Pelaksanaan Supervisi dalam rangkaEfisien dan efektifitas Pendidikan
I. Mengemlompokan Masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan Supervisi1. Pelaksanaan kewenangan dibidang Pendidikan
Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan bidang pendidikan terbagi atas (1)
kewenangan pemerintah pusat, (2) kewenangan propinsi, dan (3) kewenangan
kabupaten/kota. Dilihat dari tingkat kewenangannya, kewenangan kabupaten/kota jauh
lebih besar daripada kewenangan propinsi dan kewenangan pemerintah pusat. Adanya tiga
macam level kewenangan tersebut berdampak pada timbulnya berbagai masalah terkait
dengan implementasi kebijakan yang menyangkut penjaminan mutu (quality assurance).
Supervisi pendidikan yang sekarang ini berlaku tidak lain adalah masalah kepengawasan
dan akreditasi sekolah, yang menjadi faktor utama dalam penjaminan mutu pendidikan di
suatu kabupaten/kota. Beragamnya kekuatan dan potensi kabupaten/kota cenderung
menimbulkan ketimpangan antar kabupaten/kota. Sementara itu, kewenangan propinsi
yang `dibatasi` cenderung mengakibatkan pelayanan pendidikan lintas kabupaten/kota
menjadi kurang tertangani dengan baik.
2. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Guru dengan Supervisi
Hal – hal yang berkaitan dengan pengembangan Sumber Daya guru, yaitu :
Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus
menerus bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka
sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca
informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka
ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan
kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-
buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat
makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang
perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru maupun
pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan
pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan output pendidikan
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 1
berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi terbaru
dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar
menggairahkan dan menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik. Peningkatan
sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun
instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi
terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat.
3. Upaya Pendidikan Didalam Membina Ketahanan Moral Anak
Perkembangan zaman diera modernisasi saat ini membawa banyak dampak dalam
kehidupan manusia, dampak tersebut ternyata masuk dalam dunia pendidikan terutama
pada peserta didik. Dampak perkembangan modernisasi membawa pergeseran terhadap
moral anak (peserta didik) yang mengakibatkan semakin menurunnya moral anak didik
disekolah. Sebagai contoh yang ada yaitu rendahnya rasa hormat peserta didik kepada
orang tua dan guru. Sopan santun berbahasa, serta segala bentuk kesalahan moral yang ada
dalam masyarakat. Pembelajaran di sekolah, pada materi – materi pelajaran tertentu justru
enggan mengikut sertakan nilai-nilai moral yang mesti tentunya disampaikan melalui
materi pelajaran tersebut. Maksudnya guru hanya memberikan materi sesuai dengan
bidang studi yang ada tanpa mengikutkan nilai – nilai moral kepada anak didik.
4. Struktur Organisasi Pengawas sekolah
Jika dilihat secara mikro, pada dasarnya struktur organisasi pengawas sekolah yang
sudah berjalan selama ini bukan merupakan sumber munculnya permasalahan dalam
kepengawasan pendidikan. Namun, apabila dilihat secara makro, masih terdapat beberapa
hal yang perlu ditinjau kembali. Hal tersebut akan nampak antara lain jika dikaitkan
dengan bidang-bidang kepengawasan yang juga dilakukan lembaga lain, misalnya LPI,
LPMP, Inspektorat Jenderal Depdiknas, BPKP, dan sebagainya. Inilah yang kemudian
memunculkan upaya pencerahan melalui ”kue” pengawasan pendidikan di sekolah-
sekolah.Kondisi yang masih dirasakan oleh para guru dan kepala sekolah adalah bahwa
jabatan pengawas seolah-olah “senioritas”, memiliki kekuasaan lebih. Sebaliknya masih
ada sebagian yang beranggapan bahwa pengawas lebih rendah dari pada Kepala Cabang
Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Oleh karena itu, mereka menginginkan keberadaan
pengawas hendaknya ditempatkan sesuai dengan struktur yang benar, sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
5. Pola pengawasan dari pengawas sekolah yang ada saat ini
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 2
Sebagian besar guru menyatakan bahwa pola pengawasan yang dianut saat ini masih
kurang memuaskan, karena masih ada pengawas yang masih kurang sesuai dengan
bidangnya, kurang memahami tugasnya, dan kurang menguasai materi, Tidak berbeda
dengan pandangan para guru, kepala sekolah juga menyatakan bahwa pola pengawasan
saat ini masih kurang memuaskan.
