkan
oleh cerita. Akan tetapi hal yang paling penting untuk dilakukan adalah bahwa
pendidikan Agama Katolik ikut ambil bagian dalam hakikat pendidikan yang
bersifat politis secara umum. Setiap jenis kegiatan pendidikan, cepat atau lambat
mempengaruhi orang-orang dalam cara mereka menjalani kehidupan mereka di
masyarakat. Setiap jenis pendidikan tidak pernah dapat hanya memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
konsekuensi-konsekuensi yang bersifat pribadi karena individu dan warga negara
adalah orang yang sama.
Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1)
menegaskan bahwa salah satu bentuk dan pelaksanaan pendidikan iman adalah
pendidikan iman secara formal di sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti. Pendidikan Agama Katolik di sekolah
merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai kedudukan yang sama
dengan mata pelajaran lainnya seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa,
Matematika, IPA, IPS dan lain-lain. Maka, Pendidikan Agama Katolik di sekolah
terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia serta taat akan aturan sekolah.
Dengan demikian, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya berhenti pada
agama atau hal-hal lahiriah melainkan Pendidikan Agama Katolik mampu
menghantar siswa sampai kepada iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta penuh persaudaraan dengan semua orang. Dengan kata lain, Pendidikan
Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan oleh sekolah secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk
memperteguh iman dan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan
terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar-umat beragama dalam
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1)
menegaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar
siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan membangun hidup yang
semakin beriman. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sikap
dibentuk melalui kemampuan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati
dan mengamalkan. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas:
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta.
Heryatno (2008: 23) membahasakan kembali pandangan Groome tentang
tujuan Pendidikan Agama Katolik bahwa “tujuan Pendidikan Agama Katolik
memperhatikan kondisi kerinduan hati dan kehidupan konkret siswa, artinya
digali dari kebutuhan dan kepentingan mereka harus bersifat holistik. Bersifat
holistik artinya, sesuai dengan kepentingan hidup siswa, tujuan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis”. Segi
kognitif (pikiran), afeksi (perasaan) dan praksis (tindakan) tidak dapat dipisahkan
karena saling mendukung dan membantu untuk memperkembangkan iman siswa,
sehingga ketiganya diberikan secara seimbang oleh guru Pendidikan Agama
Katolik kepada masing-masing siswa. Berikut ini disampaikan tiga tujuan
Pendidikan Agama Katolik yaitu a) demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah:
inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah, b) demi kedewasaan
iman: tujuan formal jangka panjang, c) iman yang dihayati: demi kebebasan
manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah: Inti Segala Tujuan
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Heryatno (2008: 25) mengatakan bahwa:
Sifat holistik tujuan Pendidikan Agama Katolik dapat lebih konkret pada
inti dari segala tujuan proses penyelenggaraannya, yang sering disebut
metapurpose yaitu untuk memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus di dalam sabda,
karya dan seluruh hidupnya mempunyai keprihatinan pokok mewartakan
serta mewujudkan Kerajaan Allah. Dapat juga dikatakan bahwa Yesus
adalah Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah adalah rencana Allah bagi ciptaan. Kerajaan Allah adalah
tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan kehidupan Yesus Kristus. Yang
dimaksud dengan metapurpose di sini adalah tujuan pokok atau mendasar dalam
Pendidikan Agama Katolik. Dalam konteks sekolah, terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah dikatakan sebagai puncak/pokok/inti dari segala tujuan Pendidikan
Agama Katolik karena memang sungguh dirindukan oleh siswa. Oleh karena itu
kegiatan pendidikan dimaksudkan untuk mengantar orang-orang ke arah iman
Kristiani. Tujuan utama pendidikan yang demikian adalah Kerajaan Allah di
dalam Yesus Kristus sendiri (Groome 2010: 69).
Yesus telah bersabda dalam hidup manusia. Yesus diutus oleh Allah ke
dunia dengan sabda, karya dan rela menyerahkan seluruh hidupnya untuk
manusia. Nilai-nilai Kerajaan Allah yang ditanamkan Yesus kepada manusia
adalah nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, saling menghargai serta melayani sesama.
Selama hidup di tengah dunia, Yesus berusaha mewujudkan nilai-nilai Kerajaan
Allah, melalui sabda dan karya-Nya. Guru Pendidikan Agama Katolik
mengenalkan tentang karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan
mencintai Yesus. Tujuan Pendidikan Agama Katolik dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
penyelenggaraannya dimaksudkan tidak hanya sebatas untuk mengetahui dan
memahami saja tetapi dengan melakukan tindakan nyata merupakan salah satu
cara untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Dalam konteks
di sekolah misalnya seluruh warga sekolah mampu mewujudnyatakan kerukunan,
perdamian, persaudaraan, cinta kasih, peka dan peduli terhadap yang mengalami
kesusahan, tidak rela melihat temannya bersedih hati, saling menghargai dan
menghormati yang berbeda suku, agama dan kepercayaan dan lain sebagainya.
Semua hal tersebut digerakkan oleh iman kepada Yesus Kristus melalui Roh
Kudus. Dengan kata lain, Pendidikan iman sungguh berhasil kalau nilai-nilai
Kerajaan Allah sungguh dialami secara nyata oleh seluruh manusia.
b. Demi Kedewasaan Iman: Tujuan Formal Jangka Panjang
Heryatno (2008: 29) mengatakan bahwa “iman yang dewasa juga diartikan
sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan bersifat holistik
karena mencakup segi pemikiran, hati dan praksis”. Iman Kristiani mencakup
tindakan meyakini (believing), mempercayai (trusting) dan melakukan kehendak
Allah (doing God’s will). Pendidikan dalam iman di sekolah, sebagai proses
pendewasaan iman diharapkan membantu memperkembangkan iman siswa secara
seimbang ketiga aspek iman tersebut. Iman Kristiani memiliki aspek kognitif,
yaitu suatu tindakan meyakini (believing). Iman bukan suatu ilusi; iman juga
bukan merupakan tindakan yang semena-mena dan tidak masuk akal. Menjadi
tugas pendidik di satu pihak untuk mengkomunikasikan seluruh tradisi kekayaan
iman Gereja dan di lain pihak untuk membantu siswa agar mereka dipermudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
untuk memahami dan meyakininya. Hal tersebut sesuai dengan ciri dasar manusia
sebagai makhluk rasional. Salah satu segi iman sebagai tanggapan manusia
terhadap rahmat Allah juga dapat dipahami dengan rasio, juga masuk akal.
Di samping segi kognitif, iman Kristiani juga memiliki segi afektif
(dimensi trusting). Iman Kristiani merupakan suatu undangan untuk menjalin
relasi dari hati ke hati, manusia dengan Allah dan antar manusia itu sendiri. Iman
berarti menaruh hati pada Tuhan yang dipercayai. Semakin kita berserah diri, kita
semakin beriman. Berserah diri artinya dengan penuh kesetiaan dan kepercayaan
kita menanggapi tindakan Allah yang dalam Putera-Nya melalui Roh-Nya
senantiasa hadir dan berkarya menyelamatkan kita. Inilah relasi kesetiaan yang
juga membentuk cara kita berelasi dengan sesama.
Satu dimensi pokok iman yang terakhir adalah tindakan konkret (doing).
Supaya makin matang, iman menuntut perwujudan konkret dari siswa di dalam
hidupnya sehari-hari. Perwujudan iman perlu dipahami sebagai tanggapan
terhadap rahmat dan kehendak-Nya. Di sini iman dimengerti sebagai jalan dan
cara hidup. Dengan sungguh dihayati dan diwujudkan, siswa semakin menyadari
relevansi imannya di dalam hidupnya yang akan mendatangkan nilai-nilai positif,
seperti kegembiraan, perdamaian dan persaudaraan. Untuk itu, proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik diharapkan agar membantu siswa
supaya semakin giat dan bersemangat di dalam menghayati imannya. Dengan
demikian tindakan manusia dipahami sebagai tanggapan manusia untuk
mengambil bagian di dalam memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Allah. Tindakan konkret menjadi salah satu unsur penting di dalam proses
pendewasaan iman.
Pendewasaan iman sebagai tujuan formal pendidikan iman merupakan
proses seumur hidup. Manusia berdasar rahmat-Nya diundang untuk senantiasa
memperkembangkan hidupnya menuju pada kesempurnaannya. Dalam
pendidikan iman, pendewasaan iman tidak dapat dipisahkan dari pendewasaan
kepribadian seseorang. Yang menjadi salah satu fokus pendidikan iman adalah
perkembangan manusia secara utuh. Maka, kepenuhan dan kelimpahan hidup
merupakan arah dari iman yang sungguh dihayati dan diwujudkan. Kalau kita
menghayati dan mewujudkan iman kita maka kita mengalami keselamatan yang
dianugerahkan oleh-Nya.
c. Iman Yang Dihayati: Demi Kebebasan Manusia
Heryatno (2008: 33-34) mengatakan bahwa “kebebasan merupakan
kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya.
Hanya di dalam suasana hati yang bebas manusia dapat sungguh menghayati dan
mewujudkan imannya”. Dengan kata lain, iman yang dewasa dapat diwujudkan
hanya oleh orang-orang yang benar-benar bebas dan bertindak beriman atas dasar
kebebasan hatinya. Melakukan pekerjaan tanpa adanya paksaan dari orang lain
sangat menyenangkan bagi manusia, hal inilah yang dimaksud dengan kebebasan.
Kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan
memperkembangkan imannya. Hal ini dimaksudkan bahwa suasana hati yang
bebas sangat dibutuhkan oleh semua orang karena manusia melakukan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berdasarkan kehendak dari diri sendiri dan bukan karena adanya paksaan dari
orang lain. Tentu saja bebas tidak diartikan secara individualitas karena bebas
yang dimaksud di sini adalah bebas untuk mengasihi, menghargai dan
menghormati sesama, bebas untuk menanggapi cinta kasih Allah, serta bebas
untuk melaksanakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Iman manusia akan berkembang
dengan lebih baik karena adanya kebebasan.
Dasar kebebasan manusia adalah jati dirinya yang diciptakan oleh Allah
menurut kehendak-Nya yang bebas. Manusia diciptakan oleh Allah menurut
gambar dan rupa Allah sendiri. Ini berarti manusia memiliki martabat hidup yang
sangat mulia. Ia juga memiliki peran, tugas hidup yang sangat penting yaitu
membangun dunia supaya menjadi lebih baik. Karena itu, manusia memiliki
potensi atau peluang untuk sungguh-sungguh menjadi bebas. Maka, bebas kepada
Allah membuat kita bebas kepada diri kita sendiri dan dengan jalan tersebut kita
pun bebas untuk berbuat baik kepada sesama. Manusia bebas kalau bersatu
dengan Allah. Manusia dapat bersatu dengan Allah karena rahmat-Nya yang
berkarya di dalamnya dan karena Allah yang mendatangi manusia, mengundang
serta memampukan manusia dapat tinggal di dalam-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik
a. Pengalaman Siswa
Heryatno (2008: 59) mengatakan bahwa pengalaman hidup siswa meliputi
segala kegiatan rohani mereka seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-
devosi mereka. Di samping pengalaman siswa juga mencakup kesulitan,
keprihatinan dan persoalan hidup yang menekan seperti kekhawatiran, ketakutan
dan kebingungan tetapi juga kegembiraan, kebahagiaan, kesuksesan, cita-cita serta
pengharapan mereka. Dengan kata lain, pengalaman hidup mencakup seluruh
kenyataan hidup siswa. Kehidupan konkret yang menjadi salah satu unsur
pendikan iman menggarisbawahi pengertian dasar pendidikan iman sebagai
komunikasi pengalaman atau penghayatan iman bukan lebih-lebih sebagai
pengajaran agama.
Kehidupan konkret menjadi titik tolak dan sekaligus medan bagi siswa untuk
menghayati imannya. Melalui refleksi terhadap pengalaman hidupnya, siswa
mengenali kehadiran Allah yang menyatakan diri dan mengundang mereka untuk
menanggapinya. Melalui refleksi, siswa dibantu menemukan makna dari
pergulatan hidupnya dan dibantu juga untuk menempatkan iman di dalam
pergulatan hidup sehari-hari. Pengalaman hidup dapat menjadi medan perjumpaan
antara rahmat Allah dan tanggapan manusia. Dengan bertitik tolak dari
pengalaman hidup siswa, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan karena
menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan siswa serta menyentuh kehidupan
siswa. Setiap siswa tentu memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
maknanya dan dipahami sebagai suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan
hidupnya.
b. Keadaan Sekolah
Heryatno (2008: 16) juga menegaskan kembali pandangan Deklarasi
Pendidikan Kristen Gravissimum Educationis bahwa salah satu pokok pusat
perhatian mereka adalah menciptakan suasana sekolah yang sungguh-sungguh
Katolik. Sekolah Katolik mengusahakan suatu suasana sekolah yang dijiwai oleh
Roh Cinta Kasih dan Kebebebasan Injili, suasana sekolah yang diresapi oleh
semangat dan sikap hidup Yesus sendiri. Suasana sekolah semacam ini akan
membuat para siswa merasa martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya
dipahami, pertanyaan dan keluhannya diperhatikan. Mereka juga dibantu untuk
menemukan identitas dan perannya di dalam kehidupan bersama. Maka dari itu,
sekolah Katolik diharapkan menjadi kaya akan nilai-nilai manusiawi dan nilai-
nilai rohani. Sekolah Katolik perlu mengusahakan agar suasana kekeluargaan
antara guru dengan siswa, orang tua dengan para guru dan sekolah, lebih-lebih
antar siswa sendiri sungguh tercipta. Yang dimaksud dengan kekeluargaan dalam
sekolah adalah suasana pendidikan yang membantu para siswa merasa aman,
krasan, diterima, menyenangkan karena semua pihak saling memperhatikan dan
membantu.
Untuk mewujudkan harapan itu sekolah-sekolah Katolik telah berusaha
untuk merubah gambaran dirinya dari sekolah sebagai lembaga menjadi sekolah
sebagai komunitas. Usaha ini sesuai dengan hakikat dan wajah Gereja seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang ditegaskan oleh Konsili Vatikan II di dalam Konstitusi Dogmatis Lumen
Gentium tentang Gereja sebagai umat Allah yang mengutamakan segi komunio
(communio: persekutuan). Gambaran sekolah sebagai komunitas adalah model
kehidupan bersama yang menekankan persaudaraan, kesatuan (solidaritas),
kemitraan, keterbukaan dan kepercayaan dari semua pihak tanpa harus
mengabaikan kekhususan masing-masing. Untuk itu, sekolah Katolik menekankan
pentingnya dibangun kerja sama antara sekolah, orang tua, Gereja, masyarakat
dan kelompok-kelompok yang mengusahakan pendidikan bagi kaum muda.
c. Keluarga
Afra Siauwarjaya & Huber, Th. (1987: 80) mengatakan bahwa pendidikan
merupakan cermin dan syarat pembangunan masyarakat. Selain sekolah,
perkembangan iman anak juga dilakukan di dalam keluarga. Dalam hal ini orang
tua juga memegang peranan penting dalam memperkembangkan iman anaknya.
Tidak mungkin mereka menghayati warta Kristus terlepas dari usaha
menumbuhkan, mendidik dan memperkembangkan iman anak-anak mereka. Iman
dapat tumbuh dan berkembang berkat adanya dorongan Roh Kudus dan usaha
untuk mengolah dari dalam diri orang tersebut. Sekolah, keluarga, teman sebaya,
pemerintah, masyarakat dan Gereja berperan membantu dalam usaha mendidik
dan memperkembangkan iman anak-anak mereka.
Orang tua diharapkan menciptakan suasana yang memungkinkan anak-
anak merasa “krasan”, menemukan, mengalami kehangatan, persahabatan,
perhatian dan cinta dalam keluarga. Demikianlah diharapkan keluarga nantinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dapat menampilkan generasi muda yang potensial dan berkepribadian tangguh
dalam masyarakat. Orang tua Kristen percaya bahwa mereka diundang Allah
untuk saling menyempurnakan menurut teladan Kristus dalam hidup berkeluarga.
Maka orang tua wajib membantu anak-anak mereka menghayati hidup konkret
mereka sebagai jawaban atas undangan Allah. Hal tersebut diwujudkan dengan
mengajak anak-anak menyadari kebaikan Tuhan yang mereka alami bersama dan
bersyukur kepada Allah. Dengan usaha konkret terus menerus, orang tua melatih
anaknya bersikap peka terhadap kehadiran Allah dalam berbagai situasi yang
mereka alami bersama.
Terutama dengan contoh dan teladan orang tua membimbing anak untuk
peka dan prihatin terhadap keadilan dan penderitaan sesama. Tentunya sikap
tersebut akan diingat oleh anak. Semua yang diingat oleh anak akan menjadi
warisan yang sangat mempengaruhi perilaku anak selanjutnya. Maka, dengan
teladan baik dari orang tua anak sedini mungkin dilatih menjadi pribadi yang tidak
hanya merasa kasihan terhadap sesama yang miskin dan menderita, tetapi yang
mampu berbuat sesuatu bagi mereka. Pada umumnya teladan yang baik lebih
mempengaruhi anak daripada banyak nasihat dan perkataan. Santo Don Bosco
mengatakan “Jangan bicara banyak pada anak mengenai Tuhan, akan tetapi
bicaralah banyak pada Tuhan mengenai anak” (Afra Siauwarjaya & Huber, Th.,
1987: 81). Dalam seluruh usaha menumbuhkan dan memperkembangkan iman
anak, selain berkat adanya dorongan Roh Kudus dan usaha untuk mengolah dari
dalam diri anak itu sendiri, contoh dan teladan orang tua menjadi salah satu pokok
terpenting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Teman Sebaya
Agoes Dariyo (2004: 13) menjelaskan bahwa teman sebaya lebih
ditekankan kepada kesamaan tingkah laku atau interaksi individu pada anak-anak
atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang
relatif besar diantara kelompoknya. Hubungan yang baik antara teman sebaya
akan sangat membantu aspek sosial remaja secara normal.
Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku remaja. Pengaruh
tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh negatif.
Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika remaja bersama teman-teman
sebayanya melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok
belajar, mengikuti kegiatan rohani dan patuh pada norma-norma dalam
masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif yang dimaksudkan dapat berupa
pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan pada lingkungan sekolah berupa
pelanggaran terhadap aturan sekolah.
