Pemanfaatan Limbah Pertanian
Untuk Pakan Ternak
DRH. DODIK PRASETYO, M.VET
NIDN.
Pokok Bahasan
1. Jenis-jenis limbah pertanian yang
bisa digunakan pakan ternak
2. Memahami dan menjelaskan silase
3. Memahami dan menjelaskan hay
TIDAK TEPAT
1. Limbah pertanian untuk pakan ternak
Hasil samping limbah pertanian dan perkebunan memiliki potensi
yang baik untuk digunakan sebagai pakan ternak alternatif
pemanfaatan limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak perlu didukung dengan terobosan–terobosan teknologi
Sosialisasi tentang pemanfaatan limbah hasil pertanian sebagai
pakan ternak perlu dilakukan secara berkesinambungan mengingat keterbatasan arus informasi teknologi, keterbatasan
pengetahuan peternak serta kebiasaan peternak yang masih
tetap menganut pola beternak tradisional.
1. Limbah pertanian untuk pakan ternak
Untuk meningkatkan mutu limbah hasil
petanian dan perkebunan sebagai
pakan ternak telah dikembangkan,
antara lain melalui pengolahan
(pretreatment) limbah hasil pertanian,
suplementasi pakan dan pemilihan
limbah pertanian dan perkebunan
Kelemahan limbah pertanian untuk
pakan ternak
Nilai nutrisi yang rendah akibat
nilai serat kasar yang tinggi
Kandungan zat anti nutrisi
Kadar air yang tinggi
DAUN LAMTORO
Nilai nutrisi yang rendah dari lamtoro karena adanya mimosin. Lamtoro mengandung mimosin sebesar
3-5 % BK. Pemberian l pada ternak ruminansia sebaiknya dicampur dengan rumput atau hijauan lain.
Disarankan pemberian lamtoro tidak lebih dari 40% dari total ransum. Pemberian lamtoro yang banyak
dan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan keracunan dan gangguan kesehatan
pada sapi
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memanfaatkan
limbah pertanian untuk pakan ternak
Jumlah limbah pertanian yang tersedia untuk dijadikan limbah
pakan ternak
Distribusi bahan pakan yaitu jarak antara sumber limbah pertanian
dengan lokasi budidaya ternak
Infrakstruktur yang berhubungan dengan fasilitas penanganan,
fasilitas penyimpanan dan fasilitas transportasi
Teknologi yang digunakan hendaknya memperhitungkan aspek
ekonomi dan keefisiensienannya
JENIS-JENIS LIMBAH PERTANIANYANG BISA
DIGUNAKAN SEBAGAI PAKAN TERNAK
Jerami padi
Jerami kacang tanah
Jerami kacang hijau
Jerami kacang tanah
Jerami jagung (tebon)
Onggok
Kulit kopi
Pelepah sawit
Kulit Kakao
Secara garis besarnya terdiri dari
Perlakuan fisik: pemotongan menjadi bagian yang lebih kecil, penggilingan, pemanasan, perendaman, pengeringan atau
penyinaran
Perlakuan kimia: dengan penambahan basa, asam dan oksidasi seperti penambahan NaOH, Ca(OH)2, ammonium hidroksida, gas
klor dan sulfur dioksida
Perlakuan biologi: melalui pengomposan, fermentasi, penambahan enzim, atau menumbuhkan jamur dan bakteri
Kombinasi diantara ketiga perlakuan tersebut diatas
1. Metode Perlakuan fisik
terdiri dari pemotongan, pemanasan,
penggilingan, pengeringan dan
penyinaran diketahui tidak akan merubah
nilai nutrisi suatu bahan pakan ternak. Oleh karena itu pendekatan ini jarang
dilakukan dalam penyediaan pakan untuk
ternak. Namun demikian metoda ini
khususnya pemanasan dan pengeringan
dapat digunakan untuk mengurangi
toksisitas suatu tanaman
KULIT SINGKONG
2. Metode Perlakuan kimia
terdiri dari penambahan asam, basa dan
oksidasi merupakan metoda yang sering
diterapkan peternak untuk meningkatkan
mutu nutrisi pakan ternak . Tujuan penambahan senyawa basa ini adalah
untuk memecah ikatan ester
lignohemiselulosa sehingga meningkatkan
kecernaan pakan tersebut. Larutan basa yang umum digunakan terdiri dari sodium
hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida
[Ca(OH)2], potasium hidroksida (KOH), urea
JERAMI PADI
Hasil Eksperimen
pemberian jerami padi yang diperlakukan dengan 4% urea
dapat meningkatkan intake pakan sebanyak 25% dan
meningkatkan produksi susu kerbau hingga 1,6 liter/hari. Kerbau
menunjukkan pertambahan berat badan yang lebih baik
dibandingkan dengan jerami padi tanpa perlakuan. Selain itu,
urea dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan menghancurkan ikatan lignohemiselulosa . Penambahan 4,5%
sodium hidroksida pada jerami jagung dapat meningkatkan
kecernaan bahan kering dari 44,7 ± 1,6% menjadi 54,2 ± 2,0% .