6. Kesejahteraan Pengawas sekolah
Jabatan pengawas sekolah atau biasa dikenal dengan istilah supervisor kurang diminati
atau boleh dikata bahwa menjadi seorang supervisor tidak sejahterah. Jabatan sebagai
supervisor hanya menjadi jabatan “buangan” atau sebagai “Pelarian” sehingga kompetensi
supervisor masih belum berkualitas. Perhatian pemerintah dalam peningkatan
kesejahteraan supervisor dalam hal pemberian tunjangan khusus atau penghasilan
tambahan bagi supervisor masih rendah karenaa belum adanya peraturan pemerintah
mengenai tunjangan khusus tersebut.
7. Kinerja Pengawasan dilapangan
Masih banyak pengawas yang belum menguasai tugasnya secara menyeluruh, belum
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta kurang mampu
memberikan solusi dan kurang menguasai manajemen sekolah. Kinerja pengawas sekolah
dalam melaksanakan tugas pengawasan masih belum menyentuh kebutuhan guru.
Pengawas masih lalai melaksanakan kerja yang diemban guna peningkatan
profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
8. Cara Pembinaan Supervisor terhadap guru
Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 3), supervisi adalah melihat bagaimana dari
kegiatan di sekolah yang masih negatif diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang
sudah positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih positif lagi, yang penting pembinaan.
Dari pengertian tersebut jelas bahwa supervisi pada hakikatnya merupakan pembinaan
yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dan staf sekolah lainnya agar mampu
bekerja lebih baik. Supervisi yang baik pada dasarnya lebih didasarkan pada upaya
bagaimana membina para guru dalam rangka memperbaiki kinerjanya yang masih kurang,
memecahkan hambatan dalam mengerjakan tugasnya serta meningkatkan kemampuan
yang dimiliki oleh guru. Dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah harus
memperlakukan guru sebagai orang yang berpotensi untuk maju dan berkembang lebih
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 3
baik, sehingga tidak terkesan pelaksanaan supervisi hanya mencari kesalahan-kesalahan
guru dalam melaksanakan tugas tetapi lebih diarahkan pada proses pembinaan.
9. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses
yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik
pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah
disepakati. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya
pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal
lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga
berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Masalah
mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita.
Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih rendah jika kita bandingkan
dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita
menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini
jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan. Jika
kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah,
training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun
kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya
transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di
sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya
pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks
pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu
diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang
mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik
tersebut. Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah
waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka
di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal
di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari
pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena
ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang
menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 4
pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat,
bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik
akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai
kurang. Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu
pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang
mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga
membutuhkan uang lebih. Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh
pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Sistem pendidikan yang baik juga
berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat
disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik
dan peserta didik.
10. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia,
Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal
maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang
menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Kualitas
pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari
146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia
ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
11. Demokrasi Pendidikan
Pelaksanaan demokrasi pendidikan ternyata tidak hanya terbatas pada pemberian
kesempatan belajar, tetapi juga menyediakan dan mencukupkan fasilitas – fasilitas
pendidikan sesuai jenis dan jenjang pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap
berorientasi pada peningkatan mutu, relevansi pendidikan atau keserasian antara
pendidikan dengan lapangan kerja. Demokrasi pendidikan diIndonesia sekarang ini, dalam
memenuhi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak sudah dapat
dikatakan mencapai puncaknya, yang menjadi permasalahan yang ditemukan dilapangan
adalah di satu pihak sulitnya mencukupkan sarana dan sarana pendidikan dan di pihak lain
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 5
masih ada masyarakat yang masih belum mengerti dengan sistem pendidikan, yang
menyeleksi peserta didik atas dasar spesifikasi, sehingga kita masih melihat ada orang tua
yang memaksakan kehendaknya, yang mengakibatkan tidak seragamnya siswa di sekolah,
sehingga menyulitkan proses belajar mengajar. Misalnya bergabungnya anak cacat di
sekolah - sekolah normal, mereka masih enggan memasukkan anak mereka di SDLB
(Sekolah Dasar Luar Biasa). Lemahnya sistem seleksi penerimaan siswa baru, baik oleh
tekniknya maupun kebijaksanaan yang menyertainya, juga menambah heterogennya
murid-murid di sekolah, yang sama masalah dengan persoalan di atas. Dengan adanya
komite sekolah juga menambah demokrasi pendidikan semakin terbuka akan kehadiran
masyarakat untuk ikut dalam pengelolaan sekolah khususnya pelaksanaan tugas pokok
guru.
II. Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah guna perbaikan pendidikan
1. Peranan Pengawas Sekolah
Peranan menurut Getzels (1967), “That roles are defined in terms of role
expectations-the normative rights and duties that define within limits what a person
should or should not do under various circumtances while he is the incumbent a
particular role within an intitution.” Dari pendapat Getzels tersebut, maka
perananperanan dapat didefinisikan dalam terminologi harapan-harapan peranan
yang bersifat kebenaran normatif dan menetapkan batasan-batasan kewajiban-
kewajiban apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan seseorang
secara khusus di dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, setiap kita berbicara
tentang peranan seseorang di dalam suatu organisasi termasuk juga organisasi
sekolah/madrasah tentunya, selalu berupa peranan-peranan yang normatif atau yang
ideal - ideal saja.
Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status seseorang di
dalam suatu organisasi seperti yang dinyatakan oleh Lipham & Hoeh (1974), “We
indicate that a role is a dynamis aspect of a position, office, or status in
institution.”.Karena peranan bersifat dinamis, maka ia berkembang terus sesuai
dengan tuntutan kebutuhan organisasi.
Peranan pengawas sekolah menurut Wiles & Bondi (2007), “The role of the
supervisor is to help teachers and other education leaders understand issues and
make wise decisions affecting student education.”
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 6
Bertitik tolak dari pendapat Wiles & Bondi tersebut, maka peranan pengawas
sekolah adalah membantu guru – guru dan pemimpin – pemimpin pendidikan untuk
memahami isu – isu dan membuat keputusan yang bijak yang mempengaruhi
pendidikan siswa. Untuk membantu guru dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya serta meningkatkan prestasi belajar siswa.
Adapun peranan umum pengawas sekolah adalah sebagai :
a. observer (pemantau),
b. supervisor (penyelia),
c. evaluator (pengevaluasi) pelaporan, dan
d. successor (penindak lanjut hasil pengawasan).
Apa saja yang dilakukan setiap peranan akan dibahas pada subbab fungsi
pengawas sekolah/madrasah di bawah ini.
Dalam praktiknya, orang sering menyamakan antara arti pengevaluasian dengan
penilaian. Pada hal, arti pengevaluasian berbeda dengan penilaian. Pengevaluasian
pendidikan ialah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,dan
jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Sedangkan penilaian ialah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar siswa
Peranan sebagai penyelia adalah melaksanakan supervisi. Supervisi meliputi : (1)
supervisi akademik, dan (2) supervisi manajerial. Kedua supervisi ini harus
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah/madrasah.
Sasaran supervisi akademik antara lain adalah untuk membantu guru dalam hal :
a. merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan,
b. melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan,
c. menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan,
d. memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan
pembelajaran/bimbingan,
e. memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada
peserta didik,
f. melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
g. memberikan bimbingan belajar pada peserta didik,
h. menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 7
i. mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan
atau bimbingan,
j. memanfaatkan sumber – sumber belajar,
k. mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik,
model, dan pendekatan) yang tepat dan berdaya guna,
l. melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan, dan
m. mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan.
Dalam melaksanakan supervisi akademik, pengawas sekolah hendaknya memiliki
peranan khusus sebagai :
a. patner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran
dan bimbingan di sekolah binaannya,
b. inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan
bimbingan di sekolah binaannya,
c. konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah binaannya,
d. konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
e. motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah.
Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan tenaga
kependidikan di sekolah di bidang administrasi sekolah yang meliputi :
1) administrasi kurikulum,
2) administrasi keuangan,
3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
4) administrasi tenaga kependidikan,
5) administrasi kesiswaan,
6) administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat, dan
7) administrasi persuratan dan pengarsipan.
Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah memiliki peranan
khusus sebagai :
1) konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah;
2) programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi,
misi,tujuan, dan program pendidikan di sekolah ;
3) komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di sekolah ;
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 8
4) reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk
perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah ;
5) builder yaitu :
(a) membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen) dan
administrasi sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan
di sekolah dan
(b) membina guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan konseling
di sekolah ;
6) supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah;
7) observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah;
dan
8) user yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala
sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah.
Pengawas sekolah selama ini menurut pengamatan sekilas di lapangan cenderung
lebih banyak melaksanakan supervisi manajerial daripada supervisi akademik.
Supervisi akademik misalnya seperti berkunjung ke kelas-kelas mengamati guru
yang sedang mengajar tanpa mengganggu. Hasil pengamatan dianalisis dan
didiskusikan dengan guru serta akhirnya dapat menjadi masukan guru dalam
memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, hasil belajar siswa
diharapkan akan meningkat.Komposisi kegiatan supervisi manajerial dengan
kegiatan supervisi akademik disarankan 25 % berbanding 75 % (Pokja Pengawas,
2006).
Istilah pengawasan dalam beberapa literatur asing sekurang – kurangnya dapat
dipahami dalam konteks: (1) inspection, (2) control, dan (3) supervision. Ketiga
istilah di atas memiliki makna berbeda. Inspection memiliki esensi membangun
legal complience, yaitu kepatuhan pada perundangan dan peraturan kelembagaan
yang mengikat. Control mempunyai esensi membangun managerial compliance,
yaitu kepatuhan pada kaidah manajerial, kepemimpinan, kebijakan, keputusan,
perencanaan dan program institusi yang telah ditetapkan. Supervision memiliki
esensi professional compliance, yaitu kepatuhan profesional dalam arti jaminan
bahwa seorang profesional akan menjalankan tugasnya didasarkan atas
teori,konsep-konsep, hasil validasi empirik, dan kaidah-kaidah etik. Kontrol dan
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 9
inspeksi dalam praktek pengawasan satuan pendidikan hanya diperlukan dalam
batas-batas tertentu, sedangkan yang lebih utama terletak pada supervisi
pendidikan.Berdasarkan tuntutan profesionalisme, otonomi dan akuntabilitas
profesional;pengawasan pendidikan dikembangkan dari kajian supervisi
pendidikan. Supervisi pendidikan merupakan fungsi yang ditujukan pada
penjaminan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Supervisi akademik sama
maksudnya dengan konsep supervisi pendidikan. Educational supervision sering
disebut pula sebagai Instructional Supervision atau Instructional Leadership.
Fokusnya utamanya adalah mengkaji, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan mutu proses pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru
(perorangan atau kelompok) melalui pendekatan dialog, bimbingan, nasihat dan
konsultasi dalam nuansa kemitraan yang profesional. Merujuk pada konsep
supervisi pendidikan di atas, maka pengawas sekolah/madrasah pada hakekatnya
adalah supervisor (penyelia) pendidikan, sehingga tugas utamanya adalah
melaksanakan supervisi akademik yaitu membantu guru dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Di
luar tugas itu, pengawas sekolah/madrasah melaksanakan juga supervisi manajerial
yakni membantu kepala sekolah dan staf sekolah untuk mempertinggi kinerja
sekolah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang dibinanya.
Pengawasan pendidikan juga diartikan sebagai proses kegiatan monitoring dan
evaluasi untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan pendidikan di satuan pendidikan
terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk
mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan
mengganggu pencapaian tujuan (Robbins,1997). Pengawasan juga merupakan
fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja satuan pendidikan
atau unit-unit dalam suatu organisasi sekolah guna menetapkan kemajuan sekolah
sesuai dengan arah yang dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam
Mantja,2001). Oleh karena itu pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen
pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya
(Mantja, 2001).
Dalam pendidikan, pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya
peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000) menegaskan bahwa
pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain adalah usaha memberikan layanan
kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 10
maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil
pembelajaran.
Atas dasar itu hakikat dari pengawasan pendidikan pada hakikat adalah bantuan
profesional kesejawatan kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang
ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan kualitas pembelajaran. Bantuan
profesional yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan
perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang
diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting,
sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran sehingga mampu
memperbaiki dan mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih bermutu dan
berdaya guna.