Dari teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan
mereka. Remaja cenderung mengikuti pendapat dari kelompoknya dan
menganggap bahwa kelompoknya itu selalu benar. Teman sebaya menuntut nilai
kebersamaan, kekerabatan, kemanusiaan serta persaudaraan. Namun, jika perilaku
dalam kelompok didominasi oleh pencurian, tawuran serta tindak kriminal maka
akan berpengaruh negatif pada perkembangan remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 58) mengungkapkan bahwa “istilah model perlu
dimengerti sebagai suatu pendekatan tertentu yang memiliki suatu kerangka yang
tertentu pula untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan dalam iman
dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap”. Pendidikan Agama Katolik di
sekolah menempatkan siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator. Model
perlu dimengerti sebagai suatu pendekatan, hal ini dimaksudkan bahwa ada
banyak cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru agar siswanya
dapat memahami apa yang disampaikan guru di kelas sehingga membantu siswa
untuk berkembang, perkembangan tersebut tentu saja berasal dari dorongan yang
ada dalam diri siswa sehingga guru dengan berbagai cara pula membantu dan
mengarahkan siswanya dalam bertindak.
a. Model Transmisi/Transfer
Heryatno (2008: 63) mengungkapkan bahwa “model ini berpusat pada guru
yang mentransfer (mengoper) seluruh pengetahuannya pada siswa dengan
menerapkan relasi guru dengan siswa”. Model transmisi/transfer merupakan cara
lama yang digunakan para guru dalam mengajar. Model ini kurang efektif karena
tidak melibatkan siswa dalam kegiatan mengajar/memberikan materi. Dalam
mengikuti pelajaran di kelas ada jarak antara guru dan siswa sehingga guru tidak
kreatif dalam menyampaikan materi dan siswa kurang aktif mengikuti pelajaran di
kelas. Hal ini tidak membantu perkembangan siswa baik secara kognitif maupun
dalam iman karena guru tidak memberikan apa yang menjadi kebutuhan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Model yang Berpusat pada Hidup Peserta
Heryatno (2008: 65) mengungkapkan bahwa “model yang berpusat pada
hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang
bersifat dogmatis”. Pada zaman era globalisasi seperti saat ini, para guru
Pendidikan Agama Katolik di sekolah hanya sebagai fasilitator yang berpusat
pada hidup peserta/siswa. Model ini diyakini mampu memperkembangkan
pengetahuan dan iman siswa secara utuh. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan
pengajaran di kelas dengan cara tanya jawab dan kerja kelompok/sharing
pengalaman, pada akhir pelajaran siswa diajak untuk merefleksikan pengalaman
mereka selama mengikuti pelajaran di kelas berkaitan dengan pengalaman hidup
mereka secara konkret.
Kedua model di atas masing-masing mempunyai kekurangan dan
kelebihan, oleh sebab itu kedua model di atas saling melengkapi. Guru Pendidikan
Agama Katolik di sekolah bukan hanya sebagai fasilitator tetapi guru juga
memberikan pengetahuan/informasi sehingga membantu perkembangan kognitif
siswa dan memfasilitasi siswa agar siswa terlibat aktif di kelas serta membantu
perkembangan iman mereka.
c. Model Shared Christian Praxis/Model Praksis
Heryatno (2008: 70) mengungkapkan bahwa “model Shared Christian
Praxis atau model praksis ini hendak menekankan pentingnya partisipasi aktif
para peserta. Peran peserta sebagai subjek dalam proses penyelenggaraan
pendidikan sangat digarisbawahi”. Partisipasi itu berdasarkan pada pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga
ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refleksi kritis
tersebut kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi Kristiani. Dengan dialog
tersebut diharapkan peserta dapat meneguhkan sikap hidupnya yang sudah positif
dan mempertanyakan pokok-pokok yang negatif dan yang lebih penting adalah
menemukan kesadaran dan nilai-nilai baru yang akan mendasari pengambilan
keputusan konkret sebagai salah satu pusat model ini. Model ini bergerak dari
praksis yang direfleksikan menuju praksis baru. Tentu saja yang dimaksudkan
bukan sekedar aksi tanpa visi tetapi praksis baru yang digali berdasarkan
pengalaman masa lampau, yang telah diinterpretasikan berdasarkan visi dan
tradisi Kristiani. Tujuan praksis baru tidak lain adalah memperjuangkan
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus di tengah-tengah
hidup manusia.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik
Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 4)
mengungkapkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik mencakup
empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek
yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman
siswa adalah:
1) Pribadi siswa: Ruang lingkup ini membahas tentang diri sebagai laki-laki atau
perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kekurangan, yang dipanggil untuk membangun relasi dengan sesama serta
lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik.
2) Yesus Kristus: Ruang lingkup ini membahas tentang pribadi Yesus Kristus
yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam
Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, agar siswa berelasi dengan
Yesus Kristus dan meneladani-Nya.
3) Gereja: Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja agar siswa mampu
mewujudkan kehidupan menggereja.
4) Masyarakat: Ruang lingkup ini membahas tentang perwujudan iman dalam
hidup bersama di tengah masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik.
Siswa menyadari dan mensyukuri diri sebagai citra Allah, baik sebagai
laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, untuk
mengembangkan diri melalui peran keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan
Gereja dengan meneladani pribadi Yesus Kristus, sehingga terpanggil untuk
mengungkapkan imannya dalam kehidupan menggereja melalui kebiasaan doa,
perayaan sakramen dan terlibat secara aktif di dalam kehidupan menggereja serta
hidup bermasyarakat dengan melaksanakan hak dan kewajiban, mewujudnyatakan
sikap toleran dan penghormatan terhadap martabat manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
6. Pelaku Pendidikan
a. Guru
UU No. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan Mintara (2010:
57) menyatakan bahwa pendidik adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan
keahlian khusus. Mintara (2010: 57) juga menegaskan bahwa di dalam
pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang bisa dilaksanakan di
antaranya: pertama, tugas profesional yaitu tugas yang berhubungan dengan
profesinya yang meliputi tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan. Kedua, tugas kemasyarakatan yaitu
tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berfungsi sebagai
pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Keberadaan guru menjadi faktor
penentu yang tidak dapat digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan
bangsa sejak dahulu. Ketiga, tugas manusiawi yaitu tugas sebagai seorang
manusia. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi siswa.
Guru harus bisa menarik simpati dari siswa melalui teladan hidup dan mempunyai
relasi yang harmonis sebagai “bapa-anak”, sehingga ia menjadi idola bagi para
siswa.
Dari pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa tugas seorang pendidik
atau guru adalah mengantar keluar dengan selamat para siswa dari berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
rintangan menuju padang rumput yang hijau. Sama halnya seperti seorang
gembala, guru dipanggil untuk menggembalakan siswa-siswanya, mengenal
pribadi dan karakter masing-masing serta membantu mereka dalam
mengembangkan diri.
Groome (2010: 389) mengatakan bahwa pendidik memiliki tugas yang
khusus dalam komunitas Kristiani. Artinya, pendidik agama Kristiani harus
mampu menghadirkan pribadi Yesus Kristus ketika melayani para siswa. Groome
menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik antara
lain: pertama, jabatan mengajar adalah sebuah bentuk pelayanan atas nama Yesus
Kristus. Kedua, jelas dari Gereja mula-mula jabatan pengajar adalah menjadi
pelayan firman. Maka, dapat dikatakan bahwa jabatan pengajar memiliki
kesamaan dengan para pelayan firman atau pemberita-pemberita Injil Tuhan.
Mintara (2010: 218) mengatakan bahwa guru yang profesional harus
secara efektif memberikan perhatian pada para siswa sehingga siswa merasa dekat
dengannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru yang penuh perhatian pada siswa
akan lebih memberikan peneguhan dan dorongan semangat seperti: kesabaran,
kepercayaan, kejujuran dan keberanian; juga mendengarkan dengan empati,
memahami, mengenal masing-masing siswa secara individu, hangat, penyemangat
dan yang paling penting mencintai pribadi siswanya.
Heryatno menegaskan kembali pandangan Miller (2008: 71) bahwa guru
harus memiliki visi ke depan bagi perkembangan setiap siswanya. Visi yang
dimaksudkan adalah agar siswa dapat mencapai tahap perkembangan kognitif,
emosi, moral dan iman. Oleh karena itu, guru harus menjadi sahabat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pendamping bagi perkembangan pribadi siswa sehingga visi di atas dapat tercapai.
Pendidikan Agama Katolik sungguh-sungguh perlu menekankan interaksi dan
komunikasi yang fasilitatif dan kondusif bagi siswa supaya secara terus menerus
berkembang ke tahap berikutnya. Komunikasi sangat penting dalam tingkat
perkembangan kognitif, emosi, moral dan iman siswa.
Heryatno (2008: 103-107) sikap dasar dan semangat para guru harus
diwujudkan dalam tugasnya, yaitu:
a) Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri
Para guru diharapkan menghormati harkat dan martabat para siswa yang
mulia, menghargai segala talenta dan keunikan serta memahami
kemampuan mereka sebagai titik tolak dari seluruh kegiatan pendidikan
mereka. Guru juga membantu para siswa yang lemah, nakal dan
bermasalah agar mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama
dengan teman-temannya yang lain, sehingga mereka pun dapat
berkembang menjadi lebih baik.
b) Tetap Yakin dan Penuh Harap
Sebagai pendidik guru harus memiliki harapan dan keyakinan bahwa
semua siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka
terima dari Tuhan. Guru juga harus yakin bahwa semua siswa dapat
sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup karena kebaikan dan
kemurahan hati Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
c) Mengasihi
Sikap yang tidak kalah penting dari para guru adalah mengasihi siswa.
Beriman, berharap dan mengasihi hidup para siswa itulah yang menjadi
sikap, tekad dan kesadaran yang wajib diwujudkan dalam melaksanakan
tugas panggilan mereka sebagai pendidik. Dengan kasih yang rela
berkorban seperti Yesus dari para pendidik sungguh dapat mengubah
sikap dan perilaku siswa sekaligus memberikan hasil yang baik dan
menyenangkan.
d) Menghormati Siswa sebagai Subjek
Siswa adalah subjek pendidikan. Maka, guru harus memperlakukan dan
menghormati siswa sebagai subjek pendidikan. Dengan memperlakukan
siswa sebagai subjek/pelaku utama, dalam proses pembelajaran guru
mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik bukan relasi subjek
dengan objek melainkan subjek dengan subjek. Dalam relasi tersebut
yang diharapkan oleh siswa bukan semata-mata materi pelajaran tetapi
inspirasi dan teladan hidup. Dengan memperlakukan siswa sebagai
subjek, para guru akan memberdayakan mereka sebagai pelaku
pendidikan yang aktif, kreatif dan realistis. Para guru harus mampu
menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana yang akrab, saling
menerima dan menghargai serta suasana kebersamaan yang sungguh
menghormati inspirasi, aspirasi dan gagasan siswa. Dengan suasana ini,
diharapkan bahwa guru dapat memperkembangkan kepribadian siswa
secara utuh. Maksudnya adalah bukan hanya intelektual tetapi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
perasaan, emosi, hati dan perilaku mereka. Hal ini perlu diusahakan agar
pendidikan menjadi proses perkembangan diri mereka secara utuh dan
seimbang.
e) Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggung Jawab
Kebebasan akan terwujud jika guru menghormati hidup siswa sebagai
pribadi dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak
berdasarkan hati nuraninya. Dengan menghormati kebebasan dan semua
hak siswa, para guru diharapkan menyelenggarakan proses pendidikan
yang bersifat sungguh membebaskan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hal penting yang
dituntut dari seorang guru adalah mengasihi para siswa. Dengan mengasihi siswa,
seorang guru dapat mengantar mereka kepada kebenaran yang telah Allah
letakkan pada inti hidup mereka dan membantu mereka menjadi orang-orang yang
bebas. Dengan demikian, mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan
mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka.
b. Siswa
Groome (2010: 386-388) mengatakan bahwa siswa dipanggil sebagai
pelaku sejarah (cerita) dan mampu menjadi para pelaku sejarah (visi). Mereka
dibentuk oleh sejarah, tetapi mereka juga dapat membentuk sejarah. Yang
dimaksud pelaku di sini adalah siswa sendiri. Sebagai pelaku, mereka yang
menentukan sendiri sesuai dengan minat dan kata hati. Mereka bukan objek
melainkan subjek yang bisa menentukan sendiri dan tidak ditentukan. Mereka
dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak untuk mempengaruhi masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Sebagai siswa, mereka juga dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak dalam
kehidupan mereka (dunia) untuk mempengaruhi masa depan. Dalam konteks
pembentukan iman Kristiani, ini berarti bahwa siswa terlibat di dunia untuk
menghadirkan Kerajaan Allah yang telah ada yang merupakan tanggung jawab
bersama baik dari guru maupun dari siswa. Dalam membangun dan
mewujudnyatakan Kerajaan Allah diperlukan kerjasama dengan orang lain bukan
hanya oleh diri sendiri karena Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah sendiri
untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Lebih lanjut Groome (2010: 33) mengatakan bahwa siswa harus
diperlakukan sebagai subjek-subjek bukan dari kemurahan hati kita atau jasa
mereka, melainkan karena seluruh manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah (bdk. Kejadian 1: 26-27). Mereka memiliki hak untuk menyampaikan iman
mereka dan mengungkapkan iman itu dalam hidup sehari-hari. Siswa sama seperti
guru yang dipanggil untuk menjadi para pelaku sejarah dan mampu menjadi para
pelaku sejarah. Artinya, siswa dibentuk oleh sejarah tetapi juga dapat membuat
sejarah. Dalam konteks iman Kristen, siswa harus terlibat dalam dunia untuk
menghadirkan Kerajaan Allah yang penuh dengan kedamaian, sukacita dan cinta
kasih.
B. Gambaran Iman Remaja
1. Perkembangan Iman
Heryatno (2008: 76) menegaskan pandangan Fowler tentang
perkembangan iman. Fowler melihat iman sebagai poros/pusat kehidupan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi
realitas yang transenden. Artinya, dengan beriman seseorang menyerahkan diri
secara utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur dan berusaha semakin
mengenal Dia yang menjadi tumpuan kepercayaanNya.
Heryatno (2008: 70) menegaskan kembali pandangan Miller bahwa di
dalam konteks Pendidikan Agama Katolik, perkembangan iman tidak hanya
mencakup dimensi personal melainkan juga merupakan interaksi antara individu
dengan peristiwa hidup yang bersifat komunal dan perkembangan iman terjadi
karena rahmat Allah. Hal tersebut senada dengan pandangan Groome (2010: 80)
yang menyatakan bahwa iman adalah anugerah dari Allah dan Roh Kudus yang
memberi pertumbuhan.
Dalam lingkungan sekolah, pendidikan iman tidak terlepas dari pendidikan
agama itu sendiri dimana warga sekolah harus membagikan iman yang hidup dan
membuat tradisi iman yang ada di lingkungan sekolah mudah didapat. Para siswa
yang baru juga harus diperkenalkan pada tradisi iman yang ada di lingkungan
sekolah dan para anggota yang lama mendukung perjalanan iman mereka ke arah
iman yang dewasa dan terus menerus lebih beriman. Maka, dapat dikatakan
bahwa iman merupakan pemberian dari Allah dan sebagai orang beriman,
manusia menanggapinya dengan percaya dan mengamalkannya dalam hidup
sehari-hari.
Heryatno (2008: 37) menyatakan iman Kristiani yang matang dan dewasa
yang dihayati di dalam kebebasan menjadi salah satu tujuan mendasar dari
pendidikan dan perkembangan iman. Iman yang dewasa dapat diwujudnyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
melalui pertobatan integral yang terus menerus diperbaharui. Pertobatan personal
yang bersifat integral tidak dapat dipisahkan dari transformasi hidup masyarakat.
Dengan demikian tiga orientasi Pendidikan Agama Katolik yaitu demi Kerajaan
Allah, demi kedewasaan iman dan demi kebebasan iman dapat disatukan dan
diwujudkan secara bersama-sama.
2. Tahap Perkembangan Iman Remaja
Groome (2010: 102) menegaskan pandangan Fowler tentang tahap
perkembangan iman. Tahap perkembangan iman yang ketiga yaitu tahap iman
sintetis-konvensional. Tahap ini biasanya dimulai pada usia sebelas atau dua belas
tahun yang dikenal sebagai masa remaja. Pada tahap tersebut pengalaman
seseorang diperluas melampaui kelompok sosial primer dan keluarga. Setelah
mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan)
dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu.
Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan
pribadi dengan Tuhan. Namun, identitas mereka belum benar-benar terbentuk,
sehingga mereka juga masih melihat orang lain (biasanya teman sebaya) untuk
panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar
masyarakat, karena terlalu tergantung pada penilaian tokoh, komunitas atau
kelompok, maka otoritas bukan berada pada dirinya melainkan pada pihak luar.
Peran super ego keluarga, komunitas atau kelompok sangat menentukan sehingga
remaja merasa cemas kalau tidak diterima.
Gambaran Tuhan yang dirindukan oleh remaja adalah yang dekat,
mengerti, menerima dan meneguhkan jati diri. Iman konvensional: iman bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diterima, iman sintetis: iman diterima tanpa refleksi dan analisis. Iman diterima
begitu saja. Tahap perkembangan iman sintetis-konvensional ini dapat
berlangsung lama sampai masa dewasa, dan untuk sejumlah orang tahap ini
bertahan hingga ia berkeluarga secara permanen.
C. PAK Demi Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa
Pendidikan Agama Katolik berperan penting membantu perkembangan
iman siswa. Oleh sebab itu, para guru Pendidikan Agama Katolik memandang
siswa sungguh baik. Hal ini diwujudnyatakan dengan mendidik para siswanya
agar menjadi lebih baik. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak hanya
memberikan materi pelajaran, tapi juga membantu siswa untuk berkembang dalam
iman, dengan cara meneguhkan pribadi dan jati diri siswa. Sikap dasar guru
Pendidikan Agama Katolik yang meneguhkan dan menghormati siswanya yang
bermasalah, lemah dan nakal merupakan dasar seorang guru agar lebih mengenal
siswa secara personal. Pada saat guru Pendidikan Agama Katolik sudah mengenal
siswa secara personal maka guru tersebut yakin dan menaruh harapan kepada
siswanya, bahwa siswa tersebut dapat berkembang sesuai dengan bakat yang
mereka miliki. Guru memotivasi dan mengasihi siswa dengan penuh kerendahan
hati agar siswa mampu mengembangkan bakat-bakat mereka. Mengasihi siswa
merupakan sikap dasar guru Pendidikan Agama Katolik. Hal ini dimaksudkan
bahwa iman dilandasi dengan pengharapan dan diwujudnyatakan melalui kasih
seorang guru kepada siswa. Guru yang mengasihi siswa mampu menghormati
siswa sebagai subjek dan memberi kebebasan, hak dan tanggung jawab kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
siswa. Sehingga siswa dapat sungguh berkembang imannya melalui tindakan
nyata seorang guru di sekolah (Heryatno, 2008: 104-107).
Dalam perkembangan iman siswa, sosok guru yang memperhatikan siswa
secara personal dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswa tentu saja
guru mempunyai cara agar siswa sungguh-sungguh merasa diperhatikan dan
dibantu oleh guru tersebut untuk berkembang. Guru sebagai fasilitator siswa
berusaha dengan penuh kerendahan hati agar siswa mampu berkembang secara
kognitif (pikiran), afeksi (perasaan) dan praksis (tindakan). Guru memberikan
kesempatan agar siswa aktif dan kreatif dalam mencari serta menemukan apa yang
menjadi kebutuhan mereka. Guru Pendidikan Agama Katolik juga memberikan
berbagai pengetahuan agar siswa juga memahami materi yang disampaikan guru
di kelas sehingga tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dapat terlaksana
dengan baik (Heryatno, 2008: 57). Tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah
dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh suasana yang dijiwai oleh
Roh cinta kasih dan kebebasan Injili. Heryatno (2008: 14) mengatakan bahwa:
Pendidikan yang bervisi spiritual dapat sungguh terwujud kalau suasana
sekolah-sekolah Katolik dijiwai oleh cinta kasih dan kebebasan Injili (bdk.
Dimensi Religius Sekolah-Sekolah Katolik, a.25). Cinta kasih yang
dimaksud di sini adalah cinta kasih yang dihayati oleh Yesus sendiri: yang
mencintai semua murid-Nya dengan cara yang sehabis-habisnya sampai
memberikan nyawa-Nya sendiri demi keselamatan mereka (bdk. Yoh. 15:
13).