3. Metode Perlakuan Biologi
Fermentasi merupakan teknik perlakuan biologis untuk meningkatkan
mutu nutrisi pakan ternak dengan menumbuhkan biostarter yang umumnya menggunakan Aspergillus niger
Disamping mampu memperbaiki mutu pakan limbah hasil pertanian
dan perkebunan, proses fermentasi ternyata mampu menurunkan
kadar residu pestisida pada pakan ternak
dapat disuplementasikan dengan leguminosa, kacang-kacangan
maupun sisa pengolahan industri pertanian seperti ampas tahu, ampas kecap, bungkil kedelai, bungkil kelapa serta mineral lainnya yang
diperlukan karena umumnya limbah hasil pertanian dan perkebunan
mengandung protein yang lebih rendah dari hijauan pakan ternak
4. Metode Kombinasi
Mengkombinasikan diantara ketiga
kombinasi di atas untuk
meningkatkan kualitas mutu pakan
mulai fisik, kimiawi dan biologik
Pada hewan ruminansia lambung terdiri dari 4 bagian :
• Rumen (perut besar): tempat
pencernaan protein dan
polisakarida, juga tempat
fermentasi selulosa oleh bacteri
yang menghasilkan selulose.
• Retikulum (perut jala) : tempat
pembentukan bolus
(gumpalan-
gumpalanmakanan yang
masih kasar).
• Omasum (perut kitab) : tempat
bolus bercampur enzim.
• Abomasum (perut masam):
tempat pencernaan oleh enzim
PEMBERIAN RANSUM PADA TERNAK
PEMBERIAN RANSUM PADA TERNAK
Definisi Silase
Hijauan yang diawetkan dalam
bentuk segar (kandungan air 65-70%)
dalam suasana asam, tanpa oksigen
pada suatu tempat yang disebut silo
Ensilage : proses yang terjadi selama
pembuatan silase
Segar
Kandungan air hijauan yang akan dibuat
silase masih tinggi sekitar 65-70% atau
kandungan bahan kering (BK) 30-35%
Hijauan saat dipanen kandungan BK sekitar
18-22% sehingga memerlukan pelayuan
terlebih dahulu
Kandungan air yang tinggi mengindikasikan
bahwa sel tanaman masih hidup dan
melakukan aktifitasnya
Asam
Hijauan dapat awet dengan cara disimpan dalam kondisi asam
Asam yang ideal sebagai pakan adalah asam organik yang
dihasilkan oleh mikro-organisme
Asam organik yang mampu untuk membuat pH <4 adalah asam
laktat
Asam laktat dapat dihasilkan dari mikro-organisme penghasil asam
laktat
An-aerob
An-aerob adalah salah satu kondisi tanpa adanya oksigen
An-aerob dapat dikondisikan dengan cara mengeluarkan semua
udara, baik melalui pompa vacum atau pemampatan ruangan
dengan isi yang padat
An-aerob sangat perlu agar sel tanaman mati, selain itu juga
merupakan syarat tumbuhnya bakteri penghasil asam laktat
Silo
Adalah tempat untuk menyimpan bahan pakan
Dapat dibuat dari semua bahan dengan pertimbangan harus tahan
asam, kuat untuk dikondisikan an-aerob
Mudah digunakan, baik untuj mengisi maupun mengeluarkan bahan
yang disimpan
LANGKAH KERJA
1. Hal pertama yang dilakukan ialah pemotongan atau pencacahan bahan dasar.
Ukuran pemotongan sekitar 5 – 10 cm dengan chopper. Pemotongan dan
pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi
terperangkapnya ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan. Jika
hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan
tersebut kemudian di aduk secara merata, sebelum di masukan dalam silo.
2. Masukan cacahan tersebut ke dalam silo secara bertahap, lapis demi lapis. Saat
memasukan bahan baku ke dalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau
pengepresan untuk setiap lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena
oksigen harus sebanyak mungkin di kurangi atau di hilangkan sama sekali dari
ruang silo.
LANGKAH KERJA
3. Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa
masuk ke dalam silo.
4. Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari
atau kena hujan secara langsung, selama tiga minggu dan dapat langsung
diberikan kepada ternak.
5. Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama
asalkan tidak kemasukan udara
6. Pada masa adaptasi, harus di berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan
yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi
silase sesuai dengan kebutuhan.
Proses fermentasi silase terdiri dari 3 fase
Pertama fase aerobik, normalnya fase ini berlangsung sekitar
2 jam yaitu ketika oksigen yang berasal dari atmosfer dan
yang berada diantara partikel tanaman berkurang. Oksigen
yang berada diantara partikel tanaman digunakan oleh
tanaman, mikroorganisme aerob, dan fakultatif aerob seperti
yeast dan enterobacteria untuk melakukan proses respirasi
Kedua fase fermentasi, fase ini merupakan fase awal dari
reaksi anaerob. Fase ini berlangsung dari beberapa hari
hingga beberapa minggu tergantung dari komposisi bahan
dan kondisi silase. Jika proses silase berjalan sempurna maka
bakteri asam laktat (BAL) sukses berkembang. Bakteri asam
laktat pada fase ini menjadi bakteri predominan dengan pH
silase sekitar 3,8—5.