Atas dasar uraian di atas, maka kegiatan pengawasan pendidikan harus berfokus
pada : (1) standar dan prestasi yang harus diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di
sekolah (keefektivan belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam
memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3)
kepemimpinan dan manajemen sekolah. Jadi, keutamaan supervisi adalah
membantu guru untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi siswa
sebagaimana yang diungkapkan oleh Wiles & Bondi (2007), “Supervision is first
about helping people grow and develop. It is the job of the supervisor in education
to work with others to provide an improved process for aiding the growth and
development of students.”
Menurut Staf Tenaga Kependidikan (2006) dalam Laporan Rapat Kordinasi
Pengembangan Tenaga Kependidikan, tugas pokok pengawas adalah :
(1) menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester pada sekolah
binaannya;
(2) melaksanakan penilaian, pengolahan, dan analisis data hasil belajar/bimbingan
siswa dan kemampuan guru;
(3) mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses
pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa;
(4) melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya
pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah;
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 11
(5) memberikan arahan, bantuan, dan bimbingan kepada guru tentang proses
pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar/bimbingan siswa;
(6) melaksanakan penilaian dan pemantauan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah/madrasah binaan mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian
ijazah;
(7) menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah/madrasah binaannya dan
melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah, dan stakeholder
lainnya;
(8) melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah/madrasah sebagai
bahan kajian untuk menetapkan program pengawasan semester berikutnya;
(9) memberikan bahan penilaian kepada kepala sekolah dalam rangka akreditasi
sekolah; dan
(10) memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam
memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan.
(11) Berdasarkan tugas pokok pengawas tersebut di atas, maka peranan
pengawas adalah sebagai: inspector, observer, reporter,coordinator, dan
performer leadership (Surya Dharma, 2006).
2. FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH
Dengan mengacu pada Surat Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara
Republik Indonesia Nomor 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
dan Angka Kreditnya, Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1996 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dapat
diketahui tentang fungsi pengawas sekolah adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan
penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 12
b. Peningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan hasil prestasi
belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Fungsi yang pertama merujuk pada pengawasan manajerial, sedangkan fungsi yang
kedua merujuk pada pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya
berfungsi sebagai pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan kepada kepala
sekolah/madrasah dan seluruh tenaga kependidikan lainnya di sekolah/madrasah
dalam pengelolaan sekolah/madrasah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan
kinerja kepala sekolah serta kinerja tenaga kependidikan lainnya.
Pengawasan akademik berkaitan dengan fungsi pembinaan, penilaian,
perbantuan,dan pengembangan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas
proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
Sejalan dengan fungsi pengawas sekolah/madrasah di atas, maka kegiatan yang
harus dilaksanakan pengawas adalah :
a. melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah/madrasah, kinerja
sekolah/madrasah, kinerja kepala sekolah/madrasah,kinerja guru, dan kinerja
seluruh tenaga kependidikan di sekolah ;
b. melakukan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya;
c. melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah
secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah ;
Berdasarkan kajian tentang fungsi pengawas sekolah sebagaimana dikemukakan di
atas, maka perspektif ke depan fungsi umum pengawas sekolah melakukan : (1)
pemantauan, (2) penyeliaan, (3) pengevaluasian pelaporan, dan (4)
penindaklanjutan hasil pengawasan. Fungsi pemantauan meliputi pemantauan
pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya
untuk memperbaiki mutu pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran yang relevan
di sekolah, pemantauan terhadap penjaminan/standar mutu pendidikan,pemantauan
terhadap pelaksanaan kurikulum, pemantauan terhadap penerimaan siswa baru,
pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas, pemantauan terhadap hasil
belajar siswa, pemantauan terhadap pelaksanaan ujian, pemantauan terhadap rapat
guru, pemantauan terhadap kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya di
sekolah, pemantauan terhadap hubungan sekolah dengan masyarakat, pemantauan
terhadap data statistik kemajuan sekolah, dan program-program pengembangan
sekolah.
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 13
Fungsi penyeliaan meliputi penyeliaan terhadap: kinerja sekolah, kinerja kepala
sekolah, kinerja guru, kinerja tenaga kependidikan di sekolah, pelaksanaan
kurikulum/mata pelajaran, proses pembelajaran,pemanfaatan sumberdaya,
pengelolaan sekolah, dan unsur lainnya seperti : keputusan moral, pendidikan
moral, kerjasama dengan masyarakat. mensupervisi sumber-sumber daya sekolah
sumber daya manusia, material, kurikulum dan sebagainya, penyeliaan kegiatan
antar sekolah binaannya, kegiatan in service training bagi kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan di sekolah lainnya, dan penyeliaan pelaksanaan kegiatan
inovasi sekolah.