Seorang guru sangat berperan penting dalam perkembangan siswa di
sekolah. Semangat Injili yang dimiliki oleh seorang guru menghasilkan benih-
benih yang baik di dalam diri siswa. Guru yang mempunyai semangat cinta kasih
dalam mengajar dengan tulus membantu siswanya untuk berkembang, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
akan sangat senang melihat anak didiknya berhasil dengan baik. Oleh karena itu,
Pendidikan Agama Katolik sangat mengutamakan perkembangan siswa dalam
iman dan kepercayaannya melalui tindakan nyata.
Melalui Pendidikan Agama Katolik, perkembangan iman siswa dapat
terwujud dalam berbagai hal, misalnya: siswa diperkenalkan dan diajarkan untuk
selalu mencintai sesama, berbelarasa dengan yang menderita serta membaca Kitab
Suci yang memuat tentang karya-karya Yesus dan cerita orang Kudus.
Keteladanan dari orang tua di rumah, guru di sekolah dan masyarakat di sekitar
siswa juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan iman mereka. Dalam
Kitab Suci Perjanjian Baru (Luk. 6: 27-36) Yesus mengajarkan para murid-Nya
untuk mengasihi musuh, maka dengan sendirinya siswa dapat belajar dari ajaran
Yesus untuk mengasihi sesama tanpa membeda-bedakan. Kitab Suci Perjanjian
Lama (Kej. 1:1-10) mengisahkan tentang kisah penciptaan. Allah menciptakan
segala sesuatu baik adanya, maka siswa juga diharapkan dalam hidup sehari-hari
selalu menjaga dan memelihara alam ciptaan ini dengan baik. Misalnya: siswa
diajarkan untuk selalu menjaga diri, merawat lingkungan dan berbuat baik kepada
orang lain. Sehingga apa yang dipelajari di kelas khususnya Pendidikan Agama
Katolik dapat diterapkan dalam kehidupan siswa di lingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat.
Pendidikan Agama Katolik mendorong siswa untuk semakin menghayati
imannya dalam hidup sehari-hari misalnya membantu teman yang kesulitan,
mengunjungi teman yang sakit serta memelihara alam ciptaan dengan melakukan
penghijauan. Iman perlu dikembangkan dengan berbagai usaha, karena dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
iman yang kuat akan membentuk siswa sebagai pribadi yang utuh. Perjuangan
untuk pengembangan iman sangat ditekankan oleh Santo Paulus dalam (Flp 1:27-
30) Ia menegaskan cita-cita yang harus diupayakan bagi orang beriman dalam
memperjuangkan imannya.
Melalui Pendidikan Agama Katolik siswa dibantu untuk semakin berkembang
dalam iman, semakin mengenal dan mencintai Yesus Kristus serta bersedia
mewujudkan kepedulian dalam penghayatan hidup sehari-hari. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus bersifat
kontekstual dan secara serius bertolak dari kenyataan hidup beriman siswa dan
menanggapi kebutuhan mereka baik di masa sekarang maupun masa yang akan
datang. Sehingga Pendidikan Agama Katolik dapat berpengaruh positif bagi
pengembangan dan pendewasaan iman siswa berkaitan dengan segi kognitif,
afeksi dan praksis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DEMI
MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS
SUDARSO PADANG
Bab II telah menguraikan Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di
sekolah. Melalui kajian pustaka pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik sudah
dijelaskan melalui dokumen-dokumen Gereja serta pendapat para ahli. Hal
tersebut diharapkan dapat membantu guru dalam pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik sehingga perkembangan iman siswa sungguh terwujud.
Dalam bab III penulis membahas gambaran pelaksanaan Pendidikan
Agama Katolik sejauh mana telah membantu meningkatkan perkembangan iman
siswa di SMP Yos Sudarso Padang. Pada bab III ini penulis menyampaikan
gambaran tentang sejarah, visi dan misi serta situasi siswa-siswi SMP Yos
Sudarso Padang. Bagian selanjutnya mengemukakan gambaran pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah dan kegiatan yang mendukung
perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang. Hal ini meliputi
gambaran pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang dan sosok guru
Pendidikan Agama Katolik SMP Yos Sudarso Padang. Kemudian penulis
menjelaskan metodologi penelitian yang nantinya akan dilaksanakan. Setelah
melaksanakan penelitian di SMP Yos Sudarso Padang, penulis melaporkan dan
membahas hasil penelitian. Penulis berharap hasil penelitian dapat membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
penulis untuk menyampaikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman
siswa di SMP Yos Sudarso Padang.
A. GAMBARAN UMUM SMP YOS SUDARSO PADANG
1. Sejarah dan Latar Belakang berdirinya Yayasan Prayoga Padang
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari buku Kenangan 50 Tahun
Yayasan Prayoga Padang (2012: 6) dan website resmi www.prayogapadang.or.id
yang diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2017 pukul 15.00 WIB yang berjudul
“Yayasan Prayoga Padang” bahwa: setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, sekolah-sekolah Katolik yang diselenggarakan oleh Keuskupan Padang
(pada waktu itu berstatus Perfektur Apostolik Padang, baru pada tahun 1961
menjadi Keuskupan Padang) dan para suster dari Kongregasi Belas Kasih
bertambah dengan pesat. Perkembangan tersebut mendorong Pastor H. Voogdt,
Bapak Petrus Poernomo Sipur dan Bapak Gan Kheng Soen mendirikan Badan
Hukum Penyelenggaraan Sekolah-sekolah Katolik pada tanggal 26 Maret 1962 di
depan Wakil Notaris Hasan Qalbi. Atas permintaan para pendiri, Notaris membuat
Akta Pendirian Yayasan Prayoga dengan susunan pengurus pertama terdiri dari:
KETUA : PASTOR H. VOOGDT
PANITERA : PETRUS POERNOMO SIPUR
KEUANGAN : GAN KHENG SOEN
ANGGOTA : SR. RENGSI TAMBUNAN & SR. ODORICA MONALO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Sejak akhir tahun 1962, kepengurusan Yayasan Prayoga Padang silih
berganti. Nama-nama pengurus berikutnya adalah: Lim Bian Djiang, The Tjoei
Tiong, Tan Tjoang Kiet, Gho Tjia Bo, Mak Kin Seng (Hendri Makmur), Njo Eng
Han, Goei Sian, P. Soerjosoewarno, Thio Tjeng Kiat, Lie Thoan Leng, Phoa Jan
Sam, Lie Seng Iok, J. Murtidjan, R.H. Sunarso Murtoadmodjo, Pastor L. Scaglia
(Pastor L. Suryo Prayogo, S.X), Petrus Budiman, P. Michele Galli S.X (Pastor
Mikael Gunadi, S.X), Sr. M. Suitberta, Ignatius P. Suharto, A. Koesnadi, F.X.
Sarwono, Sr. Ignatia Dalimah, Ny. Ennis Sarwin, M.A., Drs. Eddy Haryanto
Arief, Wirako Angriawan, S.H., Adri Munir dan Ny. Lian Tjin Tek.
Pada tanggal 12 Januari 1972 sekolah-sekolah asuhan Yayasan Belas
Kasih diserahkan kepada Yayasan Prayoga dengan Akta Notaris yang dibuat oleh
Wakil Notaris Hasan Qalbi. Dengan demikian, pengelolaan sekolah-sekolah
Katolik di Keuskupan Padang berada pada satu Badan Hukum. Kemudian
Yayasan Prayoga menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, menyusun Peraturan Pokok Kepegawaian, menetapkan masa jabatan
Pengurus, Direktur/Kepala Sekolah, pertemuan dengan Pengurus Yayasan
Prayoga Perwakilan Riau Daratan dan Pengurus Yayasan Prayoga Cabang
Bukittinggi, usaha pengembangan sekolah-sekolah Katolik di Kepulauan
Mentawai dengan menetapkan Koordinator sekolah-sekolah Katolik serta
perhatian yang lebih besar kepada sekolah-sekolah Katolik di Kabupaten Pasaman
dan Kodya Sawahlunto.
Pada saat didirikan tahun 1962, Yayasan Prayoga menggunakan sejumlah
gedung sekolah milik Keuskupan Padang dan gedung-gedung sekolah milik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kongregasi Belas Kasih. Pembangunan gedung-gedung sekolah yang dimulai
pada tahun 1972 adalah sebagai berikut: gedung untuk SMF Prayoga di Jl. Dobi
(dan kemudian digunakan bersama dengan SPG Xaverius); gedung untuk TK dan
SD Tirtonadi di komplek Pemandian Tirtonadi Jalan Pirus; gedung untuk SD
Andreas dan SD Fransiskus di Jalan Gereja; gedung untuk TK dan SD Yos
Sudarso serta SMP Yos Sudarso di Jl. Jend. Sudirman; gedung untuk ABA
Prayoga (Gedung Lantai 4 di komplek SMA Don Bosco) dan SMA Don Bosco di
Jl. Khairil Anwar serta Gedung Olah Raga di Jl. Wolter Mongonsidi.
Pada mulanya Yayasan Prayoga Padang memiliki perwakilan di Riau dan
Bukittinggi. Mengingat letak geografis kota Pekanbaru yang cukup jauh dengan
kota Padang, maka sejak tanggal 1 Agustus 1969 Yayasan Prayoga Perwakilan
Riau mempunyai hak otonomi dan tidak lagi terikat dengan pusatnya di Padang.
Yayasan Prayoga Riau disahkan secara resmi pada tanggal 24 Juli 2002 di
hadapan Notaris Hanani, SH., dengan Akta Notaris nomor 76 dan terdaftar dalam
Berita Negara RI tanggal 17 September 2002 Nomor 75.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia jumlah siswa dan
sekolah di bawah naungan Yayasan Prayoga bertambah dengan pesat, sedangkan
jumlah tenaga pengajar yang berijazah sangat sedikit. Oleh sebab itu, didirikanlah
SGA Xaverius pada tanggal 1 Agustus 1956. Sementara itu, disebabkan
kebutuhan tenaga pengajar yang mendesak beberapa pimpinan sekolah
mengambil inisiatif untuk mendatangkan guru dari Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta untuk ditempatkan di SMP dan SMA serta dari Sumatera
Utara untuk ditempatkan di SD. Pada tahun akademik 1959/1960, pimpinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sekolah SGA Xaverius dan SMA Don Bosco dengan persetujuan pengurus
Yayasan Belas Kasih/Perfektur Apostolik mengirim beberapa siswa lulusannya
untuk tugas belajar dengan ikatan dinas ke IKIP Sanata Dharma (PTPG/FKIP)
dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Setelah menyelesaikan studi mereka
mengabdi pada sekolah SGA Xaverius dan SMA Don Bosco.
Yayasan Prayoga Padang yang beralamat di Jalan Khairil Anwar No. 10
Padang, Sumatera Barat memiliki motto: “Pendidikan Kunci Kemajuan”. Saat ini
Yayasan Prayoga Padang mengelola 29 unit sekolah, mulai dari Taman Kanak-
kanak hingga Perguruan Tinggi yang tersebar di kota Padang 15 unit, Sawahlunto
2 unit, Kab. Pasaman Barat 4 unit dan Kab. Kep. Mentawai 8 unit. Sekolah-
sekolah di Bukittinggi, Payakumbuh dan Padangpanjang saat ini berada di bawah
naungan Yayasan Prayoga Bukittinggi, sedangkan sekolah-sekolah yang berada di
Riau berada di bawah pengelolaan Yayasan Prayoga Riau.
Di antara sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan
Prayoga Padang saat ini, ada beberapa sekolah yang usianya jauh lebih tua dari
usia berdirinya Yayasan Prayoga, yaitu sekolah-sekolah yang didirikan oleh para
suster SCMM dan frater CMM yang datang dari negeri Belanda. Misalnya, TK
Mariana berdiri tahun 1888 (Frobel School), SD Agnes tahun 1900 dan SMP
Maria tahun 1921. Sekolah-sekolah tersebut dalam berjalannya waktu diserahkan
pengelolaannya kepada Yayasan Prayoga Padang. SMP Yos Sudarso Padang
didirikan pada tahun 1967. Ada juga sekolah-sekolah yang didirikan langsung
oleh Yayasan Prayoga, yaitu TK-SD-SMP Yos Sudarso, TK-SD Setia, TK-SD
Tirtonadi, ABA/STBA Prayoga dan Akademi Farmasi Prayoga. Ada juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
sekolah-sekolah yang ada dan pada mulanya didirikan dan diasuh oleh Keuskupan
Padang, yaitu sekolah-sekolah di Kab. Pasaman dan Kep. Mentawai kemudian
diserahkan pengelolaannya kepada Yayasan Prayoga Padang.
Pengurus Yayasan Prayoga membentuk Korps Guru dengan cara:
pertemuan dari hati ke hati, diskusi tentang disiplin murid, keuangan dan rencana
perluasan sekolah, pertemuan tatap muka, penataran, tugas belajar, kesempatan
melanjutkan studi dengan biaya sendiri dan solidaritas pengumpulan dana di
kalangan Keluarga Besar Yayasan Prayoga untuk membantu mereka yang
membutuhkan dana. Yayasan Prayoga melayani anak didik yang berasal dari
berbagai latar belakang sosial-ekonomi, suku, budaya dan agama yang berpegang
pada trilogi KE-SI-TU (KEBERSIHAN, DISIPLIN, MUTU). (Disarikan dari
Buku 25 Tahun Yayasan Prayoga Padang).
2. Sejarah berdirinya SMP Yos Sudarso Padang
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari buku Kenangan 50 Tahun
Yayasan Prayoga Padang (2012: 55) bahwa SMP Yos Sudarso didirikan oleh
Yayasan Prayoga pada tanggal 1 Juli 1967 didorong oleh kebutuhan untuk
menampung calon siswa yang tidak tertampung di SMP Maria dan SMP Frater,
terutama para siswa dari Kepulauan Mentawai dan Pasaman yang disekolahkan
oleh Keuskupan Padang. Kehadiran sekolah ini juga mendukung pendidikan para
calon imam di Seminari Maria Nirmala Padang.
Pimpinan sekolah sejak berdiri sampai saat ini adalah: Bapak Halim
Kusuma, Sr. Rosalina SCMM, Bapak Drs. Yoakim Koba, MM., Ibu Theresia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Djumilah, Bapak H. Walidi, Bapak Antonius Sudjana, Bapak YR. Sumardi,
Bapak Agustinus Legiman, S. Pd, Bapak Matheus Kasman, S. Pd, Ibu Vincensia
Cindrawati, S. Pd, dan Bapak Drs. Wismar Panjaitan, M. Pd, serta Bapak
Mangihut Naibaho, S. Kom.
SMP Yos Sudarso terletak di tempat yang sangat strategis yakni di Jalan
Jendral Sudirman No. 50 Padang, di depan Kantor Gubernur Sumatera Barat.
Suasana belajarnya cukup tenang didukung oleh penunjang kegiatan belajar antara
lain Laboratorium IPA dengan peralatan yang cukup lengkap, Perpustakaan,
Laboratorium Komputer dan Lapangan olah raga di belakang sekolah seperti
lapangan basket, lapangan volley dan lapangan sepak bola.
3. Visi-Misi SMP Yos Sudarso Padang
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari website resmi
www.prayogapadang.or.id yang diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2017 pukul
15.00 WIB yang berjudul “Yayasan Prayoga Padang”, bahwa SMP Yos Sudarso
Padang mempunyai visi sekolah yaitu membangun komunitas pendidikan yang
cerdas, peduli, berintegritas, profesional dan penuh kasih dalam pelayanan.
Maksud dari visi sekolah tersebut yang juga merupakan visi dari Yayasan Prayoga
Padang yaitu ingin mengusahakan terciptanya suatu lembaga pendidikan formal
yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual yang peduli dan memiliki
kepekaan terhadap sesamanya. Berintegritas maksudnya memiliki konsistensi dan
keteguhan hati yang tidak tergoyahkan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur dan
keyakinan akan tindakan dan prinsip yang benar. Profesional maksudnya memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kompetensi atau kemampuan atau keahlian tertentu. Penuh kasih dalam pelayanan
maksudnya dapat meneladani dan mengaplikasikan ke dalam kehidupannya
sehari-hari sikap yang penuh kasih dan melayani seperti yang telah dilakukan oleh
Yesus sendiri.
SMP Yos Sudarso Padang mempunyai misi sekolah yaitu:
a. Mendampingi siswa agar bekembang menjadi pribadi yang cerdas holistik:
cerdas intelektual, cerdas emosional, dan cerdas spiritual. SMP Yos
Sudarso Padang ingin menciptakan siswa yang cerdas secara penuh dan
utuh. Baik dari segi intelektualnya, mampu mengendalikan diri dan
emosinya serta baik dalam kehidupan rohaninya dan dekat dengan Tuhan.
b. Menciptakan komunitas pendidikan yang peduli pada iman, kaum lemah
budaya, dan lingkungan. SMP Yos Sudarso mewujudkan lembaga
pendidikan yang peduli pada iman atau kehidupan rohani. Siswa SMP
termasuk dalam kategori remaja yang masih harus selalu diberikan
pengarahan dan bimbingan agar tidak salah langkah. Selain itu juga
semakin banyak ancaman yang dikhawatirkan akan menggoyahkan iman
mereka. Siswa juga diharapkan agar peduli terhadap kaum lemah, seperti
yang diserukan oleh Gereja, memberi perhatian terhadap kaum kecil,
lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Siswa juga diharapkan tidak
melupakan budaya nenek moyang yang sudah diwariskan kepadanya
melainkan tetap melestarikannya. Mengingat di era digital ini semakin
marak budaya luar yang merasuk generasi muda misalnya budaya barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dan K-Pop (korean style). Dan parahnya jangan sampai generasi muda
terpengaruh dan terbawa arus. Selain itu juga siswa diharapkan peduli
akan kondisi lingkungan yang semakin lama semakin rusak oleh tindakan
oknum yang tidak bertanggung jawab.
c. Menciptakan komunitas pendidikan yang memiliki integritas antara iman
dan kehidupan, iman dan budaya, serta iman dan pengetahuan. SMP Yos
Sudarso mewujudkan tiga aspek iman dalam kehidupan.
d. Melaksanakan kepemimpinan dan manajemen pendidikan yang
profesional: kredibel, akuntabel, responsibel, dan visioner. SMP Yos
Sudarso sebagai pelopor perwujudan lembaga pendidikan yang jujur,
transparan dan terbuka.
e. Pelayan komunitas pendidikan penuh kasih: bersikap solider, adil, damai,
dan memerdekakan. SMP Yos Sudarso mewujudkan lembaga pendidikan
formal yang diharapkan dapat menjadi rumah kedua bagi siswa sehingga
siswa merasa “krasan”. Tidak mengekang dan memenjarakan kebebasan
dan segi kreativitas siswa. Melainkan menjadi wadah dan sarana bagi
siswa untuk mengekspresikan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4. Situasi Siswa-Siswi SMP Yos Sudarso Padang
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari percakapan melalui
telephone dengan guru Pendidikan Agama Katolik, disampaikan bahwa para
siswa yang bersekolah di SMP Yos Sudarso Padang merupakan siswa yang
berasal dari SD Yos Sudarso serta sekolah-sekolah swasta dan negeri di
sekitarnya. Siswa yang berada di SMP Yos Sudarso Padang ini berasal dari
berbagai latar belakang ekonomi dan etnis atau suku. Ada siswa yang berasal dari
keluarga ekonomi lemah, menengah maupun atas. Mayoritas siswa yang
bersekolah di SMP Yos Sudarso adalah suku Batak, Jawa, Tionghoa, Nias,
Mentawai dan Minangkabau.