Proses silase terdiri dari 4 fase
Ketiga fase stabilisasi, fase ini merupakan
kelanjutan dari fase kedua; fase feed-out
atau fase aerobik. Silo yang sudah terbuka
dan kontak langsung dengan lingkungan
maka akan menjadikan proses aerobik
terjadi
Keempat fase feed-out, silo yang sudah
terbuka dan kontak dengan lingkungan
maka akan terjadi proses aerobik, demikian
juga jika terjadi kebocoran silo selama
proses pembuatan silase juga akan
menjadi rusak
CARA PENGAMBILAN SILASE
Sesudah minimal 3 minggu proses ensilage telah selesai,
dan silo dapat dibongkar, Proses silase yang benar
dapat bertahan satu sampai dua tahun, bahkan lebih.
Pengambilan silase secukupnya untuk pakan ternak,
contonya untuk 3-5 hari. Silase yang baru dibongkar
sebaiknya dijemur atau diangin-anginkan terlebih
dahulu. Jangan sering-sering membuka silo untuk
mengabil silase, ambil seperlunya, dan tutup rapat
kembali silasesnya, agar silesa tidak mudah rusak.
kriteria penilaian silaseKriteria
Penilaian
Silase
Baik
Sekali
Baik Sedang Buruk
Jamur Tidak ada Sedikit Banyak Banyak Sekali
Bau Asam
(harum kemanisan)
Asam
(harum kemanisan)
Kurang Asam
(sedikit harum)
Busuk
pH 3,2 – 4,2 4,2 – 4,5 4,5 – 4,8 > 4,8
Bentuk Tekstur bagus, takmenggumpal dantak berlendir
Tekstur bagus takmenggumpal
dan takberlendir
Tekstur kurang,menggumpal
dan takberlendir
Tekstur buruk,menggumpal dan
berlendir
Prinsip pembuatan Hay
Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkanuntuk diberikan kepada ternak pada kesempatanlain.
Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadarair menjadi 15-20 persen di dalam waktu yang singkat, baik dengan panas matahari maupundengan panas buatan.
Tujuan menurunkan kadar air adalah agar sel-selhijauan tersebut cepat mati dan mencegahpertumbuhan mikroorganisme. Dengan demikiantidak terjadi proses kimia baik berupa respirasimaupun fermentasi yang dapat menghasilkanpanas.
Pengeringan dengan Panas Matahari
Hijauan ditebarkan sedikit-sedikit (tipis) dan setiap
saat harus dibolak-balik kira-kira 1-2 jam sekali
Usahakan agar proses penjemuran berlangsung
dalam waktu singkat selama lebih kurang 4-8 jam
sampai kadar air menjadi 15-20 persen. Oleh karena
itu, perlu dipilih hijauan yang mempunyai bentuk fisik
halus dengan batang yang kecil seperti
rumput Brachiaria brizantha
Pengeringan dengan Panas Buatan
Hijauan dipotong-potong kemudian langsung dimasukkan ke dalam alat
pe-ngering (mesin pengering) dengan temperatur 100-250 derajat
Lama pemanasan ditunggu sampai kandungan air hijauan mencapai 15-
20 persen
Hay
Kriteria hay yang baik: warna hijau kekuning-kuningan, tidak banyak daun
yang rusak, bentuk daun utuh, tidak berjamur, tidak mudah patah bila
batang dilipat
Keuntungan Menghemat biaya peralatan, Lebih cepat prosesnya, Dapat
dikontrol kerusakan fisiknya, karena mudah terlihat, Ternak tidak perlu
penyesuaian cara makannya, seperti pada silase
Kerugian sangat tergantung cuaca, kerusakan gizinya lebih tinggi
(caroten), terutama bila cuaca jelek.
Pada pengeringan dan proses penumpukan
hijauan akan terjadi proses-proses sebagai berikut :
Proses Respirasi. Hijauan yang segar masih mampu mengadakan respirasi.
Respirasi ini akan mengambil oksigen dari luar dan akan menghasilkan air serta
panas. Kerusakan gizi pada tahap ini bisa mencapai 10%
Proses Fermentasi. Bakteri yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah
dari jenis bakteri thermofilik, yang akan menghasilkan panas. Apabila
tumpukan hijauan tidak sempurna, kerusakan yang disebabkan oleh bakteri
dan enzim tersebut bisa mencapai 5-10%.
Proses Kimiawi. Dalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi
kimiawi, akibat dari reaksi ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari
hay akan berwarna coklat kehitaman.