Fungsi pengevaluasian pelaporan meliputi pengevaluasian pelaporan terhadap
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan di sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan, pelaporan perkembangan dan hasil pengawasan
kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau Nasional,
pelaporan perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah binaannya, Komite
Sekolah dan stakeholder lainnya. Fungsi penindaklanjutan meliputi
penindaklanjutan terhadap laporan hasil pengawasan untuk perbaikan program
pengawasan berikutnya di sekolah; penindaklanjutan terhadap kelebihan-kelebihan
dan kekurangan sekolah hasil refleksi guru, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan lainnya; penindaklanjutan terhadap hasil - hasil pemantauan
pelaksanaan standar nasional untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan
akreditasi sekolah; dan penindaklanjutan terhadap karya tulis ilmiah yang telah
dihasilkan oleh guru dan kepala sekolah.
Peranan tidak dapat dipisahkan (inherent) dengan fungsi seperti yang dinyatakan
Stoner & Freeman (2000), “For the purpose of managerial thinking, a role is the
behavioral pattern expected of someone within functional unit. Roles are thus
inherent in functions.” Sebagai konsekuensi dari pendapat Stoner & Freeman
tersebut, maka dapat dimaknai bahwa peranan adalah orang yang memainkan
fungsi, sedangkan fungsi adalah kegiatan atau proses yang harus dimainkan oleh
pemeran. Jadi, peranan harus berkaitan dengan fungsi atau sebaliknya fungsi
berkaitan dengan peranan.
Atas rasional tersebut, maka fungsi umum dan fungsi khusus pengawas sekolah
harus memiliki hubungan timbal balik dengan peranan umum dan peranan khusus
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 14
seperti yang telah diutarakan di atas. Adapun fungsi umum dan fungsi khusus
pengawas sekolah seperti berikut ini :
a. Fungsi umum pengawas sekolah/madrasah adalah sebagai :
(1) pemantauan,(2) penyeliaan (supervision), (3) pengevaluasian pelaporan, dan (4)
penindaklanjutan hasil pengawasan.
b. Fungsi khusus pengawas sekolah/madrasah adalah sebagai : (1) persekutuan
(kemitraan), (2) pembaharuan, (3) pempeloporan, (4) konsultan, (5)
pembimbingan, (6) pemotivasian, (7) pengonsepan, (8) pemegrograman, (9)
penyusunan, (10) pelaporan, (11) pembinaan, (12) pendorongan, (13)
pemantauan, (14) pemanfaatan, (15) pengawasan, (16) pengkoordinasian, dan
(17) pelaksanaan kepemimpinan.
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 15
DAFTAR PUSTAKA
Getzels, J.W. 1967. Administration as a Social Process, in Administrative Theory in Education. New York: Macmillan.
Lipham, J.M. & Hoeh, J.A. 1974. The Principalships: Foundations and Functions.New York : Harper & Row, Publisher.
Mantja, W. 2001. Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas Pendidikan. Makalah,disampaikan dalam Rapat Konsultasi Pengawasan antara Inspektorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional dengan Badan Pengawasan Daerah di Solo,tanggal 24 s/d 28 September2001.
Pokja Tenaga Pengawas. 2006. Manajemen Pengembangan Tenaga Pengawas Satuan Pendidikan. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Robins, S.P. 1984. Management : Concepts and Practices. Englewood Cliffs: Prentice-Hall
Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Staf Tenaga Kependidikan, 2006. Laporan Rapat Kordinasi Pengembangan Kebijakan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Stoner, J.A.F. & Freeman, R.A. 2000. Management. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall International Editions.
Surya Dharma. 2006. Kepemimpinan Pengawas Sekolah: Mengembangkan Budaya Tanggung Jawab. Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan.Vol. 1, No. 2-Agustus, hal. 9.
Wiles, J. & Bondi. 2007. Supervision A Guide to Practice. Second Edition. London:Charles E. Merril Publishing Company.Oleh :Surya DharmaDirektur Tenaga Kependidikan (Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 3, No. 1, April 2008)
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 16