Penulis juga memperoleh data dari bagian tata usaha SMP Yos Sudarso
Padang bahwa agama dan kepercayaan siswa-siswi juga beragam. Secara
keseluruhan, siswa yang beragama Katolik berjumlah 43 siswa, beragama
Protestan berjumlah 28 siswa dan beragama Islam berjumlah 15 siswa. Walaupun
berbeda agama dan kepercayaan tetapi mereka tetap mengikuti peraturan yang
telah dibuat dan disepakati bersama oleh pihak sekolah dan orang tua. Namun ada
juga kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat dilakukan sesuai dengan keyakinan
mereka dan pada waktu yang ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
B. GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI
SEKOLAH DAN KEGIATAN YANG MENDUKUNG PERKEMBANGAN
IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG
1. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah
Pendidikan Agama Katolik diperuntukkan bagi para siswa yang menganut
agama Katolik. Tujuan Pendidikan Agama Katolik bagi para siswa adalah untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Berakhlak mulia mencakup etika, budi pekerti yang luhur dan moral sebagai
perwujudan dari pendidikan agama, yang diimplementasikan dalam kehidupan
nyata di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara (KOMKAT KWI, 2001:
6).
Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso
Padang yaitu agar siswa memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang
semakin beriman. Membangun hidup yang semakin beriman Kristiani berarti
membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang senantiasa
mewujudnyatakan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan
peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian serta keadilan,
kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan
kepercayaan.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMP Yos Sudarso Padang diadakan
lima hari dalam seminggu, dari Senin hingga Jumat. Sebelum proses KBM
berlangsung, diawali dengan membaca Kitab Suci, renungan dan doa pagi. KBM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dimulai pada pukul 07.00-13.00. Kegiatan pembinaan iman bagi siswa yang
beragama Katolik merupakan kegiatan yang diwajibkan oleh sekolah. SMP Yos
Sudarso Padang selain menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka
menumbuhkembangkan kecerdasan juga mewujudkan visinya, maka diadakan
kegiatan pembinaan iman. Kegiatan ini bertujuan agar siswa semakin mengenal
imannya sehingga apa yang mereka terima dan yang dipelajari terus berkembang
menjadi suatu nilai iman yang mereka hidupi.
Selain pelajaran Agama Katolik ada juga etika Xaverian dengan tujuan
agar siswa-siswi memiliki nilai-nilai hidup yang dimiliki oleh Santo Guido Maria
Conforti dan Santo Fransiskus Xaverius serta pahlawan nasional Indonesia yaitu
Yosaphat Sudarso atau Yos Sudarso. Nilai-nilai tersebut antara lain semangat doa,
semangat misioner, semangat dalam pelayanan, pantang menyerah, kerja keras,
berani, tenang, tekun, santun, rendah hati, penuh pengabdian, tabah, mampu
bertahan dalam penderitaan, mengampuni dan mengasihi tanpa membeda-
bedakan.
Kurikulum ini direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekolah dengan menekankan martabat setiap pribadi untuk saling menghormati,
berpikir secara positif serta membangun suasana persaudaraan dan
kesetiakawanan di antara warga sekolah. Dengan demikian, sekolah menekankan
bahwa setiap siswa diharapkan memiliki sikap peduli terhadap kebersamaan,
dalam hal ini adalah kerukunan antar sesama. Selain itu, siswa juga harus
memiliki sikap cinta damai, berani memperjuangkan keadilan serta sikap saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
menghormati satu sama lain. Siswa juga harus menghayati nilai kedisiplinan,
sehingga ia dapat tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dalam kehidupannya.
Sekolah memberikan kebebasan kepada para siswa untuk mengembangkan
minat, bakat serta kemampuan yang dimiliki yang dapat bermanfaat bagi
pengembangan diri dan kepribadian mereka. Oleh karena itu, sekolah
menyediakan fasilitas yang menunjang perkembangan siswa, seperti: ruang
perpustakaan, lapangan basket, sepak bola, volley, badminton, tenis meja dan
laboratorium komputer dan IPA. Sementara bidang kerohanian bertujuan untuk
menumbuhkembangkan iman siswa. Karena alasan ini, maka sekolah mengadakan
Perayaan Ekaristi sebulan sekali dan kegiatan Legio Maria yang rutin diadakan
setiap hari Jumat. Selain itu siswa juga berpartisipasi dalam tugas koor, dirigen,
mazmur, misdinar, lektor dan tata laksana di Gereja. Kegiatan-kegiatan
kerohanian tersebut merupakan usaha dari pihak sekolah agar peserta didik
terlibat aktif dalam pelayanan, sehingga bukan hanya aspek pengetahuan saja
yang diperoleh tetapi juga pengembangan iman para siswa.
Kegiatan kerohanian lain adalah bina iman untuk para siswa. Kegiatan
bina iman wajib diikuti oleh siswa yang beragama Katolik sedangkan siswa yang
beragama lain tidak diwajibkan. Kegiatan ini merupakan salah satu usaha sekolah
agar siswa yang beragama Katolik semakin mengenal, meyakini dan mencintai
Yesus Kristus lewat peristiwa hidup mereka sehari-hari. Kegiatan lain yang
bertujuan untuk membangun kebersamaan dan kekeluargaan antar siswa adalah
adanya lomba-lomba antar kelas dalam memeriahkan HUT RI, Kartini, Hari Guru
dan pesta nama sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Di samping pelajaran yang diwajibkan, juga diadakan berbagai
ekstrakurikuler sesuai bakat dan minat siswa, seperti: musik, band, menari,
menyanyi dan aksi sosial (masa adven dan prapaskah). Pada masa adven dan
prapaskah, siswa mengumpulkan dana melalui kolekte. Tujuan dari pengumpulan
kolekte adalah agar para siswa sungguh belajar untuk memiliki kepedulian kepada
sesama yang menderita. Kolekte ini dilaksanakan dalam berbagai kesempatan.
Selain berpartisipasi mengumpulkan kolekte pada masa adven maupun prapaskah,
para siswa juga mengumpulkan kolekte bila ada bencana alam, bila ada musibah
atau kematian dari keluarga para siswa, keluarga guru dan karyawan. Kebiasaan
mengumpulkan dana juga dilakukan oleh para siswa berdasarkan kebutuhan
mereka di kelas, misalnya dengan mengadakan uang kas atau tabungan kelas dan
ketika ada teman yang sakit, para siswa berinisiatif untuk mengumpulkan dana
dengan sepengetahuan guru.
Selain itu ada juga kegiatan lain seperti piket kelas dan bakti sekolah.
Maksudnya para siswa SMP Yos Sudarso Padang secara bergiliran menjalankan
tugas kewajiban untuk membersihkan WC dan menyapu lingkungan sekolah.
Tujuan dari kegiatan ini antara lain: pertama, mengajak para siswa untuk memiliki
kepedulian terhadap lingkungan; menjaga dan memelihara lingkungan agar tetap
bersih. Kedua, para siswa diajak untuk memiliki kesadaran bahwa tugas menyapu
atau membersihkan WC bukan tugas yang hina tetapi justru tugas yang mulia,
karena bekerja untuk kepentingan umum.
Berdasarkan tugas-tugas tersebut di atas, para siswa diajak dan diajarkan
untuk memiliki sikap solidaritas. Solidaritas berarti para siswa dapat merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dan mengalami pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan para karyawan yang bekerja
sebagai pembantu pelaksana. Dari uraian di atas terlihat bahwa SMP Yos Sudarso
Padang telah berusaha memasukkan nilai-nilai iman serta kesadaran sosial kepada
para siswa untuk peka dan tanggap pada situasi yang terjadi.
2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang
Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang, menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guru Pendidikan Agama
Katolik di sekolah mengajar 3 kelas yaitu kelas VII, VIII dan IX pada hari
Senin. Guru Pendidikan Agama Katolik mengajar di kelas selama 2 jam
pelajaran dalam 1 kali pertemuan.
Berikut ini tabel data agama siswa secara keseluruhan yang diperoleh
penulis dari guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang:
Tabel 1
Data Agama Siswa SMP Yos Sudarso Padang
No Kelas Jumlah
Siswa
Agama
Katolik
Agama
Protestan
Agama
Islam
1 VII 27 Siswa 14 Siswa 7 Siswa 6 Siswa
2 VIII 28 Siswa 18 Siswa 7 Siswa 3 Siswa
3 IX 31 Siswa 11 Siswa 14 Siswa 6 Siswa
Total Siswa 86 Siswa 43 Siswa 28 Siswa 15 Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dari tabel di atas, siswa yang beragama Katolik lebih banyak daripada
siswa yang beragama lain. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah
memiliki sistem penataan akademik yang sangat baik dan dipersiapkan dengan
baik. Kegiatan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah berkaitan erat
dengan proses belajar mengajar. Tentunya tidak terlepas hubungannya dari
program tahunan, program semester, kurikulum, silabus, kalender pendidikan
dan juga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Untuk memenuhi tujuan dari
proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah pihak sekolah
menyiapkan tenaga-tenaga pendidik yang kompeten dan profesional untuk
mengembangkan segi intelektual, keterampilan berbudi pekerti dan
perkembangan iman siswa.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik mempunyai porsi yang cukup,
yaitu 1x60 menit setiap minggunya. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah
menggunakan buku ajar yang berjudul “Persekutuan Murid-Murid Yesus”. Mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik secara konkret mengajarkan kepada siswa
tentang perjalanan hidup Yesus dan memperkenalkan karya-karya Yesus di
tengah dunia dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Karya-karya Yesus
di tengah dunia diwujudnyatakan siswa dalam mengikuti kegiatan Gereja
misalnya mengikuti kegiatan PIR atau temu remaja, mendampingi anak-anak
sekolah minggu, mengikuti koor, menjadi lektor, dirigen, pemazmur dan
misdinar. Tentu saja kegiatan tersebut mendapat bimbingan, arahan dan motivasi
dari guru Pendidikan Agama Katolik. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada siswa pada saat di kelas, tetapi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
membantu siswa untuk melakukan aksi konkret dengan ikut berpartisipasi aktif
dalam kegiatan menggereja.
Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Katolik berusaha agar mampu
menjadi seorang pendidik sekaligus sahabat bagi setiap siswa dalam proses
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Dengan demikian, siswa
tidak merasa takut, tetapi menganggapnya sebagai sahabat. Karena itu,
seringkali beberapa siswa datang pada saat jam istirahat untuk menceritakan
pengalaman pribadi atau meminta saran atas masalah yang sedang dihadapi.
Guru Pendidikan Agama Katolik juga menerima dengan senang hati, karena
gambaran menonjol dari pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah
ialah menciptakan suasana yang dijiwai oleh semangat kebebasan dan cinta
kasih Injili bagi siswa. Dari semua itu, dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan perwujudan pendidikan iman
bagi siswa.
3. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Yos Sudarso Padang
Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Yos Sudarso Padang adalah bapak
Budi Santoso atau biasa disapa dengan Pak Budi. Beliau mengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk kelas VII, VIII dan IX di SMP Yos
Sudarso Padang. Penulis sudah sangat terkesan dengan pembawaan diri dan
karakter beliau sejak penulis diajar oleh beliau di kelas VIII dan IX. Penulis juga
merupakan alumni dari SMP Yos Sudarso Padang.
Pada saat proses belajar mengajar di kelas, beliau memfasilitasi siswa
dengan berbagai pengetahuan agar siswa mampu menemukan sendiri apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menjadi kebutuhan mereka. Selain itu beliau juga sangat ramah dan kebapakan,
serta sangat bijaksana dan berwibawa. Hal tersebut terbukti ketika saat istirahat
sedang berlangsung beliau tidak segan mendekati siswa sehingga beliau sangat
mengenal siswa-siswinya secara personal. Beliau juga sangat rendah hati, ketika
siswanya ingin bertanya tentang hal yang belum mereka kuasai berkaitan dengan
materi pelajaran atau permasalahan mereka sehari-hari.
Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik, beliau tentunya sangat
mendukung dan ikut aktif dalam memperkembangkan iman siswa dengan
berbagai kegiatan di sekolah dan di gereja atau tempat ibadah lainnya. Oleh
sebab itu, beliau merasa menjadi seorang guru Pendidikan Agama Katolik
merupakan sebuah panggilan. Seorang guru Pendidikan Agama Katolik
mendidik siswa dengan penuh kerendahan hati dan mempunyai semangat
pantang menyerah sebagai seorang pendidik yang mampu memotivasi dan
memberikan teladan yang baik kepada para siswanya agar mereka dapat
sungguh-sungguh berkembang dalam imannya.
C. PENELITIAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
BAGI PERKEMBANGAN IMAN SISWA-SISWI DI SMP YOS SUDARSO
PADANG
1. Desain Penelitian
a. Latar Belakang Penelitian
Agama memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Mengingat bahwa pendidikan pertama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
utama adalah dalam keluarga maka sangat penting dalam keluarga ditanamkan
nilai-nilai iman Katolik kepada seluruh anggota keluarga khususnya pada
anak. Orang tua sebagai teladan pendidikan iman yang dapat dicontoh dan
ditiru oleh anak. Anak dapat mengenal Yesus Kristus melalui didikan orang
tua, baik itu dalam doa yang diajarkan dalam keluarga maupun contoh sikap
orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Namun kendala yang dihadapi saat ini
adalah kesibukan orang tua dan kurangnya waktu bersama dalam keluarga
maka pendidikan agama kurang diperhatikan oleh orang tua.
Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang merupakan
salah satu usaha untuk memampukan siswa menjalani proses pemahaman,
pergumulan dan penghayatan iman dalam hidup nyatanya sehingga semakin
memperteguh dan mendewasakan iman. Dalam hal ini, peran serta guru,
khususnya guru Pendidikan Agama Katolik sangat penting untuk menemukan
hal-hal baru yang dapat membantu siswa semakin dewasa dan berkembang
dalam imannya melalui pendekatan, metode maupun pendampingan yang baik
sehingga iman siswa terus berkembang. Dengan demikian, Pendidikan Agama
Katolik akan mengantar mereka pada kebenaran yang telah Allah letakkan
pada inti hidup mereka dan membantu mereka menjadi orang-orang yang
bebas, sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan
mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka.
Melalui persoalan yang muncul di atas kiranya penulis tertarik
membahas Pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan iman siswa.
Penulis melihat, meneliti dan membahas sejauh mana pelaksanaan Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Agama Katolik di sekolah demi meningkatkan perkembangan iman siswa di
salah satu sekolah yaitu SMP Yos Sudarso Padang. Penulis ingin mengetahui
pendapat para siswa dan guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos
Sudarso Padang bagaimana proses Pendidikan Agama Katolik di sekolah
tersebut meningkatkan perkembangan iman para siswanya.
b. Tujuan Penelitian
1) Memperoleh gambaran pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di
SMP Yos Sudarso Padang.
2) Memperoleh gambaran sejauh mana Pendidikan Agama Katolik
membantu demi meningkatkan perkembangan iman siswa di SMP
Yos Sudarso Padang.
3) Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat Pendidikan
Agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa di
SMP Yos Sudarso Padang.
c. Definisi Operasional
1) Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 23) mengatakan bahwa Pendidikan Agama
Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang
diselenggarakan oleh sekolah, bekerja sama dengan keluarga, Gereja dan
kelompok jemaat lainnya.
2) Perkembangan Iman
Heryatno (2008: 76) menegaskan pandangan Fowler yang melihat
iman sebagai poros/pusat kehidupan yang memuat visi dan nilai hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang
transenden. Artinya, dengan beriman seseorang menyerahkan diri secara
utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur dan berusaha semakin
mengenal Dia yang menjadi tumpuan kepercayaan-Nya.
d. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan observasi partisipatif melalui wawancara dengan
guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah serta kuesioner tertutup untuk
siswa-siswi SMP Yos Sudarso Padang. Moleong (2012: 6) mengungkapkan
bahwa:
Penelitan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti
mengamati responden secara langsung dengan cara melihat perilaku,
persepsi dan motivasi peneliti mendapat jawaban yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Sugiyono (2015: 1) mengungkapkan bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen). Peneliti adalah sebagai
instrumen kunci dimana teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif sehingga
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Menurut pendapat para ahli di atas penelitian kualitatif merupakan
penelitian berdasarkan kenyataan yang ada. Semua data diperoleh dari kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
objek yang alamiah. Artinya objek yang diteliti menjadi jawaban atas
pelaksanaan dalam penelitian. Pada akhirnya data yang diperoleh merupakan
data yang sungguh-sungguh terjadi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
e. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen observasi,
kuesioner (angket) dan wawancara. Instrumen observasi partisipatif ini
melibatkan peneliti secara langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2015:
64). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014: 193). Penulis menggunakan
kuesioner tertutup untuk siswa SMP Yos Sudarso Padang. Kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang jawabannya sudah disediakan. Responden tinggal
memilih di antara alternatif yang tersedia (Dapiyanta, 2008: 23). Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam
(Sugiyono, 2015: 72). Penulis menggunakan wawancara terpimpin untuk guru
Pendidikan Agama Katolik SMP Yos Sudarso Padang. Wawancara terpimpin
adalah pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah dipersiapkan
terlebih dahulu oleh peneliti sehingga terarah (Dapiyanta, 2008: 25).
Sugiyono (2015: 2) mengungkapkan bahwa “kriteria data dalam
penelitian kualitatif adalah data yang pasti, yaitu data yang sebenarnya terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap tetapi data
yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut”.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
f. Responden Penelitian
Responden penelitian adalah siswa-siswi SMP Yos Sudarso Padang
yang berjumlah 30 responden. Untuk menentukan responden penelitian, perlu
diketahui terlebih dahulu perbedaan populasi atau sampel. Populasi adalah
tempat atau wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 49).
Penelitian ini mengambil populasi siswa-siswi SMP Yos Sudarso Padang.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2015: 49).
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel
(Sugiyono, 2015: 52). Berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru
Pendidikan Agama Katolik melalui telephone, jumlah siswa-siswi SMP Yos
Sudarso Padang secara keseluruhan adalah 86 siswa. Siswa yang beragama
Katolik secara keseluruhan berjumlah 43 siswa. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik purposive sample yaitu teknik penentuan sampel dipilih
dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2015: 52).
Dari 43 siswa tersebut, penulis melaksanakan penelitian untuk
perwakilan 10 siswa yaitu 5 laki-laki dan 5 perempuan dari masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX yang berjumlah 30 siswa. Alasan penulis
tidak menjadikan 43 siswa sebagai responden penelitian karena penulis
memandang 30 siswa sudah mewakili suara yang lain dan pada saat
pembahasan hasil penelitian lebih praktis. Penulis juga mewawancarai 1 orang
guru Pendidikan Agama Katolik yang mengampu kelas VII, VIII dan IX yaitu
bapak Budi Santoso.
g. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Yos Sudarso Padang, yang
beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 50 Padang, Sumatera Barat pada
hari Senin dan Jumat, 15 dan 18 September 2017. Dengan proses pelaksanaan
sebagai berikut: pertama, penulis menentukan kelas yang akan dijadikan
responden penelitian. Kedua, penulis membagikan angket untuk 30 siswa
yang beragama Katolik di dalam kelas yang sudah ditentukan dan menunggu
di kelas pada saat pengisian angket berlangsung sampai selesai. Ketiga,
penulis mewawancarai satu orang guru Pendidikan Agama Katolik yang
mengampu kelas VII, VIII dan IX di SMP Yos Sudarso Padang.
h. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur. Yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa SMP Yos Sudarso
Padang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
i. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 2
Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
No Faktor-faktor yang diungkap No. Item Jumlah
1 Pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik
1, 2, 3, 4, 5 5
2 Kompetensi guru 6, 7, 8, 9, 10 5
10
Tabel 3
Perkembangan Iman Siswa SMP Yos Sudarso Padang
No Faktor-faktor yang diungkap No. Item Jumlah
1 Pengaruh PAK terhadap
perkembangan iman siswa
11, 12, 13, 14, 15,
16
6
2 Faktor pendukung dan penghambat
tercapainya perkembangan iman siswa
17, 18, 19, 20 4
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
j. Laporan Hasil Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
bagi Perkembangan Iman Siswa-Siswi di SMP Yos Sudarso Padang
a. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner
Pada bagian ini akan dibahas laporan hasil penelitian yang penulis
laksanakan di SMP Yos Sudarso Padang. Jumlah siswa yang beragama Katolik
secara keseluruhan berjumlah 43 siswa. Penulis mengambil sampel dari masing-
masing kelas 10 orang dengan kriteria 5 laki-laki dan 5 perempuan dari tiap kelas,
sehingga responden yang akan diteliti sebanyak 30 orang yang mewakili 43
siswa-siswi di sekolah tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin, 18 September 2017 langsung
diantar, disebar dan ditunggui oleh penulis sendiri. Sebelumnya pada hari Jumat,
15 September 2017 penulis mengantar surat ijin melaksanakan penelitian kepada
Yayasan Prayoga Padang selaku lembaga pendidikan yang menaungi SMP Yos
Sudarso Padang yang menjadi tempat penulis melaksanakan penelitan.
Laporan penelitian ini disajikan sesuai dengan urutan variabel yang terdiri
dari pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik, kompetensi guru, pengaruh
Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa serta faktor
pendukung dan penghambat perkembangan iman siswa.
Untuk mengolah data yang akan dikumpulkan guna mengetahui dan
menentukan jumlah persentase dari setiap variabel, dipergunakan rumus di bawah
ini (Riduwan, 2006: 249). Rumus ini digunakan untuk menghitung tiap persentase
dari variabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
A A = Jumlah yang menjawab
______ X 100% = ..... N = Jumlah Responden
N
a) Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Tabel 4
Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
(N=30)
NO PERNYATAAN SS S TS STS
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pendidikan Agama Katolik mempunyai
kedudukan yang sama dengan mata
pelajaran lainnya seperti Pendidikan
Kewarganegaraan, Matematika, Bahasa,
IPA, IPS dan lain-lain.
10
33,3%
17
56,6%
2
6,6%
1
3,3%
2 Pendidikan Agama Katolik hanya sebatas
mengejar prestasi akademis.
1
3,3%
4
13,3%
20
66,6%
5
16,6%
3 Pendidikan Agama Katolik terikat pada
kurikulum dan waktu yang tersedia serta
taat akan aturan sekolah.
13
43,3%
15
50%
2
6,6%
0
0%
4 Pendidikan Agama Katolik
memperkembangkan kejujuran,
kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani
siswa.
22
73,3%
8
26,6%
0
0%
0
0%
5 Pendidikan Agama Katolik merupakan
mata pelajaran yang sangat menarik dan
mudah dimengerti.
7
23,3%
23
76,6%
0
0%
0
0%
6 Guru Pendidikan Agama Katolik
mengenal dan dekat dengan masing-
masing siswa secara personal.
11
36,6%
19
63,3%
0
0%
0
0%
7 Guru Pendidikan Agama Katolik
menghormati kebebasan, hak dan
tanggung jawab siswa.
13
43,3%
15
50%
2
6,6%
0
0%
8 Guru Pendidikan Agama Katolik
mengasihi siswa tanpa membeda-
bedakan.
22
73,3%
8
26,6%
0
0%
0
0%
9 Guru Pendidikan Agama Katolik
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat aktif pada saat proses
belajar mengajar di kelas.
22
73,3%
8
26,6%
0
0%
0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
10 Guru Pendidikan Agama Katolik tidak
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mensharingkan pengalaman
mereka.
1
3,3%
3
10%
14
46,6%
12
40%
Hasil penelitian tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah berdasarkan tabel 3 di atas menyatakan bahwa dari pernyataan item no 1
diperoleh data 27 responden (89,9%) menyatakan bahwa Pendidikan Agama
Katolik mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lainnya.
Sedangkan 3 responden (9,9%) menyatakan tidak setuju bahwa Pendidikan
Agama Katolik mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran yang
lain. Pada pernyataan item no 2 diperoleh data 5 responden (16,6%) menyatakan
setuju, bahwa Pendidikan Agama Katolik hanya sebatas mengejar prestasi
akademis. Sedangkan 25 responden (83,2%) menyatakan tidak setuju, karena
Pendidikan Agama Katolik bukan hanya sebatas mengejar prestasi akademis.
Pada pernyataan item no 3 diperoleh data 28 responden (93,3%) menyatakan
bahwa Pendidikan Agama Katolik terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia
serta taat akan aturan sekolah. Hanya 2 responden (6,6%) yang tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Pada pernyataan item no 4 sebanyak 30 responden
(99,9%) menyatakan setuju, bahwa Pendidikan Agama Katolik
memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani siswa.
Pada pernyataan item no 5 terdapat 30 responden (99,9%) menyatakan setuju,
bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan mata pelajaran yang sangat
menarik dan mudah dimengerti. Pada pernyataan item no 6 terdapat 30 responden
(99,9%) menyatakan setuju, bahwa guru Pendidikan Agama Katolik mengenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dan dekat dengan masing-masing siswa secara personal. Pada pernyataan item no
7 diperoleh data 28 responden (93,3%) menyatakan setuju bahwa, guru
Pendidikan Agama Katolik menghormati kebebasan, hak dan tanggung jawab
siswa. Sedangkan 2 responden (6,6%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Pada pernyataan item no 8 diperoleh data 30 responden (99,9%) menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Katolik mengasihi siswa tanpa membeda-
bedakan. Pada pernyataan item no 9 diperoleh data 30 responden (99,9%)
menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat aktif pada saat proses belajar mengajar di kelas.
Selanjutnya pada pernyataan item no 10 diperoleh data 4 responden yang
menyatakan setuju bahwa guru Pendidikan Agama Katolik belum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman mereka. Sedangkan
26 responden (86,6%) menyatakan tidak setuju, karena guru Pendidikan Agama
Katolik sudah memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk
mensharingkan pengalaman mereka.
b) Pengaruh Pendidikan Agama Katolik Terhadap Perkembangan
Iman Siswa SMP Yos Sudarso Padang
Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang pengaruh
Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa SMP Yos Sudarso
Padang yang terungkap pada tabel 5 berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 5
Pengaruh PAK terhadap perkembangan iman siswa
(N=30)
NO PERNYATAAN SS S TS STS
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
11 Saya semakin mampu memahami inti
materi-materi Pendidikan Agama
Katolik.
8
26,6%
20
66,6%
2
6,6%
0
0%
12 Saya kurang meyakini pribadi Yesus
sebagai anak Allah.
3
10%
3
10%
14
46,6%
10
33,3%
13 Saya semakin percaya dan merasakan
kehadiran Allah melalui refleksi atas
pengalaman hidup yang dialami.
17
56,6%
11
36,6%
2
6,6%
0
0%
14 Saya semakin peka dan peduli serta
mampu menjalin relasi dengan baik
terhadap orang tua, guru, teman dan
sesama.
8
26,6%
22
73,3%
0
0%
0
0%
15 Saya semakin giat dan bersemangat
menghayati iman dan mewujudkan
Kerajaan Allah melalui persaudaraan,
kegembiraan, perdamaian, cinta kasih
dan nilai-nilai positif lainnya.
11
36,6%
16
53,3%
3
10%
0
0%
16 Saya semakin aktif dalam kegiatan di
Gereja seperti misdinar, koor, PIR,
SEKAMI, lektor, pemazmur, dsb.
14
46,6%
9
30%
6
20%
1
3,3%
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pada pernyataan item no 11 terdapat
28 responden (93,2%) menyatakan bahwa pengaruh mata pelajaran PAK
membuat mereka semakin mampu memahami inti materi-materi Pendidikan
Agama Katolik. Hanya 2 responden (6,6%) yang tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Pernyataan item no 12 terdapat 24 responden (79,9%) yang menyatakan
tidak setuju, bahwa pengaruh Pendidikan Agama Katolik membuat mereka kurang
meyakini pribadi Yesus sebagai anak Allah. Sedangkan 6 responden (20%)
menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Selanjutnya pada pernyataan item
no 13 diperoleh data 28 responden (93,2%) menyatakan bahwa pengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Pendidikan Agama Katolik membuat mereka semakin percaya dan merasakan
kehadiran Allah melalui refleksi atas pengalaman hidup yang dialami. Sedangkan
2 responden (6,6%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut, karena mereka belum
merasakan kehadiran Allah melalui refleksi atas pengalaman hidup yang dialami.
Kepekaan dan kepedulian mereka terlihat dari pernyataan item no 14 di mana 30
responden (99,9%) menyatakan bahwa mereka semakin peka dan peduli serta
mampu menjalin relasi dengan baik terhadap orang tua, guru, teman dan sesama.
Selanjutnya pernyataan item no 15 terdapat 27 responden (89,9%) menyatakan
setuju, bahwa pengaruh Pendidikan Agama Katolik membuat mereka semakin
giat dan bersemangat menghayati iman dan mewujudkan Kerajaan Allah.
Sedangkan 3 responden (10%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dari
pernyataan item no 16 terlihat bahwa 23 responden (76,6%) menyatakan setuju,
bahwa pengaruh Pendidikan Agama Katolik membuat mereka semakin aktif
dalam kegiatan di Gereja. Hanya 7 responden (23,3%) yang menyatakan bahwa
Pendidikan Agama Katolik tidak berpengaruh terhadap keaktifannya dalam
mengikuti kegiatan di Gereja.
c) Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Siswa
Pada bagian ini penulis akan memaparkan faktor pendukung dan
penghambat perkembangan iman siswa SMP Yos Sudarso Padang berdasarkan
hasil penelitian pada tabel 6 berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 6
Faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman siswa
(N=30)
NO PERNYATAAN SS S TS STS
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
17 Suasana kelas dijiwai oleh semangat
kebebasan dan cinta kasih Injili pada
saat proses pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik.
15
50%
15
50%
0
0%
0
0%
18 Tersedianya fasilitas yang memadai
pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
9
30%
18
60%
2
6,6%
1
3,3%
19 Saya mengulang kembali materi
Pendidikan Agama Katolik jika
disuruh oleh guru dan orang tua di
rumah.
3
10%
21
70%
3
10%
3
10%
20 Saya malas dan mengantuk saat
mengikuti pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik .
0
0%
6
20%
18
60%
6
20%
Tabel 6 menunjukkan bahwa pernyataan item no 17 diperoleh data 30
responden (100%) menyatakan bahwa suasana kelas dijiwai oleh semangat
kebebasan dan cinta kasih Injili pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik. Pernyataan item no 18 sebanyak 27 responden (90%) menyatakan bahwa
tersedianya fasilitas yang memadai pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Sedangkan 3 responden (9,9%) tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Selanjutnya pernyataan item no 19 terdapat 24 responden (80%)
menyatakan bahwa mereka mengulang kembali materi Pendidikan Agama Katolik
jika disuruh oleh guru dan orang tua di rumah. Hanya 6 responden (20%) yang
mengulang kembali materi Pendidikan Agama Katolik di rumah tanpa harus
disuruh oleh orang tua dan guru. Dari pernyataan item no 20 terlihat bahwa 6
responden (20%) menyatakan setuju bahwa mereka malas dan mengantuk saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. sedangkan 24 responden
(80%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, karena mereka rajin
dan tidak mengantuk saat mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
b. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diketahui bahwa
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah cukup baik. Siswa
memahami bahwa Pendidikan Agama Katolik bermanfaat untuk membantu
mereka menjadi semakin berkembang dalam iman. Kenyataan tersebut dapat
dilihat dengan 83,2% dari responden yang menyatakan bahwa Pendidikan Agama
Katolik bukan hanya sebatas mengejar prestasi akademis tetapi setelah mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik diharapkan dapat memperkembangkan
kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani siswa (tabel 4 item no 2 dan
4).
Siswa menyatakan bahwa guru selalu menyiapkan materi PAK, mengenal,
dekat, menghormati, mengasihi dan memberikan kesempatan pada siswa-siswi
agar terlibat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas dengan baik.
Hal ini terlihat pada tabel 4 item no 5, 6, 7, 8, 9 dan 10.
Siswa memahami bahwa pengaruh Pendidikan Agama Katolik di sekolah
bermanfaat dalam membantu mereka menjadi semakin beriman. Dapat dilihat
bahwa sebanyak 93,2% responden semakin mampu memahami inti materi-materi
Pendidikan Agama Katolik, semakin percaya dan merasakan kehadiran Allah
melalui refleksi atas pengalaman hidup yang dialami, semakin peka dan peduli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
serta mampu menjalin relasi dengan baik terhadap orang tua, guru, teman dan
sesama, semakin giat dan bersemangat menghayati iman dan mewujudkan
Kerajaan Allah melalui persaudaraan, kegembiraan, perdamaian, cinta kasih dan
nilai-nilai positif lainnya serta semakin aktif dalam berbagai kegiatan di Gereja.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 item no 11, 13, 14, 15 dan 16.
Selain itu siswa juga sudah terlibat aktif dalam kehidupan dan kegiatan
Gereja, misalnya tugas pada perayaan misa seperti koor, mazmur, dirigen, lektor
sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan merupakan nilai positif di mana iman
siswa semakin berkembang. Selain itu keterlibatan siswa-siswi dalam kegiatan-
kegiatan lainnya khususnya dalam pelaksanaan pembinaan iman maupun
perayaan Ekaristi Jumat Pertama dalam bulan yang diadakan di Gereja Paroki
dengan menjadi misdinar juga berpengaruh pada perkembangan iman siswa untuk
senantiasa terlibat aktif dalam kegiatan Gereja.
Tersedianya fasilitas yang memadai serta suasana kelas yang dijiwai oleh
semangat kebebasan dan cinta kasih Injili pada saat proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik membuat siswa-siswi senang. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 6 item no 17 dan 18. Hal ini membantu guru Pendidikan Agama
Katolik untuk semakin memperkenalkan Allah kepada siswa-siswi sehingga iman
mereka semakin tumbuh dan berkembang. Pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik juga membawa dampak positif pada siswa karena situasi dan lingkungan
di sekolah mendukung perkembangan iman siswa yaitu dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan yang mendukung berkembangnya iman misalnya doa bersama,
kegiatan sosial dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Walaupun sudah disuruh oleh guru dan orang tua di rumah untuk
mengulang kembali materi Pendidikan Agama Katolik, tetapi masih ada siswa-
siswi yang malas bahkan sampai mengantuk saat mengikuti pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6 item no 19 dan
20. Pernyataan dari guru Pendidikan Agama Katolik juga demikian bahwa
kurangnya minat siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
menjadi faktor penghambat tercapainya pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik.
Walaupun demikian, berkat keterlibatan ibu dan bapak guru yang 98%
beragama Katolik sehingga membantu guru Pendidikan Agama Katolik dalam
pendampingan dan pembinaan iman siswa. Selain itu, pengurus OSIS juga ikut
ambil bagian dan bekerja sama dengan sekolah dalam melaksanakan beragam
kegiatan rohani di sekolah. Hal tersebut menjadi faktor pendukung tercapainya
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
c. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara dengan Guru
PAK
Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian melalui
wawancara yang dilaksanakan di SMP Yos Sudarso Padang, pada hari Senin, 18
September 2017. Responden penelitian adalah 1 orang guru yang mengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Penyebutan nama responden sudah
disepakati antara penulis dan responden bahwa penyebutan nama responden
menggunakan nama singkat yang asli. Berikut ini adalah identitas responden yang
diwawancarai:
Nama Lengkap : Budi Santoso, S. Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 7 Juli 1962
Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yakni pelaksanaan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah dan pengaruh Pendidikan Agama Katolik terhadap
perkembangan iman siswa. Kedua variabel tersebut terdiri dari 8 buah pertanyaan,
yakni: persiapan yang dilakukan oleh guru PAK sebelum mengajar, pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dikatakan berhasil dan sebab-sebabnya
serta perbedaan sikap antara siswa yang beragama Katolik dengan siswa yang
beragama lain. Dilanjutkan dengan Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu
menekankan perkembangan iman siswa daripada penguasaan materi, penyebab
siswa sudah terlibat aktif dalam kegiatan di Gereja dan bagaimana guru PAK
memotivasinya. Diakhiri dengan pertanyaan mengenai faktor-faktor pendukung
dan penghambat dalam proses pembelajaran PAK di sekolah serta yang
diharapkan sekolah terhadap guru PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Pertanyaan pertama berkaitan dengan persiapan apa saja yang dilakukan
oleh guru PAK sebelum mengajar. Bapak Budi berpendapat bahwa persiapan
yang dilakukan sebelum mengajar antara lain persiapan materi, RPP, silabus serta
kelengkapan lainnya yang diperlukan. Selain itu berdoa adalah hal yang paling
penting [Lampiran 8: (12)].
Pertanyaan kedua mengenai Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah sudah berhasil dan sebab-sebabnya. Bapak Budi menyatakan bahwa
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dalam artian berdasarkan pencapaian
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sudah berhasil atau memenuhi target. Tetapi
soal hasil bahwa itu bisa mengubah perilaku anak menjadi lebih baik belum
berhasil [Lampiran 8: (12)].
Pertanyaan ketiga mengenai perbedaan sikap antara siswa yang beragama
Katolik dengan siswa yang beragama lain. Bapak Budi menegaskan bahwa tidak
ada perbedaan sikap antara siswa yang beragama Katolik dengan siswa yang
beragama lain. Bandel ya bandel, baik ya baik. Tetapi masih dalam batas yang
wajar. Agama tidak bisa dijadikan tolak ukur perbuatan siswa. Tetapi pada
umumnya dalam pergaulan dan pertemanan di lingkungan sekolah, mereka
menunjukkan sikap saling menghargai teman-teman yang berbeda agama dan
keyakinan serta bersikap sopan terhadap guru. Tentu saja hal ini dilatarbelakangi
oleh keluarga di rumah, terutama peran orang tua [Lampiran 8: (12)].
Pertanyaan keempat berkaitan dengan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah perlu menekankan perkembangan iman siswa daripada penguasaan
materi. Bapak Budi berpendapat bahwa perkembangan iman siswa tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dilihat atau diukur dari penguasaan materi atau perkembangan akademik saja
tetapi dilihat juga dari sikap dan perbuatannya sehari-hari. Pendidikan Agama
Katolik perlu lebih mengutamakan perkembangan iman siswa daripada
penguasaan materi. Akan tetapi, bukan berarti materi Pendidikan Agama Katolik
diabaikan karena materi Pendidikan Agama Katolik dapat mendukung proses
perkembangan iman siswa [Lampiran 8: (12)].
Pertanyaan kelima mengenai penyebab siswa sudah terlibat aktif dalam
kegiatan di Gereja dan bagaimana guru PAK memotivasinya. Bapak Budi melihat
siswa-siswi terlibat aktif dalam kehidupan dan kegiatan Gereja. Kebetulan letak
Gereja Paroki berada satu kompleks dengan sekolah sehingga mudah sekali untuk
mengajak siswa-siswi terlibat dan sebagainya. Selain itu Bapak Budi juga
memotivasi dengan cara mengajak siswa-siswi agar terlibat aktif dalam kegiatan
Gereja. Mungkin ada masalah sedikit karena adanya unsur paksaan, tetapi selalu
berusaha menjelaskan dan memberikan pemahaman betapa pentingnya terlibat
aktif dalam kehidupan dan kegiatan Gereja [Lampiran 8: (12)].
Pertanyaan keenam tentang faktor-faktor pendukung dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Bapak Budi berpendapat
bahwa yang mendukung dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
di sekolah antara lain guru-guru yang 98% beragama Katolik, letak sekolah yang
berada satu komplek dengan Gereja Paroki, banyaknya kegiatan rohani di sekolah
dan Gereja sehingga siswa-siswi dapat terlibat langsung di dalamnya [Lampiran 8:
(12)-(13)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Pertanyaan ketujuh tentang faktor-faktor penghambat dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Bapak Budi berpendapat
bahwa yang menghambat dalam proses pembelajaran di sekolah antara lain belum
tersedianya ruang doa sekolah, kurangnya perhatian orang tua di rumah
sehubungan dengan perkembangan iman anak mereka serta masih adanya siswa
yang kurang aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik [Lampiran 8:
(13)].
Pertanyaan kedelapan berkaitan dengan harapan sekolah terhadap guru
Pendidikan Agama Katolik. Bapak Budi mengatakan bahwa sekolah berharap
melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat membantu mengubah
perilaku siswa-siswi menjadi lebih baik sesuai dengan iman yang dianutnya.
Selain itu, Bapak Budi juga menegaskan bahwa yang terpenting adalah siswa-
siswi berani memilih yang baik meskipun mengandung resiko [Lampiran 8: (13)].
d. Pembahasan Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama
Katolik
Berdasarkan laporan hasil penelitian melalui wawancara di atas, dapat
diketahui bahwa penulis mewawancarai 1 orang guru yang mengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang yaitu bapak
Budi Santoso yang sudah mengabdikan diri di lingkup sekolah Yayasan Prayoga
selama 26 tahun. Penulis memilih guru Pendidikan Agama Katolik karena guru
Pendidikan Agama Katolik sehari-hari mendampingi para siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas sehingga lebih
mudah bagi penulis untuk mengetahui lebih lanjut pelaksanaan Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Agama Katolik serta perkembangan iman siswa SMP Yos Sudarso Padang.
Penulis memberikan 8 buah pertanyaan kepada guru Pendidikan Agama Katolik.
Berikut ini akan dipaparkan pembahasan hasil penelitian melalui wawancara oleh
penulis dengan guru Pendidikan Agama Katolik:
a) Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru Pendidikan Agama
Katolik diketahui bahwa guru menyadari keterbatasannya sebagai manusia,
maka selalu memohon pertolongan Tuhan dan penerangan Roh Kudus agar
diberi kekuatan, kemampuan dan tuntunan dalam mewartakan ajaran dan
SabdaNya. Selain berdoa bagi diri sendiri, guru Pendidikan Agama Katolik juga
berdoa bagi siswa-siswi yang akan dijumpai pada saat di kelas. Sehubungan
dengan persiapan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, terlebih dahulu guru
Pendidikan Agama Katolik mempelajari materi serta segala persiapan misalnya
kelengkapan silabus dan RPP sebelum menyampaikannya kepada siswa-siswi
pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas [Lampiran 8: (12)].
Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah berhasil dilaksanakan oleh
guru Pendidikan Agama Katolik secara maksimal sesuai dengan kebutuhan
siswa serta berdasarkan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sudah
berhasil memenuhi target [Lampiran 8: (12)]. Hal ini terbukti mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dilaksanakan rutin setiap minggunya yaitu
hari Senin selama 1 jam pelajaran untuk kelas VII, VIII dan IX.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Guru Pendidikan Agama Katolik juga memberi tugas berupa latihan soal
saat di kelas dan PR (pekerjaan rumah) agar siswa semakin memahami materi
Pendidikan Agama Katolik yang telah disampaikan oleh guru Pendidikan
Agama Katolik serta proyek keterlibatan dan keaktifan siswa-siswi dalam
kegiatan rohani sehingga siswa semakin terbantu dalam perkembangan iman
mereka. Data ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama
Katolik sudah dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Katolik sesuai dengan
kebutuhan siswa di kelas. Guru Pendidikan Agama Katolik memfasilitasi siswa
agar semakin berkembang menjadi lebih baik sehingga Pendidikan Agama
Katolik di sekolah terlaksana dan berhasil secara maksimal. Tentu saja agar
siswa terbantu dan memahami pentingnya Pendidikan Agama Katolik dalam
kehidupan mereka. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik dengan sepenuh
hati membantu siswa untuk menjadi lebih baik melalui materi yang diberikan.
PAK diharapkan membantu siswa untuk berkembang menjadi lebih baik
terutama dalam sikap dan perbuatan terhadap teman dan guru di sekolah serta
orang tua di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa iman siswa berkembang tidak
hanya di sekolah tetapi juga di rumah. Pada saat di rumah perkembangan iman
siswa terlihat dari cara siswa tersebut berperilaku kepada orang tua. Siswa
bersikap hormat dan berbicara dengan sopan kepada orang tua serta patuh
terhadap peraturan yang ada di rumah. Maka, Pendidikan Agama Katolik di
sekolah perlu lebih mengutamakan perkembangan iman daripada penguasaan
materi. Akan tetapi, bukan berarti materi Pendidikan Agama Katolik diabaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
karena materi Pendidikan Agama Katolik dapat mendukung proses perkembangan
iman siswa [Lampiran 8: (12)].
b) Pengaruh Pendidikan Agama Katolik terhadap Perkembangan Iman
Kerjasama yang baik terlaksana antara guru Pendidikan Agama Katolik,
sekolah dan Gereja Paroki berkaitan dengan pembinaan iman. Selain itu sebagian
besar siswa-siswi sudah sangat aktif terlibat dalam kehidupan dan kegiatan Gereja
[Lampiran 8: (12)]. Siswa-siswi sangat perlu untuk terlibat aktif dalam kegiatan
Gereja karena siswa akan menjadi tulang punggung dan generasi penerus Gereja
sehingga mereka diajarkan dan diberikan teladan bagaimana bertanggung jawab
dalam melaksanakan kegiatan di paroki misalnya tugas pada perayaan misa
seperti koor, mazmur, dirigen, lektor sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan
merupakan nilai positif di mana iman siswa semakin berkembang.
Pendidikan Agama Katolik berdampak pada sikap dan perbuatan terhadap
teman dan guru di sekolah serta orang tua di rumah. Pada umumnya dalam
pergaulan dan pertemanan di lingkungan sekolah, sangat terlihat bahwa siswa-
siswi menunjukkan sikap saling menghargai teman-teman yang berbeda agama
dan keyakinan serta bersikap sopan terhadap guru. Selain itu keterlibatan siswa-
siswi dalam kegiatan-kegiatan lainnya khususnya dalam pelaksanaan pembinaan
iman maupun perayaan Ekaristi Jumat Pertama dalam bulan yang diadakan di
Gereja Paroki dengan menjadi misdinar juga berpengaruh pada perkembangan
iman siswa untuk senantiasa terlibat aktif dalam kegiatan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa pengaruh Pendidikan Agama
Katolik cukup besar bagi perkembangan iman siswa-siswi SMP Yos Sudarso
Padang. Pendidikan Agama Katolik dapat dipahami oleh siswa sebagai sarana
untuk mengenal Tuhan dan dekat padaNya. Dengan kata lain, mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik berarti mau mengenal dan dekat pada Tuhan sehingga
dapat mengubah sikap dan perilaku yang sebelumnya kurang baik menjadi lebih
baik lagi.
c) Faktor Pendukung Perkembangan Iman Siswa
Faktor pendukung tercapainya pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
adalah berkat keterlibatan ibu dan bapak guru yang 98% beragama Katolik
sehingga membantu guru Pendidikan Agama Katolik dalam pendampingan dan
pembinaan iman siswa serta pengurus OSIS yang ikut ambil bagian dan bekerja
sama dengan sekolah dalam melaksanakan beragam kegiatan rohani di sekolah
[Lampiran 8: (12)-(13)]. Kegiatan rohani tersebut antara lain Perayaan Ekaristi
Misa Jumat Pertama dalam bulan yang menjadi agenda wajib sekolah, Legio
Maria yang rutin diadakan setiap hari Jumat. Berdoa Rosario bersama setiap bulan
Mei dan Oktober, bulan Kitab Suci Nasional diisi dengan beragam perlombaan
seperti kuis Kitab Suci dan merangkai ayat dalam Kitab Suci. Siswa-siswi juga
ikut ambil bagian dalam tugas memimpin doa pagi sebelum memulai pelajaran
dan sebelum mengakhiri pelajaran, doa Malaikat Tuhan atau Angelus setiap pukul
12 siang, doa Ratu Surga pada masa Prapaskah dan Paskah serta membaca Kitab
Suci yang sudah dijadwalkan dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
d) Faktor Penghambat Perkembangan Iman Siswa
Faktor penghambat tercapainya pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
adalah kurangnya perhatian orang tua di rumah sehubungan dengan
perkembangan iman anak mereka. Selain itu kurangnya minat siswa dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik [Lampiran 8: (13)]. Ada sebagian siswa
yang menganggap bahwa pelajaran Pendidikan Agama Katolik hanya sebatas
belajar di sekolah saja. Selain itu ada juga sebagian siswa yang kurang terlibat
aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik sehingga hanya sebagian
saja yang terlibat aktif. Hal ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama
Katolik perlu melakukan pendekatan secara personal terhadap masing-masing
siswa sehingga diharapkan dapat membantu berbagai kesulitan baik dari dalam
diri maupun dari luar diri siswa.
e. Kesimpulan Hasil Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik Demi Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa SMP Yos
Sudarso Padang
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso sudah cukup baik.
Pendidikan Agama Katolik sudah membantu perkembangan iman siswa. Siswa
terbantu dengan adanya pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang
memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani.
Perkembangan iman siswa dapat terlihat dari perilaku mereka sehari-hari. Siswa
semakin peka dan peduli serta mampu menjalin relasi dengan baik terhadap orang
tua, guru, teman dan sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik sebagai usaha meningkatkan
perkembangan iman siswa SMP Yos Sudarso Padang tentu tidak terlepas dari
faktor pendukung dan penghambatnya. Faktor pendukungnya adalah kerja sama
yang baik antara guru dengan Paroki yang letaknya satu komplek dengan sekolah,
sehingga memudahkan kerja sama dengan Gereja Paroki. Selain itu sekolah juga
mengadakan kegiatan rutin Legio Maria serta melibatkan siswa secara langsung
dalam kegiatan Gereja pada hari Minggu dan setiap Misa Jumat Pertama dalam
bulan misalnya dengan menjadi dirigen, koor, lektor, mazmur, misdinar dan tata
laksana.
Sedangkan faktor penghambatnya dapat berasal dari keluarga, di mana
orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga pendidikan iman anak kurang
diperhatikan dengan baik. Hal ini berdampak pada sikap mereka yang acuh tak
acuh, bandel, suka berontak dan kasar. Selain itu ada beberapa siswa yang malas
dan mengantuk saat mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik sehingga
mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik dan membuat situasi kelas menjadi
tidak kondusif.
Penyelenggaraan Pendidikan Agama Katolik di sekolah akan berjalan
dengan baik apabila guru Pendidikan Agama Katolik dan siswa saling mendukung
agar tujuan Pendidikan Agama Katolik dapat sungguh terwujud karena tujuan
Pendidikan Agama Katolik adalah membantu memperkembangkan iman siswa
bukan mengutamakan materi pelajaran. Oleh karena itu, dalam rangka
meningkatkan perkembangan iman siswa SMP Yos Sudarso Padang, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
penulis mengusulkan suatu kegiatan sosial yang diperkaya dalam bentuk
rekoleksi. Kegiatan ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN KEGIATAN KUNJUNGAN KE PANTI ASUHAN St. LEO
DAN REKOLEKSI UNTUK MEMBANTU PERKEMBANGAN IMAN
SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG
Pada bab IV ini penulis akan menyampaikan sumbangan pemikiran yang
berupa usulan kegiatan kunjungan siswa SMP Yos Sudarso Padang ke Panti
Asuhan St. Leo Padang dan rekoleksi yang akan dilakukan untuk memperkaya
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi membantu perkembangan iman
siswa. Kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo Padang sebagai bagian utuh dari
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik, sedangkan rekoleksi sebagai pemaknaan
setelah siswa SMP Yos Sudarso Padang melaksanakan kunjungan ke Panti
Asuhan St. Leo Padang. Usulan kegiatan ini sebagai tindak lanjut terhadap hasil
penelitian pada bab III. Melalui kegiatan tersebut diharapkan agar siswa semakin
terbantu untuk membuat tema Pendidikan Agama Katolik dapat dilaksanakan dan
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari serta memiliki sikap belarasa, solider
dan peka terhadap sesama yang menderita. Usulan kegiatan tersebut akan
dipaparkan dengan rincian meliputi: latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan,
usulan dan bentuk kegiatan serta satuan persiapan kegiatan.
A. Latar Belakang Kegiatan
SMP Yos Sudarso Padang adalah lembaga pendidikan swasta Katolik
yang dikelola oleh Yayasan Prayoga Padang. Berdasarkan visi dan misi yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dirumuskan oleh lembaga, tergambar jelas bahwa sosok siswa-siswi yang ingin
diwujudkan adalah siswa-siswi yang cerdas, berintegritas, profesional, bersikap
solider, peduli pada kaum lemah dan penuh kasih dalam pelayanan. Di sisi lain
sekolah juga tidak menutup mata pada tantangan sekaligus tuntutan zaman yang
terus berkembang. Untuk itu, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
diharapkan dapat ikut mewujudkan visi dan misi sekolah yaitu membentuk siswa-
siswi menjadi pribadi yang cerdas, solider, peduli pada kaum lemah dan penuh
kasih dalam pelayanan.
Hasil wawancara yang telah dilaksanakan pada Senin, 18 September 2017
di SMP Yos Sudarso Padang menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah ini sudah berjalan dengan cukup baik. Melalui berbagai
kegiatan kerohanian yang diselenggarakan oleh sekolah ini siswa-siswi
diharapkan menjadi lebih peka dan mencintai imannya. Berbagai kegiatan tersebut
diakui juga berdampak bagi perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso
Padang.
Berbagai kegiatan yang menunjang pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik dan kegiatan bagi perkembangan iman siswa telah dilaksanakan oleh
pihak sekolah. Kegiatan tersebut terdiri dari: Perayaan Ekaristi Misa Jumat
Pertama dalam bulan yang menjadi agenda wajib sekolah. Selain itu siswa SMP
Yos Sudaso Padang juga mengikuti kegiatan Legio Maria, berdoa Rosario
bersama, membaca Kitab Suci bersama, doa pagi, doa siang, doa Malaikat Tuhan
atau Angelus, doa Ratu Surga, mengikuti koor, menjadi dirigen, pemazmur,
misdinar, lektor dan berbagai kegiatan lainnya. Namun sejauh ini kegiatan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
yang dilakukan untuk membantu perkembangan iman siswa seperti kegiatan
sosial belum dilaksanakan di SMP Yos Sudarso Padang. Hal tersebut
diungkapkan oleh guru PAK pada saat penulis melaksanakan penelitian di SMP
Yos Sudarso Padang.
Untuk menindaklanjuti hasil penelitian pada bab III tersebut penulis ingin
memberikan sumbangan pemikiran berupa usulan kegiatan yang dapat
dilaksanakan di SMP Yos Sudarso Padang. Penulis mengusulkan untuk
melakukan kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo Padang yang selanjutnya dimaknai
dengan kegiatan rekoleksi untuk para siswa. Melalui kegiatan sosial, diharapkan
iman siswa semakin berkembang karena penghayatan iman bukan hanya dalam
konteks internal Gereja saja. Selain itu kegiatan sosial tersebut siswa juga
diharapkan dapat semakin mengasah kepekaan, solidaritas dan semangat belarasa
dalam dimensi dan perspektif sosial siswa-siswi di SMP Yos Sudarso Padang.
Sebelumnya siswa-siswi diberikan tugas pribadi dan kelompok yaitu membuat
rosario dan kartu ucapan Selamat Natal serta mengumpulkan pakaian bekas layak
pakai untuk diserahkan sebagai “Kado Natal Untuk Sahabat” di Panti Asuhan St.
Leo Padang. Setelah berkunjung ke panti asuhan, melalui rekoleksi diharapkan
siswa-siswi dapat saling berbagi makna pengalamannya dan semakin tergugah
hatinya untuk menindaklanjuti dalam suatu tindakan yang konkret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
B. Tujuan Kegiatan
Agar lebih memahami isi dan maksud dilaksanakannya kegiatan, penulis
akan menjabarkan tujuan dari kegiatan ini. Berikut tujuan dari kegiatan tersebut:
1. Mengajak para siswa untuk melihat, mengalami situasi nyata dan merasakan
suka-duka anak-anak di Panti Asuhan sehingga siswa semakin mampu
berbelarasa, solider dan peka terhadap sesama yang kurang beruntung.
2. Apa yang diterima dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas
dapat diwujudkan dan dihidupi oleh siswa serta menjadi langkah awal
keterlibatan siswa dalam hidup bersama sehingga semakin meneguhkan dan
memperkembangkan iman mereka sebagai anak-anak Allah.
C. Usulan dan Bentuk Kegiatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab III, penulis
akan memberikan usulan kegiatan sebagai tindak lanjut pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik yang sudah diterima di kelas dapat diwujudkan dan dihidupi oleh
siswa-siswi SMP Yos Sudarso Padang. Kegiatan yang diusulkan oleh penulis
yaitu kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo dan rekoleksi sebagai pemaknaan
kunjungan tersebut. Melalui kegiatan kunjungan, diharapkan iman siswa lebih
terbuka, utuh dan bermakna karena penghayatan iman bukan hanya melalui
Gereja saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
1. Kunjungan Panti Asuhan St. Leo Sebagai Bagian Utuh Dari
Pelaksanaan PAK
Penulis memilih tempat yang mudah dijangkau yaitu Panti Asuhan St. Leo
yang beralamat di Jalan Gereja No. 30 Padang. Alasan pemilihan tempat ini
karena letak sekolah yang berada dekat dengan tempat tersebut sehingga mudah
dijangkau. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan penulis terlebih dahulu
mengadakan pertemuan dengan ketua yayasan, kepala sekolah dan guru
Pendidikan Agama Katolik untuk berkonsultasi dan menyampaikan maksud dan
tujuan penulis mengadakan kegiatan ini. Untuk melaksanakan kunjungan ke Panti
Asuhan St. Leo tersebut penulis memilih siswa-siswi SMP Yos Sudarso Padang
yang beragama Katolik saja yang berjumlah 43 siswa sehingga lebih praktis dan
mudah dikontrol.
Sebelumnya para siswa diberi tugas pribadi dan kelompok yaitu membuat
rosario dan kartu ucapan Selamat Natal serta mengumpulkan pakaian bekas layak
pakai untuk diserahkan sebagai “Kado Natal Untuk Sahabat” di Panti Asuhan St.
Leo Padang. Dengan melihat, mengenal dan mengalami situasi secara langsung di
tempat tersebut siswa-siswi diharapkan semakin mengerti dan memahami serta
dapat merasakan bagaimana teman-teman seusia mereka yang kurang beruntung
harus tinggal di Panti Asuhan sehingga mereka menjadi lebih mampu berbelarasa
dan bersyukur atas orang tua yang masih lengkap dan kasih sayang yang masih
dapat mereka rasakan.
Melalui kegiatan kunjungan ke Panti Asuhan ini, siswa-siswi diharapkan
berani merefleksikan pengalaman perjumpaannya dengan teman-teman sebaya
mereka yang kurang beruntung. Kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo ini akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
diadakan pada Sabtu, 20 Januari 2018 karena pada hari Sabtu sekolah libur
sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar di kelas.
Berikut panduan pelaksanaan dan pertanyaan kunjungan siswa SMP Yos Sudarso
Padang ke Panti Asuhan St. Leo Padang:
a. Panduan Pelaksanaan Kunjungan Siswa ke Panti Asuhan St. Leo Padang
1) Peserta adalah siswa SMP Yos Sudarso Padang yang beragama Katolik.
2) Peserta hanya diperbolehkan membawa alat-alat tulis yang dibutuhkan dan
kado natal berupa rosario dan kartu ucapan Selamat Natal serta pakaian
bekas layak pakai.
3) Peserta dilarang membawa HP atau alat-alat elektronik lainnya.
4) Peserta tidak diperbolehkan pulang atau pergi tanpa seijin guru
pendamping.
5) Kunjungan diadakan pada hari Sabtu, 20 Januari 2018 mulai pukul 09.00-
13.00 WIB.
6) Peserta membentuk kelompok-kelompok kecil bersama dengan teman-
teman yang berada di Panti Asuhan St. Leo untuk selanjutnya saling
berkenalan dan berbagi pengalaman.
7) Peserta juga memberikan kado Natal kepada teman-teman di Panti Asuhan
St. Leo Padang.
8) Kunjungan diakhiri dengan makan siang bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
b. Langkah-langkah Kunjungan Siswa ke Panti Asuhan St. Leo Padang
1) Tema
Kegiatan kunjungan ini mengangkat tema “ Kado Natal Untuk Sahabat”.
2) Tujuan
Mengajak para siswa untuk melihat, mengalami situasi nyata dan
merasakan suka-duka anak-anak di Panti Asuhan sehingga siswa semakin
mampu berbelarasa, solider dan peka terhadap sesama yang kurang
beruntung.
3) Peserta
Peserta adalah siswa SMP Yos Sudarso Padang yang beragama Katolik.
4) Tempat dan Waktu
Kunjungan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Januari 2018 mulai pukul
09.00-13.00 WIB bertempat di Panti Asuhan St. Leo Padang.
5) Bentuk kegiatan
Bentuk kegiatan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Panti Asuhan.
Penulis menawarkan kegiatan yang berbentuk kunjungan keakraban antara
siswa dan anak-anak di Panti Asuhan sehingga mendorong semangat untuk
sharing pengalaman.
6) Sumber Bahan
Penyusunan kegiatan kunjungan ini menggunakan sumber bahan yang
terdiri dari pengalaman anak-anak Panti Asuhan dan siswa SMP Yos
Sudarso Padang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
7) Metode Kunjungan
Metode yang digunakan dalam kunjungan ini yaitu sharing pengalaman.
8) Sarana
Sarana pendukung yang digunakan yaitu alat-alat tulis yang dibutuhkan
guna sharing pengalaman dan kado natal berupa rosario dan kartu ucapan
Selamat Natal serta pakaian bekas layak pakai yang akan diberikan kepada
anak-anak di Panti Asuhan.
9) Susunan Acara:
09.00-09.30 : Tiba di Panti Asuhan, presensi dan snack
09.30-10.00 : Pengantar Umum
10.00-12.00 : Sharing Pengalaman dan Refleksi
12.00-13.00 : Makan Siang Bersama dan Sayonara
c. Panduan Pertanyaan dan Refleksi Kunjungan Siswa ke Panti Asuhan St.
Leo Padang
1) Gambarkan situasi yang kamu alami selama berada bersama mereka!
2) Bagaimana cara mereka berjuang untuk bertahan dalam situasi
tersebut?
3) Apa saja yang kamu lakukan selama berada bersama mereka?
4) Bagaimana mereka memaknai kehidupan yang sedang mereka alami
tersebut?
5) Bagaimana kesanmu tentang kehidupan mereka?
6) Kesulitan apa saja yang kamu lihat dan rasakan selama berada di sana?
7) Apa yang dapat kamu pelajari dari pengalaman tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
8) Apa dampak kegiatan ini bagi perkembangan imanmu?
9) Apa yang dapat kamu upayakan untuk meringankan beban mereka?
10) Tulislah sebuah refleksi berdasarkan pengalaman kunjungan ini!
2. Rekoleksi Sebagai Pemaknaan Kunjungan Panti Asuhan St. Leo
Agar kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo sungguh-sungguh bermakna bagi
siswa maka penulis melanjutkan dalam bentuk rekoleksi sebagai tindak lanjut dari
pelaksanaan kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo di mana siswa saling berbagi
pengalaman tentang situasi dan keadaan yang dialami ketika berada di tengah-
tengah mereka yang kurang beruntung.
Penulis akan menyusun langkah-langkah rekoleksi sebagai berikut:
1. Tema
Kegiatan rekoleksi ini mengangkat tema “Peduli dan Berbagi”.
2. Tujuan
Agar peserta memiliki sikap mengasihi dan peduli pada sesama yang kurang
beruntung sehingga menyadari betapa pentingnya hidup saling berbagi dan
solider terhadap sesama.
3. Peserta
Peserta rekoleksi ini terdiri dari siswa-siswi yang beragama Katolik di SMP
Yos Sudarso Padang. Penulis sengaja hanya memilih siswa yang beragama
Katolik saja karena siswa yang beragama lain tidak mengikuti pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
4. Tempat dan Waktu
Rekoleksi ini dilaksanakan setelah peserta didik berkunjung ke Panti Asuhan
St. Leo (Sabtu, 20 Januari 2018) yaitu pada hari Sabtu, 27 Januari 2018 dari
pukul 07.00-13.00 WIB bertempat di Aula Gedung Maria Nirmala Padang.
5. Bentuk Rekoleksi
Bentuk rekoleksi disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta. Mengingat
peserta rekoleksi adalah siswa-siswi SMP dan masih dikategorikan usia
remaja, penulis menawarkan kegiatan yang berbentuk rekoleksi mendorong
semangat peserta untuk sharing pengalaman, gerak dan lagu, games, agar
peserta didik terbantu dalam memaknai setiap peristiwa yang dilihat, dialami
dan dirasakan sebagai wujud nyata dari sikap peduli dan berbagi.
6. Sumber Bahan
Penyusunan rekoleksi ini menggunakan berbagai sumber bahan yang
memperkaya dan menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. Sumber bahan
terdiri dari pengalaman peserta didik, kutipan Kitab Suci dari Yak. 1: 27; 2:
14-17, video inspiratif “Mulailah Dengan Kebaikan Kecil”, video Baby
Shark.
7. Metode Rekoleksi
Metode yang digunakan dalam rekoleksi ini terdiri dari metode penyampaian
informasi, sharing pengalaman, diskusi, penayangan gambar dan video serta
refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
8. Sarana
Sarana pendukung bagi kelancaran rekoleksi antara lain salib, lilin, bunga,
laptop, LCD, speaker, kertas flap, spidol, mic.
9. Susunan Acara:
07.00-07.30 : Tiba di sekolah dan presensi
07.30-08.00 : Pengantar Umum
08.00-10.00 : Sesi I: Sharing Pengalaman “Kado Natal Untuk Sahabat di
Panti Asuhan St. Leo Padang”
10.00-10.15 : Snack
10.15-10.30 : Ice Breaking
10.30-12.00 : Sesi II: Tunjukkan Aksimu
12.00-13.00 : Makan Siang dan Sayonara
10. Contoh Persiapan Rekoleksi
1. Pemikiran Dasar
Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin cepat dan instan. Hal tersebut ditandai
dengan maraknya paham konsumerisme dan hedonisme yang membuat orang-
orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan kekayaan. Segala hal diukur
dengan uang atau materi. Cara yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan pun
bermacam-macam, sehingga kita seringkali menemui orang-orang yang egois
dan hanya peduli dengan diri sendiri tanpa memikirkan sesamanya. Hal tersebut
membuat banyak orang bersikap materialistis dan serakah sehingga yang kaya
akan semakin bertambah kaya tetapi yang miskin akan semakin bertambah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
miskin. Melihat situasi tersebut sebenarnya ada banyak cara yang dapat
dilakukan sehingga mereka yang kurang beruntung dan mengalami penderitaan
pun dapat memperoleh dan merasakan kebahagiaan. Maka sangat diperlukan
kepekaan dan keterbukaan serta kepedulian pada mereka yang kurang
beruntung. Sikap-sikap tersebut sangat diperlukan di era globalisasi seperti
sekarang ini karena tidak mudah dan sangat jarang ditemukan orang-orang yang
mau dan memiliki kerelaan hati untuk peduli dan berbagi. Melalui keterlibatan
ini siswa-siswi diharapkan ikut ambil bagian dalam keprihatinan dan kepedulian
sosial demi terwujudnya kesejahteraan hidup bersama.
2. Tujuan Pertemuan
Mengajak peserta untuk memaknai sekaligus menindaklanjuti pengalaman
kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo Padang, sehingga dari apa yang telah
dialami, dilihat dan dirasakan secara langsung peserta dapat mengusahakan
suatu tindakan yang dapat dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok
untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan.
3. Materi : Sharing pengalaman “Kado Natal Untuk Sahabat di Panti Asuhan”.
4. Sumber Bahan : Pengalaman siswa, kutipan Kitab Suci dari Yak. 1: 27; 2:
14-17, video inspiratif “Mulailah Dengan Kebaikan Kecil”, video Baby
Shark.
5. Metode : Penyampaian Informasi, sharing pengalaman, diskusi dan refleksi.
6. Sarana : Salib, lilin, bunga, laptop, LCD, speaker, kertas flap, spidol, mic.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
7. Langkah-langkah :
a. Doa Pembuka
Allah Bapa yang maha kasih, puji dan syukur kami haturkan ke hadiratMu
atas segala berkat yang telah Kau anugerahkan bagi kami sehingga di pagi hari
yang cerah ini kami semua dapat berkumpul di tempat ini untuk mengikuti
rekoleksi. Berkatilah kami semua agar dapat mengikuti rekoleksi dengan baik.
Utuslah Roh KudusMu agar kami semua mampu saling berbagi pengalaman dan
perasaan satu sama lain. Sehingga kami dapat saling memperkaya satu sama lain
melalui sharing pengalaman yang telah kami alami. Berkati pula para orang tua,
guru-guru dan teman-teman serta semua orang yang sedang dilanda penderitaan
agar senantiasa dinaungi kebahagian dalam Dikau. Semua doa dan permohonan
ini kami haturkan dalam namaMu, Tuhan dan Sahabat kami. Amin.
b. Pengantar
Teman-teman yang terkasih, kita patut bersyukur karena pada pagi yang
cerah ini kita semua dapat berkumpul di tempat ini tanpa kurang suatu apa pun.
Tentunya teman-teman sudah mengetahui alasan kita semua berada di tempat
ini. Tepat sekali, Minggu lalu kita sudah melaksanakan kunjungan ke Panti
Asuhan St. Leo, tentunya banyak sekali pengalaman baik itu menyenangkan,
mengharukan, menyedihkan dan lain sebagainya yang menggugah hati dan
perasaan kita masing-masing.
Maka dari itu, hari ini kita bersama-sama akan berbagi pengalaman dan
perasaan itu sehingga satu sama lain dapat saling memperkaya. Tema rekoleksi
kita kali ini adalah “Peduli dan Berbagi”. Semoga melalui setiap proses dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
rekoleksi ini dapat membantu kita semua untuk memahami betapa pentingnya
sikap peka dan peduli terhadap sesama yang mengalami kesulitan dan
penderitaan sehingga kita dapat menemukan cara-cara yang baik untuk
meringankan beban mereka.
c. Gerak dan Lagu “Matahari Bersinar Terang dan Buka Semangat
Baru”
Pendamping dan peserta bersama-sama bernyanyi serta melakukan gerakan
dari lagu “Matahari Bersinar Terang dan Buka Semangat Baru [Lampiran 14:
(19)]” dengan enerjik dan bersemangat. Sambil bernyanyi, bersama-sama
membuat lingkaran besar dan berjabat tangan satu sama lain dengan penuh
kegembiraan dan keceriaan.
d. Sesi I : Sharing Pengalaman “Kado Natal Untuk Sahabat”
1) Langkah I dan II
Pendamping mengajak peserta duduk berkelompok sesuai dengan kelompok
yang sudah dibagi sebelumnya. Kemudian masing-masing peserta diberi
kesempatan sharing pengalaman berdasarkan apa yang mereka alami dan
dirasakan pada saat melaksanakan kunjungan ke Panti Asuhan, dengan panduan
pertanyaan sebagai berikut:
Apa yang kamu rasakan ketika berada bersama teman-teman seusiamu di
Panti Asuhan St. Leo? Mengapa?
Cara apa yang mereka lakukan untuk tetap bertahan hidup walau dalam
keterbatasan?
Bagaimana kesan-kesanmu tentang kehidupan mereka?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Apa yang dapat kamu pelajari dari pengalaman tersebut?
Setelah sharing pengalaman dalam kelompok kecil, kemudian hasilnya ditulis
di kertas flap kemudian hasil diskusi kelompok kecil tersebut dibacakan dan
dilanjutkan dengan sharing dalam kelompok besar.
2) Langkah III
Pendamping menegaskan kembali hasil sharing peserta kemudian
dilanjutkan dengan mengajak peserta untuk membaca, merenungkan serta
merefleksikan kutipan bacaan Kitab Suci yang diambil dari Yakobus 1: 27; 2:
14-17 [Lampiran 14: (19)] mengenai pendengar dan pelaku firman serta iman
tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati.
3) Langkah IV
a. Pendalaman kutipan Bacaan Kitab Suci Yakobus 1:27; 2:14-17
Pendamping memberikan pertanyaan untuk selanjutnya peserta bergantian
mengemukakan pendapat mereka, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
Apa yang kamu rasakan setelah membaca dan mendengarkan kutipan
Kitab Suci yang diambil dari Yakobus 1:27; 2:14-17 tersebut?
Ayat mana yang menurutmu paling menarik? Mengapa demikian?
Apa yang ingin diserukan oleh Yakobus dalam kutipan Kitab Suci
tersebut?
Apa yang akan kamu lakukan ketika melihat mereka yang kesusahan?
b. Rangkuman Singkat:
Teman-teman yang terkasih, setelah kita sharing pengalaman bersama
tentunya kita semua semakin diperkaya dengan pengalaman-pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
tersebut. Tanpa kita sadari, selama ini kita seringkali mengeluh lupa bersyukur
padahal di luar sana masih banyak yang keadaannya jauh kurang beruntung
daripada kita. Dari hasil sharing pengalaman tadi, kita semua menyadari bahwa
kita perlu melakukan tindakan yang berguna bukan bagi diri kita atau kelompok
kita saja melainkan kita berani keluar dari zona nyaman kita dan merumuskan
suatu kesepakatan bersama demi membantu mereka yang mengalami
penderitaan.
Sama seperti yang diserukan oleh Santo Yakobus bahwa iman tanpa
perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Kita semua diharapkan untuk lebih peka
dan peduli pada mereka yang menderita di sekitar kita. Secara khusus, kita
semua sebagai murid-murid Yesus yang meneladaniNya kita selalu diajarkan
untuk mengasihi sesama, hidup saling berbagi, saling menghargai dan tidak
pilih-pilih dalam berteman. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan, salah
satunya seperti yang diserukan oleh Santo Yakobus sehingga sungguh-sungguh
dapat dirasakan oleh mereka yang membutuhkan uluran tangan kita.
Teman-teman yang terkasih, salah satu misi sekolah kita ingin mendampingi
siswa-siswi agar berkembang menjadi pribadi yang cerdas baik itu secara
intelektual, emosional dan spiritual. Hal tersebut berarti kita diharapkan menjadi
pribadi yang utuh, bersikap solider, peduli pada kaum lemah dan penuh kasih
dalam pelayanan. Hal ini senada dengan Gereja yang menyerukan kepada semua
orang beriman agar peka dan peduli terhadap mereka yang selama ini luput dari
perhatian kita. Gereja adalah kita yang hadir untuk mereka agar mereka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
menemukan dan merasakan kasih yang mungkin tidak diperoleh dari orang lain
sehingga Kerajaan Allah dapat terwujud di tengah-tengah dunia.
4) Ice Breaking Gerak dan Lagu “Baby Shark”
Setelah istirahat, pendamping dan peserta bersama-sama melakukan gerakan
yang disertai musik video “Baby Shark” dengan enerjik dan penuh semangat.
Sambil terus bernyanyi dan menari petugas khusus akan sewaktu-waktu
menghentikan musik video tersebut. Peserta harus bergaya dan tidak boleh
bergerak. Pendamping juga menyebutkan instruksi misalnya yang memakai
pakaian berwarna hitam harus berkumpul membentuk lingkaran, mengurutkan
sesuai dengan bulan dan tahun lahir menjadi lingkaran besar, yang tanggal
lahirnya sama membentuk lingkaran kecil dan lain sebagainya agar peserta tidak
bosan dan jenuh sehingga tetap bersemangat mengikuti rekoleksi sampai akhir.
5) Langkah V
Pendamping mengajak peserta untuk melihat video yang berjudul “Mulailah
Dengan Kebaikan Kecil” yang selanjutnya mengantar peserta dalam kelompok
kecil bersama-sama berdiskusi untuk mewujudkan aksi nyata atau tindakan
konkret sehubungan dengan pengalaman yang telah dialami dan disharingkan
bersama dalam kelompok.
e. Sesi II : Tunjukkan Aksimu
1. Tujuan : Setelah melihat, merasakan, mengalami dan berbagi pengalaman
bersama, peserta diharapkan mampu menentukan sikap serta membangun
niat baru sebagai wujud nyata dari sikap peduli dan berbagi terhadap mereka
yang mengalami penderitaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
2. Mengambil keputusan bersama untuk Tindak Lanjut dari kegiatan
sosial
Pendamping mengajak para peserta yang sudah berada dalam kelompok-
kelompok kecil untuk berdiskusi merumuskan keputusan bersama yang hendak
diwujudkan baik secara kelompok kecil dan bersama. Selanjutnya keputusan
yang telah dibuat dikomunikasikan dengan guru untuk menentukan keputusan
kelompok maupun bersama misalnya dengan mengadakan kunjungan terhadap
pasien-pasien anak dan remaja di Rumah Sakit, mengunjungi rumah tahanan
anak dan remaja, menyisihkan uang jajan untuk membagikan nasi bungkus
kepada para pemulung, mengadakan live in dan lain sebagainya agar ada
perubahan baru yang dapat mengembangkan hidup iman peserta didik demi
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia.
3. Penutup
Setelah merumuskan aksi konkret bersama kemudian peserta didik diajak
untuk bernyanyi bersama dalam gerak dan lagu “Hari Ini Kurasa Bahagia dan
Dalam Yesus Kita Bersaudara [Lampiran 14: (20)]”. Dilanjutkan dengan
mendoakan “Doa Untuk Anak Jalanan” yang terdapat dalam Buku “Madah
Bakti” (2012: 104-105) berikut rumusannya:
“Di setiap kota ada anak-anak jalanan, ya Tuhan: para penyemir sepatu,
para penjual koran, anak-anak ngamen dan gelandangan. Mereka tidur di
emperan toko atau di pinggir jalan.
Anak-anak terlantar berpakaian seadanya, tidak berpendidikan dan tidak
bersekolah. Ada yang nekat mencopet atau merampas sekedar untuk
mengisi perut.
Mereka sendiri sering ditipu, ditindas dan diperas, kadang sampai dianiaya
dan dibunuh. Siapa peduli?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tetapi mereka itu anak-anak kesayanganMu: Engkau bersabda: Jangan
anggap rendah anak-anak ini. Malaikat mereka di surga selalu memandang
wajah Bapa di surga.
Mereka manusia seperti kami dengan hak dan martabat yang sama. Kalau
mereka kami remehkan, kami meremehkan Engkau, yang bersabda: Segala
sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya untuk Aku.
Engkau suka meletakkan tanganMu atas anak-anak dan memberkati
mereka. SabdaMU tegas: Biarlah anak-anak datang kepadaKu.
Berilah kami dan semua orang yang bertanggung jawab, agar mempunyai
hati untuk menolong anak-anak itu.
Dampingilah orang yang terlibat dalam pelayanan sosial supaya berhasil
dan tidak putus asa. Ya Tuhan, pencinta anak-anak dan kaum papa. Amin.
Setelah mendoakan “Doa Untuk Anak Jalanan” pendamping dan peserta
bersama-sama menyanyikan lagu “Sayonara [Lampiran 14: (20)]” kemudian
makan siang bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari skripsi ini
berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penulisan serta hasil penelitian.
Bagian berikutnya berisi saran yang ditujukan kepada sekolah untuk mendukung
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman
siswa di SMP Yos Sudarso Padang.
A. Kesimpulan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah proses pendidikan dalam iman
yang diselenggarakan oleh sekolah, bekerjasama dengan keluarga, Gereja dan
kelompok jemaat lainnya untuk membantu siswa supaya semakin beriman kepada
Tuhan Yesus Kristus, sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah dapat sungguh-sungguh
terwujud di tengah-tengah mereka. Pendidikan Agama Katolik di sekolah dipahami
pula sebagai proses pendidikan iman yang berlangsung secara berkesinambungan.
Dikatakan berkesinambungan karena Pendidikan Agama Katolik di sekolah
merupakan bentuk komunikasi atau interaksi iman terus menerus antara guru dan
siswa ataupun sesama siswa. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah
antara lain hakikat, tujuan, konteks, model, ruang lingkup dan pelaku dalam
Pendidikan Agama Katolik. Hakikat Pendidikan Agama Katolik adalah sarana dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dengan mengkomunikasikan iman melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
refleksi pengalaman iman siswa dan bervisi spiritual. Tujuan Pendidikan Agama
Katolik untuk membantu siswa mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah melalui
kedewasaan iman siswa dan kebebasan manusia. Konteks Pendidikan Agama Katolik
adalah situasi sosial berdasarkan pengalaman siswa dalam lingkungan sekolah,
keluarga dan teman sebayanya. Model-model dalam Pendidikan Agama Katolik
terdiri dari model transmisi/transfer, model yang berpusat pada hidup peserta dan
model Shared Christian Praxis/model praksis. Ruang lingkup dalam Pendidikan
Agama Katolik terdiri dari pribadi siswa, Yesus Kristus, Gereja dan masyarakat luas
dalam komunitas sesama umat Kristiani. Pelaku dalam Pendidikan Agama Katolik di
sekolah adalah guru dan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pokok-pokok Pendidikan Agama
Katolik sudah dipahami dan dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru Pendidikan
Agama Katolik pada saat proses belajar mengajar di kelas. Thomas Groome
menegaskan perlu adanya praksis untuk menjawab persoalan yang ditimbulkan oleh
uraian teoritis. Uraian praksis yang ditawarkan Groome bukan hanya dimengerti
sebagai upaya dalam bentuk tindakan melulu, tetapi merupakan upaya penggabungan
dari penerapan teori sekaligus praktik dalam proses pembelajaran.
Pendidikan Agama Katolik membantu siswa untuk memperkembangkan iman
mereka demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Guru juga memperlakukan
siswa sebagai subjek bukan objek karena siswa adalah pelaku atau pelaksana yang
secitra dengan Allah. Di samping itu suasana yang menggembirakan dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik sangat dibutuhkan sehingga proses belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
mengajar tidak membosankan karena suasana yang baik dapat menjadi guru yang
baik pula. Dalam meningkatkan perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso
Padang, penulis mengusulkan suatu kegiatan sosial yang diperkaya dengan rekoleksi.
Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik sehingga sungguh-sungguh membantu iman siswa semakin bertumbuh dan
berkembang serta mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, Pendidikan Agama Katolik sangat berguna
dalam mendukung perkembangan iman siswa. Dengan demikian, penulis
menyampaikan saran guna meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah sehingga iman siswa semakin bertumbuh dan berkembang. Saran tersebut di
antaranya:
Pertama, sekolah perlu menyediakan fasilitas yang lengkap dan memadai
seperti ruang doa sebagai sarana atau tempat siswa-siswi mengenal Tuhan lebih
dekat, buku-buku pegangan siswa dan buku-buku lainnya yang menunjang
terlaksananya Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
Kedua, sekolah mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pembinaan iman dan dapat diikuti oleh seluruh siswa bukan hanya terbatas pada
siswa yang beragama Katolik saja agar membentuk iman siswa-siswi semakin
bertumbuh dan berkembang serta berkepribadian yang baik. Kegiatan-kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
tersebut antara lain: kegiatan sosial, kegiatan amal, rekoleksi, retret, live in di daerah-
daerah terpencil yang jauh dari perkotaan sehingga siswa-siswi dapat mengalami dan
merasakan kehidupan mereka yang kurang beruntung dan terpinggirkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Dariyo. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Canfield, Jack & Mark Victor Hansen. (2002). Chicken Soup for the Teachers Soul.
Kisah-Kisah untuk Membuka Hati dan Menyalakan Kembali Semangat Para
Pendidik (terjemahan Rina Buntaran). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dapiyanta, FX. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Yogyakarta: USD.
Tim Penyusun. (2012). Direktori Kenangan 50 Tahun Yayasan Prayoga Padang.
SMP Yos Sudarso Padang.
Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education. Pendidikan Agama
Kristen. Berbagi Cerita dan Visi Kita (terjemahan Daniel Stefanus). Jakarta:
Gunung Mulia.
Heryatno Wono Wulung, FX. (2008). Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta: USD.
________________________ (2008). Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Yogyakarta: USD.
________________________ (2012). Secercah Lentara Kehidupan. Kisah-kisah
Inspiratif Para Pewarta Iman. Yogyakarta: Kanisius.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Gravissimum Educationis (Dokumen Konsili Vatikan II
tentang Pendidikan Kristen diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ). Jakarta:
Obor.
________________ (1993). Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja
diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ). Jakarta: Obor.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2012). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LAI.
Mintara Sufiyanta, A. (2010). Sang Guru Sang Peziarah: Spiritualitas Guru
Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.
_________________ (2012). Jalan Sang Guru: Spiritualitas Guru Kristiani. Jakarta:
Obor.
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pusat Musik Liturgi. (2012). Madah Bakti. Semarang: Percetakan Bina Putera.
Riduwan. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sabbag, Nancy. (1998). The Blessing of Love, Mother Teresa. Anugerah-anugerah
Cinta, Ibu Teresa (terjemahan Wahyudi Sunarwan, L. & R.Aj. A.M.
Tyasningwulan Ardiniwati). Yogyakarta: Kanisius.
Tim Penyusun. (2016). Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Pertama Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Afra Siauwarjaya & Huber, Th. (1987). Mengenal Iman Katolik. Jakarta: Obor.
Staf Dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik. (2012). Pedoman Penulisan
Skripsi. Yogyakarta: USD.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
________ (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Website Resmi “Dinas Pendidikan Kota Padang” disdik.padang.go.id dan diknas-
padang.org. accessed on August 21, 2017.
Website Resmi “Yayasan Prayoga Padang” www.prayogapadang.or.id dan
[email protected] serta SMP Yos Sudarso Padang
[email protected]. accessed on August 21, 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[1]
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian Untuk Kepala Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[2]
Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian Untuk Yayasan Prayoga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[3]
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian Dari Yayasan Prayoga Padang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[4]
Lampiran 4: Surat Keterangan Bukti Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[5]
Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Kuesioner/Angket
KUESIONER PENELITIAN
Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin : Perempuan/ Laki-laki
1. Petunjuk Pengisian Angket
a) Mohon bantuan dan kesediaan siswa/i untuk menjawab seluruh pernyataan yang
tersedia.
b) Bacalah dengan seksama pernyataan-pernyataan yang tersedia sebelum anda
menjawab.
c) Berilah tanda silang (X) pada kolom yang anda pilih sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
Misalnya:
NO PERNYATAAN SS S TS STS
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di
sekolah sangat menyenangkan.
4 3 2 1
2. Ada empat (4) alternatif jawaban yang tersedia untuk menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam tabel, yaitu:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[6]
KUESIONER PENELITIAN
NO PERNYATAAN SS S TS STS
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pendidikan Agama Katolik mempunyai
kedudukan yang sama dengan mata
pelajaran lainnya seperti Pendidikan
Kewarganegaraan, Matematika, Bahasa,
IPA, IPS dan lain-lain.
4 3 2 1
2 Pendidikan Agama Katolik hanya
sebatas mengejar prestasi akademis.
4 3 2 1
3 Pendidikan Agama Katolik terikat pada
kurikulum dan waktu yang tersedia
serta taat akan aturan sekolah.
4 3 2 1
4 Pendidikan Agama Katolik
memperkembangkan kejujuran,
kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani
siswa.
4 3 2 1
5 Pendidikan Agama Katolik merupakan
mata pelajaran yang sangat menarik dan
mudah dimengerti.
4 3 2 1
6 Guru Pendidikan Agama Katolik
mengenal dan dekat dengan masing-
masing siswa secara personal.
4 3 2 1
7 Guru Pendidikan Agama Katolik
menghormati kebebasan, hak dan
tanggung jawab siswa.
4 3 2 1
8 Guru Pendidikan Agama Katolik
mengasihi siswa tanpa membeda-
bedakan.
4 3 2 1
9 Guru Pendidikan Agama Katolik
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat aktif pada saat proses
belajar mengajar di kelas.
4 3 2 1
10 Guru Pendidikan Agama Katolik tidak
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mensharingkan pengalaman
mereka.
4 3 2 1
11 Saya semakin mampu memahami inti
materi-materi Pendidikan Agama
Katolik.
4 3 2 1
12 Saya kurang meyakini pribadi Yesus 4 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[7]
sebagai anak Allah.
13 Saya semakin percaya dan merasakan
kehadiran Allah melalui refleksi atas
pengalaman hidup yang dialami.
4 3 2 1
14 Saya semakin peka dan peduli serta
mampu menjalin relasi dengan baik
terhadap orang tua, guru, teman dan
sesama.
4 3 2 1
15 Saya semakin giat dan bersemangat
menghayati iman dan mewujudkan
Kerajaan Allah melalui persaudaraan,
kegembiraan, perdamaian, cinta kasih
dan nilai-nilai positif lainnya.
4 3 2 1
16 Saya semakin aktif dalam kegiatan di
Gereja seperti misdinar, koor, PIR,
SEKAMI, lektor, pemazmur, dsb.
4 3 2 1
17 Suasana kelas dijiwai oleh semangat
kebebasan dan cinta kasih Injili pada
saat proses pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik.
4 3 2 1
18 Tersedianya fasilitas yang memadai
pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
4 3 2 1
19 Saya mengulang kembali materi
Pendidikan Agama Katolik jika disuruh
oleh guru dan orang tua di rumah.
4 3 2 1
20 Saya malas dan mengantuk saat
mengikuti pembelajaran PAK.
4 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[8]
Lampiran 6: Contoh Jawaban Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[9]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[10]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[11]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[12]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[13]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[14]
Lampiran 7: Panduan Pertanyaan Wawancara Guru PAK
1. Persiapan apa saja yang anda lakukan sebelum mengajar?
Jelaskan jawaban anda!
2. Apakah menurut anda Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah berhasil? Jika
sudah, apa sebab-sebabnya? Jika belum, apa sebab-sebabnya?
3. Menurut pengamatan anda adakah perbedaan sikap antara siswa yang beragama
Katolik dengan siswa yang beragama lain? Mengapa demikian?
4. Mengapa Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu menekankan perkembangan
iman siswa daripada penguasaan materi Pendidikan Agama Katolik?
5. Apakah anda melihat bahwa siswa sudah terlibat aktif dalam kegiatan Gereja?
Apakah penyebabnya? Bagaimana cara guru PAK memotivasi siswa agar terlibat aktif
dalam kegiatan Gereja?
6. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam proses pembelajaran PAK di sekolah?
7. Apa yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran PAK di
sekolah?
8. Apa yang diharapkan oleh sekolah dari anda sebagai guru Pendidikan Agama
Katolik? Jelaskan jawaban anda!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[15]
Lampiran 8: Transkrip Hasil Wawancara Guru PAK
1. Persiapan yang Bapak Budi lakukan sebelum mengajar antara lain persiapan materi,
RPP, silabus serta kelengkapan lainnya yang diperlukan. Selain itu berdoa adalah hal
yang paling penting.
2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah berhasil. Berhasil dalam
artian berdasarkan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sudah berhasil
atau memenuhi target. Tetapi soal hasil bahwa itu bisa mengubah perilaku anak
menjadi lebih baik dirasa belum berhasil.
3. Tidak ada perbedaan sikap antara siswa yang beragama Katolik dengan siswa yang
beragama lain. Bandel ya bandel, baik ya baik. Tetapi masih dalam batas yang wajar.
Agama tidak bisa dijadikan tolak ukur perbuatan siswa. Tetapi pada umumnya dalam
pergaulan dan pertemanan di lingkungan sekolah, sangat terlihat bahwa mereka
menunjukkan sikap saling menghargai teman-teman yang berbeda agama dan
keyakinan serta bersikap sopan terhadap guru. Tentu saja hal ini dilatarbelakangi oleh
keluarga di rumah, terutama peran orang tua.
4. Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu menekankan perkembangan iman siswa
daripada penguasaan materi. Bapak Budi berpendapat bahwa perkembangan iman
siswa tidak hanya dilihat atau diukur dari penguasaan materi atau perkembangan
akademik saja tetapi dilihat juga dari sikap dan perbuatannya sehari-hari. Pendidikan
Agama Katolik perlu lebih mengutamakan perkembangan iman siswa daripada
penguasaan materi. Akan tetapi, bukan berarti materi Pendidikan Agama Katolik
diabaikan karena materi Pendidikan Agama Katolik dapat mendukung proses
perkembangan iman siswa.
5. Bapak Budi melihat siswa-siswi sudah terlibat aktif dalam kehidupan dan kegiatan
Gereja. Kebetulan letak Gereja Paroki berada satu kompleks dengan sekolah sehingga
mudah sekali untuk mengajak siswa-siswi terlibat dan sebagainya. Bapak Budi
memotivasi dengan cara mengajak siswa-siswi agar terlibat aktif dalam kegiatan
Gereja. Mungkin ada masalah-masalah sedikit karena adanya unsur paksaan, tetapi
selalu berusaha menjelaskan dan memberikan pemahaman betapa pentingnya terlibat
aktif dalam kehidupan dan kegiatan Gereja.
6. Faktor-faktor pendukung dalam proses pembelajaran PAK di sekolah antara lain guru-
guru yang 98% beragama Katolik, letak sekolah yang berada satu kompleks dengan
Gereja Paroki, banyaknya kegiatan rohani di sekolah dan Gereja sehingga siswa-siswi
dapat terlibat langsung di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[16]
7. Faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran di sekolah antara lain belum
tersedianya ruang doa sekolah, kurangnya perhatian orang tua di rumah sehubungan
dengan perkembangan iman anak mereka serta masih adanya siswa yang kurang aktif
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
8. Yang diharapkan oleh sekolah dari guru Pendidikan Agama Katolik yaitu melalui
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik agar dapat mengubah perilaku siswa-siswi
menjadi lebih baik sesuai dengan iman yang dianutnya dan yang terpenting siswa-
siswi berani memilih yang baik meskipun mengandung resiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[17]
Lampiran 9: Daftar Nama Siswa Kelas VII T.A 2017/2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[18]
Lampiran 10: Daftar Nama Siswa Kelas VIII T.A 2017/2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[19]
Lampiran 11: Daftar Nama Siswa Kelas IX T.A 2017/2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[20]
Lampiran 12: Foto Hasil Penelitian
1. Setelah wawancara; bersama Guru PAK 2. Perkenalan; menyapa para siswa
3, 4, 5, & 6. Membagikan dan memberikan penjelasan pengisian kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[21]
Lampiran 13: Bacaan Kitab Suci dan Lagu Rekoleksi
Yakobus 1: 27 “Pendengar dan Pelaku Firman”
27. Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa Kita, ialah mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri
tidak dicemarkan oleh dunia”.
Yakobus 2: 14-17 “Iman Tanpa Perbuatan Pada Hakikatnya Adalah Mati”
14. Apakah gunanya, saudara-saudaraku, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak
mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
15. Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan
sehari-hari,
16. dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan
makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi
tubuhnya, apakah gunanya itu?
17. Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakekatnya adalah mati.
Lagu “Matahari Bersinar T’rang”
Matahari bersinar t’rang
Burung berkicaulah senang
Harum semerbaklah bunga di taman
Semuanya mengajar kepada kita
Dan memuji nama Allah Yang Esa 2x
Lagu “Buka Semangat Baru”
Hello teman semua
Ayo kita sambut hari baru t’lah tiba
Apa yang kurasakan kuingin engkau tahu dan berbagi bersama
REFF: Buka kita buka hari yang baru
Sebagai semangat langkah ke depan
Jadi pribadi baru
Buka kita buka jalan yang baru
Tebarkan senyum wajah gembira
Dalam suasana baru
Bukalah bukalah semangat baru
Bukalah bukalah semangat baru
Bukalah bukalah semangat baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[22]
Mentari bersinar selalu
Ini yang kuminta penuh semangat tertawa
Bersamamu teman semua
Karna ini saatnya kita nyanyi bersama
REFF:....
Dengarkan hatimu, pastikan pilihanmu
Esok Mentari kan datang, bawa sejuta harapan
Kita jumpa di sana, berbagi bersama
Dan kita tahu, Pelangi yang satukan kita
Lagu “Hari Ini Kurasa Bahagia”
Hari ini kurasa bahagia
Berkumpul bersama saudara seiman
Tuhan Yesus tlah satukan kita
Tanpa memandang diantara kita
Bergandengan tangan
Dalam kasih dalam satu hati
Berjalan dalam terang kasih Tuhan
Kau saudaraku, kau sahabatku
Tiada yang dapat memisahkan kita
Kau saudaraku, kau sahabatku
Tiada yang dapat memisahkan kita
Lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara”
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara
Sekarang dan selamanya
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus saling mengasihi
Dalam Yesus saling mengasihi
Dalam Yesus saling mengasihi
Sekarang dan selamanya
Dalam Yesus saling mengasihi
Dalam Yesus saling memaafkan
Dalam Yesus saling memaafkan
Dalam Yesus saling memaafkan
Sekarang dan selamanya
Dalam Yesus saling memaafkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[23]
Dalam Yesus saling melayani
Dalam Yesus saling melayani
Dalam Yesus saling melayani
Sekarang dan selamanya
Dalam Yesus saling melayani
Lagu “Sayonara”
Sayonara sayonara sampai berjumpa lagi
Sayonara sayonara sampai berjumpa lagi
Buat apa susah buat apa susah
Susah itu tak ada gunanya
Buat apa susah buat apa susah
Susah itu tak ada gunanